PROPOSAL PROGRAM SP-4staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/drs-argo-pambudi... · menuju...
Transcript of PROPOSAL PROGRAM SP-4staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/drs-argo-pambudi... · menuju...
1
ARTIKEL :
E–GOVERNMENT DEVELOPMENT
FOR EMPOWERING LOCAL GOVERNMENT IN YOGYAKARTA
Argo Pambudi, Lena Satlita, F. winarni
Yogyakarta State University
ABSTRACT
This paper summarizes the results of the research on the development of e-
government for the empowerment of local government in Yogyakarta. The aim of the
research is to develop recommendations of the more perfect e-government policy di
Yogyakarta. The descriptive-qualitative research design is used in this study.
Observation, documentation and interviews are used together as complement each
other's for research data collection.
The results of the first year of this study shows that the condition of e-government
in the sites is vary widely. There are many areas that are still at the presence and
emerging level of e-government. In addition, there are many areas which are at the level
begins to develop (enhanced) and some are already on the interactive and transactional
level. But have not seen evidence that shows the transformation level of integrated e-
government services that can be access through one portal (seamless). Information
service of the government is still seen dominated of government duties and obligation.
Not much information can be acted upon in an interactive and transactional action to
create a more productive government. Despite this tendency towards the formation of
interactive and transactional attribute is already beginning to show. In the one hand
looks so great impetus to move forward, but on the other hand looks too big obstacle that
becomes the challenge.
Keywords : E-government, the productivity of the public administration
2
PENGEMBANGAN APLIKASI E-GOVERNMENT
UNTUK PEMBERDAYAAN PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA
Argo Pambudi, Lena Satlita, F. Winarni
Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Makalah ini merangkum hasil penelitian tentang pengembangan e-government
untuk pemberdayaan pemerintah daerah di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengembangkan rekomendasi yang lebih sempurna kebijakan e-government di
Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif-
kualitatif. Observasi, dokumentasi dan wawancara yang digunakan bersama-sama untuk
saling melengkapi dalam rangka pengumpulan data penelitian.
Hasil tahun pertama penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi e-government di
lokasi penelitian yang sangat bervariasi. Ada banyak bidang yang masih berada pada
tingkat “sekedar hadir” (presence). Selain itu, ada banyak bidang yang berada pada
tingkat yang mulai berkembang (emerging) dan beberapa bidang sudah berada pada
tingkat interaktif dan transaksional. Tetapi belum terlihat bukti yang menunjukkan
layanan e-government tingkat transformasional dan terintegrasi, serta dapat diakses
melalui satu portal (seamless). Layanan informasi pemerintah masih terlihat didominasi
informasi tentang tugas dan kewajiban pemerintah. Tidak banyak informasi yang bisa
ditindaklanjuti secara interaktif dan transaksional untuk menciptakan pemerintahan yang
lebih produktif. Meskipun demikian kecenderungan ke arah terbentuknya atribut
interaktif dan transaksional ini sudah mulai terlihat. Di satu sisi tampak dorongan untuk
memanfaatkan e-government ini begitu besar, namun di sisi lain terlihat pula kendala
besar yang menjadi tantangannya.
Kata kunci: E-government, produktivitas administrasi negara
3
PENDAHULUAN E-government adalah istilah yang paling lazim digunakan untuk menunjuk
penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rangka mendukung
keberlangsungan fungsi-fungsi administrasi negara. E-government ini ditujukan untuk
meningkatkan intensitas interaksi dan akses informasi antar aktor yang terlibat dalam
sistem administrasi negara. Pada hakekatnya, interaksi ini merupakan core sistem
kerjasama dalam aktivitas administrasi negara. Jeong (2007) memerinci pola interaksi
tersebut menjadi 5 macam kategori, yaitu : “...between a government and citizens
(G2C), government and businesses/commerce/eCommerce (G2B), and between
government agencies (G2G), Government-to-Religious Movements/Church (G2R),
Government-to-Households (G2H)”. E-government semakin penting artinya, karena disamping dipandang mampu
meningkatkan intensitas interaksi dan akses informasi di antara mereka yang terlibat,
e-government juga memungkinkan peningkatan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan sumber daya publik yang diidam-idamkan publik. E-government ini juga
mampu meningkatkan efektivitas, efisiensi serta produktivitas pemerintah dan
lembaga penyelenggara negara lainnya dalam menjalankan fungsinya. Demikianlah
urgensi penerapan e-government ini.
Di sisi lain, penerapan e-government ini ternyata bukan tanpa masalah.
Perkembangan TIK yang begitu cepat dan unpredictable telah membuat respon
pemerintah dan masyarakat sangat bervariasi – namun cenderung tertinggal. Di dalam
variasi dan ketertinggalan itu terkandung banyak masalah yang tidak sederhana.
Akibatnya mereka tidak mampu memanfaatkan teknologi ini sebagai instrument
peningkatan fungsi pemerintahan di mata warganya secara optimal. Argumentasi ini
sejalan dengan pendapat Min-Shiang Hwang c.s. dalam artikelnya “Challenges In E-
Government and Security of Data” yang mengidentifikasi berbagai persoalan yang
membutuhkan banyak perhatian untuk dikaji, yaitu masalah keamanan (data), service
requirements for e-Government, model e-Government, strategi dan kebijakan e-
government dan domain of e-Government (Min-Shiang Hwang c.s : 2004).
- Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini :
1. Bagaimanakah profil penerapan e-government di lingkungan Pemerintahan Kota
Yogyakarta? Apakah telah mampu meningkatkan produktivitas fungsi-fungsi
pemerintahan di Kota Yogyakarta secara optimal ?
2. Bagaimanakah format dan content kebijakan pemerintah yang ideal untuk
meningkatkan produktivitas pemerintah Kota Yogyakarta melalui penerapan e-
government dengan profil seperti itu ?
Profil penerapan e-government itu pada umumnya merupakan bentuk dampak
implementasi kebijakan pemerintah terkait dengan penerapan e-government ini di
suatu wilayah. Profil tersebut mencerminkan berbagai aspek lain yang terkait
dengannya, seperti :
a. Peningkatkan produktivitas fungsi-fungsi pemerintahan.
b. Kesiapan SDM dalam pem-fungsian e-government.
4
c. Kesesuaian pola interaksi antar aktor yang terlibat dalam tata-kerja organisasi
dalam rangka menjalankan e-government.
d. Kesesuaian aktivitas pemerintahan dengan tuntutan penerapan TIK pada
umumnya dan e-government pada khususnya.
e. Aspek kesiapan masyarakat dalam merespon pemanfaatan e-government ini.
f. Aspek infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung penerapan e-government
ini, dan sebagainya.
Butir 1 rumusan masalah penelitian di atas akan dijawab pada akhir tahap I penelitian
ini, sedangkan butir ke 2-nya akan dijawab pada akhir tahap II.
- Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Tersusunnya desain kebijakan penerapan e-
government yang lebih sempurna di lokasi penelitian. Sedangkan tujuan antaranya
(sasaran) adalah memahami dan menjelaskan secara exhaustive profil penerapan e-
government selama kurun waktu penelitian. (2) Tersusunnya bahan asistensi untuk
pemerintah dalam bentuk rekomendasi desain kebijakan penerapan e-government
agar pelaksanaan fungsi-fungsi administrasi negara di daerah lebih produktif.
- Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merangkum tinjauan pustaka dari berbagai sumber untuk menjelaskan
hal-ikhwal terkait dengan e-goverment ini pada umumnya.
1. Konsepsi E-Government dan Fungsi Administrasi Negara
Pemerintah di negara modern memiliki kewajiban konstitusional maupun moral,
untuk melaksanakan fungsi-fungsi administrasi negara. Pelaksana fungsi-fungsi
tersebut senantiasa dituntut bekerja lebih produktif, lebih efektif, lebih efisien,
lebih adil, dan dapat dipertanggung-jawabkan kepada rakyat secara memuaskan.
Dalam konteks terkini, misi untuk merealisir idealisme tersebut perlu didukung
teknologi modern. Penerapan teknologi – khususnya teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) – untuk mendukung pelaksanaan fungsi-fungsi administrasi
negara ini lazim disebut dengan istilah e-government. Disebutkan dalam berbagai
sumber pustaka sebagai berikut :
a. Jeong (2007 : 2) mengemukakan : “Electronic Government” essentially refers to the approach “How
government utilized IT, ICT, and other web-based telecommunication
technologies to improve and/or enhance on the efficiency and effectiveness of
service delivery in the public sector”.
b. Curtin (2007 : 2) :
In its broadest sense, electronic government, more popularly referred to as e-
government, is the use of information and communications technologies by
governments to operate more effectively and transparently; to provide more
and better information and services to the public; and to facilitate the
participation of individuals, businesses and groups throughout society in their
own governance. Another, more succinct, way of putting this may be that e-
5
government is the use of electronic technology to facilitate better and more
open government and governance.
c. Division for Public Administration and Development Management, Departement of Economic and Social Affairs UN [2008] pada laporannya
tentang UN Global E-Readiness memaknai pengertian e-government sebagai
"penggunaan TIK dan penerapannya oleh pemerintah untuk menyediakan
informasi dan layanan publik kepada masyarakat".
d. Bhatnagar (2003) berpendapat bahwa sekarang ini tidak ada definisi istilah e-
government yang diterima secara umum :
“E-Government is understood as the use of emerging ICTs like Internet,
World Wide Web and mobile phones to deliver information and services to
citizens and businessesiii. As a first step, information about services is
published on a web site and citizens can interact with the site to download
application forms for a variety of services. The next stage involves the use of
ICT in the actual delivery of service such as filing a tax return, renewing a
license, etc. More sophisticated applications include processing on-line
payments.” e. Adeel Ghayur (2006) menggunakan istilah e-government sebagai langkah
menuju e-governance, dan mengartikannya sebagai berikut :
“Government’s use of technology, particularly web-based Internet
applications, to enhance the access to and delivery of government information
and service to citizens, business partners, employees, other agencies, and
government entities,” or “the continuous optimization of service delivery,
constituency participation, and governance by transforming internal and
external relationships through technology, the Internet, and new media.”
