Ringkasan KSMB PT AAL

40
RANGKUMAN CEO AND ENTREPRENEURIAL FORUM SUSTAINABILITY PRACTICES IN OIL PALM PLANTATION AT PT ASTRA AGRO LESTARI, TBK” (NARASUMBER : IR. WIDYA WIRYAWAN, MBA) Mata Kuliah : Kapita Selekta Manajemen Bisnis Dosen : Prof. Dr. Ir. E.Gumbira Sa’id, M.ADev Oleh: Kelompok Yellow B 1. Aprilia Sukmawati P056111061.47 2. Dian Luthfianingtyas P056111141.47 3. Febi Muryanto P056111171.47 4. Iradati Zahra P056111201.47 5. Irfan Handrian P056111211.47

description

Ringkasan KSMB PT AAL

Transcript of Ringkasan KSMB PT AAL

Page 1: Ringkasan KSMB PT AAL

RANGKUMAN CEO AND ENTREPRENEURIAL FORUM

“SUSTAINABILITY PRACTICES IN OIL PALM PLANTATION AT

PT ASTRA AGRO LESTARI, TBK”

(NARASUMBER : IR. WIDYA WIRYAWAN, MBA)

Mata Kuliah : Kapita Selekta Manajemen Bisnis

Dosen : Prof. Dr. Ir. E.Gumbira Sa’id, M.ADev

Oleh: Kelompok Yellow B1. Aprilia Sukmawati P056111061.472. Dian Luthfianingtyas P056111141.473. Febi Muryanto P056111171.474. Iradati Zahra P056111201.475. Irfan Handrian P056111211.47

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN 2012

Page 2: Ringkasan KSMB PT AAL

I. RINGKASAN

I.1. Pendahuluan

CEO Forum yang diadakan oleh MB IPB kali ini mengundang Bapak

Widya Wiryawan yang saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur PT Astra Agro

Lestari, Tbk. Dalam kesempatan ini Beliau memaparkan tentang pengelolaan

perkebunan kelapa sawit yang lestari di PT Astra Agro Lestari, Tbk (PT AAL).

Diskusi yang berkembang sangat menarik dan dapat memberikan wawasan

khususnya bagi mahasiswa yang mendalami ilmu agribisnis. Dalam paparannya,

Beliau menekankan bagaimana menjalankan bisnis tanpa merusak lingkungan dan

mampu mengangkat derajat kesejahteraan masyarakat di sekitar perkebunan yang

dikelola yang pada akhirnya memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian

nasional.

Beliau memaparkan bahwa pengembangan sektor kelapa sawit di

Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sejak tahun 1970 terutama

periode 1980-an. Semula pelaku perkebunan kelapa sawit hanya terdiri atas

Perkebunan Besar Negara (PBN), namun pada tahun yang sama pula dibuka

Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR) melalui pola PIR

(Perkebunan Inti Rakyat) dan selanjutnya berkembang pola swadaya. Data dari

Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) menunjukkan pada tahun 1980 luas areal

kelapa sawit adalah 294.000 ha dan pada tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa

sawit diperkirakan sudah mencapai 7,32 juta ha dimana 47,81% dimiliki oleh

PBS, 43,76% dimiliki oleh PR, dan 8,43% dimiliki oleh PBN. Pada tahun 2009,

Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan

jumlah produksi diperkirakan sebesar 20,6 juta ton minyak sawit, kemudian

diikuti dengan Malaysia dengan jumlah produksi 17,57 juta ton. Produksi kedua

negara ini mencapai 85% dari produksi dunia yang sebesar 45,1 juta ton

(Bappenas, 2010).

2

Page 3: Ringkasan KSMB PT AAL

Gambar 1. Luas Perkebunan Kelapa Sawit Dunia

Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia merupakan

komoditi ekspor. Pangsa ekspor kelapa sawit hingga tahun 2008 mencapai 80%

total produksi. India adalah negara tujuan utama ekspor kelapa sawit Indonesia,

yaitu 33% dari total ekspor kelapa sawit, kemudian diikuti oleh Cina sebesar 13%,

dan Belanda 9% (Oil World, 2010). Perkebunan kelapa sawit di Indonesia

sebagian besar berada di pulau Sumatera diikuti oleh Kalimantan. Berdasarkan

provinsi, Riau merupakan provinsi penghasil minyak sawit terbesar di Indonesia

dengan produksi mencapai 24% dari produksi nasional pada tahun 2009,

sementara Jambi menyumbang minyak sawit sebesar 7,70% dari produksi

nasional dengan luas lahan mencapai 8,82% dari luas lahan nasional. Stakeholders

industri kelapa sawit menyadari bahwa kelapa sawit telah menunjukkan kontribusi

yang signifikan dalam perekonomian global dan nasional bahkan lokal.

Tabel 1. Konsumsi Minyak Nabati Dunia (Jumlah dalam Juta Ton)

(Sumber : Oil Wolrd, 2010)

3

Page 4: Ringkasan KSMB PT AAL

Minyak sawit telah menjadi bagian dari minyak nabati dunia dan

kontribusinya cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Oil World (2010)

mencatat produksi minyak sawit tahun 2009 (45,1 juta ton = 34% dari minyak

nabati dunia) naik sepuluh kali lipat dibandingkan tahun 1980, sementara minyak

kedelai pada periode yang sama hanya naik 2,7 kali lipat. Pada tataran nasional

dan lokal, minyak sawit telah mampu berkontribusi dalam pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi, penciptaan kesempatan/lapangan kerja, pendahuluan

pembangunan sosial dan pengurangan kemiskinan, pengembangan wilayah,

pemenuhan kebutuhan pangan dan non-pangan dan ekspor yang mendatangkan

devisa bagi negara.

I.2. Gambaran Umum Perusahaan

PT Astra Agro Lestari (PT AAL) pada awalnya didirikan dengan nama

PT Suryaraya Cakrawala berdasarkan Akta No. 12 tanggal 3 Oktober 1988 yang

kemudian dirubah dengan nama PT Astra Agro Niaga dengan Akta No. 9

tanggal 4 Agustus 1989. Akta nama telah mendapat persetujuan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.

C2.10099.HT.01.01-Th89 tanggal 31 Oktober 1989 dan telah didaftarkan di

Pengadilan negeri Jakarta Pusat di bawah No.2553/1989 tanggal 9 November

1989 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 101

tanggal 19 Desember 1989, Tambahan No. 3626. Pada tahun 1997, PT AAL

melakukan Penawaran Umum Saham kepada masyarakat sebanyak 10% dari

modal disetor dan ditempatkan pada waktu itu, atau senilai Rp.125.800.000

saham, dengan nilai nominal Rp.500 untuk setiap lembar saham.

