TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

18
55 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016 TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL J.B. BANAWIRATMA * Abstract Today in the globalization process the poor is marginalized. This reflection is based on the Indonesian context of economic dependence and marginalization of the poor and the powerless. The analysis goes to axes of power namely state, market, and community. Market fundamentalism has penetrated into all kinds of powers in such a way that the powerless is excluded from the economic participation. The economic system is taking sides against the need of the poor people. The way of life of the early Christian gives an example how people live in common. The teaching of Jesus stresses very much on the preferential option of the poor. The idea of the globalization from below and the multitude might be a help to move forward to face the problem of social injustice in all areas and levels. Keywords: poverty, marginalization, market fundamentalism, the common, multitude. Abstrak Saat ini di dalam proses globalisasi, kaum miskin semakin terpinggirkan. Refleksi ini didasarkan pada konteks ketergantungan ekonomi dan peminggiran kaum miskin dan tak berdaya di Indonesia. Analisis ini mengarah pada poros-poros kekuasaan, yaitu: negara, pasar, dan masyarakat. Fundamentalisme pasar telah memasuki seluruh strata kekuasaan * Guru Besar Teologi pada Fakultas Teologi, UKDW Yogyakarta, dan “Religion and Contemporary Issues” pada program studi “Indonesian Religious Studies” yang dijalankan di UGM dan dikelola oleh Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), yaitu sebuah konsorsium dari UGM, UKDW, dan UIN Sunan KalijagaYogyakarta. Email: [email protected]. © J.B. BANAWIRATMA | DOI: 10.21460/gema.2016.11.211 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Transcript of TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

Page 1: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

55GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA*

Abstract

Todayintheglobalizationprocessthepoorismarginalized.Thisreflectionisbasedon

theIndonesiancontextofeconomicdependenceandmarginalizationofthepoorandthe

powerless.The analysis goes to axesof powernamely state,market, and community.

Marketfundamentalismhaspenetratedintoallkindsofpowersinsuchawaythat the

powerlessisexcludedfromtheeconomicparticipation.Theeconomicsystemistaking

sidesagainst theneedof thepoorpeople.Thewayof lifeof theearlyChristiangives

anexamplehowpeople live incommon.TheteachingofJesusstressesverymuchon

the preferential option of the poor.The idea of the globalization from below and the

multitudemightbeahelptomoveforwardtofacetheproblemofsocialinjusticeinall

areasandlevels.

Keywords: poverty,marginalization,marketfundamentalism,thecommon,multitude.

Abstrak

Saat ini di dalamprosesglobalisasi, kaummiskin semakin terpinggirkan.Refleksi ini

didasarkan pada konteks ketergantungan ekonomi dan peminggiran kaum miskin dan tak

berdayadiIndonesia.Analisisinimengarahpadaporos-poroskekuasaan,yaitu:negara,

pasar,danmasyarakat.Fundamentalismepasartelahmemasukiseluruhstratakekuasaan

*GuruBesarTeologipadaFakultasTeologi,UKDWYogyakarta,dan“ReligionandContemporaryIssues”padaprogramstudi“IndonesianReligiousStudies”yangdijalankandiUGMdandikelolaolehIndonesian Consortium for Religious Studies(ICRS),yaitusebuahkonsorsiumdariUGM,UKDW,danUINSunanKalijagaYogyakarta.Email:[email protected].

© J.B.BANAWIRATMA|DOI:10.21460/gema.2016.11.211ThisworkislicensedunderaCreativeCommonsAttribution-NonCommercial4.0InternationalLicense.

Page 2: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

56 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

sedemikian rupa sehingga yang tak berdaya dipinggirkan dari keterlibatan ekonomi.

Sistem ekonomi justru tidak berpihak terhadap kebutuhan rakyat miskin. Cara hidup

orangKristen awalmemberikan contoh bagaimana komunitas hidup bersama.Ajaran

Yesus menekankan untuk mendahulukan orang miskin. Gagasan tentang globalisasi

dariarasbawahdanmultitude mungkin menjadi pendorong untuk menghadapi masalah

ketidakadilansosialdisemuabidangdantingkatan.

Kata-kata kunci: kemiskinan,marjinalisasi,fundamentalismepasar,umum,multitude.

PENGANTAR

Dalam putaran global sekarang ini kaum miskin terdesak, tersingkir, dan terpaksa berada di

pinggiran.Keberadaanmereka berhubungan dengan kekuatan-kekuatan yangmeminggirkan.

Namun terdapat juga orang-orang dan gerakan yang solider terhadapmereka.Dalam tulisan

singkat ini akan dikemukakan beberapa pertimbangan mengenai semakin pentingnya teologi

pinggiranpadaeraglobalisasi sekarang ini.Pokok-pokokpikirandi sinidiolahkembalidari

handoutyangberjudul“TeologiPinggirandiEraGlobalisasi”padaSymposium on Liberated and

Liberating Theologies in Asia, A Journey through Liberation Theology yang diorganisasikan oleh

PERSETIAdiSTTJakarta,Februari2014,ketikasayamenyampaikanpengantardiskusi“The

PowerandtheCommon:ALiberativePerspectiveofanIndonesian”.Pertimbangan-pertimbangan

yanglahirdaridalamkonteksIndonesiaberikutinimeliputi:(1)ketergantunganekonomidan

peminggiran kaum miskin tak berdaya, (2) poros-poros kekuasaan yang meminggirkan, dan (3)

gerakanuntukmengatasipeminggiran.

KETERGANTUNGAN EKONOMI DAN PEMINGGIRAN ORANG MISKIN TAK

BERDAYA

Krisismoneter1998merupakantahunmenentukanbagikehidupanekonomiIndonesiasampaisaat

ini.Tahunitu,tanggal15Januari,PresidenSoehartomenandatanganiletter of intent(LOI)diawasi

olehMr.Camdessus,Managing DirectorIMF.PeristiwaituolehSri-EdiSwasono(2013:7),Guru

BesarUniversitasIndonesiadanKetuaUmumMajelisLuhurTamansiswa,dinilaisebagai:

Page 3: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

57GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

“Penyerahan kedaulatan nasional balik, tidak kepada kolonialis Belanda, tetapi kepada the global fi nancial tycoons atau taoké-taokéfinansialglobal,yangbernaungdiIMF.MenteriKeuangandangubernurBankIndonesiaterpukaupulapadapetunjukmenjerumuskanIMF.Sejakitumakinkukuhkukukaumkapitalis globalmencengkeram Indonesia.Selanjutnyakitabukan lagi tuandi negerisendiri.Kitamenjadijongosglobalisasi,penuhketergantunganpadamancanegara,lengkapdimulaidaripangan,obat,sampaimesiu.”

Penilaian di atas semakin dibenarkan lagi dengan kenyataan penguasaan asing terhadap

perekonomian Indonesiayangsemakinkuat,dengankemungkinanmasihakanbertambahkuat

lagi(lih.LAS,2013).

