The Precede-Proceed Model

download The Precede-Proceed Model

of 33

description

precede-proceed

Transcript of The Precede-Proceed Model

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    1/33

    2.1.Promosi Kesehatan2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan

    Istilah promosi kesehatan selama ini selalu dihubungkan dengan

    penjualan (sales), periklanan (advertising), dan dipandang sebagai

    pendekatan propaganda yang didominasi oleh penggunaan media

    massa. Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki

    kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan menempatkan

    kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun

    kelompok. Determinan pokok promosi kesehatan adalah aspek

    ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seringkali berada di luar kontrol

    perorangan atau masyarakat secara kolektif.

    Oleh karena itu aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah

    melakukan pemberdayaan sehingga individu lebih mampu mengontrol

    aspek-aspek kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan (Ewles

    dan Simnett, 1994). Menurut pengertian tersebut terdapat dua unsur

    tujuan dan proses kegiatan promosi kesehatan dan memiliki kontrol

    yang lebih besar terhadapnya (aspek-aspek kehidupan mempengaruhi

    kesehatan). Definisi WHO, berdasarkan piagam Ottawa (Otawa

    Charter, 1986) mengenai promosi kesehatan sebagai berikut:

    health promotion is the process of enabling people to control

    over and improve their health. To reach a state of comlete physical,

    mental, and social well-being, an individual or group must be able to

    identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope

    with the environment.

    Berdasarkan definisi di atas WHO menekankan bahwa promosi

    kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan

    individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan

    kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri

    sendiri (self empowerment).

    Batasan ini menekankan bahwa promosi kesehatan adalah

    program masyarakat yang menyeluruh, bukan hanya perubahan

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    2/33

    perilaku, melainkan juga perubahan lingkungan. Perubahan perilaku

    tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif dan juga dapat

    dipastikan tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu promosi

    kesehatan bukan hanya mengubah perilaku, tetapi juga mengharapkan

    perubahan lingkungan, system dan kebijakan kesehatan.

    Gambar 1. Proses promosi kesehatan (Sumber: Depkes RI, 2007)

    2.1.2. Sasaran Promosi Kesehatan

    Sasaran Promosi Kesehatan diarahkan pada individu atau

    keluarga, masyarakat atau lintas sektoral atau politis atau swasta, danpetugas atau pelaksana program.

    1. Individu / keluarga

    a)Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baiklangsung maupun melalui media massa).

    b)Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.

    c)Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).d)Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan

    dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan.

    2. Masyarakat

    a)Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upayakesehatan.

    b)Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    3/33

    3. Pemerintah / lintas sektoral / politisi / swasta

    a)Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalammengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.

    b)Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak dibidang kesehatan.

    4. Petugas / pelaksana program

    a)Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiapprogram promosi kesehatan.

    b)Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberkepuasan kepada masyarakat.

    2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan

    Penerapan promosi kesehatan dalam program-program

    kesehatan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global,

    yang dijabarkan dala berbagai kegiatan. Strategi global dari WHO

    (1984) dikenal dengan strategi ABG (A, Advokasi Kesehatan; B, Bina

    Suasana; G, Gerakan Masyarakat).

    a)Advokasi kesehatanUpaya pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil

    keputusan supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, dan

    semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan.

    b)Bina suasana (social support)Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang

    pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk

    melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

    c)Gerakan masyarakat (empowerment)Upaya memandirikan individu, kelompok dan masyarakat

    agar berkembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan di bidang

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    4/33

    kesehatan atau agar secara proaktif, masyarakat mempraktikkan

    perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

    Ketiga strategi di atas merupakan satu kesatuan meskipun

    ruang masing-masing memiliki fokus yang berbeda. (Tabel 1.1)

    Tabel 1. Sasaran Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan

    Tatanan PHBS Sasaran primer Sasaran sekunder Sasaran tersier Program prioritas

    Rumah tangga Anggota rumah

    tangga yang

    memiliki masalah

    kesehatan,

    terutama ibu, bayi

    dan balita

    KK, Orang

    tua/mertua, kader,

    toma/toga, LSM,

    petugas kesehatan

    Ketua RT/RW,

    kepala desa

    KIA, gizi,

    kesehatan,

    lingkungan, gaya

    hidup, JPKM,

    Institusi

    pendidikan

    Siswa dan

    mahasiswa

    Guru, karyawan,

    BP, Organisasi

    siswa/mahasiswa

    Kepala sekolah,

    pemilik

    Kesling, gaya

    hidup, gizi, JPKM

    Tempat kerja Karyawan,

    manajer, serikat

    kerja

    Karyawan,

    manajer/pengelola,

    Direktur,

    pemilik/pimpinan

    perusahaan

    Kesling, gaya

    hidup

    Tempat-tempat

    umum

    Pengunjung,

    pengguna jasa,masyarakat

    Petugas kesehatan Kepala daerah,

    direksi

    Kesling, gaya

    hidup

    Sasaran/institusi

    kesehatan

    Pasien, pengantar,

    keluarga pasien

    Pimpinan/direktur

    RS, Ka Daerah,

    Bappeda, DPRD

    Kesling, gaya

    hidup

    (Sumber: Depkes RI, 2000)

