Skripsi Aos Uswadi - repository.uinjkt.ac.id

234
i ABSTRACT Aos Uswadi (106016300642) Learning (CTL) to Result of the Physics Study Skripsi, Program Study of Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. This research was done at Al-Fath junior high school of school years periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% ( = 0,05), can be seen that t values greater than t table were 1,78 > 1,66, with the result that zero hypothesis (H o ) was refused and alternative hypothesis (H a ) was accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of non-test instrument that used description analysis could be showed that the result of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%, was included good category. Keywords : CTL, contextual approach, the result of study in physics.

Transcript of Skripsi Aos Uswadi - repository.uinjkt.ac.id

i

ABSTRACT

Aos Uswadi (106016300642)

Learning (CTL) to Result of the Physics Study Skripsi, Program Study of

Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya

and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

This research was done at Al-Fath junior high school of school years

periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by

comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result

was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe

student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group

of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% (

= 0,05), can be seen that tvalues greater than ttable were 1,78 > 1,66, with the result

that zero hypothesis (Ho) was refused and alternative hypothesis (Ha) was

accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching

and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of

non-test instrument that used description analysis could be showed that the result

of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%,

was included good category.

Keywords : CTL, contextual approach, the result of study in physics.

ii

ABSTRAK

Aos Uswadi (106016300642). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisik Skripsi, Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Fath Cirendeu tahun pelajaran

2010/2011. Data hasil istrumen tes dianalisis menggunakan analisis statistik

berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelompok yaitu uji-t, sedangkan data

hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan

untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan

dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

(kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t pada

taraf signifikansi = 0,05), didapatkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78

> 1,66, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,

maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sedangkan hasil

perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis deskriptif, diperoleh hasil

observasi aktivitas siswa pada setiap aspek CTL mencapai rata-rata 73,78%, yaitu

memiliki kategori baik.

Kata kunci : CTL, pendekatan kontestual , hasil belajar fisika.

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA SISWA

(Quasi Eksperimen di SMP Al-Fath Cirendeu)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :

AOS USWADI

106016300642

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR

FISIKA

(Quasi Eksperimen di SMP Al-Fath Cirendeu)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Aos Uswadi

NIM 106016300642

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Erina Hertanti, M.Si.

NIP. 19650115.198703.1.020 NIP. 19720419.199903.2.002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

LEMBAR PENGESAHAN PANITAI UJIAN

Skripsi berjudul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan

dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 20 September 2011 dihadapan dewan

penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana strata I (S.Pd) dalam

bidang pendidikan Fisika.

Jakarta, 20 September 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (ketua Jurusan P.IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc

NIP. 19700209200003 2 001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan P.IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd

NIP. 19790510200604 2 001

Penguji I

Iwan Permana S, M.Pd

NIP. 19780504200901 1 013

Penguji II

Hasian Pohan, M.Si

NIP. 195207071197903 1 009

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A

NIP . 19571005198703 1 003

i

ABSTRACT

Aos Uswadi (106016300642). “The Influence of Contextual Teaching and

Learning (CTL) to Result of the Physics Study.” Skripsi, Program Study of

Physics Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya

and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

This research was done at Al-Fath junior high school of school years

periode 2010/2011. The data that was gotten from test instrument was analyzed by

comparison statistical test (t-test), whereas the data of non-test instrument result

was analyzed by using descriptive anlysis, which having purpose to describe

student activity in a group which used Contextual Teaching and Learning (group

of experiment). Based on result of analysis t-test at the level of significant 95% (α

= 0,05), can be seen that tvalues greater than ttable were 1,78 > 1,66, with the result

that zero hypothesis (Ho) was refused and alternative hypothesis (Ha) was

accepted, so could be concluded that there was influence of Contextual Teaching

and Learning (CTL) to the result of study in physics, whereas analysis result of

non-test instrument that used description analysis could be showed that the result

of observational student activity in every aspect of CTL got in average 73,78%,

was included good category.

Keywords : CTL, contextual approach, the result of study in physics.

ii

ABSTRAK

Aos Uswadi (106016300642). “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Fisika.” Skripsi, Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011.

Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Fath Cirendeu tahun pelajaran

2010/2011. Data hasil istrumen tes dianalisis menggunakan analisis statistik

berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelompok yaitu uji-t, sedangkan data

hasil instrumen nontes dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yang bertujuan

untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada kelompok yang diberi perlakuan

dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

(kelompok eksperimen). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t pada

taraf signifikansi 95% (α = 0,05), didapatkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78

> 1,66, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima,

maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika, sedangkan hasil

perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis deskriptif, diperoleh hasil

observasi aktivitas siswa pada setiap aspek CTL mencapai rata-rata 73,78%, yaitu

memiliki kategori baik.

Kata kunci : CTL, pendekatan kontestual , hasil belajar fisika.

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya

kepada peneliti selama menjalani proses penyusunan skripsi ini. Shalawat dan

salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang dijadikan sebagai teladan terbaik

bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu

menjaga kemurnian teladan-Nya.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar

fisika, sehingga pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran khususnya pembelajaran fisika.

Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan

terima kasih tersebut disampaikain kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana S, M.Pd., Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina

Hertanti, M.Si., Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga,

dan pikiran untuk membimbing peneliti selama proses penyusunan skripsi.

5. Ayahanda Enung dan Ibunda Saanah, yang selalu mencurahkan kasih sayang,

do’a, dan motivasi yang tak terbatas kepada peneliti. Yunda dan Kanda

tercinta Emah Suryati dan Endang Darmawan beserta keluarga yang selalu

mengiringi peneliti dengan do’a dan nasihat. adinda Indri Alvionita yang

selalu mencurahkan cinta dan kasihnya.

iv

6. Drs. Ninik Hariyani selaku kepala sekolah SMP Al-Fath yang telah membantu

berjalannya penelitian. Serta rekan-rekan guru yang tidak bisa saya sebutkan

satu per satu terimakasih telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

Semoga ilmunya bermanfaat.

7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA khusunya program studi

pendidikan fisika angkatan 2006 (Physics Brother) terima kasih atas

kebersamaan, kerja sama, dan bantuan selama masa-masa kuliah maupun

selama penyusunan skripsi.

8. Teman-teman yang telah menjadi keluarga bagi peneliti, Welly CS., Muhib

Rosyidi, M Iqbal, Izul yang telah menemani peneliti dengan keceriaan dan

kebersamaan. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Ciputat khususnya angkatan 2006, yang telah berbagi ilmu dan waktu diskusi.

Serta ka Ima nurmila yang telah banyak sekali memberikan bantuan baik dari

sumber referensi maupun tata cara penulisan, mudah-mudahan allah selalu

memberikan keberkahan dalam ilmunya.

Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan

yang lebih baik.

Billahifisabililhaq Fastabiqul Khairat

Wassalaualaikum Wr.Wb

Ciputat, Mei 2011 M

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRACT ........................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah ......................................................................................... 4

D. Perumusan Masalah........................................................................................... 4

E. Tujuan ................................................................................................................ 4

F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ........ 6

A. LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6

1. Pendekatan Pembelajaran CTL .......................................................................... 6

a. Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran .......................................... 6

1) Strategi Pembelajaran ............................................................................... 6

2) Model Pembelajaran ................................................................................. 6

3) Pendekatan Pembelajaran ......................................................................... 6

b. Pengertian Pembelajaran ............................................................................. 7

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran ........................................................................ 9

2. Pembelajaran Kontekstual atau Pembelajaran CTL .......................................... 11

a. Latar Belakang Pembelajaran kontekstual ................................................... 11

b. Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual ........................................... 11

c. Pengertian Pendekatan Pembelajaran kontekstual ....................................... 14

d. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ...................................................... 17

e. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ......................................................... 19

vi

f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual ................................................... 20

g. Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 23

h. Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual ......................................................... 23

i. Lima Elemen Belajar Kontekstual ................................................................ 24

j. Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual ............................................. 25

1) Kontruktivisme (konstruktivism), ........................................................... 25

2) Menemukan (inquiry) .............................................................................. 27

3)Bertanya (questioning) .............................................................................. 28

4) Masyarakat Belajar (learning community) .............................................. 29

5)Pendekatan(pendekataning) ...................................................................... 30

6) Refleksi (reflecting) ................................................................................. 30

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) ................................. 31

3. Aplikasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ............................................... 31

a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual ............................................. 33

b. Strategi Pembelajaran Kontekstual ............................................................. 34

4. Hasil Belajar Fisika Siswa ................................................................................ 38

a. Pengertian Belajar ......................................................................................... 38

1) Teori-Teori Belajar .................................................................................. 40

a) Teori belajar psikologi behavioristik .................................................. 40

b) Teori belajar psikologi kognitif .......................................................... 40

c)Teori belajar psikologi humanistic ...................................................... 41

d) Teori belajar gagne ............................................................................. 41

b. Hasil Belajar Fisika Siswa ............................................................................ 41

1) Ranah kognitif ......................................................................................... 42

2) Ranah afektif ............................................................................................ 42

3) Ranah Psikomotorik ................................................................................. 43

5. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 44

B. KERANGKA BERPIKIR ................................................................................ 46

C. PERUMUSAN HIPOTESIS ............................................................................ 47

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 48

B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................................... 48

C. Variabel Penelitian ........................................................................................... 49

D. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 49

E. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 51

G. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 51

1. Instrumen Tes ............................................................................................... 52

a. Uji Validitas Instrumen ............................................................................ 53

b. Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................................ 54

c. Taraf Kesukaran ....................................................................................... 55

d. Daya Pembeda .......................................................................................... 56

2. Instrumen Non Tes ....................................................................................... 57

H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 57

1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar ..................................................... 57

a. Uji persyaratan Analisis Data ................................................................. 57

1) Uji Normalitas.................................................................................... 57

2) Uji Homogenitas ................................................................................ 58

3) Uji Hipotesis ...................................................................................... 58

b. Teknik Analisis Data Nontes .................................................................. 60

BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 61

A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 61

1. Hasil Pretes kelompok eksperimen dan control .......................................... 62

2. Hasil Posttes kelompok eksperimen dan control ......................................... 63

3. Hasil pengujian prasyarat analisis data tes ................................................... 66

a. Uji Normalitas .......................................................................................... 66

b. Uji Homogenitas ...................................................................................... 66

4. Hasil pengujian analisis data ........................................................................ 67

5. Hasil analisis data observasi siswa ............................................................... 68

viii

B. Pembahasan ...................................................................................................... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 77

A.Kesimpulan ....................................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78

LAMPIRAN ......................................................................................................... 82

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Tahapan Pembelajaran Kontekstual ................................................ 30

Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir ........................................................................... 45

Gambar 3.1 : Alaur rosedur Penelitian .................................................................. 48

Gambar 4.1 : Hasil Pretest kelompok eksperimen dan kontrol ............................ 60

Gambar 4.2 : Pemusatan data hasil pretest kelompok eksperimen dan kontrol.... 61

Gambar 4.3 : Hasil Postest kelompok eksperimen dan kontrol ............................ 62

Gambar 4.4 : Pemusatan data hasil posttest kelompok eksperimen dan kontrol .. 63

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Desain Penelitian ................................................................................ 46

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen tes hasil belajar fisika .......................................... 50

Tabel 3.3 : Rekapitulasi hasil validasi instrument tes ........................................... 52

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Distribusi Sebaran Nilai Siswa ...................................... 63

Tabel 4.2 : Rekapitulasi hasil pretest-postest kelompok eksperimen dan kontrol 64

Tabel 4.3 : Hasil uji normalitas data pretest-postest ............................................. 65

Tabel 4.4 : Hasil uji homogenitas data pretest-postest ......................................... 66

Tabel 4.5 : Hasil uji hipotesis data pretest-postest ................................................ 67

Tabel 4.6 : Hasil Analisis data observasi aktivitas siswa ...................................... 68

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata

pelajaran yang menarik karena objek yang dipelajarinya berkaitan erat dengan

alam dan terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan teknologi.

Dalam kenyataannya, fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang menarik

ternyata menjadi mata pelajaran yang banyak tidak disukai oleh siswa dengan

berbagai macam alasan. Sebagian besar siswa menganggap bahwa mata pelajaran

fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dihadapi siswa di

antaranya adalah banyaknya rumus yang harus dihapal dan sulit memahami

konsepnya, sehingga pembelajaran fisika tidak memberikan kesan dan cenderung

membosankan. Akibatnya, berdampak terhadap hasil belajar siswa yang belum

maksimal.

Proses pembelajaran masih terfokus pada guru sebagai sumber

pengetahuan, dengan ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Siswa

cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi

kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Proses belajar terkesan kaku,

kurang fleksibel dan guru cenderung kurang demokratis. Tetapi yang harus

dipahami bahwa “pengetahuan bukanlah sebagai perangkat fakta-fakta, konsep,

atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat tetapi siswa sendiri yang harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata.”1

Dalam proses pembelajaran kebanyakan yang ada dilapangan guru tidak

bisa meggunakan alat laboratorium untuk bahan praktikum sehingga proses

pembelajaran tidak berjalan sesuai prosedur. Selain itu siswa tidak dibiasakan

untuk memecahkan masalahnya sendiri, menemukan sesuatu yang berguna bagi

1 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.284 dan

284

2

dirinya, dan bergelut dengan idenya masing-masing.“2 Siswa melimpahkan

seluruh pengetahuannya kepada guru dan siswa hanya bisa mengingat fakta-fakta

yang diberikan oleh guru tanpa hasil dari menemukannya sendiri. Selain itu siswa

juga tidak dibiasakan untuk bertanya karena “belajar pada hakikatnya adalah

bertanya dan menjawab pertanyaan.”3 Dengan bertanya siswa bisa menggali

informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui. Dalam pembelajaran pun

siswa tidak dituntut untuk berpikir tentang apa yang baru dipelajari dan berpikir

ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau dipelajari di masa lalu

(reflection).

Jika keadaan seperti itu masih tetap saja terjadi dalam sebuah pembelajaran,

maka akan berdampak siswa akan mengalami kesulitan memahami konsep,

sehingga beresiko terjadinya miskonsepsi. Hal itu akan menyebabkan “siswa

mengalami kesulitan memahami konsep lebih lanjut yang akan berakibat pada

hasil belajar. Agar proses pembelajaran fisika tidak mengalami miskonsepsi,

sebaiknya dalam pembelajarannya dilaksanakan dengan cara pemberian

pengalaman belajar secara langsung.” 4

Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar dengan mengalami sendiri,

sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam

tentang alam sekitar dan pembelajaran. Belajar akan lebih bermakna jika anak

mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang

berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat

jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam

kehidupan jangka panjang. Dengan adanya paradigma tersebut pembelajaran

fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangannya lebih lanjut dalam

menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

2 Ibid., hal.287

3 Udin Saepudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.170

4 I Made Sumadi. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan

Penalaran dan Komunikasi Fisika Siswa,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja NO.1

TH.XXXVIII Januari 2005), hal.3.

3

Salah satu pembelajaran yang dianggap sesuai dengan permasalahan di

atas adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran

kontekstual bukan sebuah model dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual

lebih dimaksudkan kepada suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada upaya pemberdayaan siswa.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang bisa membantu guru

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam

kehidupan sehari-hari. Penerapan pembelajaran ini diduga dapat memberikan

alternatif pemecahan masalah pembelajaran fisika siswa, khususnya dalam

meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Pembelajaran kontekstual pada pembelajaran Fisika dimungkinkan akan

berhasil karena topik-topik fisika yang diajarkan sebagian besar dapat

dihubungkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Contohnya pada konsep wujud

zat dan perubahannya. Dalam fenomena sehari-hari konsep ini, siswa sering

menemukan sendiri bagaimana terjadinya tiga perubahan wujud zat yaitu padat,

cair, dan gas. Artinya dalam proses pembelajarannya tidak terlalu berpacu pada

teori atau berpegang pada buku yang sudah disediakan, tetapi mengkonstruk dan

menyimpulkan sendiri apa yang telah diajarkan oleh guru.

Dari uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang

yang dalam kegiatannya berusaha mengembangkan atau mengaplikasikan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) serta pengaruhnya terhadap

hasil belajar fisika siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul

“Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis

menguraikan masalah yang diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Guru tidak menguasai model pembelajaran dan alat praktikum yang akan

digunakan dalam pembelajaran.

4

b. Siswa tidak dibiasakan menemukan pengetahuannya sendiri dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Masih rendahnya hasil belajar Fisika siswa.

d. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) belum banyak

diterapkan dalam proses pembelajaran Fisika.

C. Pembatasan Masalah

Dari penguraian identifikasi di atas, penulis membatasi ruang lingkup

permasalahan yang akan dibahas agar jelas dan tidak mengembang terlalu jauh.

Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada ranah

kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi dengan tingkat C1

sampai C4.

2. Contextual Teaching and Learning mengacu pada Elaine B. Johnson, Ph.D.

dalam bukunya CTL (Contextual Teaching & Learning) pada aspek

komponen.

3. Konsep Fisika dalam penelitian ini adalah Wujud Zat dan Perubahanya.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah pendekatan

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berpengaruh terhadap

hasil belajar Fisika siswa?”

E. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, antara

lain:

1. Memberikan informasi kepada guru terkait tentang pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) untuk dapat diaplikasikan dalam proses

pembelajaran dan pengajaran.

5

2. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk dapat

diaplikasikan dalam proses pembelajaran dan pengajaran.

6

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran

1) Strategi Pembelajaran

Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian strategi

pembelajaran tersebut. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana

tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan

pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini

berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan

rencana kerja belum sampai pada tindakan.

Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah

dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh

sebab itu, “sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang

jelas yang dapat di ukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya

dalam implementasi suatu strategi.” 1

2) Model Pembelajaran

“Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal

disebut dengan metode.”2 Pengertian strategi berbeda dengan metode.

Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,

sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan

strategi.

3) Pendekatan Pembelajaran

Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah

pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Pranada Media Group.2008), hal.124 2 Ibid.,hal.124

7

strategi maupun metode. “Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara

natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata

lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian yang masuk

akal dan bermanfaat.”3 “Pendekatan dapat diartikan juga sebagai titik tolak

atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.”4 Oleh karenanya

strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau

tergantung dari pendekatan tersebut.

Pendekatan pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang

memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik

proses maupun lulusan pendidikan dan memiliki pengaruh yang

menyebabkan kualitas pendidikan. Artinya pendidikan tergantung

dari kemampuan guru dalam melaksanakan agar mengemas proses

pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan

memberikan konstribusi yang sangat dominan bagi siswa.5

Ada dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat

pada guru (teacher-centred-approaches) dan pendekatan yang berpusat

pada siswa (student-centred-approaches). “Pendekatan yang berpusat pada

guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif

atau pembelajaran ekspositori. Pendekatan pembelajaran yang berpusat

pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta

pembelajaran induktif.” 6

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah “proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.”7

Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perilaku bagi

peserta didik. Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana

3 Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:

Press, 2007), hal. 104 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada

Media Group.2008), hal.125 5 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008) , hal.1

6 Wina Sanjaya, Op.Cit., hal.125

7Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal 265.

8

hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem

penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar dirumuskan secara

tertulis sejak perencanaan dimulai.

Menurut Djahiri dalam proses pembelajaran prinsip utamanya

adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa

(fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat

ini dan di masa yang akan datang.

Secara khusus pembelajaran pada kuriulum ditujukan untuk:

1) Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep

yang dicanangkan oleh UNESCO yaitu learning to know (belajar

mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar

menjadi diri sendiri), dan learning to live together (belajar hidup)

2) Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar

dalam kehidupan yang harus direncanakan dan dikelola dengan

sistematis.

3) Memerikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada peserta

didik agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan.

4) Menumbuhkan proses pembelajaran yang kondusif bagi tumbuh

kembangnya potensi peserta didik melalui penanaman berbagai

kompetensi dasar.

Pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini: 8

Pertama pembelajaran harus lebih menekankan pada praktik baik itu di

laboratorium maupun dimasyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu, guru

harus mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mempraktikan apa-apa

yang dipelajarinya.

Kedua pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah

dengan masyarakat. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu dan jeli

8 Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal 266.

9

melihat berbagai potensi masyarakat yang bisa didaya gunakan sebagai

sumber belajar dan menjadi penghubung dengan lingkungannya.

Ketiga perlu dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis

dan terbuka melalui pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sebagainya.

Keempat pembelajaran perlu lebih ditekankan pada masalah-

masalah aktual yang secara langsung berkaitan dengan kehidupan nyata

yang ada di masyarakat.

Kelima perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran

“moving class” untuk setiap bidang studi dan kelas merupakan

laboratorium untuk masing-masing bidang studi sehingga dalam satu kelas

dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan

dalam pembelajaran serta peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat

dan kemampuan.

c. Prinsisp-Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi beberapa hal berikut:

1) Kecakapan hidup (life skill)

Latar belakang diterapkannya konsep pendidikan berorientasi

kecakapn hidup adalah sebagai sebuah tantangan globalisasi yang

menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam

persaing pasar global, rendahnya kualitas pendidikan, tingginya data

siswa yang tidak melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, dan

rendahnya daya tampung perguruan tinggi.

“Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki

seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan

dengan wajar tanpa terasa tertekan kemudian secara proaktif dan

kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu

mengatasinya.”9 Kemampuan tersebut diperlukan untuk menempuh

kehidupan yang sukses, bermartabat seperti kemampuan berfikir

kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun

9 Ibid., hal.267

10

kerjasama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki

dunia kerja. Implementasinya tidak dikemas dalam bentuk mata

pelajaran baru ataupun maeri tambahan.

“Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi

kecakapan hidup adalah Pertama, memfungsikan pendidikan

sesuai dengan fitrahnya yaitu mengembangkan potensi peserta

didik menghadapi perannya dimasa yang akan datang. Kedua,

memberikan peluang bagi intitusi pelaksana pendidikan untuk

mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan

potensi sumber daya yang ada. Ketiga, membekali siswa dengan

kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan

memecahkan masalah hidup dan kehidupan baik sebagai pribadi

yang mandiri, masyarakat dan warga negara.”10

2) Aspek-aspek kecakapan hidup (Life Skill)

Aspek-aspek kecakapan hidup meliputi : 11

Kecakapan dasar meliputi belajar mandiri, membaca menulis dan

menghitung, kecakapan berkomunikasi, kecakapan berfikir, kecakapan

kalbu, kecakapan mengelola raga, kecakapan merumuskan

kepentingan dan cara pencapaiannya kecakapan berkeluara dan sosial.

a) Kecakapan instrumental meliputi kecakapan memanfaatkan

teknologi, kecakapan mengelola sumber daya alam, kecakapan

bekerja sama dengan orang lain, kecakapan memanfaatkan

informasi, kecakapan menggunakan sistem, kecakapan

berwirausaha, kejujuran, memilih dan mengembangkan karier,

menjaga harmoni dengan lingkungan, dan menyatukan bangsa.

b) General life skill meliputi kecakapan kesadaran diri yaitu sadar

sebagai mahluk tuhan, sadar pada potensi diri, sebagai mahluk

sosial dan mahluk lingkungan. Kecakapan berfikir yaitu kecakapan

menggali informasi, menyelesaikan masalah secara kreatif dan arif,

kecakapan mengambil keputusan.

10

Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.268. 11

Ibid., hal.268-269

11

c) Spesifik life skill kecakapan yang terkait dengan pekerjaan yang

ada dilingkungan dan ingin ditekuni yaitu kecakapan memelihara

sukma dan memelihara raga.

d) Social skill meliputi memelihara hubungan dengan masyarakat

umum, memelihara hubungan dengan masyarakat khusus.

e) Environmental skill meliputi memelihara lingkungan nyata, dan

ghaib.

f) Occupational skill yaitu menguasai salah satu pekerjaan yang halal.

2. Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

Bagaimana untuk mengetahui pembelajaran kontekstual berhasil

diterapkan dalam kelas maka harus tahu terlebih dahulu apa itu pembelajaran

kontekstual, di bawah ini penjabaran tentang pembelajaran kontekstual yaitu:

1) Latar Belakang Pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual mempunyai dua latar belakang yang banyak

dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yaitu:

1) Latar belakang Filosofis, berangkat dari pemikiran epistemology

giambatista vico yang mengemukaan tuhan adalah pencipta alam semesta

dan manusia adalah tuan dari alam semesta yang artinya seseorang

dikatakan mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa

yang membangun sesuatu itu. oleh karenanya pengetahuan itu tidak

terlepas dari orang yang tahu karena pengetahuan merupakan struktur

konsep dari subjek yang mengamati.

2) Latar belakang Psikologis, sesuai dengan filsafat yang mendasarinya

bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang

dari sudut psikologis, pembelajaran kontekstual berpijak pada aliran

psikologis kognitif. “Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena

pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa

mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.”12

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pranada

Media Group.2008), hal.257.

12

2) Hakikat Pendekatan Pembelajaran kontekstual

Landasan filosofis pembelajaran kontekstual adalah “konstruktivisme

yaitu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar

menghafal tetapi mengkonstruksian atau membangun pengetahuan dan

keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proporsi yang mereka alami dalam

kehidupannya.”13

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa

dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan peajaran

akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.

Dengan mengaitkan keduanya, para siswa menyusun proyek atau

menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat

pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik

kesimpulan, ketika secara aktif memilih, menyusun, mengatur,

menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan

membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks

dalam situasi kehidupan dan dengan cara ini mereka menemukan

makna.14

Lingkungan di luar diri memberikan informasi yang membentuk

struktur fisik otak. Untuk memahami dan menghargai kekuatan lingkungan

dengan mengubah struktur fisik otak, kita harus memiliki pengetahuan dasar

tentang bagaimana sel-sel otak berfungsi. Lingkungan memutuskan hubungan

seperti apa, jika ada, yang terjadi antar saraf. Indra kita, sudah barang tentu,

memberikan informasi mengenai lingkungan ke otak. Ketika dunia luar

merangsang salah satu indra itu, hal itu menyebabkan rangsangan saraf untuk

berjalan kewilayah otak tertentu, setiap wilayah dapat dibandingkan dengan

suatu Negara bagian yang terpisah yang setiap wilayah memiliki bentuk “

khusus, tekstur, dan batasan yang jelas dan setiap wilayah menjalankan

fungsinya masing-masing.”15

Satu muatan lagi dalam implementasi Kuriulum Tingkat Satuan

Pendidikan, bahwa KTSP memberikan sinyal dalam implementasinya

13

Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi

Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal 41 14

Elain B.Johnson, CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.35 15

Ibid., hal.53

13

menggunakan strategi dengan menekankan pada aspek kinerja siswa.

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang membantu guru

mengaitkan konten atau pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi

siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penenrapannya dalam

kehidupan sehari-hari. (US. Departemen). of Education the National School-

to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001)16

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan

mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada “masalah-

masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab

mereka sebagai bagian dari warga negara dan yang terjadi dalam hubungan

yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.”17

Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

didasarkan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu

menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana

pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. “ Hal ini karena pemahaman konsep

akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak,

belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa baik di lingkungan kerja

maupun di masyarakat.”18

Pembelajaran kontekstual menekankan pada berpikir tingkat lebih

tinggi, transfer pengetahuan dan lintas disiplin serta pengumpulan,

penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan

pandangan. Pembelajaran kontekstual bukan merupakan suatu konsep baru.

“Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yang telah diusungkan oleh

John Dewey pada tahun 1916 mengusulkan suatu kuriulum dan metodologi

pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengelaman siswa.”19

Perkembangan pemahaman yang diperoleh selama mengadakan telaah

pustaka menjadi semakin jelas bahwa pembelajaran kontekstual merupakan

16

Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:

Press.2007), hal.101. 17

Ibid., hal.102. 18

Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi

Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal.40 19

Trianto, Op.Cit., hal.102

14

suatu perpaduan dari banyak praktek yang baik dan bebebrapa pendekatan

reformasi pendidikan yang dimaksudkan untuk memperkaya relevansi dan

penggunaan fungsional pendidikan untuk semua siswa. Pembelajaran

kontestual telah berkembang di negara-negara maju dengan nama beragam. Di

negara Belanda disebut dengan istilah Realistic Teaching and Education

(RTE) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Di Amerika disebut dengan istilah

Contextual Teaching and Learning (CTL) yang “intinya membantu guru

untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan motivasi

peserta didik untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan

kehidupan sehari-hari mereka.”20

3) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli

pendidikan adalah sebagai berikut:

CTL adalah system yang menyeluruh. Terdiri dari bagian-bagian yang

saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan

dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya

yang terpisah. Memampukan para siswa membuat hubungan yang

menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan

sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. “Secara

bersama-sama mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para

siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik.”21

Pembelajaran kontekstual adalah “suatu proses pendidikan yang

bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka

pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka

sehari-hari yaitu dengan konteks lingkungan, sosial, dan budaya pribadinya.”22

20

Ibid., hal.103 21

Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2010), hal.65 22

Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.273.

15

The Washington State Consortium for Contextual Teaching and

Learning (2001) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah pengajaran

yang memungkunkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan

penegetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan

di luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalm dunia

nyata. “Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan mengenai

apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-maslah riil yang

berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka dan sebagai anggota

keluarga, masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.”23

Center on Education and Work at the University of Wiscounsin

Madison (2002) mengartikan bahwa pembelajaran kontekstual adalah

suatu konsep belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan

isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa

membeuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya

dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan

pekerja serta meminta ketekunan belajar.24

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menguatkan

siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan akademi mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah

dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-

masalah yang disimulasikan.(University of Washington 2001)25

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan

antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit

demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

23

Ibid., hal.273-274 24

Ibid., hal.274 25

Trianto, Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,(Jakarta

Press.2007), hal.102

16

Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat

beberapa hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual yaitu: 26

1) Belajar bukanlah menghafal akan tetapi proses mengkonstruksi

pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.

2) Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lalu, pengetahuan itu

merupakan organisasi yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang

dimilikinya.

3) Belajar adalah proses pemecahan masalah sebab dengan memecahkan

masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya

perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi.

4) Belajar adalah proses proses pengalaman sendiri yang berkembang secara

bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.

5) Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

6) Konsep dasar dan karakteristik pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

“suatu pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa

secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupannya mereka.”27

Pembelajaran konpetensi ini merupakan suatu sistem atau pendekatan

pembelajaran yang bersifat holistic (menyeluruh), terdiri dari berbagai

komponen masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya.

Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas

sebagai berikut.28

Pertama, pembelajaran kontekstual menekankan kepada

proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar

berorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam

konteks pembelajaran kontekstual tidak mengarapkan agar siswa hanya

menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi

26

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Prenada

media Group.2008) hal.258 27

Ibid., hal.253 28

Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.163

17

pelajaran. Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat

menemukan hubungan antara materi yan dipelajari dengan situasi kehidupan

yang nyat, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Hal ini

akan memperkuat dugaan materi yang telah dipelajari akan tetap tertanam erat

dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga,

pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan, artinya pembelajaran kontekstual tidak hanya

mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi

bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan

sehari-hari. Materi pelajaran di sini bukan ditumpuk di otak dan kemudian

dilupakan akan tetapisebagai bekal mereka dalam mengarungi bahtera

kehidupan nyata.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL adalah sebuah system

yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna,

suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna

dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan

sehari-hari siswa. Dengan memanfaatkan kenyataan bahwa lingkungan

merangsang sel-sel otak untuk membentuk jalan. “Sebagai pendidik kita dapat

yakin mendefinisikan isi sebagai sesuatu yang akan dipelajari berupa

pengetahuan yang hampir tanpa batas.”29

4) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual, terdapat lima

karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual

yaitu: 30

29

Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.57-58 30

Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) hal.163

18

1) Dalam CTL pebelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang

sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari

pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang

akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki

keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru yang diperoleh dengan cara deduktif,

artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari dengan secara

keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan, artinya penetahuan yang diperoleh bukan untuk

dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara

meminta tanggapan dari yang laintentang pengetahuan yang diperolehnya

dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya

pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat

diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan

perilaku siswa.

5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini

dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan

penyempurnaan.

Trianto mengemukakan ada enam karakteristik atau kunci

pembelajaran kontekstual yang dikutip dari Universiti of Washington yaitu: 31

1) Pembelajaran bermakna yaitu pembahaman, relevansi dan penghargaan

pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus

dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebgai relevan dengan hidup mereka.

2) Penerapan pengetahuan yaitu penerapan kemampuan untuk melihat

bagaimana materi yang dipelajari ditetapkan dalam tahapan dan fungsi

pada masa sekarang dan akan datang.

31

Trianto, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta

Press.2007), hal.102

19

3) Berfikir tingkat lebih tinggi siswa dilatih untuk menggunakan fikiran

kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu atau

memecahkan suatu masalah.

4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, konten pengajaran

berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar local, negara

bagian, nasional, assosiasi dan industri.

5) Responsive terhadap budaya yaitu pendidikan harus memahami dan

menghormati nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa, sesame rekan dan

masyarakat tempat mereka mendidik.

6) Penilaian autentik yaitupenggunaan bernagai macam strategi penilaian

yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang

diharapkan dari siswa.

