Terapi Musik Keroncong

8
Firdawati, F. & Riyadi, S., “Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan ....155 Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta 2014 Fanny Firdawati 1 , Sujono Riyadi 2 ABSTRACT Background : The elderly society assumed as society which is risk health problem, includes mental health problems that is depression disorder. Depression in the elderly is serious mental health disorders even though our understanding of the causes of depression and the development of pharmacological and psychotherapeutic treatment has become more advanced. There are several treatments that can reduce depression, one of which is with music. Services are recreational activities that are developed at Panti Wredha Budhi Dharma is keroncong music therapy activities. The Aim : To Find out the relationship keroncong music therapy and depression of the elderly level at Panti Wredha Budhi Dharma. Methods : This research uses the correlational analytic survey with cross sectional approach. The study population amounted to 52 elderly people, there are 30 samples elderly people by sampling methods using purposive sampling method.The research instrument is the questionnaire, the method of data analysis uses Kendall ‘s tau test. Results : There is a relationship between the level of keroncong music therapy of depression in the elderly at Budhi Dharma. It is indicated of Kendall - Tau correlation values ( ô ) of 0.699 with p value = 0.000 Conclusion : There is a relationship keroncong music therapy and depression of the elderly level at Panti Wredha Budhi Dharma. Keywords : The Elderly , Depression Level , Music Therapy keroncong PENDAHULUAN Masa lanjut usia oleh sebagian besar orang dianggap sebagai masa penurunan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Pada masa ini terjadi penurunan kondisi fisiologis, psikologis dan sosial, yang jika tidak dapat dilalui dengan baik maka akan muncul hambatan- hambatan dalam menjalani aktivitas sehari- hari. Ciri-ciri usia lanjut yang cenderung menuju pada kesengsaraan serta adanya penyesuaian diri yang buruk. Orang-orang pada masa usia lanjut seringkali membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain, khususnya dari orang-orang ter- dekatnya seperti keluarga, sahabat dan kelom- pok sosial seusianya. 155 1. S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta 2. Dosen S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta

description

Terapi Musik Keroncong

Transcript of Terapi Musik Keroncong

  • Firdawati, F. & Riyadi, S., Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan .... 155

    Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan Tingkat DepresiPada Lansia Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta 2014

    Fanny Firdawati1, Sujono Riyadi2

    ABSTRACT

    Background : The elderly society assumed as society which is risk health problem, includesmental health problems that is depression disorder. Depression in the elderly is serious mentalhealth disorders even though our understanding of the causes of depression and thedevelopment of pharmacological and psychotherapeutic treatment has become moreadvanced. There are several treatments that can reduce depression, one of which is withmusic. Services are recreational activities that are developed at Panti Wredha Budhi Dharmais keroncong music therapy activities.

    The Aim : To Find out the relationship keroncong music therapy and depression of the elderlylevel at Panti Wredha Budhi Dharma.

    Methods : This research uses the correlational analytic survey with cross sectional approach.The study population amounted to 52 elderly people, there are 30 samples elderly people bysampling methods using purposive sampling method.The research instrument is thequestionnaire, the method of data analysis uses Kendall s tau test.

    Results : There is a relationship between the level of keroncong music therapy of depressionin the elderly at Budhi Dharma. It is indicated of Kendall - Tau correlation values ( ) of 0.699with p value = 0.000

    Conclusion : There is a relationship keroncong music therapy and depression of the elderlylevel at Panti Wredha Budhi Dharma.

    Keywords : The Elderly , Depression Level , Music Therapy keroncong

    PENDAHULUAN

    Masa lanjut usia oleh sebagian besar orangdianggap sebagai masa penurunan yang tidakdapat dihindari oleh setiap manusia. Pada masaini terjadi penurunan kondisi fisiologis,psikologis dan sosial, yang jika tidak dapat dilaluidengan baik maka akan muncul hambatan-hambatan dalam menjalani aktivitas sehari-

    hari. Ciri-ciri usia lanjut yang cenderungmenuju pada kesengsaraan serta adanyapenyesuaian diri yang buruk.

    Orang-orang pada masa usia lanjut seringkalimembutuhkan bantuan dan dukungan dariorang lain, khususnya dari orang-orang ter-dekatnya seperti keluarga, sahabat dan kelom-pok sosial seusianya.

