Plagiarism Checker X Originality...

71
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 30% Date: Thursday, April 02, 2020 Statistics: 5645 words Plagiarized / 19061 Total words Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- BAB I PENDAHULUAN Selain memiliki alam yang indah, pulau Bali juga kaya akan seni budaya tradisional. Di daerah ini terdapat bebagai macam seni pertunjukan, baik seni tari, seni suara, maupun seni karawitan. Semua kesenian itu memiliki fungsi bagi kehidupan masyarakat. Menurut hasil seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu yang diselenggarakan pada tahun 1971, seni pertunjukan diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yakni tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan (Bandem, 1996:49). Seni tari wali merupakan tarian sakral yang berfungsi sebagai pelengkap pelaksana dalam upacara keagamaan. Seni pertunjukan ini disuguhkan di tempat-tempat tertentu yang erat hubungannya dengan upacara agama. Seni wali menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kronologis upacara-upacara tersebut.Contoh seni wali, yakni antara tari rejang dan pertunjukan wayang sapuh leger. Seni tari bebali adalah seni pertunjukan yang erat hubungannya dengan upacara keagamaan, berfungsi sebagai pengiring upacara, baik di dalam pura maupun di luar pura. Contoh seni bebali ini, yakni topeng, wayang kulit. Di pihak lain seni tari bali-balian adalah segala seni pertunjukan yang fungsinya lebih mengutamakan hiburan. Beberapa contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan drama gong. Senada dengan penggolongan fungsi seni itu, secara umum Soedarsono (2002:15) mengemukakan bahwa seni pertunjukan memiliki tiga fungsi, yaitu (1) untuk kepentingan upacara ritual, (2) sebagai hiburan pribadi, dan (3) sebagai penyajian estetis atau tontonan. Dalam perkembangan selanjutnya, seni dapat pula berfungsi sebagai sarana pendidikan, media terapi, dan sebagai sarana komunikasi.

Transcript of Plagiarism Checker X Originality...

Page 1: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 30%

Date: Thursday, April 02, 2020

Statistics: 5645 words Plagiarized / 19061 Total words

Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN Selain memiliki alam yang indah, pulau Bali juga kaya akan seni

budaya tradisional. Di daerah ini terdapat bebagai macam seni pertunjukan, baik seni

tari, seni suara, maupun seni karawitan. Semua kesenian itu memiliki fungsi bagi

kehidupan masyarakat. Menurut hasil seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek

agama Hindu yang diselenggarakan pada tahun 1971, seni pertunjukan diklasifikasikan

menjadi tiga golongan, yakni tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan (Bandem,

1996:49).

Seni tari wali merupakan tarian sakral yang berfungsi sebagai pelengkap pelaksana

dalam upacara keagamaan. Seni pertunjukan ini disuguhkan di tempat-tempat tertentu

yang erat hubungannya dengan upacara agama. Seni wali menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kronologis upacara-upacara tersebut.Contoh seni wali, yakni antara tari

rejang dan pertunjukan wayang sapuh leger.

Seni tari bebali adalah seni pertunjukan yang erat hubungannya dengan upacara

keagamaan, berfungsi sebagai pengiring upacara, baik di dalam pura maupun di luar

pura. Contoh seni bebali ini, yakni topeng, wayang kulit. Di pihak lain seni tari bali-balian

adalah segala seni pertunjukan yang fungsinya lebih mengutamakan hiburan. Beberapa

contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan drama gong.

Senada dengan penggolongan fungsi seni itu, secara umum Soedarsono (2002:15)

mengemukakan bahwa seni pertunjukan memiliki tiga fungsi, yaitu (1) untuk

kepentingan upacara ritual, (2) sebagai hiburan pribadi, dan (3) sebagai penyajian estetis

atau tontonan. Dalam perkembangan selanjutnya, seni dapat pula berfungsi sebagai

sarana pendidikan, media terapi, dan sebagai sarana komunikasi.

Page 2: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Tiap-tiap fungsi tersebut dapat berkembang secara terpisah tanpa mengurangi makna

dan tujuan penciptanya. Dalam masyarakat tradisional, Soedarsono lebih jauh

mengemukakan bahwa fungsi seni untuk pemujaan berlangsung pada masa ketika

peradaban manusia masih sangat terbelakang. Kehidupan kesenian waktu itu belum

mengenal adanya instrumen musik, busana, gerak, tata panggung, dan lain-lainnya,

seperti kesenian pada masa kini.

Kecenderungan seni ritual pada masa lalu lebih menekankan misi daripada fisik atau

bentuk. Oleh karena itu, bentuk seni ritual untuk pemujaan pada masa silam sangat

sederhana, baik dari aspek musik iringan, busana (kostum), rias, gerak, maupun

penggunaan dekorasi sebagai setting pertunjukan. Sebagai tuntunan, fungsi seni

pertunjukan lebih menyentuh pada misi yang secara verbal diungkapkan.

Para pelaku seni lebih dituntut untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat

atau penonton. Kemudian sebagai hiburan, seni ini diharapkan mampu memberikan

kesenangan pada seseorang atau kelompok orang yang berada di sekitar pertunjukan.

Pada era modern fungsi seni berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

modern yang sangat beragam dan kompleks.

Seni secara jelas dapat dijumpai di setiap elemen dan situasi kehidupan. Mungkin pada

masa lalu seni juga sudah mengusung berbagai fungsi, tetapi tidak tampil secara

jelas.Fungsi senidalam masyarakat moderndapat dikemukakan sebagai (1)

ekspresi/aktualisasi diri, (2) pendidikan, (3) industri, (4) seni terapi,dan (5)

komersial/instant (Casjan, 2012:3). Sebagai fungsi ekspresi/aktualisasi diri,

kecenderungan fungsi seni pertunjukan ini merupakan perwujudan dari semboyan “seni

untuk seni”.

Tidak ada orang yang dapat mengganggu gugat ekspresi seni dalam penampilannya.

Kebebasan di sini lebih menekankan pada pencapaian tujuan tertentu yang

diperjuangkan. Seni pertunjukan sebagai pendidikan merupakan elemen mendasar yang

perlu dipahami karena esensi seni sebenarnya tidak dapat lepas dari muatan edukatif.

Dengan kalimat lain, apa yang dituangkan ke dalam berbagai cabang seni merupakan

sarana untuk mewujudkan tujuan membentuk budi pekerti seseorang.

Fungsi seni sebagai industri lebih mengarah pada tujuan atau kepentingan tertentu

untuk mendukung satu produk tertentu. Seni untuk industri adalah sesuatu yang

mampu memberikan daya tarik pada produk yang ditawarkan. Misalnya, sebuah lagu

dibuat untuk kepentingan iklan produk susu. Atau ketika seorang penata tari membuat

koreografi untuk menggambarkan sesuatu yang terkait dengan keperkasaan seseorang

lewat iklan rokok.

Page 3: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Selanjutnya, fungsi seni untuk terapi digunakan secara khusus memberikan ketenangan

batin seseorang yang sedang menderita secara psikis. Masalah kejiwaan yang

dihadapimanusia seringkali membutuhkan media untuk menyelesaikannya. Salah satu

cara tersebut dapat ditempuh dengan melakukan aktivitas di dunia seni.

Dengan berolah seni, seseorang yang memiliki permasalahan atau tekanan jiwa akan

terobati. Dengan demikian, orang belajar seni untuk terapi sebagai media untuk

memberikan siraman estetis melalui kegiatan seni yang digemari. Terakhir, seni untuk

kategori sebagai alat mendatangkan keuntungan (entertaiment) ini bisa dibuat sesuai

dengan keperluan dan keinginan si penggarap.

Apa pun wujud kesenian itu asal mampu memenuhi keinginan pembeli tidak masalah

walaupun kadang-kadang harus menyimpang pada norma estetis yang berlaku. Seni

untuk fungsi ini terjadi karena permintaan yang banyak (Herytrisusanto. 2012:4).

Menurut Setyawan (2011:3), salah satu fungsi seni pertunjukan adalah sebagai media

penerangan atau kritik sosial.

Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, menurut Setyawan, seni pertunjukan

tradisional juga cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan,

khususnya bagi masyarakat pedesaan atau masyarakat pada umumnya. Pesan yang

ingin disampaikan dapat dilakukan melalui tokoh punakawan pada seni pertunjukan

wayang orang. Punakawan inilah yang mengggambarkan figur-figur rakyat sehingga

kritik-kritik sosial ataupun media penerangnan disampaikan melalui mereka dan

diharapkan para penonton akan lebih mudah mencernanya.

Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikannya bisa berbagai macam topik

sesuai dengan keinginan misalnya sekitar kepahlawanan, kebersamaan, kesetiaan,

kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritik sosial yang cenderung banyak dilakukan

oleh masyarakat pada masa kini. Kritik sosial yang disampaikan melalui bentuk kesenian

tradisional sungguh tepat. Hal itu disebabkan oleh masyarakat Indonesia yang

menganut paham paternalistik.

Artinya, tabu apabila orang yang dikritik adalah pemimpinnya, atasannya, ataupun

saudaranya. Media yang sangat tepat untuk menyindir adalah melalui tokoh-tokoh yang

diperankan dalam seni pertunjukan tersebut (Setyawan, 2011:3). Berdasarkan

pengamatan, diketahui bahwa sindiran-sindiran memang perlu disampaikan untuk

mendapat respons masyarakat penonton.

Uraian di atas menunjukkan bahwa perjalanan sejarah seni pertunjukan tidak diragukan

Page 4: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

memiliki arti penting bagi kehidupan bermasyarakat. Kusmayati (2010) mengemukakan

bahwa seni pertunjukan dengan aspek-aspek pembentuk sosoknya sesungguhnya telah

berusaha menempatkan diri sebagai pilar-pilar yang dapat digunakan sebagai

penyangga kehidupan berbangsa yang saat ini sedang dalam melaksanakan

pembangunan, baik material maupun moral.

Khususnya dalam pembangunan moral, negera memerlukan dukungan untuk

kebersamaan. Kebersamaan yang dilandasi oleh toleransi bermasyarakat ditawarkan

oleh seni pertunjukan yang sedang membangun kembali jatidiri, kebanggaan, dan

martabat bangsa seperti sekarang ini.

Dari beberapa fungsi seni pertunjukan yang telah dikemukakan, diketahui bahwa seni

pertunjukan drama gong merupakan tari balih-balihan atau yang berfungsi sebagai

hiburan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai hiburan, sangat besar kemungkinannya,

seni pertunjukan drama gong juga menyampaikan pesan-pesan pendidikan, seperti

pendidikan moral atau budi pekerti.

Sebagaimana dikatakan Waluyo (2002) bahwa kata drama berasal dari bahasa Yunani,

yaitu dramoai yang berarti berbuat, berlaku, beraksi, bertindak, dan sebagainya. Teater

merupakan kisah kehidupan manusia yang disusun untuk ditampilkan sebagai

pertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dan ditonton oleh publik (penonton).

Lebih jauh Waluyo mengemukakan bahwa teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak

terlepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia.

Kehidupan manusia yang merupakan bahan penciptaan, baik bagi penulis maupun

pekerja seni teater lainnya, akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan

tanda dan simbolkehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut diyakini

sebagai dasar darikomunikasi teater. Suherjanto (2015) menegaskan bahwa yang paling

penting dalam komunikasi adalah pesan.

Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsur, yaitutanda, simbol, bahasa, dan wacana.

Sama halnya dengan teater yang lain, drama gong sebagai sebuah karya seni

pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, norma, kebaikan, keburukan,

kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa perbincangan tentang dinamika

kehidupan drama gong di Bali menjadi sebuah pembahasan menarik dari segi sosial dan

budaya dalam kehidupan masyarakat Bali. Suartaya (2003) mengemukakan bahwa seni

pertunjukan drama gong eksis dengan dominasi menunya yang bersifat menghibur.

Menurut Suartaya resep ini telah dipakai oleh kebanyakan seni yang bersifat kerakyatan.

Page 5: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Dalam hal ini seni pertunjukan drama gong selain sarat dengan kiat-kiat meraih tawa,

cerita yang disajikan secara sederhana dan ringanrupanya memang pas dikonsumsi oleh

masyarakat Bali pada umumnya. Dalam konteks psikologi dan atmosfer atau

perkembangan masyarakat yang demikianlah drama gong berkiprah dan berkibar.

Sebagai kesenian pertunjukan yang memiliki fungsi hiburan, drama gong merupakan

salah satu teater tradisional masyarakat Bali yang hidup dan bersaing di tengah-tengah

ingar-bingar berbagai kesenian yang ada di Pulau Dewata.

Kesenian drama tradisional ini memiliki sejarah yang unik dan mengalami dinamika,

seirama dengan perubahan zaman dari tahun ke tahun. Sekitar tahun 1950 terbentuk

sebuah kesenian yang disebut drama janger, yang merupakan bagian dari kesenian

janger. Dalam banyak hal drama janger sangat mirip dengan sandiwara atau stambul

yang ada dan populer pada sekitar tahun 1950-an.

Drama janger inilah diduga sebagai embrio kelahiran drama gong. Iringan musik drama

janger ini masih sangat sederhana dan tergolong barungan gamelan kecil. Di samping

itu, para pelaku dan cerita yang dibawakan masih sangat sederhana dan durasiyang

diperlukan tidak panjang. Putra (1999:4) mengatakan bahwa, pada akhir tahun 1959

lembaga umat Hindu Parisada Hindu Dharma membentuk seni pertunjukan yang

mendapat pengaruh kesenian klasik atau tradisional Bali lainnya. Karena mendapat

pengaruh dari kesenian tradisional, maka seni pertunjukan disebut drama klasik.

Lakon cerita yang diangkat dalam drama klasik, yakni Mayadenawa sehingga sering

disebut drama Mayadenawa oleh masyarakat.Tokoh Mayadenawa adalah kisah raja

raksasa yang melarang rakyatnya untuk menyembah Tuhan, mengajak rakyat ateis, dan

menyuruh rakyat menghancurkan pura. Sehubungan dengan itu Dewa Indra turun ke

bumi untuk membunuh Mayadenawa. Dalam perang itu dharmamenang melawan

adharma.

Lakon ini sering dikaitkan dengan mitos tentang Galungan. Pada waktu itu drama gong

untuk seni pertunjukan ini belum muncul walaupun dalam pementasan drama

Mayadenawa diiringi gamelan gong. Dalam rentang waktu tujuh tahun, yaitu

1959--1966, drama Mayadenawa melakukan pertunjukan sampai sepuluh kali di Bali dan

Lombok.

Pertunjukan pertama di Lombok berlangsung pada 1962 untuk memeriahkan hari raya

Galungan dan kedua pada 1963 dalam rangka mengumpulkan dana atas undangan

Palang Merah Indonesia (PMI). Setelah 1966 drama Mayadenawa terus dipentaskan.

Menurut laporan koran, pementasan mereka selalu “sukses besar”. Dari segi lakon cerita,

Page 6: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

pementasan drama awalnya mengangkat mitologi Hindu.

Dalam perkembangannya drama ini mengangkat cerita romantis kehidupan sehari-hari

yang terinspirasi dari keadaan alam. Sebagaimana dipaparkan Putra (1999:4) bahwa

drama yang terbentuk sebelum 1965 ada yang mengangkat lakon cerita dengan judul

“Bertemu di Ujung Keris” karya Tjokorda Rai Sudharta. Drama itu mengisahkan

pertemuan kembali dua remaja bercinta setelah sempat terpisah saat gunung meletus.

Kisah tersebut mendapat inspirasi dari letusan Gunung Agung 1963. Kemudian pada

tahun 1966 di Gianyar muncul drama mengangkat kisah “I Swasta Setahun di Bedahulu”,

novel Panji Tisna. Meskipun novel itu berbahasa Indonesia, dialog drama menggunakan

bahasa Bali (Bali Post, 4 September 1999).

Kisah drama kembali mengangkat legenda atau cerita rakyat yang memang populer.

Payadnya (dalam Bali Post, 4 September 1999:4)menggarap drama dengan lakon

“Jayaprana”. Kisah itu diangkat dari legenda yang terjadi di Buleleng itu dipentaskan

pada 24 Februari 1966 di halaman sebuah pura di desanya,sedangkan drama dengan

lakon “I Swasta Setahun di Bedahulu” dimainkan lima atau enam tahun kemudian.

Bahasa yang digunakan bukan sepenuhnya bahasa Bali, melainkan bahasa Indonesia

(80%) dan bahasa Bali (20%). Dalam perjalanannyaseni pertunjukan drama gong

dibentuk dengan memadukan unsur-unsur teater modern (Barat) dengan teater

tradisional (Bali). Unsur-unsur drama tari tradisional Bali yang memengaruhi drama

gong, menurut Soelarso dan S.Ilmi Albiladiyah (1975:12--18), antara lain sendratari, arja,

dan sandiwara.

Di pihak lain unsur-unsur teater modern yang dikawinkan dalam drama gong, antara

laintata dekorasi, penggunaan sound efect, akting, dan tata busana. Kesenian ini

diberikan nama drama gong karena dalam pementasannya setiap gerak pemain dan

peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan gong kebyar. Di samping itu,

penggunaan lakon cerita pun beraneka ragam untuk memenuhi selera masyarakat.

Misalnya, Sampek Eng Thay, cerita dari Cina yang sudah sangat populer di Bali.

Kemudian drama gong meniru struktur kesenian arja yang bersifat istana sentris.

Artinya, ada dua kerajaan dan dua tokoh yang bersifat protagonis (tokoh baik),

antagonis (tokoh jahat), dan sebagainya. Oleh karena itu, lakon cerita diambil dari cerita

Panji (Malat).

Untuk memenuhi lakon cerita, para pemeran penting drama gong adalahraja manis, raja

buduh, putri manis, putri buduh, raja tua, permaisuri, dayang-dayang, patih keras (patih

Page 7: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

agung), patih tua (patih anom), dua pasang punakawan. Ada beberapa sekaadrama

gong menampilkan pemain tambahan, seperti penari kursi kerajaan dan tukang tombak.

Kadang-kadang sesuai dengan tuntutan cerita, ada pula tokoh yang disebut Pan

Bedung atau Jero Dukuh dan istrinya Men Bekung.

Pada mulanya drama gong sering dipentaskan pada saat upacara keagamaan.

Walaupun demikian, drama gong termasuk kesenian sekuler yang dapat dipentaskan di

mana dan kapan saja sesuai dengan keperluan.Kesenian drama gong inilah yang

memulai tradisi pertunjukan “berkarcis” di Bali karena sebelumnya pertunjukan kesenian

bagi masyarakat setempat tidak pernah berbentuk komersial.

Drama gong kemudian merupakan media yang cukup ampuh untuk menggali dana.

Tidak sedikit banjar dan desa pakraman menanggap drama gong dengan tujuan

menggali dana untuk membiayai berbagai pembangunan. Drama gong dinilai

mengalami kejayaan sejak tahun 1970-an.

Pada masa itu kesenian tradisional Bali yang lain ditinggalkan oleh penontonnya yang

mulai menggemari drama gong kemudian membentuk sekaadrama gong. Kesenian

yang dibentuk itubanyak yang dipentaskan sebagai kesenian yang temporer, misalnya

untuk mengisi acara tertentu, baik yang bersifat keagamaan maupun sekuler. Akan

tetapi, banyak pula sekaa yang mengarah pada profesional. Artinya, sekaa drama gong

itu pentas di berbagai tempat dan dibayar oleh penanggapnya.

Pada masa kejayaannyabanyak desa yang menanggap drama gong sebagai media

penggali dana. Karena sekaadrama gong ini pentas hampir setiap hari, para pemainnya

pun terus-menerus mengisi diri dengan ilmu pengetahuan dengan berbagai cara. Hal itu

terjadi karena dalam aktivitas berkesenian, para pemain drama gong tentu ingin

menampilkan permainan yang terbaik.

Oleh karena itu, mereka menggali bahan-bahan dari berbagai sumber, baik lisan

maupun tertulis, untuk dialog-dialog yang akan diucapkan dalam pertunjukan. Oleh

karena mereka beragama Hindu, maka bahan-bahan dari berbagai sumber diambil

sesuai dengan ajaran Hindu. Mereka melakukan latihan berkali-kali agar dapat

menampilkan suguhan terbaik.

Para pemain drama gong merupakan objek sekaligus subjek dalam proses pembelajaran

agama Hindu di jalur pendidikan informal. Sebagai subjek, mereka memberikan

tuntunan atau ajaran kepada orang lain melalui pertunjukan seni drama. Mereka

menyampaikan misinya melalui seni pertunjukan dengan berbagai strategi yang

dilakukan.

Page 8: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Berbagai macam tuntunan dalam bingkai agama Hindu disampaikan kepada

penggemar yang menonton pertunjukannya. Mereka menyampaikan tuntunan yang

dibungkus atau dikemas oleh tontonan. Sebaliknya sebagai objek, mereka mengisi

dirinya dengan berbagai tuntunan agama atau spiritual sesuai dengan ajaran agama

Hindu.

Mereka mendapatkan ajaran atau tuntunan agama Hindu ketika menggali dan mengisi

dirinya sebagai bahan dialog sesuai dengan tuntutan lakon. Nilai-nilai ajaran Hindu

dicerna, diolah, dan dikemas sedemikian rupa dalam pertunjukan drama gong. Dari

kebiasaan ini para pelaku drama gong secara tidak langsung dituntut untuk

menampilkan suatu pertunjukan seni yang bertujuan untuk memberikan kepuasan batin

kepada penikmat dan pencinta seni, khususnya kesenian Bali.

Hal itu disebabkan olehdrama gong sebagai sebuah seni pertunjukan tidak terlepas dari

aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan

bahan penciptaan bagi pekerja seni drama gong akan membangun karya seni

pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang

sifatnya universal tersebut diyakini sebagai dasar dari komunikasi teater.

Sebagai bentuk teater, lakon drama gong merupakan manifestasi pergolakan jiwa dan

peristiwa yang diangkat dan dihayati dalam masyarakat. Seni drama gong menjadi

tumpuan harapan yang mampu memberikan sumbangan horizon pemikiran baru pada

berbagai aspek kehidupan. Implikasi yang diharapkan adalah adanya perubahan sikap

dalam menilai suatu permasalahan akibat terjadi pergeseran pemikiran dalam

menghayati kehidupan itu sendiri.

Drama gong dalam lakonnya tidak hanya memperbincangkan berbagai nilai yang telah

berakar sebagai tradisi, tetapi juga mempertanyakan sesuatu yang akan terjadi sebagai

akibat perubahan pola berpikir. Soelarso dan S.Ilmi Albiladiyah (1975:40) menilai

bahwadrama gong telah memberikan makna kultural yang berorientasi pada pemikiran

kreatif dan modern,tetapi tetap berpijak pada tradisi positif yang mencerminkan

kepribadian (identitas) kebudayaan nasional.

Dari persepktif eksistensialisme, diketahui bahwa sistem nilai yang terimplisit dalam

lakon drama gong pada hakikatnya merupakan problem dasar kehidupan

manusia.Dikatakan demikian karena sistem nilai itu merupakan perangkat struktur

dalam dari kehidupan manusia secara individual dan secara sosial. Sisi-sisi kehidupan

yang selalu menjadi sorotan dalam lakon drama gong pada umumnya berkisar pada

kondisi-kondisi sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat yang ada kaitannya

Page 9: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

dalam pembentukan kepribadian. Dalam perkembangannyakehidupan drama gong

mengalami keterpurukan.

Menurut Semadi (2015:162), menginjak tahun 1986sekaadrama gong yang ada di Bali

sudah bisa dihitung dengan jari. Kemudian kesenaian itu mulai meredup dan

terpinggirkan sejak tahun 1990-an. Hal itu dapat dilihat dari jarangnya pertunjukan

drama gong melakukan pementasan.Selain itu juga merosotnya minat masyarakat

sebagai pelaku dan kurangnya minat masyarakat untuk menonton pertunjukan tersebut.

