STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full...

10
Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7 Purwokerto, 10 Agustus 2019 260 STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN ANALISIS SWOT Studi Kasus: Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Khusna Furoida dan Muhammad Fakhri Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo 57162, Jawa Tengah, Indonesia Email: [email protected], [email protected] ABSTRAK Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu wilayah dengan intensitas kejadian longsorlahan yang cukup tinggi. Terdapat beberapa faktor yang mendorong longsorlahan terjadi seperti curah hujan, kemiringan, ketinggian, jenis tanah dan penutupan lahan. Faktor-faktor tersebut dapat diwujudkan dalam penggunaan Sistem Informasi Geografis sehingga wilayah yang rawan terhadap longsorlahan dapat diidentifikasi. Selain itu, penggunaan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) dalam kasus ini dapat diterapkan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang bencana longsorlahan di wilayah tersebut. Dari kedua pendekatan tersebut dapat menghasilkan suatu strategi penanggulangan bencana yang tepat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa peta tingkat kerawanan longsorlahan dan data primer berdasarkan hasil kuisioner yang ditujukan kepada masyarakat yang berada di kawasan rawan longsorlahan. Tujuan dari penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan suatu strategi penanggulangan bencana longsorlahan yang sesuai dengan kondisi wilayah tersebut. Kata Kunci: Longsorlahan, Sistem Informasi Geografis, Analisis SWOT PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada kawasan pacific ring of fire. Pacific ring of fire merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik (Anonim dalam Maulina, 2014). Terdapat banyak gunung berapi di Indonesia, salah satunya yaitu Gunung Lawu. Gunung Lawu berada diantara propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu kecamatan yang berada di lereng Gunung Lawu merupakan Kecamatan Tawangmangu. Kecamatan Tawangmangu merupakan kecamatan yang berada di Propinsi Jawa Tengah. Pada bulan Maret 2019, terjadi adanya longsor yang mengakibatkan satu korban yang meninggal dunia (Isnanto, 2019). Hal tersebut menunjukan bahwa Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu daerah yang rawan akan bencana salah satunya yaitu bencana longsor. Bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan longsor merupakan salah satu bentuk dari gerak masa tanah,

Transcript of STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full...

Page 1: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

260

STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA

LONGSORLAHAN BERDASARKAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS DAN ANALISIS SWOT Studi Kasus: Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Khusna Furoida dan Muhammad Fakhri

Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo 57162, Jawa Tengah, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu wilayah dengan intensitas kejadian

longsorlahan yang cukup tinggi. Terdapat beberapa faktor yang mendorong

longsorlahan terjadi seperti curah hujan, kemiringan, ketinggian, jenis tanah dan

penutupan lahan. Faktor-faktor tersebut dapat diwujudkan dalam penggunaan Sistem

Informasi Geografis sehingga wilayah yang rawan terhadap longsorlahan dapat

diidentifikasi. Selain itu, penggunaan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,

Opportunities, dan Threats) dalam kasus ini dapat diterapkan untuk mengetahui

seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang bencana longsorlahan di wilayah

tersebut. Dari kedua pendekatan tersebut dapat menghasilkan suatu strategi

penanggulangan bencana yang tepat. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa

peta tingkat kerawanan longsorlahan dan data primer berdasarkan hasil kuisioner yang

ditujukan kepada masyarakat yang berada di kawasan rawan longsorlahan. Tujuan dari

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan suatu strategi penanggulangan bencana

longsorlahan yang sesuai dengan kondisi wilayah tersebut.

Kata Kunci: Longsorlahan, Sistem Informasi Geografis, Analisis SWOT

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada kawasan pacific ring of

fire. Pacific ring of fire merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan

letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik (Anonim dalam

Maulina, 2014). Terdapat banyak gunung berapi di Indonesia, salah satunya yaitu

Gunung Lawu. Gunung Lawu berada diantara propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Salah satu kecamatan yang berada di lereng Gunung Lawu merupakan Kecamatan

Tawangmangu. Kecamatan Tawangmangu merupakan kecamatan yang berada di

Propinsi Jawa Tengah. Pada bulan Maret 2019, terjadi adanya longsor yang

mengakibatkan satu korban yang meninggal dunia (Isnanto, 2019). Hal tersebut

menunjukan bahwa Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu daerah yang rawan

akan bencana salah satunya yaitu bencana longsor.

Bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis. Sedangkan longsor merupakan salah satu bentuk dari gerak masa tanah,

Page 2: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

261

batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah

yang dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur di atas suatu lapisan kedap yang

jenuh air (bidang luncur) (Paimin, 2009).

