THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

14
Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik - di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 217 TINGKAT KESIAPAN INLAND PORT JOGJAKARTA SEBAGAI SIMPUL ANGKUTAN BARANG BERBASIS KERETA API DALAM MENDUKUNG OPTIMALISASI LOGISTIK DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT AS A TRAIN-BASED FREIGHT TRANSPORT NODE IN SUPPORTING OF LOGISTICS OPTIMIZATION AT PORT OF TANJUNG EMAS SEMARANG Herma Juniati Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Antarmoda Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110, Indonesia email: [email protected] Diterima: 25 Oktober 2016; Direvisi: 7 November 2016; disetujui: 30 November 2016 ABSTRAK Pelayanan angkutan barang dapat melalui moda transportasi jalan, kereta api , laut, dan udara. Peran kereta api barang sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi nasional harus ditingkatkan pelayanannya hingga sampai ke simpul akhir untuk pengiriman barang. Peningkatan fasilitas dan infrastruktur dilakukan di kawasan ini, penambahan kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhan PTE Semarang terus dipacu guna memfasilitasi kegiatan perdagangan ekspor dan impor di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Rencana kedepan simpul Inland Port Jogyakarta diharapkan menjadi Terminal distribusi barang-barang import maupun domestik disamping untuk konsolidasi ekspor. Kajian ini dilakukan untuk menyusun konsep kesiapan simpul/terminal multimoda, melalui pendekatan penilaian dari para stakeholders, pola aliran barang dan Importance Performance Analysis. Kajian menghasilkan konsep kebijakan pengembangan dan kesiapan simpul dan prasyarat yang harus menyertainya. Hasil Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa terdapat sebelas subkomponen dari empat komponen yang dinyatakan penting namun kinerjanya rendah. Pada kuadran pertama terdapat atribut- atribut yang memiliki nilai kepentingan tinggi tetapi kinerjanya masih kurang memuaskan. Pada kuadran ketiga terdapat lima sub komponen dari empat komponen yang dianggap kurang penting namun kinerjanya tinggi yaitu Kesesuaian RTRW, Dampak Lingkungan, Aksesibilitas Simpul ke Jalur Rel Eksisting, Kesesuaian dengan OD Pelabuhan, dan Kesesuaian Pilihan Moda yang Digunakan. Nilai CSI adalah sebesar 0,0236 atau 2,36 %, menunjukkan bahwa stakeholder dan regulator “kurang puas” terhadap kinerja pelayanan yang dilakukan oleh pengelola Jogja Inland Port. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara harapan konsumen dengan kualitas pelayanan yang diterima oleh konsumen. Kata kunci: simpul multimoda, inland port, angkutan kereta api, optimalisasi logistik ABSTRACT Goods can be transported through land, railways, sea, and air. The role of freight trains as supporting the growth of the national economy should be improved to the end of goods delivery. The Inland Port Jogjakarta is planned to be a distribution terminal for import or export as well as domistic. This study is conducted to draw up the concept of multimodal terminal readiness through stakeholders assessment, goods flow pattern and IPA. The study yields the policy concept on development and readiness of the node and its prerequisites. IPA result show that there are 11 sub components out of 4 components declared essentials but low performance. In the first quadrant, there are attributes that have high interest value but performance are still unsatisfactory. In the third quadrant, there are five sub-components out of four components considered less important but the performance is high, i.e. conformity to RTRW, environmental impact, node accessibility to existing rail line, conformity to port OD, and suitability of alternative modes of use.CSI value is 0,0236 or 2,36%, it shows that stakeholder and regulator “less satisfied” with the service performance provided by Jogja Inland Port operator. It shows the big gap between consumers expectation and service quality received by consumers. Keywords: multimodal node, inland port, rail transport, logistics optimalization

Transcript of THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Page 1: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 217

TINGKAT KESIAPAN INLAND PORT JOGJAKARTASEBAGAI SIMPUL ANGKUTAN BARANG BERBASIS KERETA API

DALAM MENDUKUNG OPTIMALISASI LOGISTIKDI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORTAS A TRAIN-BASED FREIGHT TRANSPORT NODE IN SUPPORTING OF LOGISTICS

OPTIMIZATION AT PORT OF TANJUNG EMAS SEMARANG

Herma JuniatiPusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Antarmoda

Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110, Indonesiaemail: [email protected]

Diterima: 25 Oktober 2016; Direvisi: 7 November 2016; disetujui: 30 November 2016

ABSTRAKPelayanan angkutan barang dapat melalui moda transportasi jalan, kereta api , laut, dan udara. Perankereta api barang sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi nasional harus ditingkatkanpelayanannya hingga sampai ke simpul akhir untuk pengiriman barang. Peningkatan fasilitas daninfrastruktur dilakukan di kawasan ini, penambahan kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhanPTE Semarang terus dipacu guna memfasilitasi kegiatan perdagangan ekspor dan impor di Jawa Tengahdan DI Yogyakarta. Rencana kedepan simpul Inland Port Jogyakarta diharapkan menjadi Terminaldistribusi barang-barang import maupun domestik disamping untuk konsolidasi ekspor. Kajian inidilakukan untuk menyusun konsep kesiapan simpul/terminal multimoda, melalui pendekatan penilaiandari para stakeholders, pola aliran barang dan Importance Performance Analysis. Kajian menghasilkankonsep kebijakan pengembangan dan kesiapan simpul dan prasyarat yang harus menyertainya. HasilImportance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa terdapat sebelas subkomponen dari empatkomponen yang dinyatakan penting namun kinerjanya rendah. Pada kuadran pertama terdapat atribut-atribut yang memiliki nilai kepentingan tinggi tetapi kinerjanya masih kurang memuaskan. Padakuadran ketiga terdapat lima sub komponen dari empat komponen yang dianggap kurang pentingnamun kinerjanya tinggi yaitu Kesesuaian RTRW, Dampak Lingkungan, Aksesibilitas Simpul ke JalurRel Eksisting, Kesesuaian dengan OD Pelabuhan, dan Kesesuaian Pilihan Moda yang Digunakan.Nilai CSI adalah sebesar 0,0236 atau 2,36 %, menunjukkan bahwa stakeholder dan regulator “kurangpuas” terhadap kinerja pelayanan yang dilakukan oleh pengelola Jogja Inland Port. Hal inimenunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara harapan konsumen dengan kualitaspelayanan yang diterima oleh konsumen.Kata kunci: simpul multimoda, inland port, angkutan kereta api, optimalisasi logistik

ABSTRACTGoods can be transported through land, railways, sea, and air. The role of freight trains as supportingthe growth of the national economy should be improved to the end of goods delivery. The Inland PortJogjakarta is planned to be a distribution terminal for import or export as well as domistic. This studyis conducted to draw up the concept of multimodal terminal readiness through stakeholders assessment,goods flow pattern and IPA. The study yields the policy concept on development and readiness of thenode and its prerequisites. IPA result show that there are 11 sub components out of 4 components declaredessentials but low performance. In the first quadrant, there are attributes that have high interest valuebut performance are still unsatisfactory. In the third quadrant, there are five sub-components out offour components considered less important but the performance is high, i.e. conformity to RTRW,environmental impact, node accessibility to existing rail line, conformity to port OD, and suitability ofalternative modes of use.CSI value is 0,0236 or 2,36%, it shows that stakeholder and regulator “lesssatisfied” with the service performance provided by Jogja Inland Port operator. It shows the big gapbetween consumers expectation and service quality received by consumers.Keywords: multimodal node, inland port, rail transport, logistics optimalization

Page 2: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

218 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

PENDAHULUANPelayanan angkutan barang melalui angkutan

kereta api tidak sefleksibel seperti moda jalan, namunhanya dapat digunakan bila didukung oleh jaringaninfrastruktur rel kereta api. Sistem transportasi keretaapi dapat dioperasikan dengan biaya operasi dan biayaperawatan yang lebih rendah dari moda jalan.Angkutan barang yang menggunakan kereta apibiasanya dalam bentuk angkutan petikemas padakereta flat bed ataupun untuk mengangkat komoditicurah, baik cair maupun padat.

Salah satu simpul transportasi untuk mendukungproses pelayanan angkutan barang adalah pelabuhan.Melalui modernisasi pelabuhan secaraberkesinambungan akan mendorong peningkatanvolume ekspor, mengingat aktivitas bongkar muatsemakin cepat sehingga jumlah petikemas dan volumebarang yang dilayani akan bertambah banyak.Indonesia memiliki 141 pelabuhan. Dua puluh satuunit pelabuhan merupakan pelabuhan internasionalyang dapat melakukan pengangkutan barang langsungke luar negeri.Salah satu pelabuhan internasional diIndonesia adalah Pelabuhan Tanjung Emas (PTE)Semarang.