Faktor-faktor yang menyebabkan drama gong meredupmenurutnya, antara lain kurang

profesionalnya pengelolaan organisasi dan gencarnya pengaruh hiburan luar Bali yang

ditayangkan televisi. Meredupnya kehidupan seni pertunjukan itu menimbulkan dampak

negatif, baik dari sisi kultural maupun dari sisi kehidupan religius bagi masyarakat Hindu

di Bali.Dari sisi kultural, meredupnya kehidupan drama gong berarti salah satu seni

pertunjukan yang pernah menjadi idola dan kebanggaan masyarakat Bali ini terancam

punah.

Punahnya drama gong (yang dialog-dialognya memakai bahasa Bali) juga berarti

hilangnya sebuah media tradisional yang dapat melestarikan bahasa dan sastra Bali. Hal

itu disebabkan oleh salah satu fungsi drama gong adalah sebagai pelestari budaya lokal

seperti bahasa dan sastra Bali. Dengan demikian, memudarnya drama gong tentu

merupakan sebuah kerugian kultural.

Dilihat dari aspek religius, apabila drama gong mengalami kepunahan, maka juga berarti

hilangnya salah satu media tradisional yang dapat dijadikan sebagai transformasi

nilai-nilai budaya agama Hindu. Dalam setiap pertunjukan drama gong selalu ada

pesan-pesan moral, baik yang menyangkut tattwa (filsafat) maupun susila (etika).

Pesan-pesan itu bisa disampaikan, baik secara terang-terangan atau vulgar maupun

dibungkus atau dikemas dalam bentuk bahasa sindiran.

Sementara itu, sebagaimana dapat disimak dalam berbagai berita yang berkembang di

media massa bahwa di masyarakat Indonesia telah terjadi degradasi moral, baik di

kalangan orang tua maupun anak-anak remaja.Menurut akademisi Antropologi dari

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Laksono (2015:1), degradasi moral saat ini

cenderung terjadi di Indonesia karena generasi muda semakin meninggalkan

kebudayaan yang diwarisi oleh pendahulunya.

Kecenderungan degradasi moral di Indonesia semakin meningkat, terbukti di

daerah-daerah di Tanah Air semakin berani melakukan suatu aksi atas ketidakpuasannya

dalam menerima kebudayaan melalui pendidikan yang didapat,baik di bangku sekolah

Page 10: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

maupun di kampus. Laksono mencontohkan pada saat perayaan hari Pendidikan

Nasional, yang semestinya dirayakan dengan upacara untuk memaknai begitu penting

pendidikan, malah para pelajar melakukan bentuk protes melalui aksi unjuk rasa di jalan,

seperti kejadian di Yogyakarta.

Menurut Laksono, itu berarti bahwa di kalangan para generasi muda telah terjadi

degradasi moral dan kebudayaan dalam setiap generasi. Semestinya program

pendidikan membawa perubahan bagaimana cara belajar lebih baik ke depan, malah

dimaknai dalam bentuk kegiatan aksi unjuk rasa. Berdasarkan fenomena tersebut,

diketahui bahwa keterpurukan drama gong sebagai salah satu media tradisional yang

dapat dijadikan media pendidikan moral merupakan sebuah keprihatinan berbagai

pihak. Berbagai kalangan menginginkan drama gong hidup berkembang dan lestari

untuk menjalankan berbagai fungsinya.

Hal itusebagaimana dikatakan Yuliadi (2005: 168) bahwa drama gong memberikan

semangat kerakyatan, pencerahan diri melalui hiburan, gejala komersialisasi dalam

dunia hiburan dan ritual keagamaan, pergeseran pada norma-norma baru, yang menjadi

bagian dari kehidupan sosial masyarakat Bali.Akan tetapi, dalam kenyataannya, seni

pertunjukan ini mengalami dinamika dan belakangan hidupnya terpinggirkan.

Pertunjuksn drama gong hanya bisa ditemukan dalam acara yang dislenggarakan

pemerintah, seperti Pesta Kesenian Bali dan Bali Manadara Mahalango di Taman Budaya

Denpasar. Pertnjukan itu pun tidak dipungut bayaran. Berdasarkan fenomena tersebut,

maka penelitian tentang dinamika drama gong perlu dilakukan. Ada beberapa alasan

dinamika kehidupan drama gong dipilih sebagai topik kajian.

Pertama, sepengetahuan peneliti, belum ada yang melakukan penelitian tentang

dinamika kehidupan drama gong di Bali sejak kelahirannya, sampai dewasa ini. Kedua,

sebagai kesenian tradisional,seni petunjukan drama gong memiliki fungsi sebagai

senibalih-balihansehingga dapat menyisipkan nilai-nilai pendidikan, terutama dalam

bidang budi pekerti atau moral.

Dengan demikian, berbagai pihak, terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan

memiliki harapan agar seni pertunjukan ini selalu hidup lestari sebagai transformasi

nilai-nilai pendidikan moral.Ketiga, karena adanya kemajuan teknologi di bidang

komunikasi, kehidupan seni pertunjukan drama gong mengalami dinamika. Mula-mula

dengan adanya televisi, seni pertunjukan ini sempat populer dan digemari masyarakat.

Namun, ketika seni hiburan modern datang dari segala penjuru yang disiarkan oleh

sejumlah stasiun telivisi, kehidupan drama gong mengalami keterpurukan. Oleh karena

Page 11: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

itu, berimplikasi terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Bali. Akibat seni

pertunjukan drama gong mengalami keterpurukan, itu berarti hilangnya salah satu

media yang memiliki fungsi sebagai transformasi nilai-nilai pendidikan moral dan

kehidupan sosial budaya masyarakat Bali.

Keempat, seni pertunjukan drama gong juga merupakan salah satu media yang

berfungsi sebagai pelestari budaya lokal, yakni bahasa dan sastra Bali. Hal itu

disebabkan oleh dalam pertunjukan drama gong, lebih banyak digunakan bahasa Bali.

Sejumlah paribasa bahasa Bali juga sering diungkap dalam dialog-dialognya sehingga

seni pertunjukan ini dapat memelihara bahasa dan sastra Bali.

Jika kehidupan drama gong mengalami keterpurukan, maka akan berimplikasi terhadap

kelestarian budaya lokal, terutama bahasa dan sastra daerah.

Page 12: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

BAB II BENTUK DINAMIKA PEMENTASAN DRAMA GONG Definisi dinamika adalah

sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang, dan

dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti

adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dan kelompok secara

keseluruhan.

Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group

spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu.Oleh karena itu, kelompok tersebut

bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah

(Purwandari, 2010). Jika dihubungkan dengan budaya, maka dinamika kebudayaan

adalah tata cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang, dan

menyesuaikan diri dengan setiap kadaan seiring dengan perkembangan zaman.

Dinamika kebudayaan juga sering disebut dengan perubahan kebudayaan.

Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

manusia merupakan pendukung keberadaan suatu kebudayaan. Fungsi kebudayaan,

yakni dapat menunjang pemenuhan kebutuhan bagi para anggota pendukung

kebudayaan. Dalam jangka waktu tertentu semua kebudayaan mengalami perubahan.

Sebagaimana dikatakan White (1969) dalam Husin (2013) bahwa kebudayaan

merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya

dan keperluan suatu komunitas pendukungnya.

Senada dengan pendapat itu, Haviland (1993:251) menyebut bahwa salah satu

penyebab kebudayaan berubah adalah lingkungan yang dapat menuntut kebudayaan

yang bersifat adaptif. Perubahan-perubahan dalam kebudayaan mencakup seluruh

bagian kebudayaan, termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan

dalam bentuk aturan-aturan organisasi sosial.

Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih menekankan pada ide-ide mencakup

perubahan dalam hal norma-norma dan aturan-aturan yang dijadikan sebagai landasan

berperilaku dalam masyarakat. Berdasarkan uraian itu, diketahui bahwa seni pertunjukan

drama gong juga tidak luput dari dinamika, yakni mengalami perubahan. Sejak

kelahirannya pada tahun 1966, drama gong mengalami dinamika, yakni mengalami

perubahan dalam berbagai aspek.

Adapun bentuk-bentuk dinamika tersebut meliputi tema, organisasi, iringan musik, dan

fungsinya. Dinamika dalam Bentuk Tema Sebagaimana telah dikemukakan pada bab

terdahulu bahwa tema adalah ide pokok atau ide utama yang merupakan dasar cerita,

pandangan hidup pengarang, persoalan atau permasalahan yang mendominasi suatu

karya sastra sekaligus merupakan rangkaian nilai yang membangun dasar atau ide

Page 13: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

utama suatu karya sastra yang dirumuskan dan dirangkai pengarang di dalam karya

sastra.

Seni pertunjukan drama gong di Bali memiliki beberapa tema, seperti cinta kasih,

persaudaraan, perjuangan, kepahlawanan, keberanian, pengorbanan, dan sebagainya.

Tema-tema drama gong tersebut selalu berubah-ubah sesuai dengan permintaan pasar,

keperluan upacara, dan keadaan sosial masyarakat. Dinamika tema dalam seni

pertunjukan drama gong tersebut dipaparkan sebagai berikut.

Sesuai dengan Permintaan Pasar Dalam dunia bisnis permintaan sering diartikan sebagai

suatu keinginan untuk memenuhi suatu kebutuhan yang diekspresikan melalui

pembelian barang dan jasa. Bagi produsen, permintaan adalah sesuatu yang harus

dipenuhi melalui penciptaan produk atau jasa sesuai dengan yang diinginkan. Dengan

memenuhi permintaan akan diperoleh keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan

yang menjadi tujuan utamanya.

Pengukuran permintaan pasar memperlihatkan pemahaman yang jelas akan pasar yang

tercakup. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan pasar dapat diartikan sebagai

jumlah barang atau jasa yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari pemikiran

bahwa manusia memiliki kebutuhan dan atas dasar kebutuhan inilah individu

mempunyai permintaan akan barang atau jasa.

Masih dalam konteks bisnis, menurut Rina (2008:325), permintaan pasar untuk suatu

produk adalah jumlah volume total yang dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu

dalam wilayah geografis tertentu dalam jangka waktu tertentu dan dalam lingkungan

pemasaran tertentu di bawah program pemasaran tertentu. Menurut McEachern

(2000:42), pemasaran dapat didefinisikan sebagai jumlah produk yang diinginkan dan

mampu dibeli konsumen pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu

tertentu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa permintaan adalah keinginan serta

kemampuan konsumen untuk memiliki suatu barang atau jasa tertentu dengan tingkat

harga dan waktu tertentu. Sementara itu menurut Lamb (2001: 280), pasar adalah

orang-orang atau organisasi dengan kebutuhan atau keinginan, kemampuan,dan

keinginan untuk membeli. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam konteks

kesenian dapat dikatakan bahwa permintaan pasar adalah keinginan masyarakat

terhadap kesenian yang dapat memenuhi kebutuhan kulturalnya. Khusus seni

pertunjukan drama gong, sejauh mana minat atau keinginan masyarakat terhadap seni

pertunjukan tradisional itu.

Page 14: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Masyarakat akan “membeli” atau menanggap jika seni pertunjukan itu merupakan

produk kultural yang memiliki fungsi sebagai pemenuhan kultural. Karena drama gong

memiliki fungsi sebagai hiburan dan menyampaikan pesan-pesan, maka penikmatnya

menginginkan produk yang memberikan kenikmatan dalam rangka pemenuhan batin,

bukan fisik. Mengingat hal itu, masyarakat menginginkan produk budaya yang sesuai

dengan keadaan dirinya.

Sehubungan dengan itu, menurut Wayan Puja, untuk memberikan kenikmatan kepada

penonton, para pelaku seni, khususnya drama gong menyuguhkan tema-tema yang

disampaikan melalui lakon, yang dalam budaya Bali disebut lampahan(wawancara, 1

Januari 2016). Dalam bahasa Bali dan bahasa Kawi, kata lampahan berasal dari kata

lampah, yang berarti perjalanan.

Dalam kaitannya dengan drama gong, kata lampahan mengandung dua arti. Pertama,

lampahan berarti sebuah kisah, peristiwa, atau dinamika perjalanan para dewa, binatang,

seseorang, masyarakat dan lain-lainnya. Kisah ini biasanya memiliki bagian awal,

pertengahan, dan bagian akhir. Kedua, penyajian, penuturan, atau peragaan di atas

pentas dengan media kesenian.

Berdasarkan kedua arti ini, lampahan dapat diartikan sebagai sebuah kisah atau cerita

yang dijalankan, yang dituturkan, atau yang dilakonkan di atas pentas. Beberapa

seniman mengatakan bahwalampahan juga bisa diartikan dengan satwa (cerita). Hal itu

disebabkan oleh sebuah lampahan adalah suatu jalinan kisah yang diperkaya dengan

pesan-pesan berupa nasihat atau petuah-petuah yang lazim disebut tutur yang

disajikan,baik secara terbuka (langsung), maupun secara terselubung (tidak langsung).

Akan tetapi, tidak semua cerita dapat disebut lampahan.

Artinya, sebuah ceritadisebut lampahan jika cerita tersebut ditata dan disusun

sedemikian rupa untuk dipertunjukkan di atas panggung (Dibia, 2007:1). Berdasarkan

uraian itu, diketahui bahwa lampahan dalam pertunjukan drama gong sangat penting

untuk dapat memenuhi kultural penonton. Lampahan yang diangkat dalam pertunjukan

drama gong, tidak hanya berupa cerita, tetapi juga sesungguhnya merupakan sebuah

jalinan peristiwa yang terdiri atas berbagai aktivitas, pesan-pesan, wejangan untuk

merangsang penonton berpikir.

Oleh karena itu, menurut Wayan Puja, untuk memenuhi keinginan masyarakat

penonton, maka sekaa drama yang dipimpinnya melihat lampahan sebagai salah satu

faktor penentu bagi kesuksesan sebuah suguhan seni petunjukan. Bagi Wayan Puja, ia

ingin pertunjukannya menyuguhkan lampahan yang bagus agar dapat menggetarkan

sukma para penonton, akan tetap melekat dalam ingatan penonton dan dikenang

Page 15: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

sepanjang hayat.

Berkaitan dengan keinginann, Dibia (2007:2) mengatakan bahwalampahan yang

dibawakan seni pertunjukan tradisional Bali dijiwai oleh prinsip keseimbaangan atau

keselarasan yang diwujudkan dengan prinsip rwa bhineda, dua kekuatan berbeda

positifnegatif, atasbawah, baikburuk, yang saling berkaitan dan saling membutuhkan.

Sebuah lampahan bisa brakhir dengan happy ending (sukaria), kemenangan berpihak

pada yang jujur.Tidak sedikit pula lampahan berakhir imbang, yakni kedua pihak

sama-sama menang dan sama-sama kalah.

Apapun akhirnya, sebuah lakon diharapkan bisa mengingatkan penonton bahwa hidup

di dunia ini diikat dan dipengaruhi oleh unsur-unsur kekuatan rwa bhineda. Pilihan

lampahan atau lakon yang sering dibawakan para sekaadrama gong di Kabupaten

Gianyar mengacu pada tema baku. Misalnya, “betapa pun hebatnya kekuatan jahat,

akhirnya pasti dikalahkan oleh kekuatan suci.” Dengan kalimat lain, “kebenaran

senantiasa di atas kebatilan”.

Soelarso dan Albiladiyah (1975:24) mengemukakan bahwa dalam lakon-lakon klasik

pada teater tradisional yang umumnya berbentuk dramatari, tema-tema universal

seringkali dikaitkan dengan kepercayaan lama berupa ungkapan perjuangan kekuatan

ilmu putih (whitemagic) melawan kekuatan ilmu hitam (black magic),khususnya dalam

dramatari sakral, seperti dramatari Calonarang, lakon-lakon klasik bertma universial

mencerminkan keluhuran falsafi pandangan hidup masyarakat sejak zaman dahulu.

Dari segi spiritual, ia menghidupkan lakon-lakon yang mengandung nilai-nilai

pendidikan moral dan tata krama pergaulan hidup dalam ikatan adat dan agama yang

kokoh. Dalam kepercayaan Hindu dikenal hukum karma phala atau hukum sebabakibat.

Hukum itu selain sebagai norma hidup, juga memberikan gambaran mengenai

romantika, vitalitas masyarakatnya yang terus berkembang dengan penuh semangat

hidup secara alamiah dalam peredaran zaman.

Dari segi kultural, secara artistik mencerminkan nilai-nilai estetik seutuhnya, yaitumulai

dari segi sastra, tata bahasa, tari, musik, tata busana, tata rambut, tata rias, sampai pada

tata krama pergaulan antara atasanbawahan, antarkeluarga, dan antarmanusia. Hal itu

juga mencerminkan daya cipta yang tidak pernah mandul sepanjang masa.

Norma-norma itulah menurut Soelaso dan Albiladiyah, merupakan kepastian yang

terungkap dalam semua lakon. Tidak menjadi soal, apakah lakon itu merupakan lakon

saduran (adaptasi) seperti lakon Panji, Ramayana, atau lakon asli yang diambil dari

usana Bali (babad Bali), dari legenda cerita rakyat (folkstales) seperti lakon

Page 16: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Jayaprana-Layonsari dan Mayadenawa.

Soelaso dan Albiladiyah (1975:24--25) mengemukakan bahwa lakon ciptaan baru yang

dipentaskan drama gong berbeda dengan lakon teater tradisional yang tidak dikenal

siapa penciptanya. Oleh karena itu, dalam lakon-lakon modern pada umumnya dicipta

secara perseorangan atau kolektif yang tidak dikehui secara jelas, siapa pencipta atau

penyadurnya.

Sebagai salah satu contoh, lakon Jayaprana-Layonsari adalah sebuah lakon klasik yang

padamulanya digunakan untuk sendratari. Akan tetapi, Anak Agung Raka

Payadnyamenggubah lakon itu menjadi lakon drama gong. Di samping itu pula lakon

Dukuh Suladri, digubah menjadi lakon drama gong. Menurut Payadnya, lakon

Jayaprana-Layonsari sangat digemari penonton Gianyar saat drama gong pertama kali ia

dipentaskan.

Hal itu terbukti, ketika lakon itu dipentaskan pertama kali di jaba sisi Pura Abianbase

pada 24 Februari 1966, penonton memberikan sambutan hangat. Penonton

menggemari lakon itu karena lakon itu mengusung tema percintaan yang murni dan

berakhir dengan tragedi. Seperti sudah tertulis dalam geguritan Jayaprana, lakon itu

mengisahkan dua anak desa, I Nyoman Jayaprana (abdi kesayangan Raja Kalianget)

bertemu dengan Ni Nyoman Layonsari (putri Jero Bandesa Banjar Sekar). Sejak

pertemuan mereka di pasar, Jayaprana dan Layonsari saling jatuh cinta yang akhirnya

menikah.

Akan tetapi, perkawinan itu tidak bertahan lama karena Raja Kalianget tergila-gila pada

kecantikan Ni Layonsari. I Jayaprana diutus ke Teluk Terima bersama Patih

Sawunggaling dengan dalih menghadapi perampok. Sawunggaling kemudian

membunuh Jayaprana di hutan Teluk Terima. Dengan berpura-pura meratapi kematian

abdi kesayangannya, sambil menawarkan belas kasihan, Prabu Kalianget merayu Ni

Layonsari agar mau dibawa ke puri.

Permintaan ini ditolak mentah-mentah oleh Ni Layonsari.Tidak sudi menerima perlakuan

seperti itu, sang raja merasa berang, lalu memaksa Ni Layonsari. Ketika terjadi

pergumulan dengan sang raja, Ni Layonsari menarik keris sang raja untuk menikam

dirinya sendiri. Melihat hal ini sang raja menjadi kalap lalu membunuh setiap orang yang

mendekat padanya.

Kisah ini berakhir secara tragis dengan tewasnya raja Kalianget di tangan rakyatnya

sendiri. Apa yang dilakukan Payadnya, diikuti oleh sekaadrama gong lain di seluruh Bali.

Hal itu bisa menyebabkan kejenuhan dalam masyarakat. Oleh karena itu, Payadnya

Page 17: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

kemudian mengganti lakon baru untuk sekaa drama yang dipimpinnya, yakni Made

Raka dan Made Rai.

Lakon cerita itu diilhami cerita siklus Panji, yang berkisar pada empat kerajaan besar

zaman lampau, yakni Gagelang, Kahuripan, Daha, dan Singosari. Anak Agung Raka

Payadnya(kiri) dengan penulis ketika menjadi pembina drama gong di Tegallalang,

Gianyar (foto: dokumen I Wayan Sugita) Sebagian besar drama gong mengambil lakon

Panji. Cerita Panji juga sering disebut Malat.

Bagi masyarakat Bali, cerita Panji ini tidak asing lagi karena selain dibawakan drama

gong, juga sering diangkat sebagai lakon dalam kesenian dramatari arja, gambuh,

sendratari, bahkan tari legong keraton. Cerita ini digemari masyarakat Bali karena pada

umumnya disuguhkan secara romantis, sebagai akibat mengisahkan percintaan

putra-putri keluarga bangsawan di beberapa kerajaan, terutama Daha, Jenggala di Jawa

Timur.

Kisah Panji ini digemari karena menurut Dibia (2007:16), mengisahkan Raden Panji

sebagai tokoh sentral dengan sederatan nama samarannya. Cerita itu berkisah tentang

putra-putri empat kerajaan bersaudara di Jaya, yakni Kahuripan, Daha, caglang, dan

Singasari. Pertemuan dan perpisahan, penyamaran, penculikan dan pertempuran

menjadi bumbu dari kisah inisehingga masyarakat tetap menggemari jika dibawakan

dengan baik oleh sekaa dama gong. Perubahan lakon sering dilakukan oleh sekaadrama

gong di Gianyar untuk memenuhi permintaan pasar.

Menurut Soelaso dan Albiladiyah (1975:25), Drama gong Abianbase sudah memiliki

lebih dari seratus lakon yang dipentaskan. Sesuai dengan Keperluan Upacara Dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu di Bali selalu berpedoman pada ajaran agama

Hindu yang bersumber dari Veda. Dalam pelaksanaan upacara ritual, umat Hindu selalu

mengacu pada falsafah tri hita karana.

Menurut Wiana (2004: 141), secara substantif, ajaran tri hita karana itu sudah ada di

tingkat nasional, bahkan internasional dengan nama “konsep hidup

seimbang”.Pengertian tri hita karana dirinci oleh Jaman (2006:18) bahwa istilah tri hita

karana berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata “tri hita” dan “karana”. “Tri” berarti

“tiga”, “hita” berarti “baik, senang, gembira, lestari”, dan“karana” berarti penyebab atau

sumber sebab.

Dengan demikian, “tri hita karana” berarti tiga unsur yang merupakan sumber sebab

yang memungkinkan timbulnya kebaikan. Ketiga unsur itu adalah unsur jiwa (atma);

unsur tenaga (kekuatan, prana), dan unsur badan wadah (sarira). Dengan demikian, tri

Page 18: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

hita karana adalah perwujudan kesejahteraan dan kebahagiaan yang terdiri atas unsur

Ida Sanghyang Widhi/Tuhan (super natural power), manusia (microcosmos), dan alam

semesta/bhuwana (macrocosmos).Hal ini menjadi pola dasar tatanan kehidupan umat

Hindu, yang dijadikan budaya perilaku sehari-hari dalam berbagai aktivitas sehingga

muncul konsep mengajarkan pola hubungan yang harmoni (selaras, serasi, dan

seimbang) di antara ketiga sumber kesejahteraan dan kebahagiaan, yang terdiri atas

unsur, (1)parahyangan, harmonis antara manusia dan Sang Pencipta (Brahman),

(2)pawongan, harmonis antara manusia dan sesama manusia (microcosmos), dan

(3)palemahan, harmonis antara manusia dan bhuwana (macrocosmos). Berdasarkan

pada falsafah itu, maka umat Hindu melaksanakan ritual panca yadnya.

