Trisukma (09-17) Skill Lab

download Trisukma (09-17) Skill Lab

of 41

description

Trisukma (09-17) Skill Lab

Transcript of Trisukma (09-17) Skill Lab

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    1/41

    1

    SKILL LAB

    SESAK NAPAS

    Oleh :

    Trisukma Arya Mahendra

    09201110101017

    Dosen Pembimbing :

    dr. Edi Nurtjahja, Sp.P

    Disusun untuk melaksanakan tugas

    Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit Dalam

    RSD dr. Soebandi Jember

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    2/41

    2

    DEFINISI

    Sesak napas sering disebut sebagai dispnea, napas pendek, breathlessness,

    atau shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan

    penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena

    sifatnya subjektif, dispnea tidak dapat diukur. Keluhan dispnea tidak selalu

    disebabkan karena penyakit; sering pula terjadi pada keadaan sehat tetapi terdapat

    stres psikologis.

    Seperti halnya rasa nyeri, dispnea sebagai gejala bersifat subjektif, tingkat

    keparahannya dipengaruhi oleh respon penderita, kepekaan (sensitivitas) serta

    kondisi emosi. Tingkatan dispnea dapat dirasakan sangat berbeda oleh masing-

    masing penderita walaupun sebetulnya kondisinya sama. Meskipun sifatnya

    subjektif, dispnea dapat ditentukan dengan melihat adanya upaya bernapas aktif

    dan upaya menghirup udara lebih banyak (labored and distressful breathing).

    Dalam mengevaluasi dispnea, perlu diperhatikan keadaan ketika dispnea

    terjadi. Dispnea dapat terjadi pada perubahan posisi tubuh. Dispnea yang terjadi

    pada posisi berbaring disebut ortopneu, biasanya disebabkan karena gagal

    jantung. Ortopneu juga terjadi pada penyakit paru tahap lanjut dan paralisis

    diafragma bilateral. Platipneu adalah kebalikan dari ortopneu, yaitu dispnea yang

    terjadi pada posisi tegak dan akan membaik jika penderita dalam posisi berbaring;

    keadaan ini terjadi pada abnormalitas vaskularisasi paru seperti pada COPD berat.

    Disebut trepopneu jika dengan posisi bertumpu pada sebelah sisi, penderita

    dispnea dapat bernapas lebih enak; ditemui pada penyakit jantung (perubahan

    posisi menyebabkan perubahan ventilasi-perfusi). Paroxysmal nocturnal dyspnea

    (PND) adalah sesak napas yang teijadi tiba-tiba pada saat tengah malam setelah

    penderita tidur selama beberapa jam, biasanya terjadi pada penderita penyakit

    jantung. Exertional dyspnea adalah dispnea yang disebabkan karena melakukan

    aktivitas. Intensitas aktivitas dapat dijadikan ukuran beratnya gangguan napas,

    misal setelah berjalan 50 langkah atau setelah menaiki 4 anak tangga timbul sesak

    napas. Dispnea yang terjadi ketika berjalan di jalan datar, tingkatan gangguan

    napasnya lebih berat jika dibandingkan dengan dispnea yang timbul ketika naik

    tangga. Keluhan sesak napas juga dapat disebabkan oleh keadaan psikologis. Jika

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    3/41

    3

    seseorang mengeluh sesak napas tetapi dalam exercise tidak timbul sesak napas

    maka dapat dipastikan keluhan sesak napasnya disebabkan oleh keadaan

    psikologis.

    ETIOLOGI

    Sesaknapas dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar berdasarkan

    penyebabnya, yaitu organik (adanyakelainanpadaorgantubuh) dan non organik

    (berupa gangguan psikis yang tidak disertai kelainan fisik). Sesaknapasorganik

    tidak hanya disebabkan oleh kelainan organ pernapasan, tetapi penyakit pada

    organ seperti jantung dan ginjal pun dapat menyebabkan terjadinya keluhan sesak

    napas. Selain karena kelainan organ, penyakit karena gangguan metabolisme

    pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme lainnya seperti

    diabetes, dapat pula menimbulkansesaknapas. Etiologi sesak nafas organic dapat

    dilihat dalam tabel berikut:

    dyspnea

    Penyebab cardiovascular Penyebab pulmonal Penyebab Lainnya

    Penyakit jantungkoroner

    Gagal jantungkongestif

    Cardiomiopati,

    obstruksi jalan nafas1. asma2. bronkiektasis3. penyakit paru

    obstruksi kronik

    Pengaruh obat-obatan Psikogenik Kondisi metabolic

    (contoh: asdosis

    metabolic)

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    4/41

    4

    meliputi:

    1.Miokarditis

    2.Kardiomiopatihiprtrofi

    3.LVH4.Hipertrofi septal

    asimetrik

    Disfungsi valvular Pericarditis aritmia

    4. fibrosis kistik5.

    bronkiolitis

    Kelainan restriktifparenkimal

    1. Sarkoidosis2. Fibrosis paru

    idiopatik

    3. pneumonokiosis Kelainan restriktif non

    parenkimal

    1. Neuromusculara. Paralisis

    diafragma

    b. Myestenia gravisc. GBSd. Distrofi musculare. Cervical spine

    injury

    2. Kelainan dindingdada

    a. Kifoskoliosisb. Ankylosing

    spondilytis

    Severe pain

    Gangguan di telingadan tenggorokan

    Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika

    ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada

    pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi

    makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini

    hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam

    keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    5/41

    5

    Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran

    gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.

    Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan

    terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance

    paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harus dibentuk selama

    inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab

    menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya

    jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang

    sama.

    Berbagai mekanisme yang menyebabkan terjadinya sesak nafas, yaitu:

    a. Gangguan pengambilan dan absorbsi oksigen Gangguan sirkulasi paru

    1. Emboli paru2. Hipertensi pulmonal3. Gagal jantung kongestif

    Gangguan pada hemoglobin1. Intoksikasi karbonmonoksida2. methemoglobinemia

    b. Gangguan perfusic. Gangguan transportasid. Gangguan dari peningkatan kebutuhan oksigene. Gangguan dari ekskresi karbon dioksida dan sisa metabolisme tubuh

    KLASIFIKASI SESAK NAPAS

    Berdasarkan onsetnya, sesak nafas dibedakan menjadi dyspnea kronik

    dan akut.

    Sesak nafas

    Akut (

    Dapat ditemukan pada:

    a. Emboli parub. Edema paru

    Kronis (> 1 bulan)

    Dapat ditemukan pada:

    a. Obstructive lung disease(COPD, asma)

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    6/41

    6

    c. Obstruksi jalan nafasd.

    Pneumothoraks

    e. Pneumonif. Asma dan amfisema

    b. Restrictive lung disease(penyakit paru interstisial,kifoskoliosis, penyakit

    neuromuscular)

    c. Gagal jantung kongestifd. Pneumonie. Anemiaf. Iskemi miokardialg. Hipotiroidh. Obesitasi. Psikiatri dyspnea

    Sesuai dengan berat ringannya keluhan, sesak napas dapat dibagi

    menjadi:

    American Thoracic Society (ATS)

    Tingkat Derajat Kriteria

    0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali aktivitas berat

    1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek

    ketika terburu buru atau ketika nenuju puncak

    landai

    2 Sedang Berjalan lebih lambat dari pada kebanyakan orang

    yang berusia sama karena sulit bernapas atau harus

    berhenti berjalan untuk bernapas

    3 Berat Berhenti berjalan setelah 90 meter untuk bernapas

    atau setelah berjalan beberapa menit

    4 Sangat berat Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan

    rumah atau memekai baju atau membuka baju

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    7/41

    7

    Pembagian lain tentang sesak menurut tingkat sesak:

    a. Sesak Napas Tingkat ITidak ada pembatasan atau hambatan dalam melakukan kegiatan

    sehari-hari. Sesak napas akan terjadi bila penderita melakukan aktivitas

    jasmani lebih berat dari pada biasanya. Pada tahap ini, penderita dapat

    melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik.

