Proceeding NATHLA : al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al ...

13
97 Proceeding NATHLA : al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching) e-ISSN: 2747-1616 Published by: Arabic Education Departement (PBA), the Faculty of Education and Teacher Training (FTIK), State Islamic Institut (IAIN) of Palangka Raya. Strategi Penguasaan Mubtada’ Khabar, Na’at Man’ut, dan Mudhaf Ilaih Menggunakan Rumus Farid Permana 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Amuntai, Indonesia E-mail: [email protected] Abstract This study aims to explain the mastery strategy of mubtada 'khabar, na'at man'ut and mudhaf ilaih using formulas and the steps for their application in learning Arabic as well as to describe students' perceptions of the use of these formula strategies. This qualitative descriptive study made 20 female Madrasah Aliyah female students of Ummul Qura Amuntai as research subjects. Data were collected using observation, interview, and documentation techniques which were then analyzed to obtain conclusions. The results showed that mastery of mubtada 'khabar, na'at man'ut and mudhaf ilaih can be facilitated by five basic formulas, namely M + N = mubtada' khabar, M + M and N + N (nature) = na'at man ' ut, N + M and N + N (non-nature) = mudhaf ilaih. The implementation steps are memorizing Amil jar and amil nashab and their functions, mastering the types of Ma'rifah and Nakirah isim, and applying the formula accompanied by oral, written and exercises. 18 out of 20 students gave positive responses to the use of formulas to facilitate the identification of mubtada 'khabar, na'at man'ut and mudhaf ilaih. Keywords: Formula Strategy; Mastery of Mubtada’ Khabar; Na’at Man’ut and Mudhaf Ilaih الخص يهدف الب بيان حث إ اتيجية اسضاف إليهف واضا ت و انعو ه والنعت وابتدأ وخب ا كتسا استخدام الصيغ ، و بيان و وصف آراء الطا يم العربية تعل خطوات الباتذه عن استخدا ه اتيجية اس الرمزية. عشرين طالبةعل في الوصفي وهذا البحث الكي الثانو درسة ا ية أم القرى كعينات آمونتاييق ث التوثقابلة وحظة وا أسلوب الت من خلبيامع ا . البحثت للبيايل اليها بتحل يحصول ل على ا ستنتاجئج البحث إدل نتا . وت أنبتدأب ا كتسا اضافف واضا ت وانعو ه والنعت وا وخ إليهيلهكن تسه ل من خسة الصيغسا ا سية وه=)صفة( ن+م و ن+ ه، و مبتدأ وخن= ا+ ي م هي حفظ عوامل تنفيذها خطواتضاف إليه. وف واضا= ا) صفة( ن+م و ن+ ت، و ننعو النعت وار والنصب العررف أنواع اسم اما، تع وظيفا والنكرة، و فةعاة مرا الصيغ وكتابة ا شفو مع بيا و ال تت در. أعطى18 من20 الط الب ات ردودبية على استخداما فعل إ الصيغ هبتدأ وخرف على ا التع تسهيل ضاف إليهف واضا ت وانعو والنعت وا.

Transcript of Proceeding NATHLA : al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al ...

97

Proceeding NATHLA : al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching) e-ISSN: 2747-1616 Published by: Arabic Education Departement (PBA), the Faculty of Education and Teacher Training (FTIK), State Islamic Institut (IAIN) of Palangka Raya.

Strategi Penguasaan Mubtada’ Khabar, Na’at Man’ut, dan Mudhaf

Ilaih Menggunakan Rumus Farid Permana1

1Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Amuntai, Indonesia E-mail: [email protected]

Abstract This study aims to explain the mastery strategy of mubtada 'khabar, na'at man'ut and mudhaf ilaih using formulas and the steps for their application in learning Arabic as well as to describe students' perceptions of the use of these formula strategies. This qualitative descriptive study made 20 female Madrasah Aliyah female students of Ummul Qura Amuntai as research subjects. Data were collected using observation, interview, and documentation techniques which were then analyzed to obtain conclusions. The results showed that mastery of mubtada 'khabar, na'at man'ut and mudhaf ilaih can be facilitated by five basic formulas, namely M + N = mubtada' khabar, M + M and N + N (nature) = na'at man ' ut, N + M and N + N (non-nature) = mudhaf ilaih. The implementation steps are memorizing Amil jar and amil nashab and their functions, mastering the types of Ma'rifah and Nakirah isim, and applying the formula accompanied by oral, written and exercises. 18 out of 20 students gave positive responses to the use of formulas to facilitate the identification of mubtada 'khabar, na'at man'ut and mudhaf ilaih.