Menurut Wiana (1995), rumusan panca yadnya termuat dalam beberapa sumber.

Adapun kegiatan panca yadnya itu meliputi upacara agama yakni dewa yadnya, bhuta

yadnya, pitra yadnya, rsi yadnya, dan manusa yadnya. Kelima yadnya itu secara ringkas

bisa diuraikan sebagai berikut.

(1) dewa yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas ke hadapan Hyang

Widhi Wasa dengan berbagai manifestasi-Nya, (2) butha yadnya, yaitu upacara

persembahan suci yang tulus ikhlas ke hadapan unsur-unsur alam, (3) manusa yadnya,

yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas kepada manusia, (4) pitra yadnya,

yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas bagi manusia yang telah meninggal,

(5) rsi yadnya, yaitu upacara persembahan suci yang tulus ikhlas ke hadapan para orang

suci umat Hindu.

Berdasarkan rumusan panca yadnya tersebut,diketahui bahwa jika drama gong

melakukan pertunjukan yang berkaitan dengan yadnya,tema atau paling tidak

pesan-pesannya akan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Menurut

Ketut Tanggu, praginadrama gong dari Serongga, Gianyar,lakon yang dibawakan tidak

mesti diubah, yang penting pesan-pesan yang disampaikan disesuaikan dengan jenis

upacara yadnya sehingga diharapkan dapat mencapai sasaran. Lebih jauh Tanggu

mengatakan sebagai berikut. Kami memang sering pentas pada upacara yadnya.

Kalau pentas di pura, kami menyampaikan pesan tentang pentingnya bakti kepada

Hyang Widhi. Mengapa umat melakukan yadnya. Bagaimana melakukan bakti yang baik.

Kami juga sering memperbincangkan apa arti bunga, tirta, api, dan sebagainya. Tentu

saja kami menyampaikan pesan itu lewat banyolan. Sebab, tujuan kami memang

menghibur.Itu kalau di pura,tapi kalau pada acara ngaben, kami juga sering

menyinggung, mengapa harus melakukan upacara pitra yadnya. Demikian pula saat

upacara perkawinan.

Page 19: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Kami sering melontarkan lelucon dengan mengambil bahan dari sarana upacara. Jadi,

yang penting penonton merasa senang. Berdasarkan jenis yadnya, kami selalu

mengubah-ubah bahan lelucon,tapi kalau lakonnya, bisa sama antara pitra yadnya

dengan dewa yadnya (wawancara, 12 Februari 2016). Berdasarkan penuturan Tanggu,

dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi ada tema dan pesan-pesan

drama gong disebabkan oleh faktor jenis yadnya yang dilakukan umat Hindu sebagai

penanggap.

Perubahan itu sesuai dengan teori fungsionalis yang antara lain mengatakan bahwa

apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan

akhirnya diterima oleh masyarakat. Akan tetapi, apabila terbukti disfungsional atau tidak

bermanfaat, perubahan akan ditolak (Albar, 2014). Sesuai Situasi Sosial yang

Berkembangdalam Masyarakat Sepanjang zaman seni dan kesenian (budaya dan

kebudayaan) masih terus menempati posisi khusus dalam kehidupan manusia. Tidak

sedikit orang menganggap bahwa seni dan kesenian merupakan panggilan tertinggi

diantara semua panggilan jiwa.

Banyak juga yang menganggap bahwa kesenian sebagai bidang yang berada di atas

kegiatan komersial biasa. Memang, mungkin juga masih ada sedikit orang menganggap

bahwa para ekonom harus menjauhkan diri dari seni dan kesenian. Terlepas dari semua

pandangan masyarakat atas seni dan kesenian, faktanya adalah seni dan budaya

merupakan bidang kehidupan dan produk yang dihasilkan oleh individu-individu dan

lembaga-lembaga yang bekerja dalam perekonomian, sehingga tidak dapat melepaskan

diri dari dunia materi.Ketika warga masyarakat, baik secara individu, kelompok,maupun

atas nama kelompok organisasi menyelenggarakan acara kesenian dengan berbagai

keperluan, mereka harus memikirkan dana. Penyelenggara kesenian tentu memiliki

modal awal untuk penyelenggaraan itu.

Jika drama gong yang ditanggap bertujuan untuk menggali dana, maka hasil dari

penjualan tiket biasanya sudah dapat menutupi semua biaya penyelenggaran. Ketika

drama gong menjadi kesenian favorit, pihak penyelenggara biasanya mendapat untung

yang lumayan. Hal itu diakui Nyoman Surata, Kepala Desa Payangan, Gianyar, yang juga

pernah menjadi pragina drama gong sebagai raja buduh.

Sekitar tahun 1980-an, desanya hendak membangun beberapa bangunan fisik. Untuk

menggali dana, maka pihaknya menyelenggarakan pertunjukan drama gong. Jenis tiket

yang dijual ada dua macam, yakni tiket masuk dan tiket kursi. Tiket masuk lebih murah

daripada tiket kursi. Pada saat pertunjukan, pihaknya menanggap drama gong terkenal.

Sambutan masyarakat cukup menggembirakan.

Page 20: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Penonton yang menyaksikan drama gong itu berjubel, baik yang mendapat tempat

duduk maupun yang rela berdiri. Dari hasil penjualan tiket, pihak penyelenggara dapat

meraup sejumlah uang yang lumayan. Lebih jauh Nyoman Surata, menuturkan sebagai

berikut. Terus terang, banyak pembangunan di desa kami dibangun dari hasil ngupah

drama. Kami mengupah drama gong karena saat itu sangat digemari masyarakat.

Bagi yang suka menonton drama, ia tidak takut mengorbankan uangnya demi dapat

menonton drama. Bahkan, banyak warga masyarakat yang kecewa karena kehabisan

karcis. Mereka terpaksa menonton dengan cara berdiri (Wawancara, 2 Februari 2016).

Berdasarkan pengakuan Surata di atas, kiranya dapat dibuktikan bahwa kesenian drama

gong sangat digemari.

Kesempatan itu digunakan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat untuk menggali

dana demi pembiayaan berbagai macam jenis pembangunan di desa. Selain dengan

maksud menggali dana, pada tahun 1970-an banyak warga secara pribadi juga

menanggap drama gong dengan berbagai kepentingan. Biaya yang diperlukan tidak

besar karena hanya untuk keperluan konsumsi saja. Sekaadrama gong tidak mendapat

honoraium karena atas dasar ngayah.

Akan tetapi,drama gong yang ditanggap, sebuah sekaa di desanya, yang belum

profesional. Mereka memiliki kepentingan masing-masing atas dasar merasa saling

menguntungkan. Pihak penyelenggara merasa terhibur sekaligus dapat memeriahkan

acara yang digelarnya. Di pihak sekaa drama, mereka juga merasa mendapat

keuntungan nonmaterial. Meskipun tidak mendapat honorarium, mereka merasa puas

karena dapat bermain drama. Hal itu diakui oleh Wayan Tablo, praginadrama gong dari

Tegallalang.

Ia mengatakan sering bermain drama gongtanpa bayaran. Lebih jauh ia mengatakan

sebagai berikut. Ketika saya masih muda dulu, saya memang suka main drama gong.

Saya sering meniru para pemain drama gong terkenal. Pakaian drama gongsaya beli

sendiri. Hampir setiap hari melakukan latihan. Menghafal kata-kata yang diberikan

penguruk. Meskipun saya tidak dibayar dan begadang, saya senang main drama gong.

Kalau dihitung-hitung secara materi, saya sebenarnya rugi,tapi saya senang dapat

bermain drama gong. Apalagi penontonnya senang, mau tertawa saat saya melucu. Itu

merupakan kepuasan saya. Bukan masalah uang,tapi kalau zaman sekarang kan lain.

Selain drama gong tidak disenangi lagi, orang sekarang lebih banyak menghitung

secara ekonomis.

Kalau pentas di pura, tak masalah karena bisa ngayah secara sekala dan niskala. Tapi

Page 21: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

kalau di tempat perorangan atau di tempat acara-acara yang diselenggarakan

pemerintah, mana mau orang gratis. Para pragina atau penabuh saat ini kan banyak

yang bekerja, baik sebagai buruh bangunan maupun bekerja di tempat lain.

Kalau pementasan tidak dibayar, lalu di mana cari uang. Kita ini kan perlu hidup. Perlu

makan setiap hari. (Wawancara, 4 Februari 2016). Pengakuan Tablo menandakan bahwa

dinamika kehidupan drama gong baik yang ada di desa-desa yang terbentuk berupa

sekaasebunan, maupun yang profesional, bergantung pula pada keadaan sosial

masyarakat.

Warga masyarakat sekarang, termasuk di Kabupaten Gianyar pada umumnya sering

berhitung secara bisnis dalam melakukan berbagai kegiatan. Hal itu disebabkan oleh

berbagai tuntutan hidup pada zaman era globalisasi ini. Biaya hidup sehari-hari dewasa

ini tidak hanya menyangkut perut, tetapi juga banyak yang memerlukan dana untuk

keperluan lain, seperti pulsa, biaya pendidikan, dan keperluan yang bersifat konsumtif

lainnya. Artinya, para praginadrama gong dan para penabuh memerlukan honorarium

untuk membiayai hidupnya.

Oleh karena itu, sebuah pertunjukan drama gong memerlukan dana yang cukup besar,

sehingga warga masyarakat merasa enggan menanggap kesenian demi kepentingan

acara pribadi. Hal itu diakui Ni Wayan Seri, seorang warga banjar Buruan, Blahbatuh,

Gianyar. Ia menuturkan sebagai berikut. Dulu, ketika saya menyelenggarakan otonan

anak, saya ngupah drama gong yang ada di desa saya. Waktu itu, saya hanya

mengeluarkan biaya untuk konsumsi saja.

Saya tidak membayar ongkos drama gong. Hanya sesaribanten saja, jadi tidak terlalu

besar. Saya senang karena acara menjadi ramai. Saya juga melihat para pemain drama

gongjuga senang. Mereka kan juga banyak dari anggota keluarga. Jadi, kita sama-sama

senang. (Wawancara 5 Februari 2016). Berdasarkan pengakuan Seri tersebut, dapat

dikatakan bahwa hubungan antara kesenian dan ekonomi ditentukan oleh bagaimana

fungsi-fungsi kesenian (dan kebudayaan) memainkan peranannya dalam konteks

perekonomian masyarakat.Dalam banyak hal, warga yang mengonsumsi atau

menghasilkan seni berperilaku seperti produsen dan konsumen barang dan jasa lainnya.

Meskipun demikian, sampai tahap tertentu perilaku ekonomi masyarakat seni secara

signifikan berbeda dibandingkan dengan perilaku ekonomi masyarakat pada umumnya.

Hubungan antara ekonomi dan kesenian tidak dapat dianalisis secara komprehensif

apabila belum mengetahui pentingnya sektor kesenian dalam perekonomian.Informasi

dan data ekonomi tentang kesenian sampai saat ini masih agak sulit

dikumpulkan.Sampai saat ini belum ditemukan informasi untuk mengetahui berapa

Page 22: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

pengeluaran konsumsi masyarakat yang digunakan untuk menikmati seni dan kesenian

rata-rata per tahun, pendapatan operasi rata-rata sekaa kesenian, khususnya drama

gong (tidak termasuk dana pemerintah dan donasi swasta); rata-rata dana bantuan

pemerintah dalam pembiayaan kegiatan seni dan kesenian per tahun, dan jumlah

rata-rata sumbangan masyarakat terhadap kegiatan kesenian.

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa keadaan sosial masyarakat, khususnya

di Kabupaten Gianyar juga ikut menentukan dinamika kehidupan kesenian tradisional,

termasuk drama gong. Ketika masyarakat masih terbatas kebutuhan ekonominya karena

tidak memerlukan banyak dana untuk memenuhi tuntunan hidup, orang-orang lebih

suka bergelut dengan kesenian meskipun tidak mementingkan keuntungan materi.

Banyak orang merasa cukup puas dapat bermain drama gong, jika mendapat sambutan

hangat masyarakat penonton.

Akan tetapi dalam perkembangan zaman, yaitu kehidupan dipengaruhi oleh ideologi

pasar, maka keadaan ikut memengaruhi kehidupan drama gong. Atmadja (2006a: 120)

mengutip Marcuse dalam Sachari menyatakan bahwa ciri-ciri masyarakat berdimensi

satu yaitu segi kehidupannya hanya diarahkan pada satu tujuan, yakni keberlangsungan

dan peningkatan sistem yang telah ada, yaitu sistem kapitalisme.

Apa pun lebelnya, prinsip dasarnya tetap sama, yakni manusia melakukan kegiatan

ekonomi secara bebas dengan sasaran mendapatkan laba sebanyak-banyaknya (Magnis

Suseno dalam Atmadja, 2006:121). Menurut Atmadja mengutip Steger (2005), sistem

ekonomis kapitalis berlandaskan ideologi pasar. Ideologi ini semakin kuat melandasi

kehidupan masyarakat Bali dalam berbagai aktivitas, bersamaan dengan derasnya arus

globalisasi. Atmaja menyatakan sebagai berikut.

Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adanya kenyataan bahwa ideologi pasar tidak saja

melandasi globalisasi, tetapi sekaligus juga napas atau semangat yang diembuskan oleh

globalisasi. Ideologi pasar merupakan suatu sistem kepercayaan yang mengagungkan

pasar sebagai media utama bagi pemenuhan segala kebutuhan manusia maupun hasrat

manusia akan kesejahteraan sehingga manusia memiliki pandangan yang positif,

bahkan mendewakan pasar (Steger dalam Atmadja, 2006a:121) Ideologi pasar memiliki

sejumlah karakteristik, tidak saja berada pada tataran kognisi (teks), tetapi juga

memengaruhi teks sosial manusia Bali.

Karakteristik dan teks sosial yang menyertai dan atau yang dijadikan pedoman oleh

ideologi pasar.Uraiannya dapat dilihat pada tabel Karakteristik Ideologi Pasar Indikator

_Pemaknaan _ _Hakikat uang bagi kehidupan manusia _Memuja uang karena uang

mahakuasa dalam memenuhi keinginan, hasrat, kama atau nafsu, karenamanusia adalah

Page 23: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

mesin hasrat. Pemujaan uang melahirkan maneytehisme.

_ _Hakikat pasar bagi kehidupan manusia _Pasar merupakan tempat sangat penting bagi

pemenuhan segala keinginan dan kebutuhan manusia. Oleh Karena itu, pasar tak

ubahnya seperti tempat suci bagi ideologi pasar atau agama pasar. Pasar bisa berbentuk

pasar tradisional, mall, supermarket, hypermarket, atau lazim disebut istana belanja.

Pemujaan terhadap pasar melahirkan daulat pasar.

_ _Hakikat manusia sebagai homo consumer, homo hedonicus, dan homo economicus

_Pada tempat suci ini manusia sebagai homo consumer, homo hedonicus, dan homo

economicus melakukan ritual sosial ekonomi, misalnya merayakan hasrat, merayakan

konsumerisme, merayakan citra, dll. Pada saat berbelanja mereka melakukan ritual

memilih barang sesuai dengan selera, warna, merek, dan mode disertai dengan tawar

menawar (pada pasar tradisional berlaku harga luncur) atau mereka menggunakan

sistem pelayanan impersonal(pada supermarket, mall berlaku harga mati).

Barang yang dibeli tidak hanya dilihat dari segi nilai guna, tetapi juga nilai simbolik

sehingga dia diposisikan sebagai totem atau fetish. _ _Hakikat manusia sebagai mesin

hasrat atau pabrik kama _Merangsang kama agar terus tumbuh dan berkembang secara

subur. Hal ini dilakukan lewat iklan di TV atau penyediaan barang pada istana belanja.

Istana belanja merupakan pula ruang untuk menumbuhkembangkan kama.

Kama yang tumbuh subur adalah medan amat baik bagi pemasaran suatu produk. _

_Hakikat tujuan hidup manusia adalah surga di sini _Tujuan hidup manusia adalah

kenikmatan hidup duniawi (surga di sini), sehingga manusia terjerat pada materialisme,

hedonisme, wajahisme, penampilanisme, individualisme, sekularisme, instant solution,

atomisme, dll.

_ _Sumber: Atmadja (2006) berdasarkan adaptasi dari Maguire (2004), Sutrisno (2004),

Griffin (2005), Zaehner (1992), Geertz (1977), Thoha (2004), dan Titib (2005). Atmadja

(2006a:60--61) mengatakanbahwa ideologi yang melandasi teknologi Barat tidak saja

individualisme dan eksklusivisme, tetapi juga kapitalisme, ideologi pasar, atau agama

pasar menurut istilah yang diberikan Maguire (2004). Agama pasar memiliki karakteristik

berbeda, bahkan bertolak belakang dengan agama Hindu.

Perbedaan agama Hindu dengan agama pasar dapat dilihat pada tabel 6.2. Perbedaan

Agama Hindu dengan Agama Pasar Agama Hindu _Agama Pasar _ _Memuja kekuatan

adikodrati yang disebut Brahman, Tuhan, atau Dewa sebagai personifikasi-Nya dan roh

leluhur. Agama Hindu percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau monoteisme.

Page 24: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

_Memuja uang karena uang mahakuasa (daulat uang) memenuhi keinginan, hasrat,

kama atau nafsu manusia yang tidak pernah berakhir karena manusia adalah mesin

hasrat. Pemujaan uang melahirkan maneytehisme. _ _Tempat sucinya agama Hindu

adalah pura _Tempat suci agama pasar adalah pasar,mall, supermarket, hypermarket,

atau lazim disebut istana belanja.

_ _Pada tempat suci ini manusia sebagai homoreligius melakukan sistem ritual, dalam

bentuk aneka perilaku, misalnya sembahyang, bersaji, berdoa, menari, menyanyi, dll.

Melalui doa mereka memohon sesuatu kepada kekuatan adikodrati, misalnya

keselamatan, kesejahteraan. _Pada tempat suci ini manusia sebagai homo consumer,

melakukan ritual sosial ekonomi, misalnya rekreasi, berkencan, berbelanja, dll.

Pada saat berbelanja mereka melakukan ritual memilih barang sesuai dengan selera,

warna, merek dan mode, disertai dengan tawar menawar (pada pasar tradisional berlaku

harga luncur) atau mereka menggunakan sistem pelayanan impersonal(pada

supermarket, mall berlaku harga mati). Barang yang dibeli tidak hanya dilihat dari segi

nilai guna, tetapi juga nilai simbolik sehingga dia diposisikan sebagai totem atau fetish.

_ _Menekankan pada pengendalian kama, hasrat, keinginan, atau nafsu. Kama yang

tidak terkendalikan oleh asas moralitas bisa menimbulkan penderitaan bagi manusia.

_Merangsang kama agar terus tumbuh danberkembang secara subur. Hal ini dilakukan

lewat iklan di TV atau penyediaan barang pada istana belanja. Istana belanja merupakan

pula ruang untuk menumbuhkembangkan kama. Kama yang tumbuh subur adalah

medan amat baik bagi pemasaran suatu produk.

_ _Tujuan hidup manusia adalah mewujudkan kesejahteraan, baik di alam sini maupun di

alam sana. Untuk itu spiritualitas agama sangat penting, bahkan modal utama bagi

kehidupoan manusia. _Tujuan hidup manusia adalah kenikmatan hidup duniawi (surga

di sini) sehingga manusia terjerat pada materialisme, hedonisme, wajahisme,

penampilanisme, individualisme, sekularisme, instant solution, atomisme, dll.

_ _Sumber: Atmadja (2006) yang diadaptasikan dari Maguire (2004), Sutrisno (2004),

Griffin (2005), Zaehner (1992), Geertz (1977), dan Titib (2005) Berdasarkan ciri-ciri

ideologi pasar tersebut, dapat dikatakan bahwa orang merasa malas untuk bermain

drama gong karena seni pertunjukan tersebut tidak mampu lagi mendatangkan

keuntungan materi. Hal itu disebabkan oleh materi terasa sangat penting untuk hidup

pada zaman modern ini.

Sesuai Dengan Wacana Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa

wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut.(a)

Page 25: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

ucapan, perkataan, tuturan, (b)keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan,

(c)satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh,

seperti novel, buku, dan artikel. Wacana adalah segala sesuatu yang berbentuk tulisan,

perkataan, atau ucapan yang bersifat kontekstual.

Wacana juga dapat diartikan sebagai kumpulan kalimat yang saling berangkai

membentuk suatu kesatuan makna yang padu dan utuh. Dalam strata kebahasaan,

wacana ditempatkan pada posisi teratas, karena wacana merupakan satuan gramatikal

tertinggi dan terbesar di dalam sebuah bahasa. Wacana dapat berbentuk kata, kalimat,

paragraf atau bahkan karangan utuh yang memiliki amanat lengkap seperti pada buku

atau pun artikel.

Kalimat-kalimat yang menyusun sebuah wacana haruslah kalimat yang padu dan sesuai

dengan konteks, bukan kalimat-kalimat yang saling terputus dan lepas konteks. Oleh

karena itu, wacana dapat diartikan juga sebagai tulisan atau perkataan yang memiliki

keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya. Berdasarkan uraian

tersebut, maka wacana yang disuguhkan dalam seni pertunjukan drama gong di

Kabupaten Gianyar yakni antara lain tentang kesewenang-wenangan seorang pemimpin,

dan tentang cinta sejati. Wacana kesewenang-wenangan pemimpin dapat disimak

dalam seni pertunjukan drama gong dengan lakon Jayaprana-Layonsari.

Dalam lakon itu diceritakan raja Kalianget melakukan pemaksaan kehendak yakni ingin

mengawini Layonsari yang telah menikah dengan Jayaprana. Untuk memenuhi

keinginannya itu, raja melenyapkan Jayaparana dengan cara memerintahkan

Saunggaling untuk membunuhnya. Setelah Jayaprana meninggal maka raja merayu

Layonsari dan memaksa agar mau menjadi istri sang raja.

Oleh karena Layonsari sudah bersuami dan tidak mau menikah dengan raja, maka hal itu

mencerminkan kesewenang-wenangan raja sebagai seorang pemimpin. Tentang cinta

sejati dapat disimak pada lakon Sampik-Ingtay. Dalam lakon diceritakan bahwa Sampik

dan Ingtay sama-sama menuntut ilmu pada sekolah yang sama. Ingtay, seorang wanita

pada mulanya menyamar menjadi seorang laki-laki. Setelah tahu bahwa temannya itu

seorang wanita, Sampik ingin menikahi Ingtay.

Namun Ingtay diceritakan pula hendak dinikahkan dengan seorang pemuda lain. Pada

akhirnya Sampik-Ingtay bertemu dalam alam baka. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

lakon tersebut, wacana yang disampaikan adalah cinta sejati. Dengan adanya wacana

tersebut, drama gong mengalami dinamika. Dinamika dalam Organisasi Organisasi

kesenian tradisional di Bali umumnya disebut sekaa.

Page 26: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Sekaa adalah sebuah organisasi tradisional yang pada umumnya bergerak dalam satu

bidang profesi untuk menyalurkan kesenangan atau hobi. Ada bermacam-macam sekaa

di Bali, misalnya sekaa tuak, sekaa manyi, sekaa mamula, dansekaa semal. Ada sekaa

yang menekankan aktivitasnya pada pelayanan sosial untuk meringankan beban, baik

fisik maupun finansial para anggotanya, seperti sekaa manyidansekaa subak.

Ada juga sekaa yang lebih menekankan pada olah keterampilan seni sehingga dapat

dijadikan profesi yang memberikan kesenangan dan nafkah bagi para anggotanya

seperti sekaa gong, sekaa joged, dan sekaashanti. Keanggotaan sekaa biasanya bersifat

sukarela,tetapi secara efektif dapat digerakkan untuk melaksanakan tugas-tugas sosial

(Astita, 2009:2).

Demikian pula kesenian drama gong, mereka membentuk sekaa sebagai organisasi.

