Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
-
Upload
alfonsius-billy-joe-haslim -
Category
Documents
-
view
93 -
download
6
Transcript of Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
SHORT REVIEW OF HIGH TEMPERATURE CORROSION: METAL DUSTING
A B Joe H | 0806331355 | S2 – Peminatan Korosi
MMK8210852 – KOROSI LANJUT
PROGRAM PASCA SARJANA
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS INDONESIA
2012
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
2
DAFTAR ISI
Halaman
1. Pengantar 3
2. Lingkungan Metal Dusting 3
2.1. Pengaruh Sulfur 5
2.2. Pengaruh Kondisi Permukaan dan Finish 5
3. Perilaku Metal Dusting dari Sejumlah Logam Murni & Paduan 6
3.1. Besi Murni 6
3.2. Nikel Murni 8
3.3. Baja Paduan Rendah dan Tinggi 8
3.4. Copper-base 11
3.5. Iron-base 11
3.6. Nickel-base 12
3.7. Paduan Temperatur Tinggi 13
4. Pengendalian Metal Dusting 13
5. Daftar Pustaka 13
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
3
1. Pengantar
Metal dusting merupakan bentuk catastrophic dari korosi, dimana mengarah
pada disintegrasi paduan seperti iron-base dan nickel-base menjadi “debu” partikulat
logam, logam karbida, karbon, dan/atau oksida[1-2]. Metal Dusting terjadi pada
rentang temperatur 430-900oC di lingkungan gas, dengan tingkat serangan
maksimum pada rentang temperatur 600-700oC, tergantung dari jenis paduan dan
lingkungannya[3-4]. Proses ini terjadi pada lingkungan dengan aktivitas karbon yang
sangat tinggi (ac > 1). Terdapat 3 reaksi kimia yang dapat menyebabkan karburisasi,
dan juga menyebabkan serangan metal dusting[5]. Yaitu:
Reaksi diatas digambarkan secara skematis pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Skema Proses Metal Dusting[4-5]
.
2. Lingkungan Metal Dusting
Proses metal dusting terjadi pada lingkungan campuran gas CO-H2 berbanding
50:50. Karakterisasi lingkungan metal dusting dilihat oleh aktivitas karbon yang tinggi
dari kesatuan dan tekanan parsial oksigen yang sangat rendah. Tabel 1
menunjukkan aktivitas semu dari karbon dan oksigen pada lingkungan metal dusting
sebagai fungsi dari temperatur. Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa aktivitas
karbon menurun dengan meningkatnya temperatur, sedangkan tekanan parsial
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
4
oksigen meningkat dengan meningkatnya temperatur. Para peneliti pun
mengembangkan campuran gas yang berbeda dalam proses metal dusting.
Tabel 1. Aktivitas Semu Karbon & Oksigen dalam 50CO: 50H2 sebagai Fungsi Temperatur[3]
.
Aktivitas semu pada tabel 1, dengan persamaan 3Fe + C = Fe3C, diplot
kedalam grafik seperti ditunjukkan pada gambar 2. Pada gambar 2 juga disertakan
koeksistensi tekanan oksigen Cr-Cr2O3.
Gambar 2. Aktivitas Semu Karbon & Oksigen dalam 50CO: 50H2 sebagai Fungsi Temperatur[3]
.
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
5
2.1. Pengaruh Sulfur
Sulfur, yang memiliki kecenderungan kuat untuk untuk segregasi menuju
permukaan dan batas butir, dapat bertindak sebagai inhibitor dalam metal dusting.
Grabke & Muller-Lorenz, (1995), menyatakan bahwa mekanisme inhibisi sulfur yaitu
absorbsi pada permukaan cementite yang menekan nukleasi dari grafit, sehingga
menginhibisi serangan metal dusting. H.J. Grabke, (2000)[6], menyediakan perilaku
metal dusting besi dari segi rasio pH2S/pH2 sebagai fungsi temperatur (1/T) pada
gambar 3. Gambar 3 menunjukkan daerah ketika metal dusting dihindari dengan
injeksi belerang dibawah rasion pH2S/pH2 pada temperatur yang berbeda dari 500 –
1000oC.