Kondisi saat ini belum ada upaya kegiatan, yangsudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di DIYdan sekitarnya untuk uji coba pengapalan langsung keJogja Inland Port (JIP) namun belum ada permintaan,

beberapa indikasi yang sementara bisa kami simpulkan:sejumlah perusahaan besar di DIY memiliki fasilitaspabean (kawasan berikat, gudang berikat) sehinggatidak memerlukan inland port untuk impor, dansebaliknya ekspor dari gudang berikat harus langsungke pelabuhan laut/udara.

Dukungan yang diharapkan untuk lebih dapatmengembangangkan simpul JIP yaitu mempercepatditerbitkannya Peraturan Pemerintah mengenai pusatlogistik sesuai kebijakan deregulasi kebijakan ekonomi.Regulasi atas impor barang kiriman e-commerce B2Cmengingat Jogja sangat strategis untuk distribusi barangimpor kiriman e-commerce dan tersedia jadwal 70penerbangan domestik per hari dari JG ke seluruhnusantara.

JIP dikelola oleh PT Buana Terminal Niagaberlokasi di Jl. Raya Wates, KM 14, Argosari, Sedayu,Kab. Bantul, DIY, dan dikembangkan sebagai pusatdistribusi logistik (sesuai paket kebijakan yang barudiumumkan pemerintah). Akses menuju stasiunterdekat, termasuk jarak dan kondisi trase yangmemungkinkan sebagai konektifitas dari simpulmenuju ke jalan rel (stasiun). Inland Port Jogjakartatersedia akses jalan ke Stasiun Sentolo yang berjaraksekitar 4km namun perlu pelebaran jika akandigunakan untuk container/cargo traffic. Perludibuatkan sideway rel KA dari Sentolo ke Inland PortJogjakarta agar tidak double handling (high cost).

Gambar 1. Yogyakarta Inland Port. 

Page 3: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 219

Dalam operasionalnya, tingkat kesiapan InlandPort Jogjakarta sebagai simpul angkutan barangberbasis kereta api dalam mendukung optimalisasilogistik di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang belumefektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan menyusuntingkat kesiapan Inland Port Jogjakarta sebagai simpulangkutan barang berbasis kereta api dalam mendukungoptimalisasi logistik di Pelabuhan Tanjung EmasSemarang. Untuk itu, pertanyaan penelitian yangharus dijawab adalah sejauh mana tingkat kesiapan(apa yang sudah dan belum disiapkan), dan apa sajayang perlu diantisipasi untuk menyiapkan Inland PortJogjakarta sebagai simpul angkutan barang berbasiskereta api dalam mendukung optimalisasi logistik diPelabuhan Tanjung Emas Semarang. Kriteria yangdiantisipasi untuk mempersiapkan Inland PortJogjakarta adalah kriteria geografi, distribusi, fisik,dan transaksi. Kriteria geografi dengan subkomponennya yaitu kesesuaian RTRW, kesesuaianTatrawil/tatralok, ketersediaan lahan unitpengembangan, dampak lingkungan, potensi ekonomidi sekitar wilayah simpul, aksesibilitas simpul ke jalurrel eksisting, dan kesesuaian dengan OD pelabuhan.Kriteria distribusi dengan sub komponennya yaitukesesuaian pilihan moda yang digunakan, layananterjadwal (penjadwalan), pilihan rute yang dilalui (jarakterpendek), efisiensi biaya angkutan truk, dan efisiensibiaya angkutan kereta. Kriteria fisik dengan subkomponennya yaitu penggunaan kontainer(kontainerisasi), pembagian bentuk muatan (curah –non curah), dan pemisahan jenis muatan (berbahaya– non berbahaya). Kriteria transaksi dengan subkomponennya yaitu mekanisme proses bongkar muat,jenis alat yang disediakan, kapasitas alat bongkar muat,produktivitas alat bongkar muat, kapasitas lapanganpenumpukan, penyediaan sistem informasi, dan proseskepabeanan.

TINJAUAN PUSTAKABerdasarkan Puslitbang Manajemen Transportasi

Multimoda (2015), transportasi diperlukan karenasumber kebutuhan manusia tidak terdapat di sembarangtempat. Selain itu, sumber yang berupa bahan bakutersebut harus melalui tahapan produksi yang lokasinyatidak selalu di lokasi manusia sebagai konsumen.Kesenjangan jarak antara lokasi sumber daya alam,lokasi produksi dan lokasi konsumen melahirkankebutuhan transportasi.

Perpindahan orang dan barang dimaksudkanuntuk meningkatkan nilai dari orang dan barangtersebut. Berdasarkan fungsi tersebut transportasimerupakan aspek pendorong dan pendukungperdagangan. Transportasi merupakan ikutan darikebutuhan atau merupakan turunan, hal ini berlakuuntuk transportasi penumpang. Pada transportasibarang, transportasi merupakan bagian dari prosesproduksi yang dilakukan perusahaan.

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa dalamtransportasi mencakup lima unsur pokok, yaitu:1. Manusia yang membutuhkan;2. Barang yang dibutuhkan;3. Sarana transportasi;4. Prasarana transportasi; dan5. Pengelola transportasi (perusahaan transportasi).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka,adanya transportasi akan menimbulkan beberapakemanfaatan (Puslitbang Manajemen TransportasiMultimoda, 2015):1. Place Utility

Nilai barang/orang akan naik jika sampai di suatutempat yang tepat atau pasar. Barang atau orangtidak akan dapat dimanfaatkan apabila lokasinyatidak tepat. Produk semen misalnya tidak akanbermanfaat apabila berada di rumah makan,namun akan sangat berguna pada lokasipembangunan infrastruktur yang memerlukannya.Dalam hal ini aspek transportasi merupakan aspekyang sangat penting untuk memindahkan barangatau orang menuju tempat yang tepat.

2. Time UtilityNilai barang/orang akan naik jika sampai padasaat tepat atau waktu yang tepat. Barang atauorang yang berada pada waktu yang tidak tepatakan useless.

3. Quality UtilityNilai barang akan naik jika sampai dengan kualitastertentu. Apabila barang sudah kadaluarsa ataunilai kualitas dan fungsinya sudah berkurang makaharga barang akan menurun. Terkait dengan halini maka transportasi dituntut untuk dapat menjagakualitas barang yang diangkut.

A. Dry PortContainer dry port merupakan salah satu jenisdari layanan multimoda. Pada konsep containerdry port, pengangkutan kontainer dari dari daerah

   

Gambar 2. Bagan Transportasi Barang Sumber: Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda (2015)

S u m b e r d a y a L o k a s i P ro d u k s i

P a s a r K o n s u m e n

T ra n sp o r t T ra n s p o r t T ra n s p o r t

Page 4: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

220 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

Gambar 4. Konsep Dryport Cikarang.

Tabel 1. Keuntungan dan Kelebihan Penggunaan Dry Port Keuntungan Penggunaan Dry Port: Kelemahan Penggunaan Dry Port:

1. Meningkatkan produktivitas pelabuhan; 2. Mengurangi kongesti di pelabuhan; 3. Mengurangi kemacetan di jalan raya; 4. Mengurangi resiko kecelakaan di jalan raya; 5. Mengurangi biaya perbaikan jalan raya; 6. Mengurangi polusi udara .

1. Biaya investasi yang mahal; 2. Pengoperasian kereta api yang belum baik; 3. Kemungkinan adanya double handling;

Gambar 3. Pelaksanaan Pengangkutan dengan Konsep Dryport. Sumber: World Bank (1994)

pengiriman (kawasan industri, pabrik, depo container) ke pelabuhan yang semula diangkut menggunakan truk container, digantikan oleh kereta api khusus pengangkut container. Dengan sistem container dry port, semua proses pengepakan (stuffing), penyelesaian dokumen, dan pembayaran dipusatkan. Hasilnya adalah percepatan proses dan juga kemudahan birokrasi. Manfaat dari semua itu tentunya adalah

pengurangan biaya transportasi, World Bank (1994).