Akhir November 2013Wakil Presiden Boedionomengatakan bahwa penentuan bank

Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan kemudian mendapat talangan dana

jangkapendeksebesar6,7triliunrupiahmerupakankeputusantepat.BuktinyaIndonesiadapat

melewatikrisisekonomi2009danmengalamipertumbuhanekonomi.Terhadappernyataanitu

dapatditanyakan:Pertumbuhanekonomiuntuksiapa?Untukrakyatmiskinatauuntuksegelintir

orangatas?Ambilcontohkebijakanimporkedelaipertengahantahun2013,“Denganmenjual

kedelaiRp8.400perkilogram,dipotongbiayapengapalandanasuransi,para importirmasih

mengantongiuntungminimalRp2.000perkilogramatauRp1triliunhanyadalamwaktudua

bulan”(MAS/WHOetal.,2013).

Tidaklah demikian nasib bakul tempe dan tahu.Mereka harusmemperkecil tempe dan

tahunyasupayamasihterbeliolehparapelanggannya.Itulahakibatpenetapanhargakhususkedelai

olehKementerianPerdagangan.Karikaturmengenaiimporkedelaiberikut(Kompas,9September

2013)memperlihatkankehidupanekonomiyangpahituntukrakyatkelasbawah.

Kehidupan ekonomi macam itukah yang oleh Boediono disebut sebagai pertumbuhan

ekonomi? Pernyataan mengenai pertumbuhan ekonomi dari Boediono adalah berita buruk

Page 4: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

58 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

mengenai ketimpangan ekonomi yang semakin melebar, dan merupakan kabar menyedihkan

mengenaiorang-orangkeciltakberdayayangsemakindipinggirkan.

FUNDAMENTALISME PASAR

Istilah“kapitalisme”barangkalitidakcukupjelasmenggambarkankondisiyangdiangkatdisini.

“Kapital”atau“modal”bisasangatberartibagiperkembangankehidupanekonomiyangdijalankan

oleh pengusaha-pengusaha kecil danmenengah.Masalahnya adalah “fundamentalisme pasar”,

yangdisebutjugadenganekonomi“neo-liberalisme”.

Herry-Priyono (2005; 2006; 2008) secara singkat dan jelas menerangkan apa itu neo-

liberalisme. Neoliberalisme menunjuk gejala yang mirip dengan liberalisme ekonomis akhir

abadke-19danawalabadke-20,yangdidominasiolehmodaluang.Neoliberalismemenunjuk

gejalaekstrembeberapadekade terakhir ini.Prosesekonomidiaturdenganhukumsedemikian

rupasehinggapekerjaanmanusiatidakselaludisubordinasikanolehmodal.Sekaranginidalam

neoliberalismehukumsecaraekstemkehilangankontrolatasmodal.

Neo-liberalisme merupakan virtualisasi ekonomi. Didukung oleh revolusi teknologi

informasi,ekonomineo-liberalismemprioritaskanfi nancial capital.Sektor real terdesakbegitu

rupa sehingga proses ekonomi bergerak dengan prioritas transaksi uang ketimbang produksi

danjasayangreal.Adapendapatbahwaprodukfinansialakanmengalirkeinvestasipadasektor

realmisalnya dalambentuk pabrik-pabrik yangmemberikan lapangan kerja.Nyatanya tetesan

ituterlalukecil.Yangterjadiadalahfi nance fi nances itself,dantidakmembiayaiinvestasi.Neo-

liberalisme adalah cara para penguasa modal mengambil alih kekuasaan setelah dikontrol sejak

perangduniakeduasampaiakhirtahun1970-an.Antineoliberalismebukanlahanti-investasidan

bukananti-pertumbuhan,melainkananti-dehumanisasi.

Selanjutnya neo-liberalisme bukanlah sekadar ekonomi, melainkan suatu pandangan

antropologis. Manusia sebagai homo oeconomicus, menjadi prinsip yang mengatur seluruh

kehidupanmasyatrakat.Seluruhperilakumanusiadidekatidandimengertidariperspektifekonomi.

Inilah dimensi yang membedakan neo-liberalisme dari liberalisme klasik. Neo-liberalisme,

“menunjuk pada paham dan agenda menerapkan prinsip pasar-bebas bukan hanya sebagai prinsip

koordinasi produksi-alokasi komoditas ekonomi, tetapi sebagai prinsip koordinasi produksi-

alokasi semua bidang lain dalam tatanan masyarakat, bahkan sebagai prinsip koordinasi penataan

seluruhmasyarakat”(Herry-Priyono,2008:229).

Page 5: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

59GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

Neo-liberalisme sebagai visi antropologis mereduksikan manusia sebagai makhluk

ekonomi (homo oeconomicus).Selanjutnyapahamneo-liberalismemembiarkandanmendukung

keserakahan yang terorganisasikan melalui pasar dan perdagangan bebas, yang secara teologis

AlkitabiahdapatdisebutmembadaniMammon,rivalAllah(Mrk.6:24;Luk.16:9;Pieris,2013).

Kritik terhadap neo-liberalisme bukanlah anti-investasi, bukan anti-modal (kapital), bukanlah

anti-pertumbuhan, bukanlah anti-ekonomi pasar.Yang harus ditolak bukanlah ekonomi pasar,

melainkanneo-liberalismealias“fundamentalismepasar”,yangmenjadikanpasarbebassebagai

prinsip pengatur yangmenentukan seluruh tatanan kehidupanmasyarakat. “Pokok perdebatan

tidak terletak dalam penerimaan (pro) atau penolakan (contra) ‘mekanisme pasar’ bagi proses

kehidupanekonomi,melainkansejauhmanakiranyamekanismepasar‘tertanam’(embedded) atau

‘tercerabut’(dis-embedded)darikebutuhan,kapasitas,potensiproduktif,sertarelasisosialorang-

orangbiasa”(Herry-Priyono,2008:219).

Ekonomi kapitalisme neo-liberalis merupakan ekonomi akumulasi kekayaan (accumulation

economy).Sedangkanorang-orangIndonesiabiasayangmiskindanhampirmiskinmeliputi100

juta lebih berada dalam kehidupan ekonomi yang mepet (survival economy).Pada tahun1999

kapitalisasi dan kontrol pasar di Indonesia oleh keluarga bisnis (dalampersen) adalah sebagai

berikut(Herry-Priyono,2008:221,mengambildariStijnClaessenset al.Who Control East Asian

Corporations?WorldBankResearchPaper,1999:6).

Kapitalisasi oleh berapa Keluarga Bisnis?

