teknologi plastinasi.

5
Agustina Sekar Puspita State University of Yogyakarta, Indonesia Translate into Indonesia from Singh, Mishra, Pandit, Maheshwari, Hasan. 2013. Plastination: A Promissing Method for Preserving Biological Specimen: A Review Article. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3 Mumifikasi Modern Teknik pemumian yang dilakukan oleh bangsa Mesir pada zaman dahulu sekarang diaplikasikan ke dalam bidang penelitian biologi dan kedokteran dengan berbagai penyempurnaan. Tren terbaru dalam pengawetan mayat yaitu pengawetan dengan cara yang dikenal dengan “Plastinasi”. Plastinasi adalah teknik untuk menjaga tubuh atau bagian tubuh agar tetap awet dengan menggantikan komponen air dan lemak pada tubuh atau organ mahluk hidup dengan menempelkan material sintetis sperti polimer silikon dan epoksi resin, sehingga menghasilkan spesimen yang bisa disentuh, tidak berbau atau busuk, dan bahkan mempertahankan sifat sebagian besar sampel asli. Plastinasi diciptakan oleh ahli anatomi Jerman Gunther von Hagens pada tahun 1977, dan ia kemudian mendirikan Institut Plastination di Heidelberg pada tahun 1993. Plastinasi digunakan dalam bidang biologi dan kedokteran untuk mengawetkan mayat atau spesimen lain dengan berbagai bidang potongan, yaitu membujur dan melintang melewati organ-organ tubuh. Setiap organ bahkan hingga jaringan syaraf dapat di awetkan dengan plastinasi. Untuk membedakan jaringan syaraf dengan jaringan lain, diberikan warna kuning pada jaringan syaraf tersebut. Tubuh dibedah dengan irisan melintang atau membujur dengan memperlihatkan sebagian kulit yang di buang, sehingga terlihat jaringan otot. Pembedahahan pada lapisan pelindung organ dalam memperlihatkan posisi dari organ dan tulang-tulang penyusun tubuh. Ini bertujuan untuk memperlihatkan anatomi tubuh secara tiga dimensi. Prinsip kerja plastinasi :

description

tekologi plastinasi

Transcript of teknologi plastinasi.

  • Agustina Sekar Puspita

    State University of Yogyakarta, Indonesia

    Translate into Indonesia from Singh, Mishra, Pandit, Maheshwari, Hasan. 2013.

    Plastination: A Promissing Method for Preserving Biological Specimen: A

    Review Article. International Journal of Scientific and Research Publications,

    Volume 3

    Mumifikasi ModernTeknik pemumian yang dilakukan oleh bangsa Mesir pada zaman dahulu

    sekarang diaplikasikan ke dalam bidang penelitian biologi dan kedokteran dengan

    berbagai penyempurnaan.

    Tren terbaru dalam pengawetan mayat yaitu pengawetan dengan cara yang

    dikenal dengan Plastinasi. Plastinasi adalah teknik untuk menjaga tubuh atau

    bagian tubuh agar tetap awet dengan menggantikan komponen air dan lemak pada

    tubuh atau organ mahluk hidup dengan menempelkan material sintetis sperti

    polimer silikon dan epoksi resin, sehingga menghasilkan spesimen yang bisa

    disentuh, tidak berbau atau busuk, dan bahkan mempertahankan sifat sebagian

    besar sampel asli. Plastinasi diciptakan oleh ahli anatomi Jerman Gunther von

    Hagens pada tahun 1977, dan ia kemudian mendirikan Institut Plastination di

    Heidelberg pada tahun 1993.

    Plastinasi digunakan dalam bidang biologi dan kedokteran untuk

    mengawetkan mayat atau spesimen lain dengan berbagai bidang potongan, yaitu

    membujur dan melintang melewati organ-organ tubuh. Setiap organ bahkan

    hingga jaringan syaraf dapat di awetkan dengan plastinasi. Untuk membedakan

    jaringan syaraf dengan jaringan lain, diberikan warna kuning pada jaringan syaraf

    tersebut. Tubuh dibedah dengan irisan melintang atau membujur dengan

    memperlihatkan sebagian kulit yang di buang, sehingga terlihat jaringan otot.

    Pembedahahan pada lapisan pelindung organ dalam memperlihatkan posisi dari

    organ dan tulang-tulang penyusun tubuh. Ini bertujuan untuk memperlihatkan

    anatomi tubuh secara tiga dimensi.

    Prinsip kerja plastinasi :

  • 1. Fiksasi, yaitu membalsem mayat dengan formaldehida mencegah

    pembusukan.

    2. Dehidrasi, yaitu merendam mayat dalam larutan aceton. Dalam

    keadaan membeku, aceton mengeluarkan isi sel/protoplasma dan

    3. Tekanan impregnasi, spesimen kemudian ditempatkan dalam cairan

    polimer seperti silikon, poliester atau epoksi resin. Dengan

    mengondisikan suasana dalam tekanan udara 0, aceton kemudian

    mendidih. Aceton yang terevaporasi kemudian meninggalkan sel,

    cairan polimer masuk menggantikan aceton masuk dalam sel sehingga

    membuat sel terisi cairan mirip plastik.

    4. Pengerasan, plastik yang telah memasuki sel harus dikeraskan dengan

    menggunakan gas, panas dan sinar ultra violet.

    (Singh dkk , 2013).

    Berbagai spesimen hasil plastisasi

  • Body Worlds: The Original and The Cycle of Life yang diselenggarakan di

    Singapura pada tanggal 23 Oktober 2009

  • Daftar Pustaka

    Singh, Mishra, Pandit, Maheshwari, Hasan. 2013. Plastination: A Promissing

    Method for Preserving Biological Specimen: A Review Article.

    International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3