uplodan9
-
Upload
ginesha-hafidzy-garishah -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of uplodan9
-
7/26/2019 uplodan9
1/9
1
3.6 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan
posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang
lebih tepat dan dini. Tanda khas adalah adanya pus dimeatus medius atau didaerah
meatus superior.
Kriteria Rinosinusitis akut menurutAmerican Academy of Otolaringology &
American Rhinologic Societyadalah sebagai berikut:
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan didaerah kantus medius.
Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT scan. oto
polos posisi !aters, P" atau lateral , umumnya hanya mampu menilai kondisi#
kondisi sinus#sinus besar. Kelainan akan terlihat berupa perselubungan, batas
udara cairan atau penebalan mukosa. CT scan sinus merupakan gold standar
diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya
penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. $amun,
karena mahal hanya dikerjakan sbagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang
tidak membaik dengan pengobatan atau praoperasi sebagai panduan operator saat
melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap. Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil
secret dari meatus medius%superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna.
&ebih baik lagi bila diambil dari pungsi sinus maksila '(erry, )**+.
3.7 Diagnosis Banding
-
7/26/2019 uplodan9
2/9
2
Diagnosis banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis
tidak sensitif dan spesifik. -nfeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan
kokain, rinitis alergika, rinitis asomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang
dengan gejala pilek dan kongesti nasal.
Rhinorrhea cairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan
ri!ayat cedera kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah
kepada neoplasma atau benda asing nasal. Tension headache, cluster headache,
migren, dan sakit gigi adalah diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia
atau nyeri !ajah. Pasien dengan demam memerlukan perhatian khusus, karena
demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat
yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial '(ichael, +/01.
3.8 Pengobatan
2inusitis ma3illaris akut umumnya di terapi dengan:
1. "ntibiotik spektrum luas, seperti: amo3icillin, ampicillin, atau eritromisin.
"lternatif lain berupa amo3icillin%klaulanat, sefaklor, sefuroksim, dan
trimetoprim plus sulfonamid.
2. Dekongestan, seperti: pseudoefedrin, tetes hidung fenilefrin 'neosynephrine
atau oksimeta4olin dapat diberikan selama beberapahari pertama infeksi
namun kemudian harus dihentikan.
3. "nalgetik untuk meringankan gejala, seperti aspirin dan asetaminofen.
4. Kompres air hangat pada !ajah untuk meringankan gejala.
Dengan terapi tersebut, pasien biasanya memperlihatkan tanda#tanda
perbaikan dalam dua hari dan proses penyakit biasanya menyembuh dalam +* hari
meskipun konfirmasi radiologis dalam hal kesembuhan total memerlukan !aktu )
minggu atau lebih. Kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif
menunjukan organisme tidak lagi peka terhadap antibiotik atau antibiotik tersebut
gagal mencapai lokulasi infeksi. Pada kasus demikian, ostium sinus dapat odem
sehingga drainase sinus terhambat dan terbentuk abses sejati. 5ila demikian,
terdapat indikasi irigasi antrum segera '6eorge et al, +//1
Pengobatan yang diberikan ditujukan untuk infeksi dan faktor#faktor
penyebab -nfeksi secara bersama#sama. Di samping pemberian antibiotik dan
dekongestan, juga perlu diperhatikan predisposisi kelainan obstruksi yang
-
7/26/2019 uplodan9
3/9
3
disebabkan karena rinitis alergi. Pengobatan untuk rinitis alergi terdiri atas 7
bagian utama , yaitu :
+. (enghindari alergen penyebab.
Dapat dilakukan dengan mengisolasi penderita dari alergen, menempati
suatu sa!ar antara penderita dan alergen atau menjauhkan dari penderita
alergen. 8ntuk pencegahan ini, diperlukan identifikasi alergen dan
menghindari aleregn penyebab 'aoidance. Dalam pengelolaan penderita
alergi inhalan, menganjurkan penderita untuk menghindari alergen penyebab
tidaklah mudah, sehingga poliklinik T9T R28D Dr. 2oetomo telah
mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit 'PK(R2
mengenai debu rumah kepada penderita dan keluarganya 'Roesmono, +/0* danlfahmi, )**+ dalam Cora, )**;
2. Pengobatan simptomatis.
Diberikan bila pencegahan terhadap alergen penyebab tidak memberikan
hasil yang memuaskan. "da < golongan obat yang dapat di berikan, yaitu
golongan antihistamin, simpatomimetik, kortikosteroid dan stabilisator
mastosit. "ntihistamin, merupakan senya!a kimia yang dapat mela!an kerja
histamin dengan mekanisme inhibisi kompetitif pada lokasi reseptor histamin.
