Teori kognatif (psikologi).pdf

14

Click here to load reader

description

note about psiko

Transcript of Teori kognatif (psikologi).pdf

  • Perkembangan Kognitif dalam Persprektif Piaget

    Ditulis pada April 20, 2008 oleh luthfis

    Oleh: Luthfi Seli Fauzi

    Secara sederhana Seifert dan Hoffnung mendefinisikan perkembangan sebagai

    long term change in a persons growth, feeling, patterns of thinking, social

    relationships, and motor skills. Sementara itu Chaplin mengartikan perkembangan

    sebagai perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai

    dari lahir sampai mati. Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas

    menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu

    dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.

    Menurut F.J. Monks, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses

    kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan

    menunjuk kepada sifat yang tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan

    juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu

    organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, beradasarkan pertumbuhan,

    pematanagn dan belajar.

    Santrock menjelaskan pengertian perkembangan sebagai berikut :

    development is the pattern of change that begin at conception and continous

    throught the life span. Most development involves growth, although it includes decay

    (as in death and dying). The pattern of movement is complex because it is product of

    several processes-biological, cognitive, and socio motional.

    Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari berbagai definisi diatas adalah

    bahwa perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang sermakain

    membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang

    berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah

    dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melaui proses

    pertumbuhan, pematangan dan belajar.

    Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru

    yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi.

    Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tapi pasti, melalui suatu tahap

    ke tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa

    pembuahan dan berakhir dengan kematia Ini menunjukan bahwa sejak masa

    konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan selalu

    mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan.

    Selama masa kanak-kanak sampai menginjak remaja misalnya, ia mengalami

    perkembangan dalam struktur fisik dan mental, jasmani dan rohani sebagai ciri-ciri

    dalam memasuki jenjang kedewasaan. Demikian seterusnya, perubahan-perubahan

    diri individu itu terus berlangsung tanpa henti, meskiipun perkembangannya semakin

    hari semakin pelan, setelah ia mencapai titik puncaknya. Ini berarti dalam konsep

    perkembangan juga tercakup makna pembusukan (decay) seperti kematian.

  • Teori Kognitif Piaget

    Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahawa kemampuan kognitif

    merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak.

    Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara

    aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

    Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang

    menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek

    dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi

    dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial

    seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek

    untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk

    memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-

    peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

    Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun

    pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun

    proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh

    pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam

    menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam

    mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah

    ia punyai.

    Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-

    tahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan

    Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat

    invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi

    karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya

    pengorganisasian struktur berfikir.

    Untuk menunjukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku

    yang terorganisir Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua

    komponen ini berarti bahwa kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisir dan

    diadaptasi, sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.

    Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan

    merespons berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola

    sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang

    memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan

    jenis situasi. Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan

    oleh Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan

    lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini

    terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.

    1. Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen

    eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme.

    Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan

    internal. Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat

    manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai

  • kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam

    istilah-istilah yang sebelumnya telah mereka ketahui.

    2. Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau

    menggabung-gabungakn istilah lama untuk menghadapin tantangan baru.

    Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki

    sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi kalau

    pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi

    perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaiakan diri

    denagn objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada

    dalam diri seseorang mengalami perubahan suapaya sesuai dengan

    rangsangan-rangsangan objeknya.

    Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan

    penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan

    (ekuilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan

    aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Agar terjadi ekuilibrasi antara

    individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa asimilasi dan akomodasi harus

    terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.

    Perkembangan Kognitif Pada Setiap Masa Menurut Piaget

    A. Perkembangan Masa Bayi

    Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembanagn pemikiran dibedakan atas

    empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional

    konkret, dan operasional formal.

    Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensoris motorik, tahap sensoris

    motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun. Selama tahap

    ini perkembangan mental ditandai dengan perkembangan pesat dengan

    kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui

    gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam hal ini bayi yang baru lahir

    bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan terhadap alat-alat

    indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut,

    yakni melaui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar 2

    tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi

    suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia dua tahun dapat

    membayangkan sebuah mainan dan dan memanipulasinya dengan tangannya

    sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-

    kata sederhana, seperti mama melompat untuk menunjukan telah terjadinya

    sebuah peristiwa sensoris motorik.

