Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus SP ...
Transcript of Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus SP ...
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 375
Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus SP.)
Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi
Septian Putra1, Eri samah2
1.Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPMI
2.Dosen prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPMI Coresponding author
Email:[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau
(Amaranthus. sp) Denga Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi, sekaligus
mengetahui interaksi Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus. sp) Denga
Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi. Penelitian ini merupakan percobaan
lapangan yang di laksanakan di Jalan Jalan Balai Desa (Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
UPMI Medan), Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat sekitar
± 40 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai juli 2017, dengan metode RAK
(Rancangan Acak Kelompok) faktorial. Faktor pertama adalah pupuk kandang sapi yang terdiri
dari 3 taraf yaitu K0 = 0 kg/plot (kontrol), K1 = 1 kg/plot (10 ton/ha), dan K2 = 2 kg/plot (20
ton/ha). Faktor kedua adalah urine sapi yang terdiri dari 3 taraf yaitu U0 = 0 cc/plot (kontrol), U1=
25 cc/plot dan U2 = 50 cc/plot. Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman (cm), Jumlah
Daun (helai), Panjang Akar (cm), Produksi Berat Basah Pertanaman Sampel (gr), Produksi Berat
Basah Pertanaman Plot (gr). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pupuk kandang sapi
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, produksi berat basah pertanaman plot,
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, produksi berat basah pertanaman plot.
Penggunaan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
akar, produksi berat basah pertanaman sampel, produksi berat basah peretanaman plot. Interaksi
kedua kombinasi perlakuan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun, panjang akar, produksi berat basah pertanaman sampel, produksi berat basah peretanaman
plot. Hal ini disebabkan respon dari kedua perlakuan tersebuat tidak mampu mendukung dalam
proses pertumbuhan dan produksi tanaman bayam hijau.
Kata Kunci : Bayam, Pupuk Kandang.
ABSTRACT
This study aims to determine the Growth Response of Green Spinach Plants (Amaranthus. Sp) By
Giving Cow Cage Fertilizer and Giving Cow Urine, as well as knowing the interaction of Green
Spinach Plant Growth Response (Amaranthus. Sp) By Giving Cow Cage Fertilizer and Giving
Cow Urine. This research was a field experiment carried out on Jalan Jalan Balai Desa
(Experiment Garden of UPMI Faculty of Agriculture, Medan), Patumbak District, Deli Serdang
Regency with a height of about ± 40 m above sea level. The study was conducted in May to July
2017, using factorial randomized block design (RAK). The first factor is cow manure consisting
of 3 levels namely K0 = 0 kg / plot (control), K1 = 1 kg / plot (10 tons / ha), and K2 = 2 kg / plot
(20 tons / ha). The second factor is cow urine consisting of 3 levels, U0 = 0 cc / plot (control),
U1 = 25 cc / plot and U2 = 50 cc / plot. The parameters observed were Plant Height (cm),
Number of Leaves (strands), Root Length (cm), Wet Production Weight of Planted Samples (gr),
Wet Planting Production Weight of Plots (gr). The results showed the use of cow manure had a
significant effect on plant height, number of leaves, production of wet planted plot weight, but
did not significantly affect root length, production of wet planted plot weight. The use of cow
urine has no significant effect on plant height, number of leaves, root length, production of wet
planted samples, production of wet weight of plot plot. The interaction of the two treatment
combinations showed no significant effect on plant height, number of leaves, root length, wet
weight production of sample plantations, wet weight production of plot plot. This is due to the
response of the two treatments are unable to support the growth and production of green spinach
plants.
Keywords: Spinach, Manure
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
376 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
PENDAHULUAN
Tanaman bayam merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dimasa yang akan datang. Dikarenakan, masyarakat mengingat akan fungsi
tanaman bayam sebagai pemenuh kebutuhan gizi masyarakat karena mengandung zat gizi antara lain:
protein, karbohidrat, lemak, zat besi vitamin A, B, C serta serat (Rukmana et al, 2008). Bayam telah lama
dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Bayam merupakan bahan sayuran daun yang
bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun Bayam dapat dibuat berbagai sayur
mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Bayam juga memiliki beberapa manfaat
diantaranya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan pencernaan (Sunarjono, 2006).