Keywords: Formula Strategy; Mastery of Mubtada’ Khabar; Na’at Man’ut and Mudhaf Ilaih

لملخصاالب بيانيهدف إلى إليه استراتيجية حث والمضاف المضاف و والمنعوت والنعت وخبره المبتدأ اكتساب

و الصيغ باستخدام الط بيان ، آراء و وصف بها العربية تعليم استراتيجيةعن استخدا هذه الباتخطوات الوصفي تجعل عشرين طالبةالرمزية. الكيفي البحث الثانو الم في وهذا القرى درسة أم آمونتاي كعينات ية

والتوثيق ث والمقابلة الملاحظة البيانات من خلال أسلوب ل البحث. تجمع البيانات لحصول يليها بتحليل وخبره والنعت والمنعوت والمضاف والمضاف اكتساب المبتدأ أن . وتدل نتائج البحث إلىستنتاجالا على

ي م+ن= المبتدأ وخبره، و م+م و ن+ن )صفة(= سية وهالأسا الصيغخمسة من خلال يمكن تسهيله إليهالنعت والمنعوت، و ن+م و ن+ن )لا صفة(= المضاف والمضاف إليه. وخطوات تنفيذها هي حفظ عوامل

. درباتتالو مع بيانها شفوياً وكتابةً الصيغمراعاة فة والنكرة، و وظيفاتهما، تعرف أنواع اسم المعر الجر والنصبفي تسهيل التعرف على المبتدأ وخبره الصيغفعل إيجابية على استخدام ات ردودالبالط 20من 18 أعطى

.والنعت والمنعوت والمضاف والمضاف إليه

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

98

الرئيسية المضاف ،استراتيجية الصيغ استراتيجة: الكلمات و والمنعوت والنعت وخبره المبتدأ اكتساب والمضاف إليه

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi penguasaan mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih menggunakan rumus dan langkah-langkah penerapannya dalam pembelajaran bahasa Arab serta mendeskripsikan persepsi siswa terhadap penggunaan strategi rumus tersebut. Penelitian deskriptif kualitatif ini menjadikan 20 siswi Madrasah Aliyah putri Ummul Qura Amuntai sebagai subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa penguasaan mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih dapat dipermudah dengan lima buah rumus dasar yaitu M+N= mubtada’ khabar, M+M dan N+N(sifat)= na’at man’ut, N+M dan N+N(non Sifat) = mudhaf ilaih. Langkah-langkah implementasinya adalah menghafal Amil jar dan amil nashab serta fungsinya, menguasai jenis isim Ma’rifah dan Nakirah, dan menerapkan rumus disertai dengan oral, tulisan dan latihan-latihan. 18 dari 20 siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan rumus dalam mempermudah identifikasi mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih. Kata Kunci: Strategi rumus, penguasaan mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih PENDAHULUAN

Ahli bahasa Arab modern berpandangan bahwa Nahwu yang bersifat teoritis tidak perlu tergesa-gesa diajarkan kepada pemula, sebaiknya digunakan srategi yang hanya mengenalkan tarkiib-tarkiib saja tanpa menjelaskan kaidahnya (Khasairi, 2016).

Khasairi menambahkan bahwa pembelajaran tarkiib merupakan pilihan yang tepat bagi pembelajar bahasa Arab pemula untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan dalam berbahasa Arab. Lebih lanjut menurut Khasairi, karena pentingnya hal tersebut sampai-sampai dijadikan mata kuliah khusus di dalam kurikulum Jurusan Satra Arab UM yang bernama tarkiib mukatstsaf (Khasairi, 2016).

Dalam linguistik bahasa Arab terdapat istilah tarkiib atau tarakib yang berarti

perkataan )قول( yang terdiri dari 2 kata atau lebih, baik efektif atau memberikan pemahaman

sempurna ataupun tidak efektif yang berarti memberikan pemahaman yang belum lengkap. Mustafa Galayini menyamakannya dengan istilah murakkab dan mendefinikannya dengan sebuah perkataan/ucapan yang terdiri dari dua kata atau lebih untuk suatu faedah pemahaman baik itu sempurna maupun tidak sempurna (Ghalayini, 2002).

Alwi menyebutnya dengan “kalimat” untuk ucapan yang memiliki faedah pemahaman yang sempurna dan “frase” untuk ucapan yang tidak memberikan pemahaman (Alwi, 2010). Oleh Al Dahdah menyebutnya menjadi murakkab kalami atau dalam Nahwu disebut kalam (Jumlah mufidah) dan murakkab ghair kalami (Jumlah gairu mufidah) (Al Dahdah, 1987).

Dua pola jumlah tersebut banyak dan sering sekali ditemukan di dalam kitab-kitab teks Arab baik kalimat sempurna seperti mubtada khabar ataupun frase seperti mudhaf ilaih (murakkab Idhafi) dan na’at man’ut (murakkab wasfi). Oleh karenanya, Al Ma’yuf (2016: 56-57) memberikan pedoman dalam pembelajaaran tarkib, salah satunya adalah pemilihan tarkiib yang ingin diajarkan haruslah yang banyak dikenal dan sering dijumpai oleh pembelajar.

Dalam perjalanan pengamatan penulis sebagai pengajar bahasa Arab di madrasah dan perguruan tinggi terhadap kemampuan peserta didik mengidentifikasi frase mubtada khabar, naa’t man’ut dan mudhaf ilaih. Banyak ditemukan kesalahan dan kebingungan dalam menentukan tiga frase tersebut. Padahal tiga jumlah tersebut sebelumnya sudah diajarkan secara konvensional pada jenjang pendidikan sebelumnya.

