STATUS POPULASI KEPITING DI ZONA INTERTIDAL PANTAI...

18
STATUS POPULASI KEPITING DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN BINTAN Crab Population Status In Intertidal Zone Busung Beach District of Seri Kuala Lobam Bintan regency NIA AFRIYANIE A.M 1)* , ITA KARLINA 1) , ARIEF PRATOMO 2) Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Department of Marine Sciences Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji Email : [email protected] RANGKUMAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Maret Tahun 2016, di daerah perairan pantai Busung, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan. Hasil penelitian ditemukan 4 jenis kepiting rajungan dengan spesies yang berbeda yaitu Portunus pelagicus (Kepiting Bulan Terang), Portunus reticulates (Kepiting Renjong), Charybdis feriata (Kepiting Bawang ), dan Thalamita crenata (Kepiting Batu). Kepadatan kepiting saat bulan Februari dengan jenis Portunus retikulatus sebesar 30 ind/km 2 , jenis Portunus pelagikus sebesar 20 ind/km 2 dan jenis Thalamita crenata sebesar 4 ind/km 2 sedangkan pada bulan Maret terjadi penurunan kepadatan populasi kepiting sebesar 15 ind/km 2 dengan jenis Portunus retikulatus, jenis Portunus pelagikus sebesar 9 ind/km 2 , jenis Thalamita crenata sebesar 1 ind/km 2 serta 1 ind/km 2 dengan jenis Charybdis feriata . Pola persebaran populasi kepiting yang terdapat di zona intertidal pantai Busung yaitu mengelompok dan acak. Status populasi kepiting muda terletak pada kisaran ukuran lebar karapas sebesar 612,0 cm dicirikan dengan banyaknya kepiting yang mengalami proses moulting. Kemudian kepiting dewasa dicirikan dengan adanya kondisi kepiting yang bertelur terletak pada kisaran 11,814,0 cm. Kondisi bertelur ini merupakan proses pematangan gonad pada kepiting betina. Kata Kunci: Zona Intertidal, Kepadatan, Keanekaragaman Jenis, Pola Sebaran, Kepiting

Transcript of STATUS POPULASI KEPITING DI ZONA INTERTIDAL PANTAI...

STATUS POPULASI KEPITING DI ZONA INTERTIDAL

PANTAI BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM

KABUPATEN BINTAN

Crab Population Status In Intertidal Zone Busung Beach

District of Seri Kuala Lobam Bintan regency

NIA AFRIYANIE A.M 1)*

, ITA KARLINA 1)

, ARIEF PRATOMO 2)

Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Department of Marine Sciences

Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji

Email : [email protected]

RANGKUMAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Maret Tahun 2016, di daerah perairan

pantai Busung, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan. Hasil penelitian ditemukan 4

jenis kepiting rajungan dengan spesies yang berbeda yaitu Portunus pelagicus (Kepiting Bulan

Terang), Portunus reticulates (Kepiting Renjong), Charybdis feriata (Kepiting Bawang ), dan

Thalamita crenata (Kepiting Batu). Kepadatan kepiting saat bulan Februari dengan jenis Portunus

retikulatus sebesar 30 ind/km2, jenis Portunus pelagikus sebesar 20 ind/km

2 dan jenis Thalamita

crenata sebesar 4 ind/km2 sedangkan pada bulan Maret terjadi penurunan kepadatan populasi

kepiting sebesar 15 ind/km2 dengan jenis Portunus retikulatus, jenis Portunus pelagikus sebesar 9

ind/km2, jenis Thalamita crenata sebesar 1 ind/km

2 serta 1 ind/km

2 dengan jenis Charybdis feriata

. Pola persebaran populasi kepiting yang terdapat di zona intertidal pantai Busung yaitu

mengelompok dan acak. Status populasi kepiting muda terletak pada kisaran ukuran lebar karapas

sebesar 6–12,0 cm dicirikan dengan banyaknya kepiting yang mengalami proses moulting.

Kemudian kepiting dewasa dicirikan dengan adanya kondisi kepiting yang bertelur terletak pada

kisaran 11,8–14,0 cm. Kondisi bertelur ini merupakan proses pematangan gonad pada kepiting

betina.

