Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau pada Desain ...
Transcript of Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau pada Desain ...
ITB J. Vis. Art & Des., Vol. 2, No. 3, 2008, 197-220 197
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau pada Desain
Produk Kerajinan Kayu di Pekanbaru
Bambang Sungkowo
Universitas Negeri Padang
Abstract. Melayu Riau uses many wooden craft products, ranging from casings
for rituals to varieties of souvenirs. As similar to other areas of Indonesia,
Melayu Riau community possesses various decorative styles that are rich in
motifs and laden with meanings. It is an endless potential source for wooden
craftsmen, yet not many have optimally exploited them. This study observes
wooden crafts of Melayu Riau in Pekanbaru (especially souvenirs), in order to
expose the roles of traditional decorative styles of Melayu, their ridden symbolic
meanings, and the possibility of using them as sources for creating various
wooden craft products. To address the purpose, the study applied descriptive
approach using interviews, document study, and observation as means of data
collecting. Results of analysis showed that newly created wooden products from the Center of Melayu Riau Souvenirs support varieties of functions yet their
aesthetic qualities are not representatively qualified. Too many products
repeatedly use floral and nail kaluk motifs, as if there are no other available
motifs. Thus, the products look monotonous in shapes, colors, and applied
decorative elements. To make the products representatively qualified, it is better
to address the aesthetic qualities of the product by exploiting varieties of motifs,
alternate colors, shapes, and decorative elements.
Keywords: craft products; Melayu Riau; ornaments.
1 Pendahuluan
Sesuai letak geografis yang cukup strategis, kota Pekanbaru memiliki peran
sebagai kota transit yang menghubungkan kota-kota besar di Sumatera. Sebagai
daerah transit dengan beberapa fasilitasnya berupa pelabuhan udara, pelabuhan sungai, terminal serta fasilitas wisata dan rekreasi yang memadai, kota
Pekanbaru banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dari luar maupun dalam
negeri yang ingin melanjutkan perjalanannya ke daerah lain di Sumatera seperti Medan, Jambi, Padang, Batam dan Malaysia.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh perajin sebagai peluang usaha untuk
menyediakan produk-produk kerajinan fungsional, dan cinderamata khas dari
Pekanbaru. Hal ini sejalan dengan anjuran dari walikota Pekanbaru melalui Disperindag Kota selaku instansi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan
Industri Kecil dan Menengah (IKM) kepada perajin bahwa, setiap jenis produk
198 Bambang Sungkowo
kerajinan baik produk kayu, tekstil maupun logam yang diproduksi di
Pekanbaru harus memiliki ciri khas Melayu Riau sebagai identitas produk.
Anjuran tersebut dipertegas dalam misi kota Pekanbaru antara lain yaitu:
melestarikan, membina dan mengembangkan kebudayaan Melayu yang mampu mengikuti perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan jati diri [1].
Berdasarkan uraian di atas salah satu hasil produk budaya masyarakat Melayu
Riau yang perlu dilestarikan dan dikembangkan dalam konteks kerajinan adalah seni ragam hias tradisional pada produk kerajinan kayu, khususnya pada produk
pewadahan untuk keperluan upacara adat dan bukan untuk keperluan adat
sebagai cinderamata yang pada saat ini jumlahnya semakin berkurang.
Masyarakat Melayu Riau memiliki bermacam jenis dan bentuk ragam hias (ukiran kayu) yang sudah berkembang sejak ratusan tahun silam, tetapi potensi
tersebut baru dimanfaatkan sebagai unsur dekorasi pada kerajinan tekstil dan
bangunan, sedangkan pada produk kerajinan kayu seperti wadah untuk keperluan upacara adat belum dimanfaatkan secara optimal oleh perajin,
akibatnya produk wadah untuk keperluan upacara adat yang ada sekarang ini
sangat minim dengan ragam hias. Kondisi tersebut akibat dari kurangnya pemanfaatan ragam hias sebagai sumber kreatifitas dalam melakukan
diversifikasi produk kerajinan. Diversifikasi produk dalam hal ini bertujuan
untuk menghasilkan produk kerajinan yang bervariasi dalam penggunaan ragam
hias dalam tujuan meningkatkan volume penjualan. Diversifikasi produk dilakukan mengingat kemungkinan terjadinya kejenuhan konsumen terhadap
produk yang ditawarkan yang mengakibatkan menurunya daya beli. Maksud
difersifikasi produk dalam konteks ini yaitu peran ragam hias tradisional sebagai dekorasi produk kerajinan yang ditempatkan dengan berbagai cara atau
pola penempatan sehingga menghasilkan satu jenis produk dengan bermacam-
macam ragam hias.
Penempatan ragam hias umumnya karena permintaan konsumen, tanpa memperhatikan benar atau salah menurut makna simbolik ragam hias, seperti
ragam hias naga berjuang sebagai simbol kepahlawanan dan kekuasaan para
pembesar kerajaan, dalam penggunaan hanya diperbolehkan untuk lingkungan kerajaan, ternyata sekarang diterapkan untuk dekorasi pada kotak serbaguna dan
benda fungsional. Penerapan ragam hias tersebut sangat bertentangan dengan
aturan penempatan ragam hias, tetapi dapat meningkatkan ekonomi perajin tidak dipermasalahkan.
Peran ragam hias pada produk kerajinan, secara visual adalah untuk
menambah nilai keindahan (estetis) suatu bentuk produk dimana ragam hias
tersebut ditempatkan agar lebih menarik dan berguna [2]. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Kenji Ekuan yang dikutip dalam buku Eddy
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 199
Marizar, bahwa manusia membutuhkan/merindukan keindahan dari setiap
benda pakainya [3]. Tetapi selain sebagai unsur dekorasi pada produk kerajinan,
peran ragam hias bertujuan untuk menghasilkan produk kerajinan kayu yang
memiliki ciri khas dalam rangka untuk menaikkan citra daerah. Maksud menaikan citra daerah dalam konteks ini adalah bahwa peran ragam hias
tradisional pada produk kerajinan yang dihasilkan harus mengekspresikan nilai-
nilai tradisi kesenian Melayu Riau, yaitu melalui seni dekorasi. Setiap ragam hias tradisional menurut pandangan masyarakat Melayu Riau memiliki arti dan
perlambang yang nilainya mengacu pada sifat-sifat benda atau mahkluk yang
dijadikan corak, dipadukan dengan nilai kepercayaan, nilai budaya daerah dan
nilai-nilai luhur agama Islam yang dianutnya.
2 Metodologi
Peran ragam hias tradisional Melayu pada produk kerajinan kayu pada dasarnya bertujuan untuk menjadikan produk tampil lebih indah dan menarik, sehingga
memberi pengaruh terhadap harga jual produk. Dalam hal ini terjadi adanya
perubahan peran ragam hias tradisional yang diterapkan pada produk kerajinan
kayu kearah budaya sekuler, dengan demikian dikhawatirkan peran ragam hias tradisional pada produk kerajinan kayu, terutama pada jenis produk pewadahan
untuk keperluan upacara adat tidak lagi memiliki makna simbolik, tetapi lebih
mengutamakan nilai estetis untuk tujuan ekonomi semata [4].
Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu dilakukan penelitian yang lebih
dalam tentang peran ragam hias tradisional yang terdapat pada produk wadah
untuk keperluan upacara adat yang meliputi : peran ragam hias dalam perspektif makna simbolik dan peran ragam hias sebagai pengusung nilai estetis
untuk meningkatkan varian produk. Detail proses kerja penelitianm dipaparkan
dalam Gambar 1.
Pada karya-karya seni tradisional Melayu, khususnya produk kerajinan kayu yang menggunakan unsur-unsur ragam hias sebagai kekuatan ekspresinya, tidak
seluruhnya memiliki kandungan makna. Banyak diantara produk kerajinan kayu
terutama produk wadah yang ada pada saat ini yang menggunakan ragam hias hanya berfungsi sebagai elemen dekorasi semata.
Berdasarkan hasil identifikasi pada produk kerajinan perwadahan upacara adat,
menunjukkan adanya gejala perubahan peran ragam hias yang mengarah pada
budaya massa. Seperti yang terjadi pada Sentra Melayu Riau Souvenir, keberadaan aktifitasnya cenderung menunjukkan pertumbuhan aktifitas
berkarya berdasarkan pada nilai ekonomi. Pertumbuhan dan produktifitas
berkarya dari para perupanya tidak lagi didasarkan pada pertimbangan spiritual seperti yang pernah dilakukan para perupa pada zaman kerajaan Siak [4].
200 Bambang Sungkowo
Tradisi kesenian lama yang kaya dengan makna, telah putus dengan adanya
perubahan orientasi pandangan hidup. Ekspresi keseniannya tidak lagi
mengandung makna simbolik dan nilai estetis yang berdasarkan pada bentuk
aslinya, akan tetapi cenderung mengutamakan kondisi pasar.
3 Gambaran Umum Industri Kerajinan Kayu di Pekanbaru
Industri kerajinan kayu di Pekanbaru dewasa ini termasuk salah satu industri
yang dijadikan sebagai penopang hidup rakyat khususnya bagi mereka yang memiliki keterampilan menengah. Industri kerajinan kayu yang paling banyak
menyerap tenaga kerja adalah industri mebel, kusen dan daun pintu/jendela
sedangkan untuk handy craft jumlahnya masih sedikit.
Pada 1993 perkembangan industri kayu di Pekanbaru menunjukan peningkatan
yang sangat pesat. Banyak berdiri industri baru di sepanjang jalan Arengka I
dan Jalan Subrantas/Panam-Pekanbaru. Salah faktor pendorong dari muncul industi kayu ketika itu adalah, terkait dengan akan dilaksanakannya Musabaqoh
Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional pada tahun 1994, dimana dalam areal
MTQ tersebut akan dibangunan rumah adat dari seluruh kabupaten yang ada
dipropinsi Riau dengan hiasan ornamen ukiran Melayu Riau. Oleh karena itu produk kerajinan ukiran kayu sangat dibutuhkan, sehingga bengkel-bengkel
ukiran seperti Kurnia Jaya, Saeniki, Singa 81 dan Anton Selembayung banyak
menerima order ukiran dengan harga yang cukup tinggi, akibatnya upah mengukir ketika itu ditentukan oleh tukang ukir sendiri. Pada watu itulah awal
perkembangan industri kerajinan kayu khususnya ukiran mulai di
masyarakatkan kembali setelah beberapa tahun sebelumya ditinggalkan oleh masyarakat, hingga mencapai kejayaannya sampai sekarang ini.
Kerajinan kayu yang berkembang dari masa kemasa tidak terlepas dari
masyarakat pendukungnya (produsen dan konsumen). Berbagai pergeseran yang
terjadi selalu bertolak dari tujuan pembuatan produk kerajinan itu sendiri.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, geliat para perajin mulai menurun akibat
kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan. Kenaikan BBM tahun lalu
sangat memukul mereka. Selain kenaikan BBM maraknya penangkapan kayu ilegal berakibat semakin sulit dan mahalnya harga bahan baku, akibatnya biaya
produksi menjadi tinggi. Mengingat kebutuhan masyarakat di Pekanbaru dan
Propinsi Riau pada umumnya terhadap produk kerajinan kayu masih cukup
tinggi, beberapa perajin khususnya mebel mengalihkan usahanya sebagai finishing barang setengah jadi, menjadi barang jadi, terutama perajin yang
berasal dari jepara. Mereka membeli mebel dari Jepara setengah jadi kemudian
di-finishing di Pekanbaru dan hasilnya secara ekonomi sangat menguntungkan.
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 201
Jadi wajar saja jika seluruh show room yang ada di Pekanbaru semuanya
menjual mebel produk Jepara.
Gambar 1 Bagan Kerja Penelitian.
Kebudayaan
Melayu Riau
Seni Tradisional
Melayu Riau
Pengaruh
Kebudayaan
Islam
Pengaruh
Kebudayaan
Hindu dan Cina
Ragam Hias Tradisional
Melayu Riau
Ragam Hias
Tradisional Pada
Kerajinan
Analisa Peran Ragam Hias
Tradisional Melayu Riau
Produk kerajinan
kayu
Ragam Hias
Ukiran Kayu
Ragam Hias
Tekstil
Seni Tari Seni Musik Seni Teater Seni Pantun Seni Rupa
Bentuk
Pada Bangunan
Produk Kerajianan
Fungsi
Volume Penjualan
202 Bambang Sungkowo
Selain produk perabot rumah tangga (mebel) jenis produk lain yang ada di
Pekanbaru adalah kerajinan kayu (handycraft) khususnya produk wadah untuk
keperluan upacara adat dan cinderamata. Pada mulanya produk kerajinan
tersebut hanya berfungsi sebagai benda keperluan adat atau fungsi sakral. Kerajinan dibuat oleh satu orang. Tetapi kini produk tersebut sudah mempunyai
fungsi sekular, sebagai benda pakai sehari-hari yang jumlahnya jauh lebih besar
daripada fungsi spiritual. Kerajinan sudah mendapat tempat di hati masyarakat luas, sehingga dijual secara luas dan mempunyai fungsi ekonomi yang berarti.
Produk wadah untuk keperluan upacara adat dan cinderamata yang memiliki ciri
khas Melayu Riau saat ini mempunyai prospek pasar cukup bagus, mengingat
kebutuhan akan produk wadah dan cinderamata Melayu Riau sangat tinggi. Ini terbukti dari permintaan Dekranasda Propinsi Riau terhadap produk kerajinan
kayu khas Melayu Riau [5].
