summary TA

40
RESUME CHAPTER 8 TEORI AKUNTANSI ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY Disusun oleh: 1. Marshya Aprilia S.Z. (041424253008) 2. Tety Indah Aprianti (041424253010) 3. Yogi Aris Vara Wisnu W. (041424253038) Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

description

teori akuntansi

Transcript of summary TA

RESUME CHAPTER 8 TEORI AKUNTANSI

ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING

THEORY

Disusun oleh:

1. Marshya Aprilia S.Z. (041424253008)

2. Tety Indah Aprianti (041424253010)

3. Yogi Aris Vara Wisnu W. (041424253038)

Program Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga

2015

ECONOMIC CONSEQUENCES AND POSITIVE ACCOUNTING THEORY

8.1 Overview

Konsekuensi Ekonomi adalah suatu konsep yang menekankan bahwa, terlepas dari

implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi

nilai perusahaan. Inti dari gagasan mengenai konsekuensi ekonomi adalah kebijakan

akuntansi perusahaan dan perubahan dalam kebijakan tersebut penting, terutama bagi

manajemen dan juga bagi investor yang memiliki perusahaan, karena manajer dapat

mengubah operasi perusahaan berdasarkan perubahan kebijakan akuntansi. Contohnya

perubahan dalam kebijakan akuntansi yang terkait dengan cadangan minyak dan gas

perusahaan. Perubahan tersebut menurut argumen konsekuensi ekonomi, dapat mengubah

aktivitas eksplorasi dan pengembangan oleh para manajer, yang pada gilirannya akan

mengubah nilai perusahaan. Jika perubahan tersebut berpotensi negatif dan jika banyak

investor yang terpengaruh, maka investor dapat menekankan perwakilan yang mereka pilih.

Akibatnya, para politisi juga akan memiliki kepentingan dalam kebijakan akuntansi

perusahaan dan dalam badan yang menentukan kebijakan tersebut.

Kebijakan akuntansi disini mengacu pada kebijakan akuntansi manapun, bukan hanya

yang berpengaruh pada aliran kas perusahaan. Menurut doktrin konsekuensi ekonomi,

perubahan kebijakan akuntansi akan jadi penting, meskipun tidak ada dampak terhadap aliran

kas yang terjadi. Berdasarkan teori pasar yang efisien, perubahan yang terjadi tidak penting

(meskipun mungkin pasar akan mempertanyakan mengapa perusahaan mengubah

kebijakannya) karena aliran kas akan datang tidak akan terpengaruh, dan demikian pula nilai

pasar perusahaan tersebut.

Terdapat dua alasan terhadap konsep konsekuensi ekonomi dari kebijakan akuntansi

diperlukan, yaitu:

a) Konsep ini menarik, dimana banyak kejadian yang paling menarik dalam praktek

akuntansi diturunkan dari konsekuensi ekonomi.

b) Pernyataan bahwa kebijakan akuntansi tidak penting tidak sesuai dengan pengalaman

akuntan.

Sebagian besar akuntansi keuangan dibahas pada argumen mengenai kebijakan akuntansi

mana yang ditetapkan dalam berbagai keadaan, serta perdebatan dan konflik mengenai

penyajian laporan keuangan melibatkan pilihan kebijakan akuntansi. Konsekuensi ekonomi

sesuai dengan pengalaman yang ada di dunia yang sesungguhnya.

Asal usul konsekuensi ekonomi adalah dari TAP (Positive Accounting Theory). Teori

tersebut didasarkan pada kontrak yang dijalin oleh perusahaan, terutama kontrak pinjaman

dan kontrak kompensasi eksekutif. Kontrak tersebut didasarkan pada variabel akuntansi

keuangan, seperti laba bersih dan rasio hutang terhadap ekuitas. TAP berusaha

memprediksikan apa yang akan dipilih manajer untuk pilihan kebijakan akuntansi yang

memaksimalkan kepentingan perusahaan mereka, kepentingan sendiri,dibandingkan kontrak

tersebut.

8.2 The Rise of Economic Consequences

Muncul dari ulasan artikel oleh Stephen Zeff (1978) yang berjudul “The Rise of

Economic Consequences”. Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai dampak

pelaporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan dari kalangan usaha,

pemerintah, dan kreditor. Intinya adalah bahwa laporan-laporan akuntansi dapat

mempengaruhi keputusan sesungguhnya yang diambil oleh manajer dan pihak-pihak lainnya,

dan bukannya sekedar mencerminkan hasil keputusan tersebut.

Intervensi pihak ketiga menurut Zeff sangat mempersulit penyusunan standar akuntansi.

Sebagai contoh upaya yang dilakuakn perusahaan di Amerika Serikat untuk mengganti

akuntansi harga historis selama tahun 1947-1948 yang merupakan periode tingginya inflasi.

Kontituen pihak tiga yang terlibat adalah manajemen, tidak seperti skeptisme yang

ditunjukkan terhadap akuntansi nilai wajar baru-baru ini, justru mendukung penggunaan

metode penyusutan replacement cost untuk memperkuat argumen untuk pajak yang lebih

rendah dan kenaikan upah yang lebih rendah pula dan untuk menyanggah persepsi publik

mengenai profitabilitas yang berlebih. Menarik bahwa CAP (Committee on Accounting

Procedure) bisa bertahan pada tahun 1948 dan kembali menegaskan akuntansi berbasis harga

historis.

Tanggapan Zeff adalah memperluas perwakilan dalam badan penyusunan standar

akuntansi itu sendiri, Financial Accounting Foundation (badan yang mengawasi FASB),

misalnya tidak hanya mencakup akuntan professional namun juga anggota-anggota dari

manajemen, industri sekuritas dan akademisi. Dan juga, pengguna exposeure draft untuk

mengajukan standar baru menjadi hal yang umum sebagai sarana untuk memungkinkan

beragam konstituen memberi komentar terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang

diusulkan.

Untuk mempertahankan kredibilitas badan penyusun standar, mereka perlu menetapkan

kebijakan akuntansi yang sesuai dengan model akuntansi keuangan dan konsep

tradisionalnya, yaitu penyesuaian dan realisasi. Tanpa adanya teori untuk mengarahkan

pilihan kebijakan akuntansi, maka kita harus mencari cara untuk mencapai konsensus

terhadap kebijakan akuntansi.

8.2.1 Summary

Kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi berbagai konstituen pengguna

laporan keuangan, meskipun kebijakan tersebut tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan

secara langsung. Konsekuensi ekonomi semakin mempersulit penentuan standar akuntansi,

yang memerlukan penyeimbangan antara pertimbangan-pertimbangan politik dan akuntansi

secara hati-hati.

8.3 Employee Stock Options

Bidang dimana konsekuensi ekonomi tampak jelas. Pertama adalah akuntansi untuk opsi

saham yang dikeluarkan bagi manajemen dan, dalam beberapa kasus, bagi karyawan-

karyawan lainnya, yang memberi mereka hak untuk membeli saham perusahaan dalam

jangka waktu tertentu. Kita menyebut opsi-opsi tersebut sebagai employee stock opsions.

Di Amerika akuntansi untuk ESO secara tradisional telah didasarkan pada opinion 25

Accounting Principles Board tahun 1972 (APB 25). Standar tersebut mewajibkan perusahaan

mengeluarkan ESO dengan nilai tetap untuk mencatat biaya yang sama dengan selisih antara

nilai pasar saham pada tanggal pemberian opsi tersebut pada karyawan (grant date) dan harga

pelaksanaan opsi tersebut. Selisihnya disebut nilai intrinsik. Perusahaan yang menetapkan

harga pelaksanaanya sama dengan nilai pasar pada tanggal pemberiannnya,sehingga nilai

intrinsiknya nol. Bulan februari 1992,rancangan undang-undang diperkenalkan di kongres

Amerika Serikat yang mewajibkan agar ESO diberi niali dan dibiayakan.

Bulan juni 1993, FASB mengeluarkan exposure draft standar baru yang diusulkan.

Exposure draft tersebut mengusulkan agar perusahaan mencatat biaya kompensasi

berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal pemberian ESO yang dikeluarkan pada periode

tersebut. Exposure tersebut ditentang oleh kalangan bisnis dan meluas ke kongres. Muncul

kekhawatiran akan konsekuensi ekonomi dari laporan laba yang lebih rendah yang akan

dihasilkan. Konsekuensi tersebut mencakup harga saham yang rendah, biaya modal yang

tinggi, kurangnya bakatr manajerial,serta rendahnya motivasi manajer dan karyawan.

Dengan membuat beberapa asumsi untuk menyederhanakan, Huddart menunjukkan

bahwa rumus black/sholes dengan ESO yang ditahan sampai tanggal kadaluarsa dapat sangat

menaikkan pencatatan nilai wajar ESO padam tanggal pemberian.

Terdapat tiga karakteristik Opsi:

1. Pengembalian yang diharapkan dari menahan suatu opsi melebihu return saham yang

diharapkan.

