PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …
Transcript of PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN …
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
i
PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN LEAFLET
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI
SD TENTANG MENARCHE DI SD
MUHAMADIYAH NGABEAN 1
YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
Susi Trisnawati
1309137
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2012
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
ABSTRACT
Comparison of Health Education Method Using Audio-Visual and Leaflet
toward Knowledge Level of Students About Menarche at Muhammadiyah
Ngabean I Elementary School of Yogyakarta 2012
Susi Trisnawati1, Diah Wulandari
2, Dewi Zolekhah
3
Background: Menarche is the first menstrual period occurs at puberty of a
woman that generally occurs at the age of 11 to 14. Data of BKKBN indicated
that only a female respondent who has not experienced menstruation, 28% of
female respondents got menarche at the age of 13 and 95% of female respondents
aged 15 has been getting menstruation. This result is equal to the result of studies
conducted by Demographic Institute which showed that 84% of women
experience menarche at age 12-15 years.
Objectives: To find out the knowledge level of grade 4 and grade 5 students about
menarche with the methods of health education using leaflet and audio-visual
menarche at Muhammadiyah Ngabean I Elementary School of Yogyakarta.
Methods: Quasi-experimental study used non-randomized study design with
pretest posttest control. Sampling used research subjects. Data analysis used
statistical test with independent sample test.
Results: Mean value of the group at used leaflet media was -3.176 and (Sig.
0.001). It meant that there was a significant difference at pretest and posttest.
Mean value of the group at used audio-visual was -3.470 and (Sig. 0.000). It
meant that there are significant difference between pretest and posttest.
Conclusion: Counseling using audio-visual media is more effective than the use
of leaflet in increasing adolescents’ knowledge about menarche of grade 4 and 5
elementary school students.
Keywords: Leaflet, Audio-visual, level of knowledge 1Student Ofo Diploma of Midwife Study Program Achmad Yani Yogyakarta
School of Health Science 2Lecturer Gajah Mada Universite
3Lecture of Ahmad Yani Yogyakarta School of Health Science
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
ABSTRAK
PERBANDINGAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN LEAFLET
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SD
TENTANG MENARCHE DI SD MUHAMADIYAH
NGABEAN 1 YOGYAKARTA TAHUN 2012
Susi Trisnawati1
, Diah Wulandari2
, Dewi Zolekhah
3
Latar Belakang: Menarche adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada
masa pubertas seorang wanita. yang biasa muncul pada usia 11 sampai 14 tahun.
Data BKKBN menunjukkan satu responden wanita yang belum mengalami haid,
28% responden wanita mendapatkan menarche umur 13 tahun dan 95%
responden wanita berumur 15 tahun telah mendapatkan haid. Hasil ini sama
dengan hasil dari studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi menunjukkan
bahwa 84% dari wanita mengalami menarche pada usia 12-15 tahun.
Tujuan Penelitian: Untuk diketahuinya tingkat pengetahuan Siswi kelas 4 dan
kelas 5 SD mengenai metode pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet
dan audiovisual tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
Metode Penelitian: Studi Quasi eksperiment dengan menggunakan rancangan
penelitian non randomized pretest posttes with control. Pengambilan sampel
menggunakan Subyek penelitian. Analisis data meggunakan uji statistik dengan
wilcoxon.
Hasil: Nilai rata-rata kelompok menggunakan media leaflet ialah -3.176 (sig.
0.001) berarti ada perbedaan yang signifikansi saat pretest dan posttest.
Sedangkan nilai rata-rata kelompok menggunakan media audiovisual ialah -3.470
(sig. 0,001) berarti ada perbedaan yang signifikansi antara pretest dan posttest.
Kesimpulan: Pemberian penyuluhan menggunakan media audiovisual lebih
efektif dibandingkan dengan menggunakan media leaflet dalam peningkatan
pengetahuan remaja tentang menarche pada siswi kelas 4 dan 5 SD.
Kata Kunci: Leaflet, Audiovisual, Tingkat Pengetahuan,
1 Mahasiswa Diploma III Kebidanan STIKES A.Yani Yogyakarta
2 Tenaga Pendidik Prodi DIV Kebidanan SV UGM
3 Dosen Pembimbing II STIKES A.Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat Karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
tulis atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Agustus 2012
(Susi Trisnawati)
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis yang senantiasa diberikan
nikmat berupa kesehatan dan kesempatan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah dengan judul “Perbandingan Metode Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Audiovisual dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan
Siswi SD tentang Menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun
2012.”
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan, dorongan, motivasi dan kesempatan yang diberikan dari berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. I Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Tyasning Yuni Astuti Anggraini, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi
DIII Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Ida Nursanti, S. Kep., Ns., MPH selaku Penguji atas segala saran dan arahan
yang diberikan.
4. Diah Wulandari, M.Keb, selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan sehingga terselesaikannya karya tulis
ilmiah ini.
5. Dewi Zolekah, SSiT, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran dan masukan hingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
6. Semua Dosen pengajar dan staf pendidikan STIKES Achmad Yani
Yogyakarta.
7. Keluarga dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Siswi SD kelas 4 dan 5 di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta, yang
telah membantu dalam proses penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan doa, support dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki menuju pada
kesempurnaan.
Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya untuk tenaga kesehatan dan pembaca umumnya.
Yogyakarta, Agustus 2012
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat ........................................................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10
A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 10
B. Kerangka Teori........................................................................................... 37
C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38
D. Hipotesis ..................................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 40
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 42
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 42
D. Definisi Operasional................................................................................... 44
E. Populasi, Sampel ........................................................................................ 45
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ......................................................... 46
G. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data........................................... 49
H. Jalannya Penelitian ..................................................................................... 52
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 55
A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 55
B. Pembahasan Penelitian ............................................................................... 59
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 78
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 79
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Saran ........................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN .......................................................................................................... 83
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan tentang Menarche ........ 46
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja Putri Kelas 4
dan 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012
....................................................................................................... 56
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan Remaja Putri tentang
Menarche pada Siswi Kelas 4 SD Menggunakan Media Leaflet di
SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta .................................... 57
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan tentang Menarche pada
Siswi Kelas 5 SD Menggunakan Media Audiovisual di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta .......................................... 58
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perbandingan Menggunakan Leaflet dan Media
Audiovisual terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012 ...................... 58
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori ................................................................................. 37
Gambar 1.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 38
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Jawaban Kuesioner
Lampiran 3 Leaflet
Lampiran 4 Slide
Lampiran 5 SAP
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik SPSS
Lampiran 7 Data Penelitian
Lampiran 8 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 11 Surat Izin Uji Vaiditas
Lampiran 12 Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian
Lampiran 14 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 15 Lembar Konsultasi KTI
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional pada hakikatnya bertujuan untuk
menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna mewujudkan
kesejahteraan lahir dan batin yang selaras, adil dan merata. Untuk mencapai
tujuan tersebut, bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya salah
satunya adalah upaya dalam pembangunan kesehatan (GBHN, 1998).
Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah mewujudkan
generasi muda yang sehat sebagai sumber daya manusia yang produktif dan
mampu berperan serta secara aktif dalam Pembangunan Nasional. Salah satu
upaya mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas non-fisik
yang meliputi segi intelektual, emosional dan psikososial pada kesehatan
remaja (Depkes RI, 2001). Pembangunan suatu bangsa dan negara adalah
kegiatan yang berkelanjutan. Agar pembangunan tetap berjalan, maka harus
dipersiapkan generasi muda sebagai penerus dan pelestari cita-cita perjuangan
bangsa dan tidak ketinggalan pula untuk memperoleh penanganan dan
perhatian dari sektor kesehatan (Depkes, 2003).
Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu
sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang
cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki memasuki usia
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
antar 9-15 tahun (Proverawati, Misaroh, 2009:1). Kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan (Depkes, 200: 3).
Menurut Hinchliff tahun 1999 menarche adalah periode menstruasi
yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Sedangkan menurut
Pearce tahun 1999 menarche adalah permulaan menstruasi pada seorang gadis
pada masa pubertas, yang biasa muncul pada usia 11 sampai 14 tahun
(Proverawati, Misaroh, 2009:58).
Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman
disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita
berkurang. Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal di kaki
dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Sebelum
periode ini biasanya terjadi beberapa perubahan emosional. Perasaan suntuk,
marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormon
(Proverawati, Misaroh, 2009:59).
Menurut data yang ada, jumlah populasi remaja putri di Provinsi
Yogyakarta sebesar 12,1% dan secara rinci di ketahui proporsi remaja putri di
Provinsi Yogyakarta ialah, Kabupaten Bantul sebesar 54,9%, Kabupaten
Kulonprogo sebesar 15,36%, Kabupaten Gunungkidul sebesar 15,45%, dan
Kabupaten Sleman 18% (Dinkes DIY, 2007).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Pengetahuan menstruasi sangat dibutuhkan oleh remaja putri. Masalah
fisik yang mungkin timbul dari kurangnya pengetahuan itu adalah kurangnya
kebersihan diri (personal hygiene) sehingga dapat beresiko untuk terjadinya
infeksi pada saluran kemih (ISK). Pada tahun 1999, insiden ISK di Inggris
Utara pada usia 16 tahun adalah sekitar 3,6 % pada anak laki-laki dan 11,6%
pada anak wanita. Perbandingan kejadian ISK pada wanita sekitar 3-4 kali
dibandingkan pada laki-laki. Salah satu faktor penyebabnya diduga adalah
karena uretra pada wanita lebih pendek daripada laki-laki. Selain itu, kesulitan
yang lain yang timbul adalah proses perawatan dalam proses perawatan diri
yaitu pemenuhan personal diri saat menarche. Sekitar 50% dari anak
perempuan yang sebelumnya pernah mengalami ISK akan mengalami kelainan
struktur saluran kemih. ISK juga akan mengganggu sirkulasi dengan
terbentuknya jaringan parut yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
gagal ginjal kronik dan hipertensi (Proverawati, Misaroh, 2009:61-62).
Survei badan kependudukan dan keluarga berencana nasional
(BKKBN) diketahui bahwa 32% remaja mendapat informasi kesehatan
reproduksi dari guru, tokoh agama (13%), dokter (9%), bidan/ perawat (8%)
dan tokoh masyarakat (7%). Sebagian besar remaja yaitu 83% lebih senang
membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan teman sebaya (Iswarati,
2006). Survei badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN,
2007) ketika menanyakan pengalaman seorang wanita saat mereka mengalami
pubertas, mereka ditanya mengenai umur pertama kali haid (menarche). Dari
data BKKBN menunjukkan satu responden wanita yang belum mengalami
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
haid, 28% responden wanita mendapatkan haid pertama kali umur 13 tahun
dan 95% responden wanita berumur 15 tahun telah mendapatkan haid. Hasil ini
sama dengan hasil dari studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Demografi
menunjukkan bahwa 84% dari wanita mengalami haid pertama kali (menarche)
pada usia 12-15 tahun (Lembaga Demografi dkk, 2002).
Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok dan
masyarakat, dengan harapan bahwa dengan adanya pesan kesehatan maka
individu, kelompok dan masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang benar tentang perilaku kesehatan. Leaflet ialah selebaran-selebaran yang
bentuk lembarannya seperti daun yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana,
biasanya bentuk leaflet lebih kecil dari pamphlet dan disajikan secara berlipat.
Leaflet merupakan salah satu publikasi dari berbagai bentuk media komunikasi
yang berupa selebaran yang berisi keterangan atau informasi. Ukuran leaflet
biasanya 20x30 cm, berisi tulisan 200-400 kata.
Keuntungan leaflet, dapat disimpan lama dan jika lupa dapat dilihat
kembali, dapat dipakai sebagai bahan rujukan, sasaran dapat menyesuaikan
dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, jangkauan
sasaran lebih luas, dapat membantu media lain, isi dapat di cetak kembali,
dapat dipakai untuk bahan diskusi pada kesempatan yang berbeda. Adapun
kekurangan dari leaflet adalah: menuntut kemampuan baca, bila cetakannya
tidak menarik orang enggan menyimpannya, pada umumnya orang tidak mau
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
membaca karena hurufnya terlalu kecil, tidak bisa digunakan oleh sasaran yang
buta huruf, pembuatan leaflet profesional biasanya sangat mahal, tidak bisa
digunakan oleh sasaran yang buta huruf.