Dalam perkembangannya industri kerajinan kayu di Pekanbaru juga mengalami pasang surut, ini disebabkan dari berbagai faktor antara lain desain produk yang
kurang baik. Kurang disini dalam arti bahwa desain tidak mengalami
perkembangan sesuai dengan perjalanan waktu, akibatanya produk bersifat monoton dan tidak bervariatif. Inilah permasalahan mendasar yang dihadapi
oleh perajin di kota Pekanbaru pada masa sekarang ini yang segera dicarikan
solusi pemecahannya.
4 Kebijakan Pemerintah Kota Pekanbaru dalam
Mengembangkan Industri Kecil dan Menengah
Kebijakan utama pemerintah kota Pekanbaru dalam program pemberdayaan industri kecil dan kerajinan adalah melakukan pengembangan industri kecil dan
menengah termasuk industri tradisional dan industri rumah tangga untuk
dijadikan kekuatan dan penggerak utama pembangunan ekonomi, dengan mengadakan program pembinaan usaha dan kemampuan bagi para perajin.
Program peningkatan sistem pembinaan dan kemampuan bagi perajin dalam
penguasaan teknologi. Relokasi industri (penyediaan lahan kawasan industri yang terpadu), serta menciptakan sentra-sentra industri kecil menengah.
Sentra dapat diartikan sebagai suatu kosentrasi dari sekumpulan unit usaha yang
sejenis di suatu lokasi yang sama. Unit usaha sejenis diartikan sebagai
kesamaan berdasarkan pada jenis barang yang iproduksi, kesamaan dari bahan/material yang digunakan. Dalam hal ini pemerintah kota Pekanbaru
menetapkan daerah industri kerajinan kayu terkosentrasi di Kecamatan Tampan,
sedangkan kerijinan rotan terkosentrasi di Kecamatan Rumbai. Dengan terkonsentrasinya unit-unit usaha dalam suatu sentra:
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 203
1. Secara tidak langsung dapat menciptakan skala ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan jika kegiatan usaha dilakukan oleh masing-masing unit usaha.
2. Akan menciptakan persaingan sehat berdasarkan faktor komparatif dan
indikator kolektif terhadap unit-unit usaha lainnya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk, menjaga kestabilan nilai tawar produk
padakonsumen.
3. Dapat memudahkan calon konsumen ketika mencari industri kerajinan terkait untuk memenuhi kebuhan produk-produknya, karena keberadaan
sentra relatif lebih mudah dicari.
4. Memudahkan dalam melakukan berbagai koordinasi berkaitan dengan
berbagai permasalahan yang terkait dengan usahanya.
Disamping penetapan daerah sentra industri kerajinan, pemerintah kota
Pekanbaru tetap konsen terhadap perkembangan dan kemajuan indutri kecil. Hal
ini dibuktikan dengan diselenggarakannya berbagai pelatihan baik pelatihan manajemen pengelolaan usaha, peningkatan keterampilan, pameran, serta
pemberian bantuan peralatan dan modal usaha. Tetapi program ini tidak
semuanya berhasil mengingat karakter dan mentalitas dari masing-masing perajin berbeda-beda. Disamping itu program pelatihan dan pasca pelatihan
yang belum mendapat perhatian serius dari pihak terkait sehingga perajin
menganggap pogram pelatihan dan bantuan yang mereka dapatkan merupakan
hadiah belaka. Itulah sebabnya setiap program pelatihan yang diselenggarakan tingkat keberhasilannya sangat kecil sekali.
5 Tinjauan Permasalahan yang Dihadapi Perajin Kayu di
Pekanbaru
Secara garis besar permasalahan yang dihadapi perajin kayu di Pekanbaru
terdiri dari empat kelompok yaitu:
5.1 Organisasi dan Manajemen
Berbagai tuntutan pasar hanya dapat dipenuhi jika perajin mengelola
produksinya berdasarkan pola produksi industri kerajinan. Termasuk didalamnya penerapan manajemen industri agar mampu melaksanakan sistem
kerja yang profesional untuk mendukung produksi industri kerajinan yang
berorientasi pada standar ekspor [6].
Dalam kaitan ini pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangan usaha sulit ditemukan, antara lain karena pengetahuan perajin
relatif rendah, akibatnya perajin belum mampu menyusun starategi bisnis yang
tepat. Pemisahan antara manajemen keuangan dan keluarga atau rumah tangga
204 Bambang Sungkowo
belum dilakukan, sehingga perajin mengalami kesulitan dalam mengontrol dan
membuat perencanaan kedepan.
Kemampuan perajin dalam mengorganisasikan diri dan karyawan masih lemah,
sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas dan seringkali pengusaha harus bertindak sendiri. Pelatihan tentang majemen dari instansi terkait selama
ini belum memberikan pengaruh yang berarti terhadap kemajuan, ini disebabkan
materi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, serta tidak ada kegiatan pendampingan setelah pasca pelatihan..
5.2 Sistim Pemasaran
Pemasaran produk kerajinan dilakukan dengan cara titip jual, melalui hubungan sesama rekan dan konsumen datang langsung ke perajin. Untuk jenis usaha
kecil, seseorang mungkin dapat menangani semua tugas pemasaran, penjualan,
pelayanan terhadap pelanggan, dan sebagainya, tetapi untuk pengembangan kedepan pola seperti ini akan jauh tertinggal. Kita perlu infomasi tentang
perkembangn pasar, pelung pasar, produk yang diminati konsumen dan
sebagainanya.
Uraian diatas adalah kondisi nyata yang ditemukan di lapangan yang merupakan permasalahan di hadapi perajin dibidang pemasaran produk kerajinan kayu.
Kendala tersebut disebabkan kurangnya informasi untuk memasarkan produk,
baik melalui media cetak berupa pemasangan iklan, pembuatan brosur, ataupun memanfaatkan obyek-obyek wisata, dan melalui media elektronik diantaranya
jenis produk yang akan dipasarkan belum bisa diakses melalui jaringan internet.
Akibatnya perajin tidak menjual produknya secara langsung tetapi melalui perantara dengan sistim konsinyasi (titip jual).
5.3 Teknologi
Teknologi dalam hal berkaitan mesin dan peralatan yang digunakan oleh industri Sentra Melayu Riau Souvenir dalam melakukan proses produksi.
Peralatan dalam proses produksi merupakan keterpaduan antara kemampuan
proses produksi dengan permintaan pasar. Peralatan memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan produksi, karena dengan peralatan yang lengkap dapat
mempengaruhi biaya produksi. Dalam proses produksi teknologi yang
digunakan memiliki peran cukup besar sehingga semakin baik kualitas
teknologi yang digunakan, maka semakin banyak manfaat yang diperoleh diantaranya:
1. Proses produksi dapat dilakukan lebih cepat
2. Tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit 3. Kualitas produk lebih maksimal
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 205
Dalam kaitan ini industri kerajinan kayu di Pekanbaru sampai saat ini masih
menggunakan peralatan yang multifungsi, artinya peralatan yang digunakan
belum sesuai dengan kebutuhan, sehingga satu alat digunakan untuk bermacam
jenis pekerjaan. Pada umumnya mereka menggunakan peralatan hasil rakitan sendiri sehingga tingkat akurasi ukuran sangat rendah. Ini tentunya disebabkan
oleh terbatasnya modal perajin untuk pengadaan peralatan yang sesuai dengan
standar kebutuhan.