Pada penggunaan sistem dry port, seluruh pengurusan dokumen dan bongkar muat barang dari truk kontainer dilakukan di dry port. Melalui pemecahan konsentrasi pengurusan dokumen dan bongkar muat barang kesibukan di pelabuhan akan berkurang sehingga proses dapat berjalan dengan lebih ekonomis dan efisien. Barang yang telah

Page 5: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 221

terkumpul di dry port kemudian dikirim kepelabuhan dengan menggunakan kereta apisehingga lebih efektif.

B. Geografi Transportasi dalam PengembanganTransportasi MultimodaTujuan khusus dari transportasi adalah untukmemenuhi permintaan atas mobilitas, karenatransportasi hanya ada ketika memindahkanorang, barang dan informasi. Kondisi ini terjadikarena transportasi merupakan permintaanturunan atau derived demand. Jarak merupakanatribut penting dari transportasi yang dapatditunjukkan dengan berbagai cara yangmembentang membentuk garis lurus diantara dualokasi atau logistical distance. Tiap pergerakanharus mempertimbangkan tatanan geografis yangterkait dengan aliran dan pola spasial.Konsep aliran ini memiliki 4 (empat) komponenutama sebagai berikut (Rodrigue et.al, 2006):

1. Komponen Geografi: setiap pergerakan memilikiasal dan tujuan yang berimplikasi pada adanyaderajat keterpisahan. Suatu pergerakan akansemakin terbatas ketika memiliki derajatketerpisahan yang semakin besar;

2. Komponen Fisik: setiap pergerakan memilikikarakteristik fisik yang tertentu tergantung unitdan kondisi muatan yang dapat dipindahkan,maupun moda transportasi yang digunakan.

3. Komponen Transaksi: Realisasi suatu pergerakanharus dinegosiasikan dengan penyedia layanantransportasi, seperti pemesanan ruang kontainer.Pada umumnya, suatu pergerakan berhubungandengan transaksi antara pengguna dan penyedialayanan transportasi;

4. Komponen Distribusi: Suatu pergerakan dikeloladalam suatu sekuensial. Proses yang kompleksakan melibatkan moda angkutan dan simpul yangberbeda. Suatu pergerakan transportasi memilikijadwal dan rute untuk menurunkan biaya ataumeningkatkan efisiensi.Dua alasan mengenai pentingnya geografitransportasi, yaitu: infrastruktur transportasi

seperti simpul, fasilitas dan jaringan menggunakantempat dalam ruang dan menjadi basis bagi sistemspasial yang kompleks maupun menjelaskan relasispasial, jaringan memiliki kepentingan tertentukarena jaringan menjadi pendukung utamainteraksi ini.

C. Konsepsi Pengembangan IntermodaTransportasi Logistik (Angkutan Barang)Kompetisi diantara moda-moda transportasicenderung menyebabkan sistem transportasitersegmentasi dan tidak terintegrasi. Masing-masing moda mencoba untuk mengeksploitasikeunggulannya dalam hal biaya, layanan,realibility dan keselamatan. Angkutan barangmencoba untuk mempertahankan bisnisnya,masing-masing moda memandang moda lainsebagai kompetitor. Selain itu, kesulitan untukmemindahkan barang dari satu moda ke modalain menimbulkan penambahan biaya bongkarmuat dan keterlambatan (Rodrique, 2006).Transportasi intermoda menjadi faktor yangmengintegrasikan beberapa jaringan transportasimenjadi bentuk yang lebih efisien.Model padagambar 5 menggambarkan 2 alternatif distribusiangkutan barang. Alternatif pertama jaringanmutimoda konvensional point to point, titik asalperjalanan (A,B dan C) terkoneksi secaraindependen dengan titik tujuan perjalanan (D, Edan F). Alternatif kedua melibatkanpengembangan integrasi jaringan transportasiintermoda dengan unit bongkar muat kontainer.Arus barang dikonsolidasikan pada titiktransshipment. Pada sistem ini, efisiensi jaringandipengaruhi oleh kapasitas transshipment disimpul transportasi.

D. Perundangan Sektor Transportasi TentangMultimodaKeterpaduan penyelenggaraan angkutanantarmoda atau multimoda ini telah diamanatkandalam Undang-Undang sektor transportasi yaituUU No.38 Tahun 2004 tentang Jalan, UU No.22

 

 

 

 

   

Gambar 5. Pengembangan Integrasi Transportasi.

Page 6: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

222 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan AngkutanJalan, UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapiandan UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,serta PP No.8 Tahun 2011 tentang AngkutanMultimoda.Pengertian Angkutan Multimoda dalam Pasal 1Angka 1 PP Nomor 8 Tahun 2011 adalahangkutan barang dengan menggunakan palingsedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atasdasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutanmultimoda dari satu tempat diterimanya barangoleh badan usaha angkutan multimoda ke suatutempat yang ditentukan untuk penyerahan barangkepada penerima barang angkutan multimoda.Selanjutnya, Pasal 2 Ayat (3) PP Nomor 8 Tahun2011 menyatakan bahwa kegiatan angkutanmultimoda meliputi kegiatan yang dimulai sejakditerimanya barang oleh badan usaha angkutanmultimoda dari pengguna jasa angkutanmultimoda sampai dengan diserahkannya barangkepada penerima barang dari badan usahaangkutan multimoda sesuai dengan yangdiperjanjikan dalam dokumen angkutanmultimoda.

E. Metode Importance Performance AnalysisMetoda Importance Performance Analysis (IPA)pertama kali diperkenalkan oleh Martilla danJames (1977) dengan tujuan untuk mengukurkepuasan pelanggan dalam produk atau servisnya.Pendekatan IPA adalah untuk mengenali kepuasansebagai fungsi dari: seberapa penting sebuahproduk atau jasa buat konsumen dan performabisnis atau perusahaan dalam penyediaan jasa atauproduk (Martilla dan James,1977). Dalam hal iniIPA tidak hanya menguji performa dari sebuahitem tapi juga kepentingan item tersebut sebagaifaktor yang menentukan dalam kepuasanpelanggan. Dengan kata lain IPA menampilkaninformasi berkaitan dengan faktor-faktorpelayanan yang menurut konsumen sangatmempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka,dan faktor-faktor pelayanan yang menurutkonsumen perlu ditingkatkan karena kondisisekarang yang belum memuaskan.Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran(Martilla dan James,1977):

1. Kuadran pertama: Pertahankan kinerja (highimportance & high perfomance). Dianggapsebagai faktor penunjang bagi kepuasan konsumensehingga manajemen wajib memastikan kinerjainstitusinya dapat mempertahankan prestasi yangtelah dicapai;

2. Kuadran kedua: Cenderung berlebihan (lowimportance & high performance). Dianggap tidakterlalu penting sehingga manajemen bisamengalokasikan sumber daya yang terkait denganfaktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lainyang lebih membutuhkan peningkatanpenanganan;

3. Kuadran ketiga: Prioritas rendah (low importance& low performance). Dianggap mempunyaitingkat kepuasan yang rendah sekaligus dianggaptidak terlalu penting oleh konsumen, sehinggamanajemen tidak perlu memprioritaskan faktortersebut;

4. Kudran keempat: Tingkatkan kinerja (highimportance & low performance). Dianggap faktoryang sangat penting namun belum memuaskanuntuk kondisi saat ini sehingga harus menjadiperhatian bagi manajemen untuk mengalokasikansumber daya yang memadaPada kajian ini, metode IPA akan digunakan untukmenilai komponen dan sub komponen yangditetapkan berdasarkan pendekatan aliran yangterkait dengan pengembangan simpul(consolidation center) di wilayah hinterlandPTE. Masing-masing komponen dan subkomponen di tiap-tiap simpul akan dikajiposisinya beradapada kuadaran yang mana. Posisikuadran tersebut akan menentukan dan menjadipertimbangan dalam pengembangan simpultersebut.Pengumpulan data primer dilakukan melaluipenyebaran kuesioner kepada instansi terkait.Kuesioner tersebut terdiri dari 23 atribut untukmenilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja diPelabuhan Tegal. Data kuesioner berisipertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengangeografi, distribusi, fisik dan transaksi, sepertiyang terlihat pada tabel 2.

