Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

13
Ekspresi Kritik Dalam Musik Keras Ala EDANE : Studi Hermeneutik Tentang Ekspresi Kritik Terhadap Karya Grup Band EDANE Critique Expression In 'Harsh Music' By EDANE: Hermeneutic Study of Expressions About Criticism towards Creations of the Group Band EDANE) Dwi Agus Prastiyo, Hedri Restuadhi, Dalhar Shodiq Email: [email protected] ABSTRACT Music as means of soscial criticism is important things in society. A rock band from Indonesia, Edane, become an actor of social criticism through their music. This research intend to describing the critique expression on every of their music, then correlated it with the social condition that become it’s background. This research was conducted by, first data collection related and relevant to this research process, then perform the categorization of the data, and then analyzed by the method of a sociological understanding of the text (hermeneuitic) belongs to Gadamer. These results indicate the relevance of social criticism with conditions that happen to coincide in time (the production) of Edane’s creations. In three categorization time (the end of the Orde Baru, Post-Reformasi, ‘Present’ ) there is a pattern of change in criticism of Edane’s criticism, it is concerned that the current regime in power (repressive and democratic). Veiled criticism featured in the work (production period) end of the Orde Baru. In post-Reformasi criticism, Edane presenting much harsh and offensive criticism related parties of the issues raised in the theme of the song. While the three categorization based on the theme of criticism (social, political, cultural), Edane tend to show critics that lead to socio-cultural side. Pattern formed in this categorization is the dominance of socio-political criticism that weakened during the ‘present’ production. Edane criticism in post-reform tends to be offensive on the song "goblog" and "Paraelite". In the song "goblog" target is the youth who make drug consumption as a lifestyle, while the song "Paraelite" tend to discredit political practitioners who are not competent in performing their duties and responsibilities. **Keyword: Music, Lyric, Edane, Criticism, Hermeneutic ABSTRAK Musik sebagai sarana kritik sosial merupakan hal penting dalam masyarakat. Edane grup band rock Indonesia, menjadi salah satu aktor yang membubuhi karyanya dengan kritik- kritik sosial. Tujuan penelitian ini adalah menggambaran ekspresi kritik yang disajikan Edane dalam tiap karyanya, kemudian mengkaitkannya dengan kondisi sosial yang melatarbelakanginya. Penelitian ini dilakukan dengan, pertama pengumpulan data terkait dan

description

artikel ilmiah yang diunggah resmi untuk DIKTI

Transcript of Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

Page 1: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

Ekspresi Kritik Dalam Musik Keras Ala EDANE : Studi Hermeneutik Tentang Ekspresi Kritik Terhadap Karya Grup Band EDANE

Critique Expression In 'Harsh Music' By EDANE: Hermeneutic Study of Expressions About

Criticism towards Creations of the Group Band EDANE)

Dwi Agus Prastiyo, Hedri Restuadhi, Dalhar Shodiq Email: [email protected]

ABSTRACT

Music as means of soscial criticism is important things in society. A rock band from

Indonesia, Edane, become an actor of social criticism through their music. This research intend

to describing the critique expression on every of their music, then correlated it with the social

condition that become it’s background. This research was conducted by, first data collection

related and relevant to this research process, then perform the categorization of the data, and

then analyzed by the method of a sociological understanding of the text (hermeneuitic) belongs

to Gadamer. These results indicate the relevance of social criticism with conditions that happen

to coincide in time (the production) of Edane’s creations. In three categorization time (the end

of the Orde Baru, Post-Reformasi, ‘Present’ ) there is a pattern of change in criticism of Edane’s

criticism, it is concerned that the current regime in power (repressive and democratic). Veiled

criticism featured in the work (production period) end of the Orde Baru. In post-Reformasi

criticism, Edane presenting much harsh and offensive criticism related parties of the issues

raised in the theme of the song. While the three categorization based on the theme of criticism

(social, political, cultural), Edane tend to show critics that lead to socio-cultural side. Pattern

formed in this categorization is the dominance of socio-political criticism that weakened during

the ‘present’ production. Edane criticism in post-reform tends to be offensive on the song

"goblog" and "Paraelite". In the song "goblog" target is the youth who make drug consumption

as a lifestyle, while the song "Paraelite" tend to discredit political practitioners who are not

competent in performing their duties and responsibilities.

**Keyword: Music, Lyric, Edane, Criticism, Hermeneutic

ABSTRAK

Musik sebagai sarana kritik sosial merupakan hal penting dalam masyarakat. Edane

grup band rock Indonesia, menjadi salah satu aktor yang membubuhi karyanya dengan kritik-

kritik sosial. Tujuan penelitian ini adalah menggambaran ekspresi kritik yang disajikan Edane

dalam tiap karyanya, kemudian mengkaitkannya dengan kondisi sosial yang

melatarbelakanginya. Penelitian ini dilakukan dengan, pertama pengumpulan data terkait dan

Page 2: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

relevan dengan proses penelitian ini, kemudian melakukan kategorisasi terhadap data,

kemudian dianalisis secara sosiologis dengan metode pemahaman teks hermeneutik milik

