STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu...

15
Rekayasa Sipil Vol. 6 No.2 September 2017. Pp 98-112 ISSN 2252-7699 98 STUDI IDENTIFIKASI MITIGASI BENCANA GEMPA PADA BANGUNAN SEKOLAH DASAR KALIGONDANG DAN REKOMENDASI PERBAIKAN Restu Faizah 1 , Elvis Saputra 1 ,dan Dawam Adhiguna 1 Abstract 6.3-magnitude earthquake has occurred in Yogyakarta on May 27, 2006, and resulted in 5,737 people died, 38,423 people were injured and tens of thousands of people homeless (Bakornas, 2006). The earthquake also caused damage to public facilities such as schools, places of worship, conference hall and government buildings. This study identifies the completeness of elementary school buildings in earthquake prone areas based on the Technical Guidance of School Buildings Resistant to Earthquake (Kemendiknas, 2010). The school building that is studied is Kaligondang Elementary Building Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul DIY. Data obtained from the existing building secondary data and primary data through interviews, questioner and direct observations in the field. The recommendation for mitigation of earthquake disaster of Kaligondang Elementary School in this research is proposed to become standard reference form of school building mitigation in earthquake prone area, equipped with elements of preparedness such as evacuation routes, meeting points and posters disaster. This research is expected to provide insight to stakeholders in developing educational facilities that vision of disaster, and can be developed for Elementary School in a different location, or developed for other types of public facilities and other types of disasters. Key words: mitigation, earthquake prone area, elementary school, evacuation. Abstrak Gempa 6,3 Skala Richter telah terjadi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 dan mengakibatkan 5.737 orang meninggal dunia, 38.423 orang luka-luka dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal (Bakornas, 2006). Gempa juga menimbulkan kerusakan pada fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, gedung pertemuan dan bangunan pemerintah. Penelitian ini mengidentifikasi kelengkapan bangunan Sekolah Dasar di daerah rawan gempa berdasarkan Pedoman Teknis Bangunan Sekolah Tahan Gempa (Kemendiknas, 2010). Bangunan sekolah yang dikaji adalah bangunan Sekolah Dasar Kaligondang Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul DIY. Data bangunan eksisting diperoleh dari data sekunder maupun data primer dengan cara wawancara, kuosioner dan pengamatan langsung di lapangan. Rekomendasi perbaikan mitigasi bencana gempa Sekolah Dasar Kaligondang pada penelitian ini diusulkan menjadi acuan standar bentuk mitigasi bangunan sekolah di daerah rawan gempa, dilengkapi dengan unsur kesiapsiagaan seperti jalur evakuasi, titik kumpul dan poster-poster kebencanaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan kepada para pemangku kepentingan dalam membangun sarana pendidikan yang berwawasan kebencanaan, dan dapat dikembangkan untuk Sekolah Dasar di lokasi yang berbeda, atau dikembangkan untuk jenis fasilitas umum dan jenis bencana lainnya. Kata Kunci: mitigasi, daerah rawan gempa, sekolah dasar, evakuasi. 1. PENDAHULUAN Damage and Loss Assessment oleh Bappenas (2006) menunjukkan jumlah kerugian akibat gempa Yogyakarta tahun 2006 mencapai 29,1 triliyun rupiah, lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan akibat gempa dan tsunami tahun 2004 di Srilanka, India dan Thailand. Kerugian terbesar disebabkan oleh kerusakan pada sektor housing mencapai 15,3 triliyun rupiah (lebih dari 50%), sisanya adalah 1. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jl. Lingkar Selatan Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183. Telp. 0274-387656. Pos-el: [email protected]. kerugian pada sektor produktif, sosial, kesehatan dan pendidikan. Departemen Pekerjaan Umum (1993) mencatat kerusakan pada bidang Cipta Karya akibat gempa di Yogyakarta meliputi kerusakan (berat/sedang/ ringan) pada tempat ibadah 1.873 unit, Puskemas 250 unit, pasar 21 unit, dan sekolah

Transcript of STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu...

Page 1: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Rekayasa Sipil Vol. 6 No.2 September 2017. Pp 98-112ISSN 2252-7699

98

STUDI IDENTIFIKASI MITIGASI BENCANA GEMPA PADABANGUNAN SEKOLAH DASAR KALIGONDANG DAN

REKOMENDASI PERBAIKAN

Restu Faizah1, Elvis Saputra1 ,dan Dawam Adhiguna1

Abstract

6.3-magnitude earthquake has occurred in Yogyakarta on May 27, 2006, and resulted in 5,737 people died,38,423 people were injured and tens of thousands of people homeless (Bakornas, 2006). The earthquake alsocaused damage to public facilities such as schools, places of worship, conference hall and government buildings.This study identifies the completeness of elementary school buildings in earthquake prone areas based on theTechnical Guidance of School Buildings Resistant to Earthquake (Kemendiknas, 2010). The school building thatis studied is Kaligondang Elementary Building Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul DIY. Data obtained fromthe existing building secondary data and primary data through interviews, questioner and direct observations inthe field.The recommendation for mitigation of earthquake disaster of Kaligondang Elementary School in this research isproposed to become standard reference form of school building mitigation in earthquake prone area, equippedwith elements of preparedness such as evacuation routes, meeting points and posters disaster. This research isexpected to provide insight to stakeholders in developing educational facilities that vision of disaster, and can bedeveloped for Elementary School in a different location, or developed for other types of public facilities andother types of disasters.

Key words: mitigation, earthquake prone area, elementary school, evacuation.

Abstrak

Gempa 6,3 Skala Richter telah terjadi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 dan mengakibatkan 5.737 orangmeninggal dunia, 38.423 orang luka-luka dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal (Bakornas, 2006).Gempa juga menimbulkan kerusakan pada fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, gedung pertemuan danbangunan pemerintah.Penelitian ini mengidentifikasi kelengkapan bangunan Sekolah Dasar di daerah rawan gempa berdasarkanPedoman Teknis Bangunan Sekolah Tahan Gempa (Kemendiknas, 2010). Bangunan sekolah yang dikaji adalahbangunan Sekolah Dasar Kaligondang Sumbermulyo Bambanglipuro Bantul DIY. Data bangunan eksistingdiperoleh dari data sekunder maupun data primer dengan cara wawancara, kuosioner dan pengamatan langsungdi lapangan.Rekomendasi perbaikan mitigasi bencana gempa Sekolah Dasar Kaligondang pada penelitian ini diusulkanmenjadi acuan standar bentuk mitigasi bangunan sekolah di daerah rawan gempa, dilengkapi dengan unsurkesiapsiagaan seperti jalur evakuasi, titik kumpul dan poster-poster kebencanaan. Penelitian ini diharapkan dapatmemberi wawasan kepada para pemangku kepentingan dalam membangun sarana pendidikan yang berwawasankebencanaan, dan dapat dikembangkan untuk Sekolah Dasar di lokasi yang berbeda, atau dikembangkan untukjenis fasilitas umum dan jenis bencana lainnya.