2. Potensi kenaikan (upside potencial) opsi America (tendensi kenaikan terhadap nilainnya)

meningkat seiring dengan waktu jatuh tempo.

3. Jika opsi “deep-in-the-money” artinya jika nilai saham dasar jatuh lebih tinggi daripada

harga exercise price ,maka hasil dari menahan opsi tersebut dan probabilitasnya sangat

mendekati hasil dan probabilitasnya dari menahan saham dasarnya.

Dua keadaan dimana karyawan melaksanakan opsinya. Pertama jika ESO mencakup nilai

uang sedikit (resiko substansial terjadinya hasil nol), waktu sampai jatuh temponya singkat

(sedangkan pengorbanan untuk potensi kenaikan) dan karyawan tersebut diharuskan menahan

saham yang diperolehnya,maka penghindaran resiko dapat memicu pelaksanaan lebih awal.

Kedua jika ketika ESO menyangkut banyak uang,waktu sampai jatuh temponya singkat,dan

karyawan dapat menahan maupun menjual saham yang diperolehnya dan menginvestasikan

hasilnya pada aktiva yang tidak beresiko.

Penelitian Hall dan Murphy (2002) mengkonfirmasi tendensi Black/sholes dengan

menggunakan pendekatan yang berbeda dari Huddart,juga menunjukkan probabilitas

substansial dari pelaksanaan awal,dan menunjukkan bahwa hal tersebut secra signifikan

mengurangi biaya ESO dibawah black/sholes. Dalam penelitian Marquardt (2002) menelaah

keaakuratan rumus black/sholes didasarkan pada waktu pelaksanaan yang diharapkan.

Pada tahun 1994, FASB mengumumkan pembatalan exposure draft,dengan alasan tidak

memperoleh dukungan yang cukup. FASB beralih ke pengungkapan tambahan. Dalam SFAS

123,yang keluar tahun 1995, FASB mendesak perusahaan untuk menggunkan pendekatn nilai

wajar yang disarankan dalam exposure draft,namun memungkinkan digunakannya penetapan

nilai intrinsic APB 25 selam perusahaan member pengungkapan tambahan dari biaya WSO

yang ditentukan dengan menyusutkan nilai wajar dari ESO yang diberikan selama periode

penyerahannnya menurut waktu pelaksanaan yang diharapkan. Sejak tahun 1993,exposure

draft telah diabaikan. Baru-baru ini skandal penyusunan laporan keuangan seperti enron dan

worldcom telah menimbulkan tekanan baru untuk mengeluarkan ESO. Di Kanada,standar

akuntansi kini mewajibkan biaya ESO yang mulai berlaku bagi banyak perusahaan sejak

tahun fiscal yang berawal atau setelah tanggal 1 januari 2004. International Accounting

Standards Board memilki standar serupa yang diterapkan. Di Amerika Serikat,standar

akuntansi mewajibkan dibiayakan untuk tahun fiscal yang berlaku sejak tanggal 15 juni 2004.

8.4. The relationship between effiecient securities market theory and economic

consequences

Teori pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap perubahan

kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan dan aliran kas. Jika tidak

ada reaksi harga sekuritas, maka tidak jelas mnegapa manajemen dan para regulator harus

merasa khawatir terhadap kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Teori pasar

yang efisien menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh,termasuk pengungkapan

kebijakan akuntansi. Dalam dua bidang pilihan kebijakan akuntansi yang penting ada dua

konsituen utama pengguna laporan keuangan,manajemen dan investor.Kuatnya reaksi

manajemen dapat melibatkan campur tangan pemerintah. Berbagai reaksi tersebut

dirumuskan dalam konsekuensi ekonomi. Artinya,kebijakan akuntansi dapat sangat penting

bahkan tanpa adanya dampak-dampak aliran kas.Kebijakan akuntansi berpotensi untuk

mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya,termasuk keputusan untuk

mengintervensi,baik dukungan atau menentang usulan standar akuntansi.

8.5 Teori Akuntansi Positif

8.5.1 Garis Besar Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif (TAP) berkenaan dengan memprediksi tindakah-tindakan

sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan

merespon standar akuntansi. TAP beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri

dalam cara yang paling efisien sehingga dapat memaksimalkan prospek mereka untuk

bertahan hidup. Perusahaan dapat dipandang sebagai kumpulan kontrak (nexus of contract),

artinya pengorganisasiannya terutama dapat ditentukan oleh sekumpulan kontrak yang

dijalaninya. Contohnya kontrak dengan para karyawan (termasuk dengan manajer),pemasok

dan dengan para penyedia modal merupakan hal penting bagi oprasi perusahaan.Kontrak

dengan Kontrak terendah disebut kontrak yang efisien (efficient contracts). TAP berpendapat

bahwa kebijakan akuntansi dipilih sebagai bagian dari masalah yang lebih puas dari

pencapaian manajemen perusahaan yang lebih efisien.

Perlu dicatat bahwa TAP tidak sampai menyarankan bahwa perusahaan (dab badan

penyusun standar) harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan akuntansi yang akan mereka

pergunakan. Memberi keleluasaan kepada manajemen untuk memilih dari sekumpulan

kebijakan akuntansi akan membuka peluang untuk terjadinya perilaku oportunis ex-post.

Artinya dengan diberikan sekumpulan kebijakan yang ada,para manajer dapat memilih

kebijakan akuntansi dari sekumpulan tersebut untuk kepentingan mereka pribadi,dan

karenanya mengurangi efisiensi kontrak. TAP berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional

(sebagaimana investor) dan akan memilih kebijakan akuntansi demi kepentingan terbaik

mereka sendiri jika memang mampu melakukannnya.TAP menekankan bahwa perlunya

dilakuakn penelitian empiris untuk menekiankan bagaimana trade off antara biaya modal dan

kontrak,antara manajer memilih sekumpulan kebijakan akuntansi dan struktur manajemen

perusahaan sendiri,beragam,tergantung kepada lingkungannya. TAP tidak berusaha

menggurui orang atau konstituen mengenai apa yang hendaknya mereka lakukan. Teori yang

melakukan hal tersebut disebut teori normative. Baik tidaknya kemampuan teori normative

melakukan prediksi tergantung sejauh mana setiap individu sungguh-sungguh mengambil

keputusan sebagaimana disarankan oleh teori tersebut.

8.5.2 Tiga Hipotesis TAP

Menurut Watts dan Zimmerman (1990), prediksi yang dibuat oleh TAP disusun seputar 3

hipotesis antara lain:

1. Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)

Dengan semua hal dianggap setara,para manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih

mungkin memilih prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa

akan datang ke saat ini.

2. Hipotesis persyartan perjanjian pinjaman (The debt covenant Hypothesis)

Dengan semua hal dianggap setara,semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan

pengingkaran persyratan perjanjian pinjaman berbasis akuntansi,semakin besar pula

kemungkinan manajer perusahaan tersebut memilih prosedur akuntansi yang menggeser

pendapatan yang dilaporkan dari periode akan datang ke periode berjalan.

3. Hipotesis biaya politik (The political cost hypothesis)

Dengan semua hal dianggap setara,semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh

perusahaan,semakin besar kemungkinan manajer memilih prosedur akuntansi yang

menangguhkan pendapatan yang dilaporkan dari periode berjalan ke periode akan datang.

Ketiga hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari TAP,tiga komponen

tersebut mengarah pada prediksi yang dapat diuji secara empiris.Ketiga kontrak ini juga dapat

ditafsirkan dari perspektif perjanjian kontrak yang efisien.

8.5.3 Efficient Contacting and Conservative Accounting

Konservatif akuntansi juga dapat berkontribusi untuk efisien kontraktor dan pelayanan,

seperti yang dikemukakan oleh Watt (2003). Pertimbangan hipotesis perjanjian hutang.

Debtholders sangat prihatin pada nilai perusahaan - mereka tidak membagi langsung dalam

prningkatan nilai perusahaan. Akuntansi konservatif, melalui pengakuan tepat waktu

kehilangan, mengurangi keprihatinan ini. Selain itu, akuntansi konservatif meningkatkan

perlindungan yang diberikan oleh perjanjian hutang, hal-hal lain yang sama. Untuk

mengilustrasikan, misalkan kontrak utang meliputi perjanjian dimana perusahaan harus

menjaga tingkat tertentu kekayaan bersih, jika tidak ada dividen dapat dibayarkan. karena

akuntansi konservatif menurunkan kekayaan bersih, perusahaan harus mempertahankan aset

bersih lebih secara nyata untuk menghindari pelanggaran perjanjian, meningkatkan ketahanan

debtholder'. Selain itu, pendekatan keuangan perusahaan kesulitan keuangan, akuntansi

konservatif yang memungkinkan debtholders untuk mengetahui lebih cepat. Mereka

kemudian mungkin lebih baik mampu mengambil langkah untuk melindungi kepentingan

mereka. Peningkatan keamanan ini memungkinkan perusahaan untuk mengeluarkan utang

pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada sebaliknya. Bukti bahwa konservatisme

mengarah lebih efisien utang kontraktor dilaporkan oleh Ahmed, Billings, Harris, dan Morton (2000);

Zhang (2008); dan wittenberg-Moerman (2008).