Gadamer. Hasil penelitian ini menunjukan relevansi kritik dengan kondisi sosial yang terjadi

bertepatan pada waktu (masa produksi) karya tersebut. Dalam tiga kategorisasi waktu (akhir

Orde Baru, Pasca Reformasi, Kekinian) terdapat pola perubahan kritik dalam karya Edane, hal

ini menyangkut rezim yang berkuasa saat itu (represif dan demokrasi). Kritik terselubung

ditampilkan pada karya (masa produksi) akhir Orde Baru. Pada pasca Reformasi kritik Edane

lebih keras dan menyerang pihak-pihak terkait masalah yang diangkat dalam tema lagu

tersebut. Sementara pada tiga kategorisasi berdasarkan tema kritik (sosial, politik, budaya),

Edane cenderung menampilkan kritik yang mengarah pada sisi sosial-budaya. Pola yang

terbentuk pada kategorisasi ini adalah dominasi kritik sosial-politik yang melemah pada masa

produksi kekinian. Kritik Edane pada pasca reformasi yang cenderung menyerang berada pada

lagu “Goblog”dan “Paraelite”. Pada lagu “Goblog”sasarannya adalah pemuda yang menjadikan

konsumsi narkotika sebagai gaya hidup, sementara pada lagu “Paraelite” cenderung

memojokkan praktisi politik yang tidak kompeten dalam menjalankan tugas dan amanahnya.

**Kata Kunci: Musik, Lirik, Edane, Kritik, Hermeneutik

A. PENDAHULUAN

Kritik sosial dalam sebuah karya sastra menjadi instrumen penting dalam sebuah

masyarakat. Kritik sosial yang disajikan dalam sebuah bentuk karya sastra (lirik) dan

mengkombinasikannya dengan permainan musik cadas ala band Hard Rock dan Heavy Metal

Edane menjadi titik utama dalam penelitian ini. Indonesia dalam perkembangannya sudah

mengenal kritik sosial melalui musik pada zaman Iwan Fals. Upaya kritik yang dibangun Edane

di sini adalah kritik yang menyentuh lapisan masyarakat, sehingga tidak berkutat pada

permasalahan politik. Keunikan lain terletak pada pengaruh waktu (masa produksi) yang ikut

melatarbelakangi bentuk kritik yang dibawakan Edane pada tiap karyanya. Goldman (dalam

Rosyidi dkk., 2010:201) mengungkapkan bahwa sebuah karya sastra lahir tidak dengan

sendirinya atau statis, namun merupakan hasil strukturalisasi pemikiran pengarangnya atau

penciptanya akibat interaksi dengan kondisi sosial tertentu. Artinya Edane dalam melahirkan

karya kritiknya juga dipengaruhi oleh strukturalisasi pemikiran Edane atas kondisi sosial

disekitarnya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Nakagawa (2000: 6-7) bahwa musik bukan

sekedar sebuah kejadian akustik, namun juga harus dihubungkan dengan masalah

kemasyarakatannya. Genre anti-mainstream yang dibawakan Edane turut mempengaruhi pola

kritik Edane. Akar genre yang berasal dari sub-kultur underground memberikan sisi perlawanan

dari setiap karyanya.

Page 3: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

Urgensi penelitian ini terletak pada relevansi kritik terhadap kondisi sosial yang

berlangsung saat itu. Tidak berhenti disitu, relevansi kritik ini juga berlajut pada masa-masa

setelahnya karena pola permasalahan yang cenderung sama. Dalam proses pemaknaan,

Gadamer (dalam Wolff, 1993:98) menyebutkan adanya proses intepretating as re-creation yang

menjadikan intepretasi teks lampau bisa relevan atas berbagai aspek yang awalnya diragukan

oleh Hirsch1. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan ekspresi kritik sosial dalam lirik-lirik

lagu karya Edane kemudian mengkaitkan kritik dengan kondisi lingkungan (sosial, politik,

budaya, dsb.) yang memperngaruhinya dan melatarbelakangi terbentuknya kritik dalam karya-

karya tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dalam kajian

sosiologi terutama yang kaitannya dengan intepretasi hermeneutik dan sosiologi musik.

Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kritik-kritik

Edane dalam setiap karyanya pada masyarakat.

B. METODE

Wujud Penelitian

Penelitian ini berwujud studi kepustakaan yang mengkaji teks. Studi kepustakaan

dilakukan untuk mengintepretasi dan menggali makna yang terdapat dalam sebuah teks. Proses

pencarian makna dalam penelitian ini akan didukung dengan data-data akurat yang berkaitan

dengan fenomena dan kritik yang dimaksud dalam teks terkaji.

