Sap Ispa Fix

23
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN INSPEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata perkuliahan panum profesi Departemen Keperawatan Komunitas Pariwisata Disusun oleh kelompok B : 1. Adi Nugroho 2. Ibnu Maulana T.A 3. Isabella Bethariani W. 4. Lenny Marlina 5. Lismawati Pertiwi W 6. Maria Dyah Kurniasari 7. Narendra Aji W 8. Reta Novi A 9. Robiana 10. Sri Veviari Aji M 0

description

iSPA

Transcript of Sap Ispa Fix

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KESEHATAN

INSPEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata perkuliahan panum profesi

Departemen Keperawatan Komunitas Pariwisata

Disusun oleh kelompok B:

1. Adi Nugroho

2. Ibnu Maulana T.A

3. Isabella Bethariani W.

4. Lenny Marlina

5. Lismawati Pertiwi W

6. Maria Dyah Kurniasari

7. Narendra Aji W

8. Reta Novi A

9. Robiana

10. Sri Veviari Aji M

11. Teguh Dwi U

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2012

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan: Penyakit Saluran Pernapasan

Sub Pokok Bahasan: ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut )

Sasaran: Masyarakat Desa Pentingsari

Hari Dan Tanggal: 9 Agustus 2012

Waktu: 11.00 Wib

Lamanya Penyuluhan: 30 Menit

Tempat: Balai Desa, Desa Pentingsari

A. TUJUAN UMUM

Setelah masyarakat telah mengikuti penyuluhan ini di harapkan masyarakat dapat mengerti tentag penyakit ISPA.

B. TUJUAN KHUSUS

1. Agar masyarakat tahu tentang penyakit ISPA

2. Agar masyarakat tahu tentan gejala penyakiut ISPA

3. Agar masyarakat tahu tentang cara pencegahan penyakit ISPA

C. MATERI

Terlampir

D. METODE: Ceramah dan Tanya jawab

E. MEDIA:

1. Power Poin ISPA

2. Leaflet

3. Microphone (bila perlu)

F. Strategi Kegiatan Belajar - Mengajar

No

Fase

Kegiatan penyuluhan

Kegiatan peserta

waktu

1

Pre interaksi

Menyiapkan materi, satuan acara penyuluhan dan pembuatan Chart

2

Interaksi

1. Mengucapkan salam pembuka, memperkenalkan diri

2. Menentukan kontrak waktu dan materi dengan peserta penyuluhan

3. Menjelaskan tujuan dilakukannya penyuluhan

Memperhatikan

2 menit

3

Kerja

1. Menjelaskan materi tentang :

Pengertian Bronkopnemonia

Penyebab Bronkopnemonia

Tanda-tanda bronkopnemonia

Cara merawat pasien dengan bronkopnemonia di rumah

Cara penanggulangan pencegahan bronkopnemonia di rumah

2. Memberi kesempatan audiens untuk mengajukan pertanyaan

a. Menjawab pertanyaan

b. Melemparkan pertanyaan (Evaluasi)

Memperhatikan

Bertanya

Memperhatikan

Menjawab

8 menit

1 menit

1 menit

2 menit

4

Terminasi

1. Mengakhiri pertemuan dan mengucapkan terima kasih atas partisipasi audiens

2. Memberikan salam

Mendengarkan

Menjawab salam

1 menit

G. Setting Tempat Dan Peran

Keterangan :

1 : moderator

2 : penyaji

3: sekretaris

4 : operator

: fasilitator

: penerima tamu dan fasilitator

Peran :

Leader Atau Penyaji : Lismawati Pertiwi W

Moderator : Lenny Marlina

Sekretaris : Narendra Aji W

Operator : Adi Nugroho

Fasilitator : Reta Novi A, Robiana, Isabella B.W, Maria K.S, Sri Vevi A.A.M, Ibnu M.T.A, Teguh D.U

Kepala Desa : Akmaludin S

Ketua RW : Aryadin

H. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur :

a. Kesiapan Materi

b. Kesiapan SAP

c. Kesiapan media : leaflet dan power point.

