STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI...

13
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI CARANG KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU MANGROVE ECOTOURISM AREA DEVELOPMENT STRATEGY IN THE CARANG RIVER CITY OF TANJUNGPINANG RIAU ISLANDS Khairul Hafsar 1 , Ambo Tuwo 2 , Amran Saru 2 1 Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin 2 Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Khairul Hafsar, S. Pi Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 085264688695 Email: [email protected]

Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI...

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI CARANG KOTA TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

MANGROVE ECOTOURISM AREA DEVELOPMENT STRATEGY IN THE CARANG RIVER CITY OF TANJUNGPINANG RIAU ISLANDS

Khairul Hafsar 1 , Ambo Tuwo 2, Amran Saru 2

1 Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin 2 Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Khairul Hafsar, S. Pi Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 085264688695 Email: [email protected]

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

Abstrak Ekowisata adalah kegiatan wisata berwawasan lingkungan yang mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan, sosial ekonomi, budaya masyarakat lokal dan pembelajaran serta pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, kondisi ekosistem mangrove, fasilitas pendukung ekowisata mangrove, dan menyusun strategi pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang Kota Tanjungpinang. Penelitian dilaksanakan di Sungai Carang, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Data ekosistem mangrove diambil dengan metode transek 100 meter dengan membuat plot plot 10 x 10 meter untuk menghitung data kerapatan jenis mangrove, frekuensi jenis mangrove dan indeks keanekaragaman mangrove. Data fasilitas pendukung ekowisata mangrove dan penyusunan strategi pengembangan ekowisata mangrove menggunakan metode survei untuk mengobservasi dan mewawancarai responden dengan bantuan kuesioner. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, juga diolah dengan analisis SWOT dan AHP melalui bantuan perangkat lunak Expert choice 9.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem di Sungai Carang tergolong kategori sedang. Hal ini di dasari kerapatan jenis mangrove sebesar 1100 individu/Ha. Terdapat empat jenis mangrove yang tumbuh di kawasan Ekowisata tersebut, yaitu Rhizophora sp., Bruguiera sp., Avicennia sp., Sonneratia sp.. Rhizophora sp. Merupakan jenis mangrove yang paling mendominasi. Ada beberapa fasilitas pendukung kegiatan ekowisata mangrove di Sungai carang, yaitu toilet, mushallah, Homestay, gazebo, kantin, air sumur, penerangan (genset), lahan parkir serta jembatan menuju hutan mangrove. Namun, fasilitas- fasilitas tersebut sudah rusak dan tidak layak digunakan lagi sehingga perlu diperbaiki kembali agar menjadi menarik dan memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Disimpulkan bahwa terdapat empat strategi utama dalam upaya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang, yaitu (1) Pemeliharaan lingkungan hutan mangrove agar tetap lestari, (2) Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata mangrove, (3) Pengembangan informasi mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove, (4) Peningkatan sistem pengawasan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata.

Kata Kunci : ekowisata mangrove, strategi pengembangan, Kota Tanjungpinang Abstract Ecotourism is tourism that prioritizes environmentally friendly aspects of nature conservation, empowerment, socio-economic, culture and learning the local community as well as educational. This research aimed at analyzing: (1) the mangrove ecosystem condition (2) the mangrove ecotourism supporting facility, and (3) the mangrove ecotourism area development strategy in Carang River of Tanjungpinang city. This research was conducted in Carang River, Tanjungpinang city, Riau Archipelago Province. Mangrove ecosystem data were taken by using 100-meter transect method by making 10 x 10 meter plot by calculating the mangrove type density data, frequency of the mangrove type, and mangrove diversity index. Data of the mangrove ecotourism supporting facility and the formulation of the mangrove ecotourism development strategy used the survey method conducting an observation and interview on the respondents by using a questionnaire. The data were analysed qualitatively and quantitatively and processed by using the SWOT analysis and AHP by the help of program of the software Expert choice software 9.0. The research results indicates that the mangrove ecosystem condition in Carang River is classified in the category of “moderate”. The is based by the density of the mangrove type of 1100 individuals/ha, and the are 4 types of mangrove growing in the Ecotourism area comprising Rhizophora sp, Bruguiera sp, Avicennia sp, Sonneratia sp. Rhizophora sp represents the most dominant mangrove type. There are several supporting facilities of the mangrove ecotourism activity in Carang River namely: toilet, praying rooms, houses, gazebo, canteen, wells water, lighting (generator), parking area, and bridge directing to the mangrove forest, however, the existing facilities have been demaged and infeasible to be used, so that they are necessary to be repaired in order that they look attractive and comportable for the visitors. It was concluded that thera are four main strategies in the development of mangrove ecotourism Carang River, namely (1) Maintenance of the environment in order to remain sustainable mangrove forest, (2) development of supporting facilities mangrove tourism activities, (3) development of information regarding the importance of maintaining mangrove ecosystems, (4) Increased surveillance system against damage environment as a result of tourism activity. Keywords: mangrove ecotourism, strategy development, Tanjungpinang