Berbeda dengan Elain dalam bukunya menyebutkan terdapat delapan

komponen yang mencangkup system CTL yaitu: 32

1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.

2) Melakukan pekerjaan yang berarti

3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri

4) Bekerja sama

5) Berpikir kritis dan kreatif

6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

7) Mencapai standar yang tinggi

8) Menggunakan penilaian autentik.

5) Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Banyak pendekatan yang dikenal dan digunakan dalam pembelajaran

dan tiap-tiap pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik ini

berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan mendapat tekanan dalam

pembelajaan. Ada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa,

32

Elain B. Johnson, Op. Cit., Hal.65-66

20

kemampuan berfikir, aktivitas, pengalaman siswa, berfokus pada guru,

berfokus pada masalah (personal, lingkungan, sosial), berfokus pada teknologi

seperti sistem instruksional, media dan sumber belajar.

Berkenaan dengan aspek kehidupan dan lingkungan, maka pendekatan

pembelajaran ada keterlibatan pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman, dan

kemandirian serta konteks kehidupan dan ingkungan.

Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu

yang berkembang. Anak bukanlah orang dewasa kecil, melainkan organisme

yang sedang berada pada tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar

akan sangat ditentukan oleh peran guru tidak lagi sebagai instruktur atau

penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan sebagai pembimbing siswa

agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.

Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru

dan penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang bersifat

aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka mencoba memecahkan

persoalan yang menantang. Guru berperan sebagai pemilih bahan-bahan

belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh anak. Guru membantu

agar setiap siswa mampu mengaitkan antara pengalaman baru dengan

sebelumnya, memfasilitasi atau mempermudah agar siswa mampu melakukan

proses asimilasi dan akomodasi.

Dengan demikian, pendekatan pembelajaran kontekstual menekankan

pada aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Pembelajaran

kontekstual memandang bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal,

mengingat fakta-fakta, mendemonstrasikan latihan secara berulang-ulang akan

tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran

kontekstual belajar di alam terbuka merupakan tempat untuk memperoleh

informasi sehingga menguji data hasil temuannya dari lapangan tadi baru

dikaji di kelas. Sebagai materi pelajaran siswa menemukan sendiri, bukan

hasil pemberian apalagi dialas oleh guru.

21

6) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Elaine B. Jhonson mengklaim bahwa dalam pembelajaran kontekstual

minimal ada tiga prinsip utama yang sering digunakan yaitu “saling

ketergantungan (interdependence), diferensiasi (differensiasi), dan

pengorganisasian (self organization).”33

Pertama, prinsip saling ketergantungan (interdependence) menurut

hasil kajian para ilmuwan segala yang ada di dunia ini aldalah saling

berhubungan dan tergantung. Segala yang ada baik manusia maupun mahluk

hidup lainnya selalu saling berhubungan satu sama lainnya membentuk pola

dan jarring sistem hubungan yang kokoh dan teratur.

Begitu pula dalam pendidikan dan pembelajaran, sekolah merupakan

suatu sistem kehidupan, yang terkait dalam kehidupan di rumah, tempat

bekerja, dan masyarakat. Dalam kehidupan disekolah siswa saling

berhubungan dan tergantung dengan guru, kepala sekolah tata usaha, orang tua

siswa, dan nara sumber yang ada sisernya. Dala proses pembelajaran siswa,

berhubungan dengan bahan ajar, sumber belajar, media, sarana prasarana

belajar iklim sekolah dan lingkungan.

Saling berhubungan ini bukan berarti bukan hanya sebatas pada

memberikan dukungan kemudahan, akan tetapi jga member makna tersendiri,

sebab makna ada jika ada hubungan yang berarti. “Pembelajaran kontekstual

merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan antara bahan pelajaran

dengan bahan lainnya, antara teori dengan praktik, antara bahan yang bersifat

konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.”34

Kesaling ketergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa

bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan

pertemuan dengan rekannya. “Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda

33

Udin Saepudin Sa‟ud,Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008), hal.165 34

Ibid., hal.166

22

dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia

bisnis dan komunikasi.”35

Kedua, prinsip diferensiasi (differensiasi) yang menunjukan kepada

sifat alam yang secara terus menerus menimbulkanperbedaan, keseragaman,

dan keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya

selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukan reativitas yang luar biasa dari

alam semesta. Jika dari pandangan agama, kreativitas luar biasa tersebut

bukan alam semestanya tetapi penciptanya. Diferensiasi bukan hanya

menunjukan perubahan dan kemajuan tanpa batas, akan tetapi juga kesatuan-

kesatuan yang berbeda tersebut berhubungan dan saling ketergantungan dalam

keterpaduan yang bersifat simbiosis atau saling menguntungkan.

Apabila para pendidik memiliki keyakinan yang sama dengan para

ilmuwan modern bahwa prinsip diferensiasi yang dinamis ini bukan hanya

berlaku dan berpengaruh pada alam semestanya, tetapi juga pada sistem

pendidikan. Para pendidik juga dituntut untuk mendidik engajar elatih,

membimbing sejalan dengan prinsip diferensiasi dan harmoni alam semesta

ini. proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan

menekankan pada kreativitas, keunikan, variasi dan kolaborasi.

Konsep-konsep tersebut bisa dilaksanakan dalam penbelajaran

kontekstual. “Karena pembelajrana kontekstual berpusat pada siswa,

menekankan aktivitas dan kreativitas siswa. Siswa berkolaborasi dengan

teman-temannya untuk melakukan pengamatan, menghimpun dan mencatat

fakta dan informasi, menemukan prinsip-prinsip dan pemecahan masalah.”36

Ketiga, prinsip pengorganisasian diri (self organization), setiap

individu atau kesatuan dalam alam semesta mempunyai potensi yang melekat

yaitu kesadaran sebagai kesatuan utuh yang berbeda dengan yang lain. Tiap

hal memiliki organisasi diri sendiri, suatu energy atau kekuatan hidu yang

35

Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.86 36

Udin Saepudin Sa‟ud, Op.Cit., hal.166

23

memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas dan berbeda dengan

yang lainnya.

“Berdasarkan teori tabula rasa John Locke mengatakan bahwa pikiran

seseorang seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-

coretan gurunya.”37

Prinsip organisasi diri, menuntut pada pendidik dan para

pengajar di sekolah agar mendorong tiap siswanya untuk memahami dan

merealisasikan semua potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin.

“Pembelajaran kontekstual diarahkan untuk membantu para siswa untuk

mencapai keunggulan akademik penguasaan keterampilan sandar,

pengembangan sikap dan moral sesuai dengan harapan masyarakat.”38

7) Ciri-Ciri Pembelajaran Kontekstual

Dibawah ini merupakan cirri-ciri dari pembelajaran kontekstual yaitu: 39

1) Adanya kerja sama antar semua pihak

2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem

3) Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-

beda

4) Saling menunjang

5) Menyenangkan, tidak membosankan

6) Belajar dengan bergairah

7) Pembelajaran terintegrasi

8) Menggunakan berbagai sumber

9) Siswa aktif

10) Sharing dengan teman

11) Siswa kritis dan guru kreatif

12) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta

peta, gambar, artikel, humor, dan sebagainya.

37

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di dalam Kelas (Jakarta:

Grasindo, 2009), Cet. 6, Hal. 2 38

Udin Saepudin Sa‟ud,Op.Cit., hal.166 39

Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.276.

24

13) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.

8) Kata Kunci Pembelajaran Kontekstual

Yang perlu diketahui dalam pembelajaran kontekstual adalah kata kunci

untuk jalannya sebuah pembelajaran yaitu: 40

1) Real world learning

2) Mengutamakan pengalaman nyata (siswa belajar dari mengalami dan

menemukan sendiri)

3) Berfikir tingkat tinggi

4) Berpusat pada siswa

5) Siswa aktif, kritis, dan kreatif.

6) Pengetahuan bermakna dalam kehidupan

7) Dekat dengan kehidupan nyata

8) Perubahan prilaku

9) Siswa praktik buan menghafal

10) Learning bukan teaching

11) Pendidikan bukan pengajaran

12) Pembentukan

13) Pemecahan masalah

14) Siswa aktif dan guru mengarahkan

15) Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

9) Komponen Pembelajaran Kontekstual

Ada Tujuh komponen pembelajaran kontekstual yaitu : 41

1) Menjadikan siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif

2) Membangun keterkaitan

3) Melakukan pekerjaan yang berarti

40

Ibid., hal.277 41

Elain B.Johnson. CTL Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan-Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning.2010), hal.93-95

25

4) Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis

5) Bekerja sama

6) Mengembangkan setiap individu

7) Mengenali dan mencapai standar tinggi.

10) Lima Elemen Belajar Kontekstual

Ada lima elemen yang perlu diperhatikan dalam praktik pembelajaran

kontekstual yaitu: 42

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara

mempelajari secara keseluruhan dulu kemudian memperhatikan

detailnya

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara

menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar

mendapat tanggapan dan konsep tersebut direvisi dan dikembangkan

4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge)

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge).

11) Asas-Asas Dalam Pembelajaran Kontekstual

Asas-asas sering juga disebut komponen pembelajaran kontekstual

melandasi pelaksanaan proses pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuh

asas yaitu “konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,

pependekatanan, refleksi, dan penilaian nyata.”43

1) Kontruktivisme (konstruktivism),

Kontruktivisme merupakan landasan pendekatan kontekstual yaitu

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman. Komponen ini juga merupakan landasan filosofis berpikir,

pembelajaran yang berciri kontruktivisme menekankan terbangunnya

42

Op.Cit., hal.278 43

Munandar, Guru Professional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007);hal283-293

26

pemahaman sendiri secara “aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan

pengetahuan terdahulu dan pengalaman yang bermakna.”44

Jean piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan

hanya dari objek semata akan tetapi juga dari kemampuan individu

sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Proses

menambahnya pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

sekonyong-konyong.

Pengetahuan adalah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah

yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi

sendiri pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata.oleh karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi

bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan

obek tersebut.

Lebih jauh piaget menyatakan hakikat dari sebuah pengetahuan itu

sendiri adalah pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata,

akan tetapi merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek,

subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang

perlu untuk pengetahuan pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi

seseorang struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu

berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Pendekatan kontrukstivisme merupakan salah satu pandangan

tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses

memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif,

yang hanya dapat di atasi melalui pengetahuan diri. Pada proses belajar,

pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui

pengalamannya dari hasil interaktif denganlingkungannya.

Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal

yang telah dimliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan

44

Mansur Muchlis, KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi

Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Sinar Garafika Ofset, 2008), Cet.4, hal.44

27

begitu saja, sehingga diperlukan perubahan atau modifikasi struktur

kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara

berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.

Landasan konstruktivisme berbeda dengan pandangan kaum

objektivitas. Dalam pembelajaran di kelas penerapan prinsip

konstruktivisme adalah sebagai berikut.

a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada pada siswa (activating

knowledge) Struktur-struktur pengetahuan awal yang sudah dimiliki

siswa akan menjadi dasar untuk mempelajari informasi baru. Struktur-

struktur tersebut perlu dibangkitkan atau dibangun sebelum informasi

baru diberikan.

b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) Pemerolehan

pengetahuan baru perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam

paket-paket yang terpisah-pisah. Pemerolehan pengetahuan baru

(acquiring knowledge) dengan cara mempelajari sesuatu secara

keseluruhan dulu, kemudian memperoleh detailnya.

c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) Dalam

memahami pengetahuan siswa perlu menyelidiki dan menguji semua

hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru tersebut. Siswa harus

membagi-bagi struktur (prior knowledge) kepada siswa-siswa lainnya

untuk dikritik agar strukturnya semakin jelas.

d) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman (apply knowledge) Siswa

memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus struktur

pengetahuan dengan cara menggunakan secara otentik.

e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) Jika pengetahuan harus

sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas maka pengetahuan

itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.

2) Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari CTL (Contextual

Teaching and Learning). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

siswa diharapkan bukan sekedar sebagai hasil mengingat seperangkat

28

fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang

kegiatan menuju pada kegiatan menemukan sendiri terhadap materi yang

diajarkan.

Asas inkuiri merupakan proses pembelajaran berdasarkan pada

pencarian dan menemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi

hasil dari proses menemukan sendiri tindakan guru bukanlah untuk

mempersiapkan anak untuk menghafal sejumlah materi akan tetapi

merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa menemikan sendiri

materi yang harus dipahami. Belajar menemukan proses mental seseorang

yang tidak terjadi secara mekanis akan tetapi perkembangan diarahkan

pada intelektual, mental emosi dan kemampuan individual yang utuh.

Dalam pendekatan inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa

langkah sistematis yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipitesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis berdasarkan data yang

dikumpulkan dan membuat kesimpulan. Penerapan pendekatan inkuiri

juga dapat dilakuka dalam proses pembelajaran kontekstual yang dimulai

dari kesadaran siswa akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.

Dengan demikian siswa didorong untuk menemukan masalah. Apabila

masalah ini telah dipahami dengan jelas, selanjutnya siswa dapat

engajukan jawaban sementara (hipotesis).

Hipotesis itulah yang menuntun siswa untuk melakukan observasi

dalam mengumpulan data. Bila data terkumpul maka dituntut untuk

menguji hipotesis sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan. Asas

menemukan itulah merupakan asas penting dalam pembelajaran

kontekstual.

3) Bertanya (questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan

setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan

kemampuan seseorang dalam berfikir. Pengetahuan yang dimiliki

29

seseorang selalu bermula dari bertanya (questioning) bertanya yang

merupakan strategi utama dipandang sebagai kegiatan utama

pembelajaran yaitu guru mendorong, membimbing dan menilai

kemampuan berpikir siswa.

Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquari, yaitu menggali

informasi, menginformasikan apa yang telah diketahui dan mengarahkan

pelatihan pada aspek yang belum diketahinya . Kegiatan bertanya

berguna untuk mengkaji informasi, mengecek pemahaman siswa,

membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan

siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. Membangkitkan lebih banyak

pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Dalam proses pembelajaran kontekstual guru tidak banyak

menyampaiakn informasi begitu saja, akan tetapi berusaha memancing

agar siswa menemukan sendiri. Oleh karena itu, melalui pertanyaan guru

dapatmembimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap

materi yang dipelajari.

Kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk menggali informasi

tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran,

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, merangsang keingintahuan

siswa terhadap sesuatu memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan

dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri.

4) Masyarakat Belajar (learning community)

Konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran kontekstual

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama

dengan orang lain (team work). Kerjasama itu dapat dilakukan dalam

berbagai bentuk dalam kelompok belajara yang dibentuk secara formal

maupun dalam lingkungan secara alamiah.

Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua

arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi

pembelajaran peserta didik, memberi informasi yang diperlukan oleh

30

teman belajarnya dan meminta informasi yang diperlukan dari teman

belajarnya.

Konsep masyarakat belajar menyadarkan bahwa hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar

diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu

dengan yang belum tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang

lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang

perlu dipelajari.

Dalam kelas pembelajaran kontekstual, penerapan asas masyarakat

belajar dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat

kemampuannya maupun kecepatan belajar.

5) Pendekatan

Maksudnya dalam semua pembelajaran, keterampilan dan

pengetahuan tertentu ada pendekatan yang bisa ditiru. Dalam

pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya pendekatan. Pendekatan

dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk

untuk menjadi contoh kepada siswa lain.

Proses pendekataning tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat juga

guru memanfaatkan siswa yang memiliki kemampuan, dengan demikian

siswa dapat dianggap sebagai pendekatan. Di sini pendekataning

merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual,

sebab melalui pendekataning siswa dapat terhindar dari pembalajaran

yang teoritis-abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme.

6) Refleksi (reflecting)

Refleksi juga bagian dari CTL, refleksi adalah cara berpikir tentang

apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah

dilakukan di masa lalu. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman

yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali

kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui

proses refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukan dalam struktur

31

kognitif siswa pada akhirnya akan menjadi bagian dari penegtahuan yang

dimilikinya. Bisa terjadi melalui prosesrefleksi siswa akan

memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah

khazanah pengetahuannya.

Siswa mendapatkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur

pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian

aktivitas atau pengetahuan yang baru diterimanya. Dalam proses

pembelajaran kontekstual, setiap proses pembelajaran guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa

yang telah dipelajarinya.

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahuiapakah siswa belajar

atau tidak. Penilaian merupakan pengumpulan sebagai data siswa untuk

memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan

siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa

mengalami proses pembelajaran yang benar.

Pengalaman yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan

proses pembelajarannya. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus

selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan meliputi seluruh aspek

domain penilaian. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses

belajar bukan kepada hasil belajar.

3. Aplikasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Guru mengajak siswa untuk memecahkan masalah bagaimana

pencemaran sungai di lingkungan ser . Banyak pendududk masih membuang

sampah ke sungai, sampah berserakan dimana-mana akibat membuangnya

sembarangan di setiap tempat tinggal. Disini guru dapat membimbing siswa

32

untuk dapat memecahkan masalah, bagaimana agar sebagai generasi muda

perlu menyadari cinta terhadap lingkungan.

Melalui pertanyaan yang terbimbing siswa diajak untuk berfikir apa

akibatnya jika air sungai tercemar. Bagaimana cara mengatasi hal

tersebut?siswa mengungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri cara

mengatasi masalah tersebut, kemungkinan siswa menemukan solusi

alternative terbaik versi mereka, jangan sekali-kali guru mendominasi

jawaban mereka, biarkan mereka mengemukakan argumentasinya sesuai

dengan taraf berfikir siswa sekolah dasar.

Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana siswa belajar cara

mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan

rasa kepedulian terhadap sesame dalam kehidupan sehari-hari. Bila telusuri

terhadap isu yang terjadi, ada beberapa aspek yang dapat dipelajari seperti

saat siswa mencari informasi atau teori yang berhubungan dengan masalah

yang terjadi, proses saat siswa berfikir dan bekerja untuk mencoba

mengetahui lebih jauh masalah yang terjadi, saat siswa mengaplikasikan

antara konsep dengan masalah serta ide untuk memecahkan masalah tersebut

serta sikap positif terhadap masalah yang dihadapi. Suatu ide yang baik

apabila isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dijadikan topic dalam

pembelajaran kontekstual.

“Tahapan pendekatan pembelajaran kontekstual meliputi empat

tahapan yaitu invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan

tindakan. Tahapan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar diagram

berikut.”45

45

Udin Saepudin Sa‟ud, Inovasi Pendidikan., (Bandung:Alfabeta.2008) Hal.173

33

Gambar 2.1 : Diagram Tahapan Pembelajaran Kontekstual

Tahapan invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan

awalnya tentang konsep yang di bahas. Bila perlu guru memancing dengan

memberikan pertanyaan yang problematic tentang fenomena kehidupan

sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat

yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,

mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.

Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan

menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian,

penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.

Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusitentang

masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa

keingintahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.

Tahapan penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-

penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan

penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat

pendekatan, membuat rangkuman, dan ringkasan.

Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat kepurusan,

menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan

INVITASI

EKSPLORASI

PENJELASAN DAN SOLUSI

PENGAMBILAN TINDAKAN

34

gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara

individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

a. Langkah- Langkah Pembelajaran Kontekstual

Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual tersebut, maka

langkah-langkah pembelajaran kontekstual seperti dibawah ini.46

1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari

proses pembelajaran dan pentingnya materi yang akan dipelajari.

b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:

c) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa

d) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi misalkan

kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke TPS (lingkungan hidup) dan

kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke TPS (pembuangan sampah)

e) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang

berhubungan dengan hasil temuan saat observasi tadi.

f) Guru melakukan tanya jawab semua tugas yang harus dikerjakan oleh

setiap siswa.

2) Inti

a) di lapangan

i. Siswa melakukan observasi ke TPS sesuai dengan pembagian tugas

kelompok

ii. Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan tadi sesuai dengan

alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

b) di dalam kelas

i. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan

kelompoknya masing-masing.

ii. Siswa mempresentasikan atau melaporkan hasil diskusi

iii. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh

kelompok lain.

46

Ibid., hal.174-175

35

3) Penutup

a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi ser masalah

temuan sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.

b) Guru menugaskann siswa untuk membuat tugas tentang pengalaman

belajar mereka.

b. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Kontekstual adalah pembelajaran yang menghubungkan antara konten

pelajaran dengan situasi kehidupan nyata, dan mendorong siswa mengaitkan

antara pengetahuan dan pengalaman yang didapatnya di sekolah dengan

kehidupannya sebagai anggota keluarga, warganegara, dan dunia kerja.

Kontekstual merupakan respons dari ketidakpuasan praktek pembelajaran

yang sangat menekankan pada pengetahuan abstrak atau konseptual semata-

mata. Pembelajaran demikian memang cocok untuk melahirkan para

akademisi, tetapi tidak menyiapkan siswa untuk menjadi seorang

professional; dengan kata lain, pembelajaran yang terlampau abstrak telah

mengabaikan aspek kontekstual atau terapan dari pengetahuan tersebut.

Bagi siswa, proses pembelajaran tradisional yang menekankan pada

pengetahuan abstrak/konseptual lebih pasif daripada pembelajaran yang

kontekstual. Pada proses pembelajaran tradisional tersebut, siswa diharapkan

untuk memahami dan menyusun informasi dalam pikirannya melalui kegiatan

mendengarkan guru dan membaca materi yang ditugaskan. Sesuai dengan itu,

maka metode pengajaran lebih berpusat pada guru.

Tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk menyerap nformasi

secara abstrak, oleh karena itu banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

belajar. Juga banyak yang lulus sekolah tetapi tidak mampu berada di

masyarakat sebagai anggota yang bermutu.

Penguasaan terhadap pengetahuan faktual atau „a need-to-know basis‟

masih tetap diperlukan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan,

tetapi pengetahuan itu lebih mudah untuk dipahami jika diperoleh dari

pengalaman langsung, daripada siswa hanya menghafal dan menyimpan

36

informasi itu dalam pikirannya sampai suatu saat nanti diperlukan.

Apprenticeship (belajar untuk mencapai keahlian tertentu, magang) adalah

suatu metode pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran dengan dunia

nyata. Dalam Kontekstual, pembelajaran konsep-konsep abstrak dilakukan

dengan prinsip-prinsip apprenticeship tersebut. Karena yang dipelajari adalah

konsep (yang lebih berkaitan dengan kognisi daripada keterampilan, maka

pembelajarannya disebut dengan cognitive apprenticeship. Cognitive

apprenticeship adalah suatu metode melatih siswa dalam menyelesaikan

suatu tugas.

Ada tiga hal utama yang harus dilakukan guru sebelum pembelajaran

dilakukan, yaitu:

1) terlebih dahulu menetapkan kompetensi yang harus dicapai siswa,

2) menunjukkan manfaat dari tugas yang diberikan, dan

3) memberi peluang untuk keberagaman cara belajar siswa.

Dalam cognitive apprenticeship, dilakukan visualisasi konsep-konsep

abstrak, memahami konsep, dan menggunakannya untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan. Terkait dengan konsep keberagaman tersebut, dalam CTL

perlu dilakukan diversified learning strategies, yaitu yaitu penggunaan

strategi pembelajaran yang bervariasi namun kontekstual. Metode ceramah

dalam beberapa hal masih diperlukan, tetapi metode-metode yang berpusat

pada siswa (student-centered) seperti metode inkuiri dan metode kooperatif

akan lebih membantu siswa mengembangkan kompetensi dengan baik. Begitu

juga, perlu dilakukan differentiated teaching strategies, yaitu pembelajaran

yang demokratis dimana siswa mendapat peluang yang luas untuk memahami

informasi sesuai dengan kecenderungan yang dimiliki masing-masing.

Disini diingatkan dengan konsep multiple intelligence dari Gardner,

yang menekankan bahwa setiap individu memiliki kecenderungan yang

dominan dalam dirinya, dan keberhasilan individu tersebut (dalam belajar dan

bekerja) besar dipengaruhi oleh apakah dia dapat memanfaatkan

kecenderungannya tersebut untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

yang dihadapi.

37

Pemberdayaan (empowerment) sangat diperlukan dalam CTL yaitu

dapat dilakukan dengan cara: (1) Fading (menjauh secara pelahan), yaitu

dukungan guru dikurangi sedikit demi sedikit hingga akhirnya siswa dapat

menyelesaikan tugasnya secara mandiri; (2) Articulation ( penyampaian),

yaitu kesempatan untuk siswa terlibat dalam percakapan atau diskusi

mengenai pengetahuannya dalam rangka memecahkan masalah; (3)

Reflection (refleksi, melihat kediri-sendiri), yaitu kegiatan dimana siswa

dapat membandingkan kemampuan dan keterampilannya dengan ahli di

bidangnya; dan (4) Exploration (eksplorasi, berkarya), yaitu yaitu saat dimana

guru mendorong siswa untuk mencoba menemukan dan memecahkan

persoalan secara mandiri.

Texas Collaborative for Teaching Excellence mengajukan suatu

strategi dalam melakukan pembelajaran kontekstual yang diakronimkan

menjadi REACT, yaitu: relating, experiencing, applying, cooperating, dan

transferring.

1) Relating: yaitu belajar dalam konteks menghubungkan apa yang hendak

dipelajari dengan pengalaman atau kehidupan nyata. Untuk itu, bawa

perhatian siswa pada pengalaman, kejadian, dan kondisi sehari-hari. Lalu,

hubungkan/kaitkan hal itu dengan pokok bahasan baru yang akan

diajarkan.

2) Experiencing: yaitu belajar dalam konteks eksplorasi, mencari, dan

menemukan sendiri. Memang, pengalaman itu dapat diganti dengan

video, atau bacaan (dan bahkan kelihatannya dengan cara ini belajar bisa

lebih cepat), tetapi strategi demikian merupakan strategi pasif, artinya,

siswa tidak secara aktif/langsung mengalaminya.

3) Applying yaitu belajar mengaplikasikan konsep dan informasi dalam

konteks yang bermakna. Belajar dalam konteks ini serupa dengan

simulasi, yang seringkali dapat membuat siswa mencita-citakan sesuatu,

atau membayangkan suatu tempat bekerja dimasa depan. Simulasi seperti

bermain peran merupakan contoh yang sangat kontekstual dimana siswa

mengaplikasikan pengetahuannya seperti dalam dunia nyata. Seringkali

38

juga dilakukan berupa pengalaman langsung (firsthand experience)

seperti magang.

4) Cooperating yaitu proses belajar dimana siswa belajar berbagi (sharing)

dan berkomunikasi dengan siswa lain. Pembelajaran kooperatif

merupakan salahsatu strategi utama dalam CTL, karena pada

kenyataannya, karyawan berhasil adalah yang mampu berkomunikasi

secara efektif dan bisa bekerja dengan baik dalam tim. Aktivitas belajar

yang relevan dengan pembelajaran kooperatif adalah kerja kelompok; dan

kesuksesan kelompok tergantung pada kinerja setiap anggotanya. Peer

grouping juga suatu aktivitas pembelajaran kooperatif. Beberapa teknik

pembelajaran kooperatif akan diulas pada bagian lain dari makalah ini.

5) Transferring : yaitu belajar dalam konteks pengetahuan yang sudah ada,

artinya adalah, siswa belajar menggunakan apa yang telah dipelajari

untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Aktivitas dalam

pembelajaran ini antara lain adalah pemecahan masalah (problem

solving).

4. Hasil Belajar Fisika Siswa

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

daripada itu yakni mengalami,47 Belajar adalah kegiatan-kegiatn fisik atau

badaniah.48

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.49

Burton dalam sebuah bukunya The Guidance of Learning Activities

merumuskan pengertian “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antar individu dengan individu dan

47

Anggun Kusuma Wardani, Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Oleh Guru PKn Di SMA

Negeri I Banjarnegara. (Jurusan hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang 2007), hal.17 48

Anonim, http://agungmaul.blogspot.com/2010/09/hubungan-prilaku-siswa-smp-dan-sma.htm.

(18 September 2010: 20.35) 49

Anonim, http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/08/pengertian-hasil-belajar.html (18 September

2010: 20.35)

39

individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi

dengan lingkungannya.”50

Wasty mengutip bahwa dalam bukunya yang dikemukakan oleh H.

Cronbach Witherington ( Educational Psycology, 1945 ) “Learning is

shown by change in behavior as a result of expe-rience”51

yang

diterjemahkan dalam bukunya Aunurrahman mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepribadian.52

Howard L. Kingslay berpendapat “Learning is the process by

which behavior (in the broader sense) is originated or changed through

practice or training” 53

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman”. Menurut pendapat ini, belajar membawa suatu perubahan

pada individu yang belajar. Perubahan tersebut dilakukan individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam dalam interaksi

dengan lingkungannya.

James O.Whittakher mendefinisikan “Learning may be defined as

the prosess by which behavior originates or is altered through training or

experience.” 54

Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan

atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individuitu

sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.55

50

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran.(Bandung:Alfabeta,2009), hal.35 51

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika. (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003), hal.104 52

Aunurrahman, Op.Cit., hal.35 53

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika. (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003), hal.104 54

Ibid., hal. 104 55

Aunurrahman, Op.Cit., hal.35

40

Pendapat lain tentang belajar yaitu menurut W.S. Winkel

mengemukakan bahwa “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai

aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap, dimana perubahan ini bersifat

secara konstan dan berbekas”. Dari pendapat tersebut tampak bahwa

belajar proses ataupun usaha yang dilakukan individu yang berinteraksi

dengan lingkungannya, hanya dibatasi pada segi mental yaitu proses

aktifitas psikis seseorang.

Dalam kesimpulan yang dikemukakan oleh Abdillah (2002),

belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu.56

Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan di atas, belajar

merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang yang

relatif menetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai

sikap, berdasarkan interaksi aktif antara individu dan lingkungannya

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman yang dilakukan secara

formal, maupun non formal.

Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting

bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar

inilah manusia bertahan hidup. Belajar secara sederhana dikatakan sebagai

proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam

jangka waktu tertentu. Perubahan itu harus secara relatif bersifat menetap

dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang nampak saat ini tetapi juga

pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Selain itu,

perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.

56

Ibid., hal.35

41

b. Teori-Teori Belajar

1) Teori belajar psikologi behavioristik

Para pencetus teori ini sering disebut sebagai contemporary

behaviorists mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu

dikendalikan oleh mengajar atau penguatan dari lingkungan.57

Dr. Aunurrahman berbeda pendapat dalam bukunya belajar dan

pembelajaran bahwa para penganut behavioristik meyakini bahwa manusia

sangat dipengaruhi oleh kejadian lingkungan yang memberikan pengalaman

tertentu.58

Behaviorisme menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah

laku dan kurang memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena

tidak dapat dilihat.

2) Teori belajar psikologi kognitif

Kognitivisme juga sering disebut cognitive model atau model

perceptual. Menurut teori ini belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan

oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan

tujuan-tujuannya.59

Karena itu belajar menurut teori ini diartikan sebagai

perubahan persepsi dan pemahaman.

3) Teori belajar psikologi humanistic

Teori ini berpendapat bahwa setiap orang menentukan perilaku

sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka dan tidak terkait

oleh lingkungan.60

4) Teori belajar Gagne

Teori ini merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme

dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasi. Menurut

gagne cara berpikir seseorang tergantung pada keterampilan apa yang telah

dimilikinya dan cara pandang yang diperlukan untuk mempelajari suatu

tugas.

57

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidika, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2003), hal. 123 58

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.39 59

Ibid., hal.44 60

Wasti, Op.cit., hal. 137

42

Jadi di dalam proses belajar terdapat dua fenomena yaitu

meningkatnya keterampilan intelektual sejalan dengan meningkatnya umur

serta latihan yang diperlukan individu, dan belajar akan lebih cepat bila mana

strategi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah secara lebih

efisien.

c. Hasil Belajar Fisika Siswa

Dalam dunia pendidikan, suatu proses belajar diharapkan

menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan

tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran yaitu berupa

pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono,

hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar.61

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar

merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Bloom yang

dikutip oleh Wina sanjaya, tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

diklasifikasikan ke dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masing-

masing ranah dapat dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan,

yaitu sebagai berikut:

1) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang

meliputi:

1) Mengingat (Remember) , yaitu mendapatkan kembali pengetahuan

yang relevan dari memori jangka panjang.

2) Memahami (Understand), yaitu menentukan makna dari pesan dalam

pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik.

61 Anonim, http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. 18 September 2010 20.36

43

3) Menerapkan (Apply), yaitu mengambil atau menggunakan suatu

prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi.

4) Menganalisa (Analyze), yaitu memecah-mecah materi hingga ke

bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan

satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu.

5) Mengevaluasi (Evaluate), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan

kriteria dan standar.

6) Menciptakan (Create), yaitu menyusun elemen-elemen untuk

membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. 62

2) Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, yang

meliputi:

a) Reciving (sikap menerima) adalah kepekaan seseorang dalam

menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam

bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

b) Responding (memberikan respon/jawaban) adalah kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif

dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan

salah satu cara, mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam

menjawab stimulus yang datang dari luar.

c) Valuing (penilaian atau menentukan sikap) yaitu suatu sikap tidak

hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai

konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk.

d) Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai

sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, dan membawa

perbaikan umum.

e) Characterization (pembentukan pola hidup) adalah karaktrisasi dengan

suatu nilai yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi kepribadian

dan tingkah lakunya.