F. Resume Hasil Penelitian TerdahuluPenelitian dengan judul “Analisis KepuasanPelanggan dengan Metode ImportancePerformance Analysis dan Penggunaan Grafik -

/Hotelling Untuk Pengendalian Kualitas Jasa(Studi Kasus di BRI Unit Wlingi Kantor CabangBlitar)” untuk melihat apakah layanan yangdiberikan sesuai dengan spesifikasi atau tidak yangtelah diberikan pihak bank kepada paranasabahnya. Tingkat kepuasan pelanggan secarakeseluruhan dengan nilai Customer SatisfactionIndex (CSI). Variabel yang digunakan dalampenelitian ini didasarkan pada kelima dimensikualitas jasa, yaitu dimensi bukti fisik, keandalan,daya tanggap dan jaminan. (D.K., Herlin, 2013).

T2

Page 7: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 223

Penelitian yang berjudul “Analisis PersepsiKonsumen Menggunakan Metode ImportancePerformance Analysis dan Customer SatisfactionIndex (Studi Kasus di Ria Djenaka Coffee &Resto, Malang)”, dalam menghasilkan penilaianterhadap kinerja atribut dan kepuasaan konsumendengan metode Importance Performance Analysis(IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI),tahapan penelitian yang dilakukan dimulai dengansurvei pendahuluan, indentifikasi masalah, studiliteratur, penentuan metode pengumpulan data,penentuan populasi dan sampel penyusunankuesioner, uji validitas dan reliabilitas,pengumpulan data, analisis data (IPA dan CSI),kesimpulan dan saran. Tahapan penelitian inidiawali dengan survei pendahuluan untukmengetahui kondisi restoran. Metode CustomerSatisfaction Index (CSI) diperoleh nilai sebesar66,51%. Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa secara keseluruhan konsumen merasapuas terhadap kinerja dari atribut-atribut restoranRia Djenaka Coffee & Resto. (Anggraini, 2014).Penelitian berjudul “Usulan Peningkatan KualitasPelayanan Jasa Pada Bengkel “X” BerdasarkanHasil Matrix Importance - Performance Analysis(Studi Kasus di Bengkel AHASS PD. SumberMotor Karawang), dalam usaha melayanikebutuhan pelanggan, Bengkel Resmi HONDAAHASS PD. Sumber Motor Karawang selaluingin meningkatkan kualitasnya. Banyaknyakompetitor yang bergerak dibidang yang samamembuat Bengkel AHASS PD. Sumber Motor

harus dapat mempertahankan pelanggan, sertamengurangi keluhan dari pelanggan mengenaipelayanan Bengkel AHASS PD. Sumber Motor.Pelayanan yang ada pada Bengkel AHASS PD.Sumber Motor dirasa cukup dengan nilai kepuasanyang mencapai 90,979%, akan tetapi perlu adanyapeningkatkan di beberapa atribut pertanyaankarena dirasa masih terdapat kekurangan.Berdasarkan pengolahan data yang dilakukanmenggunakan Performance Importance Matrixatribut yang masuk pada kuadran pertama yangperlu diperhatikan dan sebaiknya segera dilakukanusulan perbaikan, karena pada kuadran tersebutfaktor-faktor yang ada dianggap oleh pelanggansangat penting akan tetapi dari pihak bengkelkurangnya perhatian yang lebih sehinggapelanggan merasa tidak puas. Pada kuadranpertama secara keseluruhan dan berdasarkansegmentasi untuk pemakaian jasa kurang lebih 7kali dan pendapatan 2 sampai 3 juta terdapatkesamaan atribut, sehingga usulan perbaikandilakukan pada atribut tersebut untuk lebihmeningkatkan kualitas dan pelayanan jasa padabengkel AHASS PD. Sumber Motor dan atributyang menjadi usulan perbaikan adalah atribut yangberada pada kuadran pertama matrix ImportancePerformance Analysis, yaitu ketersediaan ruangtunggu, ruang resepsionis yang nyaman,ketersediaan kipas angin, tersedia sarana hiburan,tersedia seragam formal untuk mekanik, kerapianpegawai, dan kesopanan resepsionis. (Nugraha,2014).

Tabel 2. Variabel yang Diamati dalam Penelitian

 

 

Aspek Komponen Geografi K1 : Kesesuaian RTRW K2 : Kesesuaian Tatrawil/Tatralok K3 : Ketersediaan Lahan Unit Pengembangan K4 : Dampak Lingkungan K5 : Potensi Ekonomi di Sekitar Wilayah Simpul K6 : Aksesibilitas Simpul ke Jalur Rel Eksisting K7 : Kesesuaian dengan OD Pelabuhan Distribusi K8 : Kesesuaian Pilihan Moda yang Digunakan K9 : Layanan Terjadwal (Penjadwalan) K10 : Pilihan Rute yang Dilalui (Jarak Terpendek) K11 : Efisiensi Biaya Angkutan Truk K12 : Efisiensi Biaya Angkutan Kereta Fisik K13 : Penggunaan Kontainer (Kontainerisasi) K14 : Pembagian Bentuk Muatan (Curah – Non Curah) K15 : Pemisahan Jenis Muatan (Berbahaya – Non

Berbahaya) Transaksi K16 : Mekanisme Proses Bongkar Muat K17 : Jenis Alat yang Disediakan K18 : Kapasitas Alat Bongkar Muat K19 : Produktivitas Alat Bongkar Muat K20 : Kapasitas Lapangan Penumpukan K21 : Penyediaan Sistem Informasi K22 : Proses Kepabeanan K23 : Proses Administrasi

Page 8: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

224 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

Penelitian yang berjudul “Arah KebijakanPrasarana Transportasi di Wilayah Jawa TimurBerdasarkan Persepsi Pemangku Kepentingan”bertujuan untuk menilai kondisi prasaranatransportasi yang ada saat ini di wilayah ProvinsiJawa Timur dan mengidentifikasi kelemahannyaguna memperbaiki kondisi di masa mendatang.Dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalahdan potensi arah kebijakan prasarana transportasidi Provinsi Jawa Timur di masa mendatang,khususnya terkait dengan prioritas aspeksasarannya. Hasil yang diperoleh dibedakanberdasarkan kinerja angkutan penumpang danbarang. Hasil yang diperoleh berdasarkan kinerjaterkait angkutan penumpang yang teridentifikasiperlu untuk ditingkatkan adalah aspekketerpaduan dan kapasitas daya tampung terhadapaktivitas penumpang. Hal ini memang terasaterutama di Pelabuhan Penumpang TanjungPerak dan Bandar Udara Juanda. Hasil yangdiperoleh berdasarkan kinerja terkait angkutanbarang yang teridentifikasi perlu untukditingkatkan adalah aspek keterpaduan layananmulti moda, keteraturan layanan, kemudahandicapai, ketepatan waktu, ketertiban dan efisiensi.Berdasarkan analisis ini bisa dilihat bahwa layananangkutan barang masih banyak yang perludibenahi bila dibanding dengan layanan angkutanpenumpang. (Wicaksono, 2014).Penelitian berjudul “Analisa Tingkat KepuasanKonsumen Terhadap Pelayanan Terminal PetiKemas Semarang” yang memiliki maksud dantujuan untuk mengetahui tingkat kepuasancustomer terhadap pelayanan jasa pengirimanbarang oleh Terminal Peti Kemas Semarang,dengan obyek studi adalah seluruh pelanggan ataupengguna jasa pengiriman barang melalui TPKS.Pengumpulan data dilakukan melalui penyebarankuesioner kepada 70 orang responden penggunajasa ekspor dan 70 orang responden penggunajasa impor barang melalui TPKS. Penyebarankuesioner dilakukan di kantor TPKS pada saatjam kerja. Untuk mengukur tingkat kepuasanresponden/konsumen terhadap pelayanan yangdiberikan pihak TPKS digunakan metodeImportance Performance Analysis atau AnalisaTingkat Kepentingan dan Kinerja KepuasanPelanggan. Berdasarkan hasil analisa danpengolahan data kuesioner disimpulkan bahwauntuk kegiatan ekspor terdapat dua faktor yangmenurut responden menjadi prioritas utama untukditingkatkan karena belum memuaskan, yaitukemampuan karyawan TPKS untuk cepattanggap dalam menghadapi keluhan/masalah yangtimbul dari customer/pengguna jasa (dengan

