ujian presentasi skripsi
-
Upload
septi-rahadian -
Category
Documents
-
view
61 -
download
3
description
Transcript of ujian presentasi skripsi
Hubungan antara paparan sinar matahari dengan prevalensi katarak di
RSUD KEPRI
Septi Rahadian
03010249
Latar belakangkatarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan.
Global causes of billateral
BlindnessDistribution of global blindness
by age group
Latar belakang
• WHO : 20% kebutaan yang terjadi didunia yang diakibatkan oleh katarak kemungkinan besar disebabkan oleh radiasi paparan sinar matahari.
Perumusan Masalah
• Adakah hubungan antara kejadian katarak dan paparan sinar matahari?
• Adakah hubungan antara kejadian katarak dan merokok ?• Adakah hubungan antara kejadian katarak dan penyakit
diabetes mellitus ?• Adakah hubungan antara kejadian katarak dan usia ?• Adakah hubungan antara kejadian katarak dan jenis kelamin ?• Adakah hubungan antara kejadian katarak dan pekerjaan ?
Tujuan dan manfaat penelitian
• Tujuan : menjelaskan hubungan antara berbagai faktor resiko terhadap kejadian katarak.
• Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat : memberikan gambaran informasi dan pengetahuan.
2. Bagi institusi : dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti : menambah pengetahuan peneliti serta diperolehnya pengalaman dan keterampilan untuk melaksanakan penelitian terutama dibidang kesehatan.
Hipotesis
• Ada hubungan antara kejadian katarak dan paparan sinar matahari
• Ada hubungan antara kejadian katarak dan merokok• Ada hubungan antara kejadian katarak dan penyakit diabetes
mellitus• Ada hubungan antara kejadian katarak dan usia• Ada hubungan antara kejadian katarak dan jenis kelamin• Ada hubungan antara kejadian katarak dan pekerjaan
Tinjauan pustaka
• Definisi
Cataract/Katarrhakies/Cataracta : air terjun
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya.
Tinjauan pustaka
• Epidemiologi
survei kesehatan indera (1993-1996) : katarak penyebab kebutaan paling utama (52%)
Riskesdas (2007) : katarak menyebabkan proporsi kebutaan tingkat nasional hingga 0,9% , proporsi meningkat sesuai pertambahan umur dan meningkat tajam pada kisaran umur 45 tahun keatas.
Ringkasan Pustaka
No
Peneliti Lokasi Desain studi
Subjek studi
Variabel yang diteliti
Lama waktu studi
Hasil
1 Nirmalan PK, et al (2004)
Daerah pedesaan di bagian selatan india
Potong lintang
5795 subjek
Tingkat kebutaan penduduk daerah pedesaan di india terkait dengan usia
- Terjadi penigkatan kasus pada umur 40-49 th sebesar 15,7% dan 79,4% pada mereka yang berumur ≥ 70 th
Ringkasan pustaka
No
Peneliti Lokasi Desain studi
Subjek studi
Variabel yang diteliti
Lama waktu studi
Hasil
2 HammondC (2001)
London Potong lintang
500 pasang subjek kembar dengan usia di atas 50 tahun
Angka kejadian katarak terkait dengan herediter, usia, dan lingkungan
- -Faktor herediter memegang peranan penting dalam angka kejadian katarak (48% kejadian katarak nukelar)-Faktor usia memegang 38% dari hasil penelitian-14% oleh faktor lingkungan
Ringkasan pustaka
No
Peneliti Lokasi Desain studi
Subjek studi
Variabel yang diteliti
Lama waktu studi
Hasil
3 Darmadi (2006)
Kab. sintang, provinsi Kalbar
Kasus kontrol
79 kasus, 79 kontrol. Dengan usia 40 th keatas.
Angka kejadian katarak dikaitkan dengan kebiasaan merokok, minum alkohol, dan paparan sinar matahari.
3 bulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara angka kejadian katarak dengan kebiasaan merokok, minum alkohol, dan paparan sinar matahari.
Ringkasan pustaka
No
Peneliti Lokasi Desain studi
Subjek studi
Variabel yang diteliti
Lama waktu studi
Hasil
4 Pujianto TI (2004)
Semarang Kasus kontrol
Pasien lansia, dengan 72 kasus dan 72 kontrol.
