Translate THT

download Translate THT

of 7

description

tht

Transcript of Translate THT

  • 5/22/2018 Translate THT

    1/7

    Pendahuluan

    Manifestasi reumatologis pada telinga-hidung-tenggorok (THT) merupakan suatu

    tantangan diagnostik untuk ahli reumatologi, ahlit THT, dan dokter umum. Gejala-

    gejala THT seringkali merupakan tanda awal dari suatu kelainan autoimun yangmembutuhkan terapi imunosupresif yang tepat dan agresif. Selain itu, gejala-gejala

    THT seringkali terlewatkan oleh pasien atau dokter penyakit dalam yang biasanya

    terfokus pada penyakit utamanya. Dalam artikel ini kami membahas mengenai

    manifestasi THT tersering dari kelainan jaringan ikat, dengan penekanan pada

    petunjuk-petunjuk diagnostik yang dapat membantu diagnosis dan terapi dini.

    Gangguan pendengaran-audiovestibular

    Penyakit imun pada telinga tengah [Immune-mediated inner ear disease(IMIED)]

    Gangguan telinga dapat mempersulit berbagai penyakit reumatologis. IMIED

    menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, disertai vertigo, tinnitus, dan

    rasa penuh di telinga. Pasien mungkin mengeluhkan penurunan ketajaman

    pendengaran atau penurunan kemampuan untuk membedakan suara. IMIED

    umumnya berevolusi secara subakut atau berkisar antara beberapa hari hingga

    beberapa bulan. Hal ini menunjukkan perbedaan antara IMIED dan sindroma

    Meniere, yang biasanya terjadi lebih lama.Selain itu, IMIED seringkali bilateral (meskipun kedua sisi terkena secara

    asimetrik atau asinkron dengan interval keterlibatan kedua sisi hampir 1 tahun), yang

    merupakan sarana diagnostik yang berguna untuk membedakan IMIED dan

    neuroma akustik. Pemeriksaan MRI diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan

    lesi sudut serebellopontinebiasanya swannoma vestibularterutama pada tahap

    awal saat belum tampak bukti-bukti keterlibatan bilateral. Pola gejala yang

    berfluktuasi selama beberapa bulan juga pernah ditemukan. Beberapa pasien

    dengan penyakit pada telinga tengah memiliki serum antibodi terhadap antigen 68KD di telinga tengah.

    Sensorineural hearing loss (SNHL) unilateral dan bilateral mendominasi

    frekuensi tengah dan tinggi pada penderita SLE. Terdapat asosiasi yang kuat antara

    SNHL dan adanya titer antibodi anti kardiolipin yang tinggi. SNHL sub klinis

  • 5/22/2018 Translate THT

    2/7

    ditemukan pada lebih dari 22% pasien SLE. Gangguan audiovestibular akut juga

    ditemukan pada antiphospholipid syndrome(APS) primer.

    Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan hubungan antara SNHL dan

    insufisiensi aortik akut, suatu manifestasi yang jarang dari SLE. Tidak ada korelasiantara status penyakit atau adanya antibodi ANA dengan timbulnya SNHL.

    Sebaliknya, pemberian NSAID dan obat anti malaria, yang umum dilakukan pada

    pasien SLE, merupakan faktor perancu karena kedua obat ini berhubungan dengan

    SNHL. SNHL frekuensi tengah dan tinggi serta ditemukannya kelainan tuba

    eustachius ditemukan pada pasien dengan sklerosis sistemik (SS). Gangguan

    pendengaran campuran lebih jarang ditemukan. SNHL pada sindroma Sjogren (SS)

    sebagian berhubungan dengan adanya titer antibodi anti kardiolipin yang tinggi.

