Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D...

23
SNI 03-6475-2000 Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Metode uji pondasi tiang dengan beban statis tekan aksial ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN

Transcript of Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D...

Page 1: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

Standar Nasional Indonesia

Standar Nasional Indonesia

Metode uji pondasi tiang dengan beban statistekan aksial

ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN

Page 2: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

i

Daftar isi

Hal.

1. Ruang Lingkup................................................................................................ 1

2. Acuan ............................................................................................................. 1

3. Peralatan Pembebanan .................................................................................. 1

4. Peralatan Untuk mengukur Pergerakan.. ........................................................ 4

5. ProsedurPembebanan .................................................................................... 6

6. Prosedur Pengukuran Pergerakan Tiang ........................................................ 8

7. Persyaratan Keamanan .................................................................................. 10

8. Laporan .......................................................................................................... 10

Lampiran A : Daftar Istilah...................................................................................... 12

Lampiran B : Gambar-Gambar............................................................................... B1

Lampiran C : Daftar Nama dan Lembaga............................................................... C1

Page 3: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

1 dari 21

Metode uji pondasi tiang dengan beban statis tekan aksial

1. Ruang Lingkup

1.1. Metode uji ini mencakup prosedur pengujian satu buah pondasi tiang tegak ataumiring dan pondasi kelompok tiang tegak untuk menentukan perilakunya akibatpembebanan tekan statis yang bekerja pada sumbu tiang atau kelompok tiang. Metode uji inidapat diterapkan pada seluruh jenis pondasi dalam yang mempunyai fungsi serupa denganpondasi tiang tanpa meninjau metode pemasangannya. Metode uji disusun dalam beberapabutir yaitu :

Dokumen Acuan butir 2

Peralatan Pembebanan butir 3

Peralatan Pengukur Pergerakan butir 4

Prosedur Pembebanan butir 5

Prosedur Pengukuran Pergerakan butir 6

Persyaratan Keamanan butir 7

Laporan butir 8

1.2. Nilai-nilai dinyatakan dalam satuan SI dan dianggap sebagai satuan standar.

Catatan 1 : Peralatan dan prosedur dengan keterangan “opsi” hanya digunakan bila dipersyaratkandalam spesifikasi proyek atau atas persetujuan perencana pondasi.

Catatan 2 : Metode uji tidak mencakup interpretasi (penafsiran) hasil uji atau penerapannya dalamdisain. Lampiran XI berisi komentar mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi penafsiran hasiluji. Seorang ahli geoteknik harus menafsirkan hasil uji untuk memperkirakan kapasitas dan kinerjapondasi tiang. Istilah “runtuh” yang digunakan dalam metode uji ini adalah indikasi penurunanberuntun secara cepat dari sebuah tiang atau kelompok tiang akibat beban tetap.

2. Acuan

ASTM :

- ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load

ANSIS :

- ANSIS B 30.1 Safety Code for Jacks.

3. Peralatan Pembebanan

3.1. Umum

3.1.1 Peralatan untuk pemberian beban tekan kepada tiang atau kelompok tiang uji harussesuai dengan butir 3.3, 3.4 dan 3.5 atau dipersyaratkan tersendiri dan harus disusunsedemikian rupa sehingga beban diberikan pada sumbu memanjang dari tiang ataukelompok tiang untuk memperkecil eksentrisitas pembebanan.

Butir 3.3 ditujukan untuk pemberian beban aksial kepada satu buah tiang tegak atau tiangmiring sedangkan butir 3.4 dan 3.5 ditujukan hanya untuk pemberian beban vertikal saja.

Page 4: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

2 dari 21

Catatan 3 : Pada uji beban vertikal kelompok tiang dapat terjadi rotasi dan perpindahan horizontal darikepala tiang. Apabila hal ini tidak dikehendaki maka peralatan penahan harus diperhitungkan padarancangan dan pembuatan peralatan pembebanannya.

Catatan 4 : Apabila pemberian beban aksial pada tiang miring tidak memungkinkan maka pengujiantiang tegak didekatnya mungkin dapat digunakan untuk mengevaluasi daya dukung aksial tiang miringtersebut.

3.1.2. Apabila kondisi memungkinkan, tanah dasar pada tiang tunggal atau kelompok tiangharus digali sampai pada elevasi rencana pemotongan tiang. Tiang atau tiang-tiang uji harusdipotong atau dibuat sampai pada elevasi tertentu sehingga memudahkan pemasanganperalatan pembebanan, penempatan peralatan pengukuran dan pengamatanpengukurannya. Apabila diperlukan, tiang uji harus disangga dan atau diikat sehinggapenekukan tiang dapat dicegah tanpa mempengaruhi hasil uji.

3.1.3. Apabila kepala tiang rusak setelah pemancangan maka bagian tiang yang rusaktersebut harus dibuang sebelum uji dilakukan. Untuk uji kelompok tiang, kepala tiang-tiangharus disatukan dengan pelat beton bertulang (blok tiang) yang dirancang dan dibuatberdasarkan panduan praktis.

Catatan 5 : Jarak bersih nominal antara blok tiang dan permukaan tanah perlu ditentukan sehinggapenyangga tekuk tidak perlu dipasang. Rangka baja yang memadai dapat menggantikan blok kepalatiang untuk keperluan uji tiang.

3.1.4. Pada butir 3.3 dan 3.4 dan untuk pengujian tiang tunggal pada butir 3.5, landasandari pelat baja (pelat uji) dengan tebal tidak kurang dari 50 mm untuk menghindari lenturanakibat beban, harus dipasang di titik pusat penampang tiang atau blok tiang serta tegak lurusterhadap poros memanjang tiang atau kelompok tiang. Untuk pengujian kelompok tiangdengan pembebanan pada dua titik atau lebih, landasan pelat baja harus dipasang padasetiap titik pembebanan tersebut serta harus dipasang secara simetris terhadap titik pusatkelompok tiang. Pada pengujian tiang tunggal, ukuran pelat uji tidak boleh lebih kecil dariukuran penampang tiang dan tidak boleh lebih kecil dari ukuran penampang dasar dongkrakhidraulik. Sedangkan pada pengujian kelompok tiang, ukuran pelat uji tidak lebih kecil daridua kali luas penampang dasar dongkrak hidraulik.

3.1.5. Untuk pengujian pada tiang beton pracetak atau cetak ditempat, pelat uji harusdipasang dengan menggunakan bahan graut yang cepat mengering bertekanan tinggi. Untukpengujian pada tiang baja H tunggal, pelat uji harus dipasang dengan pengelasan. Untukpengujian pada tiang kayu tunggal, pelat uji dapat langsung di atas kepala tiang yang telahdipotong sebelumnya agar pelat uji sepenuhnya menumpu pada permukaan tiang; sebagaialternatif pelat uji dapat dipasang dengan bahan graut yang cepat mengering danberkekuatan tinggi.