Slide adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan
penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun
kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan. Keuntungan: pembuatannya relatif mudah, cara
mengoperasi-kan proyektor slide tidak memerlukan ketrampilan teknis yang
rumit, tiap gambar slide dapat dipertunjukkan satu persatu selama diperlukan
dan akan memberikan kesempatan kepada penonton untuk memperhatikan
lebih mendetail, kalau ada sebuah atau beberapa slide yang rusak atau tidak
cocok lagi dengan keadaan maka slide tersebut diganti dengan yang baru,
karena gambar atau frame-frame yang terpisah, maka pembimbing mudah
mengatur/ menyusun kembali penyajiannya sesuai dengan urutan sajian yang
diinginkan, tidak memerlukan banyak tempat untuk penyimpanannya.
Kekurangannya, gambar dan grafik visual yang disajikan tidak bergerak
sehingga daya tariknya tidak sekuat dengan televisi atau film, meskipun biaya
produksinya tidak terlihat mahal, film bingkai masih memerlukan biaya lebih
besar daripada pembuatan media foto, gambar, grafik, yang tidak
diproyeksikan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
keterangan dari kepala sekolah dan dari guru-guru di SD Muhamadiyah
Ngabean 1 Yogyakarta bahwa para siswa khususnya kelas 4 dan 5 belum
mendapatkan pelajaran mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai
menarche untuk remaja putri, dan juga belum mendapatkan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi khususnya menarche. Selain itu, belum
terdapat buku wacana yang dapat menunjang pengetahuan siswi SD kelas 4
dan 5 tentang menarche.
Berdasarkan uraian data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Metode Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Audiovisual dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan
Siswi SD tentang Menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan studi pendahuluan yang
dilakukan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Adakah
Perbedaan Metode Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual
dengan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan Siswi SD tentang Menarche di
SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012?”
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk diketahuinya perbedaan Metode pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual dan leaflet terhadap tingkat pengetahuan
siswi SD mengenai menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan Siswi kelas 4 dan kelas 5 SD di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta tahun 2012 mengenai metode
pendidikan kesehatan dengan menggunakan audiovisual.
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan Siswi kelas 4 dan kelas 5 SD di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta tahun 2012 mengenai metode
pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet.
D. Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan (scientific)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
wawasan tentang media yang efektif mengenai masalah pendidikan
kesehatan.
2. Bagi pengguna (consumer)
a. Bagi Siswi SD kelas 4 dan kelas 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1
Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada siswi SD
tentang menarche, faktor-faktor yang mempengaruhi menarche, sehingga
para siswi mengetahui mengenai menarche.
b. Bagi institusi Stikes Achmad Yani Yogyakarta Prodi DIII Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan
tambahan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai media lain yang
digunakan untuk pendidikan kesehatan tentang media leaflet dan media
audiovisual dalam pendidikan kesehatan.
c. Bagi pihak sekolah di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
tentang menarche sehingga dalam proses belajar para siswa dengan
mudah dalam memahami mengenai menarche, persiapan psikologis
dalam menghadapi masa pubertas yang berkaitan dengan ciri-ciri
perubahan kelamin sekunder.
E. Keaslian Penelitian
1. Nama peneliti Nurma Riajati 2011, dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SD N 1 Pranti Gadingharjo
Sanden Bantul tahun 2011”. Desain penelitian yang digunakan adalah
survey deskriptif. Teknik pengumpulan sampelnya menggunakan teknik
total sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian.
Persamaan dengan judul ini adalah teknik pengumpulan sampel, materi dan
variabel.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9
2. Nama peneliti Titis Laras Asriyani 2010, dengan judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SDN Tambak Rejo
Kebumen tahun 2010”. Desain penelitian yang digunakan deskriptif, teknik
sampel total sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain
penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik pengambilan
sampel, variabel, materi.
3. Nama peneliti Indah Purnama Sari 2011, dengan judul “ Gambaran Tingkat
Kesiapan Siswi dalam Menghadapi Menarche di SMP N 2 Sedayu
Kabupaten Bantul tahun 2011”. Desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional. Teknik pengumpulan sampelnya menggunakan teknik non-
probability sampling. Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik
pengumpulan sampel. Persamaan dengan penelitan ini adalah variabel,
desain penelitian dan materi.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 Juni 2012 di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 yang beralamatkan di Kemusuh, Tempel Sleman
Yogyakarta. SD Muhamadiyah Ngabean 1 mempunyai jumlah murid kelas
4 sebanyak 26 siswi, kelas 5 sebanyak 30 siswi, dengan jumlah guru 15
orang, dan jumlah staf kantor 2 orang. Mempunyai gedung 2 lantai dengan
luas 24.000 m2
yang terdiri dari 17 ruangan, untuk ruang kelas ada 6 ruang,
1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang unit kesehatan sekolah
(UKS), 1 ruang mushalla, 5 ruang kamar mandi, 1 ruang dapur. Seperti
halnya sekolah lain, SD ini mempunyai fasilitas ruang perpustakaan
diantaranya terdapat buku yang berkaitan tentang pembelajaran, tetapi
diperpustakaan tersebut belum tersedia buku yang mampu menambah
pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan
tentang menarche.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
56
2. Analisis Hasil Penelitian
a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah berdasarkan
usia, yang sudah mengalami menarche, sumber informasi. Distribusi
frekuensi karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja Putri
Kelas 4 dan 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Tahun 2012
Karakteristik responden f (%)
Kelompok usia
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
Menarche
Belum
Sudah
Sumber informasi
TV
orang tua
Teman sebaya
Media cetak (koran dan
majalah)
3
9
16
8
20
16
15
13
8
0
8,3
25
44,5
22,2
55,5
44,5
41,7
36,1
22,2
0
Total Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan karakteristik responden menurut
kelompok usia bahwa responden yang berusia 9 tahun sebanyak 3
responden (8,3%), berusia 10 tahun ada 9 responden (25%), berusia 11
tahun ada 16 responden (44,5%), berusia 12 tahun ada 8 responden
(22,2%), yang sudah menarche 16 responden (44,5%), yang belum
menarche 20 responden (55,5%). Berdasarkan sumber informasi dari TV
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
57
ada 15 responden (41,7%), orang tua ada 13 responden (36,1%), teman
sebanya ada 8 responden (22,1%), sedangkan dari media cetak 0
responden (0%).