Bahan Penelitian

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini akan memfokuskan

karya-karya dari sebuah band, maka bahan penelitiannya adalah teks lirik dari lagu-lagu

berikut:

Tabel 1. Judul lagu yang menjadi bahan penelitian

No. Lagu Album

1. Menang atau Tergilas The Beast (1992)

2. Jabrik (Big Town) Jabrik (1995)

3. Burn It Down Jabrik (1995)

4. Victim of The Strife Jabrik (1995)

5. Fitnah 170 Volts (2002)

6. Goblog 170 Volts (2002)

7. Saksi Anarki 170 Volts (2002)

8.. Paraelite 170 Volts (2002)

1 Hirsch menganggap intepretasi akan mengalami masalah terutama kebenarannya karena dua faktor,

genre teks yang asing bagi pengintepretasi, dan waktu yang berbeda antara pembuatan dan pengintepretasian.

Page 4: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

9. Time to Rock Time to Rock (2005)

10. Jadi Beken Edan (2010)

11. Tell me Why Edan (2010)

Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan Data Penelitian

Pada tahap pengumpulan data, data utama adalah lirik lagu yang telah ditentukan

sebelumnya dan tercantum dalam tabel 1. pada bahan penelitian. Kemudian data tambahan

yang akan didapatkan dari artikel-artikel atau tulisan-tulisan yang relevan dengan tema dan

topik penelitian ini.

2. Klasifikasi Berdasarkan Tema-Tema Kritik dan Waktu Produksi

Setelah pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah pengelompokan berdasarkan

tema-tema kritik sosial yang terdapat pada lirik. Hal ini dilakukan untuk mempermudah tahap

intepretasi yang dilakukan selanjutnya. Klasifikasi juga dilakukan berdasarkan tema kritik

(sosial, politik, budaya) dan tahun produksi serta kesesuaian tema pada dimensi ruang dan

waktunya. Lagu-lagu ini dibagi ke dalam tiga kategori waktu yaitu; Masa produksi Orde baru,

Reformasi awal, dan Reformasi lanjut hingga masa kekinian.

3. Intepretasi Terhadap Lirik-lirik Lagu Edane

Pada tahap intepretasi ini, dilakukan dengan membaca teks syair atau lirik secara

berulang-ulang dengan maksud untuk mendapat makna dan pengertian yang mendalam pada

teks yang tentu saja berkaitan dengan topik. Kemudian untuk mendapatkan penafsiran dan

makna yang maksimal dilakukan studi pustaka pada sumber-sumber lain yang bisa mendukung

intepretasi terhadap lirik-lirik tersebut.

4. Penyusunan Laporan

Penyusunan dilakukan dengan menuliskan hal-hal yang telah didapat dari proses

intepretatif yang kemudian menjawab poin-poin dari permasalahan yang telah dirumuskan.

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Hermeneutika Gadamer sebagai alat analisis terhadap teks

dalam lirik lagu Grup Band Edane. Sebuah karya sastra (syair dan lirik) tidak dipandang sebagai

‘tiruan’ dari kenyataan, melainkan sebagai presentasi das sein oleh pengarang. Hermeneutika

Gadamer menuntut peneliti untuk dapat memandang apa yang ingin dipahami sebagai subjek,

bukan sebagai objek, dengan kata lain memberikan sepenuhnya pemaknaan bagi peneliti

sebagai subjek yang mencoba memahami dan meneliti.

Gadamer membuat model hermeneutika melalui proses pemahaman tiga dunia, yaitu

dunia bacaan (the world of text), dunia pengarang (the world of author), dan dunia pembaca (the

world of reader). Bagi Gadamer, suatu teks tidak hanya terbatas pada suatu masa, namun teks

Page 5: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

memiliki keterbukaan untuk masa kini dan masa mendatang untuk diinterpretasikan menurut

cakrawala pemahaman suatu generasi (Sumaryono : 2009).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perjalanan Karir Edane

Edane adalah band Indonesia yang berdiri pada 1991 di Jakarta. Di gawangi oleh duo Eet

Sjahranie dan Ecky Lamoh pada awal karirnya, duo ini membentuk band dengan nama Edane2.

Edane sendiri terbentuk selama perjalanan duo rock Eet dan Ecky, dalam proses pembuatan

album dan latihan, Eet dan Ecky memutuskan untuk menambahkan Iwan (Bass) dan Fajar

(Drum) dan mengganti format duo menjadi band.

1. The Beast Ecky Lamoh

Album pertama (The Beast: 1992) Edane bersama Ecky disebut-sebut sebagai pengubah

jalur musik di Indonesia. Komposisi instrumen pada tiap lagunya mnandakan kematangan tiap

personilnya saat itu. Pada Tahun yang sama dengan peluncuran album pertamanya, Edane

terpilih menjadi band pembuka untuk band Thrash Metal3 legendaris asal Brazil, Sepultura yang

berlangsung di Lebak Bulus, Jakarta Selatan dalam Konser Sepultura. Pada konser pembuka

tersebut terjadi kesalahan teknis sehingga suara vocal tidak keluar, hal ini menyebabkan

insiden pelemparan pada Edane dan ini merupakan hal awal yang mengakibatkan hengkangnya

Ecky dari Edane saat itu.