2. Evaluasi Proses

a. Fase dilalui sesuai waktu yang direncanakan.

b. Mendapat respon dari audiens berupa :

i. Bertanya hal yang belum diketahui.

ii. Menjawab pertanyaan penyuluh dengan kriteria 75 % jawaban yang disebutkan benar.

c. Suasana penyuluhan tertib.

3. Evaluasi Hasil

Orangtua (audiens) dapat :

1. Menjelaskan pengertian ISPA.

2. Menjelaskan penyebab ISPA.

3. Menjelaskan tanda-tanda ISPA.

4. Menjelaskan cara merawat pasien dengan ISPA.

5. Menjelaskan cara penanggulangan pencegahan ISPA di rumah.

I. Lampiran

ISPA

A. Definisi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1992 dalam library.usu.co.id).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju tidak berbeda, tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak (WHO, 1992). Berbagai laporan mennyatakan bahwa ISPA anak merupakan penyakit yang paling sering pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya mengenai saluran nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai saluran pernafasan bawah.

Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode (WHO 1992).

ISPA merupakan penyakit yang utama dari layanan rawat jalan meliputi 25-40% balita yang berobat, dan ISPA pula yang merupakan penyebab rawat inap balita di rumah sakit sekitar 30-35% dari seluruh balita yang dirawat inap.

Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya pneumonia masih merupakan masalah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. WHO memperkirakan 12,9 juta balita meninggal dunia karena ISPA terutama pneumonia.

Beberapa faktor mempengaruhi tingginya mortalitas dan morbiditas ISPA serta berat ringannya penyakit, faktor inilah yang dikenal sebagai faktor risiko. Berbagai penelitian mengenai faktor risiko telah dilakukan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Nampaknya faktor risiko di negera industri agak berlainan dari faktor risiko di negara berkembang. Beberapa faktor risiko yang telah diketahui antara lain, malnutrisi, kelahiran dengan berat badan rendah (BBLR), pemberian ASI, kepadatan hunian, sosioekonomi yang rendah, asap rokok, cuaca, pendidikan orang tua, dan lain-lain. Sedangkan beberapa lainnya masih diperdebatkan, seperti peran vitamin A. Secara umum faktor risiko dapat dikelompokkan menjadi faktor diri (host) dan faktor lingkungan.

Menurut WHO beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi pneumonia dan kematian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain.

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah sebagai berikut:

1. Faktor host (diri)

a) Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut.

b) Jenis kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark.

c) Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

d) Status imunisasi

Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA.

e) Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

2. Faktor lingkungan

a) Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1992).

Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di Denmark.

b) Kepadatan Hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.

c) Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi.

d) Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok.

e) Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah pencemaran udara.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA.

B. Etiologi

Penyebab ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.

Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

C. Manifestasi Klinik

Banyaknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut ini cukup menyulitkan dalam klasifikasi dari segi kausa, hal ini semakin nyata setelah diketahui bahwa satu organisme dapat menyebabkan beberapa gejala klinis penyakit serta adanya satu macam penyakit yang bisa disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme tersebut.

Oleh karena itu klasifikasi ISPA hanya didasarkan pada :

1. Lokasi Anatomis

a) Infeksi saluran pernafasan bagian atas.

Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.

b) Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.

Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus paru-paru.

2. Derajat keparahan penyakit

WHO telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul, dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988.

Adapun pembagiannya sebagai berikut :

a) ISPA ringan

Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

Batuk

Pilek dengan atau tanpa demam

b) ISPA sedang

Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:

Pernafasan cepat.

Umur < 1 tahun : 50 kali / menit atau lebih.

Umur 1-4 tahun : 40 kali / menit atau lebih.

Wheezing (nafas menciut-ciut).

Sakit/keluar cairan dari telinga.

Bercak kemerahan (campak).

Khusus untuk bayi