Rasio Sukuk

21
1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk Oleh: Kalia Melis Universitas Brawijaya [email protected] This research aimed to analyze the influence of liquidity ratio (current ratio), profitability ratio (return on assets), leverage ratio (debt to equity ratio) and auditor reputation toward sukuk rating. The sample used are sukuk that listed in Indonesian Stock Exchange and also rated by PT PEFINDO during 2009-2013. Based on purposive sampling method, sample amount of 65 samples. The analysis in this research used multiple analysis linier regression. The result shown that liquidity (current ratio), profitability (return on assets), leverage (debt to equity ratio) and auditor reputation simultaneously take effect to sukuk rating. Liquidity partially take effect to sukuk rating. Meanwhile, profitability, leverage and auditor reputation does not influence rating sukuk. Keywords: sukuk rating, current ratio, return on assets, debt to equity ratio, auditor reputation, multiple linier regression PENDAHULUAN Sudah ada dua dekade, prinsip syariah mulai bertumbuh dan berkembang di Indonesia khususnya pada sektor perekonomian. Perkembangan pesat terjadi pada sektor perbankan, asuransi dan juga pasar modal. Pasar modal syariah merupakan bagian dari pasar modal. Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM (Undang-Undang Pasar Modal) yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip prinsip syariah di

description

Rasio Sukuk ( akuntansi syariah)

Transcript of Rasio Sukuk

Page 1: Rasio Sukuk

1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Rating Sukuk

Oleh:

Kalia Melis

Universitas Brawijaya

[email protected]

This research aimed to analyze the influence of liquidity ratio (current

ratio), profitability ratio (return on assets), leverage ratio (debt to equity ratio) and

auditor reputation toward sukuk rating. The sample used are sukuk that listed in

Indonesian Stock Exchange and also rated by PT PEFINDO during 2009-2013.

Based on purposive sampling method, sample amount of 65 samples. The analysis

in this research used multiple analysis linier regression.

The result shown that liquidity (current ratio), profitability (return on

assets), leverage (debt to equity ratio) and auditor reputation simultaneously take

effect to sukuk rating. Liquidity partially take effect to sukuk rating. Meanwhile,

profitability, leverage and auditor reputation does not influence rating sukuk.

Keywords: sukuk rating, current ratio, return on assets, debt to equity ratio,

auditor reputation, multiple linier regression

PENDAHULUAN

Sudah ada dua dekade, prinsip syariah mulai bertumbuh dan berkembang di

Indonesia khususnya pada sektor perekonomian. Perkembangan pesat terjadi pada

sektor perbankan, asuransi dan juga pasar modal. Pasar modal syariah merupakan

bagian dari pasar modal.

Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal

sebagaimana yang diatur dalam UUPM (Undang-Undang Pasar Modal) yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah

bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan.

Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar

modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal

Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah.

Produk syariah yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip

syariah. Oleh karena itu efek tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah. Dalam

Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah

disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM

dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi

landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip – prinsip syariah di

Page 2: Rasio Sukuk

2

Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar

modal Indonesia meliputi saham syariah, sukuk dan unit penyertaan dari reksa dana

syariah.

Pada tahun 2002, PT Indosat pertama kali menerbitkan sukuk senilai 175

miliar yang direspon baik oleh pasar. Sejak saat itu, sukuk mulai dikembangkan

dalam pasar modal Indonesia dan diikuti sampai sekarang. Hingga tahun 2013, total

nilai sukuk yang beredar yaitu 8,387 miliar rupiah.

Pada tahun 2009, terjadi lonjakan penerbitan emisi sukuk dari 29 menjadi

43. Di tahun 2009 terjadi kenaikan emisi sukuk mencapai 48%. Di tahun 2008

tercatat nilai sukuk 5,4 Triliun di akhir tahun 2009 tercatat nilai emisi sukuk sebesar

7 Triliun. Kenaikan sebesar 1,6 Triliun ini adalah kenaikan terbesar dibanding

tahun-tahun lain yang rata-rata kenaikannya tidak mencapai 1 Triliun.

Salah satu pendukung perkembangan sukuk adalah adanya peringkat atau

rating. Rating atau peringkat sukuk menjadi pertimbangan penting sebagai sumber

informasi dan signal mengenai probabilitas kegagalan hutang dan risiko perusahaan

yang menjadi emiten. Sama halnya dengan obligasi konvensional, seorang investor

yang akan berinvestasi pada sukuk pasti akan memperhatikan rating dari sukuk

tersebut. Rating sukuk sangat membantu para investor yang ingin berinvestasi

dalam bentuk obligasi, sehingga investor akan mengetahui return yang diperoleh

beserta resiko yang ditanggung. Hal ini dikatakan menjadi pertimbangan penting

karena semakin tinggi peringkat suatu sukuk maka semakin kecil pula probabilitas

gagal bayar oleh emiten.

Peringkat obligasi syariah memberikan pernyataan informatif dan

memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang perusahaan. Peringkat juga

berfungsi untuk membantu kebijakan publik untuk membatasi investasi spekulatif

para investor. Sehingga kualitas obligasi dapat dinilai dari peringkatnya (Pertiwi,

2013).

PT Pemeringkat Efek Indonesia atau yang lebih dikenal dengan PEFINDO

merupakan rating agency tertua di Indonesia. Hingga saat ini PEFINDO telah

memberi peringkat kepada lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah. Selain

itu, instrumen pasar modal seperti obligasi, sukuk, medium-term notes telah

diperingkat oleh PEFINDO.

PEFINDO juga merupakan market leader rating agency di Indonesia.

Dengan menggunakan peringkat yang diberikan oleh PEFINDO diharapkan

penelitian ini dapat mencakup sebagian besar sukuk yang telah diterbitkan di

Indonesia. Karena kebanyakan sukuk diperingkat oleh PEFINDO.

