PLENO Skenario 2 Cardio
-
Upload
william-doktrian-julius -
Category
Documents
-
view
40 -
download
4
description
Transcript of PLENO Skenario 2 Cardio
PLENO SKENARIO 2 – BLOK KARDIOVASKULAR
Kelompok 7
• Advisedly 1018011003• Sanggiani Diah Aulia 1018011022• William Doktrian Julius 1018011024• Faddly Hendarsyah 1018011058• Assyifa Anindya 1018011043• Meta Sakina 1018011076• Ranti Apriliani P 1018011091• Zaky Faris Maulana 1018011106• Anisa Septa Rini 1018011112• Elvi yana 1018011057• Zelvi Ninaprilia 1018011130
Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang melebihi batas normal tekanan darah.
Hipertensi
Hipertensi yg tidak diketahui
penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial.
Beberapa penulis memilih istilah
hipertensi primer, untuk membedakan
dengan hipertensi sekunder (diketahui
penyebabnya)
Hipertensi sekunder
1. Hipertensi pada penyakit ginjal2. Hipertensi renovaskuler3. Hiperaldosteronisme Primer4. Feokromositoma
Hipertensi lainnya
1. Hipertensi pada kehamilan2. Krisis hipertensi
Epidemiologi
Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah
Lebih dari separuh orang berusia > 65 th menderita hipertensi
Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh penderita hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang)
160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Klasifikasi Hipertensi - Joint National Committee 7
Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1
140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2
≥ 160 Atau ≥ 100
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg)
Dan/atau
Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140 Dan < 90
Patogenesis - patofisiologi
Hipertensi esensial adalah penyakit multi faktorial yg timbul terutama karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu.
Faktor resiko yg mendorong kenaikan tekanan darah: 1. Faktor resiko: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis 2. Sistem saraf simpatis: tonus simpatis, variasi diurnal 3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan
vasokontriksi (endotel dan otot polos pemb darah) 4. Otokrin setempat yg mempengaruhi sistem Renin,
Angiotensin, dan Aldosteron
Rumus : Tekanan Darah = Curah Jantung X Tahanan Perifer (lihat gbr 1 halaman 611 pada buku ajar Ilmu Penyakit Dalam)
Gejala Klinis
Mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
• Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
• Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat
hipertensi,
• Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat
• Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus
• Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler
Gejala Klinis
Gejala lain:
• Pusing
• Muka merah
• Keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba
• Tengkuk terasa pegal
• Keringat berlebihan
• Gelisah
Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui auto antibodi)
Kerusakan organ-organ target yg umum ditemui:1. Jantung: hipertrofi ventrikel kiri, infark
miokard atau angina, gagal jantung2. Otak: Stroke, TIA (transient ischemic attack)3. Penyakit ginjal kronik4. Penyakit arteri perifer5. Retinopati
Adanya kerusakan organ target akan
memperburuk prognosis
Tingginya morbiditas dan mortalitas
terutama disebabkan oleh timbulnya
penyakit kardiovaskuler
Faktor-faktor Resiko
1. Merokok
2. Obesitas
3. Kurangnya aktifitas fisik
4. Dislipidemia: (kolesterol, LDL, trigliserid) tinggi dan HDL rendah
5. Diabetes Mellitus
6. Mikroalbuminuria atau LFG < 60 ml/mt
7. Umur (Laki-laki > 55 th, dan perempuan 65 th)
8. Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler prematur (laki-laki < 55 th dan perempuan < 65 th)
Evaluasi Hipertensi
Tujuan: • Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-
fakto resiko kardiovaskuler lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yg mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan.
• Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.
• Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskuler.
• Evaluasi dengan melakukan anamnesis
tentang keluhan pasien, riwayat penyakit
dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
• Kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Pada
hipertensi berat mengeluh: sakit kepala,
epistaksis, mata kabur.