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

99

Penelitian Ubaidillah membuktikan bahwa mahasiswa sebagai subjek penelitiannya banyak melakukan kesalahan dalam membentuk murakkab Idhafi dan murakkab washfi. Kesalahan tersebut didominasi pada ketidak tepatan penggunaan artikel al- (Ubaidillah, 2009).

Pembelajaran tarkiib dulunya menyatu dengan pembelajaran Nahwu. Seiring berjalannya waktu, banyak ulama-ulama bahasa Arab memberikan perhatian serius terhadap pembelajaran tarkiib ini. Strategi-strategi pembelajaran dimodifikasi sedemikian rupa guna memperbaiki kinerja pembelajaran Nahwu dan memberikan kemudahan dalam penguasaan Nahwu.

Salah satu inovasi dalam pembelajaran tarkiib ini adalah strategi rumus yang dikembangkan oleh para praktisi pembelajaran bahasa Arab. Strategi rumus dapat diadopsi ke dalam pembelajaran tarkiib ini sebagai upaya untuk peningkatan pembelajaran bahasa Arab bagi pemula di lembaga pendidikan di Indonesia. Sehingga tujuan dari kajian ini adalah menjelaskan strategi penguasaan mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih menggunakan rumus dan langkah-langkah penerapannya dalam pembelajaran bahasa Arab serta mendeskripsikan persepsi siswa terhadap penggunaan strategi rumus tersebut.

Kajian ini dilakukan sebagai salah satu solusi untuk membantu para pengajar dan pembelajar bahasa Arab dalam memecahkan persoalan penguasaan frase bahasa Arab yang sering muncul di kitab-kitab teks Arab. Paling tidak pembelajar mampu meminimalisir kesalahan pada identifikasi dan pemberian harakat jumlah mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berusaha mencari deskripsi sebuah kegiatan atau pandangan seseorang sehingga menurut Bogdan dan Taylor dapat dikatakan sebagai penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan juga perilaku yang dapat diamati (Meleong, 1989).

Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi di dalam pengumpulan datanya. Data mengenai strategi rumus dan penerapannya dihasilkan dari seorang guru yang mengajar materi Insya. Sedangkan data tentang persepsi siswa terkait dengan penggunaan strategi rumus bersumber dari 20 siswi kelas XI (sebelas) semester ganjil Tahun Akademik 2020/2021 Madrasah Aliyah Ummul Qura Amuntai Kalimantan Selatan.

Subjek penelitian dipilih dengan alasan bahwa materi Insya diajarkan pertama kali di kelas XI dan berlanjut hingga kelas XII, sehingga strategi rumus dimanfaatkan di awal pertemuan tatap muka dengan tujuan untuk memahami pola-pola kalimat dalam mengarang bahasa Arab. Subjek penelitian berupa individu yang heterogen dari segi pendidikan sebelumnya sehingga data tentang persepsi dapat bersifat variatif.

Data yang terkumpul diambil kesimpulannya melalui teknik analisis yang disodorkan oleh Miles dan Huberman yaitu mengumpulkan data, mereduksinya dengan cara memilah dan memilih data primer terkait objek yang diteliti kemudian dilanjutkan mengambil kesimpulan (Miles, 1992), sehingga menjadi informasi yang berarti untuk kemajuan pembelajaran bahasa Arab. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka topik bahasan dalam paparan ini adalah strategi penguasaan tarkiib; mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhf ilaih menggunakan rumus, langkah-langkah penerapannya dan pandangan subjek penelitian terhadap pembelajaran tarkiib Insya menggunakan rumus.

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

100

Strategi Penguasaan Tarkiib; Mubtada Khabar, Na’at Man’ut Dan Mudhf Ilaih Menggunakan Rumus

Berdasarkan wawancara dengan guru Insya diketahui bahwa strategi yang digunakan dalam pembelajaran Insya pada materi tarkib adalah pembelajaran menggunakan rumus. Rumus adalah ringkasan yang dilambangkan oleh huruf, angka, atau tanda (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008).

Jadi rumus yang dimaksud di sini adalah sebuah lambang berbentuk huruf yang mewakili kata. Adapun lambang dalam rumus tersebut adalah; 1) “N” yang berarti “Isim Nakirah”; 2) “M” yang berarti “Isim Ma’rifah”; 3) “Ns” yang berarti “Isim Nakirah sifat”; 4) “+” berarti “bertemu”. Semua lambang ini dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah formula yang mempermudah pembelajar dalam mengidentifikasi status dalam nahwu dan kebenaran harakatnya.

Isim nakirah dan isim ma’rifah dalam pembelajaran Insya ini ditekankan pada isim-isim yang bisa dii’rab dan memiliki harakat akhir standar yaitu dhammah, fathah dan kasrah. Semua isim tersebut bisa meliputi isim mufrad, jamak taksir dan jamak muannast salim.

