Rancangan Proposal
-
Upload
amirul-hadi -
Category
Documents
-
view
5 -
download
2
description
Transcript of Rancangan Proposal
![Page 1: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Memiliki kebugaran tubuh dan daya tahan fisik yang prima merupakan syarat wajib dari seorang
atlit, disamping ke piawaian dalam bidang olah raga yang ditekuni, hal ini tidak terfokus pada
satu cabang olahraga saja, melainkan berlaku pada seluruh cabang olah raga baik itu olahraga
yang sifatnya aerobic , anaerobic atau yang gabungan keduanya, daya tahan fisik yang prima
adalah syarat mutlak.
Salah satu parameter yang dianggap penting dalam daya tahan fisik adalah VO2MAX, yang
merupakan jumlah konsumsi oksigen maksimal pada saat tubuh melaukan aktivitas fisik.
VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan
kegiatan yang intensif. Tingkat Kebugaran dapat diukur dari volume Anda dalam mengkonsumsi
oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan atlet yang dirasakan akan
menyebabkan turunnya konsentrasi sehingga tanpa konsentrasi yang prima terhadap suatu
permainan, sudah hampir dipastikan kegagalan yang akan diterima ( Abdul Aziz, 2012).
Seorang pemain bola diwajibkan memiliki tingkat VO2 max yang bagus sesuai dengan kriteria
jenis kelamin dan usia masing-masing dikarenakan pemain bola selalu aktif gerak mengikuti arus
bola. Dengan aktif bergerak maka VO2 max akan meningkat. VO2 max adalah kapasitas untuk
menggunakan oksigen secara maksimal. Kapasitas ini mencerminkan kondisi organ – organ vital
tubuh sehingga kapasitas ini merupakan indikator terbaik bagi kesegaran jasmani (Sastronapoelar,
1992).
Namaun demikian,hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para atlit maupun pelatih, dimana
mereka kewalahan dalam meningkatkan vo2max tersebut,beberapa pernyataan hasil wawancara
peneliti dengan beberapa atlit dan pelatih dari masing-masing cabang olah raga.
Pernyataan dari para atlit.
“ saya sudah bermain sepak bola profesional hampir sepuluh tahun, namun saya dan teman-teman
selalu bermasalah dengan ketahanan fisik pemain, terlebih pada saat bertanding, padahal kami
sudah berlatih rutin setiap minggu dengan jadwal tiga kali dalam seminggu namun masalah ini
belum terpecahkan” ( munawir, atlit sepak bola)
![Page 2: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/2.jpg)
“ kendala paling besar saya dan kawan-kawan adalah kelelahan ditengah pertandingan bahkan
saat latihan, sehingga kami tidak bias focus dalam latihan dan pertandingan, kami selalu latihan
rutin selama lima hari dalam seminggu, namun belum menemukan metode yang benar-benar
mampu meningkatkan ketahanan fisik para pemain” (ridwan jalil, atlit basket)
“kebanyakan orang awam beranggapan bahwa kelelahan para pemain bola tidak merata
diakibatkan posisi pemain itu sendiri,hal itu sangat keliru semua pemain punya kelelahan yang
sama baik itu penyerang, gelandang, beck bahkan goal kipper juga mengalami kelelahan yang
sama. Kami sudah menerapkan system latihan terpogram dari berbagai sumber bahkan kami
merekrut pelatih professional. Namun kenyataan dilapangan sangat berbeda walaupun penerapan
sesuai teori mereka.”( mahlil, atlit sepak bola)
Hal senada juga diungkapkan para pelatih para atlit dari cabang masing-masing.
Pernyataan pelatih.