Peringkat obligasi yang diberikan oleh agen pemeringkat dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu investment grade dan non-investment grade.

Obligasi investment grade memiliki peringkat AAA, AA, A, dan BBB. Sedangkan

untuk non-investment grade dengan peringkat BB, B, CCC, dan D. Investment

grade merupakan obligasi dengan risiko kredit yang rendah sehingga berperingkat

Page 3: Rasio Sukuk

3

tinggi. Non investment grade merupakan obligasi yang memiliki risiko tinggi

sehingga berperingkat rendah.

Inkonsistensi hasil dari berbagai penelitian juga menjadi salah satu motivasi

penulis. Sejumlah penelitian mengenai sukuk maupun obligasi yang penulis

sebutkan sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pemilihan variabel

yang bervariasi dalam model penelitian diasumsikan dapat mempengaruhi

peringkat sukuk. Adanya gap penelitian ini yang membuat penulis tertarik untuk

meneliti kembali mengenai pemeringkatan sukuk.

Dari gap penelitian diatas, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi peringkat sukuk. Penelitian ini menggunakan faktor

akuntansi yaitu rasio keuangan dan faktor non-akuntansi yaitu kualitas auditor. Dari

faktor akuntansi dan non-akuntasi tersebut diteliti pengaruhnya terhadap peringkat

sukuk.

Rumusan Masalah

1. Apakah rasio keuangan (likuiditas, profitabilitas dan leverage)

mempengaruhi peringkat sukuk?

2. Apakah faktor non-akuntansi (reputasi auditor) mempengaruhi peringkat

sukuk?

KAJIAN PUSTAKA

Teori Sinyal

Teori sinyal merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan hubungan

manajemen dan pihak penerima informasi. Teori ini didasarkan pada asimetri

informasi, yaitu ketidakseimbangan perolehan informasi. Dalam teori ini

menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen perusahaan dan

berbagai pihak eksternal, berkaitan dengan informasi yang dikeluarkan tersebut.

Hal ini menjadikan alasan bagi pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi

terkait laporan keuangan. Asimetri informasi dapat terjadi diantara dua kondisi

ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi

manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh

terhadap manajemen dan harga saham.

Scott (2003) menjelaskan mengenai pemberian sinyal yang didefinisikan

sebagai tindakan manajemen puncak yang tidak rasional jika dilakukan oleh

manajemen yang lebih rendah. Pemberian sinyal merupakan usaha manajemen

yang memiliki informasi lebih ketimbang investor (asymetric information) tetapi

berusaha untuk menyajikannya pada investor guna meningkatkan keputusan

investasi. Sehingga dapat diperoleh “kabar baik” (good news) dan “kabar buruk”

(bad news) mengenai tindakan manajemen terkait dengan kondisi perusahaan dan

keputusan investasi (Myers, 1989).

Page 4: Rasio Sukuk

4

Informasi yang diterima tidak sama oleh karena satu pihak memiliki

informasi yang lebih baik dibanding dengan pihak lain. Oleh sebab itu, pihak

manajemen perlu memberikan informasi yang diperlukan pihak-pihak penerima

informasi baik di dalam maupun di luar perusahaan. Informasi sangat berguna

dalam memberikan catatan mengenai apa yang telah dilakukan perusahaan di masa

lalu dan gambaran keadaan perusahaan di masa depan dan manfaatnya bagi

kelangsungan hidup perusahaan.

Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki informasi

lebih dibanding pihak-pihak lainnya. Contohnya, manajer memiliki informasi

mengenai kondisi terkini dan prospek perusahaan dibanding investor lain. Atau

asimetri informasi dapat terjadi ketika salah satu pihak atau lebih memiliki

kesempatan untuk mengamati tindakan-tindakan atas transaksi yang terjadi maupun

akan terjadi.

Informasi berupa pemberian peringkat sukuk yang dipublikasikan

diharapkan dapat menjadi sinyal mengenai kondisi keuangan perusahaan dan

menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki.

Kualitas informasi dari peringkat sukuk diharapkan menjadi sinyal yang

menyatakan kondisi keuangan dan sinyal mengenai kinerja manajemen perusahaan

terkait oleh karena manajer turut memberikan informasi yang berkualitas dalam

peringkat obligasi sehingga dapat mengurangi asimetri informasi.

Sukuk

Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang

memiliki arti sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan

bukti (claim) kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik penuh

maupun proposional dalam sebuah atau sekumpulan aset. Sukuk juga dapat dilihat

sebagai sebuah persamaan dari obligasi islami.

Definisi Obligasi Syariah atau sukuk menurut Fatwa Dewan Syari’ah

Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 adalah suatu surat berharga jangka

panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang

Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada

pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali pada saat

jatuh tempo. Pendapatan/hasil investasi yang dibagikan oleh Emiten (Mudharib)

kepada pemegang Obligasi Syariah (Shahibul Mal) bebas dari unsur non halal.

Obligasi syariah atau sukuk berbeda dengan obligasi konvensional. Obligasi

konvensional merupakan fixed income security yang memberikan bunga kepada

pemegangnya sebagai pendapatan bondholder, sedangkan obligasi syariah tidak

mendasarkan pada bunga tetapi pada bagi hasil/margin/fee. Jumlah margin fee

tersebut telah disepakati di awal perjanjian sehingga jelas berapa return yang akan

diperoleh investor dari investasinya.

