UAS Olekimia Astry Eka Citrasari
-
Upload
astry-eka-citrasari -
Category
Documents
-
view
109 -
download
6
Transcript of UAS Olekimia Astry Eka Citrasari
UNIVERSITAS INDONESIA
UJIAN AKHIR SEMESTER OLEOKIMIA
REVIEW JURNAL : biodiesel and its high
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UJIAN AKHIR SEMESTER OLEOKIMIA
REVIEW JURNAL : Biotechnological preparation of biodiesel and its high-valued derivatives: A review
Astry Eka Citrasari
1006775842
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2013
i
UJIAN AKHIR SEMESTER OLEOKIMIA
Biotechnological preparation of valued derivatives: A review
ii
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
RINGKASAN JURNAL ............................................................................................................ 1
1.Pendahuluan Jurnal ............................................................................................................. 1
2. Lipase yang Berkaitan dengan Persiapan Biodiesel ........................................................... 3
2.1 Sumber Lipase dan Produk Komersial Lipase ............................................................. 4
2.2 Langkah peningkatan performa Lipase dalam pembuatan biodiesel ............................ 4
3 Produksi Biodiesel menggunakan transesterifikasi enzimatik ............................................ 6
3.1. Pendekatan persiapan biodiesel ................................................................................... 7
3.2 Produksi Biodiesel menggunakan metode transesterifikasi enzimatik ....................... 10
3.3. Kinetika dan mekanisme reaksi enzimatik untuk transesterifikasi reaksi ................. 13
3.4. uji coba skala pilot dan industri ................................................................................. 14
4. Biodiesel berbasis derivatif bernilai tinggi....................................................................... 15
4.1 Tantangan untuk biodiesel industrialisasi saat ini ...................................................... 15
4.2 Strategi kilang biodiesel ............................................................................................ 16
4.3 Turunan bernilai tinggi dari biodiesel ........................................................................ 17
4.4. Analisis efisiensi ekonomi ......................................................................................... 19
5 . Pengembangan bahan baku lainnya ................................................................................ 23
5.1 . Minyak non edible dan lemak dari kehutanan .......................................................... 23
5.2 . Ganggang dan minyak berbasis mikroba .................................................................. 24
5.3 Biosintesis asam lipid / lemak dalam mikroalga ........................................................ 25
5.4 Kultivasi Mikroalga .................................................................................................... 26
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN ................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 30
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Kimia Biodiesel .......................................................................................... 2 Gambar 2 Penampang Imobilisasi Enzim .................................................................................. 5 Gambar 3 Blok Diagram Proses Biodiesel ................................................................................ 6 Gambar 4 Proses Pirolisis .......................................................................................................... 8 Gambar 5 Mekanisme Transesterfikasi ..................................................................................... 8 Gambar 6 Reaksi Terbentuknya Saponifikasi ............................................................................ 9 Gambar 7 Proses Transesterifikasi Menggunakan Ultrasonic ................................................. 12 Gambar 8 Letak Titik Superkrtitikal dari CO2 ........................................................................ 12 Gambar 9 Ping Pong Bi Bi Model ........................................................................................... 14 Gambar 10 Mekanisme Transesterifikasi ................................................................................ 14 Gambar 11 Turunan FAME ..................................................................................................... 15 Gambar 12 Langkah ketiga dalam biosintesis trigliserida pada mikroalga ............................. 26 Gambar 13 Blok Diagram Proses Mikroalga ........................................................................... 26 Gambar 14 Fotobioreaktro system ........................................................................................... 27 Gambar 15 Pond System .......................................................................................................... 27
DAFTAR TABEL Tabel 1 Parameter Fisika dan Kimia dari Enzimatik Transesterfikasi .................................... 11 Tabel 2 Bahan Turunan FAMEs dan Kegunaannya ................................................................ 17 Tabel 3 Mikroorganisme Pengurai Gliserol ............................................................................. 18 Tabel 4 Analisis Keekonomian Biodiesel ................................................................................ 22 Tabel 5 Analisis Keekonomian Produk Bernilai Tinggi dari Biodiesel .................................. 22 Tabel 6 Daftar Non-Edible Oilseed.......................................................................................... 24 Tabel 7 Perbandingan Sistem Kultivasi Alga .......................................................................... 27
1
PENDAHULUAN
Jurnal ini memiliki topik besar Applied Energy yang mengidikasikan bahasan yang dibawa
dalam jurnal ini adalah mengenai energi dan khususnya energi terbarukan. Pembahasan ini
dilakukan karena saat ini sedang banyak dilakukan penelitian mengenai energi terbarukan
yang berasal dari produk turunan oleokimia. Peneliti banyak berkonsentrasi pada bidang ini
karena banyak keuntungan yang lebih yang bisa didapatkan. Berbagai keuntungan akan
dijabarkan dalam jurnal review ini.
Jurnal ini mereview mulai dari pembuatan biodiesel dengan cara terbarukan (biological
production) dan pengaruhnya atas beberapa parameter kondisi operasi hingga pembuatan
biodiesel skala pilot sampai industrial. Selain itu dijabarkan pula produk turunan yang
mungkin didapat dari biodiesel dan gliserol mentah (crude gliserol), dimana produk turunan
tersebut dapat bernilai tinggi dan memajukan industri biodiesel.
Tidak berhenti hanya sampai membahas prosesnya saja, jurnal ini juga membahas analisis
keekonomian mengenai perbandingan ekonomi jika menggunakan metode chemical synthesis
dan biological production. Selain itu, lebih jauh lagi, analisis mengenai penggunaan enzim
terlarut dan terimobilisasi juga dilakukan.
RINGKASAN JURNAL
Jurnal yang akan di bahas kali ini adalah sebuah jurnal review berjudul Biotechnological
preparation of biodiesel and its high-valued derivatives. Review ini diterbitkan pada 10
oktober 2013
1.Pendahuluan Jurnal Biodiesel semakin berkembang ketika jumlah minyak dari bahan baku fosil menurun. Selain
itu, biodiesel juga semakin banyak diteliti ketika orang-orang mulai mencari energi ramah
lingkungan yang dapat diperbarui. Seperti sudah banyak diketahui bahwa biodiesel dapat
dibuat dari minyak nabati maupun hewani hal ini lah yang membuat biodiesel menjadi
sumber terbarukan dan mampu mengganti bahan bakar berbasis petroleum. Terlebih lagi,
2
telah terbukti bahwa biodiesel mengemisi lebih sedkit gas rumah kaca sehingga mengurangi
efek pengrusakan lingkungan.
Biodiesel dengan rumus kimia Fatty Acid Methyl Ester (FAME)
adalah senyawa alkil ester yang diproduksi melalui reaksi
transesterifikasi antara trigliserida dengan metanol dan bantuan
katalis. Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat diperbarui.
Biodiesel diharapkan dapat mengganti keberadaan petroleum diesel
karena biodegradable dan ramah lingkungan karena menghasilkan
emisi Sox yang rendah serta senyawa hidrokarbon yang tidak
terbakar
Biodiesel memiliki sifat pembakaran terkait mirip dengan minyak
solar, tetapi juga beroperasi di compression ignition (diesel) mesin
dan membutuhkan modifikasi mesin yang sangat sedikit atau tidak
ada. Biodiesel dapat dicampur dalam proporsi dengan solar minyak
bumi untuk menciptakan campuran biodiesel atau dapat digunakan
dalam bentuk murni. Hal ini dapat disimpan seperti diesel yang berasal dari petroleum dan
karenanya tidak memerlukan infrastruktur yang terpisah. Penggunaan biodiesel dalam mesin
diesel konvensional dapat mengakibatkan pengurangan substansial dalam emisi hidrokarbon
tidak terbakar, karbon monoksida dan hal-hal partikulat
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh biodiesel, ternyata masih banyak kekurangan
dari biodiesel yang masih harus dibenahi. Salah satu rintangan utama dari pembuata biodiesel
ini adalah harga dari bahan baku yang cukup bersaing dengan produk lain dan harga bahan
baku pembuatan biodiesel adalah 70% dari total biaya pembuatan biodiesel. Selain harganya
yang cukup tinggi, ketersedian dari minyak nabati masih terbatas. Ditambah lagi dengan
maraknya krisis pangan di negara yang berkembang membuat bahan baku biodiesel semakin
beresiko meskipun telah banyak dilakukan pengentasan masalah dari perkebunan sumber
minyak nabati.