- 1 keluarga bisnis- 5 keluarga bisnis- 10 keluarga bisnis- 15 keluarga bisnis

Kontrol kepemilikan di tangan siapa?- Keluargabisnis- Badan keuangan dan

perusahaan- Pemerintah- Wargabiasa

Persentase Kapitalisasi Pasar

- 16,6 %- 40,7%- 57,7%- 61,7%

Persentase kontrol- 71,5%- 15,2 %- 8,2%- 5,1%

Data 16 tahun lalu itu kiranya masih dapat mengemukakan pertanyaan besar: Adakah

ekonomi Indonesia ini ekonomi yang berkeadilan? Keluhan dari usaha kecil dan menengah,

Page 6: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

60 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

keadaan tetangga-tetangga kita di dusun-dusun yang bertahun-tahun tampak tidak berubah,

menegaskanbahwakapitalmemangjauhdarimereka.

Kapitalisme yang berorientasi pada uang telah mendesak pasar sehat untuk kehidupan

rakyat. David Kortenmemberikan gambaran bagaimana kapitalisme semacam itu berlawanan

denganpasarsehat.Ekonomipasarsehatmelayanirakyatbiasa,tidakhanyasebagian(kecil)dari

rakyat(Korten,1999:41).

(1) Prinsip menentukan

(2) Penghela dominan

(3) Ukuranfirma

(4) Biaya

(5) Kepemilikan

(6) Financial capital

(7) Tujuaninvestasi

(8) Posisikeuntungan

(9) Mekanismepengaturan

(10)Tujuankompetisi

(11) PerananPemerintah

(12) Perdagangan

(13) Orientasi politis

Kapitalisme

(1) Uang

(2) Menggunakanuanguntukmendapatkan uang bagi mereka yang mempunyai uang

(3) Sangatbesar

(4) Ditanggungolehpublik

(5) Impersonal, absentee

(6) Globaltanpabatas

(7) Memaximalkankeuntung-an pribadi

(8) Sasaransemaksimalmungkin

(9) Direncanakan secara sen-tral oleh mega-korporasi

(10)Mengeliminasiyangtidaksehat

(11)Melindungikepentinganproperty/assets

(12) Bebas

(13) Elitis, demokrasi dollar

Pasar Sehat

(1) Kehidupan

(2) Memanfaatkansumber-sumber yang tersedia un-tuk memenuhi kebutuhan dasar setiap orang

(3) Kecildanmedium

(4) Ditanggungolehpe-makai

(5) Personal, rooted

(6) Lokal/nasionaldenganbatas-batas yang jelas

(7) Meningkatkanhasilyangberguna

(8) Suatuinsentifuntukme-majukanproduktivitas

(9) Pasar-pasar dan jaringan-jaringan yang mengor-ganisasikan dirinya

(10)Meningkatkanefisiensidaninovasi

(11)Memajukankepentinganmanusiawi

(12) Fair and balanced

(13) Populis, demokrasi pribadi-pribadi manusia

Page 7: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

61GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

PeranNegaradimana?Ada3(tiga)poroskekuasaanyangmenentukanranahpublik,yakni:

(1)komunitas,(2)pasar,dan(3)negara.Diagram(Herry-Priyono,2004):

Komunitasmenunjukhubungandankegiatanspontandariparawargamasarakattanpaciri

transaksiatauadministrasi.Kerekatanantarwargamenentukanhidupkomunitas.Komunitasdapat

terbentukatasdasarsejarah,daerah,suku,ras,agama,ataubahasayangsama.Pasar menunjuk

transaksi ekonomis antara penjual dan pembeli yang dijalankan secara sukarela sesuai dengan

barangdanjasayangada.Untung-rugidanefisiensiekonomismerupakanmotifyangmendorong

bergeraknyapasar.Negara secara konkrit berarti tindakan-tindakan melalui badan-badan publik,

yangbertanggungjawabuntukterwujudnyatatananhidupanpublikdemikesejahteraanbersama.

Merekajugamempunyaikuasauntukmengaturtatanansosial.

Tigaporoskekuasaanitumenentukanranah publik, yang meliputi aset dan barang-barang

publik, ruang publik, pelayanan-pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan, dan lapangan

kerja(Drache,2001).Semakinketiganyaberfungsibaik,semakinranahpublikterjangkauolehsemua

warga,jugaolehkaummiskin.Masalahbesarkalaupasar menjadi monster serakah, negara menjadi

negara centeng atau negara makelar, dan komunitasmenjadi hakim sendiri danmainkekerasan.

Masyarakatkehilanganrasa“kami”sebagaikesatuansosialdarihidupbersama(Marquand,2001).

Dari pembahasan di depan jelas bahwa telah sekian lama negara impotenmenghadapi

kekuasaanpasar.Dua contohberikutmemperjelas impotensi negara itu. Pertama adalahkasus

konflikantararakyatPapuadenganFreeport.Dalamkonflikituadarakyatyangditembakmati

(lihatkarikaturKompas,5November2011).Negaramenjadicentengbagikorporasibesardan

mengorbankanrakyat(lihatWibowo,2010).

Contohkeduaadalahkasus lisensipemerintahyangdiberikanuntukpenambanganpasir

besi.Kompas29Oktober2013melaporkankerusakanlingkunganakibatpenambanganpasirbesi

Negara

KomunitasPasar

RanahPublik

Page 8: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

62 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

diSulawesiUtara,dipesisirselatanJawaBarat,JawaTengah,Yogyakarta,JawaTimur,hingga

NusaTenggaraTimur.Kemudian,hariberikutnya(30Oktober2013),tajukmengulaskebijakan

yangtidakmemakmurkanrakyatdanmerusakekosistemitu.

“Hutanbakauyangsusahpayahtumbuhdanberfungsimelindungipantaidarigerusanombaklauthilangkarenapengerukanpasirbesi.Kerusakanlingkungantidakhanyatejadipadapenambanganpasirbesi.SemuapenambanganmengoyakmukaBumi.Bilapenambangandipermukaantanah,yang tersisa lubang-lubang besar. Ironinya, sebagian besar hasil tambang itu diekspormentahdenganhargarendah.”

Tidakmengherankankalaupadahariperingatanperikanansedunia,21November2013,

kitamenyaksikanbahwa:

“Sekitar1.000komunitasnelayan,petambak,danlembagaswadayamasyarakatdiJakarta,Indramayu(JawaBarat),Jepara(JawaTengah),PangkalPinang(BangkaBelitung),Langkat(SumatraUtara),Bau-Bau (Sulawesi Tenggara), dan Manado (Sulawesi Utara) menggelar unjuk rasa, pameran(terapung)bahari,pentassenipesisiran,festivalmakanikan,menanammangrove,danmenebarbibitikanlaut”(LukitaGrahadyarini,2013)

Nelayan dan petani terkena dampak langsung dari penambangan dan kerusakan alam,

karenamerosotnyaproduksihasil lautdanpertanianyangmerupakan sumberhidupmereka.

