ptk8

download ptk8

of 6

Transcript of ptk8

  • 7/26/2019 ptk8

    1/6

    IV. ANATOMI

    Faring dibagi menjadi nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian

    dari faring yang terletak diatas pallatum molle, orofaring yaitu bagian yang terletak diantara

    palatum molle dan tulang hyoid, sedangkan laringofaring bagian dari faring yang meluas dari

    tulang hyoid sampai ke batas bawah kartilago krikoid.

    Orofaring terbuka ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Pallatum molle (vellum palati)

    terdiri dari serat otot yang ditunjang oleh jaringan fibrosa yang dilapisi oleh mukosa. Penonjolan

    di median membaginya menjadi dua bagian. entuk seperti keru!ut yang terletak disentral

    disebut uvula. "ua pillar tonsilar terdiri atas tonsil palatina anterior dan posterior. Otot

    glossoplatina dan pharyngopalatina adalah otot terbesar yang menyusun pilar anterior dan pilar

    posterior. #onsil terletak diantara !ekungan palatoglossal dan palatopharyngeal.

    Plika triangularis (tonsilaris) merupakan lipatan mukosa yang tipis, yang menutupi pilar anterior

    dan sebagian dan sebagian permukaan anterior tonsil. Plika semilunaris (supratonsil) adalah

    lipatan sebelah atas dari mukosa yang mempersatukan kedua pilar. Fossa supratonsil merupakan

    !elah yang ukurannya bervariasi yang terletak diatas tonsil diantara pilar anterior dan posterior.

    #onsil terdiri dari sejumlah penonjolan yang bulat atau melingkar seperti kripte yang

    mengandung jaringan limfoid dan disekelilingnya terdapat jaringan ikat. "itengah kripta

    terdapat muara kelenjar mukus.

    #onsil dan adenoid merupakan bagian terpenting !in!in waldeyer dari jaringan limfoid yang

    mengelilingi faring. #onsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara pilar anterior dan posterior

    faussium. #onsil faussium terdapat satu buah pada tiap sisi orofaring adalah jaringan limfoid

    yang dibungkus oleh kapsul fibrosa yang jelas. Permukaan sebelah dalam tertutup oleh membran

    epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat. $pitel ini meluas kedalam kripta yang membuka

    kepermukaan tonsil. %ripta pada tonsil berjumlah &', biasa tubular dan hampir selalu

    memanjang dari dalam tonsil sampai kekapsul pada permukaan luarnya.agian luar tonsil

    terikat pada m.konstriktor faringeus superior, sehingga tertekan setiap kali menelan. m.

    palatoglusus dan m. palatofaring juga menekan tonsil.

    *elama masa embrio, tonsil terbentuk dari kantong pharyngeal kedua sebegai tunas dari sel

    endodermal. *ingkatnya setelah lahir, tonsil tumbuh se!ara irregular dan sampai men!apai

    ukuran dan bentuk, tergantung dari jumlah adanya jaringan limphoid.

  • 7/26/2019 ptk8

    2/6

    *truktur di sekitar tonsilla palatina +

    . -nterior

    Pada bagian anterior tonsilla palatina terdapat ar!us palatoglossus, dapat meluas dibawahnya

    untuk jarak pendek.

    . Posterior

    "i posterior terdapat ar!us palatopharyngeus.

    . *uperior

    "i bagian superior terapat palatum molle. "isini tonsilla bergabung dengan jaringan limfoid

    pada permukaan bawah palatum molle.

    /. 0nferior

    "i inferior merupakan sepertiga posterior lidah. "i sini, tonsilla palatina menyatu dengan

    tonsilla lingualis.

    1. 2edial

    "i bagian medial merupakan ruang oropharyn3.

    4. 5ateral

    "i sebelah lateral terdapat !apsula yang dipisahkan dari m.!onstristor pharyngis superior oleh

    jaringan areolar longgar. 6. palatina e3terna berjalan turun dari palatum molle dalam jaringan

    ikat longgar ini, untuk bergabung dengan pleksus venosus pharyngeus. 5ateral terhadap

    m.!onstri!tor pharynges superior terdapat m. styloglossus dan lengkung a.fa!ialis. -. 7arotis

    interna terletak ,1 !m di belakang dan lateral tonsilla.

    #onsilla palatina mendapat vas!ularisasi dari + ramus tonsillaris yang merupakan !abang dariarteri fa!ialis8 !abang'!abang a. 5ingualis8 a. Palatina as!endens8 a. Pharyngea as!endens.