Sementara itu produksi bayam di Indonesia pada tahun 2012 adalah 154.961 ton, mengalami penurunan
(-3.46 persen) dari tahun sebelumnya. Anjuran konsumsi sayuran di Indonesia mencapai sehat gizi adalah
sebesar 65,5 kg/kapita/tahun (BPS RI, 2012). Pada tahun 2013 luas areal panen bayam nasional di
Sumatera Utara mencapai 3.034 ha dengan produksi 13.463 ton. Dan produksi rata - rata 44,37 kw/ha
(BPS, 2013). Beberapa alasan tersebut mendasari fakta bahwa konsumsi bayam di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Konsumsi bayam untuk bahan makanan pada tahun 2007 sebesar 151,00
ton, pada tahun 2008 sebesar 158,34 ton dan pada tahun 2009 sebesar 168,00 ton (Budi, 2010). Pupuk
kandang sapi memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang sapi menyediakan unsur
makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) serta unsur mikro ( besi, seng, boron, kobalt, dan
molibdenium). Pemberian pupuk kandang sapi pada tanaman bayam dapat meningkatkan hasil produksi
meningkat dan bobot tanaman bayam lebih berat. (Mayadewi, 2007). Pupuk kandang adalah salah satu
pupuk organik yang memiliki kandungan hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan
mikroorganisme dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,
juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah
(Mayadewi, 2007). Urine sapi memiliki manfaat pada tanaman bayam yaitu:1). Zat perangsang
pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit bayam, 2). Sebagai Pupuk daun Organik dan membuat daun
tanaman bayam tadi terlihat lebih hijau, 3). Karena baunya yang khas urine sapi juga dapat mencegah
datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama
tanaman (Maspary, 2010). Urine sapi merupakan urine yang diambil dari ternak, terutama rumansia yang
terlebih dahulu di fermentasi sebelum digunakan. Urine sapi diperoleh dari fermentasi anaerobik dari
urine dengan nutrisi tambahan menggunakan mikroba pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer
lainnya. Dengan demikian kandungan unsur nitrogen dalam urine sapi akan lebih tinggi dibandingkan
dengan urine tanpa fermentasi. Urine sapi memiliki beberapa kandungan yang sangat baik untuk
tanaman, yaitu :1). Mempunyai jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika
dibandingkan dengan kotoran sapi padat. 2). Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan
sebagai pengatur tumbuh yang sangat baik digunakan oleh tanaman (Warasfarm, 2013).
METODE
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok ( RAK) dengan
dua faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Pemberian pupuk kandang sapi (K) terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu :
K0 = 0 kg/plot (kontrol)
K1 = 2 kg/plot (20 ton/ha)
K2 = 3 kg/plot (30 ton/ha)
Faktor II : Pemberian urine sapi (U) terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu:
U0 = 0 cc/plot (kontrol)
U1 = 25 cc/plot
U2 = 50 cc/plot
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yaitu:
K0U0 K1U0 K2U0
K0U1 K1U1 K2U1
K0U2 K1U2 K2U2
Jumlah ulangan (blok) = 3 ulangan
Jumlah plot/blok = 9 plot
Jumlah seluruh plot = 27 plot
Jumlah tanaman/plot = 9 tanaman
Jumlah tanaman sampel/plot = 5 tanaman
Jumlah seluruh tanaman sampel = 135 tanaman
Jumlah seluruh tanaman = 243 tanaman
Jarak tanam = 30 x 30 cm
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 377
Jarak antar plot = 25 cm
Jarak antar blok = 50 cm
Berdasarkan model linier dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai
berikut:
Yijk = µ + αi + βj + γk + (βγ)jk + ∑ijk
Dimana:
Yijk = Hasil pengamatan pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j dan faktor pemberian
urine sapi (U) pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i.
µ = Pengaruh nilai tengah.
αi = Pengaruh ulangan ke-i.
βj = Pengaruh pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j.
γk = Pengaruh pemberian urine sapi (U) pada taraf ke-k
(βγ)jk = Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j dan pemberian urine
sapi (U) pada taraf ke-k.
∑ijk = Pengaruh galat dari faktor pemberian pupuk kandang sapi (K) pada taraf ke-j dan faktor
urine sapi (U) pada taraf ke-k dalam ulangan ke-i
Analisis selanjutnya dengan mengunakan Uji Jarak Duncan pada taraf F table 5% dan 1% dilakukan
terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian mempunyai beberapa aspek penting dalam melaksanakan sebuah penelitian.
Sebelum melaksanakan penelitian dilakukan beberapa kegiatan, yaitu : 1). Persiapan lahan, 2).
Pemupukan, 3). Penanaman.
