Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang ...

19
Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier 13601 DWT Nur Huda salasa Majid 0906637821 1) , Mukti Wibowo 2) 1) Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin. Universitas Indonesia 2) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia Email : [email protected] Abstrak Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah diperlukan. Dalam hal ini komponen- komponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal Bulk Carrier 13601 DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan tersebut. Abstract In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine room of a 13601 DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of the maintenance system 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Kapal merupakan salah satu sarana transportasi yang paling efektif untuk mengangkut berbagai keperluan, khususnya dalam jumlah yang besar, jarak yang cukup jauh dan terpisah oleh area perairan. Dalam dunia bisnis, kapal memegang peranan penting sebagai alat transportasi utama dalam hal mendistribusikan suatu produk atau hasil bumi yang merupakan bahan baku produk tersebut ke sejumlah daerah yang dipisahkan oleh sungai, danau ataupun lautan dalam jumlah yang cukup besar. Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

Transcript of Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang ...

Rancangan Planned Maintenance System Untuk Item Yang Terdapat di

Kamar Mesin Pada Kapal Bulk Carrier 13601 DWT

Nur Huda salasa Majid 09066378211), Mukti Wibowo 2)

1)Mahasiswa S-1, Teknik Perkapalan Dept.Teknik Mesin. Universitas Indonesia 2)Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah diperlukan. Dalam hal ini komponen-komponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal Bulk Carrier 13601 DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan tersebut.

Abstract

In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine room of a 13601 DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of the maintenance system

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Kapal merupakan salah satu sarana transportasi yang paling efektif untuk

mengangkut berbagai keperluan, khususnya dalam jumlah yang besar, jarak yang

cukup jauh dan terpisah oleh area perairan. Dalam dunia bisnis, kapal memegang

peranan penting sebagai alat transportasi utama dalam hal mendistribusikan suatu

produk atau hasil bumi yang merupakan bahan baku produk tersebut ke sejumlah

daerah yang dipisahkan oleh sungai, danau ataupun lautan dalam jumlah yang

cukup besar.

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

Besarnya peran kapal sebagai salah satu tonggak dalam dunia bisnis serta

moda utama transportasi antar pulau, tidak serta merta sebanding dengan kelaikan

kapal tersebut. Banyak kasus kecelakaan kapal tiap tahunnya yang mengakibatkan

kerugian materi yang sangat besar bahkan tak sedikit yang sampai merenggut

korban jiwa. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh sistem perawatan kapal yang

kurang effisien dan tidak berjalan dengan baik atau bahkan tidak ada sama sekali.

Maintenance pada suatu sistem, baik itu permesinan, kelistrikan dan

sebagainya merupakan bagian yang sangat penting untuk menjaga keawetan dan

memperpanjang usia pakai dari alat atau sistem tersebut. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu sistem perawatan kapal yang efektif dan effisien serta mudah

untuk diterapkan oleh para awak kapal.

1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk menghasilkan sebuah

sistem pemeliharaan kapal berdasarkan referensi-referensi yang telah di dapat

dalam bentuk rancangan PMS (planned maintenance system). Hasil dari PMS ini

diharapkan dapat menjadi referensi untuk pembuatan PMS pada kapal-kapal

perintis yang akan memberikan hasil yang optimal terkait dengan pemeliharaan

kapal tersebut, agar dapat mencapai usia pengoperasian yang maksimal

1.3. Batasan masalah Dalam pembuatan tugas akhir ini terdapat batasan-batasan masalah agar isi

dari tugas akhir ini tidak meluas ke bahasan lain. Batasan masalah tersebut adalah:

1. Pada pembuatan tugas akhir ini yang dijadikan objek penelitian adalah

komponen-komponen yang terdapat di kamar mesin yaitu : main

engine, auxilary engine, boiler, pumps, heat exchanger, purifier, dan

incenerator.

2. Hasil atau Output dari tugas akhir ini adalah rancangan Planned

Maintenance System (PMS) untuk komponen yang terdapat di kamar

mesin berbentuk manual, dengan referensi kapal Bulk Carrier Sartika

Baruna 13601 DWT.

2. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pemeliharaan Kapal

Ketentuan peraturan untuk pengoperasian kapal telah ditetapkan

berdasarkan konvensi International Maritime Organization (IMO) yang tertuang

pada BAB IX “peraturan Safety of Life at Sea (SOLAS) yang mengatur tentang

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

sistem manajemen keselamatan. Berdasarkan ketentuan ISM Code, pemeliharaan

kapal berari suatu kegiatan yang meliputi :

a. Pemeriksaan Kapal secara reguler termasuk pengujian atau tes

• Pengujian kapal saat penerimaan

Yaitu pemerikasaan apakah suatu peralatan telah memenuhi

persyaratan setelah dilaksanakan pengujian

• Survey

Yaitu pemeriksaan secara reguler dalam rangka pemeliharaan yang

dilakukan oleh pihak yang berwenang yang akan menerbitkan

sertifikat kapal

• Inspeksi

Yaitu pemeriksaan yang merupakan tambahan dari survei dan

dilakukan oleh pihak luar misalnya, pabrik peralatan sebagai layanan

purna jual

• Pemeriksaan sebelum dioperasikan

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan sebelum digunakan untuk

meyakinkan bahwa kapal dalam kondisi yang baik

• Pengujian selama pengoperasian

Yaitu pemeriksaan terhadap keakuratan peralatan yang dioperasikan

dan apabila ada kesalahan operasional / kinerja yang harus ditindak

lanjuti dengan perbaikan, pemeriksaan ini biasa dilakukan oleh

operator atau awak kapal yang mengoperasikan

• Pengujian setelah pengoperasian

yaitu pemeriksaan dengan jadwal pemeriksaan tergantung pada

tingkat pengaruhnya terhadap aspek keselamatan dan tipe peralatan

b. Penggantian bagian dari peralatan yang mengalami keausan

Adalah pemeliharaan dengan mengganti bagian yang mengalami keausan

sesuai dengan peraturan, jenis peralatan, dan kebijakan perusahaan yang

bertujuan untuk mempertahankan kehandalan kinerja operasional kapal dan

peralatannya. Pemeliharaan dengan melakukan penggantian bagian yang aus

ini terdiri dari dua sifat :

• Pemeliharaan Preventif

Yaitu pemeliharaan yang dilaksanakan secara terencana (sistematis)

yang bertujuan untuk menghindari / mencegah timbulnya sebab

kerusakan atau memperpanjang masa pakai kapal dan peralatannya

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

• Pemeliharaan induktif

Yaitu pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan adanya indikasi akan

terjadinya kerusakan atau tidak berfungsinya peralatan kapal.

c. Perbaikan bagian yang mengalami kerusakan

Adalah pemeliharaan dengan melakukan pekerjaan perbaikan bagian yang

rusak sehingga dapat berfungsi normal kembali. Jenis pemeliharaan dengan

melakukan perbaikan adalah :

• Pemeliharaan Kuratif

Yaitu pemeliharaan yang bersifat perbaikan atau reparasi yang

dilaksanakan berdasarkan adanya kerusakan yang telah terjadi dan

harus dilakukan tindakan perbaikan sehingga sifatnya tidak terjadwal

dan insidentil.

2.2. Prosedur Pemeliharaan

Dalam PMS sangat perlu ditentukan rencana jadwal pemeliharaan

kapal sesuai dengan lingkup pemeliharaan yang akan dilaksanakan. Jadwal

pemeliharaan kapal dibuat disesuaikan dengan ketentuan klasifikasi, badan

pemerintah dan pabrik pembuat.

a) Ketentuan Klasifilkasi

1. Survei Berkala (Periodical Survey), antara lain :

• Annual Survey (Survei Tahunan)

Yaitu survei yang dilaksanakan setiap selang waktu 12 bulan sejak

tangal dimulainya periode kelas. Waktu survey dalam kurun waktu 3

bulan dari hari terakhir bulan kalender dimana periode kelas yang

sedang berjalan akan berumur 1 tahun, kecuali untuk kapal dengan

akomodasi lebih dari 12 penumpang harus dilaksanakan tidak lebih

lambat dari jatuh tempo.

• Intermediate Survey (Survei Antara)

Yaitu survei yang dilaksanakan 2,5 tahun terhitung dari dimulainya

periode kelas dan setiap pembaruan kelas.

• Renewal Survei (Survei Pembaruan Kelas)

Yaitu survei untuk memperbarui kelas kapal yang dilaksanakan pada

akhir periode kelas (4 atau 5 tahun) dan dapat diperpanjang maksimum

selama 3 bulan atas persetujuan klasifikasi.

