STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

download STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

of 41

Transcript of STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    1/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sungai adalah aliran air pada suatu alur yang panjang di atas permukaan

     bumi yang berasal dari hujan. Apabila sungai mempunyai lebih dari dua

    cabang, maka sungai yang paling penting yakni sungai yang daerah

     pengalirannya, panjangnya dan volume airnya paling besar disebut sungai

    utama (main river), sedangkan cabang-cabang lainnya disebut anak sungai

    (tributary). Percabangan di anak-anak sungai yang ada ditandai dengan anak

    sungai orde 1, orde 2, dan seterusnya.

    Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam

    sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,

    limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan

    es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

    Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk  irigasi  pertanian, bahan

     baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan

    sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.

    Salah satu contoh sungai adalah sungai yang kami teliti yaitu Sungai Jeruk

    yang terletak di Kecamatan Puding Besar. Hulu Sungai Jeruk terletak di Desa

    Labu. Hilir Sungai Jeruk terletak di Dusun Telang. Di Sungai Jeruk diperkirakan

    terdapat ribuan ekor buaya. 

    https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    2/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   2

    BAB II

    DESKRIPSI KEGIATAN

    2.1  Waktu dan Lokasi Obyek Studi

    Pelaksanaan survei pengamatan dilakukan pada Hari Sabtu tanggal 12 Maret

    2016 dengan jadwal pelaksanaan dimulai pukul 09.00  –   17.00 WIB di Sungai

    Jeruk, Kabupaten Bangka. Pemilihan objek studi didasarkan pada tujuan studi.

    Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Objek Studi

    Sumber : Tesis Khoirul Muslih, 2014

    2.2  Teknik Pengambilan Data

    Data dalam studi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

    dikumpulkan melalui metode triangulasi, dengan menggunakan tiga kombinasi

    teknik pengumpulan data, yaitu (1) wawancara mendalam ( in-depth interview)

    kepada masyarakat, tokoh masyarakat dan para penangku adat setempat, (2)

    observasi langsung dan (3) pengumpulan dan telaah dokumen-dokumen

    kesejarahan tentang komunitas lokal setempat. Adapun data dan informasi yang

    dikumpulkan meliputi; (1) kearifan lokal masyarakat setempat dalam memelihara

    sungai dan keanekaragaman hayati perairan sungai, (2) nilai-nilai, norma dan

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    3/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   3

    tradisi masyarakat dalam memelihara badan sungai termasuk keanekaragaman

    hayati perairan, (3) masalah dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga kearifan

    lokal dan norma-norma serta tradisi masyarakat setempat terkait pemeliharaan dan

     perlindungan sungai.

    Data sekunder dikumpulkan dari instansi pemerintah dan non pemerintah

    yang terkait dengan topik penelitian ini. Data sekunder dikumpulkan dengan

    metode studi dokumen, literatur, dan publikasi.

    2.3  Proses Pengambilan Data Primer

    Pengambilan data yang dilakukan terdiri dari pengambilan gambar dan

    wawancara dengan masyarakat.

    Gambar 2.2 Kunjungan ke Bagian Hulu Sungai Jeruk, Desa Labu

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    4/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   4

    Gambar 2.3 Kunjungan ke Bagian Tengah Sungai Jeruk, Desa Tanah Bawah

    Sumber : Dokumen Pribadi

    Gambar 2.4 Kunjungan ke Bagian Hilir Sungai Jeruk, Desa Kotawaringin

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    5/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   5

    Gambar 2.5 Kunjungan ke Rumah Dukun Sungai Jeruk, Desa Nibung

    Sumber : Dokumen Pribadi

    2.4  Proses Analisis Data dan Diskusi

    Diskusi dilakukan di Gedung Dharma Pendidikan Kampus Terpadu UBB

    dan di rumah Ade Novinda. Proses analisis data dilakukan dengan bantuan

    software Microsoft Word 2010.

    Gambar 2.6 Proses Analisis Data Sungai Jeruk oleh Kelompok 1

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    6/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   6

    Gambar 2.7 Proses Analisis Data Sungai Jeruk oleh Kelompok 1

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    7/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   7

    BAB III

    KARAKTERISTIK SUNGAI

    3.1. 

    Karakteristik Meteorologi

    3.1.1  Curah Hujan

    Gambar 3.1 Peta Curah Hujan Pulau Bangka

    Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010

    Curah hujan merupakan ketinggian air yang terkumpul dalam

    tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.

    Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi

     pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau

    tertampung air sebanyak satu liter. Satuan curah hujan selalu dinyatakan

    dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah

    hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter (mm). Hujan

    merupakan input air yang masuk dalam suatu DAS, oleh karena itu

    mengetahui besarnya curah hujan sangat penting. 