    b. Sesak Napas Tingkat IISesak napas tidak terjadi bila melakukan aktivitas penting atau

    aktivitas yang biasa dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Sesak baru

    timbul bila melakukan aktivitas yang lebih berat. Pada waktu naik

    tangga, sesak napas mulai terasa, tetapi bila berjalan di jalan yang datar

    tidak sesak.

    c. Sesak Napas Tingkat IIISesak napas sudah terjadi bila penderita melakukan aktivitas

    sehari-hari, seperti mandi atau berpakaian, tetapi penderita masih dapat

    melakukan tanpa bantuan orang lain. Sesak napas tidak timbul di saat

    penderita sedang istirahat. Penderita juga masih mampu berjalan-jalan di

    daerah sekitar, walaupun kemampuannya tidak sebaik orang-orang sehat

    seumurnya.

    d. Sesak Napas Tingkat IVPenderita sudah sesak pada waktu melakukan kegiatan/aktivitas

    sehari-hari seperti mandi, berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung

    pada orang lain pada waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas

    belum tampak waktu penderita istirahat, tetapi sesak napas sudah mulai

    timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu

    mendaki atau berjalan-jalan sedikit, penderita terpaksa berhenti untuk

    istirahat sebentar.

    e. Sesak Napas Tingkat VPenderita harus membatasi diri dalam segala tindakan atau

    aktivitas sehari-hari yang pernah dilakukan secara rutin. Keterbatasan ini

    menyebabkan penderita lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    8/41

    8

    duduk di kursi. Untuk memenuhi segala kebutuhannya, penderita sangat

    tergantung pada bantuan orang lain.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    9/41

    9

    Untuk menentukan gawat napas, dengan Score Down:

    0

    1

    2

    Frekwensi

    Nafas< 60/menit 60-80/menit >80/menit

    Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Reraksi beratSianosis Tidak ada Sianosis hilang

    denga O2Sianosis menetap

    walaupun diberi O2Air entry Udara masuk

    bilateral baikPenurunan

    ringan udara

    masuk

    Tidak ada udara

    masuk

    Keterangan:

    1. Skor < 4 maka tidak ada gawat nafas2. Skor 4-7 maka ada gawat nafas3. Skor >7 maka ancaman gagal nafas (perlu analisis gas darah)

    Evaluasi

    Total Diagnosis

    1-3 Sesak napas ringan

    4-5 Sesak napas sedang

    6 Sesak napas berat

    PATOFOSIOLOGI SESAK NAPAS

    Terjadinya sesak nafas berhubungan erat dengan hal-hal berikut:

    a. Sensasi sesak napas merupakan campuran dua komponen :1. Input sensory ke korteks serebri

    Informasi dari reseptor-reseptor khusus terutama mekanoresptor di

    berbagai aparatus pernapasan dan di tempat lain. Input lain dari jalan

    napas, paru memelui nervus vagus, otot-otot pernapasan dan dinding

    dada.

    2. Sensasi persepsi

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    10/41

    10

    Interpretasi dari informasi yang tiba pada korteks sensor otot, hal ini

    sangat bergantung pada psikologis penderita.

    b. Usaha untuk bernapasHal ini berkaitan dengan rasio beban pada otot-otot pernapasan dan

    kapasitas maksimun otot-otot pernapasan. Peningkatan rasa untuk bernapas

    dapat disebabkan oleh beban yang meningkat, kapasitas paru yang berkurang,

    seperti pada kelemahan otot, lelah, masalah mekanik dalam proses mekanik

    paru (peningkatan volume paru).

    c. Kemoreseptor1. Rangsangan kemoreseptor perifer atau sentral akan meningkatkan ventilasi

    paru sekaligus menimbulkan sensasi sesak napas.

    2. Hipoksia, rangsangan respirasi melalui kemoreseptorperifer, dan dapatmenimbulkan sensasi sesak napas pada penderita dengan penyakit paru.

    3. Hiperkapniad. Mekanoreseptor

    Rangsangan mekanik akan merangsang berbagai reseptor yang tersebar di

    aparatus pernapasan :

    1. Reseptor saluran pernapasan dan atau wajah.2. Reseptor paru : reseptor iritan di epitel jalan napas (rangsangan

    mekanik dan kimia), reseptor pulmonary strech di jalan napas : inflasi

    paru, serabut C di dinding alveolar dan pembuluh darah respons

    terhadap kongestif interstisial. Dan nervus vagus yang akan

    mentransmisikan informasi aferen dari paru ke susunan saraf pusat.

    e. Reseptor mekanikReseptor dinding dada berupa otot-otot dada akan mempengaruhi ventilasi

    dan berdampak pada sensasi sesak napas.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    11/41

    11

    Gambar : Mekanisme yang terlibat dalam Sesak Nafas

    Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea

    bergantung pada beberapa hal berikut :

    1. Usia

    2. Jenis kelamin

    3. Ketinggian tempat

    4. Jenis latihan fisik

    5. Dan terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan tersebut.

    Patofisiologi sesak napas dapat dibagi sebagai berikut:a. Oksigenasi Jaringan Menurun

    Penyakit atau keadaan tertentu secara akut dapat menyebabkan kecepatan

    pengiriman oksigen ke seluruh jaringan menurun. Penurunan oksigenasi

    jaringan ini akan meningkatkan sesak napas. Karena transportasi oksigen

    tergantung dari sirkulasi darah dan kadar hemoglobin, maka beberapa

    keadaan seperti perdarahan, animea (hemolisis), perubahan hemoglobin

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    12/41

    12

    (sulfhemoglobin, methemoglobin, karboksihemoglobin) dapat menyebabkan

    sesak napas.

    Penyakit perenkim paru yang menimbulkan intrapulmonal shunt,

    gangguan ventilasi juga mengakibatkan sesak napas. Jadi, sesak napas dapat

    disebabkan penyakit-penyakit asma bronkial, bronkitis dan kelompok

    penyakit pembulu darah paru seperti emboli, veskulitis dan hipertensi

    pulmonal primer.

    b. Kebutuhan Oksigen MeningkatPenyakit atau keadaan yang meningkatkan kebutuhan oksigen akan

    memberi sensasi sesak napas. Misalnya, infeksi akut akan membutuhkan

    oksigen lebih banyak karena peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu

    tubuh karena bahan pirogen atau rangsang pada saraf sentral yang

    menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat dan akhirnya menimbulkan

    sesak napas. Begitupun dengan penyakit tirotoksikosis, basal metabolic rate

    meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga meningkat. Aktivitas jasmani

    juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak sehingga menimbulkan sesak

    napas.

    c. Kerja Pernapasan MeningkatPanyakit perenkim paru seperti pneumonia, sembab paru yang

    menyebabkan elastisitas paru berkurang serta penyakit yang menyebabkan

    penyempitan saluran napas seperti asma bronkial, bronkitis dan bronkiolitis

    dapat menyebabkan ventilasi paru menurun. Untuk mengimbangi keadaan ini

    dan supaya kebutuhan oksigen juga tetap dapat dipenuhi, otot pernapasan

    dipaksa bekerja lebih keras atau dengan perkataan lain kerja pernapasan

    ditingkatkan. Keadaan ini menimbulkan metabolisme bertambah dan

    akhirnya metabolit-metabolit yang berada di dalam aliran darah juga

    meningkat. Metabolit yang terdiri dari asam laktat dan asam piruvat ini akan

    merangsang susunan saraf pusat. Kebutuhan oksigen yang meningkat pada

    obesitas juga menyebabkan kerja pernapasan meningkat.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    13/41

    13

    d. Rangsangan Pada Sistem Saraf PusatPenyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat menimbulkan serangan

    sesak napas secara tiba-tiba. Bagaimana terjadinya serangan ini, sampai

    sekarang belum jelas, seperti pada meningitis, cerebrovascular accident dan

    lain-lain. Hiperventilasi idiopatik juga dijumpai, walaupun mekanismenya

    belum jelas.

    e. Penyakit NeuromuskulerCukup banyak penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem

    pernapasan terutama jika penyakit tadi mengenai diagfragma, seperti

    miastenia gravis dan amiotropik leteral sklerosis. Mekanisme yang

    menyebabkan terjadinya sesak napas karena penyakit neuromuskuler ini

    sampai sekarang belum jelas.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    14/41

    14

    DIAGNOSIS

    A. ANAMNESISKeluhan awal. Keluhan awal akut mungkin disebabkan adanya gangguan

    fisiologis akut. seperti serangan asma bronkial, emboli paru, pneumotoraks atau

    infark miokard. Serangan berkepanjangan selama berjam-jam hingga berhari-hari

    lebih sering akibat eksaserbasi penyakit paru yang kronik atau perkembangan

    proses sedikit demi sedikit seperti pada efusi pleura atau gagal jantung kongestif.

