tugas ujian
-
Upload
imeldha-mayasari-purba -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
description
Transcript of tugas ujian
1. Identifikasikan waktu dan lokasi murmur!
Jawab :
a. Time the murmur-is it in systole or diastole?
Systolic murmur : falling between S1 and S2
Diastolic murmur : falling between S2 and S1
Palpating carotid pulse as you listen can help you with timing. Murmur that coincide
with the carotid upstroke are systolic.
b. Locate where the murmur is loudest on the precordium – at the base, along the sternal
border, at the apex?
This is determined by the site where the murmur originates. Find the location by
exploring the area where you hear the murmur. Describe where you hear it best in
terms of the interspace and its realtion to the sternum, the apex, or the midsternal, the
mid clavicular, or one of the axillary lines
1
2. Jelaskan Mekanisme PPOK menyebabkan congestif heart failure!
Jawab :
Inflamasi pada penyakit arteri koroner Sistem kardiovaskular dan paru memiliki
hubungan anatomik dan fungsional yang erat sehingga gangguan pada salah satu sistem
organ dapat dengan cepat mempengaruhi yang lainnya. Interaksi tersebut terlihat pada
PPOK dan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
a. patologi yang diakibatkan faktor risiko yang sama seperti kebiasaan merokok dengan
penyakit arteri koroner atau gagal jantung kongestif dengan PPOK
b. disfungsi pada jantung akibat gangguan atau penyakit paru kronik seperti terjadinya
hipertensi pulmoner dan disfungsi ventrikel akibat gangguan mekanis intratoraks
Aterosklerosis memiliki komponen proses inflamasi kronik dalam perkembangannya
dengan menunjukkan peningkatan makrofag dan limfosit-T yang mensekresi interferon-γ.
Proses inflamasi menduduki peran penting pada patogenesis penyakit arteri koroner,
terutama perubahan dari plak aterosklerosis stabil menjadi tidak stabil sehingga
menimbulkan sindrom koroner akut (acute coronary syndrome, ACS). Molekul efektor
dapat mempercepat progresi lesi dan aktivasi inflamasi dapat menimbulkan ACS.
Peningkatan kadar CRP pada pasien ACS diperkirakan karena proses inflamasi pada
arteri koroner dan bukan akibat iskemia miokard. Gangguan pada jantung dapat telah
terjadi meski tidak terdeteksi (asimptomatik) akibat terjadinya proses inflamasi yang
menyebabkan perubahan struktur vaskular.
Common pathway: Interaksi Inflamasi pada PPOK dengan Sistem Kardiovaskular
Inflamasi merupakan hubungan etiopatogenesis yang sejalan antara PPOK dengan
komplikasi kardiovaskular. Sitokin TNF-α memiliki peran utama dalam proses inflamasi
baik pada paru maupun sistem kardiovaskular, serta ditemukan meningkat bermakna pada
kaheksia dan muscle wasting. Peningkatan TNF-α telah dikaitkan dengan beratnya derajat
gagal jantung kronik serta memperberat disfungsi jantung. 1-3
Peningkatan kadar CRP pada pasien PPOK stabil dianggap sebagai indikator
penilaian risiko terjadinya suatu komplikasi kardiovaskular. Peningkatan kadar CRP
dapat disebabkan oleh pelepasan TNF-α dan interleukin-6. Peningkatan kadar CRP
tersebut akan mempercepat progresivitas aterosklerosis yang sedang berlangsung. Selain
itu, CRP meningkatkan produksi sitokin pro-inflamasi dan tissue factor pada monosit,
meningkatkan ambilan LDL oleh makrofag, serta merangsang ekpresi molekul adesi pada
3
sel endotel. Molekul CRP juga dapat secara langsung menempel pada dinding arteri
sehingga berinteraksi dengan mediator inflamasi lainnya membentuk sel busa (foam cells)
yang merupakan bahan pembentuk plak aterogenik. Fibrino- gen serum juga dapat
mempercepat proses aterosklerosis dengan meningkatkan viskositas darah dan bekerja
sebagai ko-faktor agregasi trombosit.1,3,4
Pasien PPOK stabil telah diketahui mengalami peningkatan kadar CRP darah
sehingga keadaan eksaserbasi akan semakin meningkatkan kadar CRP. Inflamasi paru
akut ditemukan menginduksi terjadinya gangguan pada jantung dengan mengaktivasi
kaskade koagulasi akibat peningkatan fibrinogen plasma dan kadar interleukin-6,
sehingga akan meningkatkan risiko trombosis.1-2,5-6 Hubungan antara peningkatan kadar
CRP dan obstruksi saluran napas yang dikaitkan dengan risiko infark miokard telah
dibuktikan oleh Sin dkk.6 Tanda-tanda inflamasi sistemik derajat rendah ditemukan pada
pasien dengan obstruksi saluran napas sedang sampai berat dikaitkan dengan peningkatan
risiko jejas jantung yang dinilai dengan Cardiac Infarction Injury Score.6 Hal tersebut
dapat menjelaskan tingginya kejadian komplikasi kardiovaskular pada pasien PPOK.