Menurut Zuraidah (2012) disebutkan bahwa sukuk atau obligasi syariah

memiliki keunggulan dibandingkan obligasi konvensional yakni:

Page 5: Rasio Sukuk

5

1. Penggunaan dana dari hasil penerbitan sukuk sejenak awal sudah jelas untuk

mengembangkan proyek tertentu

2. Risiko sukuk terdefinisi sejak awal oleh proyek yang di biayai

3. Tuntutan kedisiplinan penggunaan dana sukuk, karena sudah jelas sifat

peruntukan penggunaan dana untuk proyek tertentu.

Namun meskipun sukuk memiliki underlying assets yang jelas, investasi

sukuk tetap memiliki resiko. Pada dasarnya setiap instrumen investasi, saham atau

obligasi, memiliki 2 macam resiko yaitu systematic risk dan nonsystematic risk.

Kedua risiko inilah yang mempengaruhi tingkat return dari instrumen investasi.

Systematic risks karena risiko ini berhubungan dengan tingkat bunga, pasar,

dan risiko inflasi. Faktor politik dan ekonomi suatu negara juga merupakan

penyebab dari risiko ini. Risiko ini tidak dapat dihindari oleh investor

bagaimanapun diversifikasi investasi dilakukan. Jika pasar sedang menurun tajam

atau sedang menguat, kebanyakan efek akan terpengaruh. Risiko ini sangat penting

untuk diperhatikan investor. Nonsystematic Risk merupakan risiko yang dimiliki

oleh masing-masing sekuritas secara unik dan tidak berhubungan dengan

keragaman return dalam pasar. Risiko ini berhubungan dengan faktor-faktor seperti

risiko bisnis dan keuangan perusahaan yang akan mempengaruhi likuiditas

perusahaan (Aliansyah dan Dahlan, 2013).

Peringkat Sukuk

Peringkat sukuk merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok

utang dan bagi hasil obligasi syariah, yaitu mencerminkan skala risiko dari semua

obligasi syariah yang diperdagangkan. Peringkat (rating) yang diberikan oleh

rating agency akan menyatakan apakah obligasi berada pada peringkat investment

grade atau non investment grade.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/19/DPNP tanggal 30

April 2008 mengenai pemberian peringkat sukuk, di Indonesia memiliki 6 lembaga

yang diakui dan berhak memberikan peringkat. Lembaga tersebut antara lain

Moody's, Standard and Poor's, Fitch Rating, Pefindo, PT Moody's Indonesia dan

PT Fitch Rating Indonesia. PT Pefindo adalah lembaga resmi yang mendapat lisensi

dari BAPEPAM pada tahun 1993. Sedangkan 5 lembaga lainnya adalah afiliasi

lembaga pemeringkat internasional dan perwakilan pemeringkat efek internasional.

Lembaga pemeringkat efek akan mengevaluasi dan menganalisis

probabilitas gagal bayar surat utang. Laporan keuangan yang diterbitkan dan

menyangkut materialitas dan dampak kemampuan pembayaran kewajiban utang

akan mempengaruhi peringkat. Tujuannya untuk mendapat penilaian jujur,

independen dan objektif mengenai risiko surat utang. Dengan begitu rating dapat

memberikan informasi akurat berkaitan dengan kinerja keuangan dan posisi emiten

dalam bentuk peringkat kepada calon investor.

Peringkat obligasi, secara umum peringkat obligasi dibagi menjadi dua,

yaitu investment grade (AAA, AA, A, dan BBB) dan non investment grade (BB,

B, CCC, dan D).

Page 6: Rasio Sukuk

6

Rasio Likuiditas

Tingkat rasio likuiditas yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan

tersebut memiliki kemampuan untuk membayar seluruh kewajiban lancarnya dan

menunjukkan kuat kondisi keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang

mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,

persediaan. Jadi semakin tinggi rasio likuiditas ini berarti semakin besar

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio

likuiditas dalam penelitian ini diproksikan menjadi current ratio (CR).

Menurut Ross dkk (2008) karena aset lancar dan kewajiban lancar menurut

prinsipnya dapat diubah menjadi kas dalam jangka 12 bulan ke depan, rasio lancar

adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek. Current ratio merupakan rasio paling

umum yang digunakan untuk mengukur kesanggupan pemenuhan liabilitas jangka

pendek. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan kreditor jangka pendek

dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang

sama dengan jatuh tempo utang (Sihombing, 2008).

Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan

keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran efektivitas

manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Sawir,

2005).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga

memberikan keuntungan bagi perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat

mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk going concern. Profitabilitas yang

tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan sebagai Return

On Asset (ROA).

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan juga memberikan

ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan

efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan

dan dapat menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam

kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi kepada kita

tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun

pengelolaan hartanya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena berarti semakin

besark kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kuswadi, 2006 dalam

Sihombing, 2008).

Rasio Leverage

Page 7: Rasio Sukuk

7

Ross dkk (2008) menyebutkan bahwa rasio ini ditujukan untuk melihat

kemampuan jangka panjang perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, atau lebih

umum lagi, pengungkitan keuangannya. Menurut Linandarini (2010) menyatakan

bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva

yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai oleh pemilik perusahaan

(ekuitas). Ratio leverage dalam penelitian ini diproksikan menggunakan Debt to

Equity Ratio (DER).

Debt to Equity Ratio menghitung perbandingan total hutang yang digunakan

oleh perusahaan dengan total modal yang dimiliki. Jika rasio ini cukup tinggi, maka

hal tersebut menunjukkan tingginya penggunaan utang, sehingga hal ini dapat

membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan, dan biasanya memiliki risiko

kebangkrutan yang cukup besar.

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan

ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri

perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sihombing, 2008).

