PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA...

36
PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA TERHADAP PILWAKO TANJUNGPINANG 2012 (Masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang) KARYA ILMIAH Oleh : Izuwanto NIM. 100565201219 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Transcript of PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA...

PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA TERHADAP

PILWAKO TANJUNGPINANG 2012

(Masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang)

KARYA ILMIAH

Oleh :

Izuwanto

NIM. 100565201219

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

ABSTRAK

Penyusunan skripsi ini berkaitan dengan prilaku pemilih masyarakat etnis

tionghoa senggarang dalam Pilwako Tanjungpinang 2012 di Kelurahan

Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota yang tidak memilih kandidat yang

sama. Pemilihan kandidat berdasarkan kesamaan suku dan etnis tergolong

kedalam solidaritas mekanik.

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif yang bertujuan untuk

mengetahui faktor apakah yang menyebabkan kandidat dari Etnis Tionghoa yaitu

Rudi Chua tidak tepilih oleh masyarakat Senggarang khususnya yang Etnis

Tionghoa dan merupakan tanah kelahiran Rudi Chua di Senggarang. Dalam

penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui wawancara kepada pihak yang

bersangkutan dan data dokumen yang diperoleh dari instansi terkait.

Berdasarkan penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa Adanya

perpindahan pandangan pola pikir masyarakat senggarang yaitu peralihan dari

solidaritas mekanis ke organik dalam artian masyarakat tidak memandang etnis

dan suku akan tetapi lebih memandang keuntungan yang diperoleh sebelum

melakukan pencoblosan dan sesudah memperoleh kekuasaan seperti halnya yang

terjadi di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang.

Kata Kunci : Solidaritas, Mekanik, Organik, Prilaku Pemilih

ABSTRACT

Preparation of this paper deals with the behavior of the Chinese ethnic

community voters Pilwako Senggarang in 2012 in the village Senggarang

Tanjungpinang Tanjungpinang District of the City who do not choose the same

candidate. Selection of candidates based on ethnicity and ethnic classified into

mechanical solidarity.

This research is a qualitative nature which aims to determine whether the

factors that led to candidates from ethnic Chinese are not tepilih by Rudi Chua

Senggaran society, especially the ethnic Chinese and is the birthplace of Rudi

Chua in Senggarang. In this study the authors collected data through interviews

to the parties concerned and document data obtained from the relevant agencies.

Based on research in the field, it can be concluded that the existence of

displacement views of the public mindset Senggarang namely the transition from

mechanical to organic solidarity in the sense that people do not look at ethnicity

and tribe but rather looked at the profits earned prior to the election and after

gaining power as was the case in the Village Senggaran Tanjungpinang.

Keywords: Solidarity, Mechanical, Organic, Voter Behavior

A. Latar Belakang

Sistem demokrasi di Negara Indonesia pada dasarnya memiliki tujuan

sebagai penampung berbagai aspirasi masyarakat sehingga terciptanya suatu

mekanisme dari, oleh dan untuk rakyat. Untuk menciptakan sebuah sistem yang

berdemokrasi dibutuhkan sistem pemilu (pemilihan umum) yang bebas dan

rahasia sehingga pada akhirnya segala bentuk kebebasan yang merupakan ciri

Negara demokrasi dapat terwujud sebagaimana yang di cita-citakan.

Pemilihan umum pada sebuah Negara demokrasi merupakan instrumen

penting untuk melihat sudah demokratis atau tidaknya suatu Negara. Pemilihan

umum dilaksanakan dari tingkat pusat maupun tingkat daerah sehingga segala

aspirasi masyarakat dari seluruh wilayah Indonesia tertampung untuk tingkat

pusat yaitu secara nasional. Selanjutnya pemilu di daerah juga meliputi kepala

daerah maupun anggota legislatif.

Sistem desentralisasi berjalan sejak tahun 2005 Pemilu Kepala Daerah

dilaksanakan secara langsung. Semangat dilaksanakannya pilkada adalah koreksi

terhadap system demokrasi tidak langsung (perwakilan) di era sebelumnya,

dimana kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh DPRD, menjadi

demokrasi yang berakar langsung pada pilihan rakyat (pemilih). Melalui pilkada,

masyarakat sebagai pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara langsung

sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih kepala

daerah.

Upaya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip

demokrasi. Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945, kepala daerah dipilih secara

demokratis. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, diatur

mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara

langsung oleh rakyat, yang diajukan oleh partai politik atau gabungan parpol.

Sedangkan didalam perubahan UU No. 32 Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun

2008, Pasal 59 ayat 1b, calon kepala daerah dapat juga diajukan dari calon

perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Secara ideal tujuan dari dilakukannya pilkada adalah untuk mempercepat

konsolidasi demokrasi di Republik Indonesia. Selain itu juga untuk mempercepat

terjadinya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam proses

pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya

program desentralisasi. Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya

sendiri , bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu.

Argumentasi dan asumsi yang memperkuat pentingnya pilkada adalah

dimungkinkan untuk mendapatkan kepala daerah yang memiliki kualitas dan

akuntabilitas, Pilkada perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan

efektivitas pemerintahan di tingkat lokal dan dengan Pilkada terbuka

kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena makin

terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari

bawah dan/atau daerah.

Pemilihan kepala daerah di tingkat lokal merupakan proses penggantian

pemimpin daerah yang dilakukan melalui pemilihan secara langsung.

Mekanisme pemilihan langsung tersebut merupakan sesuatu yang dapat dikatakan

baru dalam sistem pilkada pada era saat ini padahal pada era sebelum reformasi

yaitu pada tahun 1998 menganut sistem dimana kepala daerah dipilih oleh anggota

DPRD secara tertutup. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya transparansi,

penuh rekayasa dan tidak mendasar pada nilai-nilai demokrasi.

Perubahan terhadap mekanisme dalam pemilihan umum di tingkat

lokal/daerah ternyata membawa dampak terhadap perubahan perilaku pemilih.

Pada Pemilu tahun 2004 menunjukkan perilaku pemilih yang berbeda.

Antusiasme masyarakat pemilih pada saat itu menurun dan perilaku pemilih sudah

mulai bersifat rasional. Perilaku yang rasional pada dasarnya sudah tergolong

didalamnya praktik-praktik transaksional atau jual beli suara di mana pemilih

mulai menghitung imbalan dari suara yang diberikan.

Harapan dalam pilkada langsung pada dasarnya untuk menghasilkan

figur kepemimpinan yang aspiratif dan berkualitas. Pilihan kepala daerah secara

langsung mendekatkan pemerintah dengan rakyat. Disamping itu pilkada

langsung adalah hasil dari tuntutan dan desakan rakyat yang menghendaki kepala

daerah tidak lagi dipilih oleh DPRD tetapi rakyat dapat menggunakan hak

politiknya secara langsung.

