Picture Post

24
January 29, 2010 PICTURE POST February 2010 STASIUN KOTA Street Walk Jakarta IYOK THE GRAVEDIGGER by Rony Zakaria TIBET TRAVEL PHOTOGRAPHY by Benny Asrul PHOTO DISTRICT JAKARTA Cover photo: Mathias Japri HANYA SATU RUSA YANG DIBURU… by Manik Narendro Jati

description

01 / February 2010

Transcript of Picture Post

Page 1: Picture Post

January 29, 2010

PICTURE POST

February 2010

STASIUN KOTA Street Walk Jakarta

IYOK THE GRAVEDIGGER by Rony Zakaria

TIBET TRAVEL PHOTOGRAPHY by Benny Asrul

PHO

TO D

IST

RIC

T JA

KA

RTA

Cover photo: Mathias Japri

HANYA SATU RUSA YANG DIBURU… by Manik Narendro Jati

Page 2: Picture Post

This is a

picture

magazine.

It’s a nice

try of it.

Maybe even

not so nice. Maybe just a rough

idea of what a picture magazine

could look like.

I’m a photo editor, not a graphic

designer, nor a Quarkexpress or

Indesign magician, nor a writer

or a layouter or anything else.

And all and a lot more would be

needed to make this a real

magazine.

But that’s the idea - to get some

people interested and to get

their support.

Hey, you! Interested to use your

talents and skills to publish such

a magazine?

Then get in touch with us, let’s

discuss and

LET’S DO IT!

Yes, we will get rich with this.

Just not now and soon. First let’s

get famous, ‘coz then you’ll get

more.

So please let me know, what you

think about this idea. Comments

are more than welcome - in

Bahasa no problem as well!

Hope to hear from you soon.

All the best and keep on

shooting!

Thomas Apitzsch

Photo Editor PD-JKT

email: [email protected]

Page 3: Picture Post

Stasiun Jakarta Kota

© Mathias Japri

Street Walk Jakarta

Jakarta Kota Station (Indonesian: Stasiun Jakarta Kota) is a train station at the west of Jakarta, Indonesia.

The station was appointed as a historical and cultural landmark in 1993.

The station was first named as the Batavia Zuid (or South Batavia), the name of which was used until at

the end of the 19th century. The station was also popularly known as the BEOS station as an abbreviation

from the Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij or the East Batavia's Train Transportation Company.

Page 4: Picture Post

© Mathias Japri

© Arie Puncs © Manik Jati

© Wirman Haslim

Page 5: Picture Post

© Denny Ardhia

© Khanif Nudiyanto

Page 6: Picture Post

© Mathias Japri

Page 7: Picture Post
Page 8: Picture Post

© Mathias Japri

Page 9: Picture Post
Page 10: Picture Post

© Mathias Japri

Page 11: Picture Post
Page 12: Picture Post

Mathias Japri

Mathias Japri

Page 13: Picture Post

Mathias Japri

Mathias Japri

Page 14: Picture Post

HANYA SATU RUSA YANG DIBURU…by Manik N. Jati

“Hunting di Stasiun Jakarta Kota benar-benar exciting. Arsitekturnya mantap dan orangnya macem-macem”.

Kalimat ini terucap dari salah seorang sahabat saya saat kita menunggu kereta api listrik jurusan Pasar Baru suatu ketika. Wajah sumringah dengan kamera analognya yang sudah dikokang dan siap untuk membidik, menunjukkan bahwa memang space ini merupakan surga baginya, sebagai photographer jalanan. Kemudian dia bersama enam teman kami lainnya-yang bermazhab serupa-menghabiskan 15 menit kedepan dengan menjepret moment-moment sesuai dengan intens masing-masing sembari menunggu kereta datang.

Stasiun Jakarta Kota bukan merupakan satu-satunya tempat favorit komunitas kecil ini. Pasar tradisional, pelabuhan, terminal bus, gang-gang senggol seputaran ibukota, aktivitas dalam metromini hingga objek yang sering kali dianggap remeh oleh orang lain adalah

komoditi tepat untuk mengintroduksikan ide-ide mereka. Batasan tematik tidak pernah mengekang objek-objek jepretan mereka saat mereka ber-flanuering.

Moment

“Subjek yang memotret adalah aku yang sadar akan sesuatu” (kutipan filsuf terkenal Jean-Paul Sartre)

Dengan kesadaran masing-masing dan latar belakang pemikiran yang berbeda mereka memulai perburuan ʻdecisive momentʼ versi masing-masing. Sangat menggairahkan bagi saya mengikuti perburuan ini. Tapi ada yang lebih menarik ketimbang memperhatikan kegiatan menjepret itu, yaitu-tak ada satupun dari mereka yang menggunakan kamera digital, alias semua menggunakan kamera analog dengan amunisi roll negatif film yang terbatas. Bukan karena mereka tidak mahir dalam menggunakan kamera digital, melainkan lebih karena pilihan. Bahkan beberapa

!