Menurut guru Insya Jumlah tarkiib yang diajarkan dengan rumus ada 3 (tiga) macam tarakiib yaitu tarkib isnaadi, Tarkiib Idhafi, dan Tarkiib washfi. Tarkiib Isnadi sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Nahwu adalah Jumlah Ismiyah dan Jumlah fi’liyah(Ghalayini, 2002). Namun tarkib isnaadi yang dimaksud di dalam pembelajaran Insya ini dibatasi hanya pada Jumlah Ismiyah yang berpola mubtada+khabar mufrad, yang berarti khabarnya hanya satu suku

kata saja misalnya على الكرسي منديل ,القلم جميل, dan seterusnya.

Adapun tarkib idhaafi adalah bentuk pola atau frase nominal yang terdiri dari mudhaf dan mudhaf ilaih yaitu dua buah isim yang bersanding (Ghalayini, 2002). Tarkib idhafi dalam pembelajaran Insya kelas XII MA Ummul Qura Amuntai ini dibatasi hanya pada frase mudhaf dan mudhaf ilaih yang berpola paling dasar yaitu 1) isim nakirah + isim Ma’rifah; 2) Isim Nakirah + Isim nakirah (non sifat).

Tarkib washfi merupakan frase nominal yang biasa disebut dengan na’at man’ut. Pola na’at dan man’ut yang ditekankan dalam pembelajaran Insya ini adalah: 1) isim ma’rifah+ isim ma’rifah; 2) Isim nakirah+ isim nakirah (sifat). Makna dari Isim nakirah (sifat) adalah isim yang

memiliki makna sifat (adjective) seperti ،قويكبير, صغير، رحيم dan sebagainya.

Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh guru Insya di atas menjadi pertimbangan tersendiri bahwa strategi penggunaan rumus ini adalah strategi yang paling dasar dan sederhana untuk mengetahui harakat dan status nahwu isim- isim yang bersanding dua atau lebih. Al Ma’yuf (2016: 56) menyarankan bahwa untuk mengenal tarkiib yang lebih kompleks harus diawali dengan tarkib yang sederhana terlebih dahulu, lalu naik satu tingkat yang lebih kompleks dan seterusnya.

Selain itu, guru Insya beralasan tiga tarkiib di atas merupakan tarkiib yang sering sekali digunakan dalam berbahasa Arab dan paling banyak kaidahnya sehingga perlu disederhanakan terlebih dahulu. Ketiga tarkiib tersebut juga memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya. Hal ini berakibat pada sulitnya dalam menguasai ketiga tarkiib tersebut.

Dalam penerapannya strategi ini mensyaratkan pembelajar untuk terlebih dahulu mengetahui beberapa hal penting yang mendukung suksesnya penguasaan ketiga tarkiib ini. Prasyarat itu berupa penguasaan pembagian Kalam; isim, fi’il, huruf; menguasai nakirah ma’rifah dan I’rab beserta tanda-tandanya (Qusyairi, 2015).

Adapun rumus yang digunakan ada lima macam rumus sebgai berikut: M+N= mubtada’ khabar, M+M dan N+N(sifat)= na’at man’ut, N+M dan N+N(non Sifat) = mudhaf ilaih.

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

101

Langkah-Langkah Penerapan Rumus Dalam Penguasaan Tarkiib; Mubtada Khabar, Na’at Man’ut Dan Mudhf Ilaih

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran Insya pada penguasaan tarkiib menggunakan rumus, pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahapan, yaitu: persiapan pra penerapan rumus, penerapan rumus dan pasca penerapan rumus. Pra penerapan rumus

Guru Insya dalam pembelajaran ini memiliki peran penting dalam mensukseskan proses pembelajaran. Guru harus sudah menguasai materi dan tahapan-tahapan yang akan dilakukan saat menerapkan strategi rumus ini. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dijalankan guru pada penguasaan tarkiib.

Pertama, guru memaparkan materi tentang pembagian kalam berupa Isim, fi’il dan huruf beserta ciri-cirinya. Pada tahap ini guru menekankan pada aspek perbedaan dan memastikan bahwa pembelajar sudah bisa mengidentifikasi antara ketiganya.

Kedua, guru menjelaskan konsep isim nakirah dan isim ma’rifah, ciri-cirinya dan perbedaan keduanya serta harakatnya. Guru memastikan pembelajar dapat mengidentifikasi dan membedakan antara isim nakirah dan isim ma’rifah beserta harakatnya. Dalam tahap ini juga guru menjelaskan jenis-jenis isim yang berupa sifat (adjective) dan non sifat beserta ciri-cirinya.

Ketiga, siswa diminta untuk menghafal Amil jar atau semua huruf jar dan fungsinya yang membuat harakat akhir sebuah isim menjadi kasrah atau jar. Huruf jar tersebut adalah

في، ب، كـ على، عن، إلى، Pada tahap ini guru menyertainya dengan sedikit latihan . من،

sehingga pembelajar menguasai pemanfaatan huruf jar terhadap isim dengan baik dan benar.