PertemuanWTO di Bali (3-6Desember 2013)memperlihatkan pertarungan antaraAmerika

Serikat,yangdidukungnegara-negaramajudanekportirpanganlainnya,melawanIndia.India

mau memberikan subsidi pertanian lebih dari 10% dari total outputpertanian.KecualiituIndia

jugamaumembelihasilprodukpetaniIndialebihtinggidaripadahargapasaruntukcadangan

pangan.Amerika Serikatmenolak danmengecam India karenamelawan gerak perdagangan

bebas yang seharusnyamengurangi dan bukanmenambah intervensi negara terhadap pasar.

PadahalAmerika sendirimemberikan subsidi kepada petani sebanyak 360miliar dollarAS,

setaradengan4.140 triliunrupiah,angkayang jauh lebihbesardaripadakeseluruhansubsidi

dari semuanegara-negaraberkembang. Indonesiadannegara-negaraberkembangseharusnya

mendukungIndia,tetapimalahberadadipihakAmerika.Dengansubsidiyangsangatbesaritu

Amerikamempunyaisurpluspangandanmenjualkepasarinternasionaldenganhargaartifial

yang menghancurkan pertanian dan menyengsarakan para petani dari negara-negara berkembang

(Santosa,2013).

“Pola piramida struktur pertanian dan pangan yang ada saat ini adalah mendudukkan agrobisnis, produsen benih dan input pertanian, pertanian korporasi, pertanian kapitalistik, dan spekulan pangan dipuncakpiramidadenganjumlahkurangdari500.000orang.Merekasekaligusjugamendapatkanaksesdanfasilitasmewahdaripemerintah.Adapundasarpiramidatersusundari26,13jutakeluarga

Page 9: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

63GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

petanikecilatau91jutajiwa.Puncakpiramidatersebutmenekankebawahdanmenyebabkan5,1juta keluarga petani kecil tercerabut dari lahan mereka dalam 10 tahun terakhir ini dan menjadi penyusunmasyarakatmiskinkota”(Santosa,2014).

Demikianlah kenyataan yang terjadi sampai kini, swasembada pangan tanpa petani.

Anggaran di sektor pangan dan pertanian mengesampingkan yang terpenting, yakni subsidi

output,hargaprodukpertanianditingkatpetani.Tidakmengherankankalauusahaswasembada

pangan30tahunterakhirinigagal(Santosa,2015).Kemenangankapitalbesarsedemikianyang

berkepanjangan menyisihkan para petani kecil, tidak mengherankan kalau timbul kekuatiran

mengenaiancamanbencanapanganmenghadangdidepan.

Pada zaman Yesus dan juga pada akhir abad pertama memang sudah berkembang

perdagangan internasional, meskipun belum seperti yang kita alami sekarang ini, yakni free trade,

perdaganganbebas.Padatahun2001JohnMadeley,seorangpenulisdanwartawan,menulisbuku

Hungry for Trade: How the Poor Pay for Free Trade.Tahun2005buku itu diterjemahkanke

dalambahasa Indonesia dengan judul yang lebih tajam, yaitu:Loba, Keranjingan Berdagang:

Kaum Miskin Tumbal Perdagangan Bebas.Madeleymemperlihatkanbahwaimpormakananyang

dilakukan oleh negara-negara yang sedang atau kurang berkembang naik secara tajam, sedangkan

ekspornyatidaklahdemikian.Retorikanegara-negarakayauntukmengurangikemiskinanbersama

dengan agresi mereka untuk liberalisasi perdagangan adalah kontradisksi dengan harapan sebagian

besardaridunia.HalserupadikatakanolehImanPambagyo(2015),DutaBesarRIuntukWTO,

bahwaperjanjianWTOlebihmenguntungkannegara-negaramaju,sementaranegaraberkembang

dankurangberkembangterusdihadapkanpadaberbagaimasalahdomestik.

Akhir tahun ini akan diberlakukan Masyarakat EkonomiAsia (AEC, Asian Economic

Community), di mana 10 negara Asia merupakan satu pintu untuk aliran bebas tidak hanya barang-

barang, jasa, dan penanaman modal, melainkan juga termasuk skilled labour.IntegrasiIndonesia

dalamsistempanganduniaakanmenjadisemakinkuatlagidengandiberlakukannyaMasyarakat

EkonomiAsia.Akibatnya,gejolakekonomiglobalakansemakinlangsungmenerpaparapetani

kecilyangrentan.

Pemerintahan Presiden Jokowi sekarang ini mempunyai kepedulian terhadap yang

miskindanmenderita.KartuKeluargaSejahtera,KartuIndonesiaSehat,danKartuIndonesia

Pintardibagikan,begitupulaKartuAsistensibagiOrangdenganKecacatanBerat.PadaKAA

yang lalu (April 2015) Presiden Jokowi menyampaikan analisis mengenai sistem ekonomi

dunia yang penuh ketidakadilan dan kesenjangan, dengan 1,2 miliar orang yang tidak berdaya

dalamkemiskinan.DiamenyerukanpembubaranBankDunia(World Bank)danDanaMoneter

Page 10: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

64 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

Internasional (IMF), dua organisasi dari apa yang disebut “unholy trinity”. Namun sejauh

sayatahu,organisasiketiga,yakniOrganisasiPerdaganganDunia(WTO),yangsangatagresif

memajukan perdagangan bebas, belum disentuh secara konkrit. Malahan Presiden Jokowi

mau menjadikan Indonesia basis produksi otomotif dan mendorong produsen mobil untuk

memperluas investasinya.Ada kesan bahwa retorika politik-ekonomi beserta geraknya sama

saja dengan dulu, yaitu pertumbuhan ekonomi dan investasimodal alias tetap berada dalam

aruskapitalismeneo-liberalistik.Olehkarenaitu,sepertisampaisekaranginipetanikeciltidak

menjadipelakuekonomiyanglebihproduktifdanlebihsejahtera.

GERAKAN UNTUK MENGATASI PEMINGGIRAN

TeologiKristenmelayanijemaat-jemaatyangmengikutiYesussebagaimanaterdapatdalamInjil.

Dalam Injil,Yesus hidup danmati di pinggiran.Yesus adalah anak tukang, yang pada zaman

itubukanlahorangyangberkekurangan.Sebab, tukangmerupakankeahlianyangmemberikan

penghasilan baik. Dalam bahasa kita sekarang dapat dikatakan bahwa Yesus termasuk kelas

menengah.NamunInjilmenggambarkanYesus,yangmemaklumkanKerajaanAllah,beradadi

pinggiran. Tidak hanya dengan kata-kata, melainkan dengan seluruh hidup dan tindakan-Nya

YesusmemaklumkanKerajaanAllah, kerajaan keadilan dan perdamaian, kebenaran dan cinta

kasih,sukacitadanpersaudaraansemuaorang.PemaklumanYesusdisambutolehkaumpinggiran

yangmiskinsecarafisikdankaummiskinInjili,yakniorang-orangyangtidakmiskinsecarafisik

danyangsoliderterhadapkaummiskinfisik(Pieris,1999).AkhirnyaYesusberhadapandengan

penguasa agamadanpolitik di pusat, danmati dibunuholehmereka sebagai orangpinggiran.