Namun, Beatty, Weber dan Yu (2008) melaporkan bukti empiris bahwa perusahaan

dengan pendapatan eskalator klausul dalam utang mereka perjanjian lebih cenderung memilih

konservatif kebijakan akuntansi. Klausul-klausul eskalator pendapatan meningkatkan tingkat

perjanjian kekayaan bersih yang perusahaan diperlukan untuk mempertahankan dalam

persentase pendapatan bersih. semacam klausul untuk mendorong konservatif akuntansi sejak

jika perusahaan mempekerjakan pendapatan memaksimalkan kebijakan sebaliknya, klausa

eskalator akan menaikkan perjanjian kekayaan tingkat di atas apa yang akan dengan

kebijakan konservatif kurang bersih.

8.5.4 Penelitian TAP

TAP menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Contoh tulisan Lev (1979)

merupakan penelitian TAP, penekanannya adalah pada bagaimana para investor benar-benar

bereaksi terhadap prospek diwajibkannya perusahaan yang menggunakan metode metode

akuntansi full-cost beralih kepada metode akuntansi succesfull-effort

Banyak penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang

meneliti hipotesis rencana bonus berdasarkan pada laba bersih mereka yang dilaporkan secara

sistematis dengan menggunakan kebijakan akrual untuk memaksimalkan bonus yang mereka

harapkan. Dichev dan Skinner (2002) mengkaji persyratan perjanjian pinjaman. Mereka

meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat (pinjaman

yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada perjanjian-perjanjian

dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya rasio lancer tertentu atau pada

dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.

Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih

selama penelitian keringanan impor. Pemberian keringanan pada perusahaan yang

dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan politik.

Pendekatan yang dilakukan oleh Jones terkait dengan memisahkan akrual negative dari

akrual total agar dapat memperoleh komponen diskresi adalah melakukan estimasi persamaan

regresi :

TAjt = αj +β1j REVjt + β2j PPEjt + jt

Dimana

TAjt : Akrual total untuk perusahaan j dalam tahun

REVjt : Pendapatan untuk perusahaan j dalam tahun t dikurangi pendapatan dari tahun t-1

PPEjt : Perlengkapan, pabrik dan property kotor untuk perusahaan j pada tahun t

jt : residu yang mencakup seluruh dampak terhadap TAjt selain dari REVjt dan PPEjt

Koefisien αj,β1j dan β2j hanya konstanta yang diestimasi. Secara khusus β1j dan β2j tidak

berkaitan dengan nilai beta saham yang dibahas dalam butir 7.3.1 .

Tujuan REVjt adalah mengendalikan akrual non-discretionary 1 aktiva dan kewajiban,atas

dasar bahwa hal tersebut tergantung pada perubahan dalam aktivitas bisnis yang diukur oleh

pendapatan. PPEjt mengendalikan komponen non discretionary 1 dari biaya penyusutan

dengan alasan bahwa hal tersebut tergantung pada investasi perusahaan dalam aktiva.

Dengan model regresi yang diestimasi,jones menggunakan untuk memprediksi akrual non

discretionary 1 selama tahun-tahun penyelidikan ITC (International Trade Commission),

yaitu:

Ujp=TAjp – (αj + β1j REVjp + β2jPPEjp)

Dimana p adalah tahun penyelidikan TAjp adalah akrual total untuk tahun tersebut dan jumlah

yang di tanda kurung adalah akrual non-discretionary 1 yang diprediksikan untuk tahun

tersebut dari model regresi. Karenanya Ujp merupakan estimasi akrual untuk tahun p bagi

perusahaan j,artinya bahwa perusahaan menggunakan discretionary accrual untuk memaksa

pencatatan pendapatan yang dilaporkan turun.

8.5.5. Membedakan versi kontrak efisien dan oportunis

Ketiga hipotesis TAP dinyatakan dalam bentuk oportunis, artinya mereka berasumsi

bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas yang diharapkan

dibandingkan remunerisasi yang mereka terima dan kontrak hutang dan biaya politik.

Hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya atas dasar asumsi bahwa

kontrak kompensasi dan sistem control internal,dan lebih umum lagi,manajemen perusahaan

yang baik, membatasi oportunisme,dan memotivasi manajer untuk memilih kebijakan

akuntansi untuk mengendalikan biaya kontrak.

Kedua bentuk TAP tersebut kadang memberikan prediksi yang serupa. Christie dan

Zimmerman (1994) juga menyelidiki mengenai sampai tingkat pilihan kebijakan akuntansi

yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang menjadi

target pengambilalihan. Penelitian Dechow (1994) berkaitan dengan dua versi TAP,ia

berpendapat bahwa jika kenyataanya sebagian besar merupakan hasil dari manipulasi

oportunis dari pendapatan yang dilaporkan,maka pasar yang efisien akan menolaknya demi

memungkinkan aliran kas,dimana aliran kas hendaknya lebih terasosiasi dengan return saham

daripada laba bersih.

Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun dimana mereka

pertama kali melakukannya,ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan

mendorong manajer untuk mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi

perusahaan.Akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam kontrak yang efisein Watts

(2003). Hipoptesis rencana bonus menyiratkan bahwa para manjer tergoda unruk

meningkatkan estimasi-estimasi aliran kas akan datang mereka lebih tinggi,dan

menggunakannya untuk membenarkan pencatatan pendapatan secara premature dan penilaian

aktiva lebih tinggi,yang keduanya menggeser pendapatan dari masa akan datang ke masa

kini.

8.6 Kesimpulan Konsekuensi Ekonomi dan TAP

TAP berusaha memahami dan memprediksikan pilihan kebijakan akuntansi perusahaan.

Teori tersebut menilai bahwa kebijakan akuntansi adalah bagian dari kebutuhan perusahaan

secara menyeluruh untuk meminimalkan biaya modalnya dan biaya kontrak lainnya.

Karenanya pilihan kebijakan akuntansi adalah bagian dari proses manajemen perusahaan

secara keseluruhan.

TAP menghasilkan kepustakaan empiris yang amat kaya. Ada tiga aspek mengenai

lingkungan dan struktur organisasi perusahaan yang dipisahkan untuk dipelajari,kontrak

kompensasi manajemen,struktur modalnya,serta terbukanya biaya politik.

TAP tidak menyiratkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi harus dijelaskan secara

khusus,malah lebih efektif jika ada sekumpulan kebijkan akuntansi yang dapat dipilih oleh

manajemen. Kumpulan tersebut dianggap sebagai serangkaian kebijakan yang diperbolehkan

berdasar GAAP atau dapat dibatasi lebih lanjut oleh kontrak.

Dari perspektif TAP tidak sulit memahami mengapa kebijkan akuntansi dapat memiliki

konsekuensi ekonomi. Dari perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang tersedia

mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Dari perspektif opportunis, kemampuan manajemen

untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungannya sendiri pun terpengaruhi. Standar

akuntansi mungkin membatasi kebijakan akuntansi yang diperbolehkan, misal dalam standar

yang mengusulkan diwajibkannya penggunaan metode succesfull-effort untuk eksplorasi

minyak dan gas. Standar lain mungkin menurunkan laba bersih, seperti dalam perhitungan

OPEB dalam bagian 3461 Buku Pedoman CICA atau dalam standar untuk mencatat biaya

untuk opsi saham karyawan.

Kekhawatiran Manajer terhadap kebijakan dan standar akuntansi mungkin diarahkan oleh

oportunisme atau oleh kontrak yang efisien,ada bukti yang signifikan yang mendukung

kontrak TAP. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu mensejajarkan

kepentingan-kepentingan para pemegang saham.

Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective

Ross L. Watts and Jerold L. Zimmerman Januari 1990

The Accounting Review, Vol. 65 No.1 pp. 131-156

Abstrak dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini untuk mengulas dan mengkritik literatur akuntansi positif setelah publikasi Watts dan Zimmerman (1978, 1979). Perbaikan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan antara teori dan pengujian empiris. Perbaikan kedua adalah pembangunan model yang mengakui adanya endogenitas antara variabel dalam regresi. Perbaikan ketiga adalah pengurangan kesalahan pengukuran di kedua variabel dependen dan independen dalam regresi.

