Translate - Removable Orth App, Group 3
-
Upload
afina-alfasia -
Category
Documents
-
view
22 -
download
4
description
Transcript of Translate - Removable Orth App, Group 3
Group 3
Translated by :
Hadanna Sabella (9147)
Dea Rizki Amelinda (9149)
Fildza Hulwani Putri (9151)
Jordi Aperdanaste (9153)
Eliza Avianty (9157)
Claudia Fentika (9161)
Mella Fitriana Syam (9163)
Gusti Ayu Trisnaning A.R. (9165)
Rizki Dwita Damayanti (9173)
Yuliana Nurhayati (9175)
Fitri Anggita Amalia (9177)
Naily Chalwa Amalia (9179)
Edited by :
Dena Melinda (9171)
Afina Alfasia (9169)
Chapter 4
Alat retensi - Appliance retention
Istilah “retensi” dapat mempunyai dua arti yang
sama sekali berbeda dalam ortodontik. Istilah
tersebut digunakan untuk mendeskripsikan tentang
dukungan yang diberikan pada gigi setelah periode
perawatan ortodontik dalam mempertahankan
keteraturan dan hubungan yang telah diperbaiki. Di
bidang alat lepasan, istilah yang sama juga
digunakan untuk mendeskripsikan resistensi dari
pergerakan alat. Bab ini membahas tentang retensi
alat di mulut. Bab 11 menerangkan kegunaan alat
lepasan sebagai retainer.
Retensi alat diberikan oleh kawat, dalam
bentuk clasp dan bow. Retensi yang baik penting
jika perawatan berjalan secara efisien dan
membutuhkan perencanaan yang hati-hati/teliti.
Hal ini khususnya penting jika pada alat digunakan
headgear. Bahkan jika retensinya baik, melakukan
pengurangan pada gaya-gaya minimal yang dapat
memindahkan alat merupakan hal yang tepat.
Contoh dari gaya tersebut seperti spring yang
bekerja pada cuspal inclines, gaya ekstraoral yang
bekerja ke arah bawah, atau rocking pada alat
karena kontak incisivus rahang bawah terhadap
undercut anterior bite plane yang berlebihan.
Pasien akan menemui kesulitan yang besar untuk
mentoleransi alat yang tidak terpasang dengan baik
dan dalam perjalanan perawatan akan dirasa susah.
Ketika alat lepasan pertama kali digunakan,
clasping merupakan suatu masalah yang khusus.
Arrowhead clasp merupakan salah satu desain
yang sukses namun sulit dibuat dan disesuaikan.
Arrowhead melekat pada embrasur diantara gigi,
namun meskipun hal ini memberikan retensi yang
bagus, di sisi lain dapat menyebabkan mudahnya
terjadi perlukaan pada papila gingival dan gigi
yang berdekatan dapat terpisah akibat kerja clasp.
Desain yang dibuat oleh Adams (1995) dari
modifikasi arrowhead clasp sekarang dikenal
sebagai Adams’ clasp yang mewakili kemajuan
yang besar dalam perkembangan retensi alat
lepasan.
Retensi Posterior
Adam’s clasp (Gambar 4.1)
Adam’s clasp, seperti alat yang lain, terbuat dari
kawat klamer berukuran 0,7 mm atau dengan
menggunakan Elgiloy (meskipun untuk clasp pada
gigi desidui, kawat 0,6 mm lebih cocok) yang
dihubungkan pada undercut bagian mesiobukal dan
distobukal pada mahkota gigi. Clasp ini
menggunakan undercut mesio-bukal dan disto-
bukal yang dapat ditemukan pada mahkota setiap
gigi. Kedalaman ideal dari undercut adalah sekitar
0,25 mm.
Gambar 4.1. Adams’ clasp (kawat ukuran 0,7 mm).
Clasp menggunakan aspek undercut mesio-bukal
dan disto-bukal gigi. Penghubung (bridge) berdiri
bebas pada permukaan bukal dan kawat secara
rapat diadaptasikan pada gigi yang mana kawat
tersebut akan melewati seluruh area kontak.
Pada anak-anak, undercut sulit ditemukan karena
bentuk anatomi mahkotanya yang tidak begitu
jelas, tetapi pada umumnya dapat ditemukan pada
aspek mesiobukal dan distobukal mahkota di
bawah margin gingiva. Model gigi harus dikurangi
agar dihasilkan kontur anatomis yang sesuai
sehingga saat alat dikonstruksi, adams’ clasp akan
terposisikan pada undercut secara tepat.
Pengurangan yang berlebih pada model
mengakibatkan alat tidak dapat diaplikasikan
dengan pas. Namun terlalu sedikit pengurangan
akan menyebabkan retensi tidak adekuat.
Pada orang dewasa dapat ditemukan undercut
yang terlalu dalam pada bagian margin gingiva jika
gingiva mengalami resesi. Kawat akan menjadi
kaku bila dikaitkan pada undercut yang dalam dan
akan menimbulkan kesulitan penggunaan/insersi
alat. Penyesuaian clasp agar alat dapat diinsersikan
sesuai posisi dapat diartikan bahwa tidak ada
kontak yang terjadi dengan permukaan gigi,
sehingga dengan demikian alat akan berada dalam
keadaan longgar dengan sedikit kemungkinan
terjadinya perubahan. Pada beberapa kasus clasp
seharusnya hanya terkait/terhubung pada undercut
dengan kedalaman tertentu dan tidak boleh jauh
melebihi gingiva tepi.
Keuntungan Adams’ clasp :
Penghubung/jembatan yang terbentuk akan
menjadi tumpuan penahan tekanan saat pasien
melepaskan alat dengan jari mereka.
Pir-pir pembantu dapat disolder sebagai
penghubung ke clasp.
Pengait/cantelan dapat ditekuk selama
konstruksi saat dilakukan traksi intermaksila.
Pipa dapat dihubungkan dengan jembatan pada
kawat sebagai akomodasi facebow untuk traksi
ekstraoral.
Soldering harus dilakukan secara hati-hati karena
penggunaan panas berlebih dapat mengakibatkan
kawat menjadi lunak sehingga kerjanya tidak
efisien.
Penyesuaian Adams’ clasp
Pemasangan kawat adam tidaklah mudah, tetapi
kawat ini dapat bekerja secara efektif. Ketika alat
diposisikan, kawat akan bekerja secara pasif.
Kawat yang bekerja aktif akan memberikan
tekanan pada gigi ke arah palatal, sehingga bila alat
tidak diposisikan secara penuh akan
mengakibatkan pengurangan kedalaman undercut.
Sangat memungkinkan terjadinya crossbite, yang
mana hanya dapat dikoreksi dengan menggunakan
alat tambahan. Beberapa masalah dapat timbul
akibat kesalahan saat mendesain maupun saat
pemasangan. Namun kesalahan tersebut dapat
dihindari dengan meneliti secara cermat dan
berhati-hati saat melakukan pengurangan pada
model, serta melakukan penyesuaian secara rutin.
