Tantangan dan Peluang Lembaga Keuangan Syariahdharmawangsa.ac.id/public/upload/jurnal bisnis...

134
Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 1 Tantangan dan Peluang Lembaga Keuangan Syariah Oleh Ahmad Taufiq Harahap, SE, MM ABSTRACT Islamic banking is a banking alternative to the mutual benefit of both parties ( customer and the bank ), which is supported by a diversity of financial products and schemes are more varied, and be transparent to be fair for both parties.Islamic banking is a credible alternative to the banking system and a choice of Indonesian society. Key words: challenges, opportunities and Islamic banking A. PENDAHULUAN Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan akan berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan TI yang belum memumpuni. Perbankan syariah diharapkan turut berkonstribusi dalam mendukung transformasi perekonomian pada aktivitas ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi dan inklusif, terutama dengan memanfaatkan bonus demografi dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga peran perbankan syariah dapat terasa signifikan bagi masyarakat. Semakin besar pertumbuhan perbankan syariah, maka akan semakin banyak masyarakat yang terlayani. Makin meluasnya jangkauan perbankan syariah menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi rakyat di negeri ini. Perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif untuk terwujudnya financial inclusion. (http://infobanknews.com/tantangan- perbankan-syariah-di-2016)

Transcript of Tantangan dan Peluang Lembaga Keuangan Syariahdharmawangsa.ac.id/public/upload/jurnal bisnis...

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 1

Tantangan dan Peluang Lembaga Keuangan Syariah

Oleh

Ahmad Taufiq Harahap, SE, MM

ABSTRACT

Islamic banking is a banking alternative to the mutual benefit of both parties ( customer

and the bank ), which is supported by a diversity of financial products and schemes are more

varied, and be transparent to be fair for both parties.Islamic banking is a credible alternative to

the banking system and a choice of Indonesian society.

Key words: challenges, opportunities and Islamic banking

A. PENDAHULUAN

Semakin sengitnya persaingan di industri

jasa keuangan akan berpengaruh negatif

terhadap kinerja perbankan syariah karena

masih terkendala beberapa masalah seperti

keterbatasan modal, sumber dana, SDM dan

TI yang belum memumpuni.

Perbankan syariah diharapkan turut

berkonstribusi dalam mendukung

transformasi perekonomian pada aktivitas

ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi

dan inklusif, terutama dengan

memanfaatkan bonus demografi dan prospek

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga

peran perbankan syariah dapat terasa

signifikan bagi masyarakat.

Semakin besar pertumbuhan perbankan

syariah, maka akan semakin banyak

masyarakat yang terlayani. Makin

meluasnya jangkauan perbankan syariah

menunjukkan peran perbankan syariah

makin besar untuk pembangunan ekonomi

rakyat di negeri ini. Perbankan syariah

seharusnya tampil sebagai garda terdepan

atau lokomotif untuk terwujudnya financial

inclusion.

(http://infobanknews.com/tantangan-

perbankan-syariah-di-2016)

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 2

Namun dalam pengembangannya,

perbankan syariah menghadapi sejumlah

tantangan yang harus dihadapai dengan

berbagai macam langkah strategis. Oleh

sebab itu, diharapkan perekonomian

nasional di 2017 akan semakin pulih

terutama dengan banyaknya proyek-proyek

infrastruktur dan semakin baiknya

pemerintahan pusat dan daerah dalam

penyerapan anggaran.

B. Lembaga Keuangan Syariah

Lembaga keuangan adalah semua

badan yang kegiatannya bidang keuangan,

melakukan penghimpunan, dan penyaluran

dana kepada masyarakat, terutama guna

membiayai investasi perusahaan (SK

Menkeu RI No 792/90). Sering juga disebut

sebagai suatu lembaga yang melancarkan

pertukaran barang dan jasa dengan

penggunaan uang atau kredit dan membantu

menyalurkan tabungan sebagian masyarakat

kepada masyarakat yang membutuhkan

pembiayaan dana untuk investasi Sedang

Lembaga Keuangan Islam adalah suatu

lembaga keuangan yang prinsip operasinya

berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah

Islamiah.

Dalam operasionalnya lembaga

keuangan Islam ini harus menghindari unsur

riba, gharar, maisir dan akad yang bathil.

(Andri Soemitro,2009: 27)

Tujuan utama pendirian lembaga

keuangan Islam adalah untuk menunaikan

perintah Allah dalam bidang ekonomi dan

muamalah serta membebaskan masyarakat

Islam dari kegiatan-kegiatan yang dilarang

oleh agama Islam. Untuk melaksanakan

tugas mulia ini sekaligus untuk

menyelesaikan masalah yang memerangkap

umat Islam, bukanlah hanya menjadi tugas

seseorang atau sebuah lembaga, tetapi

merupakan tugas dan kewajiban setiap

muslim.

Lembaga Keuangan Syariah: Kasus di

Indonesia

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 3

1. Perbankan Syariah

Adalah bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah. Menurut jenisnya bank syariah

dibedakan menjadi Bank Umum Syariah

(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Saat ini keberadaan Bank Syariah diatur

dalam UU. No. 21 tahun 2008 tentang Bank

Syariah.

Bank Syariah melakukan bentuk

kegiatan usaha yang hampir sama dengan

bank konvensional, yaitu melakukan

penghimpunan dana dari masyarakat dan

penyaluran dana masyarakat. Bank syariah

juga menyediakan jasa keuangan lainnya.

Perbedaannya adalah bahwa semua kegiatan

tersbut dilakukan oleh bank syariah dengan

berdasarkan pada prinsip syariah.

Implikasinya bank syariah memiliki

berbagai variasi akad sebagaimana yang

lazim dalam fiqh muamalat.( Andri

Soemitro,2009: 61 )

2. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

BMT Baitul Maal wat Tamwil

(BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu,

adalah lembaga keuangan mikro yang

dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,

menumbuh kembangkan derajat dan

martabat serta membela kepentingan kaum

fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan

modal awal dari tokohtokoh masyarakat

setempat dengan berlandaskan pada system

ekonomi yang salam. Keberadaan BMT

dapat dipandang memiliki dua fungsi utama,

yaitu sebagai media penyalur

pendayagunaan harta ibadah, serta bergerak

di bidang investasi yang berifat produktif

sebagaimana layaknya bank. BMT bersifat

informal karena lembaga ini didirikan oleh

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

yang berbeda dengan lembaga perbankan

dan lembaga keuangan lainnya

(http://anshorudin.blogspot.com/2012/03/le

mbaga-ekonomi-islam.html)

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 4

3. Asuransi Syariah

Asuransi Syariah adalah asuransi yang

dijalankan berdasarkan prinsip takaful, yaitu

suatu skema kerjasama yang dilandasi oleh

nilai-nilai ukhuwah, solidaritas, saling

menjamin untuk memberikan bantuan

finansial kepada peserta takaful jika

membutuhkannya dan mereka sepakat untuk

memberikan konstribusi untuk tercapainya

tujuan tersebut. Menurut Fatwa DSN MUI

N0, 21 tahun 2001 tentang Asuransi Syariah,

dijelaskan bahwa Asuransi Syariah adalah

usaha saling melindungi dan tolong

menolong di antara sejumlah orang/pihak

melalui investasi dalam bentuk asset dan

atau tabarru’ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi resiko

tertentu melalui akad yang sesuai dengan

syariah.( Wirdyaningsih,2005: 17).

4. Reksadana Syariah

Menurut pengertian hukum di Indonesia

reksa dana adalah wadah yang

dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya di

investasikan dalam portofolio efek oleh

manajer investasi. Penyerahan dana yang

dilakukan oleh investor memerlukan

jaminan bahwa pengelola dana tidak

melakukan tindakan tidak terpuji. Oleh

karena itu diperlukan suatu lembaga yang

menjadi penjaga harta yang berbentuk efek.

Lembaga itu disebut custodian yang

merupakan sebuah bank, karenanya disebut

bank custodian.

Sedangkan Reksa Dana Syariah

merupakan sarana investasi campuran yang

menggabungkan saham dan obligasi

syariah dalam satu produk yang dikelola

oleh manajer investasi. Manajer investasi

menawarkan Reksa Dana Syariah kepada

para investor yang berminat, sementara

dana yang diperoleh dari investor tersebut

dikelola oleh manajer investasi untuk

ditanamkan dalam saham atau obligasi

syariah yang dinilai menguntungkan.

Payung hukum Rekasadana Syariah adalah

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 5

UU No. 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal

dan Fatwa DSN MUI No.

20/DSN/MUI/IX/2000. Tentang Pedoman

Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana

Syariah. (Abdul Ghafur,2008 :71)

5. Pegadaian Syariah

Menutut KUH Perdata Pasal 1150

disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang

diperoleh seorang yang berpiutang atas

suatu barang bergerak, yang diserahkan

kepadanya oleh seorang berutang atau oleh

seorang lain atas namanya, dan yang

memberikan kekuasaan kepada kepada

orang yang berpiutang itu untuk mengambil

pelunasan dari barang tersebut secara

didahulukan daripada orang yang

berpiutang lainnya, dengan pengecualian

biaya untuk melelang barang tersebut dan

biaya yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkannya setelah barang itu

digadaikan, biaya-biaya mana harus

didahulukan.

Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan

salah satu bentuk harta milik nasabah atau

Rahin sebagai barang jaminan atau marhun

atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang

diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai

ekonomis sehingga pihak yang menahan

memperoleh jaminan untuk mengambil

kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

(Sasli Rais, 2005:.38.)

Pegadaian Syariah menjalankan

operasinya berdasarkan prinsip syariah.

Payung hukum Pegadaian Syariah di

Indonesia adalah Fatwa DSN MUI No.25

tahun 2002. tentang Rahn, yang

menyatakan bahwa pinjaman dengan

menggadaikan barang sebagai jaminan

utang dalam bentuk rahn diperbolehkan.

6. Pasar Modal Syariah

Istilah sekuritas (securities) seringkali

disebut juga dengan efek, yakni sebuah

nama kolektif untuk macam-macam surat

berharga, misalnya saham, obilgasi, surat

hipotik, dan jenis surat lain yang

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 6

membuktikan hak milik atas sesuatu

barang. Dengan istilah yang hampir sama,

sekuritas juga dapat dipahami sebagai

promissory notes/commercial bank notes

yang menjadi bukti bahwa satu pihak

mempunyai tagihan pada pihak lain.

Adapun,yang dimaksud dengan sekuritas

syariah atau efek syariah adalah efek

sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal

yang akad, pengelolaan perusahaan,

maupun cara penerbitannya memenuhi

prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian

Pasar modal syariah adalah pasar modal

yang seluruh mekanisme kegiatannya

terutama mengenai emiten, jenis efek yang

diperdagangkan, serta mekanisme

perdagangannya sendiri telah sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah.

7. Pasar Uang Syariah

Merupakan mekanisme yang

memungkinkan lembaga keuangan

syariah untuk menggunakan instrument

pasar dengan mekanisme yang sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah baik

untuk mengatasi persoalan kekurangan

likuiditas maupun kelebihan likuiditas.

Kebijakan mengenai Pasar Uang Syariah

di Indonesia didasarkan pada Peraturan

Bank Indonesia No.10/36/PBI/2008

tentang Operasi Moneter Syariah yang

merupakan pengejawantahan

pengendalian moneter berdasarkan

prinsip syariah dalam rangka

mendukung tugas Bank Indonesia dalam

menetapkan dan melaksanakan

kebijakan moneter.

( Andri ,Soemitro,2009: 203)

8. Dana Pensiun Syariah

Menurut UU No. 11 tahun 1992 tentang

Dana Pensiun, dijelaskan bahwa Dana

Pensiun adalah badan usaha yang

menjalankan program untuk memberikan

manfaat pensiun. Sedang Dana Pensiun

Syariah adalah dana pensiun yang dikelola

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 7

berdasarkan prinsip syariah. Dana Pensiun

Syariah Untuk memperoleh uang pensiun

setelah purna tugas merupakan harapan

yang ideal bagi setiap pekerja. Apalagi

setelah sekian tahun mencurahkan tenaga,

waktu dan pikirannya bagi perkembangan

dan kemajuan perusahaan tempatnya

bekerja, dan wajar kiranya saat usianya

sudah lanjut dan tidak produktif lagi

perusahaannya masih mengingat jasanya

dalam bentuk pemberian pensiun. Namun

tidak semua perusahaan menyediakan

pensiun dan hanya sedikit sekali

perusahaan memberikannya.

9. Leasing Syariah

Perusahaan Sewa guna usaha lebih

ditekankan kepada pembiayaan terhadap

barang-barang modal tahan lama atau

jangka panjang yang diinginkan oleh

nasabahnya dengan system syariah, dalam

hal ini bersendikan konsep ijarah.

10. Modal Ventura Syariah

Pelajaran penting yang dapat diambil

dari pengalaman venture capital.

Venture capital pada hakekatnya tidak

berbeda secara substantif dibandingkan

dengan musyarakah. Pengalaman di

banyak tempat dan banyak negara,

termasuk negara maju, membuktikan

betapa besar dan pentingnya peran yang

disumbangkan oleh jenis usaha venture

capital ini pada pengembangan usaha

dengan basis yang lebih adil,

dibandingkan praktik perbankan

konvensional. Sudah umum diketahui,

betapa sejumlah perusahaan kaliber

dunia seperti Microsoft dan Macintosh

computer memulai usahanya dengan

bekerjasama modal bersama perusahaan

Venture Capital. Di dunia barat pada

umumnya, cukup tinggi pengakuan akan

peran dan kontribusi jenis perusahaan

Venture Capital sebagai mitra usaha

dalam permodalan. Terbukti kemudian

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 8

bahwa usaha yang dibantu seperti

Microsoft dan Macintosh melejit

menjadi perusahaan raksasa kaliber

dunia, dan usaha-usaha jenis Venture

Capital tetap bisa survive dalam posisi

mereka sebagai perusahaan mitra modal.

Seperti diungkapkan di muka, bahwa

pada hakekatnya tidak ada perbedaan

substansi antara praktik venture capital

dan musyarakah. Oleh karena itu,

mestinya perlu menjadi pertanyaan dan

pelajaran bagi dunia perbankan syariah,

mengapa hal ini tidak dijadikan

insipirasi, sehingga salah satu kelemahan

perbankan syariah dalam “potofolio

produk” dan sekaligus rendahnya peran

bank syariah dalam mendorong

pertumbuhan sektor riel dapat diatasi. Di

sisi lain, memperbesar porsi musyarakah

dapat pula memberikan potensi

keuntungan yang jauh lebih besar bagi

bank syariah.( Andri ,Soemitro,2009:

307)

11. Anjak Piutang Syariah

Perusahaan Anjak Piutang, perusahaan

yang usahanya adalah mengambil alih

pembayaran kredit suatu perusahaan,

terutama dengan cara mengambil kredit

bermasalah dengan mekanisme syariah.

Dalam hal ini Anjak Piutang Syariah

dijalankan dengan berdasar pada prinsip

akad hiwalah dalam fiqh muamalat.

12. Koperasi Syariah

Saat ini beroperasinya koperasi syariah

lebih banyak mengambil bentuk Koperasi

Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Sistem ini

memperbaiki sistem Simpan Pinjam

konvensional yang berusaha menghimpun

dana dari anggotanya kemudian

menyalurkan kembali kepada para anggota

koperasi dan masyarakat. Simpan pinjam

konvensional dijalankan dengan penerapan

bunga.

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 9

13. Lembaga ZISWA Lembaga Zakat,

Infak, Shadaqah dan Waqaf. Lembaga

ini merupakan lembaga yang hanya ada

dalam system keuangan Islam, karena

Islam mendorong umatnya untuk menjadi

sukarelawan dalam beramal (volunteer).

Dana ini hanya bisa dialokasikan untuk

kepentingan social atau peruntukan yang

telah digariskan menurut syariah Islam.

Secara khusus pengelolaan zakat adalah

kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, serta pendayagunaan zakat

(Andri ,Soemitro,2009: 408)

C. PEMBAHASAN

Sistem Operasi Lembaga Keuangan

Syariah

Secara umum mekanisme operasional

dari lembaga-lembaga keuangan syariah

tersebut adalah menerapkan prinsip-prinsip

akad dalam fiqih muamalat yang pada

intinya adalah menghindari unsure riba,

maisir, gharar, dan akad yang bathil.

Prinsip-prinsip akad yang biasanya

diterapkan adalah:

1. Musyarakah

Adalah akad kerjasama antara dua pihak

atau lebih untuk suatu usaha tertentu,

dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan dibagi

berdasarkan kesepakatan sedangkan

risiko berdasarkan porsi kontribusi dana.

2. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama

usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (pemilik dana) menyediakan

seluruh dana, sedangkan pihak kedua

(pengelola dana) bertindak selaku

pengelola, dan keuntungan usaha dibagi

di antara mereka sesuai kesepakatan

sedangkan kerugian finansial hanya

ditanggung oleh pengelola dana. Prinsip

akad mudharabah banyak dalam

perbankan syariah.

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 10

3. Ijarah

Adalah akad pemindahan hak guna

(manfaat) suatu barang atau jasa dalam

waktu tertentu dengan adanya

pembayaran upah (ujrah), tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan atas

barang tersebut. Kegiatan ijarah ini

dalam perbankan syariah dijalankan

dengan menyewakan simpanan (safe

deposit box) dan jasa tata-laksana

administrasi dokumen (custodian),

dalam hal ini bank mendapatkan imbalan

sewa dari jasa tersebut. Leasing (Sewa

Guna Usaha) menerapkan akad ijarah

ini.

4. Wadiah Penerapan prinsip wadiah

yang dilakukan adalah wadiah yad

dhamanah yang diterapkan pada

rekaning produk giro. Berbeda dengan

wadiah amanah, dimana pihak yang

dititipi (bank) bertanggung jawab atas

keutuhan harta titipan sehingga ia boleh

memanfaatkan harta titipan tersebut.

Sedangkan pada wadiah amanah harta

titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh

yang dititipi. Akad wadiah banyak

diterapkan dalam perbankan syariah.

5. Rahn

Adalah penyerahan barang yang

dilakukan oleh muqtaridh (orang yang

berhutang) sebagai jaminan atas hutang

yang diterimanya. Dengan demikian

pihak yang member hutang memperoleh

jaminan untuk mengaambil kembali

seluruh atau sebagian piutangnya apabila

peminjam tidak mampu membayar

hutangnya. Prinsip akad ini diterapkan

dalam Pegadaian Syariah.

6. Hiwalah

Adalah akad pengalihan tanggungan

hutang dari pihak pertama kepada pihak

kedua yang memiliki hutang pada pihak

pertama. Akad ini menjadi dasar

Lembaga Anjak Piutang Syariah,

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 11

7. Wakalah

Yaitu akad pemberian kuasa dari

seorang muwakkil (Yang mewakilkan)

kepada penerima kuasa (wakil) atas

nama muwakkil (pemberi kuasa). Prinsip

akad ini hampir digunakan atau

diperlukan dalam operasional semua

jenis lembaga keuangan syariah.

8. Kafalah

Kafalah merupakan jasa jaminan,

yaitu kesanggupan untuk memenuhi hak

yang telah menjadi kewajiban orang lain.

Atau kesanggupan untuk mendatangkan

barang yang ditanggung atau untuk

menghadirkan orang yang mempunyai

kewajiban terhadap orang lain. Prinsip

akad ini utamanya menjadi landasan

dalam operasioanl lembaga Asuransi

Syariah

9. Bai’.

Merupakan akad jual beli, yaitu tukar

menukar harta dengan harta lain melalui

cara-cara yang ditentukan oleh syara’.

Akad bai’ dapat digunakan sebagai

sarana untuk memiliki barang atau

manfaat dari suatu barang untuk selama-

lamanya. Akad bai’ memiliki beberapa

bentuk di antaranya :

a. Murabahah, yaitu akad jual beli

barang dengan menyatakan harga dan

keuntugan yang disepakati antara

penjual dan pembeli.

b.Salam, yaitu penjualan suatu barang

dengan menggunakan lafadz salam atau

salaf, meyebut sifat-sifatnya sebagai

persyaratan jual beli, sedangkan

barangnya masih dalam tanggungan

penjual.

c. Istisna’, yaitu akad jual beli dengan

ketentuan bahwa penjual ditugaskan

untuk membuat suatu barang oleh

pemesan, dengan bahan baku atau modal

pembuatan dari produsen (penjual)

dengan mengikuti cara-cara tertentu.

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 12

10. Qardh, yaitu memberikan atau

menghutangkan harta kepada orang lain

tanpa mengharapkan imbalan, untuk

dikembalikan kepada pemberi pinjaman

dengan pengganti yang sama dan dapat

ditagih atau diminta kembali kapan saja

penghutang menghendaki. Akad ini

diperbolehkan bahkan dianjurkan

dengan tujuan menolong atau

meringankan beban orang lain (Dumairi,

2008:, 100)

Tumbuh Kembang Lembaga

Keuangan Syariah Indonesia

Perkembangan industri keuangan

syariah dinilai cukup menggembirakan.

Hal ini antara lain dapat dilihat dari

berbagai pertumbuhan yang dicapainya.

Kepala Eksekutif Industri Keuangan

Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Jaelani

mengungkapkan bahwa sampai tahun

2007 total asset lembaga keuangan

syariah baru mencapai 38 trilyun,

sedangkan pada tahun 2012 sudah

mencapai 247 trilyun. Porsi keuangan

syariah meningkat dari 4,9 persen

menjadi 19,2 persen tahun 2012, Pada

mulanya hanya didominasi oleh

perbankan syariah tapi sekarang

lembaga yang lain juga cukup

berkembang, terutama Asuransi Syariah,

lembaga pembiayaan syariah, lembaga

penjaminan syariah, pegadaian syariah

dan peruasahaan modal ventura syariah.

Mempertegas hal tersebut ketua MUI

KH Ma;ruf Amin juga menyatakan bahwa

pertumbuhan lembaga keuangan syariah

yang mencapai 34% telah melebihi

pertumbuhan lembaga keuangan

konvensional yang hanya 15 -20% saja. 16

Dasar pemikiran dikembangkannya

lembaga keuangan Islam di Indonesia

adalah untuk memberikan pelayanan

kepada sebagian masyarakat

IndonesiaIndonesia, karena bank-bank

tersebut menjalankan sistem bunga.

Sebagian masyarakat Indonesia yang

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 13

mayoritas muslim, meyakini bahwa

aktivitas lembaga keuangan yang

menjalankan praktek bunga tidak sesuai

dengan prinsip Syari'ah Islamiyah,

sehingga keikutsertaan mereka dalam

sektor keuangan tidak optimal.

Dengan dikembangkannya lembaga

keuangan yang dijalankan dengan prinsip-

prinsip Syari'ah diharapkan seluruh

potensi ekonomi masyarakat Indonesia

yang belum dioptimalkan dapat

dioptimalkan.

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam

Indonesia (IAEI) Agustianto Mingka dalam

pembangunan proyek infrastruktur yang

sedang gencar-gencarnya dilaksanakan

pemerintah, seharusnya perbankan syariah

dapat mengambil peran. Dalam hal ini bank-

bank syariah dapat melakukan pembiayaan

sindikasi baik sesama bank syariah maupun

bergabung (bersindikasi) dengan bank-bank

konvensional.

Di tahun 2016, pertumbuhan aset

perbankan syariah diperkirakan sekitar 15%.

Dengan demikian pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) dan pembiayaan masih

berkisar di angka tersebut. Meskipun

program sekuritisasi aset perbankan syariah

akan dilakukan di Indonesia terhadap

perbankan syariah, tampaknya, program ini

baru jalan di awal tahun 2017, kecuali

lembaga penerbit EBA SP Syariah bergerak

lebih cepat.

Tahun 2016 akan diwarnai oleh tingkat

kompetisi bisnis jasa keuangan yang

semakin ketat, karena mulai berlakunya

masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)

dimana untuk industri perbankan hal ini

tertuang dalam ASEAN Banking Integration

Framework (ABIF). Semakin sengitnya

persaingan di industri jasa keuangan akan

berpengaruh negatif terhadap kinerja

perbankan syariah karena masih terkendala

beberapa masalah seperti keterbatasan

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 14

modal, sumber dana, SDM dan TI yang

belum mumpuni.

Sementara dalam rangka

mengembangkan industri perbankan

syariahu untuk menjadi pemain yang unggul

dan berperan signifikan di Indonesia,

terdapat beberapa tantangan dan strategis

yang harus menjadi prioritas bagi

stakeholders perbankan syariah. Pertama,

yakni inovasi produk keuangan dan

perbankan syariah yang merupakan pilar

utama dalam pengembangan industri

perbankan syariah.

Bank-bank syariah harus memiliki

produk inovatif yang makin beragam agar

bisa berkembang dengan baik. Upaya ini

mutlak dilakukan karena bank syariah akhir-

akhir ini mengalami pelambatan

pertumbuhan bahkan penurunan market

share dibanding konvensional. Inovasi

produk bank syariah adalah sebuah

keniscayaan, agar bank syariah bisa kembali

tumbuh dan bersaing dengan perbankan

konvensional maupun lembaga lain.

Sebenarnya banyak peluang bisnis

yang menguntungkan bagi perbankan

syariah, seperti international trade finance,

sindicated financing, Margin During

Construction (MDC), hybrid take

over dan refinancing, factoring, KPRS

inden, pembiayaan reimburs, IMBT

dan Ijarah Maushifah fiz Zimmah,

serta Musyarakah Mutanaqishah.

Akad Musyarakah Mutanaqishah dapat

diterapkan dalam 11 produk dan kebutuhan

bisnis nasabah.

Lalu tantangan yang kedua,

sekuritisasi aset Bank Syariah. Salah satu

kunci kesuksesan KPR Syariah adalah

sekuritisasi (tawriq) asset. Sekuritisasi akan

meningkatkan ketersediaan dana bagi bank-

bank syariah. Dalam konsep sekuritisasi

asset ini, bank syariah mentransformasikan

aset berisikonya (pembiayaan) ke dalam

bentuk uang cash (uang segar) yang

Jurnal Bisnis Corporate 2017 | 15

kemudian dapat digunakan untuk ekspansi

usaha dan dapat pula disalurkan kembali ke

pihak yang memerlukan dana. Uang segar

tersebut diperoleh dari sebuah lembaga

penerbit EBA yang membeli asset produktif

bank syariah.

(http://infobanknews.com/tantangan-

perbankan-syariah-di-2016)

D. KESIMPULAN

Dikembangkannya lembaga keuangan

yang dijalankan dengan prinsip-prinsip

Syari'ah diharapkan seluruh potensi

ekonomi masyarakat Indonesia yang belum

dioptimalkan dapat dioptimalkan.

Di tahun 2017 ini pengelolaan

pembiayaan bermasalah tetap menjadi

tantangan terbesar bagi bank-bank syariah

ke depan. Untuk menghadapi tantangan ini,

Bank syariah harus terus memperketat

standar underwriting dan secara proaktif

memonitor nasabah dalam sektor industri

yang terkena dampak perlambatan ekonomi

secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitro, Bank & Lembaga

Keuangan Syariah, Jakarta: KPM Group,

2009

Abdul Ghafur Anshori, Aspek Hukuk

Reksadana Syariah Di Indonesia, Bandung:

Refika Aditama, 2008.

Dumairi Nor Dkk. Ekonomi Syariah

Versi Salaf, Pasuruan: Pustaka Sidogiri,

2008

Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep

dan Sistem Operasional (Suatu Kajian

Kontemporer, (Jakarta: UI Press, 2005

Veithzal Rival. Islamic Financial

Management, Jakarta: Galia Indonesia,

2010.

Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi

Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana

Prenanda Media, 2005

http://anshorudin.blogspot.com/2012/03/lem

baga-ekonomi-islam.html.

http://infobanknews.com/tantangan-

perbankan-syariah-di-2016

Jurnal Bisnis Corporate | 44

Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja dan Jenjang Karir Terhadap Produktivitas PT

Bank Mestika Dharma Medan

oleh

Drs. Syaiful Amri, S.Kom, MM

ABSTRACT

The purpose of this study to determine the effect of quality of work life and career path to

productivity at PT Bank Mestika Dharma Medan is a company engaged in banking.

The research method used is descriptive analysis method and multiple regression analysis

method. The data used are Premier Data and Secondary Data. The population of this

company is 229 people with this research sample 70 people.

The results showed that the quality of working life and career ladder have a positive and

significant effect on the productivity of PT Bank Mestika Dharma Medan of 0.506. This

means that 50.6% Productivity PT Bank Mestika Dharma Medan described by the

independent variable of Quality of Work Life and Career Path.

Keywords: Quality of Work Life, Career Level, Productivity

A. PENDAHULUAN

Untuk menciptakan kualitas kehidupan

kerja yang baik tidaklah mudah.

Perusahaan menegah dan baru, mungkin

akan kesulitan untuk dapat menciptakan

kualitas kehidupan kerja yang baik, selain

membutuhkan biaya yang relatif besar,

kesadaran para karyawan akan pentingnya

kualitas kehidupan kerja pun masih sangat

rendah . Ada yang mengatakan bahwa

jenjang karir berpengaruh pada

produktivitas, Dan bahkan ada yang

mengatakan jenjang karir tidak memiliki

pengaruh apapun dalam produktivitas

karyawannya. Dari pengambilan sample

secara acak dan lisan dapat di simpulkan

bahwa kebutuhan dan keinginan dari setiap

individu berbeda dan faktor penentu dalam

produktivitas mereka juga berbeda. Dan

didapatkan hasil bahwa kualitas kehidupan

kerja dan jenjang karir memiliki pengaruh

terhadap produktivitas karyawannya.

Bagaimana produktivitas yang terlihat

secara kasat mata pada PT.Bank Mestika

Dharma Tbk - Medan? Apakah kualitas

kehidupan kerja dan jenjang karir juga

berpengaruh pada produktivitas karyawan

PT.Bank Mestika Dharma Tbk – Medan?

Karena perbedaan yang mendasar bahwa

kebutuhan dan keinginan setiap individu

berbeda maka penelitian ini tentang

pengaruh kualitas kehidupan kerja dan

jenjang karir terhadap produktivitas

karyawan PT. Bank Mestika Dharma Tbk

– Medan .

B. TEORI DAN KERANGKA

KONSEP

Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja

Menurut Llyod (2006) kualitas kehidupan

kerja merupakan sejauh mana para pekerja

dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pribadi yang penting melalui pengalaman

mereka dalam organisasi dimana mereka

bekerja. Kualitas kehidupan kerja

merupakan suatu keadaan terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan karyawan, adanya

Jurnal Bisnis Corporate | 45

kesempatan bagi karyawan untuk turut

berperan menentukan cara bekerja dan

sumbangan yang dapat diberikan karyawan

pada organisasi (Zin, 2009). Ada dua

pandangan mengenai arti kualitas

kehidupan kerja (Cascio, 2010) yaitu

pertama sejalan dengan usaha organisasi

mewujudkan tujuan organisasinya, seperti

kebijakan promosi, supervisi yang

demokratis, keterlibatan pegawai dan

kondisi kerja yang aman. Pengertian kedua

dari kualitas kehidupan kerja adalah

melalui persepsi pegawai. Kualitas

kehidupan kerja adalah persepsi pegawai

tentang sejauh mana mereka merasa aman,

puas terhadap pekerjaan mereka dan

mampu tumbuh dan berkembang sebagai

manusia. Sementara yang lainnya

menyatakan, bahwa kualitas kehidupan

kerja adalah persepsi-persepsi karyawan

bahwa mereka ingin merasa aman, secara

relatif merasa puas dan mendapat

kesempatan mampu tumbuh dan

berkembang selayaknya manusia.

a. Aspek-aspek Pengembangan

Kualitas Kehidupan Kerja

Menurut Nawawi (2010:102), dapat

dijelaskan bahwa ada sembilan aspek pada

sumber daya manusia yang perlu

diciptakan, dibina dan dikembangkan

yaitu:

Di setiap lingkungan organisasi atau

perusahaan, karyawan memerlukan

komunikasi yang terbuka dalam batas-

batas wewenang dan tanggung jawab

masing-masing. Dengan komunikasi yang

lancar maka karyawan akan mendapatkan

informasi-informasi penting secara tepat.

Di suatu perusahaan setiap karyawan

memiliki kesempatan untuk memberikan

sumbangan dalam memecahkan konflik

baik di perusahaaan maupun konflik antar

karyawan dilakukan secara terbuka, jujur,

dan adil. Kondisi tersebut sangat

berpengaruh pada loyalitas dan dedikasi

serta motivasi kerja karyawan.

Di suatu peusahaan setiap karyawan

memerlukan kejelasan tentang

pengembangan karier mereka dalam

menghadapi masa depan. Untuk itu maka

ditempuh melalui penawaran kenaikan

jabatan, memberi kesempatan mengikuti

pelatihan atau pendidikan diluar

perusahaan pada lembaga pendidikan yang

lebih tinggi.

Di suatu perusahaan, setiap karyawan

perlu diikutsertakan dalam proses

pengambilan keputusan dan pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan posisi

kewenangan, jabatan masing-masing. Di

suatu perusahaan, setiap karyawan perlu

dibina dan dikembangkan perasaan

bangganya pada tempatnya bekerja,

termasuk juga pada pekerjaan atau

jabatannya.

Di suatu perusahaan setiap karyawan harus

memperoleh kompensasi yang adil, wajar

dan mencukupi. Untuk itu diperlukan

kemampuan menyusun dan

menyelenggarakan sistem dan struktur

pemberian kompensasi langsung dan tidak

langsung demi mensejahterakan kehidupan

karyawan sesuai dengan posisi jabatannya.

Jurnal Bisnis Corporate | 46

Setiap karyawan memerlukan keamanan di

lingkungan kerja. Untuk itu perusahaan

berkewajiban menciptakan dan

mengembangkan serta memberi jaminan

lingkungan kerja yang aman dengan

membentuk komite keamanan lingkungan

kerja yang secara terus menerus

melakukan pengamatan dan pemantauan

kondisi tempat dan peralatan kerja guna

menghindari segala sesuatu yang

membahayakan para pekerja.

Setiap perusahaan memerlukan rasa aman

atau jaminan kelangsungan pekerjaannya.

Untuk itu perusahaan perlu berusaha

menghindari pemberhentian sementara

para karyawan,menjadikan sebagai

karyawan tetap dengan memiliki tugas-

tugas regular dan memiliki program yang

teratur dalam memberikan kesempatan

karyawan untuk mengundurkan diri,

terutama melalui pengaturan pensiun.

Setiap karyawan memerlukan perhatian

terhadap pemeliharaan kesehatannya, agar

dapat bekerja secara efektif, efisien dan

produktif.

Di lingkungan suatu perusahaan setiap dan

semua karyawan memerlukan perhatian

terhadap pemeliharaan kesehatannya, agar

dapat bekerja secara efektif efisien, dan

produktif. Untuk itu perusahaan dapat

mendirikan dan menyelenggaran program

pemeliharaan kesehatan, program rekreasi

dan program konseling/penyuluhan bagi

karyawan.

Masih menurut Nawawi (2010) setiap

perusahaan atau organisasi harus mampu

menciptakan rasa aman kepuasan dalam

bekerja atau disebut dengan Quality Of

Work Life, agar sumber daya manusia di

lingkungan kerjanya menjadi kompetitif.

Menurut Cascio (2010) usaha perusahaan

untuk memperbaiki kualitas kehidupan

kerja adalah usaha untuk memperbaiki

komponen berikut ini :

1. Kompensasi yang seimbang (equitable

compensation)

Sistem imbalan yang diberikan kepada

karyawan harus layak, adil dan memadai,

artinya imbalan yang diberikan oleh

organisasi kepada karyawannya harus

memuaskan, sesuai dengan standar hidup

karyawan yang bersangkutan serta sesuai

dengan standar pengupahan dan

penggajian yang berlaku di pasaran kerja.

Menurut Hasibuan (2007) besarnya

kompensasi mencerminkan status,

pengakuan dan tingkat pemenuhan

kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan

bersama keluarganya. Tujuan pemberian

kompensasi adalah :

1. Ikatan kerjasama antara karyawan dan

pemberi kerja

2. Kepuasan kerja dengan pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

3. Sebagai motivator

4. Program kompensasi atas prinsip

adil dan layak serta eksternal

konsistensi yang kompentatif,

maka stabilitas karyawan lebih

terjamin sehingga turnover menjadi

menurun disiplin karyawan

menjadi lebih baik

5. Menghindarkan karyawan dari

pengaruh serikat buruh dan lebih

konsentrasi pada pekerjaannya.

Jurnal Bisnis Corporate | 47

2. Komunikasi (communication)

Agar komunikasi antar karyawan dengan

karyawan, ataupun dengan pihak

manajemen menjadi baik perlu dilakukan

komunikasi secara terbuka, baik melalui

manajemen langsung maupun melalui

serikat pekerja ataupun pertemuan grup.

Menurut Ambar Teguh (2008) bentuk

komunikasi organisasi secara umum

dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi

formal dan non formal. Bentuk

komunikasi formal adalah bentuk

hubungan komunikasi yang diciptakan

secara terencana, melalui jalur-jalur formal

dalam organisasi. Bentuk khas dari

komunikasi adalah berupa komunikasi

tugas. Sedangkan komunikasi non formal

komunikasi yang ada diluar struktur,

biasanya melalui yang bersifat insidental

menurut kebutuhan atau kepentingan

interpersonal yang baik atau atas dasar

kesamaan kepentingan. Keith Davis dan

Newstrom (1996) dalam Ayuningtyas

(2007), komunikasi adalah transfer

informasi dan pengertian dari satu orang

kepada orang lain. Komunikasi merupakan

cara menyampaikan gagasan, fakta,

pikiran, perasaan dan nilai kepada orang

lain. Komunikasi adalah apa yang

dipahami penerima, bukan apa yang

dikatakan pengirim, karena pentingnya,

maka organisasi tidak mungkin berjalan

optimal tanpa komunikasi yang baik.

3. Keselamatan lingkungan kerja (save

environment)

Untuk memelihara kesehatan lingkungan

kerja perlu dibentuk komite keselamatan

kerja, tim gawat darurat dan program

keselamatan. Menurut Hariandja (2007)

secara umum kewajiban perusahaan dalam

meningkatkan keselamatan kerja terdiri

dari :

1. Memelihara tempat kerja yang

aman dan sehat bagi pekerja

2. Mematuhi semua standar dan

syarat kerja

3. Mencatat semua peristiwa

kecelakaan yang terjadi yang

berkaitan dengan keselamatan

kerja.

Davis dan Newstrom (1996) dalam

penelitian Ayuningtyas (2007),

berpandangan bahwa lingkungan kerja

yang nyaman dan kondisi kerja yang

manusiawi merupakan prasyarat untuk

mencapai kerja yang produktif. Perhatian

terhadap lingkungan kerja dapat

menumbuhkan semangat dan kecepatan

kerja sehingga dapat meningkatkan kerja

karyawan. Beberapa hal strategis yang

harus diperhatikan dan dilaksanakan dalam

kebijakan keselamatan kerja tersebut,

antara lain :

a. Orientasi karyawan, untuk

meningkatkan pengetahuan

keselamatan kerja karyawan

tersebut.

b. Penggunaan alat pelindung diri

c. Penataan tempat kerja yang baik

dan aman

d. Pertolongan pertama pada

kecelakaan, meliputi latihan,

kelengkapan peralatan P3K,

pertolongan pada kasus luka dan

mengatasi perdarahan, pada kasus

patah tulang, terkilir, luka bakar,

Jurnal Bisnis Corporate | 48

cedera otot dan persendian serta

kasus cedera mata.

e. Pencegahan kebakaran

f. Perizinan, yaitu perizinan untuk

kegiatan yang dapat

menimbulkan sumber nyala api,

perizinan untuk penggalian, untuk

kelistrikan.

4. Penyelesaian konflik (conflict

resolution)

Martoyo dalam Ayuningtyas (2007:46),

menyatakan bahwa hubungan kerja yang

harmonis merupakan prasyarat untuk

mencapai kerja yang produktif.

Penyelesaian masalah terhadap konflik di

pekerjaan merupakan tanggung jawab

bersama, sehingga institusi dituntut

senantiasa membuka jalur formal untuk

menyampaikan keluhan dan permasalahan

yang pegawainya. Untuk meyelesaikan

permasalahan yang muncul, sebaiknya

pihak manajemen membuka jalur formal

untuk menyampaikan keluhan.

5. Keterlibatan karyawan (employee

involvement)

Para karyawan memiliki kesempatan untuk

berpartisipasi atau terlibat dalam

pengambilan-pengambilan keputusan yang

mempengaruhi langsung maupun tidak

langsung terhadap pekerjaan mereka.

Kualitas kehidupan kerja tidak dapat

didelegasikan secara sepihak oleh

manajemen, namun melalui kesepakatan

antara atasan dan bawahan.

6. Fasilitas yang tersedia (wellness)

Perlu adanya jaminan kesehatan, program

rekreasi dan program konseling. Menurut

Armstrong (2009:135) konseling adalah

setiap aktivitas di tempat kerja dimana

seorang individu memanfaatkan

serangkaian keterampilan dan tehnik untuk

membantu individu lainnya memikul

tanggung jawab dan mengelola pembuatan

keputusan mereka, apakah hal ini terkait

dengan pekerjaan atau pribadi khususnya

yang berkaitan dengan pengembangan diri.

7. Pengembangan karir (career

development)

Pengembangan karir/kompetensi

mempunyai arti pengembangan tingkat

pengetahuan, keterampilan dan sikap atau

perilaku yang dimiliki setiap individu

dalam melaksanakan tugas organisasi. Para

karyawan memiliki kesempatan untuk

mengembangkan karir mereka dengan

jalan mengadakan pendidikan dan

pelatihan, evaluasi kinerja, promosi dan

job binding. Menurut Ambar Teguh

(2008:185), manfaat pengembangan karir

adalah :

a. Meningkatkan prestasi pegawai

b. Meningkatkan loyalitas pegawai

sehingga menurunkan keinginan

keluar dari rumah sakit

c. Untuk memotivasi pegawai agar

dapat mengembangkan bakat dan

kemampuannya

d. Mengurangi subyektivitas dalam

promosi

e. Memberikan kepastian masa depan

f. Untuk mendukung usaha organisasi

memperoleh tenaga yang cakap dan

terampil dalam melaksanakan tugas

8. Rasa bangga terhadap perusahaan

(pride)

Jurnal Bisnis Corporate | 49

Menurut teori Cascio (2010:96), bahwa

kualitas kehidupan kerja berhubungan kuat

melalui faktor rasa bangga terhadap

institusi. Tanggungjawab, rasa memiliki

dan bangga yang ditunjukkan pegawai

terhadap institusinya menentukan

komitmen yang tinggi dalam bekerja guna

mencapai tujuan organisasi. Untuk

meningkatkan rasa bangga karyawan,

pihak manajemen tersebut mampu

memperkuat identitas dan citra

perusahaan, meningkatkan partisipasi

masyarakat serta lebih peduli terhadap

lingkungannya.

9. Rasa aman terhadap pekerjaan (job

security)

Menurut Handoko (2010:166), pengertian

rasa aman adalah keadaan karyawan yang

bebas dari rasa takut dan bebas dari segala

kemungkinan kecelakaan akibat kerja.

