Risha Fachriyah Syahid

111
GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN (KASUS KELURAHAN MARISO KECAMATAN MARISO MAKASSAR) DESCRIPTION OF SLUM SOCIETY SOCIAL LIFE IN THE CITY (CASE OF MARISO VILLAGE MARISO SUB DISTRICT MAKASSAR) SKRIPSI RISHA FACHRIYAH SYAHID E 411 07 039 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

description

makalah

Transcript of Risha Fachriyah Syahid

GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN (KASUS KELURAHAN MARISO KECAMATAN MARISO MAKASSAR)

DESCRIPTION OF SLUM SOCIETY SOCIAL LIFE IN THE CITY(CASE OF MARISO VILLAGE MARISO SUB DISTRICT MAKASSAR)

SKRIPSI

RISHA FACHRIYAH SYAHIDE 411 07 039

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2012

GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN(KASUS KELURAHAN MARISO KECAMATAN MARISO MAKASSAR)

SKRIPSI

RISHA FACHRIYAH SYAHIDE411 07 039

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaPada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Hasanuddin Makassar

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2012

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSIYang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Risha Fachriyah SyahidNim : E411 07 039Judul Skripsi : GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN (KASUS KELURAHAN MARISO, KECAMATAN MARISO MAKASSAR)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini adalah hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi apapun atas perbuatan tersebut.

Makassar, Mei 2012

Penulis

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada Ayahanda Drs. H. Waqid Syahid, M.Si dan Ibunda tercinta Hj. Asidah, dengan doa yang selalumengiringi langkahku. Semoga Allah Swt, melindungi dan menyayangi keduanya. Saudara-saudaraku, Muh. Pratama Syahid, Risha Yustika Syahid, dan Risha Hardianti Syahid.Suami tercinta Hendradi Masry serta bidadari kecilku Huraadira Fayyaza.Sahabat yang selalu memahami aku,semoga suatu saat kelakakan lebih mengerti dan lebih bisamemahamiku. Serta sahabat karibkuMurni Ratnasari, Nursanti Afikasari, serta Rahma doakan semogaaku bisa memahamimu.

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya dalam setiap aktivitas kehidupan penulis hingga pada akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan. Shalawat dan Salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai pembawa risalah kebenaran atas kebenaran-Nya.Dengan memperhatikan bimbingan dan arahan dari pembimbing dan saran-saran dari para penguji dalam seminar proposal penelitian dan hasil penelitian terkait Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Pemukiman Kumuh di Perkotaan. Maka tanpa mengecilkan peran yang lain, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :1. Ayahanda Waqid Syahid dan Ibunda Asidah atas cinta kasih dan doa restunya yang selalu mengiringi setiap langkah penulis selama ini.2. Bapak Drs. Suparman Abdullah M.Si, selaku pembimbing I dan, Bapak Buchari Mengge, S.Sos, MA selaku pembimbing II yang diantara kesibukannya berkenan meluangkan waktunya dengan sabar membimbing penulis dalam merampungkan skripsi ini.

3. Bapak Dr. H. M. Darwis, MA, DPS selaku ketua jurusan sosiologi dan Bapak Dr. Rahmat Muhammad, M.Si selaku sekretaris jurusan sosiologi.4. Seluruh dosen, staff pengajar dan staff akademik jurusan sosiologi FISIP UNHAS, serta staff akademik Fakultas FISIP UNHAS.5. Keluarga besar penulis, adikku Risha Yustika Syahid, Risha Hardianti Syahid, dan Muhammad Pratama Syahid, serta suami tercinta Hendradi Masry. Terkhusus untuk malaikat kecilku Hauraadira Fayyaza.6. Rekan-rekan penulis di angkatan 2007 terkhusus kepada sobat-sobatku Miska, Irma, Murni, Rahma, Heri atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi mulai dari tahap penelitian sampai rampungnya skripsi ini, serta rekan-rekan lainnya yang tidak sempat penulis tuliskan satu persatu. 7. Para responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian demi kelengkapan data penelitian.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Makassar, Januari 2012 Penulis

ABSTRAKRisha Fachriyah Syahid. NIM E41107039, jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, dengan judul skripsi GAMBARAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN, dibimbing oleh Suparman Abdullah selaku pembimbing I dan Buchari Mengge selaku pembimbing II.Penulisan skripsi ini merupakan suatu usaha dan upaya untuk mengetahui bagaimana gambaran kehidupan sosial masyarakat pemukiman kumuh di perkotaan, khususnya Kelurahan Mariso Makassar, di mana terdapat bentuk interaksi sosial asosiatif maupun disosiatif. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga masyarakat Kelurahan Mariso Makassar. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan dasar penelitian survey serta tipe penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini responden dipilih secara simple random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kuesioner, observasi, wawancara, dan studi pustaka. Untuk memperoleh data yang akurat dan terbaru, penulis mengambil data dari Kantor Kelurahan Mariso kota Makassar, dan Kantor Kecamatan Mariso kota Makassar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat Kelurahan Mariso sangat beragam. Baik dalam bentuk asosiatif maupun disosiatif, seperti kerja bakti, kerja sama, saling membantu, silaturahmi. Selain itu juga terdapat pertentangan, seperti tawuran antar pemuda, pertengkaran suami istri. Hal ini didorong karena keberagaman individu yang ada dalam masyarakat tersebut.

ABSTRACT

Risha Fachriyah Syahid, students number E41107039, department of Sociology in Faculty of Social and Politic Science Hasanuddin University Makassar, with title of thesis DESCRIPTION OF SLUM SOCIETY SOCIAL LIFE IN THE CITY, adviced by Suparman Abdullah as first advisor and Buchari Mengge as second advisor.Writing ofthis thesisis aneffortandattempttofind outhow the image ofsocial life inurban slums,particularly theVillageMarisoMakassar, where there isa form of social interaction of associative and dissociative.As for the unitof analysisin this study were all heads of families the Village Mariso MakassarThis research was held by using quantitative method with research basic survey and descriptive research type. In this research, respondents were chosen by simple random sampling. The data collection was held by using questionnaire, observation, interview, and literature study. To find the accurate and newest data, writer took the data from village office of Mariso, Makassar city. The result of this research shows that social interaction form of society in Mariso village were very diverse, either associatively or dissociatively, such as working together, helping each other and keeping brother hood. Beside that, there also many oppositions, such as brawl and family violence. This situation is triggered by individual diversity in that society.

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL.iHALAMAN PENGESAHAN..iiLEMBAR PENGESAHAN TIM EVALUASIiiiLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..ivLEMBAR PERSEMBAHAN..vKATA PENGANTAR..viABSTRAKviiiDAFTAR ISI.xDAFTAR TABELxiiDAFTAR GAMBARxivBAB I PENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah.5C. Tujuan Penulisan.....................................................................6D. Manfaat Penulisan..6E. Kerangka Konseptual..............................................................7F. Defenisi Operasional.11G. Metode Penelitian..13BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....16A. KONSEP PEMUKIMAN KUMUH.161. Pengertian Kumuh...172. Pola Karakteristik Tata Ruang Pemukiman Kumuh....23

B. TINJAUAN MENGENAI INTERAKSI SOSIAL281. Proses-proses Interajsi Sosial....292. Faktor yang Mendasari Kelangsungan Interaksi Sosial.333. Kebutuhan Dasar Manusia..36BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...40A. Kondisi Geografis...40B. Kondisi Demografis....41C. Kondisi Sarana dan Prasarana43BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....47A. Karakteristik Umum Responden......50B. Kondisi Pemukiman dan Perumahan.53C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Masyarakat58D. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat68BAB V PENUTUP......72A. Kesimpulan.........72B. Saran....74DAFTAR PUSTAKA..75LAMPIRAN

DAFTAR TABELTabel 3.1: Distribusi Luas Wilayah Kelurahan Kecamatan Mariso40Tabel 3.2: Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis Kelamin42Tabel 3.3: Distribusi Jumlah Kepala Keluarga....43Tabel 3.4: Distribusi Jumlah Sarana Pendidikan....44Tabel 3.5: Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan.45Tabel 4.1: Disrtibusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.....50Tabel 4.2: Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan...51Tabel 4.3: Distribusi Responden Berdasarkan Agama..51Tabel 4.4: Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian..52Tabel 4.5: Distribusi Responden Berdasarkan Umur.53Tabel 4.6: Distribusi Jenis Lantai Rumah Responden...54Tabel 4.7: Distribusi Jenis Atap Rumah Responden..55Tabel 4.8: Distribusi Jenis Dinding Rumah Responden....55Tabel 4.9: Distribusi Kondisi MCK Responden...56Tabel 4.10: Distribusi Responden yang Mendapatkan Fasilitas Air Bersih dari PDAM..........57Tabel 4.11: Distribusi Responden yang Menggunakan Fasilitas Tempat Sampah...58Tabel 4.12: Distribusi Lama Bermukim Responden.....59Tabel 4.13: Distribusi Responden yang Pernah Ikut kerja Bakti.59Tabel 4.14: Distribusi Jenis Kerja Bakti yang Dilakukan Responden....60Tabel 4.15: Distribusi Responden yang Pernah Melakukan Pertukaran Barang / Jasa.........................61Tabel 4.16: Distribusi Jenis Pertukaran Barang / Jasa yang Dilakukan Responden.62 Tabel 4.17: Distribusi Responden yang Pernah Menerima Bantuan dari Pemerintah62Tabel 4.18: Distribusi Jenis bantuan yang Pernah Didapatkan Responden..63