tingkat kesesuaian kinerja dan kepentingan80,83%), dan pelayanan operator bongkar muatpeti kemas yang cepat dan tepat (waktu pelayananekspor) (dengan tingkat kesesuaian kinerja dankepentingan 84,68%). Presentasi tingkat kepuasanuntuk pengguna jasa ekspor adalah 13% sangatmemuaskan, 46% memuaskan, 40% biasa, 1%kurang memuaskan dan 0% tidak memuaskan.Sedangkan untuk kegiatan impor terdapat tigafaktor yang menurut responden menjadi prioritasutama untuk ditingkatkan karena belummemuaskan, yaitu pelayanan yang cepat, tepatdan ramah serta selalu siap menolong yangdiberikan karyawan TPKS (dengan tingkatkesesuaian kinerja dan kepentingan 75%),kemampuan karyawan TPKS untuk cepattanggap dalam menghadapi keluhan/masalah yangtimbul dari customer/pengguna jasa (dengantingkat kesesuaian kinerja dan kepentingan78,33%); dan petugas TPKS memberikaninformasi jelas dan mudah dimengerti tentangprosedur pelayanan impor kepada pelanggan/customer (dengan tingkat kesesuaian kinerja dankepentingan 80,75%). Persentasi tingkat kepuasanuntuk pengguna jasa impor adalah 4% sangatmemuaskan, 40% memuaskan, 42% biasa, 13%kurang memuaskan dan 1% tidak memuaskan.(Hermanto, 2008).Penelitian berikutnya berjudul “Optimasi SistemIndustri, Analisis Kepuasan Konsumen TerhadapKualitas Pelayanan KRL Commuter Line Bogor- Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis atribut kualitas pelayanan yangdianggap paling penting oleh konsumen KRLCommuter Line Jabodetabek, menganalisiskinerja KRL Commuter Line terhadap atributkualitas pelayanan yang menentukan kepuasankonsumen KRL Commuter Line Jabodetabek,menganalisis hubungan antara kepuasankonsumen dengan mutu/kualitas pelayanan diKereta Api KRL Commuter Line yang disediakanoleh PT. KAI Commuter Jabodetabek, danmenganalisis hubungan antara karakteristikkonsumen dengan tingkat kepuasan konsumenKRL Commuter Line yang disediakan oleh PT.KAI Commuter Line Jabodetabek. Penelitian inimenggunakan data primer dan data sekunder, dataprimer diperoleh dengan melakukan survaiterhadap 100 responden konsumen KRLCommuter Line Jakarta–Bogor dengan bantuankuisioner yang telah dipersiapkan. Penentuanresponden sebagai sampel dilakukan secaraaccidental sampling yaitu dengan melakukanwawancara terhadap pelanggan KRL CommuterLine yang bersedia menjadi responden. Data

Page 9: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 225

sekunder diperoleh dari catatan yang ada di KAI,internet dan studi literatur. Metoda analisis denganmenggunakan analisis deskripsi, analisis CustomerSatisfiction Index (CSI), Importance PerformanceAnalysis (IPA) dan analisis Chi Square antaravariabel tingkat kepuasan dengan karaktersitikresponden. Nilai CSI sebesar 44,78% yang artinyarata-rata tingkat kepuasan konsumen adalahkurang puas (0,35 – 0,50). Berdasarkan hasilanalisis IPA terdapat 7 atribut yang dinyatakanpenting namun kinerjanya rendah yaitu berturut-turut mulai dari yang kinerja terendah adalahketepatan jadwal perjalanan, kemampuanmemberikan pelayanan terbaik kepada konsumen,kecepatan dan ketepatan dalam memberikaninformasi yang yang dibutuhkan oleh konsumen,keramahan dan kesopanan petugas dalammelayani konsumen, kejujuran dan kesabarankaryawan/petugas dalam memberikan pelayanankepada konsumen, harga tiket yang ditawarkanterjangkau oleh semua lapisan masyarakat dankebersihan di dalam stasiun. Terdapat 9 atributyang dinyatakan penting dan kinerja sudah bagusmulai dari kinerja tertinggi berturut-turut adalahkemudahan menjangkau lokasi stasiun,ketersediaan informasi yang berkaitan denganjadwal KRL, kemudahan dalam memperolehinformasi yang jelas, kemampuan petugas dalammelaksanakan pekerjaannya, ketersediaanasuransi dan jaminan keselamatan, kemampuanpetugas memberikan informasi kepada konsumendengan bahasa yang mudah di mengerti, kesediaankaryawan untuk menghargai dan melayanikebutuhan konsumen, kebersihan stasiun danketersediaan alat untuk menginformasikan ruteperjalanan. Hasil analisis Chi Squaremenunjukkan adanya hubungan antara tingkatkepuasan dengan jenis pekerjaan konsumen.(Wibowo, 2013).Penelitian berjudul “Optimasi Sistem Industri,Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap KualitasPelayanan dan Harga Produk Pada Supermarketdengan Menggunakan Metode ImportancePerformance Analysis (IPA)” dimana perusahaanritel sudah mendapatkan konsumen, langkahselanjutnya adalah bagaimana agar konsumentersebut bisa menjadi pelanggan tetapnya danmempertahankan loyalitas konsumen untuk terusbisa berbelanja di perusahaan ritel tersebut.Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampeldibutuhkan adalah sebanyak 385 sampel, dan darihasil uji validitas dan reliabilitas maka datadinyatakan valid dan reliabel, yang nantinya akandilanjutkan dengan menggunakan metodeImportance Performance Analysis (IPA). Dari

hasil perhitungan yang telah dilakukansebelumnya, terdapat 17 atribut yang perludilakukan perbaikan (action) dan terdapat 10atribut yang perlu mendapat perhatian untukdipertahankan oleh pihak perusahaan (hold). Padadiagram kartesius dapat terlihat beberapa atributyang perlu untuk dilakukannya perbaikan danatribut-atribut perlu untuk dipertahankan olehpihak perusahaan yang terbagi kedalam kuadran-kuadran (A, B, C dan D) sesuai dengan tingkatkesesuaian antara tingkat kepentingan pelanggandan kinerja perusahaan, yaitu dengan tingkatkesesuaian sebesar 58.374. Atribut yang terdapatdalam Kuadran A adalah atribut yang perludiperhatikan oleh perusahaan untuk menjagacustomernya agar tetap loyal berbelanja diperusahaannya. Pemilik bisnis ritel hendaknyamenjadikan faktor-faktor yang terdapat padakuadran A ini sebagai strategi untuk bersaingdengan bisnis ritel lainnya. (Yola, 2013).Penelitian lainnya berjudul “Analisa TingkatPelayanan Bus dengan Metode ImportancePerformance Analysis (Studi Kasus Bus Kurniadan Bus PMTOH)”. Trayek bus Medan-BandaAceh saat ini adalah trayek angkutan utama yangsangat dibutuhkan untuk kelancaran kegiatanmasyarakat yang beraktifitas pada SumateraUtara- NAD. Namun dari pengamatan awaldiketahui jika pelayanan bus pada trayek ini belumberoperasi secara optimal, seperti jadwalkeberangkatan yang tidak tepat waktu, fasilitaskeselamatan dan keamanan penumpang yangtidak memenuhi standar, sehingga hal tersebutmenjadi alasan untuk dilakukannya penelitian ini.Hasil perhitungan tingkat pelayanan denganmenggunakan metode Importance PerformanceAnalysis pada kedua bus adalah belummemuaskan, karena penumpang menganggap jikapelayanan pada kedua bus masih sangat banyakkekurangan, seperti tidak adanya petugaskeamanan, jadwal keberangkatan yang tidaktepat, tidak adanya palu pemecah kaca di dalambus untuk alasan keselamatan jika terjadikecelakaan bus, dan fasilitas kebersihan yangsangat minim. Nilai CSI dari Bus Kurnia adalah62,48 %, ini menunjukkan jika pelayanan padaBus Kurnia sudah baik namun belum sepenuhnyamemuaskan penumpang, oleh karena itu untukmenghasilkan pelayanan yang maksimum,kedepan Bus Kurnia harus memperbaiki kinerjapelayanan yang belum memuaskan tersebut.Sehingga nantinya nilai pelayanannya bisa beradadi atas 80 %. Nilai CSI dari Bus PMTOH adalah60,55 % , ini juga menunjukkan jika pelayananpada Bus PMTOH sudah baik namun belum