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    8/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   8

    Untuk dapat mengetahui besarnya curah hujan yang terjadi pada

    DAS Jeruk. Klasifikasi curah hujan DAS Jeruk dapat dilihat pada gambar

    3.2 

    Karakteristik Morfologi3.2.1  Geologi

    Gambar 3.2 Peta Geologi Pulau BangkaSumber :  Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010 

    Variabel geologi merupakan variabel yang sangat penting dalam

     pembentukan karakteristik DAS dalam kaitannya dengan air permukaan

    maupun air tanah. Sifat-sifat geologi lahan yang tercermin dalam litologi

    (jenis batuan), stratigrafi maupun struktur geologi akan sangat

    mempengaruhi keberadaan dan potensi air permukaan dalam DAStersebut.

    Jenis batuan yang bersifat kedap (tersusun dari material : lava,

    andesit, granit) akan menghasilkan aliran dengan puncak lebih tajam dan

    waktu naik (rising limb) lebih pendek dari pada jenis batuan yang bersifat

    tidak kedap air ( permeable) seperti batu kapur (limstone) dan batu pasir

    ( sandstone). Hal ini disebabkan oleh batuan yang bersifat kedap air akan

    sedikit meloloskan air, sehingga sebagian besar air hujan yang jatuh di

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    9/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   9

    atasnya akan dialirkan sebagai limpasan permukaan yang langsung

    masuk ke dalam sungai. Untuk batuan yang bersifat tidak kedap air akan

     banyak meloloskan air, sehingga sebagian kecil dari air hujan yang akan

    mengalir sebagai limpasan permukaan.

    Untuk memperoleh informasi variabel geologi ini maka sumber

    data utama yang dapat diacu adalah Peta Geologi Bersistem yang

    diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Namun apabila

     peta tersebut tidak tersedia, dapat digunakan informasi yang terdapat

    dalam  REPPPROT   ataupun melakukan interpretasi pada citra

     penginderaan jauh.

    3.2.2 Geomorfologi

    Bentuk lahan terbentuk dari proses struktural (lipatan, patahan dan

     pengangkatan), proses pelapukan batuan induk (geologi), erosi,

     pengendapan dan vulkanisme yang menghasilkan konfigurasi ragam

     bentuk muka bumi berupa pegunungan, perbukitan dan dataran.

    Karakteristik geomorfologi akan mempengaruhi besarnya potensi

    limpasan permukaan, erosi, banjir dan tanah longsor yang terjadi diwilayah DAS.

    3.2.3 Topografi

    Variabel topografi dalam karakteristik DAS ini dibagi ke dalam 4

    variabel, yaitu ketinggian DAS, orientasi DAS, kemiringan lereng DAS

    dan bentuk lereng DAS. Keempat variabel topografi tersebut mempunyai

     peranan yang erat dengan proses terjadinya infiltrasi, limpasan permukaan dan erosi yang terjadi akibat air hujan yang turun.

    a.  Ketinggian ( Elevation ) DAS

    Elevasi rata-rata dan variasi ketinggian pada suatu DAS

    merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan

     pola hujan, khususnya pada daerah dengan topografi bergunung.

    Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    10/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   10

    di lapangan atau melalui foto udara, jika terdapat salah satu titik

    kontrol sebagai titik ikat.

     b. 

    Orientasi DAS ( Aspect  )

    Transpirasi, evaporasi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada

     jumlah air yang tersedia untuk aliran sungai, seluruhnya dipengaruhi

    oleh orientasi umum atau arah dari DAS. Orientasi DAS secara

    normal dinyatakan dalam derajat azimuth atau arah kompas seperti

    arah utara, timur laut, timur dan sebagainya. Tanda arah anak panah

    yang menunjukkan arah DAS dapat dipakai sebagai muka DAS

    ( faces). Arah aliran sungai utama dapat juga dipakai sebagai

     petunjuk umum orientasi DAS

    c.  Kemiringan Lereng DAS

    Kemiringan rata-rata DAS (Sb) adalah faktor yang berpengaruh

    terhadap limpasan permukaan. Kecepatan dan tenaga erosif dari

    overland flow sangat dipengaruhi oleh tingkat kelerengan lapangan.

    Peta mengenai kemiringan lereng DAS ditunjukkan pada

    gambar 3.3

    .

    Gambar 3.3 Peta Kemiringan Lereng Pulau Bangka

    Sumber :  Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDCConsultants, 2010 

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    11/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   11

    3.2.4 Tanah

    Gambar 3.4 Peta Jenis Tanah Pulau Bangka

    Sumber :  Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010 

    Tipe dan distribusi tanah dalam suatu daerah aliran sungai sangat

     berpengaruh dalam mengontrol aliran bawah permukaan ( subsurface

     flow) melalui infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah dengan kedalaman dan

    luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan

    kelembaban tanah ( soil moisture storage). Pemilihan variabel tanah juga

    merupakan fungsi dari tujuan studi, misalnya untuk mempelajari

    overland flow  dalam  single watershed , maka watershed   tersebut dibagidalam zona-zona menurut tipe tanah, tetapi jika untuk mempelajari yang

    lebih detail lagi, maka perlu klasifikasi tipe tanah yang detail juga, yang

    didasarkan pada pembatas permukaan geologi DAS yang bersangkutan

    yaitu : persentase batuan permeabel, persentase batuan kurang

     permeabel. Variabel lain yang perlu diperhatikan adalah kedalaman

    lapisan kedap dan permeabilitas rata-rata dari horizon A.