Sementara itu dalam kontek praktis istilah e-government di Indonesia
diperkenalkan pertama kali sebagai “government on-line” pada Kerangka
Kebijakan Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia.
Dituangkan dalam lampiran Instruksi Presiden RI No. 6/2001.
Dalam konsepsi e-government ini terkandung unsur upaya men-sinergi-
kan fungsi-fungsi konvensional organisasi administrasi negara dengan
memanfaatkan keunggulan TIK modern. Untuk mendapatkan kemanfaatan TIK
diciptakanlah convergence antara teknologi yang dipilih dengan kebutuhan
pelaksanaan fungsi-fungsi administrasi negara secara parsial maupun terpadu
dalam suatu sistem. Di satu sisi, dalam menciptakan konvergensi tersebut
perancang TIK itu menciptakan desain teknologi yang – sedapat mungkin –
mampu memenuhi kebutuhan individu dan sistem organisasi (user). Dalam
memenuhi kebutuhan user tersebut terdapat unsur kreativitas, inovasi, adaptasi
dan lain sebagainya. Sementara itu di sisi lain perkembangan penerapan TIK
tersebut senantiasa menuntut pihak user menyesuaikan fungsi-fungsi organiknya
dengan teknologi yang diadopsinya. Ilustrasi selengkapnya bisa dilihat pada
gambar 1 berikut ini.
6
Gambar 1 :
Contoh Simbolisasi Saling Adaptasi Antara TIK dengan Organisasi Administrasi
Negara
Sumber :
Diadaptasi dari Laudon & Laudon (2000 : 14).
Terkait dengan penerapan e-government ini aparatur negara secara individual
maupun organisasional dituntut menyesuaikan fungsi-fungsi organiknya dengan
TIK yang diadopsinya. Selanjutnya masyarakat sebagai end user ataupun sebagai
kelompok sasaran (client) pelaksanaan e-government ini harus pula
menyesuaikan pola perilakunya dengan TIK yang diaplikasikan. Singkatnya
semua pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan penerapan TIK tersebut
dituntut menyesuaikan pola pikir dan perilaku mereka dalam berhadapan dengan
TIK yang diaplikasikannya.
Didesain, diadaptasi, disesuaikan, dirubah, dsb.
untuk mendapatkan peningkatan kemanfaatan e-government.
TECHNOLOGY
Alternative 1 :
- Prosesor
Alternatif 2 :
- Storage device
Alternatif 3 :
- Teknologi MMX
ORGANIZATION
Alternative 1 :
- Kebutuhan peningkatan
kecepatan pelayanan
Final Design of Applied Technology & Organization
Alternative 2 :
- Peningkatan jumlah client
pelayanan masyarakat
Alternative 3 :
- Kebutuhan peningkatan
kualitas layanan informasi
publik
Menghasilkan peningkatan
effektivitas, efisiensi & produktivitas organizational
7
Dikaitkan dengan substansi keunggulan TIK, maka aspek keunggulan
yang relevan untuk bisa diadopsi dalam e-government ini adalah : (1) aspek
peningkatan kecepatan penyediaan informasi yang dibutuhkan dalam bekerja, (2)
aspek peningkatan kapasitas dalam bekerja, (3) peningkatan keakuratan atau
ketelitian kerja, serta (4) keistimewaan (feature) TIK yang tidak dipunyai oleh alat
bantu lain. Oleh karena itu pemberdayaan administrasi negara di daerah melalui
aplikasi e-government ini harus dilakukan melalui treatment pada ke empat aspek
tersebut di atas.
Dengan munculnya internet, cakupan pengertian e-government
berkembang luar biasa memasuki ranah publik. Peran teknologi yang semula
hanya membantu peningkatan kinerja tugas-tugas teknis berkembang ke arah
peningkatan kinerja institutional core activities massal. Seiring dengan
perkembangan TIK tersebut selanjutnya, teridentifikasi 3 tingkatan perubahan
kearah peningkatan kinerja tersebut. Meliputi peningkatan produktivitas kerja,
peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja dalam sistem administrasi negara dan
sebagainya. Sebagaimana dikemukakan Laudon & Laudon (2000 : 15) dari waktu
ke waktu efek aplikasi TIK ini mengalami perubahan peran dalam organisasi.
Kiranya penerapan e-government dalam administrasi negara bisa merubah
aktivitas inti institusional organisasi yang akhirnya akan meningkatkan
produktivitasnya.
Gambar 2 :
Perkembangan Lingkup Efek Penerapan TIK pada Organisasi Pemerintahan (e-
government)
Sumber : Diadaptasi dari Laudon & Laudon (2000 : 15)
Demikianlah penjelasan teoritis yang mendasari logika pengembangan ide
penelitian ini. Dalam penelitian ini penerapan e-government difokuskan pada
pengembangan kemanfaatannya bagi pemberdayaan administrasi negara di
wilayah kerja Pemerintah Kota Yogyakarta.