Page 10: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

226 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

sepenuhnya memuaskan penumpang, oleh karenaitu untuk menghasilkan pelayanan yangmaksimum, kedepan Bus PMTOH harusmemperbaiki kinerja pelayanan yang belummemuaskan tersebut, apa lagi tingkatpelayanannya masih dibawah pelayanan BusKurnia, yang merupakan saingannya dalammemberikan jasa transportasi pada trayek Medan- Aceh. Setelah melakukan penelitian danmengetahui tingkat kepuasan penumpang terhadappelayanan bus serta mengetahui permasalahanyang mempengaruhi tingkat pelayanan makadisimpulkan jika penerapan pelayanan bus masibelum memenuhi standar pelayanan angkutanyang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan.(Mukhsalmina, 2013).Penelitian berjudul “Analisis Kualitas PelayananJasa Menggunakan Metode Servqual danImportance Performance Analysis di KantorPerpustakaan dan Arsip Kabupaten Karanganyar,mengenai penilaian kepuasan pengguna jasaperpustakaan di Kantor Perpustakaan dan ArsipKabupaten Karanganyar, diketahui bahwamenurut responden ada 38 atribut yangmempengaruhi penilaian mereka terhadap kinerjapelayanan jasa perpustakaan. Dengan melihathasil perhitungan servqual, sebagian besar atributbernilai negatif dan gap rata-rata yang diperolehsebesar -0,717 yang menunjukkan bahwapelayanan jasa perpustakaan di KantorPerpustakaan dan Arsip Kabupaten Karanganyarbelum memuaskan para pengguna atau kualitaspelayanannya belum memenuhi harapanpengguna. Berdasarkan analisis IPA, terdapat 23atribut yang paling penting namun kinerjanya tidakmemuaskan pengguna. Salah satu prioritas atributdengan nilai kinerjanya paling tidak memuaskanitu adalah “kelengkapan koleksi”. Untukmeningkatkan kinerja pada atribut ini, dilakukanusaha-usaha antara lain penggadaan bahan koleksidengan cara pembelian bahan koleksi,mengajukan bantuan atau sumbangan kepadapihak-pihak yang bisa dimintai bantuan, danmengadakan kerja sama tukar-menukar bahankoleksi dengan pihak perpustakaan lain.(Rahmawati, 2010).Penelitian yang berjudul “Analisis PersepsiPenumpang Terhadap kualitas PelayananAngkutan Laut di Pelabuhan Regional SananaKabupaten Kepulauan Sula, Propinsi MalukuUtara”, bertujuan untuk mengetahui kualitaspelayanan angkutan laut berdasarkan persepsipengguna jasa. Kualitas pelayanan yang dinilaiadalah pelayanan Pelabuhan Regional Sanana danpelayanan kapal penumpang KM. Intim Teratai,

KM. Theodora, dan KM. Bunda Maria. Analisisdilakukan dengan menghitung ImportancePerformance Analysis (IPA) danCustomerSatisfaction Index (CSI). Hasilpenelitian diperoleh nilai indeks kepuasan rata-rata pengguna jasa Pelabuhan Regional Sananaterhadap 8 (delapan) faktor pelayanan sebesar54,74 persen masuk kriteria cukup puas. Faktorfasilitas pendukung di ruang tunggu pelabuhan danfaktor informasi jadwal kapal masuk kriteriakurang puas dan menjadi prioritas utama untukditingkatkan kinerjanya. Indeks kepuasan rata-rata penumpang kapal KM. Intim Teratai sebesar53,98 persen masuk kriteria cukup puas, kapalKM. Theodora sebesar 55,10 persen masukkriteria cukup puas, dan kapal KM. Bunda Mariasebesar 67,10 persen masuk kriteria puas. Faktorjaminan mendapat tempat tidur di kapal, faktorkeamanan barang bagasi, dan faktor waktu tibaberangkat kapal masuk kriteria kurang puas danmenjadi prioritas utama untuk ditingkatkankinerjanya. (Soamole dan Susanto, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASANPada gambar 6 dapat dijelaskan bahwa kinerja/

kondisi saat ini yang memperoleh penilaian tinggi/baikadalah kinerja/kondisi untuk sub komponen darikomponen geografi. Dari ke tujuh sub komponengeografi semuanya bernilai positif, ditambah satu subkomponen dari anggota komponen distribusi, yaitupilihan moda yang digunakan. Kondisi ini menjelaskanatau tipikal dari hasil analisis pada simpul yang tidakberoperasi. Seperti diketahui bahwa Jogja Inland Portmemang belum pernah beroperasi semenjak dibangun.

Dari sisi tingkat kepentingan, responden menilaibahwa pemisahan jenis muatan (berbahaya - tidakberbahaya) merupakan sub komponen yang dianggappaling penting dibanding sub komponen lainnya. Halini menjelaskan bahwa responden sudah menyadaribahwa pengembangan suatu simpul harusmemperhatikan keselamatan dan keamanan simpul.

A. Tingkat Kesiapan Simpul Jogja Inland PortSecara umum, tingkat kesiapan masing-masingsimpul digambarkan dari hubungan antara kondisisaat ini/kinerja dengan tingkat kepentingan yangdikaji berdasarkan sub komponen yang digunakan.Tabel 3 menunjukkan hasil tingkat kesiapanmasing-masing simpul berdasarkan subkomponen yang digunakan.Jika diasumsikan bahwa kesiapan simpul adalahagregat perbandingan antara kinerja dan tingkatkepentingan dengan nilai lebih dari 70%, makasecara umum dapat dijelaskan bahwa simpulJogja Inland Port belum siap untuk dioperasikan,

Page 11: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 227

Simpul Jogja Inland Port

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 6. Hasil Perhitungan dengan IPA, Jogja Inland Port.

KJ1

KJ2 KJ3

KJ4

KJ5

KJ6

KJ7

KJ8

KJ10

KJ11; KJ12

KJ15

KJ13; KJ22

KJ9; KJ14; KJ16; 

KJ17; KJ18; KJ19; 

KJ20; KJ21; KJ23KJ23

3

3,5

4

4,5

5

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5

TINGKAT KINERJA

TINGKAT 

KEPENTINGAN/HARAPAN

 

GeografiK1:  Kesesuaian RTRWK2:  Kesesuaian Tatrawil/tatralokK3:  Ketersedaiaan Lahan Untuk PengembanganK4:  Dampak lingkunganK5:  Potensi Ekonomi di Sekitar Wil SimpulK6:  Aksesibilitas Simpul Ke Jalur Rel EksistingK7:  Kesesuaian dengan OD PelabuhanDistribusiK8:  Kesesuaian Pilihan Moda Yang DigunakanK9:  Layanan Terjadwal (penjadwalan)K10:  Pilihan Rute yang dilalui (jarak terpendek)K11:  Esisiensi biaya angkutan trukK12:  Efisiensi biaya angkutan keretaFisikK13:  Penggunaan Kontainer (kontainerisasi)K14:  Pembagian Bentuk Muatan (curah ‐ non  curah)K15:  Pemisahan Jenis Muatan (bernahaya ‐ non  bahaya)TransaksiK16:  Mekanisme Proses bongkar muatK17:  Jenis alat yang disediakanK18:  Kapasitas alat bongkar muatK19:  Produktifitas alat bongkar muatK20:  kapasitas lapangan penumpukanK21:  Penyediaan sistem informasiK22:  Proses kepabeananK23:  Proses Administrasi

Tabel 3. Analisis Kesiapan Simpul Berbasis Sub Komponen

Komponen Sub Komponen

Jogja Inland Port

Var

iab

el

Kin

erja

Har

apan

Kes

iap

an

Geografi 3,37 4,26 79% K1 Kesesuaian RTRW KJ1 3,80 4,20 90% K2 KesesuaianTatrawil/tatralok KJ2 3,20 4,40 73% K3 Ketersedaiaan Lahan Unt uk Pengembangan KJ3 3,60 4,40 82% K4 Dampak lingkungan KJ4 4,00 4,20 95% K5 Potensi Ekonomi diSekitar Wil Simpul KJ5 4,20 4,40 95% K6 Aksesibilitas Simpul Ke Jalur Rel Eksisting KJ6 2,40 4,00 60% K7 Kesesuaian dengan OD Pelabuhan KJ7 2,40 4,20 57% Distribusi 1,4 4,0 35,4% K8 Kesesuaian Pilihan Moda Yang Digunakan KJ8 2,20 3,80 58% K9 Layanan Terjadwal (penjadwalan) KJ9 1,20 4,40 27% K10 Pilihan Rute yang dilalui (jarak terpendek) KJ10 1,20 3,80 32% K11 Esisiensi biaya angkutan truk KJ11 1,20 4,00 30% K12 Efisiensi biaya angkutan kereta KJ12 1,20 4,00 30% Fisik 1,2 4,4 27,3% K13 Penggunaan Kontainer (kontainerisasi) KJ13 1,20 4,20 29% K14 Pembagian Bentuk Muatan (curah - noncurah) KJ14 1,20 4,40 27% K15 Pemisahan Jenis Muatan (berbahaya -nonbahaya) KJ15 1,20 4,60 26% Transaksi 1,2 4,38 27,3% K16 Mekanisme Proses bongkar muat KJ16 1,20 4,40 27% K17 Jenis alat yang disediakan KJ17 1,20 4,40 27% K18 Kapasitas alat bongkar muat KJ18 1,20 4,40 27% K19 Produktifitas alat bongkar muat KJ19 1,20 4,40 27% K20 Kapasitas lapangan penumpukan KJ20 1,20 4,40 27% K21 Penyediaan sistem informasi KJ21 1,20 4,40 27% K22 Proses kepabeanan KJ22 1,20 4,20 29% K23 Proses Administrasi KJ23 1,20 4,40 27%

Rata-Rata 1,90 4,26 45%  

 

Page 12: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

228 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

karena mempunyai nilai kesiapan dibawah 70%.Simpul Jogja Inland Port mempunyai nilaikesiapan 45%. Jika ditinjau berdasar 23 subkomponen pembentuknya, Simpul Jogja InlandPort hanya mempunyai 5 sub komponen yangsudah siap.