62 David R. Krathwohl, A Revision of Bloom‟s Taxonomy, An Overview (Ohio: Theory Into

Practice, vol 41 number 4 : 2002)

44

3) Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) meliputi:

a) Persepsi – perception (mampu menafsirkan rangsangan, peka terhadap

rangsangan, menyeleksi objek)

b) Kesiapan – set (mampu berkonsentrasi, menyiapkan diri secara fisik,

emosi, dan mental)

c) Gerakan terbimbing – guided response (mampu meniru contoh,

mencoba-coba, pengembangan respons baru)

d) Gerakan terbiasa – mechanism (berketrampilan, berpegang pada pola,

respons baru muncul dengan sendirinya)

e) Gerakan kompleks – complex overt response (sangat terampil secara

lancer, luwes, supel, gesit, lincah)

f) Penyesuaian pola gerakan – adaption (mampu menyesuaikan diri,

bervariasi, pemecahan masalah)

g) Kreativitas/keaslian – creativity/origination (mampu menciptakan

yang baru, berinisiatif).

Dengan demikian, hasil belajar merupakan perubahan pengetahuan,

sikap, maupun ketrampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas

belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan pengetahuan, sikap, maupun

ketrampilan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh

karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka

perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep yang

lebih baik.

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-

gejala alam melalui penelitian, percobaan dan pengukuran yang disajikan

secara matematis berdasarkan hukum-hukum dasar untuk menemukan

hubungan antara kenyataan yang ada di alam. Dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar fisika merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah

mengalami aktivitas pembelajaran berupa pengetahuan fisika maupun

penguasaan konsep fisika.

45

d. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Made Sumadi di SLTP 6

Singaraja pada tahun 2004/2005 bahwa pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual pada pelajaran matematika berpengaruh pada

kemampuan penalaran dan komunikasi dalam belajar. Hasil yang diperoleh

menujukan melalui uji normalitas sebesar 0,876, taraf signifikansi 5% yang

berdistribusi normal, uji homogenitas diperoleh nilai sebesar 0,512 taraf

signifikansi 5% dengan data homogen.berdasarkan criteria di atas dapat

disimpulkan adanya perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi secara

signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan

konvensional.63

Lilik Mawartiningsih melakukan penelitian di SMPN 1 Plumpang dan

SMP PGRI 3 Tuban terhadap prestasi belajar siswa. Hasil yang diperoleh

bahwa pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa

dengan F hitung itu lebih besar dibandingkan dengan F tabel.64

Dra. Erni Maidiyah, M.Pd dkk melakukan penelitian terhadap guru-

guru SD di Kecamatan Darussalam Aceh Besar bahwa tingkat keberhasilan

rata-rata 79,3% hal ini bisa terlihat dari hasil berdasarkan evaluasi dari nilai

rata-rata awal sebesar 20,4% menjadi 79,3% hal ini menimbulkan motivasi

bagi guru-guru untuk menerapkan dalam pembelajaran di dalam kelas.65

Berdasarkan penelitian yang dilaukan oleh I Wayan Suastra dalam

pembelajaran sains pendekatan menggunakan kontekstual berpengaruh

terhadap pengembangan kecakapan hidup siswa dimana rata-rata penguasaan

konsep pada siklus I sebesar 6,36%,siklus II sebesar 6,64%, dan siklus III

7,0% dengan melihat ketuntasan klasikal bahwa siswa telah mengalami

63

I Made Sumadi, Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan

Penalaran dan Komunikasi Matematia Sisiwa Kelas II SLTP Negeri 6 singaraja,(Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1.XXXVIII Januari, 2005) 64

Lilik mawartiningsih, Pengaruh Metode Mengajar CTL dan Gaya Kognitif Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Bidan Study Biologi Kelas 1 Semester II di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3

Tuban dalam Pokok Bahasan Ekosistem,( ISSN, UNIROW Tuban:2001) 65

Erni Maidiyah, Pembinaan Guru SD dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran CTL di

Kecamatan Darussalam Aceh Besar, (Program IPTE: Kegiatan Pengabdian kepada Mesyarakat

Tahun V No.12,2006)

46

peningkatan hasil belajar . Peningkatan ini tidak terlepas dari pendekatan

pembelajaran kontekstual yang diterapkan mampu melibatkan berbagai

aktivitas penyelidikan yang cukup menarik sehingga memotivasi siswa untuk

belajar sains.66

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Gita di SLTPN

4 Singaraja pada pelajaran matematika terhadap peningkatan hasil belajar

siswa dengan hasil yang cukup baik sekali serta 60,5% siswa memberikan

tanggapan positif dengan alasan lebih giat belajar, situasi menyenangkan,

tahu kesalahan sendiri, mudah memahami, tahu kemampuan sendiri cepat

mengerti, dan bisa saling tanya jawab.67

Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Sudiana pada pelajaran

kimia menghasilkan indikasi positif dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual yaitu aktivitas belajar mahasiswa sangat antusias,

hasil belajar makin meningkat dari siklus I dengan nilai 57,1, siklus II dengan

nilai 66,7, pada siklus III dengan nilai 72,2. Ini mengindikasikan bahwa

pembelajaran kontestual sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. selain

sikap belajar dan hasil belajar ada juga yang deperhatikan yaitu aspek sosial,

esiapan belajar, aktivitas belajar sehingga mahasiswa memberikan respon

yang positif.68

Dari berbagai penelitian diatas penulis berminat mengadakan

penelitian lanjut tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan

asumsi akan berpengaruh pada hasil belajar fisika siswa.

66

I Wayan Suastra, Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Sains Sebagai

Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Siswa di SD Laboratorium IKIP Negeri Singaraja,

(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 Tahun. XXXVIII april 2005) 67

I Nyoman Gita, Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan LKS untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SLTP 4 Singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

IKIP Negeri Singaraja, No.1 TH XXXVIII Januari 2005) 68

I Ketut Sudiana, Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Pembelajaran

Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran Lingkungan, (Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran UNDIKSHA, No.2 TH. XXXX april 2007)

47

B. KERANGKA BERPIKIR

Setidaknya ada tiga macam bentuk problem pembelajaran yaitu problem

yang bersifat metodologis yaitu problem yang terkait dengan upaya atau proses

pembelajaran yang menyangkut masalah kualitas penyampaian materi, kualitas

interaksi antar guru dengan siswa, kualitas pemberdayaan sarana dan elemen

dalam pembelajaran dan bersifat cultural yaitu problem yang berkaitan dengan

karakter atau watak seorang guru dalam mensikapi atau mempersepsikan terhadap

proses pembelajaran.69

Berhasil tidaknya suatu pembelajaran, salah satunya tergantung pada

strategi belajar mengajar yang dilakukan guru, cara guru menciptakan suasana

kelas akan berpengaruh pada reaksi yang ditampilkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran oleh karena itu guru harus mampu menggunakan metode

pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa dapat menerima dan

memahami dengan mudah materi pelajaran dan siswa menjadi aktif dalam belajar.

Jika keingintahuan siswa diutarakan dalam bentuk pertanyaan itu akan

terpuaskan, berarti proses pembelajaran siswa telah dilalui maka kegiatan belajar

mengajar yang efektif telah tercapai. Keefektivan pembalajaran akan membuat

siswa lebih mudah menyerap materi yang disajikan guru sehingga hasil belajarnya

akan menjadi lebih baik. Jadi pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) digunakan untuk mengetahui hasil belajar Fisika siswa. Kerangka

pikir penelitian tersebut dapat dilihat pada bagan kerangka pikir di bawah ini:

69

M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang:Rasail Media Group.2008) hal.9

48

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

C. PERUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah “pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) terdapat pengaruh terhadap hasil belajar Fisika siswa”.

Hasil belajar kurang

maksimal

Penguasaan guru, siswa

tidak menemukan sendri

Fisika pelajaran yang sulit,

rumit dan membosankan

Pendekatan Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL)

Tes Hasil Belajar Kognitif (C1, C2, C3, C4)

Hasil Belajar Fisika yang Maksimal

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Fath Cireundeu pada kelas VII semester

genap tahun ajaran 2010-2011 dengan materi pelajaran wujud zat dan perubahannya.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuasi eksperimen atau

eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan dimana

tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel yang

relevan.1 Desain penelitian yang digunakan adalah prettest-postest control group

design2 dengan dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Kedua kelompok akan diberi perlakuan (treatment) yang berbeda.

Sebelum pembelajaran, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dan setelah berakhir

diberi test akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes

awal. Adapun desain penelitiannya dapat dilihat pada tebel di bawah ini:

Tabel 3.1 Tabel desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen T1 XE T2

Kontrol T1 Xk T2

Keterangan :

T1 = tes awal (pretest).

T2 = tes akhir (posttest).

1Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan

Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165. 2 Ibid., hal.222

50

XE = perlakuan pada kelompok eksperimen menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Xk = perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan metode demonstrasi.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang lain,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini

adalah: variabel bebas (X) yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) dan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar fisika.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi target dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Al-Fath Cirendeu, sedangkan populasi

terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VII di sekolah tersebut yang terdaftar pada

semester genap pada tahun ajaran 20010/2011.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.4 Sampel dalam

penelitian ini ditentukan dengan teknik “purposive sampling” yaitu pengambilan

sampel yang diambil berdasarkan tujuan penelitian.5 Berdasarkan teknik sampling

tersebut, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas VII D sebagai kelompok eksperimen

dan kelas VII T sebagai kelompok kontrol.

Sebelum penelitian, kedua kelompok diuji kehomogenannya dengan cara

membandingkan hasil nilai pretest menggunakan analisis statistik perbandingan.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh hasil pretest kedua kelompok tidak 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

ed. Revisi IV, cet. 13, h. 130. 4 Ibid., h. 131.

5Ibid., h. 139-140.

51

berbeda secara signifikan, sehingga kedua kelas tersebut layak untuk dijadikan

sebagai sampel penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahapan terdiri dari beberapa bagian dengan alur

sebagai berikut:

F.

Gambar 3. 1. Alur Prosedur Penelitian.

TAHAP PERSIAPAN :

Menyiapkan Perangkat Pembelajaran

TAHAP PELAKSANAN

TAHAP AKHIR

1. Pembahasan hasil penelitian

2. Penarikan Kesimpulan

Perlakuan Terhadap

Sampel Penelitian

Kelompok

Eksperimen

Kelompok Kontrol

Tes Awal

(Pretest)

Tes Awal

(Pretest)

Tes Akhir

(Posttest)

Tes Akhir

(Posttest)

Penerapan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL)

Penerapan pembelajaran melalui

metode demonstrasi

Analisis Uji

Statistik

52

G. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Data utama adalah

hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Data kedua

adalah data penunjang penelitian yaitu aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung, diperoleh melalui observasi aktivitas siswa. Observasi yang dilakukan

disini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung, yaitu cara pengumpulan

data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung

tanpa melalui alat bantu yang terstandar.6

Adapun urutan pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

a. Penulis melakukan observasi untuk menentukan kelas yang akan dijadikan objek

penelitian serta menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Memberikan perlakuan kepada kelas yang dijadikan objek penelitian dengan

perlakuan pendekatan .

c. Contextual Teaching and Learning (CTL) kepada kelas eksperimen dan metode

demonstrasi pada kelas kontrol.

d. Memberikan tes soal-soal tentang wujud zat dan perubahannya pada kedua kelas

tersebut dengan soal yang sama. Tes tersebut diberikan setelah materi telah

selesai.

e. Menilai hasil tes pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen adalah hasil

belajar Fisika siswa yang diajar dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dan kelompok kontrol adalah hasil belajar Fisika siswa yang

diajar dengan metode demonstrasi.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data

penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan ada dua yaitu tes dan non

tes. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar fisika siswa

6 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. 1, h.

143.

53

adalah instrumen tes berupa tes objektif yang di peroleh dari pelaksanaan pretes dan

posttes, instrumen yang digunakan untuk memperoleh data observasi aktivitas siswa

yaitu instrumen non-tes berupa lembar observasi aktivitas siswa.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa

soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban. Berikut ini tabel penyusunan kisi-kisi

instrumen penelitian berdasarkan indikator hasil belajar fisika yang hendak dicapai.

Tabel 3. 2 Kisi-kisi instrumen Tes hasil belajar fisika

Keterangan : * Soal valid yang digunakan dalam penelitian.7

Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian harus memiliki

empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui bahwa tes

yang akan dipakai memenuhi keempat kriteria tersebut.

7 Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.9.

Kompetensi

Dasar

Uraian

materi Indikator

Nomor soal dan aspek yang

diukur ∑

soal (C1) (C2) (C3) (C4)

Menyelidiki

sifat-sifat zat

berdasarkan

wujudnya dan

penerapannya

dalam

kehidupan

sehari-hari

Wujud

zat Menyelidiki perubahan wujud suatu zat 1*,2 3,4* 5*,6 7* 7

Menafsirkan gaya tarik antar partikel

pada berbagai wujud zat melalui

penalaran

8* 9,10 11,12* 13,14 7

Membedakan kohesi dan adhesi

berdasarkan pengamatan 15*

16*,

17 18*,19 20 6

Mengkaitkan peristiwa kapilaritas

dalam peristiwa kehidupan sehari-hari

21*,

22 23

24*,

25* 26 6

Mendeskripsi

kan konsep

massa jenis

dalam

kehidupan

sehari-hari

Massa

Jenis Menjelaskan dari hasil percobaan

bahwa massa jenis adalah salah satu ciri

khas suatu zat

27 28*,

29* 30*,31

32*,

33 7

Menghitung massa jenis suatu zat dan

Menggunakan konsep massa jenis untuk

berbagai penyelesaian massalah dalam

kehidupan sehari-hari

34*,

35

36*,

37* 38*,39 40* 7

Jumlah 9 11 12 8 40

54

1) Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan kesahihan atau ketepatan suatu

instrumen, apakah instrumen tersebut tepat untuk mengukur hal yang hendak

diukur. Untuk mengukur validitas tes, dapat ditentukan menggunakan teknik

korelasi point biserial sebagai berikut: 8

rpbis =

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang

dicari validitasnya.

Mt = rerata skor total.

St = standar deviasi dari skor total.

p = proporsi siswa yang menjawab benar.

q = proporsi siswa yang menjawab salah (1 – p).

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan

rhitung dibandingkan dengan rtabel korelasi point biserial dengan α = 0, 05.

Apabila rhitung > rtabel maka soal tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil

perhitungan validitas menggunakan r korelasi point biserial, dari 40 butir soal

yang dibuat diperoleh 21 soal yang valid dan 19 soal yang tidak valid.9 Soal yang

dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel rekapitulasi hasil validasi

instrumen tes di bawah ini:

8Ibid., h. 187.

9 Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.5

q

p

S

MM

t

tp

55

Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil validasi instrumen tes

Butir Soal Jumlah Soal Keterangan

1, 4, 5, 7, 8, 12, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 28, 29,

30, 32, 34, 36, 37, 38, 40 21 Valid

2, 3, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 26,

27, 31, 33, 35, 39 19 Tidak Valid

2) Uji Reliabilitas Instrumen

Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen

tersebut dapat dipercaya, yaitu konsisten atau tetap apabila diujikan berkali-kali.

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen digunakan rumus yang dikemukakan

Kuder – Richardson yaitu rumus K-R 20, adalah sebagai berikut:10

r 11 = (1n

n) (

2

2

S

pqS )

Keterangan:

r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan.

p = proporsi subjek yang menjawab item yang benar.

q = proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q = 1-p).

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.

N = banyaknya item.

S = standar deviasi dari tes.

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes, nilai yang

didapat dari 21 butir soal yang valid, reliabilitasnya yaitu sebesar 0,89.11

10

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed. Revisi,

cet. 8, h. 100-101. 11

Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.6

56

3) Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir

soal yaitu sukar, sedang, atau mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap

butir soal tersebut, dapat ditentukan dengan rumus:12

JS

BP

Keterangan:

P = taraf kesukaran.

B = jumlah siswa yangt menjawab butir soal dengan benar.

JS = jumlah seluruh peserta tes.

Kriteria taraf kesukaran yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang

diperoleh, maka soal tersebut tergolong sukar. Sebaliknya, semakin besar indeks

yang diperoleh, maka soal tergolong mudah. Adapun kriteria indeks taraf

kesukaran soal tersebut adalah:13

P = 0,00 : soal terlalu sukar

0,01 < P ≤ 0,30 : soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70 : soal sedang

0,70 < P ≤ 1,00 : soal mudah

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, tidak terdapat butir soal yang

termasuk kategori terlalu sukar, 14 butir soal termasuk kategori sukar, 20 butir soal

termasuk kategori sedang, dan 6 butir soal termasuk kategori mudah.14

4) Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu

soal dalam membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi), dengan siswa

12

M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 133. 13

Ibid., h. 133-134. 14

Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.7

57

yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Daya pembeda tiap butir-butir soal

ditentukan dengan rumus:15

D = B

B

A

A

J

B

J

B = PA - PB

Keterangan:

D = daya pembeda.

BA = jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab soal

dengan benar.

JA = jumlah peserta tes kelompok atas.

BB = jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar.

JB = jumlah peserta tes kelompok bawah.

PA( ) = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab soal

benar.

PB ( ) = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab

soal benar.

Adapun klasifikasi dari daya pembeda soal:16

D ≤ 0 : sangat jelek.

0,01 < D ≤ 0,20 : jelek

0,20 < D ≤ 0,40 : cukup

0,40 < D ≤ 0,70 : baik

0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali

15

Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 213-214. 16

M. Subana dan Sudrajat. Op. Cit., h. 135.

58

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda soal diperoleh data dengan

kategori baik sekali sebanyak 1 soal, kategori baik sebanyak 13 butir soal, kategori

cukup sebanyak 12 butir soal, kategori jelek 8 butir soal, dan kategori sangat jelek

(drop) sebanyak 6 butir soal.17

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Dalam penelitian

kuantitatif, instrumen observasi lebih sering digunakan sebagai alat pelengkap

instrumen lain. Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas

siswa kelompok eksperimen selama proses pembelajaran.18

I. Teknik Analisis Data Tes

Terdapat dua teknik analisis data yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes

berupa tes hasil belajar fisika, dan data yang diperoleh dari instrumen nontes berupa

lembar observasi aktivitas siswa.

a. Uji Prasyarat Analisis Data

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian

normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data

penelitian yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini,

pengujian normalitas dilakukan menggunakan rumus kai kuadrat (chi square)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung harga frekuensi dengan rumus chi-kuadrat.19

17

Perhitungan lengkap pada lampiran A.1.8 18

Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiaran A.2.2. 19

M. Subana dan Sudrajat, Op. Cit., h. 149-150.

59

χ2

hitung =

i

ii

E

EO )(

Keterangan:

Oi = frekuensi observasi atau hasil pengamatan

Ei = frekuensi ekspektasi

b) Membandingkan nilai χ2

hitung dengan χ2

tabel pada derajat kebebasan dk = n – 1

dan taraf signifikansi α = 0,05, dengan kriteria sebagai berikut:

Jika harga χ2

hitung < χ2

tabel, maka data berdistribusi normal

Jika harga χ2

hitung > χ2

tabel, maka data berdistribusi tidak normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian

memiliki hasil yang homogen. Uji homogenitas dilakukan pada pasangan skor

pretest dan posttest. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a) Menentukan varians.

b) Menghitung nilai F (homogenitas) dengan rumus:20

F = ks

bs2

2

Keterangan :

s2b = Variansi yang lebih besar

s2k = Variansi yang lebih kecil

c) Menentukan nilai homogenitas, jika Fhitung < Ftabel maka data berdistribusi

homogen.

b. Uji Hipotesis

Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka hipotesis diuji dengan uji-t pada

taraf signifikansi α = 0,05. Uji-t ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok

20

Ibid., h. 161.

60

yang berbeda, biasanya digunakan untuk membandingkan akibat dua perlakuan yang

dilakukan pada suatu penelitian. Uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Menentukan Uji Statistik21

t =

21

21

11

nndsg

XX

dengan

2

11

21

2211

nn

VnVndsg

Keterangan:

N1 = Jumlah sampel kelompok 1

N2 = Jumlah sampel kelompok 2

V1 = Varians data kelompok eksperimen 1 (sd1)2

V2 = Varians data kelompok kontrol 1 (sd2)2

dsg = nilai deviasi standar gabungan

1X = rata-rata data kelompok 1

2X = rata-rata data kelompok 2

b) Rumusan Hipotesis dan Kriteria Pengujian

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:

Ho, µA ≤ µB

Ha, µA > µB

Keterangan:

µA : Nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang telah diajarkan dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

µA : Nilai rata-rata hasil belajar Fisika yang diajarkan dengan

metode demonstrasi.

21

Ibid., h. 161-162.

61

Nilai t pada uji hipotesis kemudian dikonsultasikan pada tabel

distribusi t pada taraf signifikansi tertentu. Tingkat signifikan yang diambil

dalam penelitian ini dengan derajat keyakinan 95% , α = 5% dan dk = (n1 + n2

– 2) dengan kriteria penerimaan hipotesis sebagai berikut:

Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) terhadap hasil belajar Fisika.

2. Teknik Analisis Data Nontes

Data hasil observasi akan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang aktivitas siswa pada

kelompok yang diberi perlakuan dengan penerapan pendekatan kontekstual Untuk

mengetahui data aktivitas siswa selama berlangsung, rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut:22

Nilai = 100diharapkanyangtotalskoratauidealSkor

didapatyangtotalSkor

Data yang diperoleh kemudian dikonversi ke dalam bentuk kriteria nilai

presentasi yang diklasifikasikan atas dasar tingkat sebagai berikut:

81 – 100% : baik Sekali

61 – 80% : baik

41 – 60% : cukup

21 – 40% : kurang

0 – 20% : sangat kurang

22

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,

2009), cet. 13, h. 133.

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda

kepada kedua kelas. Kelas eksperimen belajar dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL), sedangkan kelas kontrol belajar menggunakan

metode demonstrasi. Konsep fisika yang diambil adalah Wujud zat dan

perubahannya.

Sebelum memberikan perlakuan kepada kedua kelompok, peneliti

memberikan pretest sehingga kesamaan kemampuan awal kedua kelompok dapat

diketahui. Soal pretes terdiri dari 21 butir pilihan ganda dengan 4 (empat)

alternatif jawaban. Setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (pembelajaran)

yang berbeda, penulis memberikan posttest dengan soal yang sama pada soal

pretest. Soal pretest maupun posttest yang diberikan merupakan instrumen tes

yang sebelumnya telah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembedanya, sehingga instrumen tes tersebut layak digunakan untuk mengukur

hasil belajar siswa.

Hasil belajar akhir siswa (posttest) akan dianalisis untuk mengetahui ada

atau tidaknya pengaruh penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap hasil belajar fisika. Data hasil belajar fisika dilengkapi dengan

data pendukung yaitu berupa hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung. Berikut ini adalah perolehan hasil pretest dan posttest yang didapat

dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hasil pengujian prasyarat

analisis data, hasil analisis data, dan hasil observasi aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Berikut adalah tabel sebaran nilai pretest dan posttest distribusi dari

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai berikut:

63

Tabel 4.1

Rekapitulasi Distribusi Sebaran Nilai Siswa

N Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Postest Pretest Postest

1. 0 10 30 20

2. 29 10 60 25

3. 29 13 63 27

4. 32 13 67 32

5. 36 16 67 47

6. 39 19 68 50

7. 41 36 70 63

8. 41 38 72 65

9. 42 38 72 67

10. 42 38 74 69

11. 43 40 74 69

12. 49 41 79 69

13. 49 41 80 69

14. 49 43 80 71

15. 52 43 80 72

16. 52 47 83 72

17. 54 47 85 74

18. 58 49 89 74

19. 60 51 91 78

20. 61 52 98 83

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan pretest kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol yang terdiri dari 20 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram

frekuensi sebagai berikut:1

Gambar 4.1. Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol

1 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.1.

64

Dari data tabel dan diagram batang di atas, hasil pretest untuk kelompok

eksperimen yaitu: sebanyak 1 siswa atau sebesar 5 % mendapatkan skor terendah

pada interval 0 – 9. Skor terbanyak berada pada interval 41 - 50 yaitu 8 siswa atau

sebesar 40 %, dan skor tertinggi berada pada interval 51 – 61 sebanyak 6 siswa

atau sebesar 30 %. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 %

mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 0 – 10. Skor terbanyak berada pada

interval 41 – 50 yaitu 8 siswa atau sebesar 40 %, dan skor tertinggi berada pada

interval 51 – 61 sebanyak 2 siswa atau sebesar 10 %.

Hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk

pemusatan data berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak

yang diperoleh siswa (modus) dan standar deviasi, dapat dilihat pada tabel dan

diagram di bawah ini.2

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No. Interval

Frekuensi

Kelompok

Eksperimen

Persentase

(%)

Frekuensi

Kelompok

Kontrol

Persentase

(%)

1 0 - 10 1 5 % 2 10 %

2 11 - 20 0 0 % 4 20 %

3 21 - 30 2 10 % 0 0 %

4 31 - 40 3 15 % 4 20 %

5 41 - 50 8 40 % 8 40 %

6 51 - 61 6 30 % 2 10 %

Jumlah (Σ) 20 100 % 20 100 %

2 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.2.

65

Adapun distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen dan

kontrol terlihat pada diagram dibawah ini adalah:

Gambar 4.2. Diagram Batang Pemusatan Data Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, pemusatan data hasil pretest

untuk kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 61 dan skor terkecil 0, rata-rata

(mean) sebesar 44,35, median sebesar 39,5, modus sebesar 46 dan standar deviasi

sebesar 12,96. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 52 dan skor

terkecil 10, rata-rata (mean) sebesar 31,65, median sebesar 17,5, modus sebesar

21,6 dan standar deviasi sebesar 10,94.

2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Dari hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol yang terdiri dari 38 siswa, diperoleh data dalam bentuk diagram batang

sebagai berikut: 3

3 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.3.

66

Gambar 4.3. Diagram Batang Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Berdasarkan diagram batang di atas, hasil posttest untuk kelompok

eksperimen yaitu: sebanyak 1 siswa atau sebesar 5% mendapatkan skor terendah

pada interval 13 – 26. Skor terbanyak berada pada interval 69 – 82 yaitu 9 siswa

atau sebesar 45%, dan skor tertinggi berada pada interval 83 – 98 sebanyak 5

siswa atau sebesar 25%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 2 siswa atau sebesar

10% mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 13 – 26. Skor terbanyak

berada pada interval 69 – 82 yaitu 10 siswa atau sebesar 50%, dan skor tertinggi

berada pada interval 83 – 98 sebanyak 1 siswa atau sebesar 5%.

Hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk

pemusatan data berupa rata-rata (mean), nilai tengah (median), skor terbanyak

yang diperoleh siswa (modus) dan standar deviasi, dapat dilihat pada table dan

diagram batang di bawah ini.4

4 Perhitungan lengkap dapat dilihat di lampiran C.1.4.

67

Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No. Interval

Frekuensi

Kelompok

Eksperimen

Persentase

(%)

Frekuensi

Kelompok

Kontrol

Persentase

(%)

1 13 - 26 1 5% 2 10%

2 27 - 40 0 0% 2 10%

3 41 - 54 0 0% 2 10%

4 55 - 68 5 25% 3 15%

5 69 - 82 9 45% 10 50%

6 83 - 98 5 25% 1 5%

Jumlah (Σ) 20 100% 20 100%

Adapun distribusi frekuensi hasil pretest kelompok eksperimen dan

kontrol terlihat pada diagram dibawah ini adalah:

Gambar 4.4. Diagram Batang Pemusatan Data Hasil Posttest Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Dari tabel dan diagram batang di atas, pemusatan data hasil posttest untuk

kelompok eksperimen yaitu: skor terbesar 98 dan skor terkecil 35, rata-rata

(mean) sebesar 75,1, median sebesar 76,5, modus sebesar 85,95 dan standar

deviasi sebesar 13,16. Untuk kelompok kontrol diperoleh skor terbesar 83 dan

68

skor terkecil 20, rata-rata (mean) sebesar 59,4, median sebesar 69,08, modus

sebesar 70,11 dan standar deviasi sebesar 12,07.

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi pemusatan data hasil pretest dan

posttest kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pretest – Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai Tertinggi 61 98 52 83

Nilai Terendah 0 61 20 20

Mean 44,35 75,1 31,65 59,4

Median 39,5 76,5 17,5 69,08

Modus 46 85,95 21,6 70,11

Standar Deviasi 13,80 12,68 11,14 9,88

3. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Tes

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilaksanakan pengujian

prasyarat analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

dari penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan uji Chi-Kuadrat pada taraf signifikansi 0,05, kriterianya adalah :

X2 hitung ≤ X

2 tabel : Ho diterima

X2 hitung > X

2 tabel : Ho ditolak

Dengan diterimanya Ho berarti data penelitian berdistribusi normal,

sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian tidak berdistribusi normal. Hasil

pengujian normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.5

5 Perhitungan lengkap uji normalitas dapat dilihat pada lampiran C.2.

69

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kontrol

Statistik Eksperimen Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

N 20 20 20 20

X 44,35 75,1 31,65 59,4

S 12,96 13,16 10,94 12,07

χ2 hitung 9,12 5,33 9,18 4,052

χ2 tabel 9,488 9,488 9,488 9,488

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Dari tabel Hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa data hasil

pretest maupun posttest kedua kelompok berdistribusi normal karena memenuhi

kriteria yaitu χ2 hitung < χ

2 tabel.

b. Uji Homogenitas

Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal,

selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Pengujian homogenitas dilakukan

untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau

tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan

varians kedua kelas, menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi 0,05 dengan

kriteria pengujian yaitu: jika Fhitung < Ftabel maka data dari kedua kelompok

mempunyai varians yang sama atau homogen. Hasil uji homogenitas pretest dan

posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah in:

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest – Posttest

Statistik Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

S2

167,96 119,68 173,18 145,68

F hitung 1,403 1,188

F table 1,79 1,79

Kesimpulan Homogen Homogen

Dari tabel di atas, untuk data pretest didapat Fhitung = 1,79 dan data posttest

didapat Fhitung = 1,188, sedangkan Ftabel = 1,79. Dari kedua data tersebut

70

dadapatkan Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa data dari kedua sampel

tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.6

4. Hasil Pengujian Analisis Data Tes

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data kedua

kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, sehingga

pengujian data pretest dan posttest kedua kelas dapat diteruskan pada analisis data

berikutnya, yaitu uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian

sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel : Ho diterima, Ha ditolak

Jika thitung > ttabel : Ho ditolak, Ha diterima

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh thitung untuk nilai pretest sebesar

1,15 dan thitung nilai posttest sebesar 1,78. Pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = 38,

diperoleh nilai ttabel = 1,6681. Berikut adalah tabel pengujian hipotesis hasil

pretest dan posttest.

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Data Pretest dan Posttest7

Statistik Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

N 20 20 20 20

X 44,35 31,65 75,1 59,4

S2 167,96 119,68 173,18 145,68

thitung 1,15 1,78

ttabel 1,6681 1,6681

Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan Terdapat perbadaan

Dari tabel di atas, pada nilai pretest tampak bahwa nilai thitung < ttabel yaitu

1,15 < 1,6681 sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha)

ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara hasil pretest kelas VII.D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII.T

sebagai kelompok kontrol. Dengan demikian, kedua kelas memiliki kemampuan

yang homogen dan kedua kelas ini layak dijadikan sebagai sampel penelitian.

Berbeda dengan hasil perolehan pretest, nilai posttest kedua kelompok

setelah diberikan perlakuan yang berbeda tampak bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu

6 Perhitungan lengkap uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran C.3.

7 Perhitungan lengkap uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran C.4.

71

1,78 > 1,6681 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Dengan diterimanya Ha pada pengujian hipotesis posttest tersebut,

berarti rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata

hasil belajar fisika kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yaitu terdapat pengaruh yang

signifikan pada penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap hasil belajar fisika.

5. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi

langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Oleh karena itu, semua

indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap aspek

yang terdapat dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

diantaranya yaitu mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama dan

mentransfer. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil analisis data observasi aktivitas

siswa.8

Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa

No. Aspek CTL

Memenuhi

Pertemuan Ke- Rata-rata Kategori

1 2

1. Mengaitkan 71,8% 78,12% 74,96% Baik

2. Mengalami 70,83% 64,58% 67,70% Cukup

3. Menerapkan 93,75% 79,16% 86,45% Baik Sekali

4. Kerjasama 74,98% 85,93% 80,45% Baik Sekali

5. Mentransfer 56,25% 62,5% 59,37% Cukup

Presentase Rata-rata Aspek Contextual Teaching

and Learniang (CTL) 73,78

Baik

Tabel di atas menunjukkan persentase ketercapaian aktivitas siswa pada

setiap aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) berdasarkan hasil

observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencapai rata-

rata ketercapaian sebesar 73,78% yaitu memiliki kategori baik. Dari hasil

observasi tersebut, ada beberapa aspek Contextual Teaching and Learning (CTL)

8 Perhitungan lengkap hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran C.5.

72

yang berada di atas rata-rata yaitu aspek mengaitkan, menerapkan, dan kerjasama.