    *edangkan innervasinya, diperoleh dari N. 9lossopharyngeus dan nervus palatinus minor.

    Pembuluh limfe masuk dalam nl. 7ervi!ales profundi. Nodus paling penting pada kelompok ini

    adalah nodus jugulodigastri!us, yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibulae.

    V. ETIOPATOGENESIS

    -bses peritonsil merupakan abses akut didalam jeringan peritonsil dimana penyebabnya sama

    dengan tonsilitis folikuler akut dan disebabkan oleh infeksi pada kripta, difossa supratonsil

    dimana ukurannya membesar, merupakan suatu kavitas seperti !elah dengan tepi tidak teratur

    dan berhubungan erat dengan bagian luar dan posterior tonsil. Pada fossa supratonsil ditemukan

    nanah yang ditandai dengan pembengkakan dan edema pallatum molle mengakibatkan tonsil

    terdorong ke bawah dan ketengah.

    -bses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang bersifat anaerob.

    Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah *trepto!o!!us

    pyogenes ( 9roup - beta'hemolitik strepto!!us ), sedangkan organisme anaerob yang berperan

    adalah fusoba!terium. :ntuk kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena

    kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik.

  • 7/26/2019 ptk8

    3/6

    %uman -erobi! +;

    9rup - beta'hemolitik strepto!o!!i (9-hot potato voi!e? banyak ludah (hipersalivasi), suara

    sengau (rinolalia) dan sukar membuka mulut (trismus), sakit kepala, rasa lemah, demam, serta

    pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan. Pasien juga mungkin mengalami

    nyeri pada saat menggerakkan lehernya.

    Penyebaran infeksi berasal dari lubang tonsil superior, dengan formasi pus diantara dasar tonsil

  • 7/26/2019 ptk8

    4/6

    dan kapsul tonsilar. 0nfeksi ini biasanya terjadi se!ara unilateral dan keluhan tersebut !ukup

    akut, dengan otalgia pada telinga ipsilateral selama beberapa hari setelah serangan tonsilitis.

    VII. DIAGNOSIS

    0nformasi dari pasien sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis abses peritonsiler. -danya

    riwayat pasien mengalami nyeri pada kerongkongan adalah salah satu yang mendukung

    terjadinya abses peritonsilar. @iwayat adanya faringitis akut yang disertai tonsilitis dan rasa

    kurang nyaman pada pharingeal unilateral.

    Pada pemeriksaan fisis kadang'kadang sukar memeriksa seluruh faring, karena trismus. Palatum

    molle tampak membengkak dan menonjol kedepan, dapat teraba fluktuasi. :vula bengkak dan

    terdorong kesisi kontralateral. #onsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan

    terdorong ke arah tengah, depan dan bawah.

    "iagnosis jarang diragukan jika pemeriksa melihat pembengkakan peritonsilaris yang luas,mendorong uvula melewati garis tengah, dengan edema dari palatum molle dan penonjolan dari

    jeringan ini dari garis tengah. Palpasi jika mungkin dapat membedakan abses dari selulitis.

    Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan +

    . Pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, elektrolit, dan kultur darah. Aang

    merupakan >gold standar? untuk mendiagnosa abses peritonsilar adalah dengan mengumpulkan

    pus dari abses menggunakan aspirasi jarum.

    . Pemeriksaan radiologi pada posisi anteroposterior hanya menunjukkan >distorsi? dari jeringan

    tapi tidak berguna untuk menentuan pasti lokasi abses.

    . Pada pemeriksaan 7# s!an pada tonsil dapat terlihat daerah yang hipodens yang menandakan

    adanya !airan pada tonsil yang terkena disamping itu juga dapat dilihat pembesaran yang

    asimetris pada tonsil. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk ren!ana operasi.

    /. :ltrasonografi, merupakan teknik yang simple dan noninvasif dan dapat membantu dalam

    membedakan antara selulitis dan awal dari abses. Pemeriksaan ini juga bisa menentukan pilihan

    yang lebih terarah sebelum melakukan operasi dan drainase se!ara pasti.