Molar Rahang Bawah
Pada beberapa kasus, molar rahang bawah
memiliki sedikit undercut yang tersedia pada
permukaan bukal sehingga menyebabkan retensi
alat pada rahang bawah menjadi tidak memuaskan.
Penyesuaian clasp untuk meningkatkan retensi
mungkin berakibat alat tidak dapat terpasang
dengan baik. Salah satu solusi untuk mengatasi
masalah kurangnya undercut bagian bukal pada
molar rahang bawah adalah dengan menggunakan
alat dengan clasping pada bagian lingual.
Macam-macam Adams’ clasp
Adams telah mendeskripsikan variasi dari clasp ini
(Gambar 4.2) yang cocok untuk sebagian besar gigi,
desidui dan permanen. Clasp pendukung yang
disolder yang memanfaatkan undercut lebih jarang
digunakan, karena sulit untuk disesuaikan.
Alternatif yang biasanya dilakukan adalah
menambah spur tambahan yang terbuat dari kawat
berdiameter 0,8 mm dengan single arrowhead
tertutup untuk menyediakan ujung yang halus
(Gambar 4.3).
Gambar 4.2. Adams‟ clasp (kawat 0,6 mm) pada
kaninus.
Gambar 4.3. Single arrowhead (kawat 0,8 mm).
Keterbatasan
Adams’ clasp memiliki sedikit keterbatasan, tapi
jika tidak dibuat dengan terampil dan sesuai, kawat
mungkin akan bekerja berlebihan dan besar
kemungkinan dapat terjadi fraktur. Fraktur yang
terjadi pada arrowhead terkadang dapat diperbaiki
dengan cara soldering. Bagian lain yang umumnya
terjadi fraktur yaitu dimana kawat melebihi oklusi
dan jika hal ini terjadi akan lebih baik jika clasp
diganti. Beberapa pasien mendapati bahwa bridge
menyebabkan iritasi, khususnya jika terlalu
menonjol. Hal ini seringkali terjadi ketika tubes
untuk headgear disolder pada clasp gigi molar.
Jackson Clasp
Jackson clasp melingkari gingival margin gigi
molar (Gambar 4.4). Clasp ini dapat digunakan
dengan baik pada gigi molar desidui menggunakan
kawat berdiameter 0,6 mm.
Gambar 4.4. Jackson clasp (kawat 0,7 mm) pada
gigi molar pertama rahang atas. Recurved clasp
digunakan pada gigi kaninus (kawat 0,6 mm).
Buccal Acrylic Lower Appliances
Untuk mengatasi masalah keterbatasan undercut
pada bagian bukal gigi molar rahang bawah, alat
dapat dibuat dengan clasping pada aspek lingual
gigi molar (Bell, 1983). Dua baseplate akrilik
digunakan, satu dari tiap sisi bersandar pada
mukosa bukal. Akrilik dihubungkan melalui
anterior mukosa labial dengan bar dari stainless
steel. Jackson clasp yang telah dimodifikasi dapat
digunakan pada aspek lingual yang melekat pada
undercut lingual gigi molar (Gambar 4.5).
Kegunaan utama alat tersebut adalah untuk
meretraksi inklinasi gigi kaninus rahang bawah ke
mesial.
Gambar 4.5. Alat yang digunakan pada rahang
bawah dengan akrilik pada bagian bukal dan
lingual ditempatkan clasp pada gigi molar. Akrilik
pada bagian bukal dihubungkan dengan bagian
anterior dengan kawat stainless steel.
Retensi Anterior
Adam’s clasp
Alat ini dapat digunakan untuk menyediakan
retensi pada lengkung gigi depan dan umumnya
digunakan double clasp untuk memutar kedua
insisivus sentralis (Gambar 4.6). Sebagai alternatif,
sebuah clasp dapat digunakan pada single
insisivus. Adam’s clasp paling sesuai untuk kasus
dimana insisivus sentralis pada posisi tegak lurus
atau hanya sedikit proklinasi (maju). Ketika tidak
ada jarak di gigi anterior, lengan adam’s clasp
akan melewati bagian atas dari embrassure antara
gigi insisivus tengah dan lateral. Clasp cenderung
rusak jika melewati embrassure.
Gambar 4.6. Double Adams’ clasp (kawat 0,7
mm). Posisi dari arrowhead ditentukan oleh
kedalaman undercut. Kerap kali, arrowhead tidak
perlu mencapai margin gingiva.
Double clasp insisivus dapat menjadi tidak
nyaman untuk pasien dan ketika gigi insisivus
sangat maju, clasp menjadi terletak sangat dekat
dengan tepi gigi insisivus untuk menghindari
undercut yang berlebih. Hal tersebut mungkin bisa
dilakukan modifikasi pada clasp dengan
melengkungkan bridge dan mendatarkan ujungnya
sehingga terlihat kurang menonjol (Gambar 4.7).
Gambar 4.7. Modifikasi double Adams’ pada clasp
gigi insisivus dengan jembatan yang diinsersikan
pada permukaan labial dari insisivus sentral.
Ball-ended clasp
Alat ini menggunakan retensi berupa undercut
yang dibuat pada embrassure gigi dan
menghasilkan retensi yang efektif. Penggunaan
embrassure biasanya tidak diperlukan karena
bahaya akan kerusakan gingiva dan pemisahan
gigi, tapi clasp mungkin berguna jika gigi desidui
harus menggunakan retensi (Gambar 4.8).
Gambar 4.8. Ball-ended clasp diantara gigi
insisivus bawah menempel pada embrasure
undercut. Recurved clasp terlihat pada gigi kaninus
bawah.
Recurved clasp
Clasp yang sederhana menggunakan undercut yang
sama, seperti pada Adam’s clasp. Alat ini lebih
sederhana untuk digunakan tetapi kurang efektif
dan tidak menyediakan perlekatan komponen
pembantu seperti headgear tubes (Gambar 4.8).
Southend clasp
Southend clasp merupakan clasp yang gampang
dibentuk, mudah, dan dapat ditoleransi. Kawat
klamernya melingkar di margin gingiva pada gigi
insisivus sentralis dan menggunakan undercut
diantara gigi insisivus (Stephens, 1979).
Disarankan lebih baik menggunakan anterior
clasp, khususnya jika gigi insisivus proklinasi dan
dapat dimodifikasi untuk menyesuaikan antara gigi
insisivus sentralis dan lateralis. Kerusakan relatif
jarang terjadi (Gambar 4.9).
Gambar 4.9. Southend clasp (kawat 0,7 mm).
Fitted labial bow
Alat ini memberikan retensi yang baik pada gigi
insisivus atas yang maju tetapi kurang memuaskan
pada gigi yang tegak lurus. Bagian bow yang
pendek dapat terletak pas pada bagian atas kedua
gigi insisivus sentralis (Gambar 4.10), tapi lebih
umumnya bow terletak pas pada bagian atas gigi
insisivus dan lateralis (Gambar 4.11). Ketika gigi
insisivus sangat maju, labial bow yang dipasang
pada sepertiga mahkota gigi insisivus akan
memberikan pemasangan alat yang lebih baik.