Anamnesis
1. Lama menderita HT dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sakunder: penyakit ginjal kronik
3. Faktor resiko kardiovaskuler4. Gejala kerusakan organ target:
a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, TIA, defisit sensorik dan motorik
b. Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak napas, sembab kaki
c. Ginjal: haus , poliuri, nokturi, hematurid. Arteri perifer: ekstremitas dingin, klaudikasio
intermiten5. Pengobatan hipertensi sebelumnya6. Faktor-faktor pribadi, keluarga,
lingkungan
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, penyakit penyerta, kerusakan
organ target kemungkinan adanya hipertensi
sekunder
Pengukuran tekanan darah (dikamar periksa):
duduk dikursi setelah beristirahat 5 menit, kaki
dilantai dan lengan setinggi jantung,
pengukuran dilakukan dua kali dengan sela 1 – 5
menit
Pemeriksaan penunjang
Test darah rutin (Hb, lekosit, trombosit,
hematokrit), gula darah puasa, kolesterol
total, LDL, HDL, Trigliserida, asam urat,
ureum, kreatinin, kalium, urin rutin, EKG
KOMPLIKASI
Gagal Ginjal Ensefalopati hipertensi Penyakit Jantung Hipertensi Penyakit Arteri Koronaria Aneurysma
PENATALAKSANAAN
PRINSIP PENATALAKSANAAN
Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang masih dapat ditoleransi penderita.
Meningkatkan kemungkinan kwalitas dan harapan hidup penderita.
Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal mungkin komplikasi yang sudah terjadi.
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Diet rendah garam : dengan mengurangi konsumsi garam dari 10 gram/hari menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan tekanan darah, diet rendah garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko hipokalemi yang timbul pada pengobatan dengan diuretik.
2. Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa menurunkan tekanan darah.3. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol telah dibuktikan dalam
banyak penelitian bisa menurunkan tekanan darah.4. Menurunkan berat badan : setiap penurunan 1 kg berat badan akan
menurunkan tekanan darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg.5. Olah raga teratur : berguna untuk membakar timbunan lemak dan
menurunkan berat badan, menurunkan tekanan perifer dan menimbulkan perasaan santai, yang kesemuanya berakibat kepada penurunan tekanan darah.
6. Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna untuk mengurangi atau menghilangkan stres, yang pada gilirannya bisa menurunkan tekanan darah.
7. Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace, ketimun, belimbung wuluh dan bawang putih ternyata banyak membantu dalam usaha menurunkan tekanan darah.
Golongan Diuretik
Hidroklorotiasid 25 mg(HCT) Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang. Dosis : 1-2 X 25-50 mg. Efek samping : hipokalemi, hiponatremi, hiperurikalemi,
hiperkolesterolemi, hiperglikemi, kelemahan atau kram otot, muntah dan disines.
Kontra indikasi : DM, Gout Artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven Johnson).
Catatan : terapi hipertensi pada usia lanjut dengan HCT lebih banyak efek
sampingnya dari pada efektifitasnya. Untuk menghindari efek hipokalemi maka diberikan asupan Kalium 1
X 500 mg, atau memperbanyak makan pisang. Furosemid 40 mg
Indikasi : hipertensi ringan sampai berat. Dosis : 1-2 X 40-80 mg. Efek samping : sama dengan HCT. Kontra indikasi : DM, gout artritis, riwayat alergi (Sindrom Steven
Johnson).
Golongan Beta-Blocker
Propranolol 40 mg Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang. Dosis : 3 X 40-160 mg. Efek samping : depresi, insomnia, mimpi buruk,
pusing, mual, diare, obstipasi, bronkospasme, kram otot dan bradikardi serta gagal jantung.
Kontra indikasi : DM, gagal jantung, asma, depresi.
Golongan Blok Ganglion
Klonidin 0,15 mg Indikasi : hipertensi sedang sampai berat. Dosis : 2-3 X 0,15-1,2 mg Efek samping : mulut kering, kelelahan,
mengantuk, bradikardi, impotensi, gangguan hati dan depresi.
Kontra indikasi : hepatitis akut, sirosis hepatis, depresi.