    155

    1. S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta

    2. Dosen S1 Keperawatan STIKes Yogyakarta

  • 156 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 05 No. 02 Juli 2014

    Menurut World Health Organization (WHO)dalam jangka beberapa tahun terakhir inijumlah penduduk dunia yang sudah lanjut usiamengalami peningkatan yakni pada tahun 2010penduduk lansia mencapai 350 juta jiwa danyang mengalami depresi sekitar 20%.

    Sedangkan pada tahun 2011 jumlah pen-duduk dunia yang sudah lanjut usia hanyasekitar 250 juta jiwa dan yang mengalamidepresi sekitar 19%. Sementara pada tahun 2012penduduk lansia mencapai 680 juta jiwa danyang mengalami depresi sekitar 32%. Perkem-bangan lansia sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang dibanding dengan negara-negara maju di dunia (Ishak, 2013). Kelompoklansia dipandang sebagai kelompok masyarakatyang beresiko mengalami gangguan kesehatan,termasuk masalah kesehatan jiwa, termasukadalah gangguan depresi (DepKesRI, 2004).Sejauh ini, prevalensi depresi pada lansia didunia berkisar 8%-15% dan hasil meta analisisdari laporan negara-negara di dunia men-dapatkan prevalensi rata-rata depresi padalansia adalah 13,5% dengan perbandinganwanita-pria14,1:8,6. Adapun prevalensi depresipada Lansia yang menjalani perawatan di RS danpanti perawatan sebesar 30-45% (Kompas,2008).

    Menurut data yang dikeluarkan oleh Kemen-terian Sosial Republik Indonesia bahwa jumlahlansia yang ada di Indonesia tiap tahunmengalami peningkatan. Pada tahun 2008berjumlah 9,5 juta jiwa dan yang mengalamidepresi sekitar 20%, tahun 2009 berjumlah 11,3juta jiwa dan yang mengalami depresi sekitar18%, memasuki tahun 2010 lansia berjumlah17,2 juta jiwa. Pada tahun 2011 lansia mencapai19,5 juta jiwa dan yang mengalami depresisekitar 32% (Ishak, 2013).

    Menurut Data Statistik Indonesia (BPS) padatahun 2011, jumlah lansia yang berada diYogyakarta berjumlah 425.580 jiwa dan jika lebihdispesifikan lagi, jumlah lansia yang berada diKota Yogyakarta berjumlah 37.934 jiwa dengankeadaan kesehatan baik 25.671 jiwa, buruk

    9.950 jiwa, dan kurang 2.313 jiwa. Pola perkem-bangan di masyarakat dengan adanya kecen-derungan semakin banyak keluarga denganberbagai alasan dan pertimbangan memasukananggota keluarga yang lanjut usia ke pantisosial. Lansia dengan banyak keterbatasandalam proses daya ingat, kekuatan fisik,kecepatan gerak, penurunan fungsi indera akanmempengaruhi fungsi psikososialnya. Tanpadisadari hal ini menimbulkan permasalahantersendiri bagi lansia yang kurang bisa meng-antisipasinya sehingga dapat menimbulkandepresi (Kristian, 2011).

    Depresi pada lanjut usia terus menjadimasalah kesehatan mental yang serius mes-kipun pemahaman kita tentang penyebabdepresi dan perkembangan pengobatan farma-kologis dan psikoterapeutik sudah sedemikianmaju. Gejala-gejala ini sering berhubungandengan penyesuaian yang terhambat terhadapkehilangan dalam hidup dan stressor. Stresorpencetus seperti pensiun yang terpaksa,kematian pasangan, kemunduran kemampuanatau kekuatan fisik dan kemunduran kesehatanserta penyakit fisik, kedudukan sosial, ke-uangan, penghasilan dan rumah tinggal se-hingga mempengaruhi rasa aman lansia danmenyebabkan depresi (Azizah, L.M. 2011).

    Keperawatan gerontik merupakan suatubentuk pelayanan keperawatan yang profe-sional dengan menggunakan ilmu dan kiatkeperawatan gerontik, mencakup biopsiko-sosial dan spiritual, dimana klien adalah orangyang telah berusia > 60 tahun, baik yangkondisinya sehat maupun sakit, yang bertujuanuntuk memenuhi kenyamanan lansia, memper-tahankan fungsi tubuh, serta membantu lansiamenghadapi kematian dengan tenang dandamai melalui ilmu dan tekhnik keperawatangerontik (Siti Maryam, dkk 2011). Salah satuterapi komplementer yang dapat dilakukan olehperawat untuk mengatasi depresi pada lansiaadalah dengan pemberian terapi musik yangbertujuan membantu pencapaian perubahantingkah laku dan alam perasaan lansia dengandepresi (Mucci & Katte, 2004).