3.1.6. Pada butir 3.3 dan 3.4, dongkrak hidraulik harus diletakkan di titik pusat pelat uji.Pelat baja landasan harus dipasang diantara permukaan atas piston dongkrak denganpermukaan bawah balok uji. Apabila alat ukur beban dengan ketelitian tinggi atau peralatanlain yang setara digunakan, maka alat ukur beban tersebut harus diletakan pada titik pusatpelat baja di atas dongkrak dan harus dipasang landasan pelat baja lainnya denganketebalan cukup diantara pengukur beban dan permukaan bawah balok uji.

3.1.7. Pada butir 3.5 untuk pengujian kelompok tiang, pelat uji yang digunakan dapatmengacu pada butir 3.1 atau sebagai alternatif balok uji dapat langsung diletakkan di atasblok kepala tiang atau pembebanan dapat langsung diletakan di atas blok tiang. Untukmendapatkan tumpuan maka pemasangan balok uji pada blok tiang menggunakan bahangraut yang cepat mengering dan berkekuatan tinggi apabila diperlukan.

Page 5: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

3 dari 21

3.2. Peralatan Uji

3.2.1. Dongkrak hidraulik dan prosedur operasinya harus mengacu pada ANSI B 30.1.

3.2.2. Kecuali bila digunakan terkalibrasi, maka seluruh sistem dongkrak termasukdongkrak hidraulik, pompa hidraulik dan pengukur tekanan hidraulik sebelum digunakanharus dikalibrasi sebagai satu kesatuan dengan ketelitian tidak kurang dari 5% terhadappembebanannya. Dongkrak hidraulik harus dikalibrasi pada seluruh lintasan pistonnya untukpenambahan dan pengurangan beban. Apabila digunakan dua atau lebih dongkrak, makaharus memakai diameter piston yang sama serta harus dihubungkan dengan satu alat ukurtekanan dan satu pompa hidraulik.

Catatan 6 : Apabila kalibrasi seluruh sistem sebagai kesatuan tidak memungkinkan untukdilaksanakan, pengukuran tekanan hidraulik dapat dikalibrasi tersendiri dan luas piston dongkrakharus diukur.

3.2.3. Apabila ketelitian pengukur tekanan lebih tinggi dari yang disyaratkan maka “loadcell” atau pengukur beban lainnya yang setara harus dipasang pada dongkrak hidraulik.“Load cell” atau pengukur beban lainnya tersebut harus dikalibrasi sebelumnya denganketelitian tidak kurang dari 2% terhadap pembebanan dan harus dilengkapi dengan landasanbulat.

3.2.4. Apabila pompa hidraulik ditinggal sewaktu-waktu pada saat pengujian dilakukan,pompa harus dilengkapi dengan pengatur otomatis untuk menjaga supaya besarnyapembebanan konstan selama penurunan tiang terjadi.

3.2.5. Laporan kalibrasi peralatan pengujian harus disertakan dan harus menyatakanbesarnya suhu udara pada saat kalibrasi dilakukan.

Catatan 7 : Perlu dipertimbangkan untuk menggunakan dua buah pengukur beban secara bersamaan(pengukur tekanan dan pengukur beban) sebagai upaya periksa silang dan sebagai cadangan apabilasalah satu pengukur mengalami gangguan. Piston dongkrak harus mempunyai panjang yang cukupuntuk mengantisipasi penurunan tiang yang akan terjadi, lendutan balok uji dan regangan dari sistemjangkar pada butir 3.3. Sebaiknya menggunakan dongkrak hidraulik tunggal dengan kapasitas tinggidaripada menggunakan beberapa dongkrak. Tetapi bila digunakan lebih dari satu dongkrak, makasetiap dongkrak harus dilengkapi alat ukur tekanan disamping pengukur utama untuk mengetahuiadanya gangguan yang terjadi.

3.3. Pembebanan tiang tunggal atau kelompok tiang dengan dongkrak hidraulik dan portalberjangkar (Gambar 1 dan 2).

3.3.1. Pasang sejumlah tiang jangkar atau sistem penjangkaran lainnya agar dapatmenahan tekanan dongkrak. Jarak bebas antara tiang jangkar dengan tiang tunggal ataukelompok uji tidak kurang dari lima kali diameter maksimum dari tiang jangkar atau tiang ujiterbesar dan tidak kurang dari 2 m. Pada pengujian tiang miring, tiang jangkar harusdipasang sejajar dengan tiang uji.

3.3.2. Pasang balok uji dengan ukuran dan kekuatan yang cukup agar lendutannya kecilpada titik pusat tiang atau kelompok tiang. Jarak bebas antara sayap bawah balok uji danbagian atas kepala tiang atau blok kepala tiang harus cukup untuk pemasangan landasan-landasan pelat baja, dongkrak hidraulik dan alat ukur beban (bila digunakan). Padapengujian tiang miring balok uji harus dipasang tegak lurus terhadap tiang uji. Untukpengujian dengan pembebanan sangat besar dengan beberapa tiang jangkar, rangka bajadapat digunakan untuk menyalurkan reaksi beban dari balok uji tiang jangkar.

3.3.3. Pasang balok uji (atau struktur kerangka reaksi bila digunakan) pada tiang jangkaratau sistem jangkar lainnya dengan suatu hubungan yang telah dirancang secukupnyasupaya tidak tergelincir, atau menghasilkan regangan yang berlebihan.

3.3.4. Berikan beban uji sesuai dengan prosedur baku pada butir 5.1 atau menurutspesifikasi pembebanan dongkrak hidraulik dengan balok uji untuk tiang tunggal dankelompok tiang.

Page 6: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

4 dari 21

3.4. Pembebanan tiang tunggal atau kelompok tiang dengan dongkrak hidraulik danbordes/kotak beban (Gambar 3).

3.4.1. Pasang balok uji dengan ukuran dan kekuatan yang cukup agar lendutannya kecilpada titik pusat tiang atau kelompok tiang. Jarak bebas antara sayap bawah balok uji danbagian atas kepala tiang atau blok tiang harus cukup untuk menampung pelat uji, pelatlandasan, dongkrak hidraulik dan pengukur beban (bila digunakan). Topang kedua ujungbalok uji tersebut dengan susunan balok kayu atau penyangga sementara lainnya.

3.4.2. Pasang bordes atau kotak beban ditengah bentang balok uji dengan kedua ujungbalok melintang sejajar dengan balok uji. Tumpu kedua ujung balok melintang dengansusunan balok kayu permanen atau tiang penyangga dalam jarak yang cukup jauh dari tiangatau kelompok tiang uji dan tidak kurang dari 1,5 m. Apabila digunakan susunan balok kayu,maka daerah tumpuannya harus cukup luas agar tidak terjadi penurunan tanah dasar yangberlebihan.

3.4.3. Isi bordes atau platform dengan material yang sesuai seperti : tanah, batuan, beton,baja atau tangki air dengan berat total (termasuk balok uji dan bordes atau kotak beban)minimum 10% lebih besar dari maksimum beban uji.