Aplikasi TIK
Time 1950s 1960s -- 1970s 1980s -- 1990s
Technical
Changes
Managerial
Control
Institutional
Core
Activities
Aplikasi TIK
Aplikasi TIK
E-Government
8
2. Berbagai Indikator E-Government dari Peneliti Terdahulu
Berikut ini disajikan ringkasan indikator pengukur perkembangan penerapan
e-government yang dikemukakan oleh para peneliti terdahulu, yaitu dari : Norris
dan Lloyd (2006), Coursey and Norris (2008 : 523).
Tabel 2 : The Model’s Steps
Step 1 Step 2 Step 3 Step 4 Step 5
Step 6
Layne and Lee (2001)
Catalogue Transaction Vertical integration
Horizontal integration
Baum and Di Maio (2000)
Presence Interaction Transaction Transformation
Ronaghan
(2001)
Emerging
presence
Enhanced
presence
Interactive Transactional
government
Seamless
Hiller and Bélanger
(2001)
Information dissemination
Two-way communication
Integration Transaction Participation
Wescott (2001)
E-mail and
internal network
Enable interorganizational
and public access to information
Two-way communication
Exchange of value
Digital democracy
Joined-up government
Sumber :
David Coursey and Donald F. Norris (2008 : 524)
Table 3 :
Delivery of e-services: Technologies and examples by stages of e-government
developments
Stages of E-Government Development
Service Delivery Modes
Examples of E-Government Services-Internet or Intranet
Tingkat I : Presence
− Information access and
delivery − Document access and
download
− Online Mapping/GIS (Geographic information systems) Applications
Providing names and phone numbers of government officials Allow access to government documents
Tingkat II : Interaction and Communication
− Communication with officials − Multimedia-Streaming and
Playback − Interactive discussions
Email forms to allow citizens to send requests for services to government officials
Multimedia Presentations
Tingkat III : Transaction
− Online databases − Online forms − E-Commerce Applications
E-commerce transactions such as the purchase and renewal of licenses, and the purchase of government data or documents
9
Tingkat IV :
Transformation
− Online Mapping/GIS
Applications − E-Permitting/Wireless
Applications
Smart permitting involving online request
submissions, GIS, document management, 3D modeling of proposed projects, wireless applications
Sumber :
Sherri R. Greenberg (2006 : 13) – dengan sedikit modifikasi.
Table 4 : The Five Stages of E-Government Stage of E-government
Description of Government Websites
Applications and Services
Emerging
Limited and static information
− Website posts government information
on-line − Interaction and transactions are not
possible for government inquiries and services
Enhanced
Regularly updated information
− The number of websites increases − Websites include frequently updated
information − Updated information includes
newsletters, publications, new legislation, search engines, and e-mail capabilities
Interactive
Downloading and communication is possible
− Many government service interactions are
possible − Message posting, e-mail, document and
data downloading, and document submission are possible
Transactional
Payment of service is possible
− Passport, visa, birth/death certificates,
and payments for licenses, permits, fees,
bills, and taxes are available on-line − Security measures and more
sophisticated functions are available including digital signatures, encryption,
and passwords
Seamless
Total integration of all services
across administrative and
departmental boundaries – misalnya : e-KTP untuk semua urusan
− All services can be accessed from one
portal “without differentiation between
government agencies”
Sumber : Sherri R. Greenberg (2006 : 14)
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif.
Terbagi dalam 2 tahapan, yaitu :
1. Telaah profil secara retrospektif terhadap pemanfaatan e-government
menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara.
2. Telaah tentang kesiapan organisasi, tata-kerja dan pola interaksi antar aktor yang
terlibat serta infrastruktur dalam penerapan e-government.
3. Telaah tentang kesiapan masyarakat dalam penerapan e-government.
10
Selanjutnya pada tahap II penelitian ini akan dilakukan kajian mendalam atas
efektivitas, efisiensi dan produktivitas fungsi-fungsi pemerintahan sesudah
diaplikasikannya e-government dengan menggunakan pendekatan kualitatif pula.
Ukuran keberhasilan tahap-tahap penerapan e-government merupakan basis
penyusunan strategi dan model kebijakan selanjutnya. Keterangan selanjutnya tentang
pentahapan ini bisa dilihat pada Bagan Alir Penelitian berikut ini.
Kajian retrospektif tentang penerapan
e-government di lokasi penelitian
Monitoring Penerapan e-
government di lokasi penelitian
Re-design penerapan e-government bagi
peningkatan produktivitas
Penyusunan rekomendasi
strategi dan model kebijakan penerapan
e-government
Pelaksanaan Tahap IIPelaksanaan Tahap I
HASIL PENELITIAN TAHAP I DAN PEMBAHASAN
Meskipun belum semua aspek ter-cover, aktivitas e-government telah banyak
diselenggarakan di lokasi penelitian. Tujuan pokoknya adalah mendukung peningkatan
produktivitas fungsi-fungsi administrasi negara. E-government ini secara sadar dijadikan
fasilitas untuk mendapatkan kemudahan, peningkatan kecepatan serta kepastian dalam
menjalankan kebijakan Pemerintah. Pemerintah Kota Yogyakarta pernah meraih
penghargaan The 4-th E Government Award 2005 dari Warta Ekonomi atas
kemampuannya meng-implementasikan e-Government ini menuju excellent public
service.