Realisasi keinginan masyarakat bukanlah hal yang mudah. Perilaku

memilih yang tidak rasional dalam arti melakukan pemilihan tanpa pertimbangan

ideloginya merupakan yang tidak diharapkan dalam suatu Pilkada, hal ini yang

pada akhirnya menyebabkan pemilihan kepala daerah oleh masyarakat tidak

berhasil menciptakan sosok pimpinan daerah yang benar-benar ideal dan

berkualitas.

Pemilihan kepala daerah salah satu faktor utama yang menjadi

pertimbangan pemilih biasanya adalah faktor etnis dalam menentukan pilihannya.

Secara realita di Indonesia masyarakatnya lebih kuat rasa kekeluargaanya

sehingga masyarakat cenderung memilih calon kandidat dengan persamaan etnis.

Penulis tertarik untuk meneliti tentang perilaku masyarakat terhadap

pemilu kepala daerah Kota Tanjungpinang yang berlangsung pada tahun 2012.

Dalam pemilukada daerah tersebut di ikuti oleh kandidat:

1. Lis Darmansyah-Syahrul dari partai PDIP

2. Huznizar Hood dan Rudi Chua dari Partai Demokrat dan PIB

3. Maya-Dahlan dari partai PKS, PPP, PKNU, dan Golkar

4. Hendry Frankim-Yusrizal

Penulis lebih tertarik dengan pasangan Huznizar Hood dan Rudi Chua

dimana peneliti ingin membahas lebih dalam bagaimana perilaku Masyarakat

Tionghoa di Kelurahan Senggarang khususnya yang berketurunan Etnis Tionghoa

terhadap kandidat yang beretnis tionghoa yaitu Rudi Chua. Dari beberapa

narasumber yang peneliti dapatkan ternyata kandidat Rudi Chua merupakan

kandidat yang kelahirannya di Senggarang yang dikelilingi oleh mayoritas

masyarakat tionghoa.

Kandidat yang seperti ini apabila menjabat sebagai kepala daerah pasti

akan berusaha membangun dan memperhatikan masyarakat di kelurahan

senggarang akan tetapi fakta yang terjadi suara kandidat Rudi Chua terkalahkan

oleh kandidat Lis Darmansyah-Syahrul dan Maya-Dahlan yang bukan merupakan

Etnis Tionghoa. Berikut terlebih dahulu penulis memaparkan data rekapan jumlah

daftar pemilih tetap Kelurahan Senggarang pada pemilihan WaliKota

Tanjungpinang pada tahun 2012.

Tabel I. 1

Data DPT Pemilih di Kelurahan Senggarang

No Tps Jumlah

Total Keterangan Laki-laki Perempuan

1 132 273 265 538

2 133 205 201 406

3 134 265 246 511

4 135 126 105 231

5 136 201 184 385

6 137 213 199 412

7 138 297 255 552

Jumlah 1580 1455 3035

Sumber: KPU Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Tabel I. 2

Data Penduduk Senggarang Berdasarkan Etnis

No Etnis Jumlah

1 Tionghoa 1.808

2 Jawa 742

3 Melayu 609

4 Batak 35

5 Bugis 67

6 Bawean 839

7 Flores 62

Jumlah Penduduk Senggarang 4.162

Sumber : Kelurahan Senggarang Tahun 2014

Berdasarkan data daftar pemilih tetap diatas penulis langsung mencari data

hasil perolehan suara masing-masing kandidat yang mencalonkan diri sebagai

kepala daerah atau sebagai WaliKota Tanjungpinang. Berikut ini data perolehan

suara dalam pemilihan anggota legislatif Tahun 2009 dan Pilkada Kota

Tanjungpinang di Kelurahan Senggarang Tahun 2012.

Tabel 1.3

Daftar Calon Terpilih

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kab/Kota

Pemilihan Umum Tahun 2009

Kota Tanjungpinang Kelurahan Senggarang Dapil I

No Partai Politik Nama Calon Terpilih Suara

1 Partai Perjuangan Indonesia Baru Beni, SH 201

2 Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan

Ir. Boorman Sirait, MM 193

3 Partai Keadilan Sejahtera Wan Firman, SE 159

4 Partai Golongan Karya RME. Mansyur Razak 144

5 Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan

Suparno 130

6 Partai Amanat Nasional H. Burhanuddin 127

7 Partai Persatuan Pembangunan Zainul Arifin, SH 106

8 Partai Demokrasi Kebangsaan Ahmad Dani 98

9 Partai Karya Peduli Bangsa Agus Triyanto 62

10 Partai Demokrat Ginta Asmara 45

Jumlah Suara 1.265

Sumber : Data KPU Tahun 2009

Tabel I. 4

Pemenangan Pilkada Kota Tanjungpinang Kelurahan Senggarang

No Pasangan Kandidat Perolehan Suara

1 dr. Maya Suryati dan Dahlan 1.073

2 Lis Darmansyah dan Syahrul 921

3 Huznizar Hood dan Rudi Chua 701

4 Hendry Frankim dan Yusrizal 302

Keterangan Golput 38

Jumlah 2997

Sumber : KPU Kota Tanjungpinang Tahun 2012

Negara demokrasi memiliki pemimpin yang meliputi kepala daerah harus

bisa memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga pada akhirnya

dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera dan tercukupi segala kebutuhannya.

Masyarakat di era reformasi saat sudah bisa berfikir cerdas dan menggunakan hak

pilihnya dengan bijak dan menggunakan pemikiran-pemikiran yang rasional

sehingga Kota Tanjungpinang bisa lebih menjadi terbaik dari sebelumnya.

Masyarakat pada umumnya hanya meminta di perhatikan dan pemerintah

mampu mendengar segala bentuk aspirasi dari masyarakat sebagaimana yang

menjadi tujuan dari sebuah Negara demokrasi yang mengedepankan kepentingan

umum daripada kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok.

Sesuai data yang diperoleh penulis dari dinas kependudukan dan catatan

sipil Kota Tanjungpinang tahun 2012 menyatakan bahwa etnis tionghoa

merupakan suku terbanyak ke-3 dari keseluruhan suku yang ada di Kota

Tanjungpinang yaitu sekitar 42.736 jiwa.

Tabel I. 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah No Suku Jumlah

1 Melayu 64.111 13 Madura 821

2 Jawa 61.458 14 Aceh 693

3 Tionghoa 42.736 15 Lombok 498

4 Minang 22.313 16 Betawi 424

5 Batak 14.745 17 Ambon 411

6 Bugis 5.583 18 Nias 327

7 Sunda 5.169 19 Sumbawa 270

8 Bawean 2.942 20 Bali 115

9 Banjar 1.690 21 Tim-tim 114

10 Flores 1.141 22 Dayak 104

11 Manado 961 23 Sanger 92

12 Alemban 955 24 Banten 83

Sumber : Dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Tanjungpinang 2012

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang: “PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT ETNIS

TIONGHOA TERHADAP PILWAKO TANJUNGPINANG 2012” Masyarakat

Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi

dalam usulan penelitian ini adalah bagaimana Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis

Tionghoa dalam Pilwako Tanjungpinang 2012 di Kelurahan Senggarang

Kecamatan Tanjungpinang Kota.