3.4.4. Bebani sesuai prosedur baku pada butir 5.1 atau menurut spesifikasi pembebanandongkrak hidraulik dengan balok uji untuk tiang tunggal dan kelompok tiang.

3.5. Pembebanan langsung dengan berat tertentu pada tiang tunggal atau kelompok tiang(Gambar 4, 5 dan 6).

3.5.1. Pasang balok uji secara simetris terhadap pelat uji atau blok tiang dengan berattertentu, ukuran dan kekuatan secukupnya untuk menghindari lendutan yang berlebihan.Penyangga susunan balok kayu sementara dapat dipasang pada kedua ujung balok uji agarbalok tersebut stabil. Sebagai alternatif beban uji dengan berat yang diketahui dapatlangsung diletakkan di atas kepala tiang atau blok tiang.

3.5.2. Letakkan titik tengah bordes di atas balok uji pada titik pusat pelat uji sehinggabordes setimbang atau diletakan langsung dititik pusat blok kepala tiang. Kedua ujung balokmelintang bordes harus sejajar dengan balok uji dan harus disangga oleh susunan balokkayu atau tiang penyangga. Jarak bebas antara susunan balok penyangga bordes dengantiang atau kelompok tiang uji tidak kurang dari 1.5 m.

3.5.3. Letakkan pasangan pasak diantara penyangga dan balok melintang bordes sehinggabordes dapat setimbang selama pemberian dan pelepasan beban uji.

3.5.4. Apabila bordes siap dibebani, singkirkan penyangga sementara pada kedua ujungbalok uji dan pasak harus dikencangkan. Pembebanan pada bordes harus mengikutiprosedur baku pada butir 5.1 atau disyaratkan dengan menggunakan material seperti bajadan beton sehingga berat kenaikkan beban dapat ditetapkan sebesar 5%.

Catatan 8 : Pada peralatan pembebanan butir 3.5, dapat dilakukan pembacaan langsung elevasibatang bulat di atas titik tengah kepala tiang atau blok tiang atau pelat uji untuk mengukur penurunankepala tiang seperti pada butir 4.2.3. Untuk pengujian pada tiang beton, diperlukan lubang ditengahpelat uji agar jarum baja yang ditanam di atas kepala tiang atau blok tiang dapat muncul di atas pelatuji. Untuk pengujian pada tiang baja H atau tiang kayu pembacaan dapat dilakukan di atas pelat uji.Untuk mengakomodasikan batang bulat digunakan dua buah balok uji dengan jarak antara yangcukup dan sebuah lubang perlu dibuat pada dasar bordes. Lubang pada dasar bordes tersebut tidakboleh tertutup oleh benda uji agar supaya batang bulat dapat terlihat.

3.6. Jenis peralatan pembebanan lainnya (Opsi)

Setiap jenis lain dari peralatan pembebanan yang memenuhi ketentuan dasar butir 3.3 atau3.4 dapat digunakan.

Page 7: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

5 dari 21

4. Peralatan Untuk Mengukur Pergerakan

4.1 Umum

4.1.1 Seluruh balok dan kabel acuan harus ditumpu dengan penyangga tersendiri yangtertanam kuat di dalam tanah dengan jarak bebas tidak kurang dari 2,5 m dari tiang (tunggalatau kelompok) uji serta berjarak cukup jauh dari tiang jangkar atau susunan balok kayu.Balok acuan harus cukup kaku untuk menyangga peralatan ukur sehingga tidak terjadivariasi pembacaan yang terlalu besar. Apabila digunakan balok baja sebagai balok acuanmaka salah satu ujungnya harus bebas bergerak ke arah horizontal sebagai akibatpemuaian.

4.1.2 Jarum ukur harus mempunyai pergerakan paling sedikit 50 mm; tuas ukur yang lebihpanjang harus disediakan sebagai antisipasi penurunan yang lebih besar. Kecuali sepertiyang disyaratkan pada butir 4.4.2, jarum ukur penurunan harus mempunyai ketelitianminimum 0,25 mm. Permukaan landasan rata dan halus (seperti kaca) yang tegak lurusterhadap pergerakan tuas ukur harus terpasang pada tuas ukur. Skala baca patok ukurpenurunan tiang harus mempunyai ketelitian 0,25 mm. Batang terget harus terbaca sampai0,3 mm.

4.1.3 Jarum ukur, mistar dan titik-titik acuan harus ditandai dengan jelas memakai angkaatau huruf. Sistem pengukuran, sistem acuan dan instrumentasi harus diberi perlindunganterhadap perubahan suhu ekstrim dan terhadap gangguan lainnya. Jarum, patok ukur dantitik acuan yang terdapat pada tiang uji atau blok tiang harus menempel kuat agar tidakterjadi pergerakan relatif terhadap tiang atau blok tiang selama pengujian.

4.2 Pergerakan Aksial Pangkal Tiang (Gambar 7)

Peralatan untuk mengukur pergerakkan aksial tiang uji (tunggal atau kelompok) harus terdiridari sistem primer dan sekunder seperti pada metode berikut ini :

Catatan 9 : Dua sistem pengukuran yang terpisah diperlukan untuk pemeriksaan data pengamatan,mengetahui gangguan pada sistem pengukuran dan mendapatkan data yang kontinyu apabila jarumatau patok pengukuran harus dimatikan.

4.2.1 Jarum Ukur

Dua balok acuan sejajar, satu pada setiap sisi tiang uji (tunggal atau kelompok) harusdipasang sedemikian rupa sehingga penyangga kedua ujung-ujungnya berada cukup jauhdari tiang jangkar atau tumpuan susunan kayu. Paling sedikit dua jarum ukur harus dipasangsatu pada setiap balok acuan dengan jarak yang hampir sama dari titik pusat tiang uji(tunggal atau kelompok) serta tuas ukur harus sejajar dengan sumbu memanjang tiang.Tuas ukur ini harus menumpu pada baja siku yang menempel erat pada kedua sisi tiangatau blok tiang. Sebagai alternatif dapat saja sebaliknya yaitu jarum ukur dipasang pada bajasiku dan tuas ukur menumpu pada balok acuan tetapi tuas ukur harus tetap sejajar dengansumbu memanjang tiang. Jarum ukur dapat diletakan di atas pelat uji dengan menggunakanbatang target yang dimasukan ke dalam tiang (lihat gambar 7) tetapi dua jarum ukurtambahan (satu pada setiap sisi tiang) harus dipasang untuk mengukur pergerakkan relatifantara pelat uji dengan tiang uji. Untuk pengujian tiang miring, jarum ukur harus dipasangpada garis yang tegak lurus sumbu memanjang tiang uji.

