THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL … file284 model pembelajaran Reciprocal Teaching...

16
283 THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL APPROACH TO THE STUDY OF MATHEMATICS PROBLEM POSSING GRADE VIIB OF SMP Hasia Marto Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah Jl. Hj Malu No. 37 Tolitoli [email protected] ABSTRACT Engaging students actively in learning in class is the teacher's main task. But classroom learning still minimizes student activities, especially mathematics. Related to this, it is demanded that teachers master the subject matter, motivate learning so that students are calm, happy, passionate and independent. One learning model that can be used in mathematics learning that gives students the opportunity to learn independently, and is more active is the reverse learning model (Reciprocal Teaching). This study aims to determine the effectiveness of Reciprocal Teaching learning models with the Problem Possing approach in mathematics learning. The methodology used in this study is quantitative descriptive. The results of descriptive analysis were obtained; the implementation of the learning model is in the category of "performed very well" (average score of 4.85), post-test average of 83.4 categories "complete", normalized gain score in the category of "medium" an average of 0.59; percentage of classical completeness 85.71% complete category, student activity category "very good" average score 3.74, and student response to the application of Reciprocal Teaching learning model with Problem Possing approach in the "positive" category with an average score of 85, 91% where 85.91%> 80%.Inferential statistical analysis shows; the post-test average exceeds the minimum completeness criteria of 70, the minimum score is in the medium category (3 0.3) and the percentage of completeness does not exceed 84.9%. Based on the results of the study it was concluded that descriptively the application of Reciprocal Teaching learning model with Problem Possing approach in effective mathematics learning, but inferentially did not meet the classical completeness criteria Keywords: Reciprocal Teachings, Problem Possing ABSTRAK Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran didalam kelas merupakan tugas utama guru. Namun pembelajaran dikelas masih meminimalkan aktivitas siswa khususnya pelajaran matematika. Berkaitan hal tersebut, dituntut agar guru menguasai materi pelajaran, memotivasi belajar agar siswa tenang, senang, bersemangat dan mandiri. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri, dan lebih aktif adalah model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini deskriktif kuantitatif. Hasil analisis deskriktif diperoleh; keterlaksanaan model pembelajaran berada dalam kategori “terlaksana sangat baik” (skor rata-rata 4,85), rata-rata post-test 83,4 kategori “tuntas”, skor gain ternormalisi kategori “sedang” rata-rata 0,59; persentase ketuntasan klasikal 85,71% kategori tuntas, aktivitas siswa kategori “sangat baik” skor rata- rata 3,74, dan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing dalam kategori “positif” dengan skor rata-rata 85,91% dimana 85,91% > 80%. Analisis statistika inferensial menunjukkan; rata-rata post-test melampaui kriteria ketuntasan minimal 70, skor gain minimal kategori sedang (≥ 0,3) dan persentase ketuntasan tidak melebihi 84,9%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa secara deskriptif penerapan

Transcript of THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL … file284 model pembelajaran Reciprocal Teaching...

283

THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL APPROACH TO THE

STUDY OF MATHEMATICS PROBLEM POSSING GRADE VIIB OF SMP

Hasia Marto

Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah

Jl. Hj Malu No. 37 Tolitoli

[email protected]

ABSTRACT

Engaging students actively in learning in class is the teacher's main task. But classroom

learning still minimizes student activities, especially mathematics. Related to this, it is demanded that

teachers master the subject matter, motivate learning so that students are calm, happy, passionate and

independent. One learning model that can be used in mathematics learning that gives students the

opportunity to learn independently, and is more active is the reverse learning model (Reciprocal

Teaching). This study aims to determine the effectiveness of Reciprocal Teaching learning models with

the Problem Possing approach in mathematics learning. The methodology used in this study is

quantitative descriptive. The results of descriptive analysis were obtained; the implementation of the

learning model is in the category of "performed very well" (average score of 4.85), post-test average

of 83.4 categories "complete", normalized gain score in the category of "medium" an average of 0.59;

percentage of classical completeness 85.71% complete category, student activity category "very good"

average score 3.74, and student response to the application of Reciprocal Teaching learning model

with Problem Possing approach in the "positive" category with an average score of 85, 91% where

85.91%> 80%.Inferential statistical analysis shows; the post-test average exceeds the minimum

completeness criteria of 70, the minimum score is in the medium category (3 0.3) and the percentage

of completeness does not exceed 84.9%. Based on the results of the study it was concluded that

descriptively the application of Reciprocal Teaching learning model with Problem Possing approach

in effective mathematics learning, but inferentially did not meet the classical completeness criteria

Keywords: Reciprocal Teachings, Problem Possing

ABSTRAK

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran didalam kelas merupakan tugas utama

guru. Namun pembelajaran dikelas masih meminimalkan aktivitas siswa khususnya pelajaran

matematika. Berkaitan hal tersebut, dituntut agar guru menguasai materi pelajaran, memotivasi belajar

agar siswa tenang, senang, bersemangat dan mandiri. Salah satu model pembelajaran yang bisa

digunakan dalam pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan siswa untuk belajar

mandiri, dan lebih aktif adalah model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika. Metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini deskriktif kuantitatif. Hasil analisis deskriktif diperoleh;

keterlaksanaan model pembelajaran berada dalam kategori “terlaksana sangat baik” (skor rata-rata

