Rancangan Proposal

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Memiliki kebugaran tubuh dan daya tahan fisik yang prima merupakan syarat wajib dari seorang atlit, disamping ke piawaian dalam bidang olah raga yang ditekuni, hal ini tidak terfokus pada satu cabang olahraga saja, melainkan berlaku pada seluruh cabang olah raga baik itu olahraga yang sifatnya aerobic , anaerobic atau yang gabungan keduanya, daya tahan fisik yang prima adalah syarat mutlak. Salah satu parameter yang dianggap penting dalam daya tahan fisik adalah VO2MAX, yang merupakan jumlah konsumsi oksigen maksimal pada saat tubuh melaukan aktivitas fisik. VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Tingkat Kebugaran dapat diukur dari volume Anda dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan atlet yang dirasakan akan menyebabkan turunnya konsentrasi sehingga tanpa konsentrasi yang prima terhadap suatu permainan, sudah hampir dipastikan kegagalan yang akan diterima ( Abdul Aziz, 2012). Seorang pemain bola diwajibkan memiliki tingkat VO2 max yang bagus sesuai dengan kriteria jenis kelamin dan usia masing-masing dikarenakan pemain bola selalu aktif gerak mengikuti arus bola. Dengan aktif bergerak maka VO2 max akan meningkat. VO2 max adalah kapasitas untuk menggunakan oksigen secara maksimal. Kapasitas ini mencerminkan kondisi organ – organ vital tubuh sehingga

description

usu

Transcript of Rancangan Proposal

Page 1: Rancangan Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Memiliki kebugaran tubuh dan daya tahan fisik yang prima merupakan syarat wajib dari seorang

atlit, disamping ke piawaian dalam bidang olah raga yang ditekuni, hal ini tidak terfokus pada

satu cabang olahraga saja, melainkan berlaku pada seluruh cabang olah raga baik itu olahraga

yang sifatnya aerobic , anaerobic atau yang gabungan keduanya, daya tahan fisik yang prima

adalah syarat mutlak.

Salah satu parameter yang dianggap penting dalam daya tahan fisik adalah VO2MAX, yang

merupakan jumlah konsumsi oksigen maksimal pada saat tubuh melaukan aktivitas fisik.

VO2max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan

kegiatan yang intensif. Tingkat Kebugaran dapat diukur dari volume Anda dalam mengkonsumsi

oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan atlet yang dirasakan akan

menyebabkan turunnya konsentrasi sehingga tanpa konsentrasi yang prima terhadap suatu

permainan, sudah hampir dipastikan kegagalan yang akan diterima ( Abdul Aziz, 2012).

Seorang pemain bola diwajibkan memiliki tingkat VO2 max yang bagus sesuai dengan kriteria

jenis kelamin dan usia masing-masing dikarenakan pemain bola selalu aktif gerak mengikuti arus

bola. Dengan aktif bergerak maka VO2 max akan meningkat. VO2 max adalah kapasitas untuk

menggunakan oksigen secara maksimal. Kapasitas ini mencerminkan kondisi organ – organ vital

tubuh sehingga kapasitas ini merupakan indikator terbaik bagi kesegaran jasmani (Sastronapoelar,

1992).

Namaun demikian,hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para atlit maupun pelatih, dimana

mereka kewalahan dalam meningkatkan vo2max tersebut,beberapa pernyataan hasil wawancara

peneliti dengan beberapa atlit dan pelatih dari masing-masing cabang olah raga.

Pernyataan dari para atlit.