Kata Kunci: Zona Intertidal, Kepadatan, Keanekaragaman Jenis, Pola Sebaran, Kepiting

ABSTRACT

This research purposed was This study was conducted from January to March 2016, in the

area of coastal waters of Busung, districts of Kuala Lobam, Bintan regency. Results of the

study were found four species of crab crabs namely Portunus pelagicus (Crab Bright

Moon), Portunus reticulates (Crab Renjong), Charybdis feriata (Crab Onion), and

Thalamita crenata (Stone Crab). The density of crabs in February with the species

Portunus retikulatus of 30 ind / km2, the species Portunus pelagikus of 20 ind / km

2 and

species Thalamita crenata by 4 ind / km2, while in March a decline in population densities

of crabs by 15 ind / km2 with a species of Portunus retikulatus , the species of Portunus

pelagikus by 9 ind / km2, species Thalamita crenata by 1 ind / km

2 and 1 ind /km

2 with a

species of Charybdis feriata. The pattern of population distribution crab found in the

intertidal zone Busung coast was clustered and random. Status of young crab population

lies in the range of carapace width of 6-12.0 cm in the number of crabs is characterized by

undergoing the process of moulting. Then the adult crab in the crab is characterized by the

existence of conditions that spawn lies in the range of 11.8-14.0 cm. Conditions spawn

showed a process of gonadal maturation in female crabs.

Keywords: Intertidal Zone, Density, Diversity Species, Distribution Pattern, Crab

I. PENDAHULUAN

Zona intertidal adalah daerah pantai yang

terletak antara pasang tinggi dan surut

terendah, daerah ini mewakili peralihan

dari kondisi lautan ke kondisi

daratan(Nybakken 1988: 35). Selain itu

daerah intertidal ini merupakan daerah

yang paling sempit namun memiliki

keragaman dan kelimpahan organisme

yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan habitat-habitat laut lainnya

(Yuliandaet al, 2013). Berbagai jenis

invertebrata dapat ditemukan di daerah

intertidal salah satunya yaitu beraneka

jenis kepiting. Kepiting dari jenis

krustasea merupakan salah satu hewan

bentos yang hidup di daerah intertidal

(Anggraeniet al,2015). Zona intertidal

pantai Desa Busung merupakan salah satu

desa yang menjadi sumber penangkapan

ikan, kepiting dan gonggong yang

dijadikan mata pencaharian untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat

setempat. Oleh karena tu penelitian ini di

lakukan untuk mengetahui tingkat

kepadatan dan populasi, pola penyebaran

kepiting dan keanekaragaman jenis

kepiting yang tertangkap di zona

intertidal pantai Busung Kabupaten

Bintan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Januari 2016-Maret 2016 yang berlokasi

di pantai Busung Kecamatan Seri Kuola

Lobam Kabupaten Bintan. Penelitian ini

dilakukan dengan meletakkan bubu

sebanyak 50 buah yang tersebar sebanyak

50 titik secara acak dapat dilihat pada

Gambar berikut ini:

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Adapun bahan dan alat yang digunakan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1. Bahan- bahan penelitian

No Nama

bahan

Satuan Kegunaan

1 Sampel

kepiting

Ekor Untuk objek

pengamatan

2 Ikan rucah Ekor Sebagai umpan

3 Aquades ml Untuk kalibrasi

instrument

Tabel 2. Alat- alat penelitian

No Nama alat Satuan Jum

lah

Kegunaan

1 Multitester

1

unit

untuk

mengukur suhu pH,

dan DO

2 Salinometer

0/00

1 unit

untuk mengukur

salinitas

3 Kamera

1 unit

Untuk dokumentasi

4 Alat tulis dan buku

Buah 1 unit

Untuk mencatat

hasil

5 Sarung Tangan

Buah

2 unit

Untuk mengamank

an tangan

6 Bubu korea

(lipat)

Buah 50

unit

Sebagai alat

tangkap

kepiting 7 Penggaris

Besi

cm 1

unit

Untuk

mengukur

panjang / lebar

kepiting

8 Data pasang surut 2016

Pedoman pada saat

turun

lapangan

9 Timbangan kg 1

unit

Untuk

menimbang berat badan

sampel

kepiting 10 Literature –

literatur

yang mendukung

Membantu

identifikasi

kepiting

11 Ember 3

unit

Wadah

sampel kepiting

12 GPS 1

unit

Mengetahui

titik koordinat

13

Perahu 1

unit

Sebagai

transportasi

Pencarian sampel kepiting di daerah

pantai Busung ini dilakukan bersama

nelayan dengan menggunakan

alat/perangkap. Alat yang digunakan

untuk menangkap kepiting adalah

perangkap yang oleh masyarakat lokal

disebut dengan bubu korea atau lipat.