Dari waktu ke waktu Pemerintah Kota Yogyakarta meng-klaim terus-menerus
membenahi e-government ini, karena masih banyak aspek yang ternyata belum efektif
terjangkau penerapan e-government ini. Walaupun telah online sejak 7 Oktober 2002,
baru pada tahun 2007 dikeluarkan Peraturan Walikota yang mengatur pelaksanaan e-
government ini, yaitu Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 Tahun 2007. Dalam
peraturan itu dilampirkan Master Plan E-Government Kota Yogyakarta yang digunakan
11
sebagai acuan pengembangan e-government. Berikut ini profil kebijakan penerapan e-
government di Kota Yogyakarta.
1. Profil Penerapan E-Government di Kota Yogyakarta
a. Penerapan e-government di Kota Yogyakarta sebenarnya sudah lama dilakukan
jauh sebelum dikeluarkannya Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 78 Tahun
2007 tentang eGovernment. Persoalannya, pada tingkat awal penerapan e-
government ini terkadang tidak disadari oleh para pelaksananya, karena istilah e-
government itu sendiri sering tidak dimengerti oleh pegawai yang
mengoperasikannya. Pada umumnya mereka lebih memahaminya sebagai
pemakaian komputer yang terhubung dengan internet saja, tidak lebih dari itu.
b. Menggunakan parameter tingkat perubahan yang dikemukakan Laudon &Laudon
(2000 : 15), maka kebanyakan perubahan fungsi administrasi negara yang terlihat
masih berkisar pada perubahan teknis dan kontrol manajerial sederhana saja.
Sementara itu perubahan yang menjangkau institusional core activity, masih
belum berarti. E-Governmnet belum berfungsi yaitu sebagai instrument pelayanan
publik yang mensubstitusi instrument konvensional. Sementara itu dengan
menggunakan parameter Tahapan Penerapan E-Government dari Greenberg
(2006: 13) penerapan e-government di Lingkungan Pemerintahan Kota
Yogyakarta pada penghujung tahun 2013 masih tergolong tahapan presence, yaitu
sekedar “hadir” saja. Bentuk layanan yang diberikan baru sebatas memberikan
akses informasi dan layanan dokumen yang bisa di-download. Fungsi komunikasi
dan diskusi interactive antara warga masyarakat dengan aparatur pemerintah via
e-mail belum banyak dilakukan – meskipun sarana teknologi sudah
memungkinkannya.
c. Berbagai bentuk transaksi dalam pelayanan publik dari Pemerintah kepada
warganya, seperti pengajuan data aplikasi, pembayaran fee pelayanan,
pembayaran pajak, pembayaran biaya pengurusan ijin, bea meterai dan biaya
operasional pelayanan publik lainnya, belum terdampak secara tuntas oleh
penerapan e-government ini. Sistem digital masih harus didampingi dengan
sistem manual. Pelayanan masyarakat belum sepenuhnya dilakukan melalui e-
government ini.
d. Dampak yang berwujud perubahan tranformasional atas core institutional
activities belum terwujud sama sekali. Aktivitas pelayanan pemerintah belum
berubah – secara radikal – dari teknologi manual ke teknologi digital.
Permohonan berbagai bentuk ijin pemerintah belum bisa dilakukan secara online
sepenuhnya. Pemenuhan persyaratan dan verifikasi terpadu antar instansi yang
terlibat belum dilakukan secara online, pembayaran biaya belum dilakukan secara
online dan penerbitan dokumen ijin belum bisa dikirim secara online pula.
Selanjutnya arsip-arsip-nya pun disimpan masih dalam bentuk hardcopy. Belum
dipercayakan sepenuhnya pada arsip digital dalam Integrated Database
Manajemen System.
2. Website Resmi Pemerintah Kota Yogyakarta
Website resmi pemerintah merupakan indikator utama penyelenggaraan e-
government ini. Dari sinilah awal diketahuinya berbagai bentuk pelaksanaan tugas
12
dan fungsi pemerintah yang difasilitasi e-government ini. Mencermati hasil analisis
dan interpretasi data website resmi Pemerintah Kota Yogyakarta diketahui bahwa :
a. Penerapan e-government Kota Yogyakarta belum banyak berfungsi sebagai
sarana menjalankan fungsi pemerintahan yang ideal, yaitu sebagai sarana
pelayanan publik dan sebagai sarana menjalankan fungsi mengatur masyarakat
lainnya (competitive regulation policy dan protective regulation policy).
b. Content website resmi Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki karakteristik lebih
merupakan bulletin pemerintah saja daripada sebagai sebuah instrumen pelayanan
publik. Atribut bulletin ini lebih menonjol karena isi home page – dan page-page
lainnya – didominasi oleh berita tentang aktivitas aparatur Pemerintah Kota
Yogyakarta saja. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas kongkrit
pelayanan publik relatif sedikit kuantitasnya. Dari sisi kualitas content website
yang berfungsi sebagai instrumen pelayanan publik lebih banyak terfokus pada
kepentingan mempermudah aparatur dalam menjalankan tugas-nya saja.