BahkanInjiljugamenggambarkanYesusdilahirkandipinggiran,ditengah-tengahgembalamiskin.

Dari pinggiran Yesus marah.PeristiwaYesusyangmembersihkanbaitAllah(Mrk.11:15-

19)biasadilihatsebagaiperistiwaYesusyangmarah.Umumnyatidakbegitudisadaribahwasecara

eksplisitdiceritakanYesusmarahkarenakesembuhanorangyang tidakutuhdipersalahkandemi

hukumSabat.Lagipulakesembuhannyaakandijadikanalasanuntukmempersalahkanorang.Injil

Markus 3:4-5 menceritakanYesus yang marah karena kedegilan orang-orang yang terbelenggu

oleh hukumSabat. “KataYesus...: ‘Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik

atauberbuatjahat,menyelamatkannyawaorangataumembunuhorang?’...Iaberdukacitakarena

kedegilan mereka dan dengan marahIamemandangsekeliling-NyakepadamerekalaluIaberkata

kepadaorangitu:‘Ulurkanlahtanganmu!’Daniamengulurannya,makasembuhlahtangannyaitu.”

Page 11: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

65GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

Di pusat kekuasaan agama dan politik Yesus juga marah.Yesusmarah karena agama

dijadikanalatuntukkepentinganekonomidanpolitikparapenguasa.Kolusiantaraagamadan

modaldankolusiantarapolitikdanmodaltelahmengabaikanorang-orangpinggiran.Kitabaca

dalamMarkus11:15-19sebagaiberikut:

“SesudahYesusmasukkeBaitAllah,mulailahIamengusirorang-orangyangberjual-belidihalamanBaitAllah.LaluIamengajarmerekakata-Nya:‘Bukankahadatertulis:Rumah-Kuakandisebutrumahsembahyangbagisegalabangsa?Tetapikamuinitelahmenjadikannyasarangpenyamun!’Imam-imamkepaladanahli-ahliTauratmendengartentangperistiwaitu,danmerekaberusahauntukmembinasakanDia....”

“Sarangpenyamun”menggambarkansecarategasmanipulasidanmonopoliekonomioleh

parapenguasakayadisekitarBaitAllah.

Sekaranginiditengah-tengahputarankapitalsismeglobalyangmeminggirkan,mengikuti

Yesustidaklepasdaritanggungjawabuntukmenghentikanpeminggirankaumkecilyangtidak

berdaya. Profesor dari Universitas London dan Universitas Ljubljana, Slavoj Žižek, melihat

bahwa kapitalime global hampirmendekati krisis terminal. Pemikiran itu dikemukakan dalam

bukunya Living in the End Times (2nd: 2011). Gagasan apokaliptis seperti itu rasanya cukup

masuk akal mengingat kapitalisme global memang melahirkan anak-anak yang memusuhi dirinya

sendiri.FilsufdankritikusbudayadariSloveniaitumengidentifikasiempatgejalamenujukrisis

terminal tersebut: (1) krisis ekologis yang mondial, (2) ketidakimbangan dalam sistem ekonomi,

(3) revolusi biogenetik, dan (4) meledaknya pemisahan dan perpecahan sosial. Armagedon

ekonomis ini akan menimbulkan berbagai rupa tanggapan: ada penolakan ideologis, ada amarah

meledak, ada usaha-usaha bargaining,ataumenarikdiridalamdepresi.Kecualiitumasihadasatu

kemungkinantanggapanlagi,yaknimenerimakenyataanitudanmencobamenatakembali.Slavoj

Žižekmengakhiribukunyadengangagasanmengenaikomunisme.

“Sekaranginikomunismebukanlahnamauntuksebuahsolusi,melainkannamadarisebuahmasalah,yaknimasalah“apayanguntukumumbersama”(the commons)dalamsegaladimensinya—apayanguntuk umum bersama dari alam sebagai substansi hidup kita, masalah mengenai apa yang biogenetis untuk umum bersama, masalah mengenai apa yang kultural untuk umum bersama (“intellectual property”), dan akhirnya, masalah apa yang untuk umum bersama sebagai space universal darikemanusiaan,dimanatakseorangpunbolehdieksklusikan.Apapunsolusinya,mestimenyelesaikanmasalah the commonsini”.

Apakah ramalanZizekbenaratausalah,apayangdikemukakanSlavojZizekmengenai

“the commons” itu sangat mendesak, karena orang-orang kecil yang semakin terpinggirkan

semakin tidak mendapat akses terhadap “the commons”, terhadap “ranah publik”. Pernyataan

itumengingatan saya akan teksKisah Para Rasul 4:32: “Adapun kumpulan orang yang telah

Page 12: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

66 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

percaya itu,mereka sehatidan sejiwa,dan tidak seorangpunyangberkata,bahwasesuatudari

kepunyaannyaadalahmiliknyasendiri,tetapisegalasesuatuadalahkepunyaanmerekabersama”

(NRSV:“everything they owned was held in common”).KisahParaRasultidakmenyampaikan

pesanuntukmenempuhkomunismealaUniSovyetyangtelahhancur.Rupanyajemaatawaljuga

tidak menghapuskan hak milik pribadi, melainkan secara radikal milik pribadi itu ditempatkan

dalamfungsisosialnyabegiturupasampaidianggap“kepunyaanbersama”.IstilahYunaniyang

dipakaiolehKisahParaRasuladalah“koinos”(Inggris:in common, shared;Jerman:gemeinsam).

Halitudapatdijalankankarenamerekahidupdalam“koinonia”,persekutuanataupersaudaraan.

Mengasihisesamasebagaisaudaraberartimendahulukandanmenjadisesamabagisaudarayang

tidakberdaya(Luk.10:36-37).

Spiritualitas jemaat awal memberikan pesan untuk secara radikal menyadari bahwa

selayaknya dunia ini tidak dikuasai oleh keserakahan yang mengakumulasi kekayaan untuk diri

sendiri dan kelompoknya (atas nama hak pribadi, dan mungkin masih disejukkan dengan program

“Corporate Social Responsibility”).Selayaknya the commons dari dunia seisinya ini diarahkan

olehgerakansolidaritasdangerakanberbagisecaraindividualmaupunstruktural.Adakahdunia

beserta kekayaannya ini tidak untuk umum bersama (common home, common source)?Berbagi

merupakanspiritualitasAlkitabyangsangatmendasar.