Contohnya program pensiun dan status

pegawai tetap. Penampilan organisasi

seperti kebijakan dan prosedur, gaya

kepemimpinan, semua ini mempengaruhi

bagaimana para karyawan melihat kualitas

kehidupan kerja mereka. Karena persepsi

karyawan memainkan peranan penting

dalam keputusan mereka untuk bergabung

dalam organisasi, menetap atau

meninggalkan organisasi. Oleh sebab itu

penting untuk memasukkan persepsi

karyawan ketika menilai kualitas

kehidupan kerja.

b. Dimensi Kualitas Kehidupan

Kerja

Menurut Zin (2009) terdapat beberapa

dimensi dari kualitas kehidupan kerja yaitu

sebagai berikut :

a. Pertumbuhan dan pengembangan

b. Partisipasi

c. Lingkungan Fisik

d. Atasan

e. Gaji dan Benefit

f. Relevansi Sosial

g. Integrasi Sosial

c. Jenjang Karir

Jabatan adalah lapangan kerja kita, profesi

kita, yang mungkin saja berganti-ganti

selama beberapa waktu sepanjang hidup

kita. Karir adalah seluruh kehidupan kerja

kita. Setiap jenjang karir yang kita tempuh

mungkin terdiri dari satu atau beberapa

jabatan, yang semakin meningkat seiring

dengan pengalaman kerja kita (Corey,

2006).

Menurut Wilson (2006), karir adalah

keseluruhan pekerjaan yang kita lakukan

selama hidup kita, baik itu dibayar maupun

tidak. Selanjutnya Collin (dalam Kristanto,

2008) menambahkan bahwa karir muncul

akibat interaksi seseorang dengan

organisasi dan lingkungan sosialnya.

Gibson (2006) merumuskan karir sebagai

rangkaian sikap dan perilaku yang

berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas

kerja selama rentang waktu kehidupan

seseorang dan rangkaian aktivitas kerja

yang terus berkelanjutan. Dengan

demikian karir seorang individu

melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai

macam kesempatan. Sedangkan menurut

Soetjipto (2007), karir merupakan bagian

dari perjalanan hidup seseorang, bahkan

bagi sebagian orang merupakan suatu

tujuan hidup.

Jurnal Bisnis Corporate | 50

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa karir adalah rangkaian aktivitas

kerja yang terus berkelanjutan dan

melibatkan pilihan dari berbagai macam

kesempatan yang terjadi akibat interaksi

individu dengan organisasi dan lingkungan

sosialnya

d. Pengertian Perencanaan Karir

Menurut Harris Bowlsbey (2007)

perencanaan karir adalah cara dalam

memutuskan apa yang ingin individu

lakukan dalam hidupnya. Dengan adanya

perencanaan karir akan membantu individu

dalam melihat gambaran pekerjaan apa

yang ideal bagi dirinya. Perencanaan karir

akan menentukan apa yang menjadi minat,

potensi, dan kemampuan kita, membantu

memutuskan apa yang terbaik, dan

mengarahkan kepada pekerjaan apa yang

paling kita sukai untuk dilakukan.

Perencanaan karir akan membantu

efektivitas keputusan ketika harus memilih

karir atau mengubah karir yang berubah

sesuai dengan tuntutan jaman.

Melalui perencanaan karir, setiap idividu

mengevaluasi kemampuan dan minatnya

sendiri, mempertimbangkan kesempatan

karir alternatif, menyusun tujuan karir, dan

merencanakan aktivitas - aktivitas

pengembangan praktis. Fokus utama

dalam perencanaan karir haruslah sesuai

antara tujuan pribadi dan kesempatan-

kesempatan yang secara realistis tersedia.

Dari beberapa pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa perencanaan karir

adalah proses berkelanjutan dimana

individu melakukan penilaian diri dan

penilaian dunia kerja, merencanakan

langkah-langkah yang harus dilakukan

untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan

membuat penalaran yang rasional sebelum

mengambil keputusan mengenai karir yang

diinginkan.

e. Indikator Pengembangan Karir

Indikator-Indikator Pengembangan Karir

menurut Bambang Wahyudi (2006),

diantaranya:

a. Penilaian dan Evaluasi : penilaian dan

evaluasi yang dilakukan mengenai

pelaksanaan pengembangan karir telah

berjalan efektif sesuai dengan aturan

yang berlaku, sehingga dapat diketahui

hasilnya.

b. Prestasi Kerja : kegiatan paling penting

untuk memajukan karir adalah prestasi

kerja yang tinggi, maka kemajuan karir

karyawan.

c. Latar Belakang Pendidikan : latar

belakang pendidikan diperhatikan oleh

manajemen dalam proses kenaikan

pangkat/jabatan sesuai persyaratan dan

kemampuan karyawan.

d. Pelatihan yang telah diikuti : pelatihan

yang terprogram dilaksanakan dalam

rangka pengembangan karir, berjalan

sesuai dengan aturan yang berlaku.

e. Pengalaman Kerja : pengalaman kerja

dijadikan dasar dalam menentukan

pengembangan karir, sehingga

berpengaruh terhadap pengembangan

karir karyawan.

f. Kesetian pada Perusahaan : kesetian

pada perusahaan dijadikan dasar dalam

menentukan kemajuan karir seseorang.

Jurnal Bisnis Corporate | 51

g. Produktivitas Kerja

Produktivitas mempunyai arti penting

dalam meningkatkan kesejahteraan

nasional. Hal ini disebabkan karena

produktivitas merupakan kekuatan untuk

menghasilkan barang dan jasa.

Peningkatan produktivitas juga dapat

berdampak pada peningkatan standar

hidup. Secara umum produktivitas

diartikan sebagai hubungan antara

keluaran (output) yang dihasilkan dengan

masukan (input) yang sebenarnya. Dalam

Laporan Dewan Produktivitas Nasional

tahun 1993, dikatakan bahwa

“Produktivitas mengandung sikap mental

yang selalu berpandangan bahwa

kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kemarin dan esok lebih baik dari hari ini”

(Malayu S.P. Hasibuan, 2009).

Sementara National Productivity Board of

Singapore merumuskan “Pada dasarnya

produktivitas adalah sikap mental (attitude

of mind) yang mempunyai semangat untuk

bekerja keras dan ingin memiliki

kebiasaan untuk melakukan perbaikan”

(Manullang K. dan Andreas G. Munthe,

2008). Perwujudan sikap mental yang

berkaitan dengan diri sendiri dapat

dilakukan melalui peningkatan

pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya

pribadi dan ketekunan kerja, sedangkan

yang berkaitan dengan pekerjaan dapat

dilakukan melalui manajemen dan metode

kerja yang baik, tepat waktu serta sistem

dan teknologi yang lebih baik.

Produktivitas kerja merupakan masalah

yang penting dalam perusahaan dan

menentukan kelangsungan usaha suatu

perusahaan. Dua aspek vital dari

produktivitas adalah efisiensi yang

berkaitan dengan seberapa baik berbagai

masukan tersebut dikombinasikan atau

bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanaan

dan efektifitas yang berkaitan dengan

suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang

diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat

tercapai. Sehingga, produktivitas kerja

sangat tergantung dari sumber daya

manusia yang bekerja dan memiliki ruang

lingkup yang lebih baik.

Sebagaimana dalam doktrin pada

konferensi Oslo 1984 yang dikutip

Muchdarsyah Sinungan (2008)

mengemukakan bahwa “Produktivitas

adalah suatu konsep yang bersifat

universal yang bertujuan untuk

menyediakan lebih banyak barang dan jasa

untuk lebih banyak manusia, dengan

menggunakan sumber-sumber riil yang

semakin sedikit”.

Produktivitas kerja karyawan juga tidak

lepas dari tindakan atau perilaku karyawan

untuk patuh pada peraturan yang berlaku

dalam perusahaan. Karyawan bekerja

dengan baik apabila dia memahami apa

yang menjadi tugas dan tanggung jawab

karyawan, ini berarti dia harus patuh

terhadap apa yang ditentukan oleh

perusahaan, dalam hal ini perlu adanya

kedisiplinan. Disiplin dalam pengertian ini

didefinisikan sebagai sikap kejiwaan dari

seseorang yang senantiasa berhubungan

untuk mengikuti atau mematuhi segala

peraturan yang telah ditetapkan. Dengan

disiplin kerja, karyawan dapat menghargai

waktu, tenaga dan biaya sehingga kerja

Jurnal Bisnis Corporate | 52

yang dilakukan menjadi maksimal

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa produktivitas

kerja karyawan adalah perbandingan

antara hasil yang dicapai dengan peran

serta karyawan untuk mengerahkan segala

tenaga dan kemampuan yang dimiliki

dalam menghasilkan barang dan jasa per

satuan waktu. Dengan kemampuan yang

baik membentuk karyawan yang

berkualitas sehingga mampu

melaksanakan tugas yang diberikan kepada

karyawan dengan benar

C. Faktor yang Mempengaruhi

Produktivitas Kerja Karyawan

Tinggi rendahnya produktivitas kerja

karyawan berhubungan dengan beberapa

faktor baik yang berkaitan dengan

karyawan itu sendiri, lingkungan/kebijakan

perusahaan maupun kebijakan pemerintah

secara keseluruhan. Oleh karena itu,

perusahaan perlu memperhatikan dan

mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi produktivitas kerja

karyawan sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas kerja

karyawan.

Menurut Husen (2009) ada enam faktor

utama yang menentukan produktivitas

kerja karyawan yaitu:

a. Sikap kerja dan etos kerja

b. Tingkat keterampilan

c. Hubungan tenaga kerja dan

pemimpin

d. Manajemen produktivitas

e. Efisiensi tenaga kerja

f. Kewirausahaan

Produktivitas kerja karyawan berhubungan

dengan berbagai faktor baik yang

berhubungan dengan karyawan itu sendiri,

maupun faktor lain yang saling

berhubungan, sehingga perlu diadakan

penyederhanaan.

Menurut J. Ravianto yang dikutip Assilina

(2006) menggolongkan faktor-faktor

tersebut sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seorang karyawan

menunjukkan tingkat pengetahuan dan

pemahamannya untuk menjalankan

tugas-tugas yang dihadapi secara

efisien. Pengetahuan dan pemahaman

karyawan akan pelaksanaan kerja

sangat menentukan dalam usaha

mencapai hasil-hasil kerja yang telah

ditetapkan.

2. Motivasi kerja

Untuk menggerakkan manusia agar

sesuai dengan tujuan yang dihendaki

maka, perlu dipahami motivasi individu

yang bekerja didalam perusahaan

tersebut. Dengan mengetahui motivasi

tersebut, maka pimpinan perusahaan

dapat membimbing dan mendorong

karyawan untuk bekerja lebih baik.

3. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah suatu sikap

kejiwaan seseorang atau kelompok,

yang mempunyai keinginan untuk

mengikuti atau mematuhi peraturan-

peraturan yang telah ditetapkan didalam

suatu perusahaan. Disiplin kerja dapat

dibina dan ditingkatkan melalui suatu

bentuk sikap yang ditunjukkan kerja

Jurnal Bisnis Corporate | 53

untuk dapat bekerja dan menghargai

waktu dengan lebih baik.

4. Sikap dan etika kerja

Merupakan suatu sikap yang harus

dimiliki oleh karyawan untuk membina

hubungan karyawan yang serasi,

selaras, dan seimbang baik di dalam

kelompok itu sendiri maupun di dalam

kelompok lain yang sesuai dengan etika

kerja yang berlaku di dalam suatu

perusahaan.

5. Gizi dan kesehatan

Kesehatan tubuh seseorang akan

dipenggaruhi oleh gizi dan pola makan

yang dikonsumsinya setiap hari. Gizi

dan pola makan yang seimbang akan

berpengaruh terhadap pola pikir dan

daya tahan tubuh seseorang karyawan

untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya dengan baik

6. Teknologi

Dengan adanya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang

meliputi sarana dan prasarana yang

serba otomatis dan semakin canggih,

maka akan mempermudah manusia

dalam menyelesaikan pelaksanaan

tugas-tugasnya secara efektif dan

efisien

6. Manajemen

Dalam suatu perusahaan, manajemen

yang efektif dan efisien adalah

manajemen yang dapat mengatur dan

mengarahkan semua usaha abggota

perusahaan dan pengguna sumber daya

perusahaan lainnya agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

7. Kesempatan untuk berprestasi

Setiap orang pasti ingin

mengembangkan semua potensi yang

ada di dalam dirinya. Dengan

mengetahui potensi yang ada dalam

dirinya, maka karyawan akan semakin

terpacu dan bersemangat untuk lebih

mengutamakan prestasi dalam

melaksanakan suatu pekerjaan yang

dibebankan kepadanya.

8. Lingkungan dan iklim kerja

Untuk menciptakan lingkungan dan

iklim kerja yang baik diperlukan suatu

hubungan komunikasi yang konstruktif

dan saling mendukung antara atasan

dan bawahan dalam lingkungan

organisasi tersebut.

Menurut Payaman J. Simanjuntak (2010),

faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan adalah:

1. Kualitas dan kemampuan fisik

karyawan.

Kualitas dan kemampuan fisik

karyawan untuk meningkatkan

produktivitas kerja karyawan

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

latihan, motivasi kerja, etos kerja,

mental dan kemampuan fisik karyawan

yang bersangkutan.

2. Sarana pendukung

Peran manajemen sangat strategis untuk

meningkatkan produktivitas, yaitu

dengan mengkombinasikan dan

mendayagunakan semua sarana

produksi, menerapkan fungsi-fungsi

manajemen, menciptakan sistem kerja

dan pembagian kerja, menempatkan

orang yang tepat pada pekerjaan yang

tepat, serta menciptakan kondisi dan

Jurnal Bisnis Corporate | 54

lingkungan kerja yang aman dan

nyaman

D. Pengukuran Produktivitas Kerja

Karyawan

Pengukuran produktivitas kerja

merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan produktivitas, dimana hasil

pengukuran akan digunakan sebagai acuan

untuk melihat produktivitas kerja

karyawan pada waktu yang lalu dengan

melihat kekurangan-kekurangan yang ada

untuk diperbaiki dimasa yang akan datang

sehinggaproduktivitas kerja karyawan

pada waktu yang akan datang dapat

meningkat. Pemilihan tolak ukur atau cara

pengukuran yang akan dilakukan

tergantung pada jenis atau faktor-faktor

masukan dan keluaran dari perusahaan

atau organisasi yang bersangkutan

Selanjutnya menurut Muchdarsyah

Sinungan (2008: 23) secara umum

pengukuran produktivitas berarti

perbandingan yang dapat dibedakan dalam

tiga jenis yang sangat berbeda:

1. Perbandingan-perbandingan antara

pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak

menunjukkan apakah pelaksanaan

sekarang ini memuaskan, namun hanya

mengetengahkan apakah meningkat

atau berkurang serta tingkatannya

2. Perbandingan pelaksanaan satu unit

(perorangan tugas, seksi, proses)

dengan lainnya. Pengukuran seperti ini

menunjukkan pencapaian relative

3. Perbandingan pelaksanaan sekarang

dengan targetnya dan inilah yang

terbaik sebagai memusatkan perhatian

sasaran dan tujuan.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa secara umum

produktivitas kerja karyawan diartikan

sebagai efisiensi dari penggunaan sumber

daya yang menghasilkan keluaran.

Sedangkan ukuran produktivitas kerja

karyawan pada umumnya adalah ratio

yang berhubungan dengan keluaran

(barang dan jasa) terhadap satu atau lebih

dari masukan (tenaga kerja, modal, energi)

yang menghasilkan barang atau jasa

(input). Pengukuran produktivitas kerja

pada bidang produksi dapat segera dilihat

hasilnya dengan cara menghitung jumlah

output yang dihasilkan, sedangkan untuk

bidang selain produksi hasilnya tidak dapat

dihitung saat itu juga karena faktor-faktor

pendukungnya sangat kompleks

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT Bank

Mestika Dharma Medan Populasi dalam

penelitian ini adalah karyawan dari PT

Bank Mestika Dharma Medan yakni

sebanyak 229 orang karyawan. Teknik

pengambilan sampel menggunakan metode

Simple Random Sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan memberikan

kesempatan yang sama yang bersifat tak

terbatas pada setiap elemen populasi untuk

dijadikan sampel. Untuk menentukan

jumlah sampel, penulis menggunakan

rumus Slovin. Jadi jumlah sampel yang

diambil dari penelitian ini adalah 70 orang.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji

hipotesis (testing hypothesis)

menggunakan tipe investigasi kausal, unit

Jurnal Bisnis Corporate | 55

analisisnya mencakup individual yaitu

karyawan, dimensi waktu yang digunakan

di dalam penelitian ini adalah Cross

Sectional. Jenis data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini adalah : informasi

langsung dari responden melalui

pemberian kuisioner kepada karyawan dan

Data diperoleh dari studi dokumentasi

guna mendukung penelitian. Kumpulan

data yang sudah diperoleh kemudian

dianalisis dengan menggunakan metode

analisis deskriptif yang dilakukan dengan

cara data-data yang telah diperoleh,

disusun, dikelompokkan, dianalisis

selanjutnya dirumuskan dan dianalisis

untuk memberikan gambaran umum yang

jelas tentang masalah dan perhitungan

yang dilakukan. Uji asumsi klasik

digunakan untuk menguji apakah model

regresi benar-benar menunjukkan

hubungan yang signifikan dan

representatif. Ada tiga pengujian dalam

asumsi klasik, yaitu :

1. Uji Normalitas

2. Uji Multikolinieritas

3. Uji Heteroskedastisitas

F. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas Instrumen Variabel

Kualitas Kehidupan Kerja

Hasil pengujian validitas instrumen

variabel Kualitas Kehidupan Kerja (X1)

dapat dilihat bahwa nilai r-hitung setiap

pertanyaan lebih besar dibanding nilai r-

tabel (0,19) sehingga semua pertanyaan di

variabel ini adalah valid.

Uji Validitas Instrumen Variabel

Jenjang Karir

Hasil pengujian validitas instrumen

variabel Jenjang Karir (X2) dapat dilihat

bahwa nilai r-hitung setiap pertanyaan

lebih besar dibanding nilai r-tabel (0,19)

sehingga semua pertanyaan di variabel ini

adalah valid.

Uji Validitas Instrumen Variabel

Produktivitas

Hasil pengujian validitas instrumen

variabel Produktivitas (Y) dapat dilihat

bahwa nilai r-hitung setiap pertanyaan

lebih besar dibanding nilai r-tabel (0,19)

sehingga semua pertanyaan di variabel ini

adalah valid

Uji Reliabilitas

Hasil uji realibilitas yang dapat

dilihat pada Tabel berikut ini

Tabel Uji Realibilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha

N of

Items

Keterangan

Kualitas

Kehidupan

kerja (X1) 0,871 7 Realibel

Jenjang

Karir (X2) 0,836 7 Realibel

Produktivitas

(Y) 0,877 7 Realibel

Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Hasil perhitungan uji normalitas

dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kualitas

Kehidu

pan Kerja

Jenjang

Karir

Prod

uktiv

itas

Jurnal Bisnis Corporate | 56

N 70 70 70

Normal

Parametersa,b

Mean

28,46

26,94 28,47

Std.

Deviation 3,296

2,823 3,300

Absolute ,152 ,117 ,136

Most Extreme

Differences

Positive

,081 ,097 ,079

Negative -,152 -,117 -,136

Kolmogorov-

Smirnov Z

1,268 ,982 1,134

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,080 ,289 ,153

Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa data

Produktivitas berdistribusi normal karena

nilai Asympy.Sig (2-tailed) sebesar 0,080

di atas tingkat signifikansi 0,05 atau 5%.

Begitu juga untuk variabel-variabel

kualitas kehidupan kerja dan jenjang karir

yang memiliki nilai Asympy.Sig (2-tailed)

masing-masing sebesar 0,080 untuk

variabel kualitas kehidupan kerja dan

0,289 untuk variabel jenjang karir.

Uji Multikolinieritas

Hasil perhitungan multikolinieritas dengan

menggunakan uji VIF dapat dilihat pada

Tabel berikut ini :

Tabel Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Kualitas_Kehidupan_Kerja ,841 1,189

Jenjang_Karir ,841 1,189

Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa

nilai Tolerance-nya > 0,1 dan nilai VIF<5

maka tidak ditemukan masalah

mulitkolinieritas dalam penelitian ini

Uji Heterokedastisitas

Hasil uji heteroskidastisitas dapat dilihat

pada Gambar berikut ini :

Gambar Hasil Uji Heteroskidastisitas

Pada Gambar di atas terlihat bahwa

titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola tertentu yang jelas

serta tersebar baik di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini

tidak terjadi heteroskidastisitas pada model

regresi, sehingga model regresi layak

dipakai untuk memprediksi produktivitas

berdasarkan variabel independentnya.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan maka dapat disimpulkan:

secara parsial variabel kualitas kehidupan

kerja (X1) dan variabel jenjang karir (X2)

mempunyai pengaruh positif terhadap

produktivitas pada PT Bank Mestika

Dharma Medan (Y).

secara simultan variabel kualitas

kehidupan kerja (X1) dan variabel jenjang

karir (X2) berpengaruh positif terhadap

produktivitas pada PT Bank Mestika

Dharma Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong. 2009. Manajemen Sumber

Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta

: Rajagrafindo Persada.

Anoraga, Pandji. 2007. Manajemen

Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Andi

Offset.

Jurnal Bisnis Corporate | 57

Anggoro. 2006. Manajemen Mutu Sumber

Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Arifin, Noor. 2009. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta : Erlangga.

Assilina. 2006. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Ayuningtyas. 2007. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Bardick. 2006. Manajemen Sumber Daya

Manusia untuk Perusahaan. Jakarta :

Rajagrafindo Persada.

Carolina. 2006. Manajemen Personalia.

Jakarta : Ghalia Indonesia.

Cascio. 2010. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Corey. 2006. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Jurnal Bisnis Corporate | 58

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP

PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III

Oleh

Sri Mulyani, S.Sos. MM

ABSTRACT

This study aims to determine the work environment and work motivation to improve employee

performance of PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III). PTPN III should be able to

improve employee performance, thinking about the state of the employees, because

employees are vital for the continuity of activities in the company.

The method used in this research is descriptive method and statistical analysis method. The

number of population is 838 employees where sampling is accedental, which means the

sample is 89 PTPN III employees who are encountered at random. The data used are primary

data and secondary data and data collection with interview and questionnaire.

The result of this research is the work environment has an effect on to the improvement of

employee performance in PTPN III whereas the motivation has no significant effect to the

improvement of employee performance. The effect of work environment and work motivation

on performance improvement is 0.237. This means that the correlation between work

environment and work motivation with performance improvement is weak because 0,237

<0,5 it proved with value of F 2,560 with level of significance 0,083> 0,05 then this

regression model can not be used to predict the level of influence of work environment And

work motivation to increase work.

Keywords: Work Environment, Motivation, and Performance

A. PENDAHULUAN

Setiap perusahaan pada dasarnya

mempunyai tujuan tertentu yang harus

dicapai. Untuk mencapai tujuannya

tersebut dapat dilakukan dengan cara

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

secara lebih efisien dan efektif. Perusahaan

harus memberikan lingkungan kerja yang

nyaman untuk bekerja serta memberikan

motivasi untuk perusahaan agar semangat

kerja. Karena jika kinerja karyawan

meningkat maka perusahaan yang akan

mendapatkan keuntungan.

Kenyamanan membuat karyawan

semangat untuk bekerja dan hal ini akan

membuat perusahaan mendapatkan

keuntungan.Selain lingkungan kerja faktor

yang mempengaruhi kinerja adalah

motivasi. Perusahaan akan memberikan

motivasi positif jika karyawan itu bekerja

dengan baik. Hal ini akan buat karyawan

akan semakin semangat buat bekerja.

Selain itu perusahaan juga memberikan

motivasi negatif untuk karyawan yang

kurang motivasinya. Hal ini akan membuat

karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.

Jurnal Bisnis Corporate | 59

Lingkungan kerja dan motivasi

sangat saling berpengaruh, lingkungan

kerja yang nyaman akan membuat

motivasi karyawan untuk meningkatkan

kinerja. Oleh sebab itu perusahaan juga

harus memikirkan mengenai keadaan

karyawan, karena karyawan merupakan

hal vital buat kelangsungan kegiataan

diperusahaan.

Kinerja karyawan sangat

mempengaruhi keadaan suatu perusahaan.

Oleh sebab itu perusahaan sangat berusaha

untuk melakukan sesuatu yang dapat

meningkatkann kinerja karyawan.

Rumusan masalah penelitian ini adalah

”Bagaimanakah lingkungan kerja dan

motivasi kerja berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja karyawan PT

Perkebunan Nusantara III ?”

B. Teori dan Kerangka Konsep

a. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkunag kerja merupakan

sesuatu yang ada di sekitar perusahaan

yang mempenagruhi cara kerja dan

motivasi kerja karyawan. Untuk lebih

jelasnya pengertian lingkungan kerja akan

dikemukakan pendapat beberapa ahli,

yaitu :

Menurut Mardiana (2007)

“lingkungan kerja adalah lingkungan

dimana pegawai melakukan pekerjaannya

sehari-hari”. Lingkungan kerja yang

kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan para pegawai untuk dapat

berkerja optimal.

Griffin (2008) menyatakan :

“lingkungan kerja adalah sumber-sumber

daya yang diperlukan untuk melakukan

pekerjaan.

Nitisemito (2010) menyatakan

”lingkungan kerja adalah segala sesuatu

yang ada disekitar para pekerja yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang diembankan.

Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi produktivitas karyawan

adalah lingkungan kerja. Meskipun faktor

tersebut adalah penting tetapi banyak

perusahaan yang tidak memperdulikan hal

tersebut. Yang disebut lingkungan kerja

adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

pekerja dan yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan.

b. Faktor-faktor yang

mempengaruhi lingkungan kerja

antara lain:

a) Penerangan/Cahaya

Penyediaan penerangan yang

cukup tetapi tidak menyilaukan akan

menjadi suatu pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih baik dan ( kurang cukup )

mengakibatkan penglihatan menjadi

kurang jelas, sehingga pekerjaan akan

lambat, banyak mengalami kesalahan, dan

pada akhirnya menyebabkan kurang

efisien dalam melaksanakan pekerjaan,

sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

Jurnal Bisnis Corporate | 60

b) Tata Warna

Pewarnaan harus diperhatikan

dalam sebuah lingkungan kerja, karena

warna mempengaruhi jiwa seseorang yang

ada disekitarnya. Sifat dan pengaruh warna

kadang-kadang menimbulkan rasa senang

dan lain-lain, sehingga didalam sifat warna

itu sendiri dapat merangsang perasaan

manusia. Selain warna itu merangsang

emosi atas perasaan, warna juga dapat

memantulkan sinar yang diterimanya.

c) Pertukaran Udara

Pertukaran udara yang baik akan

menyehatkan badan dan menimbulkan

kesegaran, sehingga dapat menimbulkan

semnagat kerja seseorang.

d) Bau-bauan

Adanya bau-bauan disekitar tempat

kerjadapat dianggap sebagai pencemaran,

dan bau-bauan yang terjadi terus menerus

dapat mempengaruhi kepekaan

penciuman. Pemakaian air condition yang

tepat merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk menghilangkan bau-

bauan yang mengganggu disekitar tempat

kerja.

e) Suara Bising

Suara bising dalam sebuah ruangan

harus dikurangi sebisa mungkin, karena

hal ini dikarenakan suara bising dapat

mengurangi kesehatan seseorang serta

mengacukan konsentrasi dalam bekerja.

Karena pada umumnya pekerjaan yang ada

membutuhkan konsentrasi ,maka suara

bising hendaknya dihindarkan agar supaya

pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan

dengan lancar dan efisien sehingga

produktivitas kerja akan meningkat.

f) Musik

Musik yang mengalun dapat

menambah semangat kerja seseorang

karena menimbulkan suasana yang

gembira dan tidak membosankan. Menurut

para peneliti, musik yang nadanya lembut

sesuai dengan suasana, waktu dan

tempatnya dapat membangkitkan dan

merangsang bekerja. Oleh karena itu lagu-

lagu dapat dipilih dengan teliti

dikumandangkan di tempat kerja.

g) Keamanan

Didalam merencanakan lingkungan

kerja hendaknya selalu diperhatikan

adanya keamanan dalam bekerja. Oleh

karena itu faktor keamanan perlu betul-

betul dipertimbangkan secara hati-hati dan

teliti.

c. Pengertian Motivasi

Secara umum motivasi dapat

diartikan sebagai suatu dorongan yang

membuat orang bekerja atau melakukan

tindakan tertentu. Semangat orang yang

mendorong untuk bertindak ke arah satu

tujuan adalah motivasi. Semua perilaku

yang dilakukan seseorang pada umumnya

adalah sebagai akibat dari motivasi pribadi

yang ada pada orang tersebut.

Handoko (2012) menyatakan :

”motivasi adalah merupakan kegiatan yang

mengakibatkan, menyalurkan, dan

memelihara perilaku manusia.

Jurnal Bisnis Corporate | 61

Menurut Sutrisno ( 2009 ) motivasi adalah

suatu faktor yang mendorong seseorang

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu,

oleh karena itu motivasi sering kali

diartikan pula sebagai faktor pendorong

perilaku seseorang.

Menurut Ivancevich (2008)

menyatakan : “motivasi adalah bahwa

manajer aktif terlibat. Jika motivasi ingin

didorong, dipertahankan, dan diarahkan,

manajer harus tahu mengenai kebutuhan,

intense, preverensi, tujuan, perbandingan,

mereka harus bertindak atas pengetahuan

tersebut. Dengan demikian melakukan hal

tersebut, manajer akan melewatkan banyak

kesempatan untuk memotivasi karyawan

yang positif. Menurut Rivai (2009) teori-

teori diklasifikasikan atas:

1. Hierarki Teori kebutuhan

(Hierarchical of Needs Thry )

Teori motivasi yang sangat terkenal adalah

teori kebutuhan yang dikemukakan oleh

Abraham Maslow. Menurut Maslow

bahwa pada setiap diri manusia itu terdiri

dari atas lima kebutuhan secara fisiologis

(kebutuhan makan, minum, perlindungan

fisik, seksual, sebagai kebutuhan

terendah), rasa aman (kebutuhan

perlindungan dari ancaman bahaya,

pertentangan dan lingkungan hidup), social

(kebutuhan untuk diterima dalam

kelompok, dan kebutuhan untuk mencintai

dan dicintai, penghargaan (kebutuhan

dihormati dan dihargai orang lain, dan

aktualisasi diri (kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, kebutuhan

untuk berpendapat dengan mengemukakan

ide-ide dan memberikan penilaian

2. Pola Dasar Pemikiran ( Content

Theory)

Content Theory ini berkaitan tampaknya

teori ini sangat sederhana; yang diperlukan

manajer atau praktisi adalah bagaimana

menebak kebutuhan para karyawan,

dengan mengamati perilaku-perilaku

mereka, dan kemudian memilih cara apa

yang bisa digunakan supaya mereka mau

bertindak sesuai dengan keinginan manajer

tersebut.

3. Pola Dasar Pemikiran ( Reinforcement

Theory )

Teori ini tidak menggunakan konsep suatu

motif atau proses motivasi. Sebaliknya

teori ini menjelaskan bagaimana

konsekuensi perilaku di masa yang lalu

mempengaryhi tindakan dimasa yang akan

datang dalam suatu siklus proses belajar.

Dalam pandangan teori ini, individu

bertingkah laku tertentu karena di masa

lalu mereka belajar bahwa perilaku

tertentu seseorang akan berhubungan

dengan hasil yang menyenangkat terhadap

orang lain, dan perilaku tertentu akan juga

menghasilkan akibat yang tidak

menyenangkat.

c. Faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi adalah :

Faktor Internfaktor intern

yang dapat mempengaruhi

pemberian motivasi pada

seseorangantara lain:

1. Keinginan untuk dapat hidup.

Keinginan untuk dapat hidup

merupakan kebutuhan setiap

manusia yang hidup dimuka bumi

ini. Untuk mempertahankan hidup

Jurnal Bisnis Corporate | 62

ini orang mau mengerjakan apa

saja, apakah pekerjaan itu baik atau

jelek, apakah halal atau haram, dan

sebagainya.

2. Keinginan untuk dapat memiliki.

Keinginan untuk dapat memiliki

benda dapat mendorong seseorang

untuk mau melakukan pekerjaan.

3. Keinginan untuk memperoleh

penghargaan.

Seseorang mau bekerja disebabkan

adanya keinginan untuk diakui,

dihormati orang lain.

4. Keinginan untuk memperoleh

pengakuan.

Keinginan untuk berkuasa.

Keinginan untuk berkuasa akan

mendorong seseorang untuk

bekerja. Kadang-kadang keinginan

untuk berkuasa ini dipenuhi dengan

cara-cara tidak terpuji, namun cara-

cara yang dilakukannya itu masih

termasuk bekerja juga.

Faktor Ekstern

Faktor ekstern juga tidak kala

peranannya dalam melemahkan

motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor

ekstern itu adalah :

1. Kondisi lingkungan kerja.

Lingkungan pekerjaan adalah

keseluruhan sarana dan prasarana

kerja yang ada disekitar karyawan

yang sedang melakukan pekerjaan

yang dapat memengaruhi

pelaksanaan pekerjaan.

2. Kompensasi yang memadai.

Kompensasi merupakan sumber

penghasilan utama bagi para

karyawan untuk menghidupi diri

beserta keluarganya.

3. Supervisi yang baik.

Fungsi supervisi dalam suatu

pekerjaan adalah memberikan

pengarahan, membimbing kerja para

karyawan, agar dapat melaksanakan

kerja dengan baik tanpa membuat

kesalahan.

4. Adanya jaminan pekerjaan.

Setiap orang akan mau bekerja mati-

matian mengorbankan apa yang ada

pada dirinya untuk perusahaan, kalau

bersangkutan merasa ada jaminan

karier yang jelas dalam melakukan

pekerjaan.

5. Status dan tanggung jawab.

Status atau kedudukan dalam jabatan

tertentu merupakan dambaan setiap

karyawan dalam bekerja.

6. Peraturan yang fleksibel.

Bagi perusahaan besar, biasanya

sudah ditetapkan sistem dan

prosedur kerja yang harus dipatuhi

oleh seluruh karyawan

e. Bentuk-bentuk Motivasi

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol

dari nilai kegiatan aktivitasnya. Banyak

karyawan yang utama justru untuk

mencapai angka/nilai yang baik.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai

motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu

pekerjaan, mungkin tidak dapat

menarik bagi seseorang yang tidak

Jurnal Bisnis Corporate | 63

senang dan tidak berbakat untuk

sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat

digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong karywan.

4. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan,

apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

mendorong karyawan untuk lebih giat

beraktivitas.

5. Pujian

Apabila ada karyawan yang sukses

yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian.

6. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang

negatif tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak bisa menjadi alat

motivasi.

7. Tujuan yang diakui.

Rumusan tujuan yang diakui dan

ditertima baik oleh karyawan, akan

merupakan alat motivasi yang sangat

penting.

Dalam hal pemberiaan motivasi ini

pimpinan harus mampu melihat situasi

serta suasana kerja pada karyawan pada

saat kapan para karyawan diberikan

motivasi, baik motivasi positif maupun

motivasi negatif. Segara garis

besarnya,adalah :

Menurut Sigit (2009) motivasi positif

(insentif positive) ialah ketentuan-

ketentuan yang dibuat yang menyatakan

bahwa siapa pun yang berbuat sesuatu

sebagaimana disebutkan (misalanya

oleh manejer), akan diberi hadiah atau

reward (dari perusahaan).

Menurut Sigit (2009) motivasi negatif

(insentif negative) ialah ketentuan yang

akan memberi keringanan atau

pembebasan suatu tugas jika seseorang

dapat mengerjakan/menghasilkan

sesuatu

C. Pengertian Kinerja Kinerja merupakan suatu hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu.

Dari pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa kinerja karyawan

merupakan hasil yang dicapai karyawan

dalam pelaksanaan suatu pekerjaann yang

diberikan kepadanya baik secara kualitas

maupun kuantitas melalui prosedur yang

berfokus pada tujuan yang hendak dicapai

serta dengan terpenuhinya standard

pelaksanaan. Rivai (2009) menyatakan :

“kinerja adalah merupakan suatu fungsi

dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan

seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan

tertentu.

Menurut Sofyandi ( 2008)

penilaian kinerja adalah penilaian tentang

prestasi kerja karyawan dan

akuntabilitasnya. Dalam persaingan global

perusahaan-perusahaan menuntuk kinerja

tinggi. Seiring dengan itu, karyawan

memerlukan umpan balik atas kinerja

mereka sebagai pedoman perilakunya di

Jurnal Bisnis Corporate | 64

masa akan datang. Penilaian kinerja pada

prinsipnya mencakup baik askep kualitatif

maupun kuantitatif pelaksanaan pekerjaan.

Penilaian kinerja merupakan salah satu

fungsi mendasar personalia, kadang-

kadang disebut juga telaah kinerja,

penilaian karyawan, evaluasi kinerja,

evaluasi karyawan, atau penentuan

peringkat personalia semua istilah ini

berkenaan dengan proses yang sama.

Menurut Mondy ( 2008) penilaian

kinerja adalah sistem formal untuk menilai

dan mengevaluasi kinerja tugas individu

atau tim. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk melihat perkembangan

perusahaan adalah dengan cara melihat

hasil penilaian kinerja. Sasaran yang

menjadi objek penilaian kinerja adalah

kecakapan, kemampuan karyawan dalam

melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas

yang dievaluasi dengan menggunakan

tolak ukur tertentu secara objektif dan

dilakukan secara berkala. Dari hasil

penilaian dapat dilihat kinerja perusahaan

yang dicerminkan oleh kinerja karyawan

atau dengan kata lain, kinerja merupakan

hasil kerja konkret yang dapat diamati dan

diukur.

Penilaian kinerja mengacu pada

suatu sistem formal dan terstruktur yang

digunakan untuk mengukur, menilai dan

mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan

dengan pekerjaan, perilaku dan hasil,

termasuk tingkat ketidakhadiran. Dengan

demikian, penilaian prestasi adalah

merupakan hasil kerja karyawan dalam

lingkup tanggung jawabnya. Di dalam

dunia usaha yang berkompetisi secara

global, perusahaan memerlukan kinerja

tinggi. Pada saat yang bersamaan,

karyawan memerlukan umpan balik atas

hasil kerja mereka sebagai panduan bagi

perilaku mereka di masa mendatang. Para

pekerja juga ingin mendapatkan umpan

balik bersifat positif atas berbagai hal yang

telah mereka lakukan dengan baik,

walaupun kenyataannya hasil penilaian

prestasi tersebut masih lebih banyak

berupa koreksi atau kritik.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja

1. Kendala hukum/legal

Penilaian kinerja harus bebas dari

diskriminasi tidak sah atau legal. Jika

hal tersebut tidak dipenuhi, keputusan

penempatan mungkin ditentang sebab

melanggar hukum ketenagakerjaan

atau hokum lainnya. Keputusan yang

tidak tepat mungkin dapat terjadi kasus

pemecatan yang diakibatkan kelalaian.

Kelalaian juga dapat muncul ketika

keputusan pemberhentian sementara,

penurunan pangkat atau kegagalan

dalam promosi. Oleh karena itu, setiap

keputusan hendaknya objektif dan

sesuai dengan hukum.

2. Bias oleh penilai (Penyelia)

Setiap masalah yang didasarkan pada

ukuran subjektif adalah peluang terjadi

bias.

3. Mengurangi penilaian

Bias penilaian dapat dikurangi melalui

standar penilaian dinyatakan secara

jelas, pelatihan, umpan balik, dan

pemilihan teknik penilan kinerja yang

sesuai

Jurnal Bisnis Corporate | 65

E. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT

Perkebunan Nusantara III Medan. Populasi

penelitian ini adalah seluruh karyawan PT

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

yang berjumlah 838 orang karyawan.

Pengambilan sampel diambil secara

Accedental yang berarti sampel yang

digunakan adalah karyawan PT

Perkebunan Nusantara III Medan yang

dijumpai secara acak. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan

rumus Slovin, yaitu:

n N

Ne 2

1 Dimana : n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi

e =Tingkat kesalahan dalam pengambilan

sampel Kesalahan yang ditelorir dalam

pengambilan sampel penelitian ini

ditentukan sebesar 10%. Dari rumus

diatas, maka dapat dihitung jumlah sampel

sebagai berikut :

n 838

1 (838)(0,1)

2 n 89,33

Maka dibulatkan jumlah sampel yang

digunakan sebesar 89 orang

Untuk memperoleh data maka

keterangan yang dibutuhkan dalam

penelitan ini digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Interview kepada karyawan di PT.

Perkebunan Nusanta III Medan.

2. Angket yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan sehubungan

dengan informasi yang dibutuhkan

kepada karyawan di PT. Perkebunan

Nusantara III Medan.

F. PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah

dilakukan mengenai pengaruh lingkungan kerja terhadap peningkatan kinerja karyawan dapat diketahui bahwa : Model Summary Lingkungan Kerja Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. of Error the Estimate

1 224a .050 .039

2.075

a. Predictors : ( Constant ), lingkungan kerja

b. Dependent Variable : kinerja

Angka R sebesar 0,224a adalah

menunjukkan bahwa hubungan antara

kinerja dengan lingkungan adalah

lemah < 0,5. Angka R Square adalah

0,5 artinya 0,5 atau 5% dari kinerja

dapat dijelaskan oleh lingkungan kerja

dan 95% dipengaruhi faktor lain

Annova Lingkungan Kerja Model Surn of

Squares df Mean

Square F Sig.

Regressi on Residual Total

19.801 374.42 3 394.22 5

1 87 88

19.801 4.303

4.60 1

.035a

Nilai F 4,601 dengan tingkat singnifikasi

0,035a karena probabilitas ( tingkat

signifikasi ) lebih kecil dari 0,05 maka

model regresi ini bisa dipakai untuk

memprediksi tingkat peningkatan kinerja.

Dengan kata lain peningkatan kinerja

berpengaruh nyata terhadap lingkungan

kerja.

Coefficients Lingkungan Kerja Model Unstandard

ized Coefficient

s

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

1 (Constant) Lingkungan kerja

32.61 6 .210

4.140 .098

.224

7.87 8 2.14 5

.000

.035

a. Dependent variabel : kinerja

Y=32,616 + 0,210 x1 artinya konstanta

32,616 artinya tiap penambahan 1 poin

Jurnal Bisnis Corporate | 66

maka 32,616 penambahan kinerja

koefisien 0,210 artinya tiap penambahan 1

peningkatan kinerja maka sebesar 0,210

lingkungan kerja. Tingkat signifikasi

konstanta 32,616 adalah 0,000 < 0,05

artinya bersifat nyata. Tingkat signifikasi

lingkungan kerja 0,035 < 0,05 yang artinya

bersifat nyata. Hasil penelitian yang telah

dilakukan mengenai pengaruh motivasi

terhadap peningkatan kinerja karyawan

dapat diketahui bahwa :

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. of Error the Estimate

1 .079a

.006 -.005 2.122

a. Predictors : ( Constant ), motivasi

b. Dependent Variable: kinerja

Angka R sebesar 0,079a adalah

menunjukkan bahwa hubungan antara

kinerja dengan motivasi adalah lemah <

0,5. Angka R Square adalah 0,6 artinya 0,6

atau 6% dari kinerja dapat dijelaskan oleh

motivasi dan 99,4% dipengaruhi faktor

lain.