“ketahanan fisik ini mutlak penting kami sebagai pelatih sudah banyak hal yang dilakukan,namun
demikian kami tidak punya standar atau acuan baku untuk para atlit ini, berbagai macam teori
sudah dicoba tetapi kami rasa banyak kejanggalan salah satunya terciptanya teori atau program
latihan ini, semua dari eropa dan amerika, dan itu jelas sangat berbada dengan kondisi atlit disini,
postur tubuh, pola makan dan iklim sangat menentukan, untuk mengubahnya jelas sangat sulit
terkait jadwal latihan dan jadwal liga yang berlangsung “ (muslim, pelatih sepak bola)
“khusus untuk atlit diindonesia saya rasa sangat perlu dilakukan sebuah peneliian terkait standar
atau acuan yang bias digunakan untuk meningkatkan ketahanan fisik,terlebih lagi terkain
VO2max ini jelas sangat penting,karna semua teori yang muncul dari penelitian yang ada
dilakukan dibenua yang berbeda dengan benua Negara Indonesia sehingga hasilnya jelas
berbeda.”( Edi , pelatih dan dossen ilmu olahraga)
Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih atlit sepak bola sebagai objek penelitian. Keterampilan
menggiring bola adalah kemampuan individu setiap pemain bola. Dan setiap pemain sepak bola
harus terampil dalam menggiring bola, karena keterampilan menggiring bola sangatlah penting
bagi seorang pemain bola professional. Selain itu untuk membangun serangan yang efektif dan
menguasai pertandingan juga dibutuhkan keterampilan menggiring bola. Menggiring bola
seorang pemain harus dapat merubah arah dan melewati lawan dengan cepat serta harus dapat
menggunakan seluruh bagian kakinya sesuai dengan yang ingin dicapai. Untuk dapat melakukan
semua itu sangat dibutuhkan unsur fisik karena dukungan fisik yang baik diharapkan seorang
![Page 3: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/3.jpg)
pemain atau atlet akan dapat bermain dengan baik pula. Seorang pemain memiliki kondisi fisik
yang baik akan memiliki beberapa keuntungan bagi pemain dimana dapat: meningkatan
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan,
stamina, kecepatan dan lain-lain dari komponen kondisi fisik, pemulihan yang cepat dalam organ-
organ tubuh setelah latihan, respon atau tanggapan yang cepat dari organism tubuh kita, apabila
sewaktu-waktu respon atau tanggapan sedemikian diperlukan. Selain itu apabila kondisi fisik atlet
baik, maka ia akan lebih cepat pula menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan. (J.A.
Luxbacher, 2004)
Tentunya dalam meningkatkan vo2max ini sangat penting memilih program latihan yang tepat
dan sesuai karakter atlit Indonesia khususnya Aceh yang menjadi tempat penelitian. Memilih
Olah raga yang bersifat aerob , anaerob atau gabungan keduanya merupakan penentu
keberhasilan. Melihat olah raga sepak bola tentunnya sangat mungkin gabungan latihan aerob dan
anaerob menjadi pilhan. Namun demikian tidak boleh dikesampngkan factor-faktor yang
mempengaruhi dan factor-faktor yang menentukan peningkatan VO2max
![Page 4: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/4.jpg)
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana terjadinya perubahan VO2max pada seorang atlit sepak bola
b. Kapan terjadi perubahan vo2max pada seorang atlit sepak bola
c. latihan yang bagaimana yang mampu memberi perubahan pada kapasitas vo2max seorang atlit.
1.3 Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberi sebuah panduan atau acuan baku bagi para atlit
maupun pelatih sepakbola agar mampu meningkatkan vo2max yang diharapkan
1.4 Tujuan khusus
1. Menilai VO2 max masing-masing pemain bola.
2. Menilai adanya perubahan VO2 max setelah latihan.
3. Menentukan program latihan yang akurat terhadap terjadinya perubahan vo2max.
1.5 Hipotesis penelitian
Ho : Tidak ada pengaruh program latihan terhadap peningkatan vo2max atlit sepak bola
Ha : Ada pengaruh program latihan terhadap peningkatan vo2max atlit sepak bola
1.6 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi suatu acuan dan standar bagi pelatih atau atlit yang
bisa digunakan untuk latihan dalam meningkatkan ketahanan visik khususnya Vo2 max.
sehingga program latihan lebih efien.
Selain itu juga sebagai masukan untuk penelitian-penelitian lain khususnya dibidang kesehatan
olahraga.
![Page 5: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. VO2 MAX
Para ahli banyak menyimpulkan beberapa pengertian tentang vo2max diantaranya, yang
dimaksud dengan VO2max adalah: “Daya tangkap aerobik maksimal yang menggambarkan
jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau
tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan”. (Thoden dalam Sukarman,
1992).
VO2max adalah suatu indikator yang baik dari capaian daya tahan aerobik. Individu yang terlatih
dengan VO2max yang lebih tinggi akan cenderung dapat melaksanakan lebih baik di dalam
aktivitas daya tahan dibanding dengan orang-orang yang mempunyai VO2max lebih rendah
untuk aktivitas daya tahan aerobik. Pada tahun 1970-an Kenneth Cooper meneliti hubungan
antara olahraga dengan kesegaran jasmani ia mendapatkan bahwa orang-orang yang mempunyai
daya tahan yang tinggi karena melakukan olahraga, ternyata paru-paru mereka mempunyai
kesanggupan untuk menampung 1,5 lebih banyak udara dari pada orang biasa (Gilmore, 1981)
Di dalam dunia pelatihan olahraga, daya tahan paru jantung ini sering disebut kapasitas kerja
maksimal atau kemampuan tubuh untuk mengkonmsumsi oksigen secara maksimal/ Volume
oksigen maksimal (VO2 max). Untuk membuat program latihan daya tahan paru jantung
penentuan intensitas latihan selain didasarkan pada denyut nadi maksimal juga dapat didasarkan
pada persentase VO2 max atau pada ambang anaerobik seseorang. Ambang anaerobik adalah
perpindahan dukungan energi melalui system aerobik bergeser menjadi system anaerobik.