    2.1.4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

    Berdasarkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan diOttawa, Kanada tahun 1986 yang menghasilkan Piagam Ottawa,

    promosi kesehatan dikelompokkan menjadi lima area berikut:

    a)Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy publicpolicy)

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    5/33

    Kegiatan ditujukan bagi para pembuat keputusan atau penentu

    kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam

    bidang apapun harus mempertimbangkan dampak kesehatan bagi

    masyarakat.

    b)Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yangmendukung (create partnership and supportive environment)

    Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan

    dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini

    ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola

    tempat-tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya

    terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

    nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan

    masyarakat.

    Tabel 2. Fokus Strategi Promosi Kesehatan

    Fokus Strategi

    1. Advokasi kesehatanSasaran tersier dengan output adanya

    kebijakan

    2. Bina suasanaSasaran sekunder dengan iuran adanya

    kemitraan dan suasana yang

    mendukung

    3. Pemberdayaan masyarakatSasaran primer dengan iuran adanya

    kegiatan masyarakat

    Strategi promosi tersebut diarahkan untuk

    Mengembangkan kebijakan guna mewujudkanmasyarakat yang sehat

    Membina suasana, iklim, dan lingkungan yangmendukung

    Memperkuat, mendukung, dan mendorongkegiatan masyarakat

    Meningkatkan kemampuan dan keterampilanperorangan

    Mengupayakan pembangunan kesehatan yanglebih memberdayakan masyarakat

    c)Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung

    jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi

    pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai

    subjek (melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    6/33

    dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri.

    Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada

    pemberdayaan masyarakat. Bentuk-bentuk pemberdayaan

    masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

    bervariasi, mulai dari terbentuknya LSM yang pedul kesehatan,

    baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis, sampai

    upaya-upaya swadaya masyarakat.

    d)Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills)Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri

    atas, kelompok keluarga dan individu. Kesehatan masyarakat

    terwujud bila kesehatan kelompok, keluarga dan individu terwujud.

    Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau

    individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

    dan kemampuan masyarakat memelihara dan meningkatkan

    kualitas kesehatannya.

    e)Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action)Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif

    jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak

    bersama-sama. Memperkuat keguatan masyarakat berarti

    memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di

    masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Di samping itu

    tindakan ini memberikan kesempatan masyarakat untuk

    berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta aktif

    dalam pembangunan kesehatan.

    Berbagai hasil penelitian memberikan bukti yang

    meyakinkan mengenai hasil kerja promosi kesehatan. Pendekatan

    yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan, dengan

    menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif

    dibandingkan dengan menggunakan pendekatan tunggal.

    Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi

    penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    7/33

    penting untuk melestarikan bnerbagai upaya. Masyarakat harus

    menjadi subjek dalam promosi kesehatan dan pengambilan

    keputusan. Akses pendidikan dan informasi sangat penting untuk

    mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

    2.1.5. Kode Etik Praktik Promosi Kesehatan

    Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan

    strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No.

    1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi

    dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan lainnya

    mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat

    menuju Visi Indonesia Sehat.

    Visi Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI

    No. 1193/Menkes/SK/X/2004 adalah Perilaku Hidup Bersih &

    Sehat 2010 atau PHBS 2010. Yang dimaksud dengan PHBS

    2010 adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga

    (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup

    bersih dan sehat dalam rangka :

    a. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatanlainnya

    b. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

    c. Memanfaatkan pelayanan kesehatand. Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan

    bersumber daya masyarakat

    Misi Promosi kesehatan guna pencapaian visi yang telah ditetapkan

    antara lain:

    a. Memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok

    dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan

    keluarga, maupun melalui pengorganisasian dan penggerakan

    masyarakat

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    8/33

    b. Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi

    terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat

    c. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan

    serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) dalam

    rangka :

    - Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturanperundang-undangan yang berwawasan kesehatan

    - Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnyapemberdayaan masyarakat, dalam program-program

    kesehatan

    - Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusatdan pemerintah daerah, serta antara pemerintah dengan

    masyarakat (termasuk LSM) dan dunia usaha.

    - Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatanpada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya

    2.1.6. Hambatan-Hambatan dalam Penyelenggaraan Promosi Kesehatan

    Penelitian tentang tujuan kesehatan selama tahun 1990-an (di

    Amerika) memperlihatkan semakin pentingnya promosi kesehatan.