Tabel 4.19: Distribusi Responden yang Pernah mengalami Persaingan Sosial64Tabel 4.20: Distribusi Bentuk Persaingan Sosial yang Pernah Terjadi.65Tabel 4.21: Distribusi Responden yang Pernah Mendengar Isu66Tabel 4.22: Distribusi Jenis Isu yang Pernah Terdengar oleh Responden..66Tabel 4.23: Distribusi Pernah Terjadi Pertikaian atau Pertentangan.67Tabel 4.24: Distribusi Bentuk Pertentangan atau Pertikaian yang Pernah Terjadi pada Responden.....................................................68Tabel 4.25: Distribusi Status Kepemilikan Tempat Tinggal Responden69Tabel 4.26: Distribusi Intensitas Pembelian Pakaian dalam Setahun...70Tabel 4.27: Distribusi Harga Pakaian yang Dimiliki Responden............71

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Kerangka Konseptual...10

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSalah satu masalah yang sering dihadapi oleh kota-kota besar adalah masalah pemukiman kumuh, terutama muncul dan berkembang di lokasi-lokasi yang strategis di pusat kota. Munculnya pemukiman kumuh ini, disebabkan oleh makin tingginya nilai dan harga lahan kota sebagai akibat pesatnya perkembangan kota, sehingga tidak semua penduduk kota mampu memenuhi kebutuhannya akan lahan, dan tingginya angka mobilitas penduduk di daerah perkotaan turut mempengaruhi berkembangnya pemukiman kumuh. Para penduduk yang pindah ke daerah perkotaan, umumnya memiliki harapan agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan kehidupan di daerah asalnya. Fenomena terjadinya perpindahan penduduk ke daerah perkotaan ini, lebih disababkan oleh tingginya upah yang dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah yang besar antara desa dan kota mendorong penduduk desa untuk datang ke kota.Perkembangan lingkungan pemukiman di daerah perkotaan, tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Kedatangan migran baik yang bersifat permanen maupun non permanen di daerah perkotaan, berdampak positif maupun negatif tergantung pada sudut pandang masing-masing pihak yang terlibat. Arus migrasi ke kota yang cukup besar, pada umumnya dipandang negatif bagi kepentingan kota yang memerlukan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas sosial, lingkungan, keindahan dan ketertiban. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini juga disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah pedesaan dan perkotaan, sehingga memunculkan adanya tarik kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat pedesaan atau luar kota, sementara latar belakang kapasitas dan kemampuan para pendatang sangat marjinal. Pelaku migrasi ke kota, utamanya kelompok pendatang, dengan kualitas rendah menimbulkan berbagai masalah, antara lain berkembangnya kawasan pemukiman kumuh, degradasi lingkungan, kerawanan sosial dan tindak kriminal, serta permasalahan pengangguran. Akibat dari peningkatan jumlah penduduk di perkotaan, terjadi penurunan kualitas lingkungan ini juga disebabkan oleh belum memadainya pelayanan di lingkungan pemukiman. Sehingga, banyak kawasan perumahan dan pemukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan.Di samping kerusakan lingkungan yang bersifat biofisik terdapat pula kerusakan lingkungan sosial-budaya. Penduduk desa yang bermigrasi ke kota umumnya mempunyai pendidikan yang rendah dan tidak terampil. Di desa, hubungan kerabat dan nilai sosial-budaya sedikit banyak memberikan perlindungan terhadap kelaparan dan kelakuan kesusilaan, tetapi di kota, perlindungan seperti itu tidak ada atau tidak seberapa, karena tidak adanya keterampilan, mereka sukar mendapatkan pekerjaan atau hanya mendapatkan pekerjaan dengan upah kecil (Soemarwoto, 1991:206-207)Perumahan dan pemukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, peningkatan kualitas generasi yang akan datang, dan merupakan pengejewantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Tingginya nilai dan harga lahan pemukiman di daerah perkotaan, telah menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan terpaksa mencari lahan untuk mendapatkan tempat tinggal seadanya baik secara legal, maupun illegal, sehingga tanpa disadari perkembangannya telah mengakibatkan munculnya pemukiman kumuh di kota. Banyak diantara perkampungan penduduk di daerah pinggiran kota, merupakan kondisi lingkungan yang jorok dan terkesan kumuh. Ketidakmampuan masyarakat kumuh dalam memenuhi sebagian kebutuhannya, menimbulkan kehidupan mereka jauh dibawah garis kemiskinan, yang menggambarkan rumah tempat tinggal mereka terbuat dari kayu, tidak mempunyai listrik dan tingkat pendidikan yang rendah.Rumah tinggal adalah suatu institusi, bukan sekedar struktur yang dibuat untuk serangkaian tujuan yang sangat kompleks. Bangunan rumah adalah suatu gejala yang bentuk organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimiliki (Agussalim, 1998:40). Selanjutnya, rumah merupakan suatu gejala struktural yang erat hubungannya dengan kehidupan penghuninya, makna simbolisme dan fungsi akan mencerminkan status penghuninya, manusia sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang erat, sehingga rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu (Rapport, 1969:47). Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi lebih merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia sebagai penghuni dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang utama dalam proses perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas sosialisasi dan lingkungannya.Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masalah perumahan dan pemukiman merupakan suatu masalah kompleks, yang harus dapat teratasi. Hal ini bukan saja demi kepentingan komunitas-komunitas tertentu, melainkan juga untuk kepentingan seluruh warga negara yang berbudaya dan berkpribadian. Walaupun harus diikuti banyak hambatan dan keterbatasan. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya. Manusia saling berinteraksi dengan manusia yang lain. Ini disebabkan karena tidak ada manusia yang mampu mencukupi kebutuhannya tanpa adanya bantuan orang lain. Interaksi sosial dapat juga dikatakan sebagai proses sosial. Interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.

B. Rumusan Masalah Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di atas, maka untuk memudahkan proses penulisan guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan adanya perumusan masalah. Berangkat dari pernyataan tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:1. Bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar ?2. Bagaimana pola pemenuhan kebutuhan masyarakat pmukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar ?

C. Tujuan PenulisanBerdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulisan ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu :1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar.2. Untuk mengetahui bagaimana pola pemenuhan kebutuhan masyarakat pemukiman kumuh di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar.D. Manfaat PenulisanManfaat penulisan ini adalah :1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna memberikan bantuan informasi lanjut bagi teman-teman yang lain atau siapa saja yang berminat dalam bidang ini dan sebagai tambahan literatur bagi peneliti.2. Sebagai salah satu syarat untuk menciptakan karya ilmiah guna meraih gelar sarjana pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.

E. Kerangka KonseptualMenurut Soerjono Soekanto (2001), interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada pelbagai faktor antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.Menurut George Herbert Mead (dalam Narwoko Suyanto, 2007), agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan teratur serta anggota masyarakatnya dapat berfungsi secara normal, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain.Interaksi sosial merupakan hubungan antara dua orang atau lebih, di mana perilaku atau tindakan seseorang akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku atau tindakan individu maupun sebaliknya. Sebuah interaksi dapat terjadi apabila salah seorang (individu) melakukan aksi dan mendapatkan balasan yang berupa reaksi tetapi apabila salah satu pihak melakukan aksi danpihak yang lain tidak melakukan reaksi, maka tidak akan terjadi interaksi.

Adapun syarat terjadinya suatu interaksi sosial adalah sebagai berikut :1) Kontak sosialMenurut Soerjono Soekanto (2002: 65), kontak sosial berasal dari kata con atau cum (bersama-sama) dan tango (menyentuh), jadi secara harfiah berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya hubungan fisikal, sebagai geja sosial itu bukan semata-mata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya. Misalnya kontak sosial sudah terjadi ketika seseorang berbicara dengan orang lain, bahkan kontak sosial juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi, seperti melalui telepon, telegraf, radio, surat, televisi, internet, dan sebagainya.Kontak sosial dapat berlangsung dalam lima bentuk, yaitu :a) Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antar pribadi orang per orang. Proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang mempelajari norma-norma yang terjadi di masyarakatnya. Berger dan Luckmann (Bungin, 2001: 14), mengatakan bahwa proses ini terjadi melalui proses objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.b) Antara orang per orang dengan suatu kelompok masyarakat atau sebaliknya.c) Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya dalam sebuah komunitas.d) Antara orang per orang dengan masyarakat global di dunia internasional.e) Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, di mana kontak sosial terjadi secara simultan di antara mereka.

2) KomunikasiKomunikasi adalah suatu proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku, dan perasaan-perasaan sehingga seseorang membuat rekasi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pengalaman yang dialami.Abraham Maslow, seorang sosiolog memperkenalkan pemikirannya mengenai motivasi dihubungkan dengan kebutuhan manusia. Ia menjelaskan mengenai hirarki kebutuhan manusia dengan konsep Piramid Kebutuhan Maslow.Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid, dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi. Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan keamananan (safety), kebutuhan dicintai (Love/belonging), kebutuhan untuk rasa percaya diri (Esteem), dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization).

