#BetterLIFE Observations Losing momentum and relevance Global issue Low conviction rate.
Sharing Empowering Changing Life betterlife · Sekolah Keterampilan ... About YTP Welcome Note...
Transcript of Sharing Empowering Changing Life betterlife · Sekolah Keterampilan ... About YTP Welcome Note...
magazine
Sharing Empowering Changing Life
www.tanganpengharapan.org
September 2018
betterlifeInspiring
WORLD PEACE
3betterlifeSeptember 2018
ED
ITO
RIA
L
CHIEF EDITOR
Denny Lim
EDITOR
Christa Stefanie
JOURNALIST
Centre Coordinator
GRAPHIC DESIGNER
Tim Media YTP
PHOTOGRAPHER
Centre Coordinator
Contents
Helping People Live a Better Life
OUR VISION“Membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi bangsa Indonesia”
OUR MISSION“Membantu setiap orang menemukan potensi diri mereka dan mengeluarkan mereka
dari kemiskinan dengan memberikan solusi praktis”
OUR PROGRAM
Makan untuk Belajar (Feeding and Learning Centre) •
Sekolah Keterampilan (Life Skill Training) •
Pelatihan Guru-guru Pedalaman (Training for Teacher) •Rumah Perlindungan bagi Anak (Children Rescue Home) •
Sekolah Penjara (Prison School) •
• Pendidikan Anak Usia Dini (Early Age Education)• Sponsor Guru Pedalaman (Rural Teacher Sponsorship)• Fasilitas Pendidikan (Educational Support)• Klinik Berjalan (Mobile Clinic)• Pusat Pelatihan dan Pengembangan (Life Training Center)
YAYASAN TANGAN PENGHARAPANTanda Daftar Yayasan: 014.31.75.1005.12185
NPWP: 02.676-070.2 - 003.000SK Nomor: AHU-2473.AH01.02 Tahun 2008
Dukung kami dengan menjadi volunteer atau melalui doa dan
donasi a.n.
Yayasan Tangan Pengharapan
Banking Details:
BCA Kelapa Gading 065 30 900 96
BNI Kelapa Gading 030 900 96 06
Mandiri Kelapa Gading 125 0011 260924
AN. House of Blessing
Commonwealth Bank (Australia Only) 06 2271 - 1011 4849
(+6221) 452 8511(+62) 813 143 333 41
Jl. Banyo Raya B1 / 28, Kelapa GadingJakarta Utara - 14250
@ytp_indonesia
@tangan_pengharapan
Yayasan Tangan Pengharapan
www.tanganpengharapan.org
About Us
2 betterlifeSeptember 2018
Project YTP
Children Program
Life Training Center
News Update
Mobile Clinic
Children Testimony
Field Hero
Partner Appreciation
About YTP Welcome Note Editorial
16
06
0810
12
14
18
19
02 04 05
IN Holiday With A Mission
IN Kemiskinan dan
Kriminalitas
IN Pameran
Pemberdayaan
MasyarakatIN Kunjungan
Tahunan ke Sumba
IN Kemiskinan &
Kesehatan
IN Pejuang Cilik
IN (seperti) Kampung
Halamanku
IN Terima Kasih
Kepada SOHO Global Health
IN Visi, Misi dan Program Tangan
Pengharapan.
IN Terima kasih atas dukungan para Partners dalam memperbaiki taraf hidup masyarakat pedalaman Indonesia.
IN World Peace
EN Holiday With A Mission
EN Poverty & Criminality
EN Exhibition for Community Empowerment
EN Annual Visit to Sumba
EN Healthy Lifestyle
EN A little Fighter
EN (just like) My
Hometown
EN Thanks to SOHO Global Health
EN Tangan Pengharapan's
Vision, Mision and Program. EN Thank you for our supporting Partners in improving the living standards of rural Indonesians.
EN World Peace
4 betterlifeSeptember 2018
WELCOME NOTE
Dear Partners
Tangan Pengharapan yang terkasih
Dear Tangan Pengharapan's beloved partners
Together
we make Indonesia
a betterplace!