• Docking Survey (Survei Alas)

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

Yaitu survei yang dilaksanakan untuk pemeriksaan kondisilambung kapal

di bawah garis air, bukaan dan perlengkapan penutup pada pelat kulit

yang berhubungan dengan instalasi mesin, komponen bagian luar sistem

penggerak. Dilaksanakan 2 kali selama berlakunya kelas atau dalam

waktu 5 tahun. Survei pertama dilaksanakan pada annual survey kedua

atau paling lambatannual survey ketiga. Selang waktunya tidak boleh

lebih dari 36 bulan dan paling lambat setelah 24 bulan.

2. Survei Tidak Berkala

Merupakan survei yang dilaksanakan karena ada indikasi

kemungkinan adanya kerusakan atau telah terjadi kerusakan sehingga perlu

segera dilakukan tindakan. Jenis-jenis survei berkala ialah :

• Survei Kerusakan dan Perbaikan (Damage Survey)

Yaitu survei yang dilaksanakan apabila bagian dari kapal yang

dikelaskan mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi berlakunya

kelas.

• Survei Perombakan

Yaitu survei yang dilaksanakan bila kapal mengalami perombakan

lambung atau mesin kapal.

• Special Survey

Yaitu survei yang dilaksanakan untuk pemeriksaan kondisi teknik dan

merupakan bagian dari quality control.

b) Ketentuan Badan Pemerintah

Penentuan jadwal dilaksanakan oleh instruktur pemerintah

(syahbandar), dimana kapal didaftarkan atau badan lain yang diberi

wewenangnuntuk melaksanakan survei atas nama negara bendera dalam

rangka penerbitan sertifikat statutory, antara lain :

1. Survei Keselamatan Konstruksi

2. Survei Keselamatan Peralatan

3. Survei Keselamatan Radio

c) Ketentuan Pabrik Pembuat

Jadwal pemeliharaan berdasarkan petunjuk pabrik ditentukan

berdasarkan hari kalender, jam kerja operasional, kinerja operasi dengan

empertimbangkan kebijakan perusahaan, mengingat usia kapal dan

kemampuan perusahaan.

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Perumusan Masalah dan Studi Literatur

Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan adalah studi literatur

dan pembuatan / perancangan Planned Maintenance System, yaitu suatu

sistem pemeliharaan pada bagian-bagian yang terdapat di kapal. Dalam

kasus ini bagian-bagian tersebut mencakup item yang terdapat di dalam

kamar mesin, yaitu : main engine, auxiliary engine, boiler, pumps, purifier,

heat exchanger, dan incenerator.

Studi literatur yang dilakukan, mencakup pemahaman tentang

pemeliharaan yang digunakan untuk kapal, dan juga fungsi serta perawatan

untuk komponen-komponen yang dijadikan objek penelitian.

3.2. Pengumpulan data Dalam pembuatan Planned Maintenance System ini, terdapat cukup

banyak data yang diambil mengenai perawatan dan running hours dari item-

item tersebut. berikut data kapal dan salah satu contoh sebagian data yang

memuat keterangan untuk main engine :

Tabel 1. Data Kapal

Nama kapal Sartika Baruna Jenis kapal Bulk Carrier Loa 141,40 m Lbp 133,00 m Breadth 24,00 m Depth 12,30 m Design draft 6,10 m Scant draft 7,001 m DWT 13601 ton

Rute Suralaya – Tarahan (6-10

jam) Speed 10 knot

Tabel 2. Data Main Engine

item name work running hours

hours monthly

cylinder head

Pemeriksaan kepala silinder sesuai dengan prosedur pada buku manual

6000 1 year

cylinder head

Pemeriksaan baut-baut kepala silinder

500 1 month

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

cylinder liner

Pemeriksaan kondisi permukaan dalam silinder, dan pengukuran bore size dengan menggunakan cylinder bore gauge

6000 1 year

cylinder liner Overhaul 12000 2 year

3.3. Pengolahan data

Berdasarkan hasil pengambilan data terkait pembuatan skema

rancangan planned maintenance system, maka penulis mulai melakukan

pengolahan data lebih lanjut. Hasil pengolahan data itu berupa tabel-tabel

dalam microsoft excel yang merupakan komponen utama dari planned

maintenance system tersebut dan dapat menjadi acuan dalam pemeliharaan

kapal ataupun dapat menjadi referensi untuk pembuatan sistem

pemeliharaan bagi kapal-kapal perintis. Tabel-tabel yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

1. Tabel maintenance

2. Tabel periodical maintenance schedule

3. Tabel job history

4. Tabel form

4. HASIL DAN PROSEDUR PMS 4.1. Tabel PMS

Pengolahan data yang telah didapat sebelumnya, menghasilkan

sebuah rancangan Planned maintenance System berupa tabel-tabel yang

berisi informasi tentang apa, bagaimana dan kapan pemeliharaan pada

komponen-komponen kapal harus dilakukan, khususnya komponen yang

terdapat di kamar mesin. Dalam kasus ini komponen yang dimaksud adalah,

main engine, auxilary engine, pompa-pompa, boiler, purifier, heat exchanger

dan incenerator.

