Restorasi Citra Digital Dengan Algoritma Inpainting

download Restorasi Citra Digital Dengan Algoritma Inpainting

of 13

description

Restorasi Citra Digital Dengan Algoritma Inpainting

Transcript of Restorasi Citra Digital Dengan Algoritma Inpainting

  • Wijanarto adalah Dosen Fakultas Ilmu Komputer UDINUS Semarang

    53

    Restorasi Citra Digital

    Dengan Algoritma Inpainting

    Wijanarto

    Abstract: Inpainting is a technique to modify an unrecognized image format.

    Implementation and objectives of inpainting is to restore the damaged image and remove

    any selected object. Digital inpainting algorithm is a basic technique used by restorator

    professionals in painting. Basic idea is to find the contours of the image and dragging

    them into closest border areas marked in a certain time. This algorithm is trying to

    expand the boundaries and color beetwen properly until the entire marked area covered.

    After selecting area for restoration, this algorithm automatically fill the area with the

    information surround it. The process will be complete when the isophote on the inside

    border region fill in. The process is done in a certain time, and after several Iterations,

    there was a softening process in the restorated region using anisotropik diffusion

    technique, and performed inpainting and diffusion, so on until the whole area is fully

    within the limits or threshold specified finish. This technique is implemented for

    restoration of damaged old photos,because of such as fungi on the surface of the image

    or text, even labels that cover a particular region on an image.

    Keywords: Image Restoration, Inpainting, Anisotropic Diffusion

    PENGANTAR

    Dewasa ini komputer berkembang dengan cepat, baik kecepatan pemrosesan yang tinggi maupun tempat

    penyimpanan yang besar. Hal ini memungkinkan pemrosesan citra dapat dilakukan dengan baik, sebab

    citra biasanya disimpan dalam kapasitas yang besar (untuk yang tidak dikompresi) dan membutuhkan

    pemrosesan yang lama (karena kompleksitas algoritmanya). Bahkan perkembangan tersebut membawa

    pada tahap penelitian dan pengembangan multimedia database (Lu,1999). Seperti diketahui elemen

    sistem pemrosesan citra meliputi (1) pengambilan, (2) penyimpanan, (3) pemrosesan, (4) komunikasi,

    dan (5) penampilan (Gonzales, 1993). Dengan demikian citra yang didapatkan mungkin seringkali tidak

    sama dengan yang dihasilkan, oleh karena itu citra perlu di proses untuk didapatkan hasil yang paling

    orginal ideal (keadaan yang senyatanya ideal) menurut persepsi mata manusia.

    Restorasi ini merupakan suatu teknik pemodelan yang diorientasikan dengan adanya degradasi dan

    dilakukan proses pembalikan yang sesuai untuk mengembalikan citra yang asli (Gonzales,1993). Teknik

  • 54 Techno.Com, Vol. 8 No. 1, Mei 2009

    awal restorasi terhadap citra kebanyakan menggunakan konsep domain frekuensi, seperti fungsi

    deblurring, yang merupakan penghilangan citra yang mengalami blur (pengkaburan).

    Inpainting adalah suatu teknik untuk memodifikasi citra dalam bentuk yang tidak terdeteksi, dalam hal

    seni murni (lukis) . Tujuan dan aplikasi dari kebanyakan inpainting, mulai dari restorasi lukisan dan foto

    yang rusak untuk menghilangkan atau mengganti obyek yang dipilih.

    Pada mulanya inpainting merupakan teknik yang digunakan para ahli seni untuk merestorasi lukisan

    yang rusak karena usia, goresan, jamur, atau hal lainnya sehingga lukisan tersebut menjadi tidak seperti

    aslinya. Bertalmio dan kawan-kawan (Bertalmio,et.al, 2001), merupakan pencetus pertama dalam usaha

    menuangkan ide inpainting dalam dunia digital, sehingga dikenal sebagai digital inpainting. Teknik

    klasik merupakan teknik pertama kali yang dikembangkan oleh Bertalmio dan kawan-kawan, yang

    menggunakan transformasi Laplace (Sapiro, 2005).