Semakin tinggi ambang anaerobik seseorang berarti semakin tinggi kualitas kerja aerobik dan
anaerobik seeorang, yang berarti semakin tinggi VO2 max. seeorang. Saat bekerja mencapai VO2
max.(Burke,1990).
Latihan meningkatkan vo2 max
meningkatkan daya tahan aerobik seseorang harus berlatih pada daerah latihan 70-80% DJM
(Denyut Jantung Maksimal), dan berlangsung lama. Tetapi untuk olahragawan yang
mengutamakan daya tahan, sesekali latihan harus berada pada intensitas latihan 85-90% DJM,
dengan waktu tidak lama. Hal ini menunjukkan bahwa olahragawan yang penampilannya
![Page 6: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/6.jpg)
mengutamakan daya tahan, latihan harus menggunakan intensitas latihan aerobik dan juga
anaerobik.( Pate. 1984)
Untuk meningkatkan daya tahan aerobik banyak metode yang dapat dipilih. Fox (1988), Hinson
(1995) berpendapat bahwa untuk mengembangkan daya tahan aerobik dapat digunakan beberapa
metode antara lain: Countinuous Training,Interval Training, dan Circuit Training.
Prinsip-prinsip Latihan Agar program latihan dapat berjalan sesuai tujuan, maka latihan harus
deprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang benar. Bompa (1994) antara lain
mengemukakan prinsip- prinsip latihan adalah meliputi FIT ( Frequecy, Intensity,Time).
Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Intensitas latihan
Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang sangat penting untuk dikaitkan dengan
komponen kualitas latihan yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Intensitas adalah
fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung
dari beban kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat diantara ulangan. Elemen yang tidak
kalah penting adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan.Untuk mengembangkan daya tahan paru
dan jantung intensitas latihan sering menggunakan denyut jantung (HR). Bompa (1994) membuat
zona latihan daya tahan paru jantung sebagai berikut:
2. Frekuensi Latihan
Frekuensi menunjuk pada junlah latihan per minggunya. Secara umum, frekuensi latihan lebih
banyak, dengan program latihan lebih lama akan mempunyai pengaruh lebih baik terhadap
kebugaran paru jantung. Menurut Fox (1988) frekuensi latihan yang baik untuk menjaga
kesehatan 3 kali perminggu dan 6-7 kali perminggu untuk atlet endurance.
Latihan dengan frekuaensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untuk pemulihan.
Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan dapat menimbulkan cedera.
Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadap rangsangan latihan, pada umumnya
membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Semakin bertambah usia semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk pemulihan. Pada kenyataannya, individu yang tidak terlatih membutuhkan
waktu 48 jam untuk pemulihan dan beradaptasi dengan rangsangan latihan (Sharkey, 2003)
![Page 7: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/7.jpg)
3. Durasi latihan (Time)
Durasi dan intensitas latihan saling berhubungan. Peningkatan pada salah satunya, yang lain
akan menurun. Durasi dapat berarti waktu, jarak, atau kalori. Durasi menunjukan pada lama
waktu yang digunakan untuk latihan. Jarak menunjuk pada panjangnya langkah, atau pedal, atau
kayuhan yang dapat ditempuh. Kalori menunjuk pada jumlah energi yang digunakan selama
latihan. Durasi minimal yang harus dlakukan pada aktivitas aerobik adalah 15-20 menit (Egger,
1993). Menurut Sharkey (2003) individu dengan tingkat kebugaran rendah tidak bereaksi
terhadap durasi latihan yang panjang, atau berintensitas tinggi. Penelitian terbaru dari Wenger
dan Bell tahun 1986 (Sharkey, 2003) membuktikan bahwa untuk mendapatkan kebugaran yang
lebih besar, latihan lebih lama dari 35 menit, hal ini mungkin karena proporsi metabolisme lemak
terus naik pada 30 menit pertama latihan. Karena itu untuk mendapatkan kebugaran, kontrol
berat badan dan keuntungan metabolisme lemak, dan untuk menurunkan lipid darah, perlu
menambah durasi latihan. Namun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk merekomendasikan
latihan melebihi 60 menit. Bagi atlet yang berlatih lebih 60 menit, bertujuan memantapkan
stamina, bukan untuk mendapatkan kesehatan. Dengan demikian latihan aerobik memerlukan
durasi latihan antara 15-60 menit per sesi latihan.