  • Firdawati, F. & Riyadi, S., Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan .... 157

    Menurut Eliopoulus 2005 dalam buku Me-ngenal Usia Lanjut dan Perawatannya, sifatasuhan keperawatan gerontik adalah inde-penden (mandiri), interdependen (kolaborasi),humanistik, dan holistik. Peran dan fungsiperawat gerontik adalah sebagai pemberiasuhan keperawatan secara langsung, sebagaipendidik bagi lansia, keluarga dan masyarakat.Perawat juga dapat menjadi motivator daninnovator dalam memberikan advokasi padaklien serta sebagai konselor.

    Ada beberapa pengobatan yang mampumengurangi depresi, salah satunya adalahdengan musik. Musik dapat menghubungkanantara pikiran dan hati para penderita depresisehingga mereka dapat membuka diri. Keha-diran musik sebagai bagian dari kehidupanmanusia bukanlah hal yang baru. Setiap budayadi dunia memiliki musik yang khusus diper-dengarkan atau dimainkan berdasarkan peris-tiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalananhidup anggota masyarakatnya (Purbowinoto,E.S dan Kartinah, 2011).

    Saat ini musik sudah sampai pada pengaruhatau peran musik dalam kehidupan manusia danmasyarakat. Musik bahkan merambah domainpenelitian mengenai otak dan mendorongupaya riset yang luas hingga ke aplikasi musiksecara biomedik. Semua jenis bunyi atau bilabunyi tersebut dalam suatu rangkaian teraturyang kita kenal dengan musik, akan masukmelalui telinga, kemudian menggetarkangendang telinga, mengguncang cairan di telingadalam serta menggetarkan sel-sel berambut didalam koklea untuk selanjutnya melalui sarafkoklearis menuju ke otak. Berbagai penelitiantelah menunjukan bahwa terapi musik terbuktiefektif dalam membantu rehabilitasi gangguanfisik, peningkatan motivasi dalam menjalaniperawatan, memberikan dorongan emosionaluntuk pasien dan keluarga, mengekspresikanperasaan dan membantu dalam berbagaiproses fisioterapi (Djohan, 2006).

    Berdasarkan studi pendahuluan yang di-lakukan pada tanggal 19 November 2013

    diperoleh data bahwa 10 lansia dilokasipenelitian memberikan gambaran bahwaempat orang menyatakan mereka merasakurang puas dengan kehidupannya, dan ter-kadang merasa sering resah dan gelisah. tigaorang lansia menyatakan bahwa lebih sukamenyendiri dari pada berkumpul dengan paralansia lain, dua orang lansia mengatakan takutbahwa sesuatu yang buruk akan terjadi padasuatu saat nanti. dan satu orang lansia menya-takan merasa tidak berguna. Berdasarkanfenomena yang bermunculan tentang depresipada lansia, maka peneliti tertarik untukmelakukan penelitian mengenai hubunganterapi musik keroncong dengan tingkat depresipada lansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan jenis penelitianmetode Survei Analitik, pengambilan databerdasarkan pendekatan waktu menggunakanmetode cross sectional. Populasi dalam pene-litian ini adalah 52 orang lansia yang ada di PantiWredha Budhi Dharma Yogyakarta pada bulanApril 2014. Jumlah sampel adalah 30 orangdengan teknik samplingnya menggunakanpurposive sampling, sampel diambil dengankriteria inklusi dan eksklusi.

    Analisa data dalam penelitian ini meng-gunakan analisis univariat dan bivariat, analisisunivariat menggunakan deskriptif kuantitatif.Analisis bivariat dilakukan uji hipotesis dengankendals tau.