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Adapun beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penulisan usulan

penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor apakah yang menyebabkan kandidat

dari Etnis Tionghoa yaitu Rudi Chua tidak tepilih oleh masyarakat Senggarang

khususnya yang Etnis Tionghoa dan merupakan tanah kelahiran Rudi Chua di

Senggarang.

2. Kegunaan

Adapun beberapa kegunaan dalam penulisan usulan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Secara praktis usulan penelitian ini bisa menjadi sumber referensi bagi

peneliti-peneliti generasi selanjutnya yang mengangkat masalah perilaku

masyarakat dalam pemilukada.

b. Bagi penulis penelitian ini sebagai sarana dan wadah untuk menambah

pengetahuan berbentuk pemahaman maupun peningkatan kreativitas dalam

membuat suatu karya ilmiah.

D. Konsep Teoritis

Penulis dalam penelitian ini mengedepankan teori yang dikemukakan oleh

Durkheim yaitu teori solidaritas (The Division of Labour in Society). Menurut

Durkheim1 ada dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas

organis.

1. Solidaritas Mekanis

Solidaritas mekanis dibentuk oleh masyarakat yang masih memiliki

kesadaran kolektif yang sangat tinggi, kepercayaan yang sama, cita-cita dan

komitmen moral. Masyarakat yang menggunakan solidaritas mekanis, mereka

melakukan aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.

Solidaritas mekanis lebih menekankan pada sesuatu kesadaran kolektif

bersama (collective consciousness), yang menyandarkan pada totalitas

kepercayaan dan sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat

yang sama. Solidaritas mekanis merupakan sesuatu yang bergantung pada

individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan

dan pola norma yang sama.

Oleh karena itu sifat individualitas tidak berkembang, individual ini terus-

menerus akan dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas.

Individu tersebut tidak harus mengalami atau menjalani satu tekanan yang

melumpuhkan, karena kesadaran akan persoalan hal yang lain mungkin juga tidak

1 Ramadhani Setiawan, SOLIDARITAS MEKANIK KE SOLIDARITAS ORGANIK (Suatu Ulasan

Singkat Pemikiran Emile Durkheim), http://riset.umrah.ac.id/?p=261 © 2012, Tim Pengelola Web

& Pusat TIK UMRAH, All Rights Reserved, hlm 259

berkembang. Inilah yang menjadi akar memudarnya atau deintegrasi nilai pada

solidaritas mekanis2.

2. Solidaritas Organik

Solidaritas organis muncul karena pembagian kerja yang bertambah besar.

Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi. Saling

ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam

pembagian pekerjaan, yang memungkinkan dan juga menggalakkan

bertambahnya perbedaan pada kalangan individu.

Munculnya perbedaan-perbedaan pada kalangan individu ini merombak

kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai

dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan

fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi

dan secara relatif lebih otonom sifatnya.

Solidaritas organik dibentuk karena semakin banyak dan beragamnya

pembagian kerja. Sehingga pembagian kerja tersebut membuat spesialisasi

pekerjaan di dalam masyarakat yang menyebabkan kesadaran kolektif menjadi

menurun. Semua kegiatan berspesialisasi mereka berhubungan dan saling

tergantung satu sama lain, sehingga sistem tersebut membentuk solidaritas

menyeluruh yang berfungsi didasarkan pada saling ketergantungan.

2 Ibid, hlm 261

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

kualitatif. Menurut Creswell3 mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-

masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran

menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari

para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya

intervensi apapun dari peneliti.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang

Kota, pemilihan Kelurahan Senggarang sebagai lokasi penelitian karena

disebabkan kandidat yang penulis teliti merupakan kelahiran Senggarang.

3. Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari informan dan

melalui teknik wawancara langsung dengan informan yang mengetahui

permasalahan secara detail.

3 Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika, hlm 8

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang berupa catatan dan laporan yang diperoleh

dari pihak ketiga. Laporan-laporan tersebut diambil melalui keterangan atau

informasi yang diperlukan untuk lebih memperjelas masalah yang akan diteliti.

4. Informan

Informan yang digunakan adalah berdasarkan sampling purposive dimana

sampling purposive merupakan menetapkan seseorang informan yang benar-benar

dapat dipercaya keakuratan data dan mengerti tentang permasalahan yang di teliti

oleh penulis. Berikut ini adalah tabel informan dalam penelitian yang dilakukan

penulis.

Tabel I. 5

Informan Penelitian

No Informan Jumlah

1 Anggota PPS 2

2 RT dan RW Kelurahan Senggarang 3

3 Masyarakat Etnis Tionghoa 10

Jumlah 15

Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2014

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Wawancara

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan

melakukan wawancara secara langsung yaitu mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada informan. Menurut Gorden4 mengatakan wawancara

adalah percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali

dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.

Bentuk wawancara yang digunakan peneliti adalah bersifat semi

terstruktur dikarenakan wawancara yang dilakukan sesuai dengan ciri-ciri

wawancara semi terstruktur yang dikemukakan oleh Herdiansyah5 yaitu sebagai

berikut:

a. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.

b. Kecepatan wawancara dapat diprediksi.

c. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan dan jawaban).

d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan dan

penggunaan kata.

e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

b. Observasi

Menurut Cartwrigth6 mendefinisikan observasi adalah suatu proses

melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam prilaku secara sistematis

untuk suatu tujuan tertentu. Observasi merupakan suatu kegiatan mencari data

yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.

Menurut Sugiono7 mengatakan bahwa observasi adalah teknik

pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik

yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu

4 Ibid, hlm. 118 5 Ibid, hlm 123 6 Ibid 7 Sugiono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm 145

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi

juga objek-objek alam yang lain. Teknik pengumpulan data observasi dilakukan

apabila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Penyelidikan yang peneliti lakukan adalah melihat bagaimana prilaku

pemilih masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang. Penulis

menggunakan teknik interactive model sesuai yang dikemukakan Miles dan

Huberman yang membagi menjadi 3 bagian yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan8.

1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan data mentah yang

dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung dengan membuat

sebuah ringkasan.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi

berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh serta disusun secara runtut dan baik

dalam sebuah bentuk naratif. Pada tahap penyajian data peneliti membuat

rangkuman secara deskriptif dan sistematis sehingga mudah untuk dipahami.