Sementara itu kepentingan WN mendapatkan hak layanan sangat minim, bahkan
tidak ada kecuali layanan informasi saja.
c. Isi website resmi Pemerintah Kota Yogyakarta itu kebanyakan sekedar sebagai
media komunikasi sepihak atau layanan penyediaan informasi saja. Namun
informasi yang tersaji ternyata banyak yang sudah out of date. Up date data jarang
sekali dilakukan – kecuali untuk rubrik Berita Utama. Oleh karena itu kemanfaatan
website resmi pemerintah tersebut sebagai instrumen pelayanan informasi publik
sangat minim.
d. Frekwensi up date data, validasi data dan tingkat keterpaduan data masih sangat
kurang. Fenomena ini menunjukkan budaya atau tradisi pengelolaan data dan
peyebar-luasan informasi publik di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta
belum menjadi prioritas utama. Atau bisa jadi disebabkan karena pengelola
beritanya belum profesional dan/atau belum ada petugas yang khusus
menanganinya.
Ketersediaan data sudah menunjukkan motivasi pemberian layanan informasi
kepada masyarakat yang sudah cukup baik, namun teknis operasionalnya belum
mendapat dukungan pola pikir penanganan data digital yang memadai. Secara
teknis penanganan file dokumen resmi sebelum diunggah masih dilakukan secara
manual, belum didukung kemampuan teknis yang memadai. Intervensi manual
terhadap data digital masih terlampau banyak, padahal penanganan secara digital
yang lebih progressif sudah memungkinkan untuk dilakukan.
Sebagai catatan, intervensi manual sesungguhnya sering dilakukan di banyak
aktivitas manajemen dokumen, namun penelitian ini menemukan arahnya yang
mengingkari kemampuan teknologi tersebut demi “kemudahan” pragmatis yang
dirasakan para petugasnya. Fenomena ini menunjukkan perubahan pola pikir dan
pola kerja aparat belum memenuhi tuntutan teknologi yang diterapkan. Perubahan
pola pikir dan pola kerja aparatur negara belum mengarah pada terciptanya
konvergensi antara kemampuan SDM dan kemampuan teknologi mutakhir.
- Pelayanan Online Pemerintah Kota Yogyakarta
Penyelenggaraan e-government harus selalu bermuara pada peningkatan efektivitas
dan produktivitas pelayanan pemerintah kepada warganya. Mengacu teori yang
13
dikemukakan Greenberg (2006 : 13) tingkatan penyelenggaraan e-government
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam kurun waktu penelitian cocok diklasifikasikan
dalam tingkatan presence untuk bidang-bidang tertentu, dan untuk bidang-bidang
tertentu yang lain mulai meningkat ke tingkatan interaction dan communication –
mulai difungsikan untuk kegiatan yang interaktif antara pejabat pemerintah dengan
warganya. Sedangkan untuk klasifikasi tingkatan transactional dan tranformational
belum dicapai.
Data empiris pada website resmi Pemerintah Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa
menu Pelayanan kebanyakan hanya sekedar layanan informasi sepihak saja. Menu-
menu lain yang tersaji tidak lebih hanya sebagai penyedia informasi saja. Hanya ada
satu sub-menu yang sedikit lebih progressif yaitu sub-menu Download Formulir.
Namun formulir yang bisa di-download inipun tidak bisa ditindak lanjuti secara on
line pula.
Menu Pelayanan merupakan menu yang paling penting dalam penerapan e-
government ini, karena bisa menjadi sarana membantu peningkatan efektivitas dan
produktivitas pemerintahan. Selanjutnya pelayanan sektor perijinan merupakan titik
yang paling strategis dalam administrasi negara. Mengapa ? Karena melalui
mekanisme perijinan ini fungsi-fungsi pemerintah bisa dilaksanakan dan sekaligus
dikendalikan. Kewenangan mengeluarkan ijin merupakan monopoli pemerintah –
mewakili negara dan kepentingan masyarakat. Ijin sangat fleksibel untuk digunakan
sebagai instrumen menjalankan fungsi negara yang lain, misalnya fungsi fungsi
pengawasan, fungsi regulasi/deregulasi, fungsi proteksi, fungsi distribusi/redistribusi,
menciptakan ketertiban dan keamanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh : IMBB
(Ijin Mendirikan Bangun Bangunan) bisa digunakan sebagai instrumen pengawasan
kebijakan peruntukan lahan, mempertahankan swasembada beras, sebagai instrumen
perlindungan masyarakat dari bencana alam, sebagai instrumen mengantisipasi
konflik SARA di masyarakat, dan lain sebagainya. Pemberian ijin ini sering di klaim
pemerintah sebagai bentuk pelayanan pemerintah kepada masyarakatnya. Namun
demikian sejatinya dalam mekanisme pembuatan ijin ini kepentingan pemerintah jauh
lebih dominan daripada kepentingan masyarakat. Masyarakat yang mengurus ijin ini
sebenarnya merupakan kelompok sasaran yang diatur, diawasi, diarahkan,
dikoordinir, dan sebagainya, demi perlindungan kepentingan masyarakat lain yang
lebih besar (public interest). Pekerjaan ini secara teknologi sudah memungkinkan
untuk bisa dilakukan melalui penerapan e-government ini. Namun ternyata
Pemerintah Kota Yogyakarta belum melakukannya secara on line melalui website
yang diselenggarakannya. Menu Pelayanan dalam website resmi Pemerintah Kota
Yogyakarta terdapat 4 sub-menu, yaitu : Pelayanan Umum, Pajak, Retribusi dan
Download Formulir. Sub-menu pelayanan perijinan tidak dikenal. Namun kesemua
sub-menu tersebut hanya berisi item informasi tentang peraturan dan persyaratan
untuk mendapatkan layanan tertentu, seperti Tatacara dan Persyaratan Pembuatan
KTP dan KIA, Persyaratan Penerbitan Kartu Keluarga (KK), dan sebagainya.