Kata Kunci: mitigasi, daerah rawan gempa, sekolah dasar, evakuasi.

1. PENDAHULUANDamage and Loss Assessment oleh

Bappenas (2006) menunjukkan jumlahkerugian akibat gempa Yogyakarta tahun 2006mencapai 29,1 triliyun rupiah, lebih besar darikerugian yang ditimbulkan akibat gempa dantsunami tahun 2004 di Srilanka, India danThailand. Kerugian terbesar disebabkan olehkerusakan pada sektor housing mencapai 15,3triliyun rupiah (lebih dari 50%), sisanya adalah

1. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta. Jl. Lingkar SelatanTamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183. Telp.0274-387656. Pos-el: [email protected].

kerugian pada sektor produktif, sosial,kesehatan dan pendidikan. DepartemenPekerjaan Umum (1993) mencatat kerusakanpada bidang Cipta Karya akibat gempa diYogyakarta meliputi kerusakan (berat/sedang/ringan) pada tempat ibadah 1.873 unit,Puskemas 250 unit, pasar 21 unit, dan sekolah

Page 2: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

99

1.900 unit. Kerusakan bangunan akibat gempadapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwakarena tertimpa reruntuhan bangunan.

Salah satu fasilitas umum yang dinilaimemiliki risiko tinggi terhadap bencana adalahSekolah Dasar, dikarenakan siswanya masihtergolong anak-anak, dan termasuk dalamgolongan rentan. UU No. 24 Tahun 2007menyebutkan bahwa golongan rentan terdiridari bayi/balita/anak-anak, ibu hamil danmenyusui, penyandang cacat, dan orang lanjutusia. Kelompok rentan mendapat prioritasdalam penanggulangan bencana, oleh karenaitu perlu dipikirkan bentuk bangunan danpenataan ruang Sekolah Dasar yangberwawasan kebencanaan, yaitu memenuhipersyaratan bangunan tahan gempa danmemiliki kemudahan dalam kegiatan evakuasi.Dengan demikian diharapkan dapatdiminimalisir jatuhnya korban jiwa apabilagempa terjadi pada saat kegiatan belajarmengajar sedang berlangsung.

Widodo (2007) membuat perancangangedung sekolah tahan gempa di cabangMuhammadiyah Wedi Klaten dengan tujuanmemberikan rancangan bangunan sekolahtahan gempa yang murah dan dapat segeradipakai tetapi tidak menutup kemungkinanuntuk dikembangkan jika tersedia dana yangmencukupi. Hasil yang diperoleh berupadesain satu unit kelas dengan ukuran 6m x 8mdengan bangunan rangka beton bertulang,dinding kayu dan atap seng. Sementara ituRistiyanti (2014) melakukan penelitianberjudul Kesiapsiagaan Siswa dalamMenghadapi Bencana Gempa di SMP N 1Gantiwarno Kecamatan GantiwarnoKabupaten Klaten. Penelitian dilakukan untukmengetahui kapasitas dari siswa yang dinilaidari kesiapsiagaan siswa menghadapi bencanaGempa.

Penelitian ini bertujuan mengkajikesiapan bangunan Sekolah Dasar dalammenghadapi bencana gempa. Model bangunanSekolah Dasar di daerah rawan gempa inidiharapkan dapat menjadi acuan/pedomanmasyarakat atau pemerintah yang akanmembangun Sekolah Dasar di daerah rawanbencana gempa. Penelitian berikutnyadiharapkan dapat dikembangkan untuk sekolahlevel yang lain, yaitu Sekolah MenengahPertama, Sekolah Menengah Atas, danPerguruan Tinggi, atau fasilitas umum yanglain. Selain itu dapat pula dikembangkan untukbangunan sekolah yang berada di daerah rawan

bencana selain gempa, misalnya tsunami,banjir, tanah longsor, dll.

II. TINJAUN PENELITIAN

Mitigasi Bencana GempaMitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melaluipembangunan fisik maupun penyadaran danpeningkatan kemampuan menghadapi ancamanbencana (UU No. 24 Tahun 2007). Dari uraiantersebut dapat dirumuskan bahwa mitigasibencana gempa bertujuan untuk mengurangirisiko yang mungkin timbul akibat adanyaperistiwa gempa di masa yang akan datang.

Dalam Permen ESDM RI No. 15 Tahun2011 disebutkan pula tujuan dari mitigasibencana gempa adalah untuk penguranganrisiko dan peningkatan kesiapsiagaan yangdilakukan pada tahap pra bencana, saattanggap darurat, dan paska bencana gempa.Mitigasi pada tahap pra bencana dapat berupapenyediaan informasi gempa, pemetaankawasan rawan bencana, pemetaan risikobencana, penguatan ketahanan masyarakat danlain-lain

Bangunan Sekolah Tahan GempaMenurut Kemendiknas (2010), bangunan

sekolah tahan gempa adalah bangunan sekolahyang mampu meredam energi gempa yangterjadi, melalui kombinasi gaya dalambangunan yang dihasilkan dari komponenstruktur dan non struktur bangunan. Apabilaterjadi gempa, khususnya gempa dengan skalabesar, bangunan sekolah dapat memberikanperlindungan maksimal dimana penghunibangunan memiliki kesempatan untukmenyelamatkan diri sebelum terjadikeruntuhan atau meminimalisir terjadinyatingkat kerusakan bangunan.