Reserpin 0,25 mg dan 0,1 mg. Indikasi : hipertensi sedang sampai berat. Dosis : 1-2 X 0,1-0,25 mg Efek samping : bradikardi, eksaserbasi asma,
diare, penambahan berat badan mimpi buruk, depresi.
Kontra indikasi : asma, depresi.
Golongan Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE I) Kaptopril 25 mg
Indikasi : hipertensi ringan sampai berat Dosis : dosis awal 2-3 X 12,5-25 mg, bila
setelah 1-2 minggu belum ada respon dosis dinaikkan 2-3 X 50 mg.
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan.
Efek samping : pruritus, retensi kalium ringan, proteinuri, gagal ginjal, neutropeni dan agranulositosis, mual dan muntah, gangguan pengecap, parestesia, bronkospame, limfadenopati dan batuk-batuk.
Kontra indikasi : asma
Golongan Antagonis Kalsium
Diltiazem 30 mg Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang. Dosis : 3-4 X 30 mg. Efek samping : Bradikardi, dizziness, sakit kepala, mual,
muntah, diare, konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow pain.
Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.
Nifedipin 10 mg Indikasi : hipertensi ringan sampai berat. Dosis : 3 X 10-20 mg Efek samping : sama dengan diltiasem. Kontra indikasi : sama dengan diltiasem.
SENI TERAPI
Hipertensi Ringan (diastol 90 - 110 mmHg) Pilihan obat pertama : diuretik atau beta blocker Obat tambahan : Diuretik + Beta blocker
Hipertensi sedang (diastol : 110-130 mmHg) Pilihan obat pertama : Diuretik + Beta blocker Obat tambahan : Klonidin
Hipertensi Berat (diastol > 130 mmHg)
Pilihan obat pertama : Klonidin + Diuretik. Obat tambahan : Beta Blocker
KRISIS HIPERTENSI
LATAR BELAKANG
Hipertensi Masalah kesehatan masyarakat
dunia Beberapa penulis 1% dari penderita
hipertensi akan mengalami krisis hipertensi
Majalah the Lancet dan WHO Kejadian krisis hipertensi akan m↑ dari 0,26% th 2000 0,29% th 2025 pd penduduk dewasa di dunia
Untuk mencegah kerusakan organ akibat krisis hipertensi di Indonesia perlu dilakukan upaya pengenalan dini dan penatalaksanaan krisis hipertensi yang disepakati bersama.
DEFINISI
Krisis hipertensi Suatu keadaan peningkatan tekanan
darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pd penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera.
KLASIFIKASI KRISIS HIPERTENSI
1. Hipertensi emergensi Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang progresif. Di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi Kenaikan TD mendadak yg tidak
disertai kerusakan organ target. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
MANIFESTASI KLINIS KRISIS HIPERTENSI
1. Bidang neurologi: Sakit kepala, hilang/ kabur
penglihatan, kejang, defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran (somnolen, sopor, coma).
2. Bidang mata: Funduskopi berupa perdarahan
retina, eksudat retina, edema papil.3. Bidang kardiovaskular Nyeri dada, edema paru.
4. Bidang ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.
5. Bidang obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat, kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri, serta gangguan kesadaran/ gangguan serebrovaskuler.
FAKTOR RISIKO
Penderita hipertensi yg tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi
Kehamilan Penggunaan NAPZA Penderita dg rangsangan simpatis yg
tinggi seperti luka bakar berat, phaechromocytoma, penyakit kolagen, penyakit vaskuler, trauma kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
PENDEKATAN AWAL PD KRISIS HIPERTENSI
Anamnesis R/ hipertensi (awal hipertensi, jenis
obat anti hipertensi, keteraturan konsumsi
obat). Ganguan organ (kardiovaskuler, serebrovaskular,
serebrovaskular, renovaskular, dan organ lain).
