Southeast Asian Journal of Islamic Education Volume. 01 ...
Transcript of Southeast Asian Journal of Islamic Education Volume. 01 ...
Southeast Asian Journal of Islamic Education 93
Peran Implementasi Kurikulum Pengkaderan HMI Uin Sunan Kalijaga dalam Pembentukkan Karakter Mahasiswa Ahmad Bustomi STAI As Shiddiqiyah Karawang [email protected]
Abstract
The background of this research is the existency of extra campus organizations which have an ideology contradicting with Pancasila as the Nation Ideology and its democracy system which according to researcher it strongly threatens the integrity of NKRI. On the other side, there are many news in various media which issues the confusions between Islamic Mission becoming the spirit of Islamic students organizations and the practice of some cadres in field such as fighting among islamic students and destroying campus or public fasilities. The implementation of recruitment curriculum of cadre is very important thing to be analyzed more deeply considering from where it will be seen the direction of this students’ movement working, the background and spirit of organizations. Therefore, the researcher focuses on something important to be analyzed especially related to the role of islamic student organization of extra campus on the forming of students’ character of HMI cadre in UIN Sunan Kalijaga.
This research aims to describe the role of islamic student organization of extra campus in the forming of student characters by using a qualitative approach with the subject of research (informant) consisting of Abdul Karim and Khairunnisa. The metodes of data collection used are interview, observation, and documentation. Data analysis uses Milles Huberman model with data reduction technique, data presentation, and conclusion. The results of research show that: Firstly, The implementation of cadre curriculum HMI is as the method which has
Southeast Asian Journal of Islamic Education
Volume. 01, No. 02, 2019
94 Southeast Asian Journal of Islamic Education
Guide in LK called MOT amounted three people whose duty give introduction beforepresenter, guides the learning process in class while fgd/fanel charged by committe. the method of study which consists of lecturing, question and answer, fgd/sgd, panel, group dinamics and debate. Second, the role of curriculum shows 10 characters religious, tolerance, discipline, democratic, spirit of nationality, love of homeland, friendly/communicative, environment & social care, and responsible. Keywords: HMI, Recruitment Curriculum, Student Character
Pendahuluan Penelitian ini berangkat dari adanya organisasi mahasiswa Islam
tertentu yang tidak sepakat dengan demokrasi yang diterapkan di
Indonesia bahkan yang secara frontal ketidaksepakatannya terhadap
pancasila sebagai dasar negara, teman-teman aktifis organisasi
mahasiswa Islam yang golongan ini biasanya sepakat dasar negara
Indonesia menjadi Islam “tidak lagi pancasila”, pancasila hanya dianggap
sebagai suatu dasar negara yang tidak seharusnya dipakai, bid’ah, tidak
sesuai dengan dasar negara yang diterapkan oleh Nabi dengan berdalih
Indonesia yang mayoritas muslim, dimana para kader golongan ini
menilai bahwa Islam menjadi sebuah keniscayaan dijadikan sebagai dasar
negara, bukan Pancasila yang sejatinya hal ini sangat mengancam
keutuhan NKRI. Disisi lain banyak berita di berbagai media yang
memunculkankerancuan-kerancuan antara misi Islam yang menjadi
spirit organisasi mahasiswa Islam dengan praktik para kader di lapangan
seperti tauran antar mahasiswa Islam, perusakan terhadap kampus atau
fasilitas-fasilitas umum.