Besarnya potensi kerusakan bangunansekolah akibat terjadinya gempa, memberikanpemahaman bahwa konstruksi bangunansekolah harus mengikuti kaidah perencanaanstruktur bangunan tahan gempa. Tujuanperencanaan bangunan sekolah tahan gempaadalah untuk mengoptimalkan potensi gayainersia bangunan agar dapat mengimbangi danmeredam gaya gempa yang terjadi padabangunan. Oleh karena itu ditentukan dasarperencanaan bangunan sekolah tahan gempaadalah sebagai berikut:1. Tata letak bangunan harus memenuhi

konfigurasi struktur bangunan yang

Page 3: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

100

sederhana dan simetris pada seluruh bagianbangunan.a. Tata letak bangunan sekolah sederhana

dan simetris terhadap kedua sumbubangunan dan tidak terlalu panjang.Perbandingan panjang dengan lebarbangunan 2 : 1, seperti ditunjukkandalam Gambar 1.

b. Bila dikehendaki denah bangunangedung dan rumah yang tidak simetris,maka denah bangunan tersebut harusdipisahkan dengan alur pemisah(dilatasi) sedemikian rupa sehinggadenah bangunan merupakan rangkaiandari denah yang simetris, seperticontoh pada Gambar 2.

Gambar 1. Tata letak bangunan yang simetrisdengan perbandingan P:L = 2:1

Gambar 2. Dilatasi pada bangunan tidaksimetris

c. Pada bangunan sekolah yang tidakmemenuhi ketentuan a dan b, perlumemenuhi kaidah perencanaan danperancangan bangunan tahan gempayang melibatkan konsultan perencanabangunan yang kompeten.

d. Pemenuhan tata letak bangunan inimerupakan hal yang mendasar yangsebaiknya dilaksanakan padabangunan sekolah yang berada di zonarawan gempa.

2. Distribusi berat bangunan harus merata,tidak terjadi penumpukan pembebanan padasalah satu bagian bangunan, baik arahvertikal maupun horisontal.

3. Struktur bangunan yang direncanakan harussederhana supaya tahan pada kondisi gempakeras.

4. Tinggi bangunan sekolah sebaiknya tidakmelebihi empat kali lebar bangunan.

5. Struktur bangunan sekolah sebaiknyamonolit, berarti seluruh struktur bangunandikonstruksikan dengan bahan bangunanyang sama karena pada saat terjadi gempa,bahan bangunan yang berbeda akanmemberikan reaksi yang berbeda pula.Untuk daerah rawan gempa struktur rangkabeton bertulang dengan dinding pengisipasangan bata atau batako merupakanpilihan yang direkomendasikan.

6. Pondasi berada pada tanah yang keras dansekuat mungkin sehingga tidak akan pernahpatah pada saat gempa. Tidakdiperkenankan pondasi berada pada duakondisi tanah berbeda, tanah keras dantanah lunak (urugan) karena akanmenyebabkan patahan pada pondasi. Jenispondasi dapat berupa pelat lantai betonbertulang atau pondasi batu kali yangdiperkuat dengan sloof beton bertulang.

7. Manajemen supervisi dan pengawasan saatpelaksanaan pembangunan bangunansekolah akan menjamin kualitas bangunan,sesuai dengan spesifikasi perencanaansebagai bangunan sekolah tahan gempa.

Model Bangunan Sekolah BerwawasanKebencanaan

Permenpera RI No. 15 Tahun 2014 BabIII pasal 10, menyebutkan bahwa mitigasigempa bidang perumahan dan kawasanpermukiman dilakukan melalui identifikasi danmemetakan lokasi rawan gempa sesuai zonasikerawanan gempa. Oleh karena itu, dalambuku Pedoman Teknis Bangunan SekolahTahan Gempa (2010) diberikan model strukturrangka dengan dinding pemikul atau pengisiyang direkomendasikan pada masing-masingprovinsi, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.

Jalur Evakuasi dan Titik KumpulDalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung dan PP No. 36 Tahun 2005disebutkan bahwa setiap bangunan gedung,kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deretsederhana, harus menyediakan sarana evakuasiyang meliputi sistem peringatan bahaya bagipengguna, pintu keluar darurat, dan jalurevakuasi yang dapat menjamin kemudahanpengguna bangunan gedung untuk melakukanevakuasi dari dalam bangunan gedung secara

Page 4: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

101

aman apabila terjadi bencana atau keadaandarurat. Sarana pintu keluar darurat dan jalurevakuasi harus dilengkapi dengan tanda arahyang mudah dibaca dan jelas. Akses evakuasidalam keadaan darurat harus disediakan didalam bangunan gedung meliputi sistemperingatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar

darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadibencana kebakaran dan/atau bencana lainnya,kecuali rumah tinggal.

Tabel 1. Rekomendasi model konstruksi bangunan sekolah dengan mempertimbangkan kondisigeologis dan potensi lokal

No Provinsi Rekomendasi1 Bali, NTB, NTT Dinding pasangan bata (bata merah)2 DKI Jakarta, Jabar, DIY, Banten, Jateng,

Jatim.Dinding pasangan bata (bata merah/conblock)

3 Aceh, Sumbar, Jambi, Bengkulu, Sumsel,Babel, Lampung, Sulsel, Sulsera

Dinding pasangan bata (bata merah)Dinding papan kayu

4 Sumatra Utara Dinding pasangan bata (bata merah/conblock), dinding papan kayu

5 Maluku, Maluku Utara Dinding pasangan bata (bata merah),dinding papan kayu

6 Riau, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim,Sulut, Sulteng, Gorontalo

Dinding pasangan bata (bata merah),dinding papan kayu

7 Papua , Papua Barat Dinding pasangan bata (bata merah/conblock), dinding papan kayu

Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Sekolah Tahan Gempa (2010).

Beberapa prinsip jalur evakuasidintaranya adalah memiliki akses langsung kejalan atau ruang terbuka yang aman, dilengkapipenanda yang jelas dan mudah terlihat,penerangan yang cukup, bebas dari bendayang mudah terbakar atau membahayakan,bersih dari orang dan atau barang yang dapatmenghalangi gerak, tidak melewati ruanganyang terkunci, dan memiliki ukuran lebarminimal 71,1 cm dan tinggi langit-langitminimal 230 cm. Selain itu, direkomendasikanbahwa pintu darurat dapat dibuka ke luar,searah jalur evakuasi menuju titik kumpul,sehingga dapat dibuka dengan mudah, bahkandalam keadaan panik, serta dicat denganwarna mencolok dan berbeda dengan bagianbangunan yang lain.