    Kurangnya program promosi kesehatan tampaknya merupakan alasan

    masih banyaknya hambatan yang muncul. Menurut Taylor, hambatan

    dalam penyelenggaraan tersebut diuraikan berikut ini:

    a)Struktur dan sikapMedical establishment berarti lebih mendorong penyembuhan

    daripada pencegahan, akibatnya upaya pendidikan, pencegahan dan

    promosi kesehatan diabaikan. Lebih lanjut kadang menemukan

    orang yang berisiko memerlukan waktu serta biaya dan bagi

    seorang dokter lebih mudah memberikan pengobatan bagi para

    pasien untuk menurunkan tekanan darah daripada meyakinkan

    pasien untuk berhenti merokok.

    b)Hambatan individual

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    9/33

    Hal ini berkaitan dengan kebiasaan dan persepsi. Kebiasaan

    kesehatan yang dipelajari sejak kecil terkadang sulit diubah,

    demikian halnya juga dengan persepsi.

    c) Jaring koperasi dan perencanaan yang rumitHal ini mencakup pelaku riset dan praktisi dari berbagai disiplin

    ilmu yang berbeda, serta policy maker (pembuat kebijakan) pada

    masing-masing tingkat.

    2.2.Model Perencanaan Promosi KesehatanBanyak model yang dikembangkan untuk mencoba menerangkan

    bagaimana faktor-faktor dapat mempengaruhi kesehatan serta bagaimana

    pengetahuan membantu memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi

    kesehatan. Terdapat tiga jenis model yang termasuk dalam pengertian model

    kesehatan antara lain model kesehatan, model perilaku kesehatan, dan model

    pendidikan dan promosi kesehatan (Schmidt dkk., 1990; Simnett, 1994).

    Dalam memahami kontribusi perilaku manusia untuk mengembangkan

    dan memelihara kesehatan dan kesakitan, terjadi perubahan dari pendekatan

    faktor tunggal, menjadi pendekatan yang lebih interaktif serta komprehensif.

    Para ahli kesehatan setuju bahwa kita perlu mengadopsi sebuah model yang

    mampu mengenal hubungan timbal balik dan interaksi dinamis antara faktor

    fisiologis, kognitif, perilaku, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi

    kesehatan. Hal ini dikenal dengan istilah biopsikososial.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    10/33

    Gambar 2. Perubahan model linier ke multifactorial-systemic model

    (Sumber: adaptasi dari Van Oost, 1991 dalam Smet 1994)

    Satu masalah yang berkaitan dengan aplikasi promosi kesehatan

    adalah mengoperasionalisasikan tujuan dan metode ke dalam kampanye

    yang sesuai dan efektif. Terdapat banyak upaya untuk mengubah promosi

    kesehatan menjadi konsep yang lebih operasional. Secara umum model

    untuk operasionalisasi promosi kesehatan (Schmidt dkk., 1990; Simnett,

    1994) adalah model kesehatan terapan dan model PRECEDE-PROCEED.

    Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri

    dari tiga fase yaitu: a) perencanaan, b) implementasi, dan c) evaluasi, di

    mana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi hasil.

    a) Perencanaan promosi kesehatan Suatu fase di mana secara rincidirencanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul

    b) ImplementasiSuatu waktu di mana perencanaan dilaksakan. Kesalahan-kesalahan

    sewaktu membuat perencanaan akan terlihat semasa proses

    implementasi, demikian pula halnya dengan kekuatan dan kelemahan

    yang muncul selama periode implementasi merupakan refleksi dari

    proses perencanaan.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    11/33

    c) Fase evaluasiSuatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome) dari

    promosi kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan

    implementasi yang telah dilaksanakan dapat dilanjutkan. Selain itu

    evaluasi diperlukan untuk pemantauan efisiensi dari promosi kesehatan

    dan sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.

    2.3. Model Precede-Proceed

    Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun

    1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan

    dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE

    (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis

    and Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu

    perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai

    pengembangan program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi

    model PRECEDE-PROCEEDE. PROCEEDE merupakan singkatan dari

    Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and

    environmental Development. Gambar 1 meringkas gambaran model

    PRECEDE-PROCEED.

    Green menganalisis perilaku manusia dimulai dari tingkat kesehatan,

    bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

    yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (nonbehavior

    causes). Meskipun model ini mendasarkan diri pada Model Kepercayaan

    Kesehatan atau Health Belief Model dan sistem-sistem konseptual lain,

    namun model Precede merupakan model sejati, yang lebih mengarah kepada

    upaya-upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan daripada sekedar upaya

    pengembangan teori. Green dan rekan-rekannya menganalisis kebutuhan

    kesehatan komunitas dengan cara menetapkan lima diagnosis berbeda, yaitu

    diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi, diagnosis perilaku, diagnosis

    pendidikan, dan diagnosis administrasi/ kebijakan.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    12/33

    Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama

    dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan

    pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program,

    sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria

    kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk, model ini paling

    banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-

    program komprehensif dalam banayak susunan yang berlainan, serta model

    ini dianggap lebih berorientasi praktis. Berdasarkan pemikiran tersebut,

    Lawrence Green mengusulkan perencanaan promosi kesehatan melalui

    PRECEDE framework dan PROCEED framework sebagai terapi terhadap

    perilaku lama. Jika PRECEDE merupakan diagnosis, PROCEED adalah

    terapi dalam promosi kesehatan.