4,85), rata-rata post-test 83,4 kategori “tuntas”, skor gain ternormalisi kategori “sedang” rata-rata 0,59;

persentase ketuntasan klasikal 85,71% kategori tuntas, aktivitas siswa kategori “sangat baik” skor rata-

rata 3,74, dan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing dalam kategori “positif” dengan skor rata-rata 85,91% dimana 85,91% >

80%. Analisis statistika inferensial menunjukkan; rata-rata post-test melampaui kriteria ketuntasan

minimal 70, skor gain minimal kategori sedang (≥ 0,3) dan persentase ketuntasan tidak melebihi

84,9%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa secara deskriptif penerapan

284

model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran

matematika efektif, namun secara inferensial belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal.

Kata kunci; Reciprocal Teaching, problem possing

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari

kesuksesan dibidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Dunia pendidikan sangat terkait dengan

siswa sebagai peserta didik yang merupakan subjek utama dalam pendidikan. Selain itu masih banyak

pihak-pihak yang lain yang terkait erat dengan pendidikan, termasuk pengajar atau guru, pihak

sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajatan dan latihan bagi peranannya

dimasa yang akan datang.

Salah satu kategori seorang guru dikatakan berhasil menjadi seorang tenaga pendidik jika hasil

belajar peserta didik bagus. Menurut Suprijono (2014: 5) Hasil Belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Bloom

(Suprijono 2014; 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang

harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek

potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,

melainkan komprehensif.

Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran didalam kelas merupakan salah satu

tugas utama guru. Namum dalam proses pembelajaran dikelas masih sering ditemui adanya

kecenderungan meminimalkan aktivitas siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran

menyebabkan siswa lebih bersifat pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari

pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka butuhkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dituntut agar guru mata pelajaran khususnya matematika selain

menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan juga harus dapat memberikan motivasi untuk belajar

dengan tenang, senang, bersemangat dan mandiri. Matematika merupaka salah satu mata pelajaran

pokok yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan dasar. Matematika merupakan “Queen and Servant

of Science”. Ruseffendi (Khairiah 2010: 3)

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, dan lebih aktif adalah model

pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri,

yaitu : menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali

pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari

persoalan yang disodorkan kepada siswa. Pada dasarnya pembelajaran terbalik menekankan pada

siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya

dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka

bertukar pengalaman dan pengetahuan pembelajaran. Salah satu dasar dari pemebelajaran terbalik ini

adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses

pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky (Khairiah 2010: 5) berfikir keras dan mendiskusikan

hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berfikir pada saat belajar.

Dalam pelaksanaan model Reciprocal Teaching, awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam

mempraktekkan keempat strategi yang diuraikan diatas. Siswa diberi kesempatan yang sama untuk

berlatih menggunakan keempat strategi dan menerima umpan balik dari anggota kelompok lain. Guru

sebagai fasilitator berperan aktif dalam membimbing dan membantu siswa agar lebih pandai

menggunakan strategi tersebut. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman

dalam suatu kelompok.

Model pembelajaran Reciprocal Teaching ini divariasikan dengan suatu pendekatan yaitu

Problem Possing. Dimana problem possing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

nonkonvensional dalam proses kegiatannya dalam membangun struktur kognitif siswa. Proses ini

285

dilakukan dengan cara mengaitkan materi yang telah dimilikinya dengan pelajaran yang akan

diajarkan, bahkan beberapa hasil penelitian memberikan gambaran bahwa problem possing merupakan

salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa.

Mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan menimbulkan sikap

positif terhadap matematika. Memperhatikan berbagai penelitian yang terkait efektifitas model

pembelajaran reciprocal teaching, maka SMP Negeri 4 Tolitoli juga perlu untuk melakukan kajian

keefektifan model reciprocal teaching dengan pendekatan problem possing dalam pembelajaran

matematika. Hal ini perlu dilakukan guna memperoleh informasi tentang hasil belajar, aktivitas,

respons siswa, dan keefektifan model reciprocal teaching dengan pendekatan problem possing dalam

pembelajaran matematika siswa kelas VIIB di SMP Negeri 4 Tolitoli.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dilaksanakan di SMP Negeri 4 Tolitoli pada

semester genap tahun ajaran 2017/2018. Desain penelitian yang digunakan adalah desain Pre-

Experimental Design, yakni One-Group Pretest-Posttest Design.