    Grossauer dan Scherzer (Grossauer dan Scherzer, 2005) menggunakan teknik persamaan Ginzburg-

    Landau pada ruang 2 dimensi dan 3 dimensi untuk melakukan inpainting. Pada kesempatan lain

    Grossauer mengembangkan teknik dengan mengkombinasikan persamaan diferensial partial (PDP) dan

    sintesis tekstur (Texture Synthesis/TS) (Grossauer,2005), disini Grossauer mencoba menyempurnakan

    dengan kombinasi algoritma dasar PDP, dengan algoritma TS untuk mengisi daerah yang akan di

    inpaint. Telea (Telea,2005) mengembangkan algoritma yang didasarkan pada apa yang disebut Level

    Sets and Fast Marching Method yang di cetuskan oleh Sethian (Sethian, 1994,1996).

    Algoritma yang dikenal sederhana dan cepat, juga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

    inpainting di kenalkan oleh Oliveira dan kawan-kawan (Oliveira, et.al,2001), yang dikenal dengan Fast

    Digital Image Inpainting. Cant mencoba memecahkan permasalah inpainting dengan metode multi skala

    untuk otomatisasi inpainting (Cant,2003). Criminisi dan Toyama, menampilkan algoritma yang

    digunakan untuk menghilangkan obyek besar yang didasarkan pada perhitungan warna menggunakan

    exemplar sintesis (Criminisi dan Toyama, 2003,2004).

    Jia dan Tang (Jia dan Tang, 2005) memandang Inpainting dari sisi sintesis tekstur, yaitu dengan

    menggunakan pendekatan ND Tensor Voting mencoba mentranslasikan informasi warna citra dan

    tekstur yang disesuaikan dalam tensor ND. Demanet, Song dan Chan, memberikan solusi inpainting

    dengan pendekatan yang disebut Peta Tekstur yang saling berhubungan, yang didefinisikan sebagai

    kaitan antar piksel yang kosong atau hilang dengan piksel lain dimana nilainya diambil dari dalam

    benih/bibit citra aslinya. (Demanet et.al,2005). Igehy dan Pereira (Igehy dan Pereira, 1997) menyajikan

    teknik yang didasarkan pada Hegeer dan Bergen (Hegeer dan Bergen, 1995), yaitu dengan algoritma

    sintesis tekstur dan mengkombinasikan dengan komposisi citra untuk dapat menghasilkan restorasi yang

    lebih baik. Dalam tulisan ini, penulis mengimplementasikan algoritma dari Bertalmio, dengan sedikit

    modifikasi pada parameternya. Pertama dalam tulisan ini t diberi nilai 0.05 dengan update setiap

    0.025 sebesar 0.0005, kedua parameter difusi kappa di set 100, nilai ini digunakan untuk

    mengendalikan konduksi dan mengurangi pengaruh gradiean konduksinya, sedang nilai lambda di set

    maksimal 0.25 untuk mempercepat difusi (Wijanarto, 2006).

  • 55 Restorasi Citra Digital (Wijanarto)

    METODE PENELITIAN

    Input algoritma ini (Bertalmio, 2000, 2001, 2003) berupa citra yang akan direstorasi dan mask yang

    membatasi bagian yang akan di inpaint. Sebagai langkah awal pemrosesan, seluruh citra asli mengalami

    penghalusan difusi anisotropik. Tujuannya adalah mengurangi pengaruh noise pada estimasi arah

    isophote (gradien) yang berada pada . Setelah itu citra masuk pada loop inpainting, dimana hanya

    nilai didalam yang dimodifikasi. Perubahan nilai ini berdasarkan implementasi diskrit dari prosedur

    inpainting, dimana setiap beberapa iterasi, sebuah langkah difusi anisotropic (Bertalmio,2001, Black,

    1998, Weickert, 1998, Perona dan Malik,1999) di jalankan dengan :

    yxtyxItyxyxgtyx

    t

    I,,,,,,,,, (1)

    Dimana adalah dilasi dari dengan radius lingkar , adalah lengkungan Euclidean dari isophote