Angka kejadian katarak senilis, dikaitkan dengan faktor:-Usia-Jenis kelamin-Pendidikan-Kebiasaan merokok-Pekerjaan-Kebiasaan minum alkohol-Penggunaan obat2an
8 bulan
Terdapat hubungan antara faktor-faktor tersebut terhadap peningkatan angka kejadian katarak.
Variabel yang diteliti
1. Variabel bebas : paparan sinar matahari, merokok, diabetes mellitus, usia, jenis kelamin, dan pekerjaan
2. Variabel tergantung : kejadian katarak
Kerangka konsepSosiodemografi :
•Usia
·Jenis kelamin
·pekerjaan
Kejadian Katarak
Faktor lain :
•Paparan sinar matahari
·Merokok
·Diabetes mellitus
Definisi operasional
Definisi operasional
Metode penelitian
• Desain penelitian : Cross Sectional
• Lokasi dan Waktu penelitian : RSUD Kota Tanjungpinang dengan periode dari Agustus hingga Desember 2013.
• Sampel
Perhitungan besar sampel : populasi infinit populasi finit + 15% (nilai drop out)
Metode penelitian
• Populasi infinit :
Keterangan :• No : besar sampel optimal yang dibutuhkan • Ȥα : tetapan pada tingkat kemaknaan 95% , besarnya 1,96• p : prevalensi yang menderita penyakit/peristiwa yang
diteliti• q : prevalensi yang tidak menderita penyakit/peristiwa
yang
diteliti (1 – p)• d : akurasi dari ketepatan pengukuran
Metode penelitian
Maka :P = 11,6%
= 11,6/100
= 0,116
q = 1- p
= 1- 0,116
= 0,884
= 157,57 Populasi infinit sebanyak 158 sampel
Metode penelitian
• Populasi finit :
Keterangan :• n : besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang
finit• No : besar sampel dari populasi yang infinit• N : besar sampel populasi finit
Metode penelitian
Maka :
= 43,4 didapatkan populasi finit sejumlah 43 sampel
Metode penelitian
Dari hasil yang didapatkan, akan ditambah perkiraan drop out
sebesar 15%. Dengan perhitungan : 43 x 15/100 = 6,5
Maka, populasi keseluruhan :• populasi finit + kriteria drop out = 43 + 7 = 50 sampel.
Metode penelitian
• Sampel : seluruh pasien yang berkunjung ke poli-mata RSUD kota Tanjungpinang terhitung sejak bulan Agustus sampai Desember 2013.
• Pengumpulan sampel dilakukan secara consecutive non-random sampling.
• Bahan dan instrumen penelitian : data primer (wawancara dengan kuesioner).
Metode penelitian
• Analisis data
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
• Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan uji Chi Square, dimana untuk menentukan nilai kemaknaan hasil perhitungan statistik akan dipakai batas kemaknaan sebesar 5%.
Metode penelitian
Alur kerja :
Hasil penelitian
• Analisis univariat
Hasil penelitian
• Analisis univariat
Hasil penelitian
• Hubungan antara usia dan kejadian katarak
• P value 0,004
45 - 54 55 - 64 ≥ 65 -
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
40.00
73.70 81.00
60.00
26.30 19.00
Menderita Katarak (%)Tidak Menderita Katarak (%)
Hasil penelitian
• Hubungan antara jenis kelamin dan kejadian katarak
• P value 0,570Laki-laki perempuan
0
10
20
30
40
50
60
70
80 67.372.5
32.727.5
Katarak (%)Tidak katarak (%)
Hasil penelitian
• Hubungan antara pekerjaan dan kejadian katarak
• P value 0,116Di dalam gedung Di luar gedung
0
10
20
30
40
50
60
70
8062.5
76.9
37.5
23.1
Katarak (%)Tidak katarak (%)
Hasil penelitian
• Hubungan antara paparan sinar matahari dan kejadian katarak
• P value 0,004
Hasil penelitian
• Hubungan antara lamanya paparan dan kejadian katarak
• P value 0,107
Hasil penelitian
• Hubungan antara penggunaan pelindung dan kejadian katarak
• P value 0,016
Hasil penelitian
• Hubungan antara merokok dan kejadian katarak
• P value 0,927
Hasil penelitian
• Hubungan antara diabetes mellitus dan kejadian katarak
• P value 0,003
Menderita DM Tidak menderita DM0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
88.6
60
11.4
40Katarak (%)Tidak Katarak (%)
Pembahasan
• Analisis univariat
Dari usia terlihat bahwa kebanyakan penderita yang mengalami gangguan pada penglihatannya adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas, hal ini bisa dikarenakan oleh terjadinya degenerasi sel seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari total sampel antara responden yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Pada penggunaan pelindung didapatkan lebih dari setengah responden menggunakan pelindung berupa penggunaan topi, kacamata, maupun helm yang melindungi mata dari paparan sinar matahari secara langsung. Didapatkan sebagian besar responden tidak merokok.