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

PENDAHULUAN

Pariwisata di Indonesia telah menjadi salah satu industri yang menjadi penyumbang

devisa terbesar kedua setelah migas. Pengembangan industri pariwisata pun turut dijadikan

sebagai salah satu strategi yang digunakan oleh pemerintah bahkan swasta untuk

mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata guna meningkatkan perekonomian

dan kesempatan kerja. Upaya pengembangan wisata terkait pula oleh potensi pasar kedepan

dimana World Tourism Organization (WTO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 akan

terjadi peningkatan sebesar 1.561,1 juta orang dengan pertumbuhan tertinggi di Asia-Pasifik

sebesar 6,5%. (Budhyana, 2008).

Pariwisata Nasional kemudian dikembangkan oleh pemerintah dengan mengambil

langkah strategi dengan menyerahkan pembinaannya kepada Pemerintah Daerah

Kota/Kabupaten agar lebih memudahkan pengembangan dan koordinasi pembangunan

daerah. Pemerintah Daerah maupun lembaga-lembaga swasta telah berusaha membangun area

rekreasi semampu mungkin dengan memanfaatkan lahan serta didukung oleh daya dan dana

yang ada untuk penyaluran kebutuhan akan rekreasi tersebut (Binarwan, 2008).

Dewasa ini pariwisata yang dikembangkan oleh pemerintah maupun pihak swasta

banyak yang melupakan atau mengabaikan kelestarian serta keberlanjutan lingkungan lokasi

wisata yang dikembangkan sehingga cenderung bisa merusak lingkungan sekitar.

Pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan akan memberikan jaminan terhadap

kelestarian dan keindahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan jenis biota dan

ekosistem utama.

Ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai (1) produk, (2) pasar, dan (3)

pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang

berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang

diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Akhirnya sebagai pendekatan

pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya

pariwisata secara ramah lingkungan. Di sini kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap

kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan

ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan

tetapi juga pelaku wisata lain (tour operatour) yang memfasilitasi wisatawan untuk

menunjukkan tanggungjawab tersebut (Damanik, 2006).

Ekosistem mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang

terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Ekosistem mangrove

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

memiliki keindahan tersendiri karena mangrove juga menjadi tempat hidup, mencari makan

serta memijah ikan dan berbagai macam binatang lainnya.

Ekowisata mangrove merupakan objek wisata yang berwawasan lingkungan dimana

wisata tersebut mengutamakan aspek keindahan yang alami dari hutan mangrove serta fauna

yang hidup disekitarnya tanpa harus merusak ekosistem tersebut untuk membuatnya lebih

menarik wisatawan, hal ini disebabkan bahwa hutan mangrove mempunyai ciri khas yang

khusus dan banyak fauna dan flora yang hidup di sekitarnya.

Ekowisata merupakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir yang dapat

menambah pendapatan mereka. Selain itu dalam pengelolaan ekowisata dan strategi

konservasi hutan mangrove, keterlibatan para stakeholders sangat berperan penting. Proyek

ekowisata dapat berhasil jika stakeholders melaksanakan peran mereka dalam pengelolaan

ekowisata maupun konservasi hutan mangrove (Satyanarayana dkk., 2012).