Many Bl ess ings .Yoanes
& Henny Kristianus
EN On September 21st, we will celebrate International Day of Peace. For this reason, we chose “World Peace” as the theme of Better Life for this month.Now, we would like to explain briefly about the program that
we had administered on August
2018. Last month, The Founder of Tangan Pengharapan, Mrs. Henny Kristianus and team conducted annual visit to Sumba. The visit took place for 5 days and they were able taking care of 14 centers of Tangan Pengharapan and 1400 children who have been supported by Tangan Pengharapan. To celebrate Indonesia Inde-pendence Day, on August, the empowerment team of Tangan
Pengharapan and the participants
IN Tanggal 21 September kita akan memperingati Hari Perdamaian Dunia. Bertepatan dengan hal itu, pada Better Life bulan ini kami mengangkat tema
“World Peace”.Kami akan menjelaskan
secara singkat program yang telah dilaksanakan sepanjang
bulan Agustus. Pada bulan lalu, Founder YTP Ibu Henny Kristianus dan tim telah melakukan kunjungan tahunan
ke Sumba. Kunjungan dilakukan selama lima hari untuk
mengunjungi 14 Center dengan jumlah anak binaan 1400 anak.
of Life Training Center (LTC) batch 13 followed an exhibition which was held by the local government, Sub-district Kot’olin, District South Timur Tengah.A big “Thank You” to our part-ners who have supported the
Tangan Pengharapan Foundation programs. May God repay you a hundredfold for all the goodness
extended. Helping People Live a Better Life.
Dan dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan Indonesia, pada bulan Agustus Tim
Pemberdayaan dan peserta
Life Training Center (LTC) tahap
13 mengikuti pameran yang diadakan oleh pemerintah tingkat Kecamatan Kot’olin dan tingkat Kabupaten Timor Tengah Selatan.Terima kasih kepada para partner
yang telah mendukung program
Yayasan Tangan Pengharapan. Kiranya Tuhan membalas segala
kebaikan Bapak dan Ibu semua. Helping people live a better life.
5betterlifeSeptember 2018
IN Indonesia merupakan negara yang memiliki
kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Bukan hanya kekayaan alamnya saja, namun juga suku, bahasa, adat istiadat, dan budaya. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS), Indonesia memiliki 1.340 suku dan 748 bahasa. Wow! betapa indahnya Indonesia. Menjadi satu bukan berarti kita harus sama, tetapi dalam perbedaan kita dapat bersatu dan hidup damai.
EN Indonesia is blessed with an abundance of natural resources. Not only the resources, Indonesia is rich in terms of its tribe, language, custom, and culture. Based on Central Bureau of Statistic, Indonesia has 1.340 tribes and 748 languages. Wow! What a wonderful Indonesia! Becoming one does not mean we must be identical, but it is more to how we find
Pada tanggal 21 September, seluruh bangsa di belahan dunia memperingati Hari Perdamaian Dunia. Merupakan impian bagi semua bangsa untuk hidup damai tanpa konflik dan isu yang membawa perpecahan bahkan perang. Beberapa hal penyebab terjadinya perpecahan adalah ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, dan karakter bangsa yang buruk. Melalui program pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan kesehatan, Tangan Pengharapan hadir memberikan harapan untuk kehidupan yang
lebih baik. Sehingga masyarakat di pedalaman Indonesia dapat hidup damai dan sejahtera.
peace on our differences through tolerance.On September 21st, the world celebrates International Day of Peace. Living a life without issue or conflict, and even war is one of the biggest goal for all nations in the world. Notably, several reasons for conflict are, social and economic inequality, and nation’s character which is poorly developed. Through education, community empowerment, and healthy program, Tangan Pengharapan presents hope for a better life, so that people who live in rural areas can live in peace and prosperity.
On last August, Indonesia celebrated Independence Day, and this is the time for us to continue the true meaning of freedom by living in peace. So then let us pursue what leads to peace for a better Indonesia.
Bulan Agustus yang lalu, kita merayakan kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan kini saatnya kita menjaga kemerdekaan Bangsa
Indonesia dengan hidup dalam perdamaian. Mari membawa damai untuk Indonesia yang lebih baik.
EDITORIAL
WORLD PEACE
6 betterlifeSeptember 2018
&
&
IN Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia. Namun ternyata masih ada kemiskinan yang terjadi
di kota besar ini. Kemiskinan dan kriminalitas memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari orang akan melakukan hal apapun, bahkan hingga tindakan kriminal.
Seperti yang dialami oleh salah satu anak binaan Tangan Pengharapan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) Salemba. Anak tersebut harus di penjara selama 1 tahun lantaran mencuri motor.