Annova Motivasi Model Surn of

Squares df Mean

Square F Sig.

Regressi on Residual Total

2.463 391.76 2 394.22 5

1 8788

2.463 4.503

.54 7

.462a

Nilai F 0,547 dengan tingkat singnifikasi

0,462a karena probabilitas ( tingkat

signifikasi ) lebih kecil dari 0,05 maka

model regresi ini bisa dipakai untuk

memprediksi tingkat peningkatan kinerja.

Dengan kata lain peningkatan kinerja

berpengaruh nyata terhadap motivasi

Coefficients Motivasi Model Unstandard

ized Coefficient

s

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

1 (Constant) Motivasi

37.265 .097

5.708 .131

.079

6.52 8 .740

.000

.462

a. Dependent variabel : kinerja

Y=37,265 + 0,097 x1 artinya konstanta

37,265 artinya tiap penambahan 1 poin

maka 37,265 penambahan kinerja

koefisien 0,097 artinya tiap penambahan

1 peningkatan kinerja maka sebesar 0,097

motivasi. Tingkat signifikasi konstanta

37,265 adalah 0,000 < 0,05 artinya

bersifat nyata. Tingkat signifikasi

motivasi 0,462 > 0,05 yang artinya

bersifat tidak nyata. Hasil penelitian yang

telah dilakukan mengenai pengaruh

lingkungan kerja dan motivasi terhadap

peningkatan kinerja karyawan dapat

diketahui bahwa :

Model Summary Lingkungan

Kerja dan Motivasi Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. of Error the Estimate

1 .237a .056 .034

2.080

a. Predictors : ( Constant ), motivasi, lingkungan kerja

b. Dependent Variable : Kinerja

Angka R sebesar 0,237a adalah

menunjukkan bahwa hubungan antara

kinerja dengan lingkungan adalah lemah

< 0,5. Angka R Square adalah 0,56

artinya 0,56 atau 5,6% dari kinerja dapat

dijelaskan oleh lingkungan kerja dan

motivasi dan 94,4% dipengaruhi faktor

lain

Annova Lingkungan Kerja dan

Motivasi Model Surn of

Squares df Mean

Square F Sig.

Regressi on Residual Total

22.154 372.07 1 394.22 5

1 87 88

11.0774.326

2.56 0

.083a

a. Predictors : ( Constant ), motivasi, lingkungan kerja b. Dependent Variable : Kinerja

Nilai F 2,560 dengan tingkat singnifikasi

0,083a karena probabilitas ( tingkat

signifikasi ) lebih besar dari 0,05 maka

model regresi ini bisa tidak dipakai untuk

Jurnal Bisnis Corporate | 67

memprediksi tingkat peningkatan kinerja.

Dengan kata lain peningkatan kinerja

berpengaruh tidak nyata terhadap

lingkungan kerja dan motivasi.

Coefficients Lingkungan Kerja dan

Motivasi Model Unstandard

ized Coefficient

s

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

1 (Constant) lingkungan

Kerja dan Motivasi

28.51 7 .209 .094

6.937 .098 .128

.223 .077

4.11 1 2.13 3 .737

.000

.036

.463

a. Dependent variabel : kinerja

Y=28,517 + 0,209 x1 + 0,094 x2 artinya

konstanta 28,517 artinya tiap penambahan

1 poin maka 28,517 penambahan kinerja

koefisien 0,209 artinya tiap penambahan 1

peningkatan kinerja maka sebesar 0,209

lingkungan kerja. Koefisien 0,094 artinya

tiap penambahan 1 peningkatan kinerja

sebesar 0,094 motivasi. Tingkat signifikasi

konstanta 28,517 adalah 0,000 < 0,05

artinya bersifat nyata. Tingkat signifikasi

lingkungan kerja 0,036 < 0,05 yang

artinya bersifat nyata. Tingkat signifikasi

motivasi 0,463 > 0,05 yang artinya bersifat

tidak nyata.

G. KESIMPULAN

Hubungan pengaruh lingkungan kerja

dengan peningkatan kinerja karyawan

adalah lemah karena 0,224 < 0,5 hal ini

terbukti dengan nilai F 4,601 dengan

tingkat signifikasi 0,035 < 0,05 maka

model regresi ini bisa dipakai untuk

memprediksi tingkat pengaruh

lingkungan kerja terhadap peningkatan

kinerja. Pengaruh motivasi dengan

peningkatan kinerja adalah lemah karena

0,079 < 0,5 hal ini terbukti dengan nilai F

0,547 dengan tingkat signifikasi 0,462 >

0,05 maka model regresi ini bisa dipakai

untuk memprediksi tingkat pengaruh

motivasi kerja terhadap peningkatan

kinerja. Pengaruh lingkungan kerja dan

motivasi dengan peningkatan kinerja

adalah lemah karena 0,237 < 0,5 hal ini

terbukti dengan nilai F 2,560 dengan

tingkat signifikasi 0,083 > 0,05 maka

model regresi ini tidak bisa dipakai untuk

memprediksi tingkat pengaruh

lingkungan kerja dan motivasi terhadap

peningkatan kinerja.

DAFTAR PUSTAKA Griffin, Ricky. 2008. Manajemen. Jakarta : Erlangga. Hani, Handoko. 2012. Manajemen. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ivancevich, John M. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga. Nitisemito. 2010. Pengertian Lingkungan

Kerja

http://id.shvoong.com/business-management/human-

resources/2134350-pengertian-lingkungan

kerja/#ixzz1Hst1DkRA Mardiana. 2007, Pengertian Lingkungan

Kerja http://id.shvoong.com/business-

management/human-resources/2134350-pengertian-

lingkungan kerja/#ixzz1HssOfXZS

Mondy, Wayne R. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga. Rivai, Veithazal. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :

Jurnal Bisnis Corporate | 68

Rajawali. Sigit, Soehardi. 2009. Perilaku Organisasi. Lukman Offset, Yogyakarta. Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graham Ilmu, Yogyakarta.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber

Daya manusia. Jakarta : Kencana

Jurnal Bisnis Corporate | 16

Analisis Strategi Pemasaran Pada Coruca Cofee Shop Kisaran

oleh

Syamsurizal, SE, MM

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine: (1) To identify the marketing strategies

undertaken by Coruca Coffee Shop through the analysis of the internal and external

environment, (2) Finding alternative marketing strategies that can be used in addressing the

problems of Coruca Coffee Shop. The method used in this study is a descriptive study with a

qualitative approach. The data and information research consisted of primary and secondary

data. The analytical is used a SWOT analysis, matrix IFAS, EFAS matrix, and SWOT matrix.

From the analysis of the internal environment is known values of strength (strength) is smaller

than the value of weakness (weakness) with a difference of (-) 0,226. While the results of the

analysis of the external environment is known the probability to grow is greater than the value of

the threat to the difference of (+)0,031. So known position Coruca coffee shop is in quadrant 3.

In this condition, a strategy that can be taken is the turnaround strategy with alternative

marketing strategies based on SWOT matrix among others: (1) optimize promotions with media

that can be use, (2) obtain a business license in order to avoid enforcement of the local

government and an opportunity for these businesses to receive additional capital from

designated banks to channel credit to small scale businesses, (3) to manage business

management, especially with regard to the recording of cash flows

Keywords: Bussines competiton, Marketing Strategy, Coruca Coffee Shop, SWOT Analysis,

IFAS Matrix, EFAS Matrix, SWOT matrix.

A. PENDAHULUAN Memasuki dunia usaha berarti harus

siap dengan konsekuensi persaingan dalam

merebut segmen pasar yang sangat

kompleks, dunia usaha dewasa ini

mengalami perubahan setiap saatnya,

cenderung tidak ada yang pasti dalam usaha

kecuali perubahan itu sendiri.

Keadaan yang kurang lebih sama

terjadi pada bisnis kuliner, bisnis kuliner

merupakan bisnis yang menjanjikan

persaingan yang ketat untuk di jalani, di

karenakan banyaknya pengusaha khususnya

di sektor usaha kecil menengah yang tertarik

untuk menekuni bidang usaha ini. Namun

peluang pada bisnis kuliner di sektor usaha

kecil menengah masih sangat besar,

pernyataan Menteri Koperasi dan UKM

Sjarifudin Hasan pada harian Koran Jakarta

pada oktober 2012 mengatakan bahwa

Indonesia sebagai Negara besar dengan

17.504 pulau dan 240 juta penduduk

merupakan pasar yang besar bagi makanan

dan minuman, bapak Sjarifudin hasan

menambahkan Sebagai Negara terbesar

konsumen makanan di asia tenggara

sepantasnya lah kita, pemerintah, dan dunia

usaha mampu menyediakan makanan dan

minuman dalam jumlah yang cukup, baik

dalam bentuk makanan dan minuman yang

Jurnal Bisnis Corporate | 17

segar maupun produk olahan yang di

hasilkan oleh pelaku UKM dan Koperasi

dalam negeri, hal tersebut mengisaratkan

masih besarnya kesempatan untuk untuk

menekuni usaha bidang kuliner.

Salah satu yang menjadi peluang

untuk bisnis sektor UKM adalah bisnis

pengolahan kopi, di beberapa kota di

Indonesia sedang digalakkan industri kopi di

sektor hilir sebagai salah satu upaya

meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri

(domestik), dari sebanyak 750.000 ton

produksi kopi Indonesia pada tahun 2012,

hanya 30% yang masih diserap untuk

konsumsi lokal. Selebihnya, 70% diekspor

ke sejumlah negara di belahan dunia. “Yang

terbesar sampai saat ini masih ke Amerika,”

kata Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan

Industri Kopi Indonesia (AEKI), Irfan

Anwar, dalam sebuah wawancara

dengan Kopibrik belum lama ini. ada pun

kenaikan konsumsi dalam negeri memang

sudah mengalami kenaikan, meskipun

belum sampai 1%. Padahal, pasar untuk

dalam negeri sendiri masih sangat besar bila

dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang

pada tahun 2012 telah mencapai 230-an juta

jiwa. Artinya, potensi bisnis untuk pasar

domestik masih sangat besar. Selain dengan

cara memproduksi kopi instan dalam

kemasan sachet, membuka kafe merupakan

satu bisnis yang kian menjanjikan.

(http://www.kopibrik.com/bisnis-kopi-di-

medan-setelah-kafe-apa-lagi/)

Pada saat ini bisnis Warung Kopi

sangat banyak di temui di berbagai daerah,

hal ini menyebabkan konsumen mempunyai

banyak opsi dalam hal memilih tempat, baik

untuk sekedar menikmati minuman kopi

maupun untuk nongkrong atau melakukan

aktifitas lainnya seperti melakukan

pertemuan di warung kopi yang berkonsep

café, pada akhirnya hal ini menimbulkan

persaingan yang ketat bagi para entrepreneur

yang menggeluti bidang tersebut, tentu hal

ini menuntut para pengusaha Warung kopi

untuk selalu tanggap dan dapat

menyesuaikan diri dalam menghadapi

persaingan, mereka bersaing untuk dapat

menguasai pasar, ini di tunjukkan dengan

banyaknya gerai Cofee shop yang muncul

baik yang bersifat lokal maupun

internasional. Seperti yang terjadi di kota

medan. Jumlah kafe maupun gerai kopi

(coffee shop) bertambah drastis mengisi

hampir tiap titik kota ini. Kalau dihitung,

sedikitnya ada puluhan kafe baru berdiri.

Dengan kata lain, bisnis ini tampaknya kian

menjanjikan.

Di kota kisaran terdapat banyak

warung kopi namun masih berkonsep

warung pinggir jalan sedangkan untuk

warung kopi dengan konsep café mulai

bermunculan, ini membuat persaingan

dalam merebut pasar penikmat kopi cukup

ketat. Dengan adanya situasi persaingan

tersebut menyebabkan pemilik atau

pengusaha coffee shop tidak hanya harus

mampu menjual produk dan jasanya, tapi

juga harus memiliki kemampuan pemasaran

yang mumpuni, agar dapat menguasai

pangsa pasar penikmat kopi di kota ini.

Coruca Cofee Shop yang di miliki

oleh bapak Rudi dan di kelola bersama sang

istri berlokasi di jalan HOS.Cokroaminoto

kisaran, adalah sebuah café yang

menyediakan kopi dan menu lainnya yang

baru saja mulai berdiri pada awal tahun

2013, Cofee shop ini sendiri memiliki

keunggulan yaitu selain harganya yang

relatif murah dan konsep café yang di usung

untuk sebuah warung kopi yang belum

banyak ada di kota kisaran, namun usaha ini

bukan tanpa kendala, kurangnya

kemampuan pemilik usaha dalam hal

pemasaran menyebabkan usaha ini

cenderung belum dapat bersaing dalam hal

jumlah konsumen, berdasarkan hasil pra

penelitian yang penulis lakukan, penulis

mendapati bahwa jumlah pengunjung hanya

Jurnal Bisnis Corporate | 18

berkisar 20-25 pengunjung/hari, selama ini

upaya pemasaran yang di lakukan hanya

dengan menyediakan kebutuhan bagi

konsumen berupa makanan dan minuman

dan hanya melakukan promosi yang bersifat

pasif melalui Banner yang hanya di

tempatkan di gerai Cofee Shop serta

mengandalkan promosi dari mulut ke mulut,

hal ini tentu tidak efektif mengingat usaha

ini masih terbilang baru sehingga perlu

banyak publikasi melalui media yang bisa

dimanfaatkan seperti situs jejaring

sosial,brosur ataupun mengadakan event-

event untuk menarik perhatian dari

khalayak.

B. METODOLOGI

Metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Azuar

juliandi (2013:14) penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan suatu variabel secara mandiri.

Menurut Cresswel (2002:1) pendekatan

kualitatif adalah proses sebagai penyelidikan

untuk memahami masalah sosial atau

masalah manusia, berdasarkan pada

pencitraan gambaran holistic yang lengkap

yang terbentuk dengan kata-kata,

melaporkan pandangan informan secara

rinci dan di susun dalam sebuah latar

alamiah.

Pada penelitian kualitatif, penelitian

dilakukan pada objek yang alamiah

maksudnya, objek yang berkembang apa

adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan

kehadiran peneliti tidak begitu

mempengaruhi dinamika pada objek

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis lingkungan internal dan

eksternal sekaligus merumuskan alternatif

strategi pemasaran yang dapat digunakan

sebagai rujukan oleh Coruca Cofee Shop

berdasarkan analisis SWOT dan matrik

SWOT.

C. PEMBAHASAN

Terkait upayanya menggapai keunggulan

dalam persaingan pasar, perlu ada

pendekatan-pendekatan yang dilakukan

untuk pemasaran usaha ini, baik itu

pendekatan yang diformulasikan

sebelumnya maupun pendekatan-pendekatan

(strategi) pemasaran yang bersifat reaktif,

yaitu melihat keadaan lingkungan

pemasaran, maka dari itu curoca coffee shop

melakukan upaya bauran pemasaran yang

diantaranya:

a. Produk

Adapun produk yang ditawarkan

oleh coruca coffee shop ialah adalah menu

makanan dan minuman yang bervariasi

dengan sedikit memfokuskan ke minuman

kopi, untuk minuman ini memiliki beberapa

variant rasa yang diantaranya kopi hitam,

kopi hazelnut, kopi latte, kopi vanilla, kopi

moka serta kopi kemasan yang banyak di

jual di pasaran seperti kopi mix dan kopi

capucino. Selain itu ada juga variant menu

makanan yang ditawarkan seperti nasi

goreng, mie goreng, mie instan rebus dan

goreng, dan sebagai sajian makanan teman

minum kopi disediakan beberapa menu

makanan ringan yaitu sandwich, roti bakar,

kentang goreng dan nugget, kesemua

makanan dan minuman itu cukup dijaga

kwalitasnya oleh pemilik dengan cara

memberikan perhatian khusus bagi

karyawan yang bertugas mengolah makanan

dan minuman, dalam hal ini koki.

b. Harga

Strategi penetapan harga yang

dilakukan ialah penetapan harga berdasarkan

biaya operasional baik biaya untuk membeli

bahan baku makanan dan minuman maupun

biaya-biaya lain seperti gaji pegawai dan

Jurnal Bisnis Corporate | 19

biaya operasional pendukung seperti biaya

TV berlangganan, namun selain itu coruca

coffee shop juga mempertimbangkan aspek

persaingan dalam menentukan harga yang

dimana umumnya usaha-usaha sejenis yang

ada dikota kisaran masih berkonsep warung

pinggir jalan yang tentu memiliki

keunggulan dalam hal peneteapan harga,

maka usaha ini menetapkan harga-harga

produknya tidak jauh berbeda atau relatif

sama dengan usaha-usaha tersebut. Untuk

harga produk-produk yang ditetapkan oleh

coruca coffee shop dapat dikatakan cukup

terjangkau dan sesuai dengan pelayanan

yang diberikan, untuk harga makanan

berkisar antara Rp 8.000 sampai dengan Rp

13.000 per porsinya, dan untuk menu

minuman berkisar antara Rp 7.000 sampai

dengan Rp 10.000 per porsinya, untuk segi

penetapan harga dapat dikatakan murah,

penulis mencoba membandingkan dengan

warung kopi lainnya yang juga mengusung

konsep café yang umumnya dari segi

penetapan harga produk lebih tinggi di

banding coruca coffee shop walapun tidak

begitu signifikan namun dengan pelayanan

dan kwalitas produk menu makanan dan

minuman yang relatif sama.

c. Saluran distribusi

Untuk segi tempat atau saluran

distribusi, selama ini coruca coffee shop

hanya memanfaatkan satu saluran distribusi

saja sebagai cara agar produk sampai atau

dikenal oleh pelanggan yaitu saluran

produksi langsung, yang mana coruca coffee

shop langsung berinteraksi dengan

pelanggan dalam memberikan pelayanan.

d. Promosi

Dalam hal mengkomunikasikan

produknya, pendekatan-pendekatan atau

strategi yang ditempuh juga selama ini

terbilang cukup konvensional dan terkesan

kurang aktif, coruca coffee shop

mengkomunikasikan produknya hanya

melalui banner yang ditempatkan di depan

rukonya, dan untuk promosi yang lebih

menyebar hanya mengandalkan komunikasi

dari mulut ke mulut yang terutama ini

dilakukan melalui komunitas yang menjadi

pelanggan.

Lingkungan pemasaran

Keberhasilan pemasaran dipengaruhi

pula oleh banyak aspek yang diantaranya

aspek eksternal maupun internal dari usaha

itu sendiri, adapun aspek-aspek tersebut

M.Taufiq Amir (2005:29) membaginya

kedalam dua kelompok, yaitu lingkungan

makro dan mikro.

a. Lingkungan makro

Adapun lingkungan mikro

pemasaran ini terbagi atas beberapa faktor-

faktor yang diantara lain:

1. Demografis

Menurut data Badan Pusat Statistika

Jumlah penduduk Asahan keadaan Bulan

Juni Tahun 2012 diperkirakan sebesar

677.876 jiwa dengan kepadatan penduduk

sebesar 178,42 jiwa per km2. Sebagian besar

penduduk bertempat tinggal di daerah

pedesaan yaitu sebesar 61,29 persen dan

sisanya 38,71 persen tinggal di daerah

perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak

160.477 rumah tangga dan setiap rumah

tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4 jiwa,

sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari

tahun 2011-2012 sebesar 0,50 persen.

2. Perekonomian

Menurut badan pusat statistika

Sampai dengan tahun 2012 terdapat 638

perusahaan yang sebagian besar (64,11

persen) berbadan hukum PO dan yang

bergerak di sektor rumah makan, hotel dan

penginapan sebesar 48,28 persen, Secara

Umum, selama Januari sampai Desember

2012, di Kabupaten Asahan (dalam hal ini

diwakili oleh Kotamadya Pematang Siantar

sebagai salah satu kota inflasi yang terdekat

Jurnal Bisnis Corporate | 20

dengan Kabupaten Asahan) terjadi 12 kali

inflasi. Besarnya inflasi bulanan yang terjadi

di Kabupaten Asahan cukup relatif stabil

berkisar antara 1,60 persen (Maret) sampai

4,73 persen (Desember).

(http://asahankab.bps.go.id/index.php/site/ke

uangan?kat=2)

3. Lingkungan alam

Menurut data Badan koordinasi

penanaman modal, tahun 2010 kabupaten

asahan mampu menghasilkan 10 ton kopi

(regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id

/commodityarea.php?ia=1208&ic=62), hal

ini menandakan bahwa kabupaten asahan

mempunyai potensi yang cukup besar dalam

pengolahan kopi, tentunya ini berpengaruh

pada ketersediaan bahan baku kopi, dan

untuk bahan baku lainnya yang berhubungan

dengan usaha ini untuk membuat makanan

dan minuman lainnya mudah didapatkan di

pasar perbelanjaan tradisional.

4. Tekhnologi

Dalam proses pembuatan makanan

dan minuman, coruca coffee shop

menggunakan peralatan dengan tekhnologi

yang konvensional, alat-alat seperti pembuat

kopi hanya dengan racikan tangan, tidak

menggunakan mesin pembuat kopi yang

banyak ditemui di coffee shop yang

terbilang modern.

5. Politik

Peraturan daerah pemerintah asahan

nomor 32 tahun 2008 tentang retribusi

perizinan usaha pariwisata yang salah

satunya mengatur tentang perizinan rumah

makan yang berarti tempat menjual

makanan dan minuman untuk umum di

tempat usahanya, hal ini mengatur setiap

usaha yang bergerak di bidang tersebut

untuk memiliki izin, namun pada prakteknya

masih banyak yang ditemui rumah makan

atau usaha yang menyediakan makanan dan

minuman belum memiliki izin usaha, karena

pada peraturan daerah tersebut juga

tercantum bahwa pemerintah wajib

melakukan pembinaan terhadap usaha yang

telah memiliki izin, dan pemerintah

kabupaten asahan mengabaikan hal tersebut,

maka dapat dikatakan bahwa perda ini tidak

berjalan dengan baik karena banyak usaha

seperti ini yang belum memiliki izin usaha

dan termasuk coruca coffe shop sendiri,

selain itu kebijakan pemerintah tidak ada

yang mempengaruhi usaha ini baik secara

positif maupun negatif.

6. Sosial budaya

Kota kisaran yang merupakan ibu

kota administratif kabupaten asahan

merupakan daerah dengan suku bangsa asli

rumpun melayu deli, seperti yang diketahui

minum kopi merupakan salah satu kebiasaan

dari orang melayu deli, namun pada

perkembangannya kabupaten asahan di

duduki oleh mayoritas orang dengan suku

bangsa jawa dan batak, namun minum kopi

masih jadi kebiasaan masyarakat asahan

terutama bagi kalangan dewasa.

7. Tren

Saat ini tren minum kopi sangat

menjamur di Indonesia, terutama di kota-

kota besar, ini dilihat dari banyaknya usaha-

usaha yang bergerak di bidang warung kopi

baik pinggir jalan maupun yang berkonsep

café dan tren ini juga terjadi di kota kisaran,

kota ini juga tidak luput dari penyebaran

tren minum kopi, ini dilihat dari banyaknya

konsumen warung-warung kopi di kota ini.

b. Lingkungan mikro

Adapun lingkungan mikro

pemasaran dari usaha ini terdiri dari

nenerapa faktor yang diantaranya:

1. Bagian internal perusahan

Usaha ini menggunakan manarerial

yang masih bersifat sederhana, dan dalam

pengelolaannya masih menjunjung asas

kekeluargaan, untuk pengelolaan keuangan

usaha ini dapat dikatakan masih perlu

perbaikan karena belum keuangannya belum

Jurnal Bisnis Corporate | 21

dicatat dengan prinsip-prinsip akuntansi,

sedangkan tenaga karyawan dari usahan ini

tidak terlalu harus memiliki keterampilan

khusus tentang kuliner untuk bagian

pelayan, namun koki atau juru masaknya

tetap harus punya keterampilan khusus di

bidang kuliner terutama untuk membuat

makanan dan minuman.

2. Pemasok

Bahan baku dari makanan dan

minuman yang di jual semuanya di dapat di

pasar belanja tradisional maupun swalayan

yang ada di kota kisaran, dan selama ini

coruca coffee shop tidak mengalami

masalah terkait dengan ketersediaan bahan-

bahan baku tersebut.

3. Perantara Pemasaran

Untuk perantara pemasran saluran

distribusi, selama ini coruca coffee shop

hanya memanfaatkan satu saluran distribusi

saja sebagai cara agar produk sampai atau

dikenal oleh pelanggan yaitu saluran

produksi langsung, yang mana coruca coffee

shop langsung berinteraksi dengan

pelanggan dalam memberikan pelayanan,

dan dalam hal mengkomunikasikan atau

mempromosikan usaha ini hanya dengan

banner yang diletakkan di depan rukonya

dan mengandalkan promosi dari mulut ke

mulut

4. Pelanggan

Basis pelanggan dari coruca coffee

shop adalah komunitas pecinta sepak bola

yang sering berkumpul di sini untuk

menonton pertandingan sepak bola maupun

mengadakan acara-acara lain terkait dengan

komunitas tersebut.

5. Pesaing

Usaha ini mempunyai pesaing yang

cukup banyak di kota kisaran, ini berasal

dari usaha-usaha sejenis yang lebih dulu

hadir, namun kebanyakan dari para pesaing

coruca coffee shop masih berkonsep warung

pinggir jalan, dan yang mengusung konsep

café belum bgitu banyak, di kota ini sendiri

baru ada 2 usaha sejenis yang juga

mengusung konsep café untuk tempat

minum kopi

6. Publik

Adapun publik atau target dari usaha

ini adalah penduduk kota kisaran sendiri,

berdasarkan data dari bps jumlah penduduk

kabupaten asahan tahun 2012 berjumlah

677.876 jiwa, sebanyak 18 persen

diantaranya tinggal di kota kisaran.

SWOT Corucca Coffee Shop

Setelah mengetahui lingkungan

pemasaran dari coruca coffee shop

selanjutnya ialah proses identifikasi yang

menjadi faktor-faktor strategis pemasran

coruca coffee shop, hal ini terdiri dari

Strenght (kekuatan), weakness (kelemahan)

yang berasal dari lingkungan internal dan

opportunity (peluang), dan threats

(ancaman) yang berasal dari lingkungan

eksternal usaha ini.

a. Strenght (Kekuatan)

Kekuatan adalah segala sesuatu yang

bagus yang dapat diperbuat oleh coruca

coffee shop, atau suatu karakteristik yang

memiliki kapabilitas penting. Faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menu makanan dan minuman

yang beragam

Menu makanan dan minuman yang

cukup beragam merupakan hal yang dapat

menjadi pertimbangan tersendiri bagi

konsumen untuk melakukan keputusan

pembelian di coruca coffee shop, terutama

untuk menu minuman kopi yang dapat

dikatakan coruca coffe shop yang paling

banyak variantnya untuk usaha sejenis di

kota kisaran.

2. Kondisi lingkungan yang aman

dan nyaman

Usaha ini terletak di salah satu pintu

masuk kota kisaran dan lingkungan

Jurnal Bisnis Corporate | 22

sekitarnya terdapat ruko-ruko dan

pemukiman warga, dapat dikatakan

lokasinya cukup aman, selain itu karena

letaknya yang tidak terlalu di pusat kota

kisaran membuat suasana coruca coffee

shop cukup tenang sehingga memberikan

rasa nyaman bagi pengunjung yang datang.

3. Harga produk yang cukup

bersaing

Salah satu yang menjadi perhatian

konsumen dalam mengambil keputusan

membeli adalah faktor harga, dan untuk

konsumen di Indonesia pada umumnya

harga merupakan hal yang cukup sensitif

dalam mempengaruhi keputusan pembelian

tersebut, ini juga terjadi bagi kebanyakan

warga kota kisaran, maka dari itu

diharapkan harus tepat dalam penetapan

harga, ini bukan berarti harga dari produk

dapat ditekan sedemikian mungkin dan

lantas menjadi kurang memiliki nilai, tapi

harga dari produk harus dapat dioptimalkan

sesuai dengan benefit yang didapatkan

pelanggan.

Untuk harga produk-produk yang

ditetapkan oleh coruca coffee shop dapat

dikatakan cukup terjangkau dan sesuai

dengan pelayanan yang diberikan, untuk

harga makanan berkisar antara Rp 8.000

sampai dengan Rp.13.000 per porsinya, dan

untuk menu minuman berkisar antara Rp

7.000 sampai dengan Rp 10.000 per

porsinya. Dapat dikatakan harga dari

makanan dan minuman cukup terjangkau

untuk sebuah warung kopi yang berkonsep

café.

4. Memiliki komunitas yang menjadi

pelanggan tetap

Usaha ini sendiri memiliki

komunitas yang menjadi pelanggan tetap

yaitu interisti kisaran, komunitas tersebut

sering mengunjungi coruca coffee shop baik

untuk menonton pertandingan sepak bola

maupun acara-acara gathering yang

dijadikan ajang berkumpulnya bagi sesama

anggota, ini menjadikan komunitas tersebut

sebagai pelanggan tetap dari coruca coffee

shop

5. Fasilitas cafe yang memadai

Fasilitas coruca coffee shop cukup

memadai untuk sebuah warung kopi yang

berkonsep café, corruca coffee shop

memiliki fasilitas yang tidak dimiliki oleh

kebanyakan usaha sejenis yang ada di kota

kisaran, coruca coffee shop beroperasi di

sebuah ruko yang dilengkapi pendingin

ruangan dan juga jaringan hotspot internet,

juga ada fasilitas tambahan seperti toilet.

B. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan adalah segala sesuatu

yang merupakan kekurangan dari usaha ini,

atau suatu kondisi yang tidak

menguntungkan. Faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya promosi pada usaha

ini

Coruca coffee shop sebagai usaha yang

terbilang baru masih sangat kurang dikenal

oleh masyarakat luas, ini dikarenakan promosi

yang dilakukan masih bersifat pasif, hanya

mengandalkan promosi dari mulut ke mulut

untuk mengkomunikasikan usaha ini, padahal

banyak media promosi yang dapat digunakan

yang tidak memerlukan biaya yang besar

seperti melalui media internet.

2. Lahan parkir yang kurang luas

Usaha ini terletak tepat di pinggir

jalan raya kota kisaran, jarak bangunannya

dengan badan jalan pun terbilang cukup

rapat dan tidak terdapat lahan kosong

disekitarnya sehingga menyebabkan

ketersediaan lahan yang dapat digunakan

untuk parkir kendaraan bagi para

pengunjung sangat minim

3. Belum memiliki legalitas

Usaha ini sendiri belum memiliki

izin, ini dapat berakibat pada beberapa hal

Jurnal Bisnis Corporate | 23

mengenai kelangsungan usaha, usaha ini

rentan untuk di tertibkan pemerintah terkait

dengan perizinannya, dan juga sulit untuk

mendapatkan bantuan modal dari lembaga

yang di tunjuk pemerintah.

4. Tidak memiliki laporan keuangan

yang sistematis

Pencatatan keuangan yang dilakukan

selama ini masih bersifat sederhana dan belum

menerapkan azas-azas akuntansi, ini tentu

menyulitkan bagi pemilik usaha untuk

mengevaluasi kegiatan usahanya berdasarkan

arus kas.

5. Peralatan yang digunakan

terbilang sederhana

Alat-alat yang digunakan untuk

membuat makanan dan minuman terbilang

konvensional, coruca coffee shop tidak

memiliki mesin pembuat kopi yang biasanya

terdapat di coffee shop modern.

6. Memerlukan modal yang besar

untuk pengembangan usaha

Terkait pengembangan usaha coruca

coffee shop memerlukan sumber daya

permodalan yang cukup besar yang dapat

digunakan untuk memperbaharui sarana dan

prasarana usaha ini, tentunya hal tersebut

menjadi kendala karena selama ini coruca

coffee shop beroperasi menggunakan

permodalan yang berasal dari dana pribadi

pemilik usaha yang tentunya terbatas.

C. Opportunity(Peluang)

Peluang pemasaran (marketing

opportunity) adalah wilayah kebutuhan dan

minat pembeli, di mana perusahaan

mempunyai protabilitas tinggi untuk

memuaskan kebutuhan tersebut dengan

menguntungkan. Faktor-faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Mendapatkan konsumen baru

yang potensial dijadikan

pelanggan loyal

Selama ini konsumen yang

merupakan pelanggan loyal hanya berasal

dari komunitas interisti kisaran dan relasi

dari pemilik usaha, tentu coruca coffee shop

berpeluang untuk mendapatkan konsumen

baru yang dapat dijadikan pelanggan yang

loyal di masa yang akan datang.

2. Mendapatkan tambahan modal

dari bank

Tentunya terbuka peluang bagi

coruca coffee shop mendapatkan bantuan

modal dari bank-bank yang yag

menyalurkan dana bantuan bagi usaha kecil

menengah

3. Melakukan promosi melalui media

tekhnologi informasi

Berkembangnya tekhnologi

informasi mempengaruhi kemajuan pada

media komunikasi, ini dapat memberikan

kemudahan bagi para pengusaha dalam

mempromosikan produk ataupun jasa yang

mereka tawarkan, di era tekhnologi

informasi yang semakin memungkinkan

untuk melakukan promosi tanpa

mengeluarkan dana yang banyak dan tidak

terpengaruh oleh jarak.

4. Mendiversifikasikan

(menganekaragamkan) produk

Dengan mendiversifikasikan menu

makanan dan minuman diharapkan dapat

pula menarik konsumen yang lebih banyak

lagi agar coruca coffee shop dapat bermain

di beberapa segmen pasar pecinta kuliner

5. Jumlah penduduk yang banyak di

daerah tersebut meningkatkan

penjualan

Seperti yang diketahui jumlah

penduduk kabupaten asahan berjumlah

677.876 orang, dan sekitar 8 persen

diantaranya bermukim di daerah kecamatan

kisaran barat yang merupakan domisili dari

usaha ini serta 10 persen tinggal di kecamatan

kisaran timur yang secara geografis dekat

Jurnal Bisnis Corporate | 24

dengan usaha ini, hal tersebut tentu

merupakan sebuah peluang pasar.

D. Threaths (Ancaman)

Ancaman lingkungan (environmental

threat) adalah tantangan yang ditempatkan

oleh tren atau perkembangan yang tidak

disukai yang akan menghasilkan penurunan

penjualan atau laba.

1. Adanya pesaing usaha sejenis yang

sudah lebih mapan

Banyaknya usaha sejenis yang telah

lebih dahulu hadir di kota kisaran dan

keadaannya sudah lebih mapan tentunya

menjadi tantangan tersendiri bagi coruca

eksistensi coffee shop dikarenakan para

pesaing tersebut telah memiliki basis

konsumen yang telah menjadi pelanggan

yang loyal

2. Ancaman penertiban usaha

Coruca coffee shop yang belum

memiliki legalitas resmi atau izin usaha

tentunya menimnulkan kekhawatiran bahwa

sewaktu-waktu dapat terganggu

operasionalnya yang dapat hadir dari

kebijakan pemerintah tentang usaha-usaha

seperti ini.

3. Strategi bisnis yang mudah ditiru

Di era keterbukaan informasi

menyebabkan kemudahan bagi masyarakat

untuk mendapatkan informasi tentang

apapun dan tidak terkecuali informasi terkait

usaha-usaha seperti ini, ini dapat digunakan

oleh para pesaing untuk mengkonsep

usahanya agar dapat mendekati atau lebih

baik dari coruca coffee shop, dan usaha ini

sendiri tidak begitu memiliki keunggulan

dalam strategi bisnis yang sulit untuk di tiru

pelanggan.

4. Hadirnya pesaing berupa usaha

baru yang sejenis

Kehadiran usaha baru sejenis

tentunya memberikan ancaman akan

kelangsungan usaha ini, hal ini dikarenakan

konsumen dari usaha ini yang selama ini

telah menjadi pelangga dapat berpindah

kepada pelanggan tersebut.

Analisa posisi Coruca Coffee Shop

Analisis terhadap lingkungan

internal dan eksternal digunakan untuk

mengetahui posisi Coruca Coffee Shop dan

menjadi dasar dalam merumuskan alternatif

strategi yang akan diambil. Berdasarkan

hasil analisis diketahui bahwa nilai Internal

Faktor Analisis (IFAS) sebesar 2,95 dengan

rincian Strenght (Kekuatan) : 1,362 dan

weakness (kelemahan) : 1,588. Sedangkan

nilai Eksternal Faktor Analisis (EFAS)

sebesar 3,197 dengan rincian opportunity

(peluang) : 1,614 dan threat (ancaman) :

1,583 . Dari hasil analisis lingkungan

internal diketahui nilai nilai strenght

(kekuatan) lebih kecil dari nilai weakness

(kelemahan) dengan selisih sebesar (-)

0,226. Sedangkan dari hasil analisis

lingkungan eksternal diketahui nilai peluang

lebih besar dari nilai ancaman dengan selisih

sebesar (+) 0,031. Dari hasil identifikasi

dapat digambarkan posisi Coruca Cofee

Shop dalam diagram SWOT.

3. Turnaround 1.Growth

Kelemahan Kekuatan

(1,588) (1,362)

4.Defence 2.Diversifikasi

Ancaman (1,583)

Sumber: Pengolahan Data Internal dan

Eksternal Coruca Coffee Shop

Jurnal Bisnis Corporate | 25

Berdasarkan diagram SWOT

diketahui posisi Coruca coffee shop berada

pada kuadran 3. Hal ini menunjukkan bahwa

Coruca coffee shop memiliki peluang yang

besar untuk dimanfaatkan, namun juga

memiliki kelemahan yang harus segera

diatasi. Pada kondisi ini, strategi yang dapat

ditempuh adalah strategi turnaround, yaitu

dengan terlebih dahulu meminimalkan

kelemahan usaha ini sebelum

memaksimalkan peluang yang ada.

Alternatif strategi pemasaran Coruca

Coffee Shop

Setelah diketahui kekuatan dan

kelemahan yang berasal dari lingkungan

internal beserta peluang dan ancaman dari

lingkungan eksternal serta posisi usaha pada

kuadran SWOT, maka tahap selanjutnya

adalah menyusun alternatif strategi

menggunakan matrik SWOT. Dengan

menggunakan matrik SWOT akan didapat

empat alternatif strategi, yaitu strategi SO,

strategi ST, strategi WO, dan

strategi WT.

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan

pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya, adapun beberapa altenatif

strategi yang dapat dikemukakan adalah

sebagai berikut:

a. Menambah variant menu baik

makanan dan minuman

Salah satu langkah yang dapat

ditempuh oleh coruca coffee shop untuk

menghadirkan konsumen baru adalah lebih

menambah jenis dari makanan dan minuman

yang nantinya diharapkan hadirnya

konsumen yang lebih banyak lagi

dikarenakan memiliki banyak pilihan baik

menu makanan maupun minuman.

b. Memberikan potongan harga

kepada konsumen

Dengan memberikan potongan harga

kepada konsumen tentu akan mempengaruhi

margin keuntungan dari corucca coffee shop

sendiri namun dari sisi lain akan

menimbulkan loyalitas bagi konsumen untuk

menjadi pelanggan tetap dikarenakan merasa

diberikan perlakuan khusus, hal ini perlu

dilakukan namun harus ada keriteria

konsumen yang diberikan potongan harga,

misalkan konsumen yang telah beberapa kali

datang ke tempat ini ataupun konsumen

yang membeli makanan atau minuman

dengan jumlah harga tertentu. Karena

menurut Widiana (2010: 75) Peranan harga

dalam keadaan persaingan yang makin ketat

sangatlah penting terutama untuk menjaga

dan meningkatkan posisi perusahaan di

pasar, meningkatkan penjualan dan

keuntungan perusahaan.

c. Membina hubungan baik dengan

komunitas yang menjadi

pelanggan

Pada usaha ini terdapat komunitas

yang menjadi pelanggan tetap, agar timbul

loyalitas pada pelanggan tersebut pemilik

serta para karyawan perlu untuk membina

hubungan baik, selain itu diharapkan dengan

melakukan hal tersebut para pelanggan

tersebut secara suka rela untuk

mempromosikan coruca coffee shop kepada

para kerabat mereka

2. Strategi ST

strategi ST adalah menggunakan

kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman, adapun beberapa

alternatif strategi ST adalah sebagai berikut:

a. Menghadirkan menu baru yang

belum ada di pada pesaing di

kota kisaran

Dengan menghadirkan menu

makanan ataupun minuman yang tidak

ditemui di usaha sejenis yang ada di kota

Jurnal Bisnis Corporate | 26

kisaran tentunya akan menjadi nilai lebih

bagi usaha ini, misalnya coruca coffee shop

dapat mengadirkan menu kopi sidikalang

ataupun variant menu kopi lokal lainnya

yang belum ada pada para pesaing.

b. Mengoptimalkan penetapan harga

produk

Harga dari makanan dan minuman

yang cukup terjangkau tentu menjadi

kekuatan tersendiri bagi usaha ini, namun

juga perlu diperhatikan margin keuntungan

dan juga persepsi konsumen terhadap

penetapan harga tersebut, jangan sampai

menetapkan harga produk serendah mungkin

yang nantinya akan memperlambat return of

investmen dan menghadirkan citra di

kalangan konsumen bahwa usaha ini kurang

memiliki nilai, harus disesuaikan harga

produk yang di tawarkan dengan pelayanan

yang diberikan sehingga konsumen merasa

mendapatkan bennefit atau timbal balik yang

sesuai dengan cost atau harga yang mereka

bayar, dan juga memberikan citra yang baik

pula terhadap nilai usaha ini.

c. Selalu memperbaharui

pengetahuan dalam menjalankan

usaha

Dengan meng update pengetahuan

tentang usaha yang dijalani tentunya akan

menambah wawasan berfikir mengenai

usaha tersebut sehingga dapat menetapkan

ataupun merumuskan strategi usaha yang

tepat terkait dengan perubahan lingkungan

eksternal dari usaha ini, hal ini juga

dimaksudkan agar pesaing tidak mudah

meniru strategi bisnis yang di jalani.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan

pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada, adapun

beberapa altenatif startegi ini adalah sebagi

berikut:

a. Mengoptimalkan promosi dengan

media-media yang dapat

digunakan

Promosi tentunya merupakan sesuatu

yang penting bagi sebuah usaha terlebih

untuk usaha yang terbilang belum begitu

lama beroperasi, upaya promosi yang

dilakukan oleh pemilik usaha masih sangat

minim, tentunya perlu ada pemanfaatan

media-media yang dapat digunakan sebagai

sarana promosi seperti melalui media

berbasis tekhnologi informasi atau internet,

selain murah secara biaya jangkauan dari

media ini juga tentunya sangat luas, bisa

juga melalui penyebaran brosur-brosur

tentang usaha ini dikarenakan tidak semua

masyarakat khususnya di kota Kisaran dan

sekitarnya menjadi pengguna internet.

Selain itu dapat juga dengan mengadakan

event-event seperti Live Music atau yang

lainnya agar menarik perhatian khalayak

ramai terhadap usaha ini, namun tentunya

hal ini memerlukan biaya yang lebih.