    I dan yxg , adalah fungsi pelembutan dalam sedemikian sehingga yxg , =0 dalam

    dan

    yxg , =1 dalam , proses ini diulangi hingga keadaan yang mantap dicapai. Diberikan jiI n , untuk setiap satu pixel citra didalam daerah selama waktu inpainting n. Kemudian persamaan diskrit inpainting menjadi :

    jijitIjiIjiI ntnn ,,,,,1 (2)

    dimana,

    jiI

    njiN

    njiNjiLjiI nnnt ,

    ,,

    ,,.,,

    , (3)

    1,1,,,1,1:, jiLjiLjiLjiLjiL nnnnn , (4)

    jiIjiIjiL nyyn

    xx

    n ,,, , (5)

    22 ,,

    ,,,

    ,,

    ,,

    jiIjiI

    jiIjiI

    njiN

    njiN

    n

    y

    n

    x

    n

    x

    n

    y

    , (6)

    njiN

    njiNjiLji nn

    ,,

    ,,.,, , (7)

    dan

  • 56 Techno.Com, Vol. 8 No. 1, Mei 2009

    0

    0

    2222

    2222

    ,

    n

    n

    nyfM

    nybm

    nxfM

    nxbm

    nyfm

    nybM

    nxfm

    nybM

    Dimana

    Dimana

    IIII

    IIII

    n jiI

    (8)

    Pertama kita hitung estimasi smoothness 2D L dalam (5) dan arah isophote N /| N | dalam (6).

    Kemudian dalam (7), kita hitung n , yaitu proyeksi dari L ke dalam vector yang dinormalisasikan

    N , dengan demikian kita menghitung perubahan L selama arah N . Akhirnya kita kalikan n dengan

    batas slope dari norma gradient citra, I dalam (8). Pusat Perbedaannya mengakibatkan skema ini

    tidak stabil, alasan inilah digunakannya batasan slope (slope norm limited). Sub index b dan f

    menunjukan perbedaan diluar dan didalam , sementara sub index m dan M menunjukkan minimal atau

    maksimal antara 0 dan turunannya. Akhirnya pilihan vector yang tidak ternormalisasi N sebagai ganti

    dari versi normal yang mengijinkan skema numeric lebih stabil dan sederhana. Pada saat algoritma

    inpainting berada pada keadaan steady state, tI =0, kita kerjakan secara geometri dengan . I =0,

    artinya bahwa smoothness berada dalam keadaan konstan dalam isophote.

    Persamaan (2) sampai (8) mengerjakan pixel dalam batas dari daerah yang di inpaint, pixel yang

    diketahui dari luar daerah inilah yang dipakai untuk meng-inpaint. Secara konsep persamaan (2) (8)

    dihitung dalam daerah ( dilasi dari ). Walaupun kita memperbarui nilai hanya dalam (pers. 2

    diterapkan didalam ). Informasi dalam batas menyebar di dalam . Penyebaran arah dari

    informasi ini, baik nilai gray maupun isophote, merupakan dasar untuk kesuksesan algoritma ini. Dalam

    loop restorasi ditunjukkan A langkah inpainting dengan persamaan (2), lalu B langkah difusi dengan

    persamaan (1), lalu ke A langkah dan begitu seterusnya. Jumlah total langkah adalah T. Jumlah ini boleh

    jadi belum mapan, atau algoritma akan berhenti ketika perubahan dalam citra di bawah threshold yang

    diberikan. Nilai yang digunakan pada A dan B sebenarnya adalah opsional, tetapi dalam Bertalmio

    (Bertalmio, 2000) memakai A=15, B=2, sedang kecepatan t = 0.1.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Grafik antar muka pengguna (GUI), disini dibangun secara visual dengan bantuan perangkat lunak

    Borland Delphi versi 7 Enterprise, selain kemudahan dalam pengembangan, perangkat ini dikenal

    sebagai Rapid Application Development Tool (RAD Tool) yang paling cepat dikelasnya, gambar 1

    merupakan aplikasi dari algoritma ini.