3. Hasil Penelitian
Penelitian tentang perbandingan metode pendidikan kesehatan
menggunakan leaflet dan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan
siswi SD tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2012. Didapatkan hasil
yaitu:
a. Analisis Univariabel
1) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche meggunakan
media leaflet di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan Remaja Putri tentang
Menarche pada Siswi Kelas 4 SD Menggunakan Media Leaflet di
SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Tingkat
pengetahuan
Pretest Posttest
f % F %
Baik
Cukup
Kurang
0
6
11
0
35,30
64,70
10
7
0
58,82
41,18
0
Total 17 100 17 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
remaja putri tentang menarche saat pretest dengan kategori baik 0
responden (0%), kategori cukup sebanyak 6 responden (35,30%),
kategori kurang yaitu 11 responden (64,70%). Tingkat pengetahuan
remaja putri tentang menarche pada saat posttest sebagian besar
dengan kategori baik yaitu 10 responden (58,82%), kategori cukup
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
58
sebanyak 7 responden (41,18%), dan 0 responden (0%) dengan
kategori kurang.
2) Tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche menggunakan
media audiovisual di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pegetahuan tentang Menarche pada
Siswi Kelas 5 SD Menggunakan Media Audiovisual di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Tingkat
pengetahuan
Pretest Posttest
f % F %
Baik
Cukup
Kurang
1
11
7
5,26%
57,9
36,85
15
4
0
78,95
21,05
0
Total 19 100 19 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan
remaja putri tentang menarche pada saat pretest dengan kategori baik
yaitu 1 responden (5,26%), kategori cukup 11 responden (57,95),
kategori kurang sebanyak 7 responden (36,85%). Remaja putri yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang menarche pada saat posttest
dengan kategori baik 15 responden (78,95%), kategori cukup 4
responden (21,05), kategori kurang 0 responden (0%).
b. Analisis Bivariabel
Perbandingan metode pendidikan kesehatan menggunakan leaflet dan
media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perbandingan Menggunakan Media
Audiovisual dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai
menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta Tahun 2012
Media Z hitung Asymp.sig. (2-tailed)
Audiovisual -3.470 .001
Leaflet -3.176 .001
Sumber: Data Primer, 2012
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
59
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa nilai z dan Asymp. Sig.
pada media audiovisual dapat diketahui nilai z hitungnya sebesar -3.470
dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini menunjukkan bahwa
nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan antara sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media audiovisual
mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 5 SD.
Sedangkan pada media leaflet dapat diketahui nilai z hitungnya sebesar -
3.176 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini menunjukkan
bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan antara
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media leaflet
mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 4.1 dari karakteristik umur responden berkisar dari
9 sampai 12 tahun. Responden yang paling banyak berusia 11 tahun yaitu
sebanyak 16 responden (44,5%), dan yang paling kecil yaitu berusia 9 tahun
sebanyak 3 responden (8,3%).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2008) dalam
jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional volume 2 nomor 6 juni menyebutkan
bahwa rata-rata usia menarche adalah 11,61 tahun dan faktor yang paling
dominan berhubungan dengan usia menarche adalah presentase lemak
tubuh, semakin tinggi lemak tubuh semakin dini usia menarche siswi.
Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2009) dengan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
60
judul “Gambaran Usia Menarche pada Remja Putri di SMP Shafiyyatul
Amaliyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan” di dapatkan hasil rata-rata
usia menarche pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyah adalah usia
11,45 tahun sementara pada remaja putri di SMP Nurul Hasanah adalah
usia 12,19 tahun. Sedangkan menurut penelitian dari Asriyani (2010)
pengetahuan tentang menarche pada usia 10 tahun yang berkategori baik 1
responden, usia 11 tahun yang berkategori baik ada 12 responden, usia 12
tahun yang berkategori baik ada 15 responden, dan usia 13 tahun yang
berkategori baik ada 4 responden, dari jumlah responden 32 siswi.
Sedangkan dalam teori menurut Hurlock yang dikutip Nursalam
(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin bertambahnya umur seseorang maka akan
mempengaruhi proses pengetahuan dan pengalaman tentang menarche.
Remaja akan semakin siap menghadapi menstruasi dan tingkat kecemasan
juga akan berkurang jika remaja putri mempunyai pengetahuan yang baik
tentang menarche. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang
lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya, hal
ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Usia untuk mencapai
fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain aspek
psikologi, kesuburan, lingkungan sosial, status ekonomi, dan basal
metabolik indek. Di indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
61
antar 10-16 tahun dan rata-rata menarche usia 12,5 tahun. Usia menarche
lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di pedesaan Anak-anak
berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam
pertumbuhan yang mengalami masa remaja (Wiknjosastro, 2003).
Sedangkan dalam teori menurut Pearce tahun 1999 menarche adalah
permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas, yang biasa
muncul pada usia 11 sampai 14 tahun. Usia saat seorang wanita mulai
mendapatkan menstruasi pertama kali sangat bervariasi. Ada yang berusia
12 tahun ada yang usia 8 tahun sudah mendapatkan menstruasi pertama kali,
usia 16 tahun baru mendapatkan menstruasi pertama kalipun dapat terjadi
(Proverawati, Misaroh, 2009).
Anak wanita yang menderita kelainan tertentu selama dalam
kandungan mendapatkan menarche pada usia lebih muda dari usia rata-rata.
Sebaliknya, anak wanita yang menderita cacat mental dan mongolisme akan
mendapat menarche pada usia yang lebih lambat. Terjadinya penurunan usia
dalam mendapatkan menarche sebagian besar di pengaruhi oleh adanya
perbaikan gizi. Pada usia 16 tahun baru mendapatkan menarche disebut
amenore sekunder, bila hal ini terjadi perlu dilakukan pemeriksaan medis
untuk mengetahui penyebabnya. Lazimnya penyebab menstruasi kategori
ini karena tidak terdapat lubang aliran menstruasi selaput darah. Kasus ini
dapat diatasi dengan melakukan operasi kecil pada selaput darah
(Proverawati, 2009).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
62
Berdasarkan tabel 4.1 dari karakteristk responden yang sudah
mengalami menarche sebanyak 16 responden (44,55%), sedangkan remaja
putri yang belum mengalami menarche yaitu sebanyak 20 responden
(55,5%). Sementara itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Asriyani
(2010) untuk tingkat pengetahuan antara yang sudah mengalami menarche
umumnya berkategori baik dengan jumlah 10 responden, dan yang belum
mengalami menarche rata-rata tingkat pengetahuan berkategori baik pula
yaitu 22 responden dari 36 responden.