4.1.1. Tabel Maintenance

Tabel maintenance ini merupakan hasil utama dari rancangan

Planned maintenance system yang telah di buat .Tabel ini berisi

informasi tentang item-item dan komponen-komponen yang harus

dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terencana. Tabel ini terdiri dari

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

3 kelompok utama yaitu ,kelompok main engine, auxilary engine, dan

pumps,boiler, and another part.

Selain itu dalam tabel ini terdapat informasi berupa kolom-kolom

mengenai perawatan yang harus dilakukan, running hours , dan tanggal

jatuh tempo perawatan tersebut. Berikut penjelasan mengenai masing-

masing kolom pada tabel.

Gambar 1 tabel maintenance

1. Code

Pada kolom di tabel maintenance, terdapat kolom code di bagian

pertama. Kolom ini memiliki fungsi untuk mengelompokan bagian-bagian

dari pekerjaan pemeliharaan masing-masing elemen di kapal tersebut

dan agar mudah untuk digunakan pada tabel selanjutnya. Pada tabel

maintenance, komponen-komponen pemeliharaan dibagi menjadi 3

kelompok besar, yaitu kelompok Main Engine, Auxilary Engine dan

kelompok Pumps,boiler,etc. Masing- masing kelompok ini memiliki kode

yang berbeda-beda tergantung jenis komponen dan pekerjaannya.

Dalam setiap kode selalu diawali 2 huruf yang merupakan penjelasan

untuk kelompok utama dari komponen tersebut.

Tabel 3 kode huruf utama

kode Nama kelompok / elemen

ME Main Engine

AE Auxilary Engine

PU Pumps

PR Purifier

BO Boiler

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

HE Heat Exchanger

IN Incenerator

Berikut penjelasan masing-masing kode pada 3 kelompok besar

tersebut :

a. Main Engine Code

Format kode untuk main engine dibuat sesuai keterangan nomor main

engine dan pekerjaan pemeliharaannya. Sebagai contoh :

ME.01.B2.1

• ME merupakan kode untuk grup utama dari pekerjaan

pemeliharaan yang akan dilakukan. Dalam kode ini ME berarti grup

utama pekerjaan tersebut adalah Main Engine.

• 01 merupakan kode untuk menjelaskan nomor main engine dalam

kapal tersebut, sekaligus penjelasan jumlah main engine yang

terdapat dalam kapal.

• B2 merupakan kode untuk menjelaskan bagian-bagian utama

dalam main engine yang telah dikelompokan. Dimana kode huruf

sebagai bagian utama main engine dan diikuti kode angka sebagai

informasi letak bagian tersebut pada silinder tertentu, untuk kode

diatas pekerjaan tersebut untuk silinder nomor 2. Berikut

pengelompokan tersebut :

Tabel 4 kode huruf main engine & auxilary engine

kode item

A Turbocharger

B Starting air system

C Piston & rods, pins & bushes

D Main Bearing & Journal

E Lubricating oil system

F Intake & exhaust valve

G Indicator cooks

H Governor

I Fuel injection

J Cylinder head & cylinder liner

K Crank shaft & bed plate

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

L Cooling system

M Cam shaft

• 1 merupakan kode untuk menjelaskan jenis pekerjaan

pemeliharaan yang harus dilakukan. Masing-masing komponen

memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda

b. Pumps, Boiler, Etc Code

Format kode untuk pompa, boiler heat exchanger, purifier dan

incenerator disesuaikan dengan masing-masing grup dan jenis

pekerjaannya. Sebagai contoh : BO.1 , yaitu pemeliharaan boiler

dengan jenis pekerjaan no 1

2. Main group

Kolom ini berisi informasi mengenai kelompok utama dalam

pekerjaan pemeliharaan, seperti main engine, auxilary engine, boiler,

pumps dan sebagainya

3. Item name

Kolom ini berisi penjelasan tentang item atau elemen yang

akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan. Sebagai contoh pada tabel

maintenance main engine kolom ini berisi nama item pada main engine

seperti, piston, cylinder dan sebagainya

4. Component name

Kolom ini berisi penjelasan lebih detail mengenai bagian dari

masing-masing item yang akan dilakukan pekerjaan pemeliharaan.