    Myeloperoxidase (MPO) yang berhubungan dengan vaskulitis terlibat dalampatogenesis gangguan pendengaran pada penderita polyarteritis nodosa (PN) dan

    microscopic polyangiitis (MP). Penyakit telinga yang progresif baik gangguan

    pendengaran sensorineural atau campuran merupakan manifestasi awal dari

    penyakit ini. Pada kasus ini, titer antibodi anti-MPO-ANCA yang tinggi merupakan

    sarana diagnostik yang berguna. Gangguan pendengaran tiba-tiba atau bertahap

    terjadi pada hampir 50% penderita relapsing polychondritis (RP). Gangguan ini

    dapat bersifat konduktif (berhubungan dengan ekspansi prosedur inflamatori pada

    telinga tengah dan tuba eustachius), gangguan pendengaran sensorineural (bilaterjadi vaksulitis pada arteri aurikularis atau cabang koklearnya), atau gangguan

    pendengaran campuran.

    Defisit otologis pada Wegener granulomatosis (WG) adalah gangguan

    pendengaran konduktif yang terjadi akibat keterlibatan nasoafaring granulomatosa,

    disfungsi tuba eustachius sekunder, dan otitis media serosa. Otitis media serosa

    disebabkan oleh inflamasi dan iritasi akibat sekret nasal pada orifisium tuba

    eustachius. Gangguan ini menyebabkan gangguan pendengaran konduktif tanpa

    nyeri atau tanda-tanda inflamasi akut, meskipun hal ini seringkali disertai oleh otitismedia akut yang rekuren. Tanda-tanda klinisnya meliputi gendang telinga konkaf

    dengan atau tanpa pembuluh darah radialis yang superfisial, dan gambaran tak

    bewarna atau kuning. Beberapa pasien juga mengalami otitis media purulen dengan

    nyeri, demam, atau sensasi tekanan pada telinga, gangguan pendengaran,

    hiperemia dan penonjolan timpanikpada fase akutatau gangguan pendengaran

  • 5/22/2018 Translate THT

    3/7

    tanpa nyeri atau pus dan perforasi sentral pada membran timpani pada bentuk

    kronis. SNHL lebih jarang terjadi, dan bila terjadi, sering disertai dengan tinnitus

    tanpa vertigo. Pola campuran sering ditemukan dan produk-produk inflamasi yang

    toksik pada telinga tengah atau keterlibatan granulomatosa secara langsung padatelinga tengah adalah faktor-faktor predisposisinya. Churg Strauss syndrome (CSS)

    dan Adamantiades-Behets disease (ABD) jarang berhubungan dengan defisit

    audiovestibular.

    Sindroma Cogan dicirikan oleh inflamasi okular biasanya keratitis

    interstisial dan SNHL yang disebabkan oleh episode gangguan telinga tengah

    yang rekuren, yang bermanifestasi sebagai serangan yang mirip dengan Mediere

    dan gejala vestibular yang prominen, seperti vertigo, mual, gangguan pendengaran

    sensorineural, dan ataxia. Berbagai kombinasi gejala-gejala vaskulitis sistemik jugadapat menyertai. Keterlibatan katup jantung terutama katup aorta adalah suatu

    komplikasi akut dari sindroma Cogan yang membahayakan jiwa, yang membutuhkan

    kecurigaan klinis yang tinggi dan intervensi dini.

    Deteksi dini IMIED penting untuk dilakukan karena pemberian terapi

    kortikosteroid yang agresif diperlukan untuk menghindari gangguan pendengaran

    non-reversibel. Penyakit Meniere, barotrauma, paparan suara, presbiakusis, kokleitis

    viral, agen ototoksik seperti aminoglikosida dan loop diuretics, meningitis serta

    iskemia serebrovaskular adalah penyebab SNHL yang lain. Otitis media akut ataukronis, tumor telinga tengah, perforasi membran timpani, dan lesi pada telinga luar

    seperti osteoma, karsinoma sel pipih, atau tumor yang lain, psoriasis, dan akumulasi

    serumen merupakan penyebab dari gangguan pendengaran konduktif.