Adam’s clasp pada gigi molar atas mungkin dapat
memberikan retensi yang adekuat, tapi untuk
aplikasi 3 atau 4 titik retensi aktif umumnya lebih
dianjurkan (Muir, 1971). Selama retraksi gigi
caninus, contohnya, Southend clasp pada gigi
insisivus sentralis atas memberi kekuatan retensi
pada clasp gigi molar. Ketika gigi molar
dipindahkan ke distal dengan sekrup atau ketika
gigi insisivus dimajukan, tambahan clasp pada satu
atau kedua gigi premolar pertama akan
menghasilkan retensi yang baik. Retensi tidak
perlu simetris tapi dapat disesuaikan dengan fungsi
alat tertentu.
Gambar 4.10. Fitted labial bow yang pendek pada
gigi insisivus sentral atas (kawat 0,7 mm). Desain
ini memungkinkan drifting gigi insisivus lateral
karena kaninus yang ditarik.
Gambar 4.11. Fitted labial bow (kawat 0,7 mm).
Rencana Retensi
Memposisikan komponen retensi merupakan hal
penting dan harus direncanakan untuk masing-
masing alat individu, memperhitungkan kekuatan
yang akan cenderung menghasilkan perpindahan.
Tidak tepat untuk mencoba meletakkan clasp
disetiap gigi, karena akan membuat pasien
kesulitan mengatur alat serta membuat penyesuaian
yang rumit dan mengganggu pergerakan gigi.
Untuk yang sederhana “retainer”.
Chapter 5
The Baseplate
Plat dasar akrilik merupakan badan dari alat orto
lepasan. Plat dasar akrilik mempunyai 3 fungsi
yaitu: menjadi fondasi yang mendukung komponen
lain seperti spring dan clasp, membantu anchorage
dengan cara berkontak dengan palatum dan gigi
sehingga tidak bisa bergerak, serta dapat menjadi
bite planes untuk memisahkan oklusi atau
mereduksi overbite.
Desain dan Konstruksi
Baseplate sebaiknya cukup tebal untuk
menampung komponen retentif dan aktif, namun
harus tetap dibuat setipis mungkin dan mempunyai
kekuatan sepadan. Menurut teori, ketebalan
Baseplate sebaiknya setebal satu lembar modelling
wax. Alat yang memiliki ketebalan tinggi mungkin
dapat ditoleransi namun pada awalnya pasien akan
kesusahan untuk menggunakan alat tersebut.
Baseplate sebaiknya menutupi hampir seluruh
palatum keras, berakhir pada distal gigi molar
pertama. Baseplate harus melekat dengan erat pada
leher gigi sehingga tidak bisa berpindah pindah–
jika tidak, maka resiko terjadinya penumpukan
makanan dan hiperplasi gingiva. Baseplate
sebaiknya tidak mengenai gigi yang akan
digerakkan dan posisi wire tags juga harus
diperhatikan dalam pembuatan baseplate.
Undercut pada pembuatan baseplate jarang terjadi
pada pasien muda, namun pada pasien dewasa
undercut harus ditutup sebelum pembuatan
baseplate. Ketika alat yang lebih rendah
digunakan terus menerus undercut harus ditutup.
Acrylic
Baseplate ortodonsi biasanya dibuat dari akrilik
kuring dingin, dikarenakan butuh waktu yang
lebih sedikit dan harga yang lebih murah dari
akrilik kuring panas. Namun, akrilik kuring dingin
memiliki monomer sisa lebih banyak dan kekuatan
yang lebih sedikit dibandingkan akrilik kuring
panas. Harga akrilik kuring panas yang lebih mahal
sepadan dengan alat lepasan nya yang tidak mudah
rusak. Misalnya pada kasus deep overbite dan
tekanan oklusal yang sangat besar, kebutuhan akan
posterior bite planes yang tipis namun kuat dan
kondisi dimana gigi prostetik harus ditambahkan
pada alat ortodonsi.
Pertimbangan Anchorage
Untuk mendapatkan anchorage yang maksimal,
akrilik harus dapat menutupi hampir seluruh
mukosa palatum, berakhir di distal gigi molar
pertama maupun gigi molar kedua jika gigi molar
kedua sudah erupsi sempurna. Akrilik sebaiknya
menyentuh seluruh arkus gigi geligi kecuali bagian
gigi yang akan digerakkan. Ketika skrup
digunakan, yang harus diperhatikan adalah posisi
pemisahan alat dan pengaruhnya terhadap gigi gigi
yang akan digerakkan. Ketika pergerakan gigi
diperlukan, misalnya saat ekspansi rahang atas,
letak pemisahan harus berada disepanjang midline
dengan kontak yang seimbang antar gigi geligi.
Ketika pergerakan unilateral distal dibutuhkan,
posisi pemisahan Baseplate alat harus
mempertimbangkan keseimbangan gigi yang akan
digerakkan dan gigi yang akan menahan
pergerakan. Jika menginginkan pergerakan pada
gigi anchorage, gigi anchorage sebaiknya
menyentuh akrilik (Gambar 5.1).
Gambar 5.1. Sebuah alat menggerakkan sebuah
gigi molar pertama ke arah distal. Untuk menerima
anchorage maksimum, sisi terbesar pada base
plate berkontak dengan palatum dan semua gigi
yang digerakkan.
Bite planes
Base plate akrilik dapat dipertebal ke anterior
untuk membentuk bite plane anterior atau
dipanjangkan menutupi gigi posterior untuk
membentuk bite plane posterior. Pemikiran yang
tepat tentang design dan konstruksi bite plane
dapat mengurangi waktu perawatan nantinya.
Anterior Bite Plane
Prinsip penggunaan bite plane anterior adalah
untuk mereduksi overbite. Hal ini terjadi terutama
karena perubahan laju erupsi gigi posterior yang
relatif terhadap gigi insisivus bawah yang
berkontak dengan bite plane. Reduksi overbite
melalui metode ini paling sukses pada pasien
dengan pertumbuhan yang masih aktif. Pada orang
dewasa, reduksi overbite dengan menggunakan bite
plane terkadang berhasil, akan tetapi jumlah
overbite yang direduksi lebih sedikit dibandingkan
dengan pasien anak, dan membutuhkan waktu yang
lama, serta kemungkinan tidak stabil.
Ketika mendesain alat yang berisi bite plane
anterior, sebaiknya menjelaskan pada laboratorium
mengenai overjet dan ketinggian yang diinginkan
dari bite plane pada palatum dan permukaan palatal
insisivus atas. Hal ini memungkinkan untuk
membuat bite plane yang sesuai dengan ukuran
pasien. Batas posterior bite plane harus diperluas
secukupnya untuk mengikutsertakan insisivus
bawah dan, idealnya, laboratorium seharusnya
mempunyai study model yang tersedia untuk
memeriksa dimensinya (Gambar 5.2). Bite plane
seharusnya dibuat dengan permukaan oklusal
paralel dengan bidang oklusal. Bite plane yang
inklinasi terkadang diperlukan, akan tetapi dapat
menyebabkan proklinasi segmen bawah bibir, yang
mana biasanya merupakan pergerakan gigi yang
tidak diinginkan.