3. Penarikan Simpulan (drawing conclusions)

Proses ini bermaksud menarik simpulan berdasarkan data yang didapatkan

dari berbagai sumber kemudian peneliti mengambil simpulan yang bersifat

sementara sambil mencari data pendukung/menolak kesimpulan. Pada tahap

8 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT.LKis Pelangi Aksara, 2007, hlm 104

penarikan simpulan peneliti melakukan pengkajian tentang simpulan yang telah

diambil dengan data dilakukan perbandingan dengan teori tertentu.

G. Hasil Penelitian

1. Solidaritas

Konsep solidaritas berhubungan dengan identifikasi manusia dan dukungan

anggota kelompok yang lain yang termasuk didalamnya. Konsep ini berkaitan

dengan Durkheim dalam bukunya The Division of Labour in Society yang

mengimplikasikan pembagian dari apa yang ia sebut sebagai solidaritas mekanik

dan solidaritas organik.9

Durkheim10 membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan

solidaritas organis. Menurut Durkheim perubahan cara masyarakat bertahan dan

bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai suatu bagian yang utuh.

Adapun Indikator pokok yang penting solidaritas yaitu:

a. Ruang lingkup dan kerasnya hubungan yang bersifat represif atau

menekan.

b. Hukum itu didefinisikan bahwa penyimpangan dianggap sesuatu yang

jahat dan mengancam kesadaran kolektif.

c. Memiliki aturan sosial atau kesepakatan bersama.

9 Jurnal nurul kurnia dkk. Ikatan Solidaritas Sosial Berdasarkan Latarbelakang Pendidikan

Pekerja Di Pt Sari Bumi Kusuma, Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas tanjungpura 10 Ramadhani Setiawan, SOLIDARITAS MEKANIK KE SOLIDARITAS ORGANIK (Suatu Ulasan

Singkat Pemikiran Emile Durkheim), hlm 259

Solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan

kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut

bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Perubahan dalam

pembagian kerja kerja memiliki implikasi yang sangat besar bagi struktur

masyarakat.

Durkheim membagi dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanis dan

solidaritas organis. Solidaritas mekanis didasarkan pada suatu tingkatan

homogenitas tinggi dalam kepercayaan, sentimen, pekerjaan, dan lain-lain.

Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena

orang adalah generalis. Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka

terlibat dalam aktifitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama.

Solidaritas sosial adalah adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama,

kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota

kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama.11

1.1 Prilaku Pemilih Berdasarkan Solidaritas Mekanik

Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan.

Dalam bahasa Arab berarti tadhamun (ketetapan dalam hubungan) atau takaful

(saling menyempurnakan/melindungi). Pendapat lain mengemukakan bahwa

Solidaritas adalah kombinasi atau persetujuan dari seluruh elemen atau individu

sebagai sebuah kelompok.

11

M. Rahmat Budi Nuryanto, 2014, Studi Tentang Solidaritas Sosial Di Desa Modang Kecamatan

Kuaro Kabupaten Paser (Kasus Kelompok Buruh Bongkar Muatan), eJournal Konsentrasi

Sosiologi, ejournal.pin.or.id

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa solidaritas

diambil dari kata Solider yang berarti mempunyai atau memperliatkan perasaan

bersatu. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan kelompok sosial dapat

disimpulkan bahwa Solidaritas adalah: rasa kebersamaan dalam suatu kelompok

tertentu yang menyangkut tentang kesetiakawanan dalam mencapai tujuan dan

keinginan yang sama.

Adapun beberapa hasil temuan yang terjadi di lapangan yaitu di kelurahan

senggarang di mana masyarakat senggarang yang mayoritas adalah masyarakat

etnis tionghoa tidak memberikan hak suaranya kepada pasangan huznizar hood

dan rudi chua. Sedangkan rudi chua sendiri adalah kandidat yang berasal dari

kalangan etnis tionghoa.

Secara mendasarkan dari berbagai kasus yang terjadi di Indonesia faktor

etnis ternyata sangat kuat mempengaruhi perilaku pemilih dalam sebuah proses

pemilihan kepala daerah. Pemilih biasanya cenderung memilih calon yang

berdasarkan kesamaan etnis dalam sebuah artian kesamaan ras dan etnis pemilih

dengan partai politik atau pejabat publik.

Perilaku pemilih memanglah ada yang dipengaruhi oleh faktor sosiologi

yaitu etnis dan budaya yang sama. Menurut Kusnaedi12 Pendekatan sosiologi

merupakan pendekatan yang memahami bahwa kelompok-kelompok masyarakat

formal ataupun nonformal akan mempengaruhi penentuan pilihan seseorang

kepada kandidat. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang

berinteraksi satu dengan yang lainnya didalam sebuah kelompok.

12 Kusnaedi, Memenangkan Pemilu dengan Pemasaran Efektif, Jakarta: Duta Media Tama, 2009,

hlm 176

Menurut data wawancara terhadap salah satu warga senggarang yang

beretnis tionghoa yaitu bapak Nenking saat di wawancarai mengapa tidak memilih

kandidat rudi chua dan beliau menyatakan :

“Dulu kan pak rudi chua kurang dekat sama masyarakat disini walaupun

dia orang sini tapikan tidak seharusnya juga kita pilih dia”13

Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Ngieheng dari hasil wawancara

yang menyatakan bahwa :

“Memang benar pak rudi orang senggarang tapi beliau juga jarang datang

kesini sehingga kami juga merasa kurang yakin untuk memilih beliau

makanya kami mencoba untuk memilih yang beda suku seperti dr. Maya

semoga pilihan kami bisa membuat masyarakat disini menjadi masyarakat

yang lebih mandiri”14

Pendapat lain juga dikemukakan oleh bapak Eng kiang dari hasil wawancara

yang mengatakan :

“Pada waktu pilwako dulu pak rudi agak kurang datang untuk

bersosialisasi disini jadi saya juga kurang tau apa visi dan misi beliau dan

kurang mengenal juga pasangan beliau mengkin dari pak rudi kami kenal

sedangkan pasangannya kami belum begitu mengenalnya jadi agak ragu

untuk melakukan pilihan kepada pasangan ini”15

Pendapat serupa dikemukakan oleh bapak Meiling yang mengatakan bahwa:

“Dulu kan pak rudi chua kurang dekat sama masyarakat disini jadi saya

memilih maya karena ibu dari dr. Maya memimpin tanjungpinang dengan

baik jadi anaknya kemungkinan bisa mempertahankan prestari ibunya

sewaktu menjabat sebagai waliKota Tanjungpinang.”16

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas penulis dapat mengalisa bahwa

meskipun memiliki etnis yang sama anatara pemilih dan kandidat tidak

berpengaruh besar terhadap pemenangan kandidat. Hal ini menunjukkan

13 Bapak Nenking. Hasil wawancara pada Senin Tanggal 3 November 2014 Pukul 15.30 wib 14 Bapak Ngieheng. Hasil wawancara pada Selasa Tanggal 4 november 2014 Pukul 10.00 wib 15 Bapak Eng kiang. Hasil wawancara pada Selasa 4 november 2014 pukul 11.00 wib 16 Meiling, Ketua RT.03. Hasil wawancara pada Senin 03 November 2014 Pukul 14.00 wib

masyarakat senggarang tidak tergolong ke dalam solidaritas mekanis yang

merupakan sesuatu yang bergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-

sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola norma yang sama.