Aspek Contextual Teaching and Learning (CTL) yang di bawah rata-rata yaitu

aspek mengalami dan mentransfer, akan tetapi kedua aspek memiliki kategori

cukup. Dengan demikian, penerapan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) telah memunculkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berupa aspek menerapkan, mengalami, mengaitkan, kerjasama, dan mentransfer.

B. . Pembahasan

Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh hasil

thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,78 > 1,6681. Hal ini menunjukkan bahwa rata-

rata skor hasil belajar fisika pada kelompok eksperimen yang menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi daripada

kelompok kontrol yang menggunakan metode demonstrasi. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika.

Pencapaian hasil belajar tersebut didukung pula berdasarkan hasil

observasi aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning

(CTL). Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) telah

memunculkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berupa aspek

mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer. Berdasarkan

hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran, dapat dikatakan bahwa rata-

rata ketercapaian aktivitas siswa pada aspek Contextual Teaching and Learning

(CTL) mencapai 73,78%, yaitu memiliki kategori baik.

Dari data hasil observasi tersebut, indikator siswa aktif mencapai 73,78%.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terlibat secara aktif dalam

mengaitkan selama proses pembelajaran berlangsung dengan kehidupannya

sehari-hari. Siswa mengaitkan keterlibatan dalam kegiatan eksperimen,

mendiskusikan hasil eksperimen, dan pengisian lembar kerja siswa (LKS). Selain

itu, siswa beserta kelompoknya, mendemonstrasikan, dan mempresentasikan hasil

kegiatan eksperimennya di depan kelas. Dengan mengaitkan siswa dituntut untuk

mengalami sebuah proses keterlibatan menemukan sebuah materi yaitu dengan

73

pengalaman langsung dan siswa dapat menemukan sebuah hubungan antara

materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.9

Berbeda dengan pencapaian skor pada aspek mentransfer, pencapaian

aspek ini siswa masih di bawah rata-rata yaitu hanya 59,37%, akan tetapi

memiliki kategori cukup. Keadaan tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa

membuat atau menciptakan pengetahuannya dengan fokus pada pemahaman yang

di dapat tetapi siswa selalu terbiasa untuk menghafal suatu kejadian yang telah

dialaminya sendiri jadi mengakibatkan pembelajaran bukanlah sesuatu yang baru.

Siswa juga belum terbiasa untuk mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan

dengan fisika atau menghubungkan kejadian sehari-hari maupun fenomena alam

dengan fisika.

Keadaan yang sama terjadi pada indikator pengalaman siswa, pencapaian

aspek ini siswa masih di bawah rata-rata yaitu 67,70%, akan tetapi memiliki

kategori cukup. Hal ini terjadi karena sebagian siswa belum terbiasa

memunculkan kreativitas dalam berfikir berupa pengungkapan gagasan yang telah

dialaminya dalam kehidupan sehari-hari dan pemecahan masalah yang bervariasi.

Akan tetapi hampir setiap siswa telah menunjukkan kekreatifan dalam berbuat,

yang ditunjukan dengan kegiatan merancang dan mengembangkan alat-alat dalam

setiap eksperimen.

Untuk indikator kerjasama mencapai skor 80,45% atau baik sekali, hal

tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat mengikuti proses pembelajaran seperti

apa yang diharapkan, seperti : memahami tujuan pembelajaran, memahami dan

melaksanakan instruksi guru, memanfaatkan waktu dengan baik dan tidak banyak

bercanda/bersantai, mencatat atau mendokumentasikan hal-hal penting tentang

konsep fisika yang sedang dipelajari, memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan guru maupun pendapat orang lain, dan secara bertanggung jawab dapat

mengumpulkan dan menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu. Semua itu

adanya kerja sama antara murid dengan murid dan murid dengan guru.

9 Dodi Hermana,Contextual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training, 2010), hal.59.

74

Aspek terakhir yaitu menerapkan, mencapai skor 86,45% termasuk

kategori baik sekali. Selama pembelajaran, siswa menunjukkan ekspresi wajah

ceria dan tidak tegang seperti berani berbuat dan mencoba, serta berani dalam

melakanakan instruksi guru.10

Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia

melakukan kegiatan pemecahan masalah. Siswa menunjukkan sikap tubuh dan

ketertarikan untuk terlibat dalam proses pembelajaran, terkesan dan senang

selama proses pembelajaran yang mereka alami, sehingga merasa ketagihan untuk

belajar.semua itu karena adanya pengaruh dari seorang guru yang selalu

memberikan sebuah motivasi kepada siswa dengan memberikan latihan yang

realistik dan relevan.11

Penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

i(CTL) ini dapat memberikan peluang kepada siswa untuk mengonstruksi

pengetahuannya sendiri dan terlibat langsung selama proses pembelajaran. Siswa

diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pertanyaan maupun

mengutarakan pendapatnya tanpa tekanan dari siapapun termasuk guru. Siswa

juga diberi kesempatan untuk bekerja seperti ilmuwan yakni melakukan

eksperimen, menyimpulkan, mendemonstrasikan, dan mengkomunikasikan hasil

eksperimen. sehingga proses pembelajaran yang dialami siswa akan lebih

bermakna.

Karena tujuan utama dari pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat

hubungan anatar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Siswa dapat menghubungkan pelajaran yang

mereka pelajari dengan kondisi nyata mereka sehari-hari. Siswa dengan sadar

akan menegerti apa makna hidup belajar tersebut, mereka akan sadar bahwa yang

mereka peajari berguna bagi kehidupan nanti. Belajar akan lebih bermakna jika

siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan semata-mata mengetahuinya

10

Dokumentasi penelitian dapat dilihat di lampiran C.7. 11

Dodi Hermana,Contextual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and Training,

2010), hal.62

75

saja.12

Siswa yang mengaitkan pelajaran dengan dunia mereka sehari-hari

menjadi siswa yang dinamis. Mereka berada dalam posisi untuk menanyakan

pertanyaan-pertanyaan yang bermutu dan menjawabnya dengan cara yang dapat

mengubah dunia mereka.13

Pada pembelajaran tersebut, guru tidak mendominasi aktivitas

pembelajaran, tetapi hanya sebagai fasilitator, mediator, memonitor, dan

mendorong pengembangan setiap individu di dalam kelas. Sesuai dengan

(Depdiknas, 2002:4) guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan

menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Guru hanya dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai

tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakn agar siswa sendrir

yang memanjat tangga tersebut.14

Dari penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan bahwa penerapan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memberikan peluang besar

kepada siswa untuk terlibat langsung atau aktif selama pembelajaran. Akibat

adanya pembelajaran mengalami sendiri, mengkonstruk pengalamannya, aktif,

menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa, siswa berani mencoba dan berbuat,

terkesan dan senang selama proses pembelajaran, dan merasa ketagihan untuk

belajar, sehingga pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar

fisika mencapai hasil yang maksimal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Contextual

Teaching and learning (CTL) merupakan suatu keharusan dalam setiap

pembelajaran. Selain itu, berdasarkan penelitian lain yang relevan yang telah

dipaparkan di kajian teori, serta berdasarkan perhitungan analisis data dan hasil

observasi aktivitas siswa pada setiap aspek Contextual Teaching and Learning

(CTL), telah terbukti bahwa penerapan pembelajaran ini memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.

12

Ibid., hal.73-74 13

Elain B.Johnson. CTL Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan-belajar mengajar

mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: kaifa learning.2010), hal.148 14

Dodi Hermana,Op.Cit,. hal 58

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap hasil belajar fisika pada konsep wujud zat. Rata-rata hasil belajar fisika

siswa pada konsep wujud zat yang diajarkan dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan dengan

menggunakan metode demonstrasi. Dengan diperkuat hasil observasi aktivitas

siswa yang mencapai rata-rata 73,78%, yaitu memiliki kategori baik.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :

1. Sebaiknya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih

baik diterapkan pada awal pelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran di

kelas dapat berjalan dengan baik dan efektif.

2. Adanya penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) untuk mengetahui sejauh mana

perkembangan pencapaian hasil belajar fisika siswa pada konsep lain atau

menggunakan metode lain yang setara dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) seperti Talented and Gifted Program

(TAG).

75

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Melalui

Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL) Pada

Siswa Kelas IISD.http://techonly13.wordpress.com/2009/12/07/proposal-

penelitian-tindakankelas-2/.(18 September 2010: 20.35)

Anonim, Pengertian dan definisi hasil belajar

.http://yogapw.wordpress.com/2010/08/13/pengertian-belajar/(18

September 2010: 20.39)

Anonim, Peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal melalui

implementasi pembelajaran kooperatif

(http://techonly13.wordpress.com/2010/08/08/meningkatkan-hasil-

belajar-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-soal-melalui-implementasi-

pembelajaran-kooperatif-dengan-tutor-sebaya/) (18 September 2010:

20.35)

Anonim, Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis

Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding Model

Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa

http://pinggiralas.blogspot.com/2010/06/keefektifan-model-

pembelajaran.html

Anonim,Pengertian dari belajar dan pembelajaran.

http://agungmaul.blogspot.com/2010/09/hubungan-prilaku-siswa-smp-

dan-sma.htm. (18 September 2010: 20.35)

Anonim,http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/08/pengertian-hasil-belajar.html

(18 September 2010: 20.35)

Anonim,http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-

definisi.html. 18 September 2010 20.36

Anonim,Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)

http://techonly13.wordpress.com/2009/08/26/pembelajaran-kontekstual/

A.Black, James dan Dean J Champion. Metode dan masalah penelitian sosial.

(Bandung: Rafika offset)

Alfu Laila, Noor. Skripsi Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching And

Learning) Terhadap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa

Indonesia Siswa Kelas IV SD.(Cakrawala Pendidikan, November 2009,

Th. XXVIII, No. 3.STAI AL-JAMI Banjarmasin.)

Ariani, Wirahayu, Yuswayanti.dkk. Peningkatan pemahaman geografi dengan

strategi pembelajaran dengan berbasis masalah dalam kerangka

kurikulum

Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), ed. Revisi, cet. 8

Arikunto, Suharsimi. Prof. Dr. Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktik

Jakarta: Rineka cipta.edisi revisi VI cetakan ke-13.2006)

Aunurrahman, Dr.Belajar dan Pembelajaran.(Bandung:Alfabeta,2009)

Bagus putu Arnyana, Ida. Pengaruh penerapan model berdasarkan masalah dan

model pengajaran langsung dipandu strategi kooperatif terhadap hasil

76

belajar biologi siswa SMA.Jurusan pendidikan biologi Fakultas

pendidikan MIPA (Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri

Singaraja, No.4 Th XXXIX, Oktober 2006)

Bagus putu Arnyana, Ida. Penerapan model PBL pada pelajaran biologi untuk

meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X

SMA Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2006/2007.(Jurusan

Pendidikan biologi fakultas MIPA Universitas Pendidikan Ganesha

.Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA No. Th. XXXX April

2007)

Basrowi, dkk. Pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi melalui komik

pembelajaran untuk siswa pendidikan dasar di Jawa Timur. . (Jurnal

penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007)

Chotimah, Khusnul. Dkk Peningkatan proses dan hasil belajar biologi dalam

pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran think-pair-shared

pada peserta didik kelas X-6 SMA Laboratorium UN Malang. . (Jurnal

penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007)

David R. Krathwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy, An Overview (Ohio:

Theory Into Practice, vol 41 number 4 : 2002)

Davis, Julie . Exploring Staff Perceptions: Early Childhood Teacher Educators

Examine Online Teaching and Learning Challenges and Dilemmas.(

Centre of Learning Innovation Queensland University of Technology

Kelvin Grove & Brisbane, Australia: International Journal for the

Scholarship of Teaching and Learning)

Efendi,Ahmad. Artikel pendidikan: Hasil Belajar

(http://ahmadefendi.blogspot.com/search/label/artikelpendidikan)(18

September 2010: 20.39)

Emzir, Prof. Dr. M.Pd. Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan

kualitatif. (Jakarta: PT Raja grafindo persada.2008)

Gita, I Nyoman.Implementasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan LKS untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa kelas II SLTP 4

Singaraja,(Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,

No.1 TH XXXVIII Januari 2005)

Hidayah, Nur, dkk. Aplikasi pembelajaran kolaboratif berbasis assessment otentik

untuk meningkatkan pembelajaran PSKn kelas VII di SD Sabilillah,

Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007) Hermana, Dodi. Contexstual Teaching and Learning:Menyusun Model Pembelajaran

Contexstual Teaching and Learning (CTL). (Garut: Rahayasa Research and

Training, 2010) Indra,Hasil Belajar (Pengertian dan efinisi).

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasilbelajarpengertiandandefi

nisi.html

Ingrid Schudel, Cheryl le Roux, Heila Lotz-Sisitka, Callie Loubser, Rob

O’Donoghue and Tony Shallcross. Contextualising learning in Advanced

Certificate in Education (Environmental Education) courses:

synthesising contexts and experiences. (South African Journal of

Education)

77

Johnson, Elain B. CTL Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan-belajar

mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: kaifa learning.2010) Kasiram, Moh.Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan

Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008),

cet. 1

Kusuma Wardani, Anggun.Sebuah skripsi “Pelaksanaan Pembelajaran

Kontekstual Oleh Guru PKn Di SMA Negeri I Banjarnegara”. (Jurusan

hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang 2007)

Kruizenga, Teresa M. Teaching Somali Children: What Perceived Challenges Do

Somali Students Face in the Public School System.( University of

Wisconsin – River Falls USA : International Journal of Education ISSN

1948-5476 2010, Vol. 1, No. 1: E12)

Lie, Anita. Cooperatif learning: mempraktikan kooperatif learning di dalam

kelas. (Jakarta: PT Gramedia widiasarana Indonesia.cet. 8.2008)

Mahanal, Susriyati.dkk. Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dengan

strategi kooperatif model STAD pada mata pelajaran sains untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V MI Jendral

Malang. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007).

Maidiyah,Erni. Dra. M.Pd, Pembinaan Guru SD dalam penerapan Pendekatan

Pembelajaran CTL di Kecamatan Darussalam Aceh Besar, (Program

IPTE: Kegiatan Pengabdian kepada Mesyarakat Tahun V No.12,2006)

Mawartiningsih, Lilik. Pengaruh Metode Mengajar CTL dan Gaya Kognitif

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidan Study Biologi Kelas 1 Semester

II di SMPN 1 Plumpang dan SMP PGRI 3 Tuban dalam Pokok Bahasan

Ekosistem,( ISSN, UNIROW Tuban:2001)

Muchlis, Mansur. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,

Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, (Jakarta:

Sinar Garafika Ofset, 2008)Cet.4

Munandar, S.Pd, M.Si, Guru professional, Implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Mempersiapkan Sertifikasi Guru.

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007)

Pribadi,dkk. Kualitas pelaksanaan pembelajaran pada program study pendidikan

teknik bangunan (PTB) jenjang S-1 jurusan teknik sipil fakultas teknik

universitas negeri malang. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1

Juni 2007)

Qohar, Abd.dkk. Upaya meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa dalam

pembelajaran pemprograman computer melalui pendekatan pemecahan

masalah. (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni 2007)

Ripandelli, April M. Contextual Teaching & Learning.( Emerson Elementary

School Special Education Department: Contextual Teaching of Social

Skills/Journal Writing)

Sahertian, Piet. A. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan (Surabaya: Usaha

Nasional, 1981), h. 55-56.

Sanjaya, Wina Dr. M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, (Jakarta:Pranada Media Group.2008)

78

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana,

2008), ed. 1, cet. 1

Singarimbun, Masri dan Sofian effendi. Metode Penelitian survai. (Jakarta:

LP3ES.1989).

Suastra, I Wayan. Implementasi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran

Sains Sebagai Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup Siswa di SD

Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, (Jurnal Pendidikan dan pengajaran

IKIP Negeri Singaraja No.2 Tahun. XXXVIII april 2005)

Subana M. dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia,

2001), cet. 1

Sudiana, I Ketut. Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan

Pembelajaran Kooperatif pada Pembelajaran Kimia dan Pencemaran

Lingkungan, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.2 TH.

XXXX april 2007)

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999), cet. 13, h. 30.

Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif,

Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta.2008)

Sumadi, I Made.Pengaruh penerapan pendekatan kontekstual terhadap

kemampuan penalaran dan komunikasi Fisika siswa,(Jurnal pendidikan

dan pengajaran IKIP singaraja NO.1 TH.XXXVIII Januari 2005)

Suparno, Paul. Metodologi Pembelajaran Fisika: Kontruktivistik dan

menyenangkan. (Yogyakarta: Universitas sanata dharma.2007)

Trianto, M.Pd, Pendekatan-pendekatan Pembelajaran inovatif Berorientasi

Kontruktivistik,(Jakarta Press.2007)

Trianto, S.Pd., M.Pd. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi

konstruktivistik: konsep, landasan teoritis-praktis dan implementasinya,

(Jakarta: Prestasi pustaka publisher.2007)

Udin Saepudin sa’ud, Ph.d, Inovasi Pendidikan., (bandung:Alfabeta.2008)

Untari, Sri, dkk. Penerapan pembelajran deep dialogue critical thinking dalam

PKn untuk meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan rasa senang siswa SD

sriwedari Malang. . (Jurnal penelitian kependidikan tahun 17 No.1 Juni

2007).

Winograd, Peter. Preparing Teachers to Use Contextual Teaching and Learning

Strategies To Improve Student Success In and Beyond School.

(University of Michigan: A Commissioned Paper for the U.S.

Department of Education Project)

Wong Sek Khin, Edward. The Role of Reflective Practitioner Heuristic Inquiry in

Institutional learning and Research.( Faculty of Business & Accountancy

University of Malaya, Malaysia : International Journal of Education

ISSN 1948-5476 2010, Vol. 2, No. 1: E6)

Lampiran A.1 : Instrumen Tes (Hasil Belajar)

1. Kisi-kisi Instrumen Tes (Hasil Belajar)

2. Kisi-kisi Instrumen Tes Per Indikator

3. Soal Uji Coba Instrumen Tes

4. Kunci Jawaban Instrumen Test

5. Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes

6. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes

7. Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes

8. Perhitungan Daya Pembeda

9. Rekapitulasi Hasil UJi Coba Instrumen Tes

10. Soal Instrumen Tes Yang Dipakai Dalam Penelitian

11. Kunci Jawaban

Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes

1. Kisi-kisi Instrumen Non Tes (Observasi Aktivitas Siswa)

2. Angket tentang Persespsi Siswa Terhadap Pembelajaran

Fisika

LAMPIRAN A

INSTRUMEN PENELITIAN

KISI-KISI INSTRUMEN TES

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Mata Pelajaran/kelas : Fisika/ VIII

Jumlah Soal : 40 Butir

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi

Dasar Uraian materi Indikator

Nomor soal dan aspek yang diukur Jumlah

soal Pengetahuan

(C1)

Pemahaman

(C2)

Penerapan

(C3)

Analisis

(C4)

Menyelidiki

sifat-sifat zat

berdasarkan

wujudnya dan

penerapannya

dalam

kehidupan

sehari-hari

Wujud zat Menyelidiki perubahan wujud

suatu zat 1,2 3,4 5,6 7 7

Menafsirkan gaya tarik antar

partikel pada berbagai wujud zat

melalui penalaran

8 9,10 11,12 13,14 7

Membedakan kohesi dan adhesi

berdasarkan pengamatan 15 16,17 18,19 20 6

Mengaitkan peristiwa kapilaritas

dalam peristiwa kehidupan sehari-

hari

21,22 23 24,25 26 6

Mendeskripsika

n konsep massa

jenis dalam

kehidupan

sehari-hari

Massa Jenis Menjelaskan dari hasil percobaan

bahwa massa jenis adalah salah

satu ciri khas suatu zat

27 28,29 30,31 32,33 7

Menghitung massa jenis suatu zat

dan Menggunakan konsep massa

jenis untuk berbagai penyelesaian

massalah dalam kehidupan sehari-

hari

34,35 36,37 38,39 40 7

Jumlah 9 11 12 8 40

Lampiran A.1.1

81

KISI-KISI INSTRUMEN TES PER INDIKATOR

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Mata Pelajaran/kelas : Fisika/ VII

Jumlah Soal : 40 butir

Bentuk Soal : Pilihan ganda

Materi Pokok : Wujud Zat dan Perubahannya

Standar

Kompetensi /

Kompetensi dasar

Konsep Indikator soal Butir soal Jawaban

Aspek

yang di

ukur

3. Memahami

wujud zat dan

perubahannya

3.1. Menyelidiki

sifat-sifat zat

berdasarkan

wujudnya dan

penerapannya

dalam

kehidupan

sehari-hari

Perubahan wujud

zat

Menjelaskan proses

perjalanan

perubahan wujud

zat

1. Perhatikan bagan perubahan wujud zat berikut….

Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah

a. mencair, menguap, menyublin

b. menyublin, mengembun, membeku

c. menguap, menyublin, membeku

d. mengembun,menyublin,mencair.

D C1

Menyebutkan

pengertian dari

suatu zat terkecil

2. Bagian terkecil suatu zat yang masih bisa diuraikan dan masih

mempunyai sifat aslinya….

a. partikel atau molekul c. unsur

b. atom d. inti atom

C C1

Sifat-sifat zat Mencirikan sifat-

sifat zat padat, cair

dan gas

3. Perhatikan gambar!

D C2

Lampiran A.1.2

82

Berdasarkan susunan partikelnya, benda yang bentuk dan volumenya

dapat berubah ditunjukkan oleh nomor….

a. 1 dan 2 c. 1 dan 3

b. 2 dan 3 d. hanya 3

Menjelaskan sifat-

sifat zat padat, cair

dan gas.

4. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini

menunjukkan bahwa ….

a. udara merupakan zat alir

b. udara menempati ruang

c. udara mempunyai massa

d. keseimbangan balon terganggu

C C2

Meramalkan suatu

pembuktian zat

dapat menempati

ruangan

5. Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah….

a. menentukan beratnya dengan timbangan

b. menimbang dengan alat ukur timbangan

c. dimasukkan kedalam benda lain

d. dimasukkan kesuatu tempat

D C3

Mencontohkan

terjadinya

perubahan wujud

suatu zat.

6. Perhatikan peristiwa berikut ini!

(1) Pakaian yang basah apabila di jemur di bawah cahaya matahari dapat

kering.

(2) Pada pagi hari titik-titik air menempel pada ujung daun.

(3) Mengecilnya ukuran kapur barus yang disimpan dalam lemari

pakaian.

(4) Proses peleburan logam dengan suhu tertentu.

Peristiwa menyublim ditunjukkan pada nomor ….

a. (1) b. (3)

b. (2) c. (4)

C C3

83

Mencontohkan

terjadinya

perubahan wujud

suatu zat.

7.

Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas

ditunjukkan oleh nomor ….

a. 1 dan 2 c. 1 dan 4

b. 2 dan 3 d. 3 dan 4

D

C4

Menunjukkan

susunan dan gerak

partikel pada

berbagai wujud zat

melalui penalaran.

8. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa ….

a. gas tersebar c. gas memenuhi ruangan

b. gas adalah zat ringan d. parfum cair diubah menjadi gas C C1

Susunan dan

gerak parikel

pada berbagai

wujud zat

Mencirikan susunan

dan gerak partikel

pada berbagai

wujud zat melalui

penalaran.

9. Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini!

1) Jarak antarpartikelnya saling berdekatan

2) Gaya tarik antarmolekulnya kuat

3) Partikel-partikelnya bergerak bebas

4) Bentuknya tetap

5) Volumenya tetap

Ciri-ciri zat padat ditunjukkan oleh nomor …...

a. 1, 2, 3, dan 5 c. 2, 3, 4, dan 5

b. 1, 3, 4, dan 5 d. 1, 2, 4, dan 5

D C2

Menjelaskan

susunan dan gerak

partikel pada

berbagai wujud zat

melalui penalaran.

10. Gas memiliki volume yang berubah-ubah, sebab ….

(1) Jarak antara partikel-partikelnya berdekatan.

(2) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya lemah.

(3) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya kuat.

(4) Partikel-partikelnya bergerak bebas.

Pernyataan yang benar adalah ….

a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4)

b. (1) dan (3) d. (4)

C C2

Menerapkan ciri-

ciri zat cair pada

raksa

11. Raksa termasuk zat cair karena memiliki ciri-ciri…

a. bentuk tetap, volume tetap

b. bentuk tetap, volume tidak tetap

c. bentuk tidak tetap, volume tetap

d. bentuk dan volume tidak tetap

A C3

PADAT CAIR GAS

1 2

4 3

84

Menjelaskan

keadaan partikel

suatu zat cair

12. Partikel zat cair keadaanya….

a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar.

b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak.

c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan

gerakannya lebih cepat.

d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat.

A

C3

Menganalisis

diagram partikel zat

pada gambar

13. Perhatikan diagram partikel zat, partikel itu terdapat pada…

a. besi dan baja

b. air dan minyak

c. air dan besi

d. baja dan minyak

B C4

Menganalisis

keadaan partikel zat

padat pada gambar

14. Keadaan partikel zat padat pada batu ditunjukkan gambar….

a. b. c. d.

C C4

Kohesi dan

adhesi

Menyebutkan

partikel yang tarik

menarik

15. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut…

a. swadesi c. adhesi

b. aneksi d. kohesi C C1

Membuktikan

kohesi dan adhesi

berdasarkan

pengamatan.

16. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada

tabung reaksi?

B C2

85

Mencontohkan

kohesi dan adhesi

berdasarkan

pengamatan

17. Perhatikan peristiwa berikut ini!

1. Air di atas daun talas

2. Air di dalam tabung reaksi yang dindingnya diolesi minyak

3. Air di dalam gelas minum

4. Raksa di dalam tabung reaksi

Peristiwa menikus cembung ditunjukkan oleh nomor ….

a. 1 dan 3 c. 2 dan 3

b. 1, 2, dan 3 d. 1, 2, dan 4

D C2

Membedakan

kohesi dan adhesi

berdasarkan

pengamatan.

18. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….

A C3

Membedakan

sebuah diagram

gambar adhesi

terbesar

19. Diagram yang menunjukan adhesi terbesar adalah….

a. b. c. d.

C C3

Menganalisis

terjadinya gaya

kohesi dan adhesi

20. Pada raksa yang dimasukkan ke dalam tabung kaca berlaku….

a. gaya adhesi > gaya kohesi

b. gaya adhesi < gaya kohesi

c. gaya adhesi = gaya kohesi

d. gaya kohesi nol

B C4

Peristiwa

kapilaritas

Mendefinisikan

kapilaritas

21. Kapilaritas adalah….

a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik

b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak

c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling

memberikan gaya

C C1

86

d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam

Menjelaskan contoh

dari sebuah

kapilaritas yang

terjadi di kehidupan

sehari-hari.

22. Berikut ini merupakan contoh dari kapilaritas, kecuali…..

a. naiknya minyak pada lampu templok

b. naiknya air dalam tembok pada musim hujan

c. naiknya air tanah ke daun pada tumbuhan

d. naiknya minyak pada lampu petromak

C

C1

Menjelaskan proses

dari kapilaritas

23. Daun yang tinggi dapat menerima air dari akar karena proses….

a. kapilaritas

b. bejana berhubungan

c. difusi

d. meniskus

A C2

Mencontohkan

peristiwa kapilaritas

dalam peristiwa

kehidupan sehari-

hari.

24. Perhatikan pernyataan berikut ini!

(1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor.

(2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah.

(3) Naiknya air tanah melalui pompa air.

Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah …

a. (1) dan (2) c. (1)

b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)

A C3

Menyimpulkan

peristiwa kapilaritas

dalam peristiwa

kehidupan sehari-

hari.

25. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang

tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh ….

a. adhesi lebih kecil daripada kohesi

b. kain memiliki daya hisap yang kuat

c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain

d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler

D C3

Menganalisis

gambar bejana

berhubungan yang

terjadi pada raksa

26. Bejana berhubungan yang salah satunya berupa pipa kapiler bila diisi

dengan raksa maka permukaan raksa pada masing-masing adalah….

A C4

3.2. Mendeskripsika

n konsep massa

jenis dalam

Menyebutkan massa

sebuah zat yang

sama

27. Suatu zat sejenis mempunyai massa jenis….

a. sama

b. tidak sama D C1

87

kehidupan

sehari-hari

c. belum tentu sama

d. tergantung volumenya

Massa jesis

sebagai ciri khas

suatu zat

Menyimpulkan

bahwa massa jenis

adalah salah satu

ciri khas suatu zat.

28.

Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat zat

tersebut yang berbeda adalah ….

a. volume dan massa c. volume dan massa jenis

b. massa dan massa jenis d. volume, massa, dan massa jenis

B C2

Mengukur massa

jenis suatu benda

Menyimpulkan

massa jenis suatu

zat dengan

menggunakan

persamaan massa

jenis

29. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan

pada gambar ….

a. c.

b.

d.

A C2

Merumuskan zat-zat

yang tergolong pada

zat padat

30. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah…

a. terusi, alkohol, karbit

b. cat, asam sulfat, garam

c. karbit, es, spirtus

d. es, serbuk besi, kapur

D C3

Menganalisis dua

buah benda yang

memiliki nassa jenis

yang sama

31. Pernyataan berikut ini yang benar untuk dua buah benda memiliki

massa jenis yang sama adalah…

a. massa dan volumenya sama tetapi jenisnya berbeda

b. massa dan volumenya sama, tetapi wujudnya berbeda

B C3

88

89

c. massa dan volumenya berbeda, tetapi jenisnya sama

d. massa dan volumenya berbeda, tetapi bentuknya berbeda.

Menganalisis

perbedaan antara

intan dan arang.

32. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di

remukkan, perbedaan ini disebabkan….

a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan

b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan

c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil

d. partikel air hujan sangat kecil

A C4

Menganalisis

gambar udara yang

menempati sebuah

ruangan.

33. Gambar ini menunjukan bahwa….

a. udara menempati gelas, sehingga air tidak

masuk ke dalam gelas

b. udara menempati air, sehingga air sulit

masuk kedalam gelas

c. air terhalang udara yang ada di air sehingga

gelas tidak ada air

d. udara ada dimana-mana.

A C4

Meramalkan nilai

massa jenis terbesar

dari nilai massa dan

volume yang

berbeda.

34. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah….

a. massa 20 g, volume 10 cm3

b. massa 60 gr, volume 20 cm3

c. massa 150 gr, volume 30 cm3

d. massa 60 gr, volume 6 cm3

D C1

Menghitung massa

jenis suatu zat

dengan

menggunakan

persamaan massa

jenis.

35. Jika massa jenis minyak dalam sistem CGS adalah 0,8 gr/cm³.

Bagaimana massa jenis minyak dalam sistem MKS ….

a. 0,008 kg/m³ c. 800 kg/m³

b. 0,0008 kg/m³ d. 8000 kg/m³ B C1

Menganalisis massa

jenis suatu zat

dengan

menggunakan

persamaan massa

jenis.

36. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus

adalah 240 kg/m³, sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³.

Dapat disimpulkan bahwa ….

a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi

b. volume gabus sama dengan volume besi

c. volume gabus lebih besar daripada volume besi

d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan

C C2

Menghitung massa

jenis suatu zat

dengan

menggunakan

persamaan massa

jenis.

37. Perhatikan gambar di samping!

Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka

massa jenisnya adalah ….

a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³

b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³

C C2

Konsep massa

jenis dalam

kehidupan sehari-

hari

Menghitung konsep

massa jenis untuk

berbagai

penyelesaian

masalah dalam

kehidupan sehari-

hari.

38. Perhatikan gambar!

Berapa nilai X jika kedua gelas ukur

diisi cairan yang sama?

a. 16 gram c. 24 gram

b. 20 gram d. 28 gram

C

C3

Menganalisis

konsep massa jenis

untuk berbagai

penyelesaian

masalah dalam

kehidupan sehari-

hari.

Nama benda Massa jenis (kg/m³)

Tembaga 8,9 × 10³

Perak 10,5 × 10³

Baja 7,5 × 10³

Kaca 3,5 × 10³

39.

Sebuah benda

massanya 21 kg.

Apabila volume benda 2 m³, maka dapat dipastikan benda tersebut

terbuat dari bahan ….

a. perak c. tembaga

b. baja d. kaca

A C3

Menganalisis

konsep massa jenis

untuk berbagai

penyelesaian

40. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari

empat buah patung emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika

massa jenis emas diketahui sama dengan 19.300 kg/m³, maka di antara

patung emas berikut ini manakah yang murni?

Cincin Emas Massa Volume

A 50 gr 965 cm³

B 50 kg 965 cm³

C 965 g 50 cm³

D 965 kg 50 cm³

C C4

90

91

Name :

Grade :

1. Perhatikan bagan perubahan wujud zat

berikut….

Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan

6 berturut-turut adalah

a. mencair, menguap, menyublin

b. menyublin, mengembun, membeku

c. menguap, menyublin, membeku

d. mengembun,menyublin,mencair.