Tabel 1

Desain penelitian

Jenis kelompok Pre-Test Treatment Post-Test

E 𝑂1 T 𝑂2

(Sumber: Suryabrata 2013 : 101)

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIIB SMP Negeri 4 Tolitoli tahun ajaran

2017/2018 yang terdiri dari tiga kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan simple random sampling, yakni memilih secara acak satu kelas VIIB yang ada di SMP

Negeri 4 Tolitoli. Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah; 1) Lembar Observasi

Keterlaksanaan Model Pembelajaran, Tes hasil belajar, Lembar Observasi Aktivitas Siswa, dan

Angket Respon Siswa. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan

pendekatan pembelajaran, hasil belajar siswa, aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta respons siswa

terhadap pembelajaran matematika model Recoprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing,

dan Statistik inferensial digunakan menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk

populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran matematika dengan Model

Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing pada siswa Kelas VIIB B

disajikan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, berkaitan dengan nilai pre-test siswa yang

diajar melalui penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem

Possing tersebut:

Tabel 2

Deskripsi Nilai Pre-test Matematika Siswa Kelas VIIB Sebagai Kelas yang Diajar Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing

Statistik Nilai

Ukuran Sampel 28

Mean 60,36

Median 60

Modus 65

Standar Deviasi 4,7

Variansi 22,1

Nilai Terendah 50

Nilai Tertinggi 65

Rentang 15

286

Jika skor hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan model Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka

diperoleh distribusi skor, frekuensi dan persentase berikut:

Tabel 3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pre-test Siswa

Interval Kategori Pre-test

Frekuensi Persentase (%)

90 ≤ x <100 Sangat Tinggi 0 0%

75 ≤ x < 90 Tinggi 0 0%

60 ≤ x < 75 Sedang 21 75%

40 ≤ x < 60 Rendah 7 25%

0 ≤ x < 40 Sangat Redah 0 0%

Jumlah 28 100%

Data tingkat hasil pre-test matematika siswa digambarkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 1. Hasil Pre-test Penerapan Model Reciprocal Teaching dengan Pendekatan

Problem Possing

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran Matematika di SMP Negeri 4

Tolitoli yakni 70, maka pencapaian hasil belajar matematika siswa secara klasikal pada kelas yang

diajar melalui penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem

Possing

Tabel 4

Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Pre-test Siswa

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0%

25%

75%

0% 0%

Presentase Hasil Pre-test Siswa

Presentase Hasil Pre-test Siswa

Skor Kategori Frekuensi Persentase

< 70 Tidak Tuntas 28 100%

≥ 70 Tuntas 0 0%

Jumlah 28 100%

287

Disimpulkan nilai pre-test yang diperoleh siswa kelas VIIB B SMP Negeri 4 Tolitoli tidak

memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal. Data pencapaian KKM hasil pre-

test matematika siswa digambarkan pada grafik berikut:

Gambar 2 Pencapaian (KKM) Hasil Pre-test Siswa yang Diajar Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing

Dari grafik pada Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian KKM hasil Pretest siswa

sebelum diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan

Problem Possing 100% tidak tuntas. Hasil statistik yang berkaitan dengan nilai post-test siswa yang

diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem

Possing, sebagai berikut.

Tabel 5

Deskripsi Nilai Post-test Matematika Siswa Kelas VIIB B Sebagai Kelas yang Diajar

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

Pendekatan Problem Possing

Jika skor hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka

diperoleh distribusi skor, frekuensi dan persentase seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6:

Tabel 6

Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Post-test Siswa

0%20%40%60%80%

100%

Tidak Tuntas Tuntas

100%

0

Pencapaian KKM Hasil Pre-Test Siswa

Pencapaian KKM Hasil Pre-Test Siswa

Statistik Nilai

Ukuran Sampel 28

Mean 83,4

Median 90

Modus 90

Standar Deviasi 13,89

Variansi 192,7

Nilai Terendah 55

Nilai Tertinggi 100

Rentang 45

Interval Kategori Post-test

Frekuensi Persentase (%)

90 ≤ x <100 Sangat Tinggi 15 53,57

75 ≤ x < 90 Tinggi 4 14,29

60 ≤ x < 75 Sedang 8 28,57

40 ≤ x < 60 Rendah 1 3,57

0 ≤ x < 40 Sangat Redah 0 0

Jumlah 28 100%

288

Adapun hasil post-test matematika siswa jika dilihat dari indikatornya disajikan dalam grafik

pada Gambar berikut:

Gambar 3. Hasil Post-test Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal

Teaching dengan Pendekatan Problem Possing

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yang digunakan

di SMP Negeri 4 Tolitoli XX-1 yakni 70, maka pencapaian hasil belajar matematika siswa secara

klasikal pada kelas yang diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Post-test Siswa

Skor Kategori Frekuensi Persentase

< 70 Tidak Tuntas 4 14,29%

≥ 70 Tuntas 24 85,71%

Jumlah 28 100%

Ketuntasan hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan nilai post-test yang diperoleh siswa

kelas VIIBb SMP Negeri 4 Tolitoli memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal.

Data pencapaian KKM hasil Post-test matematika siswa digambarkan:

Gambar 4. Pencapaian (KKM) Hasil Post-test

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Sangat RendahRendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0% 3,57%

28,57%14,29%

53,57%

Presentase Hasil Post-test Siswa

Presentase Hasil Post-test Siswa

0%

50%

100%

Tidak Tuntas Tuntas

14,29%

85,71%

Pencapaian KKM Hasil Post-Test Siswa

Pencapaian KKM Hasil Post-Test Siswa

289

Dari grafik pada Gambar 4 tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian KKM hasil Posttest siswa

setelah diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan

Problem Possing 85,71% tuntas dan 14,29% tidak tuntas.

Tabel 8

Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing

Statistik Nilai

Ukuran Sampel 28

Mean 0,59

Median 0,71

Modus 0,86

Standar Deviasi 0,32

Variansi 0,103

Nilai Terendah 0

Nilai Tertinggi 1

Rentang 1

Berdasarkan Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah siswa 28 orang, kelas yang

diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem

Possing mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,59 dengan rata-rata pretest 60,36 dan rata-rata

posttest 83,4.

Tabel 9

Kategori Gain Ternormalisasi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal

Teaching dengan Pendekatan Problem Possing

Interval Jumlah Siswa Persentase (%) Kategori

g ≥ 0,7 15 53,57 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 5 17,86 Sedang

g < 0,3 8 28,57 Rendah

Rata-rata 0,59 Sedang

Berdasarkan Tabel 9, peningkatan hasil belajar siswa yang diajar melalui penerapan model

pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing pada kategori tinggi yaitu

sebanyak 15 siswa atau 53,57%, pada kategori sedang sebanyak 5 siswa atau 17,86%, sedangkan pada

kategori rendah sebanyak 8 siswa atau 28,57%. Berdasarkan rata-rata pre-test dan post-test siswa,

maka rata-rata peningkatan hasil belajar matematika siswa yang dihitung dengan rumus gain

ternormalisasi sebesar 0,59. Hal ini berarti peningkatan hasil belajar siswa yang diajar melalui

penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing berada

dalam kategori sedang. Data peningkatan hasil belajar matematika siswa digambarkan dalam grafik

berikut:

290

Gambar 5. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif hasil belajar

matematika siswa pada kelas yang diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching

dengan pendekatan Problem Possing memenuhi kriteria keefektifan. Adapun observasi terhadap

aktivitas guru dalam penelitian ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10

Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan

Problem Possing

Aspek Pengamatan Pertemuan Ke - Jumlah Persentase

(%) I II III IV

Pendahuluan

Menginformasikan kepada peserta

didik tentang tujuan pembelajaran

yang akan dicapai

5 5 5 5 20 100%

Memotivasi peserta didik agar aktif

terlibat dalam kegiatan belajar

mengajar

4 5 4 5 18 90%

Apersepsi tentang materi pelajaran 4 5 4 4 17 85%

Kegiatan Inti

Menyampaikan kegiatan

pembelajaran yang akan dilakukan.

5 5 5 5 20 100%

Mengorganisasikan peserta didik ke

dalam beberapa kelompok

5 5 5 5 20 100%

Membagikan LKS/ lembar materi

yang telah disiapkan

5 5 5 5 20 100%

Memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk membaca dan

menyimak LKS/ lembar materi yang

dibagikan.

5 5 5 5 20 100%

Memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk menanyakan

hal-hal yang kurang dipahami

kepada guru.

5 5 5 5 20 100%

0%

20%

40%

60%

Rendah Sedang Tinggi

28,57%17,86%

53,57%

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

291

Mendiskusikan dan mengerjakan

langkah-langkah dalam LKS. Pada

langkah pertama, siswa berdiskusi

untuk membuat situasi dari LKS

yang diberikan.

5 4 5 5 19 95%

Mendiskusikan dan mengerjakan

langkah kedua yaitu mengajukan

masalah dari LKS yang diberikan.

5 4 5 5 19 95%

Mendiskusikan dan mengerjakan

langkah ketiga yaitu masing-masing

kelompok menyelesaikan masalah

yang diajukan pada langkah kedua.

5 4 5 5 19 95%

Merolling setiap LKS kelompok

untuk mendiskusikan langkah

keempat yaitu melakukan klarifikasi

yang ditulis dalam lembar klarifikasi

pada LKS kelompok lain.

5 5 5 5 20 100%

Guru memberikan penjelasan

terkait perbaikan diskusi.

5 5 5 5 20 100%

Penutup

Mengarahkan peserta didik

membuat rangkuman.

5 5 4 5 19 95%

Memberikan pekerjaan rumah. 5 5 5 5 20 100%

Mengarahkan peserta didik untuk

membaca/mempelajari bagian

selanjutnya dari materi yang akan

dipelajari pada pertemuan

berikutnya.

5 5 4 5 19 95%

Menutup pelajaran dengan salam. 5 5 5 5 20 100%

Jumlah 83 82 81 84

Rata-rata 4,88 4,82 4,76 4,94

Persentase 97,

65%

96,

47%

95,

29%

98,

82%

Skor Rata-rata 4,85

Berdasarkan hasil pengamatan, persentase keterlaksanaan aktivitas guru dalam memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru sebesar

100%. Dari beberapa aktivitas guru diatas, persentase rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran

sebesar 4,85. Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran berada

pada kategori 4,50 < 𝒙 ≤ 5,00 yaitu terlaksana dengan sangat baik.

Data aktivitas siswa diperoleh melalui instrument lembar observasi aktivitas siswa yang

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil rangkuman observasi setiap pertemuan

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Aspek Pengamatan Pertemuan Ke - Jumla

h

Rata-

rata

Persentase

(%)

I II III IV

Pendahuluan

Memberikan salam kepada guru dan

berdoa bersama untuk memulai

pembelajaran.

4 4 4 4 16 4 100%

Menaikkan tangan dan mengucapkan

hadir ketika guru mengabsen.

4 4 4 4 16 4 100%

Mencermati informasi dan motivasi 3 4 4 4 15 3,75 93,75%

292

yang diberikan oleh guru.

Memperhatikan tujuan pembelajaran

yang disampaikan oleh guru.

3 4 4 4 15 3,75 93,75%

Mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan dari guru, mengenai model

pembelajaran yang akan dilakukan

selama proses belajar mengajar.

3 4 4 4 15 3,75 93,75%

Kegiatan Inti

Mengajukan pertanyaan kepada guru

tentang hal-hal yang belum dimengerti

mengenai model pembelajaran yang

akan digunakan.

4 4 3 4 15 3,75 93,75%

Mendengarkan atau memperhatikan

penjelasan guru mengenai materi.

3 4 4 4 15 3,75 93,75%

Membentuk kelompok sesuai dengan

arahan guru.

4 4 4 4 16 4 100%

Membaca dan menyimak LKS/

lembar materi yang dibagikan.

4 3 4 4 15 3,75 93,75%

Menanyakan hal-hal yang kurang

dipahami kepada guru.

4 3 4 4 15 3,75 93,75%

Mendiskusikan dan mengerjakan

langkah-langkah dalam LKS. Pada

langkah pertama, siswa berdiskusi

untuk membuat situasi dari LKS yang

diberikan.

3 4 3 4 14 3,5 87,5%

Mendiskusikan dan mengerjakan

langkah kedua yaitu mengajukan

masalah dari LKS yang diberikan.

3 4 4 4 15 3,75 93,75%

Mendiskusikan dan mengerjakan

langkah ketiga yaitu masing-masing

kelompok menyelesaikan masalah

yang diajukan pada langkah kedua.

3 4 3 4 14 3,5 87,5%

Merolling setiap LKS kelompok untuk

mendiskusikan langkah keempat yaitu

melakukan klarifikasi yang ditulis

dalam lembar klarifikasi pada LKS

kelompok lain.

4 4 4 4 16 4 100%

Memperhatikan penjelasan guru

terkait perbaikan hasil diskusi.

4 3 4 4 15 3,75 93,75%

Penutup

Membuat rangkuman. 3 3 3 3 12 3 75%

Mencatat tugas rumah yang

diberikan oleh guru.

4 4 3 4 15 3,75 93,75%

Mendengarkan informasi dari

guru.

4 4 3 4 15 3,75 93,75%

Menjawab salam dari guru. 4 4 4 4 16 4 100%

Jumlah 68 72 70 75

Rata-rata 3,57 3,78 3,68 3,94

Skor Rata-rata 3,74

Adapun skor rata-rata aktivitas siswa dari empat pertemuan yang telah dilakukan adalah 3,74.

Berdasarkan kategori aktivitas siswa yang ditentukan, maka secara keseluruhan aktivitas siswa berada

pada kategori Sangat Baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang diajar

dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing

secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.

Instrument yang digunakan untuk memperoleh data respon siswa adalah angket respon siswa.

Hasil analisis data respon siswa terhadap pelakasanaan model pembelajaran Reciprocal Teaching

293

dengan pendekatan Problem Possing yang diiisi oleh 28 siswa secara singkat ditunjukkan sebagai

berikut :

Tabel 12

Data Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Model Pembelajaran Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing

No. Aspek yang direspon Respons Siswa Presentase (%)

Senang Tidak Senang Tidak

1. Siswa yang merasa senang atau tidak terhadap

komponen pembelajaran berikut ini

a. Materi Pembelajaran 28 0 100% 0%

b. LKS 23 5 82,14% 17,86%

c. Tes Hasil Belajar 26 2 92,86% 7,14%

d. Suasana Pembelajaran di kelas 14 14 50% 50%

e. Cara guru mengajar 25 3 89,29% 10,71%

Baru Tidak Baru Tidak

2. Siswa yang merasa komponen pembelajaran

berikut ini baru atau tidak :

a. Materi Pelajaran 21 7 75% 25%

b. LKS 24 4 85,71% 14,29%

c. Tes Hasil Belajar 25 3 89,29% 10,71%

d. Suasana Pembelajaran di kelas 10 18 35,71% 64,29%

e. Cara guru mengajar 27 1 96,43% 3,57%

Berminat Tidak Berminat Tidak

3. Siswa yang berminat atau tidak untuk

mengikuti pembelajaran selanjutnya, seperti

yang baru saja di ikutinya.