    Gejala yang menyertai

    a. Nyeri dada yang disertai dengan sesak kemungkinan disebabkan olehemboli paru, infark miokard atau penyakit pleura;

    b. Batuk yang disertai dengan sesak, khususnya sputum purulen mungkindisebabkan oleh infeksi napas atau proses radang kronik (misalnya

    bronkitis atau radang mukosa saluran napas lainnya);

    c. Demam dan menggigil mendukung adanya suatu infeksi;d. Hemoptisis mengisyaratkan ruptur kapiler/vaskular, misalnya karena

    emboli paru, tumor atau radang saluran napas.

    Terpajan keadaan lingkungan atau obat tertentu.

    a. Alergen seperti serbuk, jamur atau zat kimia mengakibatkan terjadinyabronkospasme dengan bentuk keluhan sesak. Anamnesis harus mencakup

    riwayat terpapar penyebab alergi.

    b. Debu, asap, dan bahan kimia yang menimbulkan iritasi jalan napasberakibat terjadinya bronkospasme pada pasien yang sensitif. Menghindari

    penyebab alergi tersebut mencegah terjadinya penyakit ini.

    c. Obat-obatan yang dimakan atau injeksi dapat menyebabkan reaksihipersensitivitas yang menyebabkan sesak.

    Yang Harus Ditanyakan pada Anamnesis :

    Sejak Kapan: Baru saja ? Sudah lama dan kambuh-kambuhan ? Tiba-tibaatau Perlahan-lahan?

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    15/41

    15

    Apakah timbul sesudah kegiatan fisik berat? Apakah timbul bila berjalan jauh atau naik tangga? Apakah disertai batuk-batuk? Apakah disertai sputum : banyak? Berbuih? Mengandung darah? Apakah disertai nyeri dada kiri?

    Pada beberapa kasus sesak :

    1. Pneumoniaa. Anamnesis

    Gejala timbul mendadak, tetapi dapat didahului infeksi salurannapas akut bagian atas dengan gejala batuk, demam terus

    menerus, sesak, kebiruan di daerah mulut, nyeri dada,

    menggigil pada anak, kejang pada bayi, dan nyeri dada.

    Lebih suka berbaring pada sisi yang sakit.b. Pemeriksaan fisik

    Dapat ditemukan sesak napas, napas cepat, napas cupinghidung, sianosis

    Terdapat retraksi dinding dada, perkusi sonor, suara vesikularatau subbronkial sampai bronkial, ronki.

    c. Pemeriksaan penunjang Laboratorium darah pada pneuminia bakterial menunjukkan

    jumlah leukosit yang meningkat,

    Analisis gas darah menunjukkan PCO2 menurun, dapat terjadiasidosis respiratorik

    Radioligi menunjukkan gambaran bervariasi dari infiltratringan sampai bercak-bercak merata kedua lapang paru,

    sarang-sarang infiltrat setempat bisa berkonsolidasi sehingga

    memberi bayangan lebih padat (masif).

    2. Bronkiolitisa. Anamnesis

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    16/41

    16

    Sering pada usia kurang dari 2 tahun, terutama usia 2-6 bulan

    Didahului batuk, pilek, demam tidak tinggi, kemudian 1-2 haridiikuti napas cepat, retraksi dada,

    Anak gelisah, tidak mau makan dan muntah.b. Pemeriksaan fisik

    Dada mengembang, retraksi interkostal, frekuensi pernapasanmeningkat 50-60x/menit

    Perkusi hipersonor, suara napas dapat melemah

    Terdapat Ronki dan wheezing atau rales biasanya terdengardiseluruh permukaan paru

    Pada beberapa pasien bisa ditemukan sianosis Hati dan limpa terdorong ke bawah Suhu normal, subfebris, demam tinggi

    c. Pemeriksaan penunjang Darah lengkap rutin tidak spesifik adalah jumlah lekosit

    berkisar antara 5000-24.000 sel/ul. Pada keadaan leukositisis,batang dan PMN banyak ditemukan.

    Gambaran radiologis tidak spesifik atau terdapat hiperinflasiparu difus disertai diafragma datar, peninjolan ruang

    retrosternal dan penonjolan ruang interkostal

    3. Tuberkulosisa. Anamnesis

    Batuk lama lebih dari 3 minggu, Nafsu makan menurun, berat badan sulit naik, menetap atau

    menurun

    Demam tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjarsuperfisial daerah mandibula, supraklavikular, leher, aksila.

    Ada kontak dengan penderita TB

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    17/41

    17

    Dapat pula disertai keluhan gastrointestinal seperti diarepersisten yang tidak sembuh dengan pengobatan.

    b. Pemeriksaan fisik Berat badan atau gizi kurang Limfadenopati supraklaviluar, leher, mandibula, aksila yang

    bersifat multipel, tidak nyeri tekan, dan konfluens (menyatu)

    Pemeriksaa fisik paru sering tidak menunjukkan kelainan, biladitemui biasanya sudah proses lanjut.

    Pada mata dapat ditemui konjungtivitis fliktenularis.

    c. Pemeriksaan penunjang Uji tuberkulin, hasil dibaca setelah 48-72 jam. Hasil positif

    jika terdapat indurasi lebih dari 10 mm, kurang dari 5 mm

    negatif, sedangkan indurasi 5-9 mm meragukan dan

    memerlukan pengulangan tes dengan jarak minimal 2 minggu.

    Radiologis menunjukkan gambaran pembesaran kelenjar hilusatau paratrakeal, konsolidasi segmen atau lobus, gambaran

    milier, kavitas, efusi pleura, atelektasis atau kalsifikasi.

    Mikrobiologis dari bilasan lambung atau sputum untukmencari basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan langsung

    dan M. Tuberkulosis dari biakan

    Pemeriksaan serologi seperti PAP TB, ICT dan mycodot Funduskopi dan lumbal pungsi pada TB milier dan meningitis Pemeriksaan darah tepi, LED, urin dan feses rutin berperan

    sebagai pelengkap.

    4. Asma Bronkiala. Anamnesis

    Sering kambuh pada saat-saat tertentu (menjelang pagi, udaradingin, banyak debu, dll)

    Nafas berbunyi, disertai/ tanpa sputum

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    18/41

    18

    Kadang ada riwayat alergi (makanan tertentu, Obat, dll)

    Ada riwayat alergi/ sesak pada keluarga lain yang sedarah Kadang dicetuskan oleh stres.

    b. Pemeriksaann fisik Frekuensi napas meningkat, napas dangkal, sesak napas, napas

    cuping hidung, sianosis, gerakan dada yang berkurang,

    hipersonor, bunyi napas lemah, terdapat wheezing,

    Terdapat dermatitis atopi,c.

    Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah terdapat peningkatan IgE dan eosinofil Foto thorak AP terdapat gambaran emfisematosa Analisis gas darah dapat dijumpai peningkatan pCO2 dan

    penurunan pO2

    5. Efusi pleuraa. Anamnesis

    Pasien sesak napas dan lebih enak tidur pada posisi yangsakit, bisa diikuti dengan demam

    b. Pemeriksaan fisik Frekuensi napas meningkat Lebih cembung dan ketertinggalan gerak pada paru yang

    sakit

    Perkusi redup, fremitus suara lemah pada bagian redupc. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan radiologi terdapat gambaran sejumlah cairanyang mengisi sudut costofrenikus

    Pemeriksaan darah terdapat leukositosis bila infeksibakterial, terutama bila ada pus (empyema)

    Pungsi terdapat cairan

    USG untuk melihat cairan dan perkiraan jumlah cairan

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    19/41

    19

    6. Defek septum ventrikela. Anamnesis

    Pasien cepat lelah, sering menderita infeksi saluran napasbagian atas

    Kenaikan berat badan lambat, gangguan pertumbuhan.b. Pemeriksaan fisik

    Bising jantung (murmur) Takipnea, takikardi, retraksi interkostal,

    c. Pemeriksaan penunjang EKG, terdapat hipertropi ventrikel kiri atau kanan deviasi

    sumbu ke kiri

    Foto thorak, kardiomegali, peningkatan corakan vaskularparu, dan hipertrofi ventrikel kanan

    Ekokardiografi, terdapat pirau aliran darah

    7. Tetralogi fallota. Anamnesis

    Pasien sering lelah, sesak napas, jika kelelahan pasiensering jongkok

    Bibir pasien biru, ada gangguan pertumbuhan gigib. Pemeriksaan fisik

    Sianosis pada bibir, napas cepat, jari tabuh Terdapat thrill sistolik bagian atas dan tepi sternum kiri Suara jantung S2 biasanya tunggal, keras, terdengar bising

    ejeksi sistolik

    c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb meningkat, PCV

    meningkat, anemia hipokromik mikrositer

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    20/41

    20

    Foto thorak didapatkan jantung tidak membesar, arkusaorta sebelah kanan, konus pulmonalis cekung, jantung

    berbentuk sepatu (boot-shape)

    EKG, deviasi sumbu QRS ke kanan, hipertrofi ventrikelkanan, gelombang P sering tinggi

    Ekokardiogram, over riding aorta, VSD, jalan keluarventrikel kanan menyempit.

    8. Gagal jantunga. Anamnesis

    Pasien sering sesak napas saat melakukan aktivitas ringanatau sedang

    Sering berkeringat Bayi kesulitan minum, bengkak pada kelopak mata Anak mengalami bengkak pada tungkai Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada kasus

    kronis

    Timbul setelah aktivitas fisik berat (jalan jauh, naik tangga,dll) dan berkurang dengan istirahat

    Lebih enak berbaring dengan bantal tinggi.b. Pemeriksaan fisik

    Takikardi: lebih dari 160x/menit pada bayi, lebih dari100x/menit pada anak diam

    Takipnea, sesak napas terutama saat aktivitas, ortopnea Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis, edema

    perifer.

    c. Pemeriksaan penunjang Foto thorak didapatkan kardiomegali EKG, frekuensi QRS yang cepat atau disritmia

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    21/41

    21

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik paru merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada

    pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dengan memperkenalkan diri pada.

    Langkah awal ini adalah langkah penting untuk memperoleh kepercayaan dari

    pasien guna mendapatkan informasi yang akurat. Pasien ditempatkan pada posisi

    yang nyaman, namun memudahkan pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan.

    Baju pasien harus dibuka untuk mendapatkan pandangan yang menyeluruh

    terhadap leher, dinding dada, dan abdomen. Namun pada anak yang lebih kecil

    atau pada anak pre-pubertas, penutup yang tipis mungkin akan membuat pasien

    lebih nyaman.

    Sebelum melakukan pemeriksaan paru, lakukan anamnesis yang lengkap

    mengenai keluhan dan perjalanan penyakit pasien. Pada sebuah penelitian,

    anamnesis yang baik dan lengkap dapat lebih berguna dalam menegakkan

    diagnosis suatu penyakit paru dibandingkan pemeriksaan fisik paru. Pemeriksa

    harus membersihkan tangan sebelum melakukan pemeriksaan dengan air bersih

    dan sabun. Pemeriksaan harus dilakukan pada ruangan yang tenang, bersih,

    hangat, terang, dan memberikan privasi.

    Inspeksi

    William Osler, seorang dokter berpengaruh di AS, pernah mengatakan,

    Jangan sentuh pasienmu, catatlah dahulu apa yang kamu lihat!. Inspeksi

    merupakan pemeriksaan yang sangat penting, berhentilah dan lihatlah keadaan

    pasien sebelum menyentuhnya.

    Sebelum menyentuh pasien, lakukan inspeksi dengan mendalam. Inspeksi

    merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting pada pemeriksaan fisik

    paru. Pertama, amati apakah pasien terlihat sakit atau tidak. Amati keadaan

    sekeliling tempat tidur adakah alat inhalasi terletak di sana dan apakah pasien

    menggunakan oksigenasi atau tidak (apa jenisnya). Amati morfologi tubuhnya:

    adakah tanda-tanda gagal tumbuh, atau dismorfologi wajah atau ekstremitas.

    Penilaian terakhir adalah melihat apakah anak dalam keadaan sesak nafas atau

    tidak. Penilaian obyektif sesak nafas dapat dilihat dari kerja nafasnya, apakah

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    22/41

    22

    anak bernafas cepat dan adakah tarikan dinding dada. Posisi tripod (posisi agak

    membungkuk dengan kedua tangan bertopang di tepi tempat tidur) menandakan

    adanya sesak nafas pada penyakit paru obstruktif kronik.

    Inspeksi pada ekstremitas memberikan informasi yang mungkin berguna.

    Jari tabuh (clubbing finger) ditemui pada penyakit paru obstruktif kronik,

    menandakan adanya hipoksia kronik. Tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit

    jantung bawaan sianotik. Pemeriksaan untuk jari tabuh menggunakan perasat

    tanda Shamroth (Shamroths sign), yaitu hilangnya sudut antara kuku dan

    bantalannya. Jari tabuh terjadi bila sudut antara kuku dan bantalannya hilang,

    bertambahnya fluktuasi bantalan kuku, dan bertambahnya jaringan ikat lunak pada

    ujung jari, dan akhirnya menghasilkan peningkatan kurvatura kuku.

    Selanjutnya pemeriksa mencermati adakah tanda sianosis pada ujung jari.

    Sianosis terjadi bila kadar hemoglobin yang tidak mengangkut oksigen (tidak

    tersaturasi) sama dengan atau di atas 5 g/dL. Sianosis adalah tanda yang lanjut

    dari adanya hipoksemia, biasanya saturasi oksigen darah di bawah 90%. Sianosis

    lebih mudah tampak pada anak dengan polisitemia. Pada anak yang anemia,

    sianosis merupakan tanda sangat lanjut dari hipoksemia. Penghitungan laju nafas

    harus dilakukan saat pasien tenang dan tidak sadar kalau nafasnya dihitung.

    Adanya takipneu merupakan tanda sensitif dari adanya gangguan sistem nafas,

    meskipun tidak spesifik. Keadaan lain yang menyebabkan takipneu adalah demam

    asidosis metabolik, aktivitas, dan psikologis. Frekuensi nafas yang sangat lambat

    (bradipneu) terjadi pada keadaaan depresi sistem saraf pusat, misalnya pada

    infeksi intrakranial.

    Perubahan dalam pola nafas mungkin disebabkan oleh respon terhadap

    oksigenasi, asidosis, alkalosis, atau menunjukkan adanya gangguan di pusat nafas

    itu sendiri. Pasien dengan penyakit paru restriktif mempunyai tipe nafas yang

    cepat dan dangkal. Pola nafas cepat dan dalam dapat disebabkan oleh keadaan

    hipoksia dan asidosis metabolik. Alkalosis menyebabkan nafas yang lambat dan

    dangkal. Nafas Biot, pola nafas yang ireguler, dengan periode takipneu dan apneu,

    dapat terjadi pada meningitis, ensefalitis, atau tumor otak. Nafas Cheyne-Stokes

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    23/41

    23

    adalah tipe pernafasan dengan amplitudo pernafasan kecil kemudian makin

    bertambah hingga maksimal, kemudian apneu, terdapat pada keadaan koma.