B. Analisis Karakteristik/Kebutuhan SimpulBerbasis Kelas SimpulSecara prinsip, keberhasilan sebuah hinterlandtidak semata-mata disebabkan oleh adanya

Tabel 4. Aspek-aspek Pengembangan Jogja Inland Port

No Aspek Kinerja Kegiatan Peningkatan Kesiapan

a. Aksesibilitas Simpul Ke Jalur Rel Eksisting

2,67 dari 4,00 (60%)

Pengembangan akses rel ke jalur rel terdekat, dengan alternatif stasiun penyambung di Stasiun Sentolo atau di Stasiun Rewulu

b. Layanan Terjadwal (penjadwalan)

1,20 dari 4,40 (27%)

Perlu dikembangkan layanan berjadwal yang secara rutin mengangkut barang dari JIP ke PTE, baik melaluitruk maupun melalui kereta api.

c. Pilihan Rute yang dilalui (jarak terpendek)

1,20 dari 3,80 (32%)

Menggunakan akses kereta, rute yang dilalui harus melalui arah timur (Surakarta) terus ke utara (Semarang) karena tidak ada akses langsung dari Yogyakarta ke Semarang via Magelang dikarenakan terain yang ada.

Karena pilihan rute yang terbatas maka, diarahkan untuk meningkatkan waktu perjalanan

d. Penggunaan Kontainer (kontainerisasi)

1,20 dari 4,20 (29%)

Pada saat ini penggunaan kontainer belum maksimal karena besaran demand belum besar, tapi area yang ada telah siap untuk penggunaan kontainer.

Kesiapan secara bisa dilihat dari adanya container yard.

e. Pembagian Bentuk Muatan (curah - noncurah)

1,20 dari 4,40 (27%)

Pada saat ini belum terlihat pembagian bentuk muatan didasarkan pada cara handlingnya, karena barang yang dikirim sifatnya insidental menyesuaikan jenisnya.

f. Pemisahan Jenis Muatan (berbahaya -nonbahaya)

1,20 dari 4,60 (26%)

Pada saat ini belum terlihat pembagian jenis muatan didasarkan pada jenis barang muatan (berbahaya dan tidak berbahaya), karena barang yang dikirim sifatnya insidental menyesuaikan jenisnya.

g. Mekanisme Proses bongkar muat

1,20 dari 4,40 (27%)

Saat ini bongkar muat menggunakan peralatan yang sederhana mengingat volume kegiatan yang amat rendah. Meski demikian desain fasilitas memperlihatkan kesiapan untuk desain upgrade peralatan ke yang lebih tinggi jenisnya.

h. Kapasitas alat bongkar muat

1,20 dari 4,40 (27%)

Secara kapasitas perlu disiapkan tambahan peralatan baik jumlah maupun jenis, yang mampu mengakomodasi besaran volume barang sesuai karakteristik.

i. Produktifitas alat bongkar muat

1,20 dari 4,40 (27%)

Alat bongkar muat yang ada saat ini belum maksimal produktifitasnya karena demand yg ada belum maksimal.

j. Kapasitas lapangan penumpukan

1,20 dari 4,40 (27%)

Secara kapasitas, cukup besar area yang ada, tapi yang sudah terbangun masih relatif rendah. Perlu dikembangkan kapasitas lapangan penumpukan yang lebih besar dan mampu mengakomodasi berbagai jenis

k. Penyediaan sistem informasi

1,20 dari 4,40 (27%)

Penyediaan sistem informasi terutama untuk memastikan sinkronisasi antara proses di PTE, proses di JIP maupun proses di hinterland dari JIP

l. Proses kepabeanan 1,20 dari 4,40 (27%)

Perlu dikembangkan proses kepabeanan untuk operasional JIP secara penuh.

 fasilitas fisik yang dikembangkan secara baik disuatu simpul hinterland, tapi juga aspek-aspeklain yang mempengaruhi baik fisik maupun nonfisik sangatlah berperan. Pada bagian sebelumnyadiuraikan tingkat kesiapan untuk masing-masinglokasi dilihat dari aspek geografi (kesesuaianRTRW, kesesuaian Tatrawil/Tatralok,ketersedaiaan lahan untuk pengembangan,dampak lingkungan, potensi ekonomi disekitarwilayah simpul, aksesibilitas simpul ke jalur releksisting, kesesuaian dengan OD pelabuhan);

Page 13: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

Tingkat Kesiapan Inland Port Jogjakarta Sebagai Simpul Angkutan Barang Berbasis Kereta Api Dalam Mendukung Optimalisasi Logistik -

di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang - Herma Juniati | 229

aspek distribusi (kesesuaian pilihan moda yangdigunakan, layanan terjadwal (penjadwalan),pilihan rute yang dilalui (jarak terpendek), esisiensibiaya angkutan truk, efisiensi biaya angkutankereta); aspek fisik (penggunaan kontainer/kontainerisasi), pembagian bentuk muatan (curah- noncurah), pemisahan jenis muatan (berbahaya-nonbahaya); dan aspek transaksi yang terdiri darimekanisme proses bongkar muat, jenis alat yangdisediakan, kapasitas alat bongkar muat,produktifitas alat bongkar muat, kapasitaslapangan penumpukan, penyediaan sisteminformasi, proses kepabeanan, prosesadministrasi.Total keempat komponen/aspek didapatkanbahwa komponen/aspek geografis memiliki tingkatkesiapan tertinggi. Sedangkan aspek distribusi,fisik dan transaksi memiliki kesiapan terendah,sebagaimana disajikan pada tabel 3.Berdasarkan kondisi diatas, intervensi terhadapsimpul hinterland diarahkan untuk melengkapikesiapan simpul tidak saja dari sisi desain tapijuga non desain yang merupakan faktor pentingdalam keberhasilan sebuah hinterland.Penjelasan sub-sub bab pada tabel 4 merupakanpanduan untuk penyiapan simpul hinterlandberdasarkan analisis sebelumnya. Beberapakomponen kinerja kesiapan di Jogja Inland Portmendapatkan skor kurang (rata-rata 45%) dimanadiperlukan intervensi terhadap berbagai aspekyang berkontribusi agar secara keseluruhan bisadianggap siap untuk menjadi hinterland PTESemarang.

KESIMPULANHasil dari Importance Performance Indeks (IPA)

yang menunjukkan bahwa terdapat sebelas subkomponen dari empat komponen yang dinyatakanpenting namun kinerjanya rendah adalah layananterjadwal (penjadwalan), pilihan rute yang dilalui (jarakterpendek), penggunaan kontainer (kontainerisasi),pembagian bentuk muatan (curah - noncurah),pemisahan jenis muatan (berbahaya -nonbahaya),mekanisme proses bongkar muat, jenis alat yangdisediakan, kapasitas alat bongkar muat, produktifitasalat bongkar muat, kapasitas lapangan penumpukan,penyediaan sistem informasi, proses kepabeanan, danproses administrasi. Pada kuadran pertama (prioritasutama) dimana pada atribut-atribut yang berada dikuadran ini merupakan atribut-atribut yang memilikinilai kepentingan tinggi tetapi kinerjanya masih kurangmemuaskan.