5.4 Masalah Desain
Kegiatan usaha produksi kerajinan kayu khususnya produk wadah dan
cinderamata, yang diproduksi oleh perajin di kota Pekanbaru, pada umumnya bukan desain dari perajin itu sendiri tetapi merupakan hasil tiruan dari produk
lain. Dalam hal ini kreatifitas perajin dalam membuat desian belum dilakukan
secara optimal. Desain masih dianggap sebagai hal yang kurang penting dalam kegiatan industri kerajinan. Sehingga yang terjadi di sentra-sentra industri
kerajinan kayu di Pekanbaru pada saat ini jenis produk sangat terbatas dan
kurang variatif serta memiliki bentuk yang sangat monoton (kaku).
Peran ragam hias sebagai unsur dekorasi pada produk belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga banyak produk kerajinan yang dihasilkan pada saat ini
sangat minim dengan ragam hias.
6 Profil Perajin Sentra Melayu Riau Souvenir
Sentra Melayu Riau Souvenir beralamat di jalan Purwodadi No 152 Kelurahan
Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Panam Pekanbaru, merupakan industri
kerajinan kayu yang memproduksi wadah untuk keperluan upacara adat dan cinderamata khas daerah Riau. Sentra Melayu Riau Souvenir memulai
usahanya pada tahun 1997 dengan modal Rp 1.500.000. Produk yang dibuat
pada waktu itu adalah cendramata berupa gantungan kunci, tepak sirih, kotak tisu dan perabot sekolah (hasil wawancara dengan perajin).
Dengan eksisnya dibidang produksi kerajinan kayu ini, sentra kerajinan kayu
tersebut pernah mendapatkan pembinaan dari Dinas Perindustrian Kota Pekanbaru dan beberapa program pelatihan keterampilan. Program pelatihan
yang pernah diikuti antara lain, tahun 1999 pelatihan peningkatan kualitas
produk, tahun 2000 pelatihan pengembangan usaha, tahun 2002 pelatihan batik
kayu di Yogyakarta dan terakhir tahun 2005 pelatihan peningkatan keterampilan.
Pimpinan Sentra Melayu Riau Souvenir bernama Adi Purnama, alumni IKIP
Medan tahun 1992 jurusan teknik bangunan. Di bawah kendali Adipurnama,
206 Bambang Sungkowo
Sentra Melayu Riau Souvenir terus menata diri untuk selalu mengikuti
perkembangan produk kerajinan yang diminati pasar. Berbagai terobosan telah
dilakukan diantaranya melakukan kerjasama dengan dinas perindustrian, dinas
pariwisata, dinas pendidikan dan pihak swasta seperti PT. RAPP dan beberapa industri kayu yang ada, terkait dengan pemanfaatan limbah kayu yang
dihasilkan. Hal ini dapat kita lihat dari pembuangan limbah kayu jelutung, yang
dibuang dengan percuma oleh pabrik.
Dalam perjalanannya industri kerajinan kayu yang masih tetap konsen terhadap
pemanfaatan limbah kayu jelutung adalah Sentra Melayu Riau Cinderamata,
50% produknya memanfaatkan hasil limbah kayu jelutung dan kayu peti kemas
mesin/alat berat terutama untuk produk cinderamata. Sedangkan untuk produk wadah dan benda multi fungsi menggunakan kayu balam, jelutung, sungkai dan
rengas.
6.1 Perkembangan Sentra Melayu Riau Souvenir
Kegiatan industri kerajinan ini dimulai tahun 1997 dengan modal Rp
1.500.000,- yang digunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku. Peralatan
yang dibeli berupa 1 unit mesin Seckroll seharga Rp 650.000,- sedangkan bahan baku berupa kayu jelutung dan limbah bekas peti kemas alat berat yang
dibeli di PT Trakindo.
Usaha ini pada awalnya merupakan kegiatan hobi Bapak Adi Purnama yang suka membuat kerajinan dari kayu. Dengan ketekunan dan ketabahan usaha ini
mulai dikenal orang terutama di daerah lingkungan tempat tinggal pak Adi.
Dengan berjalannya waktu dan kejelian dalam membaca pasar, mulailah mendapatkan order pembuatan gantungan kunci untuk pesta perkawinan
sebanyak 750 set. Kemudian pertengahan tahun 1998 mendapat orderan
membuat produk kerajinan khas riau dari Disperindag Kota Pekanbaru dengan
nilai Rp 1.300.000,- Dengan tenaga kerja yang sangat mengerti dengan kondisi perkembangan indutri, usaha ini terus menunujukan kemajuan dan lebih dikenal
di Pekanbaru terutama Disperindag. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pak Adi
dengan baik, sehingga awal tahun 2000 melalui wakil kepala Dinas Perindustrian dan perdagangan kota Pekanbaru Junaidi mengadakan kerjasama
dibidang pembuatan produk kerajinan kayu khas Melayu Riau antara lain:
Bidang Produk
1. Berbagai jenis cinderamata khas Riau. 2. Produk wadah seperti baki, tempat buah, tempat koran/majalah
3. Produk wadah untuk keperluan upacara adat seperti, tepak sirih dan tabak
4. Produk bubutan kayu sungkai dengan berbagai model
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 207
5. Produk ukiran untuk berbagai keperluan seperti untuk kedudukan fiting
lampu gantung, ukiran untuk tiang, ukiran untuk tangga dan lain-lain
Bidang Pemasaran Produk 1. Membantu dalam memasarkan produk kerajinan dengan cara menyediakan
fasilitas show room di jalam durian dan di perbatasan kota pekanbaru
dengan kabupaten Kampar. 2. Mengisi stand pameran setiap diadakan pameran. Ini sudah menjadi agenda
yang rutin dari Disperindag kota Pekanbaru.
Peluang ini dimanfaatkan oleh Sentra Melayu Riau Souvenir, sehingga pada pertengahan tahun 2003 dilakukan pembinaan dan pelatihan bagi 2 orang tenaga
kerja untuk dilatih dan dimagangkan selama 2 bulan ke Yogyakarta dan terakhi
tahun 2005 pelatihan mebel kayu kelapa di Pasuruan, Jawa Timur.
6.2 Jenis Produk Kayu yan Dihasil Sentra Melayu Riau Souvenir
Sentra Melayu Riau Cinderamata secara umum memproduksi berbagai macam
jenis produk kerajinan khas Riau. Jenis kerajinan yang diproduksi pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga yaitu jenis produk untuk keperluan
upacara adat, produk untuk cinderamata dan jenis produk untuk bangunan.