Solidaritas mekanis dibentuk oleh hukum represif karena anggota masyarakat

jenis ini memiliki kesamaan satu sama lain, dan karena mereka cenderung sangat

percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem nilai

bersama tidak akan dinilai main-main oleh setiap individu.

Pendekatan secara sosiologis dari sisi etnis ternyata untuk masyarakat

senggarang sudah tidak masuk dalam kategori sebagai pilihan masyarakat

senggarang pada umumnya. Pendekatan sosiologi pada dasarnya merupakan

pendekatan yang memahami bahwa kelompok-kelompok masyarakat formal

ataupun nonformal akan mempengaruhi penentuan pilihan seseorang kepada

kandidat. Suatu masyarakat yang memiliki Solidaritas Mekanis adalah masyarakat

dimana individu-individu terikat secara homogen kedalam kesatuan-kesatuan

sosial dan concience collective di dalam masyarakat.17

Solidaritas mekanis didasarkan pada suatu tingkatan homogenitas tinggi

dalam kepercayaan, sentimen, pekerjaan, dan lain-lain. Masyarakat yang ditandai

oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena orang adalah generalis.

Ikatan dalam masyarakat seperti ini terjadi karena mereka terlibat dalam aktifitas

yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Individu dalam masyarakat

seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal. Keseragaman tersebut

17 Departemen Sosiologi, Pergeseran Nilai dalam Hubungan Antar Generasi Serta Dampak

Terhadap Lansia (Studi Deskriptif Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha “Majapahit”

Mojokerto) FISIP, Universitas Airlangga. http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan, baik sosial, politik bahkan

kepercayaan atau agama.

1.2 Peralihan Prilaku Pemilih ke Solidaritas Organik

Realitanya masyarakat senggarang butuh pendekatan yang lebih khusus

sehingga mereka mendapatkan informasi yang akan direalisasikan ketika menjadi

walikota dan wakil walikota khususnya untuk masyarakat Senggarang. Dengan

demikian penulis menyimpulkan bahwa masyarakat senggarah sudah bisa berfikir

rasional dan tidak mengedepankan latar belakang etnis. Mereka lebih tertarik

memilih kandidat yang dapat memberikan dampak nyata kepada mereka dan

bukan hanya janji belaka. Hal ini di buktikan dari hasil wawancara kepada

masyarakat senggarang yang lebih memilih pasangan kandidat lainnya

dibandingkan yang berasal dari sesama etnis tionghoa.

Menurut data wawancara masyarakat yang lebih memilih kandidat lainnya

yaitu pasangan Maya dan Dahlan dari pada sesama etnisnya sendiri yaitu bapak

Ngieheng yang mengatakan :

“Saya lebih tertarik untuk pilih pasangan ini karena melihat dari visi dan

misi beliau selain itu juga karena saya melihat pada masa ibuk suryatati

dulu sewaktu menjadi walikota beliau juga sering turun kesini dan banyak

juga membantu masyarakat disini jadi karena itu saya memilih dr. Maya

dan Dahlan”18

Pendapat lain juga di kemukakan oleh bapak Ahua melalui proses

wawancara yang menyatakan bahwa :

“Saya memilih pasangan Maya dan Dahlan di karenakan kami sebagai

masyarakat Tinghoa khususnya di senggarang ini kami juga ingat dengan

jasa pada ibuk Surya Tatik A. Manan dulu karena beliau juga banyak

18 Ngieheng. Op.cit

membantu kami. Contohnya perbaikan bak air sumber air kebutuhan

masyarakat Senggarang”19

Perilaku pemilih apabila berdasarkan pada suku etnis tertentu menurut

analisa penulis juga termasuk ke dalam solidaritas mekanis yang merupakan

sesuatu yang bergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang

sama dan menganut kepercayaan dan pola norma yang sama. Oleh karena itu sifat

individualitas tidak berkembang, individual ini terus-menerus akan dilumpuhkan

oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas.

Individu tersebut tidak harus mengalami atau menjalani satu tekanan yang

melumpuhkan, karena kesadaran akan persoalan hal yang lain mungkin juga tidak

berkembang. Inilah yang menjadi akar memudarnya atau deintegrasi nilai pada

solidaritas mekanis20.

Berlawanan dengan solidaritas mekanis, solidaritas organis muncul karena

pembagian kerja yang bertambah besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat

saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai

hasil dari bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan, yang

memungkinkan dan juga menggalakkan bertambahnya perbedaan pada kalangan

individu. Hal ini terjadi di wilayah Kelurahan Senggarang dalam pemilihan calon

Walikota dan calon Wakil WaliKota Tanjungpinang pada tahun 2012 dimana

masyarakat nya lebih percaya terhadap kandidat yang beda etnis. Wilayah

Senggarang mayoritas etnis tionghoa akan tetapi kandidat yang memperoleh suara

19 Ahua. Wawancara pada Senin tanggal 3 november 2014 pukul 10.00 wib 20 Ramadhani Setiawan, Op.cit. hlm 261

terbanyak bukan berasal dari sesama etnisnya yaitu etnis tionghoa melainkan

pasangan dr. Maya dan dahlan.

Menurut hasil wawancara penulis untuk menanggapi hal ini sebagaimana

dinyatakan oleh bapak Acok yaitu :

“Memang benar kandidat Rudi Chua merupakan etnis tionghoa. Tapi saya

jujur lebih tertarik dengan kandidat Maya Dahlan karena saya menilainya

dari kinerja ibu Tatik yang dulunya menjabat sebagai WaliKota

Tanjungpinang yang sangat baik dan selalu memperhatikan kami selaku

masyarakat Senggarang. Contohnya dalam hal bantuan dalam

pembangunan infrastruktur Plantar Senggarang. Jadi apabila anaknya

yaitu buk dr. maya naik menjadi walikota kemungkinan besar masih

memperhatikan nasip kami masyarakat Senggarang. “21

Pendapat lain juga dikemukan oleh bapak A mong yang menyatakan

memilih kandidat lain dibandingkan sesama etnis yaitu :

“Pilihan saya pada waktu pemilihan tersebut memilih pasangan dr. Maya

dan Dahlan karena pada pemerintahan ibunya selalu perhatiaan dengan

masyarakat senggarang terutama dalam hal bantuan air bersih.