“ saya sudah bermain sepak bola profesional hampir sepuluh tahun, namun saya dan teman-teman

selalu bermasalah dengan ketahanan fisik pemain, terlebih pada saat bertanding, padahal kami

sudah berlatih rutin setiap minggu dengan jadwal tiga kali dalam seminggu namun masalah ini

belum terpecahkan” ( munawir, atlit sepak bola)

Page 2: Rancangan Proposal

“ kendala paling besar saya dan kawan-kawan adalah kelelahan ditengah pertandingan bahkan

saat latihan, sehingga kami tidak bias focus dalam latihan dan pertandingan, kami selalu latihan

rutin selama lima hari dalam seminggu, namun belum menemukan metode yang benar-benar

mampu meningkatkan ketahanan fisik para pemain” (ridwan jalil, atlit basket)

“kebanyakan orang awam beranggapan bahwa kelelahan para pemain bola tidak merata

diakibatkan posisi pemain itu sendiri,hal itu sangat keliru semua pemain punya kelelahan yang

sama baik itu penyerang, gelandang, beck bahkan goal kipper juga mengalami kelelahan yang

sama. Kami sudah menerapkan system latihan terpogram dari berbagai sumber bahkan kami

merekrut pelatih professional. Namun kenyataan dilapangan sangat berbeda walaupun penerapan

sesuai teori mereka.”( mahlil, atlit sepak bola)

Hal senada juga diungkapkan para pelatih para atlit dari cabang masing-masing.

Pernyataan pelatih.

“ketahanan fisik ini mutlak penting kami sebagai pelatih sudah banyak hal yang dilakukan,namun

demikian kami tidak punya standar atau acuan baku untuk para atlit ini, berbagai macam teori

sudah dicoba tetapi kami rasa banyak kejanggalan salah satunya terciptanya teori atau program

latihan ini, semua dari eropa dan amerika, dan itu jelas sangat berbada dengan kondisi atlit disini,

postur tubuh, pola makan dan iklim sangat menentukan, untuk mengubahnya jelas sangat sulit

terkait jadwal latihan dan jadwal liga yang berlangsung “ (muslim, pelatih sepak bola)

“khusus untuk atlit diindonesia saya rasa sangat perlu dilakukan sebuah peneliian terkait standar

atau acuan yang bias digunakan untuk meningkatkan ketahanan fisik,terlebih lagi terkain

VO2max ini jelas sangat penting,karna semua teori yang muncul dari penelitian yang ada

dilakukan dibenua yang berbeda dengan benua Negara Indonesia sehingga hasilnya jelas

berbeda.”( Edi , pelatih dan dossen ilmu olahraga)

Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih atlit sepak bola sebagai objek penelitian. Keterampilan

menggiring bola adalah kemampuan individu setiap pemain bola. Dan setiap pemain sepak bola

harus terampil dalam menggiring bola, karena keterampilan menggiring bola sangatlah penting

bagi seorang pemain bola professional. Selain itu untuk membangun serangan yang efektif dan

menguasai pertandingan juga dibutuhkan keterampilan menggiring bola. Menggiring bola

seorang pemain harus dapat merubah arah dan melewati lawan dengan cepat serta harus dapat

menggunakan seluruh bagian kakinya sesuai dengan yang ingin dicapai. Untuk dapat melakukan

semua itu sangat dibutuhkan unsur fisik karena dukungan fisik yang baik diharapkan seorang

Page 3: Rancangan Proposal

pemain atau atlet akan dapat bermain dengan baik pula. Seorang pemain memiliki kondisi fisik

yang baik akan memiliki beberapa keuntungan bagi pemain dimana dapat: meningkatan

kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan,

stamina, kecepatan dan lain-lain dari komponen kondisi fisik, pemulihan yang cepat dalam organ-

organ tubuh setelah latihan, respon atau tanggapan yang cepat dari organism tubuh kita, apabila

sewaktu-waktu respon atau tanggapan sedemikian diperlukan. Selain itu apabila kondisi fisik atlet

baik, maka ia akan lebih cepat pula menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan. (J.A.

Luxbacher, 2004)

Tentunya dalam meningkatkan vo2max ini sangat penting memilih program latihan yang tepat

dan sesuai karakter atlit Indonesia khususnya Aceh yang menjadi tempat penelitian. Memilih

Olah raga yang bersifat aerob , anaerob atau gabungan keduanya merupakan penentu

keberhasilan. Melihat olah raga sepak bola tentunnya sangat mungkin gabungan latihan aerob dan

anaerob menjadi pilhan. Namun demikian tidak boleh dikesampngkan factor-faktor yang

mempengaruhi dan factor-faktor yang menentukan peningkatan VO2max

Page 4: Rancangan Proposal

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana terjadinya perubahan VO2max pada seorang atlit sepak bola

b. Kapan terjadi perubahan vo2max pada seorang atlit sepak bola

c. latihan yang bagaimana yang mampu memberi perubahan pada kapasitas vo2max seorang atlit.