Gambar 3. Pengaruh H2S pada perilaku metal dusting besi dari segi rasio pH2S/pH2 terhadap 1/T[4]
.
2.2. Pengaruh Kondisi Permukaan dan Finish
Dari diskusi yang panjang mengenai metal dusting, pembentukan scale
kromium oksida yang good dan protective adalah cara yang sangat efektif untuk
menyediakan proteksi atas serangan metal dusting. Konsentrasi kromium yang
tinggi pada permukaan logam menyediakan pembentukan cepat dari scale protektif
kromium oksida. Kemudian, paduan dengan konsentrasi kromium bulk yang tinggi
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
6
lebih tahan terhadap metal dusting. Untuk paduan yang sama, struktur butir yang
halus memiliki ketahanan metal dusting lebih baik dari struktur butir kasar. Hal ini
disebabkan oleh batas butir menyediakan jalur difusi cepat untuk kromium bereaksi
dengan permukaan logam. Butir halus memiliki lebih banyak batas butir, sehingga
lebih banyak kromium yang akan bereaksi dengan permukaan logam untuk
membentuk krom oksida.
Gambar 4 menunjukkan hasil uji TGA sejumlah paduan terhadap ketahanan
metal dusting yang dipengaruhi oleh permukaannya. Untuk paduan 800, permukaan
ground memiliki ketahanan metal dusting yang lebih buruk dibandingkan dengan
cold rolled dan electropolished. Sedangkan untuk tipe SS 310, permukaan ground
memiliki ketahanan metal dusting yang lebih baik dibandingkan dengan cold rolled
dan electropolished. Hal ini disebabkan SS 310 mengandung banyak kromium.
Gambar 4. Analisa Termogravimetrik pengaruh Permukaan terhadap ketahanan Metal Dusting[4]
.
3. Perilaku Metal Dusting dari Sejumlah Logam Murni & Paduan
Pada bab ini akan dibahas mengenai perilaku metal dusting dari sejumlah
logam murni & paduan, seperti besi murni,
3.1. Besi Murni
Ketika besi terekspos oleh gas kaya karbon pada potensial oksigen yang terlalu
rendah untuk membentuk oksida besi, logam mengkatalis reaksi sintesis gas, reaksi
boudouard, dan reaksi hydrocarbon cracking. Namun karbon yang dihasilkan
dilarutkan dalam logam. Gambar 5 menunjukkan model Hochman-Grabke untuk
dusting besi murni.
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
7
Gambar 5. Model Hochman-Gabke untuk Dusting Besi Murni[4]
.
C.M. Chun, et. al. (2002)[7] meneliti mekanisme metal dusting dari besi. Dia
menemukan bahwa untuk jangka waktu yang singkat, sampai sekitar 7 jam, laju
tergantung pada rasio CO/H2 seperti ditunjukkan pada gambar 6 untuk reaksi pada
temperatur 550oC. Laju korosi umum dilihat melewati maksimum pada konsentrasi
yang sama dari CO dan H2. Pada kandungan H2 rendah, laju korosi lebih atau
kurang konstan. Berdasarkan gambar 6 pula, laju ke depan dari reaksi transfer
karbon harus sebanding dengan produk konsentrasi CO dan H2, sehingga
menunjukkan perilaku parabolik. Laju korosi maksimum diharapkan terjadi pada
komposisi gas 50CO:50H2.
Gambar 6. Laju Metal Dusting Besi Murni[3]
.
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
8
3.2. Nikel Murni
Sama seperti besi murni, untuk waktu terpapar pendek (kurang lebih 7 jam),
reaksi metal dusting pada nikel murni adalah reaksi permukaan terkontrol dan
menunjukkan laju maksimum pada komposisi gas 50CO:50H2 (gambar 7a). Pada
interface antara logam dan deposit karbon, tidak ada karbida yang teramati (gambar
7b). Karbon grafit yang diamati di sebelah permukaan logam juga merupakan karbon
berbentuk filamen pada permukaan luar dari deposit karbon.