    HASIL PENELITIAN

    Pengambilan data pada penelitian ini di-lakukan sesuai kriteria inklusi yang sudahditentukan sebelumnya oleh peneliti. Dalampenelitian peneliti dan assistant penelitimelakukan pendataan dan observasi pada ceklist sesuai dengan petunjuk pengisian, dari hasilpengolahan data didapatkan hasil sebagaiberikut:

  • 158 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 05 No. 02 Juli 2014

    1. Karakteristik Responden Penelitian

    a. Berdasarkan Usia Lansia

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia

    Tabel 4.1 menunjukkan usia lansia diPanti Wredha Budhi Dharma Yogyakartayang sebagian besar berusia antara 70-80tahun yaitu sebanyak 16 orang (53%),sedangkan lansia yang berusia antara 60-69tahun sebanyak 10 orang (33,3 %) dimanausia termuda adalah 62 tahun yaitu sebanyak5 orang. Sisanya berusia lebih dari 80 tahunsebanyak 4 orang (13,3%).

    b. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Tabel 2. Distribusi Frekuensi BerdasarkanPendidikan

    Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pendi-dikan lansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta untuk tingkat SD yaitu sebanyak9 orang (30%), tingkat SMP sebanyak 5 orang(16,7%), tingkat SMA dan STM masing-masing 2 orang (6,7%) dan 1 orang (3,3%).Sedangkan sisanya sebagian besar tidaksekolah atau mencapai 43%.

    c. Berdasarkan Lama Tinggal Di Panti

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan LamaTinggal di Panti

    Tabel 4.3 menunjukkan lama lansiatinggal di Panti Wredha Budhi Dharma

    Yogyakarta. Sebagian besar lansia tinggal dipanti kurang dari 5 tahun (46,7%), sedangkanlansia yang tinggal antara 5-10 tahun ada 10orang (33,3%). Lansia yang sudah tinggal dipanti antara 11-15 tahun ada 4 orang (13,3%).Sedangkan sisanya adalah lansia yang sudahtinggal lebih dari 15 tahun yakni sebanyak 2orang (6,7%).

    d. Deskripsi Partisipasi Dalam TerapiMusik

    Tabel 4. Distribusi Frekuensi Partisipasi LansiaDalam Terapi Musik Keroncong

    Tabel 4.4 menunjukkan partisipasi lansiadalam terapi musik keroncong di PantiWredha Budhi Dharma Yogyakarta. Ber-dasarkan table 4.4 tersebut diperolehinformasi bahwa sebanyak 7 orang lansia(23,3%) tergolong kategori tidak aktif dalamterapi musik keroncong. Sedangkan 43%atau sebanyak 13 orang lansia masuk dalamkategori sedang dalam hal partisipasi padaterapi musik keroncong. Sisanya sebanyak10 orang lansia (33,3%) merupakan lansiayang berpartisipasi aktif dalam terapi musikkeroncong.

    2. Deskripsi Tingkat Depresi Pada Lansia

    Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi PadaLansia

    Tabel 4.5 menunjukkan tingkat depresipada lansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta. Berdasarkan tabel 4.5 tersebutdiperoleh informasi bahwa sebanyak 7orang lansia (23,3%) tergolong kategoridepresi sedang-berat. Sedangkan 40% atausebanyak 12 orang lansia masuk dalam

  • Firdawati, F. & Riyadi, S., Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan .... 159

    kategori depresi ringan. Sisanya sebanyak11 orang lansia (36,7%) tidak mengalamidepresi.

    3. Deskripsi Hubungan Partisipasi TerapiMusik Dengan Tingkat Depresi PadaLansia

    Tabel 6. Tabulasi Silang Terapi Musik DenganTingkat Depresi Pada Lansia di PantiWredha Budhi Dharma Yogyakarta

    Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwalansia yang tidak aktif dalam terapi musiksemuanya mengalami depresi, baik itudepresi ringan (10%) maupun yang terkenadepresi sedang-berat (13,3%). Sedangkanuntuk lansia yang masuk dalam kategorisedang pada terapi musik, sebanyak 3 orangmasuk dalam kategori depresi sedang-berat,delapan orang masuk dalam kategori depre-si ringan, dan hanya sebanyak 2 orang (6,7%)yang tidak mengalami depresi. Kemudianuntuk lansia yang aktif dalam terapi musik,seluruhnya tidak ada yang mengalamidepresi sedang-berat, walau masih adalansia yang masuk dalam kategori depresiringan sebanyak 1 orang, sedangkan sisanya30% tidak mengalami depresi.

    Tabel 7. Hasil Korelasi Kendall-Tau (T) PartisipasiTerapi MusikDengan Tingkat Depresi PadaLansia

    Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwanilai korelasi Kendall-Tau () sebesar 0,699dengan nilai p value 0,000 < = 0,05. Hasil

    ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, sehinggahipotesis penelitian yang menyatakanbahwa terdapat hubungan terapi musikkeroncong dengan tingkat depresi padalansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta.