Kelompok produk untuk keperluan upacara adat selalu menggunakan ragam hias sebagai dekorasi, sedangkan untuk keperluan cinderamata disesuaikan
dengan permintaan konsumen.
Tabel 1 Spesifikasi Jenis Produk Wadah.
No Nama Produk Fungsi Produk Ukuran
(Cm) Finishing
Ragam
Hias
1.
Tempat tisu
P = 25 L = 15 T = 12
Cat Impra clear gloss dan doop
A. Router
2.
Tepak sirih
P = 30/24 L = 24/14 T = 15
Cat impra clear gloss dan doop
Bunga Cengkeh
208 Bambang Sungkowo
No Nama Produk Fungsi Produk Ukuran
(Cm) Finishing
Ragam
Hias
3.
A B
Kotak serbaguna
P = 40 L = 22 T = 15
Cat impra clear gloss dan doop
A. Motif Naga berjuang B. Motif kaluk paku
4.
Tabak Tempat nasi kuning
A: P = 20 x 20 x 10 B: P = 25 x 25 x 10 C: P = 30 x
30 x 10
Cat impra dengan wood stain tea brown + clear gloss dan doop
A, B, C Motif lilit kangkung
5.
A B
Baki, untuk menghidangkan air minum
P = 35 L = 25 T = 6
Cat impra warna natural top coat clear gloss dan doop
A Motif bunga kundur B Motif daun
sirih
6.
Tempat Perhiasan
P = 10 L = 10 T = 6
Cat impra warna tea brown top coat clear gloss dan doop
Tidak ada menerapkan ragam hias
7.
Mangkok Tempat Buah
Oval P = 35 L = 25
T = 6
Cat impra warna natural top coat clear gloss dan
doop
Tidak ada menerapkan ragam hias
8. Tempat Koran Dan Majalah
P = 45 L = 20 T = 35
Cat impra warna natural top coat clear gloss dan doop
Tidak ada menerapkan ragam hias
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 209
No Nama Produk Fungsi Produk Ukuran
(Cm) Finishing
Ragam
Hias
9.
Bubutan kayu Untuk pas bunga
D = 10 T = 25
Cat impra warna rotan dengan top coat clear gloss dan
doop
A Stilasi bunga kecubung
10.
Bubutan kayu Untuk pas bunga Bubutan kayu
D = 10 T = 25
Cat impra warna natural dengan top coat clear gloss dan doop
Cat impra Warna
Tekstur
Tabel 2 Spesifikasi Jenis Produk Cinderamata.
No Nama Produk Fungsi Produk Ukuran
(Cm) Finishing Ragam Hias
11.
B B
Benda hiasan di
atas meja kerja
P = 15
L = 5 T = 20 t = 1,2
Cat impra
warna rotan dengan top coat clear gloss dan doop
A.
Selembayung B. Roda gigi C. Logo PLN
12.
AA B B
Benda hiasan yang berfungsi sebagai tempat pena
P = 15 L = 5
T = 25 t = 1,2
Cat impra warna rotan
dengan toop coat clear gloss dan doop
A. Selembayung dua balam stenegger
B. Lebah bergantung
13.
Benda hiasan yang berfungsi sebagai tempat pena
P = 10 L = 5
T = 15
Cat impra warna rotan dengan toop
coat clear gloss dan doop
Layar Lancang Kuning
210 Bambang Sungkowo
No Nama Produk Fungsi Produk Ukuran
(Cm) Finishing Ragam Hias
14.
Benda hiasan
P = 45 L = 5
Cat akrilik dengan toop coat clear
gloss dan doop
Bagian haluan diberi hias selembanyung
15.
Benda Hias
P = 50 D = 20 t = 2
Pelitur
Kaligrafi Arab
16.
Asbak Rokok
P = 20 L = 20 t = 3
Teak wood
Kaluk paku dan Bunga matahri
17.
Tempat Pena
P = 15 L = 5 T = 20
Cat impra warna tea brown dengan top coat clear gloss dan doop
Candi Muara Takus Rumah Lontik [7]
18.
Tatakan Al-Qur’an
P = 35 L = 20 t = 2.5
Cat akrilik dengan tekni sungging
Kaluk Paku danTampuk Manggis
19
Hias dinding
P = 45 L = 25 t = 3
Cat akrilik dan cat impra
Motif kelopak jambu air Dipadukan
dengan pucuk rebung
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 211
6.3 Segi Bentuk Produk Kerajinan Kayu
Produk kerajinan yang menjadi objek utama pada penelitian ini adalah produk
wadah untuk keperluan upacara adat. Produk wadah sebagaimana yang telah disebutkan terdiri dari: tepak sirih, tabak, kotak serbaguna dan baki, namun
yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah produk tepak sirih dan tabak
yang digunakan sebagai wadah untuk keperluan upacara adat.
Tujuan melakukan analisa tersebut di atas adalah untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari masing-masing produk yang dihasilkan sebagai bahan masukan
atau pertimbangan untuk perajin dalam membuat produk dimasa yang akan
datang. Adapun aspek-aspek yang akan dianalisa meliputi aspek bentuk, aspek material dan aspek fungsi. Dari ketiga aspek tersebut, akan dilihat apakah ada
aspek yang dapat mengangkat citra daerah. Untuk melakukan analisa produk
kerajinan kayu dalam kaitan ini digunakan akan diuraikan sebagai berikut yaitu:
6.3.1 Tepak Sirih
1) Bentuk
Secara visual bentuk tepak sirih yang dibuat oleh perajin pada saat ini masih
berpedoman pada bentuk produk yang lama yaitu bentuk trapesium, dengan
ukuran bagian atas 14 cm x 24 cm dan bagian bawah 24 cm x 30 cm dengan tinggi 15 cm. Namun jika mengacu pada ukuran tepak sirih peninggalan
kerajaan Siak, ukuran tersebut tidak proporsional terutama pada ukuran
kemiringan. Ukuran kemiringan tepak peninggal raja Siak 2 : 5. Sedangkan tepak yang ada sekarang ini 3 : 5. Mengingat tepak sirih produk budaya yang
perlu dilestarikan keberadaanya maka dalam membuatnya harus mengikuti
ketentuan terutama berpedoman dari produk yang telah ada. Bentuk trapesium merupakan bentuk segi-empat dimana bagian bawah lebih lebar dari pada
bagian atas sehingga kuat untuk menahan beban dari atas. Bentuk tersebut
memberikan pengertian kekuatan dan keseimbangan kepada masyarakat
Melayu. Kekuatan dalam hal ini diekspresikan dengan bidang lebar bagian
212 Bambang Sungkowo
bawah, yang merupakan bagian masyarakat Melayu secara luas. Sedangkan
bagian atas memiliki bidang yang lebih kecil dari pada bagian bawah jika
diperpanjang akan membentuk bidang runcing. Hal ini memberi pengertian
bahwa dengan dasar persatuan yang kuat akan mencapai tujuan yang dicita-citakan. Cita-cita tersebut adalah persahabatan dan kedamaian yang
menghasilkan persatuan yang kuat.