Catatan 10 : Penggunaan empat buah jarum ukur dengan sudut 90o

satu sama lainnya disarankanuntuk mengkompensasi pergerakkan lateral dan rotasi dari kepala tiang akibat eksentrisitas

pembebanan.

Catatan 11 : Pada pengujian tiang miring disarankan untuk memasang jarum ukur segaris denganarah miring tiang melalui titik pusat tiang. Tuas ukur tegak lurus terhadap sumbu memanjang tiangdan menumpu pada pelat kaca berminyak untuk mengukur pergerakkan lateral.

Page 8: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

6 dari 21

4.2.2 Kawat, Cermin dan Pita Ukur

Dua kawat sejajar, satu pada setiap sisi tiang uji (tunggal atau kelompok) direntangkansedemikian rupa sehingga tumpuannya berada cukup jauh dari tiang jangkar atau tumpuansusunan balok. Rentangan kawat tersebut harus melintas di depan pita ukur yang ditempelpada cermin dan dipasang pada tiang dalam arah sejajar dengan sumbu memanjang tiang.

Pergerakkan sumbu tiang dapat diketahui dengan melihat kawat yang berimpit dengan skalapada pita ukur tersebut. Jarak kawat dari muka cermin tidak boleh lebih dari 25 mm dantegangan kawat harus tetap dijaga selama pengujian berlangsung. Kawat yangdipergunakan adalah kawat piano atau sejenisnya.

4.2.3 Alat penyipat datar atau Sinar Laser

Pembacaan dengan alat penyipat datar atau sinar laser harus menggunakan bak ukur ataumistar ukur dan harus diikat terhadap titik tetap (BM) yang paling dekat dengan lokasipengujian. Sebagai alternatif, alat penyipat datar harus diletakan pada suatu objek denganelevasi tetap (misalnya permukaan tiang pancang) di luar daerah pengujian terdekat. Titik-titik tetap yang digunakan pada pembacaan penurunan harus diletakan pada kedua sisi tiang(tunggal atau kelompok) yang saling berhadapan. Apabila titik tetap diletakan pada titiktengah dipuncak tiang (tunggal atau kelompok) atau dengan mistar ukur di atas pelat ujimaka pergerakkan relatif antara pelat uji dan puncak tiang diukur menurut butir 4.2.1 (lihatgambar 7).

4.2.4 Alat ukur tipe lain (Opsi)

Alat ukur dengan tipe lain seperti alat ukur elektrik atau optik yang telah teruji keandalannyadengan ketelitian 0,25 mm dapat digunakan.

4.3 Pergerakan Lateral (Opsi)

Pergerakan lateral dari puncak tiang uji (tunggal atau kelompok) harus diukur denganketelitian 2,5 mm dan menggunakan salah satu dari metode berikut ini :

a) Dua buah jarum ukur yang diletakan saling tegak lurus di atas balok acuan dengan tuaspengukur tegak lurus terhadap sumbu memanjang tiang yang menumpu pada sisi tiang ataublok tiang.

b) Dua buah mistar ukur yang diletakan horizontal dan saling tegak lurus pada dua sisitiang atau blok tiang pada pengujian tiang miring. Salah satu alat ukur harus diletakan dalamarah sumbu tiang.

4.4 Pengukuran Peningkatan Regangan (Opsi)

4.4.1 Tiang uji harus dilengkapi dengan alat ukur untuk mengetahui distribusi penyaluranbeban dari tiang ke tanah. Bila batang regangan (lihat gambar 7, 8, 9 dan 10) digunakanmaka harus diletakan di dalam atau disisi tiang uji sampai pada ujung tiang atau titik-titiklainnya disepanjang tiang sesuai dengan kebutuhan. Batang regangan ini harus dilindungidalam pipa untuk menjamin pergerakkan bebas dari batang tersebut. Pengaruh pipapelindung pada sifat elastis dari penampang tiang uji harus diperhitungkan. Apabila alat ukurregangan dengan tahanan listrik dipergunakan maka jenis alat ukur dan cara pemasanganharus sesuai dengan spesifikasinya dan harus mencakup alat ukur kompensasi suhu.

Catatan 12 : Apabila memungkinkan, program pengukuran regangan harus mencakup kalibrasi alatdan kronologis regangan sejak sebelum tiang dipasang dalam tanah.

Page 9: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

7 dari 21

4.4.2 Pergerakan memanjang kepala tiang uji harus diukur dengan jarum ukur (lihatbutir 4.2.1). Pergerakan setiap ujung atas batang regangan relatif terhadap kepala tiangharus diukur dengan jarum ukur sampai ketelitian 0,025 mm. Jarum ukur harus mengacupada titik tiang uji di bawah pelat uji tetapi dapat pula mengacu pada puncak pelat uji, kecualibila pelat uji di las pada tiang atau apabila pergerakan relatif antara pelat uji dengan tiang ujidiukur sesuai dengan butir 4.2.1 (lihat gambar 7).

5 Prosedur Pembebanan

5.1 Prosedur Pembebanan Standar

Jika tidak terjadi keruntuhan, bebani tiang uji sampai 200% dari beban uji rencana untukpengujian tiang tunggal atau 150% untuk pengujian kelompok tiang dengan peningkatanpembebanan sebesar 25%. Pertahankan pembebanan sampai laju penurunan tiang tidaklebih dari 0,25 mm/jam selama tidak lebih dari 2 jam. Apabila tiang uji (tunggal ataukelompok) belum mengalami keruntuhan dan besarnya penurunan tidak lebih dari 0,25 mmselama 1 jam maka pembebanan dihentikan setelah selang 12 jam pengujian; sedangkanapabila besarnya penurunan lebih dari itu maka pembebanan total harus tetap diberikanuntuk selang waktu 24 jam. Setelah pembebanan total mencapai 24 jam, pembebanan harusdikurangi dengan laju pengurangan beban 25% untuk setiap 1 jam. Apabila kegagalan tianguji terjadi, pembebanan harus dilanjutkan sampai penurunan tiang mencapai 15% dari garistengah tiang atau diagonal tiang.

5.1.1 Metode Pembebanan Langsung

Pada metode pembebanan langsung seperti yang disebut dalam butir 3.5, peningkatanpembebanan pertama harus memperhitungkan berat dari balok uji dan bordes pembebanan.Sebelum penambahan atau pengurangan beban, pasak harus dikencangkan agar bordestetap stabil. Pada saat penambahan atau pengurangan beban harus dijaga agar tidak terjadipembebanan akibat benturan/tumbukan.

Catatan 13 : Pengujian sampai pada keruntuhan tiang memberikan informasi sangat berharga kepadaperencana. Hal ini dianjurkan sebelum perancangan pondasi untuk mengevaluasi kinerja dariberbagai jenis tiang yang berbeda. Pengujian tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis danbeban rencana optimum dari tiang.