1.3 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberi sebuah panduan atau acuan baku bagi para atlit

maupun pelatih sepakbola agar mampu meningkatkan vo2max yang diharapkan

1.4 Tujuan khusus

1. Menilai VO2 max masing-masing pemain bola.

2. Menilai adanya perubahan VO2 max setelah latihan.

3. Menentukan program latihan yang akurat terhadap terjadinya perubahan vo2max.

1.5 Hipotesis penelitian

Ho : Tidak ada pengaruh program latihan terhadap peningkatan vo2max atlit sepak bola

Ha : Ada pengaruh program latihan terhadap peningkatan vo2max atlit sepak bola

1.6 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi suatu acuan dan standar bagi pelatih atau atlit yang

bisa digunakan untuk latihan dalam meningkatkan ketahanan visik khususnya Vo2 max.

sehingga program latihan lebih efien.

Selain itu juga sebagai masukan untuk penelitian-penelitian lain khususnya dibidang kesehatan

olahraga.

Page 5: Rancangan Proposal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. VO2 MAX

Para ahli banyak menyimpulkan beberapa pengertian tentang vo2max diantaranya, yang

dimaksud dengan VO2max adalah: “Daya tangkap aerobik maksimal yang menggambarkan

jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau

tes, dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan”. (Thoden dalam Sukarman,

1992).

VO2max adalah suatu indikator yang baik dari capaian daya tahan aerobik. Individu yang terlatih

dengan VO2max yang lebih tinggi akan cenderung dapat melaksanakan lebih baik di dalam

aktivitas daya tahan dibanding dengan orang-orang yang mempunyai VO2max lebih rendah

untuk aktivitas daya tahan aerobik. Pada tahun 1970-an Kenneth Cooper meneliti hubungan

antara olahraga dengan kesegaran jasmani ia mendapatkan bahwa orang-orang yang mempunyai

daya tahan yang tinggi karena melakukan olahraga, ternyata paru-paru mereka mempunyai

kesanggupan untuk menampung 1,5 lebih banyak udara dari pada orang biasa (Gilmore, 1981)

Di dalam dunia pelatihan olahraga, daya tahan paru jantung ini sering disebut kapasitas kerja

maksimal atau kemampuan tubuh untuk mengkonmsumsi oksigen secara maksimal/ Volume

oksigen maksimal (VO2 max). Untuk membuat program latihan daya tahan paru jantung

penentuan intensitas latihan selain didasarkan pada denyut nadi maksimal juga dapat didasarkan

pada persentase VO2 max atau pada ambang anaerobik seseorang. Ambang anaerobik adalah

perpindahan dukungan energi melalui system aerobik bergeser menjadi system anaerobik.

Semakin tinggi ambang anaerobik seseorang berarti semakin tinggi kualitas kerja aerobik dan

anaerobik seeorang, yang berarti semakin tinggi VO2 max. seeorang. Saat bekerja mencapai VO2

max.(Burke,1990).

Latihan meningkatkan vo2 max

meningkatkan daya tahan aerobik seseorang harus berlatih pada daerah latihan 70-80% DJM

(Denyut Jantung Maksimal), dan berlangsung lama. Tetapi untuk olahragawan yang

mengutamakan daya tahan, sesekali latihan harus berada pada intensitas latihan 85-90% DJM,

dengan waktu tidak lama. Hal ini menunjukkan bahwa olahragawan yang penampilannya

Page 6: Rancangan Proposal

mengutamakan daya tahan, latihan harus menggunakan intensitas latihan aerobik dan juga

anaerobik.( Pate. 1984)

Untuk meningkatkan daya tahan aerobik banyak metode yang dapat dipilih. Fox (1988), Hinson

(1995) berpendapat bahwa untuk mengembangkan daya tahan aerobik dapat digunakan beberapa

metode antara lain: Countinuous Training,Interval Training, dan Circuit Training.

