PERAN INDONESIA DALAM MENDORONG INTEGRASI · PDF fileTerkait pembentukan ASEAN Community,...
Transcript of PERAN INDONESIA DALAM MENDORONG INTEGRASI · PDF fileTerkait pembentukan ASEAN Community,...
1
PERAN INDONESIA DALAM MENDORONG INTEGRASI ASEAN: ANALISIS PERAN
PEMBANGUNAN IDENTITAS DALAM PEMBENTUKAN MASYARAKAT ASEAN.
Adhitya Choirul Latif [1]
ABSTRACT
The Indonesian Government’s role in enforcing ASEAN integration process will be the main topic of this research. Government’s role will be focused in internal effort related to ASEAN identity building in the community, and then kind of role that the goverment has been done, also kind of interest that underlie the role of passage.
This research uses a qualitative approach with data collecting technique in the form of literature study and interview. The conceptual framework of this research departs from the analysis of national identity, collective identity, and the role of diplomacy that afforded by Indonesian government’s.
The ASEAN community is likely to be a new spot of The Association of Southeast Asia Nations journey to create an integration in this region. By the process, the the establishment of the ASEAN community certainly cannot be run centrally by the ASEAN Secretariat, in which the member countries have a duty to perform the role of the development of this community together. Indonesia steps in realizing the developmental role of ASEAN integration will be discussed further in line with the ideals of ASEAN to establish a community-based organization, the 'People Centered ASEAN’.
Keywords: Indonesia, ASEAN Community, Collective Identity, National Interest, People Centered ASEAN.
[1] NIM D0412004, Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pendahuluan
ASEAN (Association of South East Asia Nations) merupakan
perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang dibentuk oleh lima Negara di
kawasan Asia Tenggara yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. Pendirian ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi
Bangkok pada tahun 1967. Pembentukan ASEAN secara umum didasarkan atas
adanya kepentingan dan keyakinan bersama di antara negara-negara yang
berada di Kawasan Asia Tenggara, akan perlunya gagasan untuk
memperkokoh solidaritas dan kerja sama regional dalam upaya mewujudkan
2
stabilitas di kawasan Asia Tenggara melalui kerja sama politik, ekonomi dan
sosial budaya dalam menunjang pembangunan nasional masing-masing
anggotanya.1
Deklarasi Bali Concord II, yang diadopsi dalam KTT ASEAN ke-9 di Bali
pada Oktober 2003, merupakan tonggak yang menandai perkembangan
komunitas regional ASEAN, deklarasi ini menyetujui pembentukan ASEAN
Community (Komunitas ASEAN) pada tahun 2020, dimana dalam
perkembangannya kemudian target tersebut dipercepat menjadi tahun 2015
setelah di tandatanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the
Establishment of an ASEAN Community by 2015” oleh para Pemimpin ASEAN
pada KTT ASEAN Ke-12 di Filipina pada Januari 2007. Pembentukan Komunitas
ASEAN merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk menguatkan integrasi
ASEAN.2 Dalam susunannya terdapat 3 pilar yang disepakati sebagai bagian
dari pembentukan ASEAN Community 2015, yaitu ASEAN Economic
Community (AEC), ASEAN Political Security Community (APSC) dan ASEAN