Dalam praktek penyelenggaraan rambubencana dan papan informasi bencana, diaturkeseragamannya dengan Perka BNPB No. 07Tahun 2015 tentang Rambu Bencana danPapan Informasi Bencana. Tujuan dariperaturan tersebut adalah membuat standarisasipembuatan rambu bencana dan papaninformasi bencana. Pembuatan penunjuk arahpada jalur evakuasi harus mengikutipersyaratan seperti ditunjukkan pada Gambar 3,dengan ukuran pada Tabel 2.

Gambar 3. Penunjuk Arah Evakuasi(Perka BNPB No. 07 Th 2015)

Tabel 2. Ukuran Penunjuk Arah(Perka BNPB No. 07 Th 2015)

Ukuran (m) Minimal MaksimalA 400 775B 150 150C 1.150 1.800D 20 25E 50 75

III. METODE

Sampel Model Bangunan SekolahPemodelan bangunan menggunakan data

sampel Sekolah Dasar yang terletak dikabupaten Bantul dan memiliki riwayat runtuhakibat gempa Yogyakarta pada tahun 2006,yaitu Sekolah Dasar Kaligondang yang beradadi Kalurahan Sumbermulyo BambanglipuroBantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak SDKaligondang dalam peta ditunjukkan padaGambar 4.

Page 5: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

102

Gambar 4. Letak SD Kaligondang dalam peta(Google Maps)

Tahap PenelitianPenelitian ini meliputi beberapa tahapan

sebagai berikut:1. studi literatur tentang persyaratan

bangunan tahan gempa dan penelusurandata sekunder sampel SD Kaligondangmelalui berita, buku dan internet.

2. pengumpulan data primer sampel SDKaligondang, berupa data populasi,struktur eksisting, seismisitas lokasi,jenis tanah, kondisi sosial ekonomi, danfoto situasi untuk mendapatkangambaran kondisi bangunan eksistingbeserta peta situasi yangmemungkinkan untuk pembuatan jalurevakuasi dan penyelamatan.

3. Pemodelan struktur bangunan eksisting.4. Kajian bangunan sekolah tahan gempa

terhadap model asli, menggunakanPedoman Teknis Bangunan SekolahTahan Gempa (2010).

5. Solusi permasalahan yang ditemukan6. Pembuatan model struktur awal

berdasarkan pada model bangunaneksisting dengan meminimalkanperubahan sehingga diperoleh modelbangunan sekolah yang berwawasankebencanaan, menggunakan SoftwareSketchup.

7. Penyusunan jalur evakuasi, titik kumpuldan penataan ruang berpedoman darimodel bangunan eksisting danmemperhatikan kondisi lingkungansekolah.

8. Penggambaran detail bangunanmenggunakan Software Autocad danSketchup, seperti gambar tampak 3D,denah, dan gambar detail.

Bagan alir penelitian ditunjukkan dalamGambar 5.

Rancangan Model SekolahModel bangunan sekolah dirancang

menggunakan struktur rangka beton bertulangdengan tembok bata dan atap dari genting.Pemilihan bahan tembok bata berdasarkanpertimbangan bahwa masyarakat di daerahBantul banyak yang berprofesi sebagaiprodusen batu bata merah dan genting,sehingga bahan sangat mudah diperolehdengan harga murah. Selain itu, strukturrangka beton bertulang dirasa sangat cocokuntuk daerah tropis, dengan frekuensi panasdan hujan yang sangat tinggi. Sesuai denganPedoman Teknis Bangunan Sekolah TahanGempa (2010), direkomendasikan modelkonstruksi bangunan sekolah di DaerahIstimewa Yogyakarta berupa dinding pasanganbata merah/conblock. Model Sekolah selainmemenuhi persyaratan bangunan tahan gempa,juga dirancang memenuhi persyaratan aspekkebencanaan, yaitu dengan pengaturan layoutruang dan pembuatan jalur evakuasi serta titikkumpul.

Gambar 5. Bagan Alir Penelitian

IV. HASIL DAN DISKUSI

Hasil WawancaraResponden dalam wawancara ini adalah

Bapak Sunardi, S. Ag, guru mata pelajaranPendidikan Agama Islam yang mengajar sejaktahun 1984 hingga sekarang (2016). Dariwawancara ini diperoleh keterangan bahwaakibat gempa tahun 2006, bangunan SDKaligondang mengalami kerusakan yangsangat parah hingga tidak dapat difungsikan

Page 6: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

103

lagi. Diduga kerusakan dikarenakan kekuatangempa sangat besar dan bangunan sekolahtidak memenuhi standar. Kegiatan belajarmengajar paska gempa tahun 2006 dilakukandi tenda darurat selama 6 bulan. Bangunansekolah setelah dibangun kembali dirasa sudahaman dan nyaman. Rangkuman hasilwawancara ditunjukkan dalam Tabel 3.

Hasil Kuosioner

Kuosioner diberikan kepada 14 orangyang terdiri dari 7 orang guru dan 7 orangsiswa. Isi kuosioner meliputi pertanyaantentang persepsi responden terhadap bangunansekolah berkaitan dengan keamanan dankenyamanan, serta harapannya terhadappeningkatan kualitas bangunan sekolah yangberwawasan kebencanaan. Rangkuman hasilkuosioner penelitian terdapat dalam Tabel 4.

Tabel 3. Rangkuman hasil wawancara dengan Bapak Sunardi, S.AgItem Penjelasan Responden

Jenis bangunan sebelum terjadigempa 2006

Bangunan tembokan dengan kuda-kuda kayu jati

Aspek keamanan dankenyamanan bangunan awal

Belum memenuhi syarat

Tingkat kerusakan bangunanakibat gempa 2006

Rusak parah dan tidak dapat difungsikan kembali

Bentuk kerusakan Tembok runtuh, rangka atap (kuda-kuda kayu) masih baik.Penyebab kerusakan Gempa sangat besar, struktur tidak mampu bertahan.Kondisi pasca gempa Siswa belajar di tenda darurat selama 6 bulan, selama

dilakukan pembangunan gedung baru.Perubahan bangunan lama kebaru

Posisi bangunan dan gerbang utama semula menghadap ketimur, diubah sehingga menghadap ke barat.