Catatan 14 : Apabila pengujian dapat atau telah menunjukkan; penurunan yang sangat kecil padabeban rencana atau keruntuhan pada pembebanan uji total, maka pertimbangan untuk; menaikkanlaju pembebanan pada awal (sebelum atau setelah) pengujian atau menurunkan laju pembebananpenambahan pada pengujian tiang berikutnya dapat dilakukan.

5.2 Pembebanan Siklik (Opsi)

Untuk pembebenan awal, penambahan beban sesuai dengan butir 5.1, setelah pembebananmencapai 50%, 100% dan 150% dari beban rencana untuk tiang tunggal atau 50% dan100% untuk kelompok tiang. Pembebanan pada setiap tahap tersebut dipertahankan selama1 jam, kemudian pembebanan diturunkan sesuai dengan laju penurunan beban denganselang waktu 20 menit untuk setiap tingkat penurunan. Setelah pembebanan total dari setiappembebanan diangkat, bebani kembali pada setiap tingkat beban terdahulu dengankenaikkan sebesar 50% dari beban rencana. Selang waktu untuk setiap kenaikan adalah 20menit. Setelah seluruh beban perlu dicapai, pertahankan dan kurangi beban sesuai denganbutir 5.1.

Page 10: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

8 dari 21

5.3 Pembebanan melebihi beban uji standar (Opsi)

Setelah pembebanan dilakukan dengan butir 5.1, bebani kembali tiang uji (tunggal ataugrup) sesuai dengan standar beban uji dengan laju penambahan 50% dari beban rencanadan selang waktu 20 menit untuk setiap tingkat pembebanan. Setelah itu pembebanandinaikkan kembali dengan laju penambahan 10% dari beban rencana dengan selang waktu20 menit (untuk tiang tunggal atau kelompok) sampai dengan pembebanan total (150% atau100%) atau sampai dengan terjadinya kegagalan tiang uji. Apabila kegagalan tidak terjadi,pembebanan total dipertahankan selama 2 jam dan kemudian pembebanan diturunkandengan 4 tingkatan penurunan beban yang sama dengan selang waktu 20 menit untuksetiap penurunan.

5.4 Pembebanan dengan selang waktu tetap (opsi)

Prosedur pembebanan sesuai dengan butir 5.1, tetapi dengan laju peningkatan sebesar 20%dalam selang waktu 1 jam untuk setiap tingkatan dan dengan selang waktu 1 jam untuksetiap tingkat penurunan beban.

5.5 Metode laju penetrasi tetap untuk tiang tunggal (opsi)

5.5.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban ujimaksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4. Piston dongkrakhidraulik harus dapat bergerak lebih panjang dari pada pergerakan kepala tiang yangmungkin terjadi dan tidak kurang dari 25% diameter tiang atau diagonal tiang. Pompamekanis harus dilengkapi dengan; katup pembuang, alat pengatur kecepatan atau alatlainnya untuk mengatur tekanan secara halus (tidak mendadak/tersendat-sendat). Apabiladigunakan sistem perekam gambar, jam digital sampai dengan pembacaan detik harusdipakai serta seluruh alat pengukur harus mudah terbaca dan berada pada jangkauankamera.

5.5.2 Pemberian beban dapat diubah-ubah seperlunya agar laju penetrasi tiang dapatdijaga sebesar 0,25 s/d 1,25 mm/menit untuk tanah kohesif atau 0,75 s/d 2,5 mm/menituntuk tanah berbutir kasar atau dapat ditentukan tersendiri. Penambahan beban diteruskanuntuk menjaga laju penetrasi tiang yang ditentukan tersebut di atas dan pembebanandihentikan apabila laju penetrasi konstan tanpa penambahan beban atau kapasitas peralatanpembebanan sudah tercapai. Apabila laju penetrasi konstan tercapai, pembebanandipertahankan sampai penetrasi total tiang mencapai paling sedikit 15% dari diameter rata-rata tiang atau diagonal tiang pada saat beban harus dikurangi. Apabila penetrasi tiangberhenti pada beban uji maksimum maka pembebanan dapat dikurangi.

5.5.3 Untuk prosedur pengukuran mengacu pada butir 6.3.

5.6 Metode uji pembebanan cepat untuk tiang tunggal (opsi)

5.6.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban ujimaksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4.

5.6.2 Berikan pembebanan dengan tingkat kenaikan 10 s/d 15 % dari beban rencanadengan selang waktu tetap untuk setiap tingkat kenaikan yaitu 2,5 menit (atau dapatditentukan lain). Peningkatan pembebanan ditambah sampai pendongkrakan menerusdiperlukan untuk mempertahankan beban uji atau sampai kapasitas peralatan pembebanandicapai. Bila salah satu keadaan tersebut di atas tercapai maka pendongkrakan dihentikandan setelah 5 menit (atau ditentukan lain) seluruh beban dapat dikurangi.

5.6.3 Prosedur pengukuran berdasarkan butir 6.4.

Page 11: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

9 dari 21

Catatan 15 : Untuk butir 5.5 dan 5.6, disarankan agar beban uji total dikurangi dalam 4 tahap dengantingkat penurunan yang hampir sama dan dalam selang waktu 5 menit untuk tiap tahap. Dengandemikian kurva pengurangan beban dapat ditentukan.

5.7 Metode pembebanan dengan peningkatan penetrasi tetap untuk tiang tunggal(opsi).

5.7.1 Peralatan pembebanan harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban ujimaksimum dan harus sesuai dengan persyaratan pada butir 3.3 atau 3.4.

5.7.2 Lakukan pembebanan secara bertingkat agar dicapai tingkat penurunan pangkaltiang sebesar 1% dari rata-rata diameter tiang atau diagonal tiang. Pembebanan dapatdiubah-ubah seperlunya agar setiap tingkat penurunan dapat dipertahankan serta bebantidak boleh ditambah sampai laju perubahan beban untuk mempertahankan tingkatpenurunan konstan kurang dari 1% beban uji total per jam. Pembebanan dilanjutkan denganlaju penurunan tersebut sampai dengan penurunan total kepala tiang sebesar 10% daridiameter rata-rata tiang atau diagonal tiang atau sampai dengan kapasitas peralatanpembebanan tercapai.

5.7.3 Krangi beban uji total dalam 4 tingkatan pengurangan beban yang sama setelahmempertahankan tingkat penurunan terkahir atau setelah laju perubahan beban kurang dari1% beban uji total per jam. Pengurangan beban yang kedua dapat dilakukan apabila lajupemantulan tiang (pergerakan ke atas) pada pengurangan beban pertama kurang dari 0.3%diameter rata-rata atau diagonal tiang per jam.