Pembahasan
• Analisis univariat
Dan dari seluruh responden, 70 orang (70%) didiagnosa menderita katarak sedangkan 30 orang sisanya (30%) tidak menderita katarak. Banyaknya jumlah penderita katarak disini sesuai dengan data penelitian yang menyatakan bahwa memang terjadi peningkatan resiko kejadian katarak terutama di beberapa negara termasuk Indonesia.
Pembahasan
• Hubungan antara usia dan kejadian katarak
Pada penelitian ini terlihat kelompok yang mederita katarak terbanyak berada pada kategori usia lebih dari atau sama dengan 65 tahun sebanyak 34 orang (81%), pasien yang berusia lebih dari 65 tahun ini memiliki kecenderungan untuk menderita katarak 3 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang berusia kurang dari 65 tahun. Dengan nilai p = 0,004 hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara usia dan kejadian katarak.
Penelitian sebelumnya oleh pujianto juga menyatakan bahwa faktor usia sangat berpengaruh terhadap kejadian katarak dengan nilai p = 0,004.
Pembahasan
• Hubungan antara jenis kelamin dan kejadian katarakDari perhitungan didapatkan kecenderungan perempuan untuk menderita katarak sebesar 1,2 kali lebih besar daripada laki-laki, atau dapat dikatakan mempunyai kecenderungan yang sama. Demikian juga hasil analisis mendapatkan nilai p = 0,570, hal ini tidak bermakna secara statistik, sehingga dapat disimpulkan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian katarak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Arimbi AT yang juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin dan kejadian katarak.
Pembahasan
• Hubungan antara pekerjaan dan kejadian katarak
Proporsi responden yang bekerja diluar gedung dan menderita katarak (76,9%) lebih besar dari pada proporsi mereka yang bekerja didalam gedung dan menderita katarak (62,5%) dan dari perhitungan odd ratio juga didapatkan bahwa kecenderungan mereka yang bekerja diluar gedung dan menderita katarak 2 kali lebih besar dibandingkan mereka yang bekerja didalam gedung. Meskipun dalam perhitungan statistik didapat nilai p = 0,116 (p >5%) yang berarti hal ini tidak bermakna secara statistik.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dikakukan sebelumnya yaitu oleh Pujianto.
Pembahasan
• Hubungan antara paparan sinar matahari dan kejadian katarak
Pada penelitian ini didapatkan dari 70 orang yang terpapar sinar matahari, 55 orang diantaranya menderita katarak (78,6%) dan 15 orang (21,4%) tidak menderita katarak. Didapatkan kecenderungan orang yang terpapar matahari untuk menderita katarak 4 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Dengan nilai p = 0,004 (p <5%) yang berarti bahwa nilai ini bermakna secara statistik, jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara paparan sinar matahari dan kejadian katarak.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Darmadi.
Pembahasan
• Hubungan antara lamanya paparan matahari dan kejadian katarak
Lamanya paparan yang kurang dari 7 jam perhari didapatkan pada sebagian besar responden penelitian, yaitu sebanyak 88 orang (88%) dan hanya 12 orang (12%) yang terpapar antara 7 hingga 12 jam perhari. Dari perhitungan didapatkan nilai p = 0,107 yang berarti bahwa hal ini tidak bermakna secara statistik.
Hal ini berbeda dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu oleh Brilliant, et al.
Pembahasan
• Hubungan antara penggunaan pelindung dan kejadian katarak
Pada penelitian ini didapatkan dari 45 orang responden yang tidak menggunakan pelindung hampir seluruhnya yaitu 37 orang (82,2%) menderita katarak dan 8 orang sisanya (17,8%) tidak menderita katarak. Mereka yang tidak menggunakan pelindung cenderung menderita katarak 3 kali lebih besar dibandingkan mereka yang menggunakan pelindung. Dengan nilai p = 0,016 dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan pelindung terhadap pararan sinar matahari dan kejadian katarak.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu oleh Darmadi.