Reputasi Auditor

Salah satu faktor yang berkaitan dengan reputasi dari KAP adalah kualitas

dan prestis dari auditor. Seringnya terjadi expectation gap yaitu perbedaan antara

apa yang masyarakat dan pemakai laporan keuangan percaya atau harapkan dari

auditor dengan apa yang auditor yakin tanggung jawab yang diberikan. Maka untuk

memberikan kepercayaan kepada klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat

tentang kualitas dan mutu jasa (Pakarinti, 2012).

Kualitas audit dapat didefinisikan dalam dua dimensi, yaitu kemampuan

auditor dalam menemukan pelanggaran pada sistem akuntansi klien dan

melaporkan pelanggaran tersebut (DeAngelo 1981). Berdasarkan kerangka kerja

DeAngelo (1981) mengartikan bahwa kualitas audit adalah suatu fungsi (penilaian

pasar) kompetensi dan independensi auditor. Persepsi kualitas audit dapat dilihat

dari kacamata berbeda yaitu kacamata investor dan komite audit (IAASB, 2011).

Dari kaca mata investor persepsi kualitas audit diwakili laporan auditor,

reputasi auditor, dan ekspektasi audit, sedangkan dari sisi komite audit, persepsi

kualitas audit diwakilkan dari penilaian kualitas dari auditor, penilaian kualitas

proses audit, dan komunikasi dan interaksi auditor (IAASB, 2011).

Pada tahun 1979, awalnya dikenal “Delapan Besar” atau big 8 perusahaan

jasa profesional dan akuntansi internasional yang menangani mayoritas pekerjaan

audit. Kemudian berkurang menjadi “Lima Besar” melalui serangkaian merger.

“Lima Besar” menjadi “Empat Besar” atau big 4 setelah keruntuhan kantor auditor

Arthur Andersen pada tahun 2002 karena keterlibatan dalam Skandal Enron.

Auditor big 4 tersebut adalah Pricewaterhouse Coopers, Deloitte Touche Tohmatsu,

Ernst & Young, dan KPMG.

Allen (1994) melakukan pengujian mengenai persepsi agen pemeringkat

atas manfaat informasi akuntansi yang dinilai dengan pengujian hubungan antara

Page 8: Rasio Sukuk

8

informasi akuntansi dan bond ratings. Dalam hal ini pengguna informasi keuangan

merasa bahwa auditor big 8 menyediakan kualitas audit yang lebih baik untuk

perusahaan dan pemerintah daerah (municipal). Analisis empiris mendukung

hipotesis bahwa audit big 8 berhubungan dengan kemampuan informasi akuntansi

untuk memprediksi secara akurat keputusan bond rating.

Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek yang dimiliki. Jadi semakin tinggi rasio

likuiditas ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Hasil dalam penelitian Afiani (2013) menunjukkan

bahwa ada pengaruh variabel likuiditas terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan

kenaikan maupun penurunan likuiditas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.

Didukung oleh penelitian Rahmawati (2009) dan Tamara (2013) yang

menunjukkan rasio likuiditas dengan proksi current ratio merupakan salah satu

variabel prediksi dari pemeringkatan sukuk. Dari uraian diatas maka hipotesis dari

penelitian ini adalah:

H1: Terdapat pengaruh positif rasio likuiditas (current ratio) terhadap

peringkat sukuk.

Profitabilitas merupakan faktor yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Purwaningsih (2013),

semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko

ketidakmampuan membayar (default), sehingga semakin baik peringkat yang

diberikan terhadap perusahaan tersebut.

Hasil penelitian Afiani (2013), menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel

profitabilitas terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun

penurunan profitabilitas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Didukung

Peringkat Sukuk

(Y)

Likuiditas (X1)

Profitabilitas (X2)

Leverage (X3)

Reputasi Auditor (X4)

Page 9: Rasio Sukuk

9

dengan hasil penelitian Aliansyah dan Dahlan (2013) yang juga menunjukkan

return on assets yang berpengaruh signifikan terhadap pemeringkatan obligasi

syariah. Dari uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2: Terdapat pengaruh positif rasio profitabilitas (Return on Assets) terhadap

peringkat sukuk.

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham

terhadap pemberi pinjaman. Debt to Equity Ratio untuk mengukur proporsi

penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki.

Semakin rendah rasio leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan

terhadap perusahaan (Burton dkk, 1998). Dimana semakin rendah leverage

perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut.

Berbeda dengan penelitian Sudaryanti dkk (2011) yang menunjukkan

dikatakan bahwa pengaruh leverage ratio terhadap peringkat sukuk tidak

signifikan. Sedangkan menurut penelitian Leonardo Tarigan (2005) rasio leverage

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peringkat obligasi perusahaan. Dari

uraian diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H3: Terdapat pengaruh negatif rasio leverage (Debt to Equity) terhadap

peringkat sukuk.

Argumentasi yang mendasari dimasukkannya reputasi auditor adalah

semakin tinggi reputasi auditor maka akan memberikan hasil audit yang dapat

dipercaya sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan.

KAP Big-4 akan memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan

KAP non Big-4. Karena audit oleh KAP Big-4 diharapkan akan dapat memberikan

peringkat lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non

Big-4. KAP Big-4 sudah mempunyai standar internasional dalam prosedur sehingga

diharapkan opini yang dihasilkan independen, maka akan mengurangi agency risk,

dan menurunkan default risk yang pada akhirnya meningkatkan peringkat sukuk.

Didukung oleh hasil penelitian dari Pakarinti (2012) yang menunjukkan

adanya pengaruh kualitas auditor terhadap obligasi. Damayanti dan Fitriyah (2013)

menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian dari Pakarinti (2012). Dari

uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4: Terdapat pengaruh positif reputasi auditor terhadap peringkat sukuk.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Menggunakan metode ini untuk mengetahui pengaruh faktor akuntansi

dan faktor non-akuntansi terhadap peringkat sukuk serta untuk mengetahui

perbandingan besar tingkat signifikansi antara variabel independen terhadap

peringkat sukuk. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Page 10: Rasio Sukuk

10

rasio keuangan dan reputasi auditor. Rasio keuangan yaitu rasio likuiditas yang

diproksikan Current Ratio, rasio profitabilitas yang diproksikan Return on Assets,

dan rasio leverage yang diproksikan Debt to Equity. Faktor non-akuntansi yang

diteliti adalah reputasi auditor. Variabel dependennya adalah rating sukuk.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sukuk yang diterbitkan emiten

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia 2009-2013. Populasi dipilih menggunakan

metode purposive sampling dengan kriteria:

1. Sukuk diperingkat oleh PT. Pefindo

2. Sukuk diterbitkan dan beredar selama periode pengamatan 2009 - 2013 dan

terdaftar dalam BEI.

3. Memiliki laporan keuangan selama periode pengamatan dan data terkait

yang diperlukan.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah seluruh populasi. Dari

kriteria populasi tersebut diperoleh sampel sebanyak 13 sukuk. Dari 13 sukuk

dengan periode pengamatan selama 5 tahun diperoleh unit analisis sebanyak 65.

Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2012) uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah

model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Model

regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal.

Dari hasil output SPSS variabel independen menunjukkan signifikansi

diatas 0,05 yang menunjukkan data terdistribusi secara normal. Sedangkan reputasi

auditor tidak di uji normalitas karena merupakan variabel dummy. Jadi dapat

disimpulkan bahwa variabel independen dalam penelitian ini memiliki distribusi

data yang normal.

Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujian untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji

multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor

(VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak terjelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance tidak sama

dengan 1. Nilai cutoff untuk VIF adalah kurang dari sama dengan 10.

Hasil SPSS menunjukkan bahwa seluruh variabel independen dalam

penelitian ini memiliki nilai tolerance tidak sama dengan 1. Tolerance ini

menunjukkan tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari

95%. Nilai VIF dari seluruh variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai

Page 11: Rasio Sukuk

11

lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar

variabel independen dalam model regresi.

Hasil Uji Autokorelasi

Asumsi dari model regresi linier adalah bahwa kesalahan yang masuk ke

dalam fungsi regresi populasi adalah random atau tidak berkorelasi. Model regresi

yang mengalami gejala autokorelasi memiliki standard error yang sangat besar,

sehingga kemungkinan besar model regresi menjadi tidak signifikan.

Penelitian ini menggunakan uji autokorelasi dengan metode uji Durbin

Watson. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan

adanya konstanta dalam model regresi.

Nilai Durbin Watson sebar 2,144, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai

tabel menggunakan signifikansi 5%. Oleh karena nilai DW 2,144 lebih besar dari

batas atas (du) 1,314 dan kurang dari 4 – 1,568 (4 – du), maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak

terdapat autokorelasi.

Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas atau homoskedasitas.

Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada

variabel independen yang secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini

terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat

disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedasitas.

Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis Regresi

Linear Berganda (multiple linier regression method) digunakan untuk mengukur

pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel

terikat. Analisis regresi berganda menggunakan software SPSS (Statistical

Package for Social Science).

Rating Sukuk (Y) = 1,994 + 1,029 CR + 2,894 ROA - 0,455 DER + 0,678 Reputasi

Auditor

Konstanta (β) dalam model regresi linier penelitian ini menunjukkan angka

1,994. Nilai konstanta dari persamaan regresi ini adalah positif. Hal ini

menunjukkan variabel dependen Y akan bertambah secara konstan jika variabel X1,

X2, X3 dan X4 bernilai nol. Sedangkan nilai β sebesar 1,994 menunjukkan bahwa

apabila variabel Current Ratio, Return on Asset, Debt to Equity Ratio dan Reputasi

Auditor diabaikan atau tidak ada maka rating Sukuk akan mengalami kenaikan

1,994.

Page 12: Rasio Sukuk

12

Koefisien β2 dalam model regresi sebesar 1,029. Koefisien yang positif

akan menunjukkan hubungan positif. Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa

apabila terdapat kenaikan 1% pada variabel current ratio (X1) dan variabel lainnya

dianggap konstan atau sama dengan nol, maka terjadi peningkatan pada rating

sukuk sebesar 1,029.

Koefisien β3 dalam model regresi adalah 2,894. Koefisien variabel ini

menunjukkan apabila terjadi kenaikan 1% pada variabel return on asset (X2), maka

akan terjadi peningkatan rating sukuk sebesar 2,894 dengan asumsi variabel lain

dalam keadaan konstan/tetap.

Koefisien β4 dalam model regresi ini sebesar -0,455. Nilai koefisien ini

dapat diartikan apabila variabel debt to equity ratio (X3) meningkat 1%, maka akan

diikuti oleh penurunan rating sukuk sebesar 0,455 dengan asumsi variabel lain

dalam keadaan konstan.

Koefisien β5 dalam model regresi ini sebesar 0,678. Angka ini mengartikan

bahwa sukuk yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP Big-4 memiliki rating

yang lebih tinggi daripada sukuk yang laporan keuangannya diaudit oleh non Big-

4 sebesar 0,678.

Koefisien Determinasi (R2)

Pada intinya koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Semakin kecil nilai R2 menandakan kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas,

berlaku juga sebaliknya.

Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error

1 ,586 ,343 ,300 1,131

Sumber: data diolah (2015)

Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R2 adalah

0,300. Hal ini dapat diartikan bahwa 30% variasi rating sukuk dapat dijelaskan oleh

variasi dari keempat variabel independen current ratio, return on asset, debt to

equity ratio dan reputasi auditor. Sedangkan sisanya, sebesar 70%, menjelaskan

bahwa variasi rating sukuk dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Page 13: Rasio Sukuk

13

Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen. Hasil dari uji signifikansi simultan menggunakan uji statistik F

adalah sebagai berikut:

Uji Statistik F

F Sig

Model 7,845 ,000

Sumber: data diolah (2015)

Dari hasil output SPSS uji F didapat nilai F hitung sebesar 7,845 dengan

probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi rating sukuk. Dapat disimpulkan

bahwa variabel current ratio, return on asset, debt to equity ratio dan reputasi

auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap rating sukuk.

Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Berikut adalah hasil uji statistik t:

Uji Statistik t

Model t Sig. Kesimpulan

(Constant) 2,073 ,042

Current Ratio 2,407 ,019 H1 diterima

Return on Assets 1,129 ,264 H2 ditolak

Debt to Equity Ratio -1,641 ,106 H3 ditolak

Reputasi Auditor 1,194 ,237 H4 ditolak

Sumber: data diolah (2015)

Hasil uji pengaruh parsial variabel current ratio memperoleh hasil uji t

sebesar 2,407 dengan nilai signifikansi 0,019. Signifikansi yang diperoleh variabel

current ratio berada dibawah 0,05 menandakan adanya pengaruh terhadap rating

sukuk.

Page 14: Rasio Sukuk

14

Hasil uji pengaruh parsial variabel return on asset memperoleh hasil uji t

sebesar 1,129 dengan nilai signifikansi 0,264. Nilai signifikansi ini lebih besar dari

0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel return on asset tidak berpengaruh

terhadap rating sukuk.

Hasil uji pengaruh parsial variabel debt to equity ratio memperoleh hasil uji

t sebesar -1,641 dengan nilai signifikansi 0,106. Nilai signifikansi ini lebih besar

dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio tidak

berpengaruh terhadap rating sukuk.

Hasil uji pengaruh parsial variabel reputasi auditor memperoleh hasil uji t

sebesar 1,194 dengan nilai signifikansi 0,237. Nilai signifikansi ini lebih besar dari

0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor tidak berpengaruh

terhadap rating sukuk.

Interpretasi Hasil

Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap rating Sukuk

Hipotesis satu dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh rasio likuiditas

terhadap rating sukuk. Dalam pengujian statistika diperoleh beta sebesar 1,029

dengan nilai signifikansi 0,019. Hal ini dapat diartikan bahwa rasio likuiditas

mempunyai pengaruh positif terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan bahwa H1

diterima.

Signifikannya hasil penelitian ini disebabkan karena perusahaan penerbit

sukuk yang mempunyai likuiditas yang tinggi menunjukkan jumlah aset lancar

yang lebih besar dari hutang lancarnya. Likuiditas yang tinggi dapat mengantisipasi

apabila terjadi perubahan kondisi ekonomi ataupun keuangan maka aset lancar

terebut dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang terkait

dengan sukuk pada saat jatuh tempo. Jadi dapat disimpulkan para pemegang sukuk

(investor) merasa aman untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena

likuiditas yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan sukuk.

Hal ini mendukung hasil penelitian Tamara (2013) dan Rahmawati (2009)

yang menemukan bahwa adanya pengaruh positif rasio likuiditas terhadap rating

sukuk yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia. Likuiditas yang tinggi

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar yang

segera jatuh tempo sehingga dapat mempengaruhi peringkat sukuk.

Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Rating Sukuk

Hipotesis dua dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh rasio

profitabilitas terhadap rating sukuk. Dalam pengujian parsial t diperoleh hasil uji t

sebesar 2,894 dengan nilai signifikansi 0,264. Hal ini menyimpulkan bahwa tidak

terdapat pengaruh rasio profitabilitas terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan

bahwa H2 ditolak.

Page 15: Rasio Sukuk

15

Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Linandarini (2010) dan

Tamara (2013) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh variabel profitabilitas

terhadap peringkat sukuk. Jadi, perubahan kenaikan maupun penurunan

profitabilitas akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk.

Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan proksi yang digunakan oleh

penelitian lain. Pada penelitian Rahmawati (2009) dan Tamara (2013) digunakan

variabel profitabilitas dengan proksi operating profit margin. Operating profit

margin diperoleh dari perbandingan operating profit terhadap penjualan bersih.

Sedangkan, ROA adalah perbandingan income before tax terhadap total aset.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amilia dan Devi (2007) dan

Rahmawati (2009). Kedua penelitian tersebut menemukan bahwa rasio

profitabilitas tidak mempengaruhi peringkat sukuk.

Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Rating Sukuk

Hipotesis tiga dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh rasio leverage

terhadap rating sukuk. Hasil uji statistik variabel debt to equity ratio memperoleh

beta sebesar -0,455 dengan nilai signifikansi 0,106. Jadi dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat pengaruh rasio leverage terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan

bahwa H3 ditolak.

Hasil ini bertentangan dengan Silaban dan Kardinal (2014) yang

menemukan pengaruh rasio leverage, dengan proksi debt to equity ratio, terhadap

rating sukuk. Targani (2005) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh rasio

leverage terhadap rating obligasi. Nilai leverage yang semakin rendah menandakan

nilai penggunaan utang untuk membiayai investasi.

Tidak signifikan rasio leverage disebabkan adanya substitusi resiko dan

manfaat dari penggunaan hutang sendiri. Tingginya penggunaan hutang

meningkatkan potensi kerugian atau gagal bayar atau kebangkrutan (Hanafi, 2004).

Dilihat dari sisi lain, peningkatan hutang memberi manfaat penghematan pajak

(Hanafi, 2004). Oleh karena itu, penggunaan leverage sebagai variabel dianggap

tidak relevan karena substitusi tersebut. Argumentasi ini diperkuat oleh Husnan

(2000) yang membenarkan penggunaan hutang diharapkan memberikan rentabilitas

ekonomi daripada bunga dari hutang itu sendiri.