    Pemeriksaan Weber dan Rinne menilai kecukupan konduksi suara di udara

    dan tulang. SNHL perlu dicurigai bila suara getaran lebih terdengar keras pada sisi

    yang bagus dan gangguan telinga konduktif harus dicurigai bila suara getar lebih

    terdengar pada sisi yang sakit pada tes Weber. Tes Rinne yang positif adalah

    normal dan tes Rinne yang negatif yang terjadi bila suara sama-sama keras ataulebih keras bila garpu tala diletakkan di samping telinga konsisten dengan

    gangguan pendengaran konduktid, terutama bila tes Weber berlateralisasi pada sisi

    yang sama (Gambar 1). Pemeriksaan MRI dan timpanogram sebaiknya digunakan

    untuk memastikan temuan klinis dan menyingkirkan kemungkinan diagnosis yang

    lain.

  • 5/22/2018 Translate THT

    4/7

    Bila terapi yang agresif diberikan tepat waktu, fungsi auditorik dapat

    dipertahankan atau disembuhkan. Regimen prednison selama 3 bulan yang

    diturunkan secara bertahap pada akhir minggu keempat, dapat mengontrol penyakit

    ini. Bila tidak terjadi perbaikan yang signifikan pada akhir minggu kedua atau bilarelaps terjadi saat penurunan dosis kortikosteroid, cyclophosphamide dapat

    ditambakan.

    Bila fungsi auditorik tidak kembali normal pada akhir minggu ke-12,

    kerusakan auditorik dianggap ireversibel dan terapi dapat dihentikan. Methotrexate

    adalah agen terapi alternatif yang dipilih, meskipun kureng efektif, bila diagnosis

    IMIED belum ditegakkan atau diagnosis yang lain seperti sindroma Meniere belum

    disingkirkan. Namun, sebuah penelitian acak terbaru pada 67 pasien dengan SNHL

    bilateral progresif cepat menunjukkan bahwa methotrexate tidak dapatmempertahankan perbaikan pendengaran dengan terapi prednison.

    Sinus nasal dan paranasal

    Vaskuli t is Churg -Strauss (CSS)

    Rhinitis alergika sering terjadi pada penderita vaskulitis CSS. Gejala yang khas

    adalah gatal hidung perennial atau musiman, bersin-bersin, dan gangguan aliran

    udara, yang disertai dengan sekret tidak berwarna dan encer, dan pada kasus yang

    lebih sering, berupa tekanan, nyeri, edema periorbital dan sianosis wajah.Pemeriksaan nasal menunjukkan mukosa pucat kebiruan dengan edema turbinasi;

    poliposis nasal dan gangguan penciuman dapat semakin mempersulit penyakit ini.

    Sinusitis rekuren adalah temuan yang umum, namun rhinitis atau sinusitis tidak

    memiliki pola destruktif yang sama seperti pada WG dan RP.

    Eosinofilia nasal, disertai dengan riwayat asma biasanya menonjol pada

    fase awal dan terjadi pada semua pasien dengan penyakit tahap lanjutmendukung

    diagnosis ini. Franuloma intra atau ekstravaskular dan lesi inflamasi yang kaya akan

    eosinofil adalah gambaran histopatologis yang utama pada mukosa nasal di CSS.Eosinofilia perifer, infiltrasi eosinofilik pada jaringan lain seperti sistem pencernaan

    dan paru-paru, serta gejala vaskulitis sistemik (malaise, demam, anoreksia), infiltrat

    paru, kulit, jantung, sistem saraf dan ginjal adalah manifestasi lanjutan dari penyakit

    ini.

  • 5/22/2018 Translate THT

    5/7

    Anti-neutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA), eosinofilia, dan

    hipergammaglobulinemia adalah sarana diagnostik yang berguna untuk

    membedakan predisposisi atopik sederhana dengan adanya vaskulitis aktif (gambar

    2c).