Oleh karena itu, pengembangan biodiesel dari bahan baku yang tidak dapat dimakan mulai
banyak juga digemar. Pembuatan biodiesel dengan bahan yang tidak dapat dimakan sangat
menguntungkan jika metode yang digunakan dalam pembuatan biodiesel menggunakan
enzim sebagai katalis. Selain itu, penggunaan minyak nabati yang tidak dapat dimakan dapat
Gambar 1 Struktur Kimia Biodiesel
3
mengatasi kekurangan dari teknologi asam dan basa sehingga tidak terlalu memerlukan
kandunga FFA atau asam lemak bebas yang sedikit dalam bahan baku.
Selain itu, dengan kemampuan untuk membuat energi terbarukan melalui fotosintesis dan
menghasilkan hasil yang tinggi dari budidaya mikroba, mikroalga adalah organisme yang
mungkin berharga untuk proses produksi skala ekonomi dan industri. Saat ini, mikroalga
menjadi fokus dari pendekatan yang menjanjikan untuk menghasilkan volume besar bahan
baku minyak untuk persiapan biodiesel.
Sejauh ini, ada dua teknologi utama untuk menghasilkan biodiesel
1. Chemical Synthesis : supercritical fluid method, organic solvent extraction
2. Biological Production : enzyme extraction
Pembuatan biodiesl dengan cara sintesis kimia mempunyai beberapa kekurangan yang
mampu diatasi dengan bioteknologi yaitu menggunakan enzim. Dalam jurnal ini, yang cukup
menjadi fokus adalah pembuatan biodiesel dengan menggunakan enzim. Akan tetapi, enzim
juga memiliki harga yang cukup mahal dan mudah diinaktivasi sehingga dua hal tersebut
masih menjadi sebuah kekurangan dari menggunakan enzim.
Untuk mengatasi masalah ini, strategi yang digunakan untuk menghasilkan lipase termurah
yang bertujuan untuk menyediakan penghematan biaya dan enzim dapat digunakan kembali.
Sementara itu, biodiesel bukan merupakan produk bernilai tinggi, yang mungkin sangat
dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar bahan baku. Dalam pertimbangan ini, untuk produk
bagian bio-refine lebih lanjut dari industri biodiesel menjadi turunan bernilai tinggi secara
substansial dapat meningkatkan efisiensi komersial dan meningkatkan daya saing pasar
biodiesel. Pada tujuan ini, bagian berikut ini merangkum kemajuan saat ini di biokatalis
(lipase), persiapan bioteknologi biodiesel, turunan bernilai tinggi dan pengembangan sumber-
sumber baru bahan baku biodiesel.
2. Lipase yang Berkaitan dengan Persiapan Biodiesel Lipase adalah enzim yang dapat larut dalam air dan bekerja dengan mengkatalisis hidrolisis
ikatan ester dalam substrat lipid yang tidak larut air seperti trigliserida berantai panjang.
Dengan demikian, lipase tergolong dalam enzim esterase. Enzim ini juga mampu
mengkatalisasi pembentukan ikatan ester (esterifikasi) dan pertukaran ikatan ester
(transeterifikasi) pada media bukan air. Lipase diproduksi pada karbon berlipid, seperti
minyak, asam lemak, dan gliserol.
4
2.1 Sumber Lipase dan Produk Komersial Lipase Unsur yang paling penting dalam persiapan bioteknologi biodiesel adalah katalis lipase.
Umumnya, lipase digunakan dalam biodiesel produksi terutama diperoleh dari bakteri, ragi
dan jamur berfilamen.
Di antara semua lipase yang berasal dari bakteri yang digunakan dalam transesterifikasi, yang
paling banyak dilaporkan adalah Burkholderia cepacia lipase ( BCL ). Bentuk amobil BCL
telah digunakan untuk produksi biodiesel dalam sistem isooctane dan bebas pelarut
Candida antarctica lipase B ( CALB ) adalah yang paling banyak diterapkan lipase dari ragi.
Dengan bertujuan menciptakan lipase yang kuat untuk transesterifikasi, enzim ini telah
mengalami berbagai metode imobilisasi dan berbagai modifikasi kimia strategi. Ragi lipase
banyak digunakan adalah yang diperoleh dari Candida sp . 99-125 ( juga Yarrrowia lipolytica
lipase 2), yang telah bergerak di tekstil dan digunakan untuk produksi biodiesel di Cina.
Selain itu, Candida rugosa lipase juga telah telah digunakan untuk produksi biodiesel dengan
bahan baku yang berbeda di berbagai Media.
2.2 Langkah peningkatan performa Lipase dalam pembuatan biodiesel 2.2.1 Rekayasa Protein dari Lipase
Sifat-sifat lipase erat kaitannya dengan produksi biodiesel termasuk thermo stabilitas,
toleransi pelarut organik dan aktivitas transesterifikasi. Namun, lipase alam seringkali tidak
dapat memenuhi kebutuhan prosedur biokatalis industri. Dengan demikian, strategi rekayasa
protein sedang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut di atas.
Akhirnya, direkayasa sebuah lipase yang termostabil untuk mendapatkan mutan termostabil
dari CALB , errorprone PCR dan metode menyeret DNA yang digunakan , dan mutan terbaik
disaring menunjukkan peningkatan 20 kali lipat dalam paruh pada 70oC dan titik leleh protein
chimeric yang diperoleh dari menyeret adalah 6,4oC lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
umum CALB. Demikian pula, untuk meningkatkan toleransi organik lipase LST - 03 dari P.
aeruginosa, perpustakaan mutan random dibangun dengan menggunakan rawan kesalahan
PCR. Setelah screening, mutan terbaik menunjukkan peningkatan 11 kali lipat dalam paruh
dalam n - dekana daripada jenis liar.
2.2.2 Imobilisasi dan Modifikasi fisika kimia
Teknik imobilisasi enzim dapat dilakukan denga 3 cara yaitu :
5
1. Cara fisik yang meliputi tek nik (penjebakan)
entrapment, (encapsulation).
2. Cara kimia yaitu meliputi tehnik pengikatan
baik secara kovalen, non kovalen dan tehnik
ikatan silang (crosslinking).
3. Kombinasi cara fisik dan kimia.
Imobilisasi dan modifikasi fisik-kimia lipase lipase
dengan aktivitas tinggi, selektivitas dan spesifisitas
mengizinkan untuk melakukan proses kimia organik
kompleks di bawah kondisi percobaan dan
lingkungan.. Namun, penggunaan langsung lipase
bebas memiliki beberapa kelemahan. Sebagai contoh,
kondisi reaksi seperti nilai-nilai tinggi atau rendah pH,
suhu tinggi, dan pelarut organik menyebabkan
denaturasi dan stabilitas operasional miskin lipase
gratis.
Imobilisasi adalah salah satu strategi yang paling penting untuk meningkatkan sifat katalitik
lipase. Lipase amobil sebagai biokatalis mudah terpisah dari sistem reaksi yang mengandung
produk, oleh-produk, substrat sisa dan menengah, sehingga memungkinkan untuk melakukan
proses yang terus menerus dengan sedikit protein atau kehilangan aktivitas. Berbagai bahan
telah digunakan sebagai dukungan lipase amobil melalui pendekatan konvensional, seperti
adsorpsi, jebakan, enkapsulasi, dan kovalen. Selain itu, manik-manik kaca, resin berpori
,silika mesopori
2.2.3 Whole-cell catalyst
Bila dibandingkan dengan enzim amobil, katalis seluruh sel memiliki sifat unik bertindak
sebagai ''tdk tiruan '' amobil enzim, menyajikan berbagai keunggulan dalam teknologi, biaya
produksi, dan penyederhanaan operasi. Secara umum, tiga bentuk yang berbeda dari katalis
seluruh sel telah digunakan dalam produksi biodiesel .
Pertama, beberapa jamur berfilamen, terutama Rhizopus sp. dan Aspergillus sp.
menghasilkan lipase sel - terikat atau intracelluar. Hingga saat ini, serangkaian studi rinci
tentang produksi biodiesel menggunakan ROL sebagai katalis seluruh sel telah dilakukan..