  • 57 Restorasi Citra Digital (Wijanarto)

    Gambar 1. Screen shoot aplikasi restorasi citra digital dengan algoritma inpainting

    Hasil implementasi dari sistem restorasi citra digital dengan algortima inpainting akan disajikan dalam

    bab ini, yaitu dengan melakukan restorasi terhadap data sampel citra yang sudah dipersiapkan. Dibagian

    ini penulis melakukan restorasi terhadap citra dengan memakai beberapa variasi parameter yang ada

    guna mencapai performa sistem dan hasil yang optimal.

    a b c

    Gambar 7 a, b dan c berupa Citra Asli, Mask Citra dan Citra setelah Restorasi

  • 58 Techno.Com, Vol. 8 No. 1, Mei 2009

    a b c

    Gambar 8 a, b dan c berupa Citra Asli, Mask Citra dan Citra setelah Restorasi

    Tampak pada gambar 7 a, b dan c yang merupakan citra asli sebelum direstorasi, mask citra dan citra

    hasil restorasi, begitu juga gambar 8 a,b dan c. Dari uji sampel data sebanyak 30 gambar dengan 3 file

    format yang berbeda (bmp, tga dan jpeg), menunjukan hasil yang cukup bagus baik dari segi waktu

    proses maupun hasil visual.

    Waktu Restorasi Citra

    Tabel 1 merupakan data sampel sebanyak 30 buah citra yang dibagi dalam 3 kelompok format file yang

    berbeda masing-masing 10 buah untuk format file bmp, tga dan jpeg, dengan dimensi dibatasi hanya

    maksimal 512X512 untuk citra true color 24 bit dalam ruang warna RGB.

    Tabel 1. Data Sampel Citra Restorasi

    No Nama File Waktu Dimensi

    1 anjing.tga 00:06:15 [ 375.86 ms] 501 X 512

    2 bebek1.tga 00:04:09 [ 250.11 ms] 512 X 384

    3 bebek2.tga 00:06:03 [ 363.02 ms] 512 X 478

    4 bebek3.tga 00:05:53 [ 353.97 ms] 512 X 423

    5 bebek4.tga 00:03:35 [ 215.55 ms] 512 X 349

    6 bebek5.tga 00:04:02 [ 242.08 ms] 512 X 384

    7 bebek6.tga 00:05:34 [ 334.20 ms] 512 X 390

    8 bebek7.tga 00:02:48 [ 168.23 ms] 512 X367

    9 buah1.tga 00:05:10 [ 310.36 ms] 512 X 384

  • 59 Restorasi Citra Digital (Wijanarto)

    10 buah2.tga 00:04:41 [ 281.27 ms] 512 X 384

    11 bunga1.bmp 00:10:49 [ 649.11 ms] 501 X 512

    12 bunga2.bmp 00:05:30 [ 330.00 ms] 512 X 354

    13 bunga3.bmp 00:04:16 [ 256.94 ms] 512 X 352

    14 bunga4.bmp 00:05:43 [ 343.72 ms] 512 X 324

    15 bunga6.bmp 00:05:52 [ 352.13 ms] 512 X 384

    16 graf1.bmp 00:04:33 [ 273.55 ms] 512 X 384

    17 lapangan.bmp 00:05:25 [ 325.69 ms] 512 X 348

    18 motor.bmp 00:04:10 [ 250.19 ms] 512 X 384

    19 pinguin.bmp 00:02:58 [ 178.11 ms] 512 X 308

    20 semak.bmp 00:03:08 [ 188.09 ms] 512 X 384

    21 bunga5.jpg 00:07:06 [ 426.03 ms] 500 X 512

    22 bunga7.jpg 00:03:15 [ 195.95 ms] 512 X 365

    23 graf2.jpg 00:02:52 [ 172.30 ms] 512 X 384

    24 ilkom.jpg 00:03:32 [ 212.34 ms] 512 X 384

    25 kodok.jpg 00:02:52 [ 172.73 ms] 384 X 512

    26 r1.jpg 00:04:24 [ 264.69 ms] 512 X 384

    27 r2.jpg 00:04:11 [ 251.74 ms] 384 X 512

    28 warung.jpg 00:03:54 [ 234.33 ms] 512 X 384

    29 BERTALMIO4.jpg 00:02:49 [ 169.31 ms] 483 X 405

    30 BERTALMIO1.jpg 00:18:56 [ 1136.02 ms] 384 X 512

    Rata-rata 00:05:09 [309.254 ms]

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 sampel data citra asli diatas sudah diperoleh citra

    hasil restorasi, baik .BMP, .TGA maupun JPEG yang disajikan dalam tabel diatas. Citra restorasi

    tersebut akan dibahas dan dianalisa secara deskriptif yang didasarkan pada pengukuran kinerja sistem

    yang dibangun yaitu, waktu proses restorasi, persentase besar kerusakan citra dari dimensinya, variasi

    iterasi yang dipakai dalam inpainting terhadap citra tersebut dalam melakukan restorasi.