    Granulomatosis Wegener

    Obstruksi nasal yang disebabkan oleh crustingdifus dan sekret purulen yang banyak

    serta sekret berdarah dari nasal atau epistaksis menunjukkan WG yang aktif.

    Sebaliknya, nekrosis kartilago septal yang disertai dengan destruksi pembuluh darah

    pada bagian anterior septum nasal (lokus Kiessebachii) dapat menyebabkan

    perforasi septal, yang menunjukkan penyakit tahap lanjut bila disertai dengan

    deformitas saddle noseakibat destruksi masig jaringan nasal. Gangguan penciumandapat terjadi akibat keterlibatan mukosa yang luas. Adanya infeksi kronis

    Staphylococcus aureusyang berrespons parsial terhadap antibiotik adalah kekhasan

    dari penyakit Wegener.

    Keterlibatan sinus paranasalis sangat penting pada WG. Selama fase akut

    dimana perjalanan gejala-gejala rhinitis yang bifasik dan selalu relaps, disertai

    dengan malaise ekstrim, demam tinggi, sekret purulen yang banyak, nyeri kepala,

    dan sinus paranasalis yang sensitif terjadi setelah rhinitis akut infeksi biasa tidak

    dapat dibedakan dengan vaskulitis aktif, bahkan dengan pemeriksaan CT dan MRI.Sekresi post nasal, batuk kronis, kongesti nasal, dan gangguan konsentrasi

    adalah tanda-tanda dari sinusitis kronis. Mukosa nasal yang rentan dengan polip

    nasal dan/atau nodularitaas submukosa difus adalah tanda klinis yang paling sering.

    Gejala yang persisten, rekuren, atau memburuk biasanya dievaluasi secara lebih

    luas. Pada saat itu, lesi granulomatosa dan/atau penebalan mukosa difus disertai

    dengan erosi dan destruksi tulang septum dan turbinates, erosi sinus ethmoidalis

    dan bahkan obliterasi komplit dari sinus maksilla, frontalis, dan sphenoidalis dapat

    tampak pada CT scan (gambar 2a, b). Mastoid juga sering terlibat.Granuloma dapat terdeteksi sebagai lesi dengan intensitas sinyal yang

    rendah pada T1 dan T2 pada MRI kavitas nasal atau sinus paranasal. Keterlibatan

    WG intra orbital biasanya disertai dengan penyakit pada sinus paranasal dan sinyal

    hipointens pada T2. Obstruksi duktus nasolakrimalis dan pembesaran kelenjar

  • 5/22/2018 Translate THT

    6/7

    lakrimal dapat juga terjadi. Histologi menunjukkan vaskulitis granulomatosa

    nerotizing dengan berbagai jumlah sel inflamasi kronis.

    Kelainan jalan napas atas sering ditemukan pada kedatangan awal pasien,

    hingga 92-99% pasien. Tidak jarang, pasien tidak mengalami gangguan ginjal ataupulmonal pada fase awal, meskipun 70-80% di antaranya mengalami gangguan paru

    dan/atau ginjal. Nodul dan infiltrat paru dapat bersifat asimptomatis, dan penyakit

    ginjal dapat berkembang menjadi uremia tahap lanjut tanpa manifestasi klinis yang

    bermakna. ANCA mungkin negatif pada sejumlah kasus, terutama bila penyakitnya

    tidak parah. Bila episode sinusitis yang atipikal/rekuren/persisten terjadi, diperlukan

    evaluasi yang lebih luas seperti foto roentgen dada, pengukuran serum kreatinin dan

    ANCA, urinalisis, dan biopsi lokasi yang terkena.