Tujuan penelitian untuk menyampaikan perspektif pada evolusi dan kondisi saat teori akuntansi positif dan untuk meringkas bukti pada ketetapan empiris yang sistematis dalam akuntansi (bagian I). Tujuan kedua adalah untuk mengevaluasi metode penelitian dan metodologi yang digunakan untuk dokumen ketetapan empiris. Peneliti membahas kritik dari surat-surat asli dan dari literatur akuntansi positif berikutnya dalam bagian II. Sementara literatur akuntansi positif telah menjelaskan beberapa praktik akuntansi, masih banyak yang tidak dapat dijelaskan. Tujuan ketiga peneliti adalah untuk memberikan pandangan tentang arah masa depan untuk literatur akuntansi positif (bagian III).

Landasan teori yang digunakan berasal dari penelitian terdahulu yang membahas tentang evolusi dari teori positif akuntansi yang menyebutkan biaya agensi berkaitan dengan kontrak utang dan kontrak kompensasi manajemen dan agensi, informasi, dan biaya kontrak lainnya yang terkait dengan proses politik memberikan hipotesis diuji dalam studi pilihan akuntansi empiris awal (hipotesis rencana bonus, utang/ekuitas dan biaya politik).

Dalam teori akuntansi positif kontemporer menjelaskan bahwa perusahaan dengan perjanjian utang akan melakukan lobi yang lebih dan melakukan akuntansi lebih (mahal), pembiayaan, dan perubahan produksi untuk membatalkan efek dari perubahan wajib perusahaan dengan rencana bonus. Dengan demikian, mengembangkan teori positif pilihan akuntansi memerlukan pemahaman tentang besaran relatif dari berbagai jenis biaya kontrak. Biaya kontrak terdiri dari biaya transaksi (misalnya, biaya broker), biaya agensi (misalnya, biaya-biaya monitoring dan hilangnya sisa dari keputusan disfungsional), biaya informasi (misalnya, biaya untuk menjadi informasi), biaya renegosiasi (misalnya. biaya menulis ulang kontrak yang ada karena kontrak yang masih ada dibuat usang oleh beberapa peristiwa yang tak terduga) dan biaya kebangkrutan (misalnya, biaya hukum kebangkrutan dan biaya keputusan disfungsional). Istilah contracting parties dimaksudkan untuk mencakup semua pihak untuk perusahaan termasuk internal karyawan dan manajer dan pihak eksternal seperti pemasok, klaim pemegang, dan pelanggan. Keberadaan biaya kontrak sangat penting untuk model bagi organisasi perusahaan dan pilihan akuntansi.

Kontrak yang menggunakan angka akuntansi tidak efektif dalam menyelaraskan kepentingan manajer dan pihak kontraktor jika manajer memiliki diskresi lengkap melebihi dari angka akuntansi yang dilaporkan. Jika manajer mengetahui (atau dapat menentukan) metode akuntansi terbaik yang memotivasi bawahan, maka pihak kontraktor tersebut ingin manajer untuk memiliki beberapa pertimbangan di atas angka akuntansi. Ketika para manajer melaksanakan kebijaksanaan ini itu bisa karena (1)

kebijaksanaan yang dilakukan meningkatkan kekayaan semua pihak kontraktor atau (2) kebijaksanaan yang dilakukan membuat manajer lebih baik dengan mengorbankan beberapa pihak kontraktor atau pihak lain. Jika manajer memilih untuk menerapkan kebijaksanaan untuk keuntungan mereka ex post dan kebijaksanaan memiliki kekayaan efek redistributif antara pihak kontraktor, maka dapat dikatakan manajer bertindak opportunis.

Ex ante, set pilihan akuntansi dibatasi oleh pihak kontraktor adalah ditentukan oleh alasan efisiensi (untuk memaksimalkan nilai perusahaan). Salah satu biaya yang memungkinkan manajer lebih daripada kurang diskresi adalah meningkatnya kemungkinan beberapa ex post manajerial opportunism (yaitu transfer kekayaan manajer) melalui prosedur akuntansi. Namun, ex ante pihak kontraktor mengharapkan beberapa efek redistributif dan mengurangi harga yang mereka bayar untuk klaim mereka. Ex post kekayaan didistribusikan oleh oportunisme manajerial, tapi ex ante beberapa redistribusi diharapkan beberapa pihak dan harga melindungi diri mereka. Perlindungan harga tidak menghilangkan insentif untuk bertindak oportunis juga tidak perlindungan harga menghilangkan biaya bobot mati dari manajer mengambil tindakan oportunistik. Sejauh mana kontrak dapat ditulis ex ante untuk mencegah perilaku ex post tersebut yang menyebabkan biaya weight dead meningkatkan kemungkinan perusahaan akan bertahan dalam lingkungan yang kompetitif (Klein 1983).

Himpunan prosedur akuntansi di mana manajer memiliki diskresi adalah disebut "accepted set”. Hal ini secara sukarela ditentukan oleh pihak kontraktor. Diskresi manajerial atas pilihan metode akuntansi adalah diperkirakan bervariasi di seluruh perusahaan dengan variasi biaya dan manfaat dari pembatasan. Pembatasan ini menghasilkan prinsip-prinsip akuntansi terbaik atau yang dapat diterima bahkan tanpa standar akuntansi diamanatkan oleh pemerintah. Pembatasan yang diberlakukan oleh auditor eksternal.

Kebanyakan penelitian pilihan akuntansi menganggap manajer memilih metode akuntansi untuk mentransfer kekayaan untuk diri mereka sendiri dengan mengorbankan pihak lain untuk perusahaan karena mereka dapat mengambil kontrak perusahaan tersebut diamati seperti yang diberikan dan kemudian menghalangi tambang manajer insentif untuk pilihan akuntansi. Beberapa studi penelitian mengasumsikan metode akuntansi yang dipilih untuk alasan efisiensi (yaitu Watts 1974, 1977; Leftwich et at 1981; Zimmer 1986; Whittred 1987; Ball 1989; Malmquist forthcoming; Mian and Smith forthcoming). Namun, tidak ada penelitian sampai saat ini telah dijelaskan baik pilihan ex ante set diterima dan pilihan ex post metode akuntansi dari dalam set yang diterima. Kebanyakan penelitian yang mengasumsikan pilihan oportunistik metode akuntansi tidak mengontrol untuk fakta bahwa manajer di perusahaan yang berbeda kemungkinan memilih metode akuntansi yang berbeda dari set yang diterima dibatasi.

Penelitian sampai saat ini menemukan hasil yang konsisten dengan hipotesis rencana bonus (Watts dan Zimmerman 1986, Christie forthcoming). Penelitian awal hipotesis bonus tidak di uji dari teori ini, karena mereka bergantung pada penyederhanaan teori yang tidak sesuai dalam beberapa kasus. Misalnya, rencana bonus tidak selalu memberikan insentif pada manajer untuk meningkatkan penghasilan. Jika, tidak ada perubahan akuntansi, laba berada di bawah tingkat minimum yang diperlukan untuk pembayaran bonus, manajer memiliki insentif untuk mengurangi pendapatan tahun ini karena tidak ada bonus yang akan diterima. Mengambil keuntungan seperti "ernings bath" meningkat dari yang diharapkan dan bonus di masa mendatang. Dengan menggunakan rencana bonus untuk mengidentifikasi situasi di

mana manajer diharapkan dapat mengurangi pendapatan, pengujian Healy (1985) mencakup lebih banyak jenis manipulasi. Hasilnya konsisten dengan manajer memanipulasi akrual bersih untuk mempengaruhi bonus mereka.

Hipotesis utang/ekuitas memprediksi tingginya rasio utang/ekuitas pada perusahaan, para manajer lebih mungkin menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan pendapatan. Semakin tinggi rasio utang /ekuitas, semakin ketat dalam perusahaan yaitu sebuah kendala dalam perjanjian hutang (Kalay 1982). Semakin ketat kendala sebuah perjanjian, semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian tersebut dan menimbulkan biaya dari standar teknis. Manajer melakukan kebijaksanaan dengan memilih metode akuntansi pendapatan yang meningkat, kendala utang dan mengurangi biaya standar teknis.

Bukti konsisten dengan hipotesis utang/ekuitas. Rasio utang/ekuitas perusahaan yang lebih tinggi, para manajer lebih memilih metode peningkatan pendapatan. Press dan Weintrop (forthcoming) dan Duke dan Hunt (fortcoming) menemukan bahwa rasio utang/ekuitas berkorelasi dengan pendekatan dalam perjanjian obligasi sebagaimana diasumsikan dalam hipotesis. Beberapa penelitian pada utang/ekuitas, bagaimanapun, menghindari menggunakan rasio utang/ekuitas sebagai variabel proxy untuk sebuah pendekatan dengan kendala perjanjian dengan menggunakan pengujian secara langsung. Misalnya, Bowen et al. (1981) menguji apakah pilihan akuntansi bervariasi dengan kendala dividen sebagaimana ditentukan dalam perjanjian hutang dan diukur dengan laba ditahan yang tidak dibatasi. Hubungan antara leverage dan pilihan metode akuntansi adalah keteraturan empiris yang dapat diketahui dalam studi akuntansi positif.