"da dua macam antihistamin, yaitu antihistamin penghambat reseptor 9+
'"9+ dan antihistamin penghamb at reseptor 9) '"9).
-
7/26/2019 uplodan9
4/9
4
bentuk piperidin, pipera4in atau piridin. fek antihistamin baru, yaitu sebagai
antihistaminic long action, dimana !aktu paruhnya lama, sehingga cukup
diberika + 3 sehari. 9al ini karena ikatannya dengan reseptor 9+ lebih sukar
lepas, sehingga efek terapinya lebih lama, selain dari itu efek antikolinergiknya
lebih ringan dari non sedatif karena tidak menembus sa!ar otak serta
stabiliator sel mastosit, sehingga dapat mencegah terjadinya degranulasi atau
penglepasan mediator amine#asoaktif dengan mencegah influk ion Ca
kedalam sel mastosit. Dengan demikian antihistamin generasi kedua ini dapat
mencegah gejala#gejala yang ditimbulkan, baik oleh mediator yang sudah
terbentuk 'preformed maupun yang belum terbentuuk 'ne!ly generated
'=edono, +/// dalam Cora, )**;.
"ntihistamin 9) seperti simetidin dan ranitidin dapat berguna bila diberikan
bersama antihistamin 9+ sumbatan hidung, tetapi untuk pengobatan polip
hidung tidak memberikan hasil '=edono, +/// dalam Cora, )**;. 6olongan
simpatomimetik 'dekongestan. Penggunaan obat ini mengurangi edema
mukosa hidung melalui rangsangan reseptor alfa dan menghambat penglepasan
histamin dari mastosit melalui rangsangan reseptor beta. =bat ?obat
dekongestan dapat dibedakan menjadi dekongestan sistemik, biasanya peroral,
misalnya fenil propanolamin, efedrin 9C- dan pseudeoefedrin 9C-, dan
dekongestan lokal yang terdiri dari deriat imida4olin 'o3ymeta4oline,
3ylometa4oline, deriat simpatomimetik 'fenilefrin, fenil propanolamine,
efedrin 9C-. 2uatu dekongestan dapat diberikan secara tunggal atau
kombinasi dengan antihistamin 9+ lokalisata peroral pada pengobatan rinitis
alergi.
Pemakain lama antihistamin lokal dan dekongestan tidak dianjurkan, karenaantihoistamin lokal dapat menimbulkan sensitisasi dan dekongestan lokal dapat
menimbulkan iritasi dan @rebound phenomenonA seperti pada rinitis
medikamentosa, sehingga pemakaian obat ini dibatasi ; ? < hari. Pada
obstruksi hidung yang berat dapat diberikan obet tetes efedrin *,7#+B, maka
sumbatan akan hilang setelah +* menit selama ) sampai < jam. =bat
dekongestan yang paling sedikit efek sampingnya yaitu o3ymeta4oline.
-
7/26/2019 uplodan9
5/9
5
mempunyai efek anti kolinergik dan efek topikal yang tinggi serta memiliki
atropine like effect. 2emula obat ini dipakai sebagai bronkodilator dengan
nama dagang atroent dan dapat mengurangi rinore pada penderita rinitis
alergi, rhinitis asomotor dan common cold '=edono, +/// dalam Cora, )**;.
Kortikosteroid. 5ila hasil pengobatan antihistamin dan dekongestan belum
berhasil maka dapat diberikan kortikosteroid secara sistemik maupun
intranasal. Pengobatan lokal dengan beklometason atau flunisolid lebih disukai,
karena kerjanya langsung dan efek sampingnya yang rendah. 8ntuk pemberian
yang efektif biasanya memerlukan beberapa hari sampai beberapa minggu.
fek kortikosteroid ialah menghambat aktifitas histamin dan 4at kinin
asoaktif, menstabilkan membran sehingga penglepasan 4at mediator
dihambat, tetapi tidak menghambat interaksi antar antigen dan antibodi. Di
laporkan pemberian kortikosteroid dapat mengurangi besarnya polip hidung.
-
7/26/2019 uplodan9
6/9
6
5esarnya kenaikan -g 6 yang terbentuk dipengaruhi oleh dosis alergen yang
diberikan . ) kenaikan kadar -g pada imunoterapi, kemudian turun perlahan#
lahan sampai lebih rendah dari kadar sebelum imunoterapi dalam !aktu +0#)