Kurikulum perkaderan menjadi hal yang paling pokok untuk dikaji
lebih, mengingat dari sanalah akan terlihat arah gerakan mahasiswa ini
berjalan, latar belakangnya serta spirit berorganisasinya. Oleh karena itu
penting untuk dikaji terutama terkait perannya dalam pembentukkan
karakter mahasiswa. Di samping pemaparan di atas, muncul pula
fenomena-fenomena manarik mengenai kecenderungan-kecenderungan
terkait adanya perubahan karakter yang terjadi pada mahasiswa selepas
dari kegiatan pengkaderan, seperti: mulai pekanya mahasiswa terhadap
fenomena sekitar terutama mengenai kebijakan-kebijakan yang terjadi
di sekitarnya, baik kebjakan kampus, pemerintah bahkan kebijakan skop
kecil seperti keputusan-keputusan dosen di kelas, perubahan dari yang
tadinya tidak pernah solat berjamah menjadi mulai dan bahkan rajin
jamaah pasca pengkaderan, ada yang mulai keranjingan baca buku
Southeast Asian Journal of Islamic Education 95
bahkan adapula yang sebaliknya dalam arti melakukan tindakan-tindakan
destruktif baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan, seperti muncul
perilaku menyepelekan dosen, telat masuk kuliah, berpakaian kurang
syar’i, over action dalam merespon kebijakan-kebijakan kampus seperti
mencorat-coret dinding kampus, demo sampai memecahkan kaca
kampus dan sebagainya, dengan demikian, ini berarti ada implikasi pada
mahasiswa dalam proses pengkaderan sebelumnya tersebut. UIN Sunan
Kalijaga dipilih menjadi kampus yang harus diteliti dikarenakan letaknya
yang strategis yang mana disamping secara geografis berada di
Yogyakarta yang menjadi kota pendidikan, disana pula menjamur
organisasi secara massif. HMI yang merupakan salah satu organisasi yang
eksistensinya tidak diragukan lagi dan menghegemoni di berbagai
perguruan tingi menjadi penting untuk dikaji lebih dalam mengenai
peran kurikulum pengkaderannya dalam membentuk karakter kader.
Berdasarkan kegelisahan-keelisahan pada bagian pendahuluan
maka muncullah rumusan masalah, Pertama, Bagaimanakah
implementasi kurikulum pengkaderan HMI UIN Sunan Kalijaga. Kedua,
Bagaimanakah implikasi implementasi kurikulum pengkaderan tersebut
terhadap pembentukan karakter mahasiswa. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah: Pertama, mendeskripsikan implementasi
kurikulum pengkaderan HMI UIN Sunan Kalijaga. Kedua,
Mendeskripsikan implikasi implementasi kurikulum pengkaderan
tersebut terhadap pembentukan karakter mahasiswa.
Kajian Pustaka 1. Kurikulum Pengkaderan
Sebelum membahas kurikulum pengkaderan, peneliti hendak
membuka pembahasan tentang kurikulum agar lebih sistematis
tentang lahirnya kurikulum pengkaderan yang notabene berangkat
dari suatu lembaga pengkaderan yang dalam hal ini organisasi Islam
kemahasiswaan hingga bisa dalam istilah peneliti adalah sinkron
dengan suatu istilah kurikulum yang lebih familiar di dunia
pendidikan.Prof. Dr. H. Engkoswara, M. Ed, guru besar Universitas
Pendidikan Indonesia telah mencoba untuk merumuskan
perkembangan pengertian kurikulum tersebut dalam menggunakan
formula-formula sebagai berikut.
a. K=.........., artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
b. K=∑ MP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik
96 Southeast Asian Journal of Islamic Education
c. K=∑ MP + KK, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran
dan kegiatan-kegiatan yang eah direncanakan sekoah yang harus
ditempuh oleh peserta didik.
d. K=∑ MP + KK + SS + TP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran dan kegiatan-kegiatan dan segala sesuatu yang berpengaruh
terhadap pembentukkan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau sekolah.1
Dari penjabaran tersebut nampak jelas perkembangan
kurikulum. Lalu bagaimana dengan kurikulum pengkaderan?.