Kondisi sekarang Bangunan dirasa sudah nyaman dan aman, serta diyakini tidakakan terjadi kerusakan parah lagi apabila digoncang gempasebesar gempa Yogyakarta 27 Mei 2006

Sumber: Hasil wawancara 2016

Tabel 4. Rangkuman hasil kuosioner penelitian.No. KETERANGAN Jumlah (orang)

SS S TS STS1 Bangunan sekolah sudah memberikan kenyamanan 7 7 - -2 Bangunan sekolah sudah cukup kuat dan tidak roboh saat terjadi

gempa.5 7 2 -

3 Saya merasa takut berada di dalam bangunan sekolah dikarenakanstruktur bangunan yang kurang baik.

- 3 10 1

4 Saya merasa nyaman pada saat berada didalam bangunan sekolahkarena bangunan sekolah sudah cukup kuat.

4 10 - -

5 Sekolah sudah memberikan simulasi tanggap bencana pada siswadan guru saat terjadi gempa

3 11 - -

6 Tata ruang sekolah sudah didesain berdasarkan tanggap bencanadan mudah evakuasi pada saat terjadi gempa

3 10 1 -

7 Desain interior sekolah tidak menyulitkan evakusi guru dan siswapada saat terjadi gempa

5 8 1 -

8 Sekolah sudah menyediakan sarana untuk penyelamatan siswadan guru pada saat terjadi gempa

2 11 1 -

9 Bangunan sekolah sudah dibangun sesuai peraturan /standar 2 12 - -10 Bangunan sekolah perlu diperbaiki untuk memberikan keamanan

pada saat terjadi gempa2 9 3 -

11 Sekolah sudah menyediakan lapangan sebagai titik kumpul padasaat terjadi gempa

4 10 - -

12 Gedung sekolah perlu ditambahkan poster-poster tentang tanggapdarurat gempa

3 10 1 -

Page 7: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

104

No. KETERANGAN Jumlah (orang)SS S TS STS

13 Informasi tentang tanggap darurat gempa sudah disosialisasikandi sekolah

2 11 1 -

14 Bangunan sekolah perlu didesain ulang denganmempertimbangkan aspek kebencanaan

- 8 6 -

15 Pintu dan jendela sekolah perlu didesain ulang untuk kemudahanakses evakuasi pada saat terjadi gempa.

3 4 7 -

Keterangan:SS = Sangat setuju, S = SetujuTS = Tidak Setuju, STS = Sangat tidak setuju

Dari hasil kuosioner diperoleh databahwa sebagian besar warga SD Kaligondangmerasa sudah nyaman dan yakin akankekuatan bangunan menghadapi gempa.Namun demikian, sebagian besar juga setujubahwa bangunan perlu didisain ulang denganmemasukkan wawasan kebencanaan sepertipenyusunan disain interior, jalur evakuasi, titikkumpul, serta sosialisasi tanggap daruratgempa. Kegiatan sosialisasi kesiapsiagaanmenghadapi bencana gempa juga perludilakukan dengan training maupunpemasangan poster-poster kebencanaan.

Hasil Pengamatan LapanganData lapangan diperoleh dari

pengamatan langsung ke lokasi untukmengetahui kondisi eksisting bangunan denganmelakukan pengukuran serta pengambilangambar. Pengukuran dilakukan pada batas-batas tanah dan gedung beserta ruangan.

Dari hasil pengamatan lapangandiketahui bahwa gedung dibangun pada tahun2007. Secara umum bangunan SDKaligondang sudah terlihat bagus dan nyaman,dengan lingkungan yang sangat strategissebagai bangunan sekolah di daerah rawangempa. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 6,lokasi sekolah berada di tepi jalan yanglangsung menuju jalan besar, yaitu JalanGanjuran yang memudahkan aksespenyelamatan apabila terjadi bencana. Padasisi belakang gedung sekolah terdapatlapangan olah raga yang dapat dimanfaatkansebagai titik kumpul apabila terjadi bencanagempa.

Selain itu bangunan sekolah sudahmemiliki disain exterior yang sehat dengandilengkapi adanya ruang terbuka hijau (RTH)berupa kebun dan taman, seperti ditunjukkandalam Gambar 7 dan 8. Hal ini sudah sesuaidengan persyaratan yang disebutkan dalam UUNo. 28 Th 2002 tentang Bangunan Gedung,

bahwa persyaratan keseimbangan, keserasian,dan keselarasan bangunan gedung denganlingkungannya harus mempertimbangkanterciptanya ruang luar bangunan gedung, ruangterbuka hijau yang seimbang, serasi, danselaras dengan lingkungannya. Ruang terbukahijau (RTH) diwujudkan denganmemperhatikan potensi unsur-unsur alamiyang ada dalam tapak seperti danau, sungai,pohon-pohon menahun, tanah serta permukaantanah, dan dapat berfungsi untuk kepentinganekologis, sosial, ekonomi serta estetika.

Gambar 6. Situasi depan SD Kaligondang

Gambar 7. Ruang Terbuka Hijau (RTH) SDKaligondang

Page 8: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

105

Gambar 8. Ruang Terbuka Hijau (RTH) SDKaligondang

Penduduk SD Kaligondang keseluruhanberjumlah 271 orang, terdiri dari 252 orangsiswa (kelas 1 hingga kelas 6 dengan perincianpada Tabel 5), dan 19 orang guru sepertiditunjukkan dalam Tabel 6.

Luas tanah SD Kaligondang adalah3.971 m2 dengan luas bangunan 1.025 m2, atau26%. Dengan penduduk sebanyak 271 orang,maka luas bangunan rata-rata per orang adalah3,78 m2, dan luas tanah rata-rata per orangadalah 14,71 m2. Bangunan terdiri dari 17ruangan yang digunakan sebagai kelas, kantorguru, musholla, kamar kecil, dan UnitKesehatan Sekolah (UKS), serta taman danruang terbuka hujau.

Tabel 5. Rekapitulasi Jumlah Siswa SDKaligondang (bulan Juli 2016)

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah1 20 22 422 31 12 433 30 17 474 18 14 325 26 19 456 23 20 43

Jumlah 148 104 252Sumber: Data sekolah SD Kaligondang.