Pemeriksaan fisik Sesuai dengan organ target yang
terkena Pengukuran TD di kedua lengan Palpasi denyut nadi di keempat
ekstremitas Auskultasi untuk mendengar ada/
tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung
dan ronki paru. Pemeriksaan neurologis umum Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal: a. Urinalisis b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah
dan elektrolit. Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks Pemeriksaan penunjang lain bila
memungkinkan: CT scan kepala, ekokardiogram,
ultrasonogram.
PENETAPAN DIAGNOSTIK
Walau biasanya pd krisis hipertensi ditemukan TD ≥180/120 mmHg perlu diperhatikan kecepatan kenaikan TD tersebut dan derajat gangguan organ target yang terjadi.
TATALAKSANA KRISIS HIPERTENSI
Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit, namun dapat dilaksanakan di tempat pelayanan primer sebagai pelayanan pendahuluan dengan pemberian obat anti hipertensi oral.
TATALAKSANA HIPERTENSI EMERGENSI
Harus dilakukan di RS dg fasiltas pemantauan yg memadai
Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infus sesegera mungkin
TD harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah sbb:
a. 5 menit s/d 120 menit pertama TD rata-rata
(mean arterial blood pressure) diturunkan 20-
25%.
b. 2 s/d 6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100 mmHg.
c. 6-24 jam berikutnya diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemia organ.
OBAT-OBATAN YANG DIGUNAKAN PADA HIPERTENSI EMERGENSI
Clonidin (catapres) IV (150 mcg/ampul)
a. Ckonidin 900 mcg dimasukkan dalam cairan
infus glucosa 5% 500cc dan diberikan
dengan mikrodrip 12 tetes/ menit, setiap 15
menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai TD yg
diharapkan tercapai.
b. Bila TD target tercapai pasien diobservasi
selama 4 jam kemudian diganti dg tablet
clonidin oral sesuai kebutuhan.
c. Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound phenomen, dimana TD naik secara cepat bila obat dihentikan.
Diltiazem (Herbesser) IV (10 mg dan 50 mg/ampul)
a. Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit
kemudian diteruskan dg infus 50 mg/jam
selama 20 menit. b. Bila TD telah turun >20% dari awal,
dosis diberikan 30 mg/jam sampai target
tercapai. c. Diteruskan dg dosis maintenance 5-
10 mg/jam dg observasi 4 jam kemudian diganti
dg tablet oral.
Nicardipin (Perdipin) IV (12 mg dan 10 mg/ampul)
a. Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus.
b. Bila TD tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6
mcg/kgBB/menit sampai target TD tercapai. Labetalol (Normodyne) IV
Diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit atau dapat diberikan dalam cairan infus dg dosis 2 mg menit.
Nitroprusside (Nitropress, Nipride) IV
Diberikan dlm cairan infus dg dosis 0,25-10.00 mcg/kg/menit.
KRISIS HIPERTENSI PD KEADAAN KHUSUS
Krisis hipertensi pd gangguan otak
1. Stroke
A. Infark: aterotrombotik, kardioembolik,
lakunar.
TD sistolik >220 mmHg dan diastolik
>120 mmHg. Pengukuran dilakukan dua
kali dalam jangka waktu 30 menit
Tidak ada tanda-tanda yg meningkatkan TD
seperti nyeri kepala/artikular, kandung kemih
penuh.
Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai
prosedur dengan batas penurunan maksimal
TD 20-25% dari mean arterial blood pressure.
Jika TD sistolik 180-220 mmHg dan TD
diastolik 105-120 mmHg, dilakukan penatalaksanaan seperti terapi pd
hipertensi urgensi.
b. Perdarahan: perdarahan intraserebral,
perdarahan subarachnoid, pecahnya Arteriovenous
Malformation (AVM).TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg.
Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30 menit.
Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD seperti nyeri kepala/ artikular, kandung kemih penuh.
Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai
prosedur tatalaksana krisis hipertensi dg batas penurunan TD 20-25% dari mean arterial blood pressure.
Target TD adalah sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg.