Selanjutnya sub-sub menu tersebut tidak terhubung dengan sub domain yang dikelola
oleh Dinas Perijinan tersendiri.
14
Demikianlah hasil tahap I penelitian ini. Walaupun belum sempurna benar, kiranya hasil
penelitian ini sudah bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan yang cukup
representatif dalam rangka menyusun rekomendasi strategi pengembangan e-government
di lokasi penelitian.
PENUTUP
Berikut ini abstraksi profil penerapan e-government Kota Yogyakarta yang merupakan
kesimpulan penelitian ini :
1. E-govenment yang terselenggara di Kota Yogyakarta belum belum mencerminkan
terlaksananya Rencana Strategis sesuai harapan perancang kebijakan itu sendiri.
Banyak kendala di lokasi penelitian. Kendala ini tidak mungkin dihindari karena
merupakan komponen integral dari e-government itu sendiri. Oleh karena itu kendala
ini harus dipandang sebagai tantangan.
2. Bentuk dampak positip penerapan e-government di lokasi penelitian selama kurun
waktu penelitian ini kebanyakan masih berkisar pada perubahan teknis dan kontrol
manajerial sederhana saja. Belum banyak menjangkau perubahan institutional core
activities. Dengan kata lain e-government di lokasi penelitian belum berperan menjadi
sebuah instrumen pelayanan publik yang handal.
3. Content informasi website resmi Pemerintah Kota Yogyakarta – sebagai indikator
utama efektivitas penerapan e-government – memiliki karakteristik :
Kebanyakan masih sekedar sebagai produk layanan informasi sepihak. Belum banyak
yang bisa ditindak-lanjuti secara interaktif, lebih kental sifatnya sebagai bulletin
pemerintah daripada sebagai instrumen pelayanan publik, belum terpadu dan tidak
banyak yang terhubung dengan informasi lain via fasilitas hyperlink.
4. Persoalan validitas data, upload dan update data masih belum menjadi prioritas
perhatian para pengelolanya. Belum terjaga sepenuhnya di mata para operatornya.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena komitmen dan pola pikir aparatur
belum berubah menyesuaikan tuntutan teknologi yang selalu berkembang.
5. Penerapan e-government ini ternyata belum diikuti dengan perubahan sikap,
komitment dan perilaku aparatur negara serta masyarakat dalam proses pelayanan
publik secara memadai. Secara yuridis formil Pemerintah Kota Yogyakarta
sebenarnya sudah berniat memanfaatkan teknologi ini, namun indikator perilakunya
sering tidak mendukung ke arah itu.
- Saran Dalam rangka merealisir peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas fungsi-
fungsi pemerintahan melalui e-government ini bisa dilakukan upaya-upaya yang
diturunkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut :
1. Meninjau kembali kebijakan strategis penerapan dan pengembangan e-
government di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Kesuksesan ataupun
kegagalan penerapan e-government saat ini maupun di masa mendatang selalu
berawal dari kebijakan strategis ini. Oleh karena itu peninjauan kembali perlu
dilakukan untuk dilakukan revisi demi terselenggaranya e-government yang lebih
sempurna, lebih efektif dan lebih produktif bagi semua pihak, terutama pihak
Pemerintah Kota Yogyakarta dan masyarakat yang menjadi kelompok sasarannya.
15
2. Melakukan redesign organisasi dan cara kerjanya – menyesuaikan menyesuaikan
berbagai tuntutan teknologi namun tetap menjaga prinsip-prinsip kepentingan
publik yang harus tetap dipertahankan, seperti aspek legalitas, aspek pengutamaan
kepentingan publik di atas kepentingan individu maupun kepentingan golongan
tertentu, aspek responsibilitas dan akuntabilitas publik, dan lain sebagainya. Titik
tekannya ada pada pemanfaatan content kreatif yang bisa ditindak-lanjuti secara
interaktif dan transaksional dalam mendukung pelakanaan kebijakan Pemerintah
Kota Yogyakarta.
3. Meningkatkan komitmen serta pemahaman yang exhaustive semua unsur yang
terlibat, secara langsung maupun tidak langsung, terhadap keberadaan e-
government ini di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Diantaranya yang
paling crucial adalah dengan melakukan treatment dalam hal :
a. Perilaku organisasi
b. Pengembangan model aktivitas yang baru
c. Meng-eliminasi in-efisiensi, dan hal-hal yang ketinggalan zaman dalam
struktur organisasi.