Bubu ini umumnya dioperasikan dengan

menggunakan umpan yang berupa ikan

rucah untuk menarik perhatian kepiting

agar mendekati dan masuk ke dalam

bubu. Peletakan perangkap dilakukan

secara acak pada saat surut dan

pengambilan kepiting yang terperangkap

dilakukan pada saat pasang. Penangkapan

kepiting ini dilakukan dengan

menggunakan 50 unit bubu dalam 2 kali

ulangan untuk mendapatkan hasil yang

sempurna.

2.1 Analisis Data

Setelah mengetahui jenis dan jumlah

spesies kepiting yang tertangkap, maka

dilakukan perhitungan kepadatan kepiting

dengan menggunakan rumus (Brower et

al, 1990 dalam Miranto, 2013).

K = Ni

A

Keterangan :

K = Kepadatan (Ind/km2)

ΣNi = Jumlah individu jenis ke – i

A = Luas daerah pengambilan contoh (km 2)

Kepadatan Relatif (Brower et al, 1990

dalam Miranto, 2013)

KR (%) = 𝑛𝑖

𝑁

Keterangan :

ni = Jumlah individu

Σ N= Total Seluruh Individu

Analisa sampel untuk Indeks

Keanekaragaman menggunakan rumus

Shannon-Wiener (Krebs 1989 dalam

Pratiwi et al, 2013).

H’= - ∑ pi Log 2pi

Keterangan :

H' = indeks keanekaragaman jenis

pi = ni/N

ni = jumlah total individu ke-i

N = jumlah total individu

Kisaran Indeks keanekaragaman

Shannon dikategorikan atas nilai-nilai

sebagai berikut (Syari 2005 dalam

Pratiwi et al, 2013):

H’ < 3,322 = Keanekaragaman jenis

rendah, tekanan ekologi sangat

kuat.

3,322<H’<9,966 = Keanekaragaman jenis

sedang, tekanan ekologi sedang.

H’ > 9,966 = Keanekaragaman jenis

tinggi, terjadi keseimbangan

ekosistem.

Untuk menghitung adanya

dominansi suatu spesies dalam suatu

populasi kepiting dapat dihitung dengan

indeks dominansi sebagai berikut (Pratiwi

et al, 2013):

C = ∑ (𝑛𝑖

𝑁) 2

Keterangan :

C = nilai dominansi

Ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah total individu

Indeks keseragaman jenis kepiting

dihitung menggunakan rumus Pilou

dalam Krebs (1989 dalam Ariana et al,

2013) sebagai berikut:

E = H′

Log 2 S

Sedangkan Pola sebaran populasi

kepiting ditentukan dengan menghitung

indeks dispersi morisita dengan

menggunakan uji statistik. Persamaan

indeks dispersi morisita dikutip dari

Soegianto (1994) dalam Pratama (2013)

dengan persamaan sebagai berikut:

Id = n 𝑋2 𝑠𝑛=1 - N

N(N-1)

Keterangan :

Id = Indeks Dispesi Morisita

n = Jumlah plot pengambilan contoh

N = Jumlah individu dalam n plot

X = Jumlah individu pada setiap plot

Nilai indeks morisita yang diperoleh

diinterpretasikan sebagai berikut:

Id = 1, distribusi individu cenderung acak

Id = 0, distribusi individu bersifat

seragam

Id = n (> 1), distribusi individu cenderung

berkelompok.

Kemudian untuk menguji apakah suatu

persebaran acak atau tidak, maka

dilakukan uji khi kuadrat dengan rumus

sebagai berikut :

𝑥2 = (n ∑ X 2/ N) - N

Selanjutnya nilai Khi-kuadrat dari hasil

perhitungan tersebut dibandingkan

dengan nilai Khi-kuadrat pada tabel

statistik dengan menggunakan selang

kepercayaan 95% (α = 0.05). Jika nilai

Khi-kuadrat hitung lebih kecil dari

Khi-kuadrat tabel maka berarti tidak ada

perbedaan nyata dengan acak. Jika nilai

X2 hitung lebih besar dari nilai X2 tabel,

maka tolak Ho (Id = 1), yang berarti ada

perbedaan nyata dengan penyebaran acak.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Komposisi dan Klasifikasi Jenis

Kepiting

Penelitian ini ditemukan 4 jenis kepiting

rajungan dengan spesies yang berbeda

yaitu Portunus pelagicus (Kepiting Bulan

Terang), Portunus reticulatus (Kepiting

Renjong), Charybdis feriata (Kepiting

Bawang ), Thalamita crenata (Kepiting

Batu). rajungan yang ditemukan memiliki

bentuk dan warna tubuh yang berbeda

seperti gambar 2 di bawah ini:

a.

b.

c.

d.