HASIL
Hasil pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi terhadap pertumbuhan tanaman
bayam hijau (Amaramthus. SP) dengan parameter yang diamati tinggi tanaman (cm), , jumlah daun
(helai), panjang akar (cm), produksi segar pertanaman sample (gram), dan produksi segar pertanaman
plot (gram).
Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil uji statistik (lampiran 4-9) pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst. Demikian juga pemberian urine sapi tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 hst, 21 hst, dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur
14 hst. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst.
Tabel 1. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..
K0 2,56 a U0 2.68
K1 3,02 ab U1 2.94
K2 3,15 b U2 3.10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 7 hari
setelah tanam (hst) tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha)
dengan rata-rata 3,15 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0
ton/ha) dengan rata-rata 2,56 cm. Sedangkan pengaruh tunggal pemberian urine sapi yang tertinggi pada
perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 3,10 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan
K0 dengan dosis 0 cc/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,68 cm. Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap
tinggi tanaman (cm) bayam hijau pada umur 7 hst dapat dilihat pada grafik gambar 1.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
378 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 7 hst.
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi:
ŷ = 0.296x + 2.614 : R2 = 0.908
Pemberian pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha)
dengan rata-rata 3,15 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0
ton/ha) dengan rata-rata 2,56 cm.
Tabel 2. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 2,27 2,60 2,80 2,56
K1 2,74 3,13 3,18 3,02
K2 3,02 3,10 3,34 3,15
Rataan 2,68 2,94 3,10
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 7 hari setelah tanam tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K2U2 dengan rata-rata 3,34
cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 2,27 cm.
Tabel 3. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..
K0 5.42 a U0 5.35 a
K1 5.98 b U1 5.92 b
K2 5.82 ab U2 5.95 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14
hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan
K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata 5,98 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan
K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0 ton/ha) dengan rata-rata 5,42 cm. Sedangakan pada perlakuan
pupuk urea yang tertinggi pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 5,95 cm
sedangkan yang terendah pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot (kontrol) dengan rata-rata 5,35 cm.
Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap tinggi tanaman (cm) bayam hijau pada umur 14 hst dapat dilihat
pada grafik gambar 2.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 379
Gambar 2. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 14 hst.
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.196x + 5.547x : R2 = 0.467
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14 hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada
perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha)
dengan rata-rata 5,98 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0
ton/ha) dengan rata-rata 5,42 cm. Pengaruh pupuk urine sapi terhadap tinggi tanaman (cm) bayam hijau
pada umur 14 hst dapat dilihat pada grafik gambar 3.
Gambar 3. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis urine sapi pada umur 14 hst.
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa pemberian urine sapi memberikan respon terhadap tinggi
tanaman umur 14 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.0126x + 5.443x : R2 = 0.796
Pemberian urine sapi pada umur 14 hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata 5,98
cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (kontrol) (0 ton/ha) dengan rata-
rata 5,42 cm.
Tabel 4. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 14 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 4,33 5,45 5,99 5,42
K1 5,60 6,40 5,96 5,98
K2 5,63 5,90 5,92 5,82
Rataan 5,35 5,92 5,95
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 14 hst tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K1U1 dengan rata-rata 6,4 cm sedangkan
yang terendah pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 4,33 cm.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
380 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
Tabel 5. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..
K0 9,97 a U0 11,19
K1 13,65 b U1 11,33
K2 12,36 b U2 13,46
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21
hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan
K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata 13,65 cm sedangkan yang terendah pada
perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (control) (0 ton/ha) dengan rata-rata 9,97 cm. Sedangakan pada
perlakuan urine sapi yang tertinggi pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 13,46 cm
sedangkan yang terendah pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 11,19 cm. Pengaruh
pupuk kandang sapi terhadap tinggi tanaman (cm) bayam hijau pada umur 21 hst dapat dilihat pada grafik
gambar 4.
Gambar 4. Grafik tinggi tanaman bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 21 hst.
Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.194x + 10.80x : R2 = 0.409
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21 hari setelah tanam (hst) tinggi tanaman pada
perlakuan pupuk kandang sapi yang tertinggi pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha)
dengan rata-rata 13,65 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0 dengan dosis 0 kg/plot (control)
(0 ton/ha) dengan rata-rata 9,97 cm.
Tabel 6. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap tinggi tanaman umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 7,39 9,62 12,92 9,97
K1 13,22 13,30 14,44 13,65
K2 12,97 11,09 13,03 12,36
Rataan 11,19 11,33 13,46
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 21 hst tinggi tanaman tinggi tanaman yang tertinggi pada perlakuan K1U2 dengan rata-rata
14,44 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 7,39 cm.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 381
Jumlah Daun
Dari hasil uji statistik (lampiran 10-15) pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah daun umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst. Demikian juga pemberian urine sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 7 hst, 14 hst, dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
umur 21 hst. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
umur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst.