Catatan Penutup :
Dalam rangka menjalankan saran tersebut, hasil penelitian tahap ke II ini nantinya
(tahun 2014) bisa digunakan sebagai acuan. Tahap ke II penelitian ini nanti akan
menelaah secara prospective penerapan e-government ini di lingkungan Pemerintah
Kota Yogyakarta. Hasilnya lebih-kurang berbentuk :
1. Program pelaksanaan saran tersebut di atas secara lebih operasional.
2. Re-design atau desain kebijakan strategis yang baru dan kebijakan pelaksanaanya.
____________________
16
DAFTAR PUSTAKA
Bastian(2003)., Perkembangan ”E-government” di Indonesia. Harian Sinar Harapan,
Sabtu, 08 Maret 2003 No. 4352
Coursey, David. and Donald F. Norris (2008), Models of E-Government : Are They
Correct ? An Empirical Assessment., Public Administration Review, May – June
2008, p. 523 – 536.
Curtin, Gregory G. (2007), Manuscript accepted by Sage Publications for publication in
the “Encyclopedia of Political Communications” April 2007-1, Bedrosian
Center on Governance and the Public Enterprise School of Policy, Planning and
Development University of Southern Califonia.
Curtin, Gregory G. (2006), Issues and Challenges Global E-Government/E-Participation
Models, Measurement and Methodology ., Paper that prepared for the United
Nations Department of Administration and Development Management on
Workshop on E-Participation and E-Government: Understanding the Present
and Creating the Future Budapest, Hungary 27-28 July 2006
Capron, H.L. (2000), Computers, Tools for an Information Age., Sixth edition, Prentice
Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 07458
Ghayur, Adeel (2006), The E-Government: A Framework for Transition to E-
Governance, presentation at H2O Power Pvt. Ltd. [email protected]
Hiroko Kudo (2008)., Public Administration Quarterly, Vol. 32, No. 1 (SPRING 2008),
pp. 93-120., Published by: SPAEF. Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/41288306. Accessed: 13/04/2013 14:45
Jeong Chun Hai @Ibrahim. (2007). Fundamental of Development Administration.
Selangor: Scholar Press. ISBN 978-967-5-04508-0
Laudon, Kenneth C. and Jane P. Laudon (2000), Management Information System. Sixth
Edition, The Dryden Press, Orlando FL.
Laudon, Kenneth C. and Jane Price Laudon (1991), Business Information System, A
Problem-Solving Approach., The Dryden Press, Orlando FL.
Min-Shiang Hwang et al. (2004)., “Challenges In E-Government and Security of Data”
dalam INFORMATION & SECURITY : An International Journa, Vol. 15, No. 1,
2004, p. 9 – 20.
Reddick, Christopher G. (2004), Empirical Models of E-Government Growth in Local
Governments., e-Service Journal, Vol. 3, No. 2 (Winter 2004), pp. 59-84,
Published by: Indiana University Press. Source: Stable URL:
17
http://www.jstor.org/ stable/10.2979/ESJ.2004.3.2.59, Accessed: 13/04/2013
13:55
Shareef, Mahmud Akhter. cs. (editors) (2012)., Transformational Government Through
EGov Practice: Socioeconomic, Cultural, and Technological Issues., Emerald
Group Publishing Limited, Howard House, Wagon Lane, Bingley BD 16 IWA,
UK. ISBN: 9781780523347.
Subhash Bhatnagar (2003), “Transparency and Corruption: Does E-Government Help?”
DRAFT Paper prepared for the compilation of CHRI 2003 Report OPEN
SESAME: looking for the Right to Information in the Commonwealth,
Commonwealth Human Rights Initiative, Indian Institute of Management,
Ahmedabad, 380015
Utomo, Hargo (2003)., Agenda Mengejar Ketertinggalan Implementasi e-Government.,
Makalah Seminar Nasional Peluang dan Tantangan e-Government di Era
Otonomi Daerah dalam rangka Dies ke 48 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta, 18 September 2003.
Departement of Economic and Social Affairs, Division for Public Administration and
Development Management (2012), UN E-Government Survey 2012, E-
Government for the People., United Nations, New York. ISBN: 978-92-1-123190-
8, e-ISBN: 978-92-1-055353-7.
Departement of Economic and Social Affairs, Division for Public Administration and
Development Management (2010), UN E-Government Survey 2010, Leveraging
e-government at a time of financial and economic crisis., United Nations, New
York. ISBN: 978-92-1-123183-0.
Departement of Economic and Social Affairs, Division for Public Administration and
Development Management (2008), UN E-Government Survey 2008, From E-
Government to Connected Governance., United Nations, New York. ISBN 978-
92-1-123174-8
Economic and Social Commission for Asia and The Pacific UN and Asia Development
Bank Institute (2005)., Designing E-Government for the Poor., United Nation
Publication, ISBN : 92-1-120441-0.
Instruksi Presiden RI No. 6/2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika
di Indonesia.
The 2012 Waseda University International e-Government Ranking released, Institute of
e-Government, Waseda University.
______________________