Gambar 2. Variasi bentuk karapas. a. Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758), b. Portunus

reticulatus (Herbst, 1799), c. Charybdis feriata (

Linnaeus, 1758), d. Thalamita crenata (Rüppell, 1830)

a.

b.

c.

d.

Gambar 3.Variasi bentuk kelamin

Jantan . a. Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758),

b. Portunus reticulatus (Herbst, 1799), c. Charybdis feriata ( Linnaeus, 1758), d. Thalamita crenata (Rüppell, 1830)

Gambar 4. Kondisi kepiting bertelur

3.2 Kepadatan kepiting

Tingkat Kepadatan populasi adalah rata-

rata jumlah individu persatuan luas atau

volume (Campbell et al, 2004 dalam

Saputriyanti, 2014). Tingkat kepadatan

kepiting di zona intertidal pantai Busung

dapat dikatakan bervariasi pada setiap

bulan yaitu berkisar mulai dari 1

indi/km2–30 ind/km

2.

3.3 Kondisi Fisiologi dan

Morfometrik Kepiting

kondisi fisiologi yang terdiri dari jenis

kelamin, kondisi bertelur, dan kondisi

moulting pada kepiting terlihat pada

Gambar 5.

05

1015202530

Kepadatan Kepiting Ind/km 2

Februari

Maret

0

20

40

60

80

100 Jantan

Betina

Bertelur

Moulting

Kondisi bertelur pada kepiting yang

tertangkap banyak terdapat pada jenis

Portunus retikulatus sebesar 100%.

Banyaknya kepiting betina pada jenis

Portunus retikulatus yang tertangkap

menunjukkan bahwa kepiting yang

tertangkap tersebut diduga adalah

kepiting yang siap memijah karena disaat

tertangkap mereka sedang melakukan

ruaya dari hutan mangrove menuju

perairan pantai untuk melakukan

pemijahan. Migrasi kepiting betina

matang gonad ke perairan laut,

merupakan upaya mencari perairan yang

kondisinya cocok sebagai tempat

memijah, inkubasi dan menetaskan telur.

Menurut hasil penelitian Wijayaet al,

(2010) menyatakan intensitas pemijahan

tertinggi atau puncak musim pemijahan

kepiting bakau terjadi pada bulan

Februari sampai April dimana penelitian

ini dilakukan saat bulan Januari – Maret. .

Kondisi moulting pada kepiting banyak

yang tertangkap pada jenis Portunus

pelagikus sebesar 54 % sedangkan jenis

Portunus retikulatus hanya sebesar 46 %.

Tabel 3. Lebar (cm) karapas kepiting

No Populasi Frekuensi Panjang Spesies

Kelas

Charybdis

feriata

Portunus

pelagikus

Portunus

retikulatus

Thalamita

crenata

1 5-5.9 3

2 6-6.9 1 3

3 7-7.9 4 1 3

4 8-8.9 9 5

5 9-9.9 9 14

6 10-10.9 3 11

7 11-11.9 6 9

8 12-12.9 1 4 10

9 13-13.9 2 3

10 14-14.9 2

Tabel 4. Panjang (cm) karapas kepiting

No Populasi Frekuensi Lebar Spesies

Kelas Charybdis

feriata Portunus pelagikus

Portunus retikulatus

Thalamita crenata

1 3.4-3.85

14 5 3

2 3.86-4.31

7 12 3 4.32-4.77

3 14

4 4.78-5.22

11 14 3

5 5.23-5.68

5 7

6 5.69-6.14

2 5 7 6.15-6.60

4

8 6.61-7.06 9 7.07-7.52 10 7.53-7.98 1

Tabel 5. Berat (Gram) kepiting

No Populasi Frekuensi Berat Spesies

Kelas

Charybdis

feriata

Portunus

pelagikus

Portunus

retikulatus

Thalamita

crenata

1 30-57 16 13 3

2 58-85 13 23

3 86-113 8 14 3

4 114-141 3 4

5 142-169 1 4

6 170-197 1 3

7 198-225

8 226-253

9 254-281

10 282-308 1

Dari data tabel diatas dapat dilihat

bahwa kepiting rajungan yang ada di

Desa Busung memiliki ukuran panjang

dan lebar karapas yang bervariasi dari

setiap kepiting yang tertangkap baik

dalam jumlah berdasarkan jenis kelamin,

kondisi moulting dan kondisi bertelur.