Gambar 2 Penampang Imobilisasi Enzim
sumber : http://www.lsbu.ac.uk/biology/enztech/im
method.html
6
Dia et al melaporkan penggunaan seluruh sel Rhizopus chinensis untuk produksi biodiesel .
Selain itu, Colin et al . menunjukkan bahwa lipase miselium terikat dari A. niger MYA 135
memiliki potensi besar dalam transesterifikasi.
Kedua, strain rekombinan yang diperoleh oleh teknologi layar permukaan dapat digunakan
sebagai katalis whole-cell. Hingga saat ini, empat lipase ditampilkan pada permukaan sel ragi
telah digunakan untuk mengkatalisis transesterifikasi
Ketiga, rekombinan sel Escherichia coli atau sel ragi dan bahkan Aspergillus oryzae , yang
mengungkapkan lipase intraseluler, bisa langsung digunakan sebagai katalis keseluruhan - sel
untuk mengkatalisis transesterifikasi
3 Produksi Biodiesel menggunakan transesterifikasi enzimatik Katalis enzim menjadi lebih menarik baru-baru ini karena dapat menghindari pembentukan
sabun dan proses pemurnian sederhana untuk dicapai.
Gambar 3 Blok Diagram Proses Biodiesel
sumber : Leung et.al, 2010
7
Pada diagram diatas terdapat perlakukan khusus antara katalis dan alkohol. Tujuan
pencampuran metanol (bisa berbagai macam alkohol, metanol disini hanya sebagai contoh)
dengan katalis adalah untuk menghasilkan metoksida yang bereaksi dengan minyak dasar.
Sebagian besar katalis (misalnya NaOH, KOH) adalah dalam bentuk padat dan tidak mudah
larut dalam metanol, yang terbaik adalah mulai mengagitasi metanol dalam mixer dan
tambahkan katalis perlahan-lahan dan hati-hati. Setelah katalis benar-benar larut dalam
metanol, metoksida siap untuk ditambahkan ke minyak. Setelah metoksida ditambahkan ke
dalam minyak, reaksi netralisasi akan segera mulai. Beberapa katalis alkali akan bereaksi
dengan asam belum sempurna selama tahap pretreatment atau akan bereaksi dengan asam
lemak bebas dari minyak. Oleh karena itu, lebih katalis perlu ditambahkan untuk melengkapi
reaksi.
3.1. Pendekatan persiapan biodiesel Biodiesel dapat diperoleh dari empat metode yang berbeda, yaitu, penggunaan langsung
minyak nabati dan campuran, mikro-emulsifikasi, thermal cracking atau pirolisis, dan
transesterifikasi (alkoholisis). Namun, minyak nabati tidak dapat langsung digunakan sebagai
biodiesel menggantikan bahan bakar fosil karena viskositas tinggi, minyak sayur tidak dapat
dibakar sepenuhnya dan dapat menyebabkan masalah serius ke mesin. Demikian pula
meskipun mikro-emulsifikasi dan pirolisis meningkatkan sifat minyak nabati sampai batas
tertentu, mereka tidak dapat digunakan untuk produksi biodiesel. Berikut penjelasan singkat
mengenai 3 metode (selain penggunaan langsung minyak nabati) yang telah disebutkan diatas
A. Pirolisis
Pirolisis mengacu pada perubahan kimia yang disebabkan oleh penerapan energi panas dalam
ketiadaan udara atau nitrogen. Fraksi cair dari minyak nabati terurai cenderung mendekati
bahan bakar diesel. Pyrolyzate memiliki viskositas rendah, titik nyala, dan titik tuang dari
solar dan nilai kalor setara. Jumlah cetane dari pyrolyzate lebih rendah. Minyak nabati yang
mengandung belerang, air, sedimen dan korosi tembaga yang masih dalam rentang baik dan
memberikan nilai abu tidak dapat diterima, residu karbon dan pour point.
B. Mikro-emulsifikasi
Pembentukan mikroemulsi (co
memecahkan masalah viskositas minyak nabati
transparan, dispersi koloid te
berkisar dari 100 sampai 1000 Å. Sebuah mikro
dengan ester dan dispersant (co
perbaiki cetane, dengan atau tanpa bahan bakar diesel. Air (dari etanol berair) juga dapat
hadir untuk menggunakan etanol yang lebih rendah, sehingga meningka
mikro-emulsi.
C. Transesterfikasi
Transesterifikasi adalah metode yang paling umum digunakan untuk produks
biodiesel. Prosedur ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan proses lainnya, seperti
kondisi reaksi yang tidak terlalu ekstrem
minyak kelayakan.
Pembentukan mikroemulsi (co-solvabilitas) merupakan salah satu solusi potensial untuk
viskositas minyak nabati. Micro-emulsi didefinisikan sebagai
transparan, dispersi koloid termodinamika stabil. Diameter droplet dalam mikro
berkisar dari 100 sampai 1000 Å. Sebuah mikro-emulsi dapat dibuat dari minyak nabati
dengan ester dan dispersant (co-solvent), atau minyak nabati, alkohol dan surfaktan dan
u tanpa bahan bakar diesel. Air (dari etanol berair) juga dapat
hadir untuk menggunakan etanol yang lebih rendah, sehingga meningka
ransesterifikasi adalah metode yang paling umum digunakan untuk produks
biodiesel. Prosedur ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan proses lainnya, seperti
yang tidak terlalu ekstrem, proses ramah lingkungan, dan lebar bahan baku
Gambar 5 Mekanisme Transesterfikasi
sumber : Rustamaji, heri.2010.
Gambar 4 Proses Pirolisis
sumber : www.diacarbon.com
8
solvabilitas) merupakan salah satu solusi potensial untuk
emulsi didefinisikan sebagai
rmodinamika stabil. Diameter droplet dalam mikro-emulsi
emulsi dapat dibuat dari minyak nabati
solvent), atau minyak nabati, alkohol dan surfaktan dan
u tanpa bahan bakar diesel. Air (dari etanol berair) juga dapat
hadir untuk menggunakan etanol yang lebih rendah, sehingga meningkatkan toleransi air
ransesterifikasi adalah metode yang paling umum digunakan untuk produksi skala besar
biodiesel. Prosedur ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan proses lainnya, seperti
, proses ramah lingkungan, dan lebar bahan baku
9
Transesterifikasi dapat dilakukan dengan berbagai katalis seperti basa, asam, dan enzim.
Katalis basa sangat sensitif terhadap kelembaban dan kadar asam lemak bebas yang
menyebabkan reaksi saponifikasi parsial sehingga katalis terkonsumsi dan penurunan
efisiensi katalitik. Selain itu, saponifikasi menyebabkan peningkatan viskositas, membentuk
gel yang membuat proses pemisahan biodiesel berikutnya sangat sulit.
Asam yang dapat digunakan diantaranya asam sulfat (H2SO4), asam fosfat, asam klorida, dan
asam organik. Katalis asam yang paling banyak banyak dipakai adalah asam sulfat. Katalis
asam biasanya digunakan ketika nilai asam dari bahan baku lebih tinggi dari kisaran kinerja
katalis basa dan katalis asam harus digunakan dalam kondisi
• Kebutuhan jumlah alkohol yang lebih tinggi,
• Suhu dan tekanan reaksi yang lebih tinggi,
• dan laju reaksi lambat.
Biasanya dalam aplikasi industri, Katalis basa yang dapat digunakan untuk biodiesel salah
satunya ialah dari campuran senyawa kalsium (CaO,Ca(OH)2, CaCO3) yang tersedia dengan
melimpah di alam dengan harga yang murah. Natrium metoksida (NaOCH3), natrium
hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), kalium metoksida, natrium amida, natrium
hidrida, kalium amida, dan kalium hidrida (Sprules and Price, 1950). Katalis basa lebih
disukai daripada katalis asam karena kemampuan kriteria katalis basa saat digunakan adalah
• Penyelesaian reaksi pada kecepatan yang lebih tinggi,
• Suhu reaksi yang lebih rendah,
• dan efisiensi konversi yang lebih tinggi.