    VIII. DIAGNOSIS BANDING

    . -bses tonsil

    . *elulitis peritonssilar

    . -bses retro paringeal

    IX. PENATALAKSANAAN

    Penanganan abses peritonsiler meliputi hidrasi, menghilangkan nyeri, dan antibiotik yang efektif

    mengatasi *taphylo!o!!us aureus dan bakteri anaerob. -spirasi needle merupakan penanganan

    yang efektif pada B1 C abses peritonsiler pada anak'anak dan dianjurkan sebagai terapi utama

    ke!uali terdapat riwayat tonsilitis rekuren atau abses peritonsiler sebelumnya maka indikasinya

    adalah tonsilektomi dengan segera.()

  • 7/26/2019 ptk8

    5/6

    Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi, dan obat simtomatik. Duga perlu

    kumur'kumur dengan !airan hangat dan !ompres dingin pada leher. Pemilihan antibiotik yang

    tepat tergantung dari hasil kultur mikroorganisme pada aspirasi jarum. Penisilin merupakan

    >drug of !hio!e? pada abses peritonsilar dan efektif pada E&C kasus jika yang dikombinasilakn

    dengan metronida=ole. "osis untuk penisilin pada dewasa adalah 4mg 06 tiap 4 jam selama

    '/ jam, dan anak .1'1. :%g tiap 4 jam.

    2etronida=ole dosis awal untuk dewasa 1mgkg dan dosis penjagaan 4 jam setelah dosis awal

    dengan infus B,1mgkg selama jam diberikan selama 4'& jam dan tidak boleh lebih dari /

    grhari.

    Dika terbentuk abses, memerlukan pembedahan drainase, baik dengan teknik aspirasi jarum atau

    dengan teknik insisi dan drainase. %esulitan dapat timbul dalam memastikan apakah

    berhubungan dengan selulitis akut atau pembentukan abses yang sebenarnya

    telah terjadi.jika ragu'ragu, jarum ukuran B dapat dimasukkan (setelah aplikasi dengan anestesi

    semprot) ke dalam tiga lokasi yang tampaknya paling mungkin untuk menghasilkan aspirasi pus.

    Dika pus ditemukan se!ara kebetulan, metode ini mungkin !ukup untuk drainase dengan diikuti

    antibiotik. Dika jumlah pus banyak ditemukan dan tidak !ukup drainase dengan metode ini,

    insisi yang lebih jauh dan drainase dapat dilakukan.

    #eknik insisi dan drainase membutuhkan anestesi lokal. Pertama faring disemprot dengan

    anestesi topikal. %emudian !! Gilo!ain dengan adrenalin , disuntikkan. Pisau tonsila

    no atau no dengan plester untuk men!egah penetrasi yang dalam yang digunakan untuk

    membuat insisi melalui mukosa dan submukosa dakat kutub atas fosa tonsilaris. #empat insisiialah didaerah paling menonjol dan lunak atau pada pertengahan garis yang menghubungkan

    dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit a tiede? dan bila tonsilektomi dilakukan /'4 minggu sesudah drainase abses

    disebut tonsilektomi > a froid?. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang,

    yaitu ' minggu sesudah drainase abses.

    Dika terdapat trismus, maka untuk mengatasi rasa nyeri, diberikan analgesia (lokal), denganmenyuntikkan 3ylo!ain atau novo!ain C di ganglion sfenopalatinum. 9anglion ini terletak di

  • 7/26/2019 ptk8

    6/6

    bagian belakang atas lateral dari konka media. 9anglion sfenopalatinum mempunyai !abang n.

    palatina anterior, media dan posterior yang mengirimkan !abang aferennya ke tonsil dan

    palatum molle di atas tonsil. "aerah yang paling tepat untuk insisi mendapat inervasi dari

    !abang palatine m. trigeminus yang melewati ganglion sfenopalatinum. %emudian pasien

    dianjurkan untuk operasi tonsilektomi

    #onsilektomi merupakan indikasi absolut pada orang yang menderita abses peritonsilaris

    berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya. -bses peritonsil mempunyai

    ke!enderungan besar untuk kambuh. *ampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi

    dilakukan pada abses peritonsil. *ebagian penulis menganjurkan tonsilektomi 4I& minggu

    kemudian mengingat kemungkinan terjadi perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi

    menganjurkan tonsilektomi segera.

    X. KOMPLIKASI

    %omplikasi yang dapat timbul pada abses peritonsiler adalah +

    . -bses pe!ah spontan, mengakibatkan terjadi perdarahan, aspirasi paru atau pyernia.

    . Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring sehingga terjadi abses parafaring.

    . ila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial dapat mengakibatkan trombus sinus kavemosus,

    meningitis dan abses otak.

    /. Nephritis, peritonitis, mediastinitis.

    XI. PROGNOSIS

    -bses peritonsoler hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi., maka difunda

    sampai 4 minggu berikutnya. Pada saat tersebut peradangan telah mereda, biasanya terdapat

    jeringan fibrosa dan granulasi pada saat oprasi.