    Gambar 4. Berbagai macam tipe pernafasan

    Tanda depresi sternum saat bernafas merupakan tanda yang penting,

    terutama pada bayi dimana tulang sternum masih berbentuk kartilago yang

    fleksibel). Pada sesak nafas berat, otot-otot tambahan inspirasi (misalnya m.

    sternocleidomastoideus, m. alae nasi, m. scaleni) akan bekerja. Lihat adakah tandasianosis perifer dan sentral, atau gunakan alat monitor saturasi oksigen.

    Dengarkan adakah stridor atau wheezing. Stridor dapat dibagi menjadi stridor

    inspirasi, yang menandakan adanya obstruksi pada laring atau supralaring.

    Sedangkan stridor inspirasi dan ekspirasi (bifasik) merupakan tanda adanya

    obstruksi pada trakeal.

    Pada bayi baru lahir dengan sindrom distress respirasi (biasanya pada bayi

    prematur), akan didapatkan nafas grunting. Nafas grunting adalah bunyi nafas

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    24/41

    24

    saat ekspirasi, terjadi akibat penutupan rima glotis akibat dari kolapsnya alveoli

    saat ekspirasi akibat defisiensi surfaktan. Nafas grunting adalah usaha sendiri dari

    pasien untuk menaikkan tekanan akhir ekspirasi (PEEP=peak expiratory end

    pressure). Bila dilakukan pemasangan ventilator, kita harus memberikan PEEP

    ventilator yang adekuat untuk mencegah timbulnya gagal nafas.

    Bila pasien batuk, perhatikan karakteristik batuknya, apakah bersifat

    kering, berdahak, menyalak (misalnya pada sindroma Croup atau pertusis). Batuk

    merupakan mekanisme untuk mengeluarkan sesuatu yang mengganggu di saluran

    nafas. Batuk timbul bila kalau reseptor dari arkus reflek batuk terangsang. Impuls

    dikirim melalui serabut aferen ke pusat batuk. Pusat batuk akan bereaksi dengan

    mengirimkan impuls balik melalui serabut eferen ke efektor (otot pernafasan).

    Mekanisme batuk dimulai dengan inspirasi pendek (biasanya cukup dalam),

    kemudian diikuti dengan penutupan glotis. Selanjutnya terjadi ekspirasi kuat

    dengan peninggian mendadak tekanan intratorakal dan pembukaan glotis sehingga

    timbul ledakan batuk.

    Periksalah denyut jantung pada a.radialis. Hitunglah frekuensi nadi,

    kekuatan, dan keteraturan nadi selama 1 menit. Takikardi adalah tanda penting,

    namun kurang spesifik, didapatkan pada hipoksia, penggunaan beta-2-agonis, dan

    demam. Pulsus paradoxus merupakan salah satu indikator beratnya serangan asma

    atau pada perikarditis.

    Nafas cuping hidung menandakan adanya kerja nafas yang meningkat.

    Resistensi udara umumnya terjadi 50% di hidung dan 50% di saluran nafas

    bawah. Bila terjadi kelainan obstruktif atau restriktif di saluran nafas distal, maka

    tubuh akan melakukan kompensasi dengan menurunkan resistensi udara di

    hidung, dengan manifestasi klinisnya berupa nafas cuping hidung.

    Discar nasal mungkin didapatkan. Garis merah di atas pangkal hidung

    didapatkan pada mereka yang mengalami rhinitis episodik. Pada bayi dengan

    riwayat sianosis setelah netek dan hilang dengan menangis haruslah dicurigai

    adanya atresia choanae. Adanya atresia choanae dapat dikonfirmasi dengan

    memasukkan pipa nasogastrik ke dalam rongga hidung.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    25/41

    25

    Pada pemeriksaan leher, perhatikan adakah deviasi trakea dengan

    melakukan palpasi yang lembut pada fossa suprasternal. Lakukan juga perabaan

    untuk melihat adanya pembesaran limfonodi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

    posisi di belakang pasien. Lakukan palpasi dengan lembut, dengan menggunakan

    bagian distal dari jari kedua dan ketiga kedua tangan. Mulailah dengan mencoba

    meraba limfonodi submental, bergerak ke posterior ke arah limfonodi

    submandibula, ke kranial meraba glandula parotis, limfonodi pre dan post

    aurikuler, dan limfonodi occipitalis. Setelah itu, bergeraklah ke arah regio

    sternocleidomastoideus. Palpasi diakhiri pada daerah fossa supraclavicula. Bila

    teraba limfonodi, sebutkan limfonodi mana yang membesar, berapa jumlah dan

    ukurannya, apakah tunggal atau multipel, konsistensinya, saling melekat atau

    tidak, dan apakah disertai nyeri tekan atau tidak. Amati juga adanya perubahan

    warna kulit sekitar leher. Vena jugularis biasanya sulit diukur pada bayi dan anak

    kecil, sehingga pemeriksaan ini biasanya tidak dilakukan.

    Setelah melakukan pemeriksaan leher, pemeriksaan dilakukan pada dada.

    Amati adakah tanda bekas luka seperti riwayat thorakostomi atau pemasangan

    pipa pleura. Perhatikan adakah tanda depresi sternum, dan tanda peningkatan

    kerja nafas seperti adanya retraksi. Retraksi dapat terjadi pada fossa suprasternal,

    subkostal, maupun interkostal. Kelainan anatomi bawaan dapat didapati berupa

    pectus carinatus atau pectus excavatum. Rabalah iktus jantung untuk menentukan

    bagian apex jantung dengan tepat. Pergeseran apex jantung dapat terjadi sebagai

    akibat pergeseran mediastium karena kelainan paru (misalnya pneumothorax,

    pneumomediastinum, effusi pleura).

    Amati juga gerakan dinding dada dan adakah asimetri dari dinding dada.

    Pemeriksa dapat menempatkan telapak tangannya di atas dada si anak untuk

    melihat gerakan dinding dadanya. Penyebab asimetri dinding dada dapat

    disebabkan oleh pneumothorax, pneumonia, effusi pleura, atelektasis, atau nyeri.

    Palpasi

    Palpasi adalah teknik pemeriksaan dengan menggunakan telapak dan jari

    tangan sebagai indra peraba. Pemeriksa menempatkan diri di depan pasien dengan

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    26/41

    26

    pasien telentang atau duduk. Tangan kanan pemeriksa diletakkan pada dinding

    dada kiri pasien dan tangan kiri pada posisi sebaliknya. Pertama, rasakan dan

    bandingkan apakah gerakan dinding dada kanan dan kiri sama dan sinkron atau

    tidak. Setelah itu, rabalah daerah fossa suprasternal untuk menentukan apakah

    terdapat deviasi trakea (misalnya pada pneumothorax atau atelektasis). Kemudian,

    palpasi dilakukan pada sela iga apakah normal atau ada pencembungan atau

    cekungan.

    Bila pada palpasi didapatkan dada mencembung simetris (terdapat

    penambahan diameter antero-posterior) berarti terdapat toraks emfisematosa.

    Bentuk dada ini terdapat pada penyakit paru obstruktif kronik seperti asma,

    bronkitis kronis, atau emfisema. Bila pencembungannya hanya pada satu sisi saja

    (asimetris) mungkin terdapat pneumothorax, pleuritis, efusi pleura, hematothorax

    atau kardiomegali.

    Ketinggalan gerak waktu inspirasi didapatkan pada fungsi paru yang

    berkurang (misalnya pada fibrosis pulmonum, schwarte, atelektasis,

    pneumothorax, efusi pleura, pleuritis, atau pneumonia), rangsang nyeri, atau

    kelumpuhan otot pernafasan.

    Fremitus adalah pemeriksaan untuk mengetahui getaran suara dari saluran

    nafas. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara palpasi taktil atau

    dengan stetoskop. Resonansi vokal terjadi sebagai akibat getaran fonasi yang

    berjalan sepanjang cabang trakeobronkial melalui parenkim paru. Paru normal

    yang terisi udara akan meneruskan bunyi dengan frekuensi rendah dan menyaring

    bunyi dengan frekuensi tinggi. Peningkatan resonansi vokal disebut bronkofoni.