Tabel 6. Daftar Guru SD Kaligondang TahunPelajaran 2016/2017

No. Nama Guru TugasMengajar

1 Suyadi, M.Pd Kep. Sek2 Tri Yustini, S. Pd Kelas III.A3 Tukirah, S.Pd. SD Kelas I.A4 Sunardi, S. Ag. Guru PAI5 Sukarman, S. Pd Guru PJOK6 Anastasia Suwiyah, S.G Guru PAK7 Umi Suwarsih, S. Pd. SD Kelas VI.A8 Sukirjo S. Pd Guru PJOK

9 Marini K, S.Pd. SD Kelas V.A10 Wiwik Sundari, S.Pd Kelas V.B11 Andin Mega P, S.Pd Kelas I.B12 Widyahrini, S.Pd Kelas VI.B13 Sumirah, S.Pd Kelas II.A14 Lanjar Partinah, S.Pd Kelas II.B15 Yuni Siswanti, S.Pd Kelas IV.A16 Anisyukurillah IM, S.Pd Kelas IV.B17 Zana Kurnia S.Pd Kelas III.B18 Aji Tunggul N, S.Pd Guru P. Batik19 Ida Dwi Ariyani, S.Pd Guru B. Ingg

Sumber: Data sekolah SD Kaligondang

Setelah dilakukan pengukuran danpengamatan lapangan, diperoleh denaheksisting bangunan sebagaimana ditunjukkandalam Gambar 9.

Evaluasi Bangunan Tahan Gempa

Evaluasi bangunan eksisting terhadappersyaratan bangunan tahan gempa adalahsebagai berikut ini.

1. Keberadaan Struktur utamaBerdasarkan pengamatan di lapangan,

bangunan SD Kaligondang merupakanbangunan dengan dinding batako dan strukturrangka pemikul dari beton bertulang. Daripengamatan gedung eksisting dan wawancara,dapat diketahui bahwa bangunan memilikiperkuatan beton betulang berupa kolom, balok,sloof, bingkai ampig, dan ringbalk. Gambar10, menunjukkan bagian bangunan yang tidaktertutup plester, terdapat ampig dari pasanganbatako dengan bingkai beton bertulang.Kondisi bangunan eksisting dinilai sudahmemenuhi persyaratan keberadaan strukturutama, sebagaimana disebutkan dalamPedoman Teknis Bangunan Sekolah TahanGempa (2010)

Gambar 10. Bingkai ampig beton bertulang

Page 9: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

106

2. Denah dan Tata Letak.Setelah dilakukan pengamatan pada

denah dan tata letak bangunan ditemukanbangunan pada sisi timur, terdapat 9 ruangkelas dan 1 kantor guru dibangun menjadi satukesatuan dan dinilai terlalu panjang (Gambar11). Perbandingan panjang:lebar bangunanadalah 78:9,3 (meter) atau 8:1.

Gambar 11. Bangunan yang terlalu panjang

Berdasarkan Pedoman Teknis BangunanSekolah Tahan Gempa (2010), tata letakbangunan sekolah hendaknya sederhana dansimetris terhadap kedua sumbu bangunan sertatidak terlalu panjang. Perbandingan panjang:lebar bangunan yang direkomendasikan adalah2:1. Dengan demikian, bangunan ini dinilaitidak memenuhi persyaratan bangunan tahangempa, sehingga diambil solusi yaitu memutusbangunan dengan dilatasi. Gambar tampakbangunan pada bagian dilatasi ditunjukkandengan Gambar 12.

Gambar 12. Tampak bangunan pada bagiandilatasi

Evaluasi Kesiapsiagaan BangunanTerhadap Ancaman Gempa.

Kesiapsiagaan bangunan terhadapancaman gempa pada masa yang akan datang,tidak hanya berupa kesiapan struktural, tetapiharus diikuti dengan penataan desain interiordan eksterior, disertai adanya jalur evakuasidan titik kumpul sebagaimana disebutkandalam PP No. 36 Tahun 2005, pasal 59 ayat 1-3. Evaluasi kesiapsiagaan bangunan eksistingdijelaskan berikut ini.

1. Penataan ruangPenataan ruangan kelas dan ruangan

kantor/guru dinilai sudah memenuhipersyaratan, dimana penataan mejamemberikan akses yang cukup baik untukmelakukan evakuasi apabila terjadi gempa.Meja paling tepi tidak diletakkan berimpitdengan dinding, namun diberikan jalan/aksesuntuk keluar, sehingga semua murid memilikikesempatan yang sama untuk melakukanevakuasi. Susunan meja kursi terlihat padaGambar 13.

Gambar 9. Denah bangunan eksisting(Sumber: penelitian 2016)

Page 10: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

107

Gambar 13. Penataan meja memberikan aksesyang cukup untuk evakuasi.

Namun ditemukan adanya kekurangandalam pembuatan daun pintu masuk ruangkelas/guru, karena arah bukaan daun pintuadalah ke dalam, seperti tampak pada Gambar14. Hal demikian tidak sesuai dengan konsepkesiapsiagaan, dikarenakan apabila terjadigempa, maka pintu dengan bukaan ke dalamakan menghambat proses evakuasi.

Gambar 14. Daun pintu terbuka ke dalam

2. Jalur Evakuasi dan Titik KumpulDari hasil pengamatan, tidak ditemukan

adanya jalur evakuasi dan titik kumpul dilokasi SD Kaligondang. Oleh karena itu harusdibuat perencanaan jalur evakuasi dan titikkumpul, yang sangat diperlukan ketika terjadibencana. Dengan memperhatikan lingkungansekitar SD Kaligondang, terdapat halamandepan sekolah yang luas, sedangkan sebagianbesar pintu ruangan menghadap ke halamantersebut, sehingga titik kumpul dapatdipusatkan di halaman depan sekolah. Selainitu, terdapat lapangan olah raga yang berada dibelakang sekolah (timur sekolah), yangmemiliki luas sekitar 20.000 m2, dapatdigunakan sebagai tempat parkir kendaraandan tempat berkumpul relawan pada saatkondisi emergensi dan rehabilitasi. Olehkarena itu perlu ditambahkan akses menuju

lapangan dari areal sekolah, yaitu denganmemperluas pintu masuk dari lapangan keareal sekolah yang sudah ada, danmenambahkan satu pintu lagi pada sisi sebelahutara.