    2.3.1. Pengertian Model PRECEDE-PROCEED

    Green (1980) telah mengembangkan suatu model pendekatan

    yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi

    kesehatan yang dikenal PRECEDE. PRECEDE adalah singkatan

    Predisposing (predisposisi), Reinforcing (Memperkuat), Enabling

    (Mengaktifkan), Causes (Penyebab), Educational Diagnosis

    (Pendidikan Diagnosa) dan Evaluation (Evaluasi). PRECEDE

    memberikan serial langkah yang menolong perencana untuk mengenal

    masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan

    program untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian pada

    tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi

    PRECEDE-PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory,

    Organizational Construct in Educational and Environmental

    Development). PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara

    bersama.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    13/33

    2.3.2. Tujuan Model Model PRECEDE-PROCEED

    Bagian paling penting dari perencanaan program adalah analisis

    komunitas atau yang biasa dikenal sebagai analisis kebutuhan (need

    assessment). Keberhasilan program promosi kesehatan tergantung dari

    data yang didapat tentang individu, kelompok atau sistem yang akan

    menjadi fokus dari program. Berdasarkan data tersebut perencana

    program dapat memahami masalah kesehatan yang perlu diatasi dan

    sumberdaya yang tersedia. ModelProcede danProceedjuga berperan

    penting dalam perencanaan pendidikan dan promosi kesehatan karena

    menyediakan bentuk untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

    berkaitan dengan masalah kesehatan, perilaku dan pelaksanaan

    program.

    Model PRECEDE adalah kerangka untuk proses perkembangan

    sistematis dan program-program edukasi kesehatan, dikembangkan

    antara tahun 1968 - 1974. Tujuan PRECEDE pada fase diagnosis

    masalah, menetapkan prioritas masalah dan diagnosis program.

    PRECED untuk diagnosa dan perencanaan memimpin edukator

    kesehatan untuk berpikir secara deduktif, untuk memulai dengan

    konsekuensi final dan bekerja kembali ke penyebab asli. PROCEED

    ditambahkan pada model ini pada akhir 1980-an berdasarkan pada

    percobaan Lawrence W. Green bersama dengan Marshall Krueter

    pada berbagai macam posisi dengan pemerintahan federal dan Kaiser

    Family Foundation. Tujuan PROCEED digunakan untuk menetapkan

    untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan, serta implementasi

    dan evaluasi. Kerangka PRECEDE didirikan pada persyaratan dari

    empat disiplin:

    a)Epidemiologib)Ilmu pengetahuan sosial dan tindakan (behaviour),c)Administrasid)Edukasi

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    14/33

    Dalam penerapan PRECEDE, dua proporsi dasar ditekan:

    Pertama, kesehatan dan tindakan kesehatan disebabkan oleh faktor-

    faktor ganda, dan kedua, karena kesehatan dan tindakan kesehatan

    ditentukan oleh faktor-faktor ganda, upaya-upaya edukasi kesehatan

    untuk mempengaruhi tindakan harus multidimensional.

    2.3.3. Langkah-Langkah Model PRECEDE-PROCEED

    Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan

    Dilakukan dengan menggunakan kerangka PRECEDE-

    PROCEED sesuai gambar 4.1 dan 4.2. PRECEDE digunakan pada

    fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah, penetapan

    prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan PROCEED

    digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta

    implementasi dan evaluasi.

    Gambar 3. Kerangka PRECEDE-PROCEED

    (Sumber: Green, Lawrence, dan Marshall, 1991)

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    15/33

    Gambar 4. Indikator, dimensi, hubungan di antara faktor-faktor yang diidentifikasi pada

    fase 1,2,3 pada kerangka PRECEDE-PROCEED

    a) Fase 1 (Diagnosis sosial)Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat

    terhadap kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan

    kualitas hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi

    yang didesain sebelumnya.

    Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital

    statisticyang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara

    langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari

    masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara:

    wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat,

    focus group discussion(FGD), nominal group process, dan survei.

    Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data

    multipel dari aktivitas-aktivitas (hasil wawancara dengan informan,

    diskusi kelompok, observasi terhadap partisipan, dan survei), untuk

    memahami kebutuhan masyarakat. Fase ini secara subjektif berupaya

    mendefinisikan kualitas hidup dalam masyarakat. Fokus pada fase ini

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    16/33

    adalah untuk mengenali dan mengevaluasi permasalahan sosial yang

    mempengaruhi kualitas hidup target populasi. Tahap ini membutuhkan

    perencana program untuk mendapatkan pengertian dari permasalahan

    sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien, konsumen, siswa, atau

    komunitas, sebagaimana mereka memandang permasalahan tersebut.