Berangkat dari penjelasan Engkoswara di atas, maka dapat dikatakan
bahwa kurikulum pengkaderan adalah sejumlah materi pegkaderan
dan kegiatan-kegiatan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
pembentukkan pribadi kader sesuai dengan tujuan pengkaderan yang
telah ditetapkan oleh organisasi. Sedangkan dalam istilah Saylor dan
Alexander bila ditarik dalam dunia pengkaderan maka yang dimaksud
kurikulum pengkaderan adalah merupakan keseluruhan usaha yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan (ORMAWA) utuk mencapai
tujuan yang telah diharapkan. Definisi tersebut menggambarkan
bahwa kurikulum bukan sekedar materi pengkaderan saja, melainkan
termasuk proses belajar mengajar, dan usaha lain yang berkaitan
dengan organisasi. HMI jika dilihat dari pemaparan di atas, maka
setidaknya melakukan dua hal, pelatihan (LK 1) dan penugasan
(kepanitiaan dan struktural kampus)
2. Implementasi dan Implikasi Kurikulum
Jika kurikulum adalah programnya, maka pembelajaran
merupakan implementasinya. Jika kurikulum adalah teorinya, maka
pembelajaran adalah praktiknya. Oleh karena itu, maka dapat
disimpulkanbahwa implementasi kurikulum pengkaderan terletak
pada pelatihannya, karena disanalah letak pembelajaran berlangsung
dalamHMI. Pembelajaran atau dalam bahasa pengkaderan disebut
dengan pelatihan memiliki berbagai cara/metode dengan keunggulan
dan kekurangannya masing-masing. Adapun yang dimaksud dengan
metode pembelajan adalah cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada siswa.2 Macam-macam metode
pembelajaran diantaranya adalah: a. Ceramah. b. Tanya jawab. c.
Diskusi d. Demonstrasi dan eksperimen. e. Tugas belajar dan resitasi
1Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 35-36. 2 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar , (Bandung: Pustaka Stia, 2011), hlm. 80.
Southeast Asian Journal of Islamic Education 97
f. Kerja kelompok. g. Sosiodrama (role playing). h. Pemecahan
masalah (problem solving) i. Sistem regu j. Karya wisata. k. Manusia
sumber. l.Survei masyarakat. m. Simulasi. n. Studi kasus. o. Tutorial.
p. Curah gagasan. q. Studi bebas. r. Kelompok tanpa pemimpin. s.
Latihan (drill). t. Latihan kepekaan.3
Implikasi kurikulum pengkaderan berarti berbicara mengenai
implikasi dari sebuah pembelajaran atau pelatihan dalam dunia
aktifis. Implikasi tersebut setidaknya berkaitan dengan tingkah laku,
kondisi-kondisi tes dan standar (ukuran).4
3. Karakter
Karakter dari beberapa buku yang Peneliti baca banyak yang
menyatakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani ada pula yang
mengklaim berasal dari bahasa latin bahkan ada yang berani
mengatakan dari bahasa perancis, namun terlepas dari perbedaan-
perbedaan yang muncul dari beberapa ahli dan dari asal usul karakter
bisa ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah ciri khas yang
membedakan satu orang dan orang lainnya baik dalam hal berfikir,
bersikap maupun merasa.Adapun jika diringkas karakter bangsa ini
adalah sebagai berikut:5
NO NILAI DESKRIPSI
1 Religius Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
3 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar , (Bandung: Pustaka Stia, 2011)., hlm. 83. 4 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berasarkan Pendekaan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hlm. 111. 5 Peneliti ambil dari buku karangan Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi
Membangun Karakter Bangsa Berperadaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 43-44, namun peneliti sedikit merubah kata-kata pada tabel guna menyesuaikan dengan bahasa peneliti. Bisa dilihat juga pada buku karangan Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter “Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 74-76.
98 Southeast Asian Journal of Islamic Education
5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6 Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkancara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
oranglain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokrati
s
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa ingin
tau
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat
Kebangsaa
n
Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta
tanah air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Mengharga
i prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkansesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13 Bersahabat
/
komunikat
if
Tindakan yang menunjukkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta
damai
Sikap, Perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
seseorang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15 Gemar
membaca
Kebiasaan untuk menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yag memberikan kebajikan bagi
drinya.
16 Peduli
lingkungan
Sikap dan tindakan yang berupaya mencegah
kerusakan lingkungan alam disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
Southeast Asian Journal of Islamic Education 99
17 Peduli
sosial
Sikap dan tindakan yang ingin selalu memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18 Tanggung
jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), Negara dan Tuhan YME.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian lapangan adalah studi tentang orang
yang bertindak secara alamiah dalam kehdupan sehari-hari. Penelitian
lapangan berusaha masuk ke dalam dunia orang lain untuk langsung
memelajari mengenai kehidupan mereka, cara mereka berbicara dan
berprilaku serta hal-hal yang menawan hati dan menggundahkan mereka.