Namun, reaksi dikatalisis oleh katalis kimia memiliki beberapa kelemahan kolektif, seperti
menjadi energi-intensif, akan jenuh jika digunakan untuk memulihkan gliserol, kesulitan
Gambar 6 Reaksi Terbentuknya Saponifikasi
sumber : www.chem-is-try.org
10
dalam penghapusan asam atau katalis basa dari produk, perawatan lebih lanjut dari air limbah
alkali, dan gangguan asam lemak bebas dan air dalam reaksi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, proses enzim -katalis baru-baru ini dikembangkan yang sering disebut juga dengan
biokatalis.
Biokatalis memiliki aktivitas tinggi dan selektivitas, dan reaksinya berlangsung dalam
kondisi ringan, menghasilkan air limbah yang sedikit dan mengkonsumsi lebih sedikit energi.
Selain itu, proses enzimatik jauh lebih sederhana karena pemulihan metanol yang tidak
bereaksi dan hasil samping gliserol membutuhkan proses hilir yang sedikit. Meskipun
aplikasi skala besar proses enzimatik kurang disukai karena tingginya biaya lipase, tetapi
telah dicari jalan keluarnya dengan produksi lipase menjadi lebih murah dan dapat digunakan
kembali dalam bentuk imobil. Hal tersebut telah terealisasi dalam reaksi transesterifikasi,
proses ini adalah arah masa depan pengembangan biodiesel karena keunggulan mereka atas
prosedur kimia.
3.2 Produksi Biodiesel menggunakan metode transesterifikasi enzimatik Bila dibandingkan dengan penggunaan katalisis kimia konvensional dan metanol superkritis,
transesterifikasi enzimatik untuk produksi biodiesel adalah salah satu strategi yang paling
menjanjikan. Keuntungan dan kerugian menggunakan lipase dibandingkan dengan katalis
basa konvensional yang jelas. Dengan kata lain, dalam prosedur produksi biodiesel , lipase
mampu bekerja dalam lingkungan lembut, yang menunjukkan konsumsi energi yang lebih
rendah. Selain itu, lipase memiliki kemampuan untuk mentransfer baik trigliserida dan asam
lemak bebas menjadi biodiesel, yang berarti mereka dapat mengkatalisasi minyak dari
sumber daya bervariasi, termasuk minyak limbah dengan kandungan tinggi asam lemak ,
apalagi, biodiesel dapat dengan mudah dipisahkan dari campuran reaksi dengan penyaringan
ketika dikatalisis oleh lipase, ada langkah pemisahan diperlukan setelah transesterifikasi
lipase ketika berada dalam packed bed ( PBR ), dan pemurnian berikut biodiesel juga jauh
lebih mudah daripada katalis kimia lainnya .
3.2.1 . Pengaruh parameter fisika dan kimia pada enzimatik
Reaksi transesterifikasi Dalam proses transesterifikasi enzimatik, banyak faktor yang
mempengaruhi yield biodiesel, seperti rasio molar metanol terhadap minyak, kelembaban,
aditif, pelarut organik, dll . Ringkasan pengaruh terangkum dalam tabel berikut
11
Tabel 1 Parameter Fisika dan Kimia dari Enzimatik Transesterfikasi
sumber : Yan et.al, 2013
Pengaruh Parameter Fisika dan Kimia pada Enzimatik Transesterifikasi
Pengaruh Pretreatment Pengaruh Substrat Pengaruh Temperatur Pengaruh Kelembapan Pengaruh pelarut organik
Pengaruh Additives
Jika bahan baku banyak mengandung FFA maka saat reaksi dengan katalis basa akan terbentuk sabun (saponifikasi) sehingga FFA harus dihilangkan terlebih dahulu
Studi lab membuktikan bahwa Lipase mampu berjalan pada substrat baik asam lemak bebas murni maupun yang berada dalam refined oil atau pun minyak jelantah
Temperatur umum dalam penggunaan lipase adalah 35-55 C. Namun, pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan suhu adalah sumber lipase dan teknik imobilisasi yang digunakan
Teori umum bahwa jika kandungan air terlalu banyak akan menghasilkan banyaka FFA karena minyak terhidrolisis
pelarut organik digunakan untuk menaikkan solubilitas alkohol dan trigliserida
Ectoine jika ditambahkan dalam larutan akan menaikkan produksi biodiesel
Jika bahan baku mengandung banyak fosfolipid, maka akan menutupi permukaan lipase sehingga fosfolipid harus dihilangkan terlebih dahulu dengan degumming treatment
Alkohol rantai pendek sangat mudah menginaktivasi enzim, padahal alkohol rantai pendek seperti metaol dan etanol yang umum digunakan. Dan juga, katalisis lipase dalam transesterfikasi meningkat dengan semakin panjangnya rantai hidrokarbon dari alkohol
Semakin tinggi suhu semakin mempercepat reaksi transesterfikasi tetapi mematikan untuk enzim lipase
Lipase mempunyai kriteria kandungan minimum air pada minyak agar mampu berreaksi optimum, semakin banyak air akan menghalangi kinerja lipase
Hal ini dikarenakan ectoine membuat lipase mempunyai afinitas lebih besar ke trigliserida dibanding ke alkohol
12
3.2.2 . Ultrasonikasi dan perlakuan dengan bantuan gelombang mikro
Transesterifikasi reaksi konvensional dalam proses batch cenderung lambat dan pemisahan
fase gliserol memakan waktu. Penggunaan USG dan microwave dalam proses
transesterifikasi telah terbukti meningkatkan laju reaksi, dan telah diterapkan untuk
mengatasi permasalahan tersebut di atas .
Telah dilaporkan bahwa pencampuran
ultrasonik memiliki efek signifikan positif
pada transesterifikasi enzimatik. Dalam
katalisis enzimatik, dispersi ultrasonik juga
dapat meningkatkan luas permukaan yang
tersedia untuk reaktan. Selain itu, kavitasi
ultrasonik meningkatkan efisiensi katalis, dan
konversi optimum dapat dicapai bahkan
dengan adanya jumlah rendah katalis.
3.2.3 . Transesterifikasi dalam cairan CO2 superkritis
Transesterifikasi dalam fluida superkritis (
SCFs ) meningkatkan tingkat difusi, yang
menghasilkan laju reaksi yang lebih tinggi. Di
antara berbagai jenis SCFs, CO2 superkritis (
SCCO2 ) adalah yang paling cocok karena
tidak beracun , tidak mudah terbakar , murah,
mudah tersedia , dan memiliki sifat kritis
ringan ( 31,1oC dan 7,38 MPa ). Selain itu,
SCCO2 memiliki sifat transportasi yang
menguntungkan yang dapat mempercepat
perpindahan massa terbatas dalam reaksi
enzim dikatalisasi. Akibatny, sebagian besar peneliti telah menggunakan SCCO2 sebagai
pelarut. Meskipun SCCO2 telah digunakan sebagai pelarut untuk glycerolysis dan hidrolisis
Gambar 7 Proses Transesterifikasi Menggunakan Ultrasonic
sumber : http://www.hielscher.com/biodiesel_transesterification_
01.htm
Gambar 8 Letak Titik Superkrtitikal dari CO2
sumber http://shim-pol.pl/1,16,361-0-0-Supercritical_Fluid_Technologies_Inc.html
13
reaksi, telah dilaporkan bahwa hasil biodiesel dari reaksi enzim -katalis di SCCO2 adalah
antara 40 % dan 90 % dan bahwa stabilitas operasional enzim tidak tinggi.