5.7.4 Prosedur pengukuran berdasarkan butir 6.5.

Catatan 16 : Untuk tiang pancang pada tanah kohesif harus diberikan selang waktu yang cukupantara pemancangan dan pengujian untuk memberi waktu pada pengurangan tekanan air pori yangdihasilkan oleh pemancangan. Selang waktu tersebut tergantung pada beberapa hal seperti;besarnya tekanan air pori yang terjadi, tingkat gangguan pada struktur tanah akibat pemancangandan parameter tanah yang bersangkutan. Selang waktu tersebut dapat berkisar antara 3 hari sampaidengan 30 hari atau lebih; kebutuhan waktu yang sebenarnya dapat ditentukan melalui pengujian(misalnya : pemukulan ulang tiang) atau berdasarkan pengalaman sebelumnya.

Catatan 17 : Untuk menghindari rangkak yang berlebihan pada tiang beton cor ditempat, selangwaktu antara pengecoran dengan pengujian harus cukup agar penurunan suhu dan pengerasan betondapat berlangsung dengan baik. Waktu yang dibutuhkan untuk pengerasan beton di lapangan lebihlama dari pada beton uji di laboratorium.

6 Prosedur Pengukuran Pergerakan Tiang

6.1 Umum

Pada pergerakan aksial, lakukan pengukuran pada kepala tiang atau blok tiang; Pengukurandapat dilakukan pada pelat uji asalkan persyaratan pada butir 4.2.1 dipenuhi. Untukpergerakan lateral, pengukuran dilakukan pada kedua sisi tegak lurus kepala tiang atau bloktiang. Pembacaan pada seluruh alat ukur harus dilakukan secara serempak dan sepraktismungkin. Apabila digunakan metode pembebanan seperti pada butir 3.5, pembacaan alatukur harus dilakukan sebelum balok uji dan bordes berada di atas tiang (tunggal ataukelompok). Setiap penyesuaian alat ukur atau data uji yang tercatat di lapangan sebutkandan uraikan secara jelas.

6.2 Metode Pengukuran Baku

Ukur dan catat waktu, beban dan pergerakan sebelum dan setelah peningkatan danpengurangan beban. Pada saat pembebanan dan selama tiang (tunggal atau kelompok) ujibelum mengalami keruntuhan, ukur dan catat tambahan beban selama pembebanan denganselang waktu tidak lebih dari 10 menit untuk 0,5 jam pertama dan tidak lebih dari 20 menitsetelah itu untuk setiap tingkat pembebanan. Setelah seluruh beban uji diberikan dan tiang

Page 12: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

10 dari 21

(tunggal atau kelompok) tidak mengalami keruntuhan, ukur dan catat dengan selang waktusebagai berikut; tidak lebih dari 20 menit untuk 2 jam pertama, tidak lebih dari 1 jam untuk 10jam berikutnya dan tidak lebih dari 2 jam untuk 12 jam berikutnya. Apabila keruntuhan tiangterjadi maka lakukan pengukuran dan pencatatan segera sebelum pengurangan bebantingkat pertama. Pada saat pengurangan beban, lakukan pengukuran dan pencatatandengan selang waktu tidak melebihi 20 menit. Pengukuran pemantulan tiang dilakukan 12jam setelah seluruh beban dikurangi.

Catatan 18 : Apabila pengukuran tingkat regangan pada butir 4.4 dilakukan dengan alat ukurregangan, maka pembacaan dan pencatatannya harus dilakukan sebelum dan setelah pemasangantiang uji dan sesaat sebelum dibebani, sehingga riwayat lengkap regangan didapat dan tegangan sisadapat diperhitungkan.

6.3 Pengukuran untuk pembebanan dengan laju penetrasi tetap

Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan paling sedikit setiap30 detik untuk menentukan laju penetrasi (penurunan) tiang uji. Apabila pembacaan danpencatatan dilakukan dengan alat otomatis maka alat tersebut harus dioperasikan selamapengujian berlangsung. Bila laju penetrasi telah mencapai yang ditentukan, lanjutkanpembacaan dan pencatatan selama durasi pembebanan dan pembebanan maksimumditentukan. Segera setelah pengurangan beban, baca dan catat waktu, beban dan pantulantiang harus dilakukan. Lanjutkan pembacaan dan pencatatan akhir 1 jam setelah seluruhbeban dihilangkan.

6.4 Pengukuran untuk metode uji pembebanan cepat

Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan segera sebelum dansetelah setiap pemberian peningkatan beban dan pada setiap selang waktu yang telahditetapkan. Bila pembebanan maksimum telah diberikan, lakukan pembacaan danpencatatan dilakukan pada saat pengdongkrakan dihentikan. Hal tersebut dilakukanpembacaan ulang pada saat 2,5 menit dan ulangi pembacaan 5 menit selanjutnya. Apabilaselang waktu yang ditetapkan lebih besar dari butir 5.7.2 lakukan pembacaan danpencatatan tambahan seperti yang ditetapkan. Lakukan pembacaan dan pencatatan waktudan pemantulan tiang setelah seluruh beban dihilangkan. Ulangi setelah 2,5 menit danulangi kembali 5 menit berikutnya.

6.5 Pengukuran untuk metode peningkatan penurunan tetap

Lakukan pembacaan dan pencatatan waktu, beban dan penurunan segera sebelum dansetelah setiap tingkat penurunan dengan pembacaan antara secukupnya, sehingga lajuperubahan beban dan beban sebenarnya yang diperlukan untuk menjaga setiap tingkatpenurunan dapat dihitung. Pada saat pengurangan beban, lakukan pembacaan danpencatatan waktu, beban dan pantulan tiang segera setelah setiap penurunan tingkat bebandengan pembacaan antara secukupnya sehingga laju pantulan tiang dapat dihitung. Lakukanpembacaan dan pencatatan akhir 12 jam setelah seluruh beban dihilangkan.

Catatan 19 : Pembacaan elevasi harus dilakukan pada balok acuan dan pada sistem tumpuanmenggunakan alat penyipat datar elevasi dan mistar ukur untuk mengetahui setiap pergerakanberlebih yang mungkin terjadi. Pembacaan dan pencatatan pengukuran tersebut sebelum pemberianbeban dimulai yaitu pada saat; beban rencana beban uji maksimum dan setelah seluruh beban ujidihilangkan. Pembacaan pada selang waktu tertentu diperlukan jika pembacaan menunjukkankeganjilan.

Catatan 20 : Apabila pengujian tiang dilakukan pada tanah berbutir kasar pada galian yangdikeringkan yang mungkin akan tergenang pada saat pelaksanaan, elevasi muka air harus dijagasedekat mungkin dengan permukaan tanah galian tersebut. Kedalaman permukaan air tanah tersebutharus diukur dan dicatat selama pengujian berlangsung. Jika kedalaman permukaan air tanah lebihdari 1,5 m maka harus dilakukan koreksi terhadap daya dukung tiang dari hasil pengujian yang telahdibuat sebelumnya.

Page 13: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

11 dari 21

7 Persyaratan Keamanan

7.1 Seluruh pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan pengujian pembebanan tiangharus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi atau menghindari bahayakecelakaan :

7.1.1 Seluruh daerah kerja, jalan kereta api, bordes dan sebagainya harus bebas daribarang bekas, sampah, peralatan kecil dan akumulasi lumpur, gemuk, oli atau pelumaslainnya.