Penelitian ini juga terlihat sebagai metode Penelitian yang para
praktisinya mencoba memahami makna dari berbagai kegiatan yang
diamati bagi mereka yang terlibat di dalamnya”.6 Metode penelitian
kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme/enterpretif, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana Peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil Penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.7
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan
istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan sosial situation atau
situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku
(actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi
sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin
dipahami secara mendalam. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini
peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas (activity), orang-
orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Sampel dalam
penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai
narasumber, atau partisipan, informan, teman dalam penelitian. Sampel
penelitian kualitatif juga bukan disebut sebagai sampel statistik tetapi
6 W. Lawrence Neuman, Metodolog Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif Karya, (Jakarta: Indeks, 2015), hlm. 461.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 347.
100 Southeast Asian Journal of Islamic Education
sebagai sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menghasilkan teori.8
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dan
snowball sampling.Subjek penelitian ini adalah subjek yang dituju untuk
diteliti ataudiharapkan informasinya mengenai hal-hal yang berkaitan
denganmasalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
subjekadalahAbdul Karim dan Khairunnisa masing-masing selaku
Sekretaris Umum (SEKUM) dan Ketua Bidang Pembinaan Anggota (PA)
HMI Komisariat UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2017. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
studi dokumentasi.9 Teknik analisis data pada Penelitian ini
menggunakan model Miles and Huberman yaituData reduction (reduksi
data), Display data (penyajian data) dan Conclusion
drawing/verification (penarikan kesimpulan).
Temuan Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa kurikulum
pengkaderan HMI setidak-tidaknya terdiri dari:
1. Tujuan
Tujuan Latihan Kader I adalah “Terbinanya kepribadian muslim
yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam
berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader umat dan
kader bangsa”.10
2. Isi
Materi wajib LK 1 terdiri darisejarah peradaban islam dan HMI,
nilai-nilai dasar perjuangan HMI, mision HMI, konstitusi HMI,
kepemimpinan dan manajemen organisasi.11
3. Evaluasi
Evaluasi terdiri darievaluasi harian dan evaluasi keseluruhan
Berkenaan dengan implementasi, maka implementasi yang
dimaksudkan adalah implementasi dalam bentuk pelatihan dan
penugasan.
a. Pelatihan (LK 1)
8 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R &
D), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 15. 9 Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 167. 10 Hasil-Hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November –5 Desember 2016, hlm.
321. 11 Tabel tersebut peneliti ambil dari file berjudul Hasil-Hasil Kongres HMI XXIX,
Pekanbaru, 22 November–05 Desember 2016, hlm. 317-318.
Southeast Asian Journal of Islamic Education 101
HMI memiliki lembaga khusus disebut BPL (Badan Pengelola
Latihan). Ketika bertugas BPL biasanya disebut MOT (Master Of
Training) yang bertugas memberikan pengantar sebelum pemateri
memberi materi, memandu jalannya kelas, mendampigi pemateri dan
mereview materi pasca pemateri meninggalkan kelas.12 BPL yang
bertugas di acara pengkaderan ditentukan oleh rapat lembaga (BPL)
tersebut. Biasanya BPL yang dikirim sebanyak 3 orang. Metode
pengajaran dilakukan dengan metode ceramah/menyampaikan
materi terlebih dahulu baru setelah itu diadakan tanya jawab.13
Metode ini sifatnya satu arah, dari pemateri ke peserta pelatihan.
b. Penugasan
Penugasan yang mrupakan bagian dari tindak lanjut LK 1
diupayakan agar kader tidak hanya memahami dunia organisasi pada
tataran pemahaman kognitif saja akan tetapi
mengimplementasikannya dengan terjun ke lapangan langsung. HMI
setidak-tidaknya menugaskan kader-kader barunya pada wilayah
dunia kepanitiaan dan langkah selanjutnya adalah memasuki dunia
struktural kampus baik yang kompetitif maupun semikompetitif.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti maka ditemukan
beberapa karakter yang menjadi implikasi dari perkaderan di HMI yaitu:
a) Religius
Religius menjadi salah satu perhatian yang diketengahkan dalam
HMI, maka tidak heran salah satu tujuan dari LK 1 menurut Karim
adalah tertanamnya nilai-nilai keislaman. Lebih mengerucut dalam
materi keislaman sendri yang tidak hanya membahas historisitas Islam
tetapi juga terkait Islam indonesia yang tentunya berbeda dalam hal
praktek keagamaannya dengan Islam arab atau Islam di wilayah
lainnya, karena bagaimanapun juga letak geografis, kondisi sosial dan
lainnya tidak bisa untuk dikatakan tidak berpengaruh dalam
mengimplementasikan muatan keagamaan dalam kehidupan sehari-
harinya.