    PEMBAHASAN

    Pembahasan penelitian yang bertujuanuntuk mengetahui hubungan terapi musikkeroncong dengan tingkat depresi pada lansiadi Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakartaadalah sebagai berikut :

    1. Partisipasi Dalam Terapi Musik

    Berdasarkan hasil analisis univariat terhadapterapi musik pada lansia di Panti Wredha BudhiDharma Yogyakarta diperoleh informasi bahwasebanyak 7 orang lansia (23,3%) tergolongkategori tidak aktif dalam terapi musik keron-cong. Sedangkan 43% atau sebanyak 13 oranglansia masuk dalam kategori sedang dalam halpartisipasi pada terapi musik keroncong.Sisanya sebanyak 10 orang lansia (33,3%)merupakan lansia yang berpartisipasi aktifdalam terapi musik keroncong.

    Terapi musik, dalam hal ini musik keroncong,sangat penting dalam mengembangkan potensidan atau memperbaiki individu, baik melaluipenataan diri sendiri maupun dalam hubungan-nya dengan orang lain, agar ia dapat mencapaikeberhasilan dan kualitas hidup yang lebihbaik. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihatbahwa tingkat partisipasi lansia dalam terapimusik keroncong masih sangat tinggi yaitumayoritas masuk dalam kategori sedang danaktif (43% dan 33,3%) sedangkan hanya sebagiankecil (7 orang) saja yang tidak aktif dalam terapimusik. Hal ini disebabkan karena bermain musikdapat menenangkan pikiran, menghilangkanperasaan bosan dan jenuh, kebebasan dalammengekspresikan perasaan ke dalam musik,baik bernyanyi , menari ataupun dengan hanyamendengarkan. Sependapat dengan teoriDjohan, (2006) yang menyatakan bahwa peng-gunaan terapi musik ditentukan oleh intervensi

  • 160 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 05 No. 02 Juli 2014

    musikal dengan maksud memulihkan, menjaga,memperbaiki emosi, fisik, psikologis, dankesehatan serta kesejahteraan spiritual.

    2. Tingkat Depresi Pada Lansia

    Berdasarkan hasil analisis univariat terhadaptingkat depresi pada lansia di Panti WredhaBudhi Dharma Yogyakarta diperoleh informasibahwa sebanyak 7 orang lansia (23,3%) ter-golong kategori depresi sedang-berat. Se-dangkan 40% atau sebanyak 12 orang lansiamasuk dalam kategori depresi ringan. Sisanyasebanyak 11 orang lansia (36,7%) tidak meng-alami depresi.

    Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritaslansia masuk dalam kategori depresi ringan(40%) bahkan sebanyak 23% dari total lansia diPanti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta tidakmengalami depresi, walaupun masih ada lansia(23,2%) yang masih masuk dalam kategoridepresi sedang-berat. Hal ini dapat terjadidikarenakan dengan mengikuti terapi musikkeroncong ketegangan otot dapat dikurangi,memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, danmengurangi perasaan yang tidak menye-nangkan, dan meningkatkan rasa kepercayaandiri pada lanjut usia. Selain itu juga terapi musikkeroncong merupakan wadah untuk mening-katkan sosialisasi dan keakraban antara sesamalanjut usia yang berada di panti. Hal ini sepen-dapat dengan pernyataan Djohan (2006) menge-nai tiga konsep utama pengaruh musik, yaitu :(1) Musik penting karena merupakan suatu halyang baik, (2) Musik merupakan bagian darikehidupan serta salah satu keindahan budayamanusia, selain terdapat nilai-nilai positif yangsangat berguna, (3) Dengan mengembangkankemampuan musik maka akan dimiliki ke-unggulan-keunggulan yang menyertainya.

    3. Hubungan Partisipasi Terapi MusikDengan Tingkat Depresi Pada Lansia

    Hasil analisa bivariat terapi musik dengantingkat depresi pada lansia menunjukkanbahwa lansia yang tidak aktif dalam terapimusik semuanya mengalami depresi, baik itu

    depresi ringan maupun yang terkena depresisedang-berat. Sedangkan untuk lansia yangaktif dalam terapi musik, seluruhnya tidak adayang mengalami depresi sedang-berat, walaumasih ada lansia yang masuk dalam kategoridepresi ringan sebanyak 1 orang, tetapi sisanyamayoritas tidak mengalami depresi. Hal ter-sebut dapat menjelaskan bahwa terapi musikkeroncong memiliki hubungan dengan tingkatdepresi pada lansia di Panti Wredha BudhiDharma Yogyakarta. Hal tersebut dikuatkandengan hasil uji korelasi atau hubunganmenggunakan teknik Kendal tau.