Keempat, siswa diminta untuk menghafal amil nashab khusus untuk Isim yaitu, ،ّإنّ، أنليت لعلّ، لكنّ، Fungsi amil nashab terhadap isim juga dijelaskan oleh guru disertai .كأنّ،

dengan memastikan siswa faham dan dapat menerapkannya pada kalimat. Kelima, guru mengakhiri sesi pra penerapan rumus ini dengan memberikan teks

latihan yang mengandung isim nakirah ma’rifah, amil jar dan amil nashab untuk memastikan bahwa siswa sudah memahami konsep dan fungsi masing-masing.

Dari langkah-langkah pra penerapan rumus di atas dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa prasyarat yang harus dikuasai oleh pembelajar sebelum menerapkan formulasi rumus nantinya. Prasayarat tersebut adalah siswa memahami dan menguasai: 1) konsep isim, fi’il dan huruf; 2) nakirah ma’rifah; 3) konsep I’rab pada isim; 4) Amil Jar dan amil nashab beserta fungsinya. Hal ini senada dengan pendapat Qusyairi (2015) bahwa untuk mampu menguasai tarkiib dengan baik pembelajar harus menguasai prasyarat tersebut.

Penulis melihat bahwa prasyarat 1, dan 2 akan menjadi modal pembelajar untuk menentukan status nahwu dari sebuah tarkiib seperti menjadi mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhf ilaih. Sedangkan prasyarat 3 dan 4 untuk menentukan harakat dari masing-masing isim berpola tarkiib tersebut. Penerapan Rumus

Berdasarkan pengamatan peneliti, guru berupaya memastikan pembelajar sudah benar-benar menguasai prasyarat yang telah ditetapkan. Setelah prasyarat sudah dikuasai, guru beranjak ke tahap berikutnya yaitu penerapan rumus. Langkah-langkah penerapan rumus untuk penguasaan tarkiib adalah sebagai berikut.

Pertama, guru menjelaskan bahwa jika isim nakirah atau ma’rifah bersanding 2 atau lebih maka memungkinkan terjadi perubahan status nahwu dan harakat pada masing-masing isim. Guru memberikan arahan bahwa di dalam teks Arab atau kitab Arab banyak sekali ditemukan isim-isim yang bersanding 2 bahkan lebih sehingga perlu perhatian khusus

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

102

dalam memahami tarkiib tersebut. Guru memberikan contoh teks Arab yang semuanya tarkiib isim tanpa ada fi’il .

Kedua, guru menuliskan rumus mubtatda khabar di papan tulis, disertai penjelasan; Tabel 1:

Rumus mubtada khabar (mufrad)

مبتدأخبر

م + ن القلم + جميل

a. م+ن = مبتدأ خبر rumus dibaca oleh guru sembari menunjuknya di papan tulis

sebagai berikut: “ma’rifah ketemu nakirah, mubtada khabar!” (artinya jika ada isim ma’rifah ketemu isim nakirah maka status nahwunya mubtada khabar).

b. Guru mengulang-ulang menyebut rumusnya hingga siswa hafal dan faham.

c. Guru memberikan contoh mubtada khabar seperti في واسع، المسجد جميل, القلم .البيت أستاذ

d. Guru menjelaskan harakat rumus mubtada khabar bahwa “apapun harakat ma’rifahnya, nakirahnya selalu rafa’/dhommah. Kemudian digambarkan dengan tabel berikut.

Tabel 2: Rumus mubtada khabar (mufrad) dan status harakatnya

م + ن ؟ + رفع/ ضمة

e. Guru memberikan contoh . القلم جمي ل , إن المسجد واسع ، في البيت أستاذ Ketiga, guru menuliskan rumus Na’at man’ut di papan tulis, disertai penjelasan;

Tabel 3:

Rumus Na’at man’ut (ال)

نعت منعوت م + م

القلم + الكبير

a. ت منعوتعن = م+م rumus dibaca oleh guru sembari menunjuknya di papan tulis

sebagai berikut: “ma’rifah ketemu ma’rifah, Na’at man’ut!” (artinya jika ada isim

ma’rifah ketemu isim ma’rifah maka status nahwunya Na’at man’ut). b. Guru mengulang-ulang menyebut rumusnya hingga siswa hafal dan faham.

c. Guru memberikan contoh Na’at man’ut seperti المسجد الجالقلم واسع، في الميل, الكبير.البيت

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

103

d. Guru menjelaskan harakat rumus Na’at man’ut bahwa “apapun harakat ma’rifah pertama nya, ma’rifah yang kedua selalu sama/ mengikuti harakat ma’rifah pertaman. Kemudian digambarkan dengan tabel berikut.

Tabel 4:

Rumus Na’at man’ut ( ال) dan status harakatnya

م + مsama + ؟

Tabel 4: Rumus Na’at man’ut (ال) dan status harakatnya

e. Guru memberikan tiga contoh 1) tanpa amil 2 ;القلم الجميل) didahului amil

nashab 3 ; إن المسجد الواسع) didahului amil jar في البيت الكبير . Keempat, guru menuliskan rumus Na’at man’ut tanpa-ال di papan tulis, disertai

penjelasan; Tabel 5:

Rumus Na’at man’ut (Non -ال) نعت منعوت

ن + ن )ص( قلم + كبير

a. ص(+ن( منعوت = ن نعت rumus dibaca oleh guru sembari menunjuknya di

papan tulis sebagai berikut: “nakirah ketemu nakirah sifat, Na’at man’ut!” (artinya

jika ada isim nakirah ketemu isim nakirah sifat maka status nahwunya Na’at man’ut).

b. Guru mengulang-ulang menyebut rumusnya hingga siswa hafal dan faham.

c. Guru memberikan contoh Na’at man’ut seperti مقلم جميل بيت , في واسع، سجد . كبير

d. Guru memberikan contoh yang salah seperti ; قلم أستاذ، مدرسة معلم، بيت طالب .