    Waktu diukur dengan cara mencari selisih waktu tick saat iterasi inpainting dimulai dengan tick saat

    iterasi selesai dalam 1000 mili detik, kemudian dikonversi dalam format jam, menit dan detik. Tampak

    pada data ke 30, waktu restorasi yang diperoleh sangat menonjol (maksimal) yaitu 00:18:56 [ 1136.02

    ms], sedang waktu restorasi terendah (minimal) diperoleh pada data ke 8, 00:02:48 [ 168.23 ms].

  • 60 Techno.Com, Vol. 8 No. 1, Mei 2009

    Waktu Retorasi , Persentase Kerusakan dan Variasi Iterasi

    Selain persentase kerusakan pada citra, yang mempengaruhi waktu restorasi adalah variasi total iterasi

    dan iterasi inpainting. Disini penulis sebagian besar memakai parameter yang disarankan oleh Bertalmio

    (Bertalmio, 2001), yaitu total iterasi 3000 dengan iterasi inpainting sebesar 15, tetapi ada dua data yang

    tidak menggunakan parameter diatas. Dan setelah melakukan percobaan restorasi dengan berbagai

    macam variasi parameter, yang terbaik menurut penulis adalah total iterasi 3000 dan iterasi inpainting

    15, nilai iterasi diatas 3000 dan iterasi inpainting yang besar tidak menghasilkan kualitas citra restorasi

    yang ideal dan justru menambah lama waktu restorasi. Tabel 3 menunjukan hasil penelitian dari sampel

    yang ada, nilai yang diberi high light menunjukan nilai terbesar (kuning) dan terkecil (abu-abu).

  • 61 Restorasi Citra Digital (Wijanarto)

    Tabel 3 Waktu, Variasi Iterasi Dan Kerusakan Citra

    No TP PR PCT TI I TI/I Waktu (ms)

    1 196608 2585 1.315% 3000 10 300 375.86

    2 196608 2509 1.276% 3100 25 124 250.11

    3 244736 3098 1.266% 3000 15 200 363.02

    4 216576 3272 1.511% 3000 15 200 353.97

    5 178688 2043 1.143% 3000 15 200 215.55

    6 196608 2365 1.203% 3000 15 200 242.08

    7 199680 3175 1.590% 3000 15 200 334.2

    8 187904 1357 0.722% 3000 15 200 168.23

    9 196608 2753 1.400% 3000 15 200 310.36

    10 196608 2447 1.245% 3000 15 200 281.27

    11 256512 4068 1.586% 3000 15 200 649.11

    12 181248 3374 1.862% 3000 15 200 330

    13 180224 2130 1.182% 3000 15 200 256.94

    14 165888 2301 1.387% 3000 15 200 343.72

    15 196608 2876 1.463% 3000 15 200 352.13

    16 196608 2377 1.209% 3000 15 200 273.55

    17 178176 2849 1.599% 3000 15 200 325.69

    18 196608 3028 1.540% 3000 15 200 250.19

    19 157696 1582 1.003% 3000 15 200 178.11

    20 196608 1461 0.743% 3000 15 200 188.09

    21 256000 3685 1.439% 3000 15 200 426.03

    22 186880 1927 1.031% 3000 15 200 195.95

    23 196608 1400 0.712% 3000 15 200 172.3

    24 196608 2016 1.025% 3000 15 200 212.34

    25 196608 1352 0.688% 3000 15 200 172.73

    26 196608 3051 1.552% 3000 15 200 264.69

    27 196608 2359 1.200% 3000 15 200 251.74

    28 196608 1871 0.952% 3000 15 200 234.33

    29 196608 2093 1.065% 3000 15 200 169.31

    30 195615 14993 7.665% 3000 15 200 1136.02

    TP=Total Piksel - PR=Piksel Restorasi - PCT=Persentase PR dari TP

    TI-Total Iterasi - I=Iterasi Inpainting - Waktu=Waktu Restorasi

    Subyektivitas Penilaian Hasil Restorasi Secara Visual

    Dari sisi visual, hasil restorasi citra sangat subyektif artinya, penilaian citra yang direstorasi merupakan