    Hal ini diikuti oleh pembentukan penghubung antara permasalah

    tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang dapat menjadi fokus

    dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam hidup

    dan, sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi

    permasalahan sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial

    dapat menggunakan satu atau beberapa cara pada Community

    Assessment.

    b) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari

    tahap pertama tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada,

    baik yang berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Dalam

    tahap ini dilihat bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah-masalah

    kesehatan tersebut dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda

    dan gejala yang ditimbulkan. Dari tahap inilah perencana menetapkan

    suatu prioritas masalah yang nantinya akan dibuat suatu perencanaan

    yang sistematis.

    Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah

    kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di

    samping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah

    kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala

    yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi,

    perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku).

    Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang

    didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang

    ditimbulkan, serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    17/33

    tergambar pada tujuan program dengan ciri who eill benefit how much

    of what outcome by when.

    Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau

    kumpulan data asli untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan

    masyarakat serta mempertahankan tujuan dan target dari program.

    Praktisi mengamankan dan menggunakan data statistik yang spesifik

    dari populasi target dalam rangka mengidentifikasi dan mengurutkan

    masalah dan tujuan kesehatan yang dapat memberikan kontribusi

    terhadap kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi. Diagnosis

    epidemiologi membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan

    lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan. Fokus pada

    fase ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang

    spesifik dan faktor non-medis yang berhubungan dengan kualitas

    kehidupan yang buruk. Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut

    dapat: 1. membentuk hubungan antara permasalahan kesehatan, kondisi

    kesehatan lain, dan kualitas kehidupan; 2. Mendorong penyusunan

    prioritas masalah yang akan memandu fokus dari program dan

    pemanfaatan sumber daya secara efektif; dan 3. Menyusun kewajiban

    yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-prioritas ini dijelaskan

    sebagai sebagai sebuah program objektif yang menjelaskan target

    populasi (WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan seberapa

    banyak (HOW MUCH) keuntungan yang harus didapatkan target

    populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut terjadi.

    Contoh data-data epidemiologi:

    Statistik vital Usia rentan meninggal Kecacatan Angka kejadian Morbiditas Mortalitas

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    18/33

    Dari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program

    adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi

    intervensi-intervensi. Contoh diagnosis epidemiologi dalam promosi

    kesehatan diare adalah banyaknya penduduk terutama balita dan anak-

    anak yang menderita mencret-mencret/diare dan angka kematian anak

    akibat diare cukup tinggi.

    c) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan

    tujuan atau masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi

    atau sosial. Sedangkan diagnosis lingkungan adalah analisis paralel dari

    faktor lingkungan sosial dan fisik daripada tindakan khusus yang dapat

    dikaitkan dengan perilaku.

    Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal

    maupun eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap

    masalah kesehatan. Fokus fase ini ditujukan pada identifikasi sistematis

    praktek kesehatan dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

    permasalahan kesehatan yang telah dijelaskan pada fase 2. Faktor-

    faktor ini mencakup penyebab non-perilaku (faktor individu dan

    lingkungan) yang dapat berkontribusi pada permasalahan kesehatan,

    tetapi tidak dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat mencakup

    predisposisi genetik, umur, jenis kelamin, penyait yang diderita, iklim,

    tempat kerja, ketersediaan fasilitas kesehatan yang adekuat, dan lain-

    lain. Perilaku yang menyebabkan permasalahan kesehatan juga dinilai.

    Bagian penting lain pada fase ini adalah kecenderungan terjadinya

    perubahan pada tiap permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang

    kembali untuk membaca literatur-literatur yang telah ada maupun

    menerapkan teori-teori yang ada, merupakan elemen penting pada fase

    ini.

    Matrix Perilaku, untuk membantu mengenali target-target dimana

    intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Matriks ini membantu

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    19/33

    dalam mengidentifikasi sasaran dimana tindakan intervensi yang paling

    efektif dapat diterapkan. Langkah yang harus dilakukan dalam

    diagnosis perilaku dan lingkungan antara lain:

    a. Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnyamasalah kesehatan.

    b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalahkesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan

    perawatan/pengobatan, sedangkan untuk faktor lingkungan dengan

    mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang tidak dapat diubah

    seperti faktor genetis dan demografis.

    c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnyapengaruh terhadap masalah kesehatan.

    d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinanuntuk diubah.

    e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan

    yang ingin dicapai program. Indikator masalah perilaku yang

    memengaruhi status kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan

    kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola

    konsumsi akanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan

    upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku

    yang digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan

    range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan sosial,

    ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang

    digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.

    d) Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan

    dan organisasional model Precede memberi penekanan pada faktor-

    faktor predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua faktor pertama

    berkaitan dengan anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    20/33

    faktor penguat merupakan sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai

    dalam analisis perilaku.

    Faktor predisposisi (predisposing factors)Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya

    perilaku tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang

    menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan,

    nilai dan kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi

    individu atau kelompok untuk bertindak.