Menurut Widiana (2010: 70-71) Promotion

adalah aktivitas pemasaran yang berusaha

menyebarkan informasi,

mempengaruhi/membujuk, dan atau

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan

dan produknya agar bersedia menerima,

membeli, dan loyal pada produk yang

ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

b. Mengurus legalitas usaha agar

membuka kesempatan untuk

mendapatkan kredit usaha

Dengan memiliki izin usaha tentunya

akan terbuka kesempatan agar usaha ini

mendapat bantuan dana permodalan dari

pemerintah melalui bank yang di tunjuk

untuk menyalurkan dana usaha, tentunya ini

dapat mendorong agar usah ini dapat

berkembang karena selama ini hanya

mengandalkan dana pribadi dari pemilik

dalam pengembangan usahanya.

c. Mengelola manajemen keuangan

Jurnal Bisnis Corporate | 27

Manajemen keuangan usaha ini

masih terbilang sederhana dan tidak semua

arus kas di catat, pencatatannya pun tidak

menggunakan prinsip-prinsip akuntansi, hal

itu diperlukan untuk pengelolaan keuangan

ynag lebih baik dan juga hal tersebut dapat

mendatangkan kesempatan bagi usaha ini

mendapat investore dari pihak luar karena di

anggap manajemen dari usaha ini baik dan

perkembangannya dapat di lihat melalui arus

kas yang di catat (akuntable)

d. Bekerja sama dengan pengelola

parkir setempat

Ketersediaan lahan parkir tantunya

juga menjadi salah satu pertimbangan bagi

konsumen untuk melakukan keputusan

pembelian pada usaha ini, tentu ini perlu

menjadi perhatian karena bukan tidak

mungkin calon konsumen enggan untuk

berkunjung karena tidak tersedianya lahan

parkir kendaraan, untuk itu dibutuhkan kerja

sama dengan pengelola parkir setempat

untuk menyediakan lahan buat penitipan

kendaraan konsumen.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan

yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman, adapun beberapa

alternatif dari strategi ini adalah sebagai

berikut

a. Memilih sarana promosi yang

efektif

Kemampuan sebuah usaha untuk

membuat produk atau jasa yang unggul dari

para pesaing tentunya harus di imbangi

dengan kemampuan untuk

mengkomunikasikannya, perlu sarana yang

tepat agar promosi yang dilakukan memberi

dampak positif bagi usaha yang di jalani,

maka dari itu pemilik dari coruca coffee

shop harus jeli dalam memilih sarana

promosi.

b. Memperbaharui peralatan usaha

Peralatan usaha yang ada pada

coruca coffee shop dapat dikatakan sangat

konvensional sehingga tidak mengahdirkan

keunggulan dari segi tekhnologi di

bandingkan dengan usaha sejenis di kota

kisaran, maka dari itu perlu ada inovasi

mengenai tekhnologi peralatan yang

digunakan, salah satunya adalah dapat

dengan menggunakan mesin peracik kopi

otomatis yang ada pada Coffee Shop modern

sehingga strategi bisnis dari usaha ini tidak

mudah ditiru oleh pesaing-pesaing yang

berasal dari usaha sejenis di kota kisaran.

c. Mengurus izin usaha untuk

menghindari penertiban

Sesuai dengan Peraturan daerah

pemerintah asahan nomor 32 tahun 2008

tentang retribusi perizinan usaha pariwisata

yang salah satunya mengatur tentang

perizinan rumah makan yang berarti tempat

menjual makanan dan minuman untuk

umum di tempat usahanya, mengharuskan

bagi usaha-usaha seperti coruca coffee shop

mengantongi izin usaha, walau dalam

prakteknya peraturan ini cenderung tidak

berjalan dengan baik, namun tetap ada

kekhawatiran sewaktu-waktu pemerintah

akan melakukan penertiban terhadap usaha-

usaha yang belum mengantongi izin, maka

dari itu usaha ini perlu mengantongi izin

untuk menghindari hal tersebut.

Berdasarkan hasil analisis diketahui

bahwa nilai internal Faktor analisis (IFAS)

sebesar 2,95 dengan rincian Strenght

(Kekuatan) : 1,362 dan weakness

(kelemahan) : 1,588. Sedangkan nilai

eksternal faktor analisis (EFAS) sebesar

3,197 dengan rincian opportunity (peluang) :

1,614 dan threat (ancaman) : 1,583 . Dari

hasil analisis lingkungan internal diketahui

nilai nilai strenght (kekuatan) lebih kecil

dari nilai weakness (kelemahan) dengan

selisih sebesar (-) 0,226. Sedangkan dari

hasil analisis lingkungan eksternal diketahui

Jurnal Bisnis Corporate | 28

nilai peluang lebih besar dari nilai ancaman

dengan selisih sebesar (+) 0,031.

Berdasarkan diagram SWOT diketahui

posisi Coruca Coffee shop berada pada

kuadran 3. Hal ini menunjukkan bahwa

Coruca coffee shop memiliki peluang yang

besar untuk dimanfaatkan, namun juga

memiliki kelemahan yang harus segera

diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amir,Taufiq.2005.Dinamika Pemasaran.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Cresswel, John W.2002. Qualitative &

Quantitative approach, Jakarta : KIK Press

Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi

kuantitatif untuk ilmu-ilmu Bisnis. Medan:

M2000

Kotler,Philip. 1997. Prinsip-prinsip

pemasaran. Jakarta: Erlangga

_____, Philip & Armstrong, Gary.2001.

Principle of Marketing. 9th

Edition. New

Jersey: Prentice-Hall.

_____, Philip & Keller, Kevin lane.2009.

Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas,

Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

M. Fuad, Cristine. H, Nurlela, Sugiarto,

Paulus. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Orville C.Walker dan kawan-kawan.

Marketing Strategy:planning and

implementation. 2nd

Edition.USA: Times

mirror Higher education Group

Rangkuti, Freddy. 2013. Analisis SWOT

teknik Membedah kasus Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Singarimbun, Masri.1995. Metodologi

Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES

Situmorang, S. H. 2009. Bisnis:

Perencanaan dan Pengembangan. Jakarta:

Mitra Wacana Media

Sugiyono. 2006. Metode penelitian

pendidikan:pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharno, Yudi Sutarso. 2010. Marketing in

practice. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sunarto. 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran.

Yogyakarta: AMUS Yogyakarta dan UST

Press

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran.

Yogyakarta: CV ANDI OFFSET

Widiana, Muslichah Erma. 2010. Dasar-

Dasar Pemasaran. Bandung: Karya Putra

Darwati

Wirarta,I Made.2006. Metodologi penelitian

Sosial Ekonomi.Yogyakarta: CV ANDI

OFFSET

Sumber Skripsi dan Jurnal

Galih dammar kusumo. 2012. Analisis

Strategi Pemasaran Café Lampiri Dalam

Memasuki pasar persaingan. Jakarta:

Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Manajemen Universitas Guna Darma

Putri Adhanareshawari Hamardika Ningrum.

2010. Analisis strategi Pemasaran Usaha

Jasa pembuatan Dan Perbaikan Furniture

UD.Suryani Furniture Bogor,Jawa Barat.

Bogor. Program sarjana fakultas ekonomi

dan manajemen Institut Pertanian Bogor

Reni Maulidia Rahmat. 2012. Analisis

Strategi Pemasaran Pada PT.Koko Jaya

Prima Makasar.Makasar: Program sarjana

Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas

Hasanudin Makasar

Sri Yati Prawitasari .2010. Analisis SWOT

Sebagai Dasar Perumusan Strategi

Pemasaran Berdaya Saing Pada dealer

Honda tunggul sakti Semarang. Semarang.

Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

Yudi Farola Bram .2005. Analisis Efektifitas

Iklan Sebagai Salah Satu Strategi

Pemasaran Perusahaan Percetakan Dan

Penerbitan PT.Rambang Dengan

Menggunakan Epic Model. Palembang.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas

Sriwijaya

Web

Jurnal Bisnis Corporate | 29

http://www.kopibrik.com/bisnis-kopi-di-

medan-setelah-kafe-apa-lagi/ di akses

tanggal 14 februari pukul 17.30 WIB

http://asahankab.bps.go.id/index.php/site/ke

uangan?kat=2 di akses pada tanggal 25 mei

22.25 WIB

regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/

commodityarea.php?ia=1208&ic=62 di

akses pada tanggal 25 mei pukul 22.55

Jurnal Bisnis Corporate | 30

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PUPUK

UD.Siganupari, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun

oleh

Drs. Nalom Siagian, MM

ABSTRACT

Formulation of the problem in this study is How fertilizer business development strategy

at UD. Siganupari in Tanjung Pasir Dusun III Tanah jawa Subdistrict district Simalungun. This

study aims to Determine the business development strategy UD. Siganupari in Tanjung Pasir

Dusun III Subdistrict Tanah Jawa District Simalungun. The method used is descriptive

qualitative method . Data were obtained from observations, interviews, library research and

studydocumentation.Analysis using SWOT analysis. Informants numbered 3 namely 1 key inform

ant 2the main informants. The results show that the strategy needs to be applied to business

development strategies UD. Siganupari in Tanjung Pasir Dusun III Subdistrict Tanah Jawa

District Simalungun. is an aggressive strategy of creating a strategy that uses force to take

advantage of opportunities.

Keywords: Businessstrategy, SWOTanalysis

A. PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Utara merupakan

daerah yang memiliki potensi pertanian

yang cukup besar. Salah satu daerah sentra

pertanian di Provinsi Sumatera Utara adalah

Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang

memiliki luas lahan pertanian 90,234 hektar

atau 36,27% dari luas daerah Deli Serdang

yang tercatat 249.772 hektar. Berbagai

program yang di laksanakan Pemerintah

Daerah menjadikan Deli Serdang lumbung

pangan Sumatera Utara yang menghasilkan

padi 290.516 ton sehingga surplus 32.130

ton. Dalam hal ini, penggunaan sarana

produksi merupakan salah satu faktor yang

tidak dapat dipisahkan dari peningkatan

produksi pertanian. Penggunaan sarana

produksi yang sesuai dan tepat akan

memberikan dampak yang sangat baik

terhadap perkembangan dan pertumbuhan

tanaman. Adapun sarana produksi yang

dibutuhkan antara lain bibit atau benih yang

unggul, pupuk yang sesuai, pestisida dan

alat-alat pertanian lainnya.Pupuk merupakan

salah satu komponen inputproduksi yang

berperan penting dalam peningkatan

produksi dan produktivitas pertanian. Untuk

mendukung program di sektor pertanian

tersebut, maka dapat menjadi peluang di

sektor perdagangan dalam hal ini yaitu

usaha kios pupuk.

Dalam perekembangannya usaha

kios pupuk menjadi sangat penting di dalam

membantu kelancaran distribusi pupuk.

Terlebih lagi saat pemerintah mengeluarkan

kebijakan sistem distribusi tertutup dengan

menggunakan RDKK (Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok) yang melibatkan kios

pupuk selaku pengecer, menjadi lembaga

pemasaran penyalur pupuk bersubsidi.

Dengan kebijakan tersebut mengharuskan

setiap kios pupuk untuk mendaftar sebagai

kios resmi untuk akhirnya bisa ditunjuk

menjadi penyalur resmi pupuk bersubsidi.

Jurnal Bisnis Corporate | 31

Kios pupuk UD. Siganupari yang

berada di Dusun III Tanjung Pasir

Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten

Simalungun telah berdiri pada tahun 2008.

UD adalah suatu bentuk usaha yang

kegiatannya yaitu membeli dan menjual

barang tanpa mengolahnya terlebih dahulu

dengan tujuan memperoleh laba. UD.

Siganupari merupakan salah satu usaha yang

bergerak dibidang penjualan pupuk langsung

kepada konsumennya. Usaha ini

menyediakan berbagai jenis pupuk subsidi

maupun non subsidi. Usaha ini resmi

menjadi kios penyalur pupuk bersubsidi

pada tahun 2009. Adapun pupuk subsidi

antara lain urea, ZA, NPK Phonska, SP-36

dan organik. Sedangkan pupuk non subsidi

antara lainKCL, SS Mahkota, SS Merauke,

TSP Mahkota, TSP Merauke, NPK Mutiara,

dolomite, TSM dan garam kotor . Selain itu,

UD. Siganupari juga menjual pestisida, bibit

dan alat-alat pertanian yang dapat

menunjang keberlangsungan siklus

pertanian sawah, jagung, sayuran dan sawit

di daerah Tanjung Pasir Kecamatan Tanah

Jawa Kabupaten Simalungun. Melihat lokasi

usaha ini, UD. Siganupari sangat berpotensi

untuk berkembang karena sebagian besar

lahan di desa Tanjung Pasir ini digunakan

sebagai lahan pertanian. Usaha ini terletak di

tengah areal pertanian sawah. Sehingga

lebih dekat dengan sawah para petani. Pada

saat petani melakukan proses pembelian

pupuk, petani tidak perlu lagi pergi jauh

membeli pupuk untuk tanaman mereka. Hal

ini akan sangat menguntungkan bagi para

petani karena dapat menghemat biaya

transportasi.

UD. Siganupari didukung oleh lokasi

yang strategis karena berada tepat di pinggir

pasar dan terletak di daerah persawahan

sehingga memudahkan para petani untuk

menemukan lokasi kios pupuk tersebut serta

dapat menghemat biaya transportasi karena

posisi usaha yang dekat dengan areal

persawahan petani sehingga dapat dijangkau

hanya dengan berjalan kaki. Selain itu,

UD.Siganupari juga memiliki pelayanan

yang unik yang tidak dimiliki oleh

pesaingnya yaitu menyuguhkan minuman

bagi para pelanggannya (petani) sembari

menunggu pesanan pupuk mereka selesai

diolah (proses pencampuran pupuk). Usaha

ini merupakan kios pupuk paling muda

diantara kios-kios pupuk lainnya yang

berada di daerah tersebut. Sehingga kios

pupuk pesaing (seperti UD.Nunut, UD.

Miduk dan UD. BPJ) lebih dikenal oleh

penduduk di daerah tersebut ditambah lagi

kios pesaing terletak di daerah yang banyak

penduduknya (jln. Sisingamangaraja

kecamatan pekan tanah jawa) dimana

penduduk penduduk akan selalu

mengunjungi tempat ini setiap pekannya

(senin dan kamis) untuk berbelanja

kebutuhan sehari-hari. Sehingga secara tidak

langsung penduduk akan lebih sering

melihat kios pupuk pesaing yang ada di

pekan tanah jawa tersebut. Jika dilihat dari

segi kekuatan dan keunikan usaha, UD.

Siganupari memiliki potensi serta peluang

yang dapat dimanfaatkan untuk semakin

berkembang.

Usaha ini belum mampu mengelola

kekuatan dan peluang yang dimiliki secara

optimal untuk mencapai laba yang

maksimal. Adapun yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan usaha adalah dengan

membuat strategi pengembangan bisnis.

Strategi pengembangan bisnis dapat

dilakukan melalui analisis lingkungan

internal dan lingkungan eksternal

perusahaan. Adapun lingkungan internal

terdiri dari kekuatan (strength), kelemahan

(weakness) dan lingkungan eksternal terdiri

dari peluang (opportunities), ancaman

(threat).

B. METODOLOGI

Jurnal Bisnis Corporate | 32

Bentuk yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Menurut

Travers dalam buku Umar (2001:22),

metode deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan sifat sesuatu yang tengah

berlangsung pada saat riset dilakukan dan

memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala

tertentu. Sedangkan menurut Gay dalam

buku Umar (2001:22), metode deskriptif

bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang

menyangkut sesuatu pada waktu sedang

berlangsungnya riset.

C. PEMBAHASAN

Dalam mengembangan sebuah usaha

dibutuhkan adanya strategi yang tepat.

Untuk mendapatkan strategi yang tepat,

perlu dilakukan serangkaian kegiatan

menganalisis lingkungan internal usaha

maupun lingkungan eksternal usaha guna

untuk mengetahui apa yang menjadi

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan

ancaman yang dihadapi oleh suatu usaha.

Dari hasil analisis tersebut maka dapat

ditentukan strategi yang tepat bagi usaha

UD.Siganupari.

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan suatu

metode yang digunakan untuk

mengidentifikasi apa yang menjadi kekuatan

(strange), kelemahan (weakness), peluang

(Opportunities) , dan ancaman (threat) dari

suatu usaha.

Kekuatan (strange) UD. Siganupari

1. Lokasi yang strategis.

2. Kios pupuk satu-satunya di Tanjung

Pasir

3. Meyediakan pestisida, bibit dan alat-

alat pertanian.

4. Melakukan Promosi usaha

5. Harga pupuk mengikuti harga pasar.

6. Melakukan stok pupuk subsidi.

7. Karyawan yang berkompeten.

8. Pelayanan terhadap pelanggan.

9. Melayani konsultasi pertanian.

10. Pengalaman pengusaha.

11. Kios resmi penyalur pupuk

bersubsidi.

12. Memiliki izin usaha.

13. Memiliki mitra usaha.

Kelemahan (weakness) UD. Siganupari

1. Keterbatasan jangkauan pemasaran.

2. Keterbatasan modal.

3. Sistem keuangan/pembukuan masih

sederhana.

4. Transportasi belum memadai.

Peluang (Opportinities) UD. Siganupari

1. Daerah didominasi oleh lahan

pertanian.

2. Penduduk mayoritas petani.

3. Adanya musim tanam

berkesinambungan.

4. Selain pertanian padi ada juga Sawit,

jagung, dan sayuran.

5. Tingginya permintaan akan pupuk.

6. Tingginya daya beli masyarakat akan

pupuk.

7. Perluasan jangkauan pasar.

8. Kios dan pengusaha telah dikenal

masyarakat.

9. Tidak ada usaha sejenis di sekitar

lokasi.

10. Tidak terjadi tawar-menawar

pembeli.

11. Terjadi tawar-menawar pemasok.

12. Tidak ada pesaing baru.

Ancaman (threat) UD.Siganupari

1. Perubahan kebijakan pupuk subsidi.

2. Kenaikan harga pupuk.

3. Terjadinya kelangkaan pupuk

subsidi.

4. Luas lahan pertanian.

Jurnal Bisnis Corporate | 33

5. Munculnya pesaing baru.

6. Adanya barang subtitusi.

7. Harga panen turun.

8. Tidak adanya pembatasan kios

resmi.

Dari analisis SWOT diatas, akan

diperoleh strategi alternatif yang akan

membantu dalam proses pengambilan

keputusan yang tepat bagi UD. Siganupari.

Pada tahap ini dilakukan melalui matriks

Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

dan Eksternal Factor Analysis Summary

(EFAS).

Matriks IFAS

Tahap-tahap dalam menentukan IFAS

yaitu dengan menentukan factor-faktor

strength (kekuatan) dan weakness

(kelemahan) dari UD. Siganupari

selanjutnya memberi bobot masing-masing

faktor mulai dari skala 0,0 (tidak penting)

sampai 1,0 (sangat penting) terhadap posisi

strategis perusahaan. Dimana jumlah dari

seluruh bobot tidak melebihi skor total 1,00.

Rating dari masing-masing faktor dimulai

dari skala 1 (dibawah rata-rata) sampai 4

(sangat baik) berdasarkan kondisi

perusahaan. Nilai rating strength dan

weakness selalu bertolak belakang. Setelah

itu, bobot dikalikan dengan rating. Maka

total dari hasil perkalian akan menunjukkan

bagaimana perusahaan tersebut bereaksi

terhadap lingkungan internalnya.

Matriks EFAS

Tahap-tahap dalam menentukan

IFAS yaitu dengan menentukan faktor-

faktor opportunity(peluang) dan threat

(ancaman) dari UD. Siganupari selanjutnya

memberi bobot masing-masing faktor mulai

dari skala 0,0 (tidak penting) sampai 1,0

(sangat penting) terhadap posisi strategis

perusahaan. Dimana jumlah dari seluruh

bobot tidak melebihi skor total 1,00. Rating

dari masing-masing faktor dimulai dari skala

1 (dibawah rata-rata) sampai 4 (sangat baik)

berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai rating

opportunity dan threatselalu bertolak

belakang. Setelah itu, bobot dikalikan

dengan rating. Maka total dari hasil

perkalian akan menunjukkan bagaimana

perusahaan tersebut bereaksi terhadap

lingkungan internalnya.

Dari diagram, selisih dari faktor

internal yaitu Strenght - weakness bernilai

positif (2,77-0,34= 2,43), begitu juga

dengan selisih faktor eksternal Opportunity

-Treath bernilai positif (2,21-0,51= 1,7).

Keadaan ini menunjukkan UD.Siganupari

berada pada kuadaran I. Hal ini merupakan

situasi yang sangat menguntungkan.

Perusahaan tersebut memiliki peluang dan

kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus

diterapkanuntuk strategi pengembangan

bisnis UD. Siganupari di Dusun III Tanjung

Pasir Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten

Simalungun adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (Growth oriented

strategy) dengan menerapkan beberapa

strategi alternatif SO.

Adapun strategi pengembangan

bisnis yang harus dilakukan oleh UD.

Siganupari di Dusun III Tanjung Pasir

Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten

Simalungun adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan lokasi yang strategis

secara optimal untuk

mengembangkan usaha.

Salah satu pertimbangan utama saat

seseorang akan memulai suatu usaha

adalah pertimbangan lokasi. Dari

segi lokasi, UD. Siganupari sudah

memenuhi syarat sebagai usaha yang

berlokasi strategis. Dimana daerah

tersebut di dominasi oleh lahan

pertanian sehingga mendukung

Jurnal Bisnis Corporate | 34

usaha pupuk UD. Siganupari tetap

eksis. Selain itu, di sekitar lokasi

tidak ada pesaing sejenis dan belum

ada pesaing baru. Faktor tersebut

sangat mendukung keberadaan kios

pupuk ini. Sehingga, UD. Siganupari

bebas dalam menjalankan bisnisnya

tanpa adanya ganguan dari pesaing.

Oleh karena itu, UD. Siganupari

harus memanfaatkan situasi ini untuk

mengembangkan usahanya.

2. Variasi produk dengan menyediakan

pestisida, alat-alat pertanian dan

bibit.

Dalam pertanian tidak hanya

membutuhkan pupuk saja. Tetapi,

petani juga membutuhkan adanya

pestida, alat-alat pertanian, dan bibit

untuk menunjang pertanian mereka.

Sehingga UD. Siganupari juga perlu

meningkatkan variasi produk yang

dijual dengan menyediakan pestisida,

alat-alat pertanian dan berbagai jenis

bibituntuk semakin melengkapi

kebutuhan para petani didaerah

tersebut agar pelanggan tidak lari.

3. Gencar melakukan promosi usaha.

Kegiatan promosi yang dapat

dilakukan oleh UD. Siganupari di

Dusun III Tanjung Pasir Kecamatan

Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

adalah sebagai berikut:

- Selain promosi melalui plakat

dan pmbagian kalender yang

telah dilakukan oleh UD.

Siganupari, promosi lain yang

dapat dilakukan adalah promosi

melalui pembuatan beberapa

spanduk didepan kios atau di

badan-badan jalan agar kios

semakin dikenal oleh

masyarakat.

- Menyebarkan brosur kepada

masyarakat di daerah Tanah

Jawa.

4. Meningkatkan pelayanan terhadap

pelanggan melalui karyawan yang

berkompeten untuk menarik simpati

pelanggan.

Konsumen/ pelanggan akan merasa

diperhatikan apabila mendapatkan

pelayanan yang baik. Oleh karena

itu, UD. Siganupari perlu

meningkatkan pelayanannya melalui

karyawan yang berkompeten

sehingga dapat melakukan pelayanan

yang prima dan cepat agar

pelanggan tidak menunggu lama

(bosan). Dengan pelayanan yang

baik maka dapat menarik simpati

pelanggan dan secara tidak langsung

akan menciptakan pelanggan yang

loyal karena merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan.

5. Mengingat penduduknya mayoritas

petani, maka perlu meningkatkan

layanan terhadap konsultasi

pertanian.

Tidak selamanya petani itu

mengetahuhi tentang cara bertani

yang benar. Sehingga para petani

membutuhkan adanya fasilitas atau

sarana untuk melayani konsultasi

pertanian seperti jenis pupuk yang

sesuai untuk usia tanamannya, dosis

dan cara pemakaian pestisida, obat

yang sesuai untuk masalah pertanian

yang dialami petani, dan lain-lain.

Adapun tujuan dari konsultasi ini

adalah untuk membantu para petani

agar hasil gabahnya meningkat.

6. Menjalin hubungan baik dengan

mitra usaha, pemasok maupun

supplier.

Sebuah bisnis tidak dapat berjalan

sendiri tanpa adanya mitra bisnis.

Dalam hal ini adalah pemasok. Jika

pemasok barang (pupuk) tidak ada

maka usaha tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Maka untuk

Jurnal Bisnis Corporate | 35

menjaga kelangsungan usaha perlu

memiliki mitra usaha serta menjaga

hubungan baik dengan mitra usaha

agar siklus bisnis dapat berjalan

normal.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel

IFAS (Internal Factor Analysis Summary),

faktor kekuatan (strength) mempunyai sub

total 2,77 sedangkan faktor kelemahan

(weakness) mempunyai sub total 0,34.

Sementara hasil analisis pada table EFAS (

Eksternal Factor Analysis Summary), faktor

peluang (opportunity) mempunyai sub total

2,21 sedangkan faktor ancaman (threat)

mempunyai sub total 0,51. Dari hasil sub

total tersebut menunjukkan bahwa posisi

kios pupuk UD. Siganupari di Dusun III

Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Jawa

Kabupaten Simalungun berada pada diagram

SWOT kuadran 1, yaitu strategi yang

sebaiknya diterapkan untuk

mengembangkan usahanya adalah strategi

agresif yang mendukung pertumbuhan.

Strategi agresif merupakan strategi

yang memanfaatkan kekuatan untuk

mencapai peluang yang ada. Melihat kondisi

UD.Siganupari, dimana kekuatan (strength)

dan peluang (opportunity) adalah faktor

yang paling dominan sehingga strategi yang

tepat digunakan adalah strategi SO. Adapun

alternatif strategi SO yang dihasilkan yaitu,

(1) Memanfaatkan lokasi yang strategis

secara optimal untuk mengembangkan

usaha, (2) Variasi produk dengan

menyediakan pestisida, alat-alat pertanian

dan berbagai jenis bibit bagi pertanian padi,

jagung dan sayuran, (3) Gencar melakukan

promosi usaha baik melalui plakat, kalender,

maupun spanduk agar kios semakin dikenal

oleh masyarakat, (4) Meningkatkan

pelayanan terhadap pelanggan melalui

karyawan yang berkompeten untuk menarik

simpati pelanggan, (5) Mengingat

penduduknya mayoritas petani, maka perlu

meningkatkan layanan terhadap konsultasi

pertanian, (6) Menjalin hubungan baik

dengan mitra usaha, pemasok maupun

supplier. Penerapkan alternatif strategi

tersebut bertujuan untuk meningkatkan

volume penjualan untuk mencapai profit/

laba usaha yang maksimal sehingga usaha

UD. Siganupari di Dusun III Tanjung Pasir

Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten

Simalungun bisa semakin berkembang.

Hal ini mendukung penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Yulie A.C

Hutagalung (2013) yang berjudul,”Strategi

Pengembangan Bisnis (Studi pada Rumah

Makan Minang Setia Jl. Jamin Ginting

No.326 Medan”. Dimana dalam

penelitiannya menyatakan bahwa strategi

yang perlu diterapkan oleh Rumah Makan

Minang Setia Jl. Jamin Ginting No.326

Medan adalah strategi agresif yaitu

menciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Hal

ini juga mendukung penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Anggreni

Sianipar (2013) yang berjudul,”Strategi

Strenght Weakness Opportunity Threats

(SWOT) Dalam Peningkatan Volume

Penjualan Pada Minimarket Surya Swalayan

Jl. Setia Budi Medan”. Dimana berdasarkan

hasil penelitiannya menggunakan martiks

SWOT yang memadukan kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman

minimarket, usaha ini berkembang dengan

baik dan mengalami peningkatan volume

penjualan yang dapat dilihat dari omset yang

didapat toko tersebut. Berbeda halnya

dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Rukmini (2011) yang

berjudul,” Analisis SWOT Dalam

Menentukan Strategi Pemasaran Pada

Rumah Makan Kamang Jaya Medan”.

Dimana dalam penelitiannya menyatakan

Rumah makan Kamang Jaya sebaiknya

menggunakan strategi differensiasi agar

produk yang dihasilkan menjadi produk

Jurnal Bisnis Corporate | 36

yang berkualitas secara efektif kepada

pelanggan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan

penulis dan berdasarkan penelitian

terdahulu, analisis SWOT ini digunakan

untuk menentukan strategi yang tepat bagi

pengembangan suatu usaha. Dimana strategi

merupakan rencana yang terpadu yang

dibuat oleh perusahaan dengan

mempertimbangkan kondisi lingkungan

internal dan lingkungan eksternalnya umtuk

mencapai tujuan organisasi (perusahaan).

Maka dari rumusan-rumusan strategi yang

telah dilakukan akan menghasilkan

beberapa alternatif strategi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk

mengembangkan usaha, selain itu alternatif

strategi ini juga bertujuan untuk

meningkatkan volume penjualan sehingga

profit juga akan meningkat apabila strategi

tersebut diterapkan.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan, bahwa strategi pengembangan

usaha yang sesuai untuk UD. Siganupari di

Dususn III Tanjung pasir kecamatan Tanah

Jawa Kabupaten simalungun adalah strategi

agresif, yaitu strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Faktor kekuatan yang paling

menonjol dalam mendukung kemajuan kios

pupuk UD. Siganupari adalah lokasi yang

strategis dan kelemahan yang dominan

adalah keterbatasan modal. Sedangkan

peluang yang terbesar adalah daerah

didominasi oleh lahan pertanian dan

ancaman terbesarnya adalah apabila lahan

pertanian berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku :

Allison, Michael, dan Kaye, Jude.2004.

Perencanaan Strategis. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Darf, L Richard.2010. Era BaruManajemen:

Edisi Kesembilan. Jakarta:

Salemba Empat.

Hunger, J. David,danWheelen, L.

Thomas.2003.Manajemen

Strategis.Yogyakarta: Andi.

Jatmiko, RD. 2003. Manajemen Strategik.

Malang: UMM Press.

Juliandi, azuar. 2013. Metode Penelitian K

uantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis.

Medan: M2000.

Madjid, M dkk.2010. Kesuburan Tanah

dan Pemupukan. Medan: USU Press.

Moleong, lexy. 2006. Metodologi Peneli

tian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Pardede, M Pontas.2011.

Manajemen Strategik & Kebijakan

Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Rangkuti, Freddy. 2001.Analisis SWOT:

Tenik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

______________.2009.Analisis SWOT:

Tenik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rosmarkan, Afandie dan Yuwono, Widya,

Nasih. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.

Yogyakarta: Kanisius.

Singarimbun, Masri.1995.Metode Penelitian

survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES

Indonesia.

Jurnal Bisnis Corporate | 37

Solihin, Ismail. 2006. Pengantar Bisnis.

Jakarta: Kencana.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Peneliti

an Sosial : Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Umar, Husein. 2011.

Metode Penelitian untuk Skripsi dan T

esis Bisnis, Edisi Kedua. Jakarta:

Rajawali Press.

SumberSkripsi :

Audiansyah, Ferolly. 2008. Analisis SWOT

Pada Industri Kecil Penghasil Ulos

Di Tapanuli Utara. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Hutagalung, Yulie A.C. 2013. Strategi Peng

embangan Bisnis (Studi Pada Rumah

Makan Minang Setia Jl.

JaminGinting No. 326 Medan).

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Rukmini.2011. Analisis SWOT Dalam Mene

ntukan Strategi Pemasaran Pada

Rumah Makan Kamang Jaya Medan.

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Setiawan, Budi danFitriani, Dian. 2011.

Strategi Pengembangan Kios

pertanian (Studi Kasus Pada Kios

Resmi Pertanian Mitra Tani Di Desa

Plosogeneng

Kecamatan Jombang Kabupaten Jo

mbang).Malang:Universitas Brawija

ya.

Sianipar, Angreni.2013.Strategi Strength

Weakness Opportunity Threats

(SWOT) DalamPeningkatan Volume

Penjualan Pada Minimarket Surya

Swalayan Jl. Setia Budi

Medan.Medan: Universitas Sumatera

Utara.

SumberInternet:

carabelajarbisnisonline.org › peluangusaha

(diakses 6 februari 2014, pukul 12:09

WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian(diakse

s26 januari 2014, pukul 14:02WIB).

Kolomilmu.com (diakses23 Januari 2014,

pukul 12.30 WIB).

http://setkab.go.id/en/pro-rakyat-7868-deli-

serdang-lumbung-padi-sumatera-

utara.html (diakses 10 Mei 2014,

pukul 11:39 WIB).

Jurnal Bisnis Corporate | 38

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH

KONSUMEN PADA 96 BAKERY

Oleh

M. Nursidin, MM

ABSTRACT

This study aims to identify marketing strategies that had been done by business owners in

marketing their products through social media 96 Bakery instagram and to determine whether

there is an increase in the number of consumers in 96 Bakery business. Data and information

research consisted of primary data collected directly through 96Bakery business owners are

Arlene Natasha and secondary data collected through 96 Bakery product buyers. The method

used in this study is associative research with quantitative approach to collecting data through

interviews, questionnaires and literature. This study has a variable X marketing strategy by

using the marketing mix 4P indicator variable Y and increase the number of consumers with

AIDA technique to determine the extent to which social media can be utilized by 96 bakery in

marketing their products and increase the number of consumers. From the calculation of simple

linear regression, obtained Y = 12 754 + 0.007X means if the marketing strategy is constant,

then there will be an increasing number of consumers at 12 754 and if the marketing strategy is

increased 1 times the increase in the number of consumers of 0.007. Of t test t value obtained for

variable marketing strategy (6.022) is greater than the value of t table (1.9905), or sig. t for the

variables of marketing strategy (0.000) is smaller than alpha (0:05). So, for variables

significantly influence the marketing strategies in increasing the number of consumers against

96Bakery home industry.

Keywords: Marketing Strategy, increasing the number of consumers.

A. PENDAHULUAN

Pada saat ini sudah terbentuk segmen

pasar yang disebut “Emerging Global

Market”, yaitu tersedianya pasar yang

memberikan produk serta pelayanan serba

cepat dan kondisi pasar tidak lagi menuntut

terjadinya pertemuan langsung antara

penjual dan pembeli pada transaksi jual beli.

Hal tersebut didukung dengan

perkembangan jaringan teknologi yang

semakin pesat, dimana teknologi tersebut

memberikan kemudahan bagi masyarakat

melalui aplikasi dan media-media yang

disajikan, seperti media sosial maupun

media elektronik yang dapat diakses dengan

bebas oleh siapa saja dan kapan saja.

Pada abad 21 ini, permintaan

konsumen terhadap produk tidak hanya

keinginan terhadap ketersediaan produk

yang memiliki kualitas saja, namun yang

lebih penting adalah kemudahan dalam

mendapatkan dan memakai produk tersebut.

Kemudahan yang dimaksud adalah

bagaimana cara pelanggan untuk dapat

mengetahui dan juga mengakses informasi

terhadap produk yang diinginkannya dengan

Jurnal Bisnis Corporate | 39

cara yang cepat tanpa perlu membutuhkan

waktu yang lama.

Perkembangan teknologi yang

semakin pesat menjadi salah satu faktor

pendukung atas kemudahan yang didapat

oleh konsumen dalam memenuhi

kebutuhannya. Jejaring sosial hadir sebagai

salah satu bagian dari perkembangan

teknologi yang dapat menghubungkan

secara instant antara satu individu dengan

individu lain dengan menggunakan jaringan

internet melalui berbagai media sosial yang

tersedia dan dapat diakses oleh setiap orang

yang telah memiliki akun dalam media

sosial tersebut.

Media sosial adalah sebuah media

online yang dapat digunakan oleh para

pengguna gadget sehingga para

penggunanya bisa dengan mudah

berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi

dalam berbagai media sosial yang telah

tersedia meliputi blog, jejaring sosial, wiki,

forum dan dunia virtual. Seiring

berkembangnya waktu, media sosial kini

telah menjadi salah satu sarana yang

digunakan oleh para wirausahawan dalam

mempromosikan produk usahanya. Selain

itu, media sosial kini menjadi salah satu

sarana bagi para wirausahawan untuk

membuka toko online untuk lebih

mengembangkan pemasaran atas usaha yang

dimilikinya.

Home industry merupakan salah satu

kegiatan usaha dagang dalam skala kecil

yang dimiliki oleh seorang individu maupun

kelompok, dimana kegiatan produksi dari

produk yang akan dihasilkan berpusat pada

rumah dari pemilik usaha tersebut.

Walaupun masih dalam kegiatan usaha

bisnis skala kecil, produk home industry

diharapkan mampu menjadi produk yang

berkualitas dan dapat bersaing dengan

produk bisnis lain yang lebih besar sehingga

dapat dikenal masyarakat luas. Untuk itu,

diperlukan strategi pemasaran yang efektif

dalam memperkenalkan dan memasarkan

produk home industry dikalangan

masyarakat umum.

Salah satu upaya pemasaran yang

dapat digunakan oleh para pemilik home

industry dalam memasarkan produk usaha

mereka adalah dengan menggunakan media

sosial sebagai sarana pemasaran bagi produk

usaha tersebut. Media sosial seperti

facebook, twitter, instagram dan media

sosial lain yang telah memiliki banyak

pengguna telah menjadi tempat dimana

siapa saja bisa masuk dan mempublikasikan

apa saja yang menjadi keinginan dari setiap

pemilik akun tersebut.

Strategi merupakan proses yang

memegang peranan penting dalam

memasarkan barang kepada konsumen

karena setiap usaha mempunyai peluang

yang sama dalam memproduksi barang atau

jasa. Disamping itu, pemasaran berfungsi

untuk mendekatkan jarak antara produsen

dan konsumen. Dengan memproduksi

barang dan jasa, perusahaan berusaha untuk

meningkatkan penjualan dengan cara dan

strategi yang tepat. Untuk merebut

pelanggan sebanyak mungkin, setiap

perusahaan memiliki cara dan strategi yang

berbeda.

Berdasarkan hasil penelusuran yang

telah dilakukan. Adapun penelitian tersebut,

antara lain:

Arik Adi Wijaya (2013) dengan judul

penelitian “Analisis Strategi Pemasaran

Makanan Tradisional (Studi Kasus Pada

Home Industry Rengginang Halimatus

Sa’diyah Kalibaru Di Kabupaten

Banyuwangi)”. Dari hasil penelitian

diketahui bahwa startegi pemasaran yang

dilakukan saat ini dalam memasarkan

produk rengginang yaitu dengan pemasaran

langsung dan tidak langsung.

Pemasaran langsung dilakukan dengan

cara konsumen dapat datang langsung ke

rumah pemilik untuk membeli rengginang

Jurnal Bisnis Corporate | 40

dan dapat juga dengan memesannya melalui

telepon. Pemasaran tidak langsung yang

dilakukan yaitu memasarkan produknya

dengan menitipkannya ke toko-toko dan

minimarket yang ada di pasar daerah

Kalibaru.

Quory Ekira Xanthorrhiza (2013)

dengan judul penelitian “Strategi pemasaran

one stop shopping dalam meningkatkan

tingkat kepuasan konsumen di Plaza

Millenium”. Dari hasil penelitian, diketahui

bahwa Strategi pemasaran one stop

shopping yang memiliki indikator yang

terdiri dari pelayanan, kelengkapan produk,

dan fasilitas berpengaruh positif dalam

meningkatkan tingkat kepuasan konsumen

yang merupakan para pengunjung Plaza

Millenium. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil persamaan regresi yang telah diuji

didalam penelitian ini, yang dapat

disimpulkan bahwa jika strategi pemasaran

one stop shopping ditingkatkan, maka

kepuasan konsumen akan meningkat.

Meilinda Sari (2007) dengan judul

penelitian “Analisis Strategi Strategi

Pemasaran Jasa Yang Mempengaruhi

Peningkatan Jumlah Pelanggan Di Rumah

Makan Mie Ayam Jamur H. Mahmud

S”.Dari hasil penelitian diketahui bahwa

strategi pemasaran jasa yang dilakukan oleh

pemilik rumah makan Mie Ayam Jamur H

Mahmud S sangat berperan besar terhadap

upaya peningkatan jumlah pelanggan usaha

miliknya. Hasil tersebut diketahui melalui

kuisioner yang telah dibagikan kepada

konsumen.Namun, Pemilik rumah makan

juga harus memperhatikan faktor Strategi

pemasaran jasa untuk dapat meningkatkan

jumlah pelanggan.

Jeane D Kaunang (2012) dengan judul

penelitian “Strategi Pemasaran Industri

Rumah Tangga Gula Aren di Kota

Tomohon”. Dari hasil penelitian diperoleh strategi pemasaran industri rumah tangga

gula aren di Kota Tomohon sebagai berikut

:

1. Peningkatan kualitas produk

dengan membuat kemasan yang

higienes dan lebih menarik dari

produk sejenis lainnya,

2. Penetapan harga yang berorientasi

biaya,

3. Promosi dengan membuat brosur

melalui kerjasama dengan dinas

pariwisata dan perhotelan ataupun

melakukan promosi melalui

internet,

4. Membangun dan meningkatkan

kerjasama kemitraan usaha dengan

perusahaan makanan/minuman dan

supermarket,

5. Perluasan jaringan pemasaran

dengan memanfaatkan jaringan

teknologi informasi.

Pudjo Nugroho (2010) dengan judul

penelitian “Strategi Pemasaran Usaha

Risoles Bunda Bogor”. Dari hasil penelitian,

diketahui bahwa Strategi pemasaran yang

dilakukan oleh Risoles Bunda Bogor dengan

melakukan Strategi Perluasan Pasar.

Rencana perluasan pasar sebagai langkah

dalam mengembangkan usaha dilakukan

dalam 2 tahap. Langkah – langkah dalam

perluasan pasar ini diawali dengan

melakukan kegiatan segmentasi pasar, target

pasar dan memposisikannya agar produk

yang ditawarkan diterima oleh konsumen.

Meskipun termasuk kategori Usaha Mikro,

Risoles Bunda membutuhkan rencana usaha

yang meliputi kegiatan sebagai berikut :

membuat ringkasan eksekutif, menyusun

diskripsi perusahaan, menetapkan target

pasar, kompetisi, menyusun rencana

pemasaran dan penjualan, operasional,

struktur manajemen, perkembangan masa

depan dan keuangan. Setelah penyusunan

rencana usaha maka hasil dari analisa

kelayakan usaha tersebut adalah sebagai

dasar pengembangan usaha dimasa akan

datang. Kesimpulan dari analisa tersebut

Jurnal Bisnis Corporate | 41

merupakan tolok ukur atas keberhasilan

usaha.

B. METODOLOGI

Bentuk penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

penelitian asosiatif dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat bagaimana suatu variabel memiliki

hubungan atau keterkaitan dengan variabel

lain.

Pendekatan kuantitatif merupakan

suatu penelitian yang didasari oleh ilmu

yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris,

teramati terukur, menggunakan logika

matematika dan membuat generalisasi atas

rerata. Penelitian Kuantitatif menekankan

analisisnya pada data – data numerikal

(angka) yang diolah dengan metode

statistika.

C. PEMBAHASAN

Di era perkembangan teknologi

yang semakin meningkat, dunia usaha bisnis

juga mengalami perkembangan yang

signifikan. Para pebisnis yang dulu harus

melakukan pertemuan secara langsung

dalam memasarkan produknya, dimasa

sekarang ini para pebisnis tersebut tidak

harus bertemu secara langsung dengan

konsumennya dikarenakan bantuan dari

perkembangan teknologi. Dengan adanya

media sosial yang memberikan fasilitas dan

kemudahan dalam aspek komunikasi,

sehingga dapat dimanfaatkan oleh para

usahawan untuk mempromosikan bisnisnya.