Bidang lengkung bagian bawah dimaksudkan untuk memperindah tampilan produk, dalam hal ini justru menimbulkan kesan yang kurang sopan. Jika
diamati secara teliti dan seksama bidang lengkung tersebut membentuk seperti
posisi orang yang sedang jongkok, sehingga memberikan kesan negatif terhadap
penilaian sebuah produk budaya. Oleh karena itu dalam pembuatan produk yang akan datang bidang lengkung tersebut harus dihilang, jika tetap menggunakan
bidang tersebut harus dibuat dengan bentuk yang mengambil motif kubah.
2) Material
Untuk membuat produk tepak sirih digunakan kayu jelutung. Dalam ilmu bahan
bangunan kayu jelutung/kayu pulai termasuk jenis kayu lunak dan ringan
sehingga tidak tahan terhadap serangan rayap dan cepat lapuk. Mengingat masa pemakaian produk ini cukup lama, maka bahan baku yang digunakan harus
dipilih dari kayu yang keras dan tahan terhadap serangan rayap seperti, kayu
balam, kayu sungkai dan kayu rengas. Jenis kayu tersebut memiliki tekstur
serat dan warna kayu yang bagus. Dalam pembuatan sebuah produk bahan harus menjadi pertimbangan utama, sebab bahan juga merupakan suatu pertimbangan
konsumen untuk membeli sebuah produk. Pertimbangan inilah kiranya yang
harus menjadi perhatian pengrajin untuk beralih dari menggunakan kayu jelutung / kayu lunak ke kayu yang keras.
3) Fungsi
Secara adat tradisi fungsi tepak sirih tidak mengalami perubahan yaitu sebagai
tempat daun risih, gambir, pinang dan kacip. Kacip adalah sejenis gunting yang digunakan untuk mengupas buah pinang. Dalam masyarakat Melayu Riau
fungsi tepak sirih secara simbolik mengandung makna keterbukaan, ramah, dan
mau menerima siapa saja tanpa memandang suku bangsa dan agama. Berdasarkan fungsi produk sebagai pewadahan untuk keperluan upacara adat di
masyarakat Melayu Riau, dalam hal ini mengindikasikan bahwa tradisi
kebudayaan yang diwariskan dari lehulur masih tumbuh dan dijunjung tinggi oleh masyarakat pendukungnya.
Dari perjalanan waktu ke waktu tepak sirih selain sebagai benda wadah untuk
keperluan adat, kini tepak sirih digunakan sebagai cinderamata bagi wisatawan
ataupun tamu pemerintah daerah yang berkunjung ke Pekanbaru. Sebagai
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 213
produk cinderamata, tepak sirih dalam hal ini baik fungsi, maupun makna
simbolik ragam hias yang diterapkan tidak mengalami perubahan dalam arti
tetap sebagai produk wadah untuk keperluan upacara adat. Dari hasil keterangan
tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa produk tepak sirih dalam fungsinya sebagai cinderamata memiliki misi sebagai media untuk
mempromosikan hasil budaya daerah terutama, ragam hias tradisional Melayu
Riau kepada masyarakat secara luas. Selain sebagai media pomosi, tepak sirih memiliki nilai komersial, dalam arti produk tersebut kini bukan saja berfungsi
sebagai perlengkapan upacara adat untuk menyambut tamu tetapi secara
komersial telah dijadikan sebagai benda cinderamata khas Pekanbaru.
6.3.2 Tabak
1) Bentuk
Bentuk tabak amat bervariasi, namun secara umum berbentuk trapesium yaitu
besar bagian bawah dan semakin keata semakin mengecil. Tabak terdiri dari
tiga bagian yaitu atas, tengah dan bawah dengan ukuran berbeda-beda. Tiga bagian tersebut melambangkan tiga kehidupan yaitu kehidupan di dunia,
kehidupan di alam kubur dan kehidupan di alam akhirat. Tiga tingkatan
kehidupan tersebut merupakan penggambaran dan sekaligus sebagai nasehat bagi masyarakat Melayu Riau agar selalu ingat kepada Allah. Bentuk tabak
tersebut jika dikaitkan dengan fungsinya sebagai tempat nasi kuning yang diberi
hiasan telur dan bunga kertas yang dijadikan hiasan pada alat pelaminan, sangat mendukung dan sesuai. Sesuai dalam hal ini terkait dengan nasehat adanya tiga
kehidupan yang dapat mengingatkan kedua penganting harus selalu patuh dan
taat menjalankan perintah Allah.
214 Bambang Sungkowo
2) Material
Penggunaan material pada setiap produk akan berpengaruh terhadap hasil
akhir. Semakin baik material yang digunakan semakin baik kualitas produk
yang dihasilkan. Demikian juga dengan penggunaan material untuk membuat Tabak. Mengingat kegunaan tabak sebagai wadah untuk nasi kuning yang
cukup berat , untuk itu tabak harus dibuat dari bahan kayu yang kuat dan tahan
terhadap beban sehingga usia pemakaiannya tabak dapat bertahan lama.
Kenyataan ini sangat berbeda dengan kondisi tabak yang ada sekarang. Tabak
dibuat dari bahan kayu campuran yaitu, untuk lantai digunakan papan meranti
tebal 2,5 cm tetapi untuk kotak diatasnya dibuat dari kayu jelutung dengan alas
dibawahnya triplek 3 mm. Sifat triplek tidak tahan terhadap air, sedangkan kayu jelutung tidak tahan terhadap rayap. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan material pada produk tabak didasarkan pada harga bahan yang
murah dan mudah dalam pengerjaan tanpa, mempertimbangkan kekutan dan usia pemakaian produk, dengan kata lain penggunaan material untuk tabak
didasarkan pada kebutuhan komersial untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
3) Fungsi
Tabak adalah produk wadah yang digunakan untuk tempat nasi kuning yang di
atasnya diberi hiasan telur dan bunga kertas dengan berbagai warna. Tabak
dalam masyarakat Melayu Riau berfungsi sebagai elemen dekorasi pada perangkat pelaminan. Tabak diletakkan didepan sebelah kanan bawah atau
dilantai tepat didepan penganting bersanding. Fungsi tabak sampai saat ini
belum mengalami perubahan dalam arti masih tetap digunakan sebagai tempat nasi kuning pada acara adat perkawinan di masyarakat Melayu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi tabak sebagai unsur
dekorasi pada pelaminan memikili peran yang sangat penting, dalam arti
sebagai media untuk menyampaikan pesan dan nasehat kepada kedua pengantin, jika merujuk pada tiga tingkatan dari bentuk tabak yang memiliki arti
tiga kehidupan.