Hal ini sejalan dengan teori struktur modal oleh Modigliani-Miller (MM).

Dalam model MM dengan perhitungan pajak preposisi II menyebutkan dengan

digunakannya hutang pada struktur modal maka value perusahaan akan meningkat

karena adanya keuntungan dari tax shield. Dengan memasukkan faktor pajak maka

perhitungan cost of equity dari perusahaan yang menggunakan hutang (levered)

akan lebih tinggi dibanding dari perusahaan yang unlevered. Perhitungan cost of

capital akan menurun seiring dengan penambahan hutang pada struktur modal

karena penambahan hutang meningkatkan keuntungan dari tax shield (Ross, 2008).

Page 16: Rasio Sukuk

16

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Afiani (2013) dan

Rahmawati (2009). Oleh Afiani (2013) dan Rahmawati (2009) menemukan bahwa

rasio leverage tidak mempengaruhi peringkat sukuk.

Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Rating Sukuk

Hipotesis empat dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh reputasi

auditor terhadap rating sukuk. Hasil uji statistika diperoleh beta sebesar 0,678

dengan nilai signifikansi 0,237. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh reputasi auditor terhadap rating sukuk. Dapat disimpulkan bahwa H4

ditolak.

Hasil ini bertentangan dengan Allen (1994) dan Pakarinti (2012) yang

menunjukkan adanya pengaruh kualitas auditor terhadap obligasi. Damayanti dan

Fitriyah (2013) juga menunjukkan hasil yang sama dengan hasil penelitian dari

Pakarinti (2012).

Argumentasi yang mendasari hipotesis ini adalah KAP Big-8 yang sekarang

berkurang menjadi Big-4 memberikan kualitas audit lebih baik untuk perusahaan.

Hasil ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana auditor seharusnya

mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat peringkat sukuk. Sehingga

berarti para investor di pasar sekunder tidak perlu mempertimbangkan informasi

kualitas auditor yang digunakan perusahaan penerbit dalam mengambil keputusan

membeli, menjual, atau menyimpan sukuk yang dimilikinya.

Kantor Akuntan Publik yang memiliki reputasi tinggi pernah terlibat dalam

skandal keuangan. Misalnya saja KAP Arthur Andersen yang merupakan anggota

dari KAP big 5 terbukti melakukan kecurangan akuntansi dengan kliennya, yaitu

Enron. Sedangkan di Indonesia, KAP Hanks Tuanakota yang merupakan afiliasi

dari Deloitte yang terkait manipulasi laporan keuangan PT Kimia Farma. KAP

Prasetio, Sarwoko & Sandjaja yang merupakan afiliasi dari Ernst & Young juga

pernah tersandung kasus Bank Lippo terkait pembuatan dua laporan keuangan yang

berbeda untuk kepentingan perusahaan. Oleh karena itu, reputasi auditor yang

tinggi tidak menjamin sebuah sukuk mendapatkan peringkat yang tinggi dari

PEFINDO.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Kusbandiyah dan

Wahyuni (2014) yang menemukan bahwa reputasi auditor tidak mempengaruhi

peringkat sukuk. Hasil yang sama juga diperoleh Sejati (2010).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, beberapa kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel rasio likuiditas

(current ratio) berpengaruh secara positif terhadap rating sukuk. Sedangkan

rasio profitabilitas (return on assets), rasio leverage (debt to equity ratio)

Page 17: Rasio Sukuk

17

dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap rating sukuk. Hasil ini

menunjukkan bahwa hipotesis 2,3 dan 4 ditolak.

2. Secara simultan, variabel rasio likuiditas (current ratio), rasio profitabilitas

(return on assets), rasio leverage (debt to equity ratio) dan reputasi auditor

bersama-sama mempengaruhi rating sukuk. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa model ini dapat dipakai untuk memprediksi rating sukuk.

Page 18: Rasio Sukuk

18

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan

,tentunya, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menggunakan faktor akuntansi yaitu rasio likuiditas,

rasio profitabilitas dan rasio leverage. Sedangkan, 3 rasio tersebut hanyalah

sekian dari banyaknya faktor akuntansi seperti pertumbuhan perusahaan

(growth), ukuran perusahaan (size) dan masih banyak lagi.

2. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu faktor non akuntansi yaitu

reputasi auditor. Faktor non akuntansi lain misalnya jaminan sukuk,

maturity dan lain sebagainya.

3. Jangka waktu pengamatan yang relatif pendek yaitu 5 tahun, mulai dari

2009 hingga 2013. Periode pengamatan yang terbatas tentunya akan

mempengaruhi hasil penelitian ini.

4. Dari hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa model regresi

yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan rating sukuk sebesar

30%. Sisa 70% dijelaskan oleh sebab-sebab diluar model.

Saran

Saran yang didasarkan pada keterbatasan-keterbatasan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan

objek penelitian seluruh sukuk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan demikian dapat diperoleh model prediksi yang lebih valid.

2. Variabel lain hendaknya dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya.

Variabel lain, baik berupa faktor akuntansi maupun non akuntansi,

mungkin menjadi model prediksi yang lebih tepat dalam memprediksi

peringkat sukuk. Variabel akuntansi dapat diperluas seperti menggunakan

variabel pertumbuhan perusahaan (growth) atau ukuran perusahaan (size)

atau variabel akuntansi lain. Variabel non akuntansi dapat diperluas dengan

menambahkan variabel penjamin sukuk atau maturity sukuk.

DAFTAR PUSTAKA

Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions (AAOIFI). Shari’a

Standard No. 17. Investment Sukuk.