PT AAL merupakan perusahaan dari kelompok Astra International, yang

mengkhususkan diri, tumbuh dan berkembang menjadi perkebunan minyak sawit

terkemuka di Indonesia. Kantor pusat PT AAL berlokasi di Jl. Puloayang Raya

Blok OR-1, Kawasan Industri Pulogadung. PT AAL bergerak dalam bidang

usaha perkebunan, pengolahan, dan penjualan minyak goreng serta penyertaan

modal kepada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan

kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan pengolahan serta penjualan hasil perkebunan

tersebut.

4

Page 5: Ringkasan KSMB PT AAL

PT AAL memiliki visi untuk “menjadi perusahaan agribisnis yang paling

produktif dan paling inovatif di dunia”. Sedangkan misi perusahaan adalah “untuk

menjadi panutan dan berkontribusi pada pembangunan dan kesejahteraan bangsa”.

Dalam melaksanakan usahanya, perusahaan berprinsip pada Community

Development (CD), yang diartikan sebagai segala upaya perbaikan kondisi

kehidupan masyarakat, dengan sebanyak-banyaknya menggerakkan inisiatif

mereka sendiri. Berdasarkan pemahaman ini maka CD dilaksanakan dengan

partisipasi masyarakat sebagai subjek sekaligus pusat dari seluruh aktivitas. PT

AAL juga memberikan pendampingan dan menyediakan pelayanan teknis/jasa

dalam rangka mendorong masyarakat ke arah swadaya (self help) dengan

memanfaatkan segenap potensi lokal yang tersedia.

PT AAL melaksanakan kegiatan usaha mulai dari penanaman, panen,

pengolahan dan perdagangan hasil tanaman yang dilaksanakan baik oleh PT

AAL sendiri maupun yang dioperasikan oleh 42 anak perusahaan, yang

terdiri dari 30 perusahaan yang bergerak dalam bidang kelapa sawit, 2

perusahaan dalam bidang karet, 4 perusahaan dalam bidang kakao, 5 perusahaan

dalam bidang perkebunan teh, serta 1 perusahaan dalam bidang penjualan minyak

goreng.

I.3. Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit dan CPO PT Astra Agro

Lestari

Sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia, PT

AAL mengelola area perkebunan dengan luas total 263.281 hektar, termasuk

perkebunan inti dan plasma (petani) di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi

dengan usia tanaman rata-rata 14 tahun. PT AAL telah berhasil mengubah

perusahaan kelapa sawit menjadi kesempatan emas dimana produktifitas

komoditas kelapa sawit yang dikelolanya semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Hingga bulan Mei 2012, PT AAL mencatat produksi CPO mencapai

514.979 ton atau tumbuh 6% dibandingkan dengan periode tahun 2011 yang

mencatatkan jumlah produksi sebesar 485.889 ton. Pada periode yang sama juga,

produksi Tandan Buah Segar (TBS) perseroan meningkat 6,1% atau mencapai

1,97 juta ton dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Produksi kernel

5

Page 6: Ringkasan KSMB PT AAL

hingga akhir Mei 2012 juga mengalami pertumbuhan sebesar 12,6% atau menjadi

113.565 ton dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Gambar 2. Komposisi Pendapatan PT Astra Agro Lestari Tahun 2011

Terkait dengan kinerja, pada kuartal I pada tahun 2012, emiten Bursa Efek

Indonesia berkode saham PT. Astra Agro Lestari Tbk ini mencatatkan laba

periode berjalan senilai Rp.390,58 miliar atau anjlok 42,757% dibandingkan

periode yang sama 2011 yang sebesar Rp 682,23 miliar. Penuruna laba ini terjadi

seiring dengan penurunan pendapatan bersih sebesar 6,52% menjadi Rp.2,58

triliun dibandingkan periode yang sama 2011 senilai Rp 2,76 triliun. Selain itu,

penurunan ini juga dipicu oleh kenaikan beban pokok pada kuartal I-2012 menjadi

Rp.1,84 triliun dibandingkan periode yang sama 2011 senilai Rp.1,68 triliun.

Hingga akhir Maret 2012, total aset perseroan mencapai Rp 10,83 triliun atau

meningkat dibandingkan kuartal I-2011 yang senilai Rp.10,20 triliun.

Produksi minyak sawit mentah (CPO) PT. Astra Agro Lestari Tbk naik

17,3% menjadi 92.116 ton pada Januari 2011 dibandingkan dengan 78.524 ton

pada Januari 2010. Adapaun produksi minyak nabati utama dunia di 2010 tercatat

sebesar 121,7 juta ton, naik 4,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Meskipun produksi meningkat, harga saham perseroan yang berkode PT. Astra

Agro Lestari Tbk itu terkoreksi pada perdagangan sebanyak Rp700 atau sebesar

3,4% ke level Rp22.300. Harga itumembentuk kapitalisasi pasarnya sebesar

Rp35,12 triliun.

6

Page 7: Ringkasan KSMB PT AAL

I.4. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit secara Lestari di PT Astra Agro

Lestari

A. Zero Waste Management

Sejak tahun 2006 PT Astra Agro Lestari selalu melakukan proses

identifikasi dan assesmen HCV (High Conservation Value) untuk areal-areal baru

sebelum dimulainya kegiatan pembukaan lahan. Perusahaan berkomitmen

melakukan konservasi terhadap areal yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi

(High Conservation Value/HCV) pada setiap kebun baru. Hal ini dijalankan

perusahaan melalui :

1. Pencegahan Kebakaran Lahan

PT AAL menerapkan kebijakan zero burning, dimana dalam pelaksanaan

kegiatan seperti pembukaan lahan senantiasa dilakukan dengan mekanisasi,

tanpa bakar, sehingga tidak menimbulkan polusi udara. Salah satu upaya PT

AAL dalam mengantisipasi kebakaran lahan adalah dengan menyediakan

sarana prasarana dan tim kesiapsiagaan tanggap darurat. Sampai tahun 2009,

perusahaan telah memiliki 32 unit mobil pemadam kebakaran.

2. Pengelolaan Limbah

Perusahaan menerapkan prinsip produksi bersih dan dikenal dengan istilah 6 R,

yaitu :

a. Refine adalah proses merancang atau mengubah desain alat dan material

untuk meminimalkan limbah.

b. Reduce adalah proses untuk mengurangi volume dan resiko limbah.

c. Reuse adalah menggunakan kembali limbah pada proses yang sama.

d. Recycle adalah menggunakan kembali limbah melalui proses tertentu.

e. Recovery adalah mengambil unsur dari limbah yang bermanfaat.

f. Retrieve to energy adalah memanfaatkan limbah sebagai bahan bakar.