    Nilai korelasi Kendall-Tau (T) sebesar 0,699dengan nilai p value 0,000 < = 0,05. Hasil inimenunjukkan bahwa terapi musik keroncongmemiliki hubungan yang signifikan dengantingkat depresi pada lansia di Panti WredhaBudhi Dharma Yogyakarta. Nilai koefisienkorelasi yang positif mempunyai arti bahwameningkatnya partisipasi lansia pada terapimusik keroncong akan berakibat pada tingkatdepresi lansia yang semakin membaik. Nilaitersebut jika di bandingkan dengan kekuatanhubungan menurut sugiyono (2010) yaitu : 0,000sampai 0,199 dikategorikan sangat rendah,0,200 sampai 0,399 rendah, 0,400 sampai 0,599sedang, 0,600 sampai 0,799 kuat, dan 0,800sampai 1,000 sangat kuat. Maka nilai koefisienkorelasi (r) pada angka 0,699 pada level kuat.Hasil penelitian ini searah dengan hasil pe-nelitian Shalehuddin (2011), yaitu PengaruhTerapi Musik Gamelan Jawa Terhadap Depresipada Lansia di UPT Pelayanan Sosial LansiaPasuran. Hasil penelitian menunjukan adanyapersamaan antara Hasil statistik menunjukantingkat signifikan 0,000 yang dapat disimpulkanbahwa musik gamelan jawa digunakan sebagaiterapi memiliki efek pada penurunan jumlahorang yang mengalami depresi di kalanganorang tua. Uji rank wilcoxon menunjukan bahwapada perlakuan musik pop memiliki rata-rataterkecil dalam menurunkan tingkat depresidengan hasil 0,667. Hasil ini berbeda halnyadengan penelitian yang dilakukan oleh Chan etall (2009) yang meneliti mengenai Effect of

  • Firdawati, F. & Riyadi, S., Hubungan Terapi Musik Keroncong Dengan .... 161

    music on depression levels and physiologicalresponses in community-based older adults.Hasil penelitian menunjukan tidak ada per-bedaan yang signifikan dalam pengurangantingkat depresi antara orang tua dalam inter-vensi musik kelompok dan orang-orang dalamkelompok control dan tidak ada perubahanyang signifikan pada tingkat depresi.

    Berbeda halnya dengan penelitian yangdilakukan oleh Purbowinoto (2011) yaitu dariuji normalitas data diperoleh data distribusidengan p = 0,016 (p < 0,05), sehingga keputusanyang diambil adalah Ho ditolak. Ho ditolakberarti ada Pengaruh terapi musik terhadapperubahan tingkat depresi pada lansia di PSTWBudhi Luhur Kasongan Bantul. Hal ini mem-berikan bukti ilmiah pentingnya terapi musikkeroncong terhadap tingkat depresi padalansia. Alasan terapi musik keroncong memilikihubungan yang signifikan dengan tingkatdepresi pada lansia karena dengan mening-katnya partisipasi lansia pada terapi musikkeroncong akan berakibat pada tingkat depresilansia yang semakin membaik.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pada tujuan penelitian,pembahasan, dan hasil penelitian yang telahdiuraikan pada bab sebelumnya, maka dalampenelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut :

    1. Diketahui hubungan terapi musik keron-cong dengan tingkat depresi pada lansia diPanti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.Diketahui gambaran terapi musik padalansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta. Diketahui tingkat depresi padalansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta.

    2. Mayoritas lansia masuk dalam kategoridepresi ringan (40%) bahkan sebanyak 23%dari total lansia di Panti Wredha BudhiDharma Yogyakarta tidak mengalami dep-resi, walaupun masih terdapat lansia

    (23,2%) yang masih masuk dalam kategoridepresi sedang-berat.

    3. Terdapat hubungan antara terapi musikkeroncong dengan tingkat depresi padalansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta yang ditunjukkan dengan p value0,000.