Usaha Home Industry Online Bakery

Shop 96Bakery yang dimiliki oleh Arlene

Natasha juga memanfaatkan media sosial

Instagram dalam aspek pemasaran

produknya, antara lain brownies dan cake.

Arlene memanfaatkan fasilitas upload foto

yang dimiliki oleh Instagram untuk

menampilkan hasil foto terbaik yang

dimiliki oleh 96Bakery untuk dapat menarik

perhatian para pengunjung instagram akun

miliknya maupun akun 96Bakery, sehingga

pengunjung tertarik untuk mencoba dan

membeli produk brownies dan cake home

made buatan Arlene tersebut.

Walaupun hanya memasarkan

produknya secara online, namun usaha

bisnis 96Bakery ini telah cukup dikenal oleh

masyarakat kota Medan. Ditengah semakin

maraknya usaha bisnis kuliner dikota Medan

baik, 96Bakery dapat mampu bersaing

dengan produk pesaing lain yang dipasarkan

di kalangan masyarakat umum.

Bentuk penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

penelitian asosiatif dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan

penelitian yang dilakukan untuk melihat

bagaimana suatu variabel memiliki

hubungan atau keterkaitan dengan variabel

lain. Pendekatan kuantitatif merupakan

suatu penelitian yang didasari oleh ilmu

yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris,

teramati terukur, menggunakan logika

matematika dan membuat generalisasi atas

rerata. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat bagaimana suatu variabel memiliki

hubungan atau keterkaitan dengan variabel

lain.

Dari hasil kuesioner yang dibagikan

oleh peneliti kepada 80 responden, dapat

disimpulkan bahwa produk buatan dari

96Bakery baik brownies maupun cake

memiliki cita rasa khas tersendiri, didukung

dengan desain dan pengemasan yang

menarik yang dibuat oleh pemilik 96Bakery

yaitu Arlene, sehingga semakin menarik

minat konsumen untuk membeli produk

tersebut dan menambah jumlah konsumen

dari 96Bakery.

Media Sosial Instagram sebagai sarana

utama strategi pemasaran yang digunakan

oleh 96Bakery sangat berperan aktif dan

memberikan dampak positif terhadap

Jurnal Bisnis Corporate | 42

kemajuan dari 96Bakery, didukung dengan

promosi-promosi yang aktif dilakukan

melalui instagram dan juga promosi melalui

“name card”, memberikan nilai tambah

tersendiri terhadap usaha home industry

96Bakery sehingga menjadi salah satu

online bakery shop yang dikenal di kota

Medan.

Dari hasil persamaan regresi sebesar Y

= 12,754 + 0,007 X artinya apabila Strategi

pemasaran konstan, maka akan ada

keputusan pembelian sebesar 12,754 dan

apabila Strategi pemasaran dinaikkan 1 kali

maka pengambilan keputusan pembelian

akan meningkat sebesar 0,007.

Pengaruh Strategi pemasaran

berpengaruh singnifikan terhadap keputusan

pembelian karena t hitung untuk variabel

Strategi pemasaran (6.022) lebih besar

dibandingkan dengan nilai t tabel(1.9905),

atau nilai sig. t untuk variabel Strategi

pemasaran. (0.000) lebih kecil dari alpha

(0.05).

D. KESIMPULAN Hipotesis penelitian yang berbunyi

“strategi pemasaran secara parsial memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel terikat (Y) yaitu meningkatkan

jumlah konsumen” dapat dibuktikan secara

benar.

Untuk mengetahui adanya hubungan

antara strategi pemasaran terhadap

meningkatkan jumlah konsumen dibuktikan

dengan perhitungan antara variabel bebas

(X) dan variabel terikat (Y) dengan harga t-

hitung 6.022. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang positif antara

Strategi pemasaran terhadap keputusan

pembelian

Untuk melihat pengaruh variabel

bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) maka

diperoleh model persamaan regresiY =

12,754 + 0,007 X artinya apabila strategi

pemasaran konstan, maka akan ada

keputusan pembelian sebesar 12,754 dan

apabila Strategi pemasaran dinaikkan 1 kali

maka keputusan pembelian akan meningkat

sebesar 0,007. Maka dapat disimpulkan

semakin besar strategi pemasaran yang

dilakukan 96Bakery, maka akan

meningkatkan jumlah konsumen terhadap

home industry 96 Bakery.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :

Suatu Pendekatan Praktis edisi revisi IV,

Jakarta: Rineka Cipta.

Assael.2002.Consumer Behavio.Edisi

Bahasa Indonesia. New Jersey: Prentice-

Hall Inc.

E. Jerome. McCarthy dan William D.

Perreault, Jr,. 2008. Pemasaran Dasar

Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat

Gulitinan, Joseph P. dan Paul, Gordon W.

1990. Strategi Dan Program Manajemen

Pemasaran. Jakarta : Erlangga

Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi

Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu

Bisnis. Medan : M2000

Khotijah, Siti. 2004. Smart Strategy of

“Marketing” Persaingan Pasar Global.

Bandung : CV Alfabeta

Kotler, Philip dan Armstrong, Gery. 1997.

Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta:

Prenhallindo

Kotler, Philip dan Armstrong, Gery.

2001.Prinsip-Prinsip Pemasaran..Jilid 1.

Edisi Kedelapan.Erlangga : Jakarta.

Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2008.

Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-12

Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Mowen, John C. dan Minor, Michael.2001.

Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta :

Erlangga

Nasution, M Arif. dkk. 2008. Metodologi

Penelitian. Medan : Fisip USU

Jurnal Bisnis Corporate | 43

Rangkuti, Freedy. 2004. Creating Effective

Marketing Plan. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama

Sarjono, Haryadi dan Julianita, Winda.

2011. Spss vs likert, sebuah pengantar

aplikasi untuk riset. Jakarta : Salemba 4

Supranto, J dan Limakrisna, Nandan. 2011.

Prilaku Konsumen dan Srategi

Pemasaran. Jakarta : Mitra Wacana

Media

Swada, Basu dan Irawan. 2002. Manajemen

Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.

Umar, Husein. 2008. Strategic management

in action. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Wirartha, I Made. 2006. Metodologi

Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta :

CV Andi Offset.

Skripsi dan Jurnal :

Arik Adi Wijaya,“Analisis Strategi

Pemasaran Makanan Tradisional (Studi

Kasus Pada Home Industry Rengginang

Halimatus Sa’diyah Kalibaru Di

Kabupaten Banyuwangi)” (Universitas

Jember 2013)

Jeane D Kaunang, “Strategi Pemasaran

Industri Rumah Tangga Gula Aren di

Kota Tomohon”. (UNSRAT 2012)

Meilinda Sari, “Analisis Strategi Bauran

Pemasaran Jasa Yang Mempengaruhi

Peningkatan Jumlah Pelanggan Di

Rumah Makan Mie Ayam Jamur H.

Mahmud S” (USU 2007)

Pudjo Nugroho, “Strategi Pemasaran Usaha

Risoles Bunda Bogor”. (UI 2010)

Qoury Ekira Xanthorrhiza, “Strategi

Pemasaran One Stop Shopping dalam

meningkatkan tingkat kepuasan

konsumen di Plaza Millenium” (USU

2013)

Website :

www.repository.usu.ac.id (diakses pada 20

Januari 2014 pada pukul 22.15)

www.lontar.ui.ac.id (diakses pada 17 Januari

2014 pada pukul 23.05)

Jurnal Bisnis Corporate | 69

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DALAM UPAYA

MENINGKATKAN USAHA

oleh

Dr. Ilham Ritonga, MM

ABSTRACT

This is done to determine the appropriate business development strategies for Sop

Saudara Restaurant in Jalan Ringroad Medan. Formulation of the problem in this study was to

determine what internal factors into the strengths and weaknesses of Soup Restaurant brother,

knowing what external factors into the opportunities and threats of Soup Restaurant brother,

knowing how SWOT analysis on Sop Saudara Restaurant, and knowing how business

development the Sop Saudara Restaurant. The method used is descriptive qualitative method.

Data were obtained from observations, interviews and literature study. Analysis using SWOT

analysis. Informants in this study amounted to 5 people. The use of informants using purposive

sampling. The results show that the strategy needs to be applied to business development

strategies Sop Saudara Restaurant is an aggressive strategy of creating a strategy that uses force

to take advantage of opportunities.

Keywords: Business Strategy, SWOT analysis

A. PENDAHULUAN

Seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk di negara ini yang tidak di

imbangi dengan bertambahnya jumlah

lapangan kerja menyebabkan meningkatnya

pengangguran. Sedangkan masyarakat

membutuhkan lapangan pekerjaan untuk

memenuhi kebutuhannya. Sehingga mereka

mencari jalan untuk keluar dari masalah

tersebut agar dapat memenuhi kebutuhanya.

Karena sedikitnya lapangan kerja mendesak

mereka untuk berfikir sekreaktif mungkin

dengan membuka usaha sendiri. Saat ini

usaha–usaha kecil sudah bermunculan,

dengan melihat tren life style masyarakat

yang cenderung konsumtif yang ditandai

dengan tumbuh pesatnya berbagai macam

bidang usaha jasa dan perdagangan salah

satunya adalah di bidang usaha jasa kuliner.

Kebanyakan pelaku usaha lebih memilih

usaha kecil agar para konsumen dapat

membeli suatu barang atau apapun yang

dijual si pengusaha dengan harga yang

ekonomis bagi masyarakat banyak. Biasanya

pelaku usaha membuka usaha yang sudah

dibuka terlebih dahulu oleh pelaku usaha

lain dengan maksud mencari usaha yang

gampang dan sudah mengetahui berapa

keuntungan ataupun kerugiannya.

Usaha Kecil menurut Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian

Jurnal Bisnis Corporate | 70

baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang

memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau mememiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00(tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah). Kedua, menurut

kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha

kecil identik dengan industri kecil dan

industri rumah tangga. Biro Pusat Statistik

mengklasifikasikan industri berdasarkan

jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah

tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2)

industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3)

industri menengah dengan pekerja 20-99

orang; (4) industri besar dengan pekerja 100

orang atau lebih (BPS, 1999: 250).

Usaha kuliner saat ini memang

banyak digemari orang. Dikarenakan juga

omset yang dihasilkannya sangat

menggiurkan. Banyak orang memilih usaha

makanan ini, karena usaha ini benar–benar

bisa memberi penghasilan diatas rata–rata.

Budaya kuliner juga kini mulai

menunjukkan kemajuan. Semakin banyak

para pelaku bisnis saling bersaing untuk

membangun usaha kuliner. Berbagai macam

jenis usaha jasa kuliner seperti warung kaki

lima, restoran, kedai, dengan berbagai varian

menu kian berkembang. Di daerah

perkotaan, restoran telah menjadi gaya hidup

yang menawarkan pemenuhan kebutuhan

pangan sekaligus kenyamanan bagi

pengunjungnya. Restoran sebagai salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang usaha

makanan, berusaha untuk menawarkan

sesuatu yang unik dan diharapkan dapat

menjaring konsumen lebih banyak lagi.

Dengan berupaya mempertahankan

pelayanan yang memadai ataupun

meningkatkan pelayanannya walau harus

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Walaupun demikian, keluhan dari pihak

konsumen masih tetap ada misalnya

konsumen merasa kurang puas atas

pelayanan yang diberikan dalam arti terjadi

ketidaksesuaian atau ketidakselarasan antara

harapan dan tuntutannya. Tuntutan itu

meliputi kecepatan penyajian makanan,

kebersihan ruangan, kenyamanan tata letak,

keramahan pramusaji dan sebagainya.

Restoran juga dianggap mampu memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat perkotaan

yang menyukai sesuatu yang praktis.

Kesibukan masyarakat khususnya di kota-

kota besar dengan pekerjaan sehari-hari

yang menyita banyak waktu, menyebabkan

mereka tidak memiliki cukup waktu untuk

menyiapkan makanan, sehingga

menimbulkan kebiasaan baru yaitu makan

diluar rumah.

Dari segi bisnis untuk menghadapi

persaingan, para pelaku bisnis harus terus

dituntut untuk menemukan dan

membutuhkan strategi yang tepat, untuk

mengantisipasi, mempertahankan usaha

mereka dan dapat unggul dalam menghadapi

persaingan disekitarnya. Peningkatan jumlah

pelaku bisnis restoran tentunya

menimbulkan persaingan tersendiri, mulai

dari penataan restoran, karakteristik produk,

strategi pemasaran, pelayanan, yang

tujuannya untuk menarik konsumen. Tetapi

bagaimana dengan pelaku usaha yang

memiliki kreatifitas lain, dengan tidak

mengikuti tren sekarang ini secara tidak

langsung, dan tetap mengandalkan cita rasa

makanan khas daerahnya. Keadaan ini

dialami dan dilakukan juga oleh Rumah

Makan Sop Saudara di Jalan Ringroad.

Dengan memperhatikan kepuasan dari

konsumen atau masyarakat merupakan

tujuan utama. Tidak hanya mengandalkan

cita rasa yang berbeda dengan rumah makan

lain tetapi rumah makan ini akan menarik

Jurnal Bisnis Corporate | 71

minat konsumen dikarenakan jarang terdapat

di kota-kota besar dan masyarakat sangat

jarang mencicipi makanan khas ini. Maka

dari itu setiap usaha harus memiliki strategi

– strategi untuk mempertahakankan

eksistensinya.

Kurangnya strategi yang tepat, dapat

mengakibatkan usaha tersebut tidak bertahan

lama dalam menjalankan kegiatan usahanya

apalagi berkembang menjadi usaha yang

besar. Sebab umumnya orang tidak sabar

dalam menghadapi masa-masa sulit di

awalnya. Dalam hal ini mental yang menjadi

prioritas utama. Mental harus dipersiapkan

dengan benar sehingga terjun ke dunia bisnis

penuh dengan optimisme yang tinggi. Upaya

mengembangkan usaha kecil memang tidak

mudah untuk menjadi usaha yang besar.

Untuk berkembang menjadi perusahaan

yang besar dibutuhkan waktu yang banyak,

tekad, tenaga, fikiran, kesabaran, kerja keras

dan tentunya beberapa strategi untuk

mengembangkan dan mempertahankan

usaha tersebut. Motivasi juga menjadi

pilihan lain bagi para pelaku usaha, apalagi

dengan kondisi usahanya yang sedang

goyang. Motivasi, kritik, dan saran harus

didapatkan si pelaku bisnis agar usaha yang

dijalankannya tidak terkesan monoton.

Dengan demikian perencanaan

strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang

dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang

terjadi”. Tetapi kecepatan inovasi pasar baru

dan perubahan pola konsumen memerlukan

kompetensi inti (core competencies).

Perusahaan perlu mencari kompetensi inti

di dalam bisnis yang dilakukan. Selain

memerlukan strategi, kemampuan

melakukan inovasi yang dilakukan para

pelaku usaha dalam menjalankan usahanya

juga sangat penting. Para pelaku usaha juga

dituntut untuk terampil dan kreatif dalam

mengembangkan ide didalam fikirannya.

Tak hanya itu, pada suatu tempat usaha,

strategi pemasaran juga harus dipikirkan

dengan baik oleh pemilik tempat usaha dan

seluruh pegawainya agar dapat memasarkan

suatu produk yang berkualitas yang dapat

dikonsumsi oleh seluruh kalangan dan

lapisan masyarakat masa kini. Pemberian

pelayanan pada konsumen, harga yang

terjangkau, serta tempat yang strategis

merupakan hal–hal yang diperhatikan

konsumen dalam memilih tempat yang

cocok dan sesuai. Pelaku bisnis harus dapat

membaca minat masyarakat sehingga tempat

usaha tersebut dapat memberikan produk

serta pelayananan yang terbaik bagi para

konsumennya.

Dalam hal melaksanakan

pengembangan usaha, Restoran Sop Saudara

di Jalan Ringroad membutuhkan strategi

agar tidak salah dalam pengambilan

keputusan. Strategi dalam pengembangan

usaha itu harus dipersiapkan dengan baik

agar dapat memenangkan persaingan

sehingga tujuannya dapat tercapai.

Kurangnya strategi yang dimiliki membuat

Restoran Sop Saudara tidak memiliki

banyak keunggulan yang kompetitif

dibanding usaha sejenisnya. Banyak

hambatan-hambatan yang dihadapi seperti

kekurangan modal, tenaga kerja yang ahli

atau terampil, kinerja keuangan usaha yang

buruk , dan sebagainya . Tetapi hambatan-

hambatan itu semua dapat diatasi dengan

cara mengembangkan dan menerapkan

strategi pengembangan usaha yang baik.

Pengembangan usaha bukan saja dibarengi

dengan modal yang banyak atau tenaga kerja

yang terampil, tetapi juga harus dibarengi

dengan niat dari diri sendiri. Dengan niat

yang sungguh–sungguh dapat

mengembangkan usaha tersebut menjadi

lebih besar. Jika tidak mengembangkan

usaha dengan sungguh-sungguh maka

sebaliknya usaha tersebut akan bangkrut.

Selain itu, Restoran Sop Saudara juga

menganut sistem manajemen bisnis

Jurnal Bisnis Corporate | 72

keluarga. Dalam hal ini Restoran Sop

Saudara harus memiliki pemikiran untuk

mengembangkan usaha untuk meningkatkan

usahanya agar menjadi lebih baik

kedepannya.

Sebuah bisnis keluarga banyak yang

akhirnya gagal karena manajemen yang

tidak profesional dan tidak memiliki

landasan budaya perusahaan yang kuat.

Seperti organisasi lainnya, bisnis keluarga

mengembangkan cara tertentu dalam

menjalankan usahanya yang memberikan

keunikan tersendiri pada perusahaan. Pola

perilaku yang khusus dan unik akan

membentuk budaya perusahaan. Oleh karena

itu, Restoran Sop Saudara membutuhkan

strategi pengembangan usaha dalam upaya

untuk mengembangkan usaha nya.

Berdasarkan dari penelitian

terdahulu yang telah dijelaskan diatas dan

banyak membahas tentang strategi

pengembangan usaha yang berhubungan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti maka, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Strategi Pengembangan Usaha

Dalam Upaya Meningkatkan Usaha”.

B. METODOLOGI

Bentuk penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan analisa

kualitatif. Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi yang alamiyah

(sebagai lawan dari eksperimen) di mana

peneliti adalah sebagai instrument kunci,

pengambilan sampel/sumber data dilakukan

secara purposive dan snowball, teknik

pengumpulan data dengan triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif dan hasil penelitiannya

lebih menekankan pada makna dari pada

generalisasi. Pada penelitian kualitatif,

penelitian dilakukan pada objek yang

alamiah maksudnya, objek yang

berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi

oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

begitu mempengaruhi dinamika pada objek

tersebut.

C. PEMBAHASAN

Berikut adalah data yang diperoleh

peneliti dari hasil observasi dan wawancara

yang terdiri dari aspek pemasaran, aspek

produksi/operasional, aspek keuangan,

aspek persaingan dan aspek kebijakan pada

Restoran Sop Saudara, yaitu:

1. Aspek Pemasaran

a. Lokasi strategis

Restoran Sop Saudara berlokasi di Jalan

Ringroad No. 16 Medan. Restoran ini

Memiliki lokasi yang strategis karena

bangunannya berada di jalan lintas yang

dilalui banyak kenderaan. Daerah ini juga

merupakan daerah baru sentra kuliner di

Medan dan lokasi yang mudah pula untuk

dijangkau

b. Fasilitas

Restoran ini memiliki fasilitas yang umum

yang dimiliki oleh restoran, yaitu 1 buah

kamar mandi, ketersedian bangku dan meja

yang cukup, 1 unit televisi, 2 buah kipas

angin, dan semua fasilitas tersebut dalam

kondisi baik. Akan tetapi ada beberapa

fasilitas yang kurang memadai yang bisa

membuat jadi kelemahan pada restoran Sop

Saudara ini seperti misalnya, lahan parkir

yang kurang luas. Apabila banyaknya

Jurnal Bisnis Corporate | 73

pengunjung yang datang, maka tak jarang

pengunjung tersebut parkir di bahu jalan.

c. Variasi menu

Restoran ini menyajikan 8 jenis menu

makanan utama yang merupakan olahan

daging sapi, ayam, dan juga ikan dan 3 jenis

makanan tambahan. Adapun jenis makanan

utama tersebut adalah Sop Konro, Coto

Makassar, Konro Bakar, Pallu Mara, Pallu

Basa, Pallu Kaloa, Ikan Pepes, dan Ayam

Goreng Makassar. Adapun jenis makanan

tambahan yaitu Barongko yang diolah dari

pisang, Jalangkotek, dan Batagor Makassar.

Sedangkan untuk menu minuman, restoran

ini menyediakan Es Pisang Ijo, Es Pallu

Butung, aneka jus, soft drink, teh manis

hangat, teh manis dingin, kopi, lemontea,

dan bandrek.

Dari hasil wawancara (terlampir)

menunjukkan bahwa semua informan

mengatakan restoran ini sangat memiliki

makanan khas Makassar yang lengkap dan

memiliki ciri khas yang berbeda, ini juga

bisa menjadi salah satu kekuatan untuk

restoran ini.

d. Harga yang ditawarkan sedikit tinggi

Harga merupakan salah satu faktor

pertimbangan pembeli dalam melakukan

keputusan pembelian. Tapi untuk di

Restoran Sop Saudara yang sedikit mahal

tidak mengurangi keinginan konsumen

untuk datang lagi ke Restoran Sop Saudara.

Salah seorang informna mengatakan harga

yang ditawarkan cukup mahal tapi

sebanding dengan kualitas yang dihasilkan.

Dilihat dari bahan baku yang menggunakan

daging sapi dan fluktuasi harga bahan baku

juga yang menyebabkan harga ditawarkan

sedikit tinggi.

Harga makanan yang ditawarkan di

restoran ini dimulai dari harga Rp. 2.000 –

Rp. 30.000. sedangkan untuk minuman

dimulai dari harga Rp. 4.000 – Rp. 12.000

harga tersebut kompetitif dengan restoran

yang untuk dimulai dari kelas menengah

keatas.

e. Pengunjung mayoritas mengetahui

restoran saat melewati jalan Ringroad

Pengunjung restoran ini mayoritas

orang yang sedang lewat di jalan Ringroad.

Tidak ada promosi khusus yang dilakukan

oleh restoran ini. Promosi yang dilakukan

hanyalah mengandalkan penggunaan

spanduk di depan rumah makan. Kondisi ini

adalah kelemahan yang tingi untuk restoran

tersebut. Padahal promosi yang sangat

gencar dapat menarik lebih banyak pembeli.

Rata – rata pengunjung per harinya adalah

untuk di hari senin sampai kamis 50 – 100

orang dengan tingkat kunjungan tertinggi.

Di hari jumat, sabtu dan minggu dapat

mencapai 75 – 150 orang dengan tingkat

kunjungan tertinggi terjadi pukul 12.00

WIB dan 20.00 WIB.

2. Aspek Produksi/Operasional

a. Makanan berkualitas

Restoran ini memiliki resep

tersendiri, yakni resep yang diperoleh dari

orangtua pemilik. Untuk menjaga rasa yang

dihasilkan, pemilik memilih bahan baku

yang berkualitas agar tidak mengecewakan

pelanggan dan memiliki rasa yang sama

setiap harinya. Menurut para pembeli,

kualitas makanan yang dihasilkan oleh

restoran ini sangat khas dan memiliki cita

rasa yang baik ini merupakan kekuatan yang

baik untuk restoran ini.

b. Bahan baku dan peralatan memadai

Jurnal Bisnis Corporate | 74

Pemilik restoran ini memenuhi segala

kebutuhan bahan baku makanan dan

minuman sehingga produksi dapat berjalan

dengan lancar. Pemilik berbelanja

kebutuhan pasokan bahan baku setiap hari

agar semua bahan baku untuk makanan dan

minuman masih segar. Pemilik memasok

15-20 kilogram tulang iga sapi, 5 kilogram

daging sapi, 10 ekor ayam, 5 ekor ikan, dan

buah-buah segar untuk jus buah.

Ketersediaan bahan baku merupakan

faktor yang terpenting dalam kegiatan

produksi. Karena apabila bahan baku tidak

lengkap maka akan menghambat kegiatan

produksi. Untuk peralatan memasak dan

peralatan makanan yang dimiliki Restoran

Sop Saudara cukup memadai dan seluruh

peralatan dalam kondisi yang baik. Ini juga

bisa menjadi kekuatan untuk Restoran Sop

Saudara.

c. Pekerja memiliki keahlian di bidangnya

Koki utama pada restoran ini adalah

sang pemilik restoran ini sendiri. Beliau

sudah berpengalaman dalam hal masak –

memasak. Pemilik sudah mulai terjun dalam

usaha restoran pada tahun 2003-2004. Para

pelayan yang dpekerjakan juga bekas dari

pelayan-pelayan restoran. Namun, keahlian

yang dimiliki pemilik dan pekerja hanyalah

berdasarkan pengalaman tanpa mendalami

pengetahuan tentang pengelolaan yang baik.

Karena memperkerjakan orang yang ahli

akan lebih meningkatkan usaha dan

memperlancar kegiatan operasional

d. Pelayanan pelanggan yang baik

Pelayan yang ramah dan memuaskan

bisa menjadi salah satu kekuatan Restoran

Sop Saudara. Tak hanya ramah, pelayan di

Restoran Sop Saudara juga cepat tanggap

dalam menanggapi pesanan makan ditempat

ataupun bungkus.

e. Kurangnya disiplin pekerja

Pekerja terkadang suka telat bangun

dan kerap sekali memperpanjang sendiri

waktu liburnya. Semua pelayan di restoran

So Saudara tinggal di rumah pemilik atau

restoran ini. Tetapi hingga saat ini semua

permasalahan masih bisa di handle sendiri

oleh sang pemilik.

3. Aspek Keuangan

a. Manajemen keuangan lemah

Restoran ini tidak memiliki laporan

keuangan yang jelas. Hasil dari penjualan

langsung diberikan kepada pemilik sehingga

menurut pemilik tidak terjadi kecurangan

dari pekerja dan pemilik berangggapan soal

manajemen keuangan tidak begitu

dibutuhkan dalam usaha ini. Pemilik tidak

membagi keuntungan untuk kebutuhan

usaha dan kebutuhan pemenuhan hidup

keluarga secara tertulis. Bahkan untuk soal

listrik dan air soal pembayarannya

digabungkan dengan tempat tinggal.

Keadaan ini merupakan kelemahan yang

tinggi untuk suatu usaha.

b. Modal cukup

Pada restoran ini memiliki banyak

soal keuntungan. Seperti misalnya soal

tempat, restoran ini tidak perlu bayar uang

sewa tempat karena tempat yang digunakan

untuk restoran sekalian untuk tempat tinggal

pemilik.

4. Aspek Persaingan

a. Tidak ada usaha sejenis di sekitar lokasi

Disekitar daerah ringroad tidak ada

usaha yang sejenis Restoran Sop Saudara.

Kalaupun ada memang makanan yang

diolah sama-sama tulang iga sapi, tetapi

yang membedakan adalah soal khas nya. Hal

Jurnal Bisnis Corporate | 75

ini juga merupakan peluang yang baik untuk

restoran tersebut.

b. Kekuatan tawar menawar pembeli dan

pemasok rendah

Meski membeli dengan jumlah

banyak, akan tetapi pembeli jarang

melakukan negoisasi penurunan harga.

Biasanya yang melakukan negoisasi harga

adalah orang yang membooking tempat

mereka meminta sedikit pemotongan harga.

Untuk tawar menawar pemasok, restoran ini

memenuhi kebutuhan bahan bakunya di

Pasar Pringgan. Dalam memenuhi

kebutuhannya, pengelola memiliki pemasok

langganan.

c. Tinggi ancaman pesaing baru

Daerah di Jalan Ringroad semakin

berkembang. Apalagi ditambah dibangunnya

sebuah Mall Focal Point. Banyaknya para

pengusaha yang terus membuat tempat –

tempat makan baru ini akan menambah

banyaknya pesaing dan dikuatirkan antusias

masyarakat akan tempat baru akan

mengancam berjalannya usaha. Tingginya

ancaman pesaing baru salah satu termasuk

ancaman yang tinggi untuk eksistensi suatu

usaha.

5. Aspek Kebijakan

a. Harga bahan baku meningkat

Kenaikan harga bahan bakar minyak

memicu peningkatan harga bahan baku.

Kenaikan harga bahan baku dapat memicu

naiknya harga jual makanan. Tetapi, pemilik

tidak langsung menaikkan harga jual

makanan. Pemilik berusaha berfikir kreatif

agar harga yang dijual tidak ikut naik

dengan cara mengurangi porsi makanan.

Harga bahan baku yang naik ini juga

merupakan suatu ancaman bagi Restoran

Sop Saudara

b. Menetapkan Cash On Delivery

Pelanggan yang melakukan layanan

pemesanan dapat membayar setelah

makanan yang dipesan sampai. Tetapi,

layanan ini masih berlangsung bagi

pelanggan yang sudah dikenal baik dan

pelanggan tetap restoran saja.

Analisis data

Analisis Lingkungan Perusahaan

Analisis lingkungan adalah suatu

proses yang menggunakan perencanaan

strategi untuk memantau, mengevaluasi dan

penyebaran informasi dari keadaan eksternal

maupun internal. Penentuan strategi

perusahaan ditentukan oleh faktor utama

yaitu faktor lingkungan-lingkungan, maka

tujuan dari mempelajari lingkungan usaha

adalah (1) menentukan faktor kunci apa saja

yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari

perusahaan, untuk menentukan strategi

perusahaan yang akan dijalankan, dan (2)

menentukan faktor lingkungan yang akan

memberi peluang dan ancaman didalam

mencapai tujuan perusahaan.

Identifikasi Faktor internal Restoran Sop

Saudara

Berdasarkan analisis terhadap

lingkungan internal Restoran Sop Saudara,

maka dapat diidentifikasikan beberapa

faktor yang dapat menjadi faktor kekuatan

(strength) dan kelemahan (weakness) yang

dimiliki oleh Restoran Sop Saudara.

Sejumlah kekuatan dan kelemahan yang

diperoleh dari hasil analisis adalah sebagai

berikut:

Tabel. 1

Identifikasi Faktor Internal Restoran Sop

Saudara

Kekuatan Kelemahan

Jurnal Bisnis Corporate | 76

1. Letak

restoran yang

strategis dan

mudah

dijangkau

1. Pemasaran dan

promosi yang

cenderung pasif

(hanya

menggunakan

spanduK didepan

restoran

2. Pelayanan

kepada

konsumen

yang

memuaskan

2.Kurangnya

disiplin karyawan

3. Rasa dan

kualitas

produk yang

baik

3.Manajemen

keuangan lemah

4. Fasilitas yang

memadai

Faktor–faktor tersebut kemudian

dimasukkan kedalam matriks IFAS. Tahap-

tahap dalam menyusun tabel IFAS dengan

menggunakan faktor-faktor yang menjadi

strength serta weakness Restoran Sop

Saudara Medan, selanjutnya memberikan

bobot masing-masing faktor dari skala mulai

skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0

(sangat penting) dimana semua bobot

tersebut jumlahnya tidak melebihi skor total

1,00. Rating dari masing-masing faktor

dimulai dari skala 1 (dibawah rata-rata)

sampai 4 (sangat baik) berdasarkan kondisi

perusahaan. Nilai rating strength dan

weakness selalu bertolak belakang. Bobot x

rating merupakan perkalian antara keduanya

dimana totalnya menunjukkan bagaimana

perusahaan bereaksi terhadap lingkungan

internalnya. Adapun matriks IFAS dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel. 2

Matriks IFAS (Internal Factor Analysis

System)

Faktor-

faktor

Strategi

Eksternal

Bobot Rating Bobot x

Rating

Strength (S)

Letak

restoran yang

strategis dan

mudah

dijangkau

0,150 4 0,6

Pelayanan

kepada

konsumen

yang

memuaskan

0,125 4 0,5

Rasa dan

kualitas

produk yang

baik

0,140 4 0,56

Fasilitas

yang

memadai

0,125 2 0,25

Sub Total 0,540 1,91

Weakness

(W)

Pemasaran

dan promosi

yang

cenderung

pasif

0,185 3 0,555

Kurangnya

disiplin

karyawan

0,175 2 0,35

Manajemen

keuanagan

lemah

0,100 1 0,1

Sub Total 0,460 1,005

Dari hasil analisis pada matriks

IFAS, faktor strength mempunyai sub total

0,540 dimana faktor yang paling menonjol

adalah letak restoran yang strategis dan

mudah dijangkau sedangkan weakness

mempunyai sub total 0,460 dengan faktor

yang paling dominan adalah pemasaran dan

promosi yang cenderung pasif.

Identifikasi Faktor Eksternal Restoran

Sop Saudara

Berdasarkan analisis terhadap

lingkungan eksternal Restoran Sop Saudara,

Jurnal Bisnis Corporate | 77

maka dapat diidentifikasikan beberapa

faktor yang dapat menjadi faktor peluang

(opportunities), dan faktor ancaman

(threats) yang dimiliki oleh Restoran Sop

Saudara. Sejumlah peluang dan ancaman

yang diperoleh dari hasil analisis adalah

sebagai berikut:

Tabel. 3

Identifikasi Faktor Eksternal Restoran

Sop Saudara

Peluang Ancaman

1. Rendahnya

daya tawar

menawar

pembeli dan

penjual

(pembeli

tidak

melakukan

negoisasi

penurunan

harga dan

penjual

merupakan

langganan

tetap)

1. Tingginya

ancaman

pesaing

baru

(munculny

a tempat

makan

baru

disekitaran

jalan

Ringroad)

2. Menetapkan

Cash On

Delivery

(kemudahan

melakukan

pemesanan

antar dahulu

lalu bayar

ditempat)

2. Harga

bahan baku

yang

tidak stabil

3. Tidak ada

usaha sejenis

di sekitar

lokasi usaha

(Rumah

Makan Khas

Makassar)

Faktor-faktor tersebut dimasukkan

kedalam matriks EFAS. Tahap-tahap dalam

menyusun tabel EFAS dengan menentukan

faktor-faktor yang menjadi opportunity dan

threats Restoran Sop Saudara. Selanjutnya

memberikan bobot masing-masing faktor

dari skala mulai skala 0,0 (tidak penting)

sampai dengan 1,0 (sangat penting) dimana

semua bobot tersebut jumlahnya tidak

melebihi skor total 1,00. Rating dari masing-

masing faktor dimulai dari skala 1 (dibawah

rata-rata) sampai 4 (sangat baik)

berdasarkan kondisi perusahaan. Nilai rating

opportunity dan threat selalu bertolak

belakang. Nilai tertimbang rating merupakan

perkalian antara keduanya dimana totalnya

menunjukkan bagaimana perusahaan

bereaksi terhadap lingkungan internalnya.

Adapun matriks pembobotan EFAS dapat

dilihat pada tabel 4.5

Tabel. 4

Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis

Summary)

Faktor-faktor

Strategi

Eksternal

Bobot Rating

Bobot

x

Rating

Opportunities

(O)

Rendahnya

daya tawar

menawar

pembeli dan

penjual

0,1 1 0,1

Menetapkan

Cash On

Delivery

0,2 2 0,4

Tidak ada

usaha sejenis

disekitar

lokasi usaha

0,4 4 1,6

Sub Total 0,7 2,1

Threats (T)

Tingginya

ancaman

pesaing baru

0,1 3 0,3

Jurnal Bisnis Corporate | 78

Harga bahan

baku yang

tidak stabil

0,2 2 0,4

Sub Total 0,3 0,7

TOTAL 1,0 2,8

Dari hasil analisis pada matriks

EFAS, faktor Opportunities mempunyai sub

total 0,7 dimana faktor yang paling

menonjol adalah tidak adanya usaha sejenis

disekitar lokasi usaha sedangkan threats

mempunyai sub total 0,3 dengan faktor yang

paling dominan adalah harga bahan baku

yang tidak stabil.

Dari hasil pembobotan IFAS dan

EFAS maka diperoleh hasil seperti yang

terlihat pada tabel

Tabel. 5

Matriks IFAS+EFAS

Diketahui bahwa:

Strength+Opportunity > weakness+threat

Maka faktor strategis kekuatan dan peluang

mendukung tercapainya jalan ke luar dari

pokok permasalahan yang ada untuk

mendapatkan rekomendasi yang diharapkan.

Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal

maupun eksternal di atas maka strategi yang

harus diambil oleh pihak Restoran Sop

Saudara adalah strategi Agresif yaitu

menciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi ini didukung dengan melakukan

penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Dari hasil penggabungan IFAS dan

EFAS menunjukkan faktor strategis

kekuatan (strength) dan peluang

(opportunity) mendukung tercapainya jalan

ke luar dari pokok permasalahan yang ada

untuk mendapatkan rekomendasi yang

diharapkan. Sehingga strategi yang sesuai

adalah strategi SO.

Adapun Matriks SWOT Restoran Sop

Saudara dapat dilihat pada tabel

Tabel. 7

Matriks SWOT Restoran Sop Saudara

Sub Total Strength

= 0,54

Sub Total Weakness =

0,46

Sub Total Opportunity

= 0,7

Sub Total Threat =

0,3

Total S+O

= 1,24

Total W+T =

0,76

Jurnal Bisnis Corporate | 79

Untuk lebih jelasnya strategi pengembangan

usaha yang harus dilakukan Restoran Sop

Saudara adalah sebagai berikut:

a. Menambah fasilitas WIFI

dengan menambahkan fasilitas WIFI di

Restoran Sop Saudara maka akan

menjadi salah satu faktor untuk semakin

meningkatkan konsumen yang datang

ke Restoran Sop Saudara. Apalagi dilihat

dari kebutuhan masyarakat akan

internet yang semakin meningkat.

b. Meningkatkan kenyamanan para

konsumen

Kebersihan adalah sesuatu yang harus

diperhatikan dan dijaga oleh pihak

restoran untuk meningkatkan

kenyamanan para konsumen. Kebersihan

ruangan

serta fasilitas harus selalu diperhatikan.

c. Meningkatkan Promosi

Menyebarkan brosur, menyebarluaskan

info tentang restoran melalui social

media, melakukan kerjasama dapat

dilakukan untuk meningkatkan promosi

Restoran Sop Saudara.

d. Menciptakan menu baru dengan tidak

meninggalkan citarasa khas daerah

Masyarakat yang cenderung memiliki

sifat bosan dan selalu ingin mencoba hal

yang baru dapat kita manfaatkan dengan

cara menciptakan menu baru.Misalnya

menambah varian rasa di Es Pisang Ijo

dengan rasa durian, strawberry atau

yang lainnya.

e. Memberikan penawaran harga dengan

diskon

Memberikan diskon merupakan salah satu

bentuk menarik konsumen. Potongan

harga seperti setiap belanja minimal Rp.

200.000 akan mendapatkan diskon

10%.

f. Menambah jumlah karyawan untuk

meningkatkan pelayanan

Kurangnya karyawan yang dimiliki oleh

Restoran Sop Saudara membuat

kurangnya efisiensi pekerjaan. Karyawan

dapat ditambah agar pelayanan pada

konsumen semakin baik dan efektifitas

bekerja baik.

g. Membuat manajemen dalam hal keuangan

Mencatat pengeluaran dan pemasukan

dapat dilakukan pemilik agar kentungan

yang dapat terlihat real dan tidak ada

penyalahgunaan uang.

IFAS

EFAS

STRENGTH

(S)

WEAKNESS

(W)

OPPORTUNITI

ES (O)

-Menambah

fasilitas

WIFI

-

Meningkatka

n

kenyamanan

para

konsumen

-

Meningkatka

n promosi

-

Menciptakan

menu baru

dengan tidak

meninggalka

n citarasa

khas daerah

THREATS (T)

-Memberikan

penawaran

harga dengan

memberi

diskon

-

Meningkatka

n kualitas

rasa terhadap

produk

-Menambah

jumlah

karyawan

dalam

meningkatka

n pelayanan

-Membuat

manajemen

dalam hal

keuangan

agar dapat

mengetahui

profit dari

usaha

Jurnal Bisnis Corporate | 80

Berdasarkan hasil analisis pada tabel

IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

faktor strength (kekuatan) mempunyai sub

total 0,54 sedangkan faktor weakness

(kelemahan) mempuyai sub total 0,46.

Sementara hasil analisis pada tabel EFAS

(External Factors Analysis Summary) faktor

peluang (opportunity) mempunyai sub total

0,7 sedangkan faktor threat (ancaman)

mempunyai sub total 0,3. Dari hasil sub total

tersebut menunjukkan bahwa posisi

Restoran Sop Saudara pada diagram SWOT

menempati Kuadran 1, yaitu strategi yang

sebaiknya diterapkan adalah strategi agresif

yang mendukung pertumbuhan.

Menurut David (2006) strategi yang

dapat dijalankan perusahaan untuk tumbuh

dan berkembang adalah strategi intensif.

Strategi intensif adalah penerapan strategi

dengan meningkatkan kekuatan dan peluang

sehingga memperoleh hasil yang optimal.

Strategi ini dipilih untuk meningkatkan

posisi kompetitif perusahaan. Strategi

intensif yang dapat dilakukan adalah

penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Penetrasi pasar yaitu dengan menggencarkan

pemasaran sedangkan pengembangan

produk dilakukan dengan memperbaiki

kualitas dan produk atau jasa yang sudah

ada dan mengembangkan produk atau jasa

baru. Sedangkan menurut Freddy Rangkuti

2002, strategi intensif adalah strategi yang

menggambarkan bagaimana produk agar

kita dapat menjangkau konsumen

semaksimal mungkin dari segi konsumsi dan

geografis.

Melihat peluang dari Restoran Sop

Saudara maka alternative strategi SWOT

yang dihasilkan yaitu, (1) menambah

fasilitas WIFI, (2) Meningkatkan

kenyamanan para konsumen, (3)

meningkatkan promosi, (4) menciptakan

menu baru dengan tidak meninggalkan

citarasa khas daerah, (5) memberikan

penawaran harga dengan diskon, (6)

menambah jumlah karyawan untuk

meningkatkan pelayanan konsumen, (7)

membuat manajemen dalam hal keuangan.

Penerapan alternatif strategi tersebut

didesain untuk mengembangkan usaha

restoran Sop Saudara yang berdampak pada

peningkatan usaha dan menjadikan restoran

ini semakin berkembang kedepannya.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa

hasil analisis lingkungan eksternal

menjelaskan bahwa Restoran Sop Saudara

memiliki peluang dan ancaman terkait

dengan kegiatan pengembangan usaha

Restoran Sop Saudara di Medan. Faktor

eksternal yang menjadi peluang bagi

Restoran Sop Saudara adalah: (1)

Rendahnya tawar menawar pembeli dan

penjual, (2) menetapkan cash on delivery,

(3) tidak ada usaha sejenis disekitar lokasi

usaha. Untuk yang menjadi ancaman adalah:

(1) tingginya ancaman pesaing baru atau

adanya tempat makan baru yang semakin

sering muncul didaerah jalan Ringroad, (2)

Harga bahan baku yang tidak stabil.