Dalam konteks kesenian, dilihat dari keanggotaannya, secara garis besar, ada dua

macam bentuk sekaa,yaitu sekaa sebunan dan seka bonan. Menurut Kamus

Bali-Indonesia kata sekaa berarti perkumpulan, persatuan organisasi (Panitia Penyusun

Kamus Bali-Indonsia, 1978:623).

Di pihak lain kata “sebun” secara harfiah berarti sarang burung (Panitia Penyusun Kamus

Bali-Indonesia, 1978:619).Dalam konteks kesenian, kata sebunan terbentuk dari kata

dasar sebun dan memperoleh akhiran “an” sehingga pengertiannya satu tempat atau

satu banjar/satu desa. Dengan demikian sekaa sebunanberarti sebuah organisasi yang

semua anggotanya di satu tempat atau satu banjar/desa.

Kata “bonan” kata dasarnya adalah “bon” yang dalam bahasa Bali memiliki dua

pengertian. Pengertian pertama, kata “bon” berarti sama dengan bahasa Indonesia,

yakni membeli sesuatu tanpa membayar. Pengertian kedua, yakni gabungan

perkumpulan. Kemudian kata “ngebon” diartikan minta bantuan dari perkumpulan lain.

Jadi, kata “bon-bonan” diartikan hasil penggabungan (Panitia Penyusun Kamus

Bali-Indonesia, 1978:94). Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa sekaa bonan

adalah organisasi yang anggotanya terdiri atas berbagai tempat, baik di dalam maupun

di luar desa. Pada kesenian arja pernah ada sekaa disebut Arja Bon Bali.

Artinya, organisasi dramatari itu, baik sekaa gamel maupun penarinya, terdiri atas

berbagai daerah di Bali. Demikianlah, seni pertunjukan drama gong di Bali memiliki

sekaa sebunan dan sekaabonan. Kata “bonan” dalam kasus ini tidak hanya berarti

gabungan perkumpulan, tetapi juga berarti perorangan.

Terbentuknya sekaa ini merupakan akibat dari adanya berbagai tuntutan, baik dari para

Page 27: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

pragina maupun masyarakat Bali sendiri. Sekaa Drama Gongdalam Bentuk Sebunan

Pada dasarnya dari segi teknis tidak sulit membuat drama gong. Iringan musiknya, yakni

sebarung gamelan tidak sulit diperoleh karena desa adat rata-rata memiliki gamelan itu

untuk keperluan yadnya.

Para penabuh gemelan yang biasa mengiringi berbagai kesenian tradisional di pura

tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika mengiringi pelaku drama gong di atas

pentas. Hal itu terjadi sebab irama gamelan drama tidak begitu rumit. Demikian pula

para pemain seni pertunjukan drama gong. Pada tahun 1970-an, saat kesenian itu mulai

populer, banyak warga banjar ingin menjadi pemain.

Lebih-lebih untuk menjadi pemain drama gong, persyaratannya tidak berat. Hal itulah

yang menyebabkan banyak bermunculan sekaa drama gong sebunan sebagaimana

dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.3 Data Sekaa Drama Gong Sebunan No _Nama

Sekaa Drama Gong Sebunan _Alamat _No _Nama Sekaa Drama Gong Sebunan _Alamat

_ _1 _Sekaa Drama Gong Wijaya Kusuma _Abianbase, Gianyar _7 _Sekaa Drama Gong

Dlod Tangluk _Dlod Tangluk, Gianyar _ _2 _Sekaa Drama Gong Bukit Batu _Bukit Batu,

Gianyar _8 _Sekaa Drama Gong Singapadu _Singapadu, Gianyar _ _3 _Sekaa Drama Gong

Blah Pane _Blah Pane, Gianyar _9 _Sekaa Drama Gong Calo _Tegallalang, Gianyar _ _4

_Sekaa Drama Gong Purwa Soma Budaya _Pejeng, Gianyar _10 _Sekaa Drama Gong

Sebatu _Tegallalang, Gianyar _ _5 _Sekaa DramaGong Pengembungan _Pejeng, Gianyar

_11 _Sekaa Drama Gong Melinggih _Payangan, Gianyar _ _6 _Sekaa Drama Cebok

_Tegallalang, Gianyar _12 _Sekaa Drama Gong Ked _Tegallalang, Gianyar _ _Catatan:

Sekaa DramaGong Sebunan yang masih eksis sampai saat ini dalam nomor dalam

lingkaran Hal itu berarti bahwa membangun sebuah sekaadrama gong di banjar atau

desa tidak sulit.

Itulah sebabnya organisasi drama gong di Kabupaten Gianyar disebut sekaasebunan.

Hal itu dilakukan karena berbagai faktor. Menurut Wayan Sudiarsa (wawancara 25

Februari 2016), ia membentuk sekaasebunan selain persyaratannya mudah juga karena

membuat drama gong hanya untuk sekadar menjalankan hobi. Selain itu sekaa itu

dibentuk hanya untuk keperluan ngayah di pura.

Setelah dapat ngayah di pura ia yang memerankan putra manis dalam drama gong di

Banjar Calo, Tegallalang, Gianyar melanjutkan kehidupan drama gong itu. Ia kemudian

melakukan pementasan di beberapa tempat, dan diupah sekadarnya.

Padamulanyasekaa-sekaadrama gong di Bali bermunculan mewakili sebuah banjar atau

desa. Nama sekaa itu biasanya diambil dari nama banjar atau desa. Apabila menyebut

sebuah desa, seseorang akan teringat kesenianapa yang tersohor di tempat itu.

Page 28: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Misalnya Drama Gong Abianbase Gianyar. Setia (2006:228) mengemukakan, jika orang

menyebut Abianbase, maka yang teringat di kepala adalah drama gong. Kalau

menyebut Desa Carangsari yang langsung diingat adalah topeng. Menyebut Kramas

teringat pada arja. Batu Bulan dengan barongnya, Wangaya dengan joged. Sukawati

dengan wayang kulitnya. Pedungan dengan gambuhnya.

Berdasarkan pernyataan Setia tersebut, diketahui bahwa nama drama gong sebunan

dengan nama desa tidak bisa dipisahkan. Nama desa sering menjadi populer oleh

kesenian yang ada di desa tersebut. Apalagi kesenian tersebut mengalami kejayaan.

Sekaa Drama gong Profesional Sekaasebunan lambat laun bubar satu persatu.

Sekarang ini, desa sudah banyak yang menyatu akibat padatnya penduduk, baik oleh

pendatang maupun karena pertumbuhan penduduk akibat kelahiran di desa itu sendiri.

Selain itujuga terjadi pertukaran penduduk. Penduduk desa yang satu bisa menetap di

desa lain atau pergi ke kota dan menetap di sana. Mereka hanya pulang sewaktu-waktu,

terutama untuk keperluan persembahyangan atau ada acara sukaduka (misalnya

kematian dan upacara perkawinan).

Sementara itu, orang di kota tinggal di pedesaan membuka usaha. Keadaan seperti itu

menurut Setia (2006:227--228) mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial

kemasyarakatan, termasuk di bidang kesenian. Sekaa-sekaa kesenian yang ada di desa

sulit dipertahankan karena tidak semua pendukungnya setiap saat ada di desa. Mereka

sulit sekali untuk berkumpul.

Karena sekaasebunan ini sudah sangat tinggi mobilitasnya, mereka hampir tidak

memiliki waktu untuk berkumpul di desanya sendiri untuk meneruskan tradisi

sebelumnya. Lebih jauh Setia menulis sebagai berikut. “...perkembangan pendidikan tari

sekarang ini demikian pesat sehingga orang-orang yang tetap tinggal di desa -apalagi

yang desanya jauh dari kota- merasa selalu terlambat mengikuti perkembangan tari.

Akibatnya muncul rasa minder pada remaja desa untuk belajar menari.

Sebaliknya, jika memang ada remaja desa yang begitu tinggi minatnya pada dunia

kesenian, ia akan lari ke kota dan mengikuti kursus-kursus tari, atau bersekolah di

sekolah tari. Jika di desanya sendiri ia tak bisa menyalurkan bakatnya dalam suatu

kelompok (sekaa) maka mereka akan larut di sekolah atau tempatnya kursus. Dari sinilah

lahirnya sekaa baru, entah itu disebut sanggar atau kelompok.”

Berdasarkan pernyataan Setia tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat selalu

mengalami perubahan. Menurut Soekanto (1980:107) perubahan-perubahan sosial

terjadi disebabkan oleh bermacam-macam. Penyebab perubahan sosial tersebut, berasal

Page 29: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

dari dalam (internal) dan dari luar masyakarat itu sendiri (eksternal).

Sebab-sebab internal, antara lain dapat disebutkan misalnya pertambahan penduduk

atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru; pertentangan (konflik), atau

mungkin karena terjadinya revolusi. Sebaliknya, penyebab eksternal dapat mencakup

sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik, pengaruh kebudayaan masyarakat

lain, peperangan, dan seterusnya.

Suatu perubahan sosial lebih mudah terjadi apabila suatu masyarakat sering

mengadakan kontak dengan masyarakatlain atau mempunyai sistem pendidikan yang

maju. Di samping itu, sistem lapisan sosial yang terbuka, penduduk yang heterogen,

serta ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu dapat juga

memperlancar proses perubahan-perubahan sosial.

Perubahan-perubahan sosial sebagaimana dikatakan Soekanto tersebut memang

terjadi, antara lain menyangkut kesenian Bali, khususnya sekaadrama gong. Seperti telah

dikatakan Setia di atas bahwasekaasebunan berubah menjadi sekaa baru yang disebut

sanggar atau nama lain. Perubahan organisasi kesenian itu, terutama terjadi pada

kesenian yang “umum”, artinya bukan sebagai kesenian tradisi yang ada kaitannya

dengan ritual.

Sekaa baru yang berupa sanggar ini akan lebih menonjol dibandingkan dengan

sekaasebunan. Penyebabnya adalah di dalam sanggar ada semangat profesionalisme

sekaligus harapan mendapatkan nafkah lebih besar, sementara dalam sekaasebunan

semangatnya adalah kebersamaan dan ngayah (bekerja tanpa mendapatkan imbalan).

Dengan demikian, nama desa sebagai “cap dagang” digantikan dengan nama

kelompok.

Ada Drama Gong Bintang Bali Timur (BBT), Drama Drama gong Dewan Kesenian

Denpasar (DKD), Drama Gong Bhara Budaya, DramaGong Kerti Buwana Sari, yang paling

bertahan Drama Gong Sancaya Dwipa. Menurut Setia, pergeseran pola kelompok para

seniman Bali ini memang tidak bisa dihindarkan. Ini adalah irama dunia yang menuju era

kesejagatan, yaitu para profesional berkumpul di antara mereka yang seprofesi (Setia,

2006:228--229).

Sampai saat ini sekaa drama gong profesional yang masih eksis dapat dilihat pada tabel

berikut ini. Tabel 6.4 Sekaa Drama Gong Profesional yang Masih Eksis No _Sekaa Drama

Gong Profesional/Bon-bonan _Alamat _No _Sekaa Drama Gong Profesional/ Bon-bonan

_Alamat _ _1 _Sekaa Drama Gong Puspa Kencana Bon Bali _Bukit Batu, Gianyar _3 _Sekaa

Drama Gong Putra Bali Budaya _Tegallalang, Gianyar _ _2 _Sekaa Drama Gong Santi

Page 30: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Lango _Tegallalang, Gianyar _ _ _ _ _ Dalam perkembangan selanjutnya, muncul

organisasi baru yang diberikan nama Paguyuban Lawak se-Bali.

Mereka bermain dalam seni pertunjukan drama gong dengan judul Pengamen.

Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa para pragina terdiri atas wajah-wajah lama

seperti Petruk, Dolar, Dabdab, Yudana, Mongkeg, dan lain-lain. Dalam drama gong ini

dikolaborasi dengan lagu dangdut. Mereka memakai bahasa Indonesia dan beragama

non-Hindu, tetapi tetap memakai busana adat Bali.

Dilihat dari segi organisasinya, paguyuban ini sama dengan sekaa bonan, karena para

pragina terdiri atas berbagai kabupaten. Menurut Yuliadi (2005:42), pudarnya

sekaasebunan, juga disebabkan oleh hadirnya stasiun televisi. Keberadaan TVRI

Denpasar juga menumbuhkan semangat profesionalisme pengelolaan drama gong.

TVRI Denpasar yang menayangkan siaran drama gong tiap hari Minggu malam

memengaruhi perkembangan kelompok drama gong yang ada di desa-desa.

Berangsur-angsur drama gong di desa tidak terdengar lagi namanya dan tidak pernah

melakukan pertunjukan. Masyarakat lebih memilih menonton drama gong yang pernah

muncul di televisi dengan menyertakan pemain Dewa Ayu Rai, I Wayan Lodra, I Gede

Yudhana, Daddab, Petruk, dan Dolar. Dinamika dalam Hal Iringan/Gamelan

Gamelanmerupakansalah satuwarisan budayaHindupada masa lalu.

Gamelanadalahsebuahorkesbesar yang terdapat di Jawa dan Bali, terutama terdiri atas

alat-alat pukul yangterbuat dari perunggu (Pringgodigdo dkk., 1973: 427). Bagi

masyarakat Hindu di Bali, gamelan memiliki berbagai fungsi, yakni antara lain untuk

melakukan upacara yang tergabung dalam panca yadnya dan untuk mengiringi

kesenian.

Gamelan yang pernah mengiringi seni pertunjukan drama gong bebeda-beda sesuai

dengan dinamika kehidupan seni pertunjukan itu, misalnya gamelan janger, gong

kebyar dan semar pagulingan. Gamelan Janger Sebagaimana telah diungkapkan pada

uraian terdahulu bahwa munculnya drama gong di Bali bermula dari tari janger

sehingga ada istilah drama janger.

Kesenian ini merupakan sebuah kesenian drama yang menjadi bagian dari pertunjukan

tari janger. Dalam banyak hal, drama janger sangat mirip dengan sandiwara atau

stambul yang ada dan populer pada sekitar tahun 1950. Pendapat itu senada dengan

apa yang dikatakan Putu Setia dalam Yuliadi (2005:40) bahwa embrio drama gong

adalah kesenian janger.Kemunculan drama gong merupakan sebuah kelanjutan dari

berbagai bentuk drama yang mendahuluinya.

Page 31: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Yuliadi mengatakan bahwa pandangan ini didasari oleh teori evolusi budaya yang dalam

kasus ini menyiratkan perubahan terarah (Yuladi, 2005:40). Drama janger diiringi musik

atau gamelan Janger. Gamelan Janger terdiri atas sepasang gender wayang; sepasang

kendang kekrumpungan (kecil),satu buah tawa-tawa,satu buah kajar,satu buah rebana

(yang kadang kala digantikan dengan gong pulu),satu buah klenang,satu pangkon

ricik,satu sampai dengantiga buah suling.

Walaupun gender wayang berlaras slendro (lima nada), gamelan janger berlaras slendro

dan pelog. Untuk mengiringi lagu-lagu berlaras pelog biasanya gender wayang tidak

digunakan dan pimpinan melodi diambil alih oleh suling. Gong Kebyar Gong kebyar

adalah barungan gamelan Bali sebagai perkembangan terakhir dari gong gede,

memakai laras pelog lima nada, yaitu nding, ndong, ndeng, ndung, danndang. Gong

gede awal mulanya tidak menggunakan instrumen trompong.

Selanjutnya gong kebyar merupakan suatu barungan gamelan gong yang didalam

permainannya sangat mengutamakan kekompakan suara, dinamika, melodi, dan tempo.

Dalam permainannya diperlukan keterampilan mengolah melodi dengan berbagai

variasi permainan dinamika yang dinamis dan permainan tempo yang diatur sedemikian

rupa.Selain itu, juga didukung oleh teknik permainan yang cukup tinggi sehingga dapat

membedakan stylegong kebyar yang satu dengan yang lainnya.

Menurut sejarahnya, gamelan gong kebyar baru muncul pada permulaan abad XX, yang

pertama kali diperkirakan muncul di daerah Bali Utara tepatnya sekitar tahun 1915 di

Desa Jagaraga. Namun, Beryl de Zoete dan Walter Spies dalam buku Dance and Drama

in Bali mengatakan bahwa I Ketut Mario yang lahir sekitar tahun 1900 sudah menari

sisya dalam dramatari calonarang di tahun 1906. Dalam ungkapan selanjutnya sama

sekali tidak ada menyinggung masalah gong kebyar atau tari kekebyaran.

Berdasarkan ungkapan itu, dapat dikatakan bahwaI Ketut Mario dikenal sebagai salah

seorang tokoh dalam gong kebyar sampai dengan 1906 (perang Puputan Badung )

masih menjadi penari sisyayang dapat diartikan bahwa sampai tahun 1906 itu Mario

belum mengenal tari kebyar. Ini juga berarti bahwa gamelan gong kebyar belum ada

pada tahun 1906.

Menurut Colin McPhee dalam buku Musik in Bali,untuk pertama kalinya gamelan gong

kebyar diperdengarkan di depan umum adalah pada Desember 1915.Ketika itu

tokoh-tokoh gong Bali Utara mengadakan kompetisi yang pertama kali untuk gong

kebyar di Jagaraga. Colin McPhee mengakui bahwa apa yang dikemukakan itu adalah

hasil interviunya dengan A.A.

Page 32: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Gde Gusti Jelantik mantan Regen Buleleng (Colin McPhee, 1966:328 dalam Kade Tastra).

Apabila diperhatikan baik-baik apa yang dikemukakan Colin McPhee, akan tampak

bahwa tahun 1915 itu adalah saat kompetisi yang pertama kali di Bali Utara yang

menampilkan bentuk-bentuk kekebyaran dan sudah tentu sekaa-sekaa yang ikut ambil

bagian dalam kompetisi ini sudah menciptakan bentuk-bentuk kekebyaran satu atau

dua tahun sebelumnya, bahkan mungkin beberapa tahun sebelumnya.

Mustahil apabila gong-gong yang ditampilkan dalam kompetisi pada tahun 1915

yangbertempat di Jagaraga itu menciptakan bentuk-bentuk kekebyaran beberapa jam

atau beberapa hari sebelumnya. Selain ungkapan Colin McPhee ini, dapat diketahui juga

bahwa Desa Jagaraga yang selama ini dianggap sebagai daerah asal mula munculnya

gamelan gong kebyar di Bali Utara pada tahun 1915 ternyata hanya dijadikan tempat

kompetisi gong kebyar pada tahun 1915 tersebut.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Beryl de Zoete, Walter Spies, dan Colin

McPhee di atas, maka kiranya dapat ditarik suatu batas pemunculan gong kebyar di Bali,

yakni diantara tahun 1906 sampai dengan tahun 1915.Dengan kata lain gong kebyar

diduga muncul sesudah tahun 1906 dan sebelum tahun 1915. Tempat pemunculannya

pertama kali bukan di Desa Jagaraga. Dalam perjalanan sejarahnya drama gong

kemudian diiringi dengan gong kebyar.

Hal itu disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan pertunjukan. Gong kebyar

merupakan salah satu perangkat/barungan gambelan Bali yang terdiri atas lima nada

(panca nada) dengan laras pelog, tetapi tiap-tiap instrumen terdiri atas sepuluh bilah.

Barungan gong kebyar terdiri atas dua buah (tungguh) pengugal/giying, empat buah

(tungguh) pemade/gansa, empat buah (tungguh) kantilan, dua buah (tungguh) jublag,

dua buah (tungguh) penyacah, dua buah (tungguh) jegogan, satu buah (tungguh)

reong/riyong, satu buah (tungguh) trompong, satu pasang gong lanang wadon,satu

buah kempur, satu buah kemong gantung, satu buah bebende, satu buah kempli, satu

buah (pangkon) ceng-cengricik, satu pasang kendang lanang wadon, dan satu buah

kajar.

Di Bali ada dua macam bentuk perangkat dan gaya utama gambelan gong kebyar yaitu

gambelan gong kebyar Bali Utara dan gambelan gong kebyar Bali Selatan. Kedua

gambelan gong kebyar ini perbedaannya terletak pada tungguhan gangsa, yaitu Bali

Utara bentuk bilah penjain dan dipacek, sedangkan Bali Selatan menggunakan bentuk

bilah kalorusuk dan digantung. Gamelan Bali Utara kedengarannya lebih besar daripada

suara gamelan Bali Selatan meskipun dalam patutan yang sama.

Page 33: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Dalam perkembangannya gong kebyar muncul istilah gaya Bali Utara dan gaya Bali

Selatan meskipun batasan istilah ini juga masih belum jelas. Sebagai gambaran daerah

atau kabupaten yang termasuk daerah Bali Utara hanyalah Kabupaten Buleleng,

sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan yang lain mengambil gaya Bali Selatan.

Disamping itu, penggunaan tungguhan gong kebyar di tiap-tiap daerah sebelumnya

memang selalu berbeda karena disesuaikan, baik dengan kebutuhan maupun fungsinya.

Gong kebyar itu telah berfungsi sebagai pembaru dan pelanjut tradisi. Sebagai pembaru

maksudnya adalah lewat gong kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan

gending-gending baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada.

Di pihak lain sebagai pelanjut tradisi maksudnya adalah gong kebyar telah mampu

mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan

adaptasi. Seperti apa yang telah diuraikan di atas bahwa gong kebyar memiliki fungsi

untuk mengiringi tari kekebyaran. Namun, sesuai dengan perkembangannya bahwa

gong kebyar memiliki fungsi yang sangat banyak.

Hal ini disebabkan oleh gong kebyar memiliki keunikan tersendiri, sehingga mampu

berfungsi untuk mengiringi berbagai bentuk, baik tarian gending-gending lelambatan,

palegongan, maupun jenis gending yang lainnya. Disamping itu gong kebyar juga bisa

digunakan sebagai salah satu penunjang pelaksanaan upacara agama, seperti misal

mengiringi tari sakral, jenis tarian wali, dan balih-balihan.

Di samping itu, juga disebutkan dengan menggunakan iringan gamelan gong kebyar,

dalam sejarah drama klasik di Bali, drama tersebut berganti nama menjadi drama gong.

Sejak itulah muncul sekaa-sekaadrama gong baru lainnya. Sekaa Tabuh drama gong

dengan perangkat gong kebyar (Foto: Dokumen I Wayan Sugita) Semar Pagulingan

Semar pagulingan adalah sebuah gamelan yang dekat hubungannya dengan gamelan

gambuh, yaitu juga merupakan perpaduan antara gamelan gambuh dan legong.

Semar pagulingan merupakan gamelan rekreasi untuk istana raja-raja zaman dahulu.

Biasanya dimainkan pada waktu raja-raja akan ke peraduan (tidur). Gamelan ini juga

digunakan untuk mengiringi tari leko dan gandrung yang semula dilakukan oleh abdi

raja-raja keraton. Semar pagulingan memakai laras pelog tujuh nada, terdiri atas lima

nada pokok dan dua nada pamero.

Repertoar gamelan ini hampir keseluruhannya diambil dari pegambuhan (kecuali

gending leko) dan semua melodi yang mempergunakan tujuh nada dapat segera

ditransfer ke dalam gamelan semar pagulingan. Bentuk gamelan semar pagulingan

Page 34: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

mencerminkan juga gamelan gong, tetapi lebih kecil dan lebih manis disebabkan oleh

hilangnya reongdan gangsa-gangsa yang besar.

Demikian bejenis-jenis pasang cengceng tidak digunakan di dalam semar pagulingan.

Instrumen yang memegang peranan penting dalam semar pagulingan ialah trompong.

Trompong lebih menitik-beratkan penggantian melodi suling dalam gambuh yang

dituangkan ke dalam nada yang lebih fiks. Gending-gending yang dimainkan dengan

memakai trompong, biasanya tidak digunakan untuk mengiringi tari.