Obat Dosis Mulai kerja Lama kerja
Efek samping Keterangan
Labetolol 20-80 mg iv bolus setiap 10 menit at 2 mg/menit, infus kontinyu
5-10 menit 3-6 jam Nausea, vomtus ,hipotensi, blok atau gagal jantung,kerusakan hati, bronkospasme
Terutama untuk kegawatdaruratan hipertensi, kecuali pd gagal jantung
Nikardipin 5-15 mg/jamInfus kontinyu
5-15 menit Sepanjang infus berjalan
Takikardi Larut dalam air, tidak sensitif terhadap cahaya
Diltiazem 5-40 µg/kg/menit infus kontinyu
5-10 menit 4 jam Blok nodus A-V, denyut prematur atrium, terutama usia lanjut
Krisis hipertensi
Tabel No. 1. Obat-obat parenteral untuk terapi emergensi hipertensi pada stroke akut
2. Ensefalopati hipertensi TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120
mmHg. Pengukuran dua kali dalam jangka waktu 30 menit.
Terdapat gangguan kesadaran, retinopati dg papiledema, peningkatan tekanan intrakranial sampai kejang.
Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD Obat antihipertensi parenteral diberikan sesuai
prosedur tatalaksana hipertensi krisis dg batas penurunan TD 20-25% dari MAP.
3. Cedera kepala dan Tumor intrakranial
Terdapat gejala tekanan intrakranial yg meningkat seperti: sakit kepala hebat, muntah proyektil/ tanpa penyebab gastrointestinal, papiledema (sembab papil), kesadaran menurun.
TD sistolik >220 mmHg dan diastolik >120 mmHg . Pengukuran 2x dlm jangka waktu 30 menit.
Tidak ada tanda-tanda lain yg meningkatkan TD
Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur tatalaksana hipertensi krisis dg batas penurunan TD 20-25% dari MAP.
Khusus untuk tumor intrakranial hipofisis perlu dilakukan pemeriksaan hormonal dan penatalaksanaan sesuai dg hipertensi krisis dengan gangguan endokrin.
KRISIS HIPERTENSI PADA PENYAKIT JANTUNG
Krisis Hipertensi dan Diseksi aorta
Definisi
Suatu kondisi akibat robekan pada dinding aorta
sehingga lapisan dinding aorta terpisah dan
darah dapat masuk ke sela-sela lapisan dinding
pembuluh darah aorta.
MANIFESTASI KLINISKeluhan dapat bervariasi
1. Nyeri khas Aorta: onset mendadak, nyeri teriris sudah maksimal dirasakan saat awal, lokasi nyeri sesuai lokasi dimana robekan aorta tadi.
2. Rasa nyeri dada seperti nyeri dada khas infark miokard, bila proses diseksi menjalar ke ostium arteri koronaria.
3. Rasa nyeri leher disertai pandangan kabur, bila proses diseksi ekstensi ke arteri karotis.
4. Sinkope merupakan petanda komplikasi yg fatal, spt tamponade jantung, hipoperfusi serebri.
DIAGNOSIS
Kecurigaan diagnosa Diseksi Aorta berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik cukup unruk menatalaksana sebagai diseksi aorta.
Diagnosa pasti dengan pencitraan:
1. Ekokardiografi transesofageal (TEE)
2. CT scan dengan kontras.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Prinsip tatalaksana/ sasaran tekanan darah
Atasi rasa nyeri dg morfin iv. Menurunkan TD diastolik segera (dalam 10-20 menit) dg target TD sistolik 110-120 mmHg dan frekwensi nadi 60 x/mnt.
β-blocker merupakan obat pilihan utama untuk mengurangi shear stress dan mengontrol TD
Terapi medikamentosa dapat dilakukan pd diseksi aorta desenden tanpa komplikasi ke organ lain (hipoperfusi ginjal, ekstremitas dan mesenterika)
Setelah pasien stabil, idealnya 24-48 jam, obat IV diganti dengan oral.