Gambar 7. a) Laju Metal Dusting Ni dengan waktu papar 7 jam. b) Corroding Interface Ni ketika Metal
Dusting[8-9]
.
3.3. Baja Paduan Rendah & Tinggi
H.J. Grabke, (1995)[5], melakukan penelitian metal dusting untuk baja paduan
rendah & tinggi. Untuk baja paduan rendah, ditemukan bahwa laju metal wastage
dan deposisi karbon digabungkan oleh efek katalitik dari partikel-partikel logam pada
pengendapan karbon. Mekanisme, reaksi, dan pengaruh temperatur serta komposisi
gas metal dusting baja paduan rendah sama dengan besi murni.
Penambahan silikon untuk besi memiliki dua dampak: destabilisasi parsial
Fe3C terhadap C (gr), dan peningkatan pembentukan SiO2 pada potensial oksigen
dari gas CO/H2/H2O. Pada baja paduan rendah, SiO2 terbentuk sebagai endapan
internal dendritik daripada scale eksternal (gambar 8). Sehingga SiO2 memberikan
sedikit atau tidak ada perlindungan terhadap akses karbon dengan logam. Lapisan
cementite yang dibentuk oleh paduan Fe-Si lebih tipis daripada besi, kokas lebih
cepat dan metal wastage juga lebih cepat. Presipitat SiO2 internal dimasukkan
kedalam scale Fe3C seperti tumbuh ke dalam paduan. Hal ini mungkin berperan
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
9
sebagai tempat nukleasi grafit dalam cementite, sehingga mempercepat disintegrasi
tersebut.
Gambar 8. Pengaruh penambahan Silikon terhadap Baja Paduan Rendah[4]
.
Sedangkan untuk baja paduan tinggi, terdapat dua langkah pengantar
tambahan: kegagalan protective oxide scale dan pembentukan internal karbida
stabil, yang dapat menghambat metal dusting dan menyebabkan waktu inkubasi.
Perlindungan baja paduan tinggi tergantung pada kemampuan mereka untuk
membentuk dan untuk healing lapisan chromia. Pada baja Austenitik Ni-Cr umum
dan baja Ni-Cr agak rentan terhadap metal dusting, dengan perbedaan tertentu
tentang masa inkubasi dan seberapa parah serangannya. Mekanisme metal dusting
baja paduan tinggi terdiri dari beberapa langkah (gambar 9), yaitu: oversaturasi
dengan karbon, pembentukan karbida metastabil M3C di permukaan, pengendapat
grafit pada permukaan M3C, dekomposisi dari karbida kini tidak stabil, dan deposisi
grafit pada partikel logam. Untuk baja paduan rendah terdapat pada gambar 10.
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
10
Gambar 9. Mekanisme Metal Dusting Baja Paduan Tinggi[5]
.
Gambar 10. Mekanisme Metal Dusting Baja Paduan Rendah
[10].
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
11
3.4. Copper-base
Tembaga dan sejumlah paduan copper-base memiliki ketahanan terhadap
korosi metal dusting di lingkungan karbon jenuh (CO-H2)[11]. Berbagai pengaruh
unsur paduan Cu telah diteliti. Antara Sn dan Zn rentan terhadap penguapan pada
suhu diatas 500oC. Konsentrasi besar dari Cu dan Ni membuat alloy catalytic untuk
ingression karbon. Antara Al dan Si mempromosikan pembentukan film oksida yang
sesuai pada permukaan paduan.
Proses electroless plating konvensional telah digunakan untuk membentuk
lapisan Cu pada substrat baja 2.25Cr-0.5Mo. Akibat pembentukan karbon filamen
dalam jumlah kecil, proses cladding mutakhir dikembangkan dengan pelapisan yang
lebih tipis dan lebih rekat.