Secara global dan termutakhir perempuan mengalami menstruasi
dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor
internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga
berkorelasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang
dikonsumsi. Tingkat kualitas gizi yang lebih baik pada masyarkat saat ini
memicu menstruasi dini.
Tetapi, gizi yang kurang juga mengakibatkan hal yang sama.
Semakin tinggi status gizi responden akan semakin awal mendapatkan
menarche. Status sosial ekonomi dan genetik tidak menjadi faktor penentu
dalam hubungan status gizi dengan kejadian menarche sedangkan lokasi
siswa menjadi faktor penentu (Viyantimala, 2001). Remaja yang sudah
mempersiapkan diri dan mendapatkan pengetahuan yang baik tentang
menarche diharapkan remaja tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi
negatif lainnya. Sebaliknya remaja yang kurang memperoleh pengetahuan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
63
maupun informasi tentang menarche akan mendapatkan kecemasan atau
pengalaman yang negatif dalam menghadapi menarche.
Berdasarkan tabel 4.1 sumber informasi responden kebanyakan dari
TV yaitu sebanyak 15 responden (41,7%), dan yang paling kecil yaitu dari
teman sebaya yaitu sebanyak 8 responden (22,1%), sementara itu sumber
informasi yang berasal dari orang tua sebanyak 13 responden (36,1%), dan
tidak ada dari responden yang mendapatkan informasi dari media cetak
(majalah, koran). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riajati (2011)
berdasarkan sumber informasi yang diperoleh responden dapat diketahui
bahwa media cetak merupakan yang paling sedikit menyebutkan yaitu
sekitar 7 responden, peran orangtua 10 responden dari 35 responden.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) sumber
informasi yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari 35 responden hanya
ada 10 responden yang menyebutkan sumber informasi berasal dari orang
tua sehingga menyebabkan remaja belum begitu mengerti tentang menarche
karena sebenarnya orang tua mempunyai peran yang besar dalam mendidik
dan membimbing anaknya agar lebih siap dalam menghadapi menarche.
Penelitian Lestari (2009) juga menunjukkan ada hubungan antara
peran ibu remaja putri usia 10-14 tahun dengan kesiapan menghadapi
menarche di Desa Kepuh Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitiyaroh (2003) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi menarche salah satunya yaitu dari
faktor sumber informasi yang mempunyai pengaruh yang sangat besar
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
64
karena informasi sudah bisa di akses secara bebas sampai pelosok desa baik
melalui: media cetak, media elektronik, keluarga dan sumber informasi yg
lainnya.
2. Peningkatan pengetahuan mengenai menarche pada siswi kelas 4 SD
sebelum dan sesudah menggunakan leaflet di SD Muhamadiyah
Ngabean 1 Yogyakarta tahun 2012.
Berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.2 menggunakan
rumus prosentase menunjukkan hasil sebelum diberikan penyuluhan tentang
menarche tingkat pengetahuan remaja putri sebagian besar dengan kategori
kurang yaitu 11 responden (64,70%), dengan kategori cukup sebanyak 6
responden (35,30%), dan tidak ada responden yang memiliki tingkat
pengetahuan mengenai menarche dengan kategori baik.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2008)
tingkat pengetahuan siswi SD kelas VI tentang menarche kebanyakan
berkategori baik yaitu 85 responden, dan yang berkategori kurang yaitu 24
responden dari total jumlah responden sebanyak 109 orang.
Menurut teori Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: umur, lingkungan, dan sumber informasi.
Notoadmojo (2003) juga menyatakan bahwa pengetahuan merupakan dari
hasil tahu terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut antara lain adalah, indera
penciuman, pendengaran, penglihatan, perabaan dan perasaan. Dalam
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
65
pelaksanaan penelitian ini menggunakan media leaflet dan audiovisual
menggunakan indera pendengaran dan penglihatan.
Berdasarkan penelitian Riajati (2011) berdasarkan sumber informasi
yang diperoleh responden dapat diketahui bahwa media cetak merupakan
yang paling sedikit menyebutkan yaitu sekitar 7 responden, peran orang tua
10 responden dari jumlah 35 responden.
Sedangkan berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.2
menggunakan rumus prosentase menunjukkan hasil bahwa setelah diadakan
penyuluhan mengenai menarche menggunakan media leaflet tingkat
pengetahuan remaja putri dengan kategori baik yaitu 10 responden (58,82
%). Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang
menarche dengan kategori cukup sebanyak 7 responden (41,18%), dan tidak
ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang menarche dengan
kategori kurang. Sedangkan pada tabel 4.4 menggunakan rumus wilcoxon
pada media leaflet dapat diketahui nilai z hitungnya sebesar -3.176 dan
Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini menunjukkan bahwa nilai
p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan antara sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan menggunakan media leaflet mengenai menarche
terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ati (2012)
dapat diketahui Peningkatan nilai rata-rata pre-post pengetahuan setelah
diberikan promosi kesehatan tentang menarche. Nilai rata-rata pengetahuan
pada kelompok leaflet sebesar 6,50. Nilai rata-rata pengetahuan pada
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
66
kelompok ceramah sebesar 7,50. Setelah dilakukan analisis data dengan
Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai p = 0,030 pada post test
pengetahuan baik dengan leaflet dan ceramah. Hal tersebut menunjukkan
adanya pengaruh promosi kesehatan tentang menarche terhadap
pengetahuan mengenai menarche dengan nilai p < 0,05.
Pendidikan kesehatan yang dikhususkan pada siswi kelas 4SD
yaitu menggunakan media leaflet. Pendidikan kesehatan yang dikhususkan
bagi murid utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat
bertanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta
ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan. Sedangkan media pendidikan
kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media
cetak, elektronika dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya atau
pengetahuannya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoadmojo: 2010).
Media leaflet termasuk media cetak, media cetak yaitu suatu media
statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media cetak pada umumnya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Media cetak mempunyai kelebihan yaitu tahan lama, mencakup banyak
orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana,
dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman,
meningkatkan gairah belajar. Adapun kekurangan dari media cetak yaitu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
67
media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak, mudah terlipat
(Notoadmojo: 2010).