2. Heri (Ucok) Batara, Wake of The Storm

Ucok bersama dengan Edane hingga dua album. Kebersamaannya ini membentuk musik

Edane yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Pada lagu-lagu album kedua (Jabrik: 1994) ini

banyak yang menghadirkan kritik mengenai permasalahan sosial, budaya, politik yang terjadi di

Indonesia. Pada album ketiga (Borneo: 1996) Edane memasukan unsur tradisional sesuai

judulnya, Borneo. Pada track list 1, dengan judul “Borneo I – Borneo II”, Edane menyajikan intro

dengan musik (instrumental) asli Kalimantan yaitu kesenian musik tingkilan4 yang kemudian

dilanjut dengan instrumental menggunakan alat musik modern (instrumen band) namun tetap

2 Edane (E dan E) merupakan nama gabungan inisial Eet dan Ecky yang merupakan duo Rock yang

kemudian membentuk band Edane ini, namun setelah Ecky lamoh hengkang dari Edane nama Edane berubah dalam penulisan menjadi Edane dan bertahan hingga sekarang, Edane juga disinyalir berganti nama karena muncul format duo Ian Antono dan Ikang Fauzi menjadi I dan I.

3 Sebuah kategorisasi dari kalangan jurnalis musik yang menggambarkan versi Heavy Metal dengan tempo lebih cepat dan permainan yang lebih bergemuruh, musik ini banyak dipengaruhi punk. Gaya thrash metal sendiri banyak dikenal setelah digagas bebebrapa band Amerika pada 1986 seperti Metallica, Anthrax, Napalm Death, Extrem Noise Terror, dan Slayer. Dikenal di Inggris sebagai varian mengerikan dari Hardcore dan Speedcore. (Lihat Thorne, 2008: 294-295)

4 Kesenian musik tingkilan adalah kesenian musik asli melayu kalimantan timur dengan beberapa instrumen khasnya yaitu gambus (alat musik berdawai/ alat musik petik dalam musik ini), Ketipung (Kendang berukuran kecil), Kendang, dan Biola. Biasanya musik ini juga diiringi vokal atau nyanyian yang disebut bertingkilan (dinyanyikan dua orang dengan bersaut-sautan, isi nyanyian biasanya berupa nasihat).

Page 6: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

pada lagu daerah tersebut hingga satu menit awal barulah masuk vocal Ucok dengan syair

bahasa Inggris.

3. Trison Manurung, Dari Aquarius ke Sony

Banyak perubahan Edane pasca masuknya Trison sebagai vokalis. Pada album keempat

(9299: 1999) Trison tidak berbuat banyak karena pada album ini merupakan kompilasi lagu

dan remake. Pada albumnya yang kelima (Zep 170 volts: 2002) Edane banyak menampilkan

perubahan. Perubahan Edane diawali dengan berpindah manajemen, label, dan rumah produksi

serta gaya bermusik. Pada albumnya yang kelima ini bisa dibilang merupakan awal karir

gemilang Edane sejak 1992 pada album pertamanya. Banyak lagu-lagu bernuansa kritik keras

yang ditampilkan dalam lagu ini, kritik menyerang dan penggunaan bahasa kasar menjadi ciri

khas sebagai penanda lepasnya dari kurungan Orde Baru.

4. Rock in 82’ dengan Robbie Matulandi

Pada album keenamnya (Time to Rock) ini bersama dengan Sony Musik Indonesia dan

Robbie, Edane mencapai puncak karir. Prestasinya bukan hanya pada level nasional namun juga

Asia. Di dalam negeri sendiri Edane terpilih menjadi salah satu band dalam album kompilasi

“Tribute to Ian Antono”. Dalam album kompilasi ini Edane dengan sukses mengcover lagu “Bla

bla bla” yang dipopulerkan God Bless. Pada level Asia, Edane berhasil mendapat kehormatan

tingkat Asia, yaitu dengan dipilihnya track ke 6 “Cry Out” sebagai soundtrack film Box Office

Spider-Man 2 versi Asia (kapanlagi.com)5.

5. Living Dead, Hail Edane

Bukan hanya berganti personil dan menambahkan rythm yang selama ini hanya menjadi

additional player pada tiap aksinya. Edane pada album ketujuhnya (Edan:2010) ini benar-benar

menonjolkan sisi metal ketimbang rock mereka, pada single “Living Dead” yang menjadi

andalannya, mereka menunjukan permainan garang.

Edane, Antimainstream di Indonesia

Edane muncul sebagai penyegaran musik rock secara utuh baik secara musik dan

sebagai salah satu turunan dari kultur bawah tanah (underground). Pengalaman Zahedi Riza

Sjahranie6 (Eet Sjahrani) dalam musik memberi dampak yang sangat signifikan pada warna

musik dan kritik dalam setiap karya-karya Edane. Sebagai salah satu genre turunan sub-kultur

5 Lihat halaman berita kapanlagi.com (http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/cry-out-

milik-edane-jadi-sountrack-spider-man-2-cowi7lj.html , diakses pada 6 Juni 2014) 6 Eet Sjahranie lahir di bandung 3 Februari 1962 dan besar di Kalimantan Timur saat ayahnya (A. Wahab

Sjahranie) menjadi gubernur Kalimantan timur pada 1967-1977 hingga akhrinya pindah ke Jakarta pada 1978 dan memulai karir bermusik sejak SMA hingga akhirnya berkesampatan pergi ke Ohio-Amerika selama tiga bulan menghadiri Workshop Recording Sound Engineering. Pada workshop ini Eet bertemu banyak musisi Indonesia dan asing hingga kurang banyak mempengaruhi corak dan pemaknaannya tentang musik.