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    12/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   12

    Jenis tanah dengan permukaan pasir akan mempunyai tingkat

    infiltrasi yang lebih tinggi dibanding dengan jenis tanah bertekstur

    lempung. Dengan demikian jenis tanah dengan tekstur pasir (kasar) akan

    mempunyai limpasan permukaan yang lebih kecil dari pada jenis tanah

    dengan tekstur lempung (halus). Untuk kondisi ini DAS dominan dengan

     jenis tanah bertekstur halus lebih mudah terjadi erosi daripada DAS

    dominan dengan jenis tanah bertekstur kasar

    Tabel 3.1 Jenis Tanah DAS Jeruk

    Jenis TanahLuas Jenis Tanah DAS Jeruk

    (Km2)

    Hapludox 448,84

    Endoaquepts 40,28

    Hydraquents 57,54

    Haplohemists

    Hapludults

    Udipsamments 28,77

    Dystruedepts

    Tidak Ada Data

    Total Luas DAS 575,44

    Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDCConsultants, 2010

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    13/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   13

    3.2.5 Perwilayahan DAS

    Gambar 3.5 Peta Batas Daerah Aliran Sungai (DAS) Pulau Bangka

    Sumber :  Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010 

    Secara umum suatu DAS dibagi dalam tiga wilayah, yaitu wilayah

    hulu, wilayah tengah dan wilayah hilir. Ketiga wilayah tersebut memiliki

    karakteristik dan fungsi yang berbeda, yaitu :

    a.  DAS Bagian Hulu, didefinisikan sebagai daerah aliran yang

    terbatas pada bagian Hulu dimana > 70% dari permukaan lahan

    DAS tersebut umumnya mempunyai kemiringan lahan > 8%.

    Disini, aspek prioritas pemanfaatan lahan adalah konservasi tanah

    dan pengendalian erosi. Secara hidrologis, DAS Bagian Hulu biasanya membentuk daerah utama pengisian kembali curah hujan

    untuk air permukaan dan air tanah dari DAS (Screening Study

     Brantas Watersheed ).

     b.  DAS Bagian Tengah didefinisikan sebagai aliran yang terbatas

     pada bagian tengah, dimana kurang lebih 50% dari permukaan

    lahan DAS tersebut mempunyai kemiringan lahan < 8% serta

    dimana baik konservasi tanah maupun pengendalian banjir adalah

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    14/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   14

    sama pentingnya. Secara hidrologis DAS Bagian Tengah

    membentuk daerah utama transisi curah hujan untuk air tanah.

    (Screening Study Brantas Watersheed ).

    c. 

    DAS Bagian Hilir didefinisikan sebagai daerah aliran yang terbatas

     pada bagian Hilir, dimana kurang lebih 70% permukaan lahannya

    mempunyai kemiringan < 8%. Disini, pengendalian banjir dan

    drainage biasanya merupakan faktor-faktor yang terabaikan dalam

     pengembangan tata guna lahan. (Screening Study Brantas

    Watersheed ).

    3.2.5.1 

    Perwilayahan Sungai

    a.  Sungai Bagian Hulu

    Gambar 3.6 Bagian Hulu Sungai Jeruk, Desa Labu

    Sumber :  Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    15/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   15

    Gambar 3.7 Bagian Hulu Sungai Jeruk, Desa Labu

    Sumber : Dokumen Pribadi

     b. 

    Sungai Bagian Tengah

    Gambar 3.8 Bagian Tengah Sungai Jeruk, Desa Tanah BawahSumber : Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    16/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   16

    Gambar 3.9 Bagian Tengah Sungai Jeruk, Desa Tanah Bawah

    Sumber : Dokumen Pribadi

    c.  Sungai Bagian Hilir

    Gambar 3.10 Bagian Hilir Sungai Jeruk, Desa Kotawaringin

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    17/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   17

    3.3  Karakteristik Morfometri

    3.3.1  Luas DAS

    DAS dibatasi oleh igir pegunungan yang berfungsi sebagai batas

    (river divide) dan akhirnya mengalirkan air hujan yang bertemu pada satu

    outlet . Akibatnya, semakin luas suatu DAS, hasil akhir (water yield) yang

    diperoleh akan semakin besar, karena hujan yang ditangkap juga semakin

     banyak. Luas DAS Jeruk sebesar 575,44 km2.

    3.3.2  Bentuk DAS

    Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai dan

    ketajaman puncak discharge banjir. Bentuk daerah aliran sungai ini sulit

    untuk dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan konfigurasi

     basin, dapat dibuat suatu indeks yang didasarkan pada derajat kekasaran atau

    circularity dari DAS

    3.4  Karakteristik Hidrologi DAS

    3.4.1  Limpasan Permukaan

    Limpasan permukaan (overland flow) merupakan bagian kelebihan

    hujan (excess rainfall) yang mengalir di permukaan lahan pada saat terjadi

    hujan, apabila hujan berhenti maka tidak terjadi lagi limpasan permukaan.