Prinsip-prinsip Latihan Agar program latihan dapat berjalan sesuai tujuan, maka latihan harus

deprogram sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang benar. Bompa (1994) antara lain

mengemukakan prinsip- prinsip latihan adalah meliputi FIT ( Frequecy, Intensity,Time).

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Intensitas latihan

Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang sangat penting untuk dikaitkan dengan

komponen kualitas latihan yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Intensitas adalah

fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung

dari beban kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat diantara ulangan. Elemen yang tidak

kalah penting adalah tekanan kejiwaan sewaktu latihan.Untuk mengembangkan daya tahan paru

dan jantung intensitas latihan sering menggunakan denyut jantung (HR). Bompa (1994) membuat

zona latihan daya tahan paru jantung sebagai berikut:

2. Frekuensi Latihan

Frekuensi menunjuk pada junlah latihan per minggunya. Secara umum, frekuensi latihan lebih

banyak, dengan program latihan lebih lama akan mempunyai pengaruh lebih baik terhadap

kebugaran paru jantung. Menurut Fox (1988) frekuensi latihan yang baik untuk menjaga

kesehatan 3 kali perminggu dan 6-7 kali perminggu untuk atlet endurance.

Latihan dengan frekuaensi tinggi membuat tubuh tidak cukup waktu untuk pemulihan.

Kegagalan menyediakan waktu pemulihan yang memadai akan dapat menimbulkan cedera.

Tubuh membutuhkan waktu untuk bereaksi terhadap rangsangan latihan, pada umumnya

membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Semakin bertambah usia semakin lama waktu yang

dibutuhkan untuk pemulihan. Pada kenyataannya, individu yang tidak terlatih membutuhkan

waktu 48 jam untuk pemulihan dan beradaptasi dengan rangsangan latihan (Sharkey, 2003)

Page 7: Rancangan Proposal

3. Durasi latihan (Time)

Durasi dan intensitas latihan saling berhubungan. Peningkatan pada salah satunya, yang lain

akan menurun. Durasi dapat berarti waktu, jarak, atau kalori. Durasi menunjukan pada lama

waktu yang digunakan untuk latihan. Jarak menunjuk pada panjangnya langkah, atau pedal, atau

kayuhan yang dapat ditempuh. Kalori menunjuk pada jumlah energi yang digunakan selama

latihan. Durasi minimal yang harus dlakukan pada aktivitas aerobik adalah 15-20 menit (Egger,

1993). Menurut Sharkey (2003) individu dengan tingkat kebugaran rendah tidak bereaksi

terhadap durasi latihan yang panjang, atau berintensitas tinggi. Penelitian terbaru dari Wenger

dan Bell tahun 1986 (Sharkey, 2003) membuktikan bahwa untuk mendapatkan kebugaran yang

lebih besar, latihan lebih lama dari 35 menit, hal ini mungkin karena proporsi metabolisme lemak

terus naik pada 30 menit pertama latihan. Karena itu untuk mendapatkan kebugaran, kontrol

berat badan dan keuntungan metabolisme lemak, dan untuk menurunkan lipid darah, perlu

menambah durasi latihan. Namun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk merekomendasikan

latihan melebihi 60 menit. Bagi atlet yang berlatih lebih 60 menit, bertujuan memantapkan

stamina, bukan untuk mendapatkan kesehatan. Dengan demikian latihan aerobik memerlukan

durasi latihan antara 15-60 menit per sesi latihan.