7.1.2 Semua material dan penyangga kayu harus berkualitas baik dan dalam kondisi layakpakai dengan permukaan rata dan tepi bersudut tajam.

7.1.3 Dongkrak hidraulik harus dilengkapi dengan pelat tumpuan berbentuk bola atauharus kontak penuh dengan permukaan dasar tumpuan dan harus dipasang pada sumbuuntuk mencegah eksentrisitas.

7.1.4 Beban tidak boleh diangkat, digantung atau diturunkan di atas kepala seseorang.

7.1.5 Pengikatan balok uji atau portal uji terhadap tiang angker harus dirancang dandipasang untuk menyalurkan seluruh beban dengan faktor keamanan yang memadai.

7.1.6 Pada pengujian tiang miring, semua dongkrak, pelat tumpuan, balok atau portal ujiharus terikat kuat pada tempatnya atau ditahan secukupnya agar tidak tergelincir (selip)pada saat pengurangan beban.

7.1.7 Seluruh beban harus stabil dan setimbang. Jika menggunakan metode pembebananpada butir 3.5, pasak harus berada pada tempatnya setiap saat untuk mencegah bordesmenjadi miring. Selama pengujian, pergerakan beban atau sistem peralatan uji harusdimonitor untuk mengetahui kemungkinan ketidakstabilan.

7.1.8 Semua balok uji, portal uji, bordes dan kotak beban harus selalu ditumpu secukupnyasetiap saat.

7.1.9 Hanya petugas pelaksana yang diperbolehkan berada dalam daerah pengujian.

8 Laporan

8.1 Laporan pengujian harus mencakup informasi berikut ini, apabila diperlukan :

8.1.1 Umum

8.1.1.1 Identifikasi Proyek

8.1.1.2 Lokasi Proyek

8.1.1.3 Lokasi Pengujian

8.1.1.4 Pemberi Pekerjaan

8.1.1.5 Ahli Struktur

8.1.1.6 Ahli Geoteknik

8.1.1.7 Kontraktor Pelaksana Pekerjaan Pondasi Tiang

8.1.1.8 Kontaktror Pemboran Uji

8.1.1.9 Tanda dan lokasi pemboran uji terdekat terhadap pengujian pembebanan tiang.

8.1.1.10 Bor log dari pemboran uji terdekat tersebut.

8.1.1.11 Datum horizontal (koordinat)

8.1.1.12 Datum vertikal (elevasi)

8.1.2 Peralatan pemasangan tiang

Page 14: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

12 dari 21

8.1.2.1 Pabrikan, model, jenis dan ukuran palu pemancang.

8.1.2.2 Berat palu dan piston pemancang.

8.1.2.3 Panjang lintasan piston

8.1.2.4 Energi rerata

8.1.2.5 Rerata kapasitas boiler atau kompresor

8.1.2.6 Jenis dan ukuran “capblock” dan bantalan tiang.

8.1.2.7 Berat dan ukuran “drive cap” dan “follower”

8.1.2.8 Ukuran “predrilling” atau “jetting”

8.1.2.9 Berat klem, “follower”, adaptor dan osilator dari penggetar.

8.1.2.10 Jenis, ukuran, panjang dan berat mandrel.

8.1.2.11 Jenis, ukuran dan panjang auger.

8.1.2.12 Jenis dan ukuran pompa grout.

8.1.2.13 Jenis, ukuran, tebal dinding dan panjang “casing”.

8.1.3 Tiang Uji dan Tiang Angker

8.1.3.1 Identifikasi dan lokasi

8.1.3.2 Beban rencana

8.1.3.3 Jenis tiang

8.1.3.4 Bahan tiang

8.1.3.5 Ukuran ujung dan kepala tiang

8.1.3.6 Kualitas tiang uji kayu

8.1.3.7 Metode dan proses pengawetan kayu

8.1.3.8 Tebal dinding tiang uji pipa

8.1.3.9 Berat persatuan panjang tiang uji H

8.1.3.10 Deskripsi perkuatan atau pelindung ujung tiang

8.1.3.11 Deskripsi pengikat tiang-tiang kayu

8.1.3.12 Deskripsi lapisan permukaan khusus yang digunakan

8.1.3.13 Berat tiang uji

8.1.3.14 Tanggal pembuatan tiang beton pracetak

8.1.3.15 Kekuatan silinder beton

8.1.3.16 Deskripsi tulangan baja tiang beton uji

8.1.3.17 Kondisi tiang beton uji pracetak

8.1.3.18 Prategang efektif

8.1.3.19 Tiang tegak dan miring

8.1.3.20 Kemiringan tiang

8.1.3.21 Panjang tiang uji saat pemancangan

8.1.3.22 Panjang tiang uji dan tiang angker tertanam

8.1.3.23 Panjang tiang yang diuji

Page 15: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

13 dari 21

8.1.3.24 Elevasi akhir kepala tiang terhadap datum tetap.

8.1.4 Pemasangan Tiang uji dan Tiang Angker

8.1.4.1 Tanggal pemancangan

8.1.4.2 Tanggal pengecoran

8.1.4.3 Volume pengecoran

8.1.4.4 Tekanan pompa pengecoran

8.1.4.5 Deskripsi pemboran awal atau “jetting”

8.1.4.6 Tekanan operasi palu pemancang

8.1.4.7 “Throttle setting” dari pemancang disel

8.1.4.8 Jenis bahan bakar

8.1.4.9 Tenaga kuda dan frekuensi yang diperlukan oleh penggetar pada saat penetrasitiang 3 m terkahir.

8.1.4.10 Deskripsi dari prosedur pemasangan khusus

8.1.4.11 Jenis dan lokasi sambungan tiang

8.1.4.12 Log pemancangan (pukulan per 30 cm)

8.1.4.13 Tehanan penetrasi akhir (pukulan per 2,54 cm)

8.1.4.14 Laju penetrasi tiang pada saat (3 m) penggetaran

8.1.4.15 Kapan “cap block” diganti

8.1.4.16 Kapan bantalan tiang diganti

8.1.4.17 Penyebab dan durasi gangguan pada saat pemasangan tiang

8.1.4.18 Pencatatan setiap keganjilan pada saat pemasangan tiang

8.1.5 Pengujian Tiang

8.1.5.1 Tanggal pengujian

8.1.5.2 Jenis pengujian

8.1.5.3 Jumlah tiang dalam kelompok

8.1.5.4 Deskripsi alat pembebanan termasuk kapasitas dongkrak

8.1.5.5 Deskripsi alat pengukur pergerakan termasuk lokasi pengukur atau titik tetap(lihat catatan 2.1)

8.1.5.6 Deskripsi alat khusus seperti batang regangan atau pengukur regangan

8.1.5.7 Prosedur khusus pengujian

8.1.5.8 Pencatatan waktu, beban dan pergerakan

8.1.5.9 Identifikasi dan sketsa lokasi dari seluruh pengukur, patok dan titik tetap (lihatcatatan 2.1)

8.1.5.10 Deskripsi dan penjelasan penyesuaian yang dilakukan kepada alat dan atau datalapangan

8.1.5.11 Pencatatan keganjilan selama pengujian berlangsung

8.1.5.12 Laporan uji dongkrak dan kalibrasi lainnya

8.1.5.13 Permukaan air tanah (lihat catatan 20)

8.1.5.14 Suhu dan kondisi cuaca selama pengujian berlangsung

Page 16: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

14 dari 21

Catatan 21 : Foto-Foto yang sesuai akan sangat membantu untuk mengetahui susunan peralatan uji,lokasi alat penyipat datar dan titik-titik acuan.