Kemudian menjelaskan “dari contoh tersebut walau nakirah ketemu nakirah namun tidak tepat/salah, karena nakirah kedua bukan nakirah sifat, jadi untuk na’at man’ut, nakirah yang kedua harus isim nakirah sifat.

e. Guru menjelaskan harakat rumus Na’at man’ut bahwa “apapun harakat nakirah pertama nya, harakat nakirah yang kedua selalu sama/ mengikuti harakat nakirah pertama. Kemudian digambarkan dengan tabel berikut.

Tabel 6:

Rumus Na’at man’ut (Non - ال) dan status harakatnya

ن + ن )ص(

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

104

sama + ؟ f. Guru memberikan tiga contoh 1) tanpa amil 2 ;قلم جمي ل) didahului amil nashab

. في بيتر كبيرر didahului amil jar (3 ;إن مسجداً واسعاً

Kelima, guru menuliskan rumus tarkiib mudhaf mudhaf ilaih di papan tulis, disertai penjelasan;

Tabel 7: Rumus mudhaf ilaih

مضاف إليه

ن + م قلم + الأستاذ

a. مضاف إليه =م +ن rumus dibaca oleh guru sembari menunjuknya di papan tulis

sebagai berikut: “nakirah ketemu ma’rifah, mudhaf mudhaf ilaih!” (artinya jika ada

isim nakirah ketemu isim ma’rifah maka status nahwunya mudhaf mudhaf ilaih). b. Guru mengulang-ulang menyebut rumusnya hingga siswa hafal dan faham.

c. Guru memberikan contoh mudhaf mudhaf ilaih seperti : ،صلاة قلم الخبر، آلة السواك .الظهر

d. Guru memberikan contoh yang salah seperti ; الكبير، بيت الواسة، مدرسة الجميلقلم . Kemudian menjelaskan “dari contoh tersebut walau nakirah ketemu ma’rifah namun tidak tepat/salah, karena ma’rifah kedua berupa ma’rifah sifat, jadi untuk mudhaf mudhaf ilaih, ma’rifah-nya harus isim ma’rifah non sifat.

e. Guru menjelaskan harakat rumus mudhaf mudhaf ilaih bahwa “apapun harakat nakirah pertama nya, harakat ma’rifah yang kedua selalu jar/kasrah. Kemudian digambarkan dengan tabel berikut.

Tabel 8: Rumus mudhaf ilaih dan status harakatnya

ن + م

Jar/ kasrah + ؟

f. Guru memberikan tiga contoh 1) tanpa amil 2 ;قلم الخبر) didahului amil nashab . في بيت الأستاذ didahului amil jar (3 ;إن مسجد المسلم

Keenam, Guru menuliskan rumus tarkiib mudhaf mudhaf ilaih tanpa- ال di papan tulis,

disertai penjelasan; Tabel 9:

Rumus mudhaf ilaih (Non - ال)

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

105

مضاف إليه

ن + (non sifat) ن قلم + أستاذ

a. ن +ن (non sifat) = مضاف إليه

rumus dibaca oleh guru sembari menunjuknya di papan tulis sebagai berikut:

“nakirah ketemu nakirah non sifat, mudhaf mudhaf ilaih!” (artinya jika ada isim

nakirah ketemu isim nakirah yang bukan sifat maka status nahwunya mudhaf mudhaf ilaih).

b. Guru mengulang-ulang menyebut rumusnya hingga siswa hafal dan faham.

c. Guru memberikan contoh mudhaf mudhaf ilaih seperti : مدرسة أستاذ، رجلقلم ، .بيت معلم

d. Guru memberikan contoh yang salah seperti ; قلم جميل, مسجد واسع، في بيت كبير

Kemudian menjelaskan “dari contoh tersebut walau nakirah ketemu nakirah namun tidak tepat/salah, karena nakirah kedua berupa nakirah sifat, jadi untuk mudhaf mudhaf ilaih, nakirah yang kedua harus isim nakirah non sifat.

e. Guru menjelaskan harakat rumus mudhaf mudhaf ilaih bahwa “apapun harakat nakirah pertama nya, harakat nakirah yang kedua selalu jar/kasrah. Kemudian digambarkan dengan tabel berikut.