Dampak-dampak negatif adanya bencana dapat diminimalisir dengan adanya

strategi penanggulangan bencana yang tepat. Penyelenggaraan penanggulangan bencana

adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan

rehabilitasi (UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Strategi

bencana dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaaan teknologi untuk

manajemen bencana. Salah satu teknologi yang dapat digunakan yaitu sistem informasi

geografis (SIG). SIG merupakan sistem berbasis komputer yang digunakan untuk

memasukan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data

yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan

pemetaan dan perencanaan (Burrough,1986 dalam Aini).

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui daerah di Kecamatan Tawangmangu

yang sangat rawan longsor. Selain itu, evaluasi melalui analisis SWOT dilakukan untuk

dijadikan pertimbangan dalam strategi penganggulangan bencana sehingga dapat

dipakai untuk pemangku kepentingan tertentu seperti aparat pemerintah maupun

masyarakat didaerah tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tawangmangu. Kecamatan ini berada di

Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kecamatan

Tawangmangu adalah 70,03 km2 dengan ketinggian rata-rata 1000 mdpl (BPS 2018).

Sebelah timur kecamatan ini berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Timur.

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Tawangmangu

Page 3: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

262

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modelling melalui SIG dan

analisis SWOT. Modelling melalui SIG menggunakan ArcGis 10.2 dilakukan dengan

overlay atau penampalan beberapa data shapefile yang menjadi faktor-faktor penyebab

tanah longsor seperti curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian, jenis tanah, dan

penutup lahan menjadi sebuah data shapefile baru melalui adanya intersect untuk

menunjukkan kawasan rawan longsor di Kecamatan Tawangmangu. Berdasarkan hasil

modelling melalui SIG tersebut menghasilkan beberapa kasifikasi sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Curah Hujan

No Klasifikasi Nilai (mm/tahun)

1 Rendah 2000-25000

2 Tinggi 2500-3000

Sumber: Olah data modelling melalui SIG

Tabel 2. Klasifikasi Kemiringan Lereng

No Klasifikasi Nilai (%)

1 Rendah 0 – 79

2 Agak Rendah 80 – 159

3 Sedang 160 – 239

4 Agak Tinggi 240 – 319

5 Tinggi 320 - 400

Sumber: Olah data modelling melalui SIG dengan modifikasi penulis

Tabel 3. Klasifikasi Ketinggian

No Klasifikasi Nilai (m)

1 Rendah 0 – 399

2 Agak Rendah 400 - 899

3 Sedang 900 – 1599

4 Agak Tinggi 1600 – 3000

5 Tinggi > 3000

Sumber: Olah data modelling melalui SIG dengan modifikasi penulis

Tabel 4. Klasifikasi Jenis Tanah

No Klasifikasi

1 Distropepts

2 Dystrandepts

Sumber: Olah data modelling melalui SIG

Page 4: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

263

Tabel 5. Klasifikasi Penutup Lahan

No Klasifikasi

1 Belukar

2 Hutan

3 Perkebunan

4 Pemukiman

5 Lahan Terbuka

Sumber: Olah data modelling melalui SIG dengan modifikasi penulis

Analisis SWOT merupakan analisis dengan pertimbangan berdasarkan

Strength/kekuatan (S), Weakness/kelemahan (W), Opportunities/Peluang (O), dan

Threats (Ancaman). Analisis SWOT dilakukan menggunakan purposive random

sampling melalui kuesioner dengan skala Guttman. Metode purposive random sampling

merupakan gabungan dari 2 metode yaitu purposive sampling dan random sampling.

Purposive sampling merupakan salah satu teknik sampling non random sampling

dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri

khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian (Hidayat, 2017) sedangkan random sampling atau probability

sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2001

dalam Hidayat, 2018). Penerapan kuesioner dengan Skala Guttman pada penelitian ini

ditujukan untuk mendukung adanya purposive random sampling berupa didapatnya

jawaban yang tegas (Sugiyono, 2018). Jawaban tegas tersebut berupa “ya-tidak”. Skala

Guttman dibuat dalam bentuk pilihan ganda melaui Google Form. Pendekatan melalui

analisis SWOT ini dibatasi dengan S-W atau faktor internal berupa pihak yang

menyelenggarakan adanya penanggulangan bencana yaitu pemerintah setempat

sedangkan O-T atau faktor eksternal pada masyarakat yang bertempat tinggal di

Kecamatan Tawangmangu yang menjadi penerima strategi penanggulangan bencana

yang dilakukan pemerintah setempat. Sehingga dari analisis SWOT tersebut dapat

dijadikan sebagai evaluasi atas pihak-pihak terkait untuk dapat dilakukan perbaikan

sebagai strategi penanggulangan bencana yang akan dilakukan.