    Suara yang didengar lebih jelas dan lebih keras pada daerah yang mengalami

    kelainan. Ini terjadi pada peningkatan densitas paru, seperti pada konsolidasi paru

    karena pneumonia atau atelektasis. Resonansi vokal menurun pada berkurangnya

    densitas paru (karena bunyi akan lebih tersaring), seperti pada keadaan asma,

    emfisema, penumothorak, atau efusi pleura. Egofoni terjadi bila resonansi vokal

    meningkat dengan kualitas sengau, terjadi pada pneumonia lobaris. Bila ada

    egofoni, penderita yang mengucapakan i-i-i akan terdengar e-e-e.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    27/41

    27

    Perkusi

    Perkusi pertama kali dilakukan oleh Auenbruger tahun 1761, diilhami oleh

    kebiasaan bapaknya melakukan ketukan pada tong anggur untuk mengetahui

    apakah isi tong masih penuh atau tidak. Suara paru normal seperti udara dalam

    tong anggur.

    Perkusi merupakan pemeriksaan yang berguna untuk menentukan lokasi

    patologis dari kelainan paru dan penting untuk dilakukan dengan teknik yang

    benar. Perkusi dilakukan dengan memukulkan jari ketiga di atas jari ketiga tangan

    sebelahnya (yang diposisikan hiperekstensi) di sela iga rongga dada. Lakukan

    ketukan beberapa kali untuk menimbulkan kesimpulan suara yang didengar

    pemeriksa. Pertama lakukanlah perkusi di atas kedua clavicula, kemudian

    bergerak ke bawah dan ke lateral pada kanan dan kiri. Pada tiap ketinggian, selalu

    bandingkan antara perkusi dada kanan dan kiri.

    Suara perkusi paru yang sehat adalah sonor. Hipersonor dijumpai ada

    keadaan pneumothorax, emfisema, asma, dan kaverna. Perkusi yang redup

    dijumpai pada hati, jantung, konsolidasi, atelektasis, efusi pleura, inflitrat,

    pleuritis, dan tumor paru. Pada dinding dada yang tipis seperti pada bayi, paru

    normal juga akan terdengar hipersonor. Pada infiltrat masif (pneumonia lobaris

    atau tumor), lumen bronkus masih menimbulkan gema perkusi sehingga suara

    yang timbul adalah redup timpani. Pada infiltrat tersebar (misalnya

    bronkopneumonia, tuberculosis milier), yang terperkusi adalah jaringan paru,

    mungkin infiltrat sedikit saja terperkusi sehingga perkusinya masih sonor. Dengan

    pemeriksaan perkusi kita juga bisa menentukan batas pengembangan paru dan

    besar hepar.

    Auskultasi

    Auskultasi merupakan bagian dari pemeriksaan fisik paru dengan tujuan

    untuk mendengarkan suara paru, sehingga secara tidak langsung menggambarkan

    keadaan saluran nafas.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    28/41

    28

    Pertama kali pemeriksa melakukan auskultasi, ia harus menempatkan

    bagian diafragma stetoskop pada fossa supraclavicula, kemudian mulai bergerak

    ke bawah dan ke lateral (seperti yang sudah didiskusikan pada bagian

    pemeriksaan perkusi). Bandingkan lebih dahulu antara dada kanan dan kiri. Bila

    ada perbedaan suara nafas, pastilah salah satu tidak normal.

    Setelah melakukan pemeriksaan pada bagian dada anterior, pemeriksa

    melakukan pemeriksaan pada dada bagian posterior. Lakukan auskultasi seperti

    pada pemeriksaan dada depan, mulai di bawah bahu, bergerak ke bawah dan

    lateral. Bandingkan auskultasi bagian kanan dan kiri. Jangan lupakan melakukan

    auskultasi pada bagian axilla untuk melihat adanya kelainan pada paru kanan

    lobus medius. Kesalahan yang sering dilakukan adalah tidak melakukan auskultasi

    pada daerah-daerah inferior.

    Suara dasar paru

    Suara dasar paru secara tradisional digolongkan menjadi 4 yaitu suara

    trakeal, bronkial, bronkovesikuler, dan vesikuler.

    Suara trakheal mempunyai ciri suara dengan frekuensi tinggi, kasar,

    disertai dengan masa istirahat (pause) antara fase inspirasi dan ekspirasi, dengan

    komponen ekspirasi terdengar sedikit lebih lama. Suara nafas trakeal dapat

    ditemukan dengan menempelkan membran diafragma pada bagian lateral leher

    atau pada fossa suprasternal. Sumber bunyinya adalah turbulensi aliran cepat

    pintu glottis. Suara nafas bronkial mempunyai bunyi yang juga sama kasar,

    frekuensi tinggi, dengan fase inspirasi sama dengan fase ekspirasi. Suara ini

    terdapat pada saluran nafas dengan diameter 4 mm atau lebih, misalnya pada

    bronkus utama. Suara nafas bronkial dapat didengarkan pada daerah antara kedua

    scapula. Karena karakteristik suara trakeal dan bronkial hampir sama, beberapa

    penulis menggolongkannya menjadi satu terminologi, yaitu suara trakeobronkial.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    29/41

    29

    Gambar 4. Karakteristik suara dasar paru

    Suara nafas bronkovesikuler sedikit berbeda dari suara trakeobronkial,

    terdengar lebih distal dari jalan nafas. Bunyinya kurang keras, lebih halus,

    frekuensi lebih rendah dibanding suara bronkial, tetapi dengan komponen

    inspirasi dan ekspirasi yang masih sama panjang. Bunyi nafas ini pada orang

    normal dapat didengar pada segitiga auskultasi (area di bagian posterior rongga

    dada yang dibatasi oleh m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m. rhomboideus

    mayor) dan lobus otot kanan paru). lebih distal, dengan karakteristiknya halus,

    lemah, dengan fase inspirasi merupakan bagian yang dominan, sedangkan fase

    ekspirasi hanya terdengar sepertiganya. Suara vesikuler berasal dari jalan nafas

    lobar dan segmental, ditransmisikan melalui parenkim paru normal.

    Bila terdapat konsolidasi atau atelektasis pada saluran nafas distal, maka

    suara yang normalnya vesikuler, akan menjadi suara bronkovesikuler atau

    trakeobronkial. Ini terjadi karena penghantaran udara yang bertambah karena

    adanya pemadatan pada jaringan paru. Ada pula yang berpendapat hal ini terjadi

    karena suara vesikuler yang menurun pada daerah auskultasi, sehingga yang

    masih terdengar adalah suara dari bronkus (suara bronkial).

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    30/41

    30

    Suara vesikuler yang diperlemah didapatkan pada keadaan fungsi paru

    yang menurun (misalnya Schwarte, fibrosis pulmonum, emfisema) atau pada

    gangguan penghantaran suara karena adanya cairan (efusi pleura) atau udara di

    pleura (pneumothorax). Keadaan ini juga bisa didapati pada anak yang gemuk

    atau atlet yang mempunyai lapisan otot yang tebal.

    Fase ekspirium suara vesikuler juga bisa diperpanjang pada keadaan di

    mana terdapat kesulitan mengelurkan udara waktu ekspirasi, seperti pada keadaan

    asma bronkiale atau bronkiolitis. Kesulitan ini disebabkan oleh banyaknya sekret,

    edema mukosa bronkus, dan konstriksi dari saluran nafas bawah. Ekspirasi yang

    memanjang sangat berhubungan dengan bunyi tambahan paru yaitu wheezing, dan

    dapat didengarkan dengan telinga telanjang.

    Suara tambahan paru

    Terminologi suara tambahan paru merupakan hal yang kontroversial,

    menjadi perdebatan mulai dari pertama ditemukannya stetoskop oleh Laennec

    hingga sekarang. Laennec, seorang dokter Prancis, menggunakan istilah rale

    untuk semua bunyi abnormal paru, dengan klasifikasi: lembab (moist), mukus

    (mucous), sonor (sonorous), dan mencicit (sibilant). Pada prakteknya masa itu,

    karena pasien merasa tidak nyaman dengan miripnya istilah rale dengan death

    rattle, maka Laennec menggunakan istilah pengganti yaitu rhoncus. Tahun

    1821, seorang dokter Inggris bernama John Forbes, menerjemahkan karya

    Laennec ke bahasa Inggris. Istilah rale dan rhoncus diterjemahkan menjadi 2 hal

    berbeda oleh Forbes, sehingga menjadi awal terjadinya perbedaan hingga

    sekarang.

    Salah satu rekomendasi berasal dari pertemuaInternational Symposium on

    Lung Sounds (Tokyo, 1985) dengan konsensus terminologi bunyi tambahan paru

    yang membagi bunyi ini menjadi:

    1. Bising tidak kontinyu (kurang dari 250 ms/2.5 detik)a. Halus: frekuensi tinggi, amplitudo rendah, durasi pendek (fine

    crackles)

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    31/41

    31

    b. Kasar: frekuensi rendah, amplitudo tinggi, durasi panjang (coarsecrackles)

    2. Bising kontinyu (lebih dari 250 ms/2.5 detik)a. Nada tinggi (wheezing)b. Nada rendah (rhoncus)

    Selain bising kontinyu dan tidak kontinyu, dikenal juga suara tambahan

    paru yang lain yaitu stridor dan bunyi gesekan pleura (pleural friction rub).

    Bising tidak kontinyu

    Crackles (bunyi gemereletak) halus atau ronki basah halus, disebabkan

    oleh terbukanya alveoli yang tertutup waktu ekspirasi sebelumnya secara tiba-tiba,

    mungkin disebabkan tekanan antara jalan nafas yang terbuka dengan yang

    menutup dengan cepat menjadi sama sehingga jalan nafas perifer mendadak

    terbuka. Bunyi ini terjadi saat inspirasi, yang dapat terjadi saat jalan nafas perifer

    mendadak terbuka pada waktu daerah-daerah kolaps (atelektasis) terinflasi. Bising

    ini terjadi pada kelainan paru restriktif dan atau menunjukkan berkurangnya

    volume paru, seperti pada pneumonia, bronkitis, atau atelektasis. Bising ini juga

    dapat terdengar pada bronkiolitis dan asma bronkiale. Ronki basah halus yang

    terdengar pada daerah basal paru menunjukkan adanya edema paru. Pada

    pneumonia lebih spesifik bila bunyi gemereletak ini didapatkan pada akhir

    inspirasi (atau yang disebut krepitasi).

    Crackles kasar atau ronki basah kasar, dihasilkan oleh gerakan udara

    melalui sekret tipis di bronkus atau bronkiolus. Terjadi pada awal inspirasi dan

    kadang waktu ekspirasi, bisa menghilang dengan perubahan posisi atau setelah

    batuk. Bunyi ini dapat dijumpai pada kelainan paru dengan sekresi lendir yang

    banyak, misalnya pada bronkitis kronis, bronkitis akut, bronkiektasi, atau fibrosis

    kistik.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    32/41

    32

    Tabel 2. Karakteristik suara tambahan pada auskultasi paru

    Bising kontinyu

    Bunyi tambahan kontinyu akibat dari aliran udara yang cepat yang

    melewati jalan nafas yang mengalami obstruksi. Aliran udara yang lebih cepat

    akan menurunkan tekanan dinding lateral jalan nafas, dan menyebabkan dinding-

    dinding yang berhadapan terdorong saling merapat dan bersentuhan untuk waktu

    singkat. Akibatnya, aliran terganggu untuk waktu singkat dan tekanan jalan nafas

    meningkat. Jalan nafas kemudian kembali terbuka memungkinkan aliran udara

    kembali. Siklus ini berulang dengan cepat menyebabkan getaran dinding jalan

    nafas. Tinggi nada pada bunyi tambahan kontinyu ditentukan oleh hubungan

    antara kecepatan aliran dan derajat obstruksi. Lebih cepat aliran atau lebih rapat

    obstruksi menyebabkan bunyi dengan nada tinggi (disebut wheezing atau mengi).

    Bila aliran atau obstruksi kurang, maka terjadi bunyi dengan nada lebih rendah

    (disebut ronki atau ronki kering). Wheezing ditemui pada asma, emfisema dan

    bronkitis kronik, dan kadang ditemui pada edem paru. Ronki kering dijumpai

    pada bronkitis akut atau kronik dan bronkiektasis.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    33/41

    33

    Stridor

    Stridor adalah bunyi kontinyu yang dihasilkan oleh getaran jalan nafas

    ekstratoraks yang menyempit, dengan nada konstan. Hal ini terjadi karena karena

    tekanan jalan nafas distal dari obstruksi berkurang secara bermakna dalam

    hubungan dengan tekanan atmosfer di luar jalan nafas pada waktu inspirasi. Pada

    waktu ekspirasi, peningkatan tekanan jalan nafas menyebabkan gradien tekanan

    positif dari dalam ke luar jalan nafas dan obstruksi berkurang. Bila obstruksi

    menetap, stridor akan terdengar waktu inspirasi maupun ekspirasi. Pe yebab

    stridor adalah sumbatan laring atau trakea, seperti pada keadaan epiglotitis,

    laringotrakeobronkitis akut (sindrom Croup), aspirasi benda asing, tumor, atau

    edema laring setelah ekstubasi.

    Bunyi gesekan pleura

    Bunyi ini berasal dari regangan mekanik pleura yang menyebabkan vibrasi

    dinding dada dan parenkim paru. Pada keadaan normal, lapisan pleura yang halus

    dan lembab yang bergesekan pada waktu bernafas tidak mengeluarkan suara.

    Bising ini bersifat non-musikal, mempunyai nada rendah, dan terdengar saat

    inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ini terjadi pada pleuritis atau Schwarte. Setelah

    melakukan pemeriksaan, pemeriksa dapat mengambil kesimpulan apakah ada

    kelainan pada paru atau tidak. Sampaikan hasil pemeriksaan anda pada orang tua.

    Terakhir kali, ucapkan salam dan terima kasih pada orang tua dan pasien.

    Pemeriksa harus meyakinkan dirinya bahwa ia meninggalkan pasien dalam

    keadaan nyaman.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    34/41

    34

    Tabel 4. Karakteristik penyakit paru dari pemeriksaan fisik

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Evaluasi Laboratorium1. Pemeriksaan dahak. pemeriksaan dahak harus mencakup

    pemeriksaan bilasan sputum gram (gram-stained smear) untukmembuktikan adanya radang saluran napas bawah dan penentuan jenis

    gram patogen.

    2. Analisis gas darah arterial. Pengukuran gas darah arterial dilakukanpada evaluasi awal seluruh pasien sesak yang memperlihatkan tekanan

    darah sistolik kurang dari 90 mm Hg, suatu frekuensi napas lebih dari

    35 kali/menit atau kurang dari 10 kali/menit atau sianosis. Apabila gas

    darah arterial tidak diukur pada tahap awal dan kondisi pasienmemburuk di bawah perawatan, analisis gas darah tersebut harus tetap

    perlu diperiksa. Nilai ini berguna sebagai petunjuk penggunaan

    suplemen oksigen dan keputusan untuk penggunaan ventilasi mekanis.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    35/41

    35

    3. Spirometri/Peak Flow Meter (Peak Expiratory Flow Rate -PEFR).

    Pada pasien yang mengalami eksaserbasi asma atau PPOK, spirometri

    memberi kita informasi beratnya obstruksi dan dapat digunakan untuk

    menentukan seriusnya keadaan penyakit tersebut. Pengukuran PEFR

    bisa rnenggantikan pengukuran spirometri untuk menentukan berat

    ringannya obstruksi, hasilnya dinyatakan dalam liter per menit. Nilai

    normal ditentukan untuk setiap individu menurut jenis kelamin, usia

    dan tinggi badan. Nilai kurang dari 50% dari yang diperkirakan

    menunjukkan obstruksi yang parah. Pemeriksaan PEFR ini harus

    diulangi setiap 30 menit untuk menentukan perjalanan penyakit.

    b. Pencitraan (imaging).Pembuatan foto toraks posteroanterior dan lateraldilakukan apabila dicurigai adanya kelainan pada pleura, parenkim paru

    atau jantung. Adanya bula, kista, paru emfisematus atau diafragrna yang

    mendatar (flattened diagraph) mendukung diagnosis PPOK. Adanya

    kardiomegali mendukung kemungkinan penyebab sesak yang berkaitan

    dengan jantung.