Penerapan produksi bersih oleh PT AAL dilakukan secara terus menerus

melalui QCC (Quality Control Circle), SS (Suggestion System) dan QCP (Quality

Control Project). Hasil penyempurnaan ini dapat dijadikan standar dalam

penerapan produksi bersih.

Hampir seluruh limbah di perkebunan kelapa sawit milik PT AAL dapat

bermanfaat dan memberikan nilai tambah, diantaranya :

7

Page 8: Ringkasan KSMB PT AAL

1. Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan di perkebunan kelapa sawit berupa tandan

kosong (empty bunch), cangkang & sabut (fiber). Tandan kosong yang

dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit diaplikasikan ke kebun kelapa

sawit sebagai pupuk tambahan. Pada tahun 2009, jumlah tandan kosong

meningkat sebanyak 19% dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan jumlah

tandan buah segar yang diolah juga meningkat. Cangkang dan serabut (fiber)

juga dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar fosil pada boiler yang

digunakan menggerakkan generator yang memenuhi kebutuhan listrik di pabrik

kelapa sawit dan perumahan di sekitarnya. Pada tahun 2009, jumlah cangkang

dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar meningkat dari tahun

sebelumnya.

2. Pemanfaatan Limbah Cair

Limbah cair dari pabrik kelapa sawit diolah dengan proses biologi bersistem

anaerob. Hasil pengolahan limbah cair, seluruhnya dimanfaatkan sebagai

pupuk di kebun kelapa sawit. Limbah cair ini dapat menggantikan pupuk kimia

seperti urea, kieseritte dan phosphate. Limbah cair sejumlah 375 m3 dapat

menggantikan kebutuhan pupuk kimia pada lahan 1 ha/th.

3. Pengomposan

Perusahaan melakukan pengomposan dalam pemanfaatan limbah cair dan

limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit. Pengomposan dipercaya

dapat meningkatkan efektifitas limbah yang digunakan sebagai pupuk

sekaligus dapat mengurangi emisi gas metan yang dihasilkan oleh limbah cair

di kolam anaerobik. Pemanfaatan sebagai limbah cair untuk menyiram

rajangan tandan kosong pada proses pengomposan berarti mengurangi volume

limbah cair pada kolam anaerobik yang berarti mengurangi pelepasan gas

metan yang dihasilkan oleh proses anaerobik.

4. Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya)

Limbah B3 di perkebunan kelapa sawit adalah oli bekas dan aki bekas.

Persyaratannya adalah penyimpanan sementara limbah B3 adalah memiliki

tempat penyimpanan sesuai standar, berizin dan disalurkan ke pengumpul

resmi.

8

Page 9: Ringkasan KSMB PT AAL

5. Pengelolaan Limbah Udara

Limbah udara dari proses pengolahan kelapa sawit bersumber dari boiler dan

genset.Perusahaan secara konsisten melakukan pengukuran dan pemantauan

kualitas emisi udara cerobong dan udara ambient. Pengukuran ini dilakukan

oleh laboratorium eksternal yang telah diakreditasi, diantaranya: Laboratorium

Hiperkes Jakarta, Hiperkes Medan dan Hiperkes Makasar.

B. Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Management)

Dalam pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest

Management), PT Astra Agro Lestari mengawali dengan melaksanakan “Early

Warning System“ secara periodik satu bulan sekali untuk mengetahui status hama

dan penyakit yang dapat dipantau melalui program GIS yang terkoneksi dari

kantor pusat ke seluruh kebun.

Upaya pengelolaan hama secara ramah lingkungan ini diutamakan dalam

mengelola hama utama tanaman Kelapa sawit. Sejak akhir tahun 1996 Perusahaan

telah memanfaatkan burung hantu Tyto alba sebagai agen hayati pengendalian

hama tikus, hingga kini populasi Tyto alba telah mencapai 6.584 ekor (induk

jantan dan betina) yang telah mengokupasi seluas 98,760 ha areal Kelapa sawit,

dengan cakupan luasan kebun sawit 113,777.04 ha (52.71% dari total luas areal

kebun Perusahaan). Sampai saat ini pengembangan Tyto alba terus dikembangkan

ke lokasi kebun lain dan areal baru.

Perusahaan memiliki kebijakan lingkungan untuk menjaga keseimbangan

ekosistem serangga bermanfaat di lingkungan perkebunan kelapa sawit dengan

meminimalkan penggunaan insektisida kimiawi sintetis yang digunakan secara

selektif. PT AAL juga memanfaatkan insektisida hayati Bacillus thuringiensis

yang tidak membahayakan serangga parasitoid dan predator sehingga memberi

kesempatan untuk berkembang. Selain itu juga dilakukan pengembangbiakan

secara massal serangga predator Sycanus sp sebagai agen hayati ulat pemakan

daun di dalam laboratorium serta melepaskannya di areal perkebunan.

PT AAL juga menerapkan kebijakan “zero burning” dalam program

peremajaan tanaman (replanting). Mekanisasi pada peremajaan tanaman

berpotensi menghadirkan hama kumbang tanduk, sebab batang-batang kelapa

sawit yang melapuk merupakan habitat yang cocok untuk tempat bertelur dan

9

Page 10: Ringkasan KSMB PT AAL

tempat perkembang biakan hama kumbang tanduk. PT AAL mengatasi

permasalahan ini secara ramah lingkungan dengan memusnahkan sumber

breeding site secara mekanis maupun secara biologis dengan menaburkan

cendawan Metharizium anisopliae yang dikombinasikan dengan pemasangan

feromon trap, sedangkan aplikasi insektisida kimiawi dilakukan secara selektif.

Dalam melaksanakan manajemen penanganan penyakit busuk pangkal

batang yang merupakan penyebab penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot)

dan busuk batang atas (upper stem rot), PT AAL melakukan penelitian secara

intensif untuk menangani penyakit ini serta menekan laju infeksi penyakit baik

secara mekanis, biologis dan kimiawi pada tanaman. Upaya pencegahan penyakit

Ganoderma dilakukan dengan menerapkan kebijakan memanfaatkan cendawan

Trichoderma sp, Gliocladium sp. dan Arbuscural mycorrhizae pada pembibitan di

pre-nursery atau main nursery dan pada saat penanaman. Pemanfaatan cendawan

merupakan upaya yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah Ganoderma.