Alur dari penelitian ini yaitu:

Olah data

menggunakan

SIG

Distribusi

kuesioner analisis

SWOT

Analisa data dan

penyajian hasil

penelitian

Page 5: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

264

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Peta Ketinggian

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng

Ketinggian tempat menurut hasil olah data modelling melalui SIG menggunakkan

ArcGIS 10.2 menujukkan bahwa daerah timur Kecamatan Tawangmangu memiliki nilai

ketinggian antara 1600-3000 & >3000 mdpl dengan klasifikasi klas agak tinggi & tinggi

dikarenakkan letaknya berbatasan langsung dengan lereng Gunung Lawu. Berbeda

Page 6: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

265

dengan kemiringan lereng di Kecamatan Tawangmangu yang berada pada klasifikasi

kemiringan mayoritas rendah dengan tingkat kemiringan sebesar 0-79 %, sedangkan

kawasan yang memiliki klasifikasi kemiringan yang tinggi hanya ada dibeberapa titik

seperti di desa Nglebak dan Tawangmangu.

Gambar 4. Peta Curah Hujan

Gambar 5. Peta Penutup Lahan

Page 7: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

266

Gambar 6. Peta Jenis Tanah

Kecamatan Tawangmangu memiliki Curah Hujan yang terbagi menjadi 2 klasifikasi

yaitu rendah dan tinggi, rendah dengan nilai 2000-2500 mm/tahun dan tinggi dengan

nilai 2500-3000 mm/tahun. Kecamatan Tawangmangu memiliki penutup lahan paling

banyak berupa Hutan, sedangkan penutup lahan paling sedikit ialah lahan kosong. Hal

ini dapat dikarenakan adanya curah hujan yang cukup tinggi dengan kondisi

geografisnya yang baik untuk ditumbuhi tanaman. Jenis Tanah yang terdapat di

Kecamatan Tawangmangu memiliki 2 klasifikasi. Pada bagian barat lebih dominan

dengan Jenis Tanah Dystropepts dan bagian timur Kecamatan Tawangmangu dominan

dengan Jenis Tanah Dystrendepts.

Page 8: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

267

Gambar 7. Peta Kawasan Rawan Longsor

Kawasan Rawan Longsor di Kecamatan Tawangmangu memiliki klasifikasi yang

beragam, Kawasan tertinggi dengan kondisi rawan longsornya terdapat dibeberapa desa

antara lain desa Plumbon, Nglebak, Sepanjang dan Tawangmangu. Hal ini berkaitan

dengan kondisi kemiringan lereng didaerah tersebut. Daerah rawan longsor tersebut

justru terletak jauh dari lereng Gunung Lawu. Banyaknya kawasan yang masuk dalam

klasifikasi tidak rawan longsor dapat menunjukkan adanya ketidakakuraan data yang

telah diolah melalui modelling SIG dengan kondisi di lapangan. Namun, hasil dari

pemetaan ini dapat digunakan sebagai early warning system untuk meminimalisir

dampak yang akan diakibatkan oleh longsor.

Selain itu, peta pada data-data yang menjadi faktor penyebab terjadinya longsor

dapat digunakan untuk identifikasi kawasan yang paling rawan terjadi longsor sehingga

penanggulanan melalui pengelolaan kawasan tersebut dapat dilakukan semaksimal

mungkin seperti daerah dengan curah hujan tinggi yaitu Desa Gondosuli, Blumbang,

Tawangmangu, Kalisoro, Sepanjang, dan sebagian besar Desa Tengklik dapat dikelola

dengan adanya sistem drainase pada penutup lahan didaerah-daerah tersebut. Drainase

tersebut dapat dipertimbangkan melalui peta penutup lahan Kecamatan Tawangmangu

yang sebagian besar berupa belukar, hutan, dan perkebunan yang terisi dengan vegetasi.

Vegetasi adalah salah satu penyerap air yang baik maka dari itu pengelolaan jenis dan

teknik dalam penanaman vegetasi yang baik dan benar dapat meminimalisir adanya

longsor didaerah-daerah tersebut.

Page 9: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

268

Tabel 6. Identifikasi analisis SWOT

Faktor

Internal

Strength Adanya kepercayaan masyarakat terhadap aparat

pemerintah yang menangani bencana

Weakness

- Belum adanya penyuluhan tentang potensi longsor di

Kecamatan Tawangmangu

- Pemanfaatan teknologi yang kurang dalam pengelolaan

lahan

Faktor

Eksternal

Opportunities

- Masyarakat mengetahui potensi Kecamatan

Tawangmangu yang rawan longsor

- Masyarakat mengetahui faktor-faktor penyebab longsor

Threats Pengelolaan lahan oleh masyarakat yang kurang tepat

Sumber: Dokumen Penulis

Analisis SWOT yang dilakukan sebagai evaluasi atas apa yang telah dilakukan oleh

faktor internal kepada faktor eksternal menunjukkan bahwa penyuluhan tentang potensi

longsor di Kecamatan Tawangmangu belum tersampaikan kepada masyrakat. Perlu

adanya penyuluhan yang dilakukan secara masif dan merata pada seluruh daerah di

Kecamatan Tawangmangu mengingat adanya potensi longsor di kecamatan tersebut.