Hipotesis biaya politik memprediksi bahwa perusahaan-perusahaan besar daripada perusahaan kecil lebih mungkin untuk menggunakan pilihan akuntansi yang mengurangi dalam melaporkan laba. pengukurannya yaitu variabel proxy untuk politik. Yang mendasari hipotesis ini adalah asumsi bahwa bagi individu untuk menjadi informasi tentang apakah keuntungan akuntansi benar-benar mewakili keuntungan monopoli dan "kontrak" dengan orang lain dalam proses politik untuk membuat undang-undang dan peraturan yang meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, individu-individu rasional kurang dalam informasi seluruhnya. Proses politik tidak berbeda dari proses pasar dalam hal itu. Mengingat biaya informasi dan monitoring, manajer memiliki insentif untuk menerapkan kebijaksanaan atas keuntungan akuntansi dan pihak-pihak dalam proses politik merasa puas dengan jumlah rasional yang oportunisme.

Bukti ini konsisten dengan hipotesis biaya politik. Namun, hasilnya hanya muncul untuk menahan dalam sebuah perusahaan besar (Zmijewski dan Hagerman 1981) dan didorong oleh industri minyak dan gas (Zimmerman 1983). Kesulitan dengan menggunakan ukuran perusahaan sebagai proxy biaya politik, termasuk kemungkinan bahwa hal itu dapat diproxykan ke efek lainnya, seperti keanggotaan industri, yang dibahas dalam Ball dan Foster (1982). Temuan ini menarik yaitu konsistensi hubungan antara ukuran dan pilihan akuntansi di berbagai studi. Perusahaan-perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi penurunan pendapatan. Saat ini, tidak ada teori alternatif untuk keteraturan dalam empiris antara ukuran perusahaan dan pilihan akuntansi selain hipotesis hipotesis politik.

Variabel Rencana bonus, kontrak utang, dan proses politik selain keberadaan rencana bonus, leverage, dan size juga telah ditemukan terkait dengan pilihan akuntansi. Christie (forthcoming) dalam uji statistik dalam melintasi berbagai

penelitian dan menyimpulkan enam variabel untuk lebih dari satu penelitian memiliki kekuatan yang jelas. Variabel managerial compensation, leverage, size, risk, and interest coverage and dividend constraints. Kesimpulan yang lain adalah probabilitas dalam teori secara keseluruhan memiliki kekuatan yang jelas.

Sementara variabel bonus, utang, dan proses politik cenderung signifikan secara statistik (nilai p lebih kecil dari 10), kebanyakan penelitian menjelaskan (R2) dari rendahnya model ini. Zmijewski dan Hagerman (1981), pilihan model cross-sectional merupakan metode akuntansi yang tidak signifikan yang lebih baik daripada memilih kombinasi yang paling umum. Model prediktif alternatif adalah setiap perusahaan menggunakan kombinasi yang paling umum dari metode akuntansi. Model alternatif menimbulkan pertanyaan apa yang menentukan pilihan dalam mayoritas akuntansi. Banyak pengajar akuntansi yang tidak nyaman dengan sebuah penjelasan bahwa manajer memilih prosedur akuntansi mereka berdasarkan dari kebijakan perusahaan. Masalah sebenarnya adalah kurangnya model alternatif dengan kekuatan penjelas yang lebih besar, bukan kekuatan penjelas dengan rendahnya teori yang ada. Beberapa masalah dengan metode penelitian yang ada memberikan kontribusi pada kekuatan yang rendah.

Masalah Metode Penelitian

Masalah metode penelitian pertama melibatkan kurangnya kekuatan dalam pengujian. Isu kedua melibatkan kemungkinan hasil yang diperoleh dalam literatur akuntansi positif adalah karena hipotesis alternatif yang belum diakui, bukan hipotesis lain. Reductions in the tests power. Pengujian teori yang kurang karena beberapa alasan: masalah dengan spesifikasi model, masalah menentukan variabel left hand side and right hand side dan variabel omitted. Masing-masing akan dibahas selanjutnya.

Spesifikasi Model. Semua penelitian hingga saat ini diasumsikan hasil pilihan akuntansi, baik dari alasan efisiensi atau oportunisme manajerial. Ini menghasilkan dua kesalahan spesifikasi model. Pertama, tipe probit pada regresi di mana pilihan metode akuntansi tergantung pada efek dari pilihan pada kekayaan manajer, variabel penjelas left hand side and right hand side mencerminkan pengaruh kekayaan pilihan melalui rencana kompensasi, perjanjian utang, dan proses politik. Secara implisit peneliti memegang konstan perusahaan pengujian kesempatan investasi dan kontrak serta menafsirkan variabel rencana kompensasi sebagai oportunisme manajerial. Tapi, utang dan variabel politik dapat mewakili kedua efisiensi dan oportunisme. Dengan demikian, model ini tidak spesifikasi. Kedua kesalahan dalam mengabaikan hasil yang spesifikasi pada efek interaksi antar variabel right hand side. Laba yang lebih tinggi membebankan biaya politik dan mengurangi ukuran untuk pihak kontraktor dan pada saat yang sama dapat meningkatkan kompensasi dalam bonus manajer. Rencana bonus dan proses politik merupakan efek antar tindakan. Namun, dalam model empiris variabel right hand side diperlakukan sebagai aditif dan efek dalam interaksi yang diabaikan. Memecahkan dua masalah yang spesifikasi membutuhkan peneliti untuk menentukan interaksi antarwaktu antara oportunisme (termasuk insentif reputasi manajerial) dan efek efisiensi (lihat Christie 1987).

Variabel Left-hand-side. Masalah dalam menentukan variabel pilihan akuntansi untuk mengurangi kekuatan dalam pengujian. Satu masalah tersebut yang disebutkan sebelumnya adalah penggunaan pilihan metode tunggal sebagai variabel Left-hand-side. Zmijewski dan Hagerman (1981) dan Press dan Weintrop (forthcoming) menggunakan pengujian dengan metode akuntansi dan masih mencapai kekuatan penjelas yang relatif

rendah. Namun, peringkat efek dari berbagai portofolio metode akuntansi pada pendapatan membutuhkan asumsi tentang efek relatif terhadap pendapatan dari berbagai pilihan akuntansi (misalnya, efek pilihan penyusutan vs pilihan persediaan). Asumsi ini menyebabkan kesalahan dalam variabel Left-hand-side. Healy (1985) mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan akrual bersih sebagai variabel Left-hand-side. Tapi, variabel "akrual bersih" adalah ukuran dalam akrual bersih yang dimanipulasi oleh manajer. Beberapa keputusan akuntansi yang mempengaruhi akrual telah dibuat sebelumnya dan mungkin melampaui kebijaksanaan manajer pada saat pengukuran. Idealnya, akrual bersih harus diukur relatif terhadap apa yang akan mereka tanpa manipulasi, sehingga variasi ini dikecualikan dari variabel Left-hand-side. Hal ini memerlukan model akrual yang saat ini tidak ada (Moyer 1988 : McNichols dan Wilson 1988; DeAngelo 1988b).

Variabel Right-hand-side. Beberapa variabel dalam studi kesalahan pengukuran dalam pilihan akuntansi. Sebagai contoh, kedua perjanjian (yaitu, perbedaan antara jumlah yang ditentukan dalam perjanjian dan jumlah aktual) dan adanya perjanjian merupakan penentu penting dalam pilihan akuntansi. Tapi rasio utang /ekuitas dengan sendirinya merupakan ukuran yang tepat, penggunaan variabel nol untuk mengukur efek rencana bonus yang sangat sederhana. Ball dan Foster (1982, 184) menunjukkan bahwa komponen lain dari gaji, seperti gaji, dapat bergantung pada pendapatan akuntansi tanpa rencana kompensasi formal dan bahkan dengan rencana berbasis akuntansi formal, direksi luar dapat menyesuaikan upah insentif bagi i perubahan akuntansi. Namun, menemukan hubungan antara variabel indikator yang mewakili rencana bonus dan pilihan metode akuntansi informatif dan menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut dengan langkah-langkah yang lebih halus berdasarkan rincian rencana bonus akan menghasilkan hasil yang kuat. Tindakan secara langsung juga lebih sensitivitas politik daripada ukuran perusahaan (Wong 1988; Jones 1988; Sutton 1988) memberikan pengujian yang lebih kuat dari hipotesis biaya politik.

Variabel Omitted. Ada tiga masalah variabel omitted yang berbeda, dalam literatur saat ini: menghilangkan kontrak berbasis standar akuntansi, dan menghilangkan variabel yang mewakili pada saat pengujian diterima. Pertama, variabel biaya kontrak untuk standar kontrak, seperti rencana bonus kadang-kadang dihilangkan karena variabel tersebut mahal untuk mengumpulkan nya. Misalnya, Daley dan Vigeland (1983) menghilangkan variabel yang mewakili rencana kompensasi manajemen berbasis akuntansi dari regresi mereka. Karena leverage, kontrak kompensasi, dan kebijakan akuntansi merupakan bagian dari teknologi kontrak yang efisien pada perusahaan, variabel-variabel ini juga bervariasi dengan ukuran perusahaan. Hal ini menghasilkan koefisien bias estimasi variabel right-hand-side dan menghambat interpretasi mereka.