![Page 8: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/8.jpg)
Faktor yang Mempengaruhi VO2max
Wiesseman (dalam Kuntaraf, 1992) ahli Kesehatan Masyarakat dari Universitas Loma Linda
menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi VO2max seseorang yaitu:
• jenis kelamin
• usia
• keturunan
• komposisi tubuh
• latihan
1.Jenis kelamin
Setelah masa pubertas wanita dalam usianya yang sama dengan priaumumnya
mempunyai konsumsi oksigen maksimal yang lebih rendah dari pria
2.Usia
Setelah usia 20-an VO2 max menurun dengan perlahan- lahan. Dalam usia 55 tahun,
VO2max lebih kurang 27 % lebih rendah dari usia 25 tahun. Dengan sendirinya hal ini
berbeda dari satu orang dengan orang yang lain. Mereka yang mempunyai banyak
kegiatan VO2 max akan menurun secaraperlahan
3.Keturunan
Seseorang mungkin saja mempunyai potensi yang lebih besar dari oranglain untuk
mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi, dan mempunyaisuplai pembuluh darah kapiler
yang lebih baik terhadap otot-otot,mempunyai kapasitas 14 paru-paru yang lebih besar,
dapat mensuplaihaemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak dan jantung
yanglebih kuat. Dilaporkan bahwa konsumsi oksigen maksimum bagi merekayang
kembar identik sangat sama (Klissouras, dalam Kuntaraf, 1992).
![Page 9: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/9.jpg)
4.Komposisi tubuh.
Walaupun VO2max dinyatakan dalam beberapa milliliter oksigen yang dikonsumsi per
kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang
berbeda. Misalnya tubuh mereka yang mempunyai lemak dengan persentasi tinggi
mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah. Bila tubuh berotot kuat,
VO2max akan lebih tinggi. Sebab itu, jika dapat mengurangi lemak dalam
tubuh,konsumsi oksigen maksimal dapat bertambah tanpa tambahan latihan.
5.Latihan/olahraga
Kita dapat memperbaiki VO2max dengan olahraga atau latihan. Dengan latihan daya
tahan yang sistematis, akan memperbaiki konsumsi oksigenmaksimal dari 5% sampai
25%. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan
semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks(Sistematis dan Metodis). Penelitian menunjukan bahwa laki-laki usia 65-
74 tahun dapat meningkatkan VO2max sekitar 18 % setelah berolahragasecara teratur
selama 6 bulan (Wiesseman, dalam Kuntaraf, 1992).
Menurut Astrand (1986), faktor fisiologis yang mempengaruh dayatahan jantung-paru
antara lain: faktor genetik, usia, jenis kelamin, danaktivitas latihan. Dari penelitian
didapat kesimpulan bahwa: VO2max 93,4%ditentukan oleh faktor genetik, selebihnya
adalah oleh latihan.Oleh karena itu VO2max seseorang dapat ditingkatkan; paling tidak
daya tahan aerobik dapat meningkat antara 6-20% dengan pelatihan atletik,yaitu dengan
melakukan jalan, jogging, ataupun lari. Peningkatan VO2maxyang lebih besar pada
umumnya adalah terhadap individu yang tidak terlatih.Sedangkan pada orang yang
latihannya teratur dan pada atlet yang banyak mempergunakan daya tahan, maka
peningkatan VO2max nya kecil.
Faktor-Faktor yang Menentukan Nilai VO2max
1.Fungsi paru
Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen
oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan
pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk
memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut denga
![Page 10: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/10.jpg)
pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk
dalam kapiler paru untuk selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat, dibutuhkan paru-paru
yang berfungsi dengan baik,termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonalnya. Pada
seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi oksigen dan ventilasi paru total
meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan intensitas maksimal.
Dalam fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan oksigen arteri-vena (A-VO2diff).
Selama aktivitas fisik yang intens, A - V O2 akan meningkat karena oksigen darah lebih
banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena berkurang. Hal
ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat dari pada
kondisi biasa. Peningkatan A-VO2diff terjadi serentak dengan peningkatan cardiac output
dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah raga berat.