    B. Saran

    Berdasarkan pada kesimpulan di atas danpengamatan penulis di lokasi penelitian, makapenulis mengajukan saran ke beberapa pihaksebagai berikut:

    1. Bagi Kepala Panti Wredha Budhi DharmaYogyakartaSebaiknya para petugas mengemas teknispelaksanaan terapi musik keroncongdengan lebih menarik agar meningkatkanpartisipasi aktif dari lansia yang ada di sana.

    2. Bagi Lansia di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakartaSebaiknya lebih mengikutsertakan dirisecara aktif dalam terapi musik yangdilakukan di Panti Wredha Budhi DharmaYogyakarta.

    3. Bagi Profesi Keperawatan GerontikSebagai masukan tentang hubungan terapimusik dengan tingkat depresi pada lanjutusia di panti dan dapat digunakan sebagaireferensi dan acuan tambahan untuk pene-litian lebih lanjut mengenai terapi musik.

    4. Bagi Institusi Terkait (STIKes Yogyakarta)Diharapkan akan lebih mengembangkanpenelitian lebih lanjut mengenai terapimusik keroncong dengan tingkat depresisehingga dapat dijadikan referensi danbahan bacaan bagi institusi pendidikan.

    5. Bagi Peneliti LainnyaDiharapkan lebih mengembangkan pene-litian untuk bisa menggali lebih dalam lagifaktor-faktor lain yang berpengaruh ter-hadap tingkat depresi maupun pengaruhdari terapi musik terhadap responden lain.

  • 162 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 05 No. 02 Juli 2014

    KEPUSTAKAAN

    Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

    Arikunto, S. (2010) Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta.

    Azizah, L.M. (2011) Keperawatan Lanjut Usia.Graha Ilmu. Yogyakarta.

    Chan, M.F, et.al. (2009) Effect of music ondepression levels and physiologicalresponses in community-basedolder adults. (internet). LibMed.Yogyakarta. http://libmed.ugm.ac.id ( Accessed 11November 2013)

    Djohan. (2005) Psikologis musik. Penerbit BukuBaik. Yogyakarta.

    Djohan. (2006) Terapi musik. Galang press.Yogyakarta.

    Handayani, S, Riyadi, S. (2011) PedomanPenulisan Karya Tulis Ilmiah BidangKesehatan. Samodera Ilmu Press.Yogyakarta.

    Hardianto. (2013) Sejarah Musik Keroncong diIndonesia. (internet) http://wordpress. com (Accessed 10Desember 2013)

    Ishak. (2013) Gambaran Tingkat Depresi PadaLansia. (internet) http://wordpress.com (Accessed 08Desember 2013)

    Johnson. (2012) Buku Ajar KeperawatanGerontik Edisi 2. EGC. Jakarta.

    Kelana. (2012) Seputar Asal Usul MusikKeroncong. http://wordpress.com(Accessed 08 Desember 2013)

    Mujahidullah, K. (2012) Keperawatan Gerontik

    Merawat Lansia Dengan Cinta DanKasih Sayang. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

    Notoatmodjo, S. (2005) Ilmu KesehatanMasyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

    Notoatmodjo, S. (2010) Metode PenelitianKesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

    Priyantari, W dan Murwani, A. (2010) GerontikKonsep Dasar dan AsuhanKeperawatan Home Care dankomunitas. Fitramaya. Yogyakarta.

    Purbowinoto, E.S, Kartinah. (2011) PengaruhTerapi Musik Keroncong TerhadapPenurunan Tingkat Depresi PadaLansia. (internet). Yogyakrta. http:// p u b l i k a s i i l m i a h . u m s . a c . i d(Accessed 09 November 2013)

    Rachmawati, Y. (2005) Musik SebagaiPembentuk Budi Pekerti. Jalasutra.Yogyakarta.

    Rizka, (2012) Hubungan Antara Tingkat DepresiDengan Tingkat KemampuanMelakukan Aktivitas Dasar Sehari-hari pada Lansia.(internet) http://repository. unand.ac.id(Accessed, 18 Maret 2014)

    Stanley, M. (2012) Buku ajar KeperawatanGerontik. EGC. Jakarta.

    Sugiyono. (2010) Statistik untuk Penelitian.Alfabeta. Bandung.

    Sugiyono. (2013) Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung.

    Sutanta. Ed. (2013) Pedoman Penulisan KaryaIlmiah Tugas Akhir/Skripsi. LP3MSTIKes Yogyakarta. Yogyakarta.