Masalah kedua variabel Omitted adalah bahwa untuk tingkat yang besar, literatur sampai saat ini hanya berfokus pada kontrak utang dan kompensasi. Kontrak lain mempengaruhi pilihan manajemen terhadap metode akuntansi, tapi ini dihilangkan di sebagian pengujian yang besar. Misalnya. adanya rencana bonus kemungkinan berkorelasi dengan perangkat organisasi lainnya seperti program opsi saham. Struktur organisasi lain mungkin dapat mengendalikani pilihan akuntansi daripada rencana bonus (Ball dan Foster 1982, 185). Dan, itu tidak benar untuk menganggap semua efek jelas dari indikator rencana bonus hasil variabel dengan rencana bonus. Masalah pengendalian Perusahaan juga sering diabaikan sebagai variabel penjelas dalam upaya menjelaskan pilihan akuntansi. DeAngelo (1988a) menemukan bahwa akrual bersih lebih positif (yaitu. Laba yang dilaporkan lebih tinggi) selama proxy. Zimmerman (1979) dan Ball (1989) berpendapat bahwa angka akuntansi adalah bagian dari proses pengendalian internal dan, dengan demikian, mempengaruhi pilihan manajer dalam metode akuntansi (misalnya. Alokasi biaya).

Mengabaikan ini, kontrak informal lainnya lebih jarang diteliti yang dapat menghasilkan koefisien bias.

Ketiga, seperti yang dibahas tentang masalah spesifikasi di atas, variabel left-hand-side dalam studi ini yaitu pilihan manajer dalam metode akuntansi. kebanyakan studi ini tidak mengendalikan perbedaan di pengujian yang diterima oleh perusahaan. Kontrol tersebut membutuhkan teori tentang bagaimana pengujian dalam metode akuntansi yang berlaku dan teori semacam itu tidak ada. Kegagalan untuk mengendalikan perbedaan dalam pengujian yang diterima menginduksi berkorelasi masalah variabel lain dalam pengujian.

Hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif dapat menjelaskan bonus, utang/ekuitas, dan hasil ukuran yang ditemukan dalam literatur akuntansi positif. Beberapa skenario menggambarkan bagaimana masalah ini bisa timbul :

1. Jika sistem akuntansi adalah bagian dari pengujian efisien pada perusahaan. implisit dan kontrak eksplisit, pilihan akuntansi adalah endogen. Persetujuan, investasi, dan produksi keputusan ditentukan bersama-sama. Jenis kontrak yang digunakan (termasuk metode akuntansi) tergantung pada perusahaan pengujian kesempatan investasi. Oleh karena itu, peluang investasi perusahaan ditetapkan (misalnya, apakah itu termasuk opsi pertumbuhan atau tidak) berkorelasi dengan kebijakan keuangan, dividen, kompensasi, dan akuntansi perusahaan. Smith dan Watts (1986) menemukan korelasi cross-sectional yang signifikan antara perusahaan dengan pengujian kesempatan investasi, kebijakan keuangan, kebijakan dividen, dan kebijakan kompensasi. Korelasi didokumentasikan antara utang/ekuitas dan pilihan akuntansi serta rencana bonus dan pilihan akuntansi dapat disebabkan korelasi antara kebijakan keuangan dan kompensasi serta pengujian optimal dalam prosedur akuntansi untuk kontrak. Kebanyakan peneliti, bagaimanapun, menafsirkan asosiasi ini sebagai akibat dari tindakan oportunistik oleh manajer dan belum mempertimbangkan hipotesis berbasis efisiensi.

2. Pilihan akuntansi merupakan salah satu bagian dalam proses politik. Biaya potensial dari standar akuntansi yang diusulkan mempengaruhi standar sebelum dirilis. Korelasi antara kebijakan keuangan dan kompensasi dan kebijakan akuntansi kemungkinan dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi pajak perusahaan. Sementara pilihan beberapa metode akuntansi keuangan tidak mempengaruhi pajak, mengurangi biaya pembukuan dengan mencatat dalam satu buku dan kemungkinan bahwa pemeriksaan pajak atau pajak masa depan mungkin dikenakan menggunakan pendapatan yang dilaporkan menginduksi hubungan antara akuntansi keuangan dan metode akuntansi pajak.

Ringkasan dan Kesimpulan

Tujuan utama dalam makalah ini adalah untuk memberikan perspektif tentang review penelitian akuntansi tahun 1978 dan 1979. Penelitian l978 telah terbukti lebih penting dari penelitian "Alasan". Berdasarkan kutipan, penelitian 1978 telah menerima lebih dari tiga kali lebih banyak kutipan pada penelitian 1979 (Brown dan Gardner 1985, 97). Penelitian l978 adalah katalis untuk penelitian pilihan metode akuntansi. Kecuali untuk menghasilkan perdebatan metodologi, Penelitian 1979 tetap di luar arus utama penelitian akuntansi mungkin karena jenis yang lebih subjektif dari bukti yang diperlukan untuk menguji teori pengaruh penelitian kebijakan akuntansi. 

Perdebatan metodologi telah kurang berguna daripada penemuan dan penjelasan dari keteraturan empiris. Literatur akuntansi positif telah menemukan beberapa keteraturan empiris dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan bagi mereka. Kritik untuk makalah tahun 1978 dan 1979 mengangkat isu-isu yang melibatkan metode penelitian dan filsafat ilmu. Metodologi dan penggunaan literatur selanjutnya adalah metodologi ekonomi, keuangan, dan ilmu pengetahuan umum. Metodologi ini telah berhasil di bidang akuntansi dan kita merasa ada kebutuhan untuk meminta maaf untuk itu. Di bawah metodologi ini, teori tidak dibuang hanya karena beberapa pengamatan tidak konsisten. Teori terbaik ditentukan dalam sebuah kompetisi untuk memenuhi permintaan dari mahasiswa dan praktisi untuk teori yang menjelaskan dan memprediksi pilihan akuntansi. Hal ini tidak mungkin akan pernah ada teori akuntansi atau ilmu sosial dengan prediksi yang sempurna. Terakhir, akuntansi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dan satu tidak dapat menghasilkan teori yang memprediksi dan menjelaskan fenomena akuntansi dengan mengabaikan insentif dari individu-individu yang dijumlahkan. Pada bagian akhir ini merangkum kontribusi yang diberikan oleh literatur ini, menjanjikan arah penelitian, dan beberapa kesimpulan.

Kontribusi Literatur Akuntansi Positif

Menemukan pola yang sistematis dalam pilihan akuntansi yang diuraikan dalam bagian sebelumnya dan memberikan penjelasan khusus untuk pola yang berkontribusi besar pada literatur itu. Namun,  literatur telah membuat kontribusi lain: ia menyediakan kerangka kerja intuitif masuk akal untuk memahami akuntansi. Kerangka masuk akal adalah ilmu mendidik yang berguna untuk mengajar akuntansi. Literatur juga mendorong peneliti untuk mengatasi masalah akuntansi dan menekankan peran sentral biaya kontrak dalam teori akuntansi.

Literatur menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka untuk memprediksi pilihan akuntansi. Pilihan tidak dibuat dalam hal "pengukuran yang lebih baik" dari beberapa konstruk akuntansi, seperti laba. Pilihan yang dibuat dalam hal tujuan individual dan efek metode akuntansi pada pencapaian tujuan tersebut. Sebagai contoh, beberapa instruktur akuntansi mengajarkan bahwa metode akuntansi tertentu (misalnya, current cost) lebih baik daripada yang lain (misalnya, historical cost). Tapi, tidak ada penjelasan yang ditawarkan mengapa "'lebih baik" langkah-langkah ini tidak diadopsi. Literatur akuntansi positif mengambil bagian dari set yang diterima untuk memaksimalkan kekayaan pihak kontraktor dan kemudian berusaha untuk memahami bagaimana kekayaan dipengaruhi oleh metode akuntansi tertentu.

Penekanan literatur pada memprediksi dan menjelaskan fenomena akuntansi mendorong penelitian yang relevan dengan akuntansi. Salah satu pertanyaan pertama berdasarkan pendekatan ini meminta model baru yang memiliki relevansi untuk memprediksi dan menjelaskan praktek akuntansi.