Kota Tanjung Pinang yang terletak di Kepulauan Riau merupakan daerah yang memiliki

ekosistem mangrove seluas kurang lebih 1.300 ha, namun 100 ha diantaranya rusak akibat

penebangan dan penimbunan untuk pemukiman dan industri. Sebagian besar mangrove yang

sudah dialihfungsikan tersebut menjadi penyebab banjir disejumlah wilayah di Kota

Tanjungpinang. Upaya konservasi kemudian dilakukan oleh pemerintah Kota Tanjungpinang

untuk menyelamatkan hutan mangrove yang masih ada dengan tujuan mempertahankan

keberadaannya dan melestarikan hutan mangrove tersebut.

Upaya konservasi tersebut dilakukan dengan membuat ekowisata mangrove yang mana

pemerintah kota Tanjungpinang menjadikan hutan mangrove di Sungai Carang sebagai objek

dan daya tarik wisata. Sungai carang dipilih menjadi tempat wisata karena di tempat ini

terdapat nilai sejarah budaya melayu. Wisata di Sungai Carang merupakan perpaduan wisata

budaya dan wisata alam karena di lokasi wisata tersebut terdapat peninggalan sejarah

kebudayan melayu dan juga terdapat hutan mangrove yang masih asri dan belum tersentuh

oleh tangan-tangan manusia. Namun permasalahan yang muncul kemudian adalah terkait

dengan pengelolaan yang tidak jelas serta tidak ada tindak perawatan terhadap objek wisata

ini sehingga masih banyak kekurangan yang membuat wisatawan tidak tertarik untuk

berkunjung, selain itu juga tempat wisata ini belum didukung dengan sarana dan prasarana

yang memadai yang bisa membuat wisatawan merasa aman dan nyaman dalam kegiatan

wisatanya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai strategi pengembangan

kawasan ekowisata mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) kondisi

ekosistem mangrove (2) fasilitas pendukung ekowisata mangrove, dan (3) menyusun strategi

pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang Kota Tanjungpinang.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

BAHAN DAN METODE

lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Carang, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan

Riau (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Mei 2014. Lokasi penelitian

dipilih secara sengaja (purposive) karena sesuai dengan tujuan penelitian.

Populasi dan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling)

yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2008).

Sampel penelitian ini yaitu pengelola wisata, pengunjung dan pemerintah dengan

mengambil masing-masing 1 orang responden dari pihak pengelola dan pemerintah.

Sedangkan sampel dari pengunjung diambil dengan metode 20% dari pengunjung yang

datang selama 1 bulan yaitu mengambil 32 responden dari 160 pengunjung.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu (1) observasi, yaitu pengamatan

langsung terhadap lokasi wisata mangrove di Sungai Carang. (2) Wawancara, yaitu

pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan responden melalui bantuan

kuesioner yang terdiri dari pengelola wisata, pemerintah daerah dan wisatawan.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Analisis Kondisi Ekologi Ekosistem Mangrove (Saru, 2013) :

Kerapatan Jenis (Di)

Di = ni

A

Keterangan :

Di = Kerapatan Jenis i (Individu/m2)

ni = Jumlah total tegakan jenis i

A = Luas total area pengamatan sampel (m2)

Kerapatan Relatif Jenis (RDi) (%)

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

RDi = Ni

x100% ∑n

Keterangan :

RDi = Kerapatan relatif jenis (%)

ni = Jumlah total tegakan jenis i

∑n = jumlah total tegakan seluruh jenis

Frekuensi Jenis (Fi)

Fi = Pi

∑p

Keterangan :

Fi = Frekuensi jenis i

pi = Jumlah plot ditemukan jenis i

∑p = Jumlah total plot yang diamati

Frekuensi Relatif Jenis (RFi) (%)

RFi = Fi

x100% ∑F

Keterangan :

RFi = Frekuensi relatif jenis i (%)

Fi = Frekuensi jenis i

∑F = jumlah frekuensi seluruh jenis

Indeks Keanekaragaman (H’) (Shannon, 1948)

Keterangan :

H’ = Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener

S = Jumlah Spesies

Pi = ni/N

Ni = Jumlah Individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

Mangrove yg diukur adalah mangrove hanya yang masuk dalam kriteria pohon, yaitu

tumbuhan dengan ukuran tinggi >1 meter.