Gambar 5.2. Aktivitas anterior bite plane
mengurangi overbite terjadi dengan karena
pertumbuhan ke arah vertikal gigi posterior. Bite
plane harus cukup tebal untuk memisahkan gigi
posterior sejauh 2-3 mm dan melebar dengan
cukup untuk menempel pada gigi insisivus bawah
ketika mandibula diretrusi.
Saat bite plane anterior digunakan pada orang
dewasa, inisial bite plane harus tipis, karena
seringnya orang dewasa sulit untuk mentoleransi
derajat bite opening yang sama, sebagaimana
halnya pada pasien muda.
Posterior Bite Plane
Bite plane posterior dapat digunakan untuk
mengeliminasi perpindahan mandibula ke anterior
maupun lateral. Bite plane posterior akan
membantu dalam mengkoreksi crossbite bukal
ataupun crossbite anterior dengan mencegah
gangguan dari gigi yang berlawanan dan
membiarkan mandibula untuk mengadopsi posisi
sentrik (Gambar 5.3).
Bite plane posterior seharusnya lebih tipis di
bagian posterior dibandingkan bagian anterior dan
harus berkontak dengan gigi yang berlawanan pada
kedua sisi mulut. Keduanya sulit untuk dibuat
secara akurat kecuali model telah dipasang pada
artikulator. Bila hal ini dikerjakan di laboratorium
maka pertimbangan waktu dapat dihemat saat
fitting appointment.
Gambar 5.3. Bite plane posterior. Adanya
crosbite unilateral mungkin dapat dikoreksi dengan
alat ekspansi lengkung. Bite plane posterior
digabungkan untuk membebaskan oklusi dan
mengeliminasi berbagai aktivitas perpindahan.
Penyesuaian Akrilik
Pengepasan awal alat
Alat lepasan harus disesuaikan secara ideal dalam
2 minggu setelah dilakukan pencetakan. Apabila
tidak ada perpindahan gigi-gigi, maka baseplate
harus cocok tanpa penyesuaian. Jika hal itu tidak
terjadi, maka harus dilakukan perawatan, karena
celah yang kecil diantara baseplate dan gigi dapat
mengakibatkan impaksi makanan.
Jika terdapat kesulitan dalam memasangkan
alat maka lebih baik dengan menekuk clasp
menjauhi gigi untuk memeriksa apakah resistensi
berasal dari baseplate atau dari klamer. Jika
terdapat beberapa undercut, akrilik harus di
trimming secara hati-hati tanpa menyentuh tepi dari
permukaan polishing alat sehingga tidak ada celah
dan tetap berkontak dengan gigi.
Apabila alat sudah sesuai dan pas, maka harus
diperiksa di dalam mulut untuk memastikan bahwa
posisi akrilik jauh dari gigi yang akan digerakkan.
Alat harus bisa digerakkan dan dicobakan lagi bila
perlu, untuk memastikan tidak ada gangguan
pergerakan dan gingival hyperplasia tidak akan
didorong.
Bite Plane Anterior
Bite plane anterior harus transversal horizontal dan
anteroposterior, sehingga ketika alat berada
dipremolar maka akan terpisah sebanyak 2-3 mm.
Secara ideal bite plane harus datar, tapi jika
insisivus rahang bawah tidak teratur (crowded),
maka mungkin diperlukan penyesuaian agar
berkontak paling tidak 3 gigi incisivus rahang
bawah. Sebagai reduksi overbite, bite plane dapat
dibuat dan diratakan dengan menambahkan aklirik
kuring dingin. Reduksi overbite harus terjadi tidak
lebih dari 2 bulan pertama setelah pengepasan alat.
Beberapa klinisi akan membuat bite plane dengan
jumlah kecil dari setiap kunjungan selama reduksi
overbite dibutuhkan. Kebanyakan anak-anak, dapat
menerima perubahan yang besar yang artinya hal
itu dapat dilakukan sehingga frekuensi
penggunannya pun berkurang. Jika bite plane
dibuat pada setengah tinggi gigi incisivus pada alat
pertama, dan ketinggian penuh pada gigi incisivus
dengan alat kedua, beberapa kasus, jika terdapat
chairside, penambahan bite plane akan diperlukan.
Tindakan yang tepat jika menunggu sampai gigi
posterior telah mempertahankan kontak sebelum
merusak pengurangan overjet. Pada orang dewasa,
reduksi overjet sulit dilakukan dan akan terjadi
secara lambat, jadi sangat penting untuk
meningkatkan ketebalan bite plane secara
perlahan-lahan dengan penambahan akrilik dingin
secara progesive selama proses reduksi overbite.
Penyesuain Anterior Bite Plane dan
Pengurangan Overjet
Sebelum gigi insisivus atas di retaksi untuk
mengurangi overjet, anterior bite plane perlu untuk
di trimming menjauh dari gigi. Hal ini akan
membutuhkan proses yang lambat, reduksi dengan
hati-hati hingga gigi insisivus bawah menyediakan
kontak dengan gigi insisivus atas, sehingga overjet
hampir terkoresi dengan benar. Gigi ini sebaliknya
akan kembali erupsi dan overbite akan bertambah
lagi. Akrilik pada awalnya harus ditrimming
vertikal pada bite plane dengan jumlah yang cukup
banyak. Hal tersebut sangat membantu untuk
menandai bagian ini dengan sebuah pensil wax
pada bite plane – di trimming, tapi tidak diluar
garis. Akrilik seharusnya ditrimming kembali
hanya sejauh yang diperlukan untuk pergerakan
gigi yang diharapkan pada kunjungan selanjutnya.
Kelebihan trimming pada akrilik dapat mendorong
posisi mandibula pasien menjadi maju di depan
bite plane dan setiap dicapai pengurangan, overbite
akan hilang. Jika bite plane tidak dibuat cukup
tinggi kemudian berkontak dengan gigi insisivus
bawah maka akan sangat cepat di eliminasi karena
akrilik dipotong (Gambar 5.4) dan untuk
membangunnya kembali proses tersebut sukar
dilakukan. Ketika akrilik telah dipotong kembali
dengan cukup, akrilik seharusnya terkikis pada
permukaan palatal pada gigi insisivus dan mukosa
palatal. Jika ini telah dilakukan sebelum reduksi
overbite selesai, alat dapat terhantam ketika pasien
beroklusi. Masalah dapat dicegah dengan
memastikan bahwa overbite dikurangi secara
cukup sebelum retaksi insisivus dimulai.