Di samping trompong ada juga empat buah gender yang kadang-kadang

menggantikan trompong, khususnya untuk gending-gending tari. Dalam hal ini semar

pagulingan sudah berubah namanya menjadi gamelan pelegongan. Instrumen yang lain

seperti gangsa, jublag dan calung masing-masing mempunyai fungsi sebagai

cecandetan ataupun untuk memangku lagu.

Semar Pagulingan juga memakai dua buah kendang, satu buah kempur, kajar, kelenang,

suling. Kendang merupakan sebuah instrumen yang amat penting untuk menentukan

dinamika pada lagu. Barungan gamelan semar pagulingan saih pitu terdiri dari: satu

tungguh trompong memakai, empat belaspencon,empat tungguh gangsa pemade,

tujuh bilah,empat tungguh gangsa kantil, tujuh bilah,sebuah curing; dua tungguh

penyahcah, tujuh bilah; dua tungguh jublag, tujuh bilah; dua tungguh jegogan, tujuh

bilah; sebuah rebab; dua buah suling ukuran besar, dan kecil; sepasang kendang

kekrumpungan lanang dan wadon; sebuah kajar; sebuah klenong (klentong); sebuah

genta, orag; satu pangkonceng-ceng kece. Gamelan semar pagulingan pernah

mengiringi beberapa drama gong. Menurut Wayan Puja, drama gong yang dipimpinnya

beberapa kali diiringi semar pagulingan.

Hal itu tidak menimbulkan masalah karena seni pertunjukan drama gong termasuk

luwes dan bisa menyesuaikan dengan berbagai musik tradisional. Gambar 6.3

seperangkat Gamelan Semar Pagulingan (foto: https:// adhiwiguna.

files.wordpress.com). BAB III DINAMIKA DRAMA GONG DALAM FUNGSINYA Para

peneliti dan ahli menengarai bahwa fungsi seni pertunjukan setidak¬tidaknya sudah

mulai dilekatkan di dalam keberadaannya pada waktu masyarakat mengenal peradaban

bercocok tanam, yaitu ketika masyarakat sudah tidak lagi berpindah-pindah tempat

untuk menemukan dan mengumpulkan makanan yang disediakan oleh alam. Waktu

luang di sela-sela dan di antara bercocok tanam merupakan saat yang tepat untuk

berkesenian.

Di samping itu, kebutuhan dan harapan akan keselamatan dan kesejahteraan di dalam

kehidupan membutuhkan kehadiran seni pertunjukan sebagai sarananya. Secara umum,

Page 35: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

pengertian seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung

unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan orang lain. Istilah seni berasal

dari kata Sanskerta, yaitu dari kata sani yang diartikan pemujaan, persembahan, dan

pelayanan yang erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut

Padmapusphita, seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin disebut

dengan genius yang berarti kemampuan luar biasa dibawa sejak lahir.

Menurut ilmu Eropa, seni berasal dari kata art yang berarti artivisual, yaitu suatu media

yang melakukan kegiatan tertentu. Fungsi seni dikelompokkan menjadi dua, yaitu fungsi

individu dan fungsi sosial,yaitu sebagai berikut. 1. Fungsi individu, yaitu merupakan

suatu fungsi seni yang bermanfaat untuk kebutuhan pribadi individu itu sendiri.

Terdapat dua macam fungsi seni untuk individu, yaitu sebagai berikut.Pertama, fungsi

pemenuhan kebutuhan fisik. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk homofaber yang

memiliki kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni

terapan memang mengacu kepada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi

kenyamanan menjadi suatu hal penting.Kedua, fungsi pemenuhan kebutuhan

emosional.

Seseorang mempunyai sifat yang beragam dengan manusia lain. Pengalaman hidup

seorang sangat memengaruhi sisi emosional atau perasaannya. Sebagai contoh

perasaan sedih, lelah, letih, gembira, iba, kasihan, benci, cinta, dll. Manusia dapat

merasakan semua itu karena didalam dirinya terkandung dorongan emosional yang

merupakan situasi kejiwaan pada setiap manusia normal.

Untuk memenuhi kebutuhan emosional manusia memerlukan dorongan dari luar dirinya

yang sifatnya menyenangkan, memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai contoh karena

kegiatan dan aktivitas sehari-harinya membuat mengalami kelelahan sehingga

memerlukan rekreasi, seperti menonton film di bioskop, hiburan teater, dan musik.

Seseorang yang memiliki estetikanya lebih banyak maka ia memiliki kepuasan yang

lebih banyak pula.

Di pihak lain seniman adalah seseorang yang mampu mengapresiasikan pengalaman

dan perasaannya dalam sebuah karya seni yang diciptakannya. Hal ini juga diyakini

olehnya sebagai sarana memuaskan kebutuhan emosional dirinya. 2. Fungsi sosial, yaitu

suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial seorang

individu.

Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai fungsi sosial, antara lain sebagai

berikut.Pertama, fungsi religi/keagamaan, yaitu karya seni sebagai pesan religi atau

Page 36: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

keagamaan. Seni digunakan untuk sebuah upacara pernikahan, kelahiran, kematian, dan

lain-lain.Kedua,fungsi pendidikan. Seni sebagai media pendidikan dapat dilihat dalam

seni pertunjukan.Ketiga,fungsi komunikasi.

Seni sebagai media komunikasi misalnya dalam kritik sosial, kebijakan, gagasan untuk

memperkenalkan kepada masyarakat. Contohnya pagelaran wayang kulit, wayang

orang, dan seni teater ataupun poster, drama komedi, dan reklame. Keempat, fungsi

rekreasi/hiburan. Fungsi utama seni adalah hiburan atau rekreasi untuk melepas

kejenuhan atau mengurangi kesedihan yang khusus untuk pertunjukan berekpresi atau

hiburan.

Kelima,fungsi artistik. Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dengan

menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, seperti musik kontemporer, tari

kontemporer, dan seni rupa kontemporer. (Seni pertunjukan yang tidak bisa dinikmati

pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan

komunitasnya).Keenam,fungsi guna.

Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya, kecuali sebagai media

ekspresi (karya seni murni) ataupun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek

kegunaannya, seperti perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah

ataupun rotan.Ketujuh, fungsi kesehatan. Seni sebagai fungsi kesehatan, seperti

pengobatan penderita gangguan fisik ataupun medis distimulasi melalui terapi musik

(disesuaikan dengan latar belakang pasien).

Terbukti musik telah mampu untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan

psikologis trauma suatu kejadian. Siegel menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan

gelombang alfa yang dapat menenangkan dengan merangsang sistem limbic jaringan

neuron otak dan gamelan menurut Gregorian dapat mempertajam pikiran.

Senada dengan pendapat tadi, fungsi tari Bali secara umum dapat dibedakan menjadi

tiga golongan yaitu seni tari wali, seni tari bebali dan seni tari balih-balihan. Pembagian

itu merupakan rumusan Seminar Seni Sakral dan Profan bidang seni tari yang diadakan

oleh Proyek Pemeliharaan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah Bali pada 24 Mei

1971 di Denpasar.

Seni tari wali adalah segala jenis seni tari yang dilakukan di pura dan di tempat-tempat

lain yang ada hubungannya dengan upacara agama (agama Hindu). Tari-tarian Bali yang

dapat digolongkan kedalam tari wali, antara lain tari rejang, tari pendet, tari sanghyang,

tari baris upacara, topeng sidhakarya, wayang lemah. Seni tari bebali, adalah

sekelompok tari Bali yang berfungsi sebagai pengiring upacara dan upakara agama baik

Page 37: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

yang dilakukan di pura-pura maupun di luar pura.

Jenis tari Bali yang dapat digolongkan kedalam tari bebali, antara lain: wayang wong,

topeng, drama tari dan lainnya. Tari balih-balihan adalah segala jenis tari Bali yang

mempunyai unsur-unsur dan dasar dari seni tari yang luhur yang tidak tergolong

kedalam tari wali dan tari bebali. Kelompok tari Bali ini dapat disajikan sewaktu-waktu,

baik sehubungan dengan suatu upacara agama maupun terlepas sama sekali.

Jenis tarian yang tergolong dalam taribalih-balihan, antara lain dramatari calonarang,

prembon, arja, tari joged. janger, dan drama gong. Sebagai fungsi balih-balihan,

pertunjukan drama gong bersifat sekuler. Sesuai dengan dinamika perjalanannya, seni

pertunjukan drama gong dibagi menjadi beberapa fungsi, yakni sebagai hiburan, media

pendidikan, media sosialisasi program.Di samping itu, karena digemari, sering pula

dipakai sebagai media penggalian dana.

Fungsi Hiburan Sesuai dengan fungsinya sebagai seni hiburan, sebuah pertunjukan

drama gong membuat ekspresi yang mengandung hiburan. Pada saat pertunjukan ini

drama gong tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara. Masyarakat Bali yang pada

umumnya mempunyai tatanan kehidupan yang sudah tersusun rapi semakin menyadari

perlunya drama gong sebagai media hiburan.

Gairah kegiatan seni drama gong sebagai ekspresi dapat disaksikan dalam kehidupan

masyarakat yang terjalin dalam struktur sosial serta meninggalkan karya seni yang

monumental. Seni drama gong sebagai manifestasi aktivitas yang hadir dalam

masyarakat tampil dengan berbagai ekspresi visual dan suara yang menonjol. Drama

gong yang berfungsi menghibur memberikan kepuasan kepada penontonnya. Oleh

karena itu, penampilan drama gong mementingkan lelucon yang dominan.

Menurut Gusti Ngurah Darma, praginadrama gong dari Tengkulak, Gianyar, drama gong

dalam fungsinya menghibur, tidak saja dapat memberikan kesenangan kepada

penonton tetapi juga demi pemain sendiri. Sebagaimana diucapkan Darma,”amerih

sukaning awak, angawe sukaning wang len” yang artinya, mencari kesenangan untuk diri

sendiri dan membuat orang lain senang.

Apa yang dikatakan Darma, senada dengan pendapat Merriam (1964) ketika ia

mengemukakan fungsi kesenian musik. Menurut Merriam, fungsi musik ada sepuluh

macam yakni (1) sebagai pengungkapan emosional (the function of emotional),(2)

fungsi tentang kenikmatan estetis (the function of aesthetic enjoyment),(3) Fungsi

hiburan (the function of entertainment),(4) fungsi komunikasi (the fungtion

communicatioan),(5) fungsi presentasi simbolis (the function of symbolis

Page 38: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

representation),(6) frespon fisik (the function of physical response),(7) fungsi

menguatkan konformitas terhadap norma-norma sosial (the function of enforcing

conformity to social norm),(8) fungsi validasi tentang institusi-institusi sosial dan

ritual-ritual keagamaan (the function of validation of social institutions and religious

vital),(9) fungsi tentang kontribusi terhadap kontinyuitas dan stabilitas budaya (the

function of contribution to the continuity and stability of culture),dan (10) fungsi

kontribusi terhadap integrasi masyarakat (the fungtion of contribution of contribution to

the integration of society).

Senada dengan pendapat itu, Soedarsono dalam bukunya Seni Pertunjukan Indonesia di

Era Globalisasi mengatakan bahwa fungsi seni ada tiga yakni (1) seni pertunjukan yang

berfungsi sebagai sarana ritual,(2) seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan

pribadi,(3) seni pertunjukan yang berfungsi sebagai presentasi estetis. Seni pertunjukan

drama gong, sebagai tontonan atau hiburan tidak banyak membutuhkan persyaratan

karena tidak terikat pada misi tertentu.

Menurut Wayan Suarta (wawancara 7 Januari 2016), seni pertunjukan drama gong harus

mampu memberikan kesenangan pada seseorang atau kelompok orang yang berada di

sekitar pertunjukan. Sebagai media tontonan, seni pertunjukan drama gong harus dapat

menghibur penonton. Pertunjukan itu bertujuan untuk memberikan pengalaman estetis

kepada penonton.

Seni pertunjukan disajikan agar dapat memperoleh tanggapan apresiasi sebagai suatu

hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada mata dan hati penontonnya. Contoh

adegan yang dapat memberikan hiburan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dua

parekan buduh sedang menari barong-barongan menggunakan tikar (foto: Dok. I

Wayan Sugita) Putri buduh/Liku mengejar putra manis (foto: Dok.

I Wayan Sugita) Sebagai Media Pendidikan Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali

tidak pernah lepas dari sebuah seni. Seni merupakan suatu proses penggambaran

ekspresi diri manusia sehingga bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas

manusia. Dalam mengungkapkan ekspresi jiwa, seorang individu memiliki cara yang

berbeda-beda untuk menggambarkannya.

Oleh karena itu, seni sangat sulit dijelaskan dan sangat sulit untuk dinilai bahwa

tiap-tiap individu memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntun dalam

mengekpresikan diri. Hal itu membuat sebuah seni dirasakan menarik untuk dipelajari

karena dengan mempelajari seni dapat dilihat berbagai macam cara penggambaran

ungkapan ekspresi individu.

Page 39: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Demikian pula seni memiliki fungsi sebagai media pendidikan. Di dalam dunia

pendidikan, terutama pendidikan informal, seni mempunyai peran yang sangat penting.

Seni yang digunakan sebagai alat pendidikan dalam pendidikan seni tidak semata-mata

bertujuan untuk mendidik anak menjadi seniman,tetapi juga membina anak-anak untuk

menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan itu dapat

mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat

pendidikan. Anak dapat berimajinasi sesuai dengan apa yang dikehendaki untuk

memunculkan apa yang ada dalam pikirannya melalui pendidikan seni. Upaya itulah

yang dilakukan ketika Pemerintah Daerah Bali menyelenggarakan festival drama gong

anak-anak. Festival itu diikuti oleh semua kabupaten se-Bali.

Penampilan seni pertunjukan drama gong pada kesempatan demikian menjadi media

pendidikan. Dalam proses pelatihan dan pertunjukan mereka mendapat pendidikian

moral. Hal itu senada dengan pendapat yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara sekitar

setengah abad lalu bahwa nilai-nilai moral dapat diajarkan melalui seni pertunjukan.

Sandiwara atau yang kini dikenal dengan drama disebutkan sebagai salah satu di

antaranya.

Tokoh pendidikan itu menyebutkan bahwa sandiwara yang berasal dari kata “sandi”

yang berarti tertutup atau rahasia dan “wara” yang berarti pelajaran memiliki peran

penting dalam pendidikan yang berhubungan dengan moral (Kusmayati, 2006). Seni

pertunjukan drama gong juga mengingatkan nilai-nilai moral bagi masyarakat. Ke dalam

tema pertunjukan tidak sedikit disisipkan cerita, baik berupa mitos, legenda, maupun

babad.

Kearifan yang selayaknya diteladani atau sebaliknya tabu yang harus dihindari oleh

masyarakat berulang-ulang ditampilkan melalui seni pertunjukan, terutama yang

berpola dan berakar tradisi. Seni pertunjukan menjadi kepanjangan norma dan nilai

yang diharapkan oleh masyarakat. Ia juga mampu menjaga kebersamaan dalam

bermasyarakat apabila ditempatkan sebagai savety valve atau katup pengaman

ketegangan dan peredam dorongan-dorongan agresif ketika seseorang berada dalam

konflik. Wiracarita Ramayana dan atau Mahabharata juga dijadikan lakon drama gong.

Kedua epos itu rermasuk itihasa, bagian dai kitab suci agama Hindu. Oleh karena itu,

kedua epos itu terasa sangat dekat dengan masyarakat Bali yang menganut agama

Hindu. Kedua epos itu mengandung nilai-nilai pendidikan yang perlu direnungkan dan

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 40: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Menurut Suarta, nilai-nilai pendidikan yang sering diungkapkan dalam pertunjukan

drama gong, yakni konsep kepemimpinan astabrata. Konsep kepemimpinan itu dalam

drama gong diungkapkan ketika hendak menobatkan seorang pangeran duduk di

singasana kerajaan. Istilah asta brata terdiri atas kata “asta” yang delapan dan “brata”

yang berarti pegangan atau pedoman. Ajaran asta brata ini terdapat dalam Kakawin

Ramayana.

Konsep kepemimpinan ini diturunkan oleh Prabu Rama kepada Wibhisana dalam rangka

untuk melanjutkan proses pemerintahan kerajaan Alengka setelah Rahwana gugur.

Dalam sloka pendahuluannya disebutkan sifat Sang Hyang Wihi Wasa yang menjadikan

kekuatan bagi umatnya dan menggambarkan kemampuan yang harus dimiliki oleh

segenap pemimpin. Dalam slokanya yang kedua disebutkan seperti berikut.

Hyang Indra Yama Surya Candranila Kuwera Banyunagi nahan walu ta sira maka angga

Sang bupati matangyang inisti asta brata Artinya: Dewa Indra, Yama, Surya, Chandra,

Anila/Bayu, Kuwera, Baruna dan Agni itulah delapan dewa yang merupakan badan sang

pemimpin, kedelapan itulah yang merupakan asta brata Berdasarkan bunyi bait tersebut

diketahui bahwa ada delapan karakter dewata yang perlu diteladani. Dewata, itu yakni

Dewa Indra, Yama, Surya, Chandra, Anila/Bayu, Kuwera, Baruna dan Agni.

Tiap-tiap karkater dewata tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Indra Brata,

yakni laku Dewa Indra yang selalu memberikan hujan dan air yang memungkinkan

tumbuh dan hidupnya tumbuh-tumbuhan serta makhluk di dunia ini. Dengan

demikian,pemimpin itu selalu memikirkan nasib anak buahnya, selalu bekerja untuk

mencapai kemakmuran masyarakat secara menyeluruh.

Pemimpin dituntut untuk bisa memupuk human relation (hubungan kemanusiaan) guna

menegakkan human right (kebenaran dan keadilan). 2. Yama Brata, yakni laku Dewa

Yama sebagai dewa keadilan dengan menghukum segala perbuatan jahat. Dalam

kepemimpinan initerkandung bahwa seorang pemimpin harus berlaku adil dengan

menghukum segala perbuatan yang jahat, dengan menjatuhi hukuman yang sesuai

dengan besarnya kesalahan, dan menghargai perbuatan yang baik. Apabila pemimpin

tidak bersikap adil, akan timbul krisis kewibawaaan dan anarki dalam menjalankan tugas.

Sesuai dengan hukum karma phala maka hukuman tersebut harus bersifat edukatif,yaitu

hukuman bertujuan untuk memperbaiki kesalahan sehingga bawahan lebih berhati-hati

dalam menjalankan tugas kewajibannya. 3. Surya Brata, yakni laku Dewa Surya yang

membeikan ajaran bahwa seorang pemimpin dalam tugasnya harus dapat memberikan

penerangan kepada anak buahnya atau bawahannya serta memberikan kekuatan

kepadanya. Bawahan harus diberikan kesadaran akan tanggung jawabnya dan

Page 41: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

benar-benar menginsafi tugas yang dipikulnya.

Kalau diperhatikan keadaan sehari-hari, ternyata bahwa matahari memancarkan sinarnya

ke segala pelosok dunia dan menerangi seluruh alam semesta ini tanpa pandang

tempat, rendah, dan tinggi. Dengan demikian, pemimpin hendaknya tidak jemu-jemu

mengadakan hubungan dengan bawahannya sehingga mengetahui benar tentang

keadaan anak buahnya atau bawahannya.

4. Candra Brata, yakni laku Dewa atau Dewi Candra yang mengharapkanseorang

pemimpin memberikan penerangan yang sejuk dan nyaman. Seseorang akan menjadi

senang dan taat apabila kebutuhannya dapat dipenuhi, baik bersifat material maupun

bersifat spiritual. Setiap orang pada hakikatnya mempunyai keinginan untuk

dihargai.Sebaliknya, tidak senang kalau dihina, lebih-lebih hal itu dilakukan di depan

khalayak ramai.

Untuk menjaga kehormatan diri anak buah, sebaliknya peneguran dilakukan di tempat

sendiri. 5. Bayu Brata, yakni laku Dewa Bayu. Pemimpin harus dapat mengetahui segala

hal ihwal dan pikiran anak buahnyasehingga dapat mengerti lebih dalam, terutama

dalam kesukaran hidupnya dan dalam menjalankan tugasnya, tetapi tidak perlu

diketahui oleh anak buah. Dalam manajemen, hal ini dinamakan employee concelling. 6.

Kuwera Brata, yakni laku Dewa Kuwera.

Pemimpin harus dapat memberikan contoh yang baik kepada anak buahnya, seperti

berpakaian yang rapisebab pakaian itu besar sekali pengaruhnya terhadap seorang

bawahan. Hal lain yang terkandung adalah sebelum seorang pemimpin mengatur orang

lain, pemimpin harus bisa mengatur dirinya sendiri. 7. Baruna Brata, laku Dewa Baruna,

yakni seorang pemimpin hendaknya mempunyai pandangan yang luas dan bijaksana

didalam menyikapi semua permasalahan yang ada.

Pemimpin mau mendengarkan suara hati atau pendapat anak buah dan bisa

menyimpulkan secara baik sehingga bawahan merasa puas, taat,dan mudah digerakkan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. 8. Agni Brata, yakni laku Dewa Agni. Seorang

pemimpin harus mempunyai semangat yang berkobar-kobar laksana agni dan dapat

pula mengobarkan semangat anak buah yang diarahkan untuk menyelesaikan segala

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang pemimpin juga harus bisa

menghanguskan musuh-musuhnya.

Ajaran kepemimpinan asta brata itu, baik secara implisit maupun eksplisit seringkali

disampaikan oleh praginadrama gong. Selain pesan-pesan dalam bentuk bahasa,

kepemimpinan astra brata juga tercermin dalam tingkah laku raja dalam pertunjukan

Page 42: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

drama gong. Dalam beberapa lakon drama gong, seorang raja sering memberikan

wejangan tentang kepemimpinan Hindu kepada putranya yang akan dinobatkan

sebagai raja.

Selain raja, seorang ayah juga sering menyampaikan tuntunan itu kepada anaknya. Salah

satu adegan yang menggambarkan seorang ayah memberikan wejangan tentang

kepemimpinan kepada putranya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Seorang ayah

memberikan nasihat kepada putranya tentang kepemimpinan Hindu (Foto: Dok.

I Wayan Sugita) Sebagai Media Sosialisasi Program Kesenian drama gong merupakan

salah satu media tadisional. Media ini juga sering dipercaya ampuh untuk

menyosialisasikan programatau mempromosikan sesuatu. Dengan demikian, dalam

beberapa hal, prinsip-prinsip yang dimiliki oleh sekaadrama gong tidak jauh berbeda

dengan sebuah perusahaan bisnis.

Di satu sisi, ia bisa mempromosikan dirinya sendiri dan di pihak lain, ia mempromosikan

produk orang lain. Dalam dunia perdagangan, kegiatan promosi merupakan sebuah

kegiatan yang sangat penting.Artinya, di mana ada bisnis di situ selalu ada promosi.

Promosi adalah berbagai strategi yang dilakukan untuk menginformasikan dan

memengaruhi target konsumen untuk akhirnya membeli produk yang dipasarkan.

Promosi penting dilakukan agar calon konsumen tertarik untuk melakukan pembelian

produk barang atau jasa yang ditawarkan. Tujuan promosi, antara lain seperti

berikut.Pertama, menciptakan brand awareness,yakni membuat produk dikenal oleh

konsumen. Supaya sebuah produk bisa terjual banyak, maka perlu diperkenalkan

kepada konsumen. Prinsip ini merupakan alasan paling dasar dari sebuah strategi

promosi yang dilakukan.

Strategi promosi dengan tujuan ini sangat penting dilakukan untuk produk yang baru

saja diluncurkan atau belum banyak dikenali. Kedua, promosi bertujuan untuk

meciptakan dan meningkatkan loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen menjadi sangat

penting agar konsumen tidak beralih ke pesaing. Pebisnis bisa melakukan berbagai

langkah untuk membangun loyalitas konsumen, seperti diadakannya program promosi

berhadiah, point reward, harga khusus saat momen tertentu, paket bonus produk, dan

sebagainya. Ketiga, promosi penting untuk membangun merek.Ketika konsumen sudah

mengenal produk (brand awareness tinggi) langkah kemudian adalah menciptakan

kesan merek positif (brand image). Merek tidak cukup hanya terkenal.