Seorang profesor geografi dan ilmu-ilmu bumi serta ruang dari Universitas California,

Laurence C. Smith, menulis sebuah buku berjudul The World in 2050, Four Forces Shaping

Civilization’s Northern Future” (cetakan pertama, 2011). Smith mengolah informasi geografi,

sejarah,dandatabesertaproyeksinya.Diamenyebut empatkekuatanglobal—bersamadengan

faktor-faktor lain yang lebih kecil—yang sedangmembentuk peradaban kawasanUtara, yaitu

kawasanlautanArktik.Empatkekuatanituadalah:(1)perkembangandemografi,(2)kebutuhan

sumberdayaalam,(3)globalisasi,dan(4)perubahaniklim.

Kawasan Utara (lautan Arktik), seperti negara-negara: Norwegia, Swedia, Finlandia,

Rusia,Denmark,danIslandia,akanmenjadisemakinpowerful, sedangkan negara-negara sekitar

ekuator(jaditermasukIndonesia)akanberjuanguntuksurvival.Pertanyaannya,bukanlahhanya

seberapa banyak sumber-sumber yang dikonsumsi dapat atau tidak dapat ditampung ekosistem

global.Pertanyaannyalebihmengarahpada“duniakitaininantinyamasihmampumenampung

berapabanyakorang”.

L.Smithmelihatbukunyasebagai semacamkelanjutandaridaribukukoleganya, Jared

Diamond (2005), yang berjudul Collapse: How Societies Choose to Fail or to Succeed.Diamond

menyebutkan limabahayakunciyangmengancameksistensimasyarakat.Tanpaurutankhusus

Page 13: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

67GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

disebutkan: (1) lingkungan hidup yang tercemar dan kerusakan ekosistem, (2) kehilangan partner

berdagang,(3)tetanggayangtidakbersahabat,(4)perubahaniklimyangmemburuk,(5)bagaimana

masyarakatmemilihuntukmeresponsmasalah-masalahlingkunganhidup.Salahsatufaktoritu

akanmenekanhunianyangada,danbeberapafaktoratausemuafaktor itubersama-samaakan

mengantarkekematian.

Smith mengemukakan pertanyaan sebaliknya:Apa yang menyebabkan peradaban baru

tumbuhdanberkembang?Bagidia,(1)pertamadanterutamaadalahinsentifekonomi,kemudian

diikuti (2) penghuni yang menetap, (3) rule of law yang stabil, (4)partner perdagangan yang

dapatdijalankan, (5) tetanggayangbersahabat,dan(6)perubahan iklimyangmenguntungkan.

Tak satu pun dari faktor itu sendirian bisamenumbuhkan hunian yang penting, beberapa atau

seluruhfaktorituakanmengantarlahirnyahunianbaru,ataumendoronghunian-hunianyangada

untukberkembang.

Apakah ramalan Smith yang sangat negatif tentang negara-negara sekitar ekuator itu

benaratautidakadalahkurangpenting.Pertanyaannyabukanlahhanyaseberapabanyaksumber-

sumberyangdikonsumsidapatatautidakdapatditampungolehekosistemglobal.Pertanyaannya

lebih mengarah pada kapasitas dunia kita ini nantinya masih mampu menampung berapa banyak

orang.Namunyanglebihpentinglagiadalahpertanyaandiasendirisebagaikalimatterakhirdari

bukunya,duniamacamapayangkitainginkansekarangini?Ramalansosialbukanlahramalan

magis,karenaterhadapramalansosialitumanusiabisamenanggapisecaraaktifdanberusaha

mengurangifaktor-faktornegatifdanmengembangkanfaktor-faktorpositif.Dengankatalain,

manusia bisa mengubah ramalan dengan mengubah faktor-faktor sosial empiris mengenai

perkembangandemografi,perubahaniklim,sumberdayaalam,danglobalisasi.PemikiranSmith

menimbulkan pertanyaan kepada semua orang, apakah memilih untuk bersama-sama hidup atau

bersama-samamati.

MenurutSmith, krisis ekonomi2008-2009memperlihatkanbahwadalamdunia dengan

globalisasi ekonomi, bahkan mereka yang beruntung pun ikut menderita dari yang dipinggirkan

(“winners” suffer pain from the losers:260).CeritaitumengingatkansayapadaLukas12:13-21

mengenaiorangkayayangbodoh.NasihatYesusberbunyi:“Hati-hatilahdanwaspadalah,jangan

sampaikalianserakah.Sebabhidupmanusiatidaktergantungdarikekayaan,walaupunhartanya

berlimpah-limpah”(Luk.12:15,DBIMK).

Sekitar20 tahunlalusalahsatupertemuanasosiasiekumenispara teologduniaketiga

(EATWOT, Ecumenical Association of the Third World Theologians) telah mengangkat

percakapan “death-dealing” or “life-giving”.Apaartinyabumidenganpertumbuhanpenduduk

Page 14: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

68 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

seperti sekarang ini, kalau penghuninya adalah pelaku-pelaku yang berebutan dan menyingkirkan

yangpalingtidakberdaya?KaryapenciptaanAllahmenjangkaukeseluruhansebagaikeutuhan.

Oleh karena itu, yang paling jauh dari sentuhan penciptaan yang menghidupkan haruslah

didahulukan.ItulahspiritualitasAlkitabyangsangatmendasar,berbagidenganmendahulukan

yangtidakkebagian,termasukalam,agaralamjugamenjadifaktoryangmemberikankehidupan.

Ledakan penduduk dengan unsur-unsur kehidupan global bersama rasanya mengantar kita

manusiapadapertanyaan:Berbagiataumati?

Untukmemilihkehidupanharuslahdiusahakan “the common” yang membuat kaum kelas

atasmaupunkelasbawahhidup.Sebab,pilihanuntukhiduphanyamungkindalamhidupbersama.

Pilihan yang serakah tidak hanya mematikan yang tersingkir di pinggir, melainkan juga yang

beruntungdipusat.SehubungandenganinipemikiranHardtdanNegrikiranyasangatberguna

untukdidiskusikan.

Dalam bukunya yang berjudul Empire (2001), Hardt and Negri berusaha menggambarkan

suatu kedaulatan (sovereignty) dalam bentuk baru dan global. Kemudian dalam bukunya

Multitude (2005), mereka mencoba menguraikan kenyataan pembentukan kelas global, yaitu the

multitude.MerekamelihatgerakbukunyaberbedadenganThomasHobbes,yangmulaidari(De

Cive,1642)mengenaibadansosialdanbentuk-bentukkewargaanyangsesuaidengan lahirnya

kaum bourgeoisie.Kemudiandia bergerakkeLeviathan (1651), yang menggambarkan bentuk

kedaulatan (sovereignty) yang kemudian berkembang di Eropa dalam bentuk nation-state.Hardt

dan Nergi bergerak dari bentuk kedaulatan (sovereignty) ke kelas global baru, yaitu multitude,

suatualternatifkehidupanyangtumbuhdanberkembangdalam“Empire”(2005:xiii).