Gambar 5.4. Triming bite plane anterior dilakukan
untuk mengurangi overjet. Permukaan cetakan
secara terus menerus di-trim menjauhi insisivus
atas yang diretraksi sedangkan insisivus bawah
tetap berkontak dengan bite plane. Tepi yang
terlihat pada bite plane di-trim dalam lengkung
yang halus.
Posterior Bite planes
Posterior bite plane seharusnya di sesuaikan pada
waktu pemasangan sehingga terdapat sebuah
kontak dengan gigi posterior pada kedua sisi pada
lengkungnya. Hampir tidak bisa terelakan bahwa
beberapa penyesuaian permukaan oklusal akan
sangat penting. Hal tersebut seharusnya di periksa
dengan articulating paper – memastikan bahwa
pasien menutup sentrik – sehingga permukaan
oklusal pada bite plane bertemu dan dapat
menerima gigi lawannya pada hubungan sentrik.
Jika anterior crossbite sedang di koreksi, bite plane
diperlukan cukup tebal untuk melepaskan oklusi
pada gigi anterior. Secara umum aspek posterior
pada bite plane dapat berlubang karena akrilik
tipis. Setelah crossbite dikoreksi, molar capping
seharusnya dikurangi atau dihilangkan. Jika
terdapat pertimbangan bahwa tiba-tiba
penghilangan bite plane dilakukan, pasien
memposisikan mandibula pada posisi awal,
selanjutnya reduksi dapat dilakukan selama dua
atau tiga kali berturut turut.
Chapter 6
Anchorage
„Anchorage‟ atau „Penjangkaran‟ merupakan
istilah yang digunakan untuk menggambarkan
ketahanan terhadap gaya reaksioner yang
dihasilkan oleh komponen aktif dari suatu alat.
Pergerakan orthodontik dari satu atau beberapa gigi
diperoleh dari suatu gaya yang diberikan. Reaksi
terhadap gaya ini akan cenderung menghasilkan
pergerakan ke gigi lain dengan arah yang
berlawanan. Kontrol anchorage diatur dengan
memaksimalkan pergerakan gigi yang diinginkan,
sembari meminimalkan pergerakan gigi yang tidak
diinginkan. Anchorage harus dibedakan dari
retensi (resistensi alat terhadap suatu
perpindahan), meskipun beberapa komponen alat
memenuhi syarat-syarat keduanya (Gambar 6.1).
Clasp pada gigi permanen molar pertama atas,
merupakan salah satu contoh yang dapat menahan
alat pada tempatnya (retensi) sekaligus menahan
gaya tarikan gigi kaninus atas (anchorage), dalam
waktu yang bersamaan. Kedua konsep ini harus
dipertimbangkan secara terpisah saat membuat
desain alat dan pengaturan alat serta
memperhatikan jalannya perawatan. Clasp yang
cukup untuk retensi alat dapat memberikan
anchorage yang kurang memadai, sedangkan alat
dengan anchorage yang baik, contohnya untuk
mengkoreksi gigitan silang pada gigi incisivus –
kemungkinan retensinya kurang. Anchorage dapat
berada di intraoral maupun ekstraoral, akan tetapi
pada kebanyakan kasus yang dirawat
menggunakan alat lepasan, menggunakan
anchorage intraoral.
Gambar 6.1. Adams’ clasp pada M1 atas dan
double Adams’ clasp pada incisivus sentral sebagai
retensi dan juga anchorage untuk menahan gaya
retraksi pada kaninus atas. Ini adalah contoh dari
anchorage intramaksiler.
Anchorage Intraoral
Penjangkaran intramaksiler tersusun dari arkus
tunggal, yaitu suatu bentuk penjangkaran yang
biasa digunakan pada alat lepasan. Pada anchorage
intermaksiler, satu arkus dapat menjadi menjadi
penjangkar bagi pergerakan gigi lainnya (Gambar
6.2), yang biasanya digunakan selama perawatan
alat cekat dan fungsional. Anchorage intermaksiler
tidak dapat digunakan dengan alat lepasan tunggal,
karena elastisitasnya cenderung akan menyebabkan
alat mengalami perpindahan. Anchorage
intermaksiler memungkinkan untuk menggunakan
alat lepasan dalam satu lengkung (biasanya di
rahang bawah), untuk membuat titik perlekatan
bagi daya tarik elastik intermaksiler terhadap alat
cekat di lengkung yang berlawanan. Hal ini hanya
diindikasikan ketika pergerakan aktif tidak
diperlukan di lengkung bawah.
Gambar 6.2. Ilustrasi arkus yang berlawanan yang
digunakan untuk anchorage. Elastik-elastik
diregangkan di antara alat cekat rahang atas dan
alat lepasan rahang bawah. Agar lebih efektif,
retensi dari alat rahang bawah harus baik. Perlu
diperhatikan bahwa Adams’ clasp memberikan
hook agar elastik. Ini merupakan contoh anchorage
intermaksiler.
Anchorage Intramaksiler
Anchorage intramaksiler biasanya tersedia
pada gigi dengan clasp atau gigi-gigi yang ditahan
pada posisinya menggunakan busur labial pendek
(short labial bow). Base plate, dengan adaptasinya
dengan palatum dan gigi yang tidak digerakkan,
dapat dijadikan sebagai anchorage lanjutan.
Pada beberapa kasus, anchorage dapat
digambarkan sebagai suatu bentuk timbal balik
(resiprokal) (Gambar 6.3). Hal ini terjadi ketika
dua kelompok gigi yang rata-rata seimbang,
digunakan sebagai anchorage satu sama lain.
Contohnya yaitu ekspansi bilateral pada lengkung
rahang atas, atau penutupan diastema sentral.
Gambar 6.3 Sebuah contoh anchorage resiprokal
di mana lengkung rahang atas sedang diekspansi.
Perlu diperhatikan bahwa short ‘U’ loop labial
bow perlu diatur agar bisa melakukan ekspansi.
Anchorage Intermaksiler
Alat lepasan dapat digunakan bersama dengan
satu lengkung alat cekat, sebagai sumber
anchorage dari lengkung yang berlawanan. Hal ini
sering digunakan pada kasus oklusi kelas II dengan
bentuk lengkung bawah yang sudah tersusun rapi.
Alat lepasan rahang bawah diperlukan dan jangkar
harus digabungkan di clasp molar untuk
memberikan titik perlekatan bagi elastik intraoral,
yang menyalurkan gaya ke bagian depan alat cekat
rahang atas. Gaya resiprokal didistribusikan secara
merata pada lengkung rahang bawah. Metode ini
memberikan suatu keuntungan sehingga alat
lepasan dapat cepat terpasang dengan pas, jauh
sebelum alat tersebut dapat menyesuaikan dengan
alat cekat rahang bawah serta berkembang menjadi
busur kawat yang cukup kuat untuk menerima gaya
tarik kelas II.
Pada oklusi klas III, alat untuk rahang atas
dapat digunakan untuk menyalurkan gaya tarik
kelas III. Alat seperti ini juga dapat digunakan
untuk ekspansi lengkung rahang atas untuk
proklinasi gigi-gigi incisivus. Retensi harus baik
dan jangkar diberikan pada bagian belakang alat
untuk perlekatan elastik.