PT AAL juga selalu berupaya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan

karyawan dalam pengendalian hama terpadu dengan mengadakan program

training dan retraining pengendalian hama terpadu, pemanfaatan dan

pengembangan agen hayati serta pengelolaan dan penggunaan pestisida organik.

PT AAL juga menerapan kebijakan untuk menjaga keberadaan dan

konservasi serangga parasitoid dan predator melalui pembudidayaan dan

pengembangan tanaman bermanfaat dengan jenis Turnera subulata dan Antigonon

leptopus serta jenis lain seperti Casia tora, Euphorbia heteropylla, Celosia sp, dan

Turnera umnifolia sebagai sumber makanan dan tempat hidup bagi imago

serangga parasitoid dan predator.

Pengendalian ulat pemakan daun kelapa sawit (ulat api dan ulat kantong)

dengan pestisida dilakukan secara selektif. Penggunaan insektisida hayati Bacillus

thuringiensis menjadi pilihan utama, sedangkan insektisida kimiawi sintetis

digunakan seminimal mungkin. Penekanan penggunaan insektisida kimiawi

sintesis, dilakukan untuk memberikan kesempatan serangga-serangga non target

seperti serangga penyerbuk (Elaidobius kamerunicus), serangga bermanfaat

berupa parasitoid dan predator yang banyak ditemukan seperti Spinaria spinator,

Apanteles sp., Brachymeria sp., Pediobius sp., Sycanus sp., dan Eucanthecona sp.

10

Page 11: Ringkasan KSMB PT AAL

agar dapat hidup dan berkembang biak sehingga ekosistem dalam perkebunan

kelapa sawit senantiasa terjaga secara berkelanjutan.

Seiring dengan semangat Astra Green Company, PT AAL telah melakukan

penelitian yang berkonsentrasi pada optimalisasi pemanfaatan agrobiodiversity

untuk membangun ekosistem yang lebih sehat sekaligus meningkatkan efisiensi

dan produktivitas tanaman kelapa sawit yang lebih baik. Pengetahuan yang baik

tentang agrobiodiversity ini sangat penting untuk mengelola habitat guna

meningkatkan produktivitas sekaligus mengembalikan fungsi-fungsi komponen

ekosistem (restorasi) pada keadaan yang lebih baik.

C. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

PT AAL memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk melakukan

pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Beberapa program yang

dilaksanakan terkait dengan aspek K3 antara lain sebagai berikut :

1. Penyediaan Sarana & Prasarana Kesehatan

PT AAL menyediakan sarana dan prasarana K3 berupa bangunan poliklinik,

mobil ambulan, serta mobil pemadam kebakaran. Hingga saat ini PT AAL

telah memiliki 29 unit poliklinik kebun (Polibun) dan 30 unit mobil ambulan.

Poliklinik melayani kesehatan karyawan dan keluarganya, melalui program

preventive promotif, kuratif dan rehabilitatif di kebun. Disamping poliklinik,

PT AAL secara rutin menggalakkan program Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil dan anak.

2. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perusahaan melaksanakan program inspeksi K3 secara rutin untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja. Inspeksi K3 ini dilakukan di setiap bagian dan

lokasi kerja. Hasil inspeksi ini divisualisasikan dengan status unsafe faktor

sistem bendera emas, hijau, biru, merah dan hitam sesuai dengan kinerja K3

yang ada di masing-masing bagian. Kinerja K3 terbaik ditandai dengan

bendera warna emas sedangkan kinerja K3 yang belum memenuhi standar

diberikan warna Hitam.

11

Page 12: Ringkasan KSMB PT AAL

1.5. Corporate Social Responsibility (CSR)

Secara aktif PT AAL melakukan program CSR sebagai perwujudan

tanggung jawabnya untuk ikut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sekitar kawasan perkebunan sebagai bagian yang terdekat dengan perusahaan.

Selama ini, PT AAL melakukan berbagai aktivitas dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan, kesehatan, pendapatan masyarakat serta peningkatan kualitas

infrastruktur.

1. Aktivitas untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Sekitar Kebun

Dalam melaksanakan bisnisnya, PT AAL senantiasa melibatkan masyarakat

sekitar sebagai mitra andalan, dengan demikian keberadaan perusahaan

memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitarnya. Kemitraan antara

perusahaan dengan masyarakat menjadi lokomotif penggerak perekonomian di

daerah, merangsang pertumbuhan usaha dan penciptaan lapangan kerja baru.

Berbagai jenis usaha tumbuh dan berkembang di daerah operasi perkebunan

kelapa sawit yang dikelola perusahaan. Efek penggandaan (multiplier effect)

terjadi karena adanya kesepakatan antara perusahaan dengan masyarakat untuk

bersama-sama membangun kemitraan yang saling menguntungkan.

PT AAL juga melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan menggelar

Program Peningkatan Pendapatan Masyarakat (Income Generating Activity /

IGA). Sejauh ini, melalui program IGA, PT AAL mampu membantu 7.297

Kepala Keluarga hingga memiliki kebun kelapa sawit sendiri sebagai sumber

peningkatan pendapatannya. Sejumlah 6.394 Kepala Keluarga peserta program

IGA dengan areal seluas 14.465 hektar tergabung dalam 358 Kelompok Tani di

67 desa yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. PT AAL juga

telah mengelola 60.126 hektar Program Plasma.

Perusahaan senantiasa menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk kelompok

tani peserta program IGA yang bertujuan menambah pengetahuan para petani

partisipan program IGA dalam hal teknis budidaya kelapa sawit dan

keorganisasian.

2. Aktivitas dalam Bidang Keuangan Mikro

PT Astra Agro Lestari juga aktif dalam mempelopori berdirinya Lembaga

Keuangan Mikro (LKM). LKM merupakan wadah pemupukan modal bagi

12

Page 13: Ringkasan KSMB PT AAL

komunitas petani kelapa sawit yang dibina oleh PT AAL. Jika pada masa

sekarang para petani plasma diharapkan menabung untuk disalurkan sebagai

pinjaman kepada petani peserta program IGA yang tengah merintis usaha maka

pada gilirannya nanti petani peserta program IGA akan membantu petani

plasma, yaitu pada saat peremajaan tanaman (replanting) kelapa sawit kebun

plasma. LKM berperan membangkitkan semangat menabung di kalangan

masyarakat sekaligus mendorong masyarakat untuk lebih produktif.