Afiani D. (2013) Pengaruh Likuiditas, Produktivitas, Profitabilitas, Dan Leverage

Terhadap Peringkat Sukuk (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah Dan

Unit Usaha Syariah Periode 2008-2010). Accounting Analysis Journal 2 (1).

Aliansyah, M. dan Dahlan, M. (2013) Pengaruh Current Ratio, Return On Asset,

Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Pemeringkatan Obligasi Syariah

(Survey Pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.

VIII No. 2.

Page 19: Rasio Sukuk

19

Allen, Arthur C. (1994) The Effect of Large Firm Audits on Municipal Bond Rating

Decisions. A Journal of Practice & Theory, Vol. 13.

Almilia, L. Dan Devi, V. (2007) Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Prediksi

Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Jakarta. Proceeding Seminar Nasional Manajemen SMART.

Antonio, Muhammad Syafi’i. (1999) Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum.

Bank Indonesia dan Tazkia Institute. Jakarta.

Bank Indonesia. (2008) Surat Edaran Nomor 10/19/DPNP tentang Lembaga

Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia. Jakarta.

Brigham, Houston. (2010) Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Essentials of

Financial Management. Jakarta: Salemba Empat.

Burhanuddin, S. (2009) Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum). Yogyakarta: UII

Press.

Burton, B., Mike Adams, and Philip Hardwick. 1998. The Determinants of Credit

Ratings in United Kingdom Insurance Industry. The Journal of Risk and

Insurance.

Damayanti, E. dan Fitriyah. (2013) Pengaruh Corporate Governance Dan Rasio

Akuntansi Terhadap Peringkat Obligasi. IQTISHODUNA.

DeAngelo, L.E. (1981) Auditor Size and Audit Quality. Jurnal of Accounting &

Economics.

Dewan Syariah Nasional MUI. (2000) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:

07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah. Jakarta.

Dewan Syariah Nasional MUI. (2000) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:

08/DSN- MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah. Jakarta.

Dewan Syariah Nasional MUI. (2000) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:

09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Jakarta.

Dewan Syariah Nasional MUI. (2002) Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor:

32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi Syari’ah. Jakarta.

Elliot, Robert K. and Peter D Jacobson. (1994) Cost of Benefit of Business

Information Disclosure. Accounting Horizon 8.

Ghozali, Imam. (2012) Aplikasi Analisis Multiverate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, M. M. (2004). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Hartutik, T. (2014) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Sukuk

Pada Perusahaan Non Keuangan. Skripsi: universitas islam negeri sunan

kalijaga Yogyakarta.

Husnan, Suad. (2000) Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan Edisi Keempat.

Yogyakarta: BPFE.

Page 20: Rasio Sukuk

20

Linandarini, E. (2010) Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Peringkat Obligasi Perusahaan Di Indonesia. Skripsi: UNIVERSITAS

DIPONEGORO.

Margreta, dan Poppy Nurmayanti. (2009) Faktor-FaktorYang Mempengaruhi

Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau Dari Faktor Akuntansi Dan Non

Akuntansi. Dalam Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 11 No. 3.

Myers, Stewart C. (1989) Signaling and Accounting Information. NBER Working

Paper Series.

Pakarinti, Adia. (2012) Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Instistusional, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas Dan Leverage

Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP.

Purwaningsih, S. (2013) Faktor Yang Mempengaruhi Rating Sukuk Yang Ditinjau

Dari Faktor Akuntansi Dan Non-Akuntansi. Accounting Analysis Journal 2

(3). Hal. 360-368

Rahardjo, Sapto. (2004) Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: Gramedia.

Rahmawati, L. (2009) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rating

Obligasi Syariah. Skripsi: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Riyanto, B. (1993) Fundamentals of Corporate Spendings. Yogyakarta: BPFE.

Ross, Westerfield and Jaffe. (2008) Corporate Finance. Seventh Edition. McGraw Hill, America: New York.

Sari, M. (2007) Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk Memprediksi

Peringkat Obligasi (PT PEFINDO). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol.

14, No.2.

Sawir, Agnes. (2005) Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Scott, William R. (2003) Financial Accounting Theory, Third Edition, University

of Waterloo.

Sejati, G. (2010) Analisis Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi dalam Memprediksi

Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu

Administrasi dan Organisasi Volume 17, Nomor 1.

Setyapurnama, Yudi Santara dan A.M. Vianey Norpratiwi. (2006) Pengaruh

Corporate Governance terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi.

Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol. 7. No. 2, Agustus 2007.

Sihombing, Daulat. (2008) Peranan Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi

Kesehatan Perusahaan Tekstil dan Alas Kaki yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta. Medan.

Solikah, B. (2007) Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going

Concern. Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Page 21: Rasio Sukuk

21

Sudaryanti, N., Mahfhudz, A. dan Wulandari, R. (2011) Analisis Determinan

Peringkat Sukuk Dan Peringkat Obligasi Di Indonesia. TAZKIA Islamic

Finance & Business Review Vol. 6 No.2.

Tamara, K. (2013) Analisis Model Prediksi Pemeringkat Obligasi Syariah

Perusahaan Dengan Pendekatan Rasio Keuangan Di Bursa Efek Indonesia.

Jurnal Penelitian Vol. 10 No.2.

Tunggal, Amin. (1995) Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta :

Rhineka Cipta.

Van Horne dan Wachowicz, Jr. (1995) Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat.

Wicaksana, Moch. Zulfiqar Agung dan Permatasari, Ika. (2014) Peluang Dan

Tantangan Obligasi Syariah Di Indonesia: Sebuah Tinjauan Konseptual.

Jurnal Akuntansi UNESA Vol. 2 No.3.

Zuraidah. (2012) Sukuk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan

Syariah Indonesia. Malang.