Selain itu, masyarakat kepercayaan masyarakat akan kinerja aparat pemerintah dalam

menangani bencana dan pemahaman masyarakat akan adanya faktor-faktor yang dapat

menyebabkan potensi longsor akan mendukung adanya pelaksanaan penyuluhan

tersebut. Masyarakat akan lebih paham dan antusias terhadap kegiatan tersebut.

Penggunaan teknologi untuk penanggulangan bencana longsor belum sepenuhnya

dilakukan oleh pemerintah setempat sehingga pengelolaan lahan belum dapat dilakukan

secara maksimal. Padahal dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti SIG dapat

memberikan manfaat berupa pengelolaan yang tepat pada daerah tersebut dengan

memperhatikan faktor-faktor penyebab longsor.

KESIMPULAN

Strategi penanggulangan bencana longsor Kecamatan Tawangmangu dapat

dimaksimalkan dengan penggunaan teknologi sistem informasi geografis (SIG). SIG

melalui modeling dapat menunjukkan kawasan dengan tingkat rawan longsor yang

tinggi. Kawasan tersebut didapatkan dari hasil overlay atau penampalan data faktor-

faktor yang mendukung adanya longsor seperti curah hujan, jenis tanah, ketinggian,

kemiringan lereng, dan penutup lahan. Dalam pelaksanaan penanggulangan bencana,

dapat memperhatikan data-data tersebut sehingga penemuan pengelolaan yang tepat

dapat dilakukan secara maksimal.

Evaluasi melalui analisis SWOT dapat digunakan sebagai perbaikan atas

penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Penyuluhan yang telah dilakukan oleh

pemerintah setempat belum tersampaikan dengan baik ataupun belum terlaksana kepada

beberapa masyarakat. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan respon

masyarakat yang percaya terhadapa kinerja pemerintah dalam hal kebencanaan.

Penelitian ini dapat digunakan oleh pemangku kepentingan seperti aparat

pemerintah dan masyarakat daerah tersebut untuk meminimalisir dampak terjadinya

longsor. Modelling melalui SIG ini akan semakin akurat apabila didukung dengan

Page 10: STRATEGI PENANGGULANGAN BENCANA LONGSORLAHAN …digital.library.ump.ac.id/460/2/9. Full Paper_Khusna.pdf · “Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0” ISBN 978-602-6697-38-7

Prosiding Seminar Nasional diselenggarakan Pendidikan Geografi FKIP UMP

“Manajemen Bencana di Era Revolusi Industri 5.0”

ISBN 978-602-6697-38-7

Purwokerto, 10 Agustus 2019

269

faktor-faktor real time seperti karakteristik tanah lebih lanjut berupa struktur dan tekstur

tanah, tingkat permeabilitas tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah dalam

menyerap air terutama air hujan, dan faktor-faktor lainnya. Selain itu, tidak adanya

penggunaan faktor real time pada penelitian ini dapat digunakan untuk penelitian

lanjutan sehingga dapat menjadikan modelling kawasan rawan longsor yang semakin

akurat dengan kondisi daerah tersebut.

Analisis SWOT merupakan evaluasi terhadap aparat pemerintah dari masyarakat

yang dapat dijadikan sebagai perbaikan atas penanggulangan bencana yang belum

maupun telah dilakukan sehingga penanggulangan yang akan dilakukan dapat mudah

untuk tersampaikan kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2018. Kecamatan Tawangmangu dalam Angka. Karanganyar: BPS Kabupaten

Karanganyar.

Aini, A. Sistem Informasi Geografis Pengertian dan Aplikasinya. Yogyakarta: STMIK

AMIKOM Yogyakarta.

Hidayat, A.. 2017. Penjelasan Teknik Purposive Sampling Lengkap Detail, 2 Juni 2017.

Diunduh dari https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-teknik-purposive-

sampling.html pada 4 Agustus 2019.

Hidayat, A.. 2018. Pengertian Simple Random Sampling, Jenis dan Contoh, 16 Februari

2018. Diunduh dari https://www.statistikian.com/2018/02/pengertian-simple-

random-sampling.html/amp pada 4 Agustus 2019.

Isnanto, B. A. 2019. Pohon Tumbang dan Tanah Longsor di Tawangmangu, 1 Orang

Tewas, 6 Maret 2019 . Diunduh dari https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-

4456977/pohon-tumbang-dan-tanah-longsor-di-tawangmangu-1-orang-tewas pada

25 Juli 2019.

Maulina. 2014. Model Kearifan Lokal Dalam Penanggulangan Bencana Lesson Learnt

Dari Nangroe Aceh Darusalam. Yogyakarta: UGM.

Paimin; dkk. 2009. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan: Tropenbos

International Indonesia Progamme.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana.