THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL … file284 model pembelajaran Reciprocal Teaching...
Transcript of THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL … file284 model pembelajaran Reciprocal Teaching...
283
THE EFFECTIVENESS RESIPROCAL TEACHING MODEL APPROACH TO THE
STUDY OF MATHEMATICS PROBLEM POSSING GRADE VIIB OF SMP
Hasia Marto
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah
Jl. Hj Malu No. 37 Tolitoli
ABSTRACT
Engaging students actively in learning in class is the teacher's main task. But classroom
learning still minimizes student activities, especially mathematics. Related to this, it is demanded that
teachers master the subject matter, motivate learning so that students are calm, happy, passionate and
independent. One learning model that can be used in mathematics learning that gives students the
opportunity to learn independently, and is more active is the reverse learning model (Reciprocal
Teaching). This study aims to determine the effectiveness of Reciprocal Teaching learning models with
the Problem Possing approach in mathematics learning. The methodology used in this study is
quantitative descriptive. The results of descriptive analysis were obtained; the implementation of the
learning model is in the category of "performed very well" (average score of 4.85), post-test average
of 83.4 categories "complete", normalized gain score in the category of "medium" an average of 0.59;
percentage of classical completeness 85.71% complete category, student activity category "very good"
average score 3.74, and student response to the application of Reciprocal Teaching learning model
with Problem Possing approach in the "positive" category with an average score of 85, 91% where
85.91%> 80%.Inferential statistical analysis shows; the post-test average exceeds the minimum
completeness criteria of 70, the minimum score is in the medium category (3 0.3) and the percentage
of completeness does not exceed 84.9%. Based on the results of the study it was concluded that
descriptively the application of Reciprocal Teaching learning model with Problem Possing approach
in effective mathematics learning, but inferentially did not meet the classical completeness criteria
Keywords: Reciprocal Teachings, Problem Possing
ABSTRAK
Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran didalam kelas merupakan tugas utama
guru. Namun pembelajaran dikelas masih meminimalkan aktivitas siswa khususnya pelajaran
matematika. Berkaitan hal tersebut, dituntut agar guru menguasai materi pelajaran, memotivasi belajar
agar siswa tenang, senang, bersemangat dan mandiri. Salah satu model pembelajaran yang bisa
digunakan dalam pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan siswa untuk belajar
mandiri, dan lebih aktif adalah model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini deskriktif kuantitatif. Hasil analisis deskriktif diperoleh;
keterlaksanaan model pembelajaran berada dalam kategori “terlaksana sangat baik” (skor rata-rata
4,85), rata-rata post-test 83,4 kategori “tuntas”, skor gain ternormalisi kategori “sedang” rata-rata 0,59;
persentase ketuntasan klasikal 85,71% kategori tuntas, aktivitas siswa kategori “sangat baik” skor rata-
rata 3,74, dan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing dalam kategori “positif” dengan skor rata-rata 85,91% dimana 85,91% >
80%. Analisis statistika inferensial menunjukkan; rata-rata post-test melampaui kriteria ketuntasan
minimal 70, skor gain minimal kategori sedang (≥ 0,3) dan persentase ketuntasan tidak melebihi
84,9%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa secara deskriptif penerapan
284
model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran
matematika efektif, namun secara inferensial belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal.
Kata kunci; Reciprocal Teaching, problem possing
PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari
kesuksesan dibidang pendidikan suatu bangsa menjadi maju. Dunia pendidikan sangat terkait dengan
siswa sebagai peserta didik yang merupakan subjek utama dalam pendidikan. Selain itu masih banyak
pihak-pihak yang lain yang terkait erat dengan pendidikan, termasuk pengajar atau guru, pihak
sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajatan dan latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang.
Salah satu kategori seorang guru dikatakan berhasil menjadi seorang tenaga pendidik jika hasil
belajar peserta didik bagus. Menurut Suprijono (2014: 5) Hasil Belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Bloom
(Suprijono 2014; 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang
harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif.
Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran didalam kelas merupakan salah satu
tugas utama guru. Namum dalam proses pembelajaran dikelas masih sering ditemui adanya
kecenderungan meminimalkan aktivitas siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran
menyebabkan siswa lebih bersifat pasif, sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari
pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mereka butuhkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dituntut agar guru mata pelajaran khususnya matematika selain
menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan juga harus dapat memberikan motivasi untuk belajar
dengan tenang, senang, bersemangat dan mandiri. Matematika merupaka salah satu mata pelajaran
pokok yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan dasar. Matematika merupakan “Queen and Servant
of Science”. Ruseffendi (Khairiah 2010: 3)
Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, dan lebih aktif adalah model
pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri,
yaitu : menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali
pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksi pertanyaan apa selanjutnya dari
persoalan yang disodorkan kepada siswa. Pada dasarnya pembelajaran terbalik menekankan pada
siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya
dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka
bertukar pengalaman dan pengetahuan pembelajaran. Salah satu dasar dari pemebelajaran terbalik ini
adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses
pembentukan pengetahuan. Menurut Vygotsky (Khairiah 2010: 5) berfikir keras dan mendiskusikan
hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berfikir pada saat belajar.