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat digambarkan dalam skema kerangka konseptual berikut: Gambar 1.1 Skema Kerangka Konseptual

F. Defenisi Operasional1. Perilaku sosialPerilaku sosial merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.

2. MasyarakatMasyarakat (society) adalah kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.Society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.3. Pemukiman kumuhPermukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kata kumuh menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh. Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh.

G. Metode Penelitian1. Tipe dan Dasar PenelitianDasar penelitian yang digunakan, yaitu survei di mana penelitian ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok. Pada survei, fokus perhatiannya hanya ditujukan ke beberapa variabel saja, mengingat unit yang ditelaah dalam jumlah besar. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif, di mana data serta informasi bertujuan untuk menggambarkan permasalahan secara sistematis, faktual, dan aktual yang terjadi di lokasi penelitian. Dari hasil penelitian dianalisa dalam bentuk uraian yang menggambarkan perilaku sosial terkait masyarakat penghuni pemukiman kumuh di perkotaan.2. Populasi dan SampelPopulasi adalah jumlah keseluruhan subjek, objek, atau sesuatu yang ada yang mempunyai ciri yang sama. Yang menjadi populasi adalah seluruh kepala keluarga Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar, sebanyak 1681 kepala keluarga.Sedangkan sampel diambil dari populasi yang dianggap representatif dengan menggunakan simple random sampling atau sistem acak sederhana. Sampel diambil dari unit sampel atau unit analisa, yaitu Kepala Keluarga (KK) berjumlah 84 KK dengan persentase 5% dari 1681 KK seluruh yang terdapat di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso.

3. Teknik Pengumpulan DataBerkaitan dengan jenis dan sumber data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:a. KuesionerTeknik pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh data responden dengan sejumlah pertanyaan tertulis, yang sifatnya terbuka yang dijadikan sebagai pegangan untuk menggambarkan fenomena yang ada sesuai dengan data yang diperoleh.b. WawancaraTekhnik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan langsung (bertatap muka) dengan responden. Hal ini lebih mempertajam pada kuesioner, sehingga data yang tidak dapat diperoleh melalui kuesioner dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada responden.c. ObservasiYaitu dengan melakukan penelitian langsung pada objek penelitian agar diperoleh keterangan yang jelas. Penulis mengamati secara langsung perilaku sosial pada masyarakat Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Makassar.d. Studi Kepustakaan Didukung dengan cara menggunakan literatur-literatur di perpustakaan dan bacaan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti untuk mengumpulkan hal-hal yang bersifat teoritis.4. Teknik Analisa DataDari semua data serta informasi yang telah penulis dapatkan, dianalisa secara kuantitatif melalui tabel frekuensi atau tabel yang sangat sederhana, serta uraian-uraian untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Selain itu di dukung oleh data-data kualitatif.5. Waktu dan Lokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, mulai bulan Februari 2011 sampai Maret 2011 yang dilakukan di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemukiman KumuhPerumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat. Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya. Lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan pada segala peristiwa hidup penghuninya.Rumah dan fasiliitas pemukiman yang memadai merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupannya sebagai manusia.Sedangkan pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.

1. Pengertian KumuhKumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Gambaran seperti itu diungkapkan oleh Herbert J. Gans :

Obsolescence per se is not harmful and designation of an area as a slum for the reason alone is merely a reflection of middle class standards and middle class incomes.

Di negara-negara sedang berkembang masalah kualitas perumahan dan fasilitas pemukiman di kota-kota besar amat terasa. Ini disebabkan oleh pertambahan penduduk kota yang sangat pesat karena migrasi dan terbatasnya lahan yang diperuntukkan bagi pemukiman yang memadai. Terbatasnya dana dalam penataan dan pengelolaan kota dalam menghadapi masalah kependudukan tersebut di atas juga telah menyebabkan fasilitas perumahan dan pemukiman menjadi terbatas dan mahal pembiayaannya.Di daerah perkotaan, warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan pemukimannya secara memadai adalah mereka yang berpenghasilan rendah (Abrams, 1964:1). Misalnya, seseorang dihadapkan pada sebuah masalah mengenai pengeluaran yang harus dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, makan, berpakaian,dan pengobatan untuk kesehatan, maka yang pertama dikorbankan adalah pengeluaran untuk rumah dan tempat tinggalnya.Masalah utama bagi mereka yang berpenghasilan rendah adalah tidak dapat mengabaikan begitu saja kebutuhan akan rumah dan tempat tinggal karena masalah ini penting bagi kehidupan mereka, tetapi mereka juga tidak mampu untuk mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan pemukimannya agar layak dihuni. Semakin kecil bagian dari penghasilan yang dapat disisihkan guna pembiayaan pemeliharaan rumah dan fasilitas pemukiman, maka semakin kumuh kondisinya.Urbanisasi sering disebutkan sebagai hasil dua kekuatan besar, yaitu pada satu pihak dorongan desa dan tarikan dari kota. Dorongan dari desa ialah kepadatan penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan, sehingga pangan tidak mencukupi dan lingkungan mengalami kerusakan. Dorongan ini disebut tekanan penduduk. Mereka yang tidak menyerah pada nasib lalu mencari kesempatan baru di tempat lain, umumnya di kota. Dorongan lain untuk meninggalkan desa antara lain juga berupa buruknya keamanan dan bencana alam. Kedua faktor ini mempunyai aspek ekologi yang lain dari kepadatan penduduk. Kedua faktor ini juga mempunyai efek negative terhadap daya dukung lingkungan (Soemarwoto, 1991:203).Tempat-tempat yang diserbu oleh para pendatang akan bertambah padat, baik penduduk maupun bengunannya. Keadaan lingkungan akan bertambah parah dan kondisi bangunan akan menjadi makin jelek, makin sempitnya ruang terbuka untuk penyegaran, tidak adanya kesadaran penduduk tentang kebersihan, tingkat pendidikan yang rendah yang mengakibatkan pola pikirnya kurang, dan rawan terjadi konflik. Dengan keadaan lingkungan yang demikian itu maka merupakan cirri-ciri dari perkampungan kota yang dikenal dengan kawasan kumuh (slum area). Kawasan pemukiman kumuh adalah kawasan pemukiman yang dikenal dengan kawasan padat dan tidak teratur. Kawasan ini dapat dikatakan sebagai kampung yang berada di perkotaan dengan kondisi yang buruk serta memprihatinkan. Pemukiman kumuh merupakan kawasan di perkotaan yang tumbuh dan berkembang secara spontan di luar kontrol tanpa sarana dan prasarana lingkungan. Keadaan penduduknya sangat padat dan berpenghasilan rendah, rumah-rumah dalam keadaan darurat yang dibangun dengan material bangunan yang tidak bertahan lama.Dalam konteks budaya kota, komunitas kumuh di kota, kiranya dapat pula dipandang sebagai sub budaya tersendiri, terutama yang berkaitan dengan proses sosialisasi dalam menghadapi kompleksitas kehidupan suatu kota yang berkembang pesat. Adams (Poewanto 2005:246) mengartikan slum sebagai perkampungan yang memiliki tempat-tempat dengan kepadatan berlebihan dan pemukiman liar yang menampilan kesengsaraan hidup manusia di kota. Berdasarkan tingkat pedpatannya, jumlah yang mampu diperoleh para penghuni hunian kumuh, hanya cukup hanya cukup untuk memenuhi keubuhan fisik semata atau sekitar tingkt subsistensi. Kondisi social ekonomi mereka yang miskin dan terisolasi, disebabkan oleh aktifitas ekonmi mereka yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya. Lebih lanjut mengemukakan bahwa penduduk pemukiman kumuh disebut massa apung, yaitu masyarakat yang memiliki pekerjaan berganti-ganti dan dominan pada sektor informal. Lebih lanjut dikemukakan bahwa ciri mereka adalah menghasilkan barang dan jasa hanya untuk konsumsi hari ini bagi anggota keluarga yang bersangkutan.Silas (Hasanuddin, 2003:15) kawasan pemukiman kumuh adalah kawasan informal tanpa perencanaan dan fasilitas pelayanan umum, merupakan tempat tinggal para penghuni liar (squatter) juga merupakan kawasan transisi atau peralihan di perkotaan. Menurut Kurniasih (2007:1) pemukiman kumuh adalah pemukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian, baik secara teknis maupun non teknis. Suatu pemukiman kumuh dapat dikatakan sebagai pengejewantahan dari kemiskinan, karena pada umumnya di pemukiman kumuhlah masyarakat miskin tinggal dan banyak kita jumpai di kawasan perkotaan. Dalam karyanya yang berjudul Social Research and Design yang ditulis oleh Brolus (1985:228) dikatakan bahwa kumuh (slum) dari suatu lingkungan mengandung arti slum fisik dan slum sosial. Slum fisik berkaitan dengan suatu daerah dimana kondisi sebagian besar fasilitas pemukimannya berada di bawah standar normal, sedangkan slum sosial ditandai dengan berkembangnya nilai-nilai yang tidak baik dalam interaksi sosial dan komunikasi social serta aktifitas negatif lainnya seperti perbuatan kriminal, bentrokan antar warga, pembunuhan, dan sebagainya. Dikemukakan pula bahwa secara fisik pemukiman kumuh yang berada di tengah kota terjadi karena perkampungan yang legal tidak dapat menampung penghuninya yang terus bertambah dengan cepat, sehingga berkembang menjadi pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh yang berada di pinggir kota terjadi akibat adanya pemukiman yang menyerobot tanah denagn cara melanggar hukum dan mendirikan bangunan di atasnya. Terbentuknya pemukiman kumuh di Makassar khususnya di Kelurahan Mariso ini disebabkan oleh tingginya tingkat migrasi masyarakat desa ke kota tanpa batasan. Menurut Sumalyo (1993:20), pemukiman kumuh adalah suatu kawasan di perkotaan yang penduduknya hidup dalam kondisi soaial ekonomi yang rendah dan penduduknya berasal dari pedesaan. Kedatangan penghuni migran atas dasar adanya kontak atau hubungan dengan saudara, kerabat yang sudah berada terlebih dahulu di kota pendidikan bukanlah masalah bagi mereka datang ke kota, dasar pendidikan yang dimilikinya adalah pendidikan rendah (di bawah SMA) serta tidak memiliki keterampilan. Maka penyesuaian pola hidup para pendatang dengan dengan kehidupan social ekonomi perkotaan tidak dapat berlangsung secara cepat dan gaya hidup pedesaan atau tradisional masih dijalankan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar penghuni pemukiman kumuh bergerak dalam kehidupan sektor informal dangan pendapatan yang terbatas dalam menghadapi kehidupan perkotaan. Dengan keterbatasan ekonomi dan pola hidup pedesaan, rumah-rumah dihuni secara terbatas dalam hal kontribusi material bangunan dan fasilitas lingkungan seadanya.