Kontribusi lain dari literatur adalah untuk menyoroti pentingnya biaya kontrak (termasuk informasi, lembaga, kebangkrutan, dan biaya lobi). Biaya kontrak telah lama penting di bidang ekonomi dan tanggal untuk Coase (1937). Penelitian akuntansi positif baru-baru ini telah mengakui pentingnya dari biaya kontrak untuk menjelaskan akuntansi. Dalam tahun l960-an dan 1970-an para ekonom keuangan yang berasal model penetapan harga (model penentuan harga aset modal, models harga opsi, model arbitrase harga). Model ini dikembangkan dengan asumsi informasi tanpa biaya dan model tersebut menjelaskan mengapa sekuritas berbeda dijual dengan harga relatif berbeda. Model seperti ini tidak dapat menjelaskan perbedaan institusional, seperti reksa dana terbuka dan tertutup. Untuk menjelaskan perbedaan kelembagaan membutuhkan asumsi informasi mahal dan kontrak. Demikian juga, akuntansi tidak akan ada tanpa biaya kontrak sehingga sulit untuk

menghasilkan teori yang memprediksi dan menjelaskan akuntansi tanpa membuat asumsi tentang ukuran relatif biaya-biaya tersebut. Peran sentral dari biaya kontrak yang disorot oleh penelitian akuntansi positif membuat sulit untuk mengabaikan biaya ini dalam teori akuntansi. Mengarahkan perhatian peneliti untuk isu-isu yang sesuai.

Arah Penelitian Masa Depan

Bagian II membahas dua metode utama masalah penelitian: kurangnya kekuatan pengujian dan penjelasan ekonomi alternatif untuk keteraturan empiris. Saran penelitian selanjutnya fokus pada dua isu ini.  Pertama, tugas paling penting yang dihadapi peneliti akuntansi positif adalah meningkatkan hubungan antara teori dan tes empiris. Teori ini memprediksi bahwa besarnya biaya renegosiasi utang akan mempengaruhi pilihan manajer akan metode akuntansi dan akan ditetapkan sebagai batas atas pada besarnya biaya default. Sampai saat ini, para peneliti tidak mampu mendokumentasikan besarnya biaya yang dikenakan oleh pelanggaran teknis perjanjian utang atau besarnya biaya renegosiasi (Holthausen 1981; Leftwich l98l; Lys 1984; Leftwich akan datang). Perhatian yang lebih besar harus ditempatkan pada pengembangan teori terpadu yang menggabungkan kedua ex ante pembatasan efisien pada penerimaan manajer akan metode akuntansi dan latihan ex post oleh manajer atas kebijakan mereka untuk memilih metode akuntansi dari dalam set yang diterima. 

Mengembangkan dan menguji hipotesis alternatif bagi keteraturan empiris yang ada juga akan meningkatkan hubungan antara teori dan tes. Hipotesis dapat dikembangkan untuk memprediksi keteraturan empiris baru. Berdasarakan pendekatan kontrak, kontrak utang dan kompensasi hanya beberapa kontrak yang mempengaruhi arus kas perusahaan. Akhirnya, proses politik dapat mempengaruhi arus kas perusahaan selain melalui hipotesis biaya politik yang sederhana. Spesifikasi yang lebih rinci dari proses peraturan pemerintah yang mengandalkan angka akuntansi dapat digunakan untuk mengembangkan hipotesis baru dan hubungan erat antara teori dan tes dengan menyarankan variabel proksi yang lebih tepat selain ukuran perusahaan (Sutton 1988; Wong 1988; Jones 1988).

Kedua, ketika pilihan akuntansi dilemparkan sebagai bagian dari teknologi kontrak yang efisien, variabel sering digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan akuntansi endogen. Misalnya, perubahan dalam prosedur akuntansi terjadi bersamaan dengan perubahan dalam kesempatan investasi perusahaan, kontrak keuangan dan kompensasi, struktur organisasi, dan bahkan dalam lingkungan politik. Manajer memilih paket kebijakan akuntansi, kebijakan keuangan, dan struktur organisasi (termasuk evaluasi kinerja dan sistem penghargaan). Model teoritis dan empiris harus dikembangkan untuk menyelesaikan masalah endogenitas antara variabel dan, dengan demikian, meningkatkan kekuatan tes. Sementara ini bukanlah tugas yang mudah, rasanya penting untuk kemajuan signifikan baik dalam teori perusahaan dan akuntansi.

Angka akuntansi yang digunakan dalam cara yang berbeda di seluruh industri. Perbedaan dalam kesempatan industri cenderung mempengaruhi metode akuntansi yang diterima. Dua jenis penelitian cenderung berguna dan meningkatkan daya pengujian. Pertama, studi yang menyelidiki perbedaan kesempatan investasi (misalnya, peluang relatif pertumbuhan jumlah aset di tempat, Myers I977), kebijakan akuntansi, struktur organisasi dan kebijakan keuangan di industri cenderung menghasilkan informasi yang berguna untuk pemodelan yang disarankan. Kedua, studi intra industri akan pilihan akuntansi pengetahuan yang besar atas industri secara spesifik oleh peneliti, memiliki potensi untuk menghasilkan wawasan yang berguna tentang besarnya biaya kontrak.

Ketiga, kesalahan pengukuran akrual bersih dapat dikurangi untuk meningkatkan daya tes. Hal ini memerlukan model akrual bersih yang belum dikenakan kebijaksanaan manajerial akuntansi (Kaplan l985; McNichols dan Wilson I988; DeAngelo l988b; Moyer 1988). Juga, menggantikan variabel indikator sederhana yang digunakan untuk mewakili rencana bonus atau perjanjian utang berbasis akuntansi dengan variabel kontinu yang lebih baik untuk mengukur besaran relatif dari berbagai biaya kontrak mungkin akan meningkatkan daya prediksi teori tersebut.

Kesimpulan

Sementara literatur akuntansi positif telah menghasilkan keteraturan empiris dan penjelasan untuk keteraturan ini, jelas ada banyak kesempatan penelitian yang tersedia di luar yang saat ini dieksploitasi. Pengujian utang, bonus, dan hipotesis biaya politik merupakan eksplorasi sangat terbatas. Menggabungkan kedua kontrak efisiensi ex ante insentif dengan efek ex post redistributif mungkin terbukti bermanfaat. Demikian juga, menyelidiki implikasi dari kontrak internal dan kontrak eksternal selain hutang dan kontrak bonus kemungkinan untuk menjadi produktif. Terobosan utama cenderung datang dari melihat akuntansi sebagai pilihan yang endogen dengan pilihan organisasi, kontraktor, struktur keuangan. Terobosan tersebut akan sulit dicapai, tetapi dasar yang penting dapat diletakkan dengan menekankan hubungan antara teori dan uji empiris dan dengan menyelidiki variasi antar dan intra-industri dalam metode akuntansi dan pilihan organisasi lainnya.

Kritik penelitian ini:

Penelitian ini tidak ada analisis data statistik dan tidak jelas dalam memaparkan metode penelitian yang digunakan, hal ini dapat disebabkan karena penelitian ini merupakan review penelitian akuntansi Watts dan Zimmerman tahun 1978 dan 1979. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen atau jenis penelitian tindakan (action research). Jenis penelitian eksperimen adalah penelitian untuk mencari suatu hubungan atau pengaruh suatu hal tertentu terhadap hal lainnya dalam kondisi alamiah yang sifatnya untuk memperbaiki hubungan yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari hipotesis alternatif yang disarankan dalam penelitian dengan menggunakan beberapa skenario.

The Rise of Economic Consequence

Stephen Zeff

Dampak dari laporan akuntansi dalam pengambilan keputusan dapat menjadi masalah

akuntansi yang paling besar dari tahun 1970-an.

Sejak 1960-an, profesi akuntansi Amerika telah menyadari meningkatnya pengaruh

"kekuatan luar" dalam proses penetapan standar. Dua perkembangan menandai tren ini.

Pertama, individu dan kelompok yang jarang menunjukkan minat dalam pengaturan standar

akuntansi mulai campur tangan aktif dan kuat dalam proses. Kedua, partai-partai ini mulai

memunculkan argumen selain yang secara tradisional telah digunakan dalam diskusi

akuntansi. Dengan "konsekuensi ekonomi" yang dimaksud. dikatakan bahwa perilaku yang

dihasilkan dari individu-individu dan kelompok dapat merugikan kepentingan pihak-pihak

lain yang terkena dampak.Akuntansi pembuat standar harus mempertimbangkan konsekuensi

yang diduga merugikan ketika memutuskan pertanyaan akuntansi

Konsekuensi ekonomi merupakan sebuah revolusi dalam pemikiran akuntansi. Sampai

saat ini, pembuatan kebijakan akuntansi yang baik diasumsikan netral dalam efek atau, jika

tidak netral, itu tidak menganggap publik sebagai pihak yang bertanggung jawab atas efek

tersebut.

Pembuat kebijakan akuntansi telah menyadari setidaknya sejak tahun 1960-an isu

intervensi pihak ketiga, sedangkan isu konsekuensi ekonomi telah muncul pada 1970-an.

banyak Dewan Akuntansi selama tahun 1960 berusaha untuk memahami dan mengatasi

kekuatan pihak ketiga yang ikut campur dalam proses penetapan standar. Pada akhirnya,

ketidakmampuan APB untuk menangani secara efektif menyebabkan penutupan dan

pembentukan pada tahun 1973 dari FASB.