Page 7: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

underground Edane muncul sebagai band dengan kualitas musik dan semangat sub-kultur

underground itu sendiri yang memberikan penolakan dan kritik. Pada awal perkembangannya,

genre musik ini di Indonesia sempat mendapat larangan dari presiden Ir. Soekarno seperti

dalam pidatonya yang berjudul “Menemukan Kembali Revolusi Kita”pada 17 Agustus 1959.

Larangan ini lebih kepada idealitas bermusiknya yang merupakan produk barat. Imbasnya

adalah semakin minimnya partisipasi kaum akademisi dan cendikiawan muda yang melibatkan

dirinya dalam dunia musik saat itu, tentu saja hal tersebut berimbas pada hasil karya para

musisi pada genre-genre yang termasuk dalam sub-kultur underground. Semangat underground

dalam genre-genre musik tersebut hanya berupa kulit saja pada akhirnya, tidak ada pesan

perjuangan, pembelaan atau penolakan, yang ada hanya sebuah atraksi dan ekspresi diri tanpa

kritik di dalamnya. Awal perkembangan yang sedemikian rupa tidak menmbuat Edane jatuh

seperti yang lain, Edane justru bangkit dengan musikalitas tinggi dan kritiknya sebagai salah

satu semangat genre sub-kultur underground.

Kritik Sosial Ala Edane

Ada beberapa perbedaan mencolok yang terdapat pada kritik sosial Edane dengan

musisi atau band lainnya, pertama adalah beberapa bahasa yang cenderung apa adanya, lugas

menjurus kasar, tidak jarang pula menggunakan istilah-istilah yang berkembang dalam

masyarakat (aksen-aksen bahasa tertentu) yang digunakan dalam melontarkan kritiknya dalam

beberapa lagu. Hal ini tentu saja merupakan hasil penyeimbangan dari musik Edane yang

bertempo cepat dan keras. Kedua target kritik Edane bukan hanya pemerintah dan politik,

namun tidak jarang masyarakat itu sendiri dengan kebiasaan-kebiasaannya yang tidak lazim,

entah itu melanggar hukum, atau norma dan adat agama masyarakat setempat.

Edane dalam setiap karyanya tidak secara khusus mengusung kritik atas hal-hal

tertentu secara spesifik seperti God Bless yang mengusung tema anti peperangan sebagai

symbol utama dan ciri khas mereka. Edane, di lain pihak, lebih memilih tema yang umum, acak,

dan kondisional bergantung pada kondisi sosial, politik, dan budaya saat itu yang terekam

olehnya. Poin inilah yang membuat kritik sosial Edane dari waktu-ke waktu lebih variatif dan

bermakna lebih.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan kategorisasi atas bahan penelitian yang telah

ditentukan sebelumnya, dalam kategorisasi ini penulis menekankan pada tema kritik dalam

lagu serta tahun produksi lagu tersebut. Dalam pembahasan akan ditemukan pengelompokan

berdasarkan tema kritik yang akan dikerucutkan lagi ke dalam tahun-tahun produksinya,

sehingga pembahasan tidak melulu per teks lirik. Hal ini dilakukan agar keterkaitan antara

pembahasan yang bertema sama tidak muncul berulang kali akibat kesamaan tema.

Page 8: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

Tabel 2. Kategorisasi Bahan Penelitian

Isu dan Tema Kritik Sosial

Tabel 3. Isu yang diangkat pada lagu bertema sosial No Judul Isu Yang Diangkat Dalam Lagu 1. Menang atau Tergilas Pergeseran karakter masyarakat kota Jakarta ke

individualis dan makin melebarnya jarak sosial pada masyarakat Jakarta

2. Jabrik/ Big Town Kemiskinan dan kesejahteraan yang buruk menjadi pemicu kriminalitas di Jakarta

3. Burn it Down Konflik pribumi dan pihak asing yang berusaha menguasai wilayah pribumi

4. Victim of the Strife Anak sebagai korban konflik dan pertikaian 5. Goblog Kritik terhadap tren memakai narkoba oleh

pemuda di Jakarta 6. Fitnah Provokasi dan fitnah yang melatarbelakangi konflik

dan demonstrasi di Jakarta untuk kepentingan golongan yang akhirnya memecah belah masyarakat

7. Saksi Anarki Ajakan untuk lebih mensejahterakan diri ketimbang berkonflik dan berdemonstrasi

8. Time to Rock Permasalahan masyarakat Jakarta seperti kemacetan, kesejahteraan masyarakatnya yang rendah, dan tayangan tv yang didominasi berita politik yang tidak netral