Faktor-faktor yang terkandung dalam SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman. Faktor-faktor tersebut mempunyai nilai atau besaran kontribusi terhadap objek

pengamatan yang ditentukan secara subjektif berdasarkan hasil analisis situasi atau

lingkungan. Nilai kontribusi masing-masing faktor diplotkan dalam suatu diagram kartesius,

dimana faktor internal (kekuatan dan kelemahan) sebagai absis dan faktor eksternal (peluang

dan ancaman) sebagai ordinatnya. Hasil yang ditunjukkan proses ploting tersebut dapat

memberikan gambaran terhadap kebijakan strategis yang akan ditempuh. Strategi kebijakan

itu sendiri merupakan alat untuk mencapai tujuan baik jangka panjang, program tindak lanjut,

serta prioritas alokasi atau pemanfaatan sumberdaya (Rangkuti, 2005).

Analisis SWOT akan menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi dalam membuat

rencana pengembangan kawasan ekowisata mangrove yang kemudian akan dimasukkan

kedalam format matriks SWOT (Tabel 1). Analitycal Hierarchy Process (AHP) digunakan

sebagai alat untuk membantu merumuskan strategi-strategi yang tepat dalam pengembangan

kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang. Namun AHP dilakukan setelah peneliti

mendapatkan hasil dari analisis SWOT yang terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui

kekuatan-kelemahan dan peluang-ancaman. Perhitungan dari bobot hasil kuesioner tersebut

dilakukan dengan bantuan Expert choice 9.0. dimana masing-masing jawaban responden diuji

nilai konsistensinya. Jika nilainya lebih dari 10%, maka nilai perbandingan berpasangan

kriteria harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi kurang atau sama dengan 10% (0,1),

maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar dan hasilnya akan menunjukkan prioritas

strategi yang akan diusulkan dalam pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai

Carang Kota Tanjungpinang.

HASIL

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan jenis mangrove di Kawasan Ekowisata

Mangrove di Sungai Carang yang paling tinggi sampai dengan yang paling rendah adalah

sebagai berikut yaitu Rhyzophora sp 3000 individu/Ha, Bruguiera sp 983 individu/Ha,

Avicennia sp 283 individu/Ha dan Sonneratia sp 133 individu/Ha. Dari data di atas maka rata-

rata kerapatan jenis mangrove di Kawasan Ekowisata Mangrove di Sungai Carang sebesar

1100 individu/Ha. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis

mangrove yang ada di lokasi penelitian rendah yaitu 0,8786 (H<1).

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

Sarana dan Prasarana yang menunjang kegiatan ekowisata mangrove pada lokasi

penelitian di antara lain terdiri dari Toilet, Mushalla, Kantin, Homestay, Air Sumur, Gazebo,

Genset (penerangan), Lahan Parkir, Jembatan.

Hasil analisis SWOT dan AHP mendapatkan strategi yang menjadi prioritas dalam

pengembangan kawasan ekowisata mangrove, strategi tersebut yaitu strategi pemeliharaan

lingkungan hutan mangrove agar tetap lestari dengan nilai 0,142, Pengembangan sarana dan

prasarana pendukung kegiatan wisata mangrove dengan nilai 0,178, Pengembangan informasi

mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove dengan nilai 0,167, Peningkatan sistem

pengawasan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata dengan nilai 0,128

(Gambar 2).

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis – jenis mangrove yang tumbuh di kawasan

Ekowisata tersebut terdiri dari Rhizophora sp, Bruguiera sp, Avicennia sp, Sonneratia sp.