Tabel 7. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 7 hari setelah tanam.
Jumlah daun
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..helai…..
K0 2,57 a U0 2.68
K1 2,84 ab U1 2.94
K2 3,71 b U2 3.10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 7 hst
jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan
dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 3,71 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0
dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,57 helai. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang
lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 3,08 helai sedangkan yang
lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 3,00 helai. Pengaruh pupuk
kandang sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 7 hst dapat dilihat pada grafik gambar
5.
Gambar 5. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 7 hst.
Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
jumlah daun umur 7 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.566x + 2.477 : R2 = 0.914
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 7 hst jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang
sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 3,71 helai
sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0 dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,57
helai.
Tabel 8. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 7 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..helai…..
K0 2,53 2,73 2,46 2,57
K1 2,93 2,60 3,00 2,84
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
382 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
K2 3,53 3,80 3,80 3,71
Rataan 3,00 3,04 3,08
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 7 hari setelah tanam jumlah daun yang lebih banyak pada perlakuan K2U1 dan K2U2 dengan
rata-rata 3,8 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0U2 dengan rata-rata 2,46 helai.
Tabel 9. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 14 hari setelah tanam.
Jumlah daun
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..helai…..
K0 4,28 a U0 4,75
K1 4,75 ab U1 4,93
K2 5,55 b U2 4,91
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14 hst
jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan
dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 3,71 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0
dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 2,57 helai. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang
lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 3,08 helai sedangkan yang
lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 3,00 helai. Pengaruh pupuk
kandang sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 14 hst dapat dilihat pada grafik
gambar 6.
Gambar 6. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 14 hst.
Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
jumlah daun umur 14 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.633x + 4.233 : R2 = 0.977
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 14 hst jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata
3,71 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0 dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-
rata 2,57 helai.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 383
Tabel 10. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 14 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..helai…..
K0 4,33 4,40 4,13 4,28
K1 4,73 4,66 4,86 4,75
K2 5,20 5,73 5,73 5,55
Rataan 4,75 4,93 4,91
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 14 hari setelah tanam jumlah daun yang lebih banyak pada perlakuan K2U1 dan K2U2 dengan
rata-rata 5,73 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0U2 dengan rata-rata 4,13 helai.
Tabel 11. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Jumlah daun
Pupuk kandang sapi
Urine sapi
…..helai…..
K0 6,31 a U0 6,44 a
K1 6,86 ab U1 6,93 ab
K2 7,24 b U2 7,04 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21 hst
jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan
dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 7,24 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0
dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-rata 6,31 helai. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang
lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata 7,04 helai sedangkan yang
lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 6,44 helai. Pengaruh pupuk
kandang sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 21 hst dapat dilihat pada grafik
gambar 7.
Gambar 7. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk kandang sapi
pada umur 21 hst.
Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
jumlah daun umur 21 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.466x + 6.340 : R2 = 0.988
Pemberian pupuk kandang sapi pada umur 21 hst jumlah daun (helai) pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang lebih banyak pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata
7,24 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0 dengan dosis 0 g/plot (kontrol) dengan rata-
rata 6,31 helai.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
384 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
Pengaruh urine sapi terhadap jumlah daun (helai) bayam hijau pada umur 21 hst dapat dilihat pada
grafik gambar 8.
Gambar 8. Grafik jumlah daun bayam hijau dengan pemberian dosis urine sapi pada umur 21 hst.
Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa pemberian urine sapi memberikan respon terhadap jumlah daun
umur 21 hari setelah tanam menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 0.012x + 6.507 : R2 = 0.883
Pemberian urine sapi yang lebih banyak pada perlakuan U2 dengan dosis 50 cc/plot dengan rata-rata
7,04 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 6,44
helai.
Tabel 10. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..helai…..
K0 6,06 6,33 6,53 6,31
K1 6,66 7,06 6,86 6,86
K2 6,60 7,40 7,73 7,24
Rataan 6,44 6,93 7,04
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
pada umur 21 hari setelah tanam jumlah daun yang lebih banyak pada perlakuan K2U2 dengan rata-rata
7,73 helai sedangkan yang lebih sedikit pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 6,06 helai.