Dalam pelaksanaan model Reciprocal Teaching, awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam
mempraktekkan keempat strategi yang diuraikan diatas. Siswa diberi kesempatan yang sama untuk
berlatih menggunakan keempat strategi dan menerima umpan balik dari anggota kelompok lain. Guru
sebagai fasilitator berperan aktif dalam membimbing dan membantu siswa agar lebih pandai
menggunakan strategi tersebut. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman
dalam suatu kelompok.
Model pembelajaran Reciprocal Teaching ini divariasikan dengan suatu pendekatan yaitu
Problem Possing. Dimana problem possing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
nonkonvensional dalam proses kegiatannya dalam membangun struktur kognitif siswa. Proses ini
285
dilakukan dengan cara mengaitkan materi yang telah dimilikinya dengan pelajaran yang akan
diajarkan, bahkan beberapa hasil penelitian memberikan gambaran bahwa problem possing merupakan
salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa.
Mengembangkan kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan menimbulkan sikap
positif terhadap matematika. Memperhatikan berbagai penelitian yang terkait efektifitas model
pembelajaran reciprocal teaching, maka SMP Negeri 4 Tolitoli juga perlu untuk melakukan kajian
keefektifan model reciprocal teaching dengan pendekatan problem possing dalam pembelajaran
matematika. Hal ini perlu dilakukan guna memperoleh informasi tentang hasil belajar, aktivitas,
respons siswa, dan keefektifan model reciprocal teaching dengan pendekatan problem possing dalam
pembelajaran matematika siswa kelas VIIB di SMP Negeri 4 Tolitoli.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dilaksanakan di SMP Negeri 4 Tolitoli pada
semester genap tahun ajaran 2017/2018. Desain penelitian yang digunakan adalah desain Pre-
Experimental Design, yakni One-Group Pretest-Posttest Design.
Tabel 1
Desain penelitian
Jenis kelompok Pre-Test Treatment Post-Test
E 𝑂1 T 𝑂2
(Sumber: Suryabrata 2013 : 101)
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas VIIB SMP Negeri 4 Tolitoli tahun ajaran
2017/2018 yang terdiri dari tiga kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan simple random sampling, yakni memilih secara acak satu kelas VIIB yang ada di SMP
Negeri 4 Tolitoli. Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah; 1) Lembar Observasi
Keterlaksanaan Model Pembelajaran, Tes hasil belajar, Lembar Observasi Aktivitas Siswa, dan
Angket Respon Siswa. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan
pendekatan pembelajaran, hasil belajar siswa, aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta respons siswa
terhadap pembelajaran matematika model Recoprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing,
dan Statistik inferensial digunakan menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran matematika dengan Model
Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing pada siswa Kelas VIIB B
disajikan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, berkaitan dengan nilai pre-test siswa yang
diajar melalui penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem
Possing tersebut:
Tabel 2
Deskripsi Nilai Pre-test Matematika Siswa Kelas VIIB Sebagai Kelas yang Diajar Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing
Statistik Nilai
Ukuran Sampel 28
Mean 60,36
Median 60
Modus 65
Standar Deviasi 4,7
Variansi 22,1
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 65
Rentang 15
286
Jika skor hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan model Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka
diperoleh distribusi skor, frekuensi dan persentase berikut:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Pre-test Siswa
Interval Kategori Pre-test
Frekuensi Persentase (%)
90 ≤ x <100 Sangat Tinggi 0 0%
75 ≤ x < 90 Tinggi 0 0%
60 ≤ x < 75 Sedang 21 75%
40 ≤ x < 60 Rendah 7 25%
0 ≤ x < 40 Sangat Redah 0 0%
Jumlah 28 100%
Data tingkat hasil pre-test matematika siswa digambarkan dalam grafik berikut ini:
Gambar 1. Hasil Pre-test Penerapan Model Reciprocal Teaching dengan Pendekatan
Problem Possing
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran Matematika di SMP Negeri 4
Tolitoli yakni 70, maka pencapaian hasil belajar matematika siswa secara klasikal pada kelas yang
diajar melalui penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem
Possing
Tabel 4
Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Pre-test Siswa
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0%
25%
75%
0% 0%
Presentase Hasil Pre-test Siswa
Presentase Hasil Pre-test Siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
< 70 Tidak Tuntas 28 100%
≥ 70 Tuntas 0 0%
Jumlah 28 100%
287
Disimpulkan nilai pre-test yang diperoleh siswa kelas VIIB B SMP Negeri 4 Tolitoli tidak
memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal. Data pencapaian KKM hasil pre-
test matematika siswa digambarkan pada grafik berikut:
Gambar 2 Pencapaian (KKM) Hasil Pre-test Siswa yang Diajar Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing
Dari grafik pada Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian KKM hasil Pretest siswa
sebelum diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan
Problem Possing 100% tidak tuntas. Hasil statistik yang berkaitan dengan nilai post-test siswa yang
diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem
Possing, sebagai berikut.