2. Pola Karakteristik Tata Ruang Pemukiman KumuhKawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui diberbagai kota besar besar di dunia. Kawasan kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan minuman keras. Diberbagai Negara miskin, kawasan kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis. Di berbagai kawasan kumuh, khususnya di Negara-negara miskin, penduduk tinggal di kawasan yang sangat berdekatan sehinga sangat sulit untuk dilewati kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran. Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk. (Budiharjo, 1984:64).Menurut Schrool (1974:286), penghuni hunian kumuh di daerah kumuh di daerah perkotaan berasal dari kalangan keluarga tak mampu, dalam pengertian kumuh terkandung berbagai aspek antara lain : 1) aspek fisik seperti bobrok, tua, dan tidak terencana, 2) menggambarkan posisi sosial-ekonomi para penghunninya, melarat dan terisolasi, dan 3) menunjukkan pada hal negatif seperti kejahatan, tidak aman dan berbahaya.Ciri lain dari pemukiman kumuh adalah letak dan bentuk perumahan yang tidak teratur, sarana infra struktur kota sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, tingkat pendidikan yang rendah, kepadatan rumah tangga dan pendapatan penduduk yang rendah, serta pada umumnya penduduknya bekerja disektor informal. Bangunan yang padat dan material bangunannya dalam keadan darurat tetapi karakteristk pemukiman kumuh sebenarnya terbagi-bagi dan tertentu. Menurut Silas (Anas, 1995:40), ada tiga bentuk dasar pemukiman kumuh, yaitu : a. Opostumis, yaitu pemukiman kumuh yang tumbuh karena adanya spekulasi demi mendapatkan ganti rugi bila digusur. Kondisi ini berlangsung secara perlahan-lahan menempati lahan kosong yang ada pada tempat terlarang di pusat kota.b. Menetap dan permanen, yaiu pemukiman kumuh yang terjadi secara organis akibat semakin patnya penduduk pada suatu kawasan. Pemukiman ini berasal dari lingkungan yang teratur tetapi lambat laun menjadi kumuh akibat kurang kontrolnya penendalian pembangunan oleh penghuni pemukiman tersebut.c. Transito, yaitu bentuk pemukiman yang kumuh yang sifatnya sementara dan sebagian besar penghuninya menetap untuk sementara waktu.Bentuk dasar pemukiman kumuh menjadi bahan perbedaan untuk menilai jenis pemukiman yang cepat berkembang dan meluas di wilayah perkotaan. Menurut Subakti (1984), karakteristik khusus lingkungan kawasan pemukiman kumuh, yaitu :a. Permukiman tersebut dihuni oleh penduduk yang padat karena migrasi tinggi dari desa.b. Perkampungan tersebut dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan hidup di bawah garis kemiskinan.c. Permukiman tersebut berkualitas rendah dan masuk dalam kategori kumuh darurat yaitu bangunan yang terbuat dari bahan-bahan tradisional seperti bambu, kayu, alang-alang dan bahan-bahan yang cepat hancur.d. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, perkampungan miskin ini selalu ditandai dengan tersebarnya penyakit menular dan lingkungan fisik yang kotor.e. Kurangnya pelayanan kota (urban service) seperti: air minum, fasilitas mandi, cuci, wc, listrik, sistem buangan kotoran dan sampah serta perlindungan kebakaran.f. Pertumbuhan tidak terencana sehingga penampilan fisiknya tidak teratur dalam bangunan, halaman dan jalan-jalan, juga sempitnya ruang antar bangunan.g. Penghuni permukiman ini memiliki gaya hidup pedesaan, karena sebagian besar penghuninya adalah migran dari desa yang masih mempertahankan pola kehidupan tradisional, barsuasana seperti di desa dan bergotong royong.h. Secara sosial terisolasi dari permukiman masyarakat lainnya.i. Perkampungan ini pada umumnya berlokasi di sekitar pusat kota dan seringkali tidak jelas status hukum tanah yang ditempati.Judohusodo (1991:1) mengemukakan bahwa, kriteria pemukiman kumuh adalah suatu kawasan permukiman yang tingkat kepadatan penghuninya lebih dari 600 jiwa/ha, bentuk hunian tidak teratur, tidak tersedia fasilitas umum, bantuk bangunan yang tidak layak dan secara regular kebanjiran. Selanjutnya dikataka bahwa, masalah permukiman kumuh di daerah perkotaan menyangkut sifat mental penghuninya dimana mereka dapat hidup dan menikmati lingkungan kumuhnya dengan baik tanpa merasa tinggal pada lingkungan yang kurang layak.Pengertian permukiman kumuh juga dikemukakan oleh Judohusodo (1991:1) mengemukakan bahwa kriteria pemukiman adalah suatu kawasan permukiman yang tingkat kepadatan penghuninya lebih dari 600 jiwa/ha, bentuk hunian tidak teratur, tidak tersedianya fasilitas umum, bentuk bangunan yang tidak layak secara regular kebanjiran, dan rata-rata penghuninya tidak mampu atau miskin.Dengan keadaan permukiman tersebut diatas menunjukkan bahwa bukan hanya kondisi lingkungan yang sangat jelek tetapi juga tingkat kemiskinan yang sangat tinggi dari suatu perkampungan. Kebudayaan kemiskinan berkembang dalam kehidupan masyarakat orang miskin yang dari generasi ke generasi berikutnya hidup dalam kemiskinan (Lewis, 1984:6).Menurut Silas (dalam Latif, 1997:20) kawasan permukiman kumuh adalah kawasan informal tanpa perencanaan dan fasilitas pelayanan umum, merupakan tempat tinggal para penghuni liar juga merupakan kawasan transisi atau peralihan kehidupan di desa dan di kota. Permukiman kumuh memang merupakan wajah kota yang buruk. Ending (1985:45) mengemukakan bahwa secara fisik permukiman kumuh yang berada di tengah kota terjadi karena perkampungan yang legal dan tidak dapat menampung penghuninya yang terus bertambah dengan cepat, sehingga berkembang menjadi permukiman kumuh.Evers (1980:4) permukiman kumuh di pinggir kota terjadi akibat pemukim yang menyerobot tanah secara melanggar hokum dan mendirikan bangunan di atasnya. Jika dilihat dari sejarah tumbuhnya kota-kota besar di Indonesia maka keberadaan permukiman kumuh sebenarnya berawal dari konsep pembangunan kota kolonial. Kota sengaja dibuat berkelompok-kelompok sesuai dengan etnis dan status sosial penduduknya, seperti kawasan untuk orang-orang Eropa dan bangsawan, kawasan untuk orang-orang timur non pribumi seperti Cina, Arab, India dan sebagainya serta kawasan untuk orang pribumi, yang selanjutnya permukiman tersebut disebut kampong.Kawasan kampong yang dihuni oleh pribumi ini sengaja dibuat serba kurang sepeti sarana jalan, saluran air, lembah dan prasarana lingkungan lainnya dibuat serba terbatas. Di samping itu pembangunan perumahannya dilakukan tanpa pedoman dan rencana yang baik sehingga kampong tumbuh dan berkembang secara organis. Kondisi ini lambat laun berkembang menjadi permukiman kumuh. Dalam permukiman, ruang dilihat sebagai wadah di mana keseluruhan interaksi sistem sosial yang meliputi manusia dngan seluruh kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya dengan ekosistem baik sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan berlangsung (Budiman 2003:1).