2.Fungsi kardiovaskuler .
Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah peningkatan
cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup jantung
maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat maksimalnya. Karena
pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler
menghantarkan oksigen ke jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistemkardiovaskuler
dapat membatasi nilai VO2max.
3. Sel darah merah (Hemoglobin)
dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, makakadar oksigen dalam darah juga
ditentukan oleh kadar hemoglobin yangtersedia. Jika kadar hemoglobin berada di bawah
normal, misalnya padaanemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah.
Sebaliknya,bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada
keadaanpolisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat. Hal ini juga bisa
terjadi sebagai respon adaptasi pada orang-orang yang hidup ditempat tinggi.Kadar
hemoglobin rupanya juga dipengaruhi oleh hormonandrogen melalui peningkatan
pembentukan sel darah merah. Laki-lakimemiliki kadarhe moglobin sekitar 1-2 gr per
100 ml lebih tinggidibanding wanita.
![Page 11: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/11.jpg)
4.Komposisi tubuh
Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukungkemampuan untuk secara
langsung menggunakan oksigen selama olahraga berat. Maka, jika VO2max dinyatakan
relatif terhadap berat badan,berat lemak cenderung menaikkan angka penyebut tanpa
menimbulkanakibat pada pembilang VO2;VO2 (mk/kg/menit) = VO2 (LO2) x 1000Berat
badan (kg)Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2max
2.2 Kerangka Konsep
![Page 12: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pendekatan metode deskriptif. Rancangan desain penelitian yang digunakan adalah melakukan tes
dan pengukuran kondisi fisik.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Banda aceh, GOR KONI aceh, perkiraan waktu mulai bulan juli
3.3 Subyek penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah atlit sepak bola profeisonal KONI ACEH, sebanyak 30 orang.
3.4 Instrumen penelitian
VO2 Max menggunakan MFT.
3.5 Kerangka kerja
VO2 Max menggunakan MFT.
Untuk mengumpulkan data didalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode bleep tes atau
MFT.
Prosedur tes MFT
Pelaksanaan tes dapat dilaksanakan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan yang mengetes
dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes seta dapat menghentikan dengan tepat
sesuai dengan ketentuan.tes ini mengukur koordinasi jantung, paru-paru dan penbuluh darah atau
dengan kata lain cardiovascular. Ketika seseorang memiliki cardiovascular yang baik dan kuat
maka kebugaranya dapat dikatakan kuat pula.
![Page 13: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/13.jpg)
Mekanisme tes MFT
Peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. Peserta yang tidak kuat akan
diberhentikan. Dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan 16 balikan semakin tinggi tingkatanya
maka semakin baik cardiovascular orang tersebut.
Beberapa tindakan pencegahan
1. Peserta tes harus dalam keadaan sehat
2. Pengetes perlu memberi motivasi agar peserta tes dapat melakukan dengan sungguh-sungguh
Perlengkapan tes
1. Lapangan untuk melaksanakan tes panjang lebih dari 20M dan lebar 1,5M
2. Tape recorder untuk memutarkan cassette penuntun MFT
3. Alat tulis
Pelaksanaan tes
1. Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT
2. selanjutnya akan terdenganr bunyi “TUT” tunggal dengan beberata interval yang teratur
3. Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal “TUT” yang
pertama berbunyi untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang berlawanana.
4. Selanjutnya setiap satu kali sinyal “TUT“ berbunyi perserta tes harus dapat mencapai disalah
satu lintasan yang ditempuhnya
5. Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau tingkatan satu yang terdiri dari tujuh
balikan atau shuttle
6. Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang sehingga menyelsaikan level
7. selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m
sosisis salah satu kaki harus menginjak atau melewati batas atau garis 20m.
8. setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin sesuai dengan irama yang telah
diatur oleh kaset atau CD.
9. Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut maka akan
dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan tes MFT
![Page 14: Rancangan Proposal](https://reader036.fdocuments.in/reader036/viewer/2022082711/563db7d3550346aa9a8e4de8/html5/thumbnails/14.jpg)
Analisa Data
Sesuai dengan tujuan serta pertanyaan penelitian yang diajukan, maka pengujian data
yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif (tabulasi frekuensi).
Dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian yang diperolehdari berbagai pengukuran (tes)
terhadap tingkat kondisi fisik dan analisis yang menggunakan rumus. (Sudjana ,1991) sebagai
berikut :
P=f/n x 100%
Keterangan :
P = persentase
F = frekuensi (skor yang diperoleh)
N = jumlah sampel tes