    Faktor pemungkin (enabling factors)Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu

    atau memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk

    dalam kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan pelayanan

    kesehatan, aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan

    kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial serta

    adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam

    menunjang perilaku tersebut.

    Faktor penguat (reinforcing factors)Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat

    memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor

    yang memperkuat suatu perilaku dengan memberikan penghargaan

    secara terus menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya

    pengulangan. Merupakan faktor yang berperan setelah suatu perilaku

    telah dimulai. Faktor ini mendukung pengulangan atau tetapnya

    suatu perilaku dengan memberikan suatu penghargaan (reward) atau

    insentif secara berkelanjutan serta hukuman (punishmen) sebagai

    konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan untuk

    memotivasi dan menguatkan perilaku sehat dan outcome.

    Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok, seseorang

    atau institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga,

    guru, akademis, dan lain-lain.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    21/33

    Hal penting untuk memahami reinforcing factoradalah sejauh

    mana ketidakadannya akan berarti kehilangan dukungan untuk

    tindakan dari individu atau kelompok. Elemen penting pada fase ini

    adalah pemilihan faktor yang dapat dimodifikasi, yang paling dapat

    menghasilkan perubahan perilaku Proses pemilihan mencakup

    mengidentifikasi, memilah faktor-faktor ini ke dalam kategori-

    kategori (positif dan negatif), menempatkan prioritas pada tiap

    kategori, dan memprioritaskan salah satu kategori. Prioritas faktor

    bergantung kepada tingkat kepentingan (importance) dan

    kemampuan untuk diubah (changeability). Learning objectives dari

    faktor-faktor terpilih ini kemudian dikembangkan.

    Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk

    memulai dan menjaga (maintain)perubahan perilaku dilakukan pada

    fase ini karena intervensi spesifik juga disusun pada fase ini.

    Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk

    melihat hal-hal spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan

    perilaku-perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.

    Contoh diagnosis pendidikan dan organinasional:

    Predisposing factors

    -Kurangnya pengetahuan tentang cara hidup bersih dan sehat-Kebiasaan MCK di sungai-Penggunaan air sungai sebagai sumber air minum dan masak-Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB-Kurangnya pengetahuan tentang diare

    Enabling factors

    -Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih-Terbatasnya fasilitas jamban-Terbatasnya daya jangkau ke pusat kesehatan-Kegiatan PKK dan karang taruna yang tidak terlaksana dengan

    baik

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    22/33

    Reinforcing factors

    -Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contohyang baik

    Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran

    yang akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah

    diidentifikasi, dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan

    faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi elalui

    upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

    e) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan

    peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat

    pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis

    administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang

    dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di

    organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk

    diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan

    politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta

    pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat

    yang kondusif bagi kesehatan.

    Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE

    ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE

    digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan

    kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya,

    PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat

    dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

    penentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, danstakeholder

    terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan

    standar yang telah ditetapkan.

    Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu:

    sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakn program, sumber

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    23/33

    daya yang ada di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksana

    program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi

    dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang

    memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang dapat

    mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

    Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan

    penyakit diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

    angka kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).

    Sumber DataData masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi

    kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti :

    Dokumen yang ada Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan

    data mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan

    dan determinan dari perilaku tersebut,

    Petugas kesehatan di lapangan Tokoh masyarakat

    Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah:a. Key informant approach

    Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui

    wawancara mendalam atau Focus Group Discussion(FGD) sangat

    menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara ini cukup

    sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh dapat

    mewakili berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selainmemberikan data yang dapat digunakan dalam membuat

    perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan

    promosi kesehatan.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    24/33

    b. Community forum approachCara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data

    adalah melalui forum diskusi. Di sini health promotor bersama-

    sama masyarakat mendiskusikan masyarakat yang ada.melalui cara

    ini dapat dicari jalan keluar dari masalah yang ada. Bila dilihat dari

    sudut program, cara ini sangat ekonomis, di samping itu promotor

    kesehatan juga dapat memahami masalah dari berbagai sudt

    pandang masyarakat.

    c. Sample survey appproachMerupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat

    yang paling valid dan akurat, karena estimasi kesalahan bisa

    diseleksi. Namun demikian cara ini merupakan cara yang paling

    mahal. Metode yang dapat digunakan adalah wawancara dan

    observasi (terutama bila ingin melihat keterampilan atauskill).

    f) Fase 6 (Implementasi)Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada

    fase-fase sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita

    lakukan adalah menjalankannya. Fase ini hanya berupa pengaturan dan

    pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan sebelumnya.

    Pada fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan

    secara langsung pada masyarakat.

    g) Fase 7 (Evaluasi proses)Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur.