Panjang Akar
Dari hasil uji statistik (lampiran 16-17) pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar. Demikian juga pemberian urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
akar. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.
Tabel 11. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi terhadap panjang akar.
Panjang akar
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..cm…..
K0 5,84 U0 5,95
K1 6,19 U1 6,46
K2 6,62 U2 6,24
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa panjang akar (cm) pada perlakuan pupuk kandang sapi yang lebih
panjang pada perlakuan K2 dengan dosis 2 kg/plot (20 ton/ha) dengan rata-rata 6,62 cm sedangkan yang
lebih pendek pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan rata-rata 5,84 cm. Sedangakan
pada perlakuan urine sapi yang lebih panjang pada perlakuan U1 dengan dosis 25 cc/plot dengan rata-rata
6,46 cm sedangkan yang lebih pendek pada perlakuan U0 dengan dosis 0 cc/plot dengan rata-rata 5,95
cm.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 385
Tabel 12. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap jumlah daun umur 21 hari setelah tanam.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..cm…..
K0 5,50 5,98 6,06 5,84
K1 5,91 6,60 6,06 6,19
K2 6,44 6,80 6,61 6,62
Rataan 5,95 6,46 6,24
Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
panjang akar yang lebih panjang pada perlakuan K2U2 dengan rata-rata 6,61 cm sedangkan yang lebih
pendek pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 5,5 cm.
Produksi Berat Basah Pertanaman Sampel (gr)
Dari hasil uji statistik (lampiran 18-19) pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi berat basah pertanaman sampel. Demikian juga pemberian urine sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi berat basah pertanaman sampel. Interaksi pupuk kandang sapi dan
urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi berat basah pertanaman sampel.
Tabel 13. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman sampel.
Perlakuan Produksi persampel
Pupuk kandang sapi Urine sapi
..helai…..
K0 82,22 U0 97.77
K1 140,00 U1 126.66
K2 122,22 U2 120,00
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa produksi berat basah pertanaman sampel (gr) pada perlakuan
pupuk kandang sapi yang lebih berat pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-
rata 140 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan
rata-rata 82,22 gr. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang lebih berat pada perlakuan U1 dengan
dosis 25 cc/plot dengan rata-rata 126,66 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan U0 dengan dosis
0 cc/plot dengan rata-rata 97,77 gr.
Tabel 14. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman sampel.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..gr…..
K0 70,00 93,33 83,33 82,22
K1 136,66 110,00 173,33 140,00
K2 86,66 176,66 103,33 122,22
Rataan 97,77 126,66 120
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
produksi berat basah pertanaman sampel yang lebih berat pada perlakuan K2U1 dengan rata-rata 176,66
gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 70 gr.
Produksi Berat Basah Pertanaman Plot (gr)
Dari hasil uji statistik (lampiran 18-19) pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap
produksi berat basah pertanaman plot. Demikian juga pemberian urine sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi berat basah pertanaman plot. Interaksi pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi berat basah pertanaman plot.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
386 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
Tabel 15. Pengaruh tunggal pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman plot.
Produksi persampel
Perlakuan
Pupuk kandang sapi Urine sapi
…..helai…..
K0 287,77 a U0 304,44
K1 562,22 c U1 513,33
K2 495,55 b U2 527,77
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa produksi berat basah pertanaman plot (gr) pada perlakuan pupuk
kandang sapi yang lebih berat pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-rata
562,22 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan rata-
rata 287,77 gr. Sedangakan pada perlakuan urine sapi yang lebih berat pada perlakuan U2 dengan dosis
50 cc/plot dengan rata-rata 527,77 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan U0 dengan dosis 0
cc/plot dengan rata-rata 304,44 gr. Pengaruh pupuk kandang sapi terhadap produksi berat basah
pertanaman plot dapat dilihat pada grafik gambar 9.
Gambar 9. Grafik produksi berat basah pertanaman plot bayam hijau dengan pemberian dosis pupuk
kandang sapi.
Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon terhadap
produksi berat basah pertanaman plot menunjukkan hubungan linier dengan persamaan regresi :
ŷ = 103.8x + 344.6 : R2 = 0.526
Pemberian pupuk kandang sapi pada produksi berat basah pertanaman plot (gr) pada perlakuan
pupuk kandang sapi yang lebih berat pada perlakuan K1 dengan dosis 1 kg/plot (10 ton/ha) dengan rata-
rata 562,22 gr sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0 dengan dosis (kontrol) (0 kg/plot) dengan
rata-rata 287,77 gr.
Tabel 16. Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
terhadap produksi berat basah pertanaman plot.