LKM yang difasilitasi oleh perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik di tengah masyarakat antara lain karena: (a) proses pendiriannya

dilaksanakan dengan mengikut sertakan masyarakat; (b) pengelolanya direkrut

dari kalangan masyarakat setempat yang dikenal dan dipercaya oleh

masyarakat; (c) PPT AAL melakukan pelatihan secara intensif kepada para

petani plasma sehingga cakap dalam bekerja; (d) produk-produknya didesain

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, persyaratan relatif mudah dan bunga

yang ditawarkan cukup kompetitif dibandingkan dengan lembaga keuangan

lain; (e) didukung teknologi informasi modern yang cepat, akurat, dan

terpercaya; dan (f) segala keuntungan yang diperoleh sebagai hasil usaha akan

kembali ke masyarakat yang menjadi anggotanya.

3. Aktivitas Pendidikan

Perusahaan menyediakan beasiswa dengan beragam jenis. Beasiswa untuk

kalangan eksternal disalurkan untuk kalangan SLTP dan SLTA serta Perguruan

Tinggi (dengan ikatan dinas). Bagi kalangan internal, perusahaan menyediakan

beasiswa untuk pelajar SLTA dan beasiswa Anumerta khusus untuk

membantu pendidikan anak-anak dari karyawan yang meninggal dunia dalam

masa tugas, meliputi biaya pendidikan untuk jenjang SD, SLTP dan SLTA,

hingga Perguruan Tinggi dengan ikatan dinas.

4. Aktivitas Infrastruktur

PT AAL juga aktif dalam melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan

infrastruktur di wilayah perkebunan dan prasarana umum yang dapat dinikmati

oleh masyarakat di sekitar perkebunan. PT Astra Agro Lestari melakukan

pembangunan ruas jalan, puskesmas, sekolah bagi anak-anak para pegawai dan

masyarakat sekitar kebun.

13

Page 14: Ringkasan KSMB PT AAL

5. Aktivitas Kesehatan

PT Astra Agro Lestari berinisiatif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

melalui program revitalisasi Posyandu yang dimulai pada bulan Maret 2011.

Melalui program ini telah direvitalisasi 376 Posyandu di 243 desa di sekitar

perkebunan PT Astra Agro Lestari. Posyandu yang dibangun oleh perusahaan

melaksanakan program pemberian vitamin, makanan tambahan, imunisasi,

penimbangan balita rutin per bulan, keluarga berencana, pengobatan ringan

serta penyuluhan kesehatan lingkungan.

6. Program Lingkungan

Perusahaan memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengelolaan lingkungan.

Berbagai program dijalankan untuk menjaga dan merawat kelestarian

lingkungan hidup agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada

masyarakat luas dan kelangsungan bisnis perusahaan di masa depan. Program

yang dijalankan oleh PT AAL diantaranya adalah program Konservasi

Keanekaragaman Hayati, Astra Green Company, Cleaner Production dan

program Evaluasi Kinerja Lingkungan. Keempat program ini tidak terlepas dari

cita-cita Astra untuk menjalankan green business.

Program CSR yang diterapkan oleh PT Astra Agro Lestari dilakukan

melalui empat prinsip utama agar dalam pelaksanaannya dapat diterima dan

didukung oleh masyarakat sehingga hasil dari program yang dilaksanakan dapat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Keempat prinsip tersebut adalah :

1. Based on Need, dimana program CSR yang dilaksanakan berdasarkan

kebutuhan riil dari masyarakat, bukan berdasarkan keinginan masyarakat

semata.

2. Specific, dimana program CSR dilaksanakan untuk menyelelesaikan suatu

permasalahan yang spesifik, berdasarkan aspirasi dan potensi masyarakat lokal.

3. Oriented toward self reliance, yaitu program CSR yang dilaksanakan oleh PT

Astra Agro Lestari berorientasi pada pembentukan sikap percaya diri dari

komunitas lokal, dimana semua hal dijalankan sesuai dengan kemampuan dari

kedua belah pihak, yaitu komunitas lokal maupun perusahaan.

4. Participatory, yaitu ketersediaan masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif

dalam program yang dilaksanakan merupakan kunci sukses dari pelaksanaan

14

Page 15: Ringkasan KSMB PT AAL

program CSR. Ketersediaan masyarakat lokal untuk ikut serta berpartisipasi

dalam rogram CSR ditentukan pada apakah program yang dilaksanakan

mencerminkan apa yang mereka butuhkan.

15

Page 16: Ringkasan KSMB PT AAL

II. OPINI

Industri kelapa sawit berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan

sosial yang signifikan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit merupakan

komoditas perkebunan terbesar di Indonesia. Industri ini menjadi sarana meraih

nafkah dan meningkatkan perekonomian bagi sejumlah besar masyarakat miskin

di pedesaan Indonesia. Industri kelapa sawit Indonesia diperkirakan akan terus

berkembang pesat dalam jangka menengah, namun daya saingnya akan

mendapatkan tantangan dari kelompok yang menamakan pecinta lingkungan anti

minyak sawit.

Pasar minyak sawit dunia mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa

dasawarsa terakhir dengan produksi minyak sawit saat ini diperkirakan lebih dari

45 juta ton. Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir minyak sawit

terbesar di dunia, dengan produksi lebih dari 18 juta ton minyak sawit per tahun.

Meskipun hanya menyumbang sekitar 14% dari PDB, sektor pertanian

menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 41% penduduk Indonesia dan menjadi

mata pencarian sekitar dua pertiga rumah tangga pedesaan. Industri kelapa sawit

memiliki kontribusi paling besar bagi pendapatan masyarakat pedesaan di

Indonesia. Pada 2008, lebih dari 41% perkebunan kelapa sawit dimiliki oleh

petani kecil yang menghasilkan 6,6 juta ton minyak sawit. Dengan lebih dari

separuh penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan lebih dari 20%

diantaranya hidup di bawah garis kemiskinan, industri kelapa sawit menyediakan

sarana pengentasan kemiskinan yang tidak terbandingi.

Permintaan dunia akan minyak sawit diperkirakan akan semakin meningkat

di masa depan, hal ini membuat minyak sawit menawarkan prospek ekonomi yang

paling menjanjikan bagi Indonesia. Produksi minyak sawit dunia diperkirakan

meningkat 32% menjadi hampir 60 juta ton menjelang 2020. Pembatasan konversi

hutan untuk perkebunan kelapa sawit Indonesia akan mengurangi ketersediaan

lahan subur dan menghambat ekspansi industri ini. Kebijakan pemerintah harus

bertujuan meningkatkan produktivitas, bukan menerapkan kebijakan LSM yang

anti pertumbuhan.

Minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji

bunga matahari merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan

16

Page 17: Ringkasan KSMB PT AAL

diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati maupun di pasar dunia minyak

hayati. Market share keempat jenis minyak tersebut terhadap total produksi dunia

minyak hayati tahun 2003-2008 sekitar 67% dan share terhadap volume

perdagangan dunia sekitar 81% dengan tren yang meningkat berkisar

1%-1.5%/tahun (Oil World, 2010).

Minyak kelapa sawit merupakan minyak terbesar yang diproduksi maupun

diperdagangkan, diikuti oleh minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji

bunga matahari. Negara produsen, eksportir dan importir utama minyak kelapa

sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari. Produksi

minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan, sebagian lainnya

digunakan untuk keperluan non pangan (khususnya industri oleokimia dan

biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Di era tahun 1980-an rasio

penggunaan minyak nabati untuk pangan, non pangan dan pakan ternak berkisar

80:14:6. Seiring peningkatan penggunaan non pangan dalam 13 tahun terakhir,

rasio penggunaan minyak nabati saat ini berkisar 75:20:5. Peningkatan tersebut

didorong oleh kenaikan penggunaan biodiesel maupun sebagai subsitusi bahan

dasar industri oleokimia berbasis minyak bumi (AOCS, 2011).

Dibandingkan dengan komoditi lainnya pada subsektor perkebunan, kelapa

sawit merupakan salah satu komoditas yang pertumbuhannya paling pesat pada

dua dekade terakhir. Pada era tahun 1980-an sampai dengan pertengahan tahun

1990an, industri kelapa sawit berkembang sangat pesat. Pada periode tersebut,

areal meningkat dengan laju sekitar 11% per tahun. Sejalan dengan perluasan

areal, produksi juga meningkat dengan laju 9.4% per tahun. Konsumsi domestik

dan ekspor juga meningkat pesat dengan laju masing-masing 10% dan 13% per

tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2004).

Tabel 2. Luas Areal Perkebunan Berbagai Jenis Komoditas Penghasil Minyak

Nabati.

17

Page 18: Ringkasan KSMB PT AAL

Setiap usaha yang dijalankan pasti dihadapkan oleh berbagai tantangan.

Tantangan utama pembangunan perkebunan kelapa sawit kedepan adalah tuntutan

stakeholders untuk membangun sistem industri minyak sawit berkelanjutan

(Sustainable Palm Oil/SPO), dimana kondisi tersebut terkait dengan isu-isu

tentang global warming, konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati serta

alih fungsi lahan, serta tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

Responsibility/CSR) dan isu-isu lainnya. Isu-isu tersebut pada akhirnya menuntut

semua perusahaan perkebunan untuk meraih efisiensi melalui intensifikasi dengan

meningkatkan produktivitas namun tetap harus memperhatikan aspek-aspek

keberlanjutan.

Penyediaan SDM yang handal baik dalam kemampuan teknis maupun

manajerial. Penyedian dan pengembangan SDM pada akhirnya akan menjadi

faktor kunci dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Berbeda

dengan faktor produksi (modal, lahan, dll) penyediaan dan pengembangan SDM

tidak dapat diusahakan secara instan. SDM perkebunan yang dikenal sebagai

Planters bukanlah sarjana pertanian biasa. Oleh karena dalam pembangunan

perkebunan kelapa sawit khususnya maupun perkebunan pada umumnya

diperlukan desain dan rencana-rencana penyedian dan pengembangan SDM.

Isu penting lainnya yang tidak bisa ditinggalkan adalah sulitnya untuk

mencari lahan dalam usaha pengembangan sulitnya legalitas,keterbatasan lahan

membut permasalahan tersendiri. Untuk mengantisipasi cara yang paling tepat

adalah intensifikasi lahan yang ada. Dalam proses intensifikasi tentunya harus

menyeluruh semua lapisan. Pemikiran-pemikiran yang cerdas untuk

menumbuhkan ide sangat diperlukan.

Dalam konteks industri perkebunan khususnya kelapa sawit, PT AAL juga

mempunyai tantangan utama yang harus dihadapi, yaitu: membangun kompetensi

karyawan yang secara mendasar memang berbeda dengan kompetensi yang

dituntut industri lain. Ketika kita bicara ekspansi, maka itu artinya kita tak hanya

bicara soal ekspansi lahan, tapi perbedaan permasalahan dengan masyarakat yang

harus dihadapi di tiap-tiap daerah. Berbeda dengan dunia manufaktur lain yang

mungkin tidak terlalu langsung berkaitan dengan hubungan dengan masyarakat, di

sini justru itu yang utama, kompetensi lainnya boleh dibilang umum saja.

18

Page 19: Ringkasan KSMB PT AAL

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh pengusaha yang bergerak di bidang

agribisnis kelapa sawit, mulai dari masalah sosial, lingkungan, hukum, serta

perdagangan memerlukan suatu strategi dan kegiatan untuk mengatasi isu-isu

pembangunan kelapa sawit dalam rangka pembangunan kelapa sawit

berkelanjutan dan berkeadilan, diantaranya adalah :

A. Promosi, Advokasi dan Kampanye Publik Industri Kelapa Sawit

Berkelanjutan

Langkah operasional yang diperlukan adalah respon kebijakan yang jelas dan

tegas untuk menghadapi kampanye negatif yang menyatakan bahwa

pembangunan kelapa sawit merusak lingkungan dan menimbulkan konflik

sosial tanpa melihat peran ekonomi kelapa sawit, terutama dalam

pengurangan kemiskinan. Untuk itu, pemerintah dapat memfasilitasi

pemanfaatan berbagai fakta dan hasil penelitian yang menunjukkan peran

positif kelapa sawit sebagai materi promosi, advokasi dan kampanye publik.

Dampak lingkungan dan sosial yang tidak dikehendaki merupakan ekses dan

lebih disebabkan oleh masalah penegakan hukum dan manajemen kebun.

Seperti diketahui, respon atas kampanye negatif saat ini memang sudah

dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan dan pemerintah. Namun, langkah

untuk meningkatkan intensitas promosi dan advokasi dalam menghadapi

kampanye negatif masih diperlukan.

Langkah lain yang sedang dirintis, yaitu penggunaan standar pembangunan

kelapa sawit berkelanjutan perlu segera direalisasikan. Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan petunjuk pelaksanaan

pengembangan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia yang didasarkan kepada

peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. ISPO ini dapat dijadikan

alat promosi, advokasi dan kampanye publik untuk memperkuat posisi tawar

kelapa sawit Indonesia. Seperti ditentukan dalam konsep, ISPO mensyaratkan

7 prinsip yang diturunkan tidak kurang dari 20 peraturan perundang-

undangan dalam penerapan pembangunan perkebunan kelapa sawit, yaitu:

(i) Sistem perizinan dan manajemen kebun

(ii) Penerapan pedoman teknis sistem budidaya dan pengolahan kelapa sawit

(iii) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan

19

Page 20: Ringkasan KSMB PT AAL

(iv) Tanggung jawab terhadap pekerja

(v) Tanggung jawab terhadap individu dan komunitas (masyrarakat sekitar

perkebunan kelapa sawit)

(vi) Pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat

(vii) Komitmen terhadap perbaikan ekonomi secara terus menerus.