3.5. Iron-base
Z. Zeng, et. al. (2004)[12]. Melakukan penelitian terhadap efek komposisi scale
oksida terhadap korosi metal dusting dari Fe-based alloys. Terdapat dua aspek
dalam proses scalling yang memainkan peran inisiasi dan propagasi dari serangan
metal dusting, yaitu fasa yang hadir dalam scale oksida dan kadar fe dalam fasa
oksida. Komposisi paduan, tekanan parsial oksigen dalam campuran gas, dan
pretreatment paduan dapat mempengaruhi komposisi fasa yang terbentuk di
permukaan scale oksida. Lapisan Cr2O3 merupakan lapisan paling protektif dengan
kandungan Cr yang tinggi. Uap juga memiliki efek terhadap metal dusting, yaitu
kandungan tinggi dalam atmosfer memberikan tekanan parsial oksigen yang tinggi
dan menstabilkan fasa spinel. Serta tekanan oksigen yang tinggi dapat
menyebabkan kandungan Fe yang tinggi dari spinel, dimana hal ini kurang baik
untuk melawan metal dusting. Metal dusting akan terhambat jika konten uap jauh
lebih tinggi dari nilai kritis, dimana spinel yang paling tidak stabil akan distabilkan
dengan tekanan oksigen yang tinggi. Kristalinitas karbon buruk pada permukaan
sampel yang tidak mengalami metal dusting, sedangkan pada permukaan sampel
yang mengalami metal dusting memiliki kristalinitas yang baik.
Y. Nishiyama, et. al. (2006)[13]. Melakukan penelitian metal dusting terhadap
material paduan 800H. Ketebalan lapisan oksida yang terbentuk pada spesimen
paduan 800H tidak bergantung pada potensial oksigen di kesetimbangan termal, tapi
pada kesetimbangan parsial reaksi H2O dan H2. Metal dusting terjadi ketika kondisi
dimana deposisi karbon dan pembentukan oksida bersaing. Yaitu, dimana aktivitas
karbon dan potensial oksigen sama-sama tinggi, tidak salah satu. Metal dusting
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
12
diketahui diinisiasi oleh sejumlah localized imperfect sites seperti flaws dan defects
dari protective scale oxide.
3.6. Nickel-base
Y. Nishiyama, et. al. (2005)[14]. Melakukan penelitian metal dusting terhadap
sejumlah paduan nickel-base. Dengan temperatur 600oC, dalam waktu 200 jam,
dengan campuran gas CO-H2-CO2-H2O, serta aktivitas karbon dan kandungan CO
yang tinggi, ditemukan bahwa paduan 600 dengan 15% Cr mengalami pengurangan
massa akibat metal dusting, dan kokas terdeposit pada permukaan spesimen. Pada
paduan 690 yang mengandung 30% Cr, tidak terjadi metal dusting. Berdasarkan
pengamatan mikroskopis, bahwa untuk spesimen berkarat difusi kedalam karbon
mungkin melalui celah dan flaws dalam scale oksida. Gambar 10 menunjukkan
model skematis untuk presipitasi langsung grafit platelets paduan super nickel-base,
sedangkan gambar 11 menunjukkan skematis inisiasi dan propagasi dari pit, seperti
metal dusting pada paduan nickel-base.
Gambar 10. Presipitasi langsung grafit platelets pada Ni-based Superalloys[14]
.
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
13
Gambar 11. Inisiasi dan Propagasi Pit-Metal Dusting pada Paduan Nickel-Base[14]
.
Penelitian metal dusting untuk paduan nickel-base juga dilakukan oleh peneliti
lain, seperti J.Z. Albertsten, (2007)[15], dengan menggunakan paduan nickel-base
602 dan 693, yang sering digunakan untuk aplikasi plant.