Gambar 6.4. Pemilihan anchorage yang
berhubungan dengan pergerakan gigi. (a)
Pergerakan gigi tunggal, gigi lain dalam satu
lengkung dan palatum menyediakan anchorage
yang baik. (b) Ketika meretraksi 3| 3, reaksi
terhadap pergerakan ini menghasilkan pergerakan
ke depan dari gigi anchorage. (c) Ketika 43 | 34
diretraksi, terdapat beberapa gigi yang tersedia
untuk anchorage dan semakin banyak jumlah gigi
yang digerakkan. Keseimbangan anchorage kurang
baik.
Pemilihan Penjangkaran pada Rancangan Alat
Penjangkaran dihasilkan oleh sebuah gigi,
yang nantinya akan ditentukan dari jenis gerakan
yang dikehendaki dan dari area permukaan akar.
Gerakan menyeluruh (bodily) merupakan contoh
gerakan yang lebih resisten (tahan) daripada
gerakan tipping. Pemakaian alat lepasan tidak
dapat untuk mencegah tipping dari gigi
penjangkar, akan tetapi adaptasi yang baik dari
clasp dan bow akan meminimalisir hal tersebut.
Hal yang penting ketika merancang alat adalah
menggabungk gigi sebanyak mungkin terhadap
anchorage, hal ini dapat menambah jumlah area
akar gigi yang terlibat dan kemudian timbul
perlawanan dari unit anchorage (gambar 6.4)
Gigi-gigi pada kelompok anchorage harus
tergenggam dengan tepat dan harus dekat
berkontak dengan akrilik pada aspek palatal gigi.
Hal ini akan membantu dalam mengurangi
pergerakan gigi anchorage yang tidak dikehendaki.
Gigi-gigi sebaiknya hanya digerakkan pada
kelompok kecil, kecuali terdapat anchorage timbal
balik yang atau daya tarik ekstraoral yang
digunakan. Secara umum aturan hanya satu gigi
bukal pada setiap sisi yang harus digerakkan pada
satu waktu dan kaninus harus digerakkan secara
terpisah dari incisivus. Upaya untuk menarik
incisivus bersama dengan kaninus cenderung
menghasilkan setidaknya sebanyak gerakan yang
disampaikan dari gigi posterior yang menjadi
jangkaran.
Gambar 6.5. (a) Ketika hanya anchorage intraoral
yang digunakan. Retraksi kaninus menghasilkan
pergerakan ke depan dari gigi pejangkar. (b)
Anchorage intraoral dapat diperkuat dengan
ekstraoral sehingga membatasi pergerakan ke
depan dari gigi posterior selama retraksi kaninus.
Pemeriksaan Anchorage
Anchorage dapat tampak cukup ketika alat
dirancang, tetapi stabilitasnya membutuhkan
pemeriksaan di setiap kali kunjungan. Hal ini dapat
diperkuat jika diperlukan. Anchorage yang hanya
intraoral, biasanya sering membuat pergerakan-
pergerakan pada gigi penjangkar. Hal ini dapat
diterima dalam beberapa keadaan, akan tetapi jika
ruangnya sedikit, lebih baik untuk merencanakan
anchorage ekstraoral dari awal (Gambar 6.5). Jika
hal tersebut tidak dilakukan, maka dapat
memperlambat penguatan anchorage, hingga ruang
yang tersedia hilang dan harus dilebarkan kembali,
dan hal ini kurang disenangi oleh pasien maupun
operator.
Pemeriksaan stabilitas anchorage dapat
menjadi hal yang sulit. Pengukuran diambil di
masing-masing gigi pada lengkung yang sama,
seringkali keliru karena semua gigi yang berkontak
dengan baseplate dapat bergerak pindah sebanyak
jumlah kontak gigi tersebut terhadap gigi yang
tidak diubah. Acuan terhadap setiap lengkung yang
berlawanan lebih dapat diandalkan, akan tetapi
gigi-gigi pun dapat bergerak jiga gigi premolar
telah diekstrasi. Dasar pengukuran yang paling
dapat diandalkan adalah segmen labial rahang
bawah, yang seharusnya stabil pada lengkung
rahang bawah yang utuh. Jika premolar bawah
telah diekstraks, maka susunan gigi-gigi incisivus
bawah yang tersisa dapat mulai meluruskan diri
dan bagian yang paling labial di incisivus
cenderung turun kembali. Hal ini ditunjukkan
karena adanya overjet yang sedikit bertambah dan
harus dibiarkan demikian. Adanya hubungan
baseplate dengan semua gigi yang tidak merubah
pergerakan dalam posisi gigi-gigi yang relatif
terhadap titik stabil pada lengkung bawah memberi
tanda hilangnya anchorage. Catatan overjet,
diteruskan sembari gigi kaninus ditarik, menjadi
suatu cara yang sederhana dan terpercaya untuk
memeriksa stabilitas anchorage. Pengukuran ini
harus diambil dengan mandibula dalam posisi
retrusi pada setiap kesempatan. Hal ini mudah
disalah artikan, jika pasien secara terus menerus
memajukan mandibula untuk mempertahankan
hubungan oklusalnya.
Tanda yang meyakinkan bahwa sedang terjadi
kehilangan anchorage di lengkung rahang atas
adalah kecenderungan untuk terjadi gigitan silang
(crossbite) di bagian bukal. Jika molar atas
dimajukan, sementara jarak di antara palatal
dipertahankan oleh baseplate, maka akan timbul
berlawanan pada bagian sempit di lengkung
bawah.
Kontrol Anchorage
Deteksi harus dilakukan sesegera mungkin
apabila anchorage hilang. Kekuatan yang
didukung oleh anchorage memerlukan
pemeriksaan di awal waktu. Jika terlalu banyak
gigi yang sedang digerakkan dalam satu waktu,
atau jika terlalu banyak kekuatan yang diberikan,
hal ini harus dikaji lagi dan diperbaiki. Perhatian
perlu diberikan untuk memperkuat anchorage itu
sendiri. Salah satu cara yang efektif untuk
meningkatkan anchorage adalah menambah
kekuatan ekstraoral. Jika headgear sudah
dilengkapi daya tarik elastis mungkin perlu
diperkuat lagi. Jika hal ini sudah dinilai cukup,
maka jam pemakaian headgear perlu ditingkatkan.
Anchorage Ekstraoral
Anchorage ekstraoral didapatkan dari
headgear, yang dapat berbentuk penutup kepala
penuh atau sebuah tali penarik pada kepala. Arah
dari tarikan dapat horizontal (oksipital anchorage)
atau lebih tinggi (Gambar 6.6). Anchorage serikal
yang didapatkan dari sebuah tali pengikat pada
leher tidak memberikan hasil yang memuaskan
apabila dijadikan sebagai alat lepasan dan tidak
direkomendasikan kecuali pada gigi M1 yang
sudah dilengkapi sebuah pengikat.