Berdasarkan kondisi moulting ukuran

lebar karapas sekitar 8,3 cm-12 cm,

sedangkan ukuran panjang karapas pada

saat kondisi moulting sekitar 3,8 cm-5,5

cm. Selain itu berdasarkan kondisi

bertelur ukuran lebar karapas sekitar 11,8

cm-14 cm, sedangkan ukuran panjang

karapas sekitar 5,4 cm-6,5 cm. Ukuran

berat kepiting yang tertangkap

menunjukkan variasi yang berbeda yaitu

sekitar 30-308 gram. Sedangkan kondisi

kepiting bertelur menujukkan ukuran

berat sekitar 130-190 gram.

3.4 Kelompok Umur

Jumlah kepiting yang tertangkap selama

penelitian ini yaitu sebanyak 110 ekor

dengan kisaran lebar karapas mulai dari

5,0 cm hingga 14,9 cm terlihat pada

gambar dibawah ini:

Gambar 6. Diagram Populasi Lebar Kelas

Karapas Kepiting

Dari Gambar 6 diatas terlihat bahwa

kepiting muda terletak pada kisaran

02468

101214

5-5

.9

8-8

.9

11

-11

.9

14

-14

.9Fre

kue

nsi

leb

ar k

arap

as

lebar Kelas karapas kepiting

Charybdis feriata

Portunus

pelagikusPortunus

retikulatusThalamita crenata

Moulting

ukuran lebar karapas sebesar 6 – 12,0 cm

dicirikan dengan banyaknya kepiting

yang mengalami proses moulting.

Kegiatan moulting ini merupakan proses

pertumbuhan atau pembesaran kepiting

pada fase muda menuju dewasa.

Kemudian kepiting dewasa dicirikan

dengan adanya kondisi kepiting yang

bertelur terletak pada kisaran 11,8 – 14,0

cm. kondisi bertelur ini merupakan proses

pematangan gonad pada kepiting betina.

3.5 Indeks keanekaragaman (H’),

indeks keseragaman (E), dan

indeks dominansi (C) Kepiting.

Tabel 6. Jumlah Indeks Keanekaragaman

(H’), Indeks Dominansi (C), Indeks

Keseragaman Jenis (E) pada kepiting

H’ E C

1,29 0,6 0,46

Indeks Keanekaragaman (H’) kepiting di

zona intertidal pantai Busung sebesar

1,29. Kisaran nilai tersebut

menggambarkan bahwa populasi kepiting

di zona intertidal pantai Busung dapat

dikategorikan memiliki keanekaragaman

yang rendah dengan tekanan ekologi yang

sangat kuat. Hal ini dikarenakan

pemanfaatan oleh masyarakat yang

berlebih, pembuangan limbah domestik

ke laut dan adanya predator di lokasi

penangkapan berpengaruh terhadap

lingkungannya.

3.6 Pola Sebaran Kepiting

Tabel 7. Pola Sebaran Populasi Kepiting

di Perairan Desa Busung

Spesies n Dk

(n-1)

Id X2

Hitung

X2

(0,05)

Pola

Sebaran

Portunus

retikulatus

61 60 15 1581,3

6

43,77 Berkelompok

Portunus

pelagikus

42 4 7,35 691,82 43,77 Berkelompok

Thalamita

Crenata

6 5 0,14 -93,64 11,07 Acak

Charybdis

feriata

1 0 -0,01 -

109,55

0 Tidak

terdefinisikan

Bedasarkan Tabel 7 dapat dilihat

bahwa pada perairan pantai Busung

terdapat 2 pola persebaran populasi

kepiting, yaitu mengelompok dan acak.

Pola persebaran mengelompok ditemukan

pada jenis Portunus retikulatus dan

Portunus pelagikus sedangkan pola

persebaran acak terdapat pada jenis

Thalamita Crenata dan pola persebaran

pada jenis Charybdis feriata tidak

terdefinisikan. Bila diperhatikan pada

jenis Portunus retikulatus dan Portunus

pelagikus dengan pola mengelompok

memiliki tingkat kepadatan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan jenis

Thalamita Crenata dan Charybdis

feriata. Hal ini mengindikasikan bahwa

pola mengelompok berpengaruh pada

tingkat kepadatan kepiting yang berkaitan

dengan keberhasilan tingkat reproduksi

atau pemijahan. Menurut Gultom, 2012

menyatakan bahwa pola sebaran kepiting

tergantung pada beberapa faktor antara

lain : musim pemijahan, tingkat

kelangsungan hidup dari tiap-tiap umur

serta hubungan antara kepiting dengan

perubahan lingkungan.