    Evaluasi disini berarti apakah kita sedang melakukan apa yang telah

    kita rencanakan sebelumnya. Jika, sebagai contoh, kita menawarkan

    melakukan pelayanan kesehatan diare tiga hari dalam sepekan pada

    daerah pedesaan, apakah dalam kenyataannya kita benar-benar

    melakukan pelayanan kesehatan tersebut. Kita juga menetapkan untuk

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    25/33

    memberikan penyuluhan setiap hari senin dan khamis untuk melakukan

    penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas berdekatan,

    setiap selasa dan rabu melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah

    apakah kita benar- benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.

    h) Fase 8 (Evaluasi dampak)Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal

    dari upaya kita. Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita

    inginkan pada faktor perilaku atau lingkungan yang kita harapkan

    untuk berubah. Mengukur efektifitas program dari sudut dampak

    menengah dan perubahan-perubahan pada faktor predisposing,

    enabling, dan reinforcing. Mengevaluasi dampak dari intervensi pada

    faktor-faktor pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri.

    Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap

    masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

    terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang

    dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

    sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk

    berperilaku kesehatan, misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu

    hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang

    manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan

    janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan

    sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu

    untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik

    (pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus),

    karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini

    terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru

    maka sering disebut faktor yang memudahkan.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    26/33

    Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana

    atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat

    pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya

    makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

    pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

    posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek suasta

    (BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

    memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku

    pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak

    hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja,

    melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh

    fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes,

    bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya

    mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku

    kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau

    faktor pemungkin.

    Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

    masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk

    petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-

    peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait

    dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-

    kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta

    dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh

    (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,

    lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang

    juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

    Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai

    mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian

    intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    27/33

    i) Fase 9 (Evaluasi hasil)Apakah intervensi kita sungguh bekerja dalam menghasilkan

    outcomeyang teridentifikasi pada komunitas pada fase 1 sebelumnya?.

    Intervensi ini mungkin dapat secara sukses dilakukan, prosesnya sesuai

    dengan yang direncanakan, dan terjadi perubahan yang memang

    diharapkan. Namun, hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki

    dampak pada masalah yang lebih luas. Dalam hal ini, kita harus

    memulai kembali prosesnya sekali lagi, untuk melihat mengapa faktor

    yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat, dan untuk

    mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur

    perubahan dari keseluruhan objek dan perubahan dalam kesehatan dan

    keuntungan sosial atau kualitas kehidupan (outcome) yang menentukan

    efek terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan kualitas kehidupan

    suatu populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan

    hasil, dan mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat

    perubahan kualitas hidup pada populasi atau masyarakat.

    Beberapa outcomemungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa

    tahun atau dekade. Bila outcometidak terlihat dalam jangka waktu yang

    lama, maka kita harus bersabar dan tetap mengawasi proses dan

    dampak dari intervensi kita, dengan keyakinan bahwa outcometersebut

    akan terlihat dengan nyata nantinya.

    Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan

    meliputi hal-hal berikut.

    a) Menentukan status kesehatan masyarakat.b) Menentukan pola pelayanan kesehatan msyarakat yang ada.c) Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan

    kesehatan di masyarakat

    d) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputitingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis,

    kebiasaan atau perilaku dan kepercayaan yang dianut).

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    28/33

    Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

    prioritas masalah antara lain beratnya masalah dan akibat yang

    ditimbulkan, pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada di

    masyarakat.

    Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan

    A.Menentukan tujuan promosi kesehatanPada dasarnya, tujuan utama promosi kesehatan mencakup tiga hal

    yaitu peningkatan pengetahuandan atau sikap masyarakat, peningkatan

    perilaku masyarakat, dan peningkatan status kesehatan masyarakat.

    a)Tujuan UmumAcuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka

    pengembangan program PHBS percontohan untuk meningkatkan

    cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat secara

    bertahap dan berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat.

    b) Tujuan Khusus Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota

    percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga

    berperilaku hidup bersih dan sehat.

    Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohanprogram PHBS.

    Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dansehat

    Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota SehatAgar tujuan dapat dicapai dan dijalankan sesuai keinginan,

    penetapan tujuan harus memenuhi syarat: Specific, Measurable,

    Appropriate, Reasonable, Time bound, dan dinyatakan dalam bentuk

    performancebukan effort.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    29/33

    Berdasarkan luang lingkupnya tujuan promosi kesehatan terdiri

    atas tiga tingkatan (Green, 1991), yaitu:

    a)Tujuan programTujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan

    epidemiologi, berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai

    dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status

    kesehatan.tujuan ini harus mencakup who will in how much of

    what by when. Tujuan program juga sering disebut sebagai tujuan

    jangka panjang. (contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada

    pekerja menurun 50% setelah promosi kesehatan berjalan lima

    tahun).

    b)Tujuan pendidikanMerupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar

    tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga

    tujuan jangka menengah. (contohnya cakupan angka kunjungan ke

    klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan

    berjalan tiga tahun).

    c)Tujuan perilakuMerupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran

    perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.

    Tujuan perilaku berhubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan

    (contohnya pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di

    tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan

    enam bulan).