Sebagai contoh, ring piston yang merupakan komponen dari item piston.

5. Job type & job description

Kolom ini berisi tentang penjelasan pekerjaan pemeliharaan

yang dilakukan secara umum dan juga secara detail. Selain itu terdapat

acuan terkait manual book masing-masing item.

6. Frequency

Kolom ini berisi informasi mengenai running hours masing-

masing komponen

7. Start date & due date

Kolom ini berisi informasi kapan pekerjaan pemeliharaan

dimulai dan kapan jatuh tempo pekerjaan tersebut

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

4.1.2. Tabel Periodical Maintenance Schedule

Pada tabel ini dijelaskan lebih detail mengenai waktu pelaksanaan

pekerjaan pemeliharaan selama 5 tahun sejak kapal pertama beroperasi

sampai docking. Konten dari tabel ini antara lain, pekerjaan

pemeliharaan yang harus dilakukan berupa kode pekerjaan di tabel

maintenance, running hours masing-masing komponen pada pekerjaan

tersebut, serta plotting waktu secara detail berupa tanggal bulan dan

tahun. Berikut penjelasan mengenai masing-masing kolom:

Gambar 5. tabel periodical maintenance schedule

1. Year

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai tahun untuk

pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih

mudah mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan tiap tahun

2. Month

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai bulan untuk

pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan, sehingga akan lebih

mudah mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilakukan tiap tahun

3. Work

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai pekerjaan

pemeliharaan yang harus dilakukan di tahun dan bulan tertentu

secara spesifik. Pekerjaan pemeliharaan yang tercantum berupa

kode yang dapat di sesuaikan dengan tabel maintenance untuk

mengetahui detail pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan.

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

4. Frequency

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai running hours

untuk setiap pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan.

Frequency dalam tabel ini tersedia dalam 2 bentuk, yaitu dalam

bentuk running hours dan dalam bentuk yang telah dikonversi

menjadi harian, bulanan atau tahunan. Konversi ini di dapatkan

berdasarkan perkiraan waktu tempuh kapal per hari.

5. Date

Pada kolom ini terdapat informasi mengenai tanggal untuk

pekerjaan pemeliharaan yang akan dilakukan secara detail, sehingga

dapat dengan mudah mengetahui secara spesifik pekerjaan

pemeliharaan apa saja yang harus dilakukan pada tanggal-tanggal

tertentu

4.1.3. Tabel Job History

Pada tabel ini dijelaskan mengenai riwayat pekerjaan

pemeliharaan yang telah dan belum dilakukan (lampiran 5). Format pada

tabel job history serupa dengan tabel periodical maintenance schedule,

hanya saja terdapat perbedaan berupa kolom tambahan berupa kolom

catatan dan paraf. Berikut penjelasan mengenai perbedaan kolom

tersebut :

Gambar 6. Tabel Job History

1. Date

Pada kolom ini perbedaan hanya terdapat pada pekerjaan

pemeliharaan yang telah jatuh tempo, yaitu berupa check list untuk

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

pekerjaan yang telah dilakukan dan penandaan untuk pekerjaan

yang tidak dilakukan atau pekerjaan yang mengalami penundaan

pada saat jatuh tempo tersebut. Adapun pekerjaan yang tidak

dilakukan harus tetap dilakukan di waktu lain sebelum jatuh tempo

selanjutnya dengan pemberian tanda yang berbeda pada kolom

tanggal pekerjaan pemeliharaan tersebut dilakukan.

2. Notes

Pada kolom ini disediakan ruang untuk memberikan catatan

kecil mengenai pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan suatu item

dalam 1 bulan apabila diperlukan. Catatan ini juga berfungsi untuk

memberikan ringkasan keterangan terkait penundaan pekerjaan,

pekerjaan yang tidak di lakukan atau permasalahan yang terjadi

selama proses pekerjaan pemeliharaan di bulan tersebut.

3. Sign

Kolom ini memiliki fungsi untuk memberikan bukti keabsahan

pekerjaan pemeliharaan masing-masing item di bulan tersebut telah

dilakukan sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah ditentukan.