Hasil analisis lingkungan internal

menjelaskan bahwaRestoran Sop Saudara

memiliki kekuatan dan kelemahan terkait

dengan kegiatan pengembagan usaha

restoran Sop Saudara di Medan. Faktor

internal yang menjadi kekuatan bagi

Restoran Sop Saudara adalah: (1) letak

restoran yang strategis dan mudah dijangka,

(2) pelayanan kepada konsumen yang

memuaskan, (3) rasa dan kualitas produk

yang baik, (4) fasilitas yang memadai.

Jurnal Bisnis Corporate | 81

Faktor strategis internal yang

menjadi kelemahan Restoran Sop Saudara

adalah: (1)Pemasaran dan promosi yang

cenderung pasif, (2) kurangnya disiplin

karyawan, (3) manajemen keuangan yang

lemah.

Kelemahan terbesar pihak restoran Sop

Saudara dalam mengembangkan usahanya

adalah tidak adanya manajemen keuangan

yang teratur.

Strategi pengembangan usaha yang

sesuai bagi restoran Sop Saudara adalah

strategi agresif yakni strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

David. F.R 2006. Manajemen Strategis Buku

1. Jakarta: Salemba

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang.

2002. Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT: Teknik

Membedah Kasus Bisnis Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis Untuk

Menghadapi Abad 21. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Rangkuti F. 2002. Teknik Membuat

Perencanaan Bisnis dan Analisis

Kasus. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Amstrong, Michael. 2003. The Art of HRD:

Strategic Human Resource

Management a Guide to Action

Manajemen Sumber Daya

Manusia Stratejik Panduan Praktis

untuk Bertindak, alih bahasa oleh Ati

Cahyani. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Jatmiko, RD. 2003. Manajemen Stratejik.

Malang: Penerbitan Universitas

Muhammadiyah Malang

Suryana. 2004. Evaluasi & Pengembangan

Usaha. Jakarta: Direktorat Pendidikan

Menengah Kejuruan Dirjen Pendidikan

Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional

Purnomo, Setiawan Hari, S.E., M.B.A. dan

Zulkieflimansyah, Ph.D. 2005. Buku

Seri

Manajemen: Manajemen Strategi.

Jakarta: Penerbitan Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah

Skripsi, Jurnal, Thesis :

Wardhana, WK. 2012. Analsis Strategi

Pengembangan Usaha Gerai Ayam

Goreng Fatmawati Cabang Bandung

Siahaan,

Pretty Elisabeth. 2008.Analisis Strategi

Pengembangan Usaha Rice Bowl.

Studi kasus pada Restoran Rice Bowl

Botani Square Bogor

Dewi, Mutiara. 2009. Analisis Strategi

Pengembangan Usaha Yoghurt Pada

Rinadya Yoghurt, Kabupaten Bogor

Lazuardi, Alam. 2008. Formulasi Strategi

Pengembangan Usaha Restoran

Macaroni Panggang (MP) Bogor

Website :

www.bps.go.id

Jurnal Bisnis Corporate | 82

Analisis Hubungan Persepsi Store Atmosphere dengan Kepuasan Konsumen

Oleh

Al FIirah. SE. M.Si

ABSTRACT

Customer satisfaction is very dependent on the perceptions and expectations of

consumers. Atmosphere in the shop or store atmosphere affects the emotional state of the

consumer, which is then pushed to increase or decrease spending. This study was conducted to

determine the relationship of perception of store atmosphere with customer. The population of

this study is the average consumer in the last three months. Samples taken were seventy

respondents to the probability sampling technique sampling, covering accidental sampling

technique is to select the customers who happen to be spending. The results showed that there is

a significant relationship between the perception of store atmosphere on consumer satisfaction

Ornate Boutique. Based on the results of the simple linear regression performed, stating the

results obtained when the store atmosphere is raised one hundred percent of the time it will be

followed by fifty six point eight percent of customer satisfaction.

Keywords : Perception, Store Atmosphere, Satisfaction

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini, perkembangan dalam

dunia usaha sudah semakin pesat. Hal ini

ditandai dengan munculnya usaha-usaha

baru yang semakin beragam. Dengan

kemunculan usaha-usaha baru ini, tingkat

persaingan antara para pemilki usaha untuk

dapat mempertahankan usahanya semakin

tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan semakin

beragamnya produk yang ditawarkan oleh

pemilki usaha. Tidak hanya itu, untuk

menarik agar konsumen datang ke tempat

mereka, para pemilik usaha membuat suatu

ciri khas tertentu di tempat usaha dan

membuat suatu kesan bagi konsumen bahwa

usaha mereka lebih unggul dibandingkan

dengan pesaing mereka agar dapat menarik

konsumen ke tempat mereka.

Dengan dibuatnya ciri khas bagi

usaha mereka tersebut, para pemilik usaha

sudah membangun suatu persepsi bagi

masyarakat tenrhadap usaha mereka.

Dengan terbangunnya persepsi masyarakat

terhadap usaha mereka dapat menarik minta

bagi pelanggan lama untuk terus datang

kembali ke tempat mereka, dan menarik

minat bagi pelanggan baru yang ingin

mengetahui apakah persepsi yang mereka

miliki sesuai dengan apa yang ada

sebenarnya.

Proses pembangunan sebuah

persepsi ini diawali dengan proses fisiologis

yang dikenal dengan sensasi. Sensasi ini

dibentuk dengan informasi yang ditangkap

oleh indra kita, seperti penciuman,

penglihatan, pendengaran, dan sentuhan.

Dengan informasi yang telah diberikan indra

Jurnal Bisnis Corporate | 83

kita itulah otak mulai bekerja merespon

informasi tersebut dan menghasilkan suatu

sensasi tersendiri terhadap informasi

tersebut.

Dengan terbentuknya suatu sensasi

tersebut dapat membangkitkan kesadaran

konsumen yang mampu mempengaruhi

perasaan dan perilaku konsumen terhadap

informasi yang mereka terima. Sehingga

terbentuklah suatu pandangan baru bagi

konsumen terhadap informasi tersebut.

Dengan memanfaatkan persepsi ini, pemilik

usaha dapat membangun suatu pandangan

konsumen terhadap usaha yang mereka

miliki agar dapat menarik pelanggan datang

ke tempat mereka.

Pembangunan persepsi ini, seperti

dijelaskan sebelumnya dapat dilakukan

dengan memanfaatkan indera penciuman,

penglihatan, pendengaran dan sentuhan, hal

ini dapat dilakukan dengan membentuk

suatu lingkungan fisik dan sosial yang tepat

dengan batas-batas yang dapat ditangkap

oleh indera manusia. Pembangunan stimulus

untuk merangsang indera ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara yang sangat

sederhana namun memberikan dampak yang

cukup signifikan.

Hal pertama yang dapat dilakukan

untuk merangsang indera penciuman adalah

dengan membuat lingkungan sekitar tempat

usaha berbau harum. Toko ataupun tempat

usaha yang memiliki aroma harum dapat

membuat konsumen merasa nyaman untuk

berada di tempat tersebut, dan dapat

membangun persepsi yang bagus bagi usaha

tersebut.

Untuk indera penglihatan, pemiliki

usaha dapat merancang tempat usaha

mereka agar memudahkan ruang gerakan

konsumen, memudahkan pemilik untuk

menyajikan barang atau jasa yang mereka

tawarkan, dan membantu mereka dalam

menciptakan suasana khusus dalam toko

mereka tersebut. Penataan ini bertujuan agar

konsumen memiliki ruang gerak yang cukup

ketika berada di dalam toko tersebut.

Sedangkan untuk indera sentuhan,

seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,

pemilik usaha sebaiknya merancang tempat

usaha mereka agar mudah di jangkau oleh

konsumen sehingga konsumen dapat

merasakan secara langsung barang yang

mereka tawarkan dan mereka mendapat

informasi bagi stimulus tersebut.

Lingkungan fisik yang dibangun

untuk menghasilkan suatu informasi

terhadap keadaan ini sangat mempengaruhi

perilaku konsumen terhadap usaha tersebut.

Selain lingkungan fisik yang telah

disebutkan tadi, persepsi keamanan juga

merupakan salah satu faktor yang harus

dikendalikan. Dengan keamanan yang dapat

dikendalikan, konsumen akan merasa aman

dan nyaman ketika berada di tempat usaha

tersebut.

Di dalam proses pembuatan

keputusan atas store atmosphere tersebut,

konsumen tidak akan berhenti pada titik itu

saja, konsumen akan melakukan evaluasi

kembali terhadap apa yang telah mereka

terima dan alami di toko tersebut. Apakah

mereka merasa puas terhadap apa yang

mereka dapatkan, ataukah mereka akan

merasa tidak puas. Kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen ini pada akhirnya

akan berujung pada keputusan konsumen,

apakah mereka akan melakukan pembelian

kembali atau tidak.

Pasar petisah merupakan salah satu

pusat perbelanjaan tradisional yang ada di

Medan. Banyaknya usaha yang ada di pasar

Petisah membuat tingkat persaingan yang

tinggi antara sesama penjual di pasar

Petisah. Ornate boutique merupakan salah

satu toko baju yang terletak di pusat pasar

petisah. Ornate boutique adalah usaha

berkembang yang baru membuka toko di

pasar petisah. Pada awalnya Ornate

Boutique hanya menjualkan produknya

dengan sistem online saja, karena untuk

Jurnal Bisnis Corporate | 84

mengembangkan usahanya, maka

didirikannya outlet dari Ornate Boutique

tersebut.

Ornate Boutique sebagai usaha baru

yang ada di pasar petisah harus memiliki

daya tarik tersendiri agar membuat

pelanggan mengunjungi tokonya. Sebagai

usaha baru yang masih belum memiliki

pelanggan tetap, Ornate Boutique perlu

mencari pelanggan baru yang kemudian

akan menjadi pelanggan tetapnya. maka dari

itu, untuk memenangkan persaingan yang

ada di pasar petisah, Ornate Boutique harus

menonjolkan tokonya agar membuat

pelanggan tertarik.

Hal ini tidak berhenti sampai disini

saja, ketertarikan pelanggan tersebut akan

membawa kepada suatu keputusan yang

akan dibuat pelanggan tersebut. Keputusan

itu tersebut yang pada akhirnya akan

membentuk sikap konsumen apakah mereka

merasa puas telah berbelanja di toko

tersebut, atau malah sebaliknya. Kepuasan

konsumen merupakan sebuah tujuan utama

dari setiap pemilik usaha yang ada.

Dari uraian diatas, bagi Ornate

Boutique store atmosphere merupakan suatu

hal yang sangat penting untuk diperhatikan

karena store atmosphere menjadi suatu daya

tarik awal bagi konsumen untuk

mengunjungi toko dan melihat produk yang

ditawarkan, yang pada akhirnya memiliki

kemungkinan besar bagi konsumen untuk

melakukan pembelanjaan di toko ini.

Kepuasan konsumen merupakan

suatu hal yang perlu diperhatikan dalam

mengembangkan sebuah usaha. Kepuasan

atau ketidakpuasan konsumen merupakan

dampak dari perbandingan antara harapan

konsumen sebelum pembelian dengan yang

sesungguhnya diperoleh konsumen dari

produk yang dibeli tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, penulis

tertarik untuk melihat hubungan antara

persepsi konsumen terhadap store

atmosphere dan penelitian terhadap

kepuasan konsumen.

B. METODOLOGI

Bentuk penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian

kuantitatif, yaitu penelitian yang

mengunakan model-model matematis, teori-

teori serta hipotesis (Juliandi, 2013). Selain

itu, dilihat dari cara penjelasannya peneliti

menggunakan pendekatan asosiatif. Dimana

pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel, yaitu persepsi

store atmosphere dengan kepuasan

konsumen.

C. PEMBAHASAN

1. Analisis Persepsi Store Atmosphere

Schiffman dan Kanuk (2004) dalam

Suryani (2008) mendefinisikan persepsi

sebagai proses dimana dalam proses tersebut

individu memilih, mengorganisasikan, dan

mengintepretasikan stimuli menjadi sesuatu

yang bermakna. Berdasarkan penjelasan

diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

persepsi store atmosphere merupakan proses

dimana individu memilih,

mengorganisasikan, dan mengintepretasikan

stimuli-stimuli store atmosphere menjadi

sesuatu yang bermakna.

Berdasarkan hasil analisis data yang

telah dilakukan, jumlah skor tanggapan

responden terhadap persepsi store

atmosphere adalah sebesar 77.5%. hal ini

menunjukkan bahwa persepsi konsumen

terhadap store atmosphere Ornate Boutique

tergolong dalam kategori yang baik, karena

jumlah skor berada dalam kriteria baik yaitu

68.01% - 84.00%.

2. Analisis Kepuasan Konsumen

Menurut Engel dkk (1995) dalam

Sumarwan (2002) bahwa kepuasan adalah

Jurnal Bisnis Corporate | 85

evaluasi setelah konsumsi dimana alternatif

yang dipilih setidaknya memenuhi harapan

ataupun melebihi harapan. Kepuasan

konsumen menurut Kotler dan Keller (2003)

dalam Dwiastuti (2013:151) adalah perasaan

konsumen, baik itu berupa kesenangan atau

ketidakpuasan yang timbul dari

membandingkan sebuah produk dengan

harapan konsumen atas produk tersebut.

Kepuasan konsumen merupak konsep yang

terkait erat dengan jenis perilaku pada tahap

pasca pembelian atau konsumsi. Rasa puas

atau tidak puas terhadap konsumsi suatu

produk atau merek adalah hasil evaluasi

alternatif paska konsumsi atau evaluasi

alternatif tahap kedua (Sumarwan, 2002).

Berdasarkan hasil analisis data yang

dilakukan penulis, jumalh skor tanggapan

responden terhadap tingkat kepuasan

konsumen pada Ornate Boutique adalah

sebesar 79.4%. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat kepuasan konsumen Ornate Boutique

berada dalam kategori baik, karena jumlah

skor tanggapan responden berada dalam

kriteria antara 68.01% hingga 84.00%.

3. Analisis Hubungan Persepsi Store

Atmosphere dengan Kepuasan

Konsumen

Persepsi merupakan suatu proses

dimana individu mengolah beberapa

informasi untuk menjadi sesuatu yang

bermakna. Persepsi ini yang pada akhirnya

akan menghasilkan suatu keputusan

terhadap apa yang sedang individu rasakan.

Store atmosphere merupakan keadaan atau

lingkungan yang ada di sekitar lingkungan

toko. Proses persepsi terhadap store

atmosphere kemudian akan membentuk

keputusan apakah toko tersebut memiliki

store atmosphere yang baik.

Hasil persepsi tersebut kemudian

yang membentuk sikap konsumen terhadap

suatu informasi tersebut. Menurut Gasperz

(2002) dalam Erawan (2012), kepuasan

konsumen sangat bergantung pada persepsi

dan harapan konsumen. Di dalam proses

perspsi seringkali terjadi dimana pesan yang

satu tidak berhubungan dengan pesan yang

akhirnya akan memasuki otak konsumen,

karena itu komunikasi yang efektif

diperlukan bagi seorang pemilik toko.

Menurut Zeithaml dan Bitner (1996)

dalam Erawan (2012) bahwa kepuasan

konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu faktor pelayanan.

Pelayanan yang diberikan suatu toko dapat

berbentuk dalam pemberian lingkungan fisik

yang nyaman bagi konsumen. Lingkungan

fisik inilah yang dikenal dengan store

atmosphere atau suasana toko. Store

atmosphere mempengaruhi penilaian

konsumen mengenai kualitas dan citra suatu

toko dan juga mempengaruhi perasaan

konsumen untuk tetap berada di toko

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, didapat

hasil regresi linear sederhana sebagai berikut

:

Y = 0,904 + 0,568 X

Dari persamaan regresi linear

sederhana diatas, didapat konstanta sebesar

0,904. Nilai konstanta tersebut adalah harga

matematis perubahan variabel terikat pada

saat variabel bebasnya bernilai 0. Koefisien

regresi variabel persepsi store atmosphere

adalah sebesar 0,568 yang berarti persepsi

store atmosphere memiliki hubungan yang

searah dengan kepuasan konsumen.

Melalui analisis uji , dapat dilihat

bahwa nilai probabilitas adalah sebesar

0.078 (Sig0.078 > α0.05) yang menunjukkan

nilai probabilitas lebih besar dari taraf

signifikan yang telah ditetapkan sebesar

0.05. Dengan demikian H0 ditolak yang

berarti persepsi store atmosphere

berpengaruh positif dan signifikan dengan

kepuasan konsumen.

Nilai R sebesar 0.853 pada tabel

hasil analisis R-Square menunjukkan bahwa

Jurnal Bisnis Corporate | 86

hubungan antara persepsi store atmosphere

dengan kepuasan konsumen cukup kuat,

karena nilai R tersbut lebih besar dari 0.5.

Nilai R-Square pada tabel adalah 0.728. Hal

ini berarti bahwa 72,8% nilai kepuasan

konsumen ditentukan oleh peran dari

persepsi store atmosphere. Atau nilai

persepsi store atmosphere dalam

mempengaruhi kepuasan konsumen adalah

sebesar 72,8%. Sedangkan 27.2% adalah

tidak termasuk dalam penelitian ini.

Dari hasil perhitungan dan

penjelasan yang sudah dijelaskan

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan

bahwa sebuah teori yang dikemukakan oleh

Arnould (2002) yang menyatakan bahwa

beberapa hal yang menjadi dasar penilaian

konsumen terhadap kepuasan terdiri dari

harapan, keinginan, dan keadilan adalah

benar dan sesuai dengan hasil yang didapat

dari penelitian ini.

Penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Hans Erawan dengan judul “Hubungan

Persepsi Terhadap Store Atmosphere

Dengan Kepuasan Konsumen Ritel

Indomaret Di Medan” pada tahun 2012 juga

menunjukkan hasil yang sama yaitu

memperlihatkan bahwa ada hubungan antara

persepsi terhadap store atmosphere dengan

kepuasan konsumen ritel Indomaret di

Medan. Dimana hasil pengujian korelasi

kedua variabel menunjukkan adanya

korelasi yang positif antara persepi terhadap

store atmosphere dengan kepuasan

konsumen. Hasil tersbut membuktikan

pernyataan Gasperz (2002) dalam Erawan

(2012) yang menyatakan bahwa kepuasan

konsumen sangat bergantung pada persepsi

dan harapan konsumen.

D. KESIMPULAN

Dasar penilaian konsumen terhadap

kepuasan terdiri dari harapan, keinginan,

dan keadilan adalah benar dan sesuai

dengan hasil yang didapat dari penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Arnould, Eric dkk. 2002. Consumers. New

York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Berman, Barry dan Joel R. Evans. 1995.

Retail Management : A Strategic

Approach. New Jersey: Prentice-

Hall, Inc.

Dwiastuti, Rini dkk. 2013. Ilmu Perilaku

Konsumen. Medan: UB Press.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek & Psikologi

Konsumen : Implikasi pada Strategi

Pemasaran. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Horton, Raymond L. 1984. Buyer Behavior :

A decision Makin Approach. Ohio:

Merrill Publishing Company.

Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi

Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-

Ilmu Bisnis. Medan: Percatakan

M2000

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009.

Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT

Indeks.

Mowen, John C dan Michael Minor. 2002.

Perilaku Konsumen. Jakarta:

Erlangga.

Runyon, Kenneth E dan David W. Stewart.

1987. Consumer Behaviour : Third

Edition, Ohio: Merrill Publishing

Company

Sumarwan, ujang. 2002. Perilaku Konsumen

: Teori dan Penerapannya dalam

Jurnal Bisnis Corporate | 87

Pemasaran. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat

Kepuasan Pelanggan. Jakarta: P.T.

Rineka Cipta

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen :

Implikasi pada Strategi Pemasaran.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jurnal, Skripsi, Tesis :

Erawan, Hans. 2012. Hubungan Persepsi

terhadap Store Atmosphere dengan

Kepuasan Konsumen Ritel

Indomaret di Medan

Irawan, Achmad Ardi. 2010. Pengaruh

Store Atmosphere (Suasana Toko)

terhadap Keputusan Pembelian

(Survai pada Konsumen yang

Berbelanja di Giant Hypermarket,

Mall Olympic Garden Kota Malang)

Leichtling, Channa. 2002. How color Affects

Marketing

Mandila, M dan Gerogiannis V. 2012. The

Effects of Music on Customer

Behaviour and Satisfaction in the

Region of Larissa- The Cases of Two

Coffee Bars

Nugraha, Bayu Adrian. 2013. Persepsi

terhadap Store Atmosphere dengan

Minat Beli Konsumen di

Hypermarket

Nurmawati, Endang. 2012. Pengaruh Store

Atmosphere Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen (Studi Pada

Mulia Toserba Dan Swalayan

Godean Sleman Yogtakarta)

Putra, Nandi Eko. 2011. Analisis Pengaruh

Suasana Toko (Store Atmosphere)

dan Lokasi terhadap Minat Beli

Konsumen di WADEZIG DISTRO

Kota Padang

Singh, Satyendra. 2006. Impact of color on

Marketing

Stiefi, Deswhita Arvinci. 2012. Pengaruh

Store Layout terhadap Minat Beli

(Studi pada Toko Sepatu Payless di

Margocity)

Website :

www.dde.teilar.gr (diakses Selasa 22 April

2014, 21:32 WIB)

www.ejournal.umm.ac.id (diakses Selasa 22

Desember 2013, 22:32 WIB)

www.elibrary.ub.ac.id (diakses Selasa 22

Desember 2013, 18:23 WIB)

www.eprints.uny.ac.id (diakses Selasa 21

Desember 2013, 23:04 WIB)

www.legacy.touro.edu (diakses Selasa 22

April 2014, 20:42 WIB)

www.lontar.ui.ac.id (diakses Selasa 22

Desember 2013, 20:57 WIB)

www.personal.stevens.edu (diakses Selasa

22 April 2014, 20:32 WIB)

www.repository.unand.ac.id (diakses Selasa

21 Desember 2013, 21:42 WIB)

Jurnal Bisnis Corporate | 88

Jurnal Bisnis Corporate | 89

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL

JAMUR TIRAM PUTIH

Desa Suka Mulya Kepala Sungai, Secanggang

Kabupaten Langkat

oleh

Edi Sopian, SE, M,Si

ABSTRACT

The purpose of doing research is to analyse and formulate an appropriate business development

strategy to be applied in the Business Chiliya Mushrooms, identifying and evaluating the internal

factors which became the strengths and weaknesses of Chiliya fungi and efforts to identify and

evaluate the external factors which become opportunities and threats which affect the

operational activity of fungal Chiliya efforts. The research method used is descriptive qualitative

approach method. As for the key informants amounted to 1 person, the main Informant of 6

people, and additional informants amounted to 3 people. Data obtained from observations,

interviews and studies library. The results of this research indicate that business development

Strategies can be applied to business SWOT analysis based on Fungus Chiliya is a strategy SO,

by way of harnessing all the power to seize the opportunities that exist, as for the strategy SO

that manufacture products that exceed target production to meet market demand, utilizing

existing human resources for the partnership with the suppliers of raw materials and exploit the

environmental conditions of business and products that promise to get help from the local

government. Internal factors the strengths and weaknesses of businesses Chiliya mushrooms.

The power factor is comprised of a strategic location, competitive rates, quality of human

resources is good, the mushrooms are produced have superior quality, and a spacious place of

business. Downside factor consists of the lack of promotion, the less attractive packaging, still

use a simple financial systems and technologies that are simple. External factors that become

opportunities and threats. The factor consists of the number of opportunities an adequate supply,

the market is wide open and the attention of the Government. The Threat factor consists of

increases in fuel gas and the emergence of new competitors.Business development strategies are

applied in the development of Chiliya Mushroom was Intensive Strategy. Chiliya Mushrooms

Agents Retailers Consumers, Chiliya Mushrooms Traders Consumers, Chiliya Mushrooms

Consumers.

Key Word: Analysis of Development Strategy, Business development strategy

A. PENDAHULUAN

Indonesia banyak memiliki flora

yang beraneka ragam jenis dan kegunaannya

terutama tanaman pertanian yang sangat

beragam banyaknya. Salah satu usaha

pertanian saat ini yang sangat prospektif dan

potensial yaitu usaha budidaya jamur.Jamur

merupakan tanaman yang tidak memiliki

klorofil sehingga tidak bisa melakukan

proses fotosintesis untuk menghasilkan

makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara

mengambil zat-zat makanan seperti selulosa,

glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati

Jurnal Bisnis Corporate | 90

dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi

tersebut biasanya telah tersedia dari

pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme

Parjimo dan Andoko (2007).

Jamur adalah tanaman yang

mempunyai sel besrspora tapi tidak

berkhlorofil, yang hidup diantara jasad

hidup/biotik dan mati /abiotik,

Pasaribu(2002:1). Indonesia sendiri secara

umum termasuk salah satu negara yang

dikenal sebagai salah satu gudang jamur

didunia,karena banyak jenis jamur ada di

Indonesia. Jamur-jamur yang telah

dibudidayakan dan telah popular atau telah

memasyarakat sebagai makanan dan sayuran

yang telah banyak di perdagangkan

dipasaran. Dipasaran banyak sekali

permintaan akan produk-produk jamur

tersebut. Pengetahuan tentang jenis-jenis

jamur yang bermanfaat baik sebagai sumber

bahan makanan ataupun bahan obat-obatan

sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu

dan tersebar ketika zaman Mesir

kuno/Romawi kuno,Indian di Amerika Latin

hingga didataran China. Dari kawasan itu,

menyebar ke Jepang, India, Jajirah Arab,

dan beberapa negara eropa, bahkan suku

Indian dan suku pengembara di Afrika

menggunakan beberapa jenis jamur

dijadikan bahan pelumpuh untuk menangkap

buruan.

Varietas jamur yang ada dialam ini

sangat lah banyak, masing-masing

mempunyai ciri yang berbeda. Inisiatif

untuk membudidayakan jamur konsumsi,

muncul saat masyarakat menyadari

kebutuhan terhadap jamur semakin

meningkat, tetapi persediaan yang ada

sangat terbatas. Jamur termasuk salah satu

jenis sumber makanan yang tidak

mengandung kolesterol.

Permintaan pasar jamur kian

meningkat, baik didalam negeri maupun

diluar negeri.Sehingga permintaan yang

tinggi tersebut membuat usaha ini memiliki

prospek yang bagus baik permintaan dalam

negeri/domestik maupun luar negeri .Tren

jamur memang sedang meroket, terbukti

setiap bulannya permintaan komoditas

ekspor jamur cenderung mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Bahkan

masyarakat dinegara maju sudah

mencantumkan jamur didalam daftar

bulanan mereka. Kondisi ini menciptakan

pasar internasional yang cukup besar untuk

komoditas jamur. Sedangkan produksi jamur

di Indonesia hanya mampu memproduksi

37.410 ton pada tahun 2014

(www.deptan.go.id), tetapi secara umum

produksi jamur Indonesia terus meningkat.

Hal yang menarik dari usaha

budidaya jamur ini, adalah aspek ekonomi

yang cerah karena tidak membutuhkan lahan

yang begitu luas, media pembuatan yang ada

tidak lah begitu sulit di buat, serta siklus

produksi jamur relatif singkat antara 1-6

bulan, yang mana jamur memiliki

kandungan nilai gizi serta khasiat

obat.Sekarang ini, produk jamur tidak hanya

dipasarkan dalam keadaan segar saja, namun

juga diolah menjadi macam aneka produk

olahan jamur. Selain makanan olahan,

belum lagi produk-produk kesehatan yang

berasal dari jamur semakin banyak karena

khasiatnya mujarab.Jelas bahwa bisnis

jamur bukan usaha musiman semata.

Kondisi inilah yang menjadikan peluang

usaha jamur konsumsi di dalam negeri

masih terbuka lebar. Salah satu jamur yang

telah dikuasai adalah jamur tiram putih putih

yang banyak digemari orang. Karena jamur

tiram putih memiliki rasa yang enak,tekstur

yang lembut, penampilan menarik,dan cita

rasa relatif netral sehingga mudah untuk

dipadukan pada berbagai masakan, terlebih

jamur tiram putih membudidayakannya

relatif mudah dan murah.

Jurnal Bisnis Corporate | 91

Usaha jamur tiram putih

ChiliyaJamur didirikan oleh Pak Sudar pada

awal tahun 2011, didapat dari hasil belajar

teknik budidaya jamur tiram putih pada

sanak saudaranya di daerah Kudus,Jawa

Tengah awal tahun 2009. Kemudian beliau

pulang ke kampung halaman, dan memulai

usaha jamur tiram putih tersebut.Awalnya

Pak Sudar memulai usaha jamur tiram putih

tersebut dengan coba-coba sambil belajar

kembali dan mulai berhasil, walaupun

beberapa kali mengalami kegagalan.

Setahun berselang Pak Sudar telah

mempekerjakan 2 orang pekerja. Lambat

laun usaha budidaya jamur tiram putih

Chiliya Jamur Bapak Sudar ini mulai

berkembang, walaupun banyak kendala

yang dihadapi sampai sekarang. Sekarang

Beliau telah mempekerjakan 6 orang

karyawan, dengan rincian 5 orang karyawan

wanita dan 1 orang karyawan pria dan

dibantu dengan Bapak Sudar sendiri yang

ikut turun bekerja.

Adapun tugas-tugas 5 orang

karyawan wanita tersebut adalah mengisi

baglog-baglog yang kosong, yang mana per

hari mereka bisa membuat200 baglog/hari

dan per bulan bisa membuat 6.000

baglog/bulan untuk satu periode panen, dan

tugas satu karyawan priadengan di bantu

oleh Pak Sudar sendiri yangbertugas

mencampur dan mengayak bahan-bahan

untuk komposisi baglog, dan pemanenan

dilakukan oleh pak Sudar sendiri. Dalam

pemberian upah, masing-masing karyawan

diberi upah sebesar Rp.500/ baglog. Dalam

proses produksi Chiliya Jamur ini sampai

pemanenan, dalam satu periode panen

dibutuhkan waktu 1-6 bulan, yang mana

bulan-bulan yang pertama dan kedua para

pekerja melakukan kegiatan pembuatan

media tanam dengan pencampuran bahan

dan pengomposan media (yang mana para

pekerja usaha jamur tiram Chiliya Jamur ini

dapat menghasilkan 200 baglog jamur/ hari,

dan 6000 baglog jamur/bulan), setelah itu

dilakukan pengemasan, sterilisasi media

tanam dan inokulasi (pemasukkan bibit pada

media tanam). Setelah media tanam selesai

di inokulasi dengan bibit semai, tahap

selanjutnya tahap inkubasi (tanaman

diletakkan pada ruangan khusus inkubasi

tanam dengan cara media disusun di rak-rak

yang sudah disanitasi terlebih dahulu dengan

suhu diatur berkisar antara 25-28 derajat

Celsius dengan kelembapan 80-90% dengan

sedikit cahaya) lama proses inkubasi selama

4 minggu/ 1 bulan.

Pada bulan yang ketiga, baglog-

baglog yang sudah melewati proses

inkubasi, akan dipindah ke ruangan

pembuahan, yang mana suhu di ruangan

tersebut mulai diturunkan antara 22-25

derajat Celsius dengan kelembapan menjadi

80-85%. Dan pada bulan keempat dan ke

lima, para pekerja tidak berproduksi. Dan

masuk bulan ke enam para pekerja memulai

membuat media tanam (baglog) kembali,

dan baglog-baglog tersebut disusun pada

kumbung inkubasi, selama 2 bulan. Bulan

keenam juga masuk masa pemanenan.

Pemanenan jamur tiram putih ini dilakukan

sendiri oleh Pak Sudar, untuk menjaga

kualitas jamur yang sudah siap dipanen

tersebut. Dan pemanenan dalam satu siklus

pemanenen, Pak Sudar dapat memanen

jamur sebanyak 4 kali. Setiap baglog tidak

sekaligus dipanen seluruhnya, dengan

demikian stok jamur yang ada dikumbung

selalu ada, sehingga pemanenan dapat

dilakukan setiap hari.

Menurut tim penulis Agriflo,

Gumbira Sa’id ,dkk(2012: 90) hasil panen

yang baik jika produktivitas yang dicapai

400-500 g dari satu baglog (ukuran 1,5kg).

Pemanenannya dilakukan 3-5 kali dalam

satu siklus penanaman jamur, yaitu 5-6

bulan. Pak Sudar sang pemilik usaha jamur

tiram putih Chiliya Jamur, menjual hasil

Jurnal Bisnis Corporate | 92

budidaya jamur dalam bentuk kemasan

plastik, dengan harga Rp.15.000/kg jamur

tiram putih segar. Dengan rincian biaya

pembuatan baglog jamur sekitar

Rp.1.000,00- ditambah upah pengisian

media baglog sebesar Rp.500,00-/baglog.

Adapun biaya investasi atau modal usaha

yang di investasikan oleh Pak Sudar sendiri,

yaitu:

Tabel.1 Biaya investasi usaha Pak

Sudar

Bahan Ju

ml

ah

Harga/un

it

Total

Biaya

Pembuatan

Kumbung

2 Rp.4.000.

000,-

Rp.

8.000.000,

-

Tangki 2 Rp.

150.000,-

Rp.

300.000,-

Blower 2 Rp.

200.000,-

Rp.

400.000,-

Termometer 2 Rp.

30.000,-

Rp.

60.000,-

Higrometer 2 Rp.

80.000,-

Rp.

160.000,-

Alat

Sterilisasi

2 Rp.

200.000,-

Rp.

400.000,-

Total

Investasi

Rp. 9.

320.000,-

Sumber : Pak Sudar (2014)

Tabel.2 Biaya operasional usaha Pak

Sudar / satu kali periode

penanaman/bulan

Uraian Harga(R

p)

Jumlah Total

Biaya

Biaya

pembuatan

media

tanam/bagl

og

Rp.

1.000,-

6.000

baglog

Rp.

6.000.00

0,-

Biaya upah

pengisian

media

Rp.

500,-

6.000

baglog

Rp.

3.000.00

0,-

Total Biaya Rp.

9.000.00

0,-

Sumber : Pak Sudar (2014)

Sedangkan keuntungan yang didapat

oleh Bapak Sudar adalah :

Jamur yang dihasilkan per hari 15Kg,

dengan rata-rata per baglog dapat

menghasilkan 400gram jamur, dan harga

jual jamur yaitu Rp.15.000/kg=

Rp.225.000/hari, dan untuk perhitungan

perbulan Chiliya Jamur rata-rata dapat

menghasilkan 15Kg *26 hari = 390 Kg, dari

6000 baglog, sehingga dengan asumsi segitu

Chiliya Jamur mendapat keuntungan sebesar

Rp.5.850.000 per bulan. Untuk keuntungan

keseluruhan per sekali panen, yaitu per

baglog menghasilkan 0,4 kg per baglog

x6000 baglog = 2.400 Kg x Rp.15.000 =

Rp.36.000.000/ sekali tahapan pemanenan.

Untuk biaya-biaya yang telah dikeluarkan

untuk biaya operasional per sekali panen,

yaitu: Pembuatan media sebesar

Rp.1000x6000 baglog

= Rp.6000.000+biaya upah per baglog

Rp.500 x6000 baglog= Rp.3000.000,

sehingga total biaya yang dikeluarkan

persekali panen sebesar Rp.9000.000. Dari

data diatas, dapat disimpulkan bahwa,

keuntungan Rp.36.000.000-biaya

operasional Rp.9000.000= Rp.27.000.000.

Jurnal Bisnis Corporate | 93

Adapun bahan – bahan yang

digunakan untuk membuat media tanam

media untuk baglog adalah serbuk kayu

yang telah diayak 85%-90% dan kalsium

karbonat(CaCO3) atau kapur pertanian

sebanyak 1-2 %. Daya tumbuh jamur tiram

putih pada baglog sebanyak 95% dari

jumlah baglog yang di tanam dengan

produktivitas 400 g/baglog dan jamur yang

dihasilkan per hari rata-rata 25 kg jamur.

Dan lama budidaya jamur tiram putih itu

dari awal pengisian sampai pemanenan

antara 5-6 bulan. Pemasaran jamur tiram

putih ini dilakukan oleh Pak Sudar dan

dibantu oleh satu orang karyawan pria.

Jamur tiram tersebut dijual kepada para

tengkulak dipasaran dan kadang-kadang ada

juga pembeli yang datang langsung

ketempat budidaya jamur tiram putih Pak

Sudar tersebut.

Rata-rata pelanggan yang datang

merupakan para pedagang bakso, pedagang

somai, pengusaha rumah makan, dan ibu

rumah tangga. Walaupun banyak sekali

permintaan akan jamur tiram putih oleh

pasar. Kondisi internal perusahaan Pak

Sudar yang merupakan usaha perseorangan

masih sulit mengembangkan usahanya

akibat belum mampu memproduksi sesuai

dengan permintaan pasar karena kendala

sumber daya yang ada, seperti modal yang

kurang, peralatan yang belum memadai,.

Dan kondisi eksternal seperti kurang nya

promosi, harga jual yang masih rendah,

mulai munculnya pesaing-pesaing dengan

usaha sejenis didaerah sekitar, dan kondisi

cuaca yang tidak menentu.

Bedasarkan kondisi yang dihadapi

oleh perusahaan ini, maka perusahaan

Chiliya Jamur pak Sudar memerlukan

strategi untuk dapat tetap menjaga eksistensi

bisnis nya dan meraih peluang dalam

memenuhi kebutuhan pasar akan jamur

tiram putih yang cukup tinggi. Apa saja

langkah-langkah strategi yang sudah dibuat

oleh Pak Sudar selaku pemilik Chiliya

Jamur sebagai suatu perencanaan jangka

panjang yang menyeluruh untuk

pengembangan usaha serta sebagai dasar

perencanaan fungsi-fungsi operasionalisasi

perusahaan.

Adapun strategi pengembangan

usaha kecil jamur tiram putih Pak Sudar,

dapat dilakukan dengan analisis lingkungan

internal dan lingkungan eksternal yang

dikenal dengan analisis SWOT. Analisis

SWOT merupakan analisis lingkungan

internal yang terdiri dari kekuatan

(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses)

serta lingkungan eksternal yang terdiri dari

peluang(Opportunity) dan

ancaman(Weaknesses). Sehingga melalui

analisis SWOT tersebut akan didapat

strategi pengembangan usaha jamur tiram

tersebut.

B. METODOLOGI

Bentuk penelitian yang digunakan

penulis dalam penelitian ini adalah dengan

metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang menggambarkan dan

menegaskan berbagai kondisi, situasi, atau

berbagai variabel, sedangkan penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bersifat

deskriptif karena analisis data yang

dilakukan tidak untuk menerima atau

menolak hipotesis, melainkan dengan

meneliti lebih dalam tentang gejala yang

dialami (Wirartha,2006:154).

C. PEMBAHASAN

Berikut peneliti sajikan pembahasan

dari perumusan masalah yang ada

Jurnal Bisnis Corporate | 94

a. Strategi Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha dasarnya

adalah tanggung jawab pengusaha itu.

Dalam pengembangan usaha, sangat

membutuhkan suatu pandangan kedepan

(visi), motivasi dan tentu saja sebuah

kreativitas (misi).

Dengan latar belakang sulitnya

mencari lapangan pekerjaan yang dihadapi

Pak Sudar pemilik usaha Chiliya Jamur,

ternyata muncul ide untuk membangun

suatu usaha. Usaha yang dibangun selain

bermanfaat untuk diri sendiri, juga

bermanfaat untuk masyarakat sekitar,

penyerapan tenaga kerja. Dalam mendirikan

suatu usaha yang mampu bertahan,

diperlukan suatu inovasi produk, inovasi

produk, merupakan penciptaan produk

baru,atau produk yang ada, dikembangkan,

sehingga berbeda dengan produk

sebelumnya.

Dalam membuat inovasi, Pak Sudar

pemilik Chiliya Jamur meningkatkan

kualitas produk dengan peningkatan ukuran

jamur yang cukup besar, dibandingkan

jamur yang diproduksi sebelumnya, dan

warna jamur yang dihasilkan lebih putih dari

jamur yang ada pada pesaing. Sehingga

dengan demikian produk jamur tiram putih

Chiliya Jamur disukai oleh pelanggan.

Dalam modal, Pak Sudar pemilik

Chiliya Jamur menggunakan modal sendiri,

dan apabila dana yang ada kurang, Pak

Sudar meminjam kepada sanak saudaranya,

tentunya dana yang dipinjam tidak terlalu

besar. Pemilik Chiliya Jamur, bisa

mengajukan proposal bantuan dana, kepada

pemerintah daerah lewat Dinas Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten

langkat. Sehingga dengan adanya bantuan

dana dari pemerintah daerah tersebut, dapat

mengatasi kendala dana yang ada.

Kerjasama yang dilakukan kepada

para pemasok merupakan bentuk kerjasama

yang bertujuan untuk menjalin komunikasi

yang baik antara Chiliya Jamur dengan

pemasok, sehingga dengan adanya

komunikasi yang baik maka diharapkan

pemasok akan memberikan bahan baku yang

baik.

Dalam mengembangkan usaha bisnis

nya dan meningkatkan volume penjualan

Pak Sudar pemilik Chiliya Jamur,

menghasilkan produk jamur yang

berkualitas baik, dengan ukuran yang jamur

yang besar dibandingkan dengan pesaing,

dan warna jamur lebih bewarna putih bersih.

Dengan kualitas produk baik, dan diiringin

dengan tampilan kemasan yang bagus dan

menarik sebagai nilai tambah bagi produk

jamur tiram yang dijual.

Dalam pengembangan usaha, sangat

membutuhkan suatu pandangan kedepan

(visi), motivasi dan tentu saja sebuah

kreativitas (misi). Jika ini yang dilakukan

oleh setiap pengusaha, maka besarlah

harapan untuk dapat menjadikan usaha yang

semula kecil menjadi skala menengah atau

bahkan menjadi sebuah usaha besar.

Bedasarkan teori diatas dapat disimpulkan

bahwa usaha Chiliya Jamur, menunjukan

perkembangan usaha yang sesuai dengan

teori yang dikemukakan diatas.

b. Analisis Lingkungan Internal

Faktor internal perusahaan

merupakan unit-unit dalam perusahaan yang

harus diperhatikan dan mempengaruhi

keputusan dan kebijakan dari perusahaan.

Chiliya Jamur merupakan usaha

kecil perorangan yang dimiliki oleh Bapak

Sudar. Usaha ini bergerak dibidang

agribisnis, tepatnya sebagai tempat budidaya

jamur tiram putih. Usaha ini terletak

dipinggir jalan utamakecamatan, tepatnya di

Desa Suka Mulya, Dusun Kepala Sungai

Kecamatan Secanggang, Kabupaten

Langkat. Usaha jamur tiram putih Chiliya

Jurnal Bisnis Corporate | 95

Jamur, yang didirikan oleh Pak Sudar berdiri

di awal Januari 2011. Lokasi budidaya

Chiliya Jamur, terletak dipinggir jalan besar,

dan berjarak 1 km dari pusat pasar

Kabupaten Langkat yaitu Pasar Stabat, yang

tentunya tempat budidaya Chiliya Jamur

strategis. Tempatnya juga tidak jauh dari

kota Kecamatan Secanggang.

Dalam memasarkan dan

mendistribusikan produk-produk yang

dihasilkan, untuk mendistribusikan hasil

produksi kepada para konsumen, pemilik

Chiliya Jamur, menjualnya kepada pihak

agen. Barang-barang yang ada pada agen,

akan dijual ke pengecer dan pihak pengecer

akan menyalurkan kekonsumen-konsumen

secara langsung.