    subyektivitas pemakai, apakah sudah dianggap sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Kenyataannya

    dari penelitian yang dilakukan penulis, citra hasil restorasi yang paling ideal menurut persepsi mata

  • 62 Techno.Com, Vol. 8 No. 1, Mei 2009

    normal manusia, berada pada kisaran nilai variasi iterasi 3000, inpainting 15 dengan tingkat kerusakan

    yang tidak terlalu besar. Besar kerusakan pada citra yang akan direstorasi akan tampak bagus jika berupa

    garis, huruf atau obyek yang tidak lebih dari kurang lebih diameter 8 piksel.

    Tabel 4 Minimum dan Maksimum

    Waktu, Variasi Iterasi Dan Kerusakan Citra

    No TP PR PCT TI I TI/I Waktu (ms)

    1 196608 2585 1.315% 3000 10 300 375.86

    2 196608 2509 1.276% 3100 25 124 250.11

    8 187904 1357 0.722% 3000 15 200 168.23

    25 196608 1352 0.688% 3000 15 200 172.73

    30 195615 14993 7.665% 3000 15 200 1136.02

    Tabel 4 menunjukan hasil penelitian pada sampel data yang mempunyai nilai terbesar (highligth abu-

    abu) dan terkecil (highlight kuning) dari properti waktu, variasi iterasi dan kerusakan citra, dari data no

    1, 2, 8, 25 dan 30.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian yang dilakukan restorasi citra digital dengan algoritma inpainting waktu restorasi

    yang diperlukan tergantung pada besar piksel yang direstorasi. Sehingga dalam penelitian ini dapat

    disimpulkan sebagai berikut :

    1. Rata-rata waktu yang diperlukan dalam uji 30 sampel data sebesar 00:05:09 [309.254 ms], dengan

    waktu tercepat 00:02:48 [168.23 ms] pada citra dengan piksel restorasi 1357 (0.722%) dari total

    piksel citra sebesar 187904. Sedang waktu restorasi terlama 00:18:56 [1136.02 ms] dengan piksel

    restorasi 14993 (7.665%) dari total piksel sebesar 195615. Semua citra berada dalam ruang warna

    RGB 24 bit (8 bit untuk setiap ruang warna, yang terdiri dari R, G dan B). Variasi iterasi pada citra

    yang mempunyai tingkat kerusakan yang hampir sama tampak sedikit mempengaruhi waktu

    restorasi terhadap citra, tetapi tidak berpengaruh besar pada hasil restorasi secara visual.

    2. Faktor subyektivitas mempunyai pengaruh terhadap penilaian kualitas hasil restorasi, disini baik

    buruknya hasil restorasi sangat ditentukan oleh kepekaan melihat secara ideal dengan mata normal

    yang paling mendekati citra originalnya.

    SARAN

    Lama proses diukur berdasarkan waktu CPU, artinya program melakukan semua perhitungan

    menggunakan sumber daya CPU (Central Processing Unit) dan bukan GPU (Graphics Processing Unit) .