Kolom ini diisi dengan paraf oleh orang yang paling bertanggung

jawab dalam hal perawatan pada peralatan dan permesinan di kapal,

dalam kasus ini salah satunya adalah chief engineer.

4.1.4. Form

Dalam penerapan rancangan PMS ini diperlukan beberapa

form yang digunakan untuk menunjang kesuksesan sistem pemeliharaan

yang akan dilaksanakan. Selain itu form-form tersebut juga berfungsi

sebagai laporan dan arsip dari pekerjaan pemeliharaan. Berikut form-

form yang terdapat dalam rancangan PMS ini :

1. Form laporan harian

Form ini berisi laporan harian mengenai pekerjaan yang telah

dilakukan beserta kode pekerjaan tersebut, serta pekerjaan yang tidak

dilakukan atau ditunda beserta kode pekerjaannya. Dalam form ini juga

terdapat kolom catatan untuk memberikan keterangan mengenai

pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan di tanggal tersebut. form ini diisi

oleh operator yang melakukan pekerjaan pemeliharaan saat itu

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

2. Form laporan bulanan

Form ini berisi informasi pekerjaan pemeliharaan yang telah dan

belum dilaksanakan di bulan tersebut berupa kolom-kolom. Kolom

tersebut berisi jenis pekerjaan pemeliharaan, kode pekerjaan, tanggal

pekerjaan, orang yang melakukan pekerjaan, dan catatan mengenai

pekerjaan tersebut. form ini diisi oleh chief engineer.

3. Form pemesanan spare part

Form ini digunakan ketika persedian spare part di kapal berkurang

atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan. Form ini terdiri dari kolom-

kolom yang berisi informasi jenis spare part yang dibutuhkan,

banyaknya, ketersediaan dikapal, dan urgentcy dari kebutuhan spare

part tersebut.

4.2. Prosedur –prosedur PMS 4.2.1. Prosedur Penerapan dan Penggunaan PMS

Pada prosedur penerapan dan pengunaan PMS terdapat

bebrapa tahapan yang harus dilakukan untuk mencapai sistem

pemeliharaan yang efektif dan efisien. Berikut tahapan-tahapannya

1. Training PMS

Training PMS dilakukan untuk memberi pemahaman mengenai cara

kerja, alur dan cara menggunakan sistem ini kepada pihak-pihak

yang berkaitan dengan penerapan PMS . hal ini dilakukan agar

dalam pelaksanaanya tidak mengalami kesulitan

2. Sistematika PMS

Agar penerapan PMS dapat berjalan dengan baik, perlu di buat

skema sistematika dalam penggunaanya. Berikut skema sistematika

penggunaan PMS tersebut :

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

Gambar 7. skema sistematika PMS

3. Evaluasi berkala

Dalam penerapan PMS , untuk mendapatkan hasil yang maksimal

perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar dapat mengetahui hasil

pekerjaan pemeliharaan yang telah dilakukan, kekurangan dan

masalah yang terjadi selama pekerjaan pemeliharaan berlangsung.

Hal ini diperlukan agar pada pekerjaan pemeliharaan selanjutnya

masalah yang terjadi dapat diminimalisir, dan agar dapat

berkembangnya sistem pemeliharaan yang digunakan.

4.2.2. Prosedur Pengantian Spare Parts dan Overhaul Penggantian spare part pada kapal harus mengikuti aturan yang

ada, agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak galangan dan

klasifikasi yang dapat mengakibatkan tidak boleh beroperasinya kapal

dan sebagainya. Berikut poin-poin mengenai prosedur penggantian

spare part :

• Komponen pada kamar mesin yang dirasa tidak laik dan tidak sesuai

dengan batasan aturan yang diperbolehkan, perlu dilakukan

penggantian atau overhaul meskipun belum sampai pada waktu

jatuh temponya

• Penggantian spare part atau overhaul yang tidak sesuai dengan

waktu jatuh temponya, atau bukan pada saat docking atau annual

survey perlu diinspeksi ulang dan disaksikan oleh pihak klasifikasi

untuk mendapatkan persetujuan dan sertifikat terkait hal tersebut

pengecekan jadwal pekerjaan pada tabel periodical

maintenance schedule

Pengecekan jenis pekerjaan pada

tabel maintenance

lakukan pekerjaan pemeliharaan

penggantian spare part (jika

diperlukan)