Pembahasan
• Hubungan antara merokok dan kejadian katarak
Proporsi responden kelompok yang tidak merokok pada penelitian ini (66%) lebih banyak dibandingkan dengan kelompok yang merokok (34%). Dari 34 orang responden yang merokok 24 orang responden (70,6%) menderita katarak dan 10 orang (29,4%) tidak menderita katarak. Dari perhitungan didapatkan nilai p = 0,927, dimana hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu penelitian oleh pujianto.
Pembahasan
• Hubungan antara diabetes mellitus dan kejadian katarak
Pada penelitian ini didapatkan dari 35 orang responden yang menderita diabetes mellitus 31 orang (88,6%) menderita katarak dan hanya 4 orang (11,4%) yang tidak menderita katarak. Dari perhitungan didapatkan kecenderungan mereka yang menderita diabetes mellitus dan menderita katarak adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes mellitus. Dengan nilai p = 0,003 hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit diabetes mellitus dan kejadian katarak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arimbi
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit diabetes mellitus dan kejadian katarak dengan p value = 0,000.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Dari seluruh total responden, 70 orang menderita katarak.
2. Faktor usia berhubungan dengan kejadian katarak, dimana mereka yang berusia lanjut mempunyai kecenderungan untuk menderita katarak 3 kali lebih besar.
3. Faktor jenis kelamin dan pekerjaan tidak berhubungan dengan kejadian katarak. Meskipun begitu mereka yang bekerja diuar gedung mempunyai kecenderungan untuk menderita katarak 2 kali lebih besar dibandingkan mereka yang bekerja didalam gedung.
4. Paparan sinar matahari berhubungan dengan kejadian katarak. Dimana kecenderungan mereka yang terpapar sinar matahari untuk menderita katarak 4 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak terpapar, sementara lamanya jumlah paparan perhari tidak berhubungan dengan kejadian katarak.
Kesimpulan
5. Penggunaan pelindung terhadap paparan sinar matahari berhubungan dengan kejadian katarak. Dari penelitian mereka yang tidak menggunakan pelindung memiliki kecenderungan untuk menderita katarak 3 kali lebih besar dibandingkan mereka yang menggunakan pelindung. Dengan nilai p = 0,016 menyatakan bahwa hasil ini bermakna secara statistik.
6. Tidak terdapat hubungan antara merokok dan kejadian katarak.
7. Terdapat hubungan antara diabetes mellitus dan kejadian katarak. Dimana mereka yang menderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan untuk menderita katarak 5 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes mellitus. Dengan nilai p = 0,003 hal ini berarti bahwa hasil penelitian ini bermakna secara statistik.
Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya : penelitian ini bisa digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan menambahkan faktor-faktor resiko lain yang tidak bisa diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan waktu, tempat, dan sampel yang dialami oleh peneliti. Demikian juga jumlah sampel mungkin bisa diperbesar agar keakuratan data yang didapat semakin baik.
2. Bagi pemerintah : dari hasil penelitian ini, pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mencegah kenaikan angka kejadian katarak, dengan cara melakukan pencegahan kepada faktor-faktor resiko yang dapat dicegah. Informasi mengenai tindakan-tindakan preventif misalnya dapat diberikan kepada masyarakat melalui poster atau selebaran.
3. Bagi institusi kesehatan : screening katarak dapat dilakukan, yaitu terhadap mereka dengan faktor resiko tinggi, agar mendapat penanganan yang adekuat. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini melalui seminar-seminar kesehatan juga dapat dilakukan.
Daftar pustaka
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.P.204-216.
2. World Health Organization. Prevention of blindness and visual impairment. [cited 2013 june 23]. Available : http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (DEPKES RI). Riset kesehatan dasar 2007. [cited 2013 August 24]. Available : http://www.depkes.go.id/downloads/materi_rakerkesnas/panel%204/Balitbangkes.pdf
4. McCarty CA, Taylor HR. The genetics of cataract. Invest Ophthalmol Vis Sci 2001; 42: 1677-8.
5. Heiba IM, Elston RC, klein BE, Klein R. Evidence for a major gene for cortical cataract. Invest Ophthalmol Vis Sci 1995; 36(1): 227-35
6. Hammond CJ, Snieder H, Spector TD, Gilbert CE. Genetic and environmental factors in age-related nuclear cataracts in monozygotic and dizygotic twins. N Engl J Med 2000; 342: 1786–90.