Peningkatan risiko terjadinya infark miokard dan gangguan serebrovaskular terutama
dalam tiga hari pertama setelah terjadinya infeksi saluran napas.1 Dekatnya hubungan dan
interaksi antara PPOK dengan penyakit arteri koroner mengindikasikan perlunya evaluasi
sistem kardiovaskular pada pasien PPOK dan evaluasi ada tidaknya obstruksi saluran
napas pada pasien dengan penyakit arteri koroner.2 Faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya trombosis akut pada populasi umum adalah infeksi saluran napas.
Beberapa penelitian telah membuktikan adanya peningkatan kadar fibrinogen dan
interleukin-6 pada PPOK eksaserbasi yang sejalan dengan usia, sputum yang purulen,
serta infeksi respiratory syncytial virus. Selain virus, infeksi bakteri juga dipikirkan
menimbulkan respons inflamasi dan aktivasi protein fase akut yang memperberat
inflamasi pada PPOK maupun sistem kardiovaskular.7
4
Referensi :
1. Ukena C, Mahfoud F, Kindermann M, Kindermann I, Bals R, Voors AA, et al. The
cardiopulmonary continuum systemic in- flammation as ‘common soil’ of heart and
lung disease. Int J Cardiol. 2010;145:172-6.
2. Lusuardi M, Garuti G, Massobrio M, Spagnolatti L, Bendinelli S. Hearts and lungs in
COPD: close friends in real life - separate in daily medical practice? Monaldi Arch
Chest Dis. 2008;69(1):11- 7
3. Hanson GK. Inflammation, atherosclerosis, and coronary artery disease. N Engl J
Med. 2005;352:1685-95.
4. Barnes PJ, Celli BR. Systemic manifestations and comorbidities of COPD. Eur Respir
J. 2009;33:1165-85
5. Malerba M, Romanelli G. Early cardiovascular involvement in chronic obstructive
pulmonary disease. Monaldi Arch Chest Dis. 2009;71(2):59-65
6. Sin DD, Man SFP. Why are patients with chronic obstructive pulmonary disease at
increased risk of cardiovascular disease? The potential role of systemic inflammation
in chronic obstruc- tive pulmonary disease. Circulation. 2003;107:1514-9.
7. MacCallum PK. Markers of hemostasis and systemic inflamma- tion in heart disease
and atherosclerosis in smokers. Proc Am Thorac Soc. 2005;2:34-43.
5
ACEIs, angiotensin converting enzyme inhibitors; BBs, beta blockers; CCBs, calcium channel blockers
* In some patients treated once daily, the antihypertensive effect may diminish toward the end of the dosing
interval (trough effect). BP should be measured just prior to dosing to determine if satisfactory BP control
is obtained. Accordingly, an increase in dosage or frequency may need to be considered. These dosages
may vary from those listed in the Physician’s Desk Reference (57th ed.).
† Available now or becoming available soon in generic preparations.
Source: Physician’s Desk Reference. 57th ed. Montvale, NJ: Thompson PDR, 2003.
9
* ACEIs, angiotensin converting enzyme inhibitors; ARBs, angiotensin receptor blockers; BBs, beta
blockers; CCBs, calcium channel blockers
† Some drug combinations are available in multiple fixed doses. Each drug dose is reported in milligrams.
10
5. Sebutkan Gambaran EKG pada pasien HHD, PPOK, dan CAD!
Jawab:
HHD PPOK CAD
Left ventricular
hypertrophy, ventricular
arrhythmias, myocardial
ischemia 1
Right ventricular
hypertrophy.2
• It is begun with
depression of ST-
segment and inverted of
T-wave
• Then it is changed to
elevation of ST-
segment and absence of
R-wave until the
presence of Q-wave 3
Referensi :
1. Current Medical Diagnosis & Treatment fifty – secondedition 2013
2. Global inititiative for chronic Obstructive Lung Disease 2013
3. Fauci et al. ST-segment elevation myocardial infarction. In: Harrison’s Principles of
Internal Medicine 17th edition. New York: The McGraw-Hill Companies; 2008.
Chapter 239.
6. Perbedaan Asma cardial dengan PPOK!
Jawab :
Pada asma cardiac Serangan terjadi hampir secara eksklusif pada posisi berbaring , larut
malam. Dalam paroxysms ringan , pasien terbangun dengan kaget , biasanya batuk , dan
sering mencari udara segar di jendela . Setelah pemberian ekspektoran sering mereda dan
pasien kembali ke tempat tidurnya untuk tidur dengan nyaman. Pada paroksismal berat
berhubungan dengan edema paru-paru akut . Hal ini ditunjukkan dengan dyspnea berat,
Sering batuk dan terdengar mengi, dengan dahak yg berbusa. Sedangkan pada PPOK
terdapat 3 gejala utama yaitu sesak, batuk kronis, dan produksi sputum kronis. Yg timbul
setiap saat, tidak hanya malam hari
Referensi :
1. Cardiac asthma, thomas a. Lombardo and tinsley r. Harrison. AHA
2. Global inititiative for chronic Obstructive Lung Disease 2013
11