Leaflet merupakan salah satu publikasi dari berbagai bentuk media
komunikasi yang berupa selebaran yang berisi keterangan atau informasi,
yang berbentuk selebaran-selebaran yang bentuk lembarannya berisi tulisan
dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-
gambar yang sederhana, biasanya bentuk leaflet lebih kecil dari pamphlet
dan disajikan secara berlipat. Ukuran leaflet biasanya 20x30 cm, berisi
tulisan 200-400 kata (Mahfoedz: 2009).
Peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan
menggunakan media leaflet ini didukung oleh oleh suasana kelas yang
nyaman, siswi yang memperhatikan saat berlangsungnya penyuluhan. Selain
itu media leaflet juga memiliki beberapa kelebihan yang bisa menunjang
peningkatan pemgetahuan siswi kelas 4 SD tentang menarche.
Kelebihan leaflet antara lain: dapat disimpan lama dan jika lupa
dapat dilihat kembali, dapat dipakai sebagai bahan rujukan, sasaran dapat
menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat
santai, jangkauan sasaran lebih luas, dapat membantu media lain, isi dapat
di cetak kembali, dapat dipakai untuk bahan diskusi pada kesempatan yang
berbeda.
Sedangkan kekurangan leaflet antara lain: menuntut kemampuan
baca, bila cetakannya tidak menarik orang enggan menyimpannya, pada
umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil, tidak
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
68
bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf, pembuatan leaflet profesional
biasanya sangat mahal (Mahfoedz: 2009).
Salah satu keberhasilan dari pemberian penyuluhan menggunakan
media leaflet ditentukan oleh daya tangkap dari peserta. Daya tangkap
peserta dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pesan atau materi yang
diberikan sehingga diasumsikan pengetahuan responden yang tinggi
terhadap menarche (Roestiyah, 2008).
3. Peningkatan pengetahuan remaja putri siswi kelas 5 SD tentang
menarche sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan
media audiovisual di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.3 menggunakan
rumus prosentase menunjukkan hasil sebagai berikut: sebelum di berikan
penyuluhan mengenai menarche dengan menggunakan media audiovisual
tingkat pengetahuan remaja putri dengan kategori kurang yaitu sebanyak 7
responden (36,85%), sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat
pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 11 responden (57,9%),
dan yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak
1 responden (5,26%).
Pengetahuan sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh
seseorang dibanding dengan perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Menurut peneliti, pengetahuan yang kurang tentang menarche di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta disebabkan oleh kurangnya informasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
69
yang di dapat oleh remaja putri tentang menarche karena letak SD jauh dari
sumber informasi, kurikulum pembelajaran sekolah belum dapat menunjang
pengetahuan mengenai menarche, dan juga sarana perpustakaan belum
menyediakan buku-buku tentang menarche.
Pendidikan kesehatan yang dikhususkan bagi murid utamanya untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggungjawab terhadap
kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-
usaha kesehatan. Sedangkan media pendidikan kesehatan adalah semua
sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika dan
media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya dapat berubah perilakunya atau pengetahuannya ke arah positif
terhadap kesehatan (Notoadmojo: 2010).
Penelitian pendidikan kesehatan yang dikhususkan pada siswi kelas
5 SD menggunakan audiovisual, sedangkan media audiovisual yaitu
menggunakan slide. Menurut Notoadmojo (2011) slide yaitu termasuk
media elektronik. Sedangkan menurut Wiryokusumo (2008) slide termasuk
dalam media pembelajaran berdasarkan audiovisual. Media elektronik yaitu
suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam
menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Berdasarkan analisis data univariabel pada tabel 4.3 menggunakan
rumus prosentase menunjukkan hasil sebagai berikut: setelah di berikan
penyuluhan mengenai menarche menggunakan media audiovisual tingkat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
70
pengetahuan remaja putri tentang menarche dengan kategori baik sebanyak
15 responden (78,95%), sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat
pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 4 responden (21,05%), dan
yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang yaitu 0
responden (0%).
Berdasarkan tabel 4.4 menggunakan rumus wilcoxon didapatkan
hasil bahwa nilai z dan Asymp. Sig. pada media audiovisual dapat diketahui
nilai z hitungnya sebesar -3.470 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p).
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan
media audiovisual mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi
kelas 5 SD.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri
tentang menarche mengalami peningkatan setelah diadakan penyuluhan
mengenai menarche menggunakan media audiovisual. Peningkatan
pengetahuan ini karena media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu:
sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih
mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak,
bertatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar,
sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang (Notoadmojo: 2010).
Sedangkan pengertian slide adalah media visual yang diproyeksikan
melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide terbuat dari film
positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
71
Film positif yang biasa digunakan untuk film slide adalah film positif yang
ukurannya 35 mm dengan ukuran bingkai 2x2 inchi. Kelebihan slide adalah:
memberikan realita meskipun terbatas, memberikan informasi, mengangkat
masalah, memperlihatkan keterampilan, dapat memacu diskusi mengenai
sikap dan perilaku, cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun,
dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian. Kekurangan slide
adalah: gambar dan grafik visual yang disajikan tidak bergerak sehingga
daya tariknya tidak sekuat dengan televisi atau film, listrik dan peralatan
mahal, memerlukan ruang sedikit gelap (Mahfoedz: 2009).
Sedangkan kelebihan dari media audiovisual (slide) adalah:
memberikan realita meskipun terbatas, memberikan informasi, mengangkat
masalah, memperlihatkan keterampilan, dapat memacu diskusi mengenai
sikap dan perilaku, cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun,
dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian (Mahfoedz: 2009).
Salah satu keberhasilan dari pemberian penyuluhan menggunakan
media audiovisual ditentukan oleh daya tangkap dari peserta. Daya tangkap
peserta dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pesan atau materi yang
diberikan sehingga diasumsikan pengetahuan responden yang tinggi
terhadap menarche. Selain itu, penngunaan media audiovisual menggunakan
indera penglihatan dan pendengaran secara langsung sehingga membuat
para siswi lebih tertarik, mudah mengerti dan paham untuk memperhatikan
materi yang disampaikan oleh peneliti melalui media audiovisual
(Roestiyah, 2008).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
72
4. Perbedaan efektifitas media leaflet dan audiovisual terhadap
peningkatan pengetahuan remaja putri kelas 4 dan 5 SD tentang
menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
Berdasarkan tabel 4.4 menggunakan rumus wilcoxon didapatkan
hasil bahwa nilai z dan Asymp. Sig. pada media audiovisual dapat diketahui
nilai z hitungnya sebesar -3.470 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p).