9. Jadi Beken Campur tangan kapitalisme dalam pembentukan selera publik terhadap musik

1. Isu Sosial di Jakarta pada akhir Orde Baru

Pada sub-kategorisasi pertama ini lagu yan termasuk ke dalamnya adalah lagu pada

nomer satu hingga empat yang ada pada tabel 3. Pada lagu pertama, isu yang berusaha diangkat

oleh Edane adalah individualistis yang sangat menonjol di Jakarta. Hal ini menjadi penyebab

No Judul Lagu Tema Kritik Tahun Produksi

Sosial Politik Budaya 1992-1994

1999-2002

2005-2010

1 Menang Atau Tergilas √ √ √ √ 2 Jabrik (Big Town) √ √ 3 Burn it Down √ √ √ 4 Victim of The Strife √ √ 5 Fitnah √ √ √ √ 6 Goblog √ √ √ 7 Saksi Anarki √ √ √ 8 Paraelite √ √ 9 Time to Rock √ √

10 Jadi Beken √ √ √ 11 Tell Me Why √ √

Page 9: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

semakin lebarnya jurang pemisah masyarakat, hingga akhirnya masyarakat terbagi kepada

masyarakat basis atas dan bawah. Sementara lagu kedua adalah upaya Edane mengkritik

kesejahteraan yang sangat minim di Jakarta menjelang krisis pada tahun 1994, hal ini berakibat

pada meningkatnya kriminalitas saat itu. Beberapa hal spesifik ditampilkan pada lagu kedua ini,

banyaknya masyarakat kita yang hidup di kota besar seperti Jakarta justru hidup di bawah garis

kemiskinan, sebanyak 8,70 juta penduduk di kota hidup dibawah garis kemiskinan pada 19937.

Kemiskinan inilah yang kemudian berpotensi melahirkan kriminalitas yang terorganisir. Pada

lagu ketiga kritik Edane lebih kepada pihak asing yang dilegitimasi kekuasaan dan kekuatan

finansial yang berusaha meminggirkan masyarakat pribumi. Lagu ini adalah representasi dari

konflik Medan 19948. Pada lagu keempat lebih kepada kritik yang memposisikan anak sebagai

korban dari segala macam konflik dan perselisihan.

2. Isu Sosial di Jakarta Pasca Orde Baru

Pada lagu pertama sub-kategorisasi ini (lagu nomor 5), Edane berusaha mengangkat

tren memakai Narkotika dikalangan remaja-pemuda saat itu. Sementara pada lagu keenam dan

ketujuh, Edane fokus pada permasalahan demonstrasi yang kerap kali terjadi di Jakarta pasca

Orde Baru. Pada lagu-lagu ini Edane menilai bahwa dalam masa demonstrasi tersebut ada

kepentingan terselubung yang memanfaatkan butanya masyarakat akibat demokrasi yang

prematur. Hal ini menyebabkan masyarakat terpecah belah ke dalam kubu-kubu yang

mengatasnamakan kepentingan ‘negara’.

3. Isu Sosial di Jakarta Masa Kekinian

Permasalahan internal dalam tubuh Edane menyebabkan perubahan pada pola kritik

Edane terkait tema kritik sosial pada masa produksi ini. Edane cenderung membahas

permaslahan umum dan kembali pada pola lama kritiknya seperti pada masa Orde Baru.

Terbukti pada lagunya yang hanya membahas seputaran kesejahteraan, tayangan televisi, (time

to rock) dan kapitalisme (Jadi Beken) di tubuh Industri musik. Sebelumnya, pada sub-kategori

pertama (Akhir Orde Baru) Edane cenderung menampilkan kritik terselubung pada karya-

karyanya dengan menggunakan bahasa yang lebih halus. Hal ini kemudian berubah pada pasca

Orde baru atau sub-kategori kedua dimana Edane tampil lebih berani dan keras pada kritiknya.

7 Lihat data Kemiskinan versi BPS (http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23&notab=7, diakses pada 15

Juni 2014) 8 Konflik buruh (melayu Medan) dan pemilik pabrik (Medan tionghoa) terjadi karena adanya kepentingan

yang selalu berbenturan antara keduanya (matrealistis dan kesejahteraan) hal ini ditambah dengan dihembuskannya isu SARA yang membuat konflik semakin panas.

Page 10: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

Isu dan Tema Kritik Politik

Tabel 4. Isu yang diangkat pada tema kritik politik No. Judul Lagu Isu Yang Diangkat Dalam Lagu 1. Menang atau Tergilas Andil kekuasaan secara politik dalam pergeseran

karakter masyarakat ke arah individualis dan pelebaran kesenjangan sosial

2. Burn it Down Payung kekuasaan politik yang melindungi penjajahan pihak asing berlandaskan kapitalisme atas pribumi

3. Fitnah Politik kotor dengan provokasi masa untuk demonstrasi

4. Saksi Anarki Keadaan politik yang masih tidak stabil (Banyak konflik dan demonstrasi)

5. Paraelite Para praktisi politik yang tidak kompeten dan tidak memikirkan nasib rakyat

1. Isu Politik di Jakarta pada Akhir Orde Baru

Poin dari kritik lagu pertama (Menang Atau Tergilas) dan kedua (Burn It Down)

cenderung sama. Kritiknya berfokus pada adanya kekuasaan yang dilegitimasi kekuatan politik

dalam permaslahan yang ada. Pada sub-kategori ini Edane tidak menyebut keterlibatan secara

langsung namun secara tidak langsung. Meski demikian, campur tangan politik sangat signifikan

karena dampak yang terjadi adalah akibat dari supresi kekuasaan.