Merek tersebut harus dibangun menjadi merek yang memiliki citra yang kuat dan

memiliki nilai positif. Langkah penting untuk membangun merek yang memiliki citra

Page 43: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

positif adalah fokus pada kualitas dan layanan yang baik. Keempat, sarana untuk edukasi

ke konsumen. Promosi berperan untuk menyampaikan suatu pesan kepada konsumen.

Promosi juga bisa menjadi sarana edukasi konsumen tentang manfaat sebuah produk.

Sebagai produk yang relatif baru atau belum terkenal, si pemilik produk wajib untuk

mengedukasi konsumen tentang kegunaan produk, cara pakai produk, dan berbagai hal

yang berhubungan dengan produk. Hal ini menjadi alasan penting mengapa promosi

wajib dilakukan (Nabilla,2014). Berdasarkan prinsip-prinsip itu, maka sebuah

pementasan drama gong juga mengandung unsur promosi.

Selain bermaksud mempromosikan dirinya sendiri, pertunjukan dama gong juga dapat

mempromisikan produk pihak lain. Dalam hal ini, minimal menyosialisasikan

program-program pemerintah, seperti masalah kependudukan, lingkungan hidup, dan

program lainnya. Hal itu diakui oleh Ni Wayan Sriyani (wawancara, 8 Januari 2016).

Pragina drama gong dari Payangan, Gianyar ini seringkali menyampaikan program

keluarga berencana secara terselubung dalam pementasannya. Program itu memang

tidak diperinci secara lengkap dalam pertunjukan karena berbagai sebab. Namun para

penonton yang diberikan pesan dapat memahaminya. Pengetian KB ini secara lengkap

adalah suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara

kebutuhan dan jumlah penduduk.

Program keluarga berencana dilakukan agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan

bangsa diharapkan menerima “Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera” yang

disingkat NKKBS yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan KB

Nasional telah berumur sangat lama, yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia

menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna.Perencanaan jumlah

keluarga dilakukan dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan

alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran, seperti kondom, spiral, IUD, dan

sebagainya. Adapun beberapa jenis alat kontrasepsi adalah sebagai berikut.

Pertama,pil (biasa dan menyusui) yang mempunyai manfaat tidak mengganggu

hubungan seksual dan mudah dihentikan setiap saat. Demikian pula terhadap

kesehatan, risikonya sangat kecil.Kedua suntikan (satu bulan dan tiga bulan) sangat

efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan.

Alat kontrasepsi suntikan juga mempunyai keuntungan seperti klien tidak perlu

menyimpan obat suntik dan jangka pemakaiannya bisa dalam jangka panjang.Ketiga,

implan (susuk) yang merupakan alat kontrasepsi yang digunakan di lengan atas bawah

kulit dan sering digunakan pada tangan kiri. Keuntungannya daya guna tinggi, tidak

Page 44: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

mengganggu produksi ASI dan pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan.Keempat, AKDR (Alat Kontrasepsi dalam rahim) merupakan alat kontrasepsi

yang digunakan dalam rahim.

Efek sampingnya sangat kecil dan mempuyai keuntungan efektivitas dengan proteksi

jangka panjang lima tahun dan kesuburan segera kembali setelah AKDR

diangkat.Kelima, kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan, diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi

hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Manfaat kondom sangat

efektif bila digunakan dengan benar dan murah atau dapat dibeli secara umum.Keenam,

tubektomi adalah prosedur bedah mini untuk memotong, mengikat, atau memasang

cincin pada saluran tuba fallopi untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang

perempuan. Manfaatnya sangat efektif, baik bagi klien apabila kehamilan akan terjadi

risiko kesehatan yang serius dan tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

Tujuan KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan

NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya

masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin

terkendalinya pertambahan penduduk. Di pihak lain tujuan khusus, yakni (1)

meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi, (2) menurunnya

jumlah angka kelahiran bayi,dan (3) meningkatnya kesehatan keluarga berencana

dengan cara penjarangan kelahiran.

Program KB tersebut sering pula disosialisasikan oleh sekaadrama gong yang dimainkan

oleh Anak Agung Pareso dari Banjar Cebang, Serongga, Gianyar. Namun, program KB itu

disampaikan dengan cara dikemas dengan lelucon atau degalan. Misalnya, tokoh

parekan ketika memberikan hormat kepada junjungannya, ia mengatakan dengan suara

lantang “Pasang kabe...”

padahal sesungguhnya, ucapan penghormatan ini semestinya diucapkan, “Pasang

tabe...” yang artinya kurang lebih “mohon maaf...permisi....semoga tidak kena kutukan.”

Bentuk penghormatan itu diucapkan sebelum menyampaikan sesuatu. Dengan

mengucapkan “pasang kabe...” maka penonton menjadi tertawa sebab asosiasi

penonton, KB identik dengan kondom, atau alat kotrasepsi IUD spiral yang dipasang

pada vagina perempuan.

Dengan mengucapkan “pasang kabe” maka penonton seakan diingatkan pada program

KB. Hal itu diakui, Ni Nyoman Luwes, seorang penggemar drama gong dari Banjar

Kawan, Tampaksiring, Gianyar. Ia mengatakan sebagai berikut. “Ucapan pasang kabe...itu

disampaikan dengan lucu oleh gerak pemain drama. Saya jadi tertawa. Sebab, ia kan

Page 45: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

maunya mengucapkan pasang tabe. Tapi kok bisa keseleo mengucapkan pasang kabe.

Ini kan lucu. Tapi memang itu disengaja. Jadi, selain lucu, juga mengingatkan saya

bahwa saya sudah melakukan program keluarga berencana.” Upaya menyampaikan

sesuatu yang serius dalam sebuah pertunjukan seni sering dilakukan dengan

menggunakan lelucon. Hal itu sering dilakukan para seniman pertunjukan seni

tradisional Bali karena fungsi seni, antara lain memberikan tuntunan dan tontonan.

Sebagai Media Penggalian Dana Pada mulanya seni drama gong sering ditampilkan

oleh masyarakat Bali dalam upacara keagamaan yang bersifat sosial. Meskipun

demikian, sebagai kesenian sekuler, drama gong sering dipertunjukkan sebagai media

penggalian dana. Bahkan, menurut Wayan Darma, seorang pelaku drama gong dari

Blahpane, Tulikup, Gianyar,drama gong merupakan salah satu seni pertunjukan yang

seringkali menerapkan “karcis”.

Kesenian yang mengalami masa kejayaan pada tahun 1970-an yang berarti sebagian

besar masyarakat lebih menyukai drama gong daripada kesenian tradisional Bali lainnya

pada saat itu seperti kesenian arja dan topeng(wawancara 8 Februari 2016). Dalam

perkembangandrama gong sampai tahun 1980 kehidupan kesenian ini masih menjadi

tontonan favorit masyarakat Bali.

Masyarakat Bali, dari semua lapisan usia, termasuk anak-anak menggemari seni

pertunjukan ini. Kesuksesan drama gong ini sangat ditentukan oleh

pemeran-pemerannya. Masyarakat Bali selalu memperhitungkan keberadaan pemain

saat mereka berniat menonton pertunjukan drama gong. Orang-orang seperti Dewa

Ayu Rai, I Wayan Lodra, Petruk, Dolar, Komang Apelmenjadi lambang kesuksesan

pertunjukan drama gong pada tahun 1980-an.

Oleh karena itu, tidak sedikit warga masyarakat, terutama dari golongan tua, lebih

mengenal nama Lodra daripada nama organisasinya sehingga mereka menyebut Drama

Lodra. Penyebutan seperti ini tidak berbeda dengan penyebutan arja ketika dramatari

itu sedang jaya-jayanya pada tahun 1960-an. Ketika itu Arja Bon Bali, oleh sebagian

warga disebut Arja Ribu. Hal itu disebabkan oleh Ribu sebagai pemeran Mantri Buduh

terkenal dan dinanti-nantikan penonton.

Kehadiran TVRI Stasiun Denpasar juga merupakan bukti tentang melejitnya “taksu”

drama gong. Secara berkala setiap hari Minggu malam, TVRI Denpasar menyiarkan

pertunjukan drama gong keseluruh Bali. Grup drama gong yang memasuki studio

rekaman melakukan persiapan yang lebih matang, baik dari segi teknis maupun materi

siaran.

Page 46: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Cerita, penggarapan, akting, vokal, dan lain-lain menjadi sangat diperhitungkan baik,

oleh pendukung drama maupun pihak televisi. Tentu saja mereka memperhitungkan hal

itu karena akan berbeda dibandingkan dengan pentas di luar studio. Siaran drama gong

tersebut mendapat sambutan hangat dari pemirsa, apalagi ketika TVRI milik pemerintah

itu masih memonopoli siaran karena stasiun televisi swasta belum muncul. Dengan

demikian, pemirsa tidak memiliki pilihan lain atau memindahkanchannel ke stasiun

televisi lainnya.

Pada saat jayanya drama gong di televisi pernah ada sebuah rumor yang mengatakan

bahwa satu-satunya acara TVRI Bali yang bisa mengalahkan film “Mission Imposible”

adalah tayangan drama gong (Sari,2011). Pengalaman pemeran Dolar menjadi bukti

yang tidak terbantahkan bagaimana drama gong benar-benar menjadi idola

masyarakat. Hampir setiap malam ia melakukan pertunjukan. Bahkan, menurut

catatannya, dalam sebulan lebih tiga puluh kali ia menerima pesanan.

Namun, karena tidak dapat memenuhi pesanan itu, ia terpaksa melakukan penolakan.

Karena pesanan sangat padat, ia menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk istirahat.

Supaya dapat istirahat yang cukup, ia sering istarahat di mobil angkutan truk ketika

berangkat ke tempat tujuan pentas atau sepulang dari main drama. Bahkan, ia sering

pula harus istirahat di tempat berhias sebelum mendapat giliran main di pangggung.

Pengalaman Dolar itu membuktikan bahwa drama gong pada masa jayanya memang

benar-benar menjadi perrtunjukan favorit masyarakat Bali. Selain di desa-desa, ketika

masih digemari masyarakat drama gong selalu ditunggu-tunggu saat melakukan

pertunjukan di Pesta Kesenian Bali, yang berlokasi di Taman Budaya Denpasar.

Karenasangat digemari masyarakat, seni pertunjukan ini dilangsungkan di Panggung

Terbuka Ardha Chandra.

Di panggung terbuka terbesar di Taman Budaya yang menampung 10.000 penonton

tersebut dijejali penonton, sampai-sampai penonton yang datang belakangan tidak

mendapatkan tempat duduk. Pertunjukan yang baru dimulai pukul 20.00 WITA itu sudah

dipenuhi pada pukul 19.00 WITA. Mereka yang datang “terlambat” mau tidak mau harus

rela duduk di lorong-lorong.

Banyak pula penonton yang berada di deretan paling belakang harus berdiri dalam

keadaan berdesak-desakan. Tidak sedikit pula yang memanjat pohon yang berada di

belakang panggung, untuk menyaksikan drama gong ini. Sementara ketika itu belum

disediakan layar lebar yang bisa dipasang di luar panggung.

Page 47: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Menurut Ketut Sudira (wawancara 4 Maret 2016) salah seorang penonton yang berada

di luar panggung, panggung ArdaChandra benar-benar penuh sesak sehingga ia tidak

bisamasuk untuk menonton drama. Bahkan, ia mengaku melihat Gubernur Bali, waktu

itu, Prof.Dr. Ida Bagus Mantra bersama beberapa ajudannya terpaksa membatalkan

menonton pertunjukan tersebut.

Mungkin karena sebelumnya tidak dijadwalkan secara resmi, maka panitia tidak

menyedikan tempat khusus untukgubernur dan atau pejabat lainnya. Sementara panitia

tidak mampu “mengusir” penonton yang sudah menguasai semua ruang panggung.

Apalagi gang yang berada di panggung tersebut sudah penuh sesak sehingga sangat

sulit menuju tempat terdepan.

Fenomena itu membuktikan bahwa drama gong memang sangat ampuh untuk

dijadikan media sebagai penggali dana. Banjar dan atau desa menggali dana untuk

kepentingan pembangunan fisik, seperti pura, bale banjar dan sebagainya. Meskipun

untuk penyelenggaraan ini diperlukan dana yang cukup besar, banyak desa

memerlukannya karena di atas kertas yakin mendapatkan keuntungan yang cukup besar

pula.

Salah satu contoh, sebagaimana dicatat Yuliadi (2005:43) Drama Gong Sancaya Dwipa

melakukan pertunjukan di jaba Pura Dadia Dalem Kubakal, Banjar Segah, Rendang,

Karangasem pada Rabu, 25 Oktober 2000. Meskipun pertunjukan itu dimulai pada pukul

21.30 WITA masyarakat Bakul jauh-jauh sebelumnya telah memenuhi tempat

pertunjukan. Dengan harga karcis Rp1.000,-kursi yang disediakan 200-an buah penuh

terisi.

Penonton yang tidak kebagian kursi, berdiri di pinggir arena atau memanjat tembok

pembatas pura. Peristiwa serupa juga berlangsung di Pura Samuan Tiga, Bedulu,

Gianyar.Menurut Dewa Swastika (wawancara 3 Februari 2016) pemilik Sanggar Kayon,

Pejeng, Gianyar, ketika drama gong mengalami masa kejayaannya, seni pertunjukan itu

sering dipertunjukkan saat melangsungkan upacara di Pura Samuan Tiga.

Karena upacara berlangsung beberapa hari, maka masyarakat juga meminta agar

pertunjukan drama juga dipergelarkan beberapa kali. Panitia upacara pun memenuhi

permintaan masyarakat setempat sehingga di wantilan pura, drama gong itu

dipentaskan setiap hari selama upacara odalan berlansung. Menurut Swastika, pernah

ada drama gong yang dipentaskan setiap hari sehingga lakonnya pun dibuat berseri.

Penonton selalu memenuhi tempat pertunjukan meskipun mereka diharuskan membeli

karcis.

Page 48: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

BAB IV PENUTUP Bentuk dinamika seni pertunjukan drama gong di Kabupaten Gianyar

secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yakni terdiri dari dinamika

dalam bentuk tema yang meliputi (1) sesuai permintaan pasar,(2) sesuai keperluan

upacara,(3) sesuai keadaan sosial masyarakat, dan (4) sesuai wacana yang disuguhkan.

Kemudian bentuk dinamika dalam organisasi yakni meliputi (1) sekaa drama gong

dalam bentuk sebunan,(2) sekaa drama gong profesional. Dalam bentuk tema, drama

gong mengalami dinamika karena adanya perubahan tema yang disuguhkan.

Perubahan tema tersebut, antara lain juga berkaitan erat dengan permintaan pasar atau

untuk memenuhi keinginan masyarakat.

Selain itu, juga memiliki kaitan dengan keperluan upacara. Meskipun drama gong

merupakan kesenian sekuler/provan yang tergolong memiliki fungsi hiburan, namun

acapkali dipertunjukkan dalam memeriahkan upacara keagamaan di Bali. Oleh karena

disesuaikan dengan upacara keagamaan, maka tema dan lakon seringkali mengalami

dinamika.

Kemudian gamelan sebagai musik pengiringnya juga mengalami dinamika sesuai

dengan situasi dan kondisi. Gamelan yang digunakan sebagai pengiring drama gong

tersebut yakni gamelan Janger karena embrio drama gong adalah kesenian janger.

Kemudian digunakan gamelan gong kebyar dan sering pula menggunakan semar

pagulingan. Sesuai dengan fungsinya, drama gong mengalami dinamika dalam

pertunjukannya.

Fungsi yang paling dominan yakni hiburan, sehingga penampilannya selalu

berubah-ubah sesuai dengan tujuannya. Kemudian sebagai media pendidikan, drama

gong menyampaikan pendidikan terutama yang menyangkut nilai atau ajaran agama

Hindu. Hal itu disebabkan para pragina drama gong menganut agama Hindu. Selain itu,

drama gong juga sering digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan program

pemerintah.

Hal itu disebabkan, ketika drama gong mengalami masa kejayaan, seni pertunjukan ini

dinilai efektif menyampaikan pesan-pesan yang perlu disosialisaikan oleh pemerintah.

Kemudian di masa kejayaannya, yakni dimana masyarakat menjadikan seni pertunjukan

ini sebagai seni hiburan pavorit, masyarakat seringkali menggunakan drama gong

sebagai media penggalian dana untuk membiayai bebagai pembangunan di desa. Ada

beberapa temuan yang bisa dikemukakan dalam karya ini.

Pertama, Seni pertunjukan drama gong merupakan kesenian baru, yakni terdiri atas

kolaborasi antara sendratari, arja, dan teater modern.Kesenian drama ini pada mulanya

Page 49: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dalam perkembangannya memakai bahasa Bali,

yang diiringi gamelan gong.Kesenian ini termasuk bebas dalam arti tidak terlalu terikat

oleh pakem-pakem yang kaku sehingga dalam perkembangannya, drama gong juga

bisa dipadukan dengan kesenian modern, seperti pertunjukan lagu-lagu dangdut,

bahkan audiovisual.

Kedua, Seni pertunjukan drama gong yang embrionya mulai dari kesenian janger dan

sendratari itu mengalami masa kejayaan pada tahun 1970 sampai dengan 1980. Pada

masa kejayaannya itu hampir semua desa di Bali membuat sekaadrama gong, baik atas

nama desa, banjar, maupun sekaasebunan. Ketiga, Pada tahun-tahun berikutnya, yakni

mulai tahun 1980-anseni pertunjukan drama gong mengalami keterpurukan.

Penyebab keterpurukan itu yakni, pengaruh hiburan modern dari teknologi canggih

(televise, internet), memudarnya minat generasi muda untuk menjadi pemain drama

gong, minimnya keterampailan berbahasa Bali dari generasi muda; lemahnya di

kalangan para seniman. Keterpurukan atau terpinggirnya drama gong, dalam arti hanya

melakukan pertunjukan secara insidentil, yakni jika ada pesanan dari lembaga

pemerintah seperti untuk keperluan mengisi acara Pesta Kesenian Bali, Bali Mandara

Mahalango, atau acara lain yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Masyarakat umum memang masih ada yang menanggap seni drama gong, tetapi

sangat jarang. Selain itu, sudah ada rekaman seperi VCD/DVD, sehingga bisa dinikmati

dengan lebih hemat antara lain hemat waktu dan emat energi. Dinamika seni

pertunjukan drama gong dalam jagat seni hiburan di Bali umumnya dan di Kabupaten

Gianyar khususnya, merupakan suatu fenomena yang terjadi pada kesenian tradisional

bukan hanya di Bali, melainkan juga di beberapa daerah lain.

Dinamika tersebut seperti hukum alam yaituutpati (diciptakan), stithi (dipelihara), dan

pralina (mengalami kematian). Dinamika tersebut terjadi tidak hanya semata-mata faktor

internal, tetapi banyak, bahkan dominan faktor eksternal, yakni disebabkan oleh

kemajuan teknologi yang mempunyai kekuatan luar biasa dalam membawa perubahan.

Dengan demikian, nasib baikburuknya seni pertunjukan drama gong merupakan

fenomena sosial yang dipengaruhi oleh berbagai pihak. Jika kehidupan drama gong

mengalami keterpurukan, bukanlah merupakan kesalahan para seniman semata

(internal), melainkan faktor luar (eksternal) berpengaruh besar sekali pengaruh.

Seni pertunjukan drama gong, sebagai sebuah kesenian hiburan, yang tercipta dari

beberapa kesenian tradisional Bali dan teater modern Barat memiliki sejarah yang unik.

Unsurteater modern lebih difokuskan pada tata dekorasi, sound effect, akting, dan tata

Page 50: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

busana selain didominasi kesenian klasik Bali. Drama gong menyuguhkan lakon-lakon

yang bersumber pada Itihasa, cerita romantis, seperti cerita Panji (Malat) dan kisah-kisah

sejenis, termasuk yang berasal dari luar lingkungan budaya Bali.

Di samping itu, juga kesenian drama gong ditampilkan dengan para pemain yang

berakting realistis dan menggunakan dialog-dialog verbal yang didominasi bahasa Bali.

Meskipun tergolong tari balih-balihan (hiburan), seni pertunjukan ini biasa ditampilkan

oleh masyarakat Bali untuk memeriahkan dan mengisi acara hiburan pada upacara

agama dan kegiatan sosial.

Disebut unik karena drama gong sebagai kesenian sekuler lahir di tengah-tengah situasi

politik yang memanas, tumbuh dengan cepat sebagai kesenian favorit.Seni pertunjukan

ini, bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga mampu menggairahkan warga untuk

melakoni atau ikut menjadi pelaku dalam kesenian itu. Oleh karena itu, maka dapat

dipahami, bahwa hampir semua desa di Bali memiliki kesenian drama gong.

Karenataksu atau pamornya menanjak, sejumlah kesenian tradisional lainnya sempat

terpinggirkan. Artinya dimana-mana orang membicarakan drama gong dan kesenian ini

menjadi idola berbagai usia. Mengingat kepopuleran tersebut, seni pertunjukan ini

akhirnya memiliki sejumlah fungsi.

Selain sebagai media komunikasi tradisional yang dapat menyebarkan berbagai

program pemerintah dan nilai-nilai pendidikan agama, juga memiliki fungsi ekonomi,

yakni dijadikan media sebagai penggalian dana. Tidak sedikit desa di Bali dapat

membiayai pembangunan dengan menggunakan drama gong sebagai media

penggalian dana. Setelah berdirinya TVRI Denpasar, sebagai satu-satunya stasiun televisi

pada sekitar tahun 1970-an, drama gong yang ditayangkan oleh televisi tersebut

menjadi sebuah kesenian yang ditunggu-tunggu masyarakat. Pada pertengahan tahun

1980 popularitas drama gong mulai menurun.

Seiring dengan derasnya arus globalisasi yang menerjang Bali, seni pertunjukan ini

berangsur-angsur ditinggalkan.Tanda-tanda mulai suramnya pamor drama gong, antara

lain adalah ketika tampilnya televisi swasta sebagai alternatif tontonan dan hiburan di

tengah masyarakat Bali. Bersamaan dengan fenomena itu pula generasi muda tidak

tertarik lagi untuk menjadi pelaku drama gong. Demikian pula masyarakat Bali mulai

malas datang menonton.Sebaliknya, mereka lebih betah menatap pesawat televisi,

menyuntuki beragam acaranya, di rumah, bahkan di kamar masing-masing.

Era globalisasi dan gelombang transformasi budaya merupakan dinamika zaman yang

sudah tentu membawa guncangan besar dan kecil pada tata kehidupan dan perilaku

Page 51: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

masyarakat. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni

perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka merupakan

salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah

mengubah dunia secara mendasar.

Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas

budaya setiap bangsa. Peristiwa transkultural disadari atau tidak berpengaruh terhadap

keberadaan kesenian drama gong. Pada saat orang memandang bahwa drama gong

harus dijaga kelestariannya, pada di saat itu pula teknologi informasi yang semakin

canggih menyuguhkan banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih

beragam, yang lebih menarik dibandingkan dengan kesenian drama gong.

Misalnya dengan antena parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan

hiburan yang bersifat mendunia atau berasal dari berbagai belahan bumi. Terpuruknya

drama gong juga menimbulkan berbagai implikasi terhadap kehidupan sosial budaya

masyarakat Bali. Implikasi itu selain pada aspek kognisi, afektif, psikomotorik masyarakat

juga terhadap pelestarian seni budaya Bali dan ilmu pendidikan.

Semula masyarakat Bali, bisa mendapatkan pesan-pesan moral dari pertunjukan drama

gong, kemudian diganti oleh media modern, seperti televisi dan alat komunikasi

canggih lainnya. Para seniman seni pertunjukan, khususnya yang berkecimpung di

dalam seni pertunjukan drama gongdiharapkan atau disarankan selalu belajar menuntut

ilmu pengetahuan umum atau belajar dalam segala hal, terutama keterampilan

menari/berakting agar kualitas SDM-nya selalu mengalami peningkatan.