Sebelum tahun 1970-an model akuntansi yang digunakan oleh American Institute of CPA

komite prosedur akuntansi (CAP) dan APB itu terbatas pada pertimbangan teknis akuntansi

(kadang-kadang disebut "prinsip akuntansi" atau "pertanyaan konseptual") seperti

pengukuran aset, kewajiban dan pendapatan dan "penyajian wajar" dari posisi keuangan dan

operasi. Kekhawatiran pembuat kebijakan akuntansi adalah dengan komunikasi informasi

keuangan kepada investor yang aktual dan potensial. Intervenor pihak ketiga, karena itu akan

menarik model akuntansi yang digunakan oleh para pembuat kebijakan daripada menaikkan

model konsekuensi ekonomi yang disukai oleh pihak ketiga.

Ketika manajemen perusahaan mulai campur tangan dalam proses penetapan standar

untuk kenaikan pangkat, Pemeriksaan argumen manajemen menunjukkan berbagai retorika

taktis. Argumen dalam hal:

Model akuntansi tradisional, di mana manajemen benar-benar khawatir tentang bias

dan "suara teori" pengukuran akuntansi.

Model akuntansi tradisional, di mana manajemen benar-benar berusaha untuk

memajukan kepentingan dalam konsekuensi ekonomi dari isi laporan yang

diterbitkan.

Konsekuensi ekonomi dimana manajemen mementingkan diri sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak awal 1970-an, manajemen menjadi lebih jujur

dalam dialog dengan FASB,memajukan argumen ketiga dan dengan demikian membawa

konsekuensi ekonomi kedepan.

"Pihak luar yang campur tangan dalam proses penetapan standar dengan mengacu pada

kriteria yang melampaui pertanyaan-pertanyaan tradisional pengukuran akuntansi dan

penyajian secara wajar. Mereka prihatin bukan dengan konsekuensi ekonomi "

Dua faktor cenderung menjelaskan mengapa konsekuensi ekonomi tidak menjadi isu

substantif sebelum tahun 1970-an. Pertama, manajemen dan pihak lainyang berkepentingan

banyak menggunakan argumen kedua yang mendorong lembaga yang menetapkan standar

untuk membatasi diri pada model akuntansi tradisional. Kedua, CAP dan APB, dengan

beberapa pengecualian, bertekad untuk menyelesaikan, atau muncul untuk menyelesaikan,

kontroversi penetapan standar dalam konteks akuntansi tradisional.

Penggunaan awal dari argumen konsekuensi ekonomi

Bukti pertama dari konsekuensi ekonomi adalah penalaran dalam pernyataan para

pembuat kebijakan Amerika sejak tahun 1941. Dalam Penelitian Akuntansi Buletin no. 11,

Akuntansi Perusahaan untuk Dividen Saham Biasa, CAP, sesuai dengan "akuntansi yang

tepat dan kebijakan perusahaan," diperlukan bahwa nilai pasar wajar digunakan untuk

merekam penerbitan dividen saham dimana nilai pasar seperti itu secara substansial dalam

selisih nilai.

Sebuah bukti kedua konsekuensi ekonomi masuk ke dalam perdebatan seputar

pembentukan standar akuntansi, kali ini melibatkan representasi manajemen, terjadi pada

1947-1948. Ini adalah puncak dari inflasi pasca perang, dan beberapa perusahaan telah

mengadopsi biaya penggantian penyusutan dalam laporan keuangan yang diterbitkan.

Pada tahun 1965, tekanan yang diterapkan oleh subkomite yang memaksa SEC untuk

meminta pengungkapan produk-line dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Pada

1967-1969, APB menanggapi keberatan oleh Investment Bankers Association of America

(sekarang dikenal sebagai Asosiasi Industri Securities) yang memperhitungkan diskon utang

untuk utang konversi dan utang yang diterbitkan dengan waran saham. Dari tahun 1968

sampai 1971, industri perbankan menentang dimasukkannya ketentuan kredit macet dan

kerugian atas penjualan efek dalam laba bersih bank-bank komersial. Dari tahun 1968 sampai

1970, APB berjuang untuk penggabungan usaha. Pada tahun 1971, APB mengadakan dengar

pendapat publik tentang akuntansi untuk efek ekuitas berharga, sewa dan biaya eksplorasi

dan pengeboran dari perusahaan di industri perminyakan.

Standar Aturan dan Respon

Pada tahun 1940 dan 1950-an, CAP meningkatkan hubungan dengan pihak ketiga yang

berkepentingan melalui sirkulasi yang lebih luas pada draft eksposur dan laporan subkomite.

Dari tahun 1958 hingga 1971Institut dan APB membawa organisasi yang terlibat lebih dekat

dalam proses penetapan standar. Harapannya adalah organisasi ini akan puas jika diberi

pertimbangan penuh sebelum penerbitan akhir pendapat. Selama dengar pendapat publik di

1971 tentang efek ekuitas berharga dan praktik akuntansi perusahaan dalam industri

perminyakan, perwakilan manajemen pada beberapa kesempatan menegaskan konsekuensi

ekonomi sebagai pertimbangan yang relevan.

Setelah kritik dari dalam profesi operasi dan prosedur board, FAF melakukan penelitian

pada tahun 1977 dari seluruh operasi FASB. Panitia struktur FAF menyimpulkan: "Dewan itu

tidak perlu terlalu dipengaruhi dengan kemungkinan dampak ekonomi, tetapi

mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diharapkan dari proposal. Pada tahun 1970

pertengahan, diputuskan bahwa FASB harus menambahkan konsekuensi ekonomi dan sosial

terhadap masalah substantif yang biasanya ada. 

Konsekuensi Ekonomi Sebagai Masalah Substantif

Konsekuensi ekonomi akhirnya menjadi diterima sebagai isu kebijakan substantif dan

berlaku untuk sejumlah alasan:

Jangka waktu. Bertanggung jawab untuk konsekuensi sosial, lingkungan dan ekonomi

dari tindakan mereka, dan opini publik mengenai hal ini akhirnya menjadi jelas (dan

relevan) untuk mereka tertarik pada akuntansi penetapan standar aktivitas.

Semata-mata hanya masalah akuntansi yang ditangani.

Besarnya dampak. Contoh utama akuntansi untuk fluktuasi valuta asing, inflasi

domestik dan perubahan harga relatif dan eksplorasi dan biaya pengeboran

perusahaan di industri perminyakan.

Pertumbuhan informasi pilihan ekonomi sosial, perilaku, perataan laba dan keputusan

kegunaan sastra dalam akuntansi.

Ketidakcukupan reformasi prosedural diadopsi oleh APB dan FASB.

Penyelidikan Moss dan Metcalf pada pertengahan tahun 1976, diketahui bahwa

Kongres John E. Moss (D-Calif.) dan akhir Senator Lee Metcalf (D-Mont.)

melakukan investigasi kinerja dari profesi akuntansi, termasuk kegiatan penetapan

standarmenyimpulkan bahwa tanggapan dari lembaga yang menetapkan standar untuk

dampak ekonomi dan sosial dari keputusan mereka akan menjadi masalah.

Meningkatnya kepentingan manajer perusahaan pada angka pendapatan di transaksi

pasar modal.

Angka akuntansi datang untuk dilihat sebagai alat kontrol sosial

Kesadaran bahwa orang luar dapat mempengaruhi hasil dari perdebatan akuntansi.

Meningkatnya penggunaan argumen ketiga, sebelumnya telah dibahas dalam artikel

tersebut, dalam perdebatan akuntansi.

Dilema Menghadapi FASB

Apa implikasi dari Gerakan konsekuensi ekonomi bagi FASB? Itu telah menjadi jelas

bahwa lembaga-lembaga politik (Seperti departemen pemerintah dan kongres komite)

berharap pada pembuat standar akuntansi untuk secara eksplisit mempertimbangkan

konsekuensi yang merugikan dari standar akuntansi yang diusulkan.

Untuk apa FASB harus memiliki perhatian pada konsekuensi ekonomi? Untuk

mengatakan bahwa setiap konsekuensi ekonomi yang signifikan harus dipelajari oleh dewan.

FASB dihormati sebagai tubuh ahli akuntansi, dan harus fokus perhatiannya di mana keahlian

tersebut akan diakui. Dewan kini dihadapkan dengan dilema yang membutuhkan

penyeimbangan yang adil antara variabel akuntansi dan non-akuntansi.

Apa yang sangat jelas adalah bahwa kita telah memasuki sebuah era, di mana

konsekuensi ekonomi dan sosial mungkin tidak lagi diabaikan sebagai isu substantif dalam

pengaturan standar akuntansi. Profesi harus bertindak menghadapi perubahan zaman sambil

terus menjalankan peran esensialnya di daerah di mana keahlian yang ia miliki diragukan.