B. TINJAUAN MENGENAI INTERAKSI SOSIALBentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktiivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-oranng yang bersangkutan, yang disebaabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusiaterjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolook ketika terjadiperbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Misalnya di kalangan banyak suku bangsa di Indonesia. 1. Proses-proses Interaksi SosialMenurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2002: 71-104), menjelaskan bahwa ada dua golongan proses sosial sebagai akibat dari interaksi sosial, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif. Proses AsosiatifProses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per orang atau kelompok satu dengan yang lainnya, di mana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama.a) Kerja SamaKerja sama (cooperation) adalah usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya cooperation lahir apabila di antara individu atau kelompok tertentu menyadari adanya kepentingan dan ancaman yang sama. Tujuan-tujua yang sama akan menciptakan cooperation di antara individu dan kelompok yang bertujuan agar tujuan-tujuan mereka tercapai. Begitu pula apabila individu atau kelompok merasa adanya ancaman dan bahaya dari luar, maka proses cooperation ini akan bertambah kuat di antara mereka. Ada beberapa bentuk cooperation :a. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolongb. Bargainning, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.c. Co-optation, yakni suatu prosespenerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasisebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. d. Coalition, yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabiluntuk sementara waktukarena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. e. Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan dan seterusnya.b) AccomodationAccomodation adalah proses sosial dengan dua makna, pertama adalah proses sosial yang menunjukkan pada suatu keadaan yang seimbang (equilibrium) dalam interaksi sosial antara individu dan antara kelompok di dalam masyarakat, terutama yang ada hubungannya dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Kedua, adalah menuju pada proses yang sedang berlangsung, di mana accomodation menampakkan suatu proses untuk meredakan suatu pertentangan yang terjadi masyarakat, baik pertentangan yang terjadi di antara individu, kelompok dan masyarakat, maupun dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat itu. Proses accomodation ini menuju pada suatu tujuan yang mencapai kestabilan.Proses sosial tidak berhenti sampai di situ, karena accomodation berlanjut dengan proses berikutnya yaitu asimilasi, yaitu suatu proses pencampuran dua atau lebih budaya yang berbeda sebagai akibat dari proses sosial, kemudian menghasilkan budaya tersendisr yang berbeda dengan budaya asalnya. Proses DisosiatifProses sosial yang disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial di antara mereka pada suatu masyarakat. Oposisi diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau kelompok tertentu atau norma dan nilai yang dianggap tidak mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Bentuk-bentuk proses diasosiatif adalah : PersainganPersaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baim perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umu, yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingann yang bersifat pribadi, orang-perorangan, atau individu secara langsung bersaing untuk, misalnya, memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi. Tipe ini juga dinamakan rivalry Kontravensi (Contravention)Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berbeda antara persaingandan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorangatau suatu rencanadan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Pertentangan (pertikaian atau conflict)Pertentangan atau pertikaian adalah suatu prosessosial dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannyadengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

a. Faktor-Faktor yang Mendasari Kelangsungan Interaksi SosialBerlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.1. Faktor ImitasiMenurut Gabriel Tarde (dalam Yusuf, 2000) berpendapat bahwa masyarakat tiada lain dari pengelompokan manusia di mana individu-individu yang satu mengimitasi (meniru) dari yang lain dan sebaliknya, bahkan masyarakat baru menjadi masyarakat yang sebenarnya jika manusia mulai mengimitasi kegiatan manusia lainnya. Imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya (otomatis), namun ada faktor lain yang ikut berperan yaitu adanya sikap mau menerima, sikap mengagumi apa yang diimitasi. Hal-hal yang diimitasi biasanya berupa ucapan, kata-kata, tingkah laku, dan lain-lain.Orang mengimitasi karena beberapa hal yaitu :a. Minat atau perhatian yang cukup besar akan hal tersebut.b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi.c. Pandangan/tingkah laku yang mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.

2. Faktor sugestiFaktor ini berlaku apabila seseorang memberi pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi, proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi tetapi titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, ada suatu hal yang menghambat daya pikirnya secara rasional (Soekanto, 2001).Menurut Yusuf (2000) ada beberapa hal agar sugesti mudah diterima oleh orang lain yaitu :a. Sugesti mudah diterima orang lain jika daya berpikir kritisnya dihambat.b. Kemampuan berpikirnya terpecah-pecah (dissosiasi) atau orang lain mengalami kebingungan karena berbagai macam masalah yang dihadapinya.c. Jika materinya mendapatkan dukungan orang banyak (sigesti mayorotas).d. Jika yang memberikan materi orang yang mempunyai otoritas.e. Jika orang yang bersangkutan telah ada pendapat yang mendahuluinya yang searah.

3. Faktor identifikasiFaktor identikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain. Misalnya cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya, dikarenakan ia menyadari bahwa dalam kehidupan ada norma-norma dan peraturan yang harus dipatuhi, maka ia mempelajarinya. Seluruh sistem norma, sikap dan tingkah laku orang tuanya akan dijadikan norma-norma, cita-cita dari anak itu sendiri, juga sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.

4. Faktor simpatiFaktor simpati juga memegang peran dalam interaksi sosial, sebab simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain, maka timbul secara logis-rasional, namun atas dasar emosional atau perasaan. Simpati akan menjalin hubungan saling pengertian yang mendalam dalam interaksi antar individu, ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain serta saling melengkapi satu sama lain (Yusuf, 2000).Kebutuhan Dasar ManusiaKebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis.Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia1. Penyakit.Jika dalam keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.2. HubunganDkeluarga.Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya.3. KonsepDdiri.Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya4. TahapDperkembangan.Setiap tahap perkembangan manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).1. KebutuhanDfisiologisD(Physiological)Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs)Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging needs)Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.4. KebutuhanDakanDhargaDdiriD(esteemDneeds)Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.5. KebutuhanDaktualisasiDdiriD(SelfDActualization)Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.

BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANa. Kondisi GeografisKelurahan Mariso merupakan bagian dari Kecamatan Mariso Kota Makassar. Kecamatan Mariso sendiri terbagi ke dalam 9 Kelurahan dengan luas keseluruhan wilayah 184,23 Ha.Tabel 3.1 : Distribusi Luas Wilayah Kelurahan Kecamatan Mariso

Sumber data : Kantor Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Tahun 2011

Sedangkan batas-batas wilayah di Kecamatan Mariso adalah :1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Pandang2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mamajang3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tamalate4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Sedangkan Kelurahan Mariso sendiri terbagi atas 7 ORW dimana luas wilayah keseluruhannya adalah 20 Ha.1. Luas wilayah untuk RW 01 Kelurahan Mariso yaitu 3,5 Ha.2. Luas wilayah untuk RW 02 Kelurahan Mariso yaitu 3,7 Ha.3. Luas wilayah untuk RW 03 Kelurahan Mariso yaitu 3,5 Ha.4. Luas wilayah untuk RW 04 Kelurahan Mariso yaitu 2,8 Ha.5. Luas wilayah untuk RW 05 Kelurahan Mariso yaitu 2,2 Ha.6. Luas wilayah untuk RW 06 Kelurahan Mariso yaitu 2,3 Ha.7. Luas wilayah untuk RW 07 Kelurahan Mariso yaitu 2,0 Ha.

Adapun batas-batas wilayah dari Kelurahan Mariso meliputi : Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lette Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mario Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Buyang Sebelah Barat berbatasan dengan Metro Tanjung Bunga.

b. Kondisi DemografisDalam sebuah pembangunan jumlah penduduk sangatlah berpengaruh dalam wilayah, apabila ditunjang dengan tingkat partisipasi masyarakat dan kualitas penduduk. Berdasarkan data sekunder tahun 2011 yang diperoleh dari kantor Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar, Kelurahan Mariso mempunyai penduduk sebanyak 6.919 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 3.144 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 3.505 jiwa dengan jumlah sebanyak 1.681 Kepala Keluarga (KK).

Tabel 3.2 : Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis KelaminKelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota MakassarTahun 2011

Sumber : Data Sekunder, 2011Berdasarkan tabel 1 yang didapatkan dari data sekunder di Kantor Kantor Kelurahan Mariso dapat dilihat bahwa jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 7 dan Rukun Tetangga sebanyak 39 yang mana terdiri dari 3.411 jiwa penduduk laki-laki, dan 3.505 jiwa penduduk perempuan dengan total keseluruhan 6.919 jiwa.