2. Bagian terkecil suatu zat yang masih bisa

diuraikan dan masih mempunyai sifat aslinya….

a. partikel atau molekul c. unsur

b. atom d. inti atom

3. Perhatikan gambar!

Berdasarkan susunan partikelnya, benda yang

bentuk dan volumenya dapat berubah ditunjukkan

oleh nomor….

a. 1 dan 2 c. 1 dan 3

b. 2 dan 3 d. hanya 3

4. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih

ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….

a. udara merupakan zat alir

b. udara menempati ruang

c. udara mempunyai massa

d. keseimbangan balon terganggu

5. Salah satu cara membuktikan bahwa zat

menempati ruangan adalah….

a. menentukan beratnya dengan timbangan

b. menimbang dengan alat ukur timbangan

c. dimasukkan kedalam benda lain

d. dimasukkan kesuatu tempat

6. Perhatikan peristiwa berikut ini!

(1) Pakaian yang basah apabila di jemur di

bawah cahaya matahari dapat kering.

(2) Pada pagi hari titik-titik air menempel pada

ujung daun.

(3) Mengecilnya ukuran kapur barus yang

disimpan dalam lemari pakaian.

(4) Proses peleburan logam dengan suhu

tertentu.

Peristiwa menyublim ditunjukkan pada nomor

….

a. (1) c. (3)

b. (2) c. (4)

7.

Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor

pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor ….

a. 1 dan 2 c. 1 dan 4

b. 2 dan 3 d. 3 dan 4

8. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini

menunjukan bahwa ….

a. gas tersebar

b. gas memenuhi ruangan

c. gas adalah zat ringan

d. parfum cair diubah menjadi gas

9. Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini!

1) Jarak antarpartikelnya saling berdekatan

2) Gaya tarik antarmolekulnya kuat

3) Partikel-partikelnya bergerak bebas

4) Bentuknya tetap

5) Volumenya tetap

Ciri-ciri zat padat ditunjukkan oleh nomor …...

a. 1, 2, 3, dan 5 c. 2, 3, 4, dan 5

b. 1, 3, 4, dan 5 d. 1, 2, 4, dan 5

10. Gas memiliki volume yang berubah-ubah, sebab

….

(1) Jarak antara partikel-partikelnya

berdekatan.

(2) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya

lemah.

(3) Gaya tarik-menarik antarpartikelnya kuat.

(4) Partikel-partikelnya bergerak bebas.

Pernyataan yang benar adalah ….

a. (1), (2), dan (3) c. (2) dan (4)

b. (1) dan (3) d. (4)

11. Raksa termasuk zat cair karena memiliki ciri-

ciri…

a. bentuk tetap, volume tetap

b. bentuk tetap, volume tidak tetap

c. bentuk tidak tetap, volume tetap

d. bentuk dan volume tidak tetap

PADAT CAIR GAS

1 2

4 3

Lampiran A.1.3

92

12. Partikel zat cair keadaanya….

a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat

dan bergetar.

b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya

lemah dan bergerak.

c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak

ada tarik menarik dan gerakannya lebih

cepat.

d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik

dan gerakannya cepat.

13. Perhatikan diagram partikel zat, partikel itu

terdapat pada…

a. besi dan baja c. air dan besi

b. air dan minyak d. baja dan minyak

14. Keadaan partikel zat padat pada batu

ditunjukkan gambar….

a. b. c. d.

15. Tarik menarik antar partikel yang sejenis

disebut…

a. swadesi c. adhesi

b. aneksi d. kohesi

16. Gambar manakah yang menunjukan permukaan

air jika dituang pada tabung reaksi?

17. Perhatikan peristiwa berikut ini!

1. Air di atas daun talas

2. Air di dalam tabung reaksi yang dindingnya

diolesi minyak

3. Air di dalam gelas minum

4. Raksa di dalam tabung reaksi

Peristiwa menikus cembung ditunjukkan oleh

nomor ….

a. 1 dan 3 c. 2 dan 3

b. 1, 2, dan 3 d. 1, 2, dan 4

18. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi =

adhesi adalah ….

19. Diagram yang menunjukan adhesi terbesar

adalah….

a. b. c. d.

20. Pada raksa yang dimasukkan ke dalam tabung

kaca berlaku….

a. gaya adhesi > gaya kohesi

b. gaya adhesi < gaya kohesi

c. gaya adhesi = gaya kohesi

d. gaya kohesi nol

21. Kapilaritas adalah….

a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik

menarik

b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak

menolak

c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika

didekatkan akan saling memberikan gaya

d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling

diam.

22. Berikut ini merupakan contoh dari kapilaritas,

kecuali…..

a. naiknya minyak pada lampu templok

b. naiknya air dalam tembok pada musim hujan

c. naiknya air tanah ke daun pada tumbuhan

d. naiknya minyak pada lampu petromak

23. Daun yang tinggi dapat menerima air dari akar

karena proses….

a. kapilaritas

b. bejana berhubungan

c. difusi

d. meniskus

24. Perhatikan pernyataan berikut ini!

(1) Naiknya minyak tanah pada sumbu

kompor.

(2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah.

(3) Naiknya air tanah melalui pompa air.

Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa

gejala kapilaritas adalah …

a. (1) dan (2) c. (1)

93

b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)

25. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain

yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan oleh

….

a. adhesi lebih kecil daripada kohesi

b. kain memiliki daya hisap yang kuat

c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain

d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler

26. Bejana berhubungan yang salah satunya berupa

pipa kapiler bila diisi dengan raksa maka

permukaan raksa pada masing-masing adalah….

27. Suatu zat sejenis mempunyai massa jenis….

a. sama

b. tidak sama

c. belum tentu sama

d. tergantung volumenya

28.

Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka

dari keempat za tersebut yang berbeda adalah

….

a. volume dan massa

b. massa dan massa jenis

c. volume dan massa jenis

d. volume, massa, dan massa jenis

29. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan

volume ditunjukkan pada gambar ….

a. c.

b.

30. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat

adalah…

a. terusi, alkohol, karbit

b. cat, asam sulfat, garam

c. karbit, es, spirtus

d. es, serbuk besi, kapur

31. Pernyataan berikut ini yang benar untuk dua

buah benda memiliki massa jenis yang sama

adalah…

a. massa dan volumenya sama tetapi jenisnya

berbeda

b. massa dan volumenya sama, tetapi wujudnya

berbeda

c. massa dan volumenya berbeda, tetapi

jenisnya sama

d. massa dan volumenya berbeda, tetapi

bentuknya berbeda.

32. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang

sangat mudah di remukkan, perbedaan ini

disebabkan….

a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat

daripada dalam intan

b. uap air disisi dalam kaca mengalami

pengembunan

c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui

jendela mobil

d. partikel air hujan sangat kecil

33. Gambar ini menunjukan bahwa….

a. udara menempati gelas, sehingga air tidak

masuk ke dalam gelas

b. udara menempati air, sehingga air sulit

masuk kedalam gelas

c. air terhalang udara yang ada di air sehingga

gelas tidak ada air

d. udara ada dimana-mana.

34. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis

terbesar adalah….

a. massa 20 g, volume 10 cm3

b. massa 60 gr, volume 20 cm3

c. massa 150 gr, volume 30 cm3

d. massa 60 gr, volume 6 cm3

35. Jika massa jenis minyak dalam sistem CGS

adalah 0,8 gr/cm³. Bagaimana massa jenis

minyak dalam sistem MKS ….

a. 0,008 kg/m³ c. 800 kg/m³

b. 0,0008 kg/m³ d. 8000 kg/m³

36. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang

sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³,

94

sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³.

Dapat disimpulkan bahwa ….

a. volume gabus lebih kecil daripada volume

besi

b. volume gabus sama dengan volume besi

c. volume gabus lebih besar daripada volume

besi

d. perbandingan volume keduanya tidak dapat

ditentukan

37. Perhatikan gambar di bawah!

Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka

massa jenisnya adalah ….

a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³

b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³

38. Perhatikan gambar!

Berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan

yang sama?

a. 16 gram c. 24 gram

b. 20 gram d. 28 gram

39.

Sebuah benda massanya 21 kg. Apabila volume

benda 2 m³, maka dapat dipastikan benda

tersebut terbuat dari bahan ….

a. perak c. tembaga

b. baja d. kaca

40. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu

patung emas murni dari empat buah patung

emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini.

Jika massa jenis emas diketahui sama dengan

19.300 kg/m³, maka di antara patung emas

berikut ini manakah yang murni?

Nama benda Massa jenis (kg/m³)

Tembaga 8,9 × 10³

Perak 10,5 × 10³

Baja 7,5 × 10³

Kaca 3,5 × 10³

Cincin Emas Massa Volume

a 50 gr 965 cm³

b 50 kg 965 cm³

c 965 g 50 cm³

d 965 kg 50 cm³

95

KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES

No. Kunci

Jawaban No.

Kunci

Jawaban No.

Kunci

Jawaban No.

Kunci

Jawaban

1. D 11. A 21. C 31. B

2. C 12. A 22. C 32. A

3. D 13. B 23. A 33. A

4. C 14 C 24. A 34. D

5. D 15. C 25. D 35. B

6. C 16. B 26. A 36. C

7. D 17. D 27. D 37. C

8. D 18. A 28. B 38. C

9. D 19. C 29. A 39. A

10. D 20. B 30. D 40. C

Lampiran A.1.4

ANALISIS BUTIR SOAL

INSTRUMEN TES

Uji Validitas

No Skor untuk item no skor (Xt)2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)

1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 28 784

2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 27 729

3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 24 576

4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14 196

5 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14 196

6 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 15 225

7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 21 441

8 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20 400

9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11 121

10 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26 676

11 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23 529

12 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15 225

13 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 25 625

14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12 144

15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26 676

16 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 17 289

17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14 196

18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15 225

19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25 625

20 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 24 576

21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25 625

22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21 441

23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 29 841

24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15 225

Lampiran A.1.5 96

25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21 441

26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11 121

27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 18 324

28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 14 196

29 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 14 196

∑ 20 21 24 15 15 10 12 14 11 28 7 9 22 22 17 9 8 12 11 13 16 9 2 13 10 0 2 12 24 20 15 17 6 18 19 18 18 12 10 23 564 11864

p

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

q

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

1.0

0

p/q

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

28

,00

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

pq

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

0.0

0

SD

5.6

54

24

11

82

Mt

19

.44

82

75

86

Mp

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

0

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

24

.5

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

#DIV

/0!

Stan

dar

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

0.3

3

rpb

i

0.3

82

42

45

89

-0.0

85

69

66

34

0.1

63

43

26

53

0.5

47

16

21

16

0.6

08

74

34

49

-0.1

38

34

67

91

0.6

44

76

30

38

0.7

22

39

26

77

0.0

52

12

60

02

-0.1

83

17

68

1

0.1

73

75

67

17

0.5

93

77

77

53

0.2

03

92

40

44

0.2

05

49

33

1

0.4

80

40

79

63

0.4

26

02

14

52

0.0

31

17

23

01

0.4

78

44

35

99

-0.2

09

42

11

5

-0.2

08

38

88

84

0.5

47

16

21

16

-0.4

17

35

92

39

0.1

97

08

55

21

0.4

31

69

67

96

0.5

75

50

57

58

0

-0.1

71

84

30

4

0.4

05

04

91

36

0.3

38

68

48

47

0.6

34

18

27

5

0.3

29

80

15

76

0.5

81

15

57

69

-0.1

63

18

45

17

0.5

10

16

60

4

0.2

90

83

29

53

0.5

58

11

67

91

0.3

70

83

51

77

0.6

55

07

49

05

-0.0

13

51

72

17

0.3

84

66

13

9

97

Uji

Hip

ote

sis

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Val

id

Val

id

Tid

ak V

alid

Val

id

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp =Mean (nilai rata-rata) skor yang dijawab betul oleh siswa pada butir soal yang sedang dicari

korelasinya dengan tes secara keseluruhan

Mt (mean total) = Mean (nilai rata-rata) skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes) ( )

sdt = standar deviasi skor total

p = proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut

q =1 - p

rtabel = pada taraf signifikansi (α) 5%

Uji Hipotesis =valid jika rpbis > rtabel ,Tidak valid jika rpbis < rtabel

98

TABEL PERHITUNGAN RELIABILATAS RUMUS K-R.20

No 1 4 5 7 8 12 15 16 18 21 24 25 28 29 30 32 34 36 37 38 40 X (X)2

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 4002 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 4413 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17 2894 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 7 495 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 7 496 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 5 257 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 11 1218 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10 1009 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4 1610 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 40011 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 12112 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 7 4913 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 25614 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 915 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 36116 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 8 6417 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 7 4918 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 8 6419 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 28920 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 11 12121 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 28922 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 14423 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 40024 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 8 6425 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 12 14426 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4 1627 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 10 10028 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 6 3629 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 6 36

Lampiran A.1.6 99

∑ 20

15

15

12

14 9 17 9 12

16

13

10

12

24

20

17

18

18

18

12

23

32

4

45

02

p

0.6

9

0.5

2

0.5

2

0.4

1

0.4

8

0.3

1

0.5

8

0.3

1

0.4

1

0.5

5

0.4

4

0.3

4

0.4

1

0.8

2

0.6

9

0.5

8

0.6

2

0.6

2

0.6

2

0.4

1

0.7

9

q

0.3

1

0.4

8

0.4

8

0.5

9

0.5

2

0.6

9

0.4

2

0.6

9

0.5

9

0.4

5

0.5

6

0.6

6

0.5

9

0.1

8

0.3

1

0.4

2

0.3

8

0.3

8

0.3

8

0.5

9

0.2

1

pq

0.2

1

0.2

5

0.2

5

0.2

4

0.2

5

0.2

1

0.2

4

0.2

1

0.2

4

0.2

5

0.2

5

0.2

2

0.2

4

0.1

5

0.2

1

0.2

4

0.2

4

0.2

4

0.2

4

0.2

4

0.1

7

∑p

q

4.8

0

Keterangan:

p = proporsi peserta tes yang menjawab betul item tersebut

q = 1 – p

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = Standar Deviasi

r11 = reliabilitas tes K-R. 20

Perhitungan Reliabilitas

S = 5,68

Σpq = 4,80

r11 =

=

=

=

100

Taraf Kesukaran

No Skor untuk item no Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)

1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 28

2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 27

3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 24

4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14

5 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14

6 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 15

7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 21

8 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20

9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11

10 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26

11 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23

12 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15

13 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 25

14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12

15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26

16 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 17

17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14

18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15

19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25

20 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 24

21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25

22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21

23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 29

24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15

25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21

26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11

Lampiran A.1.7 98

27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 18

28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 14

29 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 14

∑ 20 21 24 15 15 10 12 14 11 28 7 9 22 22 17 9 8 12 11 13 16 9 2 13 10 0 2 12 24 20 15 17 6 18 19 18 18 12 10 23 564

TK

##

#

0.7

2

0.8

3

0.5

2

0.5

2

0.3

4

0.4

1

0.4

8

0.3

8

0.9

7

0.2

4

0.3

1

0.7

6

0.7

6

0.5

9

0.3

1

0.2

8

0.4

1

0.3

8

0.4

5

0.5

5

0.3

1

0.0

7

0.4

5

0.3

4

0.0

0

0.0

7

0.4

1

0.8

3

0.6

9

0.5

2

0.5

9

0.2

1

0.6

2

0.6

6

0.6

2

0.6

2

0.4

1

0.3

4

0.7

9

Kep

utu

san

Sed

ang

Sed

ang

Mu

dah

Sed

ang

Sed

ang

Suka

r

Suka

r

Sed

ang

Sed

ang

Mu

dah

Suka

r

Suka

r

Mu

dah

Mu

dah

Sed

ang

Suka

r

Suka

r

Sed

ang

Sed

ang

Sed

ang

Sed

ang

Suka

r

Suka

r

Suka

r

Suka

r

Suka

r

Suka

r

Sed

ang

Mu

dah

Sed

ang

Sed

ang

Sed

ang

Suka

r

Sed

ang

Sed

ang

Sed

ang

Sed

ang

Sed

ang

Suka

r

Mu

dah

Keterangan ;

P = 0,00 : soal terlalu sukar

0,00 < P ≤ 0,30 : soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70 :soal sedang

0,70 < P ≤ 1,00 :soal mudah

Keterangan ;

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

P : indeks kesukaran

99

Daya Pembeda

No Skor Untuk No Idem Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)

23 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 29

1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 28

2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 27

15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26

10 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 26

13 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 25

19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25

21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25

3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 24

20 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 24

11 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 23

7 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 21

22 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 21

25 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21

8 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 20

27 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 18

16 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 17

6 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 15

12 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15

18 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 15

24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15

4 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 14

5 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 14

17 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14

28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 14

29 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 14

14 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12

Lampiran A.1.8 100

9 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11

26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11

WH 10 11 13 11 11 5 10 11 6 13 5 9 12 12 11 7 4 9 6 4 10 2 2 9 9 0 0 9 13 13 10 12 1 14 11 12 11 10 4 13

WL 10 10 10 4 4 5 2 3 5 14 2 0 9 9 5 2 4 3 5 9 6 6 0 3 1 0 2 3 10 7 5 5 4 4 8 6 7 2 5 9

BA 10 11 13 11 11 5 10 11 6 13 5 9 12 12 11 7 4 9 6 4 10 2 2 9 9 0 0 9 13 13 10 12 1 14 11 12 11 10 4 13

BB 10 10 10 4 4 5 2 3 5 14 2 0 9 9 5 2 4 3 5 9 6 6 0 3 1 0 2 3 10 7 5 5 4 4 8 6 7 2 5 9

JA 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

JB 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

Pa

0.5

3

0.5

8

0.6

8

0.5

8

0.5

8

0.2

6

0.5

3

0.5

8

0.3

2

0.6

8

0.2

6

0.4

7

0.6

3

0.6

3

0.5

8

0.3

7

0.2

1

0.4

7

0.3

2

0.2

1

0.5

3

0.1

1

0.1

1

0.4

7

0.4

7

0.0

0

0.0

0

0.4

7

0.6

8

0.6

8

0.5

3

0.6

3

0.0

5

0.7

4

0.5

8

0.6

3

0.5

8

0.5

3

0.2

1

0.6

8

Pb

0.5

3

0.5

3

0.5

3

0.2

1

0.2

1

0.2

6

0.1

1

0.1

6

0.2

6

0.7

4

0.1

1

0.0

0

0.4

7

0.4

7

0.2

6

0.1

1

0.2

1

0.1

6

0.2

6

0.4

7

0.3

2

0.3

2

0.0

0

0.1

6

0.0

5

0.0

0

0.1

1

0.1

6

0.5

3

0.3

7

0.2

6

0.2

6

0.2

1

0.2

1

0.4

2

0.3

2

0.3

7

0.1

1

0.2

6

0.4

7

0.0

0

0.0

5

0.1

6

0.3

7

0.3

7

0.0

0

0.4

2

0.4

2

0.0

5

-0.0

5

0.1

6

0.4

7

0.1

6

0.1

6

0.3

2

0.2

6

0.0

0

0.3

2

0.0

5

-0.2

6

0.2

1

-0.2

1

0.1

1

0.3

2

0.4

2

0.0

0

-0.1

1

0.3

2

0.1

6

0.3

2

0.2

6

0.3

7

-0.1

6

0.5

3

0.1

6

0.3

2

0.2

1

0.4

2

-0.0

5

0.2

1

Day

a P

emb

eda

0.0

0

0.0

7

0.2

1

0.5

0

0.5

0

0.0

0

0.5

7

0.5

7

0.0

7

-0.0

7

0.2

1

0.6

4

0.2

1

0.2

1

0.4

3

0.3

6

0.0

0

0.4

3

0.0

7

-0.3

6

0.2

9

-0.2

9

0.1

4

0.4

3

0.5

7

0.0

0

-0.1

4

0.4

3

0.2

1

0.4

3

0.3

6

0.5

0

-0.2

1

0.7

1

0.2

1

0.4

3

0.2

9

0.5

7

-0.0

7

0.2

9

Kep

utu

san

Bu

ruk

Bu

ruk

Cu

kup

Bai

k

Bai

k

Bu

ruk

Bai

k

Bai

k

Bu

ruk

Dro

p

Cu

kup

bai

k

Cu

kup

Cu

kup

Bai

k

Cu

kup

Bu

ruk

Bai

k

Bu

ruk

Dro

p

Cu

kup

Dro

p

Bu

ruk

Bai

k

Bai

k

Bu

ruk

Dro

p

bai

k

Cu

kup

Cu

kup

Cu

kup

Bai

k

Dro

p

Bai

k Se

kali

Cu

kup

bai

k

Cu

kup

Bai

k

Dro

p

Cu

kup

101

Keputusan

Sangat jelek (drop) : D ≤ 0

jelek : 0,00 < D ≤ 0,20

Cukup : 0,20 < D ≤ 0,40

Baik : 0,40 < D ≤ 0,70

Baik Sekali : 0,70 < D ≤ 1,00

Keterangan:

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( )

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar ( )

D : daya pembeda ( )

102

REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN

Reliabilitas 0,89

Item No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Item No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda

1 Valid Sedang Buruk 21 Valid Sedang Cukup

2 Tidak Valid Sedang Buruk 22 Tidak Valid Sukar Drop

3 Tidak Valid Mudah Cukup 23 Tidak Valid Sukar Buruk

4 Valid Sedang Baik 24 Valid Sukar Baik

5 Valid Sedang Baik 25 Valid Sukar Baik

6 Tidak Valid Sukar Buruk 26 Tidak Valid Sukar Buruk

7 Valid Sukar Baik 27 Tidak Valid Sukar Drop

8 Valid Sedang Baik 28 Valid Sedang baik

9 Tidak Valid Sedang Buruk 29 Valid Mudah Cukup

10 Tidak Valid Mudah Drop 30 Valid Sedang Cukup

11 Tidak Valid Sukar Cukup 31 Tidak Valid Sedang Cukup

12 Valid Sukar baik 32 Valid Sedang Baik

13 Tidak Valid Mudah Cukup 33 Tidak Valid Sukar Drop

14 Tidak Valid Mudah Cukup 34 Valid Sedang Baik Sekali

15 Valid Sedang Baik 35 Tidak Valid Sedang Cukup

16 Valid Sukar Cukup 36 Valid Sedang baik

17 Tidak Valid Sukar Buruk 37 Valid Sedang Cukup

18 Valid Sedang Baik 38 Valid Sedang Baik

19 Tidak Valid Sedang Buruk 39 Tidak Valid Sukar Drop

20 Tidak Valid Sedang Drop 40 Valid Mudah Cukup

Lampiran A.1.9 103

104

NAME :

GRADE :

1. Perhatikan bagan perubahan wujud zat berikut….

Perubahan wujud yang ditunjukkan no 2,4 dan 6 berturut-turut adalah

a. mencair, menguap, menyublin

b. menyublin, mengembun, membeku

c. menguap, menyublin, membeku

d. mengembun,menyublin,mencair.

2. Pada gambar terlihat balon yang kempis lebih ringan. Percobaan ini menunjukkan bahwa ….

a. udara merupakan zat alir

b. udara menempati ruang

c. udara mempunyai massa

d. keseimbangan balon terganggu

3. Salah satu cara membuktikan bahwa zat menempati ruangan adalah….

a. menentukan beratnya dengan timbangan

b. menimbang dengan alat ukur timbangan

c. dimasukkan kedalam benda lain

d. dimasukkan kesuatu tempat

4.

Perubahan wujud zat yang melepaskan kalor pada diagram di atas ditunjukkan oleh nomor

….

a. 1 dan 2 c. 1 dan 4

b. 2 dan 3 d. 3 dan 4

5. Bau parfum memenuhi ruangan. Hal ini menunjukan bahwa ….

a. gas tersebar

b. gas memenuhi ruangan

PADAT CAIR GAS

1 2

4 3

Lampiran A.1.10

105

c. gas adalah zat ringan

d. parfum cair diubah menjadi gas

6. Partikel zat cair keadaanya….

a. tersusun rapi, berdekatan, tarik menarik, kuat dan bergetar.

b. tak teratur, agak berjauhan, tarik menariknya lemah dan bergerak.

c. sangat tak teratur, sangat berjauhan, tidak ada tarik menarik dan gerakannya lebih cepat.

d. tak teratur, berjauahan, tak ada tarik menarik dan gerakannya cepat.

7. Tarik menarik antar partikel yang sejenis disebut…

a. swadesi c. adhesi

b. aneksi d. kohesi

8. Gambar manakah yang menunjukan permukaan air jika dituang pada tabung reaksi?

9. Zat cair dalam gelas yang mempunyai kohesi = adhesi adalah ….

10. Kapilaritas adalah….

a. dua buah gaya jika di dekatkan akan tarik menarik

b. dua buah benda jika di dekatkan akan tolak menolak

c. dua buah benda yang bermuatan listrik jika didekatkan akan saling memberikan gaya

d. dua buah benda jika didiekatkan akan saling diam.

11. Perhatikan pernyataan berikut ini!

(1) Naiknya minyak tanah pada sumbu kompor.

(2) Meresapnya air hujan pada dinding rumah.

(3) Naiknya air tanah melalui pompa air.

Pernyataan di atas yang termasuk peristiwa gejala kapilaritas adalah …

a. (1) dan (2) c. (1)

b. (1) dan (3) d. (2) dan (3)

106

12. Air di dalam gelas menetes keluar melalui kain yang tercelup sebagian. Hal ini disebabkan

oleh ….

a. adhesi lebih kecil daripada kohesi

b. kain memiliki daya hisap yang kuat

c. molekul air berinteraksi dengan molekul kain

d. serat kain berfungsi seperti pipa kapiler

13.

Apabila ukuran dan bentuk wadah sama, maka dari keempat za tersebut yang berbeda

adalah ….

a. volume dan massa

b. massa dan massa jenis

c. volume dan massa jenis

d. volume, massa, dan massa jenis

14. Grafik hubungan antara massa suatu zat dengan volume ditunjukkan pada gambar ….

a. c.

b.

15. Diantara zat berikut yang tergolong zat padat adalah…

a. terusi, alkohol, karbit

b. cat, asam sulfat, garam

c. karbit, es, spirtus

d. es, serbuk besi, kapur

16. Intan sulit sekali dipatahkan sedangkan arang sangat mudah di remukkan, perbedaan ini

disebabkan….

a. gaya antar atom dalam arang lebih kuat daripada dalam intan

107

b. uap air disisi dalam kaca mengalami pengembunan

c. adanya uap air dari luar yang masuk melalui jendela mobil

d. partikel air hujan sangat kecil

17. Berikut ini yang mempunyai nilai massa jenis terbesar adalah….

a. massa 20 g, volume 10 cm3

b. massa 60 gr, volume 20 cm3

c. massa 150 gr, volume 30 cm3

d. massa 60 gr, volume 6 cm3

18. Sepotong gabus dan besi memiliki massa yang sama. Massa jenis gabus adalah 240 kg/m³,

sedangkan massa jenis besi adalah 7.900 kg/m³. Dapat disimpulkan bahwa ….

a. volume gabus lebih kecil daripada volume besi

b. volume gabus sama dengan volume besi

c. volume gabus lebih besar daripada volume besi

d. perbandingan volume keduanya tidak dapat ditentukan

19. Perhatikan gambar di bawah!

Apabila massa balok tersebut 0,9 kg, maka massa jenisnya adalah ….

a. 540 gr/cm³ c. 1,5 gr/cm³

b. 66,6 gr/ cm³ d. 0,14 gr/cm³

20. Perhatikan gambar!

berapa nilai X jika kedua gelas ukur diisi cairan yang sama....

a. 16 gram c. 24 gram

b. 20 gram d. 28 gram

21. Seorang pedagang emas menyelidiki salah satu patung emas murni dari empat buah patung

emas yang tersedia. Data terlihat di bawah ini. Jika massa jenis emas diketahui sama dengan

19.300 kg/m³, maka di antara patung emas berikut ini manakah yang murni….

Cincin Emas Massa Volume

A 50 gr 965 cm³

B 50 kg 965 cm³

C 965 g 50 cm³

d 965 kg 50 cm³

108

KUNCI JAWABAN SOAL

No. Kunci

Jawaban No.

Kunci

Jawaban

1. D 12 D

2. C 13 B

3. D 14 A

4. D 15 D

5. D 16 A

6. B 17 D

7. C 18 C

8. B 19 C

9. A 20 C

10. C 21 C

11 A

Lampiran A.1.11

109

Angket Siswa SMP AL-FATH

Tentang Pembelajaran Fisika

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat, jelas dan disertai dengan

alasannya !

1. Menurut Anda apakah pelajaran fisika yang selama ini diajarkan disekolah itu :

A. mudah B. sedang C. sulit D. sulit sekali

E. lain-lain :

…………………………………………………………………………………………

Alasan :

………………………………………………………………………………...…………

…..

2. Dalam mempelajari fisika kesulitan yang Anda hadapi adalah …..

A. sulit menangkap penjelasan guru

B. sulit mengingat rumus-rumus

C. sulit memahami konsepnya

D. sulit dalam mengerjakan rumusa

E. lain-lain :

………………………………………………………………………………………….

Alasan :

……………………………………………………...………………………………………..

3. Setiap Anda melaksanakan kuis fisika (ulangan harian fisika), berapa rata-rata nilai

yang di dapat?

………………………………………………………………………………………….

Alasan :

……………………………………………………………………………...………………..

4. Berapa nilai rata-rata fisika yang ada di raportmu?

………………………………………………………………………………………….

5. Pelajaran fisika yang selama ini diajarkan disekolah itu …..

A. tidak menarik B.membosankan C. biasa saja D.

menarik

E. lain-lain :

………………………………………………………………………………………….

Alasan :

……………………………………………………………………………...………………..

……………………………………………………………………………………………

……………

Lampiran 2.1.2

110

6. Menurut Anda bagaimana guru seharusnya membelajarkan konsep fisika disekolah?

apakah dengan menggunakan metode …..

A. ceramah B. eksperimen C. kerja kelompok D.

latihan soal

E. lain-lain :

………………………………………………………………………………………….

Alasan :

……………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………

…………….

7. Jika Anda menjadi guru fisika, pembelajaran seperti apa yang akan Anda terapkan agar

siswa mudah memahami fisika ?

Saya akan :

...........................................................................................................................................

…………………………………………………………………..………………………

……………

…………………Terima kasih………………

111

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Aspek Mengaitkan

Pertemuan Ke : …

No. Nama Kelompok

Mengaitkan

Seluruh Siswa

mengaitkan

pengalaman dengan

materi pada Saat

Melakukan

Eksperimen

Setiap Kelompok

Berdiskusi Untuk

Mengisi LKS dan

Menyimpulkan

Hasil Eksperimen

Seluruh Siswa

Mengerjakan

Latihan Soal

Siswa Aktif

Mengaitkan

Pertanyaan

Dengan Materi

Siswa Aktif

Mengaitkan

Pendapat

Masing-masing

Siswa

Menanggapi

Jawaban Atau

Pendapat Siswa

Lain

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

Jumlah

Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat

pada petunjuk pengamatan aspek aktif di bawah ini!

a. Seluruh Siswa Aktif Mengaitkan pengalaman Dengan materi Pada Saat Melakukan Eksperimen

1 = siswa tidak melakukan kegiatan eksperimen

2 = siswa melakukan eksperimen tetapi tidak bekerjasama dengan kelompoknya

3 = siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya pada saat melakukan eksperimen, tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah kegiatan

4 = siswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya pada saat melakukan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah kegiatan

b. Setiap Kelompok Berdiskusi Untuk Mengisi LKS dan Menyimpulkan Hasil Eksperimen

1 = siswa tidak mengisi LKS dan tidak menyimpulkan hasil eksperimen

2 = siswa hanya mengisi LKS atau hanya menyimpulkan hasil eksperimen tanpa diskusi kelompok

3 = siswa mengisi LKS dan menyimpulkan hasil eksperimen tanpa diskusi kelompok

4 = siswa melakukan diskusi kelompok untuk mengisi LKS dan menyimpulkan hasil eksperimen

c. Seluruh Siswa Mengerjakan Latihan Soal

Lampiran A.2.1

112

1 = siswa tidak mengerjakan latihan soal

2 = siswa mengerjakan latihan soal tetapi asal-asalan

3 = siswa mengerjakan latihan soal sambil melihat pekerjaan teman

4 = siswa mengerjakan latihan soal dengan sungguh-sungguh

d. Siswa Aktif Mengaitkan Pertanyaan Dengan Materi

1 = siswa tidak mengajukan pertanyaan

2 = siswa mengajukan pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran

3 = siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain

4 = siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain

e. Siswa Aktif Mengaitkan Pendapat Masing-masing

1 = siswa tidak mengutarakan pendapat

2 = siswa mengutarakan pendapat yang tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran

3 = siswa mengutarakan pendapat sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan siswa yang lain

4 = siswa mengutarakan pendapat sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang lain

f. Siswa Menanggapi Jawaban Atau Pendapat Siswa Lain

1 = siswa tidak menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain

2 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran

3 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran tetapi tidak di depan

siswa yang lain

4 = siswa menanggapi jawaban atau pendapat siswa lain sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran di depan siswa yang

lain

113

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Mengalami

Pertemuan Ke : …

No. Nama Kelompok

Mengalami

Mengartikulasikan Hasil Kegiatan Eksperimen Dengan

Menghubungkan Informasi Baru Dengan Pengalaman

Maupun Pengetahuan Sebelumnya.