Gaya ekstraoral dapat digunakan untuk
memperkuat anchorage intraoral, tetapi dapat
berfungsi juga sebagai satu-satunya sumber
penjangkaran, sebagai contoh ketika bagian atas
segmen bukal sedang ditarik. Gaya ekstraoral yang
menjadi komponen aktif pada pergerakan gigi
disebut juga sebagai daya tarik ekstraoral. Gaya
ekstraoral dapat dihasilkan oleh elastisitas yang
dimiliki oleh headgear, karena elastiknya
menghubungkan ke alat atau ke kawat. Hubungan
antara headgear dan alat dapat berupa facebow
(Gambar 6.8) atau kadang-kadang dengan J‟hooks
(Gambar 6.9). Perlu diperhatikan bahwa alat ini
berbahaya sekali bagi pasien dan anak-anak
sehingga tindakan pencegahan perlu dilakukan.
Gambar 6.6. Headgear yang adjustable (dapat
diatur) ditempelkan pada facebow memakai
sejumlah elastik. Arah gaya yang diberikan sedikit
ke atas, yang membantu untuk meretensi alat.
Gambar 6.7. Kasus kelas 2 sedang dengan overjet
minimal dan kurang dari ½ unit hubungan molar
kelas II. Pada situasi ini, pergerakan distal
mengunakan sejumlah gaya headgear untuk
mengkoreksi hubungan molar dan mengurangi
sedikit overjet yang sering diindikasikan. Hal ini
dapat berkaitan dengan hilangnya molar kedua
rahang atas.
Gambar 6.8. Facebow lepasan. Ujung dibuat
melengkung agar mencegah kemungkinan
terjadinya trauma.
Gambar 6.9. J Hooks ditempelkan dengan hook
yang disolder dengan clasp anterior. Hook ini
dibuat sebuah lingkaran penuh pada akhir
pembuatannya untuk menghindari ujung yang
tajam.
Headgear
Jenis yang bisa dipilih untuk adalah penutup
kepala penuh seperti „Interlandi‟, yang digunakan
elastik untuk mendapatkan gayanya atau tarikan
headgear yang banyak, yang dapat
menggabungkan kawat-kawat untuk menghasilkan
suatu gaya. Kedua cara tersebut dapat efektif dalam
ketentuan penjangkaran. Headgear dengan tarikan
tinggi lebih sederhana dan cepat untuk disesuaikan
tetapi sangat mahal. Ketika menyesuaikan
headgear, penting untuk menghindari gaya
komponen ke bawah, yang cenderung
menggerakkan alat lepasan. Awalnya retensi
tampak cukup kuat, akan tetapi alat dapat
cenderung menjadi longgar seiring pemakaian,
sehingga alatnya kemudian diganti. Hal ini dapat
membuat pasien menjadi tidak kooperatif dan
bahkan dapat membuat alatnya tidak bisa untuk
dipakai. Sebuah uji coba retensi dengan headgear
dipasang, lalu pasien diinstruksikan untuk
membuka mulut dengan lebar dan menggerakkan
kepalanya ke belakang. Apabila alatnya berpindah
posisi, maka retensinya tidak baik.
Penutup kepala (headcap) Interlandi ketika
digunakan untuk arah gaya, dapat bervariasi dan
memungkinkan untuk melekatkan elastik sehingga
gaya dapat diarahkan sedikit ke atas dan juga ke
arah distal untuk membantu retensi. Tali penarik
headgear hanya dapat membantu tarikan ke arah
atas dan ke bawah.
Hal yang perlu diperhatikan adalah headgear
harus pas dan nyaman, serta harus bisa melindungi
telinga dengan baik. Rambut yang panjang dapat
membuat tidak nyaman untuk menyesuaikan
dengan headcap, sehingga harus diletakkan di luar
tali penarik. Tali itu sendiri harus lebar sehingga
beban dapat didistribusikan dengan baik, akan
tetapi penggunaan yang secara terus-menerus dapat
membuat rambut rontok dan bisa menimbulkan
kebotakan. Beberapa headcap menggunakan
kancing yang berlapis nikel, dan hal itu dapat
menyebabkan reaksi alergi apabila berkontak
dengan kulit.
Facebow
Facebow dapat digabungkan dengan
baseplate, jika hanya dipakai dengan headgear
seperti pada alat pada umumnya (Gambar 6.10).
Alat ini memiliki keuntungan, yaitu merupakan
cara yang paling aman untuk memberikan gaya
ekstraoral. Biasanya banyak facebow dapat dilepas
dan dapat menyesuaikan ke dalam tabung (1,15
mm internal), disolder pada bridges dari clasp gigi
gigi molar maupun premolar.Tabung harus disolder
pada bagian atas dari bridges pada clasp dan
ujungnya dibentuk chamfer untuk meminimalkan
ketidaknyamanan pasein. Pembengkokan loop
pada bridges di clasp dijadikan suatu cara alternatif
dari perlekatan, tetapi kurang stabil. Facebow
harus disesuaikan sehingga mudah dimasukkan
pada tabung dan tidak membuat kawat-kawat
keluar. Facebow tersedia secara di pasaran dengan
ukuran yang bervariasi. Inner bow yang baik
digunakan adalah yang berdiameter 1,15 mm agar
sesuai pada tabung dan dengan lengan luar yang
berukuran pendek atau panjang. Pemilihan
keempat panjang inner bow busur harus bisa sesuai
di hampir semua alat.
Hal yang memungkinkan untuk menyesuaikan
ben pada gigi M1 rahang atas untuk menerima
facebow dan menyesuaikan alat lepasan pada ben.
Dalam hal ini bridges pada clasps harus digunakan
sebagai pengganti Adam’s clasps.
Gambar 6.10. Alat lepasan rahang atas yang biasa
digunakan untuk meretraksi segmen bukal rahang
atas dengan gaya ekstraoral. Adams’ clasp pada 64
| 46 (0,7 mm). Sekrup pada midline memakai bow
ekstraoral (1,25 mm) dan inner bow (1,0 mm).
Gambar 6.11. Tube ekstraoral disolder dengan
Adams’ clasp.
Pemasangan Facebow
Bow bagian dalam (inner bow), harus memiliki
bentuk dan panjang lengkung yang sesuai. Inner
bow diletakkan beberapa mmilimeter ke arah labial
dari gigi-gigi insisivus atas (tidak berkontak
dengan gigi) dan setingkat dengan garis aktif bibir.
Panjangnya dapat disesuaikan dengan “U” loops
(lihat gambar 6.8). “U” loops perlu disesuaikan
untuk memperpanjang inner bow selama
perawatan. Bagian luar bow (outer bow) terletak
bebas dari bibir dan pipi yang dilengkapi dengan
hooks untuk meletakan elastik pada permukaan
mesial molar pertama, kira-kira terletak 4 cm di
anterior head cap hooks. Apabila headgear
digunakan pada alat cekat, tingkat dan panjang
lengan bagian luar menentukan arah gaya yang
diberikan ke gigi sehingga mempengaruhi
pergerakannya. Pada alat lepasan, yang menjadi
perhatian utama adalah arah tarikan yang
cenderung menggeser alat.