3.7 Kualitas Perairan

Pengukuran kualitas perairan meliputi

suhu, salinitas, pH dan DO. Nilai

pengukuran kualitas perairan dapat dilihat

pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Pengukuran Kualitas Perairan

No

Parameter Satuan Nilai Rata-

Rata

Hasil

Baku Mutu

Air

Baku Mutu

perairan

kepiting

Sumber

1 Suhu C0 28,2 28-

30

18-35 Monoarfa

et al,

2013 2 Salinitas 0/00 33,02 33-

34

15-30 Purnama

ningtyas

& Amran,

2010

3 Derajat Keasaman

(pH)

8,3 7-8,5 7,7-8,4 Purnamaningtyas

&

Amran, 2010

4 DO mg/L 6,8 ˃5 ˃4 Aslamya

h et al, 2014

Keterangan: baku mutu (Kepmen LH

No.51 tahun 2004)

. Nilai rata-rata pH sebesar 8,3 artinya pH

di Perairan Desa Busung memiliki

kisaran pH yang relatif stabil dan dapat

dikatakan layak untuk kehidupan biota

didalamnya. Menurut Purnamaningtyas &

Amran, 2010 menyatakan pH berperan

terhadap perkembangbiakan larva

kepiting. Selain pH, salinitas juga

berpengaruh terhadap kehidupan kepiting.

Kisaran rata-rata salinitas yang diperoleh

dari penelitian ini sebesar 33,02 0/00

(Tabel 8). Kisaran salinitas ini jauh dari

kisaran optimum yang dibutuhkan

kepiting untuk pertumbuhan, sehingga

menyebabkan pertumbuhan kepiting

menjadi stress. Kondisi stress pada

kepiting dapat dicirikan dengan keluarnya

buih dari mulut kepiting ketika di

tangkap. Kemudian kisaran rata-rata

oksigen terlarut (DO) di perairan Desa

Busung sebesar 6,8. Menurut KEP

No.51/MENLH/2004menyatakan oksigen

terlarut yang diperkenankan adalah > 5.

Hal ini menunjukkan kisaran yang di

peroleh di perairan Desa Busung dalam

batas normal.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan hasil penelitian yang

telah di lakukan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menemukan 4 jenis

kepiting rajungan dengan spesies

yang berbeda yaitu Portunus

pelagicus (Kepiting Bulan Terang),

Portunus reticulatus (Kepiting

Renjong), Charybdis feriata

(Kepiting Bawang ), dan Thalamita

crenata (Kepiting Batu).

2. Jenis Portunus reticulates yang

tertangkap sebesar 55%, jenis

Portunus pelagicus sebesar 38%,

jenis Charybdis feriata sebesar

1% dan Thalamita crenata sebesar

5%.

3. Kepadatan kepiting saat bulan

Februari dengan jenis Portunus

retikulatus sebesar 30 ind/km2,

jenis Portunus pelagikus sebesar 20

ind/km2 dan jenis Thalamita

crenata sebesar 4 ind/km2

sedangkan pada bulan Maret terjadi

penurunan kepadatan populasi

kepiting sebesar 15 ind/km2 dengan

jenis Portunus retikulatus, jenis

Portunus pelagikus sebesar 9

ind/km2, jenis Thalamita crenata

sebesar1 ind/km2 serta 1 ind/km

2

dengan jenis Charybdis feriata .

4. Pola persebaran populasi kepiting

yang terdapat di zona intertidal

pantai Busung yaitu mengelompok

dan acak. Pola persebaran

mengelompok ditemukan pada jenis

Portunus retikulatus dan Portunus

pelagikus sedangkan pola

persebaran acak terdapat pada jenis

Thalamita Crenata dan pola

persebaran jenis Charybdis feriata

tidak dapat terdefinisikan.

5. Status populasi kepiting muda

terletak pada kisaran ukuran lebar

karapas sebesar 6 – 12,0 cm

dicirikan dengan banyaknya

kepiting yang mengalami proses

moulting. Kemudian kepiting

dewasa dicirikan dengan adanya

kondisi kepiting yang bertelur

terletak pada kisaran 11,8 – 14,0

cm. Kondisi bertelur ini merupakan

proses pematangan gonad pada

kepiting betina.