Siswa Mengunjungi Tempat-tempat yang

Berhubungan Dengan Konsep Fisika yang Sedang

Dipelajari, dan Mengungkapkan Pengalamannya

1 2 3 4 1 2 3 4

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

Jumlah

Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat

pada petunjuk pengamatan aspek inovatif di bawah ini!

a. Mengartikulasikan Hasil Kegiatan Eksperimen Dengan Menghubungkan Informasi Baru Dengan Pengalaman Maupun Pengetahuan

Sebelumnya.

1 = siswa tidak membuat atau menghubungkan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika

2 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika tetapi asal-asalan

3 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika dengan meniru format dan kalimat orang lain

4 = siswa membuat hubungan tentang hasil kegiatan eksperimen maupun tentang pengetahuan fisika dengan format dan kalimat sendiri

b. Siswa Mengunjungi Tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya

1 = siswa tidak pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika

2 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, tetapi tidak mengungkapkan pengalamannya

114

3 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya tetapi tidak di depan

siswa lain

4 = siswa pernah mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan konsep fisika, dan mengungkapkan pengalamannya di depan siswa lain

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Menerapkan

Pertemuan Ke : …

No. Nama Kelompok

Menerapkan

Siswa Mampu Merancang

Alat dan Bahan Eksperimen

Siswa Mampu

Mengembangkan Alat dan

Bahan Eksperimen

Memberikan Kontribusi

Ide Pemecahan Masalah

Menghasilkan Gagasan dan

Pendapat yang Bervariasi

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

Jumlah

Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat

pada petunjuk pengamatan aspek kreatif di bawah ini!

a. Siswa Mampu Merancang Alat dan Bahan Eksperimen

1 = siswa tidak merancang alat dan bahan eksperimen

2 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen tetapi tidak sesuai dengan langkah-langkah kegiatan

3 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah kegiatan tetapi tidak hati-hati

4 = siswa merancang alat dan bahan eksperimen dengan baik dan benar

b. Siswa Mampu Mengembangkan Alat dan Bahan Eksperimen

115

1 = siswa tidak melakukan kegiatan apapun

2 = siswa tidak mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen

3 = siswa mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen tetapi tidak sesuai dengan konsep dan tujuan eksperimen

4 = siswa mampu mengembangkan alat dan bahan eksperimen sesuai dengan konsep dan tujuan eksperimen

c. Memberikan Kontribusi Ide Pemecahan Masalah

1 = siswa tidak memberikan kontribusi ide pemecahan masalah

2 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah tetapi tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi

3 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi tetapi tidak di depan siswa lain

4 = siswa memberikan kontribusi ide pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi di depan siswa lain

d. Menghasilkan Gagasan dan Pendapat Yang Bervariasi

1 = siswa diam saja

2 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang tidak bervariasi

3 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang bervariasi tetapi tidak sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran

4 = siswa menghasilkan gagasan dan pendapat yang bervariasi sesuai dengan konsep yang sedang dipelajari/kegiatan pembelajaran

116

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Kerjasama

Pertemuan Ke : …

No. Nama Kelompok

Kerjasama

Siswa Memanfaatkan

Dengan Baik dan tidak

banyak bercanda/bersantai

Siswa Mengumpulkan dan

Menyelesaikan tugas maupun

LKS dengan baik dan tepat waktu

Siswa Memahami dan

Melaksanakan Instruksi

Guru

Siswa Memahami Tujuan

Pembelajaran

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

Jumlah

Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat

pada petunjuk pengamatan aspek efektif di bawah ini!

a. Siswa Memanfaatkan Dengan Baik dan tidak banyak bercanda/bersantai

1 = siswa banyak ngobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung

2 = siswa tidak banyak ngobrol dan bercanda pada saat pembelajaran berlangsung

3 = siswa memanfaatkan waktu dengan memperhatikan penjelasan guru

4 = siswa memanfaatkan waktu dengan memperhatikan penjelasan guru dan mencatat konsep yang dijelaskan

b. Siswa Mengumpulkan dan Menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu

1 = siswa tidak mengumpulkan tugas maupun LKS

2 = siswa telat mengumpulkan tugas maupun LKS

3 = siswa mengumpulkan tugas maupun LKS tepat waktu tetapi belum tuntas

4 = siswa mengumpulkan dan menyelesaikan tugas maupun LKS dengan baik dan tepat waktu

c. Siswa Memahami dan Melaksanakan Instruksi Guru

1 = siswa tidak memahami dan tidak melaksanakan instruksi guru

117

2 = siswa memahami tetapi tidak melaksanakan instruksi guru

3 = siswa tidak memahami instruksi guru tetapi berusaha melaksanakannya

4 = siswa memahami dan melaksanakan instruksi guru dengan baik

d. Siswa Memahami Tujuan Pembelajaran

1 = siswa tidak memahami tujuan pembelajaran

2 = siswa hanya mengikuti teman-teman yang lain

3 = siswa tidak memahami tujuan pembelajaran tetapi berusaha mengikuti dan memahami

4 = siswa memahami tujuan pembelajaran

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Mentransfer

Pertemuan Ke : …

No. Nama Kelompok

Mentransfer

Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun

Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang,

Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam

Siswa Berani Mencoba

dan Berbuat

Terkesan Selama Proses

Pembelajaran, Sehingga Merasa

Ketagihan Untuk Belajar

118

Kegiatan Pembelajaran

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

Jumlah

Keterangan: Berilah Penilaian dengan menggunakan ceklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan indikator-indikator yang telah

dibuat pada petunjuk pengamatan aspek menyenangkan di bawah ini!

a. Menunjukkan Sikap Tubuh Maupun Ekspresi Wajah Ceria dan Tidak Tegang, Serta Tertarik Untuk Terlibat Dalam Kegiatan

Pembelajaran

1 = siswa tidak menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, serta tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan

pembelajaran

2 = siswa tidak menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, tetapi tertarik untuk terlibat dalam kegiatan

pembelajaran

3 = siswa menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, tetapi tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan

pembelajaran

4 = siswa menunjukkan sikap tubuh maupun ekspresi wajah ceria dan tidak tegang, serta tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran

b. Siswa Berani Mencoba dan Berbuat

1 = siswa diam saja

2 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran setelah diawali oleh siswa yang lain

3 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran jika diinstruksikan oleh guru

4 = siswa berani mencoba atau berbuat sesuai dengan kegiatan pembelajaran secara mandiri

c. Terkesan Selama Proses Pembelajaran, Sehingga Merasa Ketagihan Untuk Belajar

1 = tidak terkesan selama proses pembelajaran, sehingga tidak merasa ketagihan untuk belajar

2 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, tetapi tidak merasa ketagihan untuk belajar

119

3 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, tetapi berusaha mencoba untuk tetap belajar

4 = siswa terkesan selama proses pembelajaran, sehingga merasa ketagihan untuk belajar

Tangerang, Februari 2011

Observer

……………………………

120

Lampiran B.1 :

1. Lampiran B.1.1 : Silabus Kelas Eksperimen

2. Lampiran B.1.2 : Silabus Kelas Kontrol

3. Lampiran B.1.3 : RPP Kelas Eksperimen

4. Lampiran B.1.4 : RPP Kelas Kontrol

5. Lampiran B.1.5 : LKS

6. Lampiran B.1.6 : Materi Wujud Zat

LAMPIRAN B

BERKAS PENLITIAN

121

SILABUS

SATUAN PENDIDIKAN : SMP AL-FATH

MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

KELAS : VII

SEMESTER : II (dua)

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok/

Pembelajara

n

Kegiatan pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik Bentuk

Instrum

en

Contoh Instrumen

3.1 Menyelidiki

sifat-sifat zat

berdasarkan

wujudnya dan

penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari

Wujud Zat

- Melakukan percobaan

perubahan wujud zat

- Mendiskusikan materi

gaya tarik antar

partikel

- Mengamati perbedaan

kohesi dan adhesi

melalui percobaan

- Mengaplikasikan

peristiwa kapilaritas

- Menyelidiki

perubahan wujud

suatu zat

- Menafsirkan gaya

tarik antar partikel

pada berbagai

wujud zat melalui

penalaran

- Membedakan

kohesi dan adhesi

berdasarkan

pengamatan

Tes

tertulis

Tes

Unjuk

kerja

Tes

tertulis

Tes

PG

Uji petik

kerja

prosedur

Uraian

Uraian

Pada proses

pengelasan logam

terjadi peristiwa . . . .

a. pelelehan c.

penguapan

b. pembekuan d.

penyubliman

Penelitian

membekukan air

panas lebih cepat

daripada air dingin.

Mengapa cat besi

mudah terkelupas

jika digunakan untuk

4 × 40’

Buku IPA

Fisika Jl.1

(Esis) hlm

65-76, Buku

Kerja, alat-

alat

praktikum

Lampiran B.1.1

122

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok/

Pembelajara

n

Kegiatan pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik Bentuk

Instrum

en

Contoh Instrumen

- Mengkaitkan

peristiwa kapilaritas

dalam peristiwa

kehidupan sehari-

hari

tertulis mengecat tembok?

Mengapa minyak

tanah dapat

merambat naik di

sepanjang sumbu

kompor?

3.2

Mendeskripsikan

konsep massa

jenis dalam

kehidupan

sehari-hari

Massa Jenis

- Melakukan percobaan

menentukan massa

jenis berbagai zat

dengan menggunakan

alat-alat.

- Mengaplikasikan

konsep massa jenis

dalam kehidupan

sehari-hari.

- Menjelaskan dari

hasil percobaan

bahwa massa jenis

adalah salah satu

ciri khas suatu zat

- Menghitung massa

jenis suatu zat

- Menggunakan

konsep massa jenis

untuk berbagai

penyelesaian

masalah dalam

kehidupan sehari-

hari

Tes

Unjuk

kerja

Tes

tertulis

Tes

tertulis

Uji petik

kerja

prosedur

Uraian

Uraian

Penelitian mengamati

campuran dua buah

larutan yang berbeda

massa jenisnya.

Sebuah tabung

berbentuk silinder

mempunyai diameter

7 cm dan tinggi 15

cm. Tabung tersebut

memiliki massa 1,56

kg. Terbuat dari

apakah tabung

tersebut?

Mengapa air laut di

muara sungai tidak

dapat segera

bercampur dengan air

sungai?

4 × 40’

Buku IPA

Fisika Jl.1

(Esis) hlm

77-88, Buku

Kerja, alat-

alat

praktikum

123

Kompetensi

Dasar

Materi

Pokok/

Pembelajara

n

Kegiatan pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik Bentuk

Instrum

en

Contoh Instrumen

Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011

Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA

Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi

124

Silabus IPA VII SMP AL-FATH

SILABUS

SATUAN PENDIDIKAN : SMP AL-FATH

MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

KELAS : VII

SEMESTER : II (dua)

Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompete

nsi Dasar Indikator

Materi

Pokok Kegiatan Pembelajaran

Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Penilaian

Teknik Bentuk

Instrumen

Contoh Instrumen

Menyelidi

ki sifat-

sifat zat

berdasarka

n

wujudnya

dan

penerapan

nya dalam

kehidupan

sehari-hari

o Menyelidiki

perubahan wujud suatu

zat

o Menafsirkan susunan

gerak pertikel pada

berbagai wujud zat

melalui penalaran

o Membedakan kohesi

dan adhesi

berdasarkan

pengamatan

o Mengkaitkan peristiwa

kapilaritas dalam

peristiwa kehidupan

sehari-hari

Wujud

Zat

o Melakukan percobaan

perubahan wujud zat

o Mendiskusikan materi

susunan partikel

o Mengamati perbedaan kohesi

dan adhesi melalui percobaan

o Mengaplikasikan peristiwa

kapilaritas

4 X 40’

LKS

Alat

laboratorium

Buku yang

relevan

Tes

tertulis

dan

lisan

Praktikum

Diskusi

Presentasi

Pilihan

ganda

Uraian

Hujan merupakan

peristiwa;

a. menguap,

mengembun

b. menguap, melebur

c. melebur, mengembun

d. mengembun, melebur

Gaya tarik antar

partikel pada zat padat

adalah ....

a. sangat kuat

b. kurang kuat

c. tidak tentu

d. selalu berubah

Lakukan percobaan

adhesi dan kohesi

menggunakan alat dan

bahan yang disediakan

Lampiran B.1.2

125

Silabus IPA VII SMP AL-FATH

Mengapa pada musim

hujan tembok menjadi

lembab ?

Mendeskri

psikan

konsep

massa

jenis

dalam

kehidupan

sehari-hari

o Menyimpulkan dari

berbagai percobaan

bahwa massa jenis

adalah salah satu ciri

khas suatu zat

o Menghitung massa

jenis suatu zat

o Menggunakan konsep

massa jenis untuk

berbagai penyelesaian

masalah dalam

kehidupan sehari-hari

Massa

jenis

Menurunkan rumus massa

jenis

Melakukan percobaan untuk

menghitung massa jenis zat

Mencari aplikasi dalam

kehidupan sehari-hari

4 X 40’

LKS

Alat lab

Logam, batu

dan benda

lain

Tes

tertulis

dan

lisan

Uji kerja

Tugas/

project

Presentasi

Uraian

Pilihan

ganda

Ukurlah volum balok

kayu

Hitunglah massa

jenisnya!

Jelaskan mengapa kapal

yang terbuat dari logam

dapat terapung di air!

Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011

Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA

Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi

126

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA

KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH AL-FATH

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

MATERI:

WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA

(Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya, Kohesi, Adhesi dan Kapilaritas)

Waktu : 2 x 40 Menit

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar : 3.1. Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Indikator 1. Menyelidiki perubahan wujud suatu zat

2. Menafsirkan susunan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran

3. Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan

4. Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari

Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :

a) Menyelidiki perubahan wujud suatu zat

b) Menafsirkan susunan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran

c) Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan

d) Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari

Strategi / Model Pembelajaran Pendekatan : CTL

Metode : Diskusi-Informasi, Percobaan

Model : Ceramah Bervariasi dan Kooperatif Learning

Langkah-langkah Pembelajaran :

Lampiran B.1.3

127

PERTEMUAN I

TAHAPAN KEGIATAN

METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA

Introduction

( Pendahuluan)

- Guru masuk dengan

mengucap salam, bersama

siswa memulai

pembelajaran dengan doa,

dan memeriksa kehadiran

siswa

- Siswa menjawab salam guru,

memulai pembelajaran

dengan doa dipimpin oleh

ketua kelas, kemudian

menjawab panggilan guru

ketika guru memeriksa

kehadiran siswa

Diskusi

10 Menit

Connection

(Menghubungkan)

- Guru memulai

pembelajaran dengan

terlebih dahulu

menjelaskan prinsip

pendekatan CTL melalui

eksperimen sederhana

- Guru membimbing peserta

didik dalam pembentukan

kelompok.

- Guru memberitahu siswa

materi yang akan

dipelajari dan

menginstruksikan siswa

membawa alat dan bahan

untuk kegiatan eksperimen

sub konsep wujud zat

untuk pertemuan

berikutnya

- Guru menginstruksikan

- Siswa menyimak penjelasan

guru tentang pembelajaran

yang akan dilaksanakan

- Siswa membentuk kelompok

dan organisasi kelompok,

- Mencatat anggota

kelompoknya dan

menyerahkan kepada guru

- Siswa menyimak instruksi

guru dan mempersiapkan alat

dan bahan untuk kegiatan

eksperimen pada pertemuan

berikutnya bersama

kelompoknya masing-masing

Eksperimen

Tanya jawab

Soal

60 Menit Pengetahuan Kognitif

128

kepada siswa untuk duduk

bersama kelompoknya

masing-masing pada

pertemuan berikutnya

Aplication

(Menerapkan) - Memberi kesempatan

kepada siswa untuk

bertanya apabila ada

instruksi guru yang kurang

dipahami

- Menutup pembelajaran

dengan doa

- Meninggalkan kelas

dengan mengucap salam

- Siswa bertanya apabila ada

instruksi guru yang kurang

dipahami

- Menutup pembelajaran

dengan doa

- Menjawab salam guru Tanya Jawab

10 Menit

PERTEMUAN II

Introduction

( Pendahuluan)

Motivasi dan Apresiasi

Guru mengajukan Pertanyaan

apresiasi dari meteri Wujud z

at dan perubahannya

- Mengapa air dapat naik

pada dinding rumah,

sumbu kompor tidak

mudah habis meskipun

terbakar.

- Apa yang dimaksud

dengan wujud zat?

- Bagaimanakah sifat-sifat

Siswa menyimak pertanyaan

guru dan menjawab.

Tanya Jawab

5’

Pengetahuan siswa (Kognitif)

Dari pertanyaan yang diajukan

oleh guru:

- Mengapa air dapat naik

pada dinding rumah, sumbu

kompor tidak mudah habis

meskipun terbakar.

- Apa yang dimaksud dengan

wujud zat?

- Bagaimanakah sifat-sifat

suatu benda?

129

suatu benda?

Prasyarat Pengetahuan

Guru mengajukan pertanyaan

prasyarat meteri

5’

Connection

(Menghubungkan)

a. Guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok

b. Siswa melakukan

percobaan untuk mengamati

peristiwa kohesi, adhesi dan

kapilaritas

c. Siswa melakukan diskusi

tentang hasil

pengamatannya dilanjutkan

dengan presentasi

kelompok

a. Siswa dibimbing

mendiskusikan materi yang

sedang diajarkan

b. Siswa mengamati percobaan

peristiwa kohesi,adhesi, dan

kapilaritas.

c. Siswa mempersentasikan

hasil percobaan.

Percobaan dan

Diskusi

50’ Keterampilan Proses

(Psikomotorik)

Mengisi LKS Percobaan.

Aplication

(Menerapkan)

a. Guru Memberikan aplikasi

soal.

b. Guru memberikan latihan

soal.

c. Melalui bimbingan guru

siswa menyimpulkan hasil

belajar.

d. Guru memberikan tugas

rumah.

a. Siswa Menyimak contoh soal

yang diberikan oleh guru.

b. Siswa mengerjakan soal

yang telah diajukan oleh guru. c. Siswa menyimpulkan materi

yang telah diajarkan.

Ceramah dan

Pemahaman

konsep

20’ Penilaian Kognitif :

A. Sumber Belajar 1. Sumber buku yang relevan

2. LKS Fisika

3. Alat dan bahan percobaan

130

B. Penilaian 1. Teknik : Test tertulis dan tes untuk kerja

2. Bentuk : Uraian dan uji petik kerja prosedur

3. Instrumen :

Contoh intrumen:

1. Hujan merupakan peristiwa.....

a. Menguap, mengembun

b. Menguap, melebur

c. Melebur, mengembun

d. Mengembun, melebur

2. Gaya tarik antar partikel pada zat padat adalah...

a. Sangat kurang

b. Kurang kuat

c. Tidak tentu

d. Selalu berubah

Lakukan percobaan adhesi dan kohesi dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan. Jelaskan mengapa pada musim hujan

tembok menjadi lembab?

Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011

Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA

Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi

131

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FISIKA

KELAS VII SEMESTER II SEKOLAH AL-FATH

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

MATERI:

WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA

(Massa Jenis)

Waktu : 2 x 40 Menit

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

Kompetensi Dasar : 3.2. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari

Indikator 1. Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat

2. Menghitung massa jenis suatu zat

3. Menentukan jenis zat menggunakan konsep massa jenis

Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :

a) Menyimpulkan dari percobaan bahwa massa jenis adalah salah satu ciri khas suatu zat

b) Menghitung massa jenis suatu zat

c) Menentukan jenia zat menggunakan konsep massa jenis.

Strategi / Model Pembelajaran Pendekatan : CTL

Metode : Diskusi-Informasi, Percobaan

Model : Ceramah Bervariasi dan Kooperatif Learning

Langkah-langkah Pembelajaran :

132

PERTEMUAN III

TAHAPAN KEGIATAN

METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA

Introduction

( Pendahuluan)

Motivasi dan Apresiasi

Guru mengajukan Pertanyaan

apresiasi dari meteri Wujud

zat dan perubahannya

- Zat yang nampaknya sama

terkadang memiliki sifat

yang sedikit berbeda, apa

penyebabnya?

Prasyarat Pengetahuan

Guru mengajukan pertanyaan

prasyarat meteri

Siswa menyimak pertanyaan

guru dan menjawab.

Tanya Jawab

5’

5’

Pengetahuan siswa (Kognitif)

Dari pertanyaan yang diajukan

oleh guru:

- Zat yang nampaknya sama

terkadang memiliki sifat

yang sedikit berbeda, apa

penyebabnya?

Connection

(Menghubungkan)

a. Guru membagi siswa

menjadi beberapa

kelompok

b. Siswa melakukan

percobaan menentukan

massa jenis beberapa zat

dengan cara mengukur

massa dan volume

c. Siswa melakukan diskusi

tentang hasil percobaan

dan menentukan ciri-ciri

khusus zat yang

digunakan untuk

percobaan berdasarkan

a. Siswa dibimbing

mendiskusikan materi yang

sedang diajarkan

b. Siswa mengamati percobaan

penentuan massa jenis

beberapa zat dengan cara

mengukur massa dan

volume..

c. Siswa mempersentasikan

hasil percobaan.

Percobaan dan

Diskusi

50’ Keterampilan Proses

(Psikomotorik)

Mengisi LKS Percobaan.

133

TAHAPAN KEGIATAN

METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA

pengamatan dan

pengukuran

Aplication

(Menerapkan)

a. Guru Memberikan aplikasi

soal.

b. Guru memberikan latihan

soal.

c. Melalui bimbingan guru

siswa menyimpulkan hasil

belajar.

d. Guru memberikan tugas

rumah.

a. Siswa Menyimak contoh soal

yang diberikan oleh guru.

b. Siswa mengerjakan soal yang

telah diajukan oleh guru.

c. Siswa menyimpulkan materi

yang telah diajarkan.

Ceramah dan

Pemahaman

konsep

20’ Penilaian Kognitif :

PERTEMUAN IV

- Guru masuk dengan

mengucapkan salam,

bersama siswa memulai

pembelajaran dengan doa,

dan memeriksa kehadiran

siswa.

- Guru menginstruksikan

kepada siswa untuk

mengumpulkan seluruh

LKS maupun tugas pada

pertemuan sebelumnya

- Siswa menjawab salam guru,

memulai pembelajaran

dengan doa dipimpin oleh

ketua kelas, kemudian

menjawab panggilan guru

ketika guru memeriksa

kehadiran siswa

- Seluruh siswa

mengumpulkan seluruh LKS

maupun tugas yang

ditugaskan pada pertemuan

sebelumnya

134

TAHAPAN KEGIATAN

METODE WAKTU PENILAIAN GURU SISWA

- Guru memberikan reward

kepada kelompok maupun

kepada siswa yang berhasil

dalam kompetisi, dan

mengikuti proses

pembelajaran dengan baik

- Guru dan siswa memajang

hasil karya siswa di mading

kelas

- Guru dan siswa merefleksi

pembelajaran yaitu

mengevaluasi proses

pembelajaran dengan cara

guru memberikan

kesempatan kepada siswa

menyampaikan kesan

selama proses pembelajaran

dan saran agar proses

pembelajaran menggunakan

pendekatan CTL dapat

dilaksanakan lebih baik lagi

- Siswa maupun kelompok

yang berprestasi maju ke

depan kelas untuk menerima

reward dari guru

- Guru dan siswa memajang

hasil karya siswa di mading

kelas

- Siswa melalui tulisan

memberikan kesan selama

proses pembelajaran dan

memberikan saran kepada

guru dalam melaksanakan

pembelajaran khususnya

pembelajaran menggunakan

pendekatan CTL

- Guru beserta siswa

mengakhiri pembelajaran

dengan doa

- Guru meninggalkan kelas

dengan mengucap salam

- Siswa beserta guru

mengakhiri pembelajaran

dengan doa

- Siswa menjawab salam

guru

135

A. Sumber Belajar 1. Sumber buku yang relevan

2. LKS Fisika

3. Alat dan bahan percobaan

B. Penilaian 1. Tes tertulis berupa tes objektif

2. Laporan eksperimen dalam LKS

3. Tugas karya tulis yang dapat dipajang di kelas

4. Observasi aktivitas siswa

5. Bentuk : Uraian dan uji petik kerja prosedur

6. Instrumen :

Contoh intrumen:

Lakukan percobaan massa jenis menggunakan alat dan bahan yang disediakan dan buat kesimpulannya

Berapa massa kayu yang memiliki massa 8 gr dengan volume 10 cm2

Tentukan jenis zat yang disediakan dengan berdasarkan tabel yang tersedia.

Mengetahui, Ciputat Timur, Februari 2011

Kepala SMP Al-Fath Guru Mata Pelajaran IPA

Dra. Ninik Hraiyani Aos Uswadi

137

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK KONTROL

Satuan Pendidikan : SMP AL-FATH

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/ Semester : VII/ II

Konsep Pembelajaran :Wujud Zat

Alokasi Waktu : 8 jam pembelajaran

A. Standar Kompetensi

Memahami wujud zat dan perubahannya.

B. Kompetensi Dasar

3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

3.2. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari

C. Indikator

1. Menyelidiki perubahan wujud zat.

2. Menafsirkan gaya tarik antar-partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran.

3. Membedakan kohesi dan adhesi berdasarkan pengamatan.

4. Mengkaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat:

1. Mengamati perubahan wujud zat.

2. Membuktikan bahwa partikel dapat bergerak.

3. Mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan gerak partikel.

4. Mengamati meniskus pada permukaan zat cair.

5. Mengamati peristiwa kapilaritas pada pipa kapiler yang diameternya berbeda.

6. Menyebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang bekerja berdasarkan efek

kapilaritas.

E. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran : demonstrasi, ceramah, dan latihan soal

F. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1 (2 x 40 jam pelajaran)

No. Tahap

Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Pendahuluan 10 menit

Guru masuk dengan

mengucap salam, bersama

siswa memulai

pembelajaran dengan doa,

dan memeriksa kehadiran

siswa

Guru memperkenalkan diri

Siswa menjawab salam

guru, memulai

pembelajaran dengan doa

dipimpin oleh ketua

kelas, kemudian

menjawab panggilan guru

ketika guru memeriksa

kehadiran siswa

2. Kegiatan Inti 10 menit

Guru memulai

pembelajaran dengan

terlebih dahulu menjelaskan

metode maupun kegiatan

pembelajaran pada konsep

wujud zat (pada zat padat,

cair, dan gas)

Siswa menyimak

penjelasan guru tentang

pembelajaran yang akan

dilaksanakan

20 menit Guru memberikan soal Siswa mengerjakan soal

Lampiran B.1.4

138

pretest tentang konsep

wujud zat benda pada benda

padat, cair, dan gas

pretest

20 menit

Guru membimbing peserta

didik dalam pembentukan

kelompok

Siswa membentuk

kelompok dan organisasi

kelompok

Mencatat anggota

kelompoknya dan

menyerahkan kepada

guru

10 menit

Guru memberitahu siswa

materi yang akan dipelajari

yaitu subkonsep wujud

zatpada benda padat dan

pada benda cair untuk

pertemuan berikutnya

Guru menginstruksikan

kepada siswa untuk duduk

bersama kelompoknya

masing-masing pada

pertemuan berikutnya

Siswa menyimak

instruksi guru

3. Penutup 10 menit

Memberi kesempatan

kepada siswa untuk

bertanya apabila ada

instruksi guru yang kurang

dipahami

Menutup pembelajaran

dengan doa

Meninggalkan kelas dengan

mengucap salam

Siswa bertanya apabila

ada instruksi guru yang

kurang dipahami

Menutup pembelajaran

dengan doa

Menjawab salam guru

Pertemuan Ke-2 (2 x 40 jam pelajaran)

No. Tahap

Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Pendahuluan 15 menit

Guru masuk dengan

mengucap salam, bersama

siswa memulai

pembelajaran dengan doa,

memeriksa kehadiran siswa

dan menjelaskan tujuan

yang hendak dicapai pada

pembelajaran.

Guru menginstruksikan

kepada siswa untuk

berkumpul bersama

kelompoknya masing-

masing

Guru memberikan apersepsi

Siswa menjawab salam

guru, memulai

pembelajaran dengan doa

dipimpin oleh ketua

kelas, kemudian

menjawab panggilan guru

ketika guru memeriksa

kehadiran siswa

139

kepada siswa dengan

bertanya kepada

siswa.”Pernahkah kalian

melihat perjalanan awan

ktika akan hujan?”

Hal tersebut merupakan

contoh sehari-hari yang

berhubungan dengan konsep

wujud zat.

Siswa berkumpul

bersama kelompoknya

masing-masing sesuai

dengan kelompok yang

sudah ditentukan

Siswa mengikuti

jalannya apersepsi

dengan menjawab

pertanyaan yang

diberikan guru

2. Kegiatan Inti

35 menit

Guru memerintahkan

kepada perwakilan dari

kelompok 1 untuk maju ke

depan

Guru meminta perwakilan

kelompok 1 untuk

menunjukkan contoh

perubahan wujud zat dalam

kehidupan sehari-hari

Berikutnya guru

mempersilahkan perwakilan

dari kelompok 2 untuk maju

ke depan

Guru menginstruksikan

untuk melihat permukaan air

yang terjadi dalam tabung

reaksi

Memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya

maupun mengungkapkan

pendapat berkaitan dengan

konsep yang sedang

dijelaskan

Perwakilan dari

kelompok 1 dan 2 untuk

maju ke depan kelas

melaksanakan instruksi

dan menjawab

pertanyaan guru

Siswa memperhatikan

temannya yang

mendemonstrasikan alat

di depan kelas

Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang

perubahan wujud zat.

Siswa mempertanyakan

hal yang kurang

dipahami, dan

mengungkapkan

pendapat tentang konsep

yang sedang dipelajari

20 menit

Guru memperkuat

pemahaman siswa dengan

memberikan latihan soal

Guru bersama siswa

membahas latihan soal dan

menyimpulkan materi yang

telah dipelajari

Siswa mengerjakan

latihan soal

Siswa bersama guru

membahas latihan soal

dan menyimpulkan

materi yang telah

dipelajari

3. Penutup 10 menit

Guru mengingatkan untuk

mempersiapkan materi pada

pertemuan berikutnya, yaitu

mencari massa jenis benda.

Menutup dan mengakhiri

pembelajaran dengan doa

Meninggalkan kelas dengan

mengucap salam

Siswa menyimak

instruksi guru untuk

mempersiapkan materi

massa jenis benda.

Menutup dan mengakhiri

pembelajaran dengan doa

Membalas salam guru

140

Pertemuan Ke-3 (2 x 40 jam pelajaran)

No. Tahap

Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Pendahuluan

10 menit

Guru masuk dengan

mengucap salam, memulai

pembelajaran dengan doa,

memeriksa kehadiran siswa,

dan menjelaskan tujuan

yang hendak dicapai pada

pembelajaran kali ini yaitu

1. Siswa dapat merumuskan

dan dapat menerapkan

konsep kapilaritas dan

massa jenis benda dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Siswa dapat menyelidiki

terjadinya peristiwa

kapilaritas dan massa

jenis

3. Siswa dapat menganalisis

dan menurunkan rumus

massa jenis benda.

Guru menginstruksikan

kepada siswa untuk

berkumpul bersama

kelompoknya masing-

masing

Siswa menjawab salam

guru, memulai

pembelajaran dengan doa

dipimpin oleh ketua

kelas, kemudian

menjawab panggilan guru

ketika guru memeriksa

kehadiran siswa

Siswa berkumpul

bersama kelompoknya

masing-masing

10 menit

Guru menggali pengetahuan

awal siswa tentang konsep

kapilaritas dan massa jenis

benda dengan memberikan

pertanyaan pengantar

Agar siswa lebih mudah

memahami konsep yang

dimaksud, siswa

diinformasikan untuk

menyimak demonstrasi oleh

perwakilan setiap kelompok

di depan kelas

Siswa menjawab

pertanyaan pengantar

konsep Kapilaritas dan

massa jenis benda.

Siswa bersiap-siap untuk

memperhatikan

demonstrasi oleh

perwakilan setiap

kelompok di depan kelas

2. Kegiatan Inti 45 menit

Guru meminta perwakilan

siswa dari kelompok 1

sampai 1 untuk melakukan

demonstrasi di depan kelas

secara bergantian

Perwakilan siswa

melakukan demonstrasi

Perwakilan dari

kelompok 1 sampai 4

untuk maju ke depan

kelas melaksanakan

instruksi dan menjawab

pertanyaan guru

Siswa memperhatikan

141

Pertemuan Ke-4 (2 x 40 jam pelajaran)

No. Tahap

Pembelajaran Waktu Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Pendahuluan 10 menit

Guru masuk dengan

mengucapkan salam,

bersama siswa memulai

pembelajaran dengan doa,

dan memeriksa kehadiran

siswa

Guru menginstruksikan

kepada siswa untuk

mengumpulkan tugas pada

pertemuan sebelumnya

Siswa menjawab salam

guru, memulai

pembelajaran dengan doa

dipimpin oleh ketua

kelas, kemudian

menjawab panggilan guru

ketika guru memeriksa

kehadiran siswa

Seluruh siswa

mengumpulkan tugas

yang ditugaskan pada

pertemuan sebelumnya

2. Kegiatan Inti 10 menit

Guru menginstruksikan

kepada seluruh siswa untuk

merapihkan buku dan

barang-barang yang tidak

diperlukan dalam

Seluruh siswa

merapihkan buku dan

barang-barang yang tidak

diperlukan dalam

melaksanakan posttest

sesuai dengan petunjuk

guru.