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan
media audiovisual mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi
kelas 5 SD.
Sedangkan pada media leaflet dapat diketahui nilai z hitungnya
sebesar -3.176 dan Asymp. Sig nya sebesar 0.001 (nilai p). Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p<0,050 yang berarti ada beda yang signifikan
antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media
leaflet mengenai menarche terhadap tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD.
Untuk melihat perbedaan efektifitas antara penyuluhan dengan
menggunakan media leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan
pengetahuan siswi kelas 4 dan 4 SD tentang menarche di SD Muhamadiyah
Ngabean 1 Yogyakarta dengan z hitung -3.470 pada media audiovisual
sedangkan pada media leaflet didapatkan hasil z hitungnya -3.176. Hal ini
menunjukkan media audiovisual lebih efektif terhadap peningkatan
pengetahuan remaja siswi kelas 5 SD tentang menarche di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
73
bahwa media audiovisual (slide) lebih efektif dibandingkan dengan media
leaflet untuk meningkat pengetahuan tentang menarche di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pandiangan (2006) diperoleh hasil saat ceramah yaitu saat pretest 8,45%
dan posttest 16,85%, sedangkan menggunakan audiovisual saat pretest
8,75% dan posttest 19,23%. Selisih untuk ceramah saat pretest dan posttest
8,37% sedangkan yang audiovisual 10,48%. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Hasil analisis statistik dengan analysis of
variance di peroleh p= 0,00 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan
bermakna antara ceramah dan audiovisual dalam meningkatkan
pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi remaja.
Sesuai dengan teori menurut Notoadmojo (2011) yang menunjukkan
bahwa media audiovisual lebih efektif bila dibandingkan dengan media
leaflet. Slide yaitu termasuk media elektronik. Sedangkan menurut
Wiryokusumo (2008) slide termasuk dalam media pembelajaran
berdasarkan audiovisual. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan
dinamis dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui
alat bantu elektronika. Kelebihan media elektronik adalah: sudah dikenal
masyarakat, mengikutsertakan semua panca indra, lebih mudah dipahami,
lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, bertatap muka,
penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar, sebagai alat
diskusi dan dapat diulang-ulang. Kekurangan media elektronik adalah: biaya
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
74
lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk
produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan, perlu terampil dalam
pengoperasian (Notoadmojo: 2010)
Sedangkan slide adalah media audiovisual yang diproyeksikan
melalui alat yang disebut dengan proyektor slide. Slide terbuat dari film
positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.
Film positif yang biasa digunakan untuk film slide adalah film positif yang
ukurannya 35 mm dengan ukuran bingkai 2x2 inchi. Slide mempunyai
kelebihan yaitu: memberikan realita meskipun terbatas, memberikan
informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan, dapat
memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku, cocok untuk sasaran dalam
jumlah besar sekalipun, dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan
penyesuaian (Mahfoedz: 2009).
Penyebab media leaflet kurang efektif bila dibandingkan dengan
media audiovisual antara lain: leaflet termasuk media cetak, media cetak
yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, media cetak
pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Adapun kekurangan dari media cetak yaitu media ini tidak dapat
menstimulir effek suara dan efek gerak, mudah terlipat (Notoadmojo: 2010).
Leafet memiliki beberapa kekurangan yaitu: menuntut kemampuan
baca, bila cetakannya tidak menarik orang enggan menyimpannya, pada
umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil, tidak
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
75
bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf, pembuatan leaflet profesional
biasanya sangat mahal (Mahfoedz: 2009).
Sedangkan menurut teori media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Sehingga media pendidikan dapat didefinisikan sebagai alat-
alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/
pengajaran (Suiraoka, dkk: 2012). Menurut Gagne 1970 (dalam Sadiman,
dkk: 2003) menegaskan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswi yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dalam
pengertian ini media dipandang sebagai komponen yang ada dalam
lingkungan siswi baik lingkungan fisik, sosial, dan psikososial yang dapat
menimbulkan minat siswi untuk belajar. Adapun manfaat dari penggunaan
media dalam pendidikan kesehatan sangat luas, mulai dari menarik
perhatian sasaran, memperjelas pesan hingga mengingatkan kembali sasaran
akan informasi yang telah disampaikan oleh pendidik,.
Media leaflet dan audiovisual merupakan salah satu dari beberapa
media yang dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Kedua media
tersebut sama-sama efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswi tentang
menarche. Penyampaian penyuluhan menggunakan media audiovisual
ternyata lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan media leaflet.
Di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Sleman Yogyakarta usia anak yang
sudah mendapatkan menarche rata-rata usia 10-12 tahun. Hasil ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
76
menarche bervariasi antar 10-16 tahun dan rata-rata menarche usia 12,5
tahun. Usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal
di pedesaan (Wiknjosastro, 2003). Anak-anak berusia 12 tahun atau 13
tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami
masa remaja.
Usia saat seorang wanita mulai mendapatkan menstruasi pertama
kali sangat bervariasi. Ada yang berusia 12 tahun ada yang usia 8 tahun
sudah mendapatkan menstruasi pertama kali, usia 16 tahun baru
mendapatkan menstruasi pertama kalipun dapat terjadi. Usia untuk
mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain aspek psikologi, kesuburan, lingkungan sosial, status ekonomi, dan
basal metabolik indek.
Menarche merupakan menstruasi pertama yang bisa terjadi dalam
rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa
pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan suatu
tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara,
pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada
daerah pinggul (Proverawati, Misaroh, 2009:58).
Menurut Hinchliff tahun 1999 menarche adalah periode menstruasi
yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Sedangkan
menurut Pearce tahun 1999 menarche adalah permulaan menstruasi pada
seorang gadis pada masa pubertas, yang biasa muncul pada usia 11 sampai
14 tahun (Proverawati, Misaroh, 2009:58).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
77
Menarche merupakan pertanda adanya suatu perubahan status sosial
dari anak-anak menjadi dewasa. Menarche merupakan suatu tanda yang
penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon
yang normal yang dibuat oleh hipothalamus dan kemudian diteruskan pada
ovarium dan uterus. Selama sekitar dua tahun hormon-hormon ini akan
merangsang pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan
siklus, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh
menjadi bentuk tubuh wanita yang ideal.