3.2.3 Solvent Engineering
Secara umum, pelarut hidrofobik kuat memiliki kecenderungan untuk menghilangkan air dari
enzim. Telah disimpulkan bahwa penggunaan campuran pelarut dalam produksi biodiesel
enzimatik memiliki keuntungan sebagai berikut: (a) efek kurang negatif yang disebabkan
oleh kelebihan adanya metanol dan gliserol, (b) laju reaksi yang lebih tinggi dan konversi; (c)
tidak ada regenerasi langkah-langkah untuk penggunaan kembali enzim, dan (d) stabilitas
operasional yang lebih tinggi dari katalis
3.2.4 Pemanfaatan dua dari lipase spesifik yang berbeda
Lipase dari berbagai sumber telah diperiksa dalam methanolysis biokatalis lipase dari
trigliserida untuk produksi biodiesel. Beberapa lipase amobil, seperti Novozym 435,
Lipozyme TL IM, dan Lipozyme RM IM [14,15] telah terbukti efektif dalam mengkatalisis
produksi biodiesel. Namun, beberapa dari mereka baik memerlukan pemuatan besar lipase
atau waktu reaksi yang lebih lama, sehingga biaya produksi yang lebih tinggi membatasi
aplikasi skala besar mereka
Pemanfaatan dua lipase dalam satu reaksi didasarkan pada kemampuan lipase menmindahkan
gugus molekul dan harga jual dipasaran. Ketika suatu enzim mampu memindahkan banyak
gugus terkadang harganya cukup tinggi sehingga dibuatlah pencampuran lipase. Dua lipase
yang umum digunakan bersama adalah
1. Novozyme 435 dan Lipozyme TL IM
2. Imobilisasi ROL dan C. rugosa lipase
3.3. Kinetika dan mekanisme reaksi enzimatik untuk transesterifikasi reaksi Kinetika mekanisme reaksi transesterifikasi telah diwakili oleh Ping Pong Bi Bi Model.
Mekanisme Ping Pong Bi Bi juga dapat digunakan dalam studi kinetik esterifikasi asam
lemak rantai panjang dikatalisis oleh lipase. Janssen et al. telah diturunkan model ketika air
diambil sebagai salah satu produk yang dapat menghambat reaksi. Modifikasi ini berlaku bila
asam lemak bebas dianggap sebagai substrat.
Ping Pong Bi Bi Model menggambarkan khusus Bi Bi mekanisme di mana pengikatan
substrat dan pelepasan produk telah ditentukan. Ini adalah mekanisme Ping Pong karena
14
enzim berada diantara keadaan bebas dan keadaan intermediate dengan substrat yang telah
dimodifikasi.
Selain itu, mekanisme reaksi transesterfikasi adalah sebagai berikut
Studi pada kinetika enzim dan mekanisme dapat memberikan parameter penting untuk
pemilihan sistem lipase terbaik untuk produksi biodiesel. Model Kinetic untuk produksi
biodiesel dapat digunakan untuk menentukan kondisi reaksi optimal dan untuk merancang
dan scale-up batch atau bioreaktor kontinyu.
3.4. uji coba skala pilot dan industri Menurut Badan Energi Internasional, pada tahun 2030, permintaan energi global akan
menjadi sekitar 50% lebih tinggi dari kebutuhan saat ini. Dari 2006 hingga 2030, permintaan
energi di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan meningkat pada laju sekitar 2,75% per
tahun, atau tumbuh 32% lebih cepat dari rata-rata permintaan di seluruh dunia. Untuk
memenuhi konsumsi energi yang tumbuh cepat, industri biofuel berkembang membutuhkan
pengembangan yang luar biasa dalam jangka waktu singkat. Biodiesel industrialisasi dapat
menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi
ketergantungan pada minyak fosil, dan mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca
Gambar 10 Mekanisme Transesterifikasi
Sumber : www.askitiians.com
Gambar 9 Ping Pong Bi Bi Model
sumber http://bioinformatics.oxfordjournals.org/content/21/6/774.full
15
4. Biodiesel berbasis derivatif bernilai tinggi Hal ini juga diketahui bahwa biodiesel sendiri bukanlah produk bernilai tinggi, yang mungkin
sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar bahan baku. Dalam rangka meningkatkan daya
saing pasar, biodiesel dapat lebih disempurnakan dalam segi biotekologinya menjadi turunan
bernilai tinggi, seperti metil ester asam dimer (Dames), poliamida, poliester poliol,
poliuretan, alkohol lemak, dll yang dapat secara substansial meningkatkan efisiensi komersial
dan daya saing pasar.
4.1 Tantangan untuk biodiesel industrialisasi saat ini Industri biodiesel saat ini dihadapkan dengan peluang dan tantangan. Meskipun semua
teknologi baru yang disebutkan di atas dikembangkan untuk mempromosikan aplikasi
biodiesel membuat biodiesel bintang gemilang di antara energi terbarukan, industri biodiesel
masih menghadapi banyak keterbatasan dan tantangan .
4.1.1 Bahan Baku
Pada Januari 201 , harga B100 ( 100 % biodiesel ) adalah US $ 4,44 per galon di Amerika
Serikat, sedangkan untuk B20 ( 20 % biodiesel dan 80 % petro - diesel ) adalah US $ 4,05 per
galon. Tak satu pun dari produk ini bisa bersaing dengan harga petrodiesel , yang sebesar US
$ 3,96 per galon. Keterbatasan utama yang membuat biodiesel kurang kompetitif adalah
tingginya harga bahan baku. Fluktuasi harga dari bahan baku tanaman memiliki efek penting
pada efisiensi ekonomi industri biodiesel.
Gambar 11 Turunan FAME
sumber : Yan, et.al 2013
16
4.1.2 Teknologi Konversi
Ada ada tiga teknologi konversi utama untuk produksi biodiesel :
� Asam / basa katalisis, memerlukan sejumlah besar air serta bahan baku yang sangat
asam , dan menghasilkan polutan tertentu
� Enzim katalisis, membutuhkan waktu reaksi yang relatif lama dan biaya enzim sangat
tinggi.
� dan Teknologi Supercritical Fluids. teknologi ini masih di tahap awal dan proses ini
sangat mahal dan kompleks
4.1.3 Nilai Produk
Nilai tambah yang rendah dari produk yang membuat daya saing industri biodiesel kurang
adalah bahwa proses transesterifikasi hanya menghasilkan dua produk yaitu biodiesel dan
gliserol. Kedua bahan tersebut diproduksi oleh sebagian besar perusahaan biodiesel.
Pengolahan hasil halus dan produksi co-produk bernilai tinggi belum dikomersialkan di
seluruh dunia.
4.1.4 Unsur-Unsur Lain
Konflik mengenai pasokan pangan, pemanfaatan air, penggunaan lahan, dan kebijakan
pemerintah juga harus diperhitungkan.
4.2 Strategi kilang biodiesel 4.2.1 Status kilang biodiesel di quo
Generasi pertama dari biodiesel diproduksi dari kedelai, rapeseed, dan minyak kelapa sawit.
Kilang biodiesel belum dirancang untuk membuat penuh penggunaan bahan baku, mendaur
ulang produk sampingan, dan mengurangi konsumsi energi, sehingga mencapai efek ekonomi
yang lebih baik. Selain itu, perusahaan produksi biodiesel hampir tidak bisa memproduksi
produk-produk bernilai tinggi dari biodiesel atau produk sampingan tersebut, gliserol.
4.2.2 Prospek dan perkembangan masa depan kilang biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan dan berkelanjutan. Untuk menjadi lebih
kompetitif di masa depan, perusahaan biodiesel harus mengembangkan metode yang dapat
secara signifikan menurunkan biaya bahan baku. Pengembangan pengganti yang dapat
menggantikan gandum yang ada tanaman dan tanaman minyak sangat penting untuk industri
17
biodiesel. Selain itu, mikroalga memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dan kecepatan
akumulasi minyak yang cukup besar, dan biomassa dapat dua kali lipat dalam 24 jam.
Namun, mereka membutuhkan lingkungan budaya air yang lebih besar dan lebih lama
periode budidaya .
Di sisi lain, meskipun keuntungan bakteri produksi dengan menggunakan biodiesel meliputi
tingkat pertumbuhan tertinggi dan pengoperasian yang mudah, sebagian besar bakteri tidak
menghasilkan minyak selain beberapa yang menghasilkan lipoid yang hampir tidak dapat
dipisahkan. Ragi dan jamur mungkin menguntungkan untuk memproduksi minyak mikroba,
dan beberapa strain ragi telah dilaporkan untuk mengakumulasi minyak hingga 70 % dari
total berat kering. Industri biodiesel harus menyiapkan skema baru biorefinery dan mengikuti
metode yang digunakan oleh industri mapan lainnya untuk memanfaatkan bahan baku yang
lebih memadai, terutama dengan mengubahnya menjadi produk bernilai tinggi. Dengan
demikian, krisis energi yang semakin parah yang dihadapi oleh biorefinery dapat
diselesaikan.