7 Peran Ragam Hias Pada Produk Tepak Sirih dan Tabak
Sebagai industri kerajinan kayu yang dipercaya untuk membuat produk
kerajinan khas Riau dalam membuat produk kerajinan, perajin Sentra Melayu
Riau Souvenir selalu menerapkan ragam hias tradisional sebagai elemen dekorasi produk.
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 215
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, peran ragam hias tradisional Melayu
pada produk kerajinan kayu dalam konteks ini pada prinsipnya bertujuan untuk
meningkatkan nilai keindahan pada produk dalam rangka meningkatkan
volume penjualan. Namun yang lebih penting dari penerapan ragam hias tradisional pada produk tepak sirih dan tabak adalah untuk memberikan makna
simbolik sesuai dengan fungsinya sebagai pewadahan untuk keperluan upacara
adat.
7.1 Peran Ragam Hias Sebagai Identitas Budaya Daerah
Untuk melakukan analisa peran ragam hias pada produk kerajinan kayu, sebagai
identitas budaya, mengacu pada makna simbolik ragam hias tradisional Melayu, dengan cara mengkorelasikan peran ragam hias pada produk kerajinan kayu
yang ada, sehingga diketahui apakah ragam hias yang diterapkan pada produk
sesuai atau tidak. sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pembuatan produk dimasa mendatang.
Peran ragam hias sebagai identitas budaya, memiliki nilai implisit (simbolik)
yang ada hubungannya dengan pandangan hidup dari masyarakat,. Nilai
tersebut mengacu pada sifat-sifat asal dari setiap benda atau makluk yang dijadikan motif yang dipadukan dengan nilai-nilai luhur dalam agama Islam.
Oleh karena itu penempatan ragam hias harus berpedoman pada nilai simbolik
ragam hias dan kegunaan produk, dengan demikian dalam penerapannya harus mengikuti pattern (pola) yang ada, terutama hubungan antara makna simbolik
ragam hias tradisional dengan produk kerajinan yang dibuat. Karena
penempatan ragam hias yang tidak sesuai dengan produk yang akan diberi dekorasi, akan mengurangi nilai secara inplisit pada produk itu sendiri. Contoh,
produk tepak sirih sebagai hasil produk budaya masyarakat Melayu Riau yang
digunakan untuk tempat daun sirih, gambir, pinang dan gunting untuk
dipersembahkan kepada tamu pada rangkaian upacara adat tradisi dalam penyambutan tamu, akan berubah maknanya secara implisit jika pada produk
tersebut ditempakan ragam hias naga berjuang [8].
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ragam hias yang selalu diterapkan pada produk kerajinan kayu untuk jenis produk wadah untuk keperluan upacara
adat pada saat ini, sebagian besar menggunakan ragam hias yang bersumber dari
flora, seperti ragam hias kaluk paku, ragam hias bunga cengkeh dan ragam hias
bunga kundur. Ragam hias tersebut merupakan ragam hias tradisional Melayu Riau yang diadopsi dari jenis flora yang ada di Propinsi Riau.
Dari analisa yang dilakukan terhadap produk yang dijadikan obyek dalam
penelitian ini, penempatan ragam hias pada produk tepak sirih dan tabak sudah sesuai dengan kandungan makna simbolik, yang dianggap telah mencerminkan
216 Bambang Sungkowo
salah satu identitas budaya Melayu Riau. Tetapi jika mengacu pada produk
tepak sirih peninggalan kerajaan Siak, berdasarkan nilai estetis keindahan pada
produk penerapan ragam hias masih sangat jauh dari yang diharapkan. Oleh
karena itu untuk pembuatan produk yang akan datang perlu dilakukan pemilihan ragam hias yang lebih kreatif sehingga menghasilkan produk yang berkualitas
dan memiliki makna yang relevan antara ragam hias dan fungsi produk.
Tabel 3 Makna Simbolik Ragam Hias Pada Produk Kerajinan.
No Jenis Produk
Peran Ragam Hias Sebagai Identitas Budaya
Peran/Tujuan Kelompok Nama Asal Simbol
1.
Tepak Sirih
Ukuran Produk Panjang :
30/24 Lebar : 24/14 Tinggi : 15 Fungsi : Sebagai tempat sirih Material : Kayu jelutung Teknik
pengerjaan 1. Kerja
bangku 2. Ukiran
langsung 3. Ukiran
tempel
Pasar: 1. Harga Rp
45.000,- 2. Untuk
pasar regional
Animo
Masyarakat Penggunaan tepak sirih
Sebagai Unsur
Dekorasi produk yang memiliki makna simbolik
Flora
Jenis kuntum bunga
Bunga
cengkeh
Melayu
Riau diadopsi dari motif bunga cengkeh
● Motif
Sebagai simbol kasih sayang, kecucian, persahabatan, ketulusan, kehalusan budi pekerti dan kelembutan hati
Melihat penggunaan tepak sirih untuk upacara adat merupakan simbol dari sikap ramah tamah, mau menerima
siapa saja, sikap terbuka, dan menjaga persahabatan `maka,makna simbolik motif bunga cengkeh yang diterapkan
dapat, mendukung penggunaan tepak sirih. ● Warna dasar Coklat sebagai simbol tanah
yang memiliki makna kesuburan,
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 217
No Jenis Produk
Peran Ragam Hias Sebagai Identitas Budaya
Peran/Tujuan Kelompok Nama Asal Simbol
sebagai wadah untuk keperluan
upacara adat, mendapat sambutan dari masyarakat sangat bagus. Sementara segmen juga sangat bagus,
terbukti dari data penjualan showroom Dekranasda Propinsi Riau, didukung dengan data-data jenis
produk dari industri.
kemakmuran Penggunaan warna coklat
terkait dengan kekayaan dan kemakmuran masyarakat Melayu yang diekspresikan melalui upacara adat.
Catatan: Kelemahan
1. Penyusunan motif hiasan pada bagian sudut produk masih kosong sehingga terkesan minim ornament.
2. Desain bentuk motif tidak mengikuti bentuk dan ukuran produk, ini terlihat dari perbandingan panjang dan lebar motif Kayu yang digunkan mudah dimakan rayap/cepat lapuk.
Kelebihan
1. Penerapan motif sesuai dengan penggunaan tepak sirih sebagai wadah untuk untuk keperluan upacara adat
2.
Tabak
Ukuran Produk:
Panjang: 20,25,30 cm Lebar: 20,25,30 cm
Sebagai Unsur
Dekorasi produk yang memiliki makna simbolik
Flora
Jenis sulur
Lilit
kangkung
Melayu
Riau diadopsi dari tumbuhan kangkung.