7betterlifeSeptember 2018
CRIMINALITY
KEMISKINAN
KRIMINALITAS
POVERTY
CHILDREN PROGRAM
Jakarta is the capital city of Indonesia. However, poverty still arise in the city. Poverty and criminality have inseparable linkages. People tend to do everything so that they can meet their daily needs, including crime. This pressure has been experienced by one of the children who has been supported by Tangan Pengharapan in
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Salemba. The child should be prisoned for 1 year because he stole a motorcycle. The reason for his offense was to help his poor parents. In fact, there are 60 more children who have been guided by Tangan Pengharapan with various criminal background. The most common issues are drug use, stealing, and brawling. It happened because of economic gap, negative affiliation, and improper environment condition.Through prison school, Tangan Pengharapan helps them and gives them hope, because they deserve a bright future. The children has been guided through three different programs. They are Life Skill Training (LST), Community Learning Center, and counselling or photo the character (Power Character). Additionally, Tangan Pengharapan has opened a library to support teaching and learning activities for the children. Finally, Tangan Pengharapan becomes the first organisation that conducted Computer Based National Examination in children prison, in Indonesia. Notably, 31 children passed the national examination for package A, B, and C which officially equals to primary, junior high, and senior high school certification. This guidance from Tangan Pengharapan makes the children able to have a clearer vision if later they are released from the prison.
EN
Alasan ia mencuri adalah untuk membantu orang tuanya yang miskin. Anak ini merupakan satu dari 60 anak binaan dengan latar belakang kriminal yang berdeda. Kasus yang paling banyak terjadi adalah narkoba, pencurian, dan tawuran. Semua itu disebabkan oleh faktor ekonomi, pergaulan yang salah dan lingkungan yang tidak mendukung sang anak.
Melalui program Sekolah Penjara, Tangan Pengharapan hadir untuk menolong mereka
dan memberikan harapan, bahwa mereka masih punya masa depan yang cerah. Anak akan dibina dalam 3 hal yaitu Life Skill Training (LST), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan konseling/foto karakter (Power Character). YTP juga membuka perpustakaan yang dapat mendukung KBM anak. Dampak yang dirasakan yaitu YTP berhasil
menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis
Komputer (UNBK) pertama dari seluruh lapas
di Indonesia. Sebanyak 31 anak telah lulus dari paket A, B, dan C serta mendapatkan ijazah kesetaraan resmi dari pemerintah. Bahkan setelah dibina oleh Tangan Pengharapan, kini mereka memiliki harapan dan visi yang jelas
ketika bebas dari penjara nanti.
8 betterlifeSeptember 2018
LIFE TRAINING CENTER
9betterlifeSeptember 2018
PAMERAN PEMBERDAYAANMASYARAKAT
Tanaman yang dipamerkan adalah
tomat, kobis, cabai, ubi ungu, dan contoh bibit holtikultura. Pada pameran ini juga pengunjung dapat mendengarkan
penjelasan mengenai benih yang cocok pada daerah mereka serta program dapur
hijau (memanfaatkan pekarangan rumah
untuk menanam sayur dan bumbu dapur). Pameran ini membawa dampak positif bagi para pengunjung yang datang. Bahkan beberapa kepala desa meminta Tangan
Pengharapan mengadakan pelatihan di desa mereka. Bapak Camat Kot’Olin pun mengapresiasi program pemberdayaan ini
dan meminta tim pemberdayaan untuk mewakili Kecamatan Kot’olin pada pameran tingkat Kabupaten. Semoga dengan diadakannya pameran ini dapat memotivasi para petani di TTS untuk dapat mengolah
sumber daya alamnya dengan maksimal.
IN Kecamatan Kot’olin merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT. Minimnya budidaya tanaman pertanian dan pengetahuan untuk
mengelola sumber daya alam, mendorong Tangan Pengharapan untuk melakukan
pelatihan pemberdayaan tahap 13 di Life Training Center. Pesertanya adalah beberapa petani yang berasal dari 8 desa dari Kecamatan Kot’olin.Pada tanggal 12-17 Agustus 2018, peserta yang telah dilatih di Life Training Center (LTC) membuka stan dalam pameran yang diadakan
oleh pemerintah Kecamatan Kot’olin. Pameran ini bertujuan untuk membuka wawasan para
petani melalui komoditi yang dipamerkan, mengajak para petani untuk mau mengelola
sumber daya alam mereka secara maksimal, dan memotivasi peserta pelatihan LTC untuk semakin giat dalam mengembangkan
pertanian.