    CD30, CD26 terlarut dan CD23 terlarut diekspresikan pada penyakitgeneralisata aktif.perubahan respons sel T dari pola Th1 pada penyakit terlokalisasi

    menjadi pola Th0/Th2 pada penyakit vaskulitis-generalisata dapat terjadi dan

    meerupakan alasan dari berbagai gambaran klinis yang terjadi pada pasien yang

    sama atau pada individu yang berbeda. WG terlokalisasi tanpa keterlibatan paru

    atau ginjal, namun dengan ANCA yang positif dan gambaran histologi yang

    kompatibel merupakan sebuah subtipe penyakit yang berbeda. Hal ini menunjukkan

    predileksi WG di regio kepala dan leher, yang menyebabkan pasien sering dirujuk ke

    departemen THT dan pentingnya peranan konfirmasi serologis untuk menegakkandiagnosis dan memberikan terapi secara dini.

    relapsing polych ondrit is .

    Kekakuan nasal dengan rhinorrhea, crusting dan epistaksis juga ditemukan pada

    penderita relapsing polychondritis.Bila inflamasi kartilago terjadi terus menerus atau

    rekuren, perforasi septal dan/atau deformitas saddle nose dapat terjadi. Seperti pada

    WG, olfaksi dapat terganggu. Kondritis nasal terjadi pada 29% pasien dengan RP

    pada onset, sementara 53% di antaranya akan mengalami lesi ini.Kondritis aurikular, poliartritis migratori, asimetris, non-erosif, inflamasi

    okular, kondritis saluran respirasi dengan suara serak dan infeksi, disfungsi koklea

    atau vestibulum, dan gangguan jantung sering menyertai. Perlu diperhatikan bahwa

    keterlibatan jalan napas atas dan bawah seringkali asimptomatis dan tidak dikenali

    hingga telah terjadi infeksi sekunder yang rekuren.

  • 5/22/2018 Translate THT

    7/7

    Gejala yang paling sering dilaporkan adalah kondritis aurikular, yang dicirikan

    oleh onset nyeri dan pembengkakan mendadak, kemerahan dan rasa hangat pada

    bagian kartilagenosa dari telinga eksternal tanpa mengenai lobulus (gambar 3).

    Polikondritis berat yang sering relaps dengan keterlibatan laringo-trakealberhubungan dengan tindik telinga. Terdapat spekulasi bahwa tindik timah yang

    digunakan secara komersial bersifat imunogenik setelah konjugasi dengan karier

    protein selama periode dimana mereka ditempatkan di kartilago yang terluka.

    Serangan berulang menyebabkan tampilan telinga luar menjadi lunak dan floppy.

    Kadat antibodi anti-tipe II kolagen (anti-CII) dan urinary type II collagen neoepitope

    (uTIINE) paralel dengan tingkat keparahan penyakit dan mencerminkan peningkatan

    respons imun Th1 yang berhubungan dengan penyakit yang tidak terkontrol.

    CT scan untuk mengevaluasi keterlibatan laringotrakeal perlu dilakukan danpemeriksaan kardiologis yang menyeluruh untuk mendeteksi lesi valvular dan

    aneurisma aorta juga dianggap penting.

    Penyakit lain

    Obstruksi nasal, rhinorrhea, crusting, nekrosis sinus, dan destruksi palatum terjadi

    pada pasien sarkoidosis, terkadang sebelum manifestasi yang lain seperti

    limfadenopati hilar bilateral, gangguan paru, hepar, kulit dan sistem saraf terjadi.

    Perforasi septum nasal yang menimbulkan obstruksi, epistaksis, post nasaldischarge, whistling dan crusting dapat tampak pada penderita SLE atau sindroma

    antifosfolipid primer dan disebabkan oleh iskemia lokal atau inflamasi.

    Infeksi granulomatosa dan non granulomatosa, seperti tuberkulosis dan

    rhinosinusitis fungal, serta limfoma sel T (Stewarts granuloma), lepra, viral warts,

    karsinoma, dan sarkoma harus dimasukkan dalam diagnosis banding penyakit

    kronis pada sinus paranasalis.