3.7. Paduan Temperatur Tinggi
Sejumlah paduan temperatur tinggi yang memiliki sifat heat-resistant yang
sangat baik, dengan penamaan komersil, diteliti kemampuan ketahanan metal
dusting nya untuk diaplikasikan pada berbagai kondisi. Beberapa paduan temperatur
tinggi tersebut diantaranya KHR35C HiSi, KHR45A LC, UCX, HP, dan 35Cr-
45Ni[1,10].
4. Pengendalian Metal Dusting
Sejumlah metode digunakan untuk mengendalikan serangan metal dusting,
yaitu: (1) seleksi material terhadap paduan dengan ketahanan intrinsik metal
dusting; (2) menekan reaksi transfer karbon dengan aditif kimia & pelapisan
permukaan logam; (3) Coatings untuk promosi permukaan protektif dengan lapisan
oksida; serta (4) penambahan inhibitor, yaitu gas H2S[3,16].
5. Daftar Pustaka
[1] A. Al-Meshari, & J. Little. (2009). Metal Dusting of Commercial High-Temperature Alloys. The
Arabian Journal of Science and Engineering. Vol. 34, no. 2C, pp. 19-35.
[2] D.J. Young. (2008). High Temperature Oxidation and Corrosion of Metals. Netherland: Elsevier.
Short Review of High Temperature Corrosion: Metal Dusting
14
[3] W. Gao, & Z. Li. (2008). Developments in High-Temperature Corrosion and Protection of
Materials. England: Woodhead Publishing Limited.
[4] G.Y. Lai. (2007). High Temperature Corrosion and Materials Applications. USA: ASM
International.
[5] H.J. Grabke. (1995). Metal Dusting of Low- and High-Alloy Steels. Corrosion. Vol. 51, no. 9, pp.
711-720.
[6] H.J. Grabke. (2000). Corrosion by Carbonaceous Gases, Carburization and Metal Dusting, and
Methods of Prevention. Materials at High Temperatures. Vol. 17, no. 4, p. 483.
[7] C.M. Chun, et. al. (2002). Mechanisms of Metal Dusting Corrosion of Iron. Journal of the
Electrochemical Society. Vol. 149B, pp. 348-355.
[8] C.M. Chun, et. al. (2000). Carbon-induced corrosion of nickel anode. Journal of the
Electrochemical Society. Vol. 147, pp. 3680-3686.
[9] C.M. Chun, et. al. (2003). Metal Dusting Corrosion of Cobalt. Journal of the Electrochemical
Society. Vol. 150, pp. B76-B82.
[10] A.I. Al-Meshari. (2008). Metal Dusting of Heat-Resistant Alloys. PhD Dissertation. Department
of Material Science and Metallurgy, University of Cambridge.
[11] C.M. Chun, et. al. (). Metal Dusting Resistant Copper-based Material. Corrosion Preprint. 45 p.
[12] Z. Zeng, et. al. (2004). Effect of Oxide Scale Compositions on Metal Dusting Corrosion of Fe-
based Alloys. Corrosion. Vol. 60, no.7, pp. 632-642.
[13] Y. Nishiyama, et. al. (2006). Effect of Syngas Composition on Metal Dusting of Alloy 800H in
Simulated Reforming Gas Atmospheres. Corrosion. Vol. 62, no. 1, pp. 54-63.
[14] Y. Nishiyama, et. al. (2005). A Metallurgical Approach to Metal Dusting of Nickel-Base Alloys.
Materials Transaction. Vol. 46, no. 8, pp. 1890-1896.
[15] J.Z. Albertsten. (2007). Experimental and Theoretical Investigations of Metal Dusting Corrosion
in Plant exposed Nickel-based Alloys. PhD Thesis. Department of Material Science and
Engineering, Norwegian University of Science and Technology.
[16] R.F. Hochman. (1977). Effects of High Pressure and Inhibitors of Metal Dusting Corrosion
Pertinent to Coal Gasification Systems. Final Research Report, Grant No. G0155088. Bureau
of Mines, Washington D.C.