    Koefisien limpasan permukaan adalah perbandingan antara bagian hujan yang

    menjadi limpasan permukaan dengan total hujan pada suatu kejadian hujan.

    Limpasan permukaan inilah yang menjadi tenaga penggerus/pengelupas

    lapisan tanah atas, pengangkut material tanah permukaan yang lepas atau

    yang dikenal dengan proses erosi permukaan oleh tenaga limpasan permukaan, yang kemudian membawanya ke dalam sungai membentuk banjir

    kiriman (banjir limpasan) menyumbang banjir di sungai serta membawa

    lumpur yang menyebabkan pendangkalan atau dikenal dengan proses

    sedimentasi.

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    18/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   18

    3.4.2  Debit Maksimum (Q maks)

    Perhitungan debit maksimum (banjir puncak, Qmaks) dilakukan pada

    mulut sungai dari DAS diestimasi berdasarkan pada nilai koefisien limpasan

     permukaan (C), intensitas hujan (I) yang lamanya sama dengan waktu

    konsentrasi (Tc), dan luas DAS (A). Total nilai atau angka koefisien limpasan

     permukaan per satuan lahan adalah nilai koefisien limpasan permukaan total

    DAS atau Sub-DAS. Intensitas hujan dihitung sama dengan lamanya waktu

    konsentrasi (Tc) yang dihitung berdasarkan panjang DAS dan parameter

    morfometri DAS lainnya.

    Seyogyanya setiap pengukuran parameter sungai dilakukan minimal

    tiga kali perlakuan. Pengukuran debit banjir maksimum (Qmaks) dapat

    dilakukan pada saat musim kemarau dengan melihat tanda-tanda banjir

     puncak pada tepi penampang sungai atau menanyakan kepada penduduk

    setempat (lokal). Hasil perhitungan debit maksimum (Qmaks) dapat dilihat

     pada tabel 3.2.

    3.4.3  Debit Minimum (Q min)

    Perhitungan debit minimum (Qmin) di lapangan dilakukan di mulut

    sungai dalam suatu DAS atau Sub-DAS dalam kondisi musim kemarau pada

    saat debit sungai terkecil.

    Pada dasarnya debit minimum suatu sungai tidak pernah sama dengan

    nol (Qmin tidak 0) karena sebelum air sungai itu mengalir hingga mulut

    sungai biasanya di bagian hulu DAS air sungai telah dimanfaatkan oleh

     penduduk petani untuk irigasi tradisional. Oleh karena itu perlu dilakukan

     penelusuran di lapangan (river routing ) guna mengetahui adanya pengambilan air sungai di bagian hulu oleh penduduk petani. Hasil

     perhitungan debit minimum (Qmin) dapat dilihat pada tabel 3.2.

    3.4.4  Debit Rata-rata (Qav)

    Debit aliran rata-rata (Qav) dari suatu sungai merupakan besaran

    hidrologi yang penting sebagai indikator potensi DAS dalam menyimpan air

    hujan yang jatuh kedalam lapisan akuifer untuk selanjutnya dikeluarkan

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    19/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   19

    secara pelan-pelan dalam bentuk mata air ataupun rembesan. Apabila

     besarnya debit aliran rata-rata setiap tahunnya tinggi atau tidak jauh bedanya

    menunjukkan bahwa wilayah DAS sebagai prosesor cukup berfungsi baik, hal

    ini menunjukkan karakteristik DAS atau kesehatan DAS terjaga atau tidak.

    Hasil perhitungan debit rata-rata (Qav) dapat dilihat pada tabel 3.2.

    3.4.5  Koefisien Regime Sungai (Qmaks/Qmin)

    Parameter karakteristik Hidrologi DAS yang diperoleh dari

     perbandingan antara debit maksimum (Qmaks) dan debit minimum (Qmin)

    atau sering disingkat dengan parameter Qmaks/Qmin merupakan indikator

     besaran hidrologi untuk menyatakan apakah DAS itu berfungsi sebagai

     prosesor yang baik atau tidak, dapat ditinjau dari sudut pandang nilai

     perbandingan itu. Apabila nilai besaran perbandingan antara Qmaks/Qmin

     besar (>50) berarti lebih banyak kejadian banjir maksimum yang terjadi,

    ataupun sebaliknya. Pemantauan besarnya perbandingan Qmaks/Qmin rata-

    rata tahunan (25tahun) dapat digunakan sebagai indikator selama kurun waktu

    tersebut terjadi peningkatan atau penurunan potensi DAS sebagai pengatur

    aliran sungai sehingga parameter ini dikenal dengan koefisien regime

    (pengaturan) sungai atau aliran sungai. Hasil perhitungan Koefisien Rejim

    sungai dapat dilihat pada tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Perhitungan Koefisien Regim Sungai dan Koefisien Varian Sungai Jeruk

    Debit Sungai (m3/detik)

    KRSStandar

    Deviasi

    Koefisien

    Varian (CV)Qmaks Qrerata Qmin

    35,92 19,65 5,28 6,81 10,39 52,84Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010