2. Isu Politik di Jakarta pasca Orde Baru

Pada sub-kategori kedua ini Edane secara berani menyinggung politik bahkan praktisi-

praktisi politik yang berada di pemerintahan. Pada lagu “Fitnah”, Edane secara serius

mengkritik para oknum politisi yang secara sengaja memprovokasi massa untuk berdemo.

Demokrasi prematur yang telah disebutkan sebelumnya menjadi alasan utama mudahnya

provokasi ini. Sementara pada lagu kedua yang berjudul “Saksi Anarki” lebih kepada ajakan

pada masyarakat untuk mengurangi aktivitas politik yang sarat dengan intrik dari pihak-pihak

yang tidak bertanggung jawab, dan lebih memfokuskan pada pembangunan kembali hubungan

harmonis antar masayarakatnya. Lagu “Paraelite” merupakan salah satu kecaman Edane pada

bobroknya sistem birokrasi yang ditunggangi para oknum politisi yang tidak kompeten. Hal ini

mengakibatkan minimnya kesejahteraan masyarakat saat itu.

Isu dan Tema Kritik Budaya

Tabel 5. Isu yang diangkat pada tema kritik budaya No. Judul Lagu Isu Yang Diangkat Dalam Lagu 1. Menang atau Tergilas Perilaku (budaya) bangsa indonesia sebagai

bangsa timur yang semakin bergeser pada individualistis

2. Fitnah Masyarakat Jakarta yang semakin dibutakan demokrasi hingga mudah terpecah belah atas kepentingan golongan

Page 11: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

3. Goblog Narkoba dan Fashion anak muda Jakarta 4. Jadi Beken Campur tangan Industri Budaya dalam

pembentukan ‘musik’ yang sebenarnya pada generasi muda Indonesia

5. Tell Me Why Degradasi karakter bangsa timur dari masyarakat Indonesia

1. Isu Budaya di Jakarta pada Akhir Orde Baru

Ciri karakter budaya timur yang harusnya ada pada masyarakat Jakarta telah bergeser

ke arah yang lebih individualistis dibarengi dengan melabarnya kesenjangan sosial yang lebih di

akibatkan faktor kekuasaan politik dan kesejahteraan yang rendah.

2. Isu Budaya di Jakarta pasca Orde Baru

Pada lagu ini dikritik permasalahan kepentingan minoritas (kelompok kecil) yang

menginjak-injak kepentinan bersama. Dalam konsep jaringan modal sosial yang di utarakan

John Field, individu tergabung dalam sebuah jaringan karena sebuah kepentingan bersama

(dalam kelompok) yang disebut ‘kepentingan klub’ sementara itu tercipta pula ‘kepentingan

publik’ yang manfaatnya juga akan dirasakan anggota di luar jaringan tersebut (2010: 117).

Dalam konsepnya ini Field mengutarakan akan timbulnya persaingan ‘kepentingan klub’ dan

‘kepentingan publik’ dimana yang akan didahulukan adalah ‘kepentingan klub’. Bourdieu

sendiri mengatakan bahwa akan timbul konsekuensi yang tidak dapat diperhitungkan bagi

masyarakat yang lebih luas dari jaringan (kelompok) ini. Maksud Bourdieu di sini adalah bagi

masyarakat yang berada di out group jaringan tersebut akan ada dampak-dampak (kerugian)

yang tidak diperhitungkan sebelumnya atas pemenuhan ‘kepentingan klub’ tadi. Jadi pada kritik

di lagu “Fitnah” ini ada upaya mengkritik kelompok atau golongan tertentu yang rela

mengorbankan kelompok besar demi kepentingan kelompok kecil. Sementara pada lagu

keduanya (Goblog), Edane mengkritik penggunaan narkoba layaknya gaya hidup.

3. Isu Budaya Masa Kekinian

Pada sub-kategori ini Edane membahas dua kritik, pertama tentang adanya

pengkonsepan dalam musik di Indonesia oleh Industri Budaya. Kemudian pada kritik kedua,

Edane membahas degradasi karakter bangsa timur di Indonesia. Hal yang sepertinya tampak,

sama sekali tidak menjelaskan yang sebenarnya ada pada masyarakat.

D. KESIMPULAN

Edane dalam setiap karyanya selalu membawakan kritik dengan tema sosial, politik, budaya.

Dalam setiap tema tersebut ada isu khusus pada setiap lagunya yang diangkat berdasarkan

pengalaman Edane sendiri. Dalam kategorisasi yang telah ditentukan, telah didapatkan bahwa

tema sosial, politik, maupun budaya, kesemuanya bergantung pada waktu produksi. Artinya

dalam setiap tema yang diangkat, isu khusus dalam setiap lagunya biasanya merupakan isu

Page 12: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

yang berkembang pada waktu yang bertepatan pada dengan masa produksi lagu tersebut, dan

tidak jarang merupakan isu khusus yang diangkat berdasarkan peristiwa tertentu.