  • 63 Restorasi Citra Digital (Wijanarto)

    Waktu CPU dimaksudkan bahwa semua pemrosesan dilakukan oleh prosesor pada komputer, dan untuk

    pemakian kecepatan cpu yang lebih cepat dengan kapasitas memori yang besar dan cepat dimungkinkan

    untuk mendapatkan hasil waktu proses yang lebih cepat pula dengan kode program yang sama. Begitu

    juga yang dimaksudkan pemakian GPU walaupun tidak secara khusus di bahas dalam pembahasan,

    penulis ingin menunjukkan bahwa ada kemungkinan pemrosesan citra dilakukan melalui GPU saja dan

    atau dengan CPU. GPU lebih unggul dalam hal kecepatan pemrosesan grafik, karena prosesor ini hanya

    khusus menangani grafik dan tidak yang lain, misalnya sistem operasi, program-program TSR

    (Terminate and Stay Resident), interupt lainnya, dan sebagainya. Dengan demikian walaupun unggul

    dari segi kecepatan pemrosesan, GPU juga mempunyai standar tertentu untuk dapat di address dengan

    kode program, misalnya GPU jenis yang dikeluarkan oleh NVidia, sudah dapat dikolaborasikan dengan

    bahasa tingkat tinggi tertentu untuk pengkodeannya (misal dengan C++). Sehingga pemakaian GPU juga

    harus spesifik, dengan tool yang spesifik pula, jadi tidak dapat diterapkan pada jenis GPU pada

    umumnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bertalmio, M., 2001, Processing of Flat And Non-Flat Image Information On Arbitary Manifolds

    Using Partial Differntial Equations, A Thesis Submitted to The Faculty of Graduate School Of The

    University Of Minnesota, In Partial Fulfillment Of The Requirement For The Degree Of Doctor Of

    Philosophy In Electrical Engineering, March 2001,

    2. http://citeseer.ist.psu.edu/rd/14059983%2C584522%2C1%2C0.25%2CDownload/http%3AqSqqSqw

    ww.iua.upf.esqSq%257EmbertalmioqSqthesis.pdf, Diakses 22-07-2005.

    3. Bertalmio, M., Bertozzi, A.L., Sapiro, G., 2001, Navier-Stroke, Fluid Dynamics, and Image and

    Video Inpainting, Proceedings of the International Conference on Computer Vision and Pattern

    Recognition, IEEE, Dec. 2001, Kauai, HI, volume I, pp. I-355-I362,

    4. http://www.math.umn.edu/gogo/inpaintingj.pdf, Diakses 22-07-2005

    5. Bertalmio, M., Sapiro, G., Caselles, V., Ballester, C., 2000, Image Inpainting, Computer Graphics

    (SIGGRAPH), pp.417-424, New Orleans, July 2000,

    6. http://www.mount.ece.umn.edu/~guille/paper_str_text.pdf ,Diakses 22-07-2005

    7. Bertalmio, M., Vese, L., Sapiro, G., Osher,S., 2003, Simultaneous Structure and Texture Image

    Inpainting, Proceedings of the 2003 IEEE Computer Society Conference on Computer Vision and

    Pattern Recognition (CVPR 03), Hawaii, December 2001,

    8. http://www.mount.ece.umn.edu/~guille/paper_str_text.pdf , Diakses 22-07-2005

    9. Black, MJ., Sapiro, G., et.al., 1998, Robust Anisotropic Diffusion, IEEE Transaction Image

    Processing 7:3, pp.421-432,

    10. http://www.cns.nyu.edu/~david/ftp/aniso/Black-IEEE-IP98.pdf, Diakses 1/24/2006

    11. Cant, R.J., Langensiepen, C.S., 2003, A Multiscale method For Automated Inpainting, ESM2003,

  • 64 Techno.Com, Vol. 8 No. 1, Mei 2009

    12. http://www.math.umn.edu/~jhshen/gogo/Inpaintingp.pdf , Diakses 22-07-2005

    13. Criminisi, A., Perez , P. and Toyama , K, 2003, Object Removal by Exemplar-Based Inpainting,

    Proceedings of the 2003 IEEE Computer Society Conference on Computer Vision and Pattern

    Recognition (CVPR 03),

    14. http://www.math.umn.edu/~jhshen/gogo/inpaintings.pdf , Diakses 22-07-2005

    15. Criminisi, A., Perez , P. and Toyama , K., 2004, Region Filling and Object Removal by Exemplar-

    Based Image Inpainting, IEEE Transactions on Image Processing, Vol. 13, No. 9, Sep. 2004,

    16. http://research.microsoft.com/~antcrim/papers/criminisi_tip2004.pdf, Diakses 15-06-2005

    17. Demanet, L., Song, B., Chan, T., Image Inpainting by Correspondence Maps: a Deterministic

    Approach,

    18. http://www.math.umn.edu/~jhshen/gogo/inpaintingq.pdf, Diakses 22-07-2005

    19. Gonzales , RC. dan Woods, RE., Digital Image Processing, Addison-Wesley publishing Company,

    1993.