Solat yang merupakan salah satu bentuk prilaku kepatuhan
kepada ajaran agama yang dianutnya tidak bisa diremehkan bahkan
HMI menjadikan waktu solat sebagai bagian dari kurikulum atau
jadwal tertulis dalam agenda perkaderannya. HMI memberikan waktu
istirahat di jam-jam yan mana itu adalah waktu solat. Hal tersebut
tidak hanya menunjukkan adanya pembiasaan bagi kader baru dalam
12 Wawancara dengan Khairunnisa pada tanggal 20 Januari 2018 Pukul 20.00. 13 Wawancara dengan Abdul Karim pada tanggal 13 Oktober 2017 Pukul 20.00.
102 Southeast Asian Journal of Islamic Education
LK 1 untuk membiasakan diri dalam mematuhi/berprilaku religius
akan tetapi disisi lain adalah sebagai cerminan bahwa kader senior
sudah tertanam dalam dirinya muatan religius.
b) Toleransi
HMI sangat menjunjung tinggi perbedaan dan menganggapnya
sebagai suatu keniscayaan yang harus diikat dengan tali persaudaraan
yang kuat, maka tidak heran bahasa persatuan (bahasa Indonesia)
sangat diagung-agungkan bahkan lagu kebangsaan Indonesia raya
selalu dikumandangkan setiap ada agenda-agenda penting dalam
kegiatan HMI. Mengenai toleransi Abdul Karim menyampaikan:
“Tujuan dari LK 1 ini adalah bagaimana tertanamnya nilai-nilai
ke-HMIan begitu, Nilai-nilai keislaman, keindonesiaan dan
kemahasiswaan.14
Makna yang terkandung dalam salah satu tujuan LK 1 ini adalah
menghujamnya nilai-nilai keindonesiaan pada diri kader HMI yang
mana toleransi merupakan keniscayaan yang hendak
ditransformasikan pada kader karena toleransi merupakan salah satu
bentuk ciri khas budaya leluhur bangsa Indonesia hingga terbentuknya
kerukunan antar umat beragama, antar suku dan budaya. Penanaman
karakter toleransi juga dimulai dengan LK dengan membiasakan
peserta LK dengan menghargai lawan bicaranya menyampaikan
pendapat berikut referensi-referensi ilmiah yang dipaparkan lawan
debat atau lawan bicaranya yang seringkali kontra dengan pendapat
pribadi.
c) Disiplin
Sebagaimana organisasi mapan pada umumnya yang senantiasa
melakukan aktifitasnya berdasarkan seperangkat ketentuan dan
peraturan yang disepakati bersama berdasarkan forum-forum yang
diselenggarakan secara formal baik itu berupa rapat panitia, rapat
pengurus, rapat pengurus harian, RAK, Konfercab maupun Kongres.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa semenjak LK 1 kader HMI
sudah harus terbiasa dengan kedisiplinan mulai dari aturan mengikuti
kegiatan LK 1 yang padat, melalui step demi step tiap acara dalam LK
sesuai jadwal, maka tidak heran jika ketika menjadi panitia atau
pengurus mereka sudah terbiasa berprilaku disiplin.