6. Nilai rata-rata pengukuran

parameter kualitas air menunjukkan

nilai kisaran yang masih tergolong

memenuhi standar baku mutu untuk

kehidupan biota laut.

4.2 Saran

Adapun saran dari peneliti sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian

mengenai keberadaan kepiting

berdasarkan umpan yang berbeda,

serta diperlukan juga penelitian

lanjutan dalam jangka waktu yang

lebih luas (1 tahun).

2. Perlu dilakukan penelitian

mendalam guna melihat sejauh

mana batas toleransi kepiting

terhadap tiap-tiap parameter

lingkungan.

3. Diperlukan segera suatu upaya

pelestarian serta pola pemanfaatan

dan pengelolaan yang lestari

terhadap populasi kepiting di zona

intertidal pantai Busung, oleh

pemerintah terutama Dinas

Kelautan Perikanan.

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis ucapkan

kepada semua pihak yang telah

mendukung dan membantu, terkhusus

kepada :

1. Ibunda, ayahanda dan adik-adik

tercinta serta teman-teman

seperjuangan

2. Ibu Ita Karlina, S.Pi, M.Si selaku

dosen pembimbing I.

3. Bapak Arief Pratomo, ST, M.Si

selaku dosen pembimbing II.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,P.,Dewi,E.,Dan Rianta,P.

2015.Sebaran Kepiting

(Brachyura) Di Pulau Tikus,

Gugusan Pulau Pari,Kepulauan

Seribu. Hal: 213-221.Vol 1, No 2,

April 2015

Anonim. 2014. Ekologi Populasi.

Universitas Gadjah Mada

https://ml.scribd.com/doc/242046

472/Ekologi-Populasipdf, 30

Oktober 2015

Aslamyah,S Dan Yushinta Fujaya. 2014.

Frekuensi Pemberian Pakan

Buatan Berbasis Limbah Untuk

Produksi Kepiting Bakau

Cangkang Lunak. Jurnal Ilmu

Kelautan dan Perikanan Vol.24

(1) April 2014: 44-52

Fujaya, Y. 2008. Kepiting komersil di

dunia, biologi, pemanfaatan, dan

pengelolaannya. Citra Emulsi.

Makassar.

Fujaya,Y. Dan DD Trijuno, Hasnidar.

2013. Pengaruh Siklus Bulan

Terhadap Dinamika Hormon

Ecdysteroid Kaitannya dengan

Aktivitas Molting Kepiting Bakau

(Scylla olivacea) pada Budidaya

Kepiting Cangkang Lunak.

Gultom,G.M.,2012. Studi Kelimpahan

Dan Keanekaragaman Kepiting

Brachyura Di Pantai

Poncan,Pulau Poncan Gadang,

Kotamadya Sibolga

.skripsi.Universitas Negeri Medan

Jafar, Lisda. 2011. Perikanan Rajungan

Di Desa Mattiro Bombang (Pulau

Salemo, Sabangko Dan Sagara)

Kabupaten Pangkep. Skripsi.

Universitas Hasanuddin Makasar.

Kep No.51/MENLH/2004. Baku Mutu

Air Laut

http://www.ppk-

kp3k.kkp.go.id/ver3/media/downlo

ad/RE_keputusan-menteri-negara-

lingkungan-hidup-nomor-51-

tahun 2004_20141008143942.pdf,

2 Juni 2016

Komunitas Biota Dunia Perairan.

Kepiting Bakau (Scylla sp).2013

http://dunia-

perairan.blogspot.co.id/2013/02/k

epiting-bakau-scylla-sp.html,

2 Juli 2016

Komunitas Perikanan. 2016. Mengenal

Kepiting Soka

http://kabmmu.blogspot.co.id/201

2/06/mengenal-kepiting-soka.html,

2 Juli 2016

Kordi, H.G.M. 2012.Ekosistem Mangrove

: Potensi, Fungsi, dan

Pengelolaan.Jakarta: Rineka Cipta

Marianingtyas. 2009. Studi Pola

Penyebaran Kepiting Di Perairan

Surabaya.FMIPA, Istitut

Teknologi Sepuluh November.

Surabaya

Miranto,Adi.2013.Tingkat Kepadatan

Kepiting Bakau Di Sekitar Hutan

Mangrove Di Kelurahan

Tembeling Kecamatan Teluk

Bintan Kepulauan Riau.