EN Kot'olin is one of the
Sub-districts, of South Central Timor Region (TTS), in NTT. The lack of agricultural cultivation and know-how in managing nat-ural resources, has encouraged Tangan Pengharapan to carry out its 13th session on empow-erment training at the Life Skill
Training Center in Kupang. The participants consisted of several farmers from 8 villages in Kot'olin District. Participants who had attended the earlier training session at the
Life Skill Training Center (LTC)
participated in an exhibition held by the Kot'olin District govern-
EXHIBITIONCOMMUNITY EMPOWERMENT
for
ment from 12-17 August, 2018. This exhibition was aimed at broadening the insight of farm-ers through the commodities on display, thereby awakening a de-sire within them to manage their
natural resources to the fullest, and to motivate LTC trainees to be more actively involved in developing agriculture. The display consisted of to-matoes, cabbage, chili, purple sweet potato plants, and exam-ples of horticultural seeds. At the exhibition, visitors listened attentively to explanations about seeds suitable for their area and
green kitchen programs (utilizing
home yards to grow vegetables
and kitchen spices). This exhi-bition had a positive impact on the visitors to the effect that some village heads asked Tangan
Pengharapan to conduct training in their villages too. The Kot'Olin sub-district head also appreciat-ed this empowerment program
and asked the empowerment
team to represent Kot'olin Dis-trict at the district level exhibi-tion. Hopefully this exhibition will motivate farmers in TTS region to work towards using their natural
resources to the fullest.
10 betterlifeSeptember 2018
NEWS UPDATE
IN Pada bulan Agustus, Founder Yayasan Tangan Pengharpan (YTP) Ibu Henny Kristianus mengunjungi Pulau Sumba yang terletak di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Center YTP berada di 3 kabupaten yaitu Sumba Barat, Sumba Barat Daya, dan Sumba Timur. Kunjungan berlangsung selama 5 hari, yaitu pada tanggal 6-10 Agustus 2018. Beliau mengunjungi 14 center dengan jumlah total 1153 anak. Ibu Henny memulai kunjungan pertamanya di Sumba Barat Daya yaitu di FLC
Tanakapu dan mengakhiri kunjangan di FLC
Kalala, Sumba Timur. Dengan tarian tradisional khas Sumba dan pengalungan kain tenun
sumba, anak-anak binaan YTP bersama dengan para orang tua menyambut kedatangan Ibu
Henny di setiap center yang dikunjungi. Keindahan pulau Sumba pun mewarnai
perjalanan Ibu Henny selama kunjungan.
Annual Visit
11betterlifeSeptember 2018
EN On August 2018, the founder of Tangan Pengharapan Foundation (YTP), Mrs. Henny Kristianus visited centers of Tangan Pengharapan in Sumba Island, East Nusa Tenggara, which are located in three different districts. The districts are West Sumba, Southwest Sumba, and East Sumba.The visit took place for 5 days, which was held on 6-10 August 2018. Mrs. Henny visited 14 centers and 1153 children. She started her visit on FLC Tanakapu
in Southwest Sumba and ended it on
FLC Kalala, East Sumba. Mrs. Henny is welcomed with traditional dance of Sumba and garlanded with a hand
woven stole of Sumba. Mrs. Henny was welcomed in every center by children who are guided by Tangan Pengharapan
along with their parents.
The beauty of Sumba was another highlight
of Mrs. Henny’s trip. Sumba Island is famous for its wonderful natural tourism. Many local and international tourists come and enjoy the beauty of Sumba. However, there is something crucial hidden behind those developed tourism
business. We could find the lack of access to education. Some children need to walk hungrily for 7 kilometers just to reach the nearest school. Nutritional foods are really important to help them concentrate in learning, and thus TPF provided the food to the children. Additionally, TPF has sent certificated bachelor degree teachers to various remote areas in Sumba. Tangan Pengharapan presents to build a brighter
future for underprivileged children in Sumba.