● Motif
Sebagai simbol semangat dalam menjalani hidup, terus berjuang pantang menyerah. Makna simbolik dari motif ini
memberi pesan bahwa hidup ini banyak tantangan dan rintangan
218 Bambang Sungkowo
No Jenis Produk
Peran Ragam Hias Sebagai Identitas Budaya
Peran/Tujuan Kelompok Nama Asal Simbol
Tinggi : 10,10,10 cm
Fungsi : Sebagai tempat nasi kuning untuk dekorasi penghias
pelaminan Material : Kayu Jelutung dan kayu rengas. Teknik
Pengerjaan 1. Ukiran
langsung 2. Ukiran
temple Pasar : Harga Rp
125.000/pc Untuk Regional
yang perlu diperjuangkan.
● Warna dasar Coklat sebagai simbol tanah yang memiliki makna kesuburan, kemakmuran
Penggunaan warna coklat terkait dengan kekayaan dan kemakmuran masyarakat Melayu
Catatan: Kelemahan
Penggunaan jenis ragam hias sebagai unsur dekorasi produk tabak, terlalu sederhana sehingga
terkesan produk murahan
Desain bentuk ragam hias tidak mengikuti bentuk dan ukuran produk, sehingga masih terdapat
bidang kosong
Kayu yang digunakan mudah dimakan rayap/cepat lapuk.
Ragam hias tidak variatif
Kelebihan
Penerapan ragam hias sesuai dengan penggunaan tabak sebagai penghias alat pelaminan.
Finishing menggunakan cat impra, sehingga produk tahan terhadap serangan rayap
Peran Ragam Hias Tradisional Melayu Riau 219
7.2 Peran Ragam Hias Tradisional untuk Meningkatkan Volume
Penjualan Produk Kerajinan
Agar produk kerajinan yang dihasilkan Sentra Melayu Riau Souvenir memiliki
keunggulan yang kompetitif sebagai modal utama dalam memasuki pasar
diperlukan pemahaman secara menyeluruh dari semua aspek yang dapat
menunjang terciptanya produk kerajinan yang unggul. Diantanya adalah dengan cara mengembangkan gagasan karya, yaitu mencari kemungkinan
alternatif pola penempatan, olah bentuk dan olah warna ragam hias produk
kerajinan yang dapat diterima pasar sebagai produk potensial.
Kemungkinan alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka menghasilkan
produk kerajinan yang unggul satu diantaranya adalah dengan memanfaatkan
ragam hias tradisional sebagai dekorasi produk. Dalam konteks ini ragam hias
tradisional dimanfaatkan sebagai sumber kreatifitas untuk menghasilkan produk kerajinan yang bervariatif (diversifikasi) sehingga, konsumen akan memiliki
banyak pilihan terhadap produk yang diinginkan Diversifikasi produk kerajinan
dilakukan mengingat kemungkinan adanya kejenuhan dari konsumen terhadap produk kerajinan yang ditawarkan, sehingga berdampak pada daya beli.
Diversifikasi dapat berupa produk baru ataupun produk lama dengan cara
dimodifikasi ragam hias, material dan bentuk.
Dalam melakukan diversifikasi produk kerajinan untuk meningkatkan volume
penjualan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh perajinan Sentra Melayu Riau
Souvenir. Adapun cara atau langkah-langkah untuk melakukan diversifikasi
terhadap hasil produk kerajinan Sentra Melayu Riau Souvenir pada saat ini yaitu, melakukan olah penempatan ragam hias, olah bentuk ragam hias dan olah
pewarnaan/finishing.
8 Kesimpulan
Sentra Melayu Riau Souvenir merupakan industri kerajinan kayu di Pekanbaru
yang memproduksi benda wadah untuk keperluan upacara adat seperti tepak
sirih dan tabak. Dalam menjalankan usaha sebagai perajin yang memproduksi benda pewadahan, Sentra Melayu Riau Souvenir mengalami berbagai
permasalahan terkait dengan pengetahuan tentang peran ragam hias sebagai
unsur dekorasi pada produk. Namun demikian berdasarkan hasil analisa yang dilakukan pada produk tepak sirih dan tabak dapat disimpulan sebagai berikut:
Dari produk pewadahan untuk keperluan upacara adat ternyata penempatan
ragam hias memiliki makna simbolik yang dapat mendukung fungsi ataupun
kegunaan produk, artinya makna simbolik ragam hias yang terdapat pada produk pewadahan memiliki makna simbolik yang sama dengan ragam hias
220 Bambang Sungkowo
yang terdapat pada produk pewadahan hasil peningglan kerajaan Siak. Dengan
demikian ragam hias yang ditempatkan pada produk tepak sirih dan tabak yang
ada sekarang ini dapat digunakan sebagai unsur dekorasi yang memiliki makna
simbolik.
Peran ragam hias tradisional Melayu Riau dalam rangka meningkatkan jumlah
varians produk pewadahan untuk keperluan upacara adat, belum dimanfaatkan
secara optimal oleh perajin yang ada di Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produk pewadahan yang yang ada sekarang ini, memiliki kesamaan
ragam hias dengan jenis produk yang lain, artinya satu jenis ragam hias
digunakan untuk menghias beberapa jenis produk
Dapat disimpulkan bahwa ragam hias sebagai sumber kreatifitas bagi perajin untuk menghasilkan varian produk dalam rangka meningkatan volume
penjualan produk belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: peran lembaga pendidikan yang lebih berkompeten dalam pelestarian budaya daerah, belum menyentuh sampai ke perajin sehingga
perbendaharaan perajin terhadap jenis ragam hias tradisional Melayu yang
ditempatkan pada produk kerajinan kayu sangat sedikit.
Daftar Pustaka
[1] Yudoseputro,Wiyoso. 1983. Seni Kerajinan Indonesia, Proyek
Pengadaan Buku Dirjendikdasmen Depdikbud.
[2] Selamat Isa, Muhammad. 2001. Gagasan Pembangunan & Kekuatan
Jatidiri: Riau Menuju Jalan Puncak, Pusat Kajian Warisan Melayu Riau, Bengkalis.
[3] Marizar, Eddy S.. 2005. Designing Furniture: Teknik Merancang Mebel
Kreatif, Media Pressindo, Yogyakarta.
[4] Yusuf, Yusmar. 1996. Gaya Riau Sentuhan Fenomenologis Budaya
Melayu di Tengah Globalisasi, Pusat Pengkajian Bahasa Dan
Kebudayaan Melayu, Universitas Riau, Pekanbaru.
[5] Ghalib, Wan. 1991. Umar, Said Mahmud dan Kadir, Moh. Daud, Adat
Istiadat Melayu Riau Di Bekas Kerajaan Siak Sri Inderapura, Lembaga Adat Daerah Riau Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Riau,
Pekanbaru.
[6] Hasan, Bachtiar. 2002. Manajemen Industri, Pustaka Ramadhan,
Bandung.
[7] Dekranasda Propinsi Riau. 2005. Data Hasil Penjualan Cinderamata.
[8] Malik, Abdul. 2003. Corak dan Ragi Tenun Melayu Riau, Adicita Karya
Nusa, Yogyakarta.