Tabel 3.3 : Distribusi Jumlah Kepala Keluarga PendudukKelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2011

Berdasarkan tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah Kepala Keluarga (KK) Kelurahan Mariso yaitu sebanyak 1.681 KK.c. Kondisi Sarana dan PrasaranaPembangunan dalam penyediaan sarana dan pra sarana dalam memberikan pelayanan sosial dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana dalam menyediakan segala kebutuhan masyarakat dalam lingkungan. Seperti sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan,dan sarana keagamaan.a. Sarana pendidikanPendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan pola pikir dalam pengembangan kualitas hidup masyarakat, dan ketersediaan sarana mauipun prasarana. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang sangat mendukung dalam pengembangan masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :Tabel 3.4 : Distribusi Jumlah Sarana PendidikanSarana PendidikanFrekuensiProsentase(%)

Taman kanak-kanak120

TPA120

Sekolah Dasar240

SMA/SMK120

Total5100

Sumber : Kantor Kelurahan Mariso 2011 Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Kelurahan Mariso memiliki jumlah sarana pendidikan seperti yang ditunjukkan dari tabel diatas yang terdiri dari 5 gedung yaitu sekolah dasar berjumlah 2 unit (40%) , taman kanak-kanak sebanyak 1 unit (20%), taman TPA 1 unit (20%), dan SMA/SMK 1 unit(20%).b. Sarana keagamaan Dalam hal keagamaan penduduk kelurahan Mariso rata-rata menganut agama islam. Sarana keagamaan di Kelurahan Mariso hanya terdiri dari sarana peribadatan berupa Masjid yang berjumlah 3 buah dan tidak terdapat rumah peribadatan yang lain.c. Sarana kesehatan Terpenuhnya kebutuhan masyarakat dalam hal kebutuhan akan kesehatan dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Seperti di Kelurahan Mariso terdapat 2 macam sarana kesehatan seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5 : Distribusi Jumlah Sarana Kesehatan Sarana/ prasarana Frekuensi Prosentase(%)

Puskesmas/pustu 1 25,0

Posyandu 3 75,0

Total 4 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Mariso 2011Dari data diatas menunjukkan bahwa sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Mariso terdapat 1 unit puskesmas/pustu (25,0%) dan posyandu berjumlah 3 unit (75,0%).d. Sarana air bersihAir merupakan kebutuhan pokok manusia. Air bersih juga merupkan faktor yang sangat menunjang kebutuhan akan kesehatan suatu masyarakat. Akan tetapi di Kelurahan Mariso tidak adanya pelayanan air bersih seperti PAM, dan MCK yang layak. Jika dilihat dari letak geografis Kelurahan Mariso, sebagian besar merupakan pemukiman penduduk yang dilintasi oleh sungai kecil (kanal) yang berasal dari perairan tanjung bunga dan terdapat banyak pemukiman penduduk yang padat. Para anggota masyarakat menjadikan daerah sungai (kanal) tersebut sebagai tempat pembuangan sampah. Sehingga sungai-sungai kecil maupun SPAL (Saluran pembuangan Air Limbah) yang ada di sekitar wilayah pemukiman penduduk menjadi tercemar dan menghasilkan bau yang tidak enak serta merupakan tempat bersarangnya berbagai macam penyakit. Pembangunan merupakan proses mengadakan atau membuat dan mengatur sesuatu yang belum ada termasuk memajukan, memperbaiki atau meningkatkan daya guna sesuatu yang sudah ada. Pembangunan nasional bertujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Dalam usaha pencapaian tujuan pembangunan nasional tersebut, harus ada usaha dan kerja keras dari semua pihak yang terkait. Pemerintah, perencana, dan masyarakat itu sendiri. Tuntutan dari perkembangan zaman membawa pembangunan dalam dimensi yang senantiasa mengalami dinamika perubahan. Hal ini manjadikan pembangunan haruslah memiliki sistem perhitungan kompleks. Perencana pembangunan harus mampu memperhitungkan aspek yang melandasi terjadinya pembangunan yang sinergis dan sesuai dengan perkembangan zaman.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSecara administrasi Kota Makassar berfungsi sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, yang biasa disebut sebagai Kota Anging Mammiri ataupun Kota Daeng yang terletak antara 119 2411738 Bujur Timur dan 5 8619 Lintang Selatan. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pangkajene Kepulauan, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Gowa, dan sebelah Barat Selat Makassar. Daerah ini terletak sekitar khatulistiwa dengan iklim tropis, disamping terletak pula pada pesisir pantai, kelembaban udarahnya berkisar antara 77 90 persen, curah hujan 144 hari, temperatur udara sekitar 26, 5 29,8 c, dan rata-rata kecepatan angin 4 km/jam.Daerah ini mempunyai letak yang sangat strategis sebagai perkembangan wilayah-wilayah Indonesia Bagian Timur atau dikenal sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, pada khususnya kota ini dikenal sebagai kota pendidikan dan kota maritim, juga sekaligus sebagai pusat perdagangan di kawasan Timur Indonesia.Kota Makassar mempunyai luas wilayah 175,77 Km persegi, atau 0,28 persen dari luas Sulawesi Selatan. Setiap saat penduduk suatu daerah salalu mengalami perubahan, demikian pula yang dialami oleh Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar. Perubahan penduduk tidak hanya disebabkan oleh tingkat kelahiran (fertilitas) melainkan juga kematian (mortalitas) dan migrasi netto. Migrasi netto adalah selisih antara jumlah penduduk yang masuk dan keluar dari daerah yang bersangkutan. Kedua faktor ini menyebabkan pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.Jumlah penduduk yang besar di satu pihak merupakan potensi dalam pembangunan, akan tetapi di pihak lain jumlah penduduk yang besar tanpa diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan, maka suatu saat akan berbalik menjadi suatu ancaman bencana dan kesulitan akan rasakan oleh masyarakat itu sendiri termasuk generasi di masa mendatang. Untuk itulah diperlukan perencanaan dan pengendalian penduduk lebih terpadu dan terarah, sehingga ketegangan sosial ekonomi dapat teratasi.Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan dan perkembangan masyarakat dan bangsa.Keluarga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah di mana dalam suatu keluarga terdiri dari ayah-ibu dan anak-anaknya ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya di sebutkan sebagai keluarga inti.Dalam budaya tiga etnis di Sulawesi Selatan yakni Bugis Makassar, Mandar dan Tator, tidak hanya dikenal adanya keluarga inti, tetapi juga dikenal adanya keluarga besar tidak hanya dipengaruhi oleh adanya hubungan darah atau perkawinan, akan tetapi dalam satu rumah tangga tidak hanya keluarga inti yang terdapat di dalamnya akan tetapi ada orang lain yang tinggal bersama dalam satu rumah, kemungkinan orang tua, mertua, kakek, nenek yang berasal dari keturunan suami maupun istri.Dalam pembahasan ini Kepala Keluarga lebih luas dari pada rumah tangga, dimana dalam rumah tangga tidak terdapat orang lain kecuali suami istri dan anak-anaknya, sedangkan dalam pengertian kepala keluarga mungkin terdapat kemungkinan ada orang lain yang tinggal serumah, yang mungkin dari keturunan suami atau istri, atau juga pembantu rumah tangga atau orang kontrakan. Dengan demikian dalam suatu kepala keluarga memungkinkan lebih dari satu rumah dan tinggal dalam satu rumah.Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai bulan Mei-Juli 2011. Penelitian ini mengangkat judul Gambaran Kehidupan Sosial Masyarakat Pemukiman Kumuh di Kota Makassar Adapun sasaran dari penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Mariso Kecamatan Mariso Kota Makassar. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 84 orang dari total populasi sebanyak 1681 kepala keluarga. Jumlah yang relatif kecil ini dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga yang peneliti miliki.Data diperoleh dari hasil pembagian kuesioner secara langsung kepada responden, di mana responden diberikan kesempatan untuk menjawab sendiri pertanyaan pada lembar kuesioner yang dibagikan. Dari data yang diperoleh tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang disertai dengan narasi sesuai dengan tujuan penelitian dalam rangka memudahkan setiap orang yang ingin mengetahui hasil penelitian ini. Adapun hasil penelitian diuraikan sebagai berikut.A. Identitas Responden1. Jenis KelaminJenis kelamin merupakan pembedaan alamiah dalam masyarakat seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, maka pemilihan sampel responden yang telah dilakukan oleh jumlah keseluruhan responden sebanyak 84 orang. Dari ke 84 orang tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda-beda baik itu dari segi jenis kelamin, umur, pendidikan dan mata pencaharian. Dengan itu dari jenis kelamin dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase(%)

Laki-laki 62 73.8

Perempuan 22 26.2

Jumlah 84 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011 Berdasarkan pada tabel diatas menunjukan bahwa responden laki-laki sebanyak 68 orang (73,8%), sedangkan perempuan sebanyak 22 orang (26,2%).

2. PendidikanPendidikan sangat berpengaruh pada seseorang terhadap cara berpikir dan tingkah laku dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4.2 : Distribusi Responden Berdasarkan PendidikanPendidikan Frekuensi Prosentase(%)

Tidak Tamat SD29 34.5

SD49 58.3

SLTP4 4.8

SMA2 2.4

Jumlah84 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi yang tertinggi adalah tamatan SD sebanyak 49 orang (58,3%), sedangkan yang terendah adalah SMA sebanyak 2 orang (2,4%). Hal ini berarti bahwa masyarakat dalam pemukiman kumuh ini lebih dominan tidak memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga mereka pun sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.3. AgamaAgama merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat dalam menjaga keteraturan social. Dari hasil observasi yang telah dilakukan di kelurahan untia rata-rata responden semuanya beragama islam, seperti pada table dibawah ini :Tabel 4.3: Distribusi Responden Berdasarkan Agama Agama Frekuensi Prosentase(%)

Islam 84 100

Jumlah 84 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden beragama islam sebanyak 84 orang (100%). Sehingga dapat dikatakan bahwa di Kelurahan Mariso mayoritas beragama islam.