Pulau Sumba terkenal dengan wisata
alamnya yang begitu menakjubkan. Banyak wisatawan dari dalam
maupun luar negri yang datang untuk
menikmati keindahan Sumba. Namun dibalik keindahan itu masih ada anak-anak yang harus berjalan sejauh 7 km untuk menuju sekolahnya dalam
keadaan lapar. Pemberian makanan bergizi sangat membantu mereka untuk dapat konsentrasi dalam belajar. Dan untuk membantu kurangnya
tenaga pendidikan di beberapa daerah, Tangan Pengharapan mengirimkan
guru pedalaman Strata-1. Tangan Pengharapan hadir untuk membangun
masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak yang kurang mampu di Sumba.
Sumba
12 betterlifeSeptember 2018
IN Kemiskinan dan kesehatan
mempunyai hubungan yang
saling berkaitan. Hidup dibawah garis kemiskinan
membuat sebagian masyarakat
tidak begitu mengutamakan kesehatan. Jarak puskesmas yang jauh membuat
inisiatif warga yang tinggal di pedalaman juga masih
sangat kurang. Mereka harus mengeluarkan biaya yang tak
sedikit untuk transportasi dan
membeli obat. Warga akan menunggu hingga penyakitnya
sangat parah lalu pergi berobat
ke puskesmas atau ke rumah
sakit. Tak jarang penanganan yang terlambat sering terjadi
di Rumah Sakit Umum
Daerah. Salah satunya adalah kecamatan Insana Fafinesu, Kabupaten Timor Tengah Utara
(TTU), NTT.Menurut salah satu staff kantor Kecamatan Insana Fafinesu, fasilitas yang disiapkan oleh pemerintah
sudah maksimal di pusat
kecamatan. Namun karena membutuhkan biaya yang
tak sedikit membuat warga
lebih memilih menggunakan
&
dan
13betterlifeSeptember 2018
EN Poverty and health are
interrelated. Health is the least of the priorities for majority of villagers living below the poverty
line. The distance between the villages and the government health
centers (puskesmas) is a matter of grave concern which often acts as a deterent, for residents living in the interiors. Adding to their woes is the lack of public transportation and infrastructure. The cost of transportation and drugs is beyond their reach. Hence these residents often wait until the illness or infection is very severe before they pay a visit to the health center or hospital. This delay makes it very difficult for paramedics at the Regional General Hospital to treat patients. For example the Insana Fafinesu, a sub-district in North Central Timor Region (TTU), NTT.One of the staff at the Insana Fafinesu Sub-district office claims, that the facilities provided by the
obat tradisional yang
justru terkadang membuat
penyakit mereka menjadi
semakin parah. Ditambah lagi penggunaan obat yang
salah seperti obat antibiotik amoxicillin. Bagi masyarakat pedalaman di TTU, amoxicillin merupakan obat yang dapat
menghilangkan segala
penyakit. Padahal penggunaan antibiotik apapun yang tidak perlu atau penyalahgunaan
antibiotik dapat menyebabkan efektivitasnya menurun. Bahkan obat ini harus dengan
resep dokter, namun mereka membelinya di toko kecil tanpa resep dokter.Selain mengadakan
pengobatan gratis, dokter pun selalu melakukan penyuluhan
kesehatan secara personal kepada setiap pasien. Kendala bahasa membuat warga kurang
antusias ketika mendengarkan penyuluhan secara masal. Menurut Dokter Novita Jehalu
hal ini pun dirasa lebih efektif, karena pasien ditangani secara maksimal sesuai penyakit yang
dideritanya.
government has been maximized at the subdistrict center. However, since the cost of the treatment is rather expensive, people prefer to use traditional medicines or self medication such as (Amoxillin) which is blatently sold over the counter by small stores without a doctor's prescription that actually worsens the disease. For the rural communities in TTU, Amoxillin is a ‘Miracle Drug’ that can cure any disease. Excessive use of any antibiotics or antibiotic abuse can cause their effectiveness to decrease. Tangan Pengharapan’ Mobile Clinic Team not only provide free medical treatment, but also provides personal health
counseling and tips on the benefits of a heatlhy lifestyle to each patient. According to Doctor Novita Jehalu, this one-on-one counseling is more effective, rather than mass counseling because patients are treated optimally according to their illness. Language barriers is a
major stumbling block to mass counseling. Hence people tend to be less enthusiastic.