Tabel No.1 Obat-obat intravena Diseksi Aorta yg ada di Indonesia
OBAT DOSIS Bolus DOSIS PEMELIHARAAN
Penyekat Beta Propanolol 1 mg IV setiap 3-5
menit(max 6.15 mg/kgBB)
2-6 mg IVSetiap 4-6 jam
Kalsium Antagonis Diltiazem Verapamil
0,25 mg/kg IV dalam 2 menit setelah 15 menit 0,35 mg/kg IV
0,075-0,1 s/d 2,5-5 mg/kgSelama 2 menit
5 mg/jam dapat dititrasi 2,5-5 mg/jam, max 15 mg/jam
5-15 mg/jam IV drip
Krisis Hipertensi dengan edema paruDefinisi
Suatu keadaan timbulnya tanda dan gejala gagal jantung yang disertai dengan peningkatan tekanan darah dan gambaran rontgen toraks sesuai dengan edema paru.
Manifestasi Klinis
Keluhan/ gejala:1. Sesak Nafas2. Orthopnea3. Dyspnea d’effort
Pemeriksaan fisik
1. TD sesuai definisi krisis hipertensi2. Frekwensi pernafasan meningkat3. Pada pemeriksaan jantung
ditemukan S3 dan/ atau S4 gallop.4. Pada pemeriksaan paru suara nafas
ekspirasi memanjang disertai ronchi basah halus seluruh lapangan paru.
5. Peningkatan tekanan vena jugularis.
DIAGNOSIS
1. Peningkatan tekanan darah sesuai krisis hipertensi
2. Gejala dan tanda gagal jantung3. Edema paru pada foto thorax
Prinsip Tatalaksana dan Sasaran Tekanan Darah
1. O2 dengan target saturasi 02 perifer > 95%, bila perlu dapat digunakan CPAP atau ventilasi mekanik non-invasif bahkan ventilasi mekanik invasif.
2. Pemberian Nitroglycerin sublingual, bila perlu dilanjutkan dg pemberian drip.
3. Pemberian diuretik loop IV (Furosemid)
4. Pemberian obat anti hipertensi IV at sublingual
5. Bila tidak ada kontra indikasi morfin IV dapat dipertimbangkan.
Target penurunan TD sistolik atau diastolik sebesar 30 mmHg dalam beberapa menit.
Sasaran akhir TD sistolik < 130 mmHg dan TD diastolik < 80 mmHg.
Sebaiknya dicapai dalam 3 jam
Tabel No 2 Obat-obat parenteral untuk penanganan hipertensi emergensi pd edema paru dan sindroma koroner akut
Obat Golongan Dosis Onset kerja
Masa kerja
Efek samping
Sodiumnitroprusid
VasodilatorArteri & vena
0,25-10Mg/kg/mnt
Segera stlh distop
1-2 mnt
Mual, hipotensi,keracunan tiosianat, methemoglobinemia dan sianida.
Nitrogliserin
Vasodilator:Arteri & vena
5-300 mcg/mnt
1-5 mnt 3-5 mnt
Sakit kepala, mual, takikardia, muntah toleransi
Isosorbid dinitrat
Vasodilator:Arteri & vena
1- 10 mg/jam
1-5 mnt 3-5 mnt
Sakit kepala,mual, takikardia, muntah, toleransi
Nikardipin Kalsiumantagonis
5-15mg/jam
5-15menit
30-40 menit
Hipotensi,takikardi,mual muntah, muka merah
Furosemide
Diuretik loop
20-40 mg 10-20 mnt
4-6 jam
HipokalemiHipovolemia
Krisis Hipertensi pd Sindroma Koroner Akut
Definisi Krisis hipertensi yang terjadi pada
pasien dengan sindroma koroner akut.
Sindroma koroner akut tdd : 1. angina pektoris tidak stabil, 2. Infark miokard non ST elevasi 3. Infark miokard dengan ST elevasi
Manifestasi Klinis
KeluhanNyeri dada dg penjalaran ke leher atau lengan kiri dengan durasi lebih dari 20 menit dan dapat disertai dg gejala sistemik berupa keringat dingin, mual dan muntah dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda gagal jantung.
