Skenario a Blok 15
-
Upload
nyimas-shafira -
Category
Documents
-
view
24 -
download
2
description
Transcript of Skenario a Blok 15
![Page 1: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/1.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
I. Skenario
Mr. Y 66 years old, a particular, comes to MH Hospital because he has been
having epigastric pain since six hours ago while he was working in his
garden. The pain radiated to his lower jaw, and it felt like burning. He was
unconscious for three minutes. He also complained shorthness of breath,
sweating, and nauseous. He has history of hypertension. He is a heavy
smoker.
Physical exam:
Dyspnea, height: 175 cm, body weight: 68 kg, BP 150/100 mmHg, HR: 58
bm regular. PR: 58 bpm, regular, equal. RR: 24x/min.
Pallor, diaphoresis, JVP (5-2) cmH2O, muffle heart sounds, minimal basal
rales (+) on both side, liver: not palpable, ankle edema (-).
Laboratory Results:
Hemoglobin: 14g/dl, WBC: 9.800/mm3, Diff. count : 0/2/5/65/22/6, ESR
20/mm3, platelet:214.000/mm3. Total cholesterol 328mg%, triglyceride 285
mg%, LDL 194mg%, HDL 25 mg%. CK NAC 473 U/L, CK MB 72 U/L,
SGOT 26mg/dl, SGPT 30 mg/dl, ureum 2,5 mg%, creatinin 0,9 mg%,
sodium 138 mg%, potassium 3,0 mg/dl
Additional Exam:
Chest X-Ray: cor: CTR >50%, boot-shaped. Lungs: bronchovascular
marking increased. ECG: sinus rhythm, normal axis, HR: 58 bpm, PR
interval 0,24 sec, pathologic Q wave/ST elevation at lead II, III, aVF, and
ST depression at lead V1, V2, V3.
II. Analisis Masalah
1. Mr. Y 66 years old, a particular, comes to MH Hospital because he has been
having epigastric pain since six hours ago while he was working in his
garden. The pain radiated to his lower jaw, and it felt like burning. VVV
Poppy, Afif, Erlin
1
![Page 2: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/2.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
a. Apa saja organ di region epigastric? (inervasi, vaskularisasi)
b. Apa diagnosis banding dari epigastric pain? (karakteristik nyeri)
c. Apa faktor pencetus pada kasus?
2. He was unconscious for three minutes. He also complained shorthness
of breath, sweating, and nauseous. VV Dydyk, Dita, Cek nyim, Disa
a. Bagaimana hubungan gejala dengan kasus?
Pasien mengalami infark arteri koroner inferior yang menyumbat bagian
ventrikel kanan jantung. Tersumbatnya darah di daerah ventrikel kanan
menyebabkan suplai darah ke bagian tersebu tidak adekuat sehingga
kontraksi ventrikel kanan tidak maksimal. Cardiac output ke arteri
pulmonalis sedikit, yang menyebabkan shortness of breath .
Cardiac output dari ventrikel kanan yang rendah, menyebabkan suplai darah
dari ventrikel kiri pun juga melemah, sehingga suplai darah yang menuju
otak berkurang. Otak merupakan organ yang sangat peka dan membutuhkan
oksigen, sehingga penurunan pasokan darah ke otak menyebabkan
penurunan pasokan oksigen, dan menyebabkan penurunan fungsi otak
sehingga pasien was unconscious for three minutes
b. Bagaimana mekanisme timbulnya gejala pada kasus?
Pasien mengalami Acure Miokard Infark Inferior terjadi karena ruptur plak
(komplikasi dari hipertensi) yang menginduksi terjadinya agregasi
trombosit, pembentukan trombus, dan spasme koroner yang menyebabkan
sumbatan koroner sehingga terjadi gangguan aliran darah. Tersumbatnya
darah di daerah inferior, daerah ventrikel kanan, menyebabkan suplai darah
ke bagian tersebut tidak adekuat sehingga kontraksi ventrikel kanan tidak
maksimal. Cardiac output ke arteri pulmonalis sedikit, yang menyebabkan
shortness of breath .