d) Demokratis
Kader HMI semenjak memasuki gerbang pertama yang disebut LK
didekatkan dengan budaya persamaan hak dan kewajiban karena
14 Wawancara dengan Abdul Karim pada tanggal 13 Oktober 2017 Pukul 20.00.
Southeast Asian Journal of Islamic Education 103
memang HMI sendiri memperlakukan setiap kadernya sama baik hak
maupun kewajibannya tidak terkecuali. Semua peserta LK diwajibkan
mengikuti LK dari awal sampai akhir begitu juga mereka memiliki
porsi yang sama untuk mendapatkan materi, termasuk di dalamnya
semisal dalam debat yang mana mereka memiliki porsi yang adil dalam
memaparkan pendapatnya termasuk juga dalam memberikan jawaban-
jawaban dalam tes-tes yang terjadi dalam rentetan acara LK. Hal
tersebut juga sebagaimana saudari Nisa sampaikan terkait pengurus
yang senantiasa mendorong semua kadernya untuk terjun dalam
konstalasi politik kampus.15
e) Semangat kebangsaan
Tertanamnya nilai keindonesiaan yang menjadi salah satu tujuan
LK 1 menjadikan semangat kebangsaan sebuah hal yang harus
dihujamkan dalam tiap kader HMI, artinya menjadi sesuatu yang
menjadi kajian utama. Pelantunan lagu-lagu kebangsaan seperti lagu
Indonesia raya sudah mejadi menu pembuka dan penutupan pada
manual acara LK 1 tidak lain adalah upaya dimulainya kader dipupuk
semangat kebangsaannya, bahkan pada awal masuk LK 1 sebagaimana
disampaikan Nisa bahwa ada pretes yang mana salah satu tema
besarnya adalah keindonesiaan.16 Pretes keindonesiaan ini adalah
upaya memupuk kecintaan terhadap bangsa di sisi lain panitia dan
pengurus (senior) sudah melekat semangat kebangsaannya sehingga
pretes tentang keindonesiaan dianggap penting.
f) Cinta tanah air
Abdul karim menyampaikan bahwa:
“Jadi setelah ini atau di akhir materi nanti peserta disebar untuk
mencari ketimpangan sosial yang ada di sekitarnya nah dari situ
dikumpulkan kembali, untuk diskusi nah yang lebih parah yang
mana begitu.”17
Kader diasah mulai dari LK 1 agar memiliki cara berfikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa yang mana pada pemaparan
Abdul karim di atas terlihat jelas bahwa pengurus hendak menularkan
kepedulian sosialnya kepada para kader baru yang mana hal ini tidak
hanya menjadi robot yang digerakkan oleh pengurus dalam bakti sosial
15 Wawancara dengan Khairunnisa pada tanggal 20 Januari 2018 Pukul 20.00. 16 Wawancara dengan Khairunnisa pada tanggal 20 Januari 2018 Pukul 20.00. 17 Wawancara dengan Abdul Karim pada tanggal 13 Oktober 2017 Pukul 20.00
104 Southeast Asian Journal of Islamic Education
tapi dilepas di masyarakat untuk mencari masalah-masalah sosial yang
terjadi.
g) Bersahabat/komunikatif
Kader pada saat megikuti LK didorong untuk menyampaikan
pendapat di forum, mempresentasikan hasil diskusi pada kelompok-
kelompok kecilnya yang mana sebelum dipaparkan dalam forum satu
kelas bahkan terlebih dahulu ada diskusi kecil dalam small group
discussionnya. Hal tersebut senantiasa dikembangan dalam HMI baik
pada grup kecil seperti yang telah dipaparkan di atas maupun pada saat
tanya jawab. Maka tahap selanjutnyapun ketika menjadi panitia perlu
adanya komunikasi yang baik atar anggota serta upaya bersikap
bersahabat dan komunikatif dengan masyarakat terutama pada saat LK
1, karena bisa dibayangkan bagaimana kacaunya acara LK jika
komunikasi kader tidak baik dengan masyarakat sekitar yang mana hal
ini berarti komunikatif memang sudah menjadi karakter kader HMI.
h) Peduli lingkungan
HMI dalam hal ini selalu berupaya menjadikan kadernya /
mengasah kadernya agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Abdul karim memaparkan bahwa:
“Jadi setelah ini atau di akhir materi nanti peserta disebar untuk
mencari ketimpangan sosial yang ada di sekitarnya nah dari situ
dikumpulkan kembali, untuk diskusi nah yang lebih parah yang
mana begitu.”18
Bakti sosial tidak hanya menuntut kader baru untuk mengamati
dan mengupas paradoks masyarakat akan tetapi termasuk di dalamnya
paradoks lingkungan. Maka dalam hal ini kader sejak awal tidak hanya
menganalisa keadaan sekitar tetapi turut serta menjadi pemberi solusi
hingga turut serta berperan dalam memperbaiki problematika baik
sosial maupun lingkungan.