Perasaan bingung, gelisah, tidak nyaman selalu menyelimuti
perasaan seorang wanita yang mengalami menstruasi pertama kali
(menarche). Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak
nyaman disebabkan karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh
kita berkurang. Gejala lain yang dirasakan yaitu sakit kepala, pegal-pegal di
kaki dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut.
Sebelum periode ini biasanya terjadi beberapa perubahan emosional.
Perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya pelepasan
beberapa hormon (Proverawati, Misaroh, 2009:59).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
umur, lingkungan, dan sumber informasi (Notoadmojo, 2003). Peningkatan
pengetahuan dalam penelitian ini didukung oleh suasana kelas yang
nyaman, siswi yang memperhatikan saat berlangsungnya penyuluhan
menggunakan media leaflet tentang menarche.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
78
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai perbedaan efektifitas menggunakan media
leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri
kelas 4 dan 5 SD tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1
Yogyakarta tentunya mengalami keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini hanya membandingkan metode leaflet dan audiovisual
terhadap peningkatan pengetahuan tanpa ikut meneliti faktor-faktor apa
saja yang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.
2. Proses pengambilan data saat pengisian kuesioner responden dapat
berdiskusi dan melihat jawaban teman dalam memberikan jawaban
karena tempat duduk responden yang saling berdekatan, sehingga tidak
semua jawaban responden sesuai dengan kondisi responden.
3. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas 4 dan 5 SD sehingga hasilnya
tidak dapat digeneralisasikan secara umum atau mewakili seluruh siswi
di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
4. Proses pengambilan data saat pengisian kuesioner terganggu sebab
pengalaman tiap siswi berbeda-beda ada yang sudah mengalami
menarche dan ada juga yang belum mengalami menarche.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisa terhadap data-data hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan siswi kelas 4 SD tentang menarche di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta menggunakan leaflet saat pretest 11
responden (64,70% ) berkategori kurang dan saat posttest sebanyak 10
responden (58,82%) berkategori baik.
2. Tingkat pengetahuan siswi kelas 5 SD tentang menarche di SD
Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta menggunakan media audiovisual saat
pretest 11 responden (57,9%) berkategori cukup saat posttest seabnyak 15
responden (78,95%) berkategori baik.
3. Ada perbedaan efektifitas antara penyuluhan dengan menggunakan media
leaflet dan audiovisual terhadap peningkatan pengetahuan siswi kelas 4 dan
5 SD tentang menarche di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankan kepada:
1. Bagi ilmu pengetahuan (scientific)
Diharapkan penelitian ini menambah sumber dalam penelitian mengenai
media yang paling efektif dalam pendidikan kesehatan menggunakan media
leaflet dan audiovisual.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
80
2. Bagi Siswi kelas 4 dan 5 SD di SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Siswi yang akan menghadapi menarche hendaknya lebih efektif dalam
mencari informasi mengenai menarche karena dapat meningkatkan kesiapan
dalam menghadapi menarche.
3. Bagi pihak Sekolah SD Muhamadiyah Ngabean 1 Yogyakarta
Bagi SD Muhamadiyah Ngabean 1 supaya memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi khususnya mengenai menarche untuk meningkatkan
pengetahuan siswinya agar ketika siswinya mengalami menarche tidak
merasa takut dan lebih siap dalam menghadapi menarche.
4. Bagi Institusi Stikes A. Yani Yogyakarta Prodi DIII Kebidanan
Diharapkan penelitian ini bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi
mahasiswa Kebidanan sehingga mampu meningkatkan pengetahuan tentang
menarche dengan menggunakan media leaflet dan audiovisual.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya supaya mengkaji lebih lanjut untuk mengetahui
apakah media yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk mendapatkan
data mengenai peningkatan pengetahuan. Serta diharapkan peneliti
berikutnya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam
penelitian ini.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
81
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aryati, D. (2008). Usia Menarche pada Siswi SD dan SLTP di Kota Bandung.
Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas Ibrahim Adji Bandung. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. Volume 2, Nomor 6, Juni 2008.
Asriyani, Titis Laras. (2010). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
tentang Menarche Di SDN Tambak Rejo Kebumen.KTI: STIKES A.Yani
Yogyakarta.
BKKBN. (2002). Reproduksi Sehat Sejahtera Remaja. Jakarta
BPS. (2010). Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik
Provinsi DIY.
Depkes. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Medika.
Dinkes. (2007). Survei Kesehatan Repeoduksi. Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Hurlock, E, B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Waktu Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.
Lestari, N. (2009). Peran Ibu dalam Menarche dengan Kesiapan Menghadapi
Mearche pada Remaja Putri Usia 10-14 tahun di Desa Kepuh Kecamatan
Kutoarjo Kabupaten Purworejo. KTI: STIKES A. Yani Yogyakarta.
Mahfoedz, I. (2009). Pendidikan Kesehatan Bagin dari Promosi Kesehatan.
Fitramaya: Yogyakarta.
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Notoadmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
82
Pandiangan, T. (2006). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode
Ceramah, Media Audiovisual, Ceramah Plus Audiovisual pada
Pengetahuan dan Sikap Remaja SLTP Berita Kedokteran Masyarakat,
Vol: 22.
Proverawati, M. (2009). Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Pulungan, P. (2009). Gambaran Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP
Shafiyyatul Amaliyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. KTI: FK
USU Medan.
Riajati, N. (2011). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang
Menarche di SD Negri 1 Pranti Gadingharjo Sanden Bantul. KTI:
STIKES A. Yani Yogyakarta.
Riwidikdo, H. (2009). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sitiyaroh, N. (2003). Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan
Kesiapan Remaja Puti Usia Pubertas Menghadapi Menarche di SMPN 2
Ceper Klaten. KTI Ahli Madya Kebidanan Stikes A. Yani Yogyakarta.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta I. (2010). Kesehatan Remaja: Problem
dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Wawan, D. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widyastuti, Y, Anita, R,. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Bina
Pustaka.
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.