Selain itu, yang sangat penting dilakukan, yakni selalu mencari inovasi agar kesenian ini

bangkit kembali seperti pada masa jaya-jayanya pada tahun 1970-an. Walaupun

kesenian drama gong masih kalah bersaing dengan kesenian lain, terutama kesenian

modern di televisi, pada suatu saat nanti, kemungkinan untuk bangkit kembali sangat

besar.

Argumen itu dikemukakan dengan becermin pada dinamika kehidupan kesenian

wayang kulit, yaitu pada mulanya banyak kalangan menilai bahwa seni pertunjukan ini

sangat lesu, bahkan dikatakan hampir punah. Pendapat yang pesimis juga mengatakan

bahwa masih syukur, seni pertunjukan wayang kulit sering dipentaskan dalam upacara,

sehingga tidak akan punah, selama masih ada upacara keagamaan di Bali. Dalam

fungsinya sebagi seni hiburan, wayang kulit di beberapa tempat dan secara umum

boleh dekatakan terpinggirkan.

Akan tetapi, seni pertunjukan ini tidak berarti punah atau tidak bisa dibangkitkan. Pada

Page 52: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

kenyataannya, ketika ada dalang yang mengembangkan wayang kulit inovatif, kesenian

ini bangkit kembali dan ternyata digemari semua golongan. Pertunjukan wayang kulit

itu kemudian menjadi seni tontonan favorit meskipun tidak semua dalang mendapat

penggemar yang sama.

Becermin pada kenyataan itu, maka drama gong kemungkinan juga bisa bangkit

kembali, meskipun jumlah sanggarnya sangat sedikit. Pemerintah, terutama pemerintah

daerah diharapkan atau disarankan selalu meningkatkan pembinaan kepada kesenian

drama gong, dengan dukungan materiel dan moril sehingga kesenian ini menjadi hidup

lebih bergairah, terutama sebagai media hiburan dan penyampai ajaran-ajaran moral

yang bermanfaat bagi penontonnya.

Masyarakat diharapkan atau disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai

bahan informasi yang berguna dalam menambah wawasan tentang bentuk, fungsi dan

makna pertunjukan kesenian tradisional, khsusunya drama gong. Fungsi-fungsi tersebut,

antara lain sebagai media komunikasi tradisional sekaligus media pendidikan, terutama

pendidikan yang menyangkut moral.

Pengurus(prajuru) desa, baik desa ddat maupun desa dinas, diharapkan agar

meningkatkan perhatian kepada kesenian ini dengan mengadakan pertunjukan drama

gong pada hari-hari tertentu, baik untuk memeriahkan acara yang bersifat sekuler

maupun pada upacara keagamaan. Jika kesenian drama gong sering ditanggap, maka

para seniman, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, akan lebih bergairah

melakukan pembelajaran dalam berkesenian, khususnya yang berkaitan dengan

kesenian drama gong.

Parapeneliti, disarankan agar sering melakukan penelitian tentang drama gong dengan

mengkaji aspek lain sehingga akan lebih banyak terdapat hasil penelitian tentang

kesenian tradisional ini. Banyaknya ada hasil penelitian akan dapat memperkaya

kepustakaan tentang seni budaya Bali umumnya dan drama gong pada khususnya.

Page 53: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan
Page 54: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

DAFTAR PUSTAKA Abercrombie,J.. 1987. Dictionary of Sociology. London:Penguin.

Acarya, Avadhutika Anandamitra. 1991. Makanan untuk Membina Kejernihan Pikiran.

Terjemahan Ketut Nila. Jakarta: Persatuan Ananda Marga Indonesia. Adiprakosa. 2008.

“Media Tradisional”. (Online). Tersedia dalam

http://adiprakosa.blogspot.co.id/2008/01/media-tradisional.html. Diakses 2 Februari

2016. Agastia, Ida Bagus, 2012. “Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Pengembangan

Peradaban dan Jatidiri Orang Bali” Makalah disampaikan di Fakultas Sastra Universitas

Udayana, Denpasar, Sabtu, 22 September 2012. Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti. 2003.

Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Anom, Ida Bagus. 2008.

“Bahasa Bali Terancam Punah” dalam Antara, Senin, 28 April 2008. Anshari, H. Endang

Saifudin.1987.Ilmu, Filsafat dan Agama, Pendahuluan Pendidikan Agama Islam di

Perguruan Tinggi, Surabaya, PT Bina Ilmu Offset. Aryasa, I Wayan. 1984. Pengetahuan

Karawitan Bali. Denpasar: Proyek Pengembangan Kesenian Bali, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Atmadja, Nengah Bawa, 2006a.

“Pemanfaatan Modal Budaya dan Modal Tubuh Menjadi Modal Ekonomi Berbentuk

Hiburan Seks Melalui Rangsangan Mata: Kasus Joged Bumbung Ngebor di Buleleng

Bali.Laporan Penelitian (belum diterbitkan). Singaraja. Atmadja, I Nengah Bawa.

2006b.”Bali Pada Era Globalisasi: Pulau Seribu Pura Tidak Seindah Penampilannya”.

Laporan Penelitian. Tak diterbitkan. Singaraja. Atmadja, I Nengah Bawa. 2007. Metode

Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Atmaja, Jiwa. 2009.

Tri Dasa Warsa Teater Mini Badung. Denpasar:Udayana University Press. Ayu. 2012.

“Drama Gong Nasibmu Kini”.Tabloid Galang Kangin. Selasa, 25 September 2012. Edisi

IX/2012. Bagong Suyanto dan Sutinah, (Eds). 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai

Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group. Bandem, I Made dan Fradrik

Eugene de Boer. 2004. Kaja dan Kelod, Tarian Bali dalam Transisi. Yogyakarta: Badan

Penerbit Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Bandem, I Made dan Murgiyanto, Sal. 1996.Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta:

Kanisius. Bandem, I Made dan Rembang, I Nyoman. 1976. Perkembangan Topeng Bali

dan sebagai Seni Pertunjukan.Denpasar: Proyek Penggalian, Pembinaan, Pengembangan

Seni Klasik/ Tradisional dan Kesenian Baru, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. Bandem, I

Made. 1996. Evolusi Tari Bali.

Yogyakarta: Kanisius. Barker. Chris. 2004. Cultural Studies, Teori & Praktik.Yogyakarta:

Kreasi Wacana. Berg,C.C. 1930. “Cerita Panji”. (Online). Tersedia dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_Panji. Bernet Kempers, A.J. 1959. Ancient Indonesia

Page 55: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Art. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. BMPS Pusat. 2011. “Rumusan

Seminar Pendidikan Karakter BMPS Sumut 2011”. (Online) Tersedia dalam

http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/RUMUSANSEMINARPEND_BMPSPUSAT

_9493.pdf.Diakses 2 Februari 2016. Bungin, Burhan (ed). 2006. Metode Penelitian

Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Cudamani. 1991. Pengantar Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Yayasan

Wisma Karya. Dibia, I Wayan (Ed).2008. Seni Kekebyaran. Denpasar: Balimangsi

Foundation. Dibia, I Wayan. 2003. “Ketika Drama Gong Kehilangan Gong”.

Makalah disajikan pada reuni para Pemain Drama Gong se-Bali, 23 November 2003, di

Auditorium Natya Mandala Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Dibia, I Wayan. 2004.

Pragina: Penari, Aktor,dan Pelaku Seni Pertunjukan Bali. Jawa Timur:Sava Media. Dibia, I

Wayan. 2007. Lampahan (Kumpulan Lakon-lakon Seni Pertunjukan Bali). Denpasar:

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Dipoyudo, 1986.”Pembangunan Ideologi

Pancasila”dalam Analisa, Tahun XV, No.8 Agustus 1986. Eriyanto. 2005.

Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: PT

LkiS Pelangi Aksara. Fisher, B.Aubrey.1990. Teori-Teori Komunikasi: Perspektif

Mekanistis, Psikologis, Interaksional dan Pragmatis. Penerjemah Soejono Trimo, MLS.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Fiske, John. 2006. Cultural and Communication Studies.

Terjemahan Yosal Iriantara dan Idi Subandy Ibrahim. Yogyakarta: Jalasutra. Goodman,

Douglas J. dan George Ritzer. 2005.

Modern Sociological Theory, 6th. Edition. Terjemahan Alimandan. Teori Sosiologi

ModernEdisi Keenam. Jakarta: Prenada Media. Hadi, Syamsul. 2015. “Pengertian

Dinamika Kelompok Menurut Para Ahli”. (online).Tersedia dalam

http://www.maribelajarbk.web.id/2015/04/pengertian-dinamika-kelompok-menurut.htm

l. Diakses 2 Mei 2016. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang:

UMM Pres. Hamzah, A.Adjib.1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda.

Harefa, Andrias. 2002. Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. Haviland, William A. 1993. Antropologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Herytrisusanto.

2012. “Fungsi Seni dalam Kehidupan Masyarakat.” Makalah. Tak Diterbitkan. Husin.2013.

“Melihat Kembali Transisi Teater Tradisional, Modern, ke Kontemporer”. (Online)

Tersediadalam

http://www.riaupos.co/1583-spesial-melihat-kembali-transisi-teater-tradisional,-modern,

Page 56: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

-ke-kontemporer.html. Diakses 6 Januari 2016.

Jahi, Amri. 1988.Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara

Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia. Joddy M. 1993.Mengenal Permainan Seni Drama.

Jakarta-Surabaya: Arena Ilmu. Johnson, Doyle Paul. 1986. Sociological Theory Classical

Founders andContemporary Perspectives. (Diterjemahkan oleh Robert M.Z. Lawang)

Jakarta: Gramedia. Kusmayati, A.M. Hermien. 2010. “Fungsi Seni Pertunjukan bagi

Pembangunan Moral Bangsa” (Online).Tersedia dalam

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2010/10/fungsi-seni-pertunjukan-bagi.html.

Diakses 25 Agustus 2015. Tastra, Kade. T.t. “Sejarah Munculnya Gong Kebyar di Bali”.

(Online) Tersedia dalam

http://blog.isi-dps.ac.id/kadetastra/sejarah-munculnya-gong-kebyar-di-bali. Diakses 6

Januari 2016. Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma. Kuntowijoyo.

1987. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Kusmayati, A.M. Hermien.

2006. “Fungsi Seni Pertunjukan bagi Pembangunan Moral Bangsa”.

Makalah dipresentasikan dalam Diskusi Sejarah dengan tema “Sejarah Seni Pertunjukan

dan Pembangunan Bangsa” yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional Yogyakarta pada tanggal 17—18 Mei 2006. Laksono. 2015.”Degradasi Moral

Cenderung Terjadi di Indonesia” dalam ANTARA Nws, Jumat, 8 Mei 2015 03:16 WIB |

5.114 Views. Lamb, Hair, Daniel. 2001.”Pengertian Permintaan Pasar”.

(Online) Tersedia dalam

https://pubon.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-permintaan-pasar.html. Diakses 6

Januari 2016. Lauer, Robert H. 2003. Perspektif tentang Perubahan Sosial (terjemajan).

Jakarta: Rineka Cipta. Mahmudah, Rizky Luthfiya.2014. “Penjelasan Ranah Kognitif,

Afektif,dan Psikomotor Menurut para Ahli”. (Online). Tersedia dalam

http://rizkymahmudah.blogspot.co.id/2014/09/

penjelasan-ranah-kognitifafektif-dan.html.

Diakases 2 Maret 2016. Marajaya, I Made. 2002. “Pertunjukan Wayang Kulit Parwa Lakon

Brahmana Sidi di TVRI Denpasar: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna”. Tesis Program

Studi (S2), Magister Kajian Budaya, Program Pascaarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

Maran, Rafael Raga.2007. Manusia & Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya. Jakarta:

Rineka Cipta. McEachern,Carla E..2000.”Convergent Marketing: Executing on the

Promiseof 1:1” Journal of Consumer Marketing, vol. 15 no. 5 1998, pp. 481-490 © mcb

University Press. Merriam, Alant P. 1964.

The Anthropology of Music. Northwestern University Press. Milles, M.B. and Huberman,

Page 57: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

M.A. 1984. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication. Terjemahan Tjetjep

Rohindi Rohidi, UIPress 1992. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Moore, J.1997. The Exploitation of Women in

Evolutionary Perspektive, dalam Critique of Anthropology, Vol.3.

Mudyahardjo,Redja.2004. Filsafat Ilmu Pendidikan, Sebuah Pengantar.

Bandung, PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nabilla. 2014. “Pentingnya Promosi, Promosi,

dan Promosi untuk Perusahaan.” (Online) Tersedia dalam

http://www.gravicode.com/news-blog/63-pentingnya-promosi-promosi-dan-promosi-u

ntuk-perusahaan.html. Diakses 7 Mei 2015. Pancasila, Rajawali Garuda. 2011.

“Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif.” (Online). Tersedia

dalamhttp://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/09/triangulasi-dalam-penelitia

n-kualitatif.htm.

Diakses 15 Juli 2015. Panitia Penyusun Kamus Bali-Indonesia.1978.Kamus Bali-Indonesia.

Denpasar. Panolih, Krishna P dan Suwardiman. 2015. “Televisi Sumber Utama Hiburan

Keluarga”. (Online) Tersedia dalam dalam

http://print.kompas.com/baca/2015/08/25/Televisi-Sumber-Utama-Hiburan-Keluarga.

Diakses 6 Januari 2016. Pareno, H. Sam Abede. 2005. Media Massa antara Realitas dan

Mimpi. Surabaya: Papyrus. Patilima, Hamid.2005. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta. Piliang, Yasraf Amir. 2007. Dari Media Menuju Pos Media: Media

dalam “Cultural Studies”. Makalah dalam seminar yang diselenggarakan Program

Magsiter Kajian Budaya Unud, 17 November 2007. Piliang, Yasraf Amir. 2004. Posrealitas,

Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Jalasutra.

Piliang, Yasraf Amir. 2005.

“Cultural Studies dan Posmodernime: Isyu, Teori dan Metode”. Makalah pada Seminar

‘’Cultural Studies: Isu, Teori, dan Metode’’ yang diselenggarakan Program Magister dan

Doktor Kajian Budaya Universitas Udayana di Denpasar, 12 Juli 2005. Poerbatjaraka,

R.M.Ng. 1968. Tjerita Pandji dalam Perbandingan. Diterjemahkan oleh Zuber Usman,

Djakarta: Gunung Agung. Poerwanto, Hari. 2005.

Kebudayaandan Lingkungan:Dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pringgodigdo, A.G. 1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta. Kanisius. Purnamawati, Ni Putu

Diah, 1984. “Drama Gong sebagai Bentuk Teater Tradisional Berbahasa Bali”. Skripsi

(Tidak Diterbitkan). Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana. Purwandari, Retno.

2010. "Pengertian Dinamika"(Online) Tersedia dalam

http://yulia-putri.blogspot.com/2010/10/pengertian-dinamika.html.Diakses 7 Januari

Page 58: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

2016. Purwanto, M. Ngalim. 2002. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya. Putra, I Nyoman Darma.2009.

“Meninjau Kembali Sejarah Drama Gong”. dalam Bali Post. 28 Juni 2009. Raho, Bernard,

S.V.D. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka. Ralp Ross and Ernest Van

Den Haag. 1957. The Fabric of Society, New York. Ramadhani, Prito. 2008. “Pengertian

Dinamika Kelompok” (Online)Tersedia dalam http://dinamika-ok.blogspot.com/Diakses

2 Juli 2015. Ranganath. 1976. Telling the People Tell Themselves. Media Asia 3. Ratna,

Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies,

Representasi Fiksi dan Fakta. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Redana,

Made. 2006. Panduan Praktis Penulisan Karya Ilmiah dan Proposal Riset. Denpasar:

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Rina, Amelia. 2008.Pengaruh Motivasi

Berprestasi terhadap Kinerja Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien. 2008.USU

e-Repository © 2009. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2002.

“Mencermati Hubungan Seni dan Politik”. (Online). Tersedia dalam

http://www.suaramerdeka.com/harian/0211/19/kha2.htm. Diakses 7 Januari 2016. Rota,

Ketut. 1982. Dramatari Gambuh dan Tari-tarian yang Hampir Punah di Beberapa Daerah

di Bali. Proyek Pusat Pengembangan Kebudayaan Bali. Safni, Irma. 2015. “Politik dan

Kebudayaan”. (Online) Tersedia dalam

http://www.kompasiana.com/www.irmasafni.com/politik-dan-kebudayaan_54f6a670a33

311f1558b457e Sari, Dyah Ayu Purnama. 2011. “Drama Gong”. (Online).

Tersedia dalam http://itikholic.blogspot.co.id/2011/03/drama-gong.html. Diakses 5 Mei

2015. Suleiman,Satyawati. 1978. The Pendopo Terrace of Panataran. Pictorial number 2.

Jakarta: Proyek Pelita Pembinaan Kepurbakalaan dan Peninggalan Nasional. Semadi,

Anak Agung Putra. 2004. “Seni Pertunjukan Drama Gong Sancaya Dwipa di TVRI Stasiun

Denpasar Lakon Galuh Kembar Sebuah Kajian Budaya”.Tesis (Tidak diterbitkan).

Denpasar: Program Studi (S2), Magister Kajian Budaya, Universitas Udayana. Semadi,

Anak Agung Putra. 2015. “Keterpinggiran Drama Gong Wijayakusuma Abianbase,

Gianyar dalam Seni Pertunjukan Bali di Era Globalisasi”. Disertasi Tidak Diterbitkan.

Denpasar: Program Doktor Program Studi Kajian Budaya Universitas Udayana. Setia,

Putu. 2006. Mendebat Bali. Denpasar: Pustaka Manikgeni. Setia, Putu.2008.

“Irama Drama Gong”. dalam Bali Post, Sabtu Umanis, 23 Februari 2008. Setyawan, Arya

Dani. 2011. “Fungsi Seni Pertunjukan Tradisional”, (Online), Tersedia dalam

http://aryadanisetyawan.blogspot.com/2011/11/fungsi-seni-pertunjukan-tradisional-di.h

Page 59: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

tml). Diakses 25 Agustus 2015. Shri Danu D.P. 2009. “Memahami Jati Diri Membongkar

Identitas Hindu”. (Online). Tersedia dalam

https://dharmavada.wordpress.com/2009/10/05/memahami-jati-diri-membongkar-ident

itas-hindu/. Diakses 1 Mei 2016. Simon, Roger. 1991. Gramsci’s Political Thought: An

Introduction, Lawrence and Wishart. London. Sivananda, Sri Swami. 1993.

“Intisari Ajaran Hindu”. Alih bahasa,Tim Penerjemah Yayasan Sanatana Dharmasrama. All

About Hinduisme. Surabaya: Paramita. Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Suatu

Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Praming. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Cetakan Kedua. Bandung:

Rosda Karya. Soedarsono,R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soedarsono. 1999.

Seni Pertunjukan Indonesia & Pariwisata. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia. Soekanto, Soerjono.1980. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: CV

Rajawali. Soelarso, B. dan S. Ilmi Albiladiyah. 1975. Pertunjukan Rakyat Drama Gong dari

Bali. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Stokes, Jane, 2003. How To Do Media and

Cultural Studies.

Terjemahan oleh Santi Indra Astuti. 2007. Yogyakarta: Bintang Pustaka. Storey, John.

2003. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap Konseptual Cultutal Studies.

Yogyakarta: CV Qalam. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian

Kualitatif. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Strinati, Dominic. 1995. An Introduction to

Theories of Popular Culture. Routledge, London. Stutterheim,W.F.1935. “Enkele

Interessante t Reliefs van Oost-Java”. Djawa. Suamba, I.B. Putu.

2003. Dasar-Dasar Filsafat India. Denpasar: Program Magister Ilmu Agama dan

Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia. Suartaya, Kadek. 2003. “Grup Drama Gong,

Mengapa Kini Rontok?” Bali Post Minggu Pon, 23 November 2003. Subrata, I Wayan.

2014. Komodifikasi Tari Barong. Surabaya: Paramita. Sudhana, Dede Ryan. 2015. “Teori

Globalisasi”. (Online). http://www.scribd.com/doc/5508. Diakses 2 Juli 2015. Sudipta,I

Nyoman Agus. 2016.

“Selamatkan Bahasa Bali” dalam Pos Bali 13 April 2016. Sugita, I Wayan. 2006. “Lakon I

Gusti Made Getas dalam Drama Gong Bintang Bali Timur Kajian Berdasarkan Perspektif

Budaya” Tesis (Tidak Diterbitkan). Denpasar: Program Studi (S2), Kajian Budaya

Universitas Udayana. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV

Alfabeta. Suharianto. 1982.

Page 60: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta. Suherjanto, Indra. 2015. “Dramaturgi

Seni Pertunjukan Teater” (Online), Tersedia dalam

https://indrasuherjanto.wordpress.com/teori-drama/dramaturgi-seni-pertunjukan-teater

/, Dikases 6 Juli 2015. Sumanto,Wasti & Hendyat Soetopo. 1982. Sosiologi

Pendidikan.Jakarta. Sumatika, W.2008. “Menyelamatkan Drama Gong dari ‘Ketersesatan’,

Bali Post, Sabtu Umanis, 23 Februari 2008. Suseno, Franz Magnis, 1992.

Filsafat Kebudayaan Politik, Butir-Butir Pemikiran Kritis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. Sutjaja, I Gusti Made.2008. “Bahasa Bali Terancam Punah” dalam Antara, Senin,

28 April 2008. Sztompka. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Tamburaka,

Rustam. E. 2002. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Filsafat & Iptek. Jakarta:

Rineka Cipta. Taqiyudin. 2008.

Sejarah Pendidikan, Melacak Geneologi Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Mulia

Pers. Tim Redaksi. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka. Tim Redaksi. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:

Pustaka Utama Gramedia. Tisnu, Tjokorda Raka. 1996. “Drama Gong Teater Rakyat Bali”.

Orasi Ilmiah pada Dies Natalis XXIV Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar. Triguna,

Ida Bagus Yudha, dkk. 2000. Teori tentang Simbol.

Denpasar: Widya Dharma. Vaughn, Jack A.1978. Drama A to Z: A Handbook. New York:

Fredrick Ungar Publishing Co. Vickers, Andrian. 2009. Peradaban Pesisir Menuju Sejarah

Budaya Asia Tenggara. Denpasar: Pustaka Harasan Bekerja sama dengan Udayana

University Press. Waluyo, Herman. 2002. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta:

Hamindita Graha Widya. Wiana, I Ketut, 2004. Makna Upacara Yajña dalam Agama

Hindu Jilid II. Surabaya: Paramita.

Winarso, H.P. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wiratni, Ni

Made. 2009.Problem Peranan Wanita dalam Seni Pertunjukan Bali di Kota Denpasar:

Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna. Malang:Bayumedia Publishing. Wiyanto, Asul.2002.

Trampil Bermain Drama. Jakarta: Gramedia Widiarsana Indonesia. Yudabakti, I Made dan

I Wayan Watra. 2007. Filsafat Seni Sakral dalam Kebudayaan Bali. Surabaya: Paramita.

Yuga, Ibed Surgana.

2009. “Apakah Bali Memang Tak Lagi Membutuhkan Drama Gong?” (Online). Tersedia

dalam http://kalalakon.blogspot.co.id/2009/01/dan-drama-gong-itu.html. Diakses 1

Maret 2016. Yuliadi, Koes. 2005. Drama Gong di Bali. Yogyakarta: BP ISI

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

Page 61: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% - http://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/2246/3/BAB_I.pdf

<1% - https://purnamiap.blogspot.com/2013/09/makalah-tari-bali.html

<1% - https://stopjogedjaruh.net/9-tari-bali-wbd-unesco/

<1% -

https://niwayanratihshopia.blogspot.com/2014/05/pengertian-fungsi-jenis-watak-dan-

makna.html#!