Page 8: Rancangan Proposal

Faktor yang Mempengaruhi VO2max

Wiesseman (dalam Kuntaraf, 1992) ahli Kesehatan Masyarakat dari Universitas Loma Linda

menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi VO2max seseorang yaitu:

• jenis kelamin

• usia

• keturunan

• komposisi tubuh

• latihan

1.Jenis kelamin

Setelah masa pubertas wanita dalam usianya yang sama dengan priaumumnya

mempunyai konsumsi oksigen maksimal yang lebih rendah dari pria

2.Usia

Setelah usia 20-an VO2 max menurun dengan perlahan- lahan. Dalam usia 55 tahun,

VO2max lebih kurang 27 % lebih rendah dari usia 25 tahun. Dengan sendirinya hal ini

berbeda dari satu orang dengan orang yang lain. Mereka yang mempunyai banyak

kegiatan VO2 max akan menurun secaraperlahan

3.Keturunan

Seseorang mungkin saja mempunyai potensi yang lebih besar dari oranglain untuk

mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi, dan mempunyaisuplai pembuluh darah kapiler

yang lebih baik terhadap otot-otot,mempunyai kapasitas 14 paru-paru yang lebih besar,

dapat mensuplaihaemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak dan jantung

yanglebih kuat. Dilaporkan bahwa konsumsi oksigen maksimum bagi merekayang

kembar identik sangat sama (Klissouras, dalam Kuntaraf, 1992).

Page 9: Rancangan Proposal

4.Komposisi tubuh.

Walaupun VO2max dinyatakan dalam beberapa milliliter oksigen yang dikonsumsi per

kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang menyebabkan konsumsi yang

berbeda. Misalnya tubuh mereka yang mempunyai lemak dengan persentasi tinggi

mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah. Bila tubuh berotot kuat,

VO2max akan lebih tinggi. Sebab itu, jika dapat mengurangi lemak dalam

tubuh,konsumsi oksigen maksimal dapat bertambah tanpa tambahan latihan.

5.Latihan/olahraga

Kita dapat memperbaiki VO2max dengan olahraga atau latihan. Dengan latihan daya

tahan yang sistematis, akan memperbaiki konsumsi oksigenmaksimal dari 5% sampai

25%. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan

semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang

lebih kompleks(Sistematis dan Metodis). Penelitian menunjukan bahwa laki-laki usia 65-

74 tahun dapat meningkatkan VO2max sekitar 18 % setelah berolahragasecara teratur

selama 6 bulan (Wiesseman, dalam Kuntaraf, 1992).

Menurut Astrand (1986), faktor fisiologis yang mempengaruh dayatahan jantung-paru

antara lain: faktor genetik, usia, jenis kelamin, danaktivitas latihan. Dari penelitian

didapat kesimpulan bahwa: VO2max 93,4%ditentukan oleh faktor genetik, selebihnya

adalah oleh latihan.Oleh karena itu VO2max seseorang dapat ditingkatkan; paling tidak

daya tahan aerobik dapat meningkat antara 6-20% dengan pelatihan atletik,yaitu dengan

melakukan jalan, jogging, ataupun lari. Peningkatan VO2maxyang lebih besar pada

umumnya adalah terhadap individu yang tidak terlatih.Sedangkan pada orang yang

latihannya teratur dan pada atlet yang banyak mempergunakan daya tahan, maka

peningkatan VO2max nya kecil.

Faktor-Faktor yang Menentukan Nilai VO2max

1.Fungsi paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen

oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari ventilasi dan

pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk

memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini berlanjut denga

Page 10: Rancangan Proposal

pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk

dalam kapiler paru untuk selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh

tubuh. Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat, dibutuhkan paru-paru

yang berfungsi dengan baik,termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonalnya. Pada

seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi oksigen dan ventilasi paru total

meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan intensitas maksimal.

Dalam fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan oksigen arteri-vena (A-VO2diff).

Selama aktivitas fisik yang intens, A - V O2 akan meningkat karena oksigen darah lebih

banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena berkurang. Hal

ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat dari pada

kondisi biasa. Peningkatan A-VO2diff terjadi serentak dengan peningkatan cardiac output

dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah raga berat.

2.Fungsi kardiovaskuler .

Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah peningkatan

cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup jantung

maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat maksimalnya. Karena

pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler

menghantarkan oksigen ke jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistemkardiovaskuler

dapat membatasi nilai VO2max.