Tabel 5
Deskripsi Nilai Post-test Matematika Siswa Kelas VIIB B Sebagai Kelas yang Diajar
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
Pendekatan Problem Possing
Jika skor hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka
diperoleh distribusi skor, frekuensi dan persentase seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6:
Tabel 6
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Post-test Siswa
0%20%40%60%80%
100%
Tidak Tuntas Tuntas
100%
0
Pencapaian KKM Hasil Pre-Test Siswa
Pencapaian KKM Hasil Pre-Test Siswa
Statistik Nilai
Ukuran Sampel 28
Mean 83,4
Median 90
Modus 90
Standar Deviasi 13,89
Variansi 192,7
Nilai Terendah 55
Nilai Tertinggi 100
Rentang 45
Interval Kategori Post-test
Frekuensi Persentase (%)
90 ≤ x <100 Sangat Tinggi 15 53,57
75 ≤ x < 90 Tinggi 4 14,29
60 ≤ x < 75 Sedang 8 28,57
40 ≤ x < 60 Rendah 1 3,57
0 ≤ x < 40 Sangat Redah 0 0
Jumlah 28 100%
288
Adapun hasil post-test matematika siswa jika dilihat dari indikatornya disajikan dalam grafik
pada Gambar berikut:
Gambar 3. Hasil Post-test Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal
Teaching dengan Pendekatan Problem Possing
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yang digunakan
di SMP Negeri 4 Tolitoli XX-1 yakni 70, maka pencapaian hasil belajar matematika siswa secara
klasikal pada kelas yang diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Nilai Post-test Siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
< 70 Tidak Tuntas 4 14,29%
≥ 70 Tuntas 24 85,71%
Jumlah 28 100%
Ketuntasan hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan nilai post-test yang diperoleh siswa
kelas VIIBb SMP Negeri 4 Tolitoli memenuhi indikator ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal.
Data pencapaian KKM hasil Post-test matematika siswa digambarkan:
Gambar 4. Pencapaian (KKM) Hasil Post-test
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Sangat RendahRendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0% 3,57%
28,57%14,29%
53,57%
Presentase Hasil Post-test Siswa
Presentase Hasil Post-test Siswa
0%
50%
100%
Tidak Tuntas Tuntas
14,29%
85,71%
Pencapaian KKM Hasil Post-Test Siswa
Pencapaian KKM Hasil Post-Test Siswa
289
Dari grafik pada Gambar 4 tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian KKM hasil Posttest siswa
setelah diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan
Problem Possing 85,71% tuntas dan 14,29% tidak tuntas.
Tabel 8
Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing
Statistik Nilai
Ukuran Sampel 28
Mean 0,59
Median 0,71
Modus 0,86
Standar Deviasi 0,32
Variansi 0,103
Nilai Terendah 0
Nilai Tertinggi 1
Rentang 1
Berdasarkan Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah siswa 28 orang, kelas yang
diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem
Possing mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0,59 dengan rata-rata pretest 60,36 dan rata-rata
posttest 83,4.