Tabel 10:

Rumus mudhaf ilaih (Non - ال) dan status harakatnya

ن + ن

Jar/ kasrah + ؟

f. Guru memberikan tiga contoh 1) tanpa amil 2 ;قلم رجلر) didahului amil nashab . في بيت معلمر didahului amil jar (3 ;إن مدرسة أستاذر

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan penerapan rumus melalui langkah langkah berikut: 1) menampilkan rumus disertai penjelasan status nahwunya; 2) pengulangan: 3) pemberian contoh tarkiib yang benar dan contoh tarkiib yang salah sesuai rumus; dan 4) penjelasan harakat beserta contohnya dalam keadaan yang berbeda-beda.

Guru tidak hanya menjelaskan pembentukan rumus namun juga menampilkan contoh yang salah dan contoh yang benar agar siswa mampu membedakan antara keduanya. Selain itu penjelasan harakat masing-masing tarkiib merupakan hal penting dikarenakan siswa terkadang kebingungan dalam memberi harakat pada isim-isim yang ber-tarkiib tersebut. Namun di lain hal, guru belum menjelaskan makna setiap tarkiib yang terbentuk dari pola-pola rumus di atas. Pasca Penerapan Rumus

Setelah tahap penerapan rumus selesai, guru memberikan latihan-latihan sederhana yang diawali dengan strategi yang mudah yaitu menampilkan tarakiib kecil yang terdiri dari

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

106

dua isim kemudian ditambah satu isim dan seterusnya hingga menjadi isim isim yang tergabung menjadi sebuah kalimat dan paragraf. Siswa dilatih mengidentifikasi Na’at man’ut, mubtada khabar dan mudhaf ilaih sekaligus menentukan harakatnya dengan benar. Di antara latihan-latihannya seperti:

a. Latihan rumus Na’at man’ut dan mubtada khabar

الدار السلفية -1 دار مسرور -2رور فية دار مسالدار السل -3

b. Latihan rumus mudhaf ilaih

كتاب الله -4

كتاب الله العزيز الحميد -5

كتاب الله العزيز الحميد القرآن الكري -6 c. Latihan rumus Na’at man’ut dan mubtada khabar dan mudhaf ilaih dan ber-amil

الدار السلفية دار مسرور في مقدم الثقافة الإسلامية -1لى الاجتماع على كلمة واحدة وإن الكلمة الصحيحة في شدة الحاجة إ إن المسلم اليوم -2

ق عند إمام جائر مستمد على أساس قرآني. أفضل الجهاد عند الله العزيز الحكيم قول الح وعند سلطان فاسد

Dari paparan tahapan di atas, guru berupaya memberikan latihan-latihan berjenjang mulai dari satu tarkiib kepada tarkiib yang lebih kompleks hingga disertai amil-amil yang dapat merubah harakat isim setelahnya. Latihan di atas memberikan penekanan pada status nahwu dan pemberian harakat tarkiib-nya. Guru sangat berperan dalam mengembangkan latihan-latihan di atas agar lebih menyesuaikan kemampuan pembelajar. Kaidah nahwu belum dimunculkan dalam pembelajaran tarkiib ini hingga pembelajar benar-benar memahami rumus dan mampu menerapkannya dalam membaca teks Arab.

Namun untuk memperkuat kaidah dan pemantapan latihan tarkiib di atas, guru dapat memodifikasi 11 macam latihan tarkiib seperti yang telah disarankan Thuaimah (1989:

240–243) yaitu: 1) Pengulangan (التكرار); 2) al Istidlaal; 3) Tanya jawab; 4) membuat

pertanyaan; 5) mengubah tarkiib; 6) latihan piramida; 7) latihan berantai; 8) menyempurnakan; 9) menyusun kalimat; 10) menjodohkan; 11) terjemah. Persepsi Pembelajar Mengenai Penguasaan Na’at Man’ut, Mubtada Khabar dan Mudhaf Ilaih Menggunakan Strategi Rumus

Untuk mengetahui kebermanfaatan dari stategi rumus di atas, peneliti mengumpulkan persepsi dari 20 responden yaitu siswi kelas XI (sebelas) Madrasah Aliyah Ummul Qura Amuntai semester ganjil Tahun Ajaran 2020/2021. Data diperoleh dari angket yang dibagikan pada tanggal 17 Nopember 2020 melalui kertas yang berisi 1 soal dengan pilihan jawaban berkategori Setuju/Mudah (S/M) dan Tidak Setuju/Tidak Mudah (TS/TM). Kemudian dilengkapi 1 soal dengan jawaban deskriptif terkait problem yang dihadapi dalam pembelajaran mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih dengan rumus.

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

107

Tabel 11: Angket kepuasan siswa tentang pemanfaatan strategi rumus

No Soal Jawaban

1 Bagaimana pendapat anda mengenai strategi rumus untuk penguasaan mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih?

(S/M) (TS/TM)

2 Apa problema anda ketika belajar mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih dengan rumus?

Dari hasil pembagian angket ditemukan data dengan gambaran berikut: Gambar 1:

Diagram data tanggapan angket dari 20 responden

Diagram di atas menggambarkan dominasi tingkat penerimaan siswa terhadap

strategi rumus dan kemudahannya dalam mempelajari tarkiib. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah siswa yang memberikan tanggapan setuju atau mudah (S/M) sebanyak 18 siswa (90 %) dari total 20 responden. Adapun tanggapan tidak setuju atau tidak mudah (TS/TM) terdapat 2 siswa (10%).