Sedangkan pasangan Rudi Chua dan Huznizar tidak nampak

kontribusinya terhadap masyarakat Senggarang.”22

Berbeda dari sisi bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat

Senggarang ada masyarakat yang melihat dari visi dan misi setelah menjabat

sebagai WaliKota Tanjungpinang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh bapak

Aseng yaitu :

“Saya tertarik memilih pasangan dr. Maya dan Dahlan karena visi dan

misi beliau sangat cocok untuk masyarakat seperti halnya mencetak 1000

wirausahawan baru. Dengan adanya wirausahawan baru maka akan

menyerap tenaga kerja juga sehingga tingkat pengangguran pun

berkurang.”23

21 Acok, Ketua RW.03/RT.01, hasil wawancara pada kamis 6 november 2014 pukul 15.00 wib. 22 A mong, hasil wawancara pada hari senin tanggal 3 november 2014 pukul 14.00 wib. 23 Aseng, hasil wawancara pada hari rabu 05 november 2014 pukul 08.00 wib

Masyarakat Senggarang menurut analisa penulis masih percaya dengan

kinerja Walikota Suryatatik A Manan yang lebih peduli terhadap masyarakat

umumnya sehingga masyarakat senggarang lebih mempercayai agar waliKota

Tanjungpinang di jabat oleh anaknya sehingga pembangunan yang telah beliau

kerjakan dapat dilanjutkan dengan baik. Hal ini juga dikemukan oleh bapak Acua

yang menyatakan :

“Pasangan dr. Maya dan dahlan saya pilih dengan harapan agar bisa

melanjutkan pembangunan yang telah dikerjakan oleh ibu selaku walikota

sebelumnya.”24

Munculnya perbedaan-perbedaan pada kalangan individu ini merombak

kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai

dasar untuk keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan

fungsional yang bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi

dan secara relatif lebih otonom sifatnya.

Peralihan dari solidaritas mekanik ke yang organis tidak selalu merupakan

proses yang lancar dan penuh keseimbangan tanpa ketegangan. Karena ikatan

sosial primordial yang lama dalam bidang agama, kekerabatan, dan komunitas

dirusak oleh meningkatnya pembagian kerja, mungkin ada ikatan-ikatan sosial

lainnya yang tidak berhasil menggantikannya.

Hal ini terlihat jelas terjadi terhadap perilaku pemilih etnis tionghoa di

wilayah Kelurahan Senggarang. Mereka lebih cenderung memilih kandidat yang

bukan bersal dari etnis yang sama. Mereka lebih yakin terhadap kandidat yang

bukan berasal dari etnisnya dikarenakan tidak memberikan kontribusi apapun

24 A cua, hasil wawancara pada hari selasa tanggal 04 november 2014 pukul 15.00 wib

kepada masyarakat Senggarang khususnya. Akibatnya masyarakat menjadi

terpecah yang ditandai individu-individu terputus dengan ikatan sosialnya, dan

kelompok yang menjadi perantara individu menjadi tidak berkembang dengan

baik.25

Hal di atas penulis simpulkan dari pernyataan Bapak Aseng ketika di

wawancara mengenai tidak memilih kepada kandidat Rudi Chua dan beliau

mengatakan :

“Kadang-kadang susah juga lah walaupun kita satu suku tapikan dia juga

jarang datang kesini jadi apa yang diinginkan masyarakat kita. macam

mana kita mau sampaikan kalau beliau juga jarang muncul”26

Penulis juga mendapat saran dari masyarakat untuk kandidat Rudi Chua

yang dinyatakan oleh bapak Ahua yaitu :

“Kalau menurut saya, kalau mereka mau di pilih (Huznizar Hood dan Rudi

Chua) oleh masyarakat mereka juga harus tau apa yang di inginkan oleh

masyakat tersebut dan harus sering turun ke masyarakat”.27

Beberapa pendapat diatas jelas menyatakan bawa masyarakat etnis tionghoa

Senggarang sudah beralih ke solidaritas organis dalam pemberian suara dalam

pemilihan kepala daerah Kota Tanjungpinang. Hal ini disebabkan oleh masyarakat

Senggarang lebih memberikan hak suaranya kepada kandidat yang kinerjanya

terlihat.

Kinerja yang terlihar seperti halnya bantuan air bersih yang diberikan

kepada masyarakat senggarang ketika musim kemarau. Telah ditetahui bahwa

wilayah senggarang pada dasarnya sulit untuk mendapatkan air bersih dan hanya

mengandalkan air ledeng. Pada musim panas air ledeng tidak berfungsi karena

25 Ibid. hlm 263 26 Aseng. Hasil wawancara pada 17 November 2014 pukul 15.00 27 Ahua. Op.cit

persediaan air sudah habis sehingga masyarakat lebih memilih kandidat lainnya

dibandingkan sesama etnis tionghoa.

Pasangan dr. Maya dikelurahan senggarang dapau unggul dibandingkan

pasangan kandidat lain menurut analisa penulis disebabkan oleh pengaruh

kepemimpinan walikota Suryatatik A Manan selaku ibunya dr. Maya yang

memiliki nama baik dalam pemerintahannya sehingga harapan masyarakat

Senggarang agar tanjungpinang kedepannya bisa maju seperti pimpinan ibunya.

Hal ini terbukti dengan perolehan suara sebesar 1.073 suara.

Berdasarkan data KPU Kota Tanjungpinang Tahun 2012 menyatakan urutan

suara terbanyak kedua setelah pasangan dr. Maya dan dahlan adalah pasangan Lis

Darmansyah dan Syahrul dengan perolehan suara sebanyak 921 suara. Penulis

melakukan wawancara terhadap masyarakat Etnis Tionghoa Senggarang yang

memilih pasangan Lis Darmansyah dan Syahrul menyatakan :

“Pilihan saya tentunya pak lis karena beliau menjanjikan untuk perbaikan

infrastuktur kelenteng seperti rencana pengaspalan kelenteng dan

sekarang sudah terlaksana dengan baik setelah beliau menjabat sebagai

walikota tannjungpinang.”28

Pendapat lain juga di kemukakan oleh bapak Lim Tai Long yang

menyatakan sebagai berikut :

“Saya tertarik untuk memilih pasangan lis Darmansyah dan Syahrul

karena pak lis pernah membantu kami Masyarakat Senggarang seperti

bantuan air bersih. Saya memilih kandidat pak Lis Darmansyah dan

Syahrul karena beliau sangat dekat dan peduli dengan kami. Pada waktu

kampanye kemarin beliau menjanjikan pengaspalan kelenteng. Jadi kami

selaku masyarakat etnis tionghoa lebih tertarik kepada beliau karena

28 A hui, hasil wawancara pada hari rabu tanggal 05 november 2014 pukul 10.00 wib.

beliau istilahnya lebih peduli terhadap masyarakat etnis tionghoa di

bandingkan sesama etnis.”29

Penulis menganalisa bahwa masyarakat senggarang sudah bisa berfikir

secara modern. Dalam artian tidak memandang latarbelakang kandidat calon

Walikota dan Calon Wakil WaliKota Tanjungpinang sesama etnis tionghoa.