Sedangkan pada kuadran ketiga terdapat lima subkomponen dari empat komponen yang dianggapkurang penting namun kinerjanya tinggi adalah

kesesuaian RTRW, dampak lingkungan, aksesibilitassimpul ke jalur rel eksisting, kesesuaian dengan origin- destination (OD) pelabuhan, dan kesesuaian pilihanmoda yang digunakan.

Hasil dari CSI (Customer Satisfaction Indeks)diketahui bahwa nilai CSI sebesar 0,0236 atau 2,36%di mana nilai tersebut menunjukkn bahwastakeholder dan regulator “kurang puas” terhadapkinerja pelayanan yang dilakukan oleh pengelola JogjaInland Port. Hal ini menunjukkan adanya kesenjanganyang cukup besar antara harapan konsumen dengankualitas pelayanan yang diterima oleh konsumen.

SARANUntuk melengkapi kesiapan simpul yang

merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatuhinterland Pelabuhan Tanjung Emas baik padakuadran 1, kuadran 3, dan kuadran 4 serta berdasarkanhasil nilai CSI yang kurang puas diantaranya yaitudengan pengembangan akses rel ke jalur rel terdekat,dengan alternatif stasiun penyambung di StasiunSentolo atau di Stasiun Rewulu. Selain itu, perludikembangkan layanan berjadwal yang secara rutinmengangkut barang dari JIP ke PTE, baik melaluitruk maupun melalui kereta api. Jika menggunakanakses kereta, rute yang dilalui harus melalui arah timur(Surakarta) terus ke utara (Semarang) karena tidakada akses langsung dari Yogyakarta ke Semarang viaMagelang dikarenakan terain yang ada. Pilihan ruteyang terbatas maka diarahkan untuk meningkatkanwaktu perjalanan.

Pada saat ini penggunaan kontainer belummaksimal karena besaran demand belum besar, tapiarea yang ada telah siap untuk penggunaan kontainer.Kesiapan dapat dilihat dari adanya container yard.Selain itu, saat ini belum terlihat pembagian bentukmuatan didasarkan pada cara handling, karena barangyang dikirim sifatnya insidental menyesuaikanjenisnya. Masih belum terlihat pembagian jenis muatandidasarkan pada jenis barang muatan (berbahaya dantidak berbahaya), karena barang yang dikirim sifatnyainsidental menyesuaikan jenisnya. Saat ini bongkarmuat menggunakan peralatan yang sederhanamengingat volume kegiatan yang amat rendah. Meskidemikian desain fasilitas memperlihatkan kesiapanuntuk desain upgrade peralatan ke yang lebih tinggijenisnya.

Secara kapasitas perlu disiapkan tambahanperalatan baik jumlah maupun jenis, yang mampumengakomodasi besaran volume barang sesuaikarakteristik. Alat bongkar muat yang ada saat inibelum maksimal produktifitasnya karena demand yangada belum maksimal. Secara kapasitas, cukup besararea yang ada, tapi yang sudah terbangun masih relatifrendah. Perlu dikembangkan kapasitas lapangan

Page 14: THE LEVEL OF READINESS OF JOGJAKARTA INLAND PORT …

230 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 217 - 230

penumpukan yang lebih besar dan mampumengakomodasi berbagai jenis. Penyediaan sisteminformasi terutama untuk memastikan sinkronisasiantara proses di PTE, proses di JIP maupun prosesdi hinterland dari JIP. Terakhir, perlu dikembangkanprses kepabeanan untuk operasional JIP secara penuh.

DAFTAR PUSTAKAAnggraini, Lulu Dian., Panji Deoranto, dan Dhita Morita

Ikasari. “Analisis Persepsi Konsumen MenggunakanMetode Importance Performance Analysis danCustomer Satisfaction Index (Studi Kasus di RiaDjenaka Coffee & Resto, Malang).” Skripsi,Universitas Brawijaya, 2014. Diunduh pada 23November 2016. http://skripsitip.staff.ub.ac.id/files/2014/08/Lulu-Dian-Anggraini.pdf.

Hermanto, Andy Wahyu. “Analisa Tingkat KepuasanKonsumen Terhadap Pelayanan Terminal Peti KemasSemarang.” Tesis, Magister Teknik Sipil ProgramPasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang,2008. Diunduh pada 23 November 2016. https://core.ac.uk/download/pdf/11716311.pdf.

Kartikasari, Herlin Dwi dan Abadyo. “Analisis KepuasanPelanggan Dengan Metode Importance PerformanceAnalysis& Penggunaan Grafik ¬²Hotelling UntukPengendalian Kualitas Jasa (Studi Kasus di BRI UnitWlingi Kantor Cabang Blitar).” Skripsi, ProgramStudi Matematika, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang,2013. Diunduh pada 23 November 2016. http://j u r n a l - o n l i n e . u m . a c . i d / d a t a / a r t i k e l /artikel7C838F08A5F5B3EA0E0DA7F82A86272D.pdf.

Martilla, dan James, J.C. “Importance PerformanceAnalysis.” Journal of Marketing 41 (1977): 13-17.

Mukhsalmina, Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. “Analisa TingkatPelayanan Bus dengan Metode ImportancePerformance Analysis (Studi Kasus : Bus KurniadanBus PMTOH).” Jurnal Teknik Sipil USU, Vol. 3,No.1(2014). Diunduh pada 23 November 2016.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/article/view/6291/2657.

Nugraha, Rizal., Ambar Harsono, dan Hari Adianto. 2014,“Usulan Peningkatan Kualitas Pelayanan Jasa padaBengkel “X” Berdasarkan Hasil Matrix Importance-Performance Analysis (Studi Kasus di BengkelAHASS PD. Sumber Motor Karawang).” JurnalOnline Institut Teknologi Nasional, No.03, Vol. 1Januari (2014): 221 -231. Diunduh pada 23November 2016. http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/viewFile/279/524.

Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda. StudiPengembangan Terminal Multimoda BerbasisAngkutan Kereta api untuk MendukungOptimalisasi Angkutan Barang di PelabuhanTanjung Emas Semarang. Laporan Akhir. PusatPenelitian dan Pengembangan ManajemenTransportasi Multimoda, Badan Penelitian danPengembangan Perhubungan, 2015.

Rahmawati, Herlina. “Analisis Kualitas Pelayanan JasaMenggunakan Metode Servqual dan ImportancePerformance Analysis di Kantor Perpustakaan danArsip Kabupaten Karanganyar.” Skripsi, JurusanTeknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas SebelasMaret, 2010. Diunduh pada 23 November 2016.h t t p s : / / e p r i n t s . u n s . a c . i d / 7 5 5 6 / 1 /45192601201203021.pdf.

Rodrique, Jean-Pail, Comtois, Cloud and Brian Slack. TheGeography of Transport Systems. London and NewYork: Routledge, 2006.

Soamole, Budiman dan Benidiktus Susanto. “AnalisisPersepsi Penumpang Terhadap Kualitas PelayananAngkutan Laut Di Pelabuhan Regional SananaKab.Kepulauan Sula, Prop. Maluku Utara.” JurnalTeknik sipil, 2013. Diunduh pada 25 Oktober 2016.http://ojs.uajy.ac.id/index.php/jts/article/download/628/648.

Wibowo, Arie Satryo. Analisis Kepuasan KonsumenTerhadap Kualitas Pelayanan KRL Commuter LineBogor-Jakarta. Skripsi, Departemen Manajemen,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor, 2013. Diunduh pada 23 November 2016.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/67009.

Wicaksono, Achmad., Wahid Wahyudi, dan Agus TaufikMulyono. 2014, “Arah Kebijakan PrasaranaTransportasi di Wilayah Jawa timur BerdasarkanPersepsi Pemangku Kepentingan.” JurnalTransportasi, Vol.14, No. 2 Agustus(2014): 107-116.Diunduh pada 23 November 2016.

World Bank. The Dry Port Concept – ConnectingSeaports with their Hinterland by Rail. WordDevolopment Report. London: Oxford UniversityPress, Woxenius, Roso, and Lumsden, 1994.

Yola, Melfa dan Duwi Budianto. “Optimasi SistemIndustri, Analisis Kepuasan Konsumen TerhadapKualitas Pelayanan dan Harga Produk PadaSupermarket dengan Menggunakan MetodeImportance Performance Analysis (IPA).” JurnalOptimasi Sistem Industri, Vol. 12, April(2013): 301-309. Diunduh pada 23 November 2016. http://i n d u s t r i . f t . u n a n d . a c . i d / P d f / j o s i f i l e s /vol_12_no_1_april_2013.