1% -

https://mulyanti6.blogspot.com/2013/10/fungsi-seni-dalam-kehidupan-masyarakat.html

<1% -

https://www.slideshare.net/octavianus/331704692-rangkumankuliahpendidikanseni

<1% - https://otongut.blogspot.com/

<1% -

https://diahharja.blogspot.com/2013/12/seni-untuk-seni-seni-untuk-masyarakat.html

<1% - https://alkharita9093.blogspot.com/2016/04/materi-uas-apresiasi-seni.html

<1% - https://laraskridhomanunggal.blogspot.com/

<1% - https://aryadanisetyawan.blogspot.com/2011/11/

<1% -

https://aryadanisetyawan.blogspot.com/2011/11/fungsi-seni-pertunjukan-tradisional-di.

html

1% - https://wa-iki.blogspot.com/2013/07/fungsi-seni-pertunjukan-bagi.html

<1% -

https://hendristkip.blogspot.com/2015/09/nilai-nilai-pancasila-dalam-uud-45.html

<1% -

https://budaya-indonesia-sekarang.blogspot.com/2010/10/fungsi-seni-pertunjukan-bag

i.html

<1% -

https://pembelajaranseni.blogspot.com/2015/01/pengembangan-seni-pertunjukan-prof

-dr.html

<1% - https://budisma1.blogspot.com/2011/07/pendidikan-moral-nilaibudi-pekerti.html

<1% - https://deejesapulidi.blogspot.com/

<1% - https://diniwl.wordpress.com/profile-giesha-band-indonesia-dan-personil/

<1% - https://didinwahyudin8.blogspot.com/2011/01/modul-ekstra-teater.html

<1% -

https://indrasuherjanto.wordpress.com/teori-drama/dramaturgi-seni-pertunjukan-teater

/

<1% - https://pamangsah.blogspot.com/2008/11/teater.html

<1% -

https://www.kaskus.co.id/thread/5502742bde2cf2324e8b456b/mengenal-sejarah-keseni

an-jaranan-di-kediri

<1% - https://budayapedia.blogspot.com/2012/10/drama-gong.html

Page 62: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

1% -

https://contohnaskahdramalengkap.blogspot.com/2016/11/contoh-naskah-drama-gong

-bali.html

<1% - https://www.scribd.com/doc/92179375/Satua-Bali

<1% -

https://daerah.sindonews.com/read/1254318/29/misteri-gunung-agung-dan-pura-besa

kih-1509722312

<1% - https://adeseptiana.blogspot.com/2011/

<1% - https://putupermadi.blogspot.com/2009/

<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Drama_Gong

<1% - https://krezztopik.blogspot.com/2014/09/sejarah-wayang.html

<1% -

https://www.isi-dps.ac.id/artikel/ekspresi-seni-masyarakat-tradisional-desa-adat-penglip

uran-bangli-sebagai-sarana-pemujaan-kepada-tuhan/

<1% - http://pandoe.rumahseni2.net/nusantara/bali/drama-gong/

<1% - https://sejarahmu5ik.blogspot.com/2012/11/sejarah-musik.html

<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo15072011

<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/author/bagawanabiyasa/page/2/

<1% - https://www.presentasi.net/death-by-powerpoint/

<1% -

https://ekasulastriana.blogspot.com/2014/01/cara-cara-pendekatan-sosial-budaya.html

<1% - https://devipurwasandi.wordpress.com/2015/01/15/susila/

<1% -

https://www.indonesiakaya.com/agenda-budaya/detail/pertunjukan-tari-melayu-di-festi

val-nan-jombang

<1% - https://andrewitjaksono.blogspot.com/2015/06/

<1% - http://repository.ihdn.ac.id/repositori/51

<1% - http://sim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-101701092407-83.pdf

<1% - https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/4-PendidikanAgamaHindu.pdf

<1% - http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Diktat%20Sasmutk.doc

<1% - https://doktersehat.com/virus-corona-covid-19-pada-anak/

<1% -

http://blog.unnes.ac.id/zakiyahylt/2015/11/16/pendidikan-sebagai-proses-pembudayaa

n/

<1% -

https://www.msn.com/id-id/olahraga/berita/ricuh-di-deiyai-papua-begini-sejumlah-fakt

anya/ar-AAGtmET

<1% -

https://libroncom.blogspot.com/2016/09/makalah-globalisasi-kata-pengantar.html

<1% -

Page 63: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

https://mafiadoc.com/undang-hak-cipta-berkaitan-dengan-perlindungan-hukum-terha

dap-_59cd3b6b1723dd76958a4c17.html

<1% -

https://www.mediamengajar.com/2018/06/kehidupan-sosial-budaya-masyarakat-asean.

html

<1% - https://ndar3006.blogspot.com/2015/05/makalah-krisis-moral-remaja.html

<1% -

https://dinikartikaput.blogspot.com/2012/09/kehidupan-sosial-budaya-masyarakat-bali.

html

<1% -

https://hayatalfalah.blogspot.com/2017/03/teater-daerah-indonesia-dan-beberapa.html

<1% -

http://repositori.kemdikbud.go.id/16335/1/Prosiding%20Kongres%20Bahasa%20Daerah

%20NTB%202014.pdf

<1% - https://2frameit.blogspot.com/2012/08/definisi-dinamika-kelompok.html

<1% -

https://wijiastuti492.blogspot.com/2016/03/hubungan-antara-pembangunan-dan_28.ht

ml

<1% -

https://adhwiantkusumaputera.blogspot.com/2013/01/makalah-antropologi-dinamika-s

osial.html

<1% -

https://contohmarketingplan.blogspot.com/2016/12/contohpromosirestorandalambaha

sainggris.html

<1% - https://budiaman21.wordpress.com/2010/08/20/dinamika-kebudayaan/

<1% - https://kisah-grup.blogspot.com/2011/05/dinamika-kebudayaan.html

<1% - https://bungasarisebelasbahasasman1ciparay.blogspot.com/2013/

<1% - https://dashboard45.blogspot.com/2015/07/struktur-karya-sastra-gaguritan.html

1% -

https://cobammasuk.blogspot.com/2014/10/informasi-pasar-permintaan-pasar.html

<1% - https://hidayahalhida.blogspot.com/2015/05/babii-pembahasan-2.html

<1% - https://id.scribd.com/doc/287052305/MAKALAH-0

<1% -

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2012200188DIBab2001/body.ht

ml

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/adiyuliana/

1% - https://wowi4views.blogspot.com/2013/03/drama-tari.html

<1% - https://jpbond19.blogspot.com/2008/11/kebudayaan-bali.html

<1% - https://dianaclaim.blogspot.com/2014/01/upacara-agama-hindu_8.html

<1% - https://phdi.or.id/artikel/upacara-panca-yadnya-dalam-kehidupan-beragama

Page 64: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% -

https://id.123dok.com/document/q06w76vq-kelasxii-hindu-bg-www-divapendidikan-co

m.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/ynernejy-kelasxii-hindu-bs-www-divapendidikan-com.

html

<1% - http://phdi.or.id/artikel/falsafah-hidup-suku-dayak

<1% - https://wayantarne.blogspot.com/2014/10/implementasi-tri-hita-karana.html

<1% - https://sparjewelf.wordpress.com/2015/11/16/filsafat-pancasila/

<1% - https://kadekayuherlinmudarini.blogspot.com/2014/06/yadnya-di-bali.html

<1% - https://adidocsite.blogspot.com/2015/02/makalah-yadnya-agama-hindu.html

<1% -

https://simamaung.com/emral-strategi-akan-menyesuaikan-dengan-situasi-di-lapangan

/

<1% - https://mamien-go.blogspot.com/2011/07/teori-teori-perubahan-sosial.html

<1% - https://manajemenpendidikanunj.blogspot.com/2014/

<1% -

https://www.bappenas.go.id/files/6313/5228/2378/etikabisnis-kkg__20081123090506__1

029__5.pdf

<1% -

https://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/05/tiga-belas-masalah-keuangan-n

egara-dan.html

<1% - https://www.eastjava.com/plan/ind/umum.html

<1% - https://chandrasulist.blogspot.com/2013/

<1% -

https://ilmusenirupa.wordpress.com/2018/02/26/perkembangan-estetika-dalam-karya-s

eni/

1% -

http://www.tatkala.co/2017/12/04/penanaman-spiritualitas-agama-dalam-penanganan-

korupsi/

<1% -

https://mafiadoc.com/pembelajaran-menulis-karya-ilmiah-yang-inovatif-dan-konstruktif

_599fcfb71723dd0e40b1a2c4.html

<1% -

https://www.unhi.ac.id/id/agama-budaya/detail-agama-budaya/POLA-KERUKUNAN-BER

AGAMA-DI-DESA-DALUNG

<1% -

https://hilmyelhasan95.wordpress.com/2015/11/25/menuju-paradigma-sains-islam-nus

antara/

<1% -

Page 65: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

https://id.123dok.com/document/ky661ogy-bahan-ajar-ips-sosial-budaya-kelas-4-sd.ht

ml

<1% -

https://hinduresearchcenter.blogspot.com/2013/02/kerauhan-menurut-teologi-hindu-k

erauhan_6546.html

<1% -

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5900/Skripsi%20Hilda.docx?s

equence=1

<1% - https://kmbsi.blogspot.com/2013/05/makalah-pengertian-wacana.html

<1% - https://etismegasari.wordpress.com/category/bahasa-indonesia-2/page/4/

<1% -

https://sigeuliscampernik.wordpress.com/2016/10/24/risma-dara-putri-midtest-makalah

-analisis-wacana/

<1% - https://aramdyanti.blogspot.com/2016/

<1% -

https://emakalahonline.blogspot.com/2016/10/administrasi-dan-supervisi-pendidikan.ht

ml

<1% - https://aquaside.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% -

https://id.123dok.com/document/qogkd27z-prosiding-seminar-paud-2018-repository-u

niversitas-ahmad-dahlan.html

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/adisuardika/

<1% - http://diselubung.com/

<1% -

https://bahasabaliihdn.blogspot.com/2012/05/peranan-sekaha-santi-dalam-upaya.html

<1% - https://mohwandi.blogspot.com/2013/07/kesenian-budaya-cirebon.html

<1% -

https://t21ta05.blogspot.com/2016/10/nama-fauzan-azima-kelas-1ta05-npm.html

<1% - https://azizvyan.blogspot.com/2011/10/

<1% -

https://kumpulanpertanyaanpenting.blogspot.com/2014/10/apakah-yang-dimaksud-de

ngan-perubahan.html

<1% - https://lusianaarsyah.wordpress.com/2012/11/30/6-materi-perubahan-sosial/

<1% -

https://hot.liputan6.com/read/4078428/penyebab-perubahan-sosial-ada-dari-luar-dan-

dalam-masyarakat

<1% -

https://rzaharani.blogspot.com/2014/11/perubahan-paradigma-hukum-sebagai.html

<1% -

https://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Page 66: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% -

https://junaidimaulana.blogspot.com/2013/02/perubahan-perubahan-sosial-dan-hukum

.html

<1% -

https://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/06/16/hukum-dan-perubahan-masyara

kat/

<1% -

https://brotolavida.blogspot.com/2009/04/kritik-feminisme-janggrung-bab-iv.html

<1% - https://ikanurj.blogspot.com/2013/06/budaya-bali.html

<1% -

https://id.scribd.com/doc/78303342/Gamelan-Wayah-Atau-Gamelan-Tua-Diperkirakan-

Telah-Ada-Sebelum-Abad-X1

<1% - http://www.babadbali.com/seni/gamelan/ga-gam-janger.htm

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/?m=20110403

1% - https://gita-kencana.blogspot.com/

<1% - https://disbud.bulelengkab.go.id/artikel/sejarah-gong-kebyar-36

<1% -

https://www.kulkulbali.co/post.php?a=621&t=sejarah_dan_eksistensi_perkembangan_go

ng_kebyar_di_tengah_modernitas

<1% -

https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/12/18/34277/dari-bungkulan-gong-kebyar-t

ebar-pesona-ke-seluruh-bali

<1% - https://www.scribd.com/document/320334941/Asal-Usul-Alat-Musik-Gong

1% - https://seniherryarum.blogspot.com/2014/02/gamelan-gong-kebyar.html

<1% - https://play.google.com/store/apps/details?id=gongkebyar.music.bali&hl=en_US

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/somabhaskara/ensamble-gong-kebyar

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/madeagusartha/

<1% - https://mahajaya12.blogspot.com/2016/12/gong-kebyar.html

1% - https://xeanexiero.blogspot.com/2011/01/ensambel-semar-pagulingan-bali.html

<1% - https://dekayuristianti.blogspot.com/2013/01/

<1% - http://repo.isi-dps.ac.id/2505/

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/agusadityaputra/category/tak-berkategori

<1% - https://www.scribd.com/document/368225277/Gamelan-Semar-Pegulingan

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=586

<1% - https://www.sumberpengertian.id/pengertian-seni-menurut-para-ahli-lengkap

1% -

https://www.artikelmateri.com/2015/12/seni-adalah-pengertian-fungsi-jenis-macam-co

ntoh.html

<1% - https://bacainaja.com/pengertian-seni/

1% - https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-seni/

Page 67: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% - https://senibudayaparamitha.blogspot.com/2018/08/pengertian-kesenian.html

<1% -

https://sayabukanguru.blogspot.com/2016/12/seni-pengertian-fungsi-jenis-macam-dan

_3.html

<1% - https://www.sumberpengertian.id/pengertian-seni-lengkap

<1% - https://noptiatriwardana.wordpress.com/fungsi-seni/

<1% -

https://listiyaniningsih22.blogspot.com/2015/11/tujuan-dan-fungsi-seni-rupa-fungsi-se

ni.html

<1% - https://noviwianti11.blogspot.com/2012/07/tugas-dan-uas-pgsd-diskusi.html

<1% - https://pecintamakalah.blogspot.com/2017/02/tujuan-pendidikan-seni.html

<1% - https://wwwsenitaridianarista-deanariesta.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% - https://yudhabaktiimade.blogspot.com/2015/11/filsafat-seni-sakral.html

<1% - https://senibalibanget.blogspot.com/

<1% - https://senitaridandrama.blogspot.com/2011/12/seni-tari-dan-drama.html

<1% -

https://mitosbudayabali.blogspot.com/2011/12/perspektif-hindu-dalam-tari-bali-dan.ht

ml

<1% -

https://wirajunior.blogspot.com/2014/03/karya-tulis-ilmiah-penelitian-tindakan.html

<1% - https://eskaperdhana.wordpress.com/

<1% - http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=590

<1% -

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel2E4A0089C2A9C95A02C02F8FCE910601

docx

<1% -

https://abanggoyes.blogspot.com/2014/02/seni-pertunjukan-modern-dan-tradisional.ht

ml

<1% -

https://kalingga21.blogspot.com/2011/05/nilai-pendidikan-agama-hindu-dalam-tari.ht

ml

<1% -

https://juliawankomang.wordpress.com/2015/12/02/pembelajaran-seni-dalam-dunia-pe

ndidikan/

<1% - https://www.slideshare.net/RahmatEtc1/makalah-seni-tari-mas-paranggi-seishin

<1% - https://fungsi.co.id/fungsi-seni/

<1% -

https://rumahtugasa209.blogspot.com/2011/10/pendidikan-kesenian-fungsi-seni.html

<1% - https://erwinmakalah.blogspot.com/2018/11/apresiasi-dan-kreasi-seni-rupa.html

<1% -

Page 68: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

https://hasansuryawan.blogspot.com/2016/04/membumikan-pendidikan-berbasis.html

<1% -

https://singaraja.wordpress.com/2008/03/17/mengenal-agama-hindu-edisi-16-sejarah-a

gama-hindu/

<1% - https://id.scribd.com/doc/190340623/Posiding-SI-Ikadbudi-E-book

1% - https://duniahindu.blogspot.com/2012/

<1% -

https://infohindu.blogspot.com/2013/04/asas-kepemimpinan-hindu-asta-brata.html

<1% -

https://duniahindu.blogspot.com/2012/09/asas-kepemimpinan-hindu-menurut-asta.ht

ml

<1% -

https://www.mutiarahindu.com/2019/11/kewajiban-brahmana-ksatriya-waisya-dan.html

<1% -

https://pt.scribd.com/doc/314683037/109295240-MAKALAH-KONSEP-KEPEMIMPINAN-

docx

<1% -

https://industrialteknik09.blogspot.com/2011/10/makalah-kepemimpinan-msdm.html

<1% -

https://fatonikeren.blogspot.com/2014/10/epistemologi-pendidikan-kejawen-di_11.html

<1% -

https://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2015/10/PP-NOMOR-70-TAHUN-2015-JAM

INAN-KECELAKAAN-KERJA-DAN-JAMINAN-KEMATIAN-BAGI-PEGAWAI-ASN.pdf

<1% - https://infohindu.blogspot.com/2013/

<1% -

https://artikelbaliku.blogspot.com/2013/01/kepemimpinan-menurut-hindu-dalam.html

<1% - https://juniartahindu.blogspot.com/2015/09/asta-bratha.html

<1% - https://muhamadibnusutanto.blogspot.com/2015/09/paper-kepemimpinan.html

<1% - https://khazanah.republika.co.id/berita/q4c71e430/

<1% -

https://id.123dok.com/document/y60x8vny-jantra-jurnal-sejarah-dan-budaya-vol-vi-no-

12-repositori-institusi-kementerian-pendidikan-dan-kebudayaan.html

<1% - https://cerise.id/2017/09/13/website-alasan-promosi/

<1% -

https://dwicahyadiwibowo.blogspot.com/2016/04/pentingnya-promosi-promosi-dan-pr

omosi.html

<1% - https://webpraktis.com/blog/alasan-penting-mengapa-promosi-wajib-dilakukan

<1% - http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jmb/article/download/988/628

<1% -

https://webpraktis.com/blog/alasan-penting-mengapa-promosi-wajib-dilakukan.html

Page 69: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% - https://dianuul.blogspot.com/2014/03/konseling-kb.html

<1% -

https://www.liputan6.com/health/read/3573152/ingin-ikut-kb-pahami-5-metode-kontra

sepsi-ini

1% -

https://arwantorevhian.blogspot.com/2013/10/tugas-isd-3-penerapan-sistem-keluarga.

html

<1% - https://rereyrashyab.blogspot.com/2013/09/kb-suntik_27.html

<1% -

https://nenengsuryaniti.wordpress.com/2013/10/17/analisis-keluarga-berencana-diindo

nesia/

<1% -

https://contohmakalah4.blogspot.com/2011/04/makalah-pelayanan-kontrasepsi-denga

n.html

<1% -

https://ahmadsoni.blogspot.com/2011/10/pengertian-kb-keluarga-berencana.html

<1% -

https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/jenis-kb-manfaat-kb-kekurangan-program-kb-tu

juan-kb-57

<1% -

https://02aniksusanti.blogspot.com/2016/05/makalah-kesehatan-masyarakat-program.h

tml

<1% - https://csipendidikan.blogspot.com/2013/06/makalah-seni-tari_8802.html#!

<1% -

https://news.detik.com/kolom/d-4361941/islam-dan-politik-toxic-catatan-keberagamaa

n-kita-2018

<1% - https://itikholic.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% -

http://bbpp-lembang.info/index.php/component/obrss/artikel-pertanian?format=feed

<1% -

http://www.jalan-jalan-bali.com/2009/05/upacara-padudusan-alit-di-pura-samuan.html

<1% - https://roykhan9.blogspot.com/2012/11/soal-ekonomi.html

<1% - https://issuu.com/epaper-kmb/docs/bpo_26012020

<1% -

https://visualheritageblog.blogspot.com/2013/05/5lagu-dangdut-pop-dan-rock-pada-a

cara.html

<1% - https://www.yumpu.com/id/document/view/17165822/antro-xii-bab-1pmd

<1% - https://ivoox.id/revolusi-industri-dari-1-0-hingga-4-0/

<1% - https://sejuk-pagi.blogspot.com/2009/04/sendratari-bali.html

<1% - https://fitrymind.wordpress.com/2012/02/08/sandiwara/

Page 70: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% - https://www.diedit.com/tari-bali/

<1% - https://issuu.com/waspada/docs/waspada__minggu_13_maret_2011

<1% -

https://www.nusabali.com/berita/2659/arja-drama-gong-wayang-kulit-dibungkam-tv

<1% -

https://hannypuspita.wordpress.com/education/tergesernya-budaya-tradisional-karena-

pengaruh-budaya-asing/

<1% -

https://seribubungabiru.blogspot.com/2013/10/dampak-positif-dan-negatif-pengaruh.h

tml

<1% - https://tugaskudimana.blogspot.com/p/karya-ilmiah-pengaruh-globalisasi.html

<1% - https://ruslanhazmi.wordpress.com/category/sosiologi/

<1% -

https://www.indonesiakaya.com/agenda-budaya/detail/puntadewa-satria-pinandita

<1% - https://zombiedoc.com/sastra-merajut-keberagaman-kebangsaan.html

<1% -

https://mafiadoc.com/graha-seni-dan-budaya-di-surakarta-sebagai-_59c36ba91723ddd

9d9c5aced.html

<1% - http://www.jendelasastra.com/berita/bahasa-bali-terancam-punah

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/692/9/Daftar%20Pustaka.pdf

<1% - https://www.scribd.com/document/360653064/Katalog-Buku-03-01-2014

<1% - https://www.scribd.com/document/353961799/Topeng-Masked-Dance-Theatre-1

<1% -

https://meneketeheonline.blogspot.com/2010/03/bahasa-dan-aksara-sebagai-identitas.

html

<1% - http://digilib.isi.ac.id/1058/4/BAB%20IV.pdf

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/146/7/Daftar%20Pustaka.pdf

<1% - http://demo2.unair.ac.id/direktori_guru-indonesia4-kuk.html

<1% - http://repository.upi.edu/7964/7/d_ind_049764_bibliography.pdf

<1% - http://digilib.unila.ac.id/6236/21/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

<1% - http://eprints.blog.undip.ac.id/category/uncategorized/

<1% - http://repositori.kemdikbud.go.id/view/subjects/PED008=2E7.html

<1% - http://repository.unpas.ac.id/12472/6/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

<1% - http://scholar.unand.ac.id/37933/4/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

<1% -

http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/teori-chaos-sebuah-keteraturan-dalam-keacakan/

<1% - https://ilmupemerintahan.wordpress.com/category/ringkasan-tesis-dan-disertasi/

<1% - https://www.scribd.com/document/370094494/Bab-i-Viii-Daftar-Pustaka

<1% - http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/simposiumbahasa/article/view/291

<1% - https://www.scribd.com/document/379949842/Buku-Panji-Binder1

Page 71: Plagiarism Checker X Originality Reportsim.ihdn.ac.id/app-assets/repo/repo-dosen-022004012026-50.pdf · contoh tari balih-balihan adalah tari joged, janger, sendratari, arja, dan

<1% -

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0990261037-3-5.%20Halaman%20Awal.pdf

<1% - https://e-perpus.unud.ac.id/repositori/disertasi

<1% - https://baimlc09bi.blogspot.com/2015/07/penelitian-sastra-analisis-makna.html

<1% - https://abizarpurnama.blogspot.com/2008/

<1% - https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1991_num_42_1_2789

<1% -

https://andyyjr20.blogspot.com/2018/03/makalah-metodologi-penelitian-proposal_26.h

tml

<1% - http://repository.isi-dps.ac.id/view/subjects/NX.type.html

<1% - https://id.scribd.com/doc/169331018/Daftar-Buku-Perpustakaan

<1% -

https://tugaskampus27.blogspot.com/2014/05/pengantar-ilmu-pendidikan-batas-batas

an.html

<1% - https://www.scribd.com/document/364466296/OKTOBER-2017-pdf

<1% -

https://www.scribd.com/document/356326240/Jurnal-Stilistetika-Tahun-V-Volume-9