Guru mengarahkan peserta

didik pada pemahaman

tentang konsep kapilaritas

dan massa jenis benda.

Memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya

maupun mengungkapkan

pendapat berkaitan dengan

konsep yang dijelaskan

temannya yang

mendemonstrasikan alat

di depan kelas

Siswa memperhatikan

penjelasan guru tentang

penjelasan konsep, selain

itu siswa merangkum dan

mencatat konsep penting

Siswa mempertanyakan

hal yang kurang

dipahami,

mengungkapkan

pendapat berkaitan

dengan konsep yang

dijelaskan

3. Penutup 15 menit

Menyimpulkan konsep yang

telah dipelajari hari ini

Memberitahu kegiatan yang

akan dilakukan untuk

pertemuan berikutnya yaitu

penguatan atau review

konsep wujud zat

Menutup pembelajaran

dengan doa

Meninggalkan kelas dengan

mengucap salam

Menyimpulkan konsep

yang telah dipelajari

Memperhatikan instruksi

guru

Menutup pembelajaran

dengan doa

Membalas salam guru

142

melaksanakan posttest

Guru membacakan

peraturan ketika

mengerjakan soal posttest

Guru membagikan soal

posttest

Siswa memperhatikan

peraturan dalam

mengerjakan soal posttest

Siswa menerima soal

posttest

30 menit

Guru mengawasi siswa

dalam mengerjakan soal

posttest

Siswa mengerjakan soal

posttest

10 menit

Guru memberikan reward

kepada kelompok yang

melakukan demonstrasi di

depan kelas dengan baik

Kelompok yang

berprestasi maju ke

depan kelas untuk

menerima reward dari

guru

3. Penutup 10 menit

Guru beserta siswa

mengakhiri pembelajaran

dengan doa

Guru meninggalkan kelas

dengan mengucap salam

Siswa beserta guru

mengakhiri pembelajaran

dengan doa

Siswa menjawab salam

guru

Sumber Belajar a. Buku IPA Fisika Jl.1 (Esis) halaman 65-76

b. Buku kerja

c. Alat-alat praktikum

Penilaian Hasil Belajar

a. Teknik Penilaian:

- Tes unjuk kerja

- Tes tertulis

b. Bentuk Instrumen:

- Uji petik kerja produk

- PG dan Uraian

c. Contoh Instrumen:

- Contoh tes PG:

Faktor yang menentukan wujud sebuah materi adalah....

a. gerak Brown c. gaya ikat antar-molekul

b. adhesi d. kohesi

- Contoh tes Uraian:

Minyak wangi ketika berada di udara terbuka akan cepat habis. Mengapa demikian?

Jakarta, Februari 2011

Guru Mata Pelajaran IPA

Aos Uswadi

143

Worksheet

Wujud Zat, Miniskus Cembung dan Cekung, Kapilaritas, Massa Jenis

1. Wujud Zat

Ciri-ciri Zat Padat Zat Cair Gas

Volume

Bentuk

Gerak Partikel

Gaya tarik menarik

Jarak antar partikel

2. Perubahan Wujud Zat

3. Manakah perubahan yang membutuhkan kalor? Berilah contoh masing-masing 2!

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

4. Manakah perubahan yang melepaskan kalor? Berilah contoh masing-masing 2!

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

5. Carilah contoh dalam kehidupan sehari yang termasuk zat padat, zat cair, dan zat gas

masing-masing 5!

NO Zat Padat Zat Cair Gas

1

2

3

4

5

GAS

CAIR PADAT

Lampiran B.1.5

144

6. Adhesi dan Kohesi

Gaya Definisi dan Contoh

Gaya Adhesi

Gaya Kohesi

Gaya Kapiler

7. Miniskus Cembung dan Miniskus kecung

8. Massa Jenis

Soal

Sebuah balok dengan ukuran panjang 7 cm dan lebar 5 cm mempunyai massa 60 gram dan

massa jenis 5.000 kg/m3. Berapakah tinggi balok tersebut?

145

LKS (LEMBAR KERJA SISWA)

Kegiatan eksperimen Adhesi dan Kohesi

SMP Al-Fath Cireundeu

Name : …………………………………

Grade : …………………………………

A. Tujuan

B. Alat dan bahan

C. Langkah Kerja

1. Siapkan 2 tabung reaksi, air, dan minyak goreng!

2. Tuangkan air ke dalam tabung reaksi pertama dan amati bagaimana bentuk

permukaan airnya! Masukkan hasil pengamatanmu ke dalam tabel.

3. Olesi tabung reaksi kedua dengan minyak goreng!

4. Kemudian tuangkan air ke dalam tabung reaksi kedua dan amati

5. bagaimana bentuk permukaan airnya! Masukkan hasil pengamatanmu ke dalam tabel.

Zat Cair Zat Tabung Reaksi Keterangan

Air Tabung kaca

Air Tabung kaca yang diolesi

oleh minyak

Pernahkah kalian memperhatikan bagaimana bentuk

berkas atau noda yang ditimbulkan oleh air pada ker

tas koran ? Tetesan air berbentuk bulat tetapi setelah

jatuh pada permukaan ker tas koran berkasnya akan

melebar berbentuk lonjong. Mengapa demikian?

Untuk menjelaskan konsep massa jenis, lakukanlah

eksperimen berikut!

146

D. Gambarlah Hasil Pengamatan Kalian

E. Pertanyaan

1. Lihatlah hasil pengamatanmu di tabel, bagaimana permukaan air yang tidak diolesi

minyak? Mengapa demikian!________________________________________________

_______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

2. Lihatlah hasil pengamatanmu di tabel, bagaimana permukaan air yang sudah diolesi

minyak? Mengapa demikian!________________________________________________

_______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

3. Apa yang dimaksud dengan adhesi dan kohesi? Berilah contoh dalam kehidupan sehari-

hari!___________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

4. Apa yang dimaksud dengan meniskus cekung, meniskus cembung, kapilaritas?________

_______________________________________________________________________

_______________________________________________________________________

147

LKS (LEMBAR KERJA SISWA)

Kegiatan eksperimen Massa Jenis Zat

SMP Al-Fath Cireundeu

Name : …………………………………

Grade : …………………………………

A. Tujuan

B. Alat dan bahan

C. Langkah Kerja

a. Siapkan neraca dan gelas ukur yang sudah terisi air.

b. Timbanglah massa batu, pecahan genteng, paku dan kayu kubus. Catatlah hasilnya pada

tebel.

c. Timbanglah volume semua benda tersebut lalu catata hasilnya pada tabel.

No Nama Benda Massa (gram) Volume (cm)3 Massa Jenis

D. Pertanyaan

Kalian pasti tahu bentuk suatu benda berdasarkan

sifat zat yang dimiliki suatu benda? tetapi belum

pernah tau bagaimana massa jenis pada sebuah

benda. Kita akan mengetahui massa jenis suatu

benda dari massa benda itu sendiri dan volumenya.

Untuk menjelaskan konsep massa jenis, lakukanlah

eksperimen berikut!

148

1. Lihatlah hasil pengamatanmu, bandingkan nilai m/V pada tap benda! Bagaimanakah

hasilnya?apa yang dapat kamu simpulkan?___________________________________

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

2. massa dibagi volume (m/V) adalah rumus untuk menghitung____________________

_____________________________________________________________________

3. Coba masukkan paku ke air? Apa yang terjadi dengan paku tersebut?Mengapa

demikian?____________________________________________________________

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

4. Coba masukkan kubus kayu ke air? Apa yang terjadi dengan kubus kayu?Mengapa

demikian?____________________________________________________________

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

149

Wujud Zat

Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari. Misalnya

pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas, es, baja, dan

daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan, yaitu benda-benda

tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air di dalam gelas, menempati

ruang bagian dalam gelas itu, batu di pinggir jalan menempati ruang di pinggir jalan di mana

ruangan itu tidak ditempati oleh benda lain sebelum batu itu disingkirkan.

Udara dalam balon menempati ruang bagian dalam balon itu. Manusia juga

menempati ruang, misalkan dalam lift hanya cukup ditempati paling banyak 10 orang

dewasa, lebih dari itu ruang dalam lift tidak mencukupi lagi. Benda atau zat juga memiliki

massa, sebagai contoh batu bila ditimbang dengan neraca menunjukkan nilai massa tertentu.

Balon berisi udara bila dibandingkan massanya dengan balon yang kempis, akan lebih berat

balon berisi udara. Hal itu menunjukkan bahwa udara memiliki massa. Dapat disimpulkan

bahwa zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruangan. Menurut wujudnya

zat digolongkan menjadi tiga yaitu

1. Zat Padat Ciri zat padat yaitu bentuk dan volumenya tetap. Contohnya kelereng yang

berbentuknya bulat, dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula dengan

volumenya. Volume kelereng akan selalu tetap walaupun berpindah tempat ke dalam

gelas. Hal ini disebabkan karena daya tarik antarpartikel zat padat sangat kuat. Pada

umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir atau garam dapur) atau amorf

(seperti kaca dan batu granit). Partikel zat padat memiliki sifat seperti berikut:

a. Letaknya sangat berdekatan

b. Susunannya teratur

c. Gerakannya tidak bebas, hanya bergetar dan berputar di tempatnya

2. Zat Cair Zat cair memiliki volume tetap tetapi bentuk berubah-ubah sesuai dengan yang

ditempatinya. Apabila air dimasukkan ke dalam gelas, maka bentuknya seperti gelas,

apabila dimasukkan ke dalam botol akan seperti botol. Tetapi volumenya selalu tetap.

Hal ini disebabkan partikel-partikel penyusunnya agak berjauhan satu sama lain. Selain

itu, partikelnya lebih bebas bergerak karena ikatan antar partikelnya lemah. Partikel zat

cair memiliki sifat seperti berikut:

a. Letaknya berdekatan

b. Susunannya tidak teratur

c. Gerakannya agak bebas, sehingga dapat bergeser dari tempatnya, tetapi tidak lepas

dari kelompoknya

3. Zat Gas Ciri dari gas di antaranya bentuk dan volume berubah sesuai dengan tempatnya.

Gas yang terdapat di balon memiliki bentuk dan volume yang sama dengan balon. Gas

yang terdapat di dalam botol, bentuk dan volumenya sama dengan botol. Partikel-partikel

gas bergerak acak ke segala arah dengan kecepatan bergantung pada suhu gas, akibatnya

volumenya selalu berubah. Partikel zat gas memiliki sifat seperti berikut:

a. Letaknya sangat berjauhan

Lampiran B.1.6

b

150

b. Susunannya tidak teratur

c. Gerakannya bebas bergerak, sehingga dapat bergeser dari tempatnya dan lepas dari

kelompoknya, sehingga dapat memenuhi ruangan

Perubahan Wujud Zat Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan akan

mencair. Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air

didinginkan menjadi embun dan kembali menjadi air. Air didinginkan menjadi es. Proses

perubahan wujud zat tersebut dapat diamati pada diagram.

Berdasarkan diagram tersebut, zat dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Membeku yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat

2. Mencair atau melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair

3. Menyublim (mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat

4. Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas

5. Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas

6. Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair

Latihan Yuk!!

1. Pada saat cuaca mendung dan hampir turun hujan, mengapa kita sering merasa gerah

dan kepanasan?

2. Apabila es dalam ruang tertutup dipanaskan terus menerus akan mengalami

perubahan wujud menjadi air dan kemudian menjadi uap air. Apa yang terjadi pada

uap air itu bila pemanasan dilakukan terus tiada henti? Tingkatan wujud apakah

sesudah wujud gas?Jelaskan keadaan partikel-partikelnya!

3. Berdasarkan skema perubahan wujud zat, sebutkan perubahan wujud apa saja yang

memerlukan panas dan yang melepaskan panas?

151

Adhesi dan Kohesi Hal lain yang dapat kita ketahui adalah adanya tarik-menarik antar partikel. Gaya

tarik-menarik antarpartikel dapat terjadi antara partikel-partikel yang sejenis dan antara

partikel-partikel yang tidak sejenis. Setetes air yang jatuh di kaca meja akan berbeda

bentuknya bila dijatuhkan pada sehelai daun talas. Mengapa demikian?

Antara molekul-molekul air terjadi gaya tarik-menarik yang disebut dengan gaya

kohesi molekul air. Gaya kohesi diartikan sebagai gaya tarik menarik antara partikel-

partikel zat yang sejenis. Pada saat air bersentuhan dengan benda lain maka molekul

molekul bagian luarnya akan tarik-menarik dengan molekul-molekul luar benda lain

tersebut. Gaya tarik-menarik antara partikel zat yang tidak sejenis disebut gaya adhesi.

Gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca berbeda dibandingkan gaya adhesi

antara molekul air dengan molekul daun talas. Demikian pula gaya kohesi antar molekul

air lebih kecil daripada gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca. Itulah

sebabnya air membasahi kaca dan berbentuk melebar. Namun air tidak membasahi daun

talas dan tetes air berbentuk bulat-bulat menggelinding di permukaan karena gaya kohesi

antarmolekul air lebih besar daripada gaya adhesi antara molekul air dan molekul daun

talas.

1. Gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik dua partikel atau lebih dari partikel yang tidak

sejenis. Mengakibatkan sebuah zat dapat menempel pada zat yang lain. Contoh: Air

dapat menempel di kaca.

2. Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik dua partikel atau lebih dari partikel yang

sejenis. Mengakibatkan sebuah zat tidak dapat menempel pada zat yang lain. Contoh:

Air tidak dapat menempel pada daun talas.

Meniskus Gaya kohesi maupun gaya adhesi juga mempengaruhi bentuk permukaan zat cair

dalam wadahnya. Misalkan ke dalam dua buah tabung reaksi masing-masing diisikan air

dan raksa. Apa yang terjadi? Permukaan air dalam tabung reaksi berbentuk cekung

disebut meniskus cekung, sedangkan permukaan raksa dalam tabung reaksi berbentuk

cembung disebut meniskus cembung.

Hal itu dapat dijelaskan bahwa gaya adhesi molekul air dengan molekul kaca lebih

besar daripada gaya kohesi antar molekul air, sedangkan gaya adhesi molekul raksa

dengan molekul kaca lebih kecil daripada gaya kohesi antara molekul raksa. Meniskus

cembung maupun meniskus cekung menyebabkan sudut kontak antara bidang wadah

152

(tabung) dengan permukaan zat cair berbeda besarnya. Meniskus cembung menimbulkan

sudut kontak tumpul (> 90^o), sedangkan meniskus cekung menimbulkan sudut kontak

lancip (< 90^o)

Kapilaritas

Gaya kohesi dan gaya adhesi berpengaruh pada gejala kapilaritas. Kapilaritas

adalah gejala naik atau turunnya cairan di dalam pipa kapiler atau pipa kecil. Sebuah

pipa kapiler kaca bila dicelupkan pada tabung berisi air akan dijumpai air dapat naik ke

dalam pembuluh kaca pipa kapiler, sebaliknya bila pembuluh pipa kapiler dicelupkan

pada tabung berisi air raksa akan dijumpai bahwa raksa di dalam pembuluh kaca pipa

kapiler lebih rendah permukaannya dibandingkan permukaan raksa dalam tabung.

Jadi, kapilaritas sangat tergantung pada kohesi dan adhesi. Air naik dalam

pembuluh pipa kapiler dikarenakan adhesi sedangkan raksa turun dalam pembuluh pipa

kapiler dikarenakan kohesi. Sekarang banyak dikembangkan teknologi yang

mendasarkan pada gaya adhesi maupun kohesi. Beberapa tekstil kain tiruan

menghasilkan kain yang kohesif terhadap debu. Jadi, pakaian dari bahan tersebut tidak

mudah kotor. Di lain pihak, banyak ditemukan bahan-bahan adhesif serbaguna, lem

alteco, dan sejenisnya sangat berguna bagi kehidupan. Bahkan, luka bekas operasi

sekarang tidak perlu dijahit melainkan cukup dilem dengan lem khusus yang adhesif

dengan jaringan kulit dan otot. Beberapa contoh gejala kapilaritas yang berkaitan dengan

peristiwa alam yaitu:

1. peristiwa naiknya air dari ujung akar ke daun pada tumbuhan

2. naiknya minyak tanah pada sumbu kompor

3. basahnya tembok rumah bagian dalam ketika hujan. Ketika terkena hujan, tembok

bagian luar akan basah, kemudian merembes ke bagian yang lebih dalam.

153

Latihan Yuk!!

1. Jelaskan mengapa tulisan kapur dapat menempel di papan tulis?

2. Sebutkan 3 contoh peristiwa yang menunjukkan adhesi lebih besar dari kohesi?

3. Sebutkan 3 contoh peristiwa yang menunjukkan kohesi lebih besar dari adhesi?

4. Jelaskan mengapa air yang dituangkan dalam gelas berbentuk meniskus cekung,

sedangkan air raksa berbentuk meniskus cembung?

5. Apa yang dimaksud dengan kapilaritas?

6. Sebutkan tiga contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari!

Massa Jenis apaan sih?

Kamu tentu pernah minum air es atau es teh. Perhatikan, mengapa es batu selalu

mengapung dalam air? Pernahkah kamu mencampur air dan minyak tanah? Mengapa

minyak tanah selalu berada di atas air? Semua logam tenggelam di air, tetapi kayu atau

gabus terapung di air. Apa yang menyebabkan semua ini? Untuk menemukan

jawabannya kamu dapat melakukan percobaan berikut.

Dengan memperhatikan hasil kegiatan percobaan tadi, diskusikan kembali tentang

permisalan dua kantong plastik ukuran sama yang diisi kapas dan pasir, ketika kamu

membahas massa. Meskipun volumenya sama, yaitu satu kantong plastik, ternyata pasir

memiliki massa yang lebih besar dibanding kapas. Berdasarkan hal ini, dikatakan massa

jenis pasir lebih besar daripada massa jenis kapas. Massa jenis merupakan perbandingan

antara massa dan volume.

Massa jenis benda sering disebut dengan kerapatan benda dan merupakan ciri khas

setiap jenis benda. Massa jenis tidak tergantung pada jumlah benda. Apabila jenisnya

sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Misalnya, setetes air dan seember air

mempunyai nilai massa jenis sama yaitu 1 gram/cm^3. Berbagai logam memiliki nilai

massa jenis besar dikarenakan atom-atom dalam susunan molekulnya memiliki kerapatan

yang besar. Gabus atau sterofoam mempunyai massa jenis kecil karena susunan atom-

atom dalam molekulnya memiliki kerapatan kecil.

Massa jenis dilambangkan dengan simbol ρ (dibaca rho), salah satu huruf Yunani.

Keterangan:

ρ = massa jenis (kg/m^3 atau g/cm^3)

m = massa benda (kg atau gram)

V = volume benda m^3 atau cm^3)

154

Tabel berbagai massa jenis zat

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kerapatan logam tertentu seperti platina

atau emas jauh lebih besar dibandingkan zat-zat lainnya. Massa jenis berbagai zat

berbeda-beda walaupun benda-benda tersebut jumlah atau volumenya sama. Massa jenis

zat yang umum digunakan sebagai patokan adalah massa jenis air dan massa jenis raksa.

Massa jenis air dalam wujud cair, yaitu 1000 kg/m^3 atau 1 g/cm^3, sedangkan raksa

atau mercury memiliki massa jenis 13.600 kg/m^3 atau 13,6 g/cm^3.

Penting: 1000 kg/m^3 = 1 g/cm^3

Selain massa jenis, dikenal pula berat jenis. Berat jenis adalah berat benda (w) tiap

satuan volume (V). Bila berat jenis dapat dilambangkan dengan S, dapat dinyatakan

dengan persamaan.

Keterangan:

S = berat jenis (N/m^3 atau dyne/cm^3)

w = berat benda (N atau dyne)

V = volume benda (m^3 atau cm^3)

Jadi, berat jenis benda adalah hasil kali antara massa jenis dengan percepatan gravitasi.

Penggunaan Konsep Massa Jenis dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Kapal Selam

155

Tahukah kamu mengapa es dapat terapung di air, sedangkan batu tenggelam

dalam air? Es memiliki massa jenis lebih kecil dari air, sehingga es dapat terapung

dalam air. Batu tenggelam dalam air karena memiliki massa jenis lebih besar daripada

air. Tahukah kamu mengapa kapal selam dapat terapung dan tenggelam di air? Ketika

terapung massa jenis total kapal selam lebih kecil dari air laut dan sewaktu tenggelam

massa jenis total kapal selam lebih besar dari air laut. Kapal selam memiliki tangki

pemberat yang berisi air dan udara. Tangki tersebut terletak di antara lambung kapal

sebelah dalam dan luar. Tangki dapat berfungsi membesar atau memperkecil massa

jenis total kapal selam. Ketika air laut dipompa masuk ke dalam tangki pemberat,

massa jenis kapal selam lebih besar dan sebaliknya agar massa jenis total kapal selam

menjadi kecil, air laut dipompa keluar.

2. Balon Gas Pernahkah kamu melihat balon udara? Tahukah kamu, gas apa yang terdapat

di dalamnya? Balon gas berisi gas helium. Gas helium memiliki massa jenis yang

lebih kecil dari udara, sehingga balon gas bisa naik ke atas.

3. Air Minum Dingin di Dalam Lemari Es Suatu ketika kamu mungkin pernah melihat dalam botol air minum dingin

yang berasal dari lemari es terdapat endapan kapur. Kenapa hal itu dapat terjadi? Air

yang jernih dapat juga mengandung kapur, namun apabila dilihat langsung dengan

mata tidak kelihatan. Ketika air dingin massa jenis air lebih kecil dan terpisah dari

kapur sehingga kapur yang memiliki massa jenis lebih besar akan turun ke bawah dan

mengendap.

Menganalisis Benda Terapung, Melayang, Dan Tenggelam Dengan membandingkan massa jenis zat cair dan benda yang dicelupkan

kedalamnya, kamu dapat mengetahui benda-benda tersebut terapung melayang, atau

tenggelam.

Latihan Yuk!!

1. Apakah yang membedakan antara air dengan es? Sebagaimana kamu ketahui es

terbuat dari air.

2. Air mempunyai massa jenis 1000 kg/m^3. Apabila massanya 500 kg, berapakah

volumenya?

3. Es memiliki massa 800 kg dan massa jenisnya 920 kg/m^3. Tentukan volume es

tersebut!

4. Massa jenis air 1000 kg/m^3 memiliki volume sama dengan 100 kg alkohol yang

mempunyai massa jenis 800 kg/m^3. Hitunglah massa air!

156

5. Sebuah balok kayu berukuran 10 cm × 0,2 m × 40 dm. Balok memiliki massa 2,4 kg.

Hitunglah massa jenis balok!

6. Suatu hari Bu Nani menyuruh anaknya yang bernama Sinta untuk membeli telur ayam

di pasar. Sebelum berangkat ke pasar ibunya berpesan agar membeli telur yang masih

baru. Dapatkah kamu membantu Sinta cara memilih telur yang masih baru?

7. Semua batu bila dicelupkan ke dalam air secara langsung pasti tenggelam, kecuali

batu apung. Mengapa hal itu bisa terjadi?

157

Lampiran C.1 : Data Hasil Pretest dan Posttest

1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

2. Hasil Pretest Kelompok Kontrol

3. Hasil Postest Kelompok Eksperimen

4. Hasil Postest Kelompok Kontrol

Lampiran C.2 : Uji Normalitas Pretest dan Posttest

1. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

2. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol

3. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

4. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol

Lampiran C.3 : Uji Homogenitas Pretest dan Posttest

1. Uji Homogenitas Data Hasil Pretest

2. Uji Homogenitas Data Hasil Posttest

Lampiran C.4 : 1. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Pretest

2. Uji Hipotesis (Hasil Posttest)

Lampiran C.5 : 1. Hasil dan Perhitungan Observasi Aktivitas Siswa

2. Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Observasi Aktivitas

Siswa

Lampiran C.6 : 1. Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

2. Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Angket Tentang

Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika

Lampiran C.7. : Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN C

HASIL DAN UJI ANALISIS DATA

158

Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest dari

kelompok eksperimen yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut:

0 39 43 52

29 41 49 54

29 41 49 58

32 42 49 60

36 42 52 61

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest dari

kelompok kontrol yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut:

10 19 40 47

10 36 41 47

13 38 41 49

13 38 43 51

16 38 43 52

Dari hasil pretest kedua kelompok tersebut, diperoleh nilai maksimum

(Xmax) adalah 61 dan nilai minimum (Xmin) adalah 0. Sehingga dapat dibuat

diagram batang hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan

terlebih dahulu membuat tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi

terlebih dahulu ditentukan dengan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan

panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:

a. Rentang (R)

61

061

minmax

XXR

b. Banyaknya Kelas (K)

6

28,6

28,51

)60,13,3(1

)40log3,3(1

)2020log3,3(1

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 6

c. Panjang Kelas (P)

10

16,10

6

61

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah

10.

Tabel distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut:

Lampiran C.1

159

Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No. Interval

Frekuensi

Kelompok

Eksperimen

Persentase

(%)

Frekuensi

Kelompok

Kontrol

Persentase

(%)

1 0 - 10 1 5 % 2 10 %

2 11 - 20 0 0 % 4 20 %

3 21 - 30 2 10 % 0 0 %

4 31 - 40 3 15 % 4 20 %

5 41 - 50 8 40 % 8 40 %

6 51 - 61 6 30 % 2 10 %

Jumlah (Σ) 20 100 % 20 100 %

Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang Hasil

Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol,yaitu:

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 5 6

Ju

mla

h s

isw

a

Skor Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Frekuensi Kelompok Eksperimen

Frekuensi Kelompok Kontrol

160

Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang

didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut

0 39 43 52

29 41 49 54

29 41 49 58

32 42 49 60

36 42 52 61

Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 64 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 0. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan

menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang

kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:

d. Rentang (R)

61

061

minmax

XXR

e. Banyaknya Kelas (K)

5

26,5

26,41

30,13,31

20log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 5

f. Panjang Kelas (P)

12

2,12

5

61

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah

12.

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:

No. Kelas Frekuensi

(fi)

Nilai

Tengah

(xi)

Batas

kelas fi xi xi

2 fi . xi

2

0,5

1 0 - 12 1 6 6 36 36

12,5

2 13 - 25 0 19 0 361 0

25,5

3 26 - 38 4 32 128 1024 4096

38,5

4 39 - 51 9 45 405 2025 18225

51,5

5 52 - 64 6 58 348 3364 20184

64,5

Jumlah (Σ) 20 160 193 887 6810 42541

Lampiran C.1.1

161

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan

nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai pretest

ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

35,44

20

887

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

Fn

PbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 12,5

P = panjang kelas = 12

n = banyaknya data = 20

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 0 = 1

f = nilai frekuensi kelas median = 4

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil

pretest ini adalah sebagai berikut:

5,39

275,12

25,2125,12

4

120.2

1

125,12

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas modus = 38,5

P = panjang kelas = 12

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 9 – 4 = 5

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

162

kelas sesudahnya = 9 – 6 = 3

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil

pretest ini adalah sebagai berikut.

46

5,75,38

62,0125,38

35

5125,38

Mo

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

96,12

55,168

19

55,3202

19

45,3933842541

19

20

78676942541

120

20

88742541

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

163

Hasil Pretest Kelompok Kontrol

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang

didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

10 19 40 47

10 36 41 47

13 38 41 49

13 38 43 51

16 38 43 52

Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 52 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 10. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan

menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang

kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:

a. Rentang (R)

42

1052

minmax

XXR

b. Banyaknya Kelas (K)

5

29,5

29,41

30,13,31

20log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 5

c. Panjang Kelas (P)

8

4,8

5

42

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah 8.

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:

No. Kelas Frekuensi

(fi)

Nilai

Tengah

(xi)

Batas

kelas fi xi xi

2 fi . xi

2

0,5

1 0 - 8 0 4 0 16 0

8,5

2 9 - 17 5 13 65 169 842

17,5

3 18 - 26 1 22 22 484 484

26,5

4 27 - 35 0 31 0 961 0

35,5

5 35 - 54 14 39 546 1521 21294

54,5

Jumlah (Σ) 20 633 22620

Lampiran C.1.2

164

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan

nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai pretest

ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

65,31

20

633

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

Fn

PbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 17,5

P = panjang kelas = 8

n = banyaknya data = 20

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5+0 = 5

f = nilai frekuensi kelas median = 5

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil

pretest ini adalah sebagai berikut.

5,17

05,17

085,17

5

520.2

1

85,17

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas modus = 17,5

P = panjang kelas = 8

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 5– 0 = 5

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 5 – 1 = 4

165

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil

pretest ini adalah sebagai berikut.

6,21

4,45,17

55,085,17

45

585,17

Mo

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

94,10

7,119

19

5,2275

19

5,2034422620

19

20

40068922620

120

20

63322620

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

166

Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest dari

kelompok eksperimen yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut:

35 68 74 83

60 70 79 85

63 72 80 89

67 72 80 91

67 74 80 98

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest dari

kelompok kontrol yang berjumlah 20 siswa, adalah sebagai berikut

20 50 69 72

25 63 69 74

27 65 69 74

32 67 71 78

47 69 72 83

Dari hasil posttest kedua kelompok tersebut, diperoleh nilai maksimum

(Xmax) adalah 98 dan nilai minimum (Xmin) adalah 20. Sehingga dapat dibuat

diagram batang hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

dengan terlebih dahulu membuat tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi

frekuensi terlebih dahulu ditentukan dengan nilai rentang (R), banyaknya kelas

(K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan

berikut:

g. Rentang (R)

78

2098

minmax

XXR

h. Banyaknya Kelas (K)

6

28,6

28,51

60,13,31

2020log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 7

i. Panjang Kelas (P)

13

13

6

78

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah

13.

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:

Lampiran C.1.3

167

Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No. Interval

Frekuensi

Kelompok

Eksperimen

Persentase

(%)

Frekuensi

Kelompok

Kontrol

Persentase

(%)

1 13 - 26 1 5% 2 10%

2 27 - 40 0 0% 2 10%

3 41 - 54 0 0% 2 10%

4 55 - 68 5 25% 3 15%

5 69 - 82 9 45% 10 50%

6 83 - 98 5 25% 1 5%

Jumlah (Σ) 20 100% 20 100%

Dari tabel distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang Hasil

Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol,yaitu:

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6

Jum

lah

sis

wa

AxisSkor Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Frekuensi Kelompok Eksperimen

Frekuensi Kelompok Kontrol

168

Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang

didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut

35 68 74 83

60 70 79 85

63 72 80 89

67 72 80 91

67 74 80 98

Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 98 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 35. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi frekuensi

dengan menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan

panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:

a. Rentang (R)

63

3598

minmax

XXR

b. Banyaknya Kelas (K)

5

23,5

23,41

30,13,31

20log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 5

c. Panjang Kelas (P)

13

6,12

5

63

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah

13.

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:

No. Kelas Frekuensi

(fi)

Nilai

Tengah

(xi)

Batas

kelas fi xi xi

2 fi . xi

2

34,5

1 35 - 48 1 41,5 41,5 1722,25 1722,25

48,5

2 49 - 62 1 55,5 55,5 3080,5 3080,25

62,5

3 63 - 76 9 69,5 625,5 4830,25 43472,25

76,5

4 77 - 90 7 83,5 584,5 6972,25 48805,75

90,5

5 91 - 104 2 97,5 195 9506,25 19012,5

104,5

Jumlah (Σ) 20 1502 116093

Lampiran C.1.4

169

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan

nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai

posttest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

1,75

20

1502

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

Fn

PbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 76,5

P = panjang kelas = 13

n = banyaknya data = 20

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 9 + 1 = 10

f = nilai frekuensi kelas median = 9

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil

posttest ini adalah sebagai berikut.

5,76

0135,76

9

1020.2

1

135,76

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas modus = 76,5

P = panjang kelas = 13

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 9 – 1 = 8

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 9 – 7 = 3

170

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil

posttest ini adalah sebagai berikut.

95,85

45,95,76

72,0135,76

38

8135,76

Mo

d. Standar deviasi (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

16,13

30,173

19

8,3292

19

2,112800116093

19

20

2256004116093

120

20

1502116093

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

171

Hasil Posttest Kelompok Kontrol

Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang

didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut:

20 50 69 72

25 63 69 74

27 65 69 74

32 67 71 78

47 69 72 83

Dari hasil tersebut diperoleh nilai maksimum (Xmax) adalah 91 dan nilai

minimum (Xmin) adalah 41. Sehingga dapat dibuat tabel distribusi rekuensi dengan

menentukan terlebih dahulu nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang

kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut:

a. Rentang (R)

63

2083

minmax

XXR

b. Banyaknya Kelas (K)

5

21,5

29,41

30,13,31

20log3,31

log3,31

nK

Sehingga banyaknya kelas adalah 5

c. Panjang Kelas (P)

13

6,12

5

63

K

RP

Sehingga panjang kelasnya adalah

13.