    3.5  Karakteristik Kemampuan DAS

    3.5.1  Erosi dan Sedimentasi

    Pendugaan kehilangan Lapisan Tanah Atas sebagai Erosi Permukaan

    (Surface Erosion) dan sedimentasi dapat dilakukan melalui berbagai cara,

     baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif berdasarkan konsep satuan

    lahan dalam satuan Daerah Aliran Sungai (DAS) atau sub-DAS. Secara

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    20/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   20

    konseptual dan praktis cara-cara pemantauan erosi permukaan dan

    sedimentasi tersebut dapat dijelaskan pada tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Perhitungan Indeks Erosi DAS Jeruk

    Luas DAS

    (Ha)

    Erosi Aktual

    (Ton/Tahun)

    Erosi Yang Ditoleransi

    (Ton/Tahun)Indeks Erosi

    57.544,00 771.190,48 719.300,00 107,21

    Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010

    3.5.2  Penutup Lahan, Penggunaan Lahan dan Pemanfaatan Lahan

    Data penutup lahan (land cover),  penggunaan lahan  (land use), dan

     pemanfaatan lahan (land utilization type) merupakan tingkatan atau stratadata yang diesuaikan dengan kebutuhan dan skala penyajian yang diinginkan

    untuk tujuan pengelolaan DAS. Secara deskriptif uraian tingkatan data dapat

    disusun menurut skala perencanaan DAS, sumber data, klasifikasi data

    sebagai berikut :

    a.  Data penutup lahan merupakan tingkatan skala kecil (makro) atau dalam

     perencanaan DAS termasuk skala provinsi (DAS antar provinsi). Sumber

    data yang digunakan juga dalam skala kecil , seperti citra satelit Landsat

    dan peta yang digunakan adalah peta penutup lahan berskala lebih kecil

    ata sama dengan 1:100.000. Klasifikasi penutup lahan juga sangat

    sederhana hanya terdiri atas berpenutup vegetasi atau non vegetasi. Hasil

     perhitungan kesesuaian penutup lahan DAS Jeruk dapat dilihat pada tabel

    3.4.

    Tabel 3.4 Perhitungan Kesesuaian Penutup Lahan DAS Jeruk

    LUAS (Km )

    PROSENTASEDAS

    Lahan Bervegetasi

    Permanen

    575,44 198,90 34,57

    Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010 

     b.  Data penggunaan lahan merupakan tingkatan skala menengah (meso) dan

    dalam perencanaan DAS termasuk skala kabupaten (dalam satu atau

    antar dua kabupaten). Sumber data yang digunakan berskala sedang,

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    21/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   21

    seperti peta yang digunakan berskala lebih besar atau sama dengan

    1:50.000. Klasifikasi penggunaan lahan sudah agak rinci terdiri atas

     penggunaan lahan sawah, tegalan, kebun campuran, permukiman, hutan,

    semak belukar, badan air, dan sebagainya. Data penggunaan lahan DAS

    Jeruk bisa dilihat pada tabel 3.5 dan peta penggunaan lahan pulau bangka

     pada gambar 3.11.

    Tabel 3.5 Luas Penggunaan Lahas DAS Jeruk  

    Penggunaan LahanLuas Penggunaan Lahan

    (Km2)

    Hutan Sekunder 1,49

    Hutan Mangrove 29,48Semak / Belukar 5,10

    Belukar Rawa 93,66

    Perkebunan 69,17

    Pertanian Lahan Kering 365,95

    Sawah -

    Tambak -

    Pemukiman 4,13

    Pertambangan 5,73

    Tanah Terbuka 0,66Tertutup Awan -

    Badan Sungai 0,07

    Total Luas DAS 575,44

    Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DCC Consultants,

    2010

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    22/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   22

    Gambar 3.11 Peta Penggunaan Lahan Pulau BangkaSumber :  Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC Consultants,

    2010

    3.6  Karakteristik Sosial Kependudukan

    Gambar 3.12 Peta Tekanan Penduduk Pulau Bangka 

    Sumber : Peta Penggunaan Lahan, Dinas Kehutanan Prov. Babel (2007), dan Hasil Analisis GIS

     Konsultan (2010). 

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    23/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   23

    3.6.1  Jumlah dan Kepadatan Penduduk

    Dalam ekosistem DAS, penduduk merupakan bagian yang sangat

     penting. Salah satu aspek kependudukan yang perlu diperhatikan antara lain

    menyangkut kepadatan penduduk geografis. Kepadatan penduduk geografis

    di suatu wilayah mempunyai pengaruh terhadap potensi kerusakan

    lingkungan termasuk terhadap kelestarian sumber daya lahan. Asumsi yang

    digunakan adalah bahwa suatu wilayah yang mempunyai kepadatan

     penduduk geografis tinggi cenderung akan lebih mempunyai resiko terjadinya

    kerusakan lingkungan daripada wilayah dengan kepadatan penduduk

    geografis rendah. Hal tersebut disebabkan intensitas pemanfaatan lahan dan

    air akan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang mempunyai

    kepadatan penduduk geografis yang lebih rendah. Data mengenai tekanan

     penduduk DAS Jeruk dapat dilihat pada tabel 3.6.