Tabel 9
Kategori Gain Ternormalisasi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal
Teaching dengan Pendekatan Problem Possing
Interval Jumlah Siswa Persentase (%) Kategori
g ≥ 0,7 15 53,57 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 5 17,86 Sedang
g < 0,3 8 28,57 Rendah
Rata-rata 0,59 Sedang
Berdasarkan Tabel 9, peningkatan hasil belajar siswa yang diajar melalui penerapan model
pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing pada kategori tinggi yaitu
sebanyak 15 siswa atau 53,57%, pada kategori sedang sebanyak 5 siswa atau 17,86%, sedangkan pada
kategori rendah sebanyak 8 siswa atau 28,57%. Berdasarkan rata-rata pre-test dan post-test siswa,
maka rata-rata peningkatan hasil belajar matematika siswa yang dihitung dengan rumus gain
ternormalisasi sebesar 0,59. Hal ini berarti peningkatan hasil belajar siswa yang diajar melalui
penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing berada
dalam kategori sedang. Data peningkatan hasil belajar matematika siswa digambarkan dalam grafik
berikut:
290
Gambar 5. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan Pendekatan Problem Possing
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif hasil belajar
matematika siswa pada kelas yang diajar melalui penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching
dengan pendekatan Problem Possing memenuhi kriteria keefektifan. Adapun observasi terhadap
aktivitas guru dalam penelitian ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10
Keterlaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan
Problem Possing
Aspek Pengamatan Pertemuan Ke - Jumlah Persentase
(%) I II III IV
Pendahuluan
Menginformasikan kepada peserta
didik tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai
5 5 5 5 20 100%
Memotivasi peserta didik agar aktif
terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar
4 5 4 5 18 90%
Apersepsi tentang materi pelajaran 4 5 4 4 17 85%
Kegiatan Inti
Menyampaikan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
5 5 5 5 20 100%
Mengorganisasikan peserta didik ke
dalam beberapa kelompok
5 5 5 5 20 100%
Membagikan LKS/ lembar materi
yang telah disiapkan
5 5 5 5 20 100%
Memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk membaca dan
menyimak LKS/ lembar materi yang
dibagikan.
5 5 5 5 20 100%
Memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk menanyakan
hal-hal yang kurang dipahami
kepada guru.
5 5 5 5 20 100%
0%
20%
40%
60%
Rendah Sedang Tinggi
28,57%17,86%
53,57%
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
291
Mendiskusikan dan mengerjakan
langkah-langkah dalam LKS. Pada
langkah pertama, siswa berdiskusi
untuk membuat situasi dari LKS
yang diberikan.
5 4 5 5 19 95%
Mendiskusikan dan mengerjakan
langkah kedua yaitu mengajukan
masalah dari LKS yang diberikan.
5 4 5 5 19 95%
Mendiskusikan dan mengerjakan
langkah ketiga yaitu masing-masing
kelompok menyelesaikan masalah
yang diajukan pada langkah kedua.
5 4 5 5 19 95%
Merolling setiap LKS kelompok
untuk mendiskusikan langkah
keempat yaitu melakukan klarifikasi
yang ditulis dalam lembar klarifikasi
pada LKS kelompok lain.
5 5 5 5 20 100%
Guru memberikan penjelasan
terkait perbaikan diskusi.
5 5 5 5 20 100%
Penutup
Mengarahkan peserta didik
membuat rangkuman.
5 5 4 5 19 95%
Memberikan pekerjaan rumah. 5 5 5 5 20 100%
Mengarahkan peserta didik untuk
membaca/mempelajari bagian
selanjutnya dari materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
5 5 4 5 19 95%
Menutup pelajaran dengan salam. 5 5 5 5 20 100%
Jumlah 83 82 81 84
Rata-rata 4,88 4,82 4,76 4,94
Persentase 97,
65%
96,
47%
95,
29%
98,
82%
Skor Rata-rata 4,85
Berdasarkan hasil pengamatan, persentase keterlaksanaan aktivitas guru dalam memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru sebesar
100%. Dari beberapa aktivitas guru diatas, persentase rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran
sebesar 4,85. Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata keterlaksanaan model pembelajaran berada
pada kategori 4,50 < 𝒙 ≤ 5,00 yaitu terlaksana dengan sangat baik.
Data aktivitas siswa diperoleh melalui instrument lembar observasi aktivitas siswa yang
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil rangkuman observasi setiap pertemuan
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 11
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Aspek Pengamatan Pertemuan Ke - Jumla
h
Rata-
rata
Persentase
(%)
I II III IV
Pendahuluan
Memberikan salam kepada guru dan
berdoa bersama untuk memulai
pembelajaran.
4 4 4 4 16 4 100%
Menaikkan tangan dan mengucapkan
hadir ketika guru mengabsen.
4 4 4 4 16 4 100%
Mencermati informasi dan motivasi 3 4 4 4 15 3,75 93,75%
292
yang diberikan oleh guru.
Memperhatikan tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh guru.
3 4 4 4 15 3,75 93,75%
Mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan dari guru, mengenai model
pembelajaran yang akan dilakukan
selama proses belajar mengajar.
3 4 4 4 15 3,75 93,75%
Kegiatan Inti
Mengajukan pertanyaan kepada guru
tentang hal-hal yang belum dimengerti
mengenai model pembelajaran yang
akan digunakan.
4 4 3 4 15 3,75 93,75%
Mendengarkan atau memperhatikan
penjelasan guru mengenai materi.