Kemiskinan
Poverty
Health
Kesehatan
14 betterlifeSeptember 2018
CHILDREN TESTIMONY
15betterlifeSeptember 2018
EN Yohanes Edit Atok, Edit is a child in a fourth grade in Feeding and Learning in Taenino, NTT. He is the fourth child of 4 siblings. His mother passed away when he was 7 years old. Now, Edit lives with his father and two of his brothers. Because his father is in a poor health condition, Atok and his brothers need to work to make a living. If planting and harvest season have arrived, they usually laboured by their neighbours, and thus they could survive, buy medications for their father, and pay their tuition fee.Sometimes, Edit sacrificed his class so that he could accompany his father in case he relapsed. For this reason, he followed additional class in the afternoon, in hopes that he could catch up his missed lessons. Furthermore, it is not rarely if the family having their meals without side dishes. Even in feeding program, Edit usually brings his food to his house so that it could be his family’s dinner.
Terkadang Edit harus rela
tidak masuk sekolah karena harus menjaga ayahnya
jika penyakitnya kambuh. Namun untuk mengejar
ketertinggalannya, biasanya Ia selalu berusaha agar
dapat hadir mengikuti bimbingan belajar di
sore hari. Tak jarang mereka harus makan tanpa lauk.
Bahkan disaat feeding, Edit sering membungkus sebagian
lauknya untuk makan malam di
rumah.Kerasnya kehidupan Edit, tak menyurutkan semangatnya
untuk tetap berjuang meraih
impiannya menjadi seorang
However, the hardship that he has been through does not
limit his enthusiasm to become a doctor. He is one of the brightest children in his class, especially in maths and religion subject. Edit feels so grateful for Tangan Pengharapan
Foundation. He received knowledge, nutritional food, and school equipment as well. As a result, he could continue his study and struggle to reach his life’s goals.
FIGHTER
PejuangCILIK
A Little
IN Yohanes Edit Atok, Edit merupakan anak kelas 4 SD pada Feeding and Learning di Taenino, NTT. Ia merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Ibunya telah meninggal dunia saat usianya masih 7 tahun. Kini Edit tinggal bersama ayah dan kedua saudaranya. Karena kondisi ayahnya yang sakit, mereka harus bekerja mencari nafkah. Jika musim tanam atau panen padi tiba, biasanya mereka bekerja membantu menanam atau memanen padi milik
tetangganya untuk dapat bertahan hidup, membeli obat untuk ayahnya, dan membiayai sekolah mereka.
dokter. Ia merupakan anak yang memiliki kemampuan
yang lebih bagus dibandingkan
teman-temannya, terutama dalam mata pelajaran
matematika dan agama. Edit sangat bersyukur karena
adanya Yayasan Tangan
Pengharapan, Ia mendapatkan ilmu, makan bergizi, dan bantuan seperti perlengkapan sekolah. Dengan begitu ia tetap dapat melanjutkan sekolahnnya
dan meraih impiannya.
EN Schools must be a comfort-able place for children to learn and grow. However, in reality, schools with primative struc-tures, like tatched roof, bamboo walls and soil flooring still exists. During summer these classroom floors tend to become dry and cracked and have to be watered to keep the flooring intact. During the monsoons, students have to protect their books from rainwater that seep in through
leaking roofs of the building. In
16 betterlifeSeptember 2018 17 betterlife
September 2018
PROJECT YTP
fact, students often have to learn with their feet immersed in slush
due to the wet soil. Through the School Building Project, Tangan Pengharapan plans to build three such build-ings in SDN Kleja, Tamkesi, and Naisunaf, in North Central Timor District (TTU), NTT. On August 20-22, 2018, Mr. Alpon Sukandi, the Head of Tangan Pengharapan Branch in NTT lead groundbreak-ing for school building in Kleja, Tamkesi, and Naisunaf. In addition to laying the first
Tangan Pengharapan berencana membangun 3 Rumah Belajar di SDN Kleja, Tamkesi, dan Naisunaf, di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT. Pada tanggal 20-22 Agustus 2018, Bapak Alpon Sukandi selaku Kepala Cabang Tangan
Pengharapan di NTT memimpin
peletakan batu pertama pada
pembangunan Rumah Belajar di
TTU. Peletakan batu pertama ini mengawali proses pembangunan
Rumah Belajar di Kleja, Tamkesi, dan Naisunaf. Selain peletakan batu pertama,
warga yang masih kental dengan
budaya dan adat istiadat ini melakukan upacara adat sebelum pembanguan dimulai. Hal ini merupakan tradisi yang harus
dilakukan untuk mengadakan
pembangunan khususnya di desa
adat. Semoga Proyek Rumah Belajar
ini dapat selesai tepat waktu
dan anak-anak dapat segera menikmati fasilitas belajar yang layak. Sehingga mereka dapat belajar dengan nyaman dan
memiliki semangat yang lebih
lagi dalam belajar.