Catatan 22 : Hasil uji tanah di laboratorium dan lapangan harus tersedia untuk evaluasi hasilpengujian sebagai informasi tambahan di dalam laporan

Page 17: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

15 dari 21

Lampiran A

Daftar Istilah

Tiang pancang dengan tahanan ujung : point bearing pile

Tiang pancang dengan gaya friksi : friction pile

Tiang pancang beton bertulang : concrete pile

Tiang pancang beton prategang : prestressed concrete pile

Tiang pancang baja : steel pile

Tiang pancang lebih dari satu dalam

satu kesatuan : pile group

Penurunan : settlement

Daya dukung : bearing capasity

Jarum ukur : dial gauge

Pantulan : rebound

Alat ukur beban dengan ketelitian tinggi : load cell

Tuas ukur : gauge stam

Bahan graut yang cepat mengering

Bertekanan tinggi : high-strength quick-setting grout

Susunan balok penyangga : cribbing

Bahan uji rencana : anticipated pile design load

Alat ukur regangan : strain gauge

Pangkal tiang : pile head

Kepala tiang : pile cap

Page 18: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

16 dari 21

Lampiran

Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengujian

1. Potensi sisa beban pada tiang yang dapat mempengaruhi interpretasi distribusi bebanpada ujung tiang dan sepanjang selimut tiang.

2. Kemungkinan interaksi beban geseran pada tiang uji yang dihasilkan oleh pergerakan keatas dari tiang angker.

3. Perubahan tekanan air pori yang disebabkan oleh pemancangan tiang, timbunan danpelaksanaan pekerjaan lainnya yang dapat mempengaruhi daya dukung geseran hasil ujipada tanah relatif kedap air seperti lempung dan lanau.

4. Perbedaan keadaan pada saat pengujian dengan saat pemasangan tiang sepertiperubahan permukaan air tanah.

5. Potensi kehilangan daya dukungan tanah terhadap tiang.

6. Kemungkinan perbedaan unjuk kerja sebuah tiang dalam kelompok atau sebuahkelompok tiang terhadap tiang tunggal.

7. Berpengaruh pada unjuk kerja jangka panjang sebagai akibat dari faktor seperti :rangkak, pengaruh lingkungan terhadap bahan tiang, beban geseran negatif yang belumdiperhitungkan sebelumnya dan kehilangan kekuatan.

8. Jenis bangunan yang akan didukungnya termasuk kepekaan bangunan terhadappenurunan dan hubungan beban hidup dan mati.

9. Prosedur pengujian khusus yang mungkin diperlukan untuk penerapan suatu kriteria ataumetode interpretasi tertentu.

10. Perbedaan-perbedaan kondisi pada saat pengujian dan pengoperasian tiang seperti :kondisi tanah, jenis tiang, panjang tiang, ukuran dan kekakuan tiang, metodepemasangan tiang dan peralatan pemasangan.

Page 19: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

17 dari 21

Lampiran BGambar-Gambar

Keterangan :1. Balok uji2. Pelat landasan3. Dongkrak hidrolis4. Pengukur gerak5. Pelat uji6. Balok acuan7. Tiang uji8. Tiang jangkar

Gambar 1. Sistim pembebanan pada tiang (tunggal menggunakan dongkrakhidraulik pada tiang jangkar

Keterangan :1. Balok baja2. Balok uji3. Pelat landasan4. Dongkrak hidrolis5. Pelat uji6. Pengukur gerak7. Balok acuan8. Blok tiang9. Tiang jangkar10. Kelompok tiang uji

Gambar 2. Pembebanan yang umum digunakan pada pengujian kelompok tiang

Page 20: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

18 dari 21

Keterangan :1. Bordes2. Balok melintang3. Balok uji4. Pelat landasan5. Dongkrak hidrolis6. Pelat uji7. Pengukur gerak8. Balok acuan9. Tiang uji

Gambar 3. Penggunaan beban pada tiang (tunggal) menggunakan dongkrakhidrolis pada bordes

Keterangan :1. Beban uji2. Bordes beban3. Balok melintang4. Pasak5. Balok uji6. Pelat uji7. Susunan balok8. Pengukur gerak9. Balok acuan10. Tiang uji

Gambar 4. Penggunaan beban langsung pada tiang (tunggal) menggunakanbordes beban

Page 21: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

19 dari 21

Keterangan :1. Beban uji2. Bordes beban3. Pengukur gerak4. Pasak5. Balok uji6. Balok acuan7. Susunan balok8. Blok tiang beton9. Kelompok tiang uji

Gambar 5. Susunan penggunaan uji beban langsung pada kelompok tiangmenggunakan bordes beban

Keterangan :1. Beban uji atau kotak beban2. Blok tiang beton3. Pengukur gerak4. Balok acuan5. Kelompok tiang uji

Gambar 6. Susunan penggunaan beban uji langsung pada kepala tianguntuk kelompok tiang

Page 22: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

20 dari 21

Keterangan :1. Balok uji2. Pelat landasan3. Dongkrak hidrolis4. Pelat uji5. Pengukur gerak (1)6. Pengukur gerak (2)7. Skala pembacaan langsung dan kaca8. Baja siku

Gambar 7. Susunan instrumentasi untuk mengukur gerakan vertikal tiang

Keterangan :1. Pelat uji2. Balok acuan

Gambar 8. Pemasangan “Telltales” untuk tiang baja pipa

Page 23: Standar Nasional Indonesia - pip2bdiy.compip2bdiy.com/nspm/SNI 03-6475-2000.pdf · ASTM : - ASTM D 3689 Method of Testing Individual Piles Under Static Axial Tensile Load ANSIS :

SNI 03-6475-2000

21 dari 21

Lampiran CDaftar Nama dan Lembaga

1) PemrakarsaPusat Litbang Teknologi SDA, Badan Litbang Kimbangwil

2) Penyusun

NAMA LEMBAGA

Ir. Sri Hetty Susantin, M.Eng.Edie Sukandi, BE.

Pusat Litbang TSDAPusat Litbang TSDA