Cardiac output dari ventrikel kanan yang rendah, menyebabkan suplai darah
dari ventrikel kiri pun juga melemah, sehingga suplai darah yang menuju
otak berkurang. Otak merupakan organ yang sangat peka dan membutuhkan
2
![Page 3: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/3.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
oksigen, sehingga penurunan pasokan darah ke otak menyebabkan
penurunan pasokan oksigen, dan menyebabkan penurunan fungsi otak
sehingga pasien was unconscious for three minutes
3. He has history of hypertension. He is a heavy smoker. V Depdep, Ican,
Fitri
a. Apa hubungan hipertensi dan kebiasaan merokok dengan kasus?
Hipertensi: peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, beban kerja jantung
bertambah, hipetrofi ventrikel. Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasinya akhirnya
terlampaui, terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung terancam dengan
semakin parahnya aterosklerosis koroner. Terjadi aterosklerosis, penyediaan
oksigen miokardium berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada
miokardium terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja
jantung sehingga akhirnya akan menyebabkan angina atau infark
miokardium.
Merokok: Risiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per
hari, bukan pada lama merokok.seseorang yang merokok lebih dari satu pak
rokok sehari menjadi dua kali lebih rentan terhadap penyakit aterosklerotik
koroner daripada mereka yang tidak merokok. Yang diduga menjadi
penyebab adalah pengaruh nikotin terhadap pelepasan katekolamin oleh
sistem saraf otonom. Namun efek nikotin tidak bersifat kumulatif, mantan
perokok tampaknya berisiko lebih rendah seperti pada bukan perokok
b. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
c. Bagaimana komplikasi hipertensi?
d. Bagaimana efek jangka panjang dari merokok?
4. Physical exam: V
Dyspnea, height: 175 cm, body weight: 68 kg, BP 150/100 mmHg, HR: 58
bm regular. PR: 58 bpm, regular, equal. RR: 24x/min.
3
![Page 4: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/4.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Pallor, diaphoresis, JVP (5-2) cmH2O, muffle heart sounds, minimal basal
rales (+) on both side, liver: not palpable, ankle edema (-). Poppy, Afif,
Erlin
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan fisik?
c. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik di atas (JVP, muffle heart
sounds, minimal basal rales, dan liver)?
d. Apa saja diagnosis bandingnya?
5. Laboratory Results: V
Hemoglobin: 14g/dl, WBC: 9.800/mm3, Diff. count : 0/2/5/65/22/6, ESR
20/mm3, platelet:214.000/mm3. Total cholesterol 328mg%, triglyceride 285
mg%, LDL 194mg%, HDL 25 mg%. CK NAC 473 U/L, CK MB 72 U/L,
SGOT 26mg/dl, SGPT 30 mg/dl, ureum 2,5 mg%, creatinin 0,9 mg%,
sodium 138 mg%, potassium 3,0 mg/dl. Depdep, Ican, Fitri
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan laboratorium?
c. Apa saja diagnosis bandingnya?
6. Additional Exam: V
Chest X-Ray: cor: CTR >50%, boot-shaped. Lungs: bronchovascular
marking increased. ECG: sinus rhythm, normal axis, HR: 58 bpm, PR
interval 0,24 sec, pathologic Q wave/ST elevation at lead II, III, aVF,
and ST depression at lead V1, V2, V3. Dydyk, Dita, Cek nyim, Disa
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan tambahan?