Peletakan Batu Pertama untuk
Proyek Rumah Belajar
stone, residents who are still thick with culture and customs performed traditional ceremo-nies before development begins. This is a tradition that must be carried out to make any new development especially in tradi-tional villages. Hopefully this School Building Project can be completed on time and children can imme-diately enjoy decent learning facilities. So they can learn with enthusiasm and comfort.
IN Sekolah harusnya menjadi
tempat yang nyaman untuk
belajar bagi anak-anak. Namun pada kenyataannya masih ada
sekolah yang beratapkan daun
gewang dan berlantaikan tanah. Ketika musim panas tiba, mereka harus menyiram tanah supaya
tidak berdebu. Jika musim hujan tiba, mereka harus melindungi buku-buku dari air hujan yang bocor melalui atap gedung. Bahkan tak jarang mereka harus
belajar dengan kaki yang penuh
lumpur karena tanah yang basah. Melalui Proyek Rumah Belajar,
ProjectBuilding
For School
Groundbreaking
18 betterlifeSeptember 2018
FIELD HERO
IN Tak mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, apalagi tinggal dipedalaman. Begitu pula dengan apa yang dirasakan oleh Abigael Semy Ranteanan atau yang biasa
dipanggil Abi. Wanita asal Pangrante, Sulawesi Selatan ini harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru di Desa
Sidas, Kalimantan Barat. Meskipun pada awalnya terasa berat, sekarang ia merasa lebih nyaman dan menikmati suasana di Desa Sidas. Menjadi guru PAUD memang bukanlah impiannya. Namun ia merasa bahagia ketika anak-anak tersenyum bahagia dan antusias dalam mendengarkan cerita. Abi tidak hanya menjadi guru PAUD, namun ia juga memberi bimbingan kepada anak SD dalam beberapa mata pelajaran seperti matematika, bahasa inggris dan bahasa Indonesia.
EN It has never been easy to adapt in new environment, especially in remote area. That was what Abigael Semy Ranteanan or Abi felt when she was placed in rural area. Abi originally comes from Pangrante, South Sulawesi, needed to adapt in completely new environment in Sidas Village, West Kalimantan.Although it was burdensome at the first time, now she finds comfort and enjoyment living in Sidas Village. As an infor-mation, being a teacher for an early childhood, or PAUD, has never became Abi’s ambition. As time goes by, she felt so happy when the children in the PAUD enthusiastically listened to her story telling. Despite being a teacher for an early child-hood, Abi also teaches some subjects for primary students, such as Mathematics, English, and Bahasa Indonesia.
Kampung Halamanku
My Home
Town
LOGO YANG DICANTUMKAN ADALAH LOGO PARTNERS YANG MENGADOPSI SALAH SATU PROGRAM TANGAN PENGHARAPAN
EN We would like to say thank you to SOHO Global Health for their donation, 96 packs of Curcuma milk, to the children in remote areas, in Papua and NTT. More than 500 kids have enjoyed the milk as their nutritional supplements, which are good for their growth.
IN Terima kasih kepada SOHO Global Health yang sudah mendonasikan 96 pak Susu Curcuma kepada anak-anak pedalaman Timor, NTT dan Papua. Lebih dari 500 anak di Timor dan Papua sudah menikmati Susu Curcuma ini sebagai tambahan nutrisi bagi pertumbuhan mereka.
(seperti)
(just like)“Though I was not born in this
village, I feel like I am home al-ready”, told Abi. Living in sim-plicity makes her able to learn many things, including to giv-ing thanks for her life. Teaching in remote area changes her life’s paradigm, that life is an opportunity to give your best
shot in serving others.
“Meskipun tidak lahir dari desa ini, saya merasakan bahwa tempat ini sudah menjadi kampung halaman
saya sendiri.” ungkap Abi. Hidup dalam kesederhanaan membuat ia belajar banyak hal, salah satunya yaitu bersyukur atas hidup yang kita miliki. Dengan mengajar di pedalaman membuat pandangannya mengenai hidup
berubah, bahwa hidup kita adalah kesempatan yang harus digunakan untuk memberikan yang terbaik bagi
sesama.