Skripsi,Jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Monoarfa,S, Syamsuddin dan Sri

Nuryatin.2013. Analisis

Parameter Dinamika Populasi

Kepiting Bakau (Scylla serrata) di

Kecamatan Kwandang,

Kabupaten Gorontalo Utara.

Jurnal Ilmiah Perikanan dan

Kelautan. Volume 1, Nomor 1,

Juni 2013

Mulya, M. B, (2002), Keanekaragaman

dan Kelimpahan Kepiting Bakau

(Scylla spp.) di Hutan Mangrove

Suaka Margasatwa Karang

Gading dan Langkat Timur, Tesis,

Program Pascasarjana IPB, Bogor

Nybakken, James. Wiley. 1988. Biologi

Laut, Suatu Pendekatan Biologi.

Jakarta. Gramedia.

Peraturan Menteri Kelautan Dan

Perikanan Republik Indonesia

NO. 1/PERMEN-KP/2015.

Penangkapan Lobster (Panulirus

Spp.), Kepiting (Scylla Spp.), Dan

Rajungan (Portunus Pelagicus

Spp.)

http://kkp.go.id/assets/uploads/201

5/01/18-SE-Menteri.pdf, 4 Mei

2016

Pratama,R.R. 2013. Analisis Tingkat

Kepadatan Dan Pola Persebaran

Populasi Siput Laut Gonggong

(Strombus Cannarium) Di

Perairan Pesisir Pulau Dompak.

Skripsi, Jurusan Ilmu Kelautan

Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Pratiwi,R. Dan Ernawati,W. 2013 .Pola

Sebaran Dan Zonasi Krustasea Di

Hutan Bakau Perairan Teluk

Lampung. Zoo Indonesia 2013.

22(1): 11-21.

Purnamaningtyas,S.E & Amran

R.S.2010.Kajian Kualitas Air

Dalam Mendukung Pemacuan

Stok Kepiting Bakau Di

Mayangan Subang, Jawa

Barat.LIMNOTEK

(2010)17(1):85-93.

Rahmat, Enjah. 2011. Teknik Pengukuran

Morfometrik Pada Ikan Cucut Di

Perairan Samudera Hindia. Jurnal

Teknisi Litkayasa pada Balai Riset

Perikanan Laut, Muara Baru-

Jakarta

Rusmadi .2014. Studi Biologi Kepiting Di

Perairan Teluk Dalam Desa

Malang Rapat Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi,

Jurusan Ilmu Kelautan Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Saputriyanti. 2014. Pola Sebaran Dan

Tingkat Kepadatan Populasi Siput

Gonggong (Strombus Sp.) Di

Perairan Pulau Penyengat

Kepulauan Riau. Skripsi, Jurusan

Ilmu Kelautan Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Shimek, R.L. 2008. Crabs, (Online),

(www.reefkeeping.com, Di Unduh

10 November 2015)

Suryani,M.2006. Ekologi Kepiting Bakau

(Scylla Serrata Forskal) Dalam

Ekosistem Mangrove Di Pulau

Enggano Provinsi Bengkulu.Tesis.

Universitas Diponegoro Semarang

Susanto,Adi,R.I Dan Devi,Y.

2014.Perbedaan Jenis Umpan

Dan Waktu Penangkapan

Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

Dengan Bubu Lipat Skala

Laboratorium.Jurnal Perikanan

dan Kelautan Vol. 4 No. 4 : 221-

228.

Utina,R.,Chairunnisah, Dan Abubakar

S.K. 2013.Deskripsi Perbedaan

Jumlah Individu Kepiting Bakau

Scylla Serrata Dan Uca Sp Serta

Hubungannya Dengan Faktor

Lingkungan Pada Ekosistem

Mangrove Di Desa Bulalo

Kecamatan Kwandang Kabupaten

Gorontalo Utara.

Wijaya,N.I,Fredinan Y.,Mennofatria

B.Dan Sri J.2010.Biologi Populasi

Kepiting Bakau (Scylla Serrata

F.) Di Habitat Mangrove Taman

Nasional Kutai Kabupaten Kutai

Timur.Oseanologi dan Limnologi

di Indonesia(2010) 36(3): 443-461

Yulianda,F.,Muhamad S., Yusuf, dan

Windy P.2013. Zonasi Dan

Kepadatan Komunitas Intertidal

Di Daerah Pasang Surut, Pesisir

Batuhijau, Sumbawa. Jurnal Ilmu

dan Teknologi Kelautan Tropis,

Vol. 5, No. 2, Hlm. 409-416,

Desember 2013