27 1 96,43% 3,57%

Jelas Tidak Jelas Tidak

4. Siswa yang dapat memahami dengan jelas atau

tidak bahasa yang digunakan dalam:

a. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 25 3 89,29% 10,71%

b. Tes Hasil Belajar 28 0 100% 0%

Tertarik Tidak Tertarik Tidak

5. Siswa yang tertarik atau tidak dengan

penampilan (tulisan, ilustrasi/gambar dan letak

gambar), yang terdapat dalam:

a. LKS 23 5 82,14% 17,86%

b. Tes Hasil Belajar 26 2 92,86% 7,14%

Ada Tidak Ada Tidak

6. Siswa yang merasa ada kemajuan setelah

pembelajaran tersebut (seperti mudah untuk

belajar, hasil belajar yang baik dsb).

27 1 96,43% 3,57%

Menarik Tidak Menarik Tidak

7. Siswa yang berpendapat (Menarik/ tidak

menarik) tentang kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan perangkat pembelajaran

matematika model Reciprocal Teaching

dengan pendekatan Problem Possing.

26 2 92,86% 7,14%

Setuju Tidak Setuju Tidak

8. Siswa yang setuju jika kegiatan belajar

mengajar guru menggunakan perangkat

pembelajaran matematika model Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing.

28 0 100% 0%

Rata-rata 85,91% 14,09%

Siswa yang setuju jika kegiatan belajar mengajar guru menggunakan perangkat pembelajaran

matematika model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing yaitu sebanyak 28 orang

atau dengan kata lain seluruh siswa dengan persentase 100%. Sehingga tidak ada siswa yang tidak

294

setuju jika kegiatan belajar mengajar guru menggunakan perangkat pembelajaran matematika model

Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing.

Dari 18 aspek yang direspon, persentase rata-rata siswa yang memberi respon positif terhadap

penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar

85,91%, dimana 85,91% > 80%. Karena 85,91% > 80% menunjukkan bahwa kriteria keefektifan

penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing untuk

respon siswa terpenuhi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan

pembelajaran terpenuhi, hasil belajar secara klasikal tuntas, aktivitas siswa efektif, dan respon siswa

lebih dari 80% positif terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing sehingga model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan

Problem Possing efektif diterapkan pada siswa Kelas VIIBb SMP Negeri 4 Tolitoli pada pokok

bahasan Statistika.

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Hasil analisis statistika inferensial pada bagian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis

penelitian yang telah dirumuskan, Sebelum melakukan analisis statistika inferensial terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau

tidak. Pada kelas eksperimen, hasil perhitungan yang diperoleh untuk nilai awal (pre-test)

diperoleh nilai p-value>𝛼 yaitu 0,1> 𝛼 (taraf signifikansi 𝛼 = 0,05). Kriteria pengujiannya

adalah data berdistribusi normal jika p-value>𝛼 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai

awal (pre-test) termasuk kategori normal.

Hasil analisis nilai post-test menunjukkan nilai p-value>𝛼 yaitu 0,137> 𝛼 . Hal ini

menunjukkan bahwa nilai post-test termasuk kategori normal. Hasil analisis n-gain hasil

belajar menunjukkan p-value>𝛼 yaitu 0,314> 𝛼 . Hal ini menunjukkan bahwa nilai n-gain

termasuk kategori normal. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.2 hasil

Statistical Package for Social Sciense (SPSS) versi 20.

b. Uji Hipotesis

1. Hasil analisis SPSS untuk nilai post-test hasil belajar matematika bahwa thitung = 5,143

dengan derajat kebebasan = 27 dan p = 0,000 . Berdasarkan tabel nilai distribusi t,

diperoleh t(0.95;dk=27) = 1,70.Karena 5,143>ttabel = 1,70 dan p< α = 0,05 maka H0 ditolak

atau H1 diterima. Ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa Kelas VIIB B SMP

Negeri 4 Tolitoli dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing lebih besar dari 69,9 (KKM).

2. Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh Ztabel = 1,64 ,

berarti H0 diterima jika Z hitung ≤ 1,64 Karena diperoleh nilai Zhitung = 0,12 , maka

0,12 ≤ 1,64 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, artinya proporsi siswa yang mencapai

kriteria ketuntasan 70 lebih kecil dari 84,9% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes.

3. Untuk nilai gain hasil belajar matematika menunjukkan thitung = 5,016, dengan derajat

bebas = 27 dan p = 0,000. Berdasarkan tabel nilai distribusi t, diperoleh t(0.95;dk=27)= 1,70.

Karena 5,016 > ttabel = 1,70 dan p < α = 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Ini berarti

bahwa nilai rata-rata gain ternomalisasi lebih besar dari 0,29.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Tolitoli XX-1 dengan kelas VIIB B sebagai

kelas eksperimen dan 28 siswa diambil sebagai sampel yang kemudian diajarkan dengan

menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika di kelas VIIB

SMP Negeri 4 Tolitoli dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing. Penelitian ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan pada kelas

eksperimen. Pertemuan pertama pemberian pre-test, kemudian 4 pertemuan selanjutnya digunakan

untuk kegiatan pembelajaran, dan pertemuan terakhir pemberian post-test serta pengisian angket

sesudah perlakuan.