    Tabel 3.6 Perhitungan Tekanan Penduduk DAS Jeruk

    Luas Lahan

    Pertanian

    Mineral

    Proporsi

    Petani

    Jumlah

    Penduduk

    Pertumbuhan

    Penduduk

    Asumsi

    Waktu

    Luas

    Lahan

    Pertanian TP

    Z (Ha) F Po r t (Tahun) L

    0,75 0,3608 32.145 0,0288 5 36.594,60 0,2739

    Sumber : Laporan Identifikasi DAS Kritis Pulau Bangka oleh PT. DDC

    Consultants, 2010 

    3.7  Karakteristik Sosial Budaya

    3.7.1  Kearifan/Nilai-nilai Lokal Masyarakat Sungai Jeruk

    Tokoh sentral yang berperan penting dalam sistem kearifan lokal diSungai Jeruk adalah dukun sungai. Dukun sungai berperan sebagai ketua adat

    yang memiliki kewenangan penuh dalam menentukan aturan dan

    menjatuhkan hukuman terkait penjagaan dan perlindungan sungai diperoleh

    secara turun temurun dari generasi sebelumnya. Dukun sungai dipilih secara

     prerogartif oleh dukun sebelumnya kepada putra atau keturunannya dengan

     pertimbangan-pertimbangan tertentu.

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    24/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   24

    Sungai Jeruk di Kecamatan Puding Besar memiliki dukun sungai yang

    dikenal masyarakat dengan nama  Amang   Dahlan. Beliau baru menjabat

    menjadi dukun sungai semenjak satu tahun terakhir menggantikan ayahnya

    yaitu H. Abbas yang telah wafat beberapa tahun lalu. Sebelumnya alm. H.

    Abbas merupakan dukun sungai yang telah bertugas selama hampir 50 tahun.

    Beliau merupakan generasi ketujuh dari keturunan dukun sungai di daerah

    Sungai Jeruk. Putranya,  Amang   Dahlan yang menggantikan beliau menjadi

    generasi kedelapan dari dukun sungai di daerah tersebut. Penunjukan  Amang  

    Dahlan sebagai dukun sungai didasari oleh pertimbangan yang ditentukan

    sendiri oleh leluhurnya. Ada beberapa unsur yang menjadi pertimbangan dan

    alasan diturunkannya jabatan dukun sungai kepada penerusnya. Salah satunya

    adalah nilai-nilai kejujuran dan kepribadian calon dukun sungai yang dipilih

    dari beberapa anak keturunannya. Adapun Amang  Dahlan sendiri merupakan

    anak ketiga dari delapan putra Alm. H. Abbas.

     Amang Dahlan sebagai dukun Sungai Jeruk memiliki wilayah

    kekuasaan dan penjagaannya tersendiri. Setiap dukun sungai di Bangka

    memiliki batasan wilayah teritori yang menjadi tanggung jawabnya. Daerah

     penjagaan  Amang   Dahlan sebagai dukun Sungai Jeruk meliputi empat

    wilayah desa di sepanjang sungai, yaitu Desa Labu, Desa Nibung, Desa

    Tanah Bawah dan Desa Saing. Selebihnya di daerah hilir sungai sampai ke

    laut maupun daerah hulu sungai sebelum desa Labu adalah menjadi

    kewenangan dan tanggung jawab dukun sungai lainnya. Namun umumnya

    dukun sungai tidak mengetahui siapa yang bertugas sebagai dukun sungai di

    daerah lain tersebut.

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    25/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   25

    BAB IV 

    PERMASALAHAN SUNGAI

    Selama ini, permasalahan tentang sungai belum dianggap hal yang

     penting. Keberadaan sungai masih dianggap sebagai sebuah kontur alam. Sungai

    hanya dianggap sebagai tempat air untuk mengalir menuju tempat yang rendah.

    Padahal sungai memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan

    lingkungan khususnya terhadap pengolahan air.

    Sungai berperan mengaliri air dari satu tempat ke tempat lain dan juga

    menjaga pola air agar selalu tetap pada jalurnya. Dengan demikian, air tidak

    mengalir ke sembarang tempat yang pada akhirnya bisa menyebabkan

     permasalahan bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya.

    Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke

    dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai

    merupakan cara yang biasa bagi air  hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke

    laut atau tampungan air yang besar seperti danau.  Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak

    sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya

     berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan

    kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara

    sungai.

    Permasalahan yang terdapat di Sungai Jeruk antara lain :

    1. Pencemaran Sungai

    Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh

    limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara

    yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu

    kesehatan manusia. Di Sungai Jeruk, pencemaran sungai sebagian besar

    disebabkan oleh limbah penduduk.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mata_airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Danauhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Daratanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujan

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    26/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   26

    Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air

    minum, meracuni makanan hewan, dan menjadi penyebab ketidakseimbangan

    ekosistem sungai.