Multitude merupakan subjek sosial yang ditentukan dan bergerak tidak atas dasar identitas,

seperti misalnya: buruh, petani, birokrat, dan kaum intelektual, dan lebih lagi, tidak oleh sikap

acuh tak acuh, melainkan oleh “on what it has in common”(HardtandNegri,2004:100).Sulit

sekali menerjemahkan kata multitudedalambahasaIndonesia.Multitude bukanlah hanya banyak

orang dengan identitas tertentu (people), bukan masses (massa), bukan crowd (kerumunan), dan

bukan mob(gerombolan).Dalammultiude tidak terdapat unsur-unsur sama yang rentan terhadap

manipulasi dari luar.Untukmenjelaskanpengertian “multitude”,Hardt andNegri (2005: 140)

antara lain menggunakan refleksi dari Fyodor Dostoyevsky (The Devils, 1973) mengenai roh

jahatdidaerahorangGerasadalamMarkus5:9,yangmengatakan“NamakuLegion,karenakami

banyak”(Legioon onoma moi, hoti polloi esmen).Apayangsungguhmenakutkanadalahbahwa

jumlah“multitude”itutidakterbatassekaligussatu.“Multitude”adalahlegionyangterdiridari

elemen-elemen tak terbilang banyaknya yang tetap berbeda satu sama lain, dan meskipun demikian

Page 15: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

69GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

beradadalamkomunikasi,kolaborasi,danaksiyangsama.Wajahpositifdari”multitude”adalah

kuatkuasayangmembebaskan,kuasaKerajaanAllah,kuasagerakanYesus.Prosespembebasan

dapatbergerakdalam“multitude”.

Dengandemikianterdapatduawajahglobalisasi.Wajahpertamaglobalisasiadalah“Empire”,

yang meluaskan secara global jaringan hierarki dan pemisahan yang melestarikan tatanan melalui

mekanismekontroldankonflikterus-menerus.Bagaimanapunjugaglobalisasiinijugamerupakan

konstruksi sistem untuk hubungan dan kerja sama yang terbentang lintas bangsa dan benua serta

membukaperjumpaan-perjumpaanyang tak terbatas.Wajahkeduadari globalisasi dapat disebut

“multitude”,yangmembukakemungkinanuntukmenyatunyaberbagaiperbedaandalamkesatuan

tujuansehinggakomunikasidanaksibersamadapatdijalankan.“Multitude”jugadapatdigambarkan

sebagai “network”: jaringan yang terbuka dan meluas di mana segala perbedaan dapat diungkapkan

secara bebas dan setara, suatu jaringan yang menyediakan sarana-sarana perjumpaan agar kita dapat

bekerja dan hidup dalam kesatuan, “in common”(2005:xiii-xiv).

“Multitude” terdiri dari perbedaan-perbedaan internal yang tak terbilang banyaknya yang tidakpernahdapatdireduksikanmenjadikesatuanatauidentitastunggal.Perbedaan-perbedaanitumeliputiperbedaan kebudayaan, ras, etnisitas, gender dan orientasi seksual, perbedaan juga dalam bentuk kerja, cara dan pandangan hidup maupun perbedaan hasrat keinginan. “Multitude” merupakankelipatandarisemuaperbedaanmasing-masing(2005:xiv).“Multitude”merupakanalternatifyangsedanghidupdanberkembangditengah-tengah“Empire”.Tumbuhdanberkembangnya“multitude”inidipacuolehapayangHardtdanNegrimenyebutnyasebagai“biopoliticalproduction”yangtidakhanyaberupa produksi barang-barangmaterial,melainkan jugameliputi segala faktor kehidupansosial, kultural, dan politis. Produksi biopolitis beserta meluasnya dari apa yang menjadi milikbersama (“the common”) adalah pilar kuat yang menggerakkan kemungkinan demokrasi globalsekarangini(2005:xv-xvi).LebihdariituHardtdanNegrimengatakanbahwa”multitude”adalahsatu-satunya subjek sosial yang mampu untuk merealisasikan demokrasi, yang adalah kuasa dari setiap orang oleh setiap orang, “the rule of everyone by everyone”(2005:100).Dengandemikiandihentikankehidupanyangdiperintaholehkorporatokrasi,kuasakorporasi.

Pengertian “multitude” dari Hardt danNegri dapat dibandingkan dengan ochlos dalam

InjilMarkusyangdikemukakanolehAhnByungMu(1982).SepertiochlosdalamInjilMarkus

“multitude”terdiridaribermacam-macamorangyangberbeda,namunYesusberadapadapihak

mereka.Ochlos adalahorang-orangyangberelasipositifdenganpemaklumanYesusmengenai

KerajaanAllah.“Multitude”berbedadenganochlosdalamInjilMarkus,karenaorang-orangyang

mempunyaikekuasaanbisamasukdalam“multitude”juga.Misalnyasecarapolitisbukanhanya

orang-orangYahudidalampembuanganbesertaNabiYehezkieltermasuk“multitude”,melainkan

jugaRajaKoresdariPersiamerupakanbagiandari“multitude”.Secaraekonomisbukanhanya

LazarusdanBartimeus,melainkanjugaZakheusorangkayaitutermasukdalam“multitude”.

Page 16: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

70 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

Gerak “multitude”dapat disejajarkandengangerakanpembebasan.Yangmembutuhkan

pembebasanbukanlahhanyaorangmiskin,melainkanjugaorangkaya.Orangmiskindibebaskan

daribebankemiskinannya,danorangkayadibebaskandarigodaankekayaannya.Baikorangkaya

maupunorangmiskinperludibebaskandarikeserakahan.Orangkayamaupunorangmiskinjuga

perlu dibebaskan dari mental yang mengurung mereka dalam kelasnya masing-masing (Pieris,

2013: 76-77). Meminjam kerangka berpikir pascakolonial, orang kaya maupun orang miskin

perlumenjalani proses de-kolonialisasi.Namun pembebasan personal tidakmencukupi karena

keserakahan telahmengganasdalam rupaorganisasi raksasa.Oleh sebab itu, selaludiperlukan

gerakandaribawah,perjuangankomunitarianuntukmemajukankehidupansosial.

Dalam kitab Amsal kita temukan doa singkat yang barangkali (hampir) tidak pernah kita

doakan.Doa inidapatdisebut sebagaidoapembebasanbagiorangkayadanpembebasanbagi

orangmiskin,bagisiapasajadalampeziarahanmengabdiAllah,menolakMamon.

YaAllah, “dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni: (1)Jauhkanlahdaripadakukecurangandankebohongan.(2)Janganberikankepadakukemiskinanataukekayaan.Biarkanlahakumenikmatimakananyangmenjadibagianku.Supaya,kalauakukenyang,akutidakmenyangkal-Mudanberkata:SiapaTuhanitu.Atau,kalauakumiskin,akumencuri,danmencemarkannamaAllahku”(Ams.30:7-9).