3 4 4 4 15 3,75 93,75%
Membentuk kelompok sesuai dengan
arahan guru.
4 4 4 4 16 4 100%
Membaca dan menyimak LKS/
lembar materi yang dibagikan.
4 3 4 4 15 3,75 93,75%
Menanyakan hal-hal yang kurang
dipahami kepada guru.
4 3 4 4 15 3,75 93,75%
Mendiskusikan dan mengerjakan
langkah-langkah dalam LKS. Pada
langkah pertama, siswa berdiskusi
untuk membuat situasi dari LKS yang
diberikan.
3 4 3 4 14 3,5 87,5%
Mendiskusikan dan mengerjakan
langkah kedua yaitu mengajukan
masalah dari LKS yang diberikan.
3 4 4 4 15 3,75 93,75%
Mendiskusikan dan mengerjakan
langkah ketiga yaitu masing-masing
kelompok menyelesaikan masalah
yang diajukan pada langkah kedua.
3 4 3 4 14 3,5 87,5%
Merolling setiap LKS kelompok untuk
mendiskusikan langkah keempat yaitu
melakukan klarifikasi yang ditulis
dalam lembar klarifikasi pada LKS
kelompok lain.
4 4 4 4 16 4 100%
Memperhatikan penjelasan guru
terkait perbaikan hasil diskusi.
4 3 4 4 15 3,75 93,75%
Penutup
Membuat rangkuman. 3 3 3 3 12 3 75%
Mencatat tugas rumah yang
diberikan oleh guru.
4 4 3 4 15 3,75 93,75%
Mendengarkan informasi dari
guru.
4 4 3 4 15 3,75 93,75%
Menjawab salam dari guru. 4 4 4 4 16 4 100%
Jumlah 68 72 70 75
Rata-rata 3,57 3,78 3,68 3,94
Skor Rata-rata 3,74
Adapun skor rata-rata aktivitas siswa dari empat pertemuan yang telah dilakukan adalah 3,74.
Berdasarkan kategori aktivitas siswa yang ditentukan, maka secara keseluruhan aktivitas siswa berada
pada kategori Sangat Baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang diajar
dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing
secara deskriptif memenuhi kriteria keefektifan.
Instrument yang digunakan untuk memperoleh data respon siswa adalah angket respon siswa.
Hasil analisis data respon siswa terhadap pelakasanaan model pembelajaran Reciprocal Teaching
293
dengan pendekatan Problem Possing yang diiisi oleh 28 siswa secara singkat ditunjukkan sebagai
berikut :
Tabel 12
Data Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pelaksanaan Model Pembelajaran Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing
No. Aspek yang direspon Respons Siswa Presentase (%)
Senang Tidak Senang Tidak
1. Siswa yang merasa senang atau tidak terhadap
komponen pembelajaran berikut ini
a. Materi Pembelajaran 28 0 100% 0%
b. LKS 23 5 82,14% 17,86%
c. Tes Hasil Belajar 26 2 92,86% 7,14%
d. Suasana Pembelajaran di kelas 14 14 50% 50%
e. Cara guru mengajar 25 3 89,29% 10,71%
Baru Tidak Baru Tidak
2. Siswa yang merasa komponen pembelajaran
berikut ini baru atau tidak :
a. Materi Pelajaran 21 7 75% 25%
b. LKS 24 4 85,71% 14,29%
c. Tes Hasil Belajar 25 3 89,29% 10,71%
d. Suasana Pembelajaran di kelas 10 18 35,71% 64,29%
e. Cara guru mengajar 27 1 96,43% 3,57%
Berminat Tidak Berminat Tidak
3. Siswa yang berminat atau tidak untuk
mengikuti pembelajaran selanjutnya, seperti
yang baru saja di ikutinya.
27 1 96,43% 3,57%
Jelas Tidak Jelas Tidak
4. Siswa yang dapat memahami dengan jelas atau
tidak bahasa yang digunakan dalam:
a. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 25 3 89,29% 10,71%
b. Tes Hasil Belajar 28 0 100% 0%
Tertarik Tidak Tertarik Tidak
5. Siswa yang tertarik atau tidak dengan
penampilan (tulisan, ilustrasi/gambar dan letak
gambar), yang terdapat dalam:
a. LKS 23 5 82,14% 17,86%
b. Tes Hasil Belajar 26 2 92,86% 7,14%
Ada Tidak Ada Tidak
6. Siswa yang merasa ada kemajuan setelah
pembelajaran tersebut (seperti mudah untuk
belajar, hasil belajar yang baik dsb).
27 1 96,43% 3,57%
Menarik Tidak Menarik Tidak
7. Siswa yang berpendapat (Menarik/ tidak
menarik) tentang kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan perangkat pembelajaran
matematika model Reciprocal Teaching
dengan pendekatan Problem Possing.