295

Pembelajaran matematika dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran

Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing, dimana siswa di dalam kelas dibagi

menjadi empat kelompok dimana setiap kelompoknya memiliki anggota yang terdiri dari 7 orang

siswa dengan karakteristik heterogen. Pada tahap pertama guru menjelaskan materi secara singkat,

selanjutnya guru membagikan LKS kepada setiap kelompok mengenai materi yang telah

dijelaskan.

Setelah setiap kelompok menerima LKS, guru memberikan kesempatan kepada setiap

kelompok untuk membaca dan menyimak LKS yang dibagikan. Serta memberikan kesempatan

kepada siswa bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami dalam LKS. Saat diskusi berlangsung

guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi dan memberikan

bimbingan seperlunya dengan mengamati dan mendekati siswa sambil memberikan bantuan

seperlunya.

Pada langkah pertama dalam LKS siswa dituntut berdiskusi untuk membuat situasi dalam

permasalahan didalam LKS. Pada langkah pertama dalam membuat situasi siswa diberi waktu 10

menit untuk berdiskusi. Namun, pada pertemuan pertama waktu yang diberikan kurang efisien

karena siswa masih bingung dalam membuat situasi.

Pada langkah kedua dalam LKS siswa diberikan kesempatan berdiskusi untuk mengajukan

masalah. Masalah yang mereka ajukan berkaitan dengan LKS yang dibagikan. Kemudian pada

langkah ketiga siswa dituntut untuk meyelesaikan masalah yang mereka ajukan. Hingga akhirnya

masuk pada langkah keempat atau langkah terakhir yaitu mengklarifikasi, jadi masing-masing LKS

kelompok diberikan kepada kelompok lain atau merolling LKS untuk diklarifikasi oleh kelompok

lain. Setelah diskusi dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah didalam LKS guru

mengambil alih dengan memberikan penjelasan yang terkait dengan masalah yang didiskusikan

oleh semua kelompok.

Di akhir pembelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman yang

berkaitan dengan diskusi kelompok serta penjelasan dari guru. Setelah itu guru memberikan

Pekerjaan Rumah (PR) dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

selanjutnya.

Pembelajaran seperti ini tergolong efektif digunakan. Hal ini terlihat dari segi aktivitas

siswa yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut sangat jelas terlihat dari tingkah laku

mereka dalam melakukan diskusi seperti mengeluarkan pendapat mereka dalam kelompok serta

seringnya bertanya kepada guru atau teman mengenai materi pelajaran.Perubahan ini mulai terlihat

sejak pertemuan kedua, dimana jumlah siswa yang antusias dan berani bicara baik bertanya, atau

mengemukakan pendapat mulai meningkat. Hal ini disebabkan pada pertemuan pertama guru

berusaha untuk lebih dekat dengan siswa sehingga siswa tidak merasa tegang dalam belajar

matematika.

Dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing, respon siswa sangat positif. Meskipun

awalnya siswa agak kesulitan mengikuti pembelajaran karena mereka sudah terbiasa dengan

pembelajaran konvensional. Namun, pada akhirnya siswa merespon baik dan terlihat senang

dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing yang

digunakan selama pembelajaran statistika. Pembelajaran dikatakan efektif apabila setelah

pembelajaran siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil yang lebih

baik, dan siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Dalam penelitian ini, kriteria efektivitas model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prasyarat dan tiga

indikator keefektifan, yaitu :

1. Prasyarat: Keterlaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan analisis kuantitatif hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, Rata-rata

keterlaksanaan proses kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 4,85. Hal ini

menunjukkan bahwa prasyarat penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing untuk keterlaksanaan pembelajaran terpenuhi. Pada pertemuan

296

pertama, guru melaksanakan pengelolaan pembelajara dengan persentase 97,65%, pertemuan

kedua sebesar 96,47%, pertemuan ketiga sebesar 95,29%, dan pertemuan keempat sebesar

98,82%. Pada pertemuan pertama, pembelajaran dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah

pembelajaran model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing

yang ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sehingga terlaksana dengan 97,65%.

Setelah pembelajaran dilaksanakan, guru dan observer melakukan refleksi, melakukan

pembahasan bagaimana semua aspek dapat dilaksanakan dengan lebih baik pada pertemuan

berikutnya.