7. Hammond CJ, Duncan DD, Snieder H, de Lange M, West SK, Spector TD et al. The heritability of age-related cortical cataract: the twin eye study. Invest Ophthalmol Vis Sci 2001; 42: 601–5.
8. Graw J, Loster J. Developmental genetics in ophthalmology. Ophthalmic Genet 2003; 24: 1–33.
Daftar pustaka
9. Francis PJ, Moore AT. Genetics of childhood cataract. Curr Opin Ophthalmol 2004; 15: 10–15.
10. Congdon N, Broman KW, Lai H, Munoz B, Bowie H, Gilber D et al. Nuclear cataract shows significant familial aggregation in an older population after adjustment for possible shared environmental factors. Invest Ophthalmol Vis Sci 2004; 45(7): 2182–6.
11. Robman L, Taylor H. external factors in the development of cataract. In: Cambridge Ophtalmological Symposium, Australia, 2005: 1074-82.
12. McCarty CA, Taylor HR. A review of the epidemiologic evidence linking ultraviolet radiation and cataracts. Dev Ophthalmol 2002; 35: 21–31.
13. McCarty CA, Nanjan MB, Taylor HR. Attributable risk estimates for cataract to prioritize medical and public health action. Invest Ophthalmol Vis Sci 2000; 41(12): 3720–3725.
14. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract. Section 11. Chapter 1. Basic and Clinical Science Course; 2007-2008. P.5-9.
15. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. 17 th ed. Jakarta: EGC; 2012. P.11-2, 169.
16. American Academy of Ophthalmology. Lens and cataract. Section 11. Basic and Clinical Science Course; 2003-2004.
17. Asbell PA, Dualan I, Mindel J, Brocks D, Ahmad M, Epstein S. Aged-related cataract. Lancet 2005; 365: 599-609.
Daftar pustaka
18. Nirmalan PK, Robin AL, Katz J. Risk factor for age related cataract in a rural population of Southern India: the aravind comperehensive eye survey. Br J Ophthalmol 2004; 88: 989-94.
19. Soehardjo. Kebutaan Katarak: Faktor-faktor Risiko, Penanganan Klinis, dan Pengendalian [thesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2004.
20. Malina HZ, Martin XD. Xanthurenic and derivative formation in the lens is responsible for cataract in humans. Gracfes Arch Clin Exp Ophthalmol 1996; 234: 723-30.
21. Wong L, Ho SC, Coggon D, Cruddas AM, Hwang CH, Ho CH, et al. Sunlight exposure, antioxidant status, and cataract in Hongkong fisherman. J Epidemiol Comm Health 1993; 47: 46-9.
22. Brilliant B, Grasset NC, Pochre RB. Association among cataract prevalence, sunlight hours, and attitude in the Himalayas. Am J Epidemiol 1983; 118: 250-4.
23. Darmadi T. Hubungan kebiasaan merokok,konsumsi alcohol dan paparan sinar matahari dengan kejadian katarak di Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat [thesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2007.
24. Leske MC, Wu SY, Nemesure B. Risk factors for incidence nuclear opacities. Ophthalmology 2002; 109: 1303-8.
25. Pujianto TI. Faktor-faktor resiko yang berpengaruh terhadap katarak senilis [thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004.
Daftar pustaka
26. American academy of ophthalmology. Pathology in lens and cataract. Section 11. Chapter 5. Basic and clinical science course; 2007-2008.
27. Arimbi AT. Faktor-faktor yang berhubungan dengan katarak degeneratif di RSUD Budhi Asih tahun 2011 [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
28. Husain R, Tong L, Fong A, Cheng JF, How A, Chua WH, et al. Prevalence of cataract in rural Indonesia Ophthalmology 2005; 112: 1255-62.
29. Thylefors B, Negrel AD, Pararajasegram R, etal. Global data on blindness. Bull World health Organ 1995; 14: 135-40
30. Neale RE, Purdie JL, Hirst LW, Green AC. Sun exposure as a risk factor for nuclear cataract. Epidemiology 2003; 14: 707-12.
31. Hashim Z, Shamshad Z. osmotic stress induced oxidative damage: possible mechanism of cataract formation in diabetes. J diabetes complications 2012; 26: 275-79.
Terima kasih