Manik N.Jati

Page 15: Picture Post

diantara mereka memulai senang menjepret menggunakan kamera digital dan sekarang digitalnya tersimpan rapi dalam kardus selama lebih dari setengah tahun.

“Dalam setiap kegemaran, apapun, beragam aliran pasti akan muncul seiring berkembangnya ide. Biar kata orang old fashion, become analog adalah pilihan kami”, kata salah seorang diantaranya. Wah, di jaman digitalisasi ini masih ada juga yang susah-susah cuciin roll film? pikir saya.

Analog-Street Photographer

Mungkin mereka hanya sekumpulan kecil pencinta kamera analog, namun yang lebih saya tertarik adalah aktifitas perburuan mereka yang menurut saya masuk dalam kategori ʻstreet photographyʼ. Praktik yang lazim di sebut sebagai potografi jalanan dikalangan jurnalis ini, mengingatkan kita pada seorang wartawan foto terkenal, Henri Cartier-Bresson, yang termasyur karena kesempurnaan dan keakurasian menangkap moment.Ketika kemajuan teknologi kamera berkembang sedemikian hebatnya dan saat dunia industri potografi modern telah

melahirkan gurita konsumerisme, sekelompok anak muda ini tetap setia pada nikmatnya memasang roll film, mengokangnya, mengintip lubang bidik, mengatur ritme dan merasakan getaran shutter saat pirantinya menangkap cahaya. Mereka tidak beralih pada kecanggihan digitalisasi yang dapat mengklik sekenanya ribuan momen dan dengan mudahnya menghapus saat tidak sesuai dengan keinginan.Hidup di jamanya pak Bresson pasti tidak sempat menikmati era digitalisasi. Era saat dimana dalam space 10 meter kita

bisa menangkap puluhan, bahkan ratusan moment dan dalam 5 menit kemudian kita bisa menyeleksi serta mengeleminasi menjadi sebuah moment yang benar-banar kita cari. Pada fase ini, minat orang hanya diarahkan pada kepemilikan peranti kamera yang canggih tanpa menyadari kebutuhan yang semestinya. Pun tidak jarang kepemilikan peranti fotografinya melebihi

kemampuan memotretnya. Fase dimana memotret hanya sekadar untuk bergaya dan merekam momen seadanya. Dengan keyakinan bahwa foto adalah bukti rekaman tentang kebenaran realitas dan fenomena yang tak terbantahkan, teman-teman saya ini menjalani aliran street potografi, aliran yang menghalalkan kebebasan perburuan ribuan moment tapi dijalani dengan piranti manual serta amunisi terbatas. Seperti seekor singa yang mengacuhkan puluhan rusa lainnya, tapi tidak buruannya…(Manik Narendro Jati, seorang pemula dalam potografi)…begitukah teman-teman?

!

Manik N.Jati

Page 16: Picture Post

A native of Karawang, Sugih bin Jaiman, 57, is known by his colleagues as ʻPak Iyokʼ.He came to Jakarta in 1993 and works as a grave digger at the Kampung Kandang cemetery. Now he and his three sons are

Taking Care of the Forgotten Iyok the Grave Digger

Photography by Rony Zakaria

Page 17: Picture Post
Page 18: Picture Post
Page 19: Picture Post

© Rony Zakaria

Page 21: Picture Post

“Traveling in black and white” - the not so common photographs of Benny Asrul

Page 22: Picture Post

Traveling is a hobby for many people nowadays. Going far and beyond is not any more the privilege of the rich or Buzz Lightyear. And of course taking pictures while sight seeing is a must and very convenient with a modern point and shoot camera. Benny Asrul, an Indonesian, takes another approach to it, his pictures are often black and white. He uses different camera formats and still goes even the analogue way to get his message across:

“We have the options and freedom to take whatever we like, but travel photographs are always about telling a story. A story about the place, the people, the scenery, etc.”

His pictures are not just made for the record of the travel, “Look, I’ve been here and here”. Benny is trying to narrate about his experience and shares the moments and impressions with the readers:

“Travel photograph is about sharing, to let our viewer feel the environment, to feel the weather, to enjoy the scenery or even to let them travel with us on the picture.”

Page 23: Picture Post

© Benny Asrul

Page 24: Picture Post

Photo District Jakartawww.pd-jkt.comfacebook.com/pdjkttwitter.com/pdjkt

Arie PuncsBenny Asrul

Denny ArdhiaKhanif Nudiyanto

Manik JatiMathias JapriRony Zakaria

Wirman Haslim