4.3 Turunan bernilai tinggi dari biodiesel Prinsip ekonomi mengungkapkan dua jalur untuk meningkatkan keuntungan: pengurangan
biaya dan peningkatan nilai produk. Pengembangan bahan baku baru dapat membantu
mengurangi biaya, sementara pemanfaatan yang cukup co-produk dapat meningkatkan nilai
produksi. Produksi biodiesel menghasilkan makan sayuran dan gliserol sebagai produk
sampingan. Penggunaan gliserol sebagai substrat untuk transformasi bernilai tinggi telah
diteliti.
4.3.1 Konversi bernilai tinggi dari biodiesel
Saat ini, produk-produk utama industri biodiesel adalah FAMEs, diperoleh melalui
transesterifikasi TGs alami seperti berbagai minyak nabati. Bila dibandingkan dengan
pembakaran biodiesel dalam mesin, ide untuk mengkonversi bagian dari FAMEs menjadi
bahan bernilai tinggi adalah sangat penting.
Tabel 2 Bahan Turunan FAMEs dan Kegunaannya
sumber : Yan, et.al 2013
Turunan FAME Kegunaan DAMEs bahan baku polyamide
resin
18
Dimer acid based polyamides
bahan baku tinta, vernis
Dimer acid based polyester polyols dan polyurethane
bahan baku cat
Monomer dan Polimer Terbarui
Salah satunya pada industri medis
Fatty Alcohol bahan baku pembuatan surfaktan
Fatty alcohol based polycarbonate
Salah satunya pada industri medis
Fatty epoxide bahan baku pelumas, surfaktan
Epoxidized FAMEs based polyesters
bahan baku kaca
4.3.2 Pemanfaatan gliserol mentah kekenyangan
Karena produksi massal gliserol sebagai produk sampingan dari pengolahan biodiesel , harga
gliserol telah tajam turun dari $ 1/lb pada tahun 1996 menjadi $ 0.35-0.39/lb pada tahun
2012. Hal ini mengakibatkan perusahaan biodiesel kehilangan minat dalam pemurnian
gliserol. Oleh karena itu, menyikapi pertanyaan tentang bagaimana untuk meningkatkan nilai
glycerolcontaining limbah merupakan kebutuhan mendesak. Penggunaan gliserol sebagai
substrat untuk memproduksi bahan kimia berharga lainnya bisa sangat meningkatkan daya
saing ekonomi dan keberlanjutan lingkungan dari industri biodiesel. Berikut adalah daftar
mikroorganisme yang dapat membantu menguraikan gliserol menjadi bahan bernilai tinggi.
Tabel 3 Mikroorganisme Pengurai Gliserol
sumber : Yan, et.al 2013
Mikroorganisme Produk Akhir Clostridium butyricum DSM10703
1,3-propanediol
Kluyvera cryocrescens
Etanol
Y. lipolytica ACA-DC 50109
Asam Sitrat
Jamur Pythium irregulare
eicosapentaenoic acid (EPA)
19
Schizochytrium limacinum
docosahexaenoic acid (DHA, 22:6 n-3)
Penambahan minyak sayur murni
meningkatkan produksi asam lemak rantai panjang
4.3.3 Reuse bahan baku co - produk
Saat ini, biji minyak yang dapat dimakan, setelah dikeluarkan, digunakan sebagai pakan
ternak. Namun, teknologi baru diperlukan untuk mengubah makanan bernilai rendah menjadi
bahan komposit bernilai tinggi. Sebuah penelitian baru menunjukkan kemungkinan
pembuatan komposit polimer menggunakan polikaprolakton ( PCL ) sebagai matriks. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa penambahan sayuran makan ke PCL meningkatkan modulus
tarik dan dengan demikian meningkatkan kekakuan. Komposit campuran memiliki semua
sifat-sifat plastik biodegradable dengan biaya yang relatif kurang dari PCL sendiri. Selain itu,
para ilmuwan Brasil menyelidiki kemungkinan produksi bioetanol menggunakan biomassa
co-produk yang diperoleh dalam ekstraksi minyak untuk produksi biodiesel.
4.4. Analisis efisiensi ekonomi Saat ini, perusahaan biodiesel berjuang karena naiknya harga bahan baku yang digunakan
dalam produksi biodiesel dan penurunan terus produk hilir. Akibatnya, analisis efisiensi
ekonomi dari perusahaan biodiesel yang ada dan virtual telah menjadi fokus penelitian yang
populer.
4.4.1 . Teknologi konversi yang berbeda
Empat proses katalis dengan homogen dan heterogen katalis basa dinilai berdasarkan
pengaruh ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses CaO - W ( heterogen CaO
katalis dan pemurnian air panas ) memiliki produksi terendah biaya di kisaran 1452-14,520
ton / tahun. Selanjutnya, dalam studi tekno-ekonomi oleh Marchetti et al. , tiga berbeda kasus
, termasuk :
1) katalis padat heterogen,
2) katalis asam homogen, dan
3) asam pra - esterifikasi dengan katalis basa homogen.
20
Semua tiga kasus yang cocok untuk produksi biodiesel menggunakan bahan baku minyak
dengan jumlah asam lemak bebas yang tinggi. Berdasarkan net value present untuk penilaian
ekonomi dari pabrik yang memproduksi 36.036 metrik ton / tahun, biaya operasi terendah per
tahun $ 18.109.000 diamati untuk Kasus 1, sedangkan net present value tertinggi adalah $
7.789.243 dicatat untuk Kasus 3, sehingga yang paling menguntungkan.
Selain itu, efektivitas biaya produksi biodiesel menggunakan enzim sebagai katalis dalam
proses pelarut bebas dan co - solvent adalah juga dievaluasi. Untuk free solvent process ,
biaya bahan baku merupakan 3 % untuk metanol, 47 % untuk minyak, dan 50 % untuk
enzim. Sedangkan untuk proses co – pelarut, bahan baku minyak menyumbang 73 % dari
seluruh biaya. Namun demikian, dengan peningkatan produksi skala besar biaya enzim akan
terpotong lebih lanjut yang akan semakin meningkatkan efek ekonomi. Dengan demikian,
berdasarkan Harga enzim saat ini, dapat disimpulkan bahwa co – solvent process lebih mahal
dan kurang kompetitif, sedangkan free solvent process yang layak untuk skala produksi yang
lebih besar.
Jegannathan et al. difokuskan pada penilaian ekonomi produksi biodiesel dalam hal proses
katalitik dari :
1) katalis basa, (biaya produksi $ 1166.67/ton)
2) imobilisasi enzim (biaya produksi $ 2414.63/ton) , dan
3) enzim terlarut (biaya produksi $ 7821.37/ton).
Meskipun biaya yang lebih tinggi dan periode reaksi yang lebih lama dari proses katalisis
menyebabkan proses dengan menggunakan imobilisasi enzim memiliki biaya produksi yang
lebih tinggi, akan tetapi penggunaan kembali katalis ter-imobilisasi menurunkan biaya
produksi secara drastis jika dibandingkan dengan katalis enzim larut.
4.4.2. Variabel pasar yang berbeda
Marchetti menilai pengaruh variabel pasar pada dasar produksi biodiesel dasar-katalis
homogen, termasuk: (1) harga minyak (yang berhubungan dengan kemurnian), (2) harga jual
biodiesel, (3) harga jual gliserol, (4 ) harga alkohol, (5) harga katalis, (6) jarak pengiriman,
(7) harga air cucian, dan (8) investasi dalam penelitian dan pengembangan.
21
4.4.3 . Pemanfaatan co - produk yang berbeda
Seiring dengan meningkatnya perhatian pada pemanfaatan nilai tambah biodiesel co - produk,
efisiensi ekonomi juga harus dieksplorasi. Vlysidis et al. meneliti efisiensi ekonomi dari
empat skema produksi biodiesel yang hanya berbeda dalam cara di mana co - produk, gliserol
mentah, digunakan : ( a) pembuangan gliserol mentah sebagai sampah, ( b ) gliserol mentah
pemurnian melalui distilasi 80% dan kemurnian 95 %, ( c ) fermentasi gliserol untuk
memperoleh asam suksinat , dan ( d ) produksi lebih lanjut dari kristal asam suksinat .