Kondisi pintu masuk dari halamansekolah menuju lapangan yang sudah adaberada pada sisi selatan memiliki lebar pintu 3meter, seperti ditunjukkan pada Gambar 15.Sedangkan pada sisi utara terdapat pintuselebar 1 meter, namun terlalu sempit untukjalur evakuasi, sehingga perlu diperlebar.Untuk kemudahan evakuasi, maka harus dibuatminimal 2 buah pintu menuju lapangan olahraga.

Gambar 15. Pintu menuju lapangan olah ragapada sisi selatan.

3. Rambu dan Papan Informasi Bencana.Direncanakan pemasangan rambu dan

papan informasi bencana berupa penunjuk arahevakuasi pada setiap belokan dan pada arahlurus yang terlalu panjang, informasi tempattitik kumpul pada lokasi titik kumpul yangaman, papan informasi pintu darurat danposter-poster kesiapsiagaan gempa. Bentukdan tulisan rambu ditunjukkan dalam Gambar16-18.

Gambar 16. Rambu Jalur Evakuasi.

Page 11: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

108

Gambar 17. Rambu Titik Kumpul

Gambar 18. Rambu Pintu Daruat.

Pemodelan Bangunan Sekolah.Berdasarkan hasil evaluasi bangunan tahangempa, tata letak, dan aspek kesiapsiagaan,maka dibuat model bangunan SD Kaligondangyang baru, dengan prinsip melakukan renovasiagar bangunan memenuhi persyaratanPedoman Teknis Bangunan Sekolah TahanGempa (2010). Rangkuman hasil evaluasiditunjukkan dalam Tabel 7. Dari hasil evaluasitersebut, kemudian disusunlah dokumenpemodelan bangunan sekolah di daerah rawan

gempabumi, yang dijelaskan sebagai berikutini.

1. Tata Letak BangunanPada bangunan eksisting terdapat

deretan ruangan kelas yang memanjangsebanyak 7 ruangan tanpa pemisah (dilatasi),sehingga pada penelitian ini dibuat modelbangunan dengan adanya pemisah antarbangunan seperti yang terlihat pada gambar 19.

2. Tinggi BangunanTinggi bangunan eksisting dinilai sudah

memenuhi persyaratan, dimana tidak bolehmelebihi empat kali lebar bangunan. Padamodel penelitian dibuat tinggi bangunan 3,5 mdengan lebar 7 m seperti terlihat pada gambar20.

Tabel 7. Evaluasi Bangunan Sekolah Dasar Kaligondang.No. Item Data lapangan Rekomendasi1. Tata letak

bangunanSeperti nampak pada Gambar 4.4, terdapatderetan ruangan kelas yang memanjangsebanyak 7 ruang tanpa pemisah (dilatasi),sehingga memiliki perbandingan panjang danlebar lebih dari 2.

Dilakukan pemisahandengan celah (dilatasi) antarbangunan, atau dikurangisalah satu ruangan kelas dibagian tengah agar deretanterputus.

2. Tinggi bangunan Tinggi bangunan tidak boleh melebihi empatkali lebar bangunan. Bangunan sudahmemenuhi syarat karena bangunan terdiri daritingkat 1 dan tingkat 2.

Sudah baik.

3. Denah bangunan Denah bangunan sederhana dan simetris Sudah baik4. Keberadaan

elemen strukturKolom, balok, dan sloof beton bertulangDinding pasangan bata

Sudah baik

5. Layout (desaininterior) ruangkelas dan kantor

Susunan meja, kursi dan furniture yang beradadalam ruang kelas dan kantor sudah bagus,memberikan akses yang seimbang terhadapsemua posisi, untuk evakuasi apabila terjadigempa besar.

Akan lebih baik apabiladilengkapi dengan jalurevakuasi dan penyelamatandiri apabila terjadi gempa.

6. Bukaan pintu Dari seluruh pintu yang ada, terdapat 2 buahpintu yang daun pintunya terbuka ke arahdalam, sehingga dikhawatirkan akanmengganggu penyelamatan dan evakuasiapabila terjadi bencana gempabumi.

Semua daun pintuhendaknya dibuat terbuka kearah luar.

7. Akses keluar Akses ke arah depan gedung sangat memadaikarena terdapat pintu masuk yang lebar, dariarah jalan raya.Akses ke arah belakang kurang, karena hanyaterdapat 1 buah pintu masuk yang tidakmemadai (sempit)

Dibuatkan pintu masuk dariarah belakang yang cukupbesar menuju lapangan.

8. Sarana penunjang Pada arah depan terdapat jalan raya, dan arah Dimanfaatkan untuk

Page 12: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

109

No. Item Data lapangan Rekomendasipenguranganrisiko bencana

belakang terdapat lapangan olah raga. keperluan emergensi danrehabilitasi/rekonstruksi.

9 Jalur evakuasi dantitik kumpul

Belum ada dibuat

10. Poster-posterkebencanaan

Belum ada dibuat

Gambar 19. Tampak depan bangunanbagian Dilatasi

Gambar 20. Tinggi bangunan3. Denah Bangunan

Denah bangunan eksisting sudahberbentuk simeteris dan sederhana, sehinggabentuk bangunan asli tetap digunakan dalampemodelan ini, seperti terlihat pada gambar 21.

Gambar 21. Bangunan simetris dan sederhana

4. Layout ruang kelas dan kantorSusunan meja, kursi dan furniture pada

ruang kelas maupun kantor harus memberikanakses yang seimbang terhadap semua posisiuntuk evakuasi apabila terjadi gempa,sebagaimana terlihat dalam Gambar 22. Selainitu, perlu dilengkapi dengan informasi jalurevakuasi dan penyelamatan diri seperti yangterlihat pada gambar 16-18.

Gambar 22. Susunan meja kursi ruang kelas

5. Bukaan PintuDari hasil survey lapangan diketahui

bahwa bangunan eksisting memiliki 2 buahpintu yang daun pintunya terbuka ke arahdalam, sehingga dikhawatirkan akanmengganggu penyelamatan dan evakuasi

3,5 m

7 m

Page 13: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

110

apabila terjadi bencana gempa. Padapemodelan ini dibuat semua daun pintuterbuka ke arah luar, searah dengan lokasi titikkumpul, seperti ditunjukkan pada gambar 23.