  • B. Perkembanagn Masa Anak-Anak Awal

    Perkemabnagn kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap

    praoperasional (preoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun.

    Pada tahap ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentisme

    mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang

    magis.

    Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat

    pada pemikiran operasional, sekalipaun label praoperasional menekankan bahwa

    pada tahap ini belum berpikir secara operasional. Dalam tahap pra operasional

    pemikiran masih kacau dan tidak terorganisir secara baik. Pemikiran praoperasional

    adalah awal dari kemampuan untuk merekonstruksi pada level pemikiran apa yang

    telah ditetapkan dalam tingkah laku. Pemikiran praoperasional juga mencakaup

    transisi dari penggunaan simbol-simbol primitif kepada yang lebih maju.

    C. Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-Anak

    Pemikiran anak-anak pada masa ini disebut pemikiran operasional konkrit

    (concrete operational thought). Menurut Piaget operasi adalah hubungan-hubungan

    logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah

    aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek atau peristiwa-peristiwa nyata

    atau konkrit dapat diukur.

    Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis, ia mulai mampu

    memahami operasi sejumlah konsep. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,

    mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra,

    karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh

    mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan

    yang berasifat menetap.

    Anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari

    konservasi, yaitu kemampuan anak untuk berhubungan dengan berhubungan

    dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak. Hal ini karena pada masa

    ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-

    operasi yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas.

    D. Perkembangan Masa Remaja

    Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja

    telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought),

    yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai kira-kira 11 atau 12 tahun

    dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap

  • ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak sudah

    mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.

    Diasamping itu pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara

    sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk

    memecahkan masalah.

    Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif

    anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa

    pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya

    perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman

    sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas

    pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998).

    Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang

    perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun

    sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan

    iteraksi-interaksi mereka?

    Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di

    lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan

    kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah.

    1. Sensori motor (usia 0 - 2 tahun)

    2. Pra operasional (usia 2 7 tahun)

    3. Operasional kongkrit (usia 7 11 tahun)

    4. Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa)

    Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget ini, untuk siswa SLTP dengan

    rentang usia 11 15 tahun berada pada taraf perkembangan operasi formal? Pada

    usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek perkembangan remaja?

    Dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi kongkrit

    kepenerapan operasi formal dalam bernalar? Remaja mulai menyadar keterbatasan-

    keterbatasan pemikiran mereka, di mana mereka mulai bergelut dengan konsep-

    konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.

    Piaget menemukan bahwa penggunaan operasi formal bergantung pada keakraban

    dengan daerah subyek tertentu? Apabla siswa akrab dengan suatu obyek tertentu,

    lebih besar kemungkinannya menggunakan menggunakan operasi formal (Nur,

    2001). Menurut Piaget (dalam Slavin, 1994:145), perkembangan kognitif sebagian

    besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif

    berinteraksi dengan lingkungannya? Berikut ini adalah implikasi penting dalam

    pembelajaran fisika dari teori Piaget.

  • 1) Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar

    pada hasilnya? Disamping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses

    yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. (Bandingkan dengan

    teori belajar perilaku yang hanya memusatkan perhatian kepada hasilnya,

    kebenaran jawaban, atau perilaku siswa yang dapat diamati). Pengamatan belajar

    yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang

    mutakhir, dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa

    untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam

    posisi memberikan pengalaman sesuai dangan yang dimaksud.

    2) Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam

    kegiatan pembelajaran? Didalam kelas Piaget, penyajikan pengetahuan jadi (ready-

    made) tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri

    pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Sebab itu guru

    dituntut mempersiapkan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak melakukan

    kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. Menerapkan teori Piaget berarti dalam

    pembelajaran fisika banyak menggunakan penyelidikan.

    3) Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal kemajuan per-

    kembangan?Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati

    urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada

    kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan upaya untuk mengatur

    kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil dari pada bentuk kelas yang utuh.

    Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan

    informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu

    yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir

    formal.

    sumber : Trimanjuniarso.wordpress.com

    TEORI MORAL PEAGET

    Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-aturan dan ketentuan-

    ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang dalam berinteraksi

    dengan orang lain. Para pakar perkembangan anak mempelajari tentang bagaimana

    anak-anak berpikir, berperilaku dan menyadari tentang aturan-aturan tersebut. Minat

    terhadap bagaimana perkembangan moral yang dialami oleh anak membuat Piaget

    secara intensif mengobservasi dan melakukan wawancara dengan anak-anak dari

    usia 4-12 tahun.

    Ada dua macam studi yang dilakukan oleh Piaget mengenai perkembangan

    moral anak dan remaja:

  • 1. Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng, sambil

    mempelajari bagaimana mereka bermain dan memikirkan aturan-aturan

    permainan.

    2. Menanyakan kepada anak-anak pertanyaan tentang aturan-aturan etis,

    misalnya mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan.

    Dari hasil studi yang telah dilakukan tersebut, Piaget menyimpulkan bahwa

    anak-anak berpikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas,

    tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka. Antara lain:

    Heteronomous Morality

    1. Merupakan tahap pertama perkembangan moral menurut teori Piaget yang

    terjadi kira-kira pada usia 4-7 tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan

    sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali

    manusia.

    2. Pemikir Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan

    mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku.

    3. Misal: memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk daripada

    memecahkan 1 gelas dengan sengaja, ketika mencoba mencuri sepotong

    kue.

    4. Pemikir Heteronomous yakin bahwa aturan tidak boleh berubah dan

    digugurkan oleh semua otoritas yang berkuasa.

    5. Ketika Piaget menyarankan agar aturan diganti dengan aturan baru (dalam

    permainan kelereng), anak-anak kecil menolak. Mereka bersikeras bahwa

    aturan harus selalu sama dan tidak boleh diubah.

    6. Meyakini keadilan yang immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan

    dilanggar, hukuman akan dikenakan segera.

    7. Yakin bahwa pelanggaran dihubungkan secara otomatis dengan hukuman.

    Autonomous Morality

    1. Tahap kedua perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan

    oleh anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak

    menjadi sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh

    manusia dan dalam menilai suatu tindakan, seseorang harus

    mempertimbangkan maksud-maksud pelaku dan juga akibat-akibatnya

    2. Bagi pemikir Autonomos, maksud pelaku dianggap sebagai yang terpenting.

    3. Anak-anak yang lebih tua, yang merupakan pemikir Autonomos, dapat

    menerima perubahan dan mengakui bahwa aturan hanyalah masalah

    kenyamanan, perjanjian yang sudah disetujui secara sosial, tunduk pada

    perubahan menurut kesepakatan.

  • 4. Menyadari bahwa hukuman ditengahi secara sosial dan hanya terjadi apabila

    seseorang yang relevan menyaksikan kesalahan sehingga hukuman pun

    menjadi tak terelakkan.

    Piaget berpendapat bahwa dalam berkembang anak juga menjadi lebih pintar dalam

    berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan

    kerja sama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui relasi dengan

    teman sebaya yang saling memberi dan menerima. Dalam kelompok teman sebaya,

    setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu

    dengan merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan dan pada akhirnya

    disepakati. Relasi antara orang tua dan anak, orang tua memiliki kekuasaan,

    sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena

    aturan selalu diteruskan dengan cara otoriter. Untuk memperjelas teori Piaget yang

    telah dipaparkan diatas, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

    Tahap perkembangan moral Kohlberg

    Oleh:Riwayat

    A. Tahap perkembangan moral Kohlberg

    Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari

    perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia

    mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang

    semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang

    melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini,

    dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya

    berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,

    walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.

    Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral

    seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang

    diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar

    psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi

    hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema

    moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa

    yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.

    Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam

    penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi

    tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama.

    Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan

    ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga

  • tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional Teorinya

    didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan

    memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding

    Tahapan-tahapan

    Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke

    dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.

    Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan

    kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini.

    Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi

    sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap

    tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif,

    beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.

    Tingkat 1 (Pra-Konvensional)

    1. Orientasi kepatuhan dan hukuman

    2. Orientasi minat pribadi

    ( Apa untungnya buat saya?)

    Tingkat 2 (Konvensional)

    3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas

    ( Sikap anak baik)

    4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial

    ( Moralitas hukum dan aturan)

    Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)

    5. Orientasi kontrak sosial

    6. Prinsip etika universal

    ( Principled conscience)

    Pra-Konvensional

    Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-

    anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini.

    Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu

  • tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri

    dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam

    bentuk egosentris.

    Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi

    langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu

    tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum.

    Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai

    tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut

    pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.

    Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar

    didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang

    menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila

    kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti kamu garuk

    punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu. Dalam tahap dua perhatian

    kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik.

    Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda

    dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani

    kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat

    sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

    Konvensional

    Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang

    dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan

    membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat

    konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.

    Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran

    sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang

    lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang

    dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan

    tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran

    tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi

    konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal

    seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi

    aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini.

    Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran

    di tahap ini; mereka bermaksud baik

    Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan

    konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat.

    Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan

  • individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan

    pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah,

    seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum,

    mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk

    mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka secara ia

    salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini

    karena memisahkan yang buruk dari yang baik.

    Pasca-Konvensional

    Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari

    tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu

    adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif

    seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat hakekat diri

    mendahului orang lain ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar

    dengan perilaku pra-konvensional.

    Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-

    pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati

    dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif

    seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya,

    tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - memang anda siapa membuat

    keputusan kalau yang lain tidak? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak

    sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan

    kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak

    untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan

    mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak

    berlandaskan pada penalaran tahap lima.

    B. Teori perkembangan kognitif

    Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog

    Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama

    dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan

    konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat

    merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep

    yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya

    schemata skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam

    tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam

    merepresentasikan informasi secara mental. Piaget membagi skema yang

    digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang

    berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

    Periode sensorimotor (usia 02 tahun)

  • Periode praoperasional (usia 27 tahun)

    Periode operasional konkrit (usia 711 tahun)

    Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

    Periode sensorimotor

    Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan

    untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi

    refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat

    periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan

    kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

    1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan

    berhubungan terutama dengan refleks.

    2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai

    empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-

    kebiasaan.

    3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai

    sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara

    penglihatan dan pemaknaan.

    4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan

    sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat

    objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau

    dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).

    5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai

    delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara

    baru untuk mencapai tujuan.

    6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan

    tahapan awal kreativitas.

    Tahapan praoperasional

    Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan

    tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi

    mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak

    belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-

    kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari

    sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu

    ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda

    atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

    Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor

    dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak

    mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan

  • benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih

    menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka

    cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan

    bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami

    bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,

    kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki

    pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak

    hidup pun memiliki perasaan.

    Tahapan operasional konkrit

    Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia

    enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang

    memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

    1. Pengurutan, kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk,

    atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat

    mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

    2. Klasifikasikemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi

    serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,

    termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan

    benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki

    keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup

    dan berperasaan).

    3. Decentering, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu

    permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan

    lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding

    cangkir kecil yang tinggi.

    4. Reversibilityanak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat

    diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan

    cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,

    jumlah sebelumnya.

    5. Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda

    adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau

    benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang

    seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke

    gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak

    dengan isi cangkir lain.

    6. Penghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari

    sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara

  • yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti

    menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian

    Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke

    ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti

    akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu

    bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

    7. Tahapan operasional formal, Tahap operasional formal adalah periode

    terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami

    anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai

    dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk

    berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari

    informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-

    hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya

    dalam bentuk hitam dan putih, namun ada gradasi abu-abu di antaranya.

    Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi

    berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa

    secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan

    perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai

    perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan

    berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari

    tahap operasional konkrit.