Ditemukan bahwa untuk pabrik 20 tahun, co- produksi asam suksinat dapat meningkatkan
keuntungan dari biorefinery keseluruhan sebesar 60 %. Dengan demikian, jelas bahwa
konversi co - produk bahan kimia pertambahan nilai dapat meningkatkan keuntungan dari
tanaman biodiesel .
4.4.4 . Perbandingan biaya produksi antara strategi tradisional dan kopling
Untuk industri apapun, perkiraan ekonomi merupakan patokan utama untuk menilai
perkembangan teknologi proses. Studi ekonomi pada biodiesel telah dilaporkan sebelumnya.
Namun, penurunan pendapatan telah menjadi suatu hambatan yang besar untuk industri
biodiesel. Oleh karena itu, industri biodiesel harus bergerak untuk arah yang lebih
menguntungkan di masa depan. Seperti disebutkan sebelumnya, biodiesel berbasis produk
bernilai tinggi dianggap sebagai solusi berkelanjutan untuk biodiesel industri. Perbandingan
penilaian ekonomi dari biodiesel dan produk bernilai tinggi bisa memberikan wawasan
tentang berbagai biaya yang terlibat, yang mengarah ke pengolahan biokatalis lebih
menguntungkan.
4.4.4.1 . Penilaian ekonomi dari industri biodiesel. Dalam rangka melaksanakan pengkajian
ekonomi industri biodiesel, kita anggap contoh pabrik biodiesel yang manufaktur, peralatan,
dan biaya bahan baku yang preliminarily dinilai untuk pilot kapasitas produksi 200 ton.
Pendapatan dan biaya unit disajikan pada tabel . Kategori biaya yang tercantum dalam tabel,
dan larutan menunjukkan lipase katalisis membutuhkan pelarut organik sebagai media reaksi.
22
Profit = Income - Feedstock cost - Fixed cost = 39.086
4.4.4.2. Penilaian ekonomi dari produk bernilai tinggi berbasis biodiesel. Bertujuan pada
peningkatan kinerja ekonomi industri biodiesel, bagian (100 ton) dari biofuel ini digunakan
untuk mensintesis produk derivatif berbasis biodiesel. Tabel 3 menunjukkan penilaian
ekonomi dari strategi kopling ini (untuk kapasitas produksi biodiesel dari 200 ton).
Tabel 4 Analisis Keekonomian Biodiesel
sumber : Yan, et.al 2013
Tabel 5 Analisis Keekonomian Produk Bernilai Tinggi dari Biodiesel
sumber : Yan, et.al 2013
23
Profit = Income - Feedstock cost - Fixed cost = 214.820
4.4.4.3. Perbandingan efek ekonomi antara strategi tradisional dan modern. Hal ini dapat
diamati bahwa penilaian ekonomi produksi biodiesel enzim-dikatalisasi tradisional dan
strategi kopling memproduksi produk bernilai tinggi disajikan pendapatan tahunan sebesar $
39.086 dan 214.820, masing-masing, pada skala pilot sebesar 200 ton. Hal ini menunjukkan
bahwa strategi modern memperoleh keuntungan lebih dari 5 kali lipat dan memiliki daya
saing tinggi. Dengan demikian, konversi bagian dari biodiesel (100 ton) menjadi produk
turunan bernilai tinggi tidak hanya memungkinkan industri biodiesel untuk membuat
keuntungan ekonomi yang lebih baik dan menjadi lebih kompetitif, tetapi juga merumuskan
cara baru untuk minyak biorefinery yang dapat memenuhi pembangunan berkelanjutan umat
manusia.
5 . Pengembangan bahan baku lainnya Meskipun biodiesel memiliki sifat teknis yang signifikan atas petrodiesel, bahan baku minyak
konvensional yang digunakan untuk produksi biodiesel terutama minyak nabati dan lemak
hewani. Namun, seperti yang dikenal, produksi biodiesel berbasis minyak nabati tidak
berkelanjutan. Jadi, ini sangat mendesak dan penting untuk mencari bahan baku baru dalam
biaya yang lebih rendah dan volume yang besar untuk pengembangan masa depan biodiesel
5.1 . Minyak non edible dan lemak dari kehutanan Menghadapi dengan harga minyak yang lebih rendah dan kekurangan pangan yang parah ,
pengembangan biodiesel adalah pada dilema. Untuk alasan ini, banyak peneliti yang sedang
berlangsung untuk meningkatkan hasil minyak dan sayur untuk mengeksplorasi kandidat
bahan baku lebih cocok. Minyak non edible, sebagai alternatif hijau, telah dianggap sebagai
bahan baku menjanjikan untuk produksi biodiesel. Minyak non edible terutama diekstrak dari
tanaman, seperti Jatropha, Castor, Tung, dll dan telah menerima perhatian lebih dan lebih
sebagai sumber bahan bakar. Sebenarnya, Jatropha biodiesel telah sangat didukung oleh
pemerintah pusat dan daerah. Sementara itu, mirip dengan minyak nabati, minyak non -
edible kayu dapat secara efisien diubah menjadi biodiesel oleh lipase dan tingkat konversi
setinggi katalis kimia.
Selain itu, limbah minyak sebagai superior bahan baku untuk produksi biodiesel juga
menawarkan alternatif yang menarik untuk biodiesel konvensional dari minyak murni.
Limbah minyak / grease yang tertangkap dengan perangkap minyak dari restoran dan dapur
24
limbah sistem, pengolahan makanan dan layanan besar fasilitas, industri pengolahan daging,
pipa saluran pembuangan dan pengolahan limbah tanaman. Saat ini, minyak jelantah sebagai
wakil digunakan untuk memproduksi biodiesel di banyak negara, seperti China dan Jepang .
Namun, di China, ada puluhan perusahaan biodiesel kecil dan menengah yang meningkatkan
harga minyak jelantah ke tingkat yang relatif tinggi dengan bersaing satu sama lain karena
sumber daya yang terbatas.
Namun, tantangan utama, terutama untuk bahan baku limbah, seperti minyak goreng limbah
dan lemak, adalah infrastruktur pengumpulan dan logistik. Sebagai contoh, sistem
pengumpulan untuk memasak limbah minyak bisa menjadi rintangan sebagai sumber
umumnya tersebar dan tanpa kontrol kualitas. Kota Kyoto telah mengambil ini menantang
dan melaporkan memproduksi cukup biodiesel untuk bahan bakar mereka bus kota dari
minyak nabati limbah dikumpulkan dari umum rumah tangga, restoran dan kafetaria. Di
daerah terpencil tertentu atau komunitas musiman, mungkin layak untuk jenis model untuk
kerja. Namun, kesadaran masyarakat lebih lanjut, pendidikan dan penerimaan menjadi kunci
penting untuk keberhasilan implementasi.
5.2 . Ganggang dan minyak berbasis mikroba Jenis lain dari sumber alternatif minyak lipid berbasis mikroba, yang telah meneliti selama
hampir 30 tahun. Lipid mikroba diekstrak dari spesies mikroorganisme berminyak ( seperti
mikroalga , bakteri , jamur dan ragi ) sebagai bahan baku biodiesel memiliki juga menarik
perhatian besar di seluruh dunia. Mikroorganisme berminyak didefinisikan sebagai
oleaginous karena mereka mensintesis dan mengumpulkan sejumlah besar lipid mikroba
melebihi 20 % biomassa kering. Dibandingkan dengan minyak nabati dan lemak hewani,
minyak mikroba memiliki banyak keuntungan : budidaya yang mudah, kurang dipengaruhi
oleh lingkungan, kandungan minyak yang lebih tinggi, dan lebih mudah untuk meningkatkan
Tabel 6 Daftar Non-Edible Oilseed
25
Li menggunakan lipase dari Candidia sp. untuk mengkatalisasi minyak dari Chlorella
protothecoides untuk memproduksi biodiesel, dan tingkat konversi mencapai 98,15 % setelah
12 h yang juga sangat dekat dengan penggunaan katalis kimia .
Jamur juga dapat menumpuk lipid intraseluler di bawah kondisi budidaya yang berbeda .