Dalam menarik pelanggan, harga

yang murah dengan kualitas yang bagus

merupakan daya tarik tersendiri. Harga jual

produk Chiliya Jamur satu kg jamur dijual

seharga Rp.15.000, harga sesuai dengan

kesepakatan antara pihak Chiliya Jamur

dengan agen penjual.Dikarenakan para agen

harus menyesuaikan harga pasar, dengan

keuntungan mereka. Sehingga harga yang

ditetapkan merupakan harga standar

pasaran. Harga jamur tiram yang ada

dipasaran sekarang ini, per kilogram

Rp.15.000-Rp.16.000

Dalam proses distribusi dalam

bidang promosi, pihak Chiliya Jamur masih

kesulitan dalam mempromosikan produk

mereka, tetapi untuk menyiasatinya mereka

menempelkan merek didalam kemasan

mereka, yang berguna untuk membedakan

produk mereka dengan produk kompetitor.

Serta dalam kemasan merek, dicantumkan

nomor telepon, sehingga konsumen akan

mudah memesan secara langsung. Walaupun

begitu kemasan yang ada kurang menarik,

masih menggunakan kantong plastik

dikarenakan ketersediaan dana.

Keuangan merupakan suatu hal

yang penting dan menjadi kebutuhan primer

dalam suatu usaha, hal ini dikarenakan

pengolahan keuangan yang tidak baik dapat

membawa dampak kemunduran bahkan

kebangkrutan suatu usaha. Menurut

wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

adapun yang menjadi dasar pemilik Chiliya

jamur dalam menginvestasikan dananya

untuk usaha budidaya jamur tiram putih,

dikarenakan beliau waktu itu merasa sulit

mendapat pekerjaan, dan berbekal dari

pengalaman yang dibawah dari Pulau Jawa,

ketika merantau dan juga pasar jamur yang

begitu luas, tetapi masih sedikit yang

menggarap khususnya di daerah Kabupaten

Langkat. Dalam menjalankan bisnis jamur

tiram pemilik Chiliya Jamur masih

menggunakan modal sendiri, awalnya

modal yang ditanamkan berjumlah

Rp.10.000.000. Dalam menjalankan

usahanya Chiliya Jamur masih

menggunakan keuangan yang sederhana.

Keluar masuknya dana hanya dicatat

seadanya saja, dibuku catatan kecil pemilik

jamur. Permasalahan yang dihadapi

sekarang ini, Chiliya Jamur memiliki

kesulitan dana.

Apabila dalam menjalankan

usahanya, pemilik Chiliya Jamur mengalami

kesulitan dalam dana,pemilik Chiliya Jamur

meminjam dana ke sanak saudaranya, dana

yang dipinjam berupa dana yang tidak besar.

Dalam sistem pembayaran penjualan, pihak

Chiliya Jamur menggunakan sistem

pembayaran per satu minggu sekali, untuk

menagih pembayaran kepada para agen.

Dimana hasil produksi jamur tiram tersebut,

setiap hari diantar kepada agen-agen, dan

pihak agen akan membayar jamur tersebut

tiap minggu, yang sebelumnya pada setiap

kali jamur tiram diantar sama pihak Chiliya

Jamur kepada para agen, dilakukan

pencatatan masing-masing pihak, berapa

jumlah jamur yang dikirim tiap hari.

Jurnal Bisnis Corporate | 96

Dalam sumber daya manusia, Salah

satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan

dalam, menjalankan bisnisnya, umumnya

ditunjang oleh kualitas sumberdaya manusia

yang dimiliki. Oleh karena itu, penting bagi

setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas

tenaga kerja atau karyawan sebab secara

tidak langsung tenaga kerja atau karyawan

juga sangat berperan dalam menentukan

kemajuan suatu usaha.Sumber daya manusia

yang dimiliki oleh Chiliya Jamur

terbilangbaik. Artinya kualitas yang baik itu,

kualitas yang dapat melayani pelanggan

dengan baik. Para pekerja jamur tiram

Chiliya Jamurberjumlah enam orang, yang

rata-rata tamatan SD, SMP dan SMA.

Kemampuan para pekerja sudah memiliki

teknis yang baik, karena sudah di arahkan

langsung sama pemilik jamur Chiliya Jamur

tersebut, dan pada saat awal bekerja

diChiliya Jamur, pemilik Jamur melakukan

pelatihankepada karyawannya, pelatihan

yang diberikan berupa pelatihan dalam

pengisian baglog sehingga karyawan

memiliki kemampuan yang baik pada saat

bekerja.

Dalam operasional sehari-hari

pemilik Chiliya Jamur terjun langsung, ikut

bekerja. Sehingga tidak ada jarak antara

pemilik dengan karyawan. Dengan demikian

para pekerja tidak sungkan untuk

menanyakan sesuatu tentang kendala yang

dihadapi para pekerja. Pak Sudar, Pemilik

jamur tiram Chiliya Jamur memotivasi

karyawan dengan menjaga hubungan

komunikasi yang baik dengan para

karyawan lewat kekeluargaan,

memperhatikan mereka dan memberikan

bonus dalam bentuk uang, para karyawan

bekerja mulai pukul 09.00-12.00 wib.

Dalam proses produksi Chiliya

Jamur ini sampai pemanenan, dalam satu

periode panen dibutuhkan waktu 1-6 bulan,

yang mana bulan-bulan yang pertama dan

kedua para pekerja melakukan kegiatan

pembuatan media tanam dengan

pencampuran bahan dan pengomposan

media (yang mana para pekerja usaha jamur

tiram Chiliya Jamur ini dapat menghasilkan

200 baglog jamur/ hari, dan 6000 baglog

jamur/bulan), setelah itu dilakukan

pengemasan, sterilisasi media tanam dan

inokulasi (pemasukkan bibit pada media

tanam).

Setelah media tanam selesai di

inokulasi dengan bibit semai, tahap

selanjutnya tahap inkubasi (tanaman

diletakkan pada ruangan khusus injkubasi

tanam dengan cara media disusun di rak-rak

yang sudah disanitasi terlebih dahulu dengan

suhu diatur berkisar antara 25-28 derajat

Celsius dengan kelembapan 80-90% dengan

sedikit cahaya) lama proses inkubasi selama

4 minggu/ 1 bulan. Di bulan yang ketiga,

baglog-baglog yang sudah melewati proses

inkubasi, akan dipindah ke ruangan

pembuahan, yang mana suhu di ruangan

tersebut mulai diturunkan antara 22-25

derajat Celsius dengan kelembapan menjadi

80-85%, dan pada bulan keempat dan ke

lima, para pekerja tidak berproduksi. Masuk

bulan ke enam para pekerja memulai

membuat media tanam (baglog) kembali,

dan baglog-baglog tersebut disusun pada

kumbung inkubasi, selama 2 bulan. Untuk

bulan keenam juga masuk masa pemanenan

jamur yang siap dipanen.

Dalam proses produksi, pihak

Chiliya Jamur masih menggunakan alat-alat

yang masih tergolong sederhana. Dengan

proses pensterilan dengan membuat tempat

dari drum bekas dan dipanaskan dengan

menggunakan kompor gas. Drum bekas

yang sudah diisi baglog2 yang hendak

disterilkan, ditutup dengan beberapa lapis

plastik kaca, agar suhunya tetap terjaga dan

panasnya merata. Walaupun begitu, Chiliya

Jamur mendapatkan perhatian dari

pemerintah daerah, berupa alat pengemasan,

sehingga kemasan lebih rapi.

Jurnal Bisnis Corporate | 97

Kapasitas produksi Chiliya Jamur

memanen per hari 15 Kg, dengan ratarata

per baglog dapat menghasilkan 400gram

jamur, dan para pekerja dalam satu kali

periode penanaman, dapat menghasilkan

200 baglog/hari , dan 6000 baglog/ bulan.

Utnuk menghadapi persaingan, hasil

produksi jamur yang dihasilkan Chiliya

Jamur memiliki kualitas yang unggul

dengan ukuran yang lebih besar dari jamur

yang dijual pesaing dan bewarna lebih putih,

sehingga kualitas yang ada dapat dipercaya

masyarakat, bahwa jamur yang dihasilkan

benar-benar baik. Karyawan yang bekerja

dalam usaha budidaya Chiliya Jamur

berjumlah 6 orang.

Untuk meningkatkan usaha, dengan

penambahan tempat usaha, yaitu pihak

Chiliya Jamur, Luas tempat pembibitan

tiram secara keseluruhan berjumlah total

. Chiliya Jamurmembuat dua

kumbung berbeda, yang mana satu untuk

tempat pembuahan jamur tiram putih dan

satu lagi tempat inkubasi, masing-masing

dengan luas kumbung di buat dengan

berukuran 5m x 8 m dengan luas tanam 80

m persegi, dan mampu menampung 6.000

baglog.Sehingga proses produksi menjadi

lebih maksimal.

Bedasarkan teori menurut

Jatmiko(2004:68), lingkungan internal

adalah suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu

keadaan, suatu peristiwa, yang saling

berhubungan, dimana organisasi atau

perusahaan mempunyai kemampuan untuk

mengendalikan. Usaha budidaya Chiliya

Jamur, memiliki kekuatan yang mampu

mengatasi kelemahan yang ada.

c. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal perusahaan

adalah pelaku dan kekuatan diluar

perusahaan yang mempengaruhi

kemampuan manajemen dalam perusahaan

untuk mengembangkan dan

mempertahankan kelangsungan perusahaan.

Lingkungan eksternal memiliki dua macam

lingkungan eksternal, yaitu lingkungan kerja

atau industri dan lingkungan sosial.

Lingkungan kerja atau industri terdiri dari

elemen-elemen yang secara langsung

mempengaruhi operasi-operasi perusahaan.

Beberapa elemen tersebut adalah pemasok,

pesaing dan pelanggan

Dalam proses operasional sehari-

hari, ketersediaan bahan baku, menjadi

sangat penting. Pasokan bahan baku seperti

dalam pembuatan media, dalam hal ini

pengadaaan serbuk kayu, pihak Chiliya

Jamur bekerjasama dengan tempat

pembelahan kayu yang ada disekitaran

usahaChiliya Jamur, dengan kesepakatan

serbuk kayu diambil sendiri dan pembelian

50 goni kayu, dengan harga satu goni

sebesar Rp.6.000 rupiah setiap setengah

bulan sekali. Untuk bahan baku dedak

diambil dari kilang padi, sebanyak 50

kilogram, dengan harga satu kilogram

dedak Rp.2.500/kg dan dengan sekali

periode produksi dapat menggunakan

sebanyak 50 kilogram dedak, dan kapur

pertanian diambil dari toko pertanian,

sebanyak 2 sak , dengan harga satu sak

Rp.20.000.

Chiliya Jamur, menjaga hubungan

komunikasi yang baik dengan para pemasok,

agar kedepan tidak terjadi miss

communication, dikarenakan pemasok

merupakan hal yang sangat penting dalam

proses operasional perusahaan. Sehingga

dengan adanya komunikasi yang baik, pihak

Chiliya Jamur menjalin hubungan yang

sangat lama dengan para pemasok, sehingga

harga bahan baku dibuat murah, dalam

menjaga ketersediaan pasokan bahan baku,

Chiliya Jamur menjalin komunikasi tidak

hanya pada satu pemasok saja, tetapi kepada

pemasok-pemasok yang lain, yang ada

dilingkungan sekitaran tempat budidaya.

Jurnal Bisnis Corporate | 98

Dengan peningkatan tren untuk

mengkonsumsi makanan kesehatan

dikalangan masyarakat, membuat peluang

yang besar bagi Chiliya Jamur, dikarenakan

jamur merupakan makananan yang

menyehatkan. Sehingga permintaan akan

jamur semakin terus meningkat. Untuk

mencapai peluang tersebut, Chiliya Jamur,

menjaga mutu produk mereka, dengan

produk unggulan dari yang lain. Produk

yang mereka hasilkan lebih unggul, dari segi

ukuran, produk Chiliya jamur lebih besar

dari jamur pesaing dan lebih putih dari

jamur tiram lainnya, yang mana jamur tiram

yang besar dan bewarna putih bersih,

merupakan produk yang dicari oleh

konsumen dipasaran.Disekitaran lingkungan

perusahaan, masyarakat sekitar bisa

dijadikan konsumen dari Chiliya Jamur,

sehingga meningkatkan penjualan.

Penerapan teknologi pada budidaya

jamur tiram putih Chiliya Jamur masih

tergolong sederhana, diantaranya alat yang

digunakan untuk sterilisasi baglog/ media

tanam tidak menggunakan alat autoklaf

(merupakan alat yang berfungsi sebagai alat

sterilisasi media) tetapi masih menggunakan

drum bekas dan ditutupi pakai plastik kaca.

Belum adanya alat Laminar Air Flow (LAF)

yang berfungsi sebagai tempat melakukan

isolasi tubuh buah jamur atau inokulasi saat

pembuatan kultur murni. Tetapi pada proses

pemanasan untuk sterilisasi media tanam,

Chiliya Jamur sudah menggunakan kompor

gas karena lebih efesien dan menghemat

biaya produksi. Namun untuk menyiasati

alat-alat produksi yang kurang modern dan

tidak ada, seperti dalam isolasi bibit, Pak

Sudar, melakukannya didalam ruang khusus,

sehingga tidak terkontaminasi dari

lingkungan luar, yang dapat menggangu

pertumbuhan jamur tiram putih. Namun ada

juga produk yang sudah modern, seperti

penggunaan alat yang digunakan untuk

proses packaging yang berasal dari bantuan

pemerintah daerah.

Dalam menghadapi kondisi ekonomi

yang tidak menentu, seperti kenaikan harga

bahan bakar gas, yang mana gas merupakan

bahan baku yang dipakai untuk mensterilkan

baglog-baglog, apabila harga gas naik, maka

Chiliya Jamur menyiasatinya dengan

mengganti produk bahan bakar gas, dengan

kayu, dikarenakan, tidak jauh dari

lingkungan sekitar tempat budidaya jamur

tiram putih Chiliya Jamur, terdapat hutan

kayu bercampur dengan perkebunan tebu,

sehingga bisa dimanfaatkan untuk

mengganti produk gas yang mahal dengan

kayu-kayu yang ada. Apabila kayu yang ada

sudah tidak memungkinkan lagi untuk

diambil, maka Chiliya Jamur, akan

menaikkan harga jamur, tetapi harga yang

ada masih bisa dijangkau oleh pembeli.

Didaerah lingkungan sekitar Chiliya Jamur,

terdapat beberapa pesaing yang muncul,

namun tingkat persaingan yang ada tidak

terlalu tinggi, dengan adanya pesaing yang

muncul, kedepan akan berdampak terjadi

persaingan dalam mendapatkan bahan baku

produksi, sehingga merupakan suatu

ancaman yang dapat mengganggu

operasional Chiliya Jamur.

Sesuai dengan teori diatas

disimpulkan bahwa Chiliya Jamur memiliki

pemasok yang baik, yang mana pemasok

merupakan kekuatan dari luar yang dapat

mendukung dan mempertahankan usahanya,

dan juga pasar yang terbuka luas dengan

naiknya tren dalam mengkonsumsi jamur

tiram.

Usaha budidaya jamur tiram putih

Chiliya Jamur dapat mengembangkan usaha

nya dengan melihat analisis SWOT usaha

budidaya jamur tiram putih Chiliya Jamur,

dapat berkembang. Pemilik Chiliya Jamur

menggunakan Matriks Kekuatan (Strengths)

Jurnal Bisnis Corporate | 99

–Kelemahan (Weaknesses) – Peluang

(Opportunities) – Ancaman (Threats), yag

dapat digunakan sebagai alat yang

membantu untuk meningkatkan

pengembangan usaha lewat mengembangan

strategi yang diatas.

Adapun Strategi yang diterapkan oleh

Chiliya Jamur, yaitu Strategi pengembangan

usaha yang diterapkan dalam pengembangan

usaha Chiliya Jamur adalah strategi

intensif.Strategi intensif yang dilaksanakan

dengan pengembangan produk, yaitu

mencari kenaikan penjualan dengan

mengembangkan jasa yang baru, yaitu:

a. Budidaya Chiliya Jamur agen

jamur pengecer konsumen

b. Budidaya Chiliya Jamur

pedagang bakso konsumen

c. Budidaya Chiliya Jamur

konsumen

dan Strategi SO, yang memanfaatkan

seluruh kekuatan dan merebut peluang yang

ada, alternatif strategi nya yaitu:

1. Memproduksi produk yang melebihi

target produksi untuk memenuhi

permintaan pasar.

Memproduksi produk yangbanyak

untuk memenuhi permintaan pasar yang

besar, dengan memanfaatkan sumber daya

manusia yang baik kinerjanya dan tempat

usaha yang luas. Sehingga Chiliya Jamur

dapat menggenjot produksi jamur nya guna

memenuhi permintaan pasar yang besar,

yang biasanya per hari Chiliya Jamur

mampu menghasilkan 15kg jamur, kedepan

yang menjadi target Pak Sudar menjadi 25kg

per hari. Sehingga dengan produksi yang

meningkat, dapat pula meningkatkan

pendapatan jamur tersebut.

2. Memanfaatkan sumber daya manusia

yang ada untuk menjalin kerjasama

dengan pemasok.

Sumber daya manusia yang bekerja

pada usaha budidaya jamur tiram putih

Chiliya Jamur berjumlah 6 orang,

merupakan orang-orang dilingkungan

sekitar tempat usaha, mereka tersebut

memiliki jaringan yang dapat dimanfaatkan

untuk mendekatkan pemilik dengan

pemasok, guna menjalin kerja sama lebih

intens lagi, dan juga para karyawan, bisa

memberikan informasi tentang sumber

alternatif, untuk menggantikan pemasok

bahan baku yang ada sekarang, yaitu

pemasok bahan baku serbuk kayu, dedak,

dan kapur pertanian. Apabila pemasok yang

ada sekarang tidak mampu lagi

menyediakan bahan baku.

3. Memanfaatkan keadaan lingkungan

usaha dan produk yang menjanjikan

untuk mendapatkan bantuan dari

pemerintah daerah.

Kondisi lingkungan yang usaha baik

dengan lokasi yang strategis, yang terletak

dipinggir jalan besar, tempat usaha yang

luas, dan dapat menghasilkan produk yang

bagus. Merupakan keunggulan dari usaha

Chiliya Jamur, kodisi tersebut dapat

digunakan untuk mengajukan proposal

usaha, guna mendapatkan bantuan dari

pemerintah daerah, baik bantuan dalam

bentuk pelatihan-pelatihan usaha kepada Pak

Sudar pemilik Chiliya Jamur.

Strategi WO merupakan strategi untuk

memperkecil kelemahan dan memanfaatkan

peluang yang ada.

1. Menggunakan tekologi media yang

ada, untuk mempromosikan produk.

Dalam mempromosikan produk,

banyak cara yang dapat dilakukan, salah

Jurnal Bisnis Corporate | 100

satunya penggunaan teknologi komunikasi

sekarang ini. Teknologi komunikasi

merupakan media yang unggul dan tidak

mahal, seperti mempromosikan produk ke

jejaring sosial yang ada, seperti Twitter,

Facebook, dan BlackBerry Massenger.

Media jejaring sosial selain mempromosikan

dengan cara yang murah, selain itu media

sosial merupakan media yang ampuh dalam

mempromosikan suatu produk, dikarenakan,

rata-rata hampir semua orang

menggunakan media sosial tersebut.

2. Memanfaatkan bantuan pemerintah

daerah dengan meminta teknologi

untuk memperbaiki packaging.

Pihak Chiliya Jamur harus

memanfaatkan bantuan yang diberikan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Langkat,

melalui dinas Dinas Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah. Bantuan yang

diberikan bisa berupa alat operasional.

Dikarenaka pihak Chiliya Jamur sangat

membutuhkan alat untuk packaging, pemilik

jamur tiram harus membuat proposal

bantuan yang ditujukan kepada Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Kabupaten Langkat.

3. Memanfaatkan bantuan pemerintah

daerah untuk mencari sumber dana .

Chiliya Jamur harus memanfaatkan

semaksimal mungkin bantuan dari

pemerintah daerah. Kesempatan tersebut

harus segera dimanfaatkan, dengan

mengajukan bantuan dana lewat pengajuan

proposal.

Strategi ST merupakan strategi untuk

menggunakan segala kekuatan untuk

mengatasi ancaman.

1. Menaikkan harga jual produk,

dengan memanfaatkan kualitas

produk yang unggul.

Menaikkan harga jual adalah jalan

terakhir untuk mengatasi kenaikan harga

bahan bakar gas. Apabila terjadi kenaikkan

harga gas, bisa dicari pengganti bahan bakar

gas tersebut dengan penggunaan kayu bakar,

namun apabila terjadi kelangkaan kayu,

menaikkan harga produk merupakan jalan

terakhir untuk menutup biaya bahan bakar

gas untuk operasional. Apabila produk

dinaikkan , diiringin dengan kenaikan

kualitas produk yang bagus, sehingga

konsumen akan merasa puas.

2. Memberikan produk yang unggul

kepada para konsumen, guna

mengatasi produk pesaing.

Untuk menghadapi persaingan antar

sesama produk, Chiliya Jamur harus

memanfaatkan produk mereka yang unggul

untuk memenangkan persaingan.

Keunggulan produk yang ada tidak dimiliki

oleh produk pesaing, keunggulan nya berupa

jamur yang dihasilkan memiliki ukuran yang

besar, dan bewarna putih bersih sehingga

pelanggan tertarik untuk mengkonsumsi

produk tersebut.

Strategi WT , yaitu strategi untuk bertahan

dari ancaman dengan kelemahan yang

dimiliki perusahaan

1. Memperbaiki kemasan produk, guna

meningkatkan harga jual untuk

menutupi kenaikan bahan bakar.

Dalam meningkatkan harga jual,

Chiliya Jamur harus memperbaiki kemasan

produk, dengan memperbaiki tampilan

kemasan, akan menaikkan harga jual

produk. Walaupun harga produk dinaikkan,

pelanggan tidak akan merasa keberatan,

sehingga harga naik, Chiliya Jamur bisa

menutupi harga bahan bakar gas tersebut.

Jurnal Bisnis Corporate | 101

2. Meningkatkan promosi dan

memperbaiki tampilan produk, guna

menghadapi pesaing.

Chiliya Jamur harus meningkatkan

promosi produk, agar produk semakin

dikenal oleh masyarakat sekitar, sehingga

produk masuk kedalam mindset masyarakat.

Selain itu produk dikemas dengan baik dan

dengan tampilan yang menarik, sehingga

mampu bersaing dengan produk pesaing.

Penelitian ini didukung oleh

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Muhammad Reza Yusa (2011),

menyimpulkan bahwa bedasarkan

identifikasi faktor-faktor internal E-coFarm,

perusahaan memiliki kekuatan dan

kelemahan. Bedasarkan identifikasi faktor-

faktor eksternal E-coFarm yaitu lingkungan

makro dan lingkungan industri,perusahaan

menghadapi berbagai peluang dan ancaman.

Dan penentuan alternatif strategi dengan

menggunakan matriks

SWOT,dihasilkansepuluhstrategi yang

diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan

cara melakukan wawancara secara langsung

dengan manajer lapangan.

Berbeda juga dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan Devi

Mustikawati (2010). Menyimpulkan bahwa,

strategi yang dihasilkan diperoleh ini berasal

dari pencocokan faktor-faktor strategis dari

lingkungan internal dan eksternal lewat

analisis SWOT. Enam kekuatan dan tujuh

kelemahan diperoleh dari analisis

lingkungan internal.Sedangkan hasil dari

analisis lingkungan eksternal terdiri dari

enam peluang dan enam ancaman. Strategi

yang dihasilkan terdiri dari: (1)Memperbaiki

dan meningkatkan kualitas produk,

(2)Peningkatan kapasitas produksi

perusahaan, (3)Peningkatan kualitas SDM

perusahaan, (4)Pembuatan perencanaan

usaha secara terstruktur dan sistematis,

(5)Menerapkan teknologi yang lebih

canggih dan efesien, (6)Meningkatkan

kegiatan promosi perusahaan, (7)Menjalin

kemitraan dan networking dengan

stakeholder, (8)Menerapkan system

produksi yang sesuai dengan standar SOP

dan GAP, dan (9)Memperjelas sistem

pembayaran atau kontak.

D. KESIMPULAN

Menghadapi persaingan antar sesama

produk, Chiliya Jamur harus memanfaatkan

produk mereka yang unggul untuk

memenangkan persaingan. Keunggulan

produk yang ada tidak dimiliki oleh produk

pesaing, keunggulan nya berupa jamur yang

dihasilkan memiliki ukuran yang besar, dan

bewarna putih bersih sehingga pelanggan

tertarik untuk mengkonsumsi produk

tersebut.

Strategi WT , yaitu strategi untuk bertahan

dari ancaman dengan kelemahan yang

dimiliki perusahaan

Memperbaiki kemasan produk, guna

meningkatkan harga jual untuk menutupi

kenaikan bahan bakar.

Dalam meningkatkan harga jual,

Chiliya Jamur harus memperbaiki kemasan

produk, dengan memperbaiki tampilan

kemasan, akan menaikkan harga jual

produk. Walaupun harga produk dinaikkan,

pelanggan tidak akan merasa keberatan,

sehingga harga naik, Chiliya Jamur bisa

menutupi harga bahan bakar gas tersebut.

Meningkatkan promosi dan

memperbaiki tampilan produk, guna

menghadapi pesaing.

Chiliya Jamur harus meningkatkan

promosi produk, agar produk semakin

dikenal oleh masyarakat sekitar, sehingga

produk masuk kedalam mindset masyarakat.

Jurnal Bisnis Corporate | 102

Selain itu produk dikemas dengan baik dan

dengan tampilan yang menarik, sehingga

mampu bersaing dengan produk pesaing.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, Agus dan Parjimo. 2007. Budidaya

Jamur (Jamur Kuping, Jamur Tiram dan

Jamur Merang). Agromedia Pustaka. Jakarta

Mustikawati, Devi. Rebuild Contract

Farming: Solusi Tepat Akses Petani Kecil ke

PasarModern.Bogor. repository.ipb.ac.id/jspui/handle/123456789/27

724

Pasaribu, T., Permana D.R., dan Alda E.R.,

2002. Aneka Jamur Unggulan Yang

Menembus Pasar. PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia. Jakarta

Gumbira, Said., E.Rahmayanti dan M.Z.

Muttaqin. 2001. “Manajemen

Teknologi Agribisnis, Kunci Daya Saing

Global Produk Agribisnis”. Pertanian

Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

RD. Jatmiko. Pengantar Bisnis. Malang :

UMM Press.2004

Muhammad Reza Yusa ,Analisiss strategi

Pengembangan usaha pada e-cofarm,

kampus IPB Darmaga-Bogor.Skripsi.IPB.

Bogor. 2011

I Made Wirartha,Metode Penelitian Sosial

Ekonomi. Yogyakarta: Andi Offset. 2006

www.deptan.go.id

Jurnal Bisnis Corporate | 103

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR STANDARDIZATION

(ISO 9001:2008) TERHADAP KINERJA PEGAWAI

PADA PT ASIA SAKTI WAHID FOODS MANUFACTURE MEDAN

oleh

ASWAND HASOLOAN S.Sos, M.Si

ABSTRACT

This research aims to analyze the effect of the application of Quality Management System

ISO 9001: 2008 with the performance of employees at PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture.

The results of this research are expected to provide benefit as references and material input for

PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture. This research is a form of associative research, using

a quantitative approach. Population in this research is employees at the office of PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture which consisted of 230 people. By using the sample Slovin Formula,

these studies amounted to 70 people. Data collection techniques using question

form/questionnaire and documentation. Validity test done by comparing the value of probability

and reliability test done by looking at the value of Cronbach Alpha. A classic assumption test

used is the test of normality and heterokedastisitas test. Then proceed with the analysis of data

correlation Pearson Product Moment, simple linear regression, and hypotheses test. Based on

the research results obtained that the correlation between the performance of the Quality

Management System is 0,426, meaning a direct relationship. Regression equation of the Model is

Y = 32,363 + 0, 417X. From the regression equation, obtained constant` 32,363 and constant

coefficient of regression Quality Management System variable is 0,417. Based on the results of

test T concluded that the Quality Management System have an effect on the performance of

employees at PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture. The R-Square value is 0,182. It means

that 18,2 % variation performance determined by the role of the Quality Management System,

while 81,8% the rest is influenced by variations of other variables that are not included in this

research.

Key words: Quality Management System (ISO 9001: 2008), the performance of employees.

A. PENDAHULUAN

Dari tahun ke tahun kesadaran

masyarakat akan pentingnya sebuah kualitas

semakin meningkat. Masyarakat mulai sadar

bahwa dalam memilih sesuatu hal, tidak

hanya kuantitas saja yang menjadi

pertimbangan tetapi kualitas pun juga harus

dipertimbangkan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kualitas adalah tingkat

baik buruknya sesuatu, sedangkan kuantitas

adalah jumlah atau banyaknya.

Menurut Prawirosentono (2007 : 2)

ada beberapa alasan suatu organisasi atau

perusahaan memproduksi produk yang

berkualitas, yaitu pertama, produk yang

berkualitas akan membuat konsumen yang

menggunakannya merasa puas sehingga

terbentuklah loyalitas konsumen terhadap

produk perusahaan. Kedua, memproduksi

produk yang berkualitas tinggi tidak selalu

lebih mahal biaya produksinya daripada

memproduksi produk yang berkualitas

rendah, sebab perusahaan yang

memproduksi produk yang berkualitas tinggi

secara berkelanjutan akan meningkatkan

Jurnal Bisnis Corporate | 104

produktivitas dan mengurangi biaya karena

adanya dukungan dari teknologi yang

membuat proses produksi menjadi lebih

efisien. Ketiga, jika dibandingkan antara

memproduksi produk yang berkualitas baik

dengan memproduksi produk yang

berkualitas rendah, memproduksi produk

yang berkualitas rendah memiliki lebih

banyak risikonya. Misalnya, produk yang

berkualitas rendah akan mendapatkan lebih

banyak keluhan dari pelanggan. Keluhan ini

akan membuat citra perusahaan menurun.

Selain itu, untuk produk yang memiliki

layanan purna jual, biaya perbaikan produk

akan sangat besar.

Alasan-alasan itulah yang membuat

organisasi atau perusahaan semakin giat

untuk meningkatkan tidak hanya kuantitas

tetapi juga kualitas produk dan/atau jasa

yang dihasilkan oleh organisasi atau

perusahaan. Dalam menentukan baiknya

kualitas suatu produk dan/atau jasa,

diperlukan suatu standard yang digunakan

sebagai acuan agar terdapat suatu kesamaan

persepsi dalam menilai kualitas.

Hal inilah yang melandasi

munculnya International Organization for

Standardization (ISO 9001:2008). ISO

9001:2008 adalah suatu standard yang

mengatur bagaimana sistem manajemen

mutu (SMM) didalam suatu organisasi.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)

ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu -

Dasar-Dasar dan Kosakata, sistem

manajemen mutu adalah kumpulan unsur-

unsur yang saling terkait atau berinteraksi

untuk menetapkan kebijakan dan sasaran

untuk mengarahkan dan mengendalikan

organisasi.

Salah satu perusahaan di Medan

yang menerapkan ISO 9001:2008 adalah PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture. PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture

merupakan perusahaan pembuat biskuit

yang telah mengekspor produknya ke

berbagai negara seperti Thailand, Brunei

Darussalam, Vietnam, Hongkong, Australia,

dan lain-lain. Agar dapat memasuki pasar

internasional dan mendapatkan kepercayaan

konsumen di negara tujuan, maka sejak

tahun 2009 PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture menerapkan ISO 9001:2008.

Untuk menjaga dan meningkatkan ekspor

produknya diperlukan kinerja pegawai yang

baik sehingga mampu menghasilkan produk

sesuai kebutuhan konsumen agar produk-

produk PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture dapat bersaing dengan produk

lainnya di pasar internasional. Kinerja

merupakan hasil atau pencapaian yang

didapat dari kerja pegawai dengan tujuan

untuk mencapai tujuan organisasi.

Masalah yang dihadapi oleh PT Asia

Sakti Wahid Foods Manufacture adalah

semenjak PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture menerapkan ISO 9001:2008

pada tahun 2009, ada target volume

produksi per tahun yang tidak dapat dicapai

oleh perusahaan. Rincian target volume

produksi PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture dan realisasinya selama tahun

2009 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel.1

Target dan Realisasi Volume

Produksi

Tahun Target

Volume

Produksi/Tahun

Realisasi

Volume

Produksi/Tahun

2009 12.000 ton 12.920,66 ton

2010 15.000 ton 15.849,58 ton

2011 17.000 ton 16.843,17 ton

2012 19.000 ton 19.519,61 ton

2013 22.000 ton 21.578,26 ton

Sumber: Data PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

bahwa semenjak PT Asia Sakti Wahid

Jurnal Bisnis Corporate | 105

Foods Manufacture menerapkan ISO

9001:2008 pada tahun 2009, terjadi

peningkatan volume produksi hingga tahun

2013. Namun, meskipun volume produksi

pada tahun 2009 hingga tahun 2013

meningkat, pada tahun 2011 dan tahun 2013

volume produksi PT Asia Sakti Wahid

Foods Manufacture tidak mencapai target

yang diinginkan oleh perusahaan. Hal ini

mengindikasikan adanya masalah pada

kinerja pegawai PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture.

Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis tertarik untuk melihat adakah

pengaruh antara penerapan Sistem

manajemen Mutu dengan kinerja pegawai

pada PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture. METODOLOGI

Dilihat dari permasalahannya, bentuk

penelitian ini adalah penelitian asosiatif.

Penelitian asosiatif adalah penelitian yang

berusaha untuk menganalisis hubungan atau

keterkaitan suatu variabel dengan variabel

lainnya, atau apakah suatu variabel

merupakan sebab perubahan variabel

lainnya. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif untuk melihat

bagaimana pengaruh antara sistem

manajemen mutu dengan kinerja pada PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture.

B. PEMBAHASAN

Data yang akan disajikan berikut ini

adalah data identitas responden, data hasil

uji validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian, dan data hasil perhitungan

kuisioner. Dalam penelitian ini, kuisioner

disebarkan kepada 70 pegawai pada PT Asia

Sakti Wahid Foods Manufacture Medan.

Angket disebarkan kepada para responden

terhitung mulai tanggal 10 Maret 2014

sampai dengan 13 Maret 2014 di Kantor PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture yang

berlokasi di Jalan Pertanahan 1 No. 7,

Kampung Timbang Deli Medan. Dari

kuisioner yang disebarkan tersebut maka

akan diperoleh dua data yaitu data

responden dan data penelitian.

Profil Responden

Dari kuisioner yang telah disebarkan

kepada 70 responden, maka penulis

mendapatkan profil responden sebagai

berikut.

Tabel. 2

Profil Responde

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Kriteria Sub

Kriteria

Jumla

h

Persenta

se (%)

Jenis

Kelamin

Pria

Wanita

36

34

51,4

48,6

Total 70 100%

Usia < 30 Tahun

30-40 Tahun

> 40 Tahun

31

28

11

44,3

40

15,7

Total 70 100%

Lama

Bekerja

< 1 Tahun

1-5 Tahun

> 5 Tahun

8

34

28

11,4

48,6

40

Total 70 100%

Pendidik

an

Terakhir

SMA

D1

D3

S1

31

4

5

30

44,3

5,7

7,1

42,9

Total 70 100%

Jurnal Bisnis Corporate | 106

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa

dari segi jenis kelamin, lebih banyak pria

yang bekerja di PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture daripada wanita, meskipun

selisih persentase antara pria dan wanita

tidak terlalu jauh yaitu 51,4% untuk pria dan

48,6% untuk wanita. Dari segi usia,

responden dalam penelitian ini lebih

didominasi oleh pegawai dengan usia

kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 31

orang atau 44,3%. Kemudian dari segi

lamanya bekerja, responden dalam

penelitian ini lebih didominasi oleh pegawai

yang telah bekerja pada PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture selama kurun

waktu antara 1 tahun hingga 5 tahun. Dari

segi pendidikan terakhir yang ditempuh oleh

responden, dapat dilihat bahwa ada selisih

yang tidak terlalu jauh antara responden

yang memiliki pendidikan terakhir SMA

dengan responden yang memiliki pendidikan

terakhir S1, yaitu 44,3% untuk pendidikan

SMA dan 42,9% untuk pendidikan S1.

Penyajian Data untuk Variabel X (Sistem

Manajemen Mutu)

1. Uji Validitas Variabel X (Sistem

Manajemen Mutu)

Uji validitas instrumen kuisioner

untuk variabel X (Sistem Manajemen Mutu)

dalam penelitian ini dilakukan kepada 10

responden dengan r tabel sebesar 0,632.

Pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Hasil

uji validitas instrumen kuisioner untuk

variabel X (Sistem Manajemen Mutu) dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

bahwa dari 21 item kuisioner variabel X

yang diuji validitasnya, semua item

dinyatakan valid karena r hitung masing-

masing item lebih besar dari r tabel yaitu

Korelasi Antara Nilai

Korelasi

(r)

Keterangan

Item no.1 dengan total 0,92 Valid

Item no.2 dengan total 0,92 Valid

Item no.3 dengan total 0,92 Valid

Item no.4 dengan total 0,7 Valid

Item no.5 dengan total 0,7 Valid

Item no.6 dengan total 0,92 Valid

Item no.7 dengan total 0,894 Valid

Item no.8 dengan total 0,894 Valid

Item no.9 dengan total 0,92 Valid

Item no.10 dengan total 0,918 Valid

Item no.11 dengan total 0,894 Valid

Item no.12 dengan total 0,894 Valid

Item no.13 dengan total 0,894 Valid

Item no.14 dengan total 0,892 Valid

Item no.15 dengan total 0,892 Valid

Item no.16 dengan total 0,892 Valid

Item no.17 dengan total 0,892 Valid

Item no.18 dengan total 0,937 Valid

Item no.19 dengan total 0,894 Valid

Korelasi Antara Nilai

Korelasi

(r)

Keterangan

Item no.20 dengan total 0,843 Valid

Item no.21 dengan total 0,918 Valid

Jurnal Bisnis Corporate | 107

0,632. Oleh karena itu, 21 item tersebut

dapat dilanjutkan untuk diuji reliabilitasnya.

2. Uji Reliabilitas Variabel X (Sistem

Manajemen Mutu)

Tabel. 4

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Sistem

Manajemen Mutu)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.985 21

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Untuk pengujian reliabilitas terhadap

item kuisioner variabel X yang valid

didapatkan hasil sebesar 0,985 dan lebih

besar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan

item kuisioner variabel X dalam penelitian

ini reliabel. Dengan begitu, seluruh item

kuisioner dapat digunakan dan dilanjutkan

untuk disebar kepada 70 responden.

3. Skor Hasil Penyebaran Kuesioner

Variabel X (Sistem Manajemen

Mutu) Setelah kuisioner disebarkan, data

jawaban kuisioner yang didapat kemudian

dipersentasekan untuk masing-masing

kategori jawaban. Setiap jawaban dihitung

persentasenya dan dirata-ratakan untuk

mendapatkan skor dari masing-masing item

pertanyaan yang kemudian akan diukur

kriteria persentasenya.

Tabel. 5

Pimpinan Puncak telah Menetapkan

Kebijakan Mutu Perusahaan

Keterangan

Jumlah

F Persenta

se (%)

Skor

a.Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak

Setuju

d. Sangat

Tidak Setuju

40

30

0

0

57,1

42,9

0

0

160

90

0

0

Total 70 100% 250

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

menetapkan kebijakan mutu perusahaan.

Sebanyak 57,1% responden menyatakan

sangat setuju bahwa pimpinan puncak (top

manajemen) telah menetapkan kebijakan

mutu perusahaan, sedangkan sisanya

sebanyak 42,9% menyatakan setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

pimpinan puncak (top manajemen) telah

menetapkan kebijakan mutu perusahaan.

Kebijakan mutu dibuat sebagai acuan bagi

pegawai untuk terus menerus menjaga dan

meningkatkan mutu produksi dan pelayanan

PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture

Medan.

Jurnal Bisnis Corporate | 108

Tabel. 6

Pimpinan Puncak telah Memastikan

Sasaran Mutu Perusahaan Ditetapkan

(Sumber: Hasil Penelitian)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan sasaran mutu perusahaan

ditetapkan. Sebanyak 54,3% responden

menyatakan sangat setuju dan 42,9%

menyatakan setuju bahwa pimpinan puncak

(top manajemen) telah memastikan sasaran

mutu perusahaan ditetapkan. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa pimpinan puncak (top

manajemen) telah memastikan sasaran mutu

perusahaan ditetapkan. Sasaran mutu

perusahaan ditetapkan sebagai target yang

akan dicapai oleh perusahaan. Dalam

menetapkan sasaran mutu, perusahaan juga

memperhatikan perkembangan teknologi

dan juga selera masyarakat.

Tabel. 7

Pimpinan Puncak telah Melakukan

Tinjauan Manajemen

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak

Setuju

d. Sangat

Tidak Setuju

36

33

1

0

51,4

47,1

1,4

0

144

99

2

0

Total 70 100% 245

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

melakukan tinjauan manajemen. Sebanyak

51,4% responden menyatakan sangat setuju

dan 47,1% menyatakan setuju bahwa

pimpinan puncak (top manajemen) telah

melakukan tinjauan manajemen, sedangkan

1,4% responden menyatakan tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden sangat setuju bahwa

pimpinan puncak (top manajemen) telah

melakukan tinjauan manajemen. Tinjauan

manajemen dilakukan sebagai bagian dari

penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008. Tinjauan manajemen dilakukan

untuk memantau manajemen PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture dalam

menerapkan ISO 9001:2008.

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat

Setuju

b. Setuju

c.Tidak

Setuju

d.Sangat

Tidak

Setuju

38

32

0

0

54,3

45,7

0

0

152

96

0

0

Total 70 100% 248

Jurnal Bisnis Corporate | 109

Tabel. 8

Perusahaan Selalu Berusaha untuk

Memenuhi Keinginan Pelanggan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

39

31

0

0

55,7

44,3

0

0

156

93

0

0

Total 70 100% 249

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi

keinginan pelanggan. Sebanyak 55,7%

responden menyatakan sangat setuju dan

44,3% menyatakan setuju bahwa perusahaan

selalu berusaha untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Artinya, mayoritas responden

menyatakan sangat setuju bahwa perusahaan

selalu berusaha untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Hal ini dikarenakan PT Asia

Sakti Wahid Foods Manufacture menyadari

sepenuhnya bahwa agar dapat bersaing

dipasaran, perusahaan harus selalu berusaha

untuk memenuhi keinginan pelanggan agar

mereka menjadi loyal terhadap produk-

produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Tabel. 9

Perusahaan Selalu Berusaha untuk

Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan selalu berusaha untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan.

sebanyak 62,9% responden menyatakan

sangat setuju dan 35,7% menyatakan setuju

bahwa perusahaan selalu berusaha untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan,

sedangkan 1,4% responden menyatakan

tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Artinya, mayoritas responden menyatakan

sangat setuju bahwa perusahaan selalu

berusaha untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan. Hal ini dikarenakan PT Asia

Sakti Wahid Foods Manufacture selalu

berorientasi kepada pelanggan, sehingga

meningkatkan kepuasan pelanggan menjadi

hal yang penting bagi perusahaan.