Gambar 23. Disain pintu bukaan ke luar,mengarah ke titik kumpul

6. Akses KeluarAkses ke arah depan gedung dinilai

sangat memadai karena terdapat pintu masukyang lebar menuju jalan raya, seperti terlihatpada Gambar 6. Namun akses ke arahbelakang dinilai masih kurang, sehinggadibuatkan pintu masuk dari arah belakang yangcukup besar menuju lapangan seperti terlihatpada gambar 24.

Gambar 24. Tampak belakang gedung,terdapat 2 buah pintu (akses) menuju lapangan.

7. Sarana Penunjang Pengurangan RisikoBencana.Dalam usaha pengurangan risiko

bencana, perlu dipertimbangkan ketersediaansarana penunjang untuk mempermudahkegiatan evakuasi pada saat terjadi bencana.Pada pemodelan ini, dipergunakan saranapenunjang yang sudah ada, yaitu berupa jalanraya di bagian depan dan lapangan yang luas dibagian belakang, sebagaimana ditunjukkanpada gambar 25.

Gambar 25. Layout sarana penunjang

8. Jalur Evakuasi dan Titik KumpulDalam memberikan kemudahan evakuasi

kepada guru dan siswa sekolah dasar pada saatterjadi bencana gempa, maka diperlukanadanya papan informasi tentang jalur evakuasidan titik kumpul, yang dapat menunjukkanjalan evakuasi menuju titik kumpul. Papaninformasi ini hendaknya dipasang pada tiapbelokan dan lokasi yang mudah dilihat, sepertiditunjukkan pada gambar 26 dan 27. Jalurevakuasi secara keseluruhan ditunjukkandalam Gambar 28.

Gambar 26. Rambu Jalur Evakuasimenunjukkan arah menuju titik kumpul

Gambar 27. Rambu Titik Kumpul

Page 14: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

111

Gambar 28. Jalur Evakuasi

9. Poster-Poster KebencanaanSalah satu cara untuk memberikan

informasi kepada siswa dan guru tentangkesiapsiagaan terhadap bencana gempa adalahdengan membuat informasi dalam bentukposter-poster kebencanaan yang ditempelkanpada majalah dinding (mading) sekolahmaupun dalam ruang belajar dan kantor.

V. KESIMPULAN DAN SARANDari penelitian ini diperoleh kesimpulan

bahwa Pemodelan Bangunan Sekolah Dasaryang dibuat memenuhi persyaratan bangunantahan gempa, dan memiliki kesiapsiagaanmenghadapi ancaman gempa di masa yangakan datang.

Penulis menyarankan agar penelitian inidapat dikembangkan lagi dengan pengujiankerentanan bangunan eksisting, karenabangunan dibangun pada tahun 2007, sebelumpenetapan SNI 1726:2012. Dapat jugadilakukan uji kinerja struktur dari pemodelanbangunan yang ada, disertai analisis biaya atauanalisis manfaat (Benefit Cost Analysis) untukmengetahui efisiensi pemodelan dari bangunaneksisting menjadi model baru.

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan terimakasih yangsetinggi-tingginya kepada Kopertis Wilayah 5Yogyakarta, yang telah memberikan DanaDipa Tahun 2016, sehingga penelitian ini dapatdilaksanakan.

REFERENSIBakornas (2006), Program Rehabilitasi

Gempa Daerah Istimewa Yogyakartadan Jawa Tengah, diakses dari URL:http://ciptakarya.pu.go.id/dok/gempa/main.htm

Bappenas (2006), Preliminary Damage andLoss Assessment Yogyakarta andCentral Java Natural Disaster, SecondPrinting, Jakarta.

BNPB (2015), Peraturan Kepala BadanNasional Penanggulangan Bencana(BNPB) Nomor 07 Tahun 2015 tentangRambu dan Papan Informasi Bencana,Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum (1993),Pedoman Pembangunan BangunanTahan Gempa, (Lampiran SuratKeputusan Direktur Jenderal CiptaKarya, Nomor: 111/KPTS/CK/1993,Tanggal 28 september 1993), Jakarta

ESDM (2011), Peraturan Menteri Energi danSumber Daya Mineral (ESDM) RINomor 15 Tahun 2011 tentangPedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanag, Bempabumi danTsunami, Jakarta.

Page 15: STUDIIDENTIFIKASIMITIGASIBENCANAGEMPAPADA ......dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu perlu dipikirkan bentuk bangunan dan penataan ruang Sekolah Dasar yang berwawasan kebencanaan,

Restu Faizah, Elvis Saputra, & Dawam Adhiguna/ Pemodelan Bangunan Sekolah Dasar Di Daerah RawanGempa/ Pp 98-112

112

Google Maps: lokasi SD Negeri KaligondangURL:https://www.google.co.id/maps/place/SDN+Kaligondang/@7.9274647,110.3166259,17z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e7aff9b548fb42d:0x6f68af9b8fe6205!8m2!3d-7.92747!4d110.31882.

Kemendiknas (2010), Pedoman TeknisBangunan Sekolah Tahan Gempa,Dirjen Pendidikan MenengahKementrian Pendidikan NasionalJakarta

Kemen PUPR RI (2011), Peraturan MenteriPerumahan Rakyat Republik IndonesiaNomor 15 Tahun 2014 tentangPedoman Mitigasi Bencana BidangPerumahan dan Kawasan Permukiman,Jakarta.

Pemerintah RI (2005), Peraturan PemerintahNo. 36 tahun 2005 tentang PeraturanPelaksanaan Undang-undang no 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,Jakarta.

Presiden RI (2002), Undang-undang no 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,Jakarta.

Presiden RI (2007), Undang-Undang Nomor24 Tahun 2007 tentangPenenggulangan Bencana, Jakarta.

Ristiyani (2014), Kesiapsiagaan Siswa DalamMenghadapi Bencana Gempabumi diSMPN 1 Gantiwarno KecamatanGantiwarno, Kabupaten Klaten, TugasAkhir Program Studi GeografiFakultas Keguruan dan IlmuPendidikan UMS, Solo.

Widodo, S, et.al (2007), Perancangan GedungSekolah Tahan Gempa di CabangMuhammadiyah Wedi Klaten, WartaVol.10, No.1, Maret 2007: 53-61, Solo.https://doi.org/10.23917/warta.v10i1.3221