B. Pengembangan Produk (Hilir dan Samping) dan Peningkatan Nilai

Tambah

Langkah operasional yang diperlukan diantaranya adalah pembentukan

klaster industri kelapa sawit sesuai dengan potensi produksi kelapa sawit

yang telah ada dan yang akan dikembangkan. Hambali (2009) menyampaikan

bahwa keterkaitan industri inti, industri terkait dan industri pendukung

merupakan kunci dalam pembentukan dan pengembangan klaster industri

kelapa sawit. Dengan pengertian ini maka kerjasama/koordinasi tanpa hirarki

antar stakeholders (swasta, pemerintah, lembaga keuangan, LSM, lembaga

penelitian, perguruan tinggi, dan lainnya) sangat diperlukan dalam rangka

pengembangan klaster. Langkah operasional yang diperlukan dari sisi

pemerintah diantaranya adalah memberikan berbagai insentif terkait

pelaksanaan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan dan berkeadilan,

seperti (i) pengembangan jaringan infrastruktur secara terintegrasi, (ii)

pemberian subsidi, restitusi atau ditanggung pemerintah untuk pajak

pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) dan bea masuk (BM)

untuk peralatan dan mesin-mesin, serta produk hilir, (iii) pemberian subsidi

bunga kredit investasi dan modal kerja, (iv) memprioritaskan alokasi kredit

untuk pengembangan industri hilir, (v) pajak ditanggung pemerintah/tax

holiday bagi investor yang membangun infrastruktur, dan (vi) insentif bea

keluar untuk ekspor produk hilir dan samping dan disinsentif bea keluar

untuk ekspor bahan mentah dengan tetap memperhatikan keberadaan industri

hulu. Pemberian disinsentif diberlakukan jika persyaratan pembangunan

kelapa sawit berkelanjutan dilanggar. Langkah operasional di atas perlu

didukung dengan penelitian dan pengembangan (litbang) produk dan nilai

tambah. Untuk itu diperlukan beberapa perhatian terhadap litbang, seperti (i)

peningkatan investasi untuk litbang melalui peningkatan proporsi anggaran

20

Page 21: Ringkasan KSMB PT AAL

yang signifikan guna pelaksanaan litbang, (ii) menentukan agenda riset yang

bisa dikerjasamakan dengan lembaga riset dan PT. Pemberian insentif berupa

keringanan pajak diberikan bagi swasta yang bekerjasama dengan lembaga

litbang dalam pengembangan dan peningkatan nilai tambah produk turunan

kelapa sawit, (iii) penelitian pengembangan komoditas kelapa sawit untuk

memenuhi kebutuhan pangan (minyak goreng), pakan, bahan bakar dan serat,

dan (iv) pengembangan rantai nilai industri pengolahan CPO dan turunannya

untuk peningkatan daya saing dan peningkatan pangsa pasar.

C. Penguatan dan Penegakan Hukum dalam Pembangunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan dan Tata Kelola Perizinan

Langkah operasional yang diperlukan diantaranya adalah pengembangan

sistem manajemen penerapan hukum dan perizinan pembangunan kelapa

sawit berkelanjutan. Seperti diketahui, hukum-hukum terkait dengan

pembangunan kelapa sawit berkelanjutan di dalamnya termasuk perizinan

pada dasarnya telah dimiliki oleh Indonesia. Masalah tumpang tindih hukum

antar sektor dan antar pemerintah pusat dan daerah hanya dapat diatasi

dengan memperbaiki sistem manajemen penerapannya. Sistem manajemen

penerapan yang baik akan dicerminkan dengan (i) adanya kepatuhan terhadap

semua hukum dan peraturan yang berlaku, baik lokal, nasional maupun

internasional yang telah diratifikasi, (ii) hak untuk menguasai dan

menggunakan tanah dapat dibuktikan dan tidak dituntut secara sah oleh

masyarakat lokal dengan hak-hak yang dapat dibuktikan, dan (iii)

penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak berdasarkan

hukum dan hak tradisional masyarakat lokal. Dalam hal perizinan, langkah

noperasional bagi perusahaan untuk dapat beroperasi ditentukan setelah

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(i) Memperoleh Izin Usaha Perkebunan (IUP) dan Hak Penggunaan

Tanah/Surat Pendaftaran/Sertifikasi Tanah;

(ii) Sesuai dengan RUTWP (Rencana Umum Tataruang Wilayah Provinsi)

dan RUTWK (Rencana Umum Tataruang Wilayah Kabupaten/Kota);

(iii) Sengketa lahan dan kompensasi telah diselesaikan;

21

Page 22: Ringkasan KSMB PT AAL

(iv) Berupa usaha budidaya dan/atau pengolahan hasil dengan pengelolaan

berbentuk PBN, PBS (Asing, Nasional), Koperasi dan Perkebunan

Rakyat.

D. Transparansi Informasi Pembangunan Kebun Kelapa Sawit

Langkah operasional yang diperlukan antara lain adalah informasi tentang

perkebunan dan industri pengolahan kelapa sawit kepada stakeholders,

khususnya individu dan masyarakat lokal terkait dengan perizinan,

pembangunan kebun dan pengolahan kelapa sawit, dalam bahasa yang dapat

dimengerti stakeholders. Penyelenggaran informasi adalah lembaga-lembaga

pemerintah pusat dan daerah dalam bingkai koordinasi lembaga pemerintah,

sedangkan penyedia informasi adalah perusahaan perkebunan, industri

pengolahan kelapa sawit, lembaga pemerintah pusat dan daerah, serta

masyarakat lokal. Dokumen informasi tentang pembangunan kelapa sawit ini

tersedia secara umum dengan tetap menjamin kerahasiaan perusahaan dalam

bidang keuangan. Transparansi dokumen tersebut juga diyakini tidak akan

berdampak negatif terhadap perusahaan, masyarakat (petani) dan lingkungan.

Pemerintah daerah (kabupaten/kota) menjadi lembaga terdepan dalam

pemberian informasi ini.