2. Indikator Keefektifan

Terdapat tiga indikator pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching

dengan pendekatan Problem Possing dikatakan efektif diterapkan pada siswa Kelas VIIB B

SMP Negeri 4 Tolitoli.

a) Hasil Belajar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar

dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem

Possing ditinjau dari tingkat kemampuan siswa berada pada kategori tinggi dengan tingkat

ketuntasan klasikal mencapai 85,71% serta pengetahuan siswa menunjukkan peningkatan

yang signifikan setelah belajar dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata gain ternormalisasi

siswa sebesar 0,59 yang berada pada kategori sedang. Secara keseluruhan pembelajaran

matematika dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

materi statistika. Pada hasil analisis statistika inferensial untuk nilai post-test hasil belajar

matematika siswa menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa Kelas VIIB SMP

Negeri 4 Tolitoli lebih besar dari 69,9. Namun secara inferensial proporsi siswa yang

mencapai KKM 70 lebih kecil dari 84,9%. Secara analisis deskriptif ketuntasan klasikal

peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching

dengan pendekatan Problem Possing lebih dari 84,9%, namun secara analisis inferensial

ketuntasan klasikal peserta didik kurang dari 84,9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing efektif

digunakan pada kelas VIIB yang merupakan sampel dari penelitian ini.

b) Aktivitas Siswa

Berdasarkan analisis kuantitatif hasil observasi aktivitas siswa, rata-rata aktivitas

siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 3,74 yang

berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria efektivitas

pembelajaran untuk aktivitas siswa terpenuhi.

c) Respon Siswa

Berdasarkan analisis kuantitatif angket respon siswa, persentase rata-rata siswa

yang memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 85,91% > 80%. Hal ini

menunjukkan bahwa kriteria keefektifan pembelajaran untuk respon siswa terpenuhi.

Jadi, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

prasyarat berupa keterlaksanaan pembelajaran terpenuhi, secara deskriptif hasil belajar secara

klasikal tuntas, aktivitas siswa efektif, serta respon siswa terhadap pembelajaran dengan

penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing

positif (efektif). Namun, secara inferensial tidak efektif digunakan karena hasil belajar secara

klasikal tidak tuntas. Dengan demikian, model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing efektif diterapkan pada siswa kelas VIIB B SMP Negeri 4 Tolitoli

yang merupakan sampel dalam penelitian ini pada pokok bahasan statistika. Namun, dalam

populasi penerapan model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing tidak

efektif digunakan.

297

KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata persentase keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing menunjukkan 4,85 terlaksana dengan sangat baik, disimpulkan

bahwa keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan

Problem Possing sebagai prasyarat telah terpenuhi.

2. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa (1) skor rata-rata post-test berada dalam kategori

“tinggi” rata-rata 83,4 (2) skor rata-rata gain ternormalisi berada dalam kategori “sedang” yakni

rata-rata 0,59 (3) persentase ketuntasan klasikal sekitar 85,71% (memenuhi kriteria ketuntasan

hasil belajar klasikal). Hasil analisis statistika inferensial menunjukkan bahwa: (1) skor rata-rata

post-test melampaui kriteria ketuntasan minimal (70), (2) skor rata-rata gain minimal dalam

kategori sedang (≥ 0,3) dan (3) persentase ketuntasan tidak melebihi 84,9% (tidak memenuhi

kriteria ketuntasan hasil belajar klasikal). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh

disimpulkan bahwa secara deskriptif penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan

pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika materi statistika pada kelas VII B

SMP Negeri 4 Tolitoli berada dalam kategori efektif, namun secara inferensial masih berada

dalam kategori tidak efektif karena tidak memenuhi kriteria ketuntasan klasikal. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem

Possing efektif digunakan pada kelas VII B yang merupakan sampel dari penelitian ini. Namun

pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing tidak efektif digunakan

pada populasi yakni semua kelas VII yang berada di SMP Negeri 4 Tolitoli .

3. Rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal

Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 3,74 yang berada pada kategori Sangat

Baik.

4. Penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing pada

siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Tolitoli mendapat respon positif dan dapat dikategorikan

efektif. Siswa yang memberi respon positif terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran

Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 85,91%.

5. Berdasarkan kriteria keefektifan pembelajaran yang dikemukakan, maka penerapan model

pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing diterapkan pada siswa

kelas VII B SMP Negeri 4 Tolitoli.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu keterlaksanaan

penelitian ini, khususnya kepala SMP Negeri 4 Tolitoli, yang telah memberikan ijin penulis untuk

mengaktualisasikan diri, pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli, melalui Badan Penelitian dan

Pengembangan karena telah membantu dana guna keterlaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hake, Richard R. 1998. Interactive-Engagement Vs. Traditional Methods: A Six-Thousand-Student

Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics Courses. American Journal Of

Physics. Vol. 66, Page. 64-74.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Ikip Malang.

298

Kartawidjaja, Eddy Soewardy, 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru

Bandung.

Khairiah, Jamiah, 2010. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran

Terbalik (Reciprocal Teaching) pada Siswa Kelas VIII SLTP ITTIHAD Makassar. Skripsi :

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Yokyakarta : Tugu.

Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suryabrata, S. 2013. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Tiro, Arif. 2008. Statistika Terapan. Makassar : Andira Publisher.

Upu, Hamza. 2003. Problem Possing dan Problem Solving dalam pembelajaran matematika.

Bandung: Pustaka Ramadhan.