Banyak jamur telah dieksploitasi untuk nilai tambah tinggi lemak , seperti DHA , GLA , EPA
dan AR . Tapi dalam beberapa tahun terakhir, beberapa studi tentang pemanfaatan jamur
minyak untuk biodiesel telah dilaporkan. Xiong melaporkan bahwa C. protothecoides bisa
mengumpulkan minyak dalam bioreaktor dengan kandungan minyak maksimum 57,8 % ( b /
b ) dan kepadatan sel pada 51,2 g / L. Beberapa ragi juga dapat menumpuk lipid , bahkan
tinggi hingga 70 % dari bobot kering mereka, termasuk Rhodosporidium sp . , Rhodotorula
sp .dan Lipomyces sp. Oleh karena itu , mikroalga berminyak dan ragi semua bisa sumber
daya minyak potensial alternatif untuk produksi biodiesel.
5.3 Biosintesis asam lipid / lemak dalam mikroalga Hal ini diketahui bahwa kedua anorganik karbon (CO2) dan karbon organik sumber (glukosa,
asetat, dll) dapat dimanfaatkan oleh mikroalga untuk produksi lipid. Komponen dan isi lipid
dalam mikroalga sel bervariasi dari spesies ke spesies. Kelas-kelas lipid pada dasarnya adalah
dibagi menjadi lipid netral (misalnya, trigliserida, kolesterol) dan polar lipid (misalnya,
fosfolipid, galactolipids). Trigliserida sebagai netral lipid merupakan bahan utama dalam
produksi biodiesel. Rute sintesis trigliserida dalam mikroalga dapat terdiri dari. Berikut tiga
langkah:
1. pembentukan asetil koenzim A(asetil-CoA) dalam sitoplasma,
2. perpanjangan dan desaturation rantai karbon asam lemak, dan
3. biosintesis trigliserida dalam mikroalga
26
5.4 Kultivasi Mikroalga
Sebagian besar mikroalga menggunakan cahaya dan karbon dioksida (CO2) sebagai sumber
energi dan sumber karbon (organisme photoautotrophic). Pertumbuhan optimum mikroalga
membutuhkan temperatur air berkisar 15 - 30˚C. Media pertumbuhan juga harus mengandung
elemen inorganik yang berfungsi dalam pembentukan sel, seperti nitrogen, phospor, dan besi.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan teknik, prosedur dan proses
Gambar 12 Langkah ketiga dalam biosintesis trigliserida pada mikroalga
sumber : Huang et.al, 2010
Gambar 13 Blok Diagram Proses Mikroalga
sumber : Ariyanti et.al. 2010
27
produksi mikroalga dalam jumlah besar. Open ponds system dan photobioreactor system
merupakan teknik budidaya mikroalga yang paling sering digunakan.
Teknik yang banyak diaplikasikan untuk proses pemanenan mikroalga adalah flokulasi,
sentrifugasi, dan filtrasi. Proses flokulasi dapat digunakan sebagai tahap awal untuk
mempermudah proses selanjutnya. Mikroalga memiliki muatan negatif, sehingga untuk
membentuk flok dibutuhkan flokulan kationik seperti Al2(SO4)3, FeCl3, dan Fe2(SO4)3.
Filtrasi adalah metode pemanenan yang terbukti paling kompetitif dibandingkan dengan
Gambar 15 Pond System
sumber : Ariyanti et.al. 2010
Gambar 14 Fotobioreaktro system
sumber : Ariyanti et.al. 2010
Tabel 7 Perbandingan Sistem Kultivasi Alga
sumber : Ariyanti et.al. 2010
28
teknik pemanenan yang lain. Jenis filtrasi yang dapat digunakan adalah dead end filtration,
mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, filtrasi bertekanan, dan filtrasi aliran tangensial. Kinerja teknik
pemanenan secara kuantitatif dapat dievaluasi menggunakan beberapa parameter antara lain:
laju pemisahan air, kandungan padatan pada lumpur mikroalga, dan yield dari proses.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
� Biodiesel merupakan salah satu jalan untuk menghindari krisis energi saat ini, akan
tetapi jika bahan baku biodiesel berasal minyak nabati yang bisa dikonsumsi manusia
maka akan timbul pula krisis pangan. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena sebuah
krisis saja sudah cukup sulit untuk ditangani sehingga perlu adanya perluasan dan
penelitian untuk mencari apa saja minyak nabati yang memang tidak dikonsumsi
manusia karena memang kandungannya yang tidak bisa diterima tubuh manusia.
� Dewasa ini, telah dikembangkan pula penggunaan enzim untuk menghasilkan
biodiesel karena ketika menggunakan enzim tidak memerlukan kondisi operasi yang
ekstrim seperti suhu yang tinggi atau tekanan yang tinggi. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa jika menggunakan katalis asam butuh suhu yang cukup tinggi. Metode
yang dipilih pun sekarang kebanyakan adalah transesterfikasi. Metode ini juga tidak
membutuhkan suhu yang sangat tinggi seperti pirolisis walaupun ketika sedang terjadi
reaksi transesterifkasi ketika suhu semakin tinggi reaksi semakin cepat berjalan.
� Enzim yang umum digunakan dalam metode transesterifikasi adalah enzim lipase
karena lipase adalah sebuah enzim yang dapat memproduksi lipid. Lipase bisa didapat
dari bakteri, ragi, dan jamur.
� Enzim yang digunakan dalam reaksi bisa dalam dua jenis yaitu terlarut dan
terimobilisasi. Ketika sebuah enzim terlarut maka tidak bisa direcovery meskipun dia
tidak ikut bereaksi didalam campuran akan tetapi ketika enzim diimobilisasi, enzim
tersebut dapat digunakan kembali.
� Dalam menggunakan metode enzimatik transesterifikasi maka harus memperhatikan
berbagai pengaruh yang mungkin akan mempengaruhi kinerja enzim, seperti yang
kita tahu enzim butuh kondisi-kondisi khusus agar bisa optimum. Pengaruh yang
harus diperhatikan adalah Metode pretreatment, substrat, alkohol untuk reaksi,
temperatur, kelembaban, pelarut organik.
29
� Meskipun hasil akhir dari proses transesterifikasi hanya dua produk, FAME
(biodiesel) dan gliserol tetapi keduanya dapat memiliki nilai tambah jika diolah lebih
lanjut. Potensi inilah yang membuat industri biodiesel dan produk turunannya dapat
berkembang dimasa depan jika dapat mengembangkan prosuk turunan tersebut.
� Berdasarkan analisis ekonomi yang dilakukan pada jurnal ini, yang paling efisien
adalah metode transesterifikasi dengan enzim terimobilisasi.
� Alternatif lain dari menggunakan minyak nabati yang juga merupakan sumber pangan
adalah menggunakan minyak nabati dari biji yang tidak bisa dimakan manusia seperti
biji karet atau biji jatropa yang tumbuh di India. Terlebih lagi, penggunaan minyak o-
edible (tidak dapat dimakan) cukup mendukung bila menggunakan metode enzimatik
transesterifikasi.
� Selain minyak yang non-edible, kultivasi mikoralga juga merupakan jalan untuk
mendapatkan minyak nabati karena mikroalga mampu menghasilkan lipid.
30
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Utama
Yan, Yunjun. et.al.2010. Biotechnological preparation of biodiesel and its high-valued
derivatives: A review.China : Elsevier
Jurnal Tambahan
Ariyanti.Dessy.2010. Mikroalga sebagai sumber terbarukan : teknik kultivasi dan
pemanenan.Indonesia : Univ Dipeogoro
Janaun, Jidon. et.al.2010. Perspectives on biodiesel as a sustainable fuel.Malaysia : Elsevier
Leung, Dennis Y.C. et.al.2010. A review on biodiesel production using catalyzed
transesterification.China:Elsevier
Rustamaji, heri.2010.Pemodelan dan Simulasi Kinetika Reaksi Alkoholisis Minyak Jarak
Pagar (Jatropha Curcas) dengan Katalisator Zirkonia Tersulfatasi.Lampung : Jurnal
Rekayasa Proses
Shikha, Khandelwal. et.al.2012. Biodiesel production from non edible-oils:A Review.India :
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research
Referensi Internet
Anonymous.Ping Pong Mechanism.http://www.drugs.com/dict/ping-pong-mechanism.html.
(diakses pada tanggal 10 Desember 2013 pukul 22.00)
Prawito. Biodiesel. http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html (diakses pada
tanggal 10 Desember 2013 pukul 22.30)