Masyarakat lebih memandang kinerja yang baik dan membawa kontribusi dan

manfaat terhadap Masyarakat Senggarang.

Pasangan dr. Maya Dan Dahlan yang dipandang Masyarakat Senggarang

adalah kinerja ibunya dulu yang memiliki kinerja yang baik meskipun dr.Maya

bukan berasal dari latar belakang politik. Akan tetapi intervensi Suryatatik A

Manan sangat berpengaruh jika dr.maya terpilih menjadi WaliKota

Tanjungpinang. Hal ini berdampak positif dalam artian pembangunan akan tetap

berlanjut sebagaimana yang telah dijalankan oleh Suryatatik A Manan baik dari

segi infrastruktur maupun suprastruktur.

Bantuan pembangunan plantar dan bak air di senggarang yang merupakan

bantuan dari Suryatatik A Manan. Selain dr Maya ada pasangan Lis Darmansyah

yang menjanjikan perbaikan kelenteng. Dalam hal ini masyarakat senggarang

lebih berfikir untuk kemajuan wilayahnya walaupun pasangan yang menjanjikan

kemajuan berasal dari etnis lain bukan dari etnis tionghoa.

Pola pemikiran seperti ini yang bisa juga disebut berfikir rasional. Berfikir

secara rasional termasuk ke dalam teori yang disebut Rational Choise Theory

(Teori Pilihan Rasional) sebagaimana yang dikemukakan oleh David Marsh dan

29 Lim Tai Long, hasil wawancara pada hari kamis tanggal 06 november 2014 pukul 15.00 wib

Gerry Stoker30 mengatakan bahwa dalam teori pilihan rasional setelah mempunyai

asumsi tertentu, individu memilih seolah mereka sedang memaksimalkan dugaan

manfaat, menilai bobot imbalan dari berbagai kemungkinan hasil tindakan dengan

kemungkinan kejadiannya.

Menurut Daniel Little31 teori rasional choise memiliki dasar-dasar konsep

yaitu sebagai berikut:

1. Utilitas (Utility)

Utilitas merupakan sebuah manfaat dan kegunaan yang digunakan sebagai

pondasi untuk membandingkan antara kebaikan dan keburukan maupun antara

keuntungan dan biaya. Menurut F.C Susila Adiyanta mengemukakan bahwa teori

utilitas didesain untuk memberi pengukuran umum atas manfaat penghasilan,

kesenangan dan biaya, tantangan intelektual, dan lingkungan sosial.

2. Peluang (Probability)

Peluang dapat diartikan sebagai perbandingan resiko atau upaya

mempertimbangkan resiko yang akan terjadi dan ketidakpastian dalam

pengambilan sebuah keputusan.

3. Aturan Keputusan (Decision Rule)

Hal ini bermaksud untuk mengetahui kinerja aturan pengambilan

keputusan maka perlu dilihat kembali pilihan tindakan yang bermasalah. Hal

tersebut ditinjau dari proses bagaimana pengambilan keputusan yang merupakan

tindakan yang harus dilakukan.

30 David Marsh dan Gerry Stoker, Op.cit, hlm 80 31Adiyanta, F.C Susila, Op.cit, hlm 83

David Marsh dan Gerry Stoker32 mengatakan bahwa dalam teori pilihan

rasional setelah mempunyai asumsi tertentu, individu memilih seolah mereka

sedang memaksimalkan dugaan manfaat, menilai bobot imbalan dari berbagai

kemungkinan hasil tindakan dengan kemungkinan kejadiannya.

Pilihan rasional (rational choise theory) disebut juga sebagai pilihan

publik (public choise) yang lebih mengedepankan dasar proses politik berdasarkan

pertukaran dua belah pihak dengan basis kepentingan yang rasional33. Teori

pilihan publik secara dasar didefinisikan sebagai teori perilaku yang berguna

untuk memprediksi segala bentuk perilaku pengusaha, birokrat, dan politisi dalam

sistem ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan oleh birokrat merupakan sebuah kebijakan publik

yang pada dasarnya memiliki fungsi preventif, kuratif (penyembuhan) serta

pengembangan (developmental) yang menawarkan kesejahteraan sebagai wujud

kewajiban negara dalam memenuhi kebutuhan dan hak-hak masyarakat34.

Hal ini dapat diartikan sebagai apabila kandidat dipandang

menguntungkan mulai dari saat pencoblosan sampai berkuasa nantinya maka

pemilih akan memilihnya. Begitu juga sebaliknya apabila hanya merugikan waktu

kerja tenaga dan menghabiskan biaya pemilih tidak akan memberikan hak

suaranya atau biasa disebut sebagai golput. Hal ini biasanya dilihat oleh para

pemilih dari sisi kualitas, kompetensi, dan integrasi kandidat kepada masyarakat

senggarang.

32 David Marsh dan Gerry Stoker, Op.cit, hlm 80 33 Didik J. Rachbini, 2006, Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik, hlm 84 34 Edi Suharto, 2009, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, hlm 149

Secara mendasar tidak semua pilihan pemilih berdasarkan pada prinsip-

prinsip yang bersifat rasional. Pemilih yang berprinsip rasional lebih banyak

biasanya ditemukan pada masyarakat yang bermukim di perkotaan. Tingkat

pendidikan yang membawa serta pemahaman terhadap politik yang memiliki

keterkaitan positif terhadap perilaku pemilihyang semakin rasional.

Oleh karena itu, pola pemikiran rasional sangat dibutuhkan untuk

melahirkan pemimpin yang berkopetensi di bidangnya sehingga segala bentuk

permasalahan yang terjadi dapat ditangani sesuai dengan harapan yang diharapkan

masyarakat dan bukan atas ego seorang pemimpin yang pada akhirnya masyarakat

yang merasakan dampaknya.

Perilaku Pemilih pada dasarnya menurut Firmanzah35 dapat digolongkan

atas dasar beberapa tipologi pemilih, salah satu diantaranya adalah tipologi

pemilih rasional. Tipologi pemilih rasional yang berarti memiliki tingkat perhatian

yang tinggi terhadap pogram kerja partai maupun kandidat. Hal tersebut di

implementasikan dengan melihat jejak rekam partai atau kandidat. Pemilih jenis

rasional tidak mengedepankan ideologi seperti halnya etnis, asal usul, agama,

budaya dan lainnya. Akan tetapi, pemilih jenis rasional mudah untuk berpindah ke

pilihan partai atau kandidat lainnya.

. Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis cantumkan dalam

pembahasan ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masyarakat senggarang

sudah berpola pikir rasional seperti halnya masyarakat urban dan tidak

terpengaruh oleh ras, suku dan etnis. Mereka hanya menginginkan kandidat yang

35 Firmanzah, Marketing Politik Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2007, hlm. 113

mau mendegarkan aspirasi mereka baik sebelum dan sesudah mendapatkan

kekuasaan sebagai kepala daerah (walikota dan wakil walikota) Tanjungpinang.

Oleh karena itu, meskipun masyarakat organis memiliki kesadaran kolektif,

namun masyarakat tersebut adalah bentuk yang lemah yang tidak memungkinkan

terjadinya perbedaan individual.

H. Penutup

1. Kesimpulan

Solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan

kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut

bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Perubahan dalam

pembagian kerja kerja memiliki implikasi yang sangat besar bagi struktur

masyarakat.

Penulis dalam hal ini dapat menyimpulkan hasil dari penelitian skripsi yang

berjudul Perilaku Pemilih Masyarakat Etnis Tionghoa Terhadap Pilwako

Tanjungpinang 2012 (Masyarakat Etnis Tionghoa di Kelurahan Senggarang Kota

Tanjungpinang) adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Masyarakat

Senggarang dapat diambil kesimpulan bahwa Masyarakat Senggarang

tidak memilih pasangan Huznizar Hood dan Rudi Chua sebagai

pasangan handalan mereka dikarenakan mereka tidak mendapat

perhatian khusus dari pasangan tersebut seperti bantuan yang sangat

diharapkan pada waktu itu. Meskipun Rudi Chua sendiri adalah kandidat

yang berasal dari wilayah Senggarang. Padahal seharusnya kandidat

yang berasal dari wilayah nya sendiri dan sesama etnis pasti akan lebih

fokus memperhatikan wilayah nya sendiri untuk menjadi lebih maju

(kurangnya pendekatan secara sosiologis dan masyarakat sudah berpola

pikir rasional).

2. Adanya kandidat lainnya seperti pasangan Lis Darmansyah dan Syahrul

yang senantiasa memberikan kebutuhan sesuai dengan keadaan

masyarakat senggarang pada saat itu. Begitu juga pasangan dr. Maya

dan Tengku Dahlan yang memperhatikan kondisi mereka sehingga

mereka lebih yakin terhadap pasangan tersebut.

3. Adanya perpindahan pandangan pola pikir Masyarakat Senggarang yaitu

peralihan dari solidaritas mekanis ke organik dalam artian masyarakat

tidak memandang etnis dan suku akan tetapi lebih memandang

keuntungan yang bersifat kemajuan untuk wilayah Kelurahan

Senggarang Kota Tanjungpinang yang diperoleh sebelum melakukan

pencoblosan dan sesudah memperoleh kekuasaan. Seperti bantuan dari

lis darmansyah yaitu air dan akan melakukan pengaspalan kelenteng dan

untuk pasangan dr.maya yang dilihat dari pengaruh Suryatatik A Manan

yang memiliki kinerja baik dalam pemerintahan dan memberikan bnyak

bantuan seperti air bersih, perbangunan plantar dan pembangunan bak

air bersih di Senggarang.

4. Masyarakat senggarang sudah berpola pikir rasional seperti halnya

masyarakat urban dan tidak terpengaruh oleh ras, suku dan etnis. Mereka

hanya menginginkan kandidat yang mau mendegarkan aspirasi mereka

baik sebelum dan sesudah mendapatkan kekuasaan sebagai kepala

daerah (Walikota dan Wakil Walikota) Tanjungpinang.

2. Saran

Saran penulis kepada khalayak umum dan akademisi sesuai dari hasil

penelitian ini adalah pada saat ingin memberikan hak suara haruslah sesuai

dengan hati nurani jangan sesuai dengan bantuan dan uang semata karena semua

itu biasanya hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, pilihlah kandidat yang

benar-benar memiliki basic dan kemampuan yang sesuai dibidangnya sehingga

dapat memimpin negeri ini menjadi lebih baik ke depannya bukan untuk

sebaliknya.

I. DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Firmanzah. 2007. Marketing Politik Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Marsh, David dan Gerry Stoker. 2010. Teori dan Metode dalam Ilmu Politik.

Bandung: Penerbit Nusa Media

Maksudi, Beddy Irawan. 2012. Sitem Politik Indonesia. Jakarta: PT Raja

Grafindo Parsada

Leo, Suryadinata. 2002. Negara dan Etnis Tionghoa. Jakarta: Pustaka LP3ES

Indonesia

Pawito. 2007. Penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta: PT.LKiS Pelangi

Aksara

Rachbini, J.Didik. 2006. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Bogor: Ghalia

Indonesia

Subakti, Ramlan. 1997. Partai, Pemilih & Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Sochmawardiah. 2013. Diskriminasi Rasial dalam Hukum HAM. Yogyakarta:

GENTA Publishing

Sitepu, Anthonius. 2012. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Jurnal:

Adiyanta, F.C Susila. 2008. Teori Pilihan Rasional (Rational Choise Theory)

alternatif metode penjelasan dan pendekatan penelitian hukum empiris.

Semarang: UNDIP Vol.37

Setiawan, Ramadhani. Solidaritas Mekanik ke Solidaritas Organik (suatu ulasan

singkat pemikiran emile durkheim), Jurnal dosen ilmu administrasi Negara

fakultas ilmu sosial dan politik universitas maritim raja ali haji.

Kurnia, Nurul dkk. Ikatan Solidaritas Sosial Berdasarkan Latarbelakang

Pendidikan Pekerja Di Pt Sari Bumi Kusuma, Jurnal Program Studi

Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

tanjungpura

Nuryanto, Rahmat Budi. 2014. Studi Tentang Solidaritas Sosial Di Desa Modang

Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser (Kasus Kelompok Buruh Bongkar

Muatan), eJournal Konsentrasi Sosiologi, ejournal.pin.or.id

Wardhani, Asri Hapsari. 2009. Solidaritas dan ritual. Jurnal FISIP UI.

Departemen Sosiologi, Pergeseran Nilai dalam Hubungan Antar Generasi Serta

Dampak Terhadap Lansia (Studi Deskriptif Lansia yang Tinggal Di Panti

Werdha “Majapahit” Mojokerto) FISIP, Universitas Airlangga.

http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id

Sari, Riski Melia, Komunitas 234 Sc Di Pekanbaru (Studi Tentang Kelompok

Sosial) Jom FISIP Vol 2 No. 1 – Februari 2015