Tabel. 10

Pimpinan Puncak telah Memastikan

bahwa Kebijakan Mutu Sesuai dengan

Sasaran Perusahaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

40

29

1

0

57,1

41,4

1,4

0

160

87

2

0

Total 70 100% 249

Jurnal Bisnis Corporate | 110

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan bahwa kebijakan mutu sesuai

dengan sasaran perusahaan. Sebanyak

57,1% responden menyatakan sangat setuju

dan 41,4% menyatakan setuju bahwa

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan bahwa kebijakan mutu sesuai

dengan sasaran perusahaan, sedangkan

sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa pimpinan puncak (top

manajemen) telah memastikan bahwa

kebijakan mutu sesuai dengan sasaran

perusahaan. Hal ini dikarenakan PT Asia

Sakti Wahid Foods Manufacture telah

menyesuaikan kebijakan mutu dengan

sasaran mutu agar kebijakan mutu dan

sasaran mutu yang ada dapat mengarahkan

perusahaan untuk dapat mencapai visi

perusahaan.

Tabel.11

Pimpinan Puncak telah Memastikan

bahwa Kebijakan Mutu

Dikomunikasikan dalam Perusahaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

40

28

2

0

57,1

40

2,9

0

160

84

4

0

Total 70 100% 248

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan bahwa kebijakan mutu

dikomunikasikan dan dipahami dalam

perusahaan. Sebanyak 57,1% responden

menyatakan sangat setuju dan 40%

menyatakan setuju bahwa pimpinan puncak

(top manajemen) telah memastikan bahwa

kebijakan mutu dikomunikasikan dan

dipahami dalam perusahaan, sedangkan

sebanyak 2,9% responden menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa pimpinan puncak (top

manajemen) telah memastikan bahwa

kebijakan mutu dikomunikasikan dan

dipahami dalam perusahaan. Hal ini

dikarenakan mayoritas responden merasakan

bahwa kebijakan mutu telah

dikomunikasikan didalam perusahaan.

Perusahaan memandang kebijakan mutu

penting untuk dikomunikasikan agar setiap

pegawai memiliki kesamaan pandangan

terhadap kebijakan mutu perusahaan.

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

44

25

1

0

62,9

35,7

1,4

0

176

75

2

0

Total 70 100% 253

Jurnal Bisnis Corporate | 111

Tabel. 12

Pimpinan Puncak telah

Memastikan Kebijakan

Mutu Ditinjau

Kesesuaiannya

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

37

33

0

0

52,9

47,1

0

0

148

99

0

0

Total 70 100% 247

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan bahwa kebijakan mutu ditinjau

kesesuaiannya secara terus-menerus.

Sebanyak 52,9% responden menyatakan

sangat setuju dan 47,1% menyatakan setuju

bahwa pimpinan puncak (top manajemen)

telah memastikan bahwa kebijakan mutu

ditinjau kesesuaiannya secara terus-menerus.

Artinya, mayoritas responden menyatakan

sangat setuju bahwa pimpinan puncak (top

manajemen) telah memastikan bahwa

kebijakan mutu ditinjau kesesuaiannya

secara terus-menerus. Hal ini dikarenakan

pimpinan puncak telah memastikan

kebijakan mutu perusahaan ditinjau

kesesuaiannya, agar kebijakan mutu yang

ada dapat mengarahkan perusahaan untuk

mencapai visi perusahaan.

Tabel. 13

Pimpinan Puncak Memastikan Tanggung

Jawab dan Wewenang Ditetapkan dan

Dikomunikasikan

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan bahwa tanggung jawab dan

wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan

dalam perusahaan. Sebanyak 54,3%

responden menyatakan sangat setuju dan

44,3% menyatakan setuju bahwa pimpinan

puncak (top manajemen) telah memastikan

bahwa tanggung jawab dan wewenang

ditetapkan dan dikomunikasikan dalam

perusahaan, sedangkan sebanyak 1,4%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

pimpinan puncak (top manajemen) telah

memastikan bahwa tanggung jawab dan

wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan

dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture

memandang penting untuk memastikan

tanggung jawab dan wewenang ditetapkan

dan dikomunikasikan agar pembagian tugas

dan pekerjaan dapat terlihat dengan jelas,

sehingga tidak terjadi tumpang tindih

pekerjaan.

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

38

31

1

0

54,3

44,3

1,4

0

152

93

2

0

Total 70 100% 247

Jurnal Bisnis Corporate | 112

Tabel. 14

Perusahaan Membuat Struktur

Organisasi untuk Mengidentifikasi

Berbagai Hubungan Keterkaitan

Fungsional

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

35

32

3

0

50

45,7

4,3

0

140

96

6

0

Total 70 100% 242

(Sumber: Hasil Penelitian)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah membuat struktur

organisasi untuk mengidentifikasi berbagai

hubungan keterkaitan fungsional. Sebanyak

50% responden menyatakan sangat setuju

dan 45,7% menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah membuat struktur

organisasi untuk mengidentifikasi berbagai

hubungan keterkaitan fungsional, sedangkan

sebanyak 4,3% responden menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa perusahaan telah membuat

struktur organisasi untuk mengidentifikasi

berbagai hubungan keterkaitan fungsional.

Hal ini dikarenakan PT Asia Sakti Wahid

Foods Manufacture memandang penting

untuk mengidentifikasi berbagai hubungan

keterkaitan fungsional melalui struktur

organisasi agar pembagian tugas dan

pekerjaan dapat terlihat dengan jelas.

Tabel. 15

Perusahaan Mengkomunikasikan

Tanggung Jawab dan Wewenang kepada

Pegawai yang Terlibat dalam Operasional

dari Sistem Manajemen Mutu

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah mendefinisikan dan

mengkomunikasikan tanggung jawab dan

wewenang kepada pegawai yang terlibat

dalam operasional dari sistem manajemen

mutu. Sebanyak 51,4% responden

menyatakan sangat setuju dan 47,1%

responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah mendefinisikan dan

mengkomunikasikan tanggung jawab dan

wewenang kepada pegawai yang terlibat

dalam operasional dari sistem manajemen

mutu, sedangkan 1,4% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan sangat setuju bahwa perusahaan

telah mendefinisikan dan

mengkomunikasikan tanggung jawab dan

wewenang kepada pegawai yang terlibat

dalam operasional dari sistem manajemen

mutu. Hal ini dikarenakan PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture memandang

penting untuk memastikan tanggung jawab

dan wewenang ditetapkan dan

dikomunikasikan kepada pegawai yang

terlibat dalam operasional dari sistem

Keterangan

Jumlah

F Persent

ase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

36

331

0

51,4

47,1

1,4

0

144

99

2

0

Total 70 100% 245

Jurnal Bisnis Corporate | 113

manajemen mutu agar pembagian tugas dan

pekerjaan dapat terlihat dengan jelas,

sehingga tidak terjadi tumpang tindih

pekerjaan.

Tabel. 16

Perusahaan Memberikan Pelatihan untuk

Memenuhi Kompetensi yang Dibutuhkan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

33

34

3

0

47,1

48,6

4,3

0

132

102

6

0

Total 70 100% 240

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah memberikan pelatihan atau

tindakan lain yang diambil untuk memenuhi

kompetensi yang dibutuhkan. Sebanyak

47,1% responden menyatakan sangat setuju

dan 48,6% responden menyatakan setuju

bahwa perusahaan telah memberikan

pelatihan atau tindakan lain yang diambil

untuk memenuhi kompetensi yang

dibutuhkan, sedangkan 4,3% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture telah

memberikan pelatihan atau tindakan lain

yang diambil untuk memenuhi kompetensi

yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan

perusahaan menyadari bahwa pelatihan

perlu untuk dilakukan agar kompetensi para

pegawai dapat sesuai dengan kompetensi

yang dibutuhkan perusahaan. Tentunya hal

ini dilakukan agar para pegawai dapat

menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi.

Tabel 17

Perusahaan Melakukan Evaluasi

Efektivitas dari Pelatihan

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah melakukan evaluasi

efektivitas dari pelatihan atau tindakan lain

yang diambil untuk memenuhi kompetensi

yang dibutuhkan tersebut. Sebanyak 41,4%

responden menyatakan sangat setuju dan

54,3% responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah melakukan evaluasi

efektivitas dari pelatihan atau tindakan lain

yang diambil untuk memenuhi kompetensi

yang dibutuhkan tersebut, sedangkan 4,3%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan setuju bahwa PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture telah

melakukan evaluasi efektivitas dari

pelatihan atau tindakan lain yang diambil

untuk memenuhi kompetensi yang

dibutuhkan tersebut. Hal ini dikarenakan

perusahaan selalu memantau hasil dari

pelatihan yang dijalankan oleh para pegawai

agar perusahaan dapat memastikan bahwa

kompetensi pegawai telah mencapai atau

sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan

oleh perusahaan.

Keterangan

Jumlah

F Persent

ase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

29

38

3

0

41,4

54,3

4,3

0

116

114

6

0

Total 70 100% 236

Jurnal Bisnis Corporate | 114

Tabel 18

Perusahaan telah Menyimpan Catatan-

Catatan Pendidikan, Pelatihan,

Keterampilan dan Pengalaman Kerja

dari Pegawai

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

33

33

4

0

47,1

47,1

5,7

0

132

99

8

0

Total 70 100% 239

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah menyimpan atau

memelihara catatan-catatan pendidikan,

pelatihan, keterampilan dan pengalaman

kerja dari pegawai. Sebanyak 47,1%

responden menyatakan sangat setuju dan

47,1% responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah menyimpan atau

memelihara catatan-catatan pendidikan,

pelatihan, keterampilan dan pengalaman

kerja dari pegawai, sedangkan 5,7%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, sebagian besar

responden menyatakan setuju bahwa PT

Asia Sakti Wahid Foods Manufacture telah

menyimpan atau memelihara catatan-catatan

pendidikan, pelatihan, keterampilan dan

pengalaman kerja dari pegawai. Hal ini

dikarenakan perusahaan telah menyimpan

dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan pegawai. Hal ini dilakukan sebagai

salah satu syarat dalam penerapan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang

tercantum dalam klausul 6.2.2.

Tabel 19

Perusahaan telah Memiliki Bangunan,

Ruang Kerja dan Fasilitas yang Sesuai

dengan Kebutuhan

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah memiliki bangunan, ruang

kerja dan fasilitas yang sesuai dengan

kebutuhan. Sebanyak 40% responden

menyatakan sangat setuju dan 57,1%

responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah memiliki bangunan, ruang

kerja dan fasilitas yang sesuai dengan

kebutuhan, sedangkan 2,9% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture telah memiliki

bangunan, ruang kerja dan fasilitas yang

sesuai dengan kebutuhan. Hal ini

dikarenakan perusahaan telah memiliki

bangunan, ruang kerja, dan fasilitas yang

sesuai dengan kebutuhan agar para pegawai

dapat bekerja dengan nyaman sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kinerja.

Tabel 20

Keterangan

Jumlah

F Perse

ntase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

28

40

2

0

40

57,1

2,9

0

112

120

4

0

Total 70 100

%

236

Jurnal Bisnis Corporate | 115

Perusahaan Memiliki Peralatan Proses

yang Memadai

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

28

40

2

0

40

57,1

2,9

0

112

120

4

0

Total 70 100% 236

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah memiliki peralatan proses

(perangkat keras dan perangkat lunak) yang

memadai. Sebanyak 40% responden

menyatakan sangat setuju dan 57,1%

responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah memiliki peralatan proses

(perangkat keras dan perangkat lunak) yang

memadai, sedangkan 2,9% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture telah memiliki

peralatan proses (perangkat keras dan

perangkat lunak) yang memadai. Hal ini

dikarenkan perusahaan telah memiliki

peralatan proses yang memadai yang dapat

menunjang hasil produksi perusahaan yang

beraneka ragam.

Tabel 21

Perusahaan telah Memiliki Pelayanan

Pendukung

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah memiliki pelayanan

pendukung (seperti transportasi, komunikasi

atau sistem informasi). Sebanyak 51,4%

responden menyatakan sangat setuju dan

47,1% responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah memiliki pelayanan

pendukung (seperti transportasi, komunikasi

atau sistem informasi), sedangkan 1,4%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut.artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

PT Asia Sakti Wahid Foods Manufacture

telah memiliki pelayanan pendukung

(seperti transportasi, komunikasi atau sistem

informasi). Hal ini dikarenakan perusahaan

memiliki pelayanan pendukung yang dapat

memudahkan pegawai dalam mengerjakan

pekerjaannya.

Tabel 22

Perusahaan Mengendalikan

Produksi dan Pelayanan

Keterangan

Jumlah

F Persent

ase (%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

36

33

1

0

51,4

47,1

1,4

0

144

99

2

0

Total 70 100% 245

Jurnal Bisnis Corporate | 116

Melalui Penggunaan

Peralatan yang Sesuai

Keterangan

Jumlah

F Persen

tase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

29

392

0

41,4

55,7

2,9

0

116

117

4

0

Total 70 100% 237

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan mengendalikan produksi dan

pelayanan melalui penggunaan peralatan

yang sesuai untuk produksi dan pelayanan.

Sebanyak 41,4% responden menyatakan

sangat setuju dan 55,7% responden

menyatakan setuju bahwa perusahaan

mengendalikan produksi dan pelayanan

melalui penggunaan peralatan yang sesuai

untuk produksi dan pelayanan, sedangkan

2,9% responden menyatakan tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan setuju

bahwa PT Asia sakti Wahid Foods

Manufacture mengendalikan produksi dan

pelayanan melalui penggunaan peralatan

yang sesuai untuk produksi dan pelayanan.

Hal ini dikarenakan perusahaan telah

mengendalikan produksi dan pelayanan

melalui penggunaan peralatan yang sesuai

untuk produksi dan pelayanan sebagai salah

satu syarat dalam penerapan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang

tercantum dalam klausul 7.5.1.

Tabel 23

Perusahaan telah Merencanakan dan

Melaksanakan Produksi dalam Keadaan

Terkendali

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah merencanakan dan

melaksanakan produksi dalam keadaan

terkendali. Sebanyak 42,9% responden

menyatakan sangat setuju dan 55,7%

responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah merencanakan dan

melaksanakan produksi dalam keadaan

terkendali, sedangkan 1,4% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa PT Asia sakti

Wahid Foods Manufacture telah

merencanakan dan melaksanakan produksi

dalam keadaan terkendali. Hal ini dilakukan

sebagai salah satu syarat dalam penerapan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

yang tercantum dalam klausul 7.5.1.

Tabel 24

Keterangan

Jumlah

F Persent

ase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

30

391

0

42,9

55,7

1,4

0

120

117

2

0

Total 70 100% 239

Jurnal Bisnis Corporate | 117

Perusahaan telah Memastikan

Ketersediaan Informasi yang

Menguraikan Karakteristik Produk

Keterangan

Jumlah

F Persenta

se (%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c.Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

26

43

1

0

37,1

61,4

1,4

0

104

129

2

0

Total 70 100% 235

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah memastikan ketersediaan

informasi yang menguraikan karakteristik

produk. Sebanyak 37,1% responden

menyatakan sangat setuju dan 61,4%

responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah memastikan ketersediaan

informasi yang menguraikan karakteristik

produk, sedangkan 1,4% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa PT Asia sakti

Wahid Foods Manufacture telah memastikan

ketersediaan informasi yang menguraikan

karakteristik produk. Hal ini dilakukan

sebagai salah satu syarat dalam penerapan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

yang tercantum dalam klausul 7.5.1.

Tabel 25

Perusahaan telah Memastikan

Ketersediaan Instruksi Kerja

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

perusahaan telah memastikan ketersediaan

instruksi kerja. Sebanyak 44,3% responden

menyatakan sangat setuju dan 54,3%

responden menyatakan setuju bahwa

perusahaan telah memastikan ketersediaan

instruksi kerja, sedangkan 1,4% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa PT Asia sakti

Wahid Foods Manufacture telah telah

memastikan ketersediaan instruksi kerja. Hal

ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam

penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008 yang tercantum dalam klausul

7.5.1.

4. Penjumlahan Skor Tanggapan

Responden mengenai Variabel X

(Sistem Manajemen Mutu)

Tabel 26

Penjumlahan Skor Tanggapan

Responden mengenai Variabel X (Sistem

Manajemen Mutu)

No Pernyataan Skor Skor

Ideal

Perse

ntase

(%)

Keterangan

Jumlah

F Perse

ntase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

31

381

0

44,3

54,3

1,4

0

124

114

2

0

Total 70 100

%

240

Jurnal Bisnis Corporate | 118

1. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah menetapkan

kebijakan mutu

perusahaan.

250

280

89,2

2. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah memastikan

sasaran mutu

perusahaan

ditetapkan.

248

280

88,5

3. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah melakukan

tinjauan

manajemen.

245

280

87,5

4. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan selalu

berusaha untuk

memenuhi

keinginan

pelanggan.

249

280

88,9

5. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan selalu

berusaha untuk

meningkatkan

kepuasan

pelanggan.

253

280

90,3

6. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah memastikan

bahwa kebijakan

mutu sesuai

dengan sasaran

perusahaan.

249

280

88,9

7. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah memastikan

bahwa kebijakan

mutu

dikomunikasikan

dan dipahami

dalam

perusahaan.

248

280

88,5

8. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah memastikan

bahwa kebijakan

mutu ditinjau

kesesuaiannya

secara terus-

menerus.

247

280

88,2

9. Menurut

Bapak/Ibu,

Pimpinan puncak

(top manajemen)

telah memastikan

bahwa tanggung

jawab dan

247

280

88,2

Jurnal Bisnis Corporate | 119

wewenang

ditetapkan dan

dikomunikasikan

dalam

perusahaan.

10. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

membuat struktur

organisasi untuk

mengidentifikasi

berbagai

hubungan

keterkaitan

fungsional.

242

280

86,4

11. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

mendefinisikan

dan

mengkomunikasi

kan tanggung

jawab dan

wewenang

kepada pegawai

yang terlibat

dalam

operasional dari

sistem

manajemen mutu.

245

280

87,5

12. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

memberikan

pelatihan atau

tindakan lain

yang diambil

240

280

85,7

untuk memenuhi

kompetensi yang

dibutuhkan.

13. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

melakukan

evaluasi

efektivitas dari

pelatihan atau

tindakan lain

yang diambil

untuk memenuhi

kompetensi yang

dibutuhkan

tersebut.

236

280

84,2

14. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

menyimpan atau

memelihara

catatan-catatan

pendidikan,

pelatihan,

keterampilan dan

pengalaman kerja

dari pegawai.

239

280

85,3

15. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

memiliki

bangunan, ruang

kerja dan fasilitas

yang sesuai

dengan

kebutuhan.

236

280

84,2

16. Menurut

Bapak/Ibu,

Jurnal Bisnis Corporate | 120

Perusahaan telah

memiliki

peralatan proses

(perangkat keras

dan perangkat

lunak) yang

memadai.

236 280 84,2

17. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

memiliki

pelayanan

pendukung

(seperti

transportasi,

komunikasi atau

sistem informasi).

245

280

87,5

18. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan

mengendalikan

produksi dan

pelayanan

melalui

penggunaan

peralatan yang

sesuai untuk

produksi dan

pelayanan.

237

280

84,6

19. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

merencanakan

dan

melaksanakan

produksi dalam

keadaan

terkendali.

239

280

85,3

20. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

memastikan

ketersediaan

informasi yang

menguraikan

karakteristik

produk.

235

280

83,9

21. Menurut

Bapak/Ibu,

Perusahaan telah

memastikan

ketersediaan

instruksi kerja.

240

280

85,7

Total 5106 5880 86,8%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

jumlah skor tanggapan responden mengenai

variabel X (Sistem Manajemen Mutu)

adalah sebesar 86,8% atau dapat

dikategorikan sangat baik, karena berada

dalam kriteria diantara 84,01% hingga

100%. Oleh karena itu, berdasarkan analisis

tabel diatas dapat dikatakan bahwa

penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008 pada PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture adalah sangat baik

Penyajian Data untuk Variabel Y

(Kinerja)

1. Uji Validitas Variabel Y (Kinerja)

Tabel 27

Uji Validitas Variabel Y (Kinerja)

Korelasi

Antara

Nilai

Korelasi (r)

Keterangan

Item no.1 0,855 Valid

Jurnal Bisnis Corporate | 121

dengan total

Item no.2

dengan total

0,762 Valid

Item no.3

dengan total

0,845 Valid

Item no.4

dengan total

0,857 Valid

Item no.5

dengan total

0,845 Valid

Item no.6

dengan total

0,817 Valid

Item no.7

dengan total

0,845 Valid

Item no.8

dengan total

0,651 Valid

Korelasi

Antara

Nilai

Korelasi (r)

Keterangan

Item no.9

dengan total

0,7 Valid

Item no.10

dengan total

0,674 Valid

Item no.11

dengan total

0,777 Valid

Item no.12 0,762 Valid

dengan total

Item no.13

dengan total

0,803 Valid

Item no.14

dengan total

0,857 Valid

Item no.15

dengan total

0,803 Valid

Item no.16

dengan total

0,817 Valid

Item no.17

dengan total

0,855 Valid

Item no.18

dengan total

0,817 Valid

Item no.19

dengan total

0,851 Valid

Item no.20

dengan total

0,777 Valid

Item no.21

dengan total

0,851 Valid

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Sama halnya dengan pengujian

validitas instrumen kuisioner variabel X,

berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa

semua item kuisioner variabel Y yang diuji

adalah valid, karena r hitung masing-masing

item lebih besar dari r tabel sebesar 0,632.

Dengan begitu, seluruh item kuisioner

variabel Y dapat dilanjutkan untuk diuji

reliabilitasnya.

Jurnal Bisnis Corporate | 122

2. Uji Reliabilitas Variabel Y

(Kinerja)

Tabel 28

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

(Kinerja)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.972 21

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Untuk pengujian reliabilitas terhadap

item kuisioner yang valid didapatkan hasil

sebesar 0,972 dan lebih besar dari 0,6,

sehingga dapat disimpulkan item kuisioner

variabel Y dalam penelitian ini reliabel.

Dengan begitu, seluruh item kuisioner dapat

digunakan dan dilanjutkan untuk disebar

kepada 70 responden.

3. Skor Hasil Penyebaran Kuesioner

Variabel Y (Kinerja) Setelah kuisioner disebarkan, data

jawaban kuisioner yang didapat kemudian

dipersentasekan untuk masing-masing

kategori jawaban. Setiap jawaban dihitung

persentasenya dan dirata-ratakan untuk

mendapatkan skor dari masing-masing item

pertanyaan yang kemudian akan diukur

kriteria persentasenya.

Tabel 29

Selalu Mengerjakan Pekerjaan dengan

Teliti

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu selalu mengerjakan pekerjaan

dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.

Sebanyak 55,7% responden menyatakan

sangat setuju dan 44,3% responden

menyatakan setuju bahwa mereka selalu

mengerjakan pekerjaan dengan teliti agar

tidak terjadi kesalahan. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka selalu mengerjakan pekerjaan

dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan.

Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai

memiliki kesadaran untuk teliti didalam

mengerjakan pekerjaannya untuk

menghindari terjadinya kesalahan.

Tabel 30

Apabila Melakukan Kesalahan, Akan

Segera Memperbaiki Kesalahan Tersebut

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

41

29

0

0

58,6

41,4

0

0

164

87

0

0

Total 70 100% 251

Keterangan

Jumlah

F Persenta

se (%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

39

31

0

0

55,7

44,3

0

0

156

93

0

0

Total 70 100% 249

Jurnal Bisnis Corporate | 123

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Apabila Bapak/Ibu melakukan kesalahan,

Bapak/Ibu akan segera memperbaiki

kesalahan tersebut. Sebanyak 58,6%

responden menyatakan sangat setuju dan

41,4% responden menyatakan setuju bahwa

Apabila mereka melakukan kesalahan,

mereka akan segera memperbaiki kesalahan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan sangat setuju bahwa Apabila

mereka melakukan kesalahan, mereka akan

segera memperbaiki kesalahan tersebut. Hal

ini menunjukkan bahwa para pegawai

memiliki kesadaran akan tanggung jawab

didalam mengerjakan pekerjaannya.

Tabel 31

Selalu Jujur dalam Mengerjakan

Pekerjaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

44

24

2

0

62,9

34,3

2,9

0

176

72

4

0

Total 70 100% 252

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu selalu jujur dalam mengerjakan

pekerjaan. Sebanyak 62,9% responden

menyatakan sangat setuju dan 34,3%

responden menyatakan setuju bahwa mereka

selalu jujur dalam mengerjakan pekerjaan,

sedangkan sebanyak 2,9% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan sangat setuju bahwa mereka

selalu jujur dalam mengerjakan pekerjaan.

Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai

memiliki kejujuran didalam mengerjakan

pekerjaannya.

Tabel 32

Tidak Pernah Memalsukan Data atau

Informasi Berkaitan dengan Pekerjaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

41

28

1

0

58,6

40

1,4

0

164

84

2

0

Jurnal Bisnis Corporate | 124

Total 70 100% 250

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu tidak pernah memalsukan data

atau informasi berkaitan dengan pekerjaan

Bapak/Ibu. Sebanyak 58,6% responden

menyatakan sangat setuju dan 40%

responden menyatakan setuju bahwa mereka

tidak pernah memalsukan data atau

informasi berkaitan dengan pekerjaan

mereka, sedangkan sebanyak 1,4%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka tidak pernah memalsukan data atau

informasi berkaitan dengan pekerjaan

mereka. Hal ini menunjukkan bahwa para

pegawai memiliki kejujuran didalam

mengerjakan pekerjaannya.

Tabel 33

Mengerjakan Pekerjaan atas Kesadaran

Sendiri

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

40

30

0

0

57,1

42,9

0

0

160

90

0

0

Total 70 100% 250

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu mengerjakan pekerjaan

Bapak/Ibu atas kesadaran sendiri, tanpa

harus menunggu perintah dari atasan.

Sebanyak 57,1% responden menyatakan

sangat setuju dan 42,9% responden

menyatakan setuju bahwa mereka

mengerjakan pekerjaan atas kesadaran

sendiri, tanpa harus menunggu perintah dari

atasan. Artinya, mayoritas responden

menyatakan sangat setuju bahwa mereka

mengerjakan pekerjaan atas kesadaran

sendiri, tanpa harus menunggu perintah dari

atasan. Hal ini menunjukkan bahwa para

pegawai memiliki inisiatif didalam

mengerjakan pekerjaannya.

Tabel 34

Senang Memberikan Masukan Kepada

Atasan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

32

36

2

0

45,7

51,4

2,9

0

128

108

4

0

Jurnal Bisnis Corporate | 125

Setuju

Total 70 100% 240

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu senang memberikan masukan

kepada atasan untuk penyelesaian tugas.

Sebanyak 45,7% responden menyatakan

sangat setuju dan 51,4% responden

menyatakan setuju bahwa mereka senang

memberikan masukan kepada atasan untuk

penyelesaian tugas, sedangkan sebanyak

2,9% responden menyatakan tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan setuju

bahwa mereka senang memberikan masukan

kepada atasan untuk penyelesaian tugas. Hal

ini menunjukkan bahwa para pegawai

memiliki inisiatif didalam mengerjakan

pekerjaannya.

Tabel 35

Selalu Hadir Tepat Waktu

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

40

29

1

0

57,1

41,4

1,4

0

160

87

2

0

Total 70 100% 249

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu selalu hadir tepat waktu.

Sebanyak 57,1% responden menyatakan

sangat setuju dan 41,4% responden

menyatakan setuju bahwa mereka selalu

hadir tepat waktu, sedangkan sebanyak 1,4%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka selalu hadir tepat waktu. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai sangat

memperhatikan kehadiran ditempat kerja.

Tabel 36

Tidak Pernah Meninggalkan Kantor

Ditengah Jam Kerja

Keterangan

Jumlah

F Persentase Skor

Jurnal Bisnis Corporate | 126

(%)

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

34

31

5

0

48,6

44,3

7,1

0

136

93

10

0

Total 70 100% 239

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu tidak pernah meninggalkan

kantor ditengah jam kerja untuk keperluan

diluar pekerjaan. Sebanyak 48,6%

responden menyatakan sangat setuju dan

44,3% responden menyatakan setuju bahwa

mereka tidak pernah meninggalkan kantor

ditengah jam kerja untuk keperluan diluar

pekerjaan, sedangkan sebanyak 7,1%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka tidak pernah meninggalkan kantor

ditengah jam kerja untuk keperluan diluar

pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa para

pegawai sangat memperhatikan kehadiran

ditempat kerja.

Tabel 37

Tidak Pernah Pulang Sebelum Jam

Kantor Berakhir

Jumlah

Keterangan F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

37

29

3

1

52,9

41,4

4,3

1,4

148

87

6

1

Total 70 100% 242

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu tidak pernah pulang sebelum jam

kantor berakhir. Sebanyak 52,9% responden

menyatakan sangat setuju dan 41,4%

responden menyatakan setuju bahwa mereka

tidak pernah pulang sebelum jam kantor

berakhir, sedangkan sebanyak 4,3%

responden menyatakan tidak setuju dan

1,4% responden menyatakan sangat tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa mereka tidak pernah pulang

sebelum jam kantor berakhir. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai sangat

memperhatikan kehadiran ditempat kerja.

Tabel 38

Selalu Bersemangat dalam Mengerjakan

Pekerjaan

Jumlah

Jurnal Bisnis Corporate | 127

Keterangan F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat

Setuju

b. Setuju

c.Tidak Setuju

d.Sangat

Tidak Setuju

37

33

0

0

52,9

47,1

0

0

148

99

0

0

Total 70 100% 247

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu selalu bersemangat dalam

mengerjakan pekerjaan. Sebanyak 52,9%

responden menyatakan sangat setuju dan

47,1% responden menyatakan setuju bahwa

mereka selalu bersemangat dalam

mengerjakan pekerjaan. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka selalu bersemangat dalam

mengerjakan pekerjaan. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai memiliki

sikap yang baik dalam bekerja.

Tabel 39

Selalu Berusaha untuk Meningkatkan

Kinerja

Jumlah

Keterangan F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c.Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

48

21

1

0

68,6

30

1,4

0

192

63

2

0

Total 70 100% 257

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu selalu berusaha untuk

meningkatkan kinerja Bapak/Ibu. Sebanyak

68,9% responden menyatakan sangat setuju

dan 30% responden menyatakan setuju

bahwa mereka selalu berusaha untuk

meningkatkan kinerja mereka, sedangkan

sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa mereka selalu berusaha untuk

meningkatkan kinerja mereka. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai memiliki

sikap yang baik dalam bekerja.

Tabel 40

Selalu Menghargai Atasan

Jumlah

Jurnal Bisnis Corporate | 128

Keterangan F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

47

23

0

0

67,1

32,9

0

0

188

69

0

0

Total 70 100% 257

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu selalu menghargai atasan.

Sebanyak 67,1% responden menyatakan

sangat setuju dan 32,9% responden

menyatakan setuju bahwa mereka selalu

menghargai atasan. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka selalu menghargai atasan. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai memiliki

sikap yang baik dalam bekerja.

Tabel 41

Dapat Bekerja Sama dengan Pegawai

Lainnya di Perusahaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

40

30

0

0

57,1

42,9

0

0

160

90

0

0

Total 70 100% 250

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu dapat bekerja sama dengan

pegawai lainnya di perusahaan. Sebanyak

57,1% responden menyatakan sangat setuju

dan 42,9% responden menyatakan setuju

bahwa mereka dapat bekerja sama dengan

pegawai lainnya di perusahaan. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa mereka dapat bekerja sama

dengan pegawai lainnya di perusahaan. Hal

ini menunjukkan bahwa para pegawai

memiliki kerjasama yang baik dalam

bekerja.

Tabel 42

Dapat Diandalkan untuk Mengerjakan

Pekerjaan-Pekerjaan Penting

Jurnal Bisnis Corporate | 129

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

36

33

1

0

51,4

47,1

1,4

0

144

99

2

0

Total 70 100% 245

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu dapat diandalkan untuk

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan penting

dengan tanggung jawab yang besar.

Sebanyak 51,4% responden menyatakan

sangat setuju dan 47,1% responden

menyatakan setuju bahwa mereka dapat

diandalkan untuk mengerjakan pekerjaan-

pekerjaan penting dengan tanggung jawab

yang besar, sedangkan sebanyak 1,4%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka dapat diandalkan untuk mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan penting dengan

tanggung jawab yang besar. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai memiliki

pengetahuan tentang pekerjaan yang baik

dalam bekerja.

Tabel 43

Dapat Diandalkan untuk Membuat

Keputusan Penting di Perusahaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

31

36

3

0

44,3

51,4

4,3

0

124

108

6

0

Total 70 100% 238

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu dapat diandalkan untuk membuat

keputusan penting di perusahaan. Sebanyak

44,3% responden menyatakan sangat setuju

dan 51,4% responden menyatakan setuju

bahwa mereka dapat diandalkan untuk

membuat keputusan penting di perusahaan,

sedangkan sebanyak 4,3% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa mereka dapat

diandalkan untuk membuat keputusan

penting di perusahaan. Hal ini menunjukkan

bahwa para pegawai memiliki pengetahuan

tentang pekerjaan yang baik dalam bekerja.

Tabel 44

Memahami dengan Jelas Ruang Lingkup

Pekerjaan

Jurnal Bisnis Corporate | 130

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

36

32

1

1

51,4

45,7

1,4

1,4

144

96

2

1

Total 70 100% 243

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu memahami dengan jelas ruang

lingkup pekerjaan Bapak/Ibu. Sebanyak

51,4% responden menyatakan sangat setuju

dan 45,7% responden menyatakan setuju

bahwa mereka memahami dengan jelas

ruang lingkup pekerjaan mereka, sedangkan

sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak

setuju dan 1,4% responden menyatakan

sangat tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan sangat setuju bahwa mereka

memahami dengan jelas ruang lingkup

pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan

bahwa para pegawai memiliki pengetahuan

tentang pekerjaan yang baik dalam bekerja.

Tabel 45

Bapak/Ibu Mengerti Apa yang Harus

Dikerjakan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

41

28

1

0

58,6

40

1,4

0

164

84

2

0

Total 70 100% 250

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu tahu dan mengerti apa yang harus

Bapak/Ibu kerjakan. Sebanyak 58,6%

responden menyatakan sangat setuju dan

40% responden menyatakan setuju bahwa

mereka tahu dan mengerti apa yang harus

mereka kerjakan, sedangkan sebanyak 1,4%

responden menyatakan tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka tahu dan mengerti apa yang harus

mereka kerjakan. Hal ini menunjukkan

bahwa para pegawai memiliki pengetahuan

tentang pekerjaan yang baik dalam bekerja.

Tabel 46

Bertanggung Jawab Atas Apa yang

Dikerjakan

Jurnal Bisnis Corporate | 131

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c.Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

45

25

0

0

64,3

35,7

0

0

180

75

0

0

Total 70 100% 255

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu bertanggung jawab atas apa yang

Bapak/Ibu kerjakan. Sebanyak 64,3%

responden menyatakan sangat setuju dan

35,7% responden menyatakan setuju bahwa

mereka bertanggung jawab atas apa yang

mereka kerjakan. Artinya, mayoritas

responden menyatakan sangat setuju bahwa

mereka bertanggung jawab atas apa yang

mereka kerjakan. Hal ini menunjukkan

bahwa para pegawai memiliki rasa tanggung

jawab yang baik dalam bekerja.

Tabel 47

Memaksimalkan Waktu Kerja yang Ada

untuk Menyelesaikan Pekerjaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat

Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat

Tidak Setuju

43

26

1

0

61,4

37,1

1,4

0

172

78

2

0

Total 70 100% 252

(Sumber: Hasil Penelitian 2014)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu memaksimalkan waktu kerja

yang ada untuk menyelesaikan pekerjaan

Bapak/Ibu. Sebanyak 61,4% responden

menyatakan sangat setuju dan 37,1%

responden menyatakan setuju bahwa mereka

memaksimalkan waktu kerja yang ada untuk

menyelesaikan pekerjaan mereka, sedangkan

sebanyak 1,4% responden menyatakan tidak

setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa mereka memaksimalkan waktu

kerja yang ada untuk menyelesaikan

pekerjaan mereka. Hal ini menunjukkan

bahwa para pegawai memanfaatkan waktu

kerja dengan baik selama bekerja.

Tabel 48

Mengerjakan Pekerjaan dengan Tepat

Waktu

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak

Setuju

32

36

2

0

45,7

51,4

2,9

0

128

108

4

0

Total 70 100% 240

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu mengerjakan pekerjaan dengan

tepat waktu. Sebanyak 45,7% responden

menyatakan sangat setuju dan 51,4%

Jurnal Bisnis Corporate | 132

responden menyatakan setuju bahwa mereka

mengerjakan pekerjaan dengan tepat waktu,

sedangkan sebanyak 2,9% responden

menyatakan tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Artinya, mayoritas responden

menyatakan setuju bahwa mereka

mengerjakan pekerjaan dengan tepat waktu.

Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai

memanfaatkan waktu kerja dengan baik

selama bekerja.

Tabel 49

Bapak/Ibu Lebih Banyak Menggunakan

Waktu Kerja untuk Melakukan

Pekerjaan

Keterangan

Jumlah

F Persentase

(%)

Skor

a.Sangat Setuju

b. Setuju

c.Tidak Setuju

d.Sangat Tidak

Setuju

39

30

1

0

55,7

42,9

1,4

0

156

90

2

0

Total 70 100% 248

(Sumber: Hasil Penelitian )

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

tanggapan responden mengenai pernyataan

Bapak/Ibu lebih banyak menggunakan

waktu kerja Bapak/Ibu untuk melakukan

pekerjaan daripada melakukan hal-hal diluar

kepentingan pekerjaan. Sebanyak 55,7%

responden menyatakan sangat setuju dan

42,9% responden menyatakan setuju bahwa

mereka lebih banyak menggunakan waktu

kerja mereka untuk melakukan pekerjaan

daripada melakukan hal-hal diluar

kepentingan pekerjaan, sedangkan sebanyak

1,4% responden menyatakan tidak setuju

dengan pernyataan tersebut. Artinya,

mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa mereka lebih banyak

menggunakan waktu kerja mereka untuk

melakukan pekerjaan daripada melakukan

hal-hal diluar kepentingan pekerjaan. Hal ini

menunjukkan bahwa para pegawai

memanfaatkan waktu kerja dengan baik

selama bekerja.

4. Penjumlahan Skor Tanggapan

Responden mengenai Variabel Y

(Kinerja)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

jumlah skor tanggapan responden mengenai

variabel Y (Kinerja) adalah sebesar 71,4%

atau dapat dikategorikan baik, karena berada

dalam kriteria diantara 68,01% hingga 84%.

Oleh karena itu, berdasarkan analisis tabel

diatas dapat dikatakan bahwa kinerja

pegawai pada PT Asia Sakti Wahid Foods

Manufacture adalah baik.

Jurnal Bisnis Corporate | 133

D. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan penulis, maka didapatkan

kesimpulan bahwa penerapan sistem

manajemen mutu pada PT Asia Sakti Wahid

Foods Manufacture Medan tergolong dalam

kategori sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari

jumlah skor tanggapan responden mengenai

variabel X (Sistem Manajemen Mutu)

sebesar 86,8% yang berada dalam kategori

sangat baik, yaitu antara 84,01% hingga

100%.

Kinerja pegawai pada PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture Medan tergolong

dalam kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari

jumlah skor tanggapan responden mengenai

variabel Y (kinerja) sebesar 71,4% yang

berada dalam kategori baik, yaitu antara

68,01% hingga 84%.

Terdapat pengaruh antara penerapan

Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2008)

terhadap kinerja pegawai pada PT Asia Sakti

Wahid Foods Manufacture Medan. Sebesar

18,2% kinerja dipengaruhi oleh penerapan

Sistem Manajemen Mutu, sementara 81,8%

sisanya dipengaruhi oleh variasi variabel

lain yang tidak termasuk dalam penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agung, Gusti Ngurah. 2011. Manajemen

Penulisan Skripsi, Tesis, dan

Disertasi. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Atosokhi, Antonius, dkk. 2005. Character

Building IV Relasi dengan Dunia.

Jakarta : PT Elex Media

Komputindo.

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fahmi, Irham. 2007. Manajemen Kinerja

Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta

Gaspersz, V. 2001. ISO 9001 : 2000 and

continual quality improvement.

Gramedia: Jakarta.

Hadiwiardjo, Bambang H. dan

Sulistijarningsih Wibisono. 2000.

Memasuki Pasar Internasional

dengan ISO 9000 Sistem Manajemen

Mutu. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi

Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-

Ilmu Bisnis. Medan : M2000.

Lukiastuti, Fitri dan Muliawan Hamdani.

2012. Statistik Non Parametris.

Yogyakarta : Caps.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009.

Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT

Refika

Aditama.

Mathis, Robert L. Dan John H. Jackson.

2002. Human Resource

Managament. Jakarta : Salemba

Empat.

Coefficientsa

Model

Unstandardi

zed

Coefficients

Stand

ardize

d

Coeffi

cients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Const

ant)

37.23

8 2.997

12.42

4 .087

Sistem

Manaj

emen

Mutu

.169 .049 .385 3.437 .096

a. Dependent

Variable:

AbsRes

Jurnal Bisnis Corporate | 134

Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja

Berbasis Kompetensi. Bogor : Ghalia

Indonesia.

Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen

Sumber Daya Manusia Aplikasi &

Contoh Perhitungannya. Jakarta: Agung

Media.

Pella, Darmin Ahmad dan Afifah Inayati.

2011. Talent Management. Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama.

Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru

tentang Manajemen Mutu Terpadu

Abad 21. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Resmiatin, Titin, dkk. 2010. Handbook SNI:

Sistem Manajemen Mutu. Jakarta :

BSN.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik

Nonparametrik Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Simanjuntak, Pajaman J. 2005. Manajemen

dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.

Bandung : CV Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh dan Rosidah.

2003. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sunu, Pramudya. 1999. Peran SDM dalam

Penerapan ISO 9000. Jakarta :

Grasindo.

Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi

dan Uji Hipotesis. Yogyakarta :

MedPress.

Tatang M. Amirin dkk. 2011. Populasi dan

Sampel Penelitian. Yogyakarta:

UNY Press.

Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan

Peningkatan Kinerja Perusahaan.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tim penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Tunggal, Amin Widjaja. 1998. Manajemen

Mutu Terpadu. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian

untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.

Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Jurnal, Skripsi, dan Tesis :

Lestari, Indriana. 2012. Pengaruh Sistem

Penjaminan Mutu Internal dan

Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008 terhadap Kinerja

Universitas Katolik Indonesia Atma

Jaya Jakarta.

Maulana, Arief. 2011. Analisis Penerapan

Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008 pada Kantor Manajemen

Mutu Institut Pertanian Bogor.

Purwaningsih, Okti. 2013. Pengaruh Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Terhadap Pembelajaran PAI di

SMAN 1 Bantul.

Riswanti, Irma. 2013. Pengaruh Penerapan

Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008 terhadap Kualitas

Kinerja Mengajar Widyaiswara di

Badan Pendidikan dan Pelatihan

Daerah Provinsi Jawa Barat.

Supriyadi, Eko dan Sumarjo H. 2012.

Pengaruh Penerapan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008

terhadap Kinerja Guru di SMK

Negeri 1 Sedayu Bantul.

Website :

http://www.iso.org