Dari 18 tanggapan positif tersebut ditemukan kesimpulan pandangan siswa sebagai berikut: siswa merasa nyaman dan lebih mudah ingat pola takiib-nya. Siswa merasa terbantu, simple dan mudah diingat serta rumus bisa menjadi patokan ketika lupa status nahwu dari tarakiib yang dibaca. Adapun tanggapan persepsi negatif memiliki pandangan bahwa strategi rumus masih kurang dimengerti karena ketinggalan pembelajaran sebelumnya atau tidak hadir saat penyampaian pembelajaran menggunakan strategi rumus.

Di samping tanggapan positif dan negatif dari responden, pembelajaran menggunakan strategi rumus ini juga tidak terlepas dari masalah. Berdasarkan pengamatan peneliti masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa bervariasi sesuai dengan pengakuan dari siswa sebagai responden. Di antara masalah tersebut dapat dirangkumkan kedalam hal berikut: responden marasa tidak bnyak memiliki perbendaharaan kosakata sehingga sulit dalam menentukan isim sifat dan bukan sifat. Beberapa responden masih merasa kesulitan saat tarkiib dimasuki oleh amil-amil atau zharaf. Selain itu masih ada responden yang belum menguasai isim ma’rifah dan isim nakirah yang berakibat pada kesulitan dalam menentukan status tarkiib. Masalah yang lain juga dapat berupa keraguan responden pada kegiatan menganalisis kalimat panjang sehingga responden merasa belum siap jika tarkiib itu berdampingan empat hingga sepuluh kata.

Dari paparan data di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan rumus sebagai sebuah strategi menguasai tarkiib;mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih mendapatkan respon yang positif dan mampu mempermudah pembelajaran dalam mencapai tujuan. Namun di lain hal, masih ada masalah yang timbul dari pembelajaran menggunakan rumus

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

108

ini di antaranya adalah kurangnya kosakata, prasyarat yang belum dikuasai dan kurangnya latihan. KESIMPULAN

Strategi yang digunakan dalam penguasaan mubtada khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih adalah pemanfaatan lima macam rumus yaitu M+N= mubtada’ khabar; M+M dan N+N(sifat)= na’at man’ut, N+M dan N+N(non Sifat) = mudhaf ilaih. Strategi ini bisa diterapkan dengan tiga tahapan yaitu: 1) menguasai prasayarat seperti isim, fi’il, huruf, ma’rifah nakirah, amil jar dan amil nashab, dan alamat i’rab; 2) menerapkan rumus; 3) melakukan latihan-latihan bervariasi. 18 dari 20 siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan rumus dalam mempermudah identifikasi mubtada’ khabar, na’at man’ut dan mudhaf ilaih.

Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pengajar atau lembaga sebagai solusi alternatif menguasai tarkiib bahasa Arab bagi pembelajar tingkat awal (mubtadi). Pembelajar diharapkan sudah benar-benar menguasai prasyarat yang ditetapkan agar mampu menerapkan rumus dan menentukan harakatnya. Hasil penelitian ini masih berupa penelitian dasar sehingga penelitian ini memerlukan kajian lebih dalam lagi dari peneliti-peneliti selanjutnya dalam rangka menyempurnakan kelemahan-kelamahan dari strategi rumus yang ada. REFERENSI Al Dahdah, A. (1987). Mu’jam Qawaidi al Lughah al Arabiyyah fii Jadaawil wa Lauhaat. Bairut:

Maktabah Lubnaan.

Al Ma’yuuf, A. bin M. (2016). Tadriis al Taraakiib wa al Qawaa’id. Presented at the Materi Dauraat Tadribiyah li Mudarrisi al Lughah al Arabiyyah, Malang: JSA UM.

Alwi, H. dkk. (2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.

Ghalayini, M. (2002). Al Duruus al Arabiyah li al Madaris al Ibtidaiyah: Al Silsilah al Ula. Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah.

Khasairi, M. (2016). Beberapa Pokok Pikiran Untuk Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Tarkiib. Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab, 1(2). Retrieved from http://prosiding.arab-um.com/index.php/konasbara/article/view/91

Meleong, L. J. (1989). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, B. M. (1992). Analisis Data Kualitatif (terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia.

Qusyairi, M. (2015). Tarkiib Washfi, anwa’uhu wa syuruthu kullin minhu wa al musykilat allati yuwajihuha al thalabah. Makalah disajikan pada Seminar Internasional di UIN Maliki Malang.

Thu’aimah, R. A. (1989). Ta’liimu al Lughah al Arabiyyah li Ghairi al Nathiqiina bihaa, Manaahijuhu wa Asaaliibuhu. Al Ribath: ISESCO.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Ubaidillah, U. (2009). KESALAHAN PEMBENTUKAN FRASE NOMINAL BAHASA ARAB OLEH PEMBELAJAR BAHASA ARAB (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Adab). Adabiyyāt: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 8(1), 1. https://doi.org/10.14421/ajbs.2009.08101

al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

Vol. 1, No. 1 |97-108

109