    20. Grossauer, H and Scherzer, O, 2005, Using the Complex Ginzburg-Landau Equation for Digital

    Inpainting in 2D and 3D, Lecture Notes In Computer Science 2695, Springer,

    21. http://www.math.umn.edu/~jhshen/gogo/inpaintingd.pdf , Diakses 22-07-2005

    22. Grossauer, H, A Combine PDE and Texture Synthesis Approach to Inpainting,

    http://informatik.uibk.ac.at/infmath , Diakses 20-06-2005

    23. Heeger, DJ. and Bergen JR., 1995, Pyramid-Based Texture Analysis/Synthesis, Proceedings of

    SIGGRAPH 1995, pp. 229-238, September 1995,

    24. http://www.cns.nyu.edu/~david/ftp/reprints/Heeger-siggraph95.pdf, Diakses 22-07-2005

    25. Igehy, H. and Pereira, L., 1997, Image Replacement through Texture Synthesis, Proceedings of

    the IEEE International Conference on Image Processing, October 1997,

    26. http://graphics.standford.edu/papaers/texture_replace.pdf , Diakses 28-07-2005

    27. Jia, J. and Tang, CK., Image Repairing: Robust Image Synthesis by Adaptive ND Tensor Voting,

    28. http://www.math.umn.edu/~jhshen/gogo/inpaintingl.pdf , Diakses 22-07-2005

    29. Lu, G., Multimedia Database Management Systems, Artech House Inc, 1999.

    30. Oliveira, MM., Bowen, B., McKenna, R., Chang, YS., 2001, Fast Digital Image Inpainting,

    Proceedings VIIP 2001, pp. 261-266 [CITY]:[PUB],

    31. http://www.math.umn.edu/~jhshen/gogo/inpaintingo.pdf , Diakses 22-07-2005

    32. Perona, P. dan Malik, J., 1990, Scale-Space and Edge Detection Using Anisotropic Diffusion,

    IEEE Transactions on PAMI, vol. 12. no. 7. July 1990.,

    http://www.cs.huji.ac.il/~cheny/reading/diffusion/classic.pdf , diakses 01/24/2006

    33. Sapiro, G., 2000, Image Inpainting, SIGGRAPH 2000,

    34. http://mountains.ece.umn.edu/~guille/Papers/sapiro_paper_1.pdf , Diakses 22-07-2005

  • 65 Restorasi Citra Digital (Wijanarto)

    35. Sethian, J.A., 1996, A Fast Marching Level Set Method for Monotonically Advancing Fronts,

    Proceedings Nat. Acad. 93:4 (1996), 1591-1595,

    http://math.berkeley.edu/~sethian/Papers/Sethian.siam_fast.pdf.gz , Diakses 20-07-2005.

    36. Sethian, J.A., 1994, Fast Marching Method And Level Set Methods for Propagating Interfaces,

    LBL-34893,

    37. http://math.berkeley.edu/~sethian/Papers/Sethian.siam_fast.pdf.gz , Diakses 20-07-2005.

    38. Telea, A., 2004, An Image Inpainting Technique Base on The Fast Marching Method, Journal of

    Graphics Tools, Vol. 9, No. 1, ACM Press 2004,

    39. http://www.win.tue.nl/~alext/alex/Papers/JGT04/paper.pdf , Diakses 21-06-2005.

    40. Weickert, J., 1998, Anisotropic Diffusion in Image Processing, ECMI Series, Teubner-Verlag,

    Stuttgart, Germany, 1998,

    41. http://www.emis.de/journals/an,cs/_vol-70/_no_1/_weickert.pdf, diakses 01/24/2006

    42. Wijanarto, 2006, Restorasi Citra Digital Dengan Algoritma Inpainting, Thesis S2 Ilmu Komputer,

    Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2006.