Kawasan ini di dominasi oleh jenis mangrove Rhizophora sp. Rata-rata kerapatan jenis

mangrove di Kawasan Ekowisata Mangrove di Sungai Carang sebesar 1100 individu/Ha yang

menunjukkan bahwa kerapatan jenis masuk ke dalam kriteria sedang dan hal ini menunjukkan

kondisi mangrove masih dalam keadaan baik. Hal ini sesuai dengan kriteria baku kerusakan

mangrove (Kepmeneg LH No. 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman

Penentuan Kerusakan Mangrove) yang di modifikasi oleh Tuwo (2011), yang menyatakan

bahwa dikategorikan baik ekosistem mangrove apabila kerapatan mangrove masuk dalam

kriteria padat dan sedang dengan tingkat kerapatan masing-masing >1500 pohon/Ha dan

>1000 - < 1500 pohon/Ha dan ekosistem mangrove masuk dalam kategori rusak jika

kerapatan mangrove < 1000 pohon/Ha. Teridentifikasi jenis mangrove di lokasi ekowisata

mangrove Sungai Carang di dominasi oleh jenis mangrove Rhizophora sp.

Beranekaragamnya jenis mangrove memiliki daya tarik jika di lihat dari sistem perakarannya

yang sangat unik. Ekosistem mangrove di kawasan ekowisata mangrove sungai carang dapat

memberi nilai pendidikan kepada pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan di

kawasan ekowisata mangrove serta dapat memberikan wawasan kepada pengunjung tentang

beragamnya jenis mangrove.

Sarana dan Prasarana yang menunjang kegiatan ekowisata mangrove pada lokasi

penelitian di antara lain terdiri dari Toilet, Mushalla, Kantin, Homestay, Air Sumur, Gazebo,

Genset (penerangan), Lahan Parkir, Jembatan. Sarana dan prasarana merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam menunjang kegiatan wisata agar setiap pengunjung yang datang

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

mendapat kemudahan dan merasa puas serta kenyamanan dalam melakukan kegiatan wisata

di lokasi wisata tersebut. Fasilitas yang ada di tempat wisata ini banyak yang tidak dirawat

dengan baik sehingga fasilitas tersebut rusak dan tidak bisa digunakan lagi oleh pengunjung.

Seperti halnya Toilet yang tidak bisa digunakan karena pintu rusak dan kloset tersumbat hal

ini menyebabkan kurang nyamannya pengunjung yang ingin menggunakan toilet. Mushalla

pun demikian, tidak pernah dibersihkan sehingga kotor dan tidak layak digunakan untuk

beribadah. Jembatan yang manjadi salah satu daya tarik wisata ini pun tidak mendapatkan

perhatian dari pemerintah terkait sehingga banyak jembatan yang sudah mengalami kerusakan

sehingga pengunjung sulit untuk menggunakan jembatan ini menuju hutan mangrove yang

menjadi tujuan utama wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata ini. Hal ini sesuai dengan

pendapat Adyatma (2013), yang menyatakan bahwa Prasarana dan sarana kepariwisataan

yang harus diadakan sebelum mempromosikan suatu daerah tujuan wisata, prasarana

(infrastructures) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian

berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat

memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan Matriks SWOT dan analsisi AHP dapat dilihat bahwa terdapat 4 strategi

yang bisa dilakukan dalam upaya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai

Carang, yaitu (1) Pemeliharaan lingkungan hutan mangrove agar tetap lestari. Stretegi ini

dibuat dengan mempertimbangkan semakin banyak kerusakan lingkungan yang terjadi

sebagai akibat dari aktifitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Hutan

mangrove yang menjadi daya tarik wisata dan juga mempunyai fungsi dan manfaat yang

banyak bagi ekosistem mangrove tersebut mulai mendapatkan dampak buruk dari aktifitas

manusia yang tidak memperhatikan lingkungan sehingga perlu dibuat program pemeliharaan

terhadap ekosistem mangrove yang ada di sungai carang demi kelestarian lingkungan dan

juga sebagai daya tarik wisata baru di Kota Tanjungpinang. (2) Pengembangan sarana dan

prasarana pendukung kegiatan wisata mangrove. Strategi ini dibuat dengan

mempertimbangkan kenyaman wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata. Sarana dan

prasarana menjadi penting karena dengan dukungan sarana dan prasarana tersebut dapat

menarik wisatawan serta memberikan rasa nyaman kepada wisatawan selama melakukan

kegiatan wisata. Sarana dan prasana yang dimaksud adalah semua yang bersangkutan dengan

kenyamanan dan kebutuhan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata, yaitu seperti

aksesibilitas menuju lokasi wisata yang di bantu dengan papan penunjuk arah lokasi wisata,

akses jalan yang baik menuju lokasi wisata serta fasilitas-fasilitas lainnya. (3) Pengembangan

informasi mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove. Strategi ini dibuat dengan