“J” hooks menjadi sebuah alternatif pada
facebow untuk menghubungkan tarikan ekstraoral
dengan alat (lihat gambar 6.9). “J” hooks dapat
ditempelkan ke spurs yang disolder ke clasps pada
gigi-gigi insisivus atau kaninus rahang atas. Pada
alat cekat, “J” hooks berperan untuk mengintrusi
segmen labial gigi atas, tetapi keberhasilannya
masih dipertanyakan. Hooks harus dibuat aman.
Cara yang direkomendasikan adalah ujungnya
dibelokkan ke lingkaran yang sempurna, yang akan
mengikat hook pada alat, yang disebut juga “O”
hook.
Gambar 6.12. Ketika molar band dipasang pada
molar pertama, sebuah flyover clasp (0,8 mm)
diperlukan, clasp mengikat bukal tube pada molar
band. Hal ini membuat alat lepasan digunakan
pada rangkaian dengan extraoral facebow
terpasang pada bukal tube dari band.
Gaya pada Headgear
Anchorage agar bisa kuat tekanan elastiknya
harus sesuai untuk menyeimbangkan gaya dari
reaksi yang dihasilkan oleh komponen aktif.
Retraksi secara aktif pada segmen bukal ,
menggunakan gaya tarikan pada setiap sisi
setidaknya 500 g. High pull headgear, yang
menggabungkan kawat-kawat, dapat diperoleh
dengan dengan mengukur tekanan yang
ditingkatkan pada kawat-kawat sehingga tingkat
gayanya dapat diukur. Ketika menggunakan gaya
elastik, latex elastik memiliki ukuran yang lebih
seragam dibandingkan dengan commercial elastic
bands dapat diperoeh dari perusahaan-perusahaan
ortodontik. Ketentuannya adalah pita elastik harus
dapat diregangka hingga dua kali panjangnya.
Pasien sebaiknya mengganti pita elastik setiap 3
hari atau sebelum pita elastiknya putus.
Pemakaian Headgear
Pada periode pemakaian awal dengan alat
ekstraoral yang telah dilengkapi dengan kekuatan
anchorage, pasien cukup memakai headgear hanya
saat tidur. Agar resiko kehilangan kekuatan
anchorage berkurang, maka pemakaiannya bisa
lebih lama, yaitu 10-12 jam per 24 jam. Untuk
retraksi aktif pada segmen bukal, pemakaiannya
selama 12-14 jam per 24 jam, hal ini penting
diperhatikan agar hasilnya bisa sesuai yang
diharapkan. Pemakaian Headgear tidak begitu
populer sehingga memotivasi dan mengamati
pasien merupakan hal yang penting untuk
keberhasilan penggunaannya.
Aspek Keamanan
Trauma yang dihasilkan oleh “J” hooks dan
facebow sangat jarang, tetapi bila hal itu terjadi
dapat bersifat sangat serius. Pasien beresiko
apabila facebow atau “J” hooks lepas dari alat. Hal
ini dapat terjadi apabila facebow dilepas sementara
masih terikat pada headcap oleh elastik, baik
secara sengaja oleh pasien atapun secara tidak
sengaja saat beraktifitas. Anak-anak juga dapat
beresiko melalui kontak dengan bagian luar
headgear, facebow atau “J” hooks. Laporan kasus
menunjukkan terdapat facebow yang lepas ketika
seorang anak sedang tidur dan mengenai mata
hingga anak tersebut kehilangan penglihatannya.
Keamanan Facebow
Jika facebow lepasan digunakan, kemudian
bagian ujung yang terikat dengan tube pada molar
clasp seharusnya dibuat membengkok (lihat
gambar 6.8), lebih baik daripada titik akhir yang
tidak terlindungi pada desain yang konvensional.
Bow sebaiknya dilepas agar resiko terjadinya luka
wajah berkurang. Hook ekstraoral seharusnya
memiliki ujung yang halus dan tidak menonjol.
Tali pengikat (strap) yang aman harus
disesuaikan untuk mencegah terjadinya perlukaan.
Tali terbuat dari plastik panjang yang relatif kaku,
yang akan mencegah elastik menjadi terlalu
menekan dan membantu mencegah bow agar tidak
berubah tempat.
Headgear yang aman harus tersedia dan
didesain sedemikian rupa, sehingga ikatan hook
pada headgear (yang terikat pada hook bagian luar
facebow) melepas ketika terdapat gaya yang
berlebihan. Hal ini mengurangi resiko pasien
terkena luka, jika facebow ditarik keluar dari mulut
ketika pasien masih terikat dengan headcap oleh
elastik. Akan tetapi resiko terjadinya perlukaan
tidak berkurang apabila pasien melepas facebow
saat tidur dan menggulungnya ke atas.
Keamanan “J” Hook
Kasus trauma yang dilaporkan pada
penggunaan “J” hook lebih sedikit, tetapi hal ini
diakibatkan karena “J” hooks jarang digunakan. “J”
hooks tidak dapat menimbulkan melukai seperti
halnya ketapel. “J” hooks relatif tidak stabil serta
arah tarikannya ke atas, sehingga jika terjadi
perubahan, dapat menimbulkan bahaya pada mata
pasien. Desain yang mirip “J” hook adalah “O”
hook, untuk menghindari ujung yang tajam dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan.
Intruksi Pasien
Alat ekstraoral sebaiknya ditunjukkan
penggunaannya kepada pasien dan orang tua
pasien, serta resiko yang mungkin terjadi akibat
penggunaan alat juga harus dipaparkan kepada
pasien dan orang tua pasien. Instruksi tertulis juga
harus dilampirkan, yang juga berisi saran untuk
berkunjung ke rumah sakit apabila terjadi cidera
pada mata akibat penggunaan alat.
Intruksi Pengunaaan dan Pengawasan
Penggunaan alat diawali dengan masa latihan
untuk adaptasi, lalu menginstruksikan pasien untuk
menggunakan alat headgear pada malam hari di
rumah selama 2 minggu pertama. Pasien juga harus
kembali ke dokter untuk pemeriksaan dan kontrol
alat. Apabila hasil pemeriksaan telah memuaskan,
pasien diinstruksikan untuk menggunakan alat
pada siang hari di dalam ruangan. Headgear harus
diperiksa pada setiap kali kunjungan, dan pasien
ditanya apakah alat yang digunakan pernah lepas
pada malam hari. Penyebab dari lepasnya headgear
harus diketahui kemudian diperbaiki. Apabila hal
ini masih terulang kembali, pasien tidak
diperbolehkan menggunakan alat saat tidur.
Rekaman pemeriksaan headgear harus dicatat pada
rekam medik pasien setiap kali kunjungan.