    B.Menentukan sasaran promosi kesehatanPada tahap ini, ditentukan sasaran langsung (primer) dan sasaran

    tidak langsung (sekuder dan tersier). Sasaran promosi kesehatan adalah

    individu dan kelompok, atau keduanya.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    30/33

    C.Menentukan isi promosi kesehatanKomponen isi promosi kesehatan berisi bahan yang akan

    disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan.

    Adapun persyaratan isi promosi kesehatan meliputi berorientasi pada

    tujuan (khususnya tujuan jangka pendek), dan harus disusun berdasarkan

    masing-masing tujuan jangka pendek paling sedikit jumlahnya sama

    dengan tujuan jangka pendek yang dirumuskan.

    Isi pesan dapat dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa

    setempat sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh sasaran

    sehingga mereka merasa pesan tersebut benar-benar ditujukan untuk

    mereka dan diharapkan sasaran maumelaksanakan isi pesan tersebut.

    D.Menentukan metode yang akan digunakanBeberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

    metode promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

    a)Aspek yang akan dinilai Aspek pengetahuan, metode yang dapat digunakan misalnya

    penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk dan penyebaran

    pamplet.

    Aspek sikap, metode yang dapat digunakan berupa contoh konkretyang dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran,

    misalnya memperlihatkan foto, slide, film, atau video.

    Aspek keterampilan, metode yang dapat digunakan berupamemberi kesempatan kepada sasaran untuk mencoba keterampilan

    tersebut.

    b)Sumber daya yang dimiliki masyarakatc)Jenis atau jumlah sasaran

    E.Menentukan media yang akan digunakanMedia dibuat untuk memudahkan pemahaman materi yang akan

    disampaikan. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran,

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    31/33

    tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang

    digunakan, dan sumber daya yang ada. Media dapat digunakan di

    berbagai tempat antara lainsebagai berikut:

    a)Rumah tangga (leaflet, model buku bergambar, benda nyata sepertibuah-buahan, dan sayuran).

    b)Tempat kerja dan sekolah (papan tulis, flipchart, poster, leaflet, bukucerita bergambar, kotak gambar gulung, dan boneka).

    c)Masyarakat umum (poster, spanduk, leaflet, flannel graf, danwayang).

    F.Menyusun rencana evaluasiPada tahap ini dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan,

    dimana dilaksanankan, kelompok sasaran yang mana yang akan

    dievaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi).

    G.Menyusun jadwal pelaksanaanMerupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan, yang

    biasnya disajikan dalam bentuk Gantt chart.

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    32/33

    KESIMPULAN

    1. Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkutpendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk

    perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green&

    Ottoaon 1995)

    2. Sasaran Promosi Kesehatan diarahkan pada individu atau keluarga,masyarakat atau lintas sektoral atau politis atau swasta, dan petugas atau

    pelaksana program.

    3. Strategi promosi kesehatan meliputi advokasi kesehatan, bina suasana, dangerakan masyarakat (WHO, 1984)

    4. Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebabmasalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk

    mencapai tujuan.

    5. Model PRECEDE-PROCEED adalah model pendekatan promosi kesehatanyang dikembangkan oleh Green (1980) dan yang dapat digunakan untuk

    membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan

    6. PRECEDE adalah singkatan Predisposing (predisposisi), Reinforcing(Memperkuat), Enabling (Mengaktifkan), Causes (Penyebab), Educational

    Diagnosis (Pendidikan Diagnosa) dan Evaluation (Evaluasi). PROCEED

    (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and

    Environmental Development).

    7. Model PROCEDE-PRECEED memiliki 9 langkah yaitu: diagnosis sosial;diagnosis epidemiologi; diagnosis perilaku dan lingkungan; diagnosis

    pendidikan dan organisasional; diagnosis kebijakan dan administrasi;

    implementasi; evaluasi proses; evaluasi dampak; evaluasi hasil

  • 5/25/2018 The Precede-Proceed Model

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dignan, Mark. B & Carr Patricia, A:Introduction to Program Planning :A Basic Text for Community Health Education, Lea & Febringer,

    Philadelphia, 1981

    2. Green, Lawrence & Kreuter, Marshall, W:Health Promotion Planning, AnEducational and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield

    Publishing Company, 1991

    3. Greene, Walter & Simon-Morton:Introduction to Health Education,Waveland Press Inc, Prospect Height, Illness, 1990

    4. Hartono B. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. CetakanPertama, Desember. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.

    5. Maulana H. Promosi Kesehatan. Cetakan ke-3. Jakarta : EGC; 2010.6. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi,

    September. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.

    7. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Cetakan ke-3, Mei. Jakarta : Rineka Cipta; 2008.

    8. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : RinekaCipta; 2007.

    9. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama, Maret.Jakarta : Rineka Cipta; 2007.

    10.Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS).

    http://www.promosikesehatan.com/?act=program&id=12. Diakses tanggal

    10 Maret 2013.