CTR >50%, Boot shaped
Pembesaran ventrikel kanan akibat hipertensi kronik. Kardiomegali
Bronchovascular marking increased
ECG sinus rhythm, normal axis
HR 58 bpm
Bradikardi (normal 60-100)
4
![Page 5: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/5.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
PR interval 0,24 sec
Normal 0,12-0,20 second
Pathologic Q wave
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal ST elevasi, mengalami
evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosis infark
miokard gelombang Q (QwMI)
ST elevation at lead II, III, Avf
IMA inferior
Inferior infarction involves the diaphragmatic surface of the heart. It is
often caused by occlusion of the right coronary artery or its descending
branch. The characteristic electrocardiographic changes of infarction can
be seen in the inferior leads II, III, and AVF
No Lokasi Gambaran EKG
1 Anterior Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di V1-V4/V5
2 Anteroseptal Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di V1-V3
3 Anterolateral Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di V1-V6 dan I dan aVL
4 Lateral Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di V5-V6 dan inversi
gelombang T/elevasi ST/gelombang Q
di I dan aVL
5 Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di II, III, aVF, dan V5-
V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6 Inferior Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di II, III, dan aVF
7 Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau
gelombang Q di II, III, aVF, V1-V3
8 True
posterior
Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan
segmen ST depresi di V1-V3.
5
![Page 6: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/6.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Gelombang T tegak di V1-V2
9 RV
Infraction
Elevasi segmen ST di precordial lead
(V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada
infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam
beberapa jam pertama infark.
ST Deppression at lead V1, V2, V3
Anterior infark
b. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan tambahan?
CTR > 50%
Max horizontal cardiac diameter / maximal horizontal thoracic diameter
Tidak normal. Normalnya <50%
Pada kasus ini disebabkan oleh adanya hipertropi pada jantung
Boot-shaped
6
![Page 7: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/7.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Gambaran penapkana radiologi toraks dimana bentuk jantung menyerupai
bentuk sepatu boot. Didapatkan bertambahnya ukuran pinggang jantung,
sehingga batas supraventrikular dan ventrikular membentuk sudut.
Tidak normal. Normalnya tidak terbentuk sudut antara supraventrikular dan
ventrikular.
Pada kasus ini disebabkan oleh hipertropi pada ventrikel kiri.
Bronchovascular marking increased
Penampakan radiologi dimana terdapat vaskularisasi yang bertambah pada
bagian basal paru. Penampakan ini berbentuk seperti serabut-serabut tebal.
Tidak normal. Normalnya tidak terlihat.
Pada kasus disebabkan oleh peningkatan jumlah cairan yang masuk
dikarenakan lebih besarnya darah yang keluar dari jantung melalui ventrikel
kanan daripada ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan
pada paru.
Sinus rythm
Irama EKG pada kertas EKG yang berupa sinus (normal)
Normal axis
Resultan dari arah impuls jantung secara keseluruhan
Normalnya pada kuadaran 0-90 derajat (kiri bawah)
HR: 58 bpm
Normalnya 60-100 bpm
Pada kasus sedikit melewati batas bawah normal.
Pada kasus disebabkan oleh gangguan konduksi otot dari SA ke AV.
7
![Page 8: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/8.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
PR interval 0.24 sec
Normalnya 0.12 - 0.20 sec. Pada kasus berada di atas rentang normal.
Disebabkan oleh adanya gangguan konduksi dari SA ke AV.
Pada kasus disebabkan oleh penyakit jantung korones, sehingga adanya
jaringan infark dan fibrosis memperlambat aliran impuls menuju ventrikel.
Pathologic Q
Q bersifat patologis apabila memiliki durasi > 0.04 detik dan memiliki
kedalaman <1/3 tinggi R.
Pada kasus disebabkan karena adanya riwayat infark miocard yang
meninggalkan bekas fibrosis dan jaringan necrosis sehingga mengurangi
laju impuls atau mengurangi kuatnya vektor impuls menuju ventrikel kiri
(vektor menuju ventrikel kanan lebih dominan), atau bisa jadi infark yang
terjadi pada saat tersebut telah membentuk jaringan nekrosis (trutama
nekrosis transmural)
ST elevation (II, III, aVF)
Menunjukkan bahwa serangan infark terjadi di bagian inferior ventrikel
kiri. Pada kasus disebabkan karena plak atherosklerotik pada pangkal arteri
koroner kiri menurun anterior (LAD A. coronary)
ST depression (V1, V2, V3)
Menunjukan daerah resiprokal dari infark yang sebenarnya terjadi, artinya
daerah yang memiliki vektor impuls yang tergolong berlawanan dengan
daerah infark
c. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan tambahan di atas
(pemeriksaan dan pembacaan EKG)?