26 2 92,86% 7,14%
Setuju Tidak Setuju Tidak
8. Siswa yang setuju jika kegiatan belajar
mengajar guru menggunakan perangkat
pembelajaran matematika model Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing.
28 0 100% 0%
Rata-rata 85,91% 14,09%
Siswa yang setuju jika kegiatan belajar mengajar guru menggunakan perangkat pembelajaran
matematika model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing yaitu sebanyak 28 orang
atau dengan kata lain seluruh siswa dengan persentase 100%. Sehingga tidak ada siswa yang tidak
294
setuju jika kegiatan belajar mengajar guru menggunakan perangkat pembelajaran matematika model
Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing.
Dari 18 aspek yang direspon, persentase rata-rata siswa yang memberi respon positif terhadap
penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar
85,91%, dimana 85,91% > 80%. Karena 85,91% > 80% menunjukkan bahwa kriteria keefektifan
penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing untuk
respon siswa terpenuhi.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diatas dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan
pembelajaran terpenuhi, hasil belajar secara klasikal tuntas, aktivitas siswa efektif, dan respon siswa
lebih dari 80% positif terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing sehingga model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan
Problem Possing efektif diterapkan pada siswa Kelas VIIBb SMP Negeri 4 Tolitoli pada pokok
bahasan Statistika.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
Hasil analisis statistika inferensial pada bagian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan, Sebelum melakukan analisis statistika inferensial terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau
tidak. Pada kelas eksperimen, hasil perhitungan yang diperoleh untuk nilai awal (pre-test)
diperoleh nilai p-value>𝛼 yaitu 0,1> 𝛼 (taraf signifikansi 𝛼 = 0,05). Kriteria pengujiannya
adalah data berdistribusi normal jika p-value>𝛼 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
awal (pre-test) termasuk kategori normal.
Hasil analisis nilai post-test menunjukkan nilai p-value>𝛼 yaitu 0,137> 𝛼 . Hal ini
menunjukkan bahwa nilai post-test termasuk kategori normal. Hasil analisis n-gain hasil
belajar menunjukkan p-value>𝛼 yaitu 0,314> 𝛼 . Hal ini menunjukkan bahwa nilai n-gain
termasuk kategori normal. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.2 hasil
Statistical Package for Social Sciense (SPSS) versi 20.
b. Uji Hipotesis
1. Hasil analisis SPSS untuk nilai post-test hasil belajar matematika bahwa thitung = 5,143
dengan derajat kebebasan = 27 dan p = 0,000 . Berdasarkan tabel nilai distribusi t,
diperoleh t(0.95;dk=27) = 1,70.Karena 5,143>ttabel = 1,70 dan p< α = 0,05 maka H0 ditolak
atau H1 diterima. Ini berarti bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa Kelas VIIB B SMP
Negeri 4 Tolitoli dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing lebih besar dari 69,9 (KKM).
2. Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh Ztabel = 1,64 ,
berarti H0 diterima jika Z hitung ≤ 1,64 Karena diperoleh nilai Zhitung = 0,12 , maka
0,12 ≤ 1,64 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, artinya proporsi siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan 70 lebih kecil dari 84,9% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes.
3. Untuk nilai gain hasil belajar matematika menunjukkan thitung = 5,016, dengan derajat
bebas = 27 dan p = 0,000. Berdasarkan tabel nilai distribusi t, diperoleh t(0.95;dk=27)= 1,70.
Karena 5,016 > ttabel = 1,70 dan p < α = 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Ini berarti
bahwa nilai rata-rata gain ternomalisasi lebih besar dari 0,29.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Tolitoli XX-1 dengan kelas VIIB B sebagai
kelas eksperimen dan 28 siswa diambil sebagai sampel yang kemudian diajarkan dengan
menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika di kelas VIIB
SMP Negeri 4 Tolitoli dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing. Penelitian ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan pada kelas
eksperimen. Pertemuan pertama pemberian pre-test, kemudian 4 pertemuan selanjutnya digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, dan pertemuan terakhir pemberian post-test serta pengisian angket
sesudah perlakuan.
295
Pembelajaran matematika dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing, dimana siswa di dalam kelas dibagi
menjadi empat kelompok dimana setiap kelompoknya memiliki anggota yang terdiri dari 7 orang
siswa dengan karakteristik heterogen. Pada tahap pertama guru menjelaskan materi secara singkat,
selanjutnya guru membagikan LKS kepada setiap kelompok mengenai materi yang telah
dijelaskan.