    TATALAKSANA SESAK NAPAS

    Penanganan sesak pada dasarnya mencakup tatalaksana yang tepat atas

    penyakit yang melatarbelakanginya. Akan tetapi, apabila kondisi pasien

    memburuk hingga mungkin terjadi gagal napas akut, maka lebih baik perhatian

    ditujukan pada keadaan daruratnya dulu sebelum dicari penyebab yang

    melatarbelakanginya. Diagnosis gagal napas akut dengan analisis gas darah

    ditentukan ketika PaO2 kurang dari 50 mm Hg atau PaCO2 lebih besar dari 50

    mm Hg dengan pH di bawah norrnal.

    a. Saluran NapasPeriksalah orofaring untuk memastikan saluran napas tidak tersumbat

    karena pembengkakan (edema) atau suatu benda asing. Intubasi endotrakeal

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    36/41

    36

    dapat dilakukan apabila pasien mengalami henti napas atau mengarah kepada

    gagal napas progresif. .

    b. OksigenMetode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :

    1. Sistem aliran rendah

    Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara

    ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe

    pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran

    rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu

    bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume

    Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 1620 kali permenit.

    Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula

    nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong

    rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

    Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :

    a. Kateter nasal

    Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2

    secara

    kontinu dengan aliran 16 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

    - Keuntungan

    Pemberian O2

    stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,

    murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter

    penghisap.

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan konsentrasi O2

    yang lebih dari 45%,

    tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal,

    dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir

    nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan

    nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah

    tersumbat.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    37/41

    37

    b. Kanula nasal

    Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2

    kontinu

    dengan aliran 16 L/mnt dengan konsentrasi O2

    sama dengan kateter

    nasal.

    - Keuntungan

    Pemberian O2

    stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan

    teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas

    makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan

    nyaman.

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan konsentrasi O2

    lebih dari 44%, suplai O2

    berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena

    kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.

    c. Sungkup muka sederhana

    Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 8 L/mnt

    dengan konsentrasi O2

    4060%.

    - Keuntungan

    Konsentrasi O2

    yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula

    nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan

    sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi

    aerosol.

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan konsentrasi O2

    kurang dari 40%, dapat

    menyebabkan penumpukan CO2jika aliran rendah.

    d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :

    Suatu tehinik pemberian O2

    dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80%

    dengan aliran 812 L/mnt

    - Keuntungan

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    38/41

    38

    Konsentrasi O2

    lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak

    mengeringkan selaput lendir- Kerugian

    Tidak dapat memberikan O2

    konsentrasi rendah, jika aliran lebih

    rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O

    2bisa

    terlipat.

    e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

    Merupakan tehinik pemberian O2

    dengan Konsentrasi O2

    mencapai

    99% dengan aliran 8 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak

    bercampur dengan udara ekspirasi

    - Keuntungan :

    Konsentrasi O2

    yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak

    mengeringkan selaput lendir.

    - Kerugian

    Kantong O2bisa terlipat.

    2. Sistem aliran tinggi

    Suatu tehnik pemberian O2

    dimana FiO2

    lebih stabil dan tidak

    dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat

    menambahkan konsentrasi O2

    yang lebihtepat dan teratur.

    Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan

    ventury.

    Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari

    tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk

    mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar

    dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara

    pada alat ini sekitas 414 L/mnt dengan konsentrasi 3055%.

    - Keuntungan

    Konsentrasi O2

    yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk

    pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    39/41

    39

    FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi

    penumpukan CO2

    - Kerugian

    Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup

    muka yang lain pada aliran rendah.

    3. Ventilasi mekanis.

    Pasien yang diintubasi untuk sementara dapat diberi oksigen melalui

    ambubag sambil mempersiapkan suatu ventilator sebagai kelanjutannya.

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    40/41

    40

    DAFTAR PUSTAKA

    Bickley et al. 2008. Bates Guide to Physical Examination and History Taking,

    8th Edition. USA: MCQs

    Cabanes et al. 2001. Brain Natriuretic Peptide Blood Levels in the Differential

    Diagnosis of Dyspnea. Chest 120;2047-2050

    Fauci et al. 2008. Harrisons: Principle of Internal Medicine- 17thedition.USA:

    The Mc Graw Hill Comp. Inc.

    Gent et al. 2007. Poor perception of dyspnoea in children with undiagnosed

    asthma. Eur Respir J. 30: 887891

    Green et al. 2008. Clinical Uncertainty, Diagnostic Accuracy, and Outcomes in

    Emergency Department Patients Presenting With Dyspnea. Arch Intern Med.

    168(7):741-748

    Guazzi et al. 2001. Exercise hyperventilation, dyspnea sensation, and ergoreflex

    activation in lone atrial fibrillation. Am J Physiol Heart Circ Physiol

    287:2899-2905

    Han et al. 2008. The Language of Medically Unexplained Dyspnea. Chest

    133;961-968

    Huijnen et al. 2006. Dyspnea in elderly family practice patients. Occurrence,

    severity, quality of life and mortality over an 8-year period.Fam. Pract. Jour.

    23: 34-39.

    Lanini et al. 2001. Perception of Dyspnea in Patients With Neuromuscular

    Disease. Chest 120;402-408

    Laveneziana et al. 2006. Mechanisms of dyspnoea and its language in patients

    with asthma. Eur Respir J 27: 742747

    Mahler, A. Donald. 2008. Mechanisms and Measurement of Dyspnea in Chronic

    Obstructive Pulmonary Disease. Proc Am Thorac Soc 3: 234238

    Mahler, Donnald. 2006. Mechanisms and Measurement of Dyspnea in Chronic

    Obstructive Pulmonary Disease. Proc Am Thorac Soc 3: 234238

    Miles Weinberger and Mutasim Abu-Hasan. 2007. Pseudo-asthma: When Cough,

    Wheezing, and Dyspnea Are Not Asthma. Pediatrics J. 120:855

    Mularski et al. 2010. A Review of Quality of Care Evaluation for the Palliation of

    Dyspnea. Am J Respir Crit Care Med 181: 534538

  • 5/28/2018 Trisukma (09-17) Skill Lab

    41/41

    41

    Newman et al. 2006.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC

    Nishino, T. 2011. Dyspnoea: underlying mechanisms and treatment. British

    Journal of Anaesthesia 106 (4): 46374

    ODonnel et al. 2007. Pathophysiology of Dyspnea in Chronic Obstructive

    Pulmonary Disease. Proc Am Thorac Soc 4: 145168

    PAPDI. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbutan FK UI

    Peiffer et al. 2008. Relief of Dyspnea Involves a characteristic Brain Activation

    and a Specific Quality of Sensation. Am J Respir Crit Care Med. 177: 440

    449

    RSUD dr. Setomo. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF. Ilmu Penyakit

    Dalam. Surabaya: FK UNAIR Press

    Scano,G., Standarzi, L., dan Grazzini. 2005. Understanding dyspnoea by its

    language. Eur Respir J; 25: 380385

    Serradori,M dan Ambrosino,N. 2006. Determining the cause of dyspnoea:

    linguistic and biological descriptors. CRD journal 3: 117-122

    Sinead et al. 2001. Dyspnea and Quality of Life in Older People at Home. Age

    and Aging 30: 155-159

    Toni et al. 2008. Dyspnea on Exertion in Obese Women Association with an

    Increased Oxygen Cost of Breathing. Am J Respir Crit Care Med 178: 116

    123

    Witek dan Mahler. 2003. Minimal important difference of the transition dyspnoea

    index in a multinational clinical trial. Eur Respir J. 21: 267272