3. Sel darah merah (Hemoglobin)

dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, makakadar oksigen dalam darah juga

ditentukan oleh kadar hemoglobin yangtersedia. Jika kadar hemoglobin berada di bawah

normal, misalnya padaanemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah.

Sebaliknya,bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada

keadaanpolisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat. Hal ini juga bisa

terjadi sebagai respon adaptasi pada orang-orang yang hidup ditempat tinggi.Kadar

hemoglobin rupanya juga dipengaruhi oleh hormonandrogen melalui peningkatan

pembentukan sel darah merah. Laki-lakimemiliki kadarhe moglobin sekitar 1-2 gr per

100 ml lebih tinggidibanding wanita.

Page 11: Rancangan Proposal

4.Komposisi tubuh

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukungkemampuan untuk secara

langsung menggunakan oksigen selama olahraga berat. Maka, jika VO2max dinyatakan

relatif terhadap berat badan,berat lemak cenderung menaikkan angka penyebut tanpa

menimbulkanakibat pada pembilang VO2;VO2 (mk/kg/menit) = VO2 (LO2) x 1000Berat

badan (kg)Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2max

2.2 Kerangka Konsep

Page 12: Rancangan Proposal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

pendekatan metode deskriptif. Rancangan desain penelitian yang digunakan adalah melakukan tes

dan pengukuran kondisi fisik.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Banda aceh, GOR KONI aceh, perkiraan waktu mulai bulan juli

3.3 Subyek penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah atlit sepak bola profeisonal KONI ACEH, sebanyak 30 orang.

3.4 Instrumen penelitian

VO2 Max menggunakan MFT.

3.5 Kerangka kerja

VO2 Max menggunakan MFT.

Untuk mengumpulkan data didalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode bleep tes atau

MFT.

Prosedur tes MFT

Pelaksanaan tes dapat dilaksanakan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan yang mengetes

dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes seta dapat menghentikan dengan tepat

sesuai dengan ketentuan.tes ini mengukur koordinasi jantung, paru-paru dan penbuluh darah atau

dengan kata lain cardiovascular. Ketika seseorang memiliki cardiovascular yang baik dan kuat

maka kebugaranya dapat dikatakan kuat pula.

Page 13: Rancangan Proposal

Mekanisme tes MFT

Peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. Peserta yang tidak kuat akan

diberhentikan. Dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan 16 balikan semakin tinggi tingkatanya

maka semakin baik cardiovascular orang tersebut.

Beberapa tindakan pencegahan

1. Peserta tes harus dalam keadaan sehat

2. Pengetes perlu memberi motivasi agar peserta tes dapat melakukan dengan sungguh-sungguh

Perlengkapan tes

1. Lapangan untuk melaksanakan tes panjang lebih dari 20M dan lebar 1,5M

2. Tape recorder untuk memutarkan cassette penuntun MFT

3. Alat tulis

Pelaksanaan tes

1. Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT

2. selanjutnya akan terdenganr bunyi “TUT” tunggal dengan beberata interval yang teratur

3. Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal “TUT” yang

pertama berbunyi untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang berlawanana.

4. Selanjutnya setiap satu kali sinyal “TUT“ berbunyi perserta tes harus dapat mencapai disalah

satu lintasan yang ditempuhnya

5. Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau tingkatan satu yang terdiri dari tujuh

balikan atau shuttle

6. Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang sehingga menyelsaikan level

7. selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m

sosisis salah satu kaki harus menginjak atau melewati batas atau garis 20m.

8. setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin sesuai dengan irama yang telah

diatur oleh kaset atau CD.

9. Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut maka akan

dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan tes MFT

Page 14: Rancangan Proposal

Analisa Data

Sesuai dengan tujuan serta pertanyaan penelitian yang diajukan, maka pengujian data

yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif (tabulasi frekuensi).

Dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian yang diperolehdari berbagai pengukuran (tes)

terhadap tingkat kondisi fisik dan analisis yang menggunakan rumus. (Sudjana ,1991) sebagai

berikut :

P=f/n x 100%

Keterangan :

P = persentase

F = frekuensi (skor yang diperoleh)

N = jumlah sampel tes