pengecekan ketersedian spare

part

Pengisian laporan pemeliharaan harian  

pengisian laporan bulanan  

pengisian tabel job history  

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

• Chief engineer bertanggungjawab dalam memastikan ketersediaan

spare part yang ada dalam kapal

• Penggantian spare part atau overhaul untuk komponen yang tidak

sesuai dengan waktu jatuh temponya harus diberikan catatan khusus

pada laporan harian dan bulanan

4.2.3. Prosedur Pemesanan Spare parts

Ketersediaan spare parts di kapal menjadi suatu hal yang sangat

penting, mengingat kapal dapat mengalami kerusakan kapan pun. Oleh

karena itu ketersediaan spare part harus selalu dicek dan dipastikan

masih sesuai dengan aturan yang ada. Apabila harus melakukan

pembaharuan, maka terdapat prosedur yang harus diikuti. Prosedu-

prosedur tersebut adalah sebagai berikut :

• Chief engineer bertanggung jawab atas ketersediaan spare parts

dalam kapal

• Penggunaan spare part yang tersedia dalam spare parts storage,

dalam rangka penggantian spare parts untuk komponen suatu mesin,

harus dengan sepengetahuan chief engineer.

• Ketersedian spare parts dikapal harus selalu dicek secara rutin dan

berkala

• Chief engineer bertanggung jawab untuk selalu melakukan kordinasi

dengan pihak superintendent mengenai kebutuhan spare part

Apabila pada ketersediaan spare parts terdapat item yang jumlahnya

tidak memnuhi aturan, maka harus melakukan pemesanan spare part

dengan mengisi form yang telah ada

5. ANALISA DAN KESIMPULAN

5.1. Analisa 5.1.1. Analisa Data

Pada analisa data terkait rancangan PMS ini, terdapat beberapa

kekurangan yang ditemukan. Salah satu kekurangannya yaitu terdapat

beberapa komponen dalam kamar mesin yang tidak di ikutsertakan

dalam rancangan PMS yang telah di buat seperti refrigerant system dan

sebagainya. Hal ini dikarenakan minimnya data referensi yang

didapatkan mengenai pemeliharaan elemen-elemen lain di kamar mesin

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

serta terbatasnya waktu pembuatan rancangan PMS ini. Selain itu pada

kapal yang digunakan sebagai referensi pembuatan PMS ini hanya

terdapat elemen-elemen yang umumnya ada pada kamar mesin,

sehingga apabila terdapat kapal lain dengan jumlah dan jenis elemen-

elemen pada kamar mesin yang lebih banyak maka perlu dilakukan

pengembangan lebih lanjut terkait rancangan PMS ini.

Kekurangan lain yang telah di analisa dari rancangan PMS ini

adalah kurang presisinya running hours dalam bentuk harian, mingguan,

bulanan, ataupun tahunan. Hal ini terkait kepada tanggal jatuh tempo tiap

item yang nantinya akan mengalami beberapa ketidaksesuaian di

lapangan. Kekurangan ini diakibatkan oleh tidak diperhitungkannya

waktu antrian kapal untuk dapat bersandar dan melakukan bongkar

muat. Karena diasumsikan tidak ada gangguan eksternal selama

pengoperasian kapal.

5.1.2. Analisa Tabel

Pada analisa tabel terkait rancangan PMS yang telah dibuat ini,

penulis menemukan beberapa kekurangan, diantaranya belum adanya

tabel untuk memberikan informasi mengenai ketersediaan dan

kebutuhan cadangan spare part di kapal. Hal ini dikarenakan masih

minimnya data terkait hal tersebut yang dapat dijadikan referensi

pembuatan PMS ini.

Selain itu terdapat kekurangan lain yaitu belum terdapatnya

kolom-kolom pelengkap di masing-masing tabel. Seperti pada tabel

maintenance , kekurangan yang ditemukan adalah belum terdapatnya

kolom work instruction yang menjelaskan lebih rinci mengenai instruksi

kerja tiap-tiap item secara spesifik, alat yang digunakan dan sistematika

pekerjaan tersebut. Hal ini dikarenakan waktu yang terbatas dalam

pembuatan PMS ini dan juga referensi yang di dapat belum maksimal.

Namun dalam rancangan PMS ini hal tersebut di antisipasi dengan

memberikan petunjuk dan saran untuk melihat pada masing-masing

manual book tiap komponen untuk mendapat informasi lebih rinci

mengenai hal tersebut.