Teologi-teologiliberatifmenggalangsolidaritasdiantarakaumpinggirandansolidaritas

terhadapkaumpinggiran.“Multitude”dapatdigambarkansebagaiikatanpersaudaraansebanyak

mungkin orang yang berbeda-beda untuk memajukan persaudaraan semua orang yang lebih

luasdanlebihmendalam.Rupanya“multitude”inilahyangmungkindapatmenjadijalanuntuk

terciptanyasaranastukturaluntukterciptanyakehidupanberbagisecararadikal(bdk.Kis.4:32).

Pesimismemunculkarena“multitude”mengandaikannilaiuniversalkemanusiaandiatas

interespribadi. Jugadiperlukan religiusitasyangmenerimadanmengikutiAllahsebagaiAllah

daridanbagisemuaorang.Halinijugaberartihidupdanbergeraknyaspiritualitasradikalberbagi

yangtidakmerelakanadaorangyangtidakdihitungdalamduniaini.Bagaimanapunjugateologi

pinggiran berpegang pada perjanjian Allah yang berada pada pihak kaum miskin tak berdaya, yang

melaluiYesusmenegaskankembalipenyertaan-Nya sampai akhir zaman.Gerakanmemajukan

kehidupan yang miskin tak berdaya merupakan harapan yang mengatasi segala harapan sampai

akhirzaman.ItulahperjalananbersamaYesusdiduniasekarangini.

SekaranginikehidupandankegiatanEATWOT(Ecumenical Association of Third World

Theologians)rasanyatelahbergeserkearahWFTL(World Forum of Theology and Liberation)

danWSF(World Social Forum).Halinitidakberartibahwateologiliberatiflokaldannasional

tidakpentinglagi,melainkanbahwateologi-teologiliberatiflokal,nasionalharussemakinkuat

Page 17: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

J.B. BANAWIRATMA

71GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

danmembangunjejaringmondialsebagaikekuatanuntukmemperjuangkan“thecommon”secara

lokal,nasionaldanmondial.KecualiitudiharapkanjugabahwaWFTLdanWSFmenjadijalan

untuk menumbuhkan dan memperkuat gerakan dari “multitude for the common”. Betapapun

jaringanitumasihlemah,sekurang-kurangnyapemikiran-pemikiranalternatifdigulirkandengan

keyakinan “another world is possible”,danpadawaktunyasungguhmenjadialternatifkehidupan

bersamamanusia.

DAFTAR PUSTAKA

AhnByungMu.1982.“JesusandtheMinjungintheGospelofMark”,dalamCTC-CCA(ed.),

Minjung Theology: People as the Subject of History,ToaPayoh,Singapore,h.138-152.

Drache,Daniel.2001.‘‘TheReturnofthePublicDomainaftertheTriumphofMarkets”,dalamD.

Drache(ed.),The Market or the Public Domain: Global Governance and the Asymmetry of

Power,London:Routledge,h.37-71.

Hardt,MichaeldanAntonioNegri.2001(cetakanke-7).Empire,Cambridge:HarvardUniversity

Press.

_____ .2005.Multitude: War and Democracy in the Age of Empire,London:PinguinBook.

Herry-Priyono,B.2004a.“TigaPorosIndonesia”,Kompas,9Januari2004.

_____ .2004b.“RanahPublik:DariMulutPemerintahkeRahangPasar”,Manuscript.

_____ .2006.“Homo Oeconomicus:DariPengandaiankeKenyataan”,dalamI.WibowodanB.

Herry-Priyono(ed.),Sesudah Filsafat: Esai-Esai untuk Franz Magnis-Suseno,Yogyakar-

ta:Kanisius.

_____ .2008.“PerihalEkonomiYangTercerabut”,dalamMikhaelDuadkk.(ed.),Politik Kato-

lik, Politik Kebaikan Bersama: Sejarah dan Refl eksi Keterlibatan Orang-orang Katolik

dalam Politik Indonesia,Jakarta2008:IkatanSarjanaKatolikIndonesia,PusatPengem-

banganEtikaAtmaJayadanPenerbitObor.

ImanPambagyo.2015.“PerundinganWTOdanIndonesia”,Kompas,17April2014.

Kompas,Tajuk.2013.“TajukRencana:MemanfaatkanTambang”,Kompas,30Oktober2013.

Korten, David. 1999. The Post-Corporate World: Life After Capitalism, Singapore: Alkem

Company(S)Pte.Ltd.

Page 18: TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

TEOLOGI LOKAL DALAM KONTEKS GLOBAL

72 GEMA TEOLOGIKA Vol. 1 No. 1, April 2016

LAS.2013.“AsingSemakinMendominasi”,Kompas,7November2013.

LukitaGrahadyarini,B.M.2013.“Raksasa(Masih)Terlelap”,Kompas,22November2013.

Madeley,John.2001.Hungry for Trade: How the Poor Pay for Free Trade,terjemahanIndonesia:

2005. Loba, Keranjingan Berdagang: Kaum Miskin Tumbal Perdagangan Bebas,Yogyakarta:

CindelarasPustakaRakyatCerdas.

Mangunwijaya,Y.B.1997.“GlobalisasiadalahNeokolonialismeEkonomidanBudaya”,Kompas,

24Januari1998.

Marquand,David.2001.“ReinventingGladstone?ThePublicConscienceandthePublicDomain”,

dalamDanielDrache(ed.),The Market or the Public Domain: Global Governance and the

Asymmetry of Power,London:Routledge.

MAS/WHO/RWN/BAY/EGI/ETA/ILO. 2013. “Tata Niaga Kedelai: Rakyat Susah, Importir

UntungRp1Triliun”,Kompas,12September2013.

Pieris,Aloysius. 1999. God’Reign for the Poor: A Return to the Jesus Formula, Gonawila-

Kelaniya:TulanaResearchCentre.

_____ .2013.The Genesis of an Asian Theology of Liberation: An Autobiographical Excursus on

the Art of Theologizing in Asia,Gonawala-Kelaniya:TulanaResearchCentre.

Santosa,DwiAndreas.2013.“PolitikPanganGlobal”,Kompas,30Desember2013.

_____ .2014.“AncamanBencanaPangan”,Kompas,26Maret2014.

_____ .2015.“SwasembadaTanpaPetani”,Kompas,12Mei2015.

Smith,LaurenceC.2013.The World in 2050: Four Forces Shaping Civilization’sNorthern Future,

NewYork:APlumeBook,PinguinGoups.

Sri-EdiSwasono.2012.“KemiskinandanPengangguran”,Kompas,28Juli2012.

_____ .2013.“MenjadiTuandiNegeriSendiri”,Kompas,24September2013.

Wibowo, I. 2010. Negara Centeng: Negara dan Saudagar di Era Globalisasi, Yogyakarta:

Kanisius.

Yustika,AhmadErani.2014. “EkonomidqanKontestasiPolitik”,Kompas,3Maret2014.

Žižek,Slavoj.2011.Living in the End Times,London:Verso.