Setelah setiap kelompok menerima LKS, guru memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk membaca dan menyimak LKS yang dibagikan. Serta memberikan kesempatan
kepada siswa bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami dalam LKS. Saat diskusi berlangsung
guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi dan memberikan
bimbingan seperlunya dengan mengamati dan mendekati siswa sambil memberikan bantuan
seperlunya.
Pada langkah pertama dalam LKS siswa dituntut berdiskusi untuk membuat situasi dalam
permasalahan didalam LKS. Pada langkah pertama dalam membuat situasi siswa diberi waktu 10
menit untuk berdiskusi. Namun, pada pertemuan pertama waktu yang diberikan kurang efisien
karena siswa masih bingung dalam membuat situasi.
Pada langkah kedua dalam LKS siswa diberikan kesempatan berdiskusi untuk mengajukan
masalah. Masalah yang mereka ajukan berkaitan dengan LKS yang dibagikan. Kemudian pada
langkah ketiga siswa dituntut untuk meyelesaikan masalah yang mereka ajukan. Hingga akhirnya
masuk pada langkah keempat atau langkah terakhir yaitu mengklarifikasi, jadi masing-masing LKS
kelompok diberikan kepada kelompok lain atau merolling LKS untuk diklarifikasi oleh kelompok
lain. Setelah diskusi dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah didalam LKS guru
mengambil alih dengan memberikan penjelasan yang terkait dengan masalah yang didiskusikan
oleh semua kelompok.
Di akhir pembelajaran, guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman yang
berkaitan dengan diskusi kelompok serta penjelasan dari guru. Setelah itu guru memberikan
Pekerjaan Rumah (PR) dan menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
Pembelajaran seperti ini tergolong efektif digunakan. Hal ini terlihat dari segi aktivitas
siswa yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut sangat jelas terlihat dari tingkah laku
mereka dalam melakukan diskusi seperti mengeluarkan pendapat mereka dalam kelompok serta
seringnya bertanya kepada guru atau teman mengenai materi pelajaran.Perubahan ini mulai terlihat
sejak pertemuan kedua, dimana jumlah siswa yang antusias dan berani bicara baik bertanya, atau
mengemukakan pendapat mulai meningkat. Hal ini disebabkan pada pertemuan pertama guru
berusaha untuk lebih dekat dengan siswa sehingga siswa tidak merasa tegang dalam belajar
matematika.
Dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing, respon siswa sangat positif. Meskipun
awalnya siswa agak kesulitan mengikuti pembelajaran karena mereka sudah terbiasa dengan
pembelajaran konvensional. Namun, pada akhirnya siswa merespon baik dan terlihat senang
dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing yang
digunakan selama pembelajaran statistika. Pembelajaran dikatakan efektif apabila setelah
pembelajaran siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil yang lebih
baik, dan siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
Dalam penelitian ini, kriteria efektivitas model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prasyarat dan tiga
indikator keefektifan, yaitu :
1. Prasyarat: Keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan analisis kuantitatif hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran, Rata-rata
keterlaksanaan proses kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 4,85. Hal ini
menunjukkan bahwa prasyarat penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing untuk keterlaksanaan pembelajaran terpenuhi. Pada pertemuan
296
pertama, guru melaksanakan pengelolaan pembelajara dengan persentase 97,65%, pertemuan
kedua sebesar 96,47%, pertemuan ketiga sebesar 95,29%, dan pertemuan keempat sebesar
98,82%. Pada pertemuan pertama, pembelajaran dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
pembelajaran model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing
yang ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sehingga terlaksana dengan 97,65%.
Setelah pembelajaran dilaksanakan, guru dan observer melakukan refleksi, melakukan
pembahasan bagaimana semua aspek dapat dilaksanakan dengan lebih baik pada pertemuan
berikutnya.
2. Indikator Keefektifan
Terdapat tiga indikator pembelajaran dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching
dengan pendekatan Problem Possing dikatakan efektif diterapkan pada siswa Kelas VIIB B
SMP Negeri 4 Tolitoli.
a) Hasil Belajar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar
dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem
Possing ditinjau dari tingkat kemampuan siswa berada pada kategori tinggi dengan tingkat
ketuntasan klasikal mencapai 85,71% serta pengetahuan siswa menunjukkan peningkatan
yang signifikan setelah belajar dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata gain ternormalisasi
siswa sebesar 0,59 yang berada pada kategori sedang. Secara keseluruhan pembelajaran
matematika dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
materi statistika. Pada hasil analisis statistika inferensial untuk nilai post-test hasil belajar
matematika siswa menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa Kelas VIIB SMP
Negeri 4 Tolitoli lebih besar dari 69,9. Namun secara inferensial proporsi siswa yang
mencapai KKM 70 lebih kecil dari 84,9%. Secara analisis deskriptif ketuntasan klasikal
peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching
dengan pendekatan Problem Possing lebih dari 84,9%, namun secara analisis inferensial
ketuntasan klasikal peserta didik kurang dari 84,9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing efektif
digunakan pada kelas VIIB yang merupakan sampel dari penelitian ini.