EKG
Sistem konduksi (listrik jantung) yang berperan dalam pencatatan pada
EKG, yang terdiri dari :
a) SA Node ( Sino-Atrial Node ) Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena
cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis
dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 –
8
![Page 9: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/9.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan
seluruh atrium terangsang
b) AV Node (Atrio-Ventricular Node) Terletak di septum internodal bagian
sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga
mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node
yaitu : 40 – 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls
lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih
tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
c) Berkas His Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu : 1.
Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch) 2. Cabang berkas kanan ( Right
Bundle Branch ) Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan
lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
d) Serabut Purkinye Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-
sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat
sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace
maker (impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan
frekuensi 20 – 40 kali permenit.
9
![Page 10: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/10.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
10
![Page 11: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/11.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
. CTR (Cardio Thoracic Ratio)
Normal: <50% (48%-50%)
Interpretasi: Meningkat. Hal ini menandakan kardiomegali.
Cara pengukuran:
A : jarak garis lurus pertengahan thorax dengan dinding kanan terjauh
jantung.
B : jarak garis lurus pertengahan thorax dengan dinding kiri terjauh jantung.
C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri
Mekanisme:
11
CTR = A+B x 100% C
![Page 12: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/12.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Kardiomegali terjadi akibat hipertrofi ventrikel kiri (seperti telah dijelaskan
sebelumnya) yang kemudian diikuti oleh hipertrofi bagian lain dari jantung
(karena jantung merupakan suatu sirkuit yang tersambung). Hal ini juga
diperparah oleh kegagalan jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh
sehingga seluruh bagian jantung harus bekerja lebih berat yang
menyebabkan hipertrofi dan memberi penampakan kardiomegali.
2. Shoe shaped Cardiac:
Interpretasi: Abnormal. Menandakan adanya gangguan struktural jantung.
Biasanya terjadi pada penderita penyakit jantung kongestif.
12
![Page 13: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/13.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Mekanisme: Sama dengan terbentuknya kardiomegali.
3. Kerley’s line
Interpretasi: Abnormal.
Garis Kerley merupakan garis mendatar dari dinding thorak ke medial kira-
kira 3-4 cm. Edema interstitial menyebabkan paru berbercak-bercak tipis,
halus, sehingga gambaran radiolusen paru berubah menjadi suram. Garis
Kerley ini muncul akibat terbendungnya aliran limfe karena edema
intraalveolar. Edema ini menunjukkan septal line yang dikenal sebagai
Kerley’s line, ada 4 jenis yaitu:
a. Kerley A: garis panjang di lobus superior paru, berasal dari daerah hilus
menuju ke atas dan perifer
b. Kerley B: garis-garis pendek dengan arah horizontal tegak lurus pada
dinding pleura dan letaknya di lobus inferior, paling mudah terlihat karena
letaknya tepat diatas sinus costophrenicus
Garis ini adalah yang paling mudah ditemukan di gagal jantung
c. Kerley C: garis-garis pendek, bercabang, ada di lobus inferior. Perlu
pengalaman untuk melihatnya, karena hampir sama dengan pembuluh
darah.
d. Kerley D: garis-garis pendek, horizontal, letaknya retrostrenal hanya
tampak pada foto lateral.
Mekanisme:
Kerley;s line menandakan adanya edema di paru. Edema di paru ini
diakibatkan oleh berkurangnya volume cardiac output yang bisa dipompa
jantung ke sistemik. Turunnya cardiac output menyebabkan darah
menumpuk di ventrikel kiri, atrium kiri, dan juga diparu-paru sehingga
menyebabkan edema paru.