i) Peduli sosial
Kader baru sejak LK 1 sudah dibiasakan untuk saling membantu
satu sama lain, baik saling bertukar fikiran untuk ikut turut serta
memahamkan peserta lainnya terhadap suatu materi atau saling
menguatkan teman satu kelompoknya ketika debat antar kelompok
dalam forum SGD (small group discussion) atau lebih jauh lagi ikut
serta dalam baksos yang sering digalakan dalam LK 1 sebagai salah satu
bentuk dari upaya menggali kepekaan sosial kader baru sehingga ketika
menjadi panitia atau pengurus kelak konsep penanaman nilai peduli
18
Wawancara dengan Abdul Karim pada tanggal 13 Oktober 2017 Pukul 20.00.
Southeast Asian Journal of Islamic Education 105
sosial senantiasa digalakan sebagaimana yang disampaikan saudara
Karim bahwa:
“Dan juga untuk menambah rasa kepekaan sosial para peserta
begitu jadi LK dibarengi dengan bakti sosial gunanya
pesertanyanggak hanya belajar untuk itu tapi juga punya
kepekaan di masyarakat nantinya, jadi setelah ini atau di akhir
materi nanti peserta disebar untuk mencari ketimpangan sosial
yang ada di sekitarnya nah dari situ dikumpulkan kembali, untuk
diskusi nah yang lebih parah yang mana begitu.”19
HMI berupaya menumbuhkan kepedulian sosial kader baru tidak
hanya berbentuk konsep tetapi dibarengi dengan pengamatan langsung
agar mereka pengetahuannya tidak teoritis saja tetapi sudah pada
implementatif bahkan lebih jauh dari itu para kader baru juga ikut
turut serta dalam mencari solusi yang didapatinya di masyarakat.
j) Tanggung jawab
Untuk membiasakan tenggung jawab peserta kepada tuhan YME
panitia memberikan waktu khusus untuk solat pada saat LK 1
sedangkan panitia dan pengurus sendiri sudah pada tahap tidak perlu
disediakan jadwal khusus atau diinstruksikan untuk beribadah. Kader
juga dituntut untuk menyampaikan pendapat/analisisnya disertai
dengan kesadaran untuk mempertanggungjawabkannya sehingga apa
yang kader baru ucapkan tidak ngawur dan sekehendak maunya
sendiri tanpa pertanggungjawaban akademis dan tanpa sumber-
sumber yang kredibel, maka tidak heran jika apa yang disampaikan
semisal pada forum tanya jawab atau debat antar kelompok kecil
mereka terlebih dahulu mendiskusikan poin-poin apa saja yang
dianggap baik, berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan atau
setidaknya memiliki sumber yang mana hal ini sangat mendorong
kader untuk mengasah sikap tanggungjawab baik untuk diri sendiri
maupun kelompoknya.
Kesimpulan
Implementasi kurikulum pengkaderan HMI UIN Sunan Kalijaga
dimentori oleh Pemandu yang di dalam LK disebut MOT berjumlah 3
orang, bertugas memberikan pengantar sebelum pemateri memberi
materi, memandu jalannya kelas sedangkan FGD/panel dibebankan
kepada panitia. Metode yang digunakan dalam mentransformasikan
materi yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, FGD/SGD, panel,
19
Wawancara dengan Abdul Karim pada tanggal 13 Oktober 2017 Pukul 20.00.
106 Southeast Asian Journal of Islamic Education
dinamika grup dan debat. Implikasi dari implementasi kurikulum
pengkaderan baik melalui pelatihan maupun penugasan memunculkan 10
karakter, yaitu religius, toleransi, disiplin, demokratis, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif, peduli sosial,
peduli lingkungan dan tanggug jawab.
REFERENSI Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011. Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berasarkan Pendekaan
Sistem, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Hasil-Hasil Kongres HMI XXIX. Neuman, W. Lawrence, Metodolog Penelitian Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Indeks, 2015. Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta, 2013. ________. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R & D), Bandung: Alfabeta, 2009. ________. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D), Bandung: Alfabeta, 2013. ________. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Al fabeta, 2016. Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Tanzeh, Ahmad, Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras, 2011. Wibowo, Agus, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. ________. Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, Jogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2013. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter “Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.