4. Mata PencaharianKeadaan penuduk yang berdasarkan mata pencaharian dapat digambarkn sebagai kehidupan sosial ekonomi dari sumber masyarakat tersebut. Oleh karena itu dapat dilihat pada tebel berikut :Tabel 4.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Mata PencaharianPekerjaan Frekuensi Prosentase(%)

pedagang 2125

petani 3440.5

Buruh bangunan 1113.1

Lain-lain1821.4

Jumlah 84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa yang bermata pencaharian sebagai petani lebih dominan dibandingkan dengan yang lain yaitu sebanyak 34 orang (40,5%). Responden yang memiliki mata pencaharian sebagai petani merupakan pekerjaan mereka untuk menghidupi keluarga mereka untuk sementara, sembari mereka mencari pekerjaan yang lebih layak (pekerjaan tetap) agar kebutuhan keluarga mereka dapat terpenuhi. 5. Umur Umur menjadi indikator potensi kerja atau produktivitas kerja seseorang. Jumlah umur untuk melihat seberapa besar potensi sumber daya manusia yang ada sehingga dapat membantu perencanaan yang lebih baik.Tabel 4.5 : Distribusi Responden Berdasarkan UmurUmur Frekuensi Prosentase(%)

20-29 tahun1214.3

30-39 tahun2833.3

40-49 tahun3136.9

50 tahun keatas1315.5

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang berumur dominan tinggi sebanyak 31 orang (36,9%) yaitu berumur 40-49 tahun, sedangkan yang rendah sebanyak 12 orang (14,3%) yang berumur 20-29 tahun.

B. Kondisi Pemukiman Dan PerumahanMasyarakat pemukiman kumuh yang terdapat di Keluraham Mariso Makassar memiliki pemukiman yang beraneka ragam. Ada yang memiliki pemukiman yang layak huni dan adapun yang belum layak huni. Berikut ini akan dijelaskan kondisi permukiman masyarakat kelurahan Mariso Makassar.Sebagian besar masyarakat yang menetap di sekitar pemukiman kumuh kelurahan Mariso Makassar memiliki pemukiman yang layak huni. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pemukiman dari lantai yang terbuat dari semen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.6 : Distribusi Jenis Lantai Rumah RespondenJenis Lantai Frekuensi Prosentase(%)

Keramik2428.6

Semen3642.9

Kayu1517.9

Tanah910.7

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa perumahan masyarakat pemukiman kumuh yang memiliki jenis lantai keramik sebanyak 24 responden (28,6%), yang memiliki jenis lantai semen sebanyak 36 respoanden (42,9%), yang memiliki jenis lantai kayu sebanyak 15 responden (17,9%), dan yang memiliki jenis lantai tanah sebanyak 9 responden (10,7%).Hal ini berarti bahwa kondisi pemukiman yang terdapat pada masyarakat pemukiman kumuh sebagian besar masih berada dalam kondisi rumah yang layak huni karena mereka rata-rata memiliki rumah yang memiliki lantai dari jenis semen yaitu sebanyak 36 responden (42,9%). Kondisi lantai yang memungkinkan belum tentu memiliki kondisi atap rumah yang memungkinkan pula. Berikut ini akan dibahas tentang jenis atap yang digunakan pada pemukiman masayarakat kelurahan Mariso Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 : Distribusi Jenis Atap Rumah RespondenJenis Atap Frekuensi Prosentase(%)

Seng6263.3

Genteng2236.6

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Dari tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat kelurahan Mariso yang memiliki jenis atap dari seng sebanyak 62 responden atau 63,3%, dan yang memiliki jenis atap dari genteng sebanyak 22 responden atau 36,6%. Hal ini berarti bahwa kondisi atap masyarakat tersebut sudah dalam tahap yang layak huni dan mampu untuk melindungi mereka dari sengatan matahari dan hujan.Masyarakat kelurahan Mariso juga memiliki kondisi dinding rumah yang sangat beraneka jenis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 : Distribusi Jenis Dinding Rumah RespondenJenis DindingFrekuensiProsentase(%)

Dinding papan3145.3

Dinding batako2936.9

Dinding triplek1113.1

Dinding seng1315.5

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 31 responden atau 45,3 % yang memiliki dinding rumah dari papan, 29 responden atau 36,9 % yang memiliki dinding rumah dari batako, 1 responden atau 13,1% yang memiliki dinding rumah dari triplek, dan 13 responden yang memiliki dinding rumah dari seng. Hal ini berarti bahwa kondisi dinding rumah dari masyarakat tersebut pun masih dalam kondisi yang layak huni, karena sebagian besar responden yang memiliki dinding rumah dari batako.Selain kondisi rumah di atas, salah satu hal yang terpending dalam sebuah rumah layak huni dan sehat adalah memiliki MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Berikut ini akan dibahas tentang MCK dari pemukiman masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.9 : Distribusi Kondisi MCK RespondenKondisi MCKFrekuensiProsentase(%)

MCK di rumah sendiri6273.8

MCK umum1720.2

MCK di sungai56

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa masyarakat di kelurahan Mariso yang memiliki MCK di rumah sendiri sebanyak 62 responden atau 73,8%, yang MCK umum sebanyak 17 responden atau 20,2%, dan yang melakukan MCK di sungai sebanyak 5 responden atau 6%. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang bermukim di tempat tersebut sebagian besar sudah memiliki MCK sendiri sehingga mereka dapat menjalankan hidup bersih, tetapi masih ada saja yang melakukan MCK di sungai. Hal ini diharapkan bisa dikurangi, karena apabila berlanjut dapat mengganggu kesehatan dan mengurangi pola hidup bersih.Kondisi air bersih pun sangat penting untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut ini akan di bahas tentang fasilitas air bersih di pemukiman masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.10 : Distribusi Responden yang Mendapatkan Fasilitas Air Bersih dari PDAMMendapatkan Air BersihFrekuensiProsentase(%)

Ya2732.1

Kadang-kadang4148.8

Tidak1619.1

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan fasilitas air bersih sebanyak 27 responden atau 32,1%, yang kadang-kadang mendapatkan fasilitas air bersih sebanyak 41 responden atau 48,8%, dan yang tidak mendapatkan fasilitas air bersih sebanyak 16 responden atau 19,1%. Hal ini berarti bahwa masyarakat yang menetap di tempat ini belum dapat menggunakan fasilitas air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga mereka kadang-kadang mengkonsumsi air yang tidak layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, hal ini harus segera diatasi untuk mengurangi datangnya wabah penyakit yang semakin merajalela.Fasilitas tempat sampah dalam sebuah pemukiman pun dianggap sangat penting. Berikut ini akan dibahas tentang fasilitas tempat sampah di setiap pemukiman masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4.11 : Distribusi Responden yang Menggunakan Fasilitas Tempat SampahMenggunakanTempat SampahFrekuensiProsentase(%)

Ya1315.5

Kadang-kadang2226.6

Tidak3960.9

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Dari tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 responden atau 15,5% yang menggunakan fasilitas tempat sampah, 22 responden atau 26,6% yang kadang-kadang menggunakan fasilitas tempat sampah, dan 39 responden atau 60,9% yang tidak menggunakan fasilitas tempat sampah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tersebut sebagian besar belum memiliki fasilitas tempat sampah yang digunakan untuk menampung sampah-sampah produksu rumah tangganya sehingga mereka menggunakan pinggir jalan, sungai, atau kanal pun sebagai tempat untuk menampung sampah-sampah mereka.