Kebocoran cairan ke dalam interlobular dan interstisium peribronkial
sebagai hasil dari meningkatnya tekanan di kapiler. Ketika cairan bocor ke
dalam septum interlobular perifer, itu memperlihatkan Kerley B atau garis
septal. Kerley B terlihat sebagai garis horizontal pendek 1-2 cm di perifer
dekat sudut costaphrenicus. Garis ini tegak lurus terhadap pleura.
13
![Page 14: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/14.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Sign of cephalization:
Interpretasi: Abnormal. Pinggang jantung hilang (atau tampak tumpul),
menandakan kardiomegali.
Mekanisme:
akibat adanya peningkatan tekanan pada vena jugularis yang disebabkan
oleh kompensasi jantung (yang meningkatkan volume darah yang kembali
ke jantung) agar tetap dapat memenuhi kebutuhan jaringan perifer.
Sefalisasi aliran darah pulmonal ditemukan bila tekanan vena pulmonalis
melebihi tekanan interstisial pulmonal. Hal ini mengakibatkan penumpahan
cairan ke dalam interstisium pulmonal dan selanjutnya hipoksia alveolar.
Hipoksia mengakibatkan konstriksi pembuluh darah paru-paru lobus bawah
yang menyebabkan redistribusi atau shunt aliran darah ke arah pembuluh
darah lobus atas yang mempunyai tekanan parsial oksigen lebih tinggi.
14
![Page 15: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/15.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
d. Apa saja diagnosis bandingnya?
Perikarditis akut, emboli paru, diseksi aorta akut, kostokondritis, dan
gangguan gastrointestinal
DD Infark
Miokard
Akut
Angina
Pektoris
Stabil
Angina
Pektoris
non
stabil
Diseksi
Aorta
Perikarditis
akut
Prolaps
Katup
Mitral
Emboli
pulmonal
>45 tahun,
Laki laki
+ + + + - - +
Nyeri dada
berat
menyebar
+ + + - - - -
Akut + - + + + - +
Merokok + - + + - - +
Pucat + + +/- - - + +
Kulit
dingin dan
berkeringat
+ + +/- - - + +
Nadi
Lemah
+ +/- +/- + - + +
e. Bagaimana gambaran EKG normal?
15
![Page 16: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/16.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
f. Apa diagnosis akhir?
Infark miokard Akut STEMI bagian inferior, yang berkembang menjadi
QwMI
g. Bagaimana SKDI?
h. Bagaimana tatalaksananya?
a). Tatalaksana pra rumah sakit
Sebagian besar kematian di luar rumah sakit pada STEMI disebabkan
adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang sebagian besar terjadi pada jam
pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra hospital pada pasien yang
dicurigai STEMI antara lain :
Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis
Segera mengambil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan
resusitasi
Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICU/ICCU
serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih
Melakukan terapi reperfusi
b). Tatalaksana di ruang emergensi
c). Tatalaksana umum
Oksigen
Oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Pada
semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6
jam pertama.
Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg
dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain
16
![Page 17: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/17.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
mengurangi nyeri dada nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan
oksigen miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai
oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena
infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat
diberikan nitrogliserin intravena. Nitrogliserin intravena juga diberikan
untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru. Terapi nitrat harus
dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien
yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan. Nitrat juga harus dihindari
pada pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil
dalam 24 jam sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
Morfin
Morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin
diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15
menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai pada
pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan
simpatis sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung
dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi
tungkai dan pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan iv dengan
NaCl 0,9%. Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang
menyebabkan bradikardi atau blok jantung derajat tinggi, terutama pasien
dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian
atropin 0,5 mg IV.
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase
trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan
absorpsi aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi.
Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
17
![Page 18: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/18.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Penyekat beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta
IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah
metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat
frekuensi jantung <60 menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval
PR <0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima belas
menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan
dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.