Pada subkategori pertama (akhir Orde Baru) di tema kritik sosial, ada pola yang terbentuk

dari kritik pada lagu-lagu ini. Pada tiga lagu pertama (Menang atau tergilas, Burn it Down,

Jabrik/ Big Town) merupakan konflik keharmonisan masyarakat basis bawah dan atas,

kemudian di lagu terakhir (Victim of The Strife) merupakan akibat dan korban dari perselisihan

itu. Penggunaan bahasa Inggris serta sindiran dan analogi jalan cerita juga lebih dominan pada

subkategori ini. Pada subkategori kedua di tema kritik sosial, Edane menampilkan kritik yang

lebih keras dan berani. Banyak lirik yang didominasi dengan kata-kata keras dan cenderung

memojokkan dan menyerang langsung pihak terkritik. Hal ini mungkin juga terjadi karena

perubahan rezim represif ke arah yang lebih demokratis dan bebas. Letak perbedaan dengan

subkategori sebelumnya adalah penggunaan gaya kritik yang langsung tanpa perumpamaan

dan analogi jalan cerita seperti pada subkategori sebelumnya. Sementara pada masa produksi

kekinian (reformasi lanjut) hanya terdapat dua lagu yang cenderung membahas permasalahan

kesejahteraan di Jakarta dan industri musik dengan kaitannya dengan kapitalisme. Secara

keseluruhan, isu sosial yang diangkat Edane mengalami perubahan fokus jika dilihat

berdasarkan masa produksi, pada masa produksi akhir Edane lebih fokus pada permasalahan

industri musik yang ketergantungan pada kapitalisme dan akibat jangka panjangnya.

Tema politik pada lagu ini hanya berada pada dua masa produksi awal yaitu Orde Baru

akhir dan pasca Orde Baru, isu yang di angkatpun cenderung berbeda. Pada subkategori

pertama (akhir Orde Baru) keterlibatan politik dianggap terjadi secara tidak langsung pada

setiap konflik atau fenomena sosial, sebaliknya, pada subkategori kedua (pasca Orde Baru) isu

yang diangkat merupakan isu mengenai bobroknya pemerintahan dan oknum politisi saat itu,

dan ini diekspresikan secara langsung dalam karyanya. Isu yang diangkat pada periode pasca

Orde Baru ini cenderung lebih menyerang dan keras pada oknum atau praktisi-praktisi politik.

Pada tema budaya, kritik Edane di subkategori pertama (akhir Orde Baru) masih berkisar

pada karakter masyarakat yang kian bergeser dan menjauh dari karakter bangsa yang

sebelumnya. Isu yang diangkat cenderung luas dan tidak terlalu menyerang. Pada subkategori

kedua (pasca Orde Baru) isu yang diangkat cenderung lebih ekstrim, mengenai reformasi dan

demokrasi yang berdampak buruk pada karakter masyarakat. Pada subkategori ketiga (masa

kekinian reformasi lanjut) kritik Edane mengarah pada adanya upaya dari Industri budaya yang

berusaha mengubah konsep musik, dan degradasi karakter bangsa timur dari masyarakat

Indonesia. Pada masa ini Edane masih meyerang masyarakat namun ditambah dengan

kapitalisme. Perbedaaan dari masa produksi sebelumnya adalah cara pengekspresian kritik

yang lebih halus dan mengunakan sindiran ketimbang kata-kata yang cenderung ‘keras’.

Page 13: Studi Hermeneutik pada karya Grup Band Edane

E. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004. “Cry Out Milik Edane Jadi Soundtrack Spiderman 2” (Online) http://www.kapanlagi.com/showbiz/film/indonesia/cry-out-milik-edane-jadi-sountrack-spider-man-2-cowi7lj.html , diakses pada 6 Juni 2014.

Badan Pusat Statistik. “Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis

Kemiskinan, 1970-2013” (Online) http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel= 1&daftar=1&id_subyek=23&notab=7, diakses pada 15 Juni 2014

Field, John. 2010. Modal Sosial (Sosial Capital). Edisi Indonesia. Nurhadi(Penerjemah). Inyiak

Ridwan Muzir (Ed.). Bantul: Kreasi Wacana

Nakagawa, Shin. 2000. Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rosyidi, M Ikhwan, dkk. 2010. Analisis Teks Sastra: Mengungkap Makna, Estetika, dan Ideologi

dalam Perspektif Teori Formula, Semiotika, Hermenutika dan Struturalisme Genetik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumaryono, E. 2009. Hermeneutik : Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius Thorne, Tony. 2008. Kultus Underground; Panduan Untuk Memahami Budaya (Kaum Muda)

Pascamodern. Terjemahan oleh Devo Rizki. Yogyakarta: The Continuum. Wolff, Janet. 1993. The Sosial Prodution of Art (Second Edition). New York: New York University

Press.