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut:

No. Kelas Frekuensi

(fi)

Nilai

Tengah

(xi)

Batas

kelas fi xi xi

2 fi . xi

2

19,5

1 20 - 33 4 26,5 106 702,25 2809

33,5

2 34 - 47 1 40,5 40,5 1640,5 1640,5

47,5

3 48 - 61 1 54,5 54,5 2970,25 2970,25

61,5

4 62 - 75 12 68,5 822 4692,25 56307

75,5

5 76 - 89 2 82,5 165 6806,25 13612,5

89,5

Jumlah (Σ) 20 1188 77339,25

172

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut, maka dapat ditentukan

nilai rata-rata (𝑋 ), median (Me), Modus (Mo), dan Standar Deviasi (S) nilai

posttest ini. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

4,59

20

1188

i

ii

f

xfX

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

f

Fn

PbMe 2

1

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 61,5

P = panjang kelas = 13

n = banyaknya data = 20

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 12 + 1 = 13

f = nilai frekuensi kelas median = 12

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil

posttest ini adalah sebagai berikut.

08,69

54,75,61

58,0135,61

12

1320.2

1

135,61

Me

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

21

1

bb

bPbMo

Dimana:

b = batas bawah kelas modus = 67,5

P = panjang kelas = 9

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sebelumnya = 15 – 11 = 4

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi

kelas sesudahnya = 15 – 15 = 10

173

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil

posttest ini adalah sebagai berikut.

11,70

61,25,67

29,095,67

104

495,67

Mo

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

07,12

88,145

19

8,2771

19

2,7456777339

19

20

141134477339

120

20

118877339

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

174

Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest

Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu:

i

i

E

EOX

2

12

Dimana: Oi : frekuensi observasi (fi)

Ei : frekuensi ekspektasi (harapan)

Kriteria pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada ketentuan berikut ini.

a. jika X2

hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi

normal)

b. jika X2

hitung > X2

tabel,, maka Ho diterima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi

normal)

A. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen

0 39 43 52

29 41 49 54

29 41 49 58

32 42 49 60

36 42 52 61

Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Pretest Kelompok Eksperimen

Kelas (fi) (xi) fi xi xi2

fi . xi2

Batas

Kelas

Z

batas

kelas

luas Z

tabel

Luas z

tabel

kelas

Ei Oi

i

i

E

EOX

2

12

0,5 -2,86 0,4875

0 - 12 1 6 6 36 36 0,0610 1,220 1 0,0396

12,5 -2,45 0,4265

13 - 25 0 19 0 361 0 0,1843 3,686 0 3,686

25,5 -1,68 0,2422

26 - 38 4 32 128 1024 4096 0,3018 6,036 4 0,686

38,5 -0,45 0,596

39 - 51 9 45 405 2025 18225 0,2642 5,284 9 0,703

51,5 0,55 0,3238

52 - 64 6 58 348 3364 20184 0,1353 2,706 6 4,007

64,5 1,55 0,4951

Jumlah (Σ) 20 160 887 6810 42541 20 9,12

Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X2

hitung) adalah 9,12

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.1.

Lampiran C.2.1

175

2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)

Rata-rata ( X )

35,44

20

887

i

ii

f

xfX

Deviasi Standar (S)

96,12

55,168

19

55,3202

19

45,3933842541

19

20

78676942541

120

20

88742541

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:

S

Xz

- Kelas Batas

Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.

55,196,12

35,445,64

55,096,12

35,445,51

45,096,12

35,445,38

68,196,12

35,445,25

45,296,12

35,445,12

86,296,12

35,445,0

6

5

4

3

2

1

Z

Z

Z

Z

Z

Z

4. Menentukan luas z tabel.

z batas kelas -2,86 -2,45 -1,68 -0,45 0,55 1,55

Luas z tabel 0,4875 0,4265 0,2422 0,0596 0,3238 0,4591

176

5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.

a. Kelas 0 – 12 z = 0,4875 – 0,4265 = 0,0610

b. Kelas 13 – 25 z = 0,4265 – 0,2422 = 0,1843

c. Kelas 26 – 38 z = 0,2422 + 0,0596 = 0,3018

d. Kelas 39 – 51 z = 0,0596 – 0,3238 = 0,2642

e. Kelas 52 – 64 z = 0,3238 – 0,4591 = 0,1353

6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:

ii fzE kelastiap tabel luas

0.0610 x 20 = 1,220

0,1843 x 20 = 3,686

0.3018 x 20 = 6,036

0.2642 x 20 = 5,284

0.1353 x 20 = 2,706

7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai

kuadrat hitung (X2

hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas

berdasarkan rumus berikut ini.

i

ii

E

EOX

2

2

12,9

009,4703,0686,0686,30396,0

706,2

706,26

284,5

284,59

036,6

036,64

686,3

686,30

220,1

220,11

2

2222

2

hitungX

8. Menentukan X2

tabel

Nilai X2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf

sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.

9. Menguji hipotesis normalitas.

Untuk menguji normalitas, data X2

hitung dibandingkan dengan X2

tabel . Didapat

bahwa X2

hitung < X2

tabel yaitu 9,12 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho

ditolak, maka data hasil pretest kelompok eksperimen berdistribusi

normal.

177

Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol

Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol

10 19 40 47

10 36 41 47

13 38 41 49

13 38 43 51

16 38 43 52

Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Pretest Kelompok Kontrol

Kelas

(fi)

(xi) fi xi xi

2 fi . xi

2

Batas

kelas

Z

batas

kelas

Luas Z

tabel

Luas Z

tabel

kelas

Ei Oi

i

i

E

EOX

2

12

0,5 -2,841 0,4732

0 - 8 0 4 0 16 0 0,0863 1,726 0 1,726

8,5 -2,112 0,3869

9 - 17 5 13 65 169 842 0,1990 3,980 5 0,261

17,5 -1,291 0,1879

18 - 26 1 22 22 484 484 0,2789 5,578 1 2,759

26,5 -0,469 0,0910

27 - 35 0 31 0 961 0 0,2379 4,758 0 3,758

35,5 0,351 0,3289

35 - 54 14 39 546 1521 21294 0,1226 2,452 14 1,176

54,5 2,084 0,4515

Jumlah (Σ) 20 633 22620 20

Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X2

hitung) adalah 9,18

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.2.

2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)

Rata-rata ( X )

65,31

20

633

i

ii

f

xfX

Deviasi Standar (S)

Lampiran C.2.2

178

94,10

7,119

19

5,2275

19

5,2034422620

19

20

40068922620

120

20

63322620

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:

S

Xz

- Kelas Batas

Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.

496,096,10

65,315,26

291,196,10

65,315,17

084,296,10

65,315,54112,2

96,10

65,315,8

351,096,10

65,315,35841,2

96,10

65,315,0

4

3

62

51

Z

Z

ZZ

ZZ

4. Menentukan luas z tabel.

z batas kelas -2,84 -2,11 -1,29 -0,49 0,35 2,084

Luas z tabel 0,4732 0,3869 0,1879 0,0910 0,3289 0,4515

5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.

a. Kelas 0 – 8 z = 0,4732 – 0,3869 = 0,0863

b. Kelas 9 – 17 z = 0,3869 – 0,1879 = 0,1990

c. Kelas 18 – 26 z = 0,1879 + 0,0910 = 0,2789

179

d. Kelas 27 – 35 z = 0,0910 – 0,3289 = 0,2379

e. Kelas 36 – 55 z = 0,3289 – 0,4515 = 0,1226

6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:

ii fzE kelastiap tabel luas

0,0863 x 20 = 1,726

0,1990 x 20 = 3,980

0,2789 x 20 = 5,578

0,2379 x 20 = 4,758

0,1226 x 20 = 2,452

7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai

kuadrat hitung (X2

hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas

berdasarkan rumus berikut ini.

i

ii

E

EOX

2

2

18,9

176,1758,3759,2261,0726,1

452,2

452,214

758,4

758,40

578,5

578,51

980,3

980,35

726,1

726,10

2

2222

2

hitungX

8. Menentukan X2

tabel

Nilai X2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf

sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.

9. Menguji hipotesis normalitas.

Untuk menguji normalitas, data X2

hitung dibandingkan dengan X2

tabel . Didapat

bahwa X2

hitung < X2

tabel yaitu 9,18 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho

ditolak, maka data hasil pretest kelompok kontrol berdistribusi normal.

180

B. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen

35 68 74 83

60 70 79 85

63 72 80 89

67 72 80 91

67 74 80 98

Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Posttest Kelompok Eksperimen

Kelas

(fi) (xi) fi xi xi

2 fi . xi

2

Batas

Kelas

Z

batas

kelas

Luas

Z

tabel

Luas Z

tabel

kelas

Ei Oi

i

i

E

EOX

2

12

34,5 -2,16 0,4817

35 - 48 1 41,5 41,5 1722,25 1722,25 0,0655 1,310 1 0,073

48,5 -1,94 0,4162

49 - 62 1 55,5 55,5 3080,5 3080,25 0,1676 3,352 1 1,650

62,5 -1,92 0,2486

63 - 76 9 69,5 625,5 4830,25 43472,25 0,2646 5,292 9 2,598

76,5 0,10 0,0160

77 - 90 7 83,5 584,5 6972,25 48805,75 0,2574 5,148 7 0,666

90,5 1,12 0,2734

91 - 104 2 97,5 195 9506,25 19012,5 0,1545 3,090 2 0,352

104,5 2,14 0,4279

Jumlah (Σ) 20 1502 116093 20 5,339

Maka diperoleh chi kuadrat hitung (X2

hitung) adalah5,339

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.3.

2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)

Rata-rata ( X )

1,75

20

1502

i

ii

f

xfX

Deviasi Standar (S)

Lampiran C.2.3

181

16,13

30,173

19

8,3292

19

2,112800116093

19

20

2256004116093

120

20

1502116093

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:

S

Xz

- Kelas Batas

Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.

10,016,13

10,755,76

92,016,13

10,755,62

14,216,13

10,755,10494,1

16,13

10,755,48

12,116,13

10,755,9016,2

16,13

10,755,34

4

3

62

51

Z

Z

ZZ

ZZ

4. Menentukan luas z tabel.

z batas kelas -2,16 -1,94 -1,92 0,10 1,12 2,14

Luas z tabel 0,4817 0,4162 0,2486 0,0160 0,2734 0,4279

5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.

a. Kelas 35 – 48 z = 0,4817 – 0,4162 = 0,0655

b. Kelas 49 – 62 z = 0,4162 – 0,2486 = 0,1676

c. Kelas 63 – 76 z = 0,2486 + 0,0160 = 0,2646

182

d. Kelas 77 – 90 z = 0,0160 – 0,2734 = 0,2574

e. Kelas 91 – 104 z = 0,2734 – 0,4279 = 0,1545

6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:

ii fzE kelastiap tabel luas

0,0655 x 20 = 1,310

0,1676 x 20 = 3,352

0,2646 x 20 = 5,292

0,2574 x 20 = 5,148

0,1545 x 20 = 3,090

7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai

kuadrat hitung (X2

hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas

berdasarkan rumus berikut ini.

i

ii

E

EOX

2

2

339,5

352,0666,0598,2650,1073,0

090,3

090,32

148,5

148,57

292,5

292,59

352,3

352,31

310,1

310,11

2

2222

2

hitungX

8. Menentukan X2

tabel

Nilai X2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan pada taraf

sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.

9. Menguji hipotesis normalitas.

Untuk menguji normalitas, data X2

hitung dibandingkan dengan X2

tabel . Didapat

bahwa X2

hitung < X2

tabel yaitu 5,339 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho

ditolak, maka data hasil posttest kelompok eksperimen berdistribusi

normal.

183

C. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol

Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol

20 50 69 72

25 63 69 74

27 65 69 74

32 67 71 78

47 69 72 83

Tabel Bantu Kai Kuadrat Nilai Posttest Kelompok Kontrol

Kelas

(fi) (xi) fi xi xi

2 fi . xi

2

Batas

kelas

Z

batas

kelas

Luas

Z

kelas

Luas z

tabel

kelas

Ei Oi

i

i

E

EOX

2

12

19,5 -2,930

20 - 33 4 26,5 106 702,25 2809 0,498 0,110 2,20 4 1,4727

33,5 -2,145

34 - 47 1 40,5 40,5 1640,5 1640,5 0,388 0,094 1,89 1 0,0200

47,5 -0,985

48 - 61 1 54,5 54,5 2970,25 2970,25 0,293 0,187 1,50 1 0,1711

61,5 0,173

62 - 75 12 68,5 822 4692,25 56307 0,106 0,387 7,74 12 2,3390

75,5 1,333

76 - 89 2 82,5 165 6806,25 13612,5 0,493 0,085 1,70 2 0,0499

89,5 2,493

Jumlah (Σ) 20 1188 77339,25

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran C.1.4.

2. Menentukan rata-rata ( X ) dan Deviasi Standar (S)

Rata-rata ( X )

4,59

20

1188

i

ii

f

xfX

Deviasi Standar (S)

Lampiran C.2.4

184

07,12

88,145

19

8,2771

19

2,7456777339

19

20

141134477339

120

20

118877339

1

..

2

2

2

i

i

ii

ii

f

f

xfxf

S

i

3. Menentukan z batas kelas dengan rumus:

S

Xz

- Kelas Batas

Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.

173,007,12

40,595,61

908,207,12

40,595,94985,0

07,12

40,595,47

493,207,12

40,595,89145,2

07,12

40,595,33

333,107,12

40,595,75930,2

07,12

40,595,19

4

73

62

51

Z

ZZ

ZZ

ZZ

4. Menentukan luas z tabel.

z batas kelas -2,930 -2,145 -0,985 0,173 1,333 2,493

Luas z tabel 0.4988 0.3888 0.2939 0.1064 0,4936 0.4306

5. Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.

a. Kelas 20 – 33 z = 0,4983 – 0,3888 = 0,1100

b. Kelas 34 – 47 z = 0,3888 – 0,2939 = 0,0949

c. Kelas 48 – 61 z = 0,2939 – 0,1064 = 0,1875

185

d. Kelas 62 – 75 z = 0,1064 – 0,4936 = 0,3872

e. Kelas 76 – 89 z = 0,4936 – 0,4306 = 0,0854

6. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:

ii fzE kelastiap tabel luas

0,1100 x 20 = 2,2000

0,0949 x 20 = 1,8980

0,1875 x 20 = 1,5080

0,3872 x 20 = 7,7440

0,0854 x 20 = 1,7080

7. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas dan menentukan jumlah kai

kuadrat hitung (X2

hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas

berdasarkan rumus berikut ini.

i

ii

E

EOX

2

2

0527,4

0499,03390,21711,00200,04727,1

7080,1

7080,12

7440,7

7440,712

5080,1

5080,11

8980,1

8980,11

2000,2

2000,24

2

2222

2

hitungX

8. Menentukan X2

tabel

Nilai X2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 dan taraf

sigifikansi (α) = 0,04 adalah 9,488.

9. Menguji hipotesis normalitas.

Untuk menguji normalitas, data X2

hitung dibandingkan dengan X2

tabel . Didapat

bahwa X2

hitung < X2

tabel yaitu 1,02 < 9,488. Sehingga Ha diterima dan Ho

ditolak , maka data hasil posttest kelompok kontrol berdistribusi normal.

186

Uji Homogenitas Data Hasil Pretest

Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data hasil pretest

digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini.

dimana:

V1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang

mempunyai deviasi standar terbesar.

V2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang

mempuyai deviasi standar terkecil.

Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini.

a. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians

yang homogen)

b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians

yang tidak homogen).

Dari lampiran C.1.1 dan C.1.2 diperoleh bahwa nilai deviasi standar pretest

kelompok eksperimen adalah 12,96 sedangkan nilai deviasi standar pretest

kelompok kontrol adalah 10,94. Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data,

maka nilai Fhitung-nya adalah:

403,1

68,119

96,167

94,10

96,122

2

2

2

2

1

2

1

S

S

V

VFhitung

Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan

Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (20;20), sehingga nilai Ftabel =

1,79. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 1,403 < 1,79 sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak, maka kedua data pretest memiliki varians yang homogen.

Lampiran C.3.1

2

1

V

VF

187

Uji Homogenitas Data Hasil Posttest

Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok data hasil posttest

digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini.

2

1

V

VF

dimana:

V1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang

mempunyai deviasi standar terbesar.

V2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang

mempuyai deviasi standar terkecil.

Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini.

c. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians

yang homogen)

d. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians

yang tidak homogen).

Dari lampiran C.1.3 dan C.1.4 diperoleh bahwa nilai deviasi standar posttest

kelompok eksperimen adalah 13,16 sedangkan nilai deviasi standar posttest

kelompok kontrol adalah 12,07. Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data,

maka nilai Fhitung-nya adalah:

188,1

68,145

18,173

07,12

16,132

2

2

2

2

1

2

1

S

S

V

VFhitung

Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan

Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (20;20), sehingga nilai Ftabel =

1,79. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, yaitu 1,65 < 1,79 sehingga Ha diterima dan Ho

ditolak, maka kedua data posttest memiliki varians yang homogen.

Lampiran C.3.2

188

Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Pretest

Karena kedua data hasil pretest yang akan diuji perbedaannya bersifat

normal (Lampiran C.2.1 dan C.2.2) dan homogen (Lampiran C.3.1), maka rumus

yang digunakan adalah uji t yaitu:

21

21

11

nndsg

XXt

dimana:

1X = rata-rata data kelompok 1

2X = rata-rata data kelompok 2

dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok 1 dan kelompok 2

n1 = banyaknya data kelompok 1

n2 = banyaknya data kelompok 2

Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:

a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan)

b. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat perbedaan).

Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut.

1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.

Dari nilai pretest diperoleh:

1X = 44,35

2X = 31,65

V1 = S12 = (12,96)

2 = 167,96

V2 = S22 = (10,94)

2 = 119,68

2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.

Lampiran C.4.1

78,3382,14

38

82,543

38

92,227324,3191

22020

68,11912096,167120

2

11

21

2211

nn

VnVndsg

189

3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.

15,1

194,1

7,2

316,078,3

7,2

1,078,3

7,2

20

1

20

178,3

65,3135,44

11

21

21

nndsg

XXt hitung

4. Menentukan nilai ttabel

Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:

dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38

Pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.

t(0,95)(60) = 2,000

t(0,95)(120) = 1,980

Dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=38 sebagai berikut.

6681,1

0029,0671,1

013,023,0671,1

)658,1671,1(60

14671,16495,0

t

5. Menguji perbedaan dua rata-rata hasil pretest

Karena pada taraf signifikansi 5% nilai thitung < ttabel yaitu 1,15 < 1,6681 maka

Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil pretest kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki

kemampuan awal yang homogen, sehingga kedua kelompok tersebut layak

untuk dijadikan sampel penelitian.

190

Uji Hipotesis

Karena kedua data hasil Posttest bersifat normal (Lampiran C.2.3 dan C.2.4)

dan homogen (Lampiran C.3.2), maka rumus yang digunakan adalah uji t yaitu:

21

21

11

nndsg

XXt

dimana:

1X = rata-rata data kelompok 1

2X = rata-rata data kelompok 2

dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok 1 dan kelompok 2

n1 = banyaknya data kelompok 1

n2 = banyaknya data kelompok 2

Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:

a. Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan)

b. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat perbedaan).

Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut.

1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.

Dari nilai posttest diperoleh:

1X = 75,1

2X = 59,4

V1 = S12 = (13,16)

2 = 173,18

V2 = S22 = (12,07)

2 = 145,68

2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.

62,1243,159

38

34,6058

38

92,276742,3290

22020

68,14512018,173120

2

11

21

2211

nn

VnVndsg

Lampiran C.4.2

191

3. Menentukan nilai thitung berdasarkan data-data yang telah diperoleh.

78,1

98,3

11,7

316,0,062,12

11,7

1,062,12

7,15

38

1

38

162,12

4,591,75

11

21

21

nndsg

XXt hitung

4. Menentukan nilai ttabel

Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:

dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38

Pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.

t(0,95)(60) = 1,671

t(0,95)(120) = 1,658

Dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk = 74 sebagai berikut.

6681,1

0029,0671,1

013,023,0671,1

)658,1671,1(60

14671,16495,0

t

5. Menguji Hipotesis

Karena pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel yaitu 1,78 > 1,6681 maka

Ho ditolak dan Ha diterima.

6. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, maka terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar siswa (posttest) kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol, yaitu nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih baik

daripada kelompok kontrol. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa

192

terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan Contekstual Teaching and

Learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika..

193

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Pertemuan Ke : 1

No. Nama Kelompok

Mengaitkan

Seluruh Siswa

mengaitkan

pengalaman dengan

materi pada Saat

Melakukan

Eksperimen

Setiap Kelompok

Berdiskusi Untuk

Mengisi LKS dan

Menyimpulkan

Hasil Eksperimen

Seluruh Siswa

Mengerjakan Latihan

Soal

Siswa Aktif

Mengaitkan

Pertanyaan

Dengan

Materi

Siswa Aktif

Mengaitkan

Pendapat

Masing-

masing

Siswa

Menanggapi

Jawaban Atau

Pendapat

Siswa Lain

1. I 4 4 4 3 2 2

2. II 4 4 4 3 1 1

3. III 4 4 3 3 1 1

4. IV 4 4 3 3 1 1

Jumlah 16 16 14 12 5 5

Rata-rata 4 4 3,5 3 1,25 1,25

Skor Maksimum 16 16 16 16 16 16

Presentase Skor Tiap

Indikator 100% 100% 87,50% 75% 31,25% 31,25%

Presentase Skor Aspek

Mengaitkan 70,83%

Lampiran C.5.1

194

No. Nama Kelompok

Mengalami Menerapkan

Mengartikulasikan

Hasil Kegiatan

Eksperimen Dengan

Menghubungkan

Informasi Baru

Dengan Pengalaman

Maupun Pengetahuan

Sebelumnya.

Siswa Mengunjungi

Tempat-tempat yang

Berhubungan

Dengan Konsep

Fisika yang Sedang

Dipelajari, dan

Mengungkapkan

Pengalamannya

Siswa Mampu

Merancang

Alat dan Bahan

Eksperimen

Siswa Mampu

Mengembangkan

Alat dan Bahan

Eksperimen

Memberikan

Kontribusi Ide

Pemecahan

Masalah

Menghasilkan

Gagasan dan

Pendapat

yang

Bervariasi

1. I 3 2 3 2 3 3

2. II 3 3 4 2 3 3

3. III 3 3 4 3 3 3

4. IV 3 3 4 2 3 3

Jumlah 12 11 15 9 12 12

Rata-rata 3 2,75 3,75 2,25 3 3

Skor Maks 16 16 16 16 16 16

Presentase Skor Tiap

Indikator 75% 68,75% 93,7% 56,25% 75% 75%

Presentase Skor Aspek

Mengalami dan

menerapkan

71,8% 74,98%

195

No. Nama Kelompok

Kerjasama Mentransfer

Siswa

Memanfaat

kan Dengan

Baik dan

tidak

banyak

bercanda

atau

bersantai

Siswa

Mengumpul-

kan dan

Menyelesai-

kan tugas

maupun LKS

dengan baik

dan tepat

waktu

Siswa

Memahami

dan

Melaksana-

kan Instruksi

Guru

Siswa

Memahami

Tujuan

Pembelajaran

Menunjukkan Sikap

Tubuh Maupun

Ekspresi Wajah Ceria

dan Tidak Tegang,

Serta Tertarik Untuk

Terlibat Dalam

Kegiatan

Pembelajaran

Siswa

Berani

Mencoba

dan

Berbuat

Terkesan

Selama

Proses

Pembelajaran

Sehingga

Merasa

Ketagihan

Untuk

Belajar

1. I 2 3 2 2 4 4 3

2. II 2 2 2 2 4 4 3

3. III 2 2 3 2 4 4 3

4. IV 2 3 3 2 4 4 4

Jumlah 8 10 10 8 16 16 13

Rata-rata 2 2,5 2,5 2 4 4 3,25

Skor Maks 16 16 16 16 16 16 16

Presentase Skor Tiap

Indikator 50% 62,5% 62,5% 50% 100% 100% 81,25%

Presentase Skor Aspek

Kerjasama dan

Mentransfer

56,25% 93,75%

196

Pertemuan Ke : 2

No. Nama Kelompok

Mengaitkan

Seluruh Siswa

mengaitkan

pengalaman dengan

materi pada Saat

Melakukan

Eksperimen

Setiap Kelompok

Berdiskusi Untuk

Mengisi LKS dan

Menyimpulkan

Hasil Eksperimen

Seluruh Siswa

Mengerjakan Latihan

Soal

Siswa Aktif

Mengaitkan

Pertanyaan

Dengan

Materi

Siswa Aktif

Mengaitkan

Pendapat

Masing-

masing

Siswa

Menanggapi

Jawaban Atau

Pendapat

Siswa Lain

1. I 4 3 3 2 2 3

2. II 4 3 2 1 2 3

3. III 4 3 3 3 2 2

4. IV 3 4 3 1 2 3

Jumlah 15 13 11 7 8 11

Rata-rata 3,75 3,25 2,75 1,75 2 2,75

Skor Maks 16 16 16 16 16 16

Presentase Skor Tiap

Indikator 93,75% 81,25% 68,75% 43,75 50% 50%

Presentase Skor Aspek

Mengaitkan 64,58%

197

No. Nama Kelompok

Mengalami Menerapkan

Mengartikulasikan

Hasil Kegiatan

Eksperimen Dengan

Menghubungkan

Informasi Baru

Dengan Pengalaman

Maupun Pengetahuan

Sebelumnya.

Siswa Mengunjungi

Tempat-tempat yang

Berhubungan

Dengan Konsep

Fisika yang Sedang

Dipelajari, dan

Mengungkapkan

Pengalamannya

Siswa Mampu

Merancang

Alat dan Bahan

Eksperimen

Siswa Mampu

Mengembangkan

Alat dan Bahan

Eksperimen

Memberikan

Kontribusi Ide

Pemecahan

Masalah

Menghasilkan

Gagasan dan

Pendapat

yang

Bervariasi

1. I 2 4 4 3 3 4

2. II 2 4 4 4 3 4

3. III 2 4 4 3 3 3

4. IV 3 4 4 4 3 2

Jumlah 9 16 16 14 12 13

Rata-rata 2,25 4 4 3,5 3 3,25

Skor Maks 16 16 16 16 16 16

Presentase Skor Tiap

Indikator 56,25 100% 100% 87,5% 75% 81,25%

Presentase Skor Aspek

Mengalami dan

Menerapkan

78,12% 85,93%

198

No. Nama Kelompok

Kerjasana Mentransfer

Siswa

Memanfaat

kan Dengan

Baik dan

tidak

banyak

bercanda

atau

bersantai

Siswa

Mengumpul-

kan dan

Menyelesai-

kan tugas

maupun LKS

dengan baik

dan tepat

waktu

Siswa

Memahami

dan

Melaksana-

kan Instruksi

Guru

Siswa

Memahami

Tujuan

Pembelajaran

Menunjukkan Sikap

Tubuh Maupun

Ekspresi Wajah Ceria

dan Tidak Tegang,

Serta Tertarik Untuk

Terlibat Dalam

Kegiatan

Pembelajaran

Siswa

Berani

Mencoba

dan

Berbuat

Terkesan

Selama

Proses

Pembelajaran

Sehingga

Merasa

Ketagihan

Untuk

Belajar

1. I 3 2 4 2 4 2 3

2. II 2 3 3 3 4 2 4

3. III 2 2 3 2 4 3 3

4. IV 2 2 3 2 4 2 3

Jumlah 9 9 13 9 16 9 13

Rata-rata 2,25 2,25 3,25 2,25 4 2,25 3,25

Skor Maks 16 16 16 16 16 16 16

Presentase Skor Tiap

Indikator 56,25% 56,25% 81,25% 56,25 100% 56,25 81,25

Presentase Skor Aspek

Efektif dan

menyenangkan

62,5% 79,16%

199

Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa

No. Aspek CTL

Memenuhi

Pertemuan Ke- Rata-rata

1 2

1. Mengaitkan 70,83% 64,58% 67,70%

2. Mengalami 71,8% 78,12% 74,96%

3. Menerapkan 74,98% 85,93% 80,45%

4. Kerjasama 56,25% 62,5% 59,37%

5. Mentransfer 93,75% 79,16% 86,45%

Presentase Rata-rata Aspek Contekstual Teaching and Learniang (CTL) 73,78

Lampiran C.5.2

200

Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

No. Responden

Pelajaran Fisika Itu:

Mudah Sedang Sulit Sulit

Sekali Lain-lain

1. A √

2. B √

3. C √

4. D √

5. E √

6. F √

7. G √

8. H √

9. I √

10. J √

11. K √

12. L √

13. M √

14. N √

15. O √

16. P √

17. Q √

18. R √

19. S √

20. T √

Jumlah 0 7 12 1 0

Persentase 0 % 35% 60% 5% 0%

Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

No. Responden

Kesulitan Mempelajari Fisika:

Sulit

Menangkap

Penjelasan

Guru

Sulit

Mengingat

Rumus-

rumus

Sulit

Memahami

Konsepnya

Sulit Dalam

Mengerjakan

Rumus

Lain-lain

1. A √

2. B √

3. C √

4. D √

5. E √

6. F √

7. G √

8. H √

9. I √

Lampiran C.6.1

201

10. J √

11. K √

12. L √

13. M √

14. N √

15. O √

16. P √

17. Q √

18. R √

19. S √

20. T √

Jumlah 0 13 4 3 0

Persentase (%) 0% 65% 20% 15% 0%

Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

No. Responden

Pembelajaran Fisika:

Tidak

Menarik Membosankan Biasa Saja Menarik Lain-lain

1. A √

2. B √

3. C √

4. D √

5. E √

6. F √

7. G √

8. H √

9. I √

10. J √

11. K √

12. L √

13. M √

14. N √

15. O √

16. P √

17. Q √

18. R √

19. S √

20. T √

Jumlah 2 9 7 2 0

Persentase (%) 10% 45% 35% 10% 0%

202

Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

No. Responden

Pembelajaran Fisika Seharusnya:

Ceramah Eksperimen Kerja

Kelompok

Latihan

Soal Lain-lain

1. A √

2. B √

3. C √

4. D √

5. E √

6. F √

7. G √

8. H √

9. I √

10. J √

11. K √

12. L √

13. M √

14. N √

15. O √

16. P √

17. Q √

18. R √

19. S √

20. T √

Jumlah 2 17 0 1 0

Persentase (%) 10% 85% 0% 5% 0%

Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

No. Responden

Hasil Belajar Fisika Apabila Anda Menjadi Guru, Pembelajaran

Fisika Seharusnya: Ulangan

Harian Raport

1. A 54 59 Ceramah dan latihan soal

2. B 71 75 Tidak ingin jadi guru fisika

3. C 76 78 Tidak ada komentar

4. D 49 59 Percobaan dan menjelaskan

5. E 82 86 Menjelaskan dan praktek

6. F 69 74 Menjelaskan dan eksperimen

7. G 80 83 Belajar sambil bermain

8. H 61 68 Rileks aja dan gak bikin tegang

9. I 65 71 Eksperimen, latihan soal, dan penjelasan

10. J 55 61 Eksperimen

203

11. K 40 56 Eksperimen

12. L 70 76 Eksperimen dan kerja kelompok

13. M 83 86 -

14. N 62 71 Eksperimen

15. O 61 67 Eksperimen, latihan soal, dan penjelasan

16. P 56 69 Eksperimen

17. Q 53 59 Slow dan relaks

18. R 53 65 Games

19. S 78 76 Menerangkan dengan jelas dan ga rempong

20. T 62 70 Santai dan g ngebosenin

Jumlah 1280 1409

Rata-rata 64 70,45

204

Rekapitulasi Hasil dan Perhitungan Angket Tentang Persepsi Siswa

Terhadap Pembelajaran Fisika

No Pernyataan Presentase

1. Pelajaran Fisika itu:

Mudah 0%

Sedang 35%

Sulit 60%

Sulit Sekali 5%

Lain-Lain 0%

2. Kesulitan Mempelajari

Fisika:

Sulit Menangkap

Penjelasan Guru

0%

Sulit Mengingat Rumus-

rumus

65%

Sulit Memahami

Konsepnya

20%

Sulit Dalam

Mengerjakan Rumus

15%

Lain-lain 0%

3. Pembelajaran Fisika:

Tidak menarik 10%

Membosankan 45%

Biasa Saja 35%

Menarik 10%

Lain-lain 0%

4. Pembelajaran Fisika

Seharusnya:

Ceramah 10%

Eksperimen 85%

Kerja Kelompok 0%

Latihan Soal 5%

Lain-lain 0%

5. Hasil Belajar Fisika Ulangan Harian 64

Raport 70,45

Lampiran C.6.2

125

Lampiran C.7

126