Terapi reperfusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan
derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien
STEMI berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventrikuler yang
maligna. Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah door-to-needle
time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit atau
door-to-balloon time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
ACE Inhibitor
ACE Inhibitor menurunkan mortalitas pasca STEMI dan manfaat terhadap
mortalitas bertambah dengan penambahan aspirin dan penyekat beta.
Mekanisme yang melibatkan penurunan remodelling ventrikel pasca infark
dengan penurunan remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan
risiko gagal jantung. Kejadian infark berulang juga lebih rendah pada pasien
yang mendapat inhibitor menahun pasca infark. Inhibitor ACE harus
diberikan dalam 24 jam pertama pasien STEMI
1. NSTEMI
Pasien STEMI harus istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG
untuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi
harus dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
18
![Page 19: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/19.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
1. Terapi antiiskemia
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang dapat
diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta. Terapi antiiskemi
terdiri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena,
dan penyekat beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan intravena).
Antagonis kalsium nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan iskemia
refrakter atau yang tidak toleran dengan obat penyekat beta.
1. Nitrat
Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien
mengalami nyeri dada iskemi. Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat
sublingual 3 kali dengan interval 5 menit, direkomendasikan pemberian
nitrogliserin intravena (mulai 5-10ug/menit). Laju infus dapat ditingkatkan
10ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan menghilang atau tekanan darah
sistolik <100 mmHg. Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan
nitrat oral atau dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika pasien sudah
bebas nyeri selama 12-24 jam. Kontraindikasi absolut adalah hipotensi atau
penggunaan sidenafil atau obat sekelasnya dalam 24 jam sebelumnya.
1. Penyekat beta
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi jantung 50-60
kali/menit. Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung seperti
verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada
persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat beta
dan pada pasien dengan kontraindikasi penyekat beta. Jika nyeri dada
menetap walaupun dengan pemberian nitrogliserin intravena, morfin sulfat
dengan dengan dosis 1-5 mg dapat diberikan tiap 5-30 menit sampai dosis
total 20 mg.
1. Terapi antitrombotik
19
![Page 20: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/20.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran utama dalam
patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan
pembentukan thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas
perkembangan klot.
1. Terapi antiplatelet:
Aspirin
1. Klopidogrel :
Berdasarkan hasil penelitian klopidogrel direkomendasikan sebagai obat lini
pertama pada NSTEMI.
1. Antagonis GP IIb/IIIa :
Guideline ACC/AHA menetapkan pasien-pasien resiko tinggi terutama
pasien dengan troponin positif yang menjalani angiografi, mungkin
sebaiknya mendapatkan antagonis GP IIb/IIIa.
1. Terapi antikoagulan
1. UFH (Unfractionated heparin)
Manfaat UFH jika ditambahi aspirin telah dibuktikan dalam tujuh penelitian
acak dan kombinasi UFH dan aspirin telah digunakan dalam tatalaksana
NSTEMI untuk lebih dari 15 tahun.
LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
i. Bagaimana prognosisnya?
j. Bagaimana pencegahan sekundernya?
III. Keterkaita Antar Masalah
Rokok Hipertensi kompensasi jantung perbesaran jantung boot
shaped
20
![Page 21: Skenario a Blok 15](https://reader035.fdocuments.in/reader035/viewer/2022062223/56d6be101a28ab301690785c/html5/thumbnails/21.jpg)
[NYIMAS SHAFIRA (04011281419138)] Beta 2014
Hipertensi kerusakan endotel terbentuk thrombus emboli di a.
koronari penyumbatan infark miokard burning sensation
Hipotesis
Mr. Y 66 tahun mengalami infark miokard.
Learning Issue
1. EKG normal Dydyk, Dita, Cek nyim, Disa
2. Acute Coronary Syndrome Depdep, Ican, Fitri
3. Anatomi Fisiologi Jantung Poppy, Afif, Erlin
21