E. Pengembangan Aksesibilitas Petani Terhadap Sumber Daya

Langkah operasional yang diperlukan di antaranya (i) modifikasi program

revitalisasi perkebunan kelapa sawit melalui penyediaan fasilitas kredit tanpa

jaminan, terutama untuk peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat. Hal ini

sebagai solusi masalah sertifikat dan avalis yang dijumpai pada program

revitalsasi perkebunan kelapa sawit, (ii) pemberian subsidi bunga sehingga

tingkat bunga kredit menjadi murah dan terjangkau oleh petani, (iii)

penyediaan tenaga pendamping dalam penerapan inovasi teknologi dan

kelembagaan. Tenaga pendamping ini adalah tenaga yang kompeten di

bidang teknologi budidaya kelapa sawit dan kelembagaan petani, dan (iv)

penyediaan lahan bagi petani untuk menguasai lahan-lahan terlantar atau

lahan lain sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Langkah

operasional di atas perlu didukung dengan (i) pemberdayaan dan penguatan

kelembagaan petani sehingga kelembagaan petani mempunyai status hukum

22

Page 23: Ringkasan KSMB PT AAL

yang pasti (ii) sosialisasi dan pelatihan kepada petani tentang penerapan

berbagai teknologi, termasuk tentang bibit palsu, dalam rangka pembangunan

kelapa sawit berkelanjutan, (iii) penerapan model peremajaan kelapa sawit

yang telah memperhitungkan kebutuhan teknologi, modal dan manajemen

peremajaan, terutama bagi perkebunan kelapa sawit rakyat, (iv)

pengembangan layanan penunjang agribisnis kelapa sawit, seperti penyediaan

teknologi, sarana produksi (pupuk organik dan non-organik serta obat-obatan)

dan prasarana (alat dan mesin), serta informasi agribisnis terutama bagi

perkebunan kelapa sawit rakyat, (v) penerapan kerjasama kemitraan antara

lembaga petani dan perusahaan yang efektif dan berkeadilan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU Kemitraan, UU Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat dan Aturan-aturan

Pelaksanaannya), dan (vi) fasilitasi pengembangan kelembagaan petani

melalui penumbuhan dari bawah dan mampu menampung kepentingan para

petani anggotanya dan pengembangan kegiatan usaha.

F. Pengendalian Konversi Hutan Alam dan Lahan Gambut

Langkah operasional yang diperlukan diantaranya adalah (i) Percepatan padu

serasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dengan Rencana Tata

Ruang dan Wilayah (RTRW) semua tingkatan. Penguatan penataan ruang

dilakukan melalui mekanisme insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi.

Daerah yang tidak menyelesaikan padu serasi tersebut terutama daerah yang

memiliki perkebunan kelapa sawit perlu mendapat perhatian serius, (ii)

Percepatan pelepasan kawasan hutan untuk hutan bagi areal penggunaan lain

(APL). Penerapannya tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan

yang berlaku termasuk moratorium hutan disertai penguatan hukum dalam

implementasinya, (iii) Pemberian izin perluasan kebun diberlakukan untuk

perusahaan yang berkinerja baik, (iv) Perluasan lahan hanya diijinkan bila

produktivitas kebun sudah mencapai titik optimal, (v) Perluasan dilakukan

dengan memanfaatkan lahan pertanian terlantar.

G. Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO

Salah satu hal utama yang harus diperhatikan adalah penerapan prinsip dan

kriteria RSPO dalam rangka pembangunan kelapa sawit berkelanjutan, bukan

23

Page 24: Ringkasan KSMB PT AAL

masalah keanggotaan. Seperti diketahui, penerapan pembangunan kelapa

sawit berkelanjutan harus menjadi komitmen pembangunan kelapa sawit

berkelanjtan. Langkah operasional yang diperlukan diantaranya adalah (i)

sosialisasi dan pelatihan penerapan prinsip dan kriteria berkelanjutan,

terutama kepada petani, (ii) monitoring dan evaluasi penerapan prinsip dan

kriteria berkelanjutan, dan (iii) fasilitasi promosi, advokasi dan kampanye

positif bahwa pembangunan perkebunan di Indonesia telah menerapkan

prinsip dan kriteria pembangunan kelapa sawit berkelanjutan.

H. Pengembangan Mekanisme Resolusi Konflik

Langkah operasional yang diperlukan diantaranya adalah penanganan dampak

negatif dan pengembangan dampak positif dari pembangunan kelapa sawit.

Mekanisme tersebut diterapkan secara terbuka/transparan melalui komunikasi

dan konsultasi antara pihak perkebunan dan/atau industri pengolahan kelapa

sawit, masyarakat lokal, dan kelompok kepentingan lainnya. Mekanisme ini

menghasilkan suatu sistem yang disepakati dan didokumentasikan bersama

untuk menangani keluhan dan ketidakpuasan. Setiap masalah sosial seperti

masyarakat lokal kehilangan hak legal atau hak adat didokumentasikan

sehingga masyarakat lokal dan stakeholders lainnya dapat mengetahui secara

jelas. Sistem yang diterapkan merupakan sistem yang diterima oleh semua

stakeholders. Dalam rangka resolusi konflik, kerjasama kemitraan antara

perusahaan perkebunan dan industri pengolahan kelapa dengan masyarakat

sekitar/petani untuk mengembangkan perkebunan rakyat perlu didorong.

Untuk itu, penguatan SDM bidang kelembagaan petani, baik dari pihak petani

maupun perusahaan, perlu dilakukan. SDM yang kuat akan mampu

mengembangkan resolusi mekanisme resolusi konflik.

24

Page 25: Ringkasan KSMB PT AAL

III. DAFTAR PUSTAKA

Annual Report PT Astra Agro Lestari, Tbk Tahun 2011.

Bappenas. 2010. Naskah Kebijakan (Policy Paper) Kebijakan dan strategi dalam

Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia

Secara Berkelanjutan dan Berkeadilan. Direktorat Pangan Dan Pertanian

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan,

Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan: Kelapa Sawit.

Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.

Hambali, E. 2009. Contribution of Higher Education and Research Institutions to

the Development of Palm Downstream Industrial Cluster. Presented in the

Development of Palm Downstream Worksop in Riau Province held at Gran

Melia Hotel on 24 June 2009. Surfactan and Bioenergy Research Center,

Bogor Agricultural University.

Oil World. 2009. Oil World Annual 2009. ISTA Mielke GmbH. Langenberg,

Hamburg, Germany.

Susila R, Wayan. 2010. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia:

Perspektif Jangka Panjang 2025. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia,

Bogor.

World Growth. 2011. Manfaat Minyak Sawit Bagi Perekonomian Indonesia.

Laporan World Growth.

25