Perlakuan Urine sapi Rataan
Pupuk kandang sapi U0 U1 U2
…..gr…..
K0 186,66 246,66 430,00 287,77
K1 286,66 613,33 786,66 562,22
K2 440,00 680,00 366,66 495,55
Rataan 304,44 513,33 527,77
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang sapi dan urine sapi
produksi buah segar pertanaman plot yang lebih berat pada perlakuan K1U2 dengan rata-rata 786,66 gr
sedangkan yang lebih ringan pada perlakuan K0U0 dengan rata-rata 186,66 gr.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 387
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, produksi berat
basah pertanaman sampel, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 7, 14 dan 21 hst,
produksi berat basah pertanaman plot, dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun umur 7,
14, dan 21 hst.
2. Pemberian urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 dan 21 hst, jumlah
daun umur 7 dan 14 hst, panjang akar, produksi berat basah pertanaman sampel, produksi berat basah
pertanaman plot, dan berpengaruh nyata tinggi tanaman 14 hst, jumlah daun umur 21 hst,
3. Interaksi perlakuan pupuk kandang sapi dan urine sapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, jumlah daun umur 7 hst, 14 st, 21 hst, panjang akar, produksi
berat basah pertanaman sampel, dan produksi berat basah pertanaman plot.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A. 2004. Pengaruh Pemupukan. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bilad, M.R., Westbroek, P., Vankelecom, I.F.J., 2011. Agriculture. Journal of Membrane Science 380,
181–191.
BPS, 2015. Republik Indonesia dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Indonesia.
BPS, 2015. Sumatera Utara dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. Medan.
Budi, Gardjita. 2010. Perkembangan Trend Pemasaran Sayuran di Indonesia. Seminar Nasional PVT
ke-5, 25-26 November 2010. Surabaya.
Burhanudin dan Nurmansyah, 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Nilam Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Balai Penelitian
Tanaman Aromatik. Bogor.
Fajri, 2005. Aplikasi Biourine. Agromedia. Jakarta.
Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah.Fakultas Pertanian, UniversitasSumatra Utara,
Medan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Vulkanik)
Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Angkasa,
Jakarta.
Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi. Bogor. Institut
Pertanian Bogor. http://kolokiumkpmipb.wordpress.com diakses 16 Maret 2011.
Lingga, P dan Marsono, 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Manyun, 2007. Teknik Aplikasi Pemberian Beberapa Pupuk Organik. Agromedia. Jakarta.
Mardalena, 2007. Pupuk Cair Organik. Rineka. Jakarta
Maspary.2010.Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi.http://www.gerbang pertanian.
com/2010/04/cara-mudah-fermentasi-urine-sapiuntuk.html.Diakses tanggal 16
september 2015.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian. Vol 26 (4) : 153 - 159 (2007).
Fakultas Pertanian Unud, Denpasar.
Murni ,A.M dan R.W. Arief., 2008. Teknologi Budidaya bayam. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Redaksi Ciptawidya Swara. 2008. Petunjuk Teknik Budidaya 23 Tanaman Unggul. Jakarta.
Riky, 2013. Pemberian Pupuk Cair Organik. http://cerita-dari itb.blogspot.com/2012/09/pupuk-organik-
cair.html. Diakses tanggal 16 september 2015.
Rivaie, A.A. 2006. Pupuk Kandang Sapi. PT. Kreatif Energi Indonesia.
http://www.indobiofuel.com/menu%20artikel%20jarak%209. Diakses pada 23 Maret 2011.
20.45 wib.
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641
388 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
Rizal.dan Syamsu. A. 2012. Pupuk Organik Cair. http://cerita-dari itb.blogspot.com/2012/09/pupuk-
organik-cair.html. Diakses tanggal 16 september 2015.
Rukmana, Rahmat.2008. Bayam, Bertanam dan Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal
Setiawan, L. 2007. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Pada Budidaya Selada (Lactuca Sativa L. Var
Gand Rapids) Dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Skripsi. Progam Studi
Hortikultura Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Sumarlin. 2009. Analisis Kebutuhan Luas Lahan Pertanian Pangan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Sunarjono, H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hal.
Utami. N.H, 2009. Aplikasi Pupuk Organik. Rineka cipta.
Warasfarm. 2013. Potensi Urine Sebagai Pupuk Organik Cair. http://warasfarm.
wordpress.com/2013/01/22/potensi-urine-sapi-sebagai-pupuk-organik -cair-poc/. Diakses
tanggal 16 september 2015.