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

pertimbangan bahwa dengan adanya papan informasi maka wisatawan bisa lebih disiplin

dalam melakukan kegiatan wisatanya, selain itu juga papan informasi tersebut menjadi

menarik untuk dilihat karena berisi tentang ekosistem mangrove. Dengan adanya papan

informasi ini maka wisatawan yang datang bisa membaca serta juga menjadi bahan edukasi

bagi wisatawan yang tidak tahu tentang ekosistem mangrove. (4) Peningkatan sistem

pengawasan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata. Strategi ini dibuat dengan

pertimbangan bahwa banyak masyarakat yang tidak tahu akan manfaat dan fungsi penting

dari ekosistem mangrove sehingga mereka tidak peduli akan kelestarian ekosistem mangrove

bahkan cenderung merusak lingkungan tersebut dengan mendapatkan manfaat langsung dari

hutan mangrove, seperti menebang pohon mangrove secara besar baik untuk kayu bakar

maupun dengan tujuan pembukaan lahan untuk pemukiman dan lain sebagainya tanpa

melakukan rehabilitasi untuk menjaga kelestarian lingkungan ekosistem mangrove tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kerapatan jenis mangrove di

Kawasan Ekowisata Mangrove di Sungai Carang rata-rata kerapatan jenis mangrove sebesar

1100 individu/Ha. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis

mangrove yang ada di lokasi penelitian rendah yaitu 0,8786 (H<1). Sarana dan Prasarana

yang menunjang kegiatan ekowisata mangrove pada lokasi penelitian di antara lain terdiri dari

Toilet, Mushalla, Kantin, Homestay, Air Sumur, Gazebo, Genset (penerangan), Lahan Parkir,

Jembatan. Ada 4 strategi utama dalam upaya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di

Sungai Carang, yaitu (1) Pemeliharaan lingkungan hutan mangrove agar tetap lestari, (2)

Pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wisata mangrove, (3)

Pengembangan informasi mengenai pentingnya menjaga ekosistem mangrove, (4)

Peningkatan sistem pengawasan terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata.

Hendaknya ada perhatian yang lebih besar dari pemerintah Kota Tanjungpinang dalam hal

pengembangan kawasan ekowisata mangrove di Sungai Carang.

DAFTAR PUSTAKA Adyatma, Sidharta. (2013). Tanggapan Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Pantai Takisung

di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. 1:1.

Binarwan, Robby. (2008). Pengembangan Objek Wisata di Kawasan Pantai Selatan Sukabumi. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. 3:1.

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

Budhyana, I. (2008). Kebijakan Disbudpar dalam Mengembangkan Kawasan Wisata di Jawa Barat. Makalah pada Seminar Pembangunan Kepariwisataan di Jawa Barat., Bandung: UPI.

Damanik, Janianton and Weber, Helmut F. (2006). Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan ANDI Press. Yogyakarta.

Rangkuti, F. (2005). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Alfa Beta. Bandung. Saru. Amran. (2013). Mengungkap Potensi Emas Hijau di Wilayah Pesisir. MASAGENA

PRESS. Makassar. Satyanarayana. B and Friends. (2012). A Socio-Ecological Assessment Aiming at Improved

Forest Resource Management and Sustainable Ecotourism Development in the Mangroves of Tanbi Wetland National Park, The Gambia, West Africa. AMBIO 2012, 41:513–526.

Shannon , C.E. (1948). A Mathematical Theory of Communication. Bell System Technical Journal 27: 379-423, 623-656.

Tuwo, Ambo. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional. Surabaya.

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

Lampiran

Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

Gambar 2. Prioritas Strategi dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata

Mangrove di Sungai Carang

Tabel 1. Format Matriks SWOT Internal

Eksternal

Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O)

Strategi (SO) Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi (WO) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI SUNGAI ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/0ad4476b83beb07d37aca4fa192ada35.pdf · Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

Threath (T)

Strategi (ST) Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi (WT) Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2005