C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial MasyarakatDalam kehidupan sosial, proses berinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Oleh karena itu, interaksi harus berjalan dalam sebuah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bersama. Berikut ini akan dibahas tentang bentuk-bentuk interaksi sosial masyarakat kelurahan Mariso Makassar.Kelurahan Mariso memiliki penduduk yang sangat banyak, ada yang menetap sudah lama bahkan ada yang baru menetap di tempat ini. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.12 : Distribusi Lama Bermukim RespondenLama Bermukim Frekuensi Prosentase(%)

10 tahun2630.9

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 31 responden atau 36,9% yang sudah menetap selama < 5 tahun, 26 responden atau 30,9% yang sudah menetap selama 5-10 tahun, dan 26 responden atau 30,9% yang sudah menetap selama >10 tahun. Hal ini berati bahwa masyarakat ini lebih dominan baru menetap di tempat ini yaitu sekitar >5 tahun.Dalam setiap daerah pasti pernah melakukan kerja bakti di daerahnya. Berikut ini akan dijelaskan tentang pernah ikut kerja bakti di lingkungan masyarakat kelurahan Mariso Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.13 : Distribusi Responden yang Pernah Ikut Kerja BaktiPernah Ikut Kerja BaktiFrekuensiProsentase(%)

Ya5363.1

Tidak3136.9

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 53 responden atau 63,1% yang pernah ikut kerja bakti dan 31 responden atau 36,9% yang tidak pernah ikut kerja bakti. Hal ini berarti bahwa pada masyarakat ini masih meimilki rasa kebersamaan yang tinggi karena sebagian besar responden yang masih meluangkan waktunya untuk ikut kerja bakti.Adapun beberapa bentuk kerja bakti yang mereka lakukan bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini :Tabel 4.14 : Distribusi Jenis Kerja Bakti Yang DilakukanRespondenKerja Bakti yang DilakukanFrekuensiProsentase(%)

Membangun Mesjid2343.4

Membuat Pos Ronda713.2

Membersihkan Lingkungan1833.9

Membangun Jembatan59.4

Jumlah53100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Dari 53 responden yang pernah melakukan kerja bakti (lihat tabel 4.14) maka terdapat 23 responden atau 43,4% yang ikut membangun mesjid, 7 responden atau 13,2% yang ikut membuat pos ronda, terdapat 18 responden atau 33,9% yang ikut membersihkan lingkungan, dan terdapat 5 responden atau 9,4% yang ikut membangun jembatan. Hal ini berarti bahwa tingkat kerja sama antar sesama masih sangat tinggi dalam lingkungan masyarakat pemukiman kumuh.Bentuk interaksi lainnya yang pernah terjadi dalam masyarakat ini adalah melakukan pertukaran barang-barang atau jasa dengan anggoata masyarakat lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.15 : Distribusi Responden yang Pernah Melakukan Pertukaran Barang/JasaPertukaran barang/jasaFrekuensiProsentase(%)

Ya2327.4

Tidak6172.6

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 23 responden atau 27,4% yang pernah melakukan pertukaran barang atau jasa dan 61 responden atau 72,6% yang tidak pernah melakukan pertukaran barang atau jasa. Hal ini berarti bahwa pada masyarakat ini masih terjadi saling tolong menolong antar sesama untuk menutupi kekurangan masing-masing.Adapun beberapa bentuk pertukaran barang atau jasa yang mereka lakukan bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.16 : Distribusi Jenis Pertukaran Barang atau Jasa yang Dilakukan oleh RespondenPertukaran Barang atau Jasa yang DilakukanFrekuensiProsentase(%)

Proses Jual Belidengan Menyicil834.8

Menyewa sebuahRuangan atau Rumah55.6

Meminjam Barang Rumah Tangga1043.5

Jumlah23100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Dari 23 responden yang pernah melakukan pertukaran barang atau jasa (lihat tabel 4.16) maka terdapat 8 responden atau 34,8% yang melakukan proses jual beli, 5 responden atau 5,6% yang menyewa rumah atau ruangan, dan terdapat 10 responden atau 43,5% yang meminjam barang-barang rumah tangga. Hal ini berarti bahwa tingkat kerja sama dan saling toleransi antar sesama masih tertanam pada lingkungan masyarakat pemukiman kumuh.Pada masyarakat pemukiman kumuh ini masih terdapat masyarakat yang menerima bantuan dari pemerintah pusat atau daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.17 : Distribusi Responden yang Pernah Menerima Bantuan dari PemerintahPernah Menerima Bantuan Dari PemerintahFrekuensiProsentase(%)

Ya84100

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 84 responden atau 100% yang pernah menerima bantuan dari pemerintah pusat atau daerah. Hal ini berarti bahwa mereka masih memerlukan bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Adapun beberapa bantuan yang pernah mereka dapatkan beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.18 : Distribusi Jenis Bantuan yang Pernah Didapatkan RespondenBantuan yang Pernah DidapatkanFrekuensiProsentase(%)

Bantuan Langsung Tunai1821.4

Pembagian Raskin6273.8

Penyuluhan44.8

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 responden atau 21,4% yang pernah menerima Bantuan Langsung Tunai, terdapat 62 responden atau 73,8% yang menerima pembagian beras Raskin, dan terdapat 4 responden atau 4,8% yang mendapatkan penyuluhan. Hal ini berarti bahwa masyarakat ini masih membutuhkan bantuan pemerintah dalam rangaka memenuhi kebutuhan hidupnya seharu-hari. Hal ini disebabkan karena tidak mencukupinya gaji yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhannya.Masyarakat pemukiman kumuh tidak pernah melakukan suatu kerjasama atau perjanjian dengan masyarakat lainnya dalam bidang ekonomi, misalnya membuka kios serba ada ataupun membuka kios pulsa. Hal ini disebabkan karena tidak adanya modal untuk melakukan kerjasama ini.Selain itu, masyarakat ini pun tidak pernah melakukan kerjasama dengan suatu perusahaan dengan jalan memberikan modal usaha. Misalnya memberikan bantuan modal berupa material, hal ini pun disebabkan karena tidak adanya modal yang menunjang untuk melakukan hal Ini.Pada masyarakat pemukiman inimjuga pernah trjadi persaingan sosial dalam lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.19 : Distribusi Responden yang Pernah Mengalami Persaingan SosialPersaingan sosialFrekuensiProsentase(%)

Ya3339.3

Tidak5160.7

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 33 responden atau 39,3% yang pernah melakukan persaingan sosial dan 51 responden atau 60,7% yang tidak pernah melakukan persaingan sosial. Hal ini berarti bahwa sebagian besar masyarakat masih mampu menghindari konflik antar sesamanya.Dalam sebuah kehidupan persaingan pun pernah terjadi. Baik itu persaingan antar pribadimaupun antar golongan. Adapun beberapa bentuk persaingan sosial yang pernah terjadi beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.20 : Distribusi Bentuk Persaingan Sosial yang Pernah TerjadiBentuk Persaingan SosialFrekuensiProsentase(%)

Sengketa Tanah39.1

Persaingan dalam pemilihan ketua RT/TRW1751.5

Perbedan pendapatantar suku1030.3

Lainnya39.1

Jumlah33100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Dari responden yang pernah melakukan persaingan sosial (lihat tabel 4.20) maka terdapat 3 responden atau 9,1% yang pernah bersaing dalam sengketa tanah, 17 responden atau 51,5% yang bersaing dalam pemilihan RT/RW, terdapat 10 responden atau 30,3% perbedan pendapat antar suku, dan lainnya sebanyak 3 responden atau 9,1%. Hal ini berarti bahwa dalam masyarakat ini masih sering terjadi konflik antar sesamanya.Selain persaingan yang terjadi dalam suatu masyarakat, pertengkaran atau isu-isu yang sering terdengar pun maih marak terjadi dalam sebuah masyarakat. Berikut ini akan dibahas tentang pernah terdengar isu tentang seseorang dalam masyarakat kelurahan Mariso. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.21 : Distribusi Responden yang Pernah Mendengar IsuMendengar isuFrekuensiProsentase(%)

Ya1821.4

Tidak6678.6

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 18 responden atau 21,4% yang pernah mendengar isu tentang orang lain dan 66 responden atau 78,6% yang tidak pernah mendengar isu tentang orang lain. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden masih mampu menjaga kebersamaan denga tidak membeberkan konflik-konflik yang terjadi pada keluarga atau kelompok orang lain.Setiap isu yang terdengar di masyarakat bermacam-macam. Mulai dari isu keretakan rumah tangga orang lain, atau bahkan keretakan hubungan antara orang tua dan anaknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 4.22 : Distribusi Jenis Isu yang Pernah Terdengar oleh RespondenIsu yang Pernah TerdengarFrekuensiProsentase(%)

Perpecahan Rumah Tangga Orang Lain844.4

Keretakan Hubungan Orang Tua dan Anak738.9

Menghasut Masyarakat Untuk Memilih Suatu Partai Politik316.7

Jumlah18100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Dari responden yang pernah mendengar isu orang lain (lihat tabel 4.22) maka terdapat 8 responden atau 44,4% yang pernah mendengar isu tentang perpecahan rumah tangga orang lain, 7 responden atau 38,9% yang mendengar tentang keretakan hubungan orang tua dan anaknya, dan terdapat 3 responden atau 16,7% yang mendenar tentang menghasut masyarakat untuk memilih suatu partai politik. Hal ini berarti bahwa sebagian kecil masyarakat ini masih sering terdengar isu-isu tentang orang lain walaupun hal tersebut belum tentu benar.Selain konflik, isu, persaingan, maka dalam sebuah masyarakat pun sering terjadi suatu pertentangan atau pertikaian antar warga. Hal tersebut akan dibahas pada tabel berikut ini :Tabel 4.23 : Distribusi Pernah Terjadi Pertikaian atau PertentanganPernah Terjadi Pertikaian atau PertentanganFrekuensiProsentase(%)

Ya1416.7

Tidak7083.3

Jumlah84100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2011

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 14 responden atau 16,7% yang mengatakan bahwa pernah terjadi pertikaian atau pertentangan, dan 70 responden atau 83,3% yang mengatakan bahwa tidak pernah terjadi pertikaian atau pertentangan. Hal ini berarti bahwa dalam lingkungan masyarakat ini pun pernah terjadi pertikaian atau pertentangan antar individu maupun antar kelompok.Pertentangan ataupun pertikaian yang terjadi dalam sebuah masyarakat, tentu bervariasi. Berikut akan dibahas tent