    2. Erosi

    Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang

    disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme

    hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di

    dinding-dinding lembah. Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak

    lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang

    menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur tanah,

    tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu

    lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak

    tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor

    curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi

    tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan

    rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es. Di

    sepanjang aliran Sungai Jeruk terjadi erosi yang bervariasi dari erosi yang sangat

    ringan hingga erosi yang berat.

    3. Pendangkalan (Sedimentasi)

    Secara umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya

     pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan

    sungai (meander ), waduk atau dam, ataupun muara sungai. Partikel ini bisa

     berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan lainnya. Namun, sumber utama

     partikel ini biasanya berupa partikel tanah sebagai akibat dari erosi yang

     berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah

    subur di permukaan dan melarutkannya yang kemudian akan terbawa ke sungai.

    Proses transportasi partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel

    yang terbawa ini biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi

    di dasar sungai.

    4. Banjir

    http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/http://www.g-excess.com/27545/pengertian-erosi-dan-dampaknya/

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    27/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   27

    Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan

    merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti

    sungai yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan

    alaminya, begitu pula seperti yang terjadi di Sungai Jeruk.

    5. Menurunnya kuantitas dan kualitas Air

    Akibat dari pencemaran, baik itu pencemaran organik dan non organik,

    DAS tidak berfungsi untuk memenuhi aktifitas manusia.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttps://id.wikipedia.org/wiki/Sungai

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    28/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   28

    BAB V

    POTENSI SUNGAI

    5.1 Sungai Jeruk Puding Besar

    Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk  irigasi pertanian, bahan

     baku air minum walaupun sebenarnya seiring perkembangan jaman peran sungai

    mulai sedikit bergeser. Manusia mulai mampu menemukan teknologi yang

    mampu memberikan kemudahan bagi mereka untuk medapatkan air, sungai

    sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya

     potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.

    Dibeberapa daerah atau negara, sungai menjadi salah satu bagian dari

    sarana transportasi yang membantu kegiatan manusia. Selain dari itu sungai juga

     banyak dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Tentunya hanya beberapa

    sungai yang bisa dimanfaatkan untuk ini, inipun ditinjau dari letak yang strategis

    dan memenuhi syarat untuk transportasi air atau pembangkit listrik, beberapa

    tinjauan tersebut antara lain morfologi sungai, hidrolika sungai, hidrologi sungaimaupun karakteristik sungai.

    Di Sungai Jeruk, pemanfaatan yang ada adalah sebagai air irigasi untuk

     pertanian dan perkebunan. Selain itu, dimanfaatkan juga sebagai air untuk

    mencuci dan mandi bagi penduduk di sekitar aliran sungai,

    Berdasarkan informasi yang kami dapat dari Dukun Sungai dan penduduk

    setempat, diperkirakan di Sungai Jeruk terdapat ribuan ekor buaya. Sehingga,

    menurut hasil diskusi kelompok kami, di Sungai Jeruk berpotensi untuk dibangun

     penangkaran buaya dan pusat penelitian buaya sebagai tempat pembelajaran

    mengenai buaya.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Irigasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    29/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   29

    5.2 Sungai Kuriyama

    5.2.1 Lokasi

    Berada di daerah Jepang, sungai yang terletak di timur laut Prefektur

    Chiba. Memiliki panjang 38,8 kilometer dan memiliki luas drainase 292,3

    kilometer persegi (112,9 mil persegi), 7 anak sungai yaitu Hirayama River

    (平 山川  Hirayama-gawa), Yamakura River (山 倉 川  Yamakura-gawa),

    Joban River (常 盤 川  Joban-gawa), Numada River (沼 田 川  Numada-

    gawa), Kariate River (借 当 川 Kariate-gawa), Takohashi River (多 古橋 川 

    Takohashi-gawa), Takaya River (高  谷川  Takaya-gawa) dan merupakan

    sungai terbesar kedua di Prefektur Chiba.

    Gambar 5.1 Peta Sungai Kuriyama

    Sumber : Google Maps

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    30/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   30

    Gambar 5.2 Peta Sungai Kuriyama

    Sumber : Google Maps

    5.2.2 Sejarah Sungai Kuriyama

    Di abad ke-7 para imigran dari Semenanjung Korea masuk ke daerah

     bekas kota Kurihara, yang sekarang merupakan bagian dari Katori. Daerah di

    sekitar sungai itu disebut 句  麗  山  (Kuriyama). Nama Kuriyama

    kemungkinan berasal dari bahasa yang dibawa dari imigran Korea yang

     berarti gunung Kuri.

    5.2.3 Permasalahan Sungai Kuriyama

    Sejak diterjang tsunami pada tahun 2011 sungai Kuriyama sudah

    mengalami perubahan yang sangat besar, akibat rusaknya tanggul penahan

    sungai dan rumah-rumah yang berada di sekitar sungai pemerintah jepang

    mulai menata ulang sungai di daerah Chiba tersebut.