Temuan KlinisPemeriksaan fisik dapat normal atau tanda-tanda gagal jantung
Diagnosis1. Anamnesis2. EKG3. Enzim petanda kerusakan otot jantung
(CKmb, Troponin T)
Prinsip tatalaksana dan Sasaran Tekanan Darah
1. Penyekat Beta dan nitrogliserin merupakan anjuran utama.
2. Bila tidak terkontrol dapat diberikan gol kalsium antagonis parenteral, nicardipin dan diltiazem bila tidak ada kontraindikasi.
3. Sasaran TD sistolik adalah <130 mmHg dan TD diastolik < 80 mmHg.
4. Penurunan TD harus dilakukan secara bertahap.
5. Penurunan TD perlu pemantauan ketat agar TD diastolik tidak lebih rendah dari 60 mmHg, karena dapat mengakibatkan iskemia miokard bertambah berat.
KRISIS HIPERTENSI PADA PENYAKIT GINJAL
Stenosis arteri renalis dicurigai biladitemukan:
1. Ditemukan hipertensi sebelum usia 30 th khususnya jika tidak ada riwayat hipertensi di keluarga.
2. Ditemukan hipertensi berat (hipertensi stadium II dengan TD > 160/100 mmHg) setelah usia > 50.
3. Ditemukan hipertensi yg refrakter dan sulit dikendalikan dengan obat kombinasi lebih dari 3 macam ( termasuk diuretik)
4. Terjadinya peningkatan TD tiba-tiba pd keadaan pasien hipertensi yg terkontrol baik sebelumnya.
5. Hipertensi maligna ( hipertensi dg keterlibatan gangguan organ lain seperti gagal ginjal akut, perdarahan retina, gagal jantung, dan kelainan neorologis.
6. Peningkatan plasma kreatinin dalam waktu singkat setelah pemberian golongan obat ACEI/ARB
Pemeriksaan penunjang diagnostik
1. Arteriografi ginjal (pemeriksaan baku emas)
2. Magnetic resonance angiography.3. Computed tomography angiography.4. Duplex doppler ultrasonography.
KRISIS HIPERTENSI PD GANGGUAN ENDOKRIN
Krisis Feokromositoma Keganasan pd kelenjar adreno-medulari
menyebabkan terjadi krisis hipertensi, karena kelebihan produksi epinefrin dan non epinefrin dilepaskan ke dalam peredaran darah. Juga karena stimulasi beta reseptor ginjal oleh kadar katekolamin yg tinggi menyebabkan dilepaskannya renin yg pd akhirnya meningkatkan tekanan arteri
Diagnosis feokromositoma ditegakkan dengan pemeriksaan katekolamin plasma, katekolamin urine dan atau metabolitnya dalam urine 24 jam
( seperti metanefrin dan VMA= Vanil mandelic acid).
Feokromositoma jarang ditemukan, tetapi merupakan penyebab yang penting pada krisis hipertensi.
KRISIS HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Keadaan yg menyertai krisis hipertensi adalah preeklampsi.
Dapat ditemukan gangguan penglihatan, sakit kepala hebat, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri sampai gangguan serebrovsaskuler.
Bila terjadi kejang penderita masuk stadium eklampsia.
Krisis hipertensi hanya dapat diakhiri dengan proses persalinan dan penanggulangan dilakukan sesuai penanggulangan krisis hipertensi dg perhatian khusus pd kehamilan.
Keputusan untuk melakukan terminasi kehamilan/ proses persalinan dilakukan oleh ahli medis di bidang kebidanan. (Obstruksi ginekolog)
HIPERTENSI KRISIS PD PENGGUNA NAPZA
Sejumlah obat/ senyawa yg termasuk NAPZA dapat menimbulkan krisis hipertensi, terutama pada pasien yg sudah hipertensi.
Senyawa tersebut adalah, kokain, amfetamin, metamfetamin, phencyclidine.
Penanganan disesuaikan dengan penatalaksanaan krisis hipertensi.
TERIMA KASIH