b) Aktivitas Siswa
Berdasarkan analisis kuantitatif hasil observasi aktivitas siswa, rata-rata aktivitas
siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 3,74 yang
berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria efektivitas
pembelajaran untuk aktivitas siswa terpenuhi.
c) Respon Siswa
Berdasarkan analisis kuantitatif angket respon siswa, persentase rata-rata siswa
yang memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 85,91% > 80%. Hal ini
menunjukkan bahwa kriteria keefektifan pembelajaran untuk respon siswa terpenuhi.
Jadi, berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
prasyarat berupa keterlaksanaan pembelajaran terpenuhi, secara deskriptif hasil belajar secara
klasikal tuntas, aktivitas siswa efektif, serta respon siswa terhadap pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing
positif (efektif). Namun, secara inferensial tidak efektif digunakan karena hasil belajar secara
klasikal tidak tuntas. Dengan demikian, model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing efektif diterapkan pada siswa kelas VIIB B SMP Negeri 4 Tolitoli
yang merupakan sampel dalam penelitian ini pada pokok bahasan statistika. Namun, dalam
populasi penerapan model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing tidak
efektif digunakan.
297
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata persentase keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing menunjukkan 4,85 terlaksana dengan sangat baik, disimpulkan
bahwa keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan
Problem Possing sebagai prasyarat telah terpenuhi.
2. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa (1) skor rata-rata post-test berada dalam kategori
“tinggi” rata-rata 83,4 (2) skor rata-rata gain ternormalisi berada dalam kategori “sedang” yakni
rata-rata 0,59 (3) persentase ketuntasan klasikal sekitar 85,71% (memenuhi kriteria ketuntasan
hasil belajar klasikal). Hasil analisis statistika inferensial menunjukkan bahwa: (1) skor rata-rata
post-test melampaui kriteria ketuntasan minimal (70), (2) skor rata-rata gain minimal dalam
kategori sedang (≥ 0,3) dan (3) persentase ketuntasan tidak melebihi 84,9% (tidak memenuhi
kriteria ketuntasan hasil belajar klasikal). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
disimpulkan bahwa secara deskriptif penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan
pendekatan Problem Possing dalam pembelajaran matematika materi statistika pada kelas VII B
SMP Negeri 4 Tolitoli berada dalam kategori efektif, namun secara inferensial masih berada
dalam kategori tidak efektif karena tidak memenuhi kriteria ketuntasan klasikal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran model Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem
Possing efektif digunakan pada kelas VII B yang merupakan sampel dari penelitian ini. Namun
pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing tidak efektif digunakan
pada populasi yakni semua kelas VII yang berada di SMP Negeri 4 Tolitoli .
3. Rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal
Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 3,74 yang berada pada kategori Sangat
Baik.
4. Penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing pada
siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Tolitoli mendapat respon positif dan dapat dikategorikan
efektif. Siswa yang memberi respon positif terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran
Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing sebesar 85,91%.
5. Berdasarkan kriteria keefektifan pembelajaran yang dikemukakan, maka penerapan model
pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pendekatan Problem Possing diterapkan pada siswa
kelas VII B SMP Negeri 4 Tolitoli.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu keterlaksanaan
penelitian ini, khususnya kepala SMP Negeri 4 Tolitoli, yang telah memberikan ijin penulis untuk
mengaktualisasikan diri, pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli, melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan karena telah membantu dana guna keterlaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hake, Richard R. 1998. Interactive-Engagement Vs. Traditional Methods: A Six-Thousand-Student
Survey Of Mechanics Test Data For Introductory Physics Courses. American Journal Of
Physics. Vol. 66, Page. 64-74.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Ikip Malang.
298
Kartawidjaja, Eddy Soewardy, 1987. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru
Bandung.
Khairiah, Jamiah, 2010. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Terbalik (Reciprocal Teaching) pada Siswa Kelas VIII SLTP ITTIHAD Makassar. Skripsi :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Yokyakarta : Tugu.
Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suryabrata, S. 2013. Metode Penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Tiro, Arif. 2008. Statistika Terapan. Makassar : Andira Publisher.
Upu, Hamza. 2003. Problem Possing dan Problem Solving dalam pembelajaran matematika.
Bandung: Pustaka Ramadhan.