    5.2.4 Potensi Sungai Kuriyama

    Setelah beberapa tahun pemerintah sudah bisa mengatasi permasalahan

    sungai Kuriyama, terbukti dengan menjadi salah satu sungai dengan sumber

     potensi sebagai irigasi pertanian terbesar di selatan Jepang, Sungai Kuriyama

    yang mempunyai hulu di Dataran Shimōsa  ini awalnya terdiri dari padang

    rumput dan rawa-rawa, dan dikembangkan untuk penggunaan pertanian dari

    waktu ke waktu. Sungai Kuriyama terhubung ke Sungai Tone oleh Kanal

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    31/41

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    32/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   32

    Gambar 5.4 Bagian Tengah Sungai Kuriyama

    Sumber : www.instantstreetview.com

    Gambar 5.5 Bagian Hilir Sungai Kuriyama

    Sumber : www.instantstreetview.com

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    33/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   33

    BAB VI

    SARAN DAN SOLUSI

    Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, maka kami menyarankan :

    1.  Wilayah hulu sungai jeruk perlu perlu diatasi pemerintah karena

     berpotensi banjir saat musim penghujan.

    2. 

    Melestarikan hutan lindung sekitar tepian sungai agar sungai dapat

    dinikmati oleh generasi yang akan datang.

    3. 

    Mengurangi sedimentasi di daerah aliran sungai sehingga tidak

    menyebabkan aliran menjadi terhambat.4.  Pemerintah harus melakukan upaya pengelolaan sungai sehingga DAS

     bisa optimal dalam peruntukannya.

    Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, maka kami memberikan solusi :

    1.  Untuk mengatasi banjir, pemerintah bisa dengan pembuatan jalur sungai

     baru menjauhi pemukiman warga agar air mengalir saat hujan tidak

    langsung berdampak pada masyarakat.

    2.  Pemerintah bersama masyarakat perlu melestarikan hutan lindung di

    sekitar aliran sungai dengan cara reklamasi lahan-lahan yang kurang

    subur, lalu menjadikan lokasi tersebut menjadi hutan lindung dan

    memberikan sanksi terhadap pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab

    terhadap penebangan pohon secara liar.

    3.  Untuk mengatasi sedimentasi pemerintah maupun masyarakat harus

    melakukan pengerukan sedimen di daerah yang berpotensi banjir

    menggunakan alat berat maupun gotong royong warga.

    4.  Banyak upaya pengelolaan DAS yang bisa dilakukan pemerintah seperti

    memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk mengelola sendiri

    wilayah mereka, agar masyarakat mengetahui perkembangan pengetahuan

    yang ada pada saat ini.

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    34/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   34

    BAB VII

    PENUTUP

    Kesimpulan yang didapat dari hasil survei yang dilakukan adalah sungai

     jeruk yang hulunya berada di desa Labu dan daerah hilir yang berada di desa Kota

    Waringin. Dengan mayoritas penduduk sebagai petani dan nelayan, air disungai

     jeruk di daerah hulu dimanfaatkan masyarakat untuk irigasi persawahan dan

     perkebunan. Sedangkan sungai jeruk di daerah hilir banyak dipergunakan warga

    untuk menangkap ikan dan udang.

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    35/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   35

    DAFTAR PUSTAKA

    Muslih, Khoirul.2014.  Pengaruh Penambangan Timah Terhadap

     Keanekaragaman Ikan Sungai Dan Kearifan Lokal Masyarakat Di

     Kabupaten Bangka.IPB 

    Wikipedia (2016, 12 Maret)  Banjir . Didapat dari :

    https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir  

    Suryajaya, Rio (2016, 12 Maret).  Makalah Sungai dan Masalah Sungai. Didapat

    dari : http://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-

    sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpuf  

    https://id.wikipedia.org/wiki/Banjirhttps://id.wikipedia.org/wiki/Banjirhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttp://riosuryajaya.blogspot.co.id/2013/12/makalah-sungai-dan-masalah-sungai.html#sthash.uU0aYcHO.dpufhttps://id.wikipedia.org/wiki/Banjir

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    36/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   36

    LAMPIRAN

    Gambar. Bagian Hulu Sungai Jeruk

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    37/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   37

    Gambar. Bagian Hilir Sungai Jeruk

    Gambar. Bagian Tengah Sungai Jeruk

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    38/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   38

    Gambar. Bagian Tengah Sungai Jeruk

    Gambar. Bagian Tengah Sungai Jeruk

    Gambar. Bagian Hilir Sungai Jeruk

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    39/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   39

    Gambar. Kediaman Dukun Sungai Jeruk

    Gambar. Waktu Istirahat saat Survei ke Sungai Jeruk, Desa Kotawaringin

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    40/41

    Studi Identifikasi Pengelolaan Sungai Jeruk   40

    Gambar. Peralatan untuk Menangkap Buaya Milik Dukun Sungai Jeruk

    Gambar. Diskusi dalam Penyelesaian Laporan

  • 8/17/2019 STUDI IDENTIFIKASI SUNGAI JERUK

    41/41

    Gambar. Diskusi dalam Penyelesaian Laporan