5.1.3. Analisa Keseluruhan

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

Secara keseluruhan rancangan PMS ini sudah dapat diterapkan

pada suatu kapal, dan dapat menjadi acuan untuk pembuatan PMS lain

terutama untuk kapal perintis, seperti tujuan dari pembuatan skripsi ini

sendiri. Namun terkait dengan pengembangan PMS ini agar bisa

mendapatkan hasil yang lebih optimal, penulis berharap agar ada

kelanjutan dalam pengembangan PMS ini dengan mengacu pada analisa

yang sebelumnya telah dibuat mengenai data dan tabel. Selain dari

analisa tersebut penulis juga menganalisa secara umum kekurangan

yang dapat dilengkapi agar pelaksanaan PMS ini berjalan lebih

maksimal.

Analisa secara umum mengenai kekurangan PMS ini adalah

belum terciptanya rancangan PMS dalam bentuk komputerisasi, dan

terhubung secara online agar berbagai pihak yang berkaitan dengan

perawatan pada kapal dapat mengakses, mengawasi, dan mengevaluasi

berjalannya pekerjaan pemeliharaan yang terdapat dalam PMS ini. Hal

ini diperlukan mengingat kekurangan sistem yang dibuat dalam bentuk

manual adalah sulitnya mengakses data yang berhubungan dengan

perawatan kapal, mengingat banyaknya data yang terdapat dalam sistem

ini. Selain itu sistem yang hanya dibuat dalam bentuk manual tidak lebih

praktis dibanding sistem secara komputerisasi.

Kekurangan ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman penulis

mengenai pembuatan sistem secara komputerisasi dan juga minimnya

waktu yang digunakan untuk membuat rancangan PMS ini. Penulis

berharap di waktu berikutnya kekurangan ini dapat dilengkapi dan

dikembangkan lebih lanjut.

Sejauh ini penulis baru menemukan kekurangan-kekurangan

keseluruhan secarra umum seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan lain yang dapat

ditemukan dalam rancangan PMS ini. Oleh karena itu penulis berharap

apabila rancangan PMS yang telah di buat ingin dikembangkan lebih

lanjut, agar di lengkapi kekurangan yang telah di analisa dan di analisa

kembali apabila masih terdapat kekurangan tersebut.

5.2. Kesimpulan

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014

Dari permasalahan yang terjadi mengenai kerusakan-kerusakan yang

terjadi di kapal yang dapat mengakibatkan tidak beroperasinya kapal,

menurunnya produktifitas suatu kapal, dan bahkan lebih parah dapat

menyebabkan kecelakaan yang dapat merenggut korban jiwa, Maka penulis

membuat beberapa kesimpulan mengenai hal tersebut dan berkaitan dengan

tujuan dibuatnya tugas akhir ini.

Pertama, perawatan semua bagian dalam kapal mulai dari

permesinan, konstruksi sampai perlengkapan dan peralatan keselamatan

merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan. Hal ini perlu dilakukan karena

telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code) , dan

juga agar dalam pengoperasiannya dapat meminimalisir masalah yang

terjadi, dan memperpanjang usia pakai dan produktifitas kapal.

Kedua, pembuatan suatu sistem pemeliharaan yang baik, terencana,

dan mudah dalam penerapan, akan meningkatkan efektifitas dari sistem

tersebut sehingga pemeliharaan yang dilakukan akan memberikan hasil

yang maksimal.

Ketiga, sistem pemeliharaan yang baik perlu didukung dengan

ketersediaan prosedur-prosedur sistem tersebut, agar mudah dalam

pengaplikasiannya, selain itu juga perlu didukung oleh kedisiplinan SDM

yang berperan langsung dalam menerapkan sistem tersebut, karena tidak

akan berhasil suatu sistem apabila tidak dijalankan sesuai dengan prosedur

dan aturan yang telah dibuat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Calder, Nigel. (2007). Marine engine diesel : maintenance, troubleshooting and

repair (3rd ed.). Blacklick, OH : McGraw-hill.

George, M.c. (1995). Marine auxiliary machinery (7th ed.). Oxford : Butterworth-

Heinemann

Taylor, D.A. (1996). Introduction to Marine engineering (6th ed). Oxford :

Elsevier Butterworth-Heinemann

Daihatsu standard manual for PL-24. Japan : Daihatsu

Aditya, hanum . (2013, May 9). Personal interview

Pesi. (2013 June 4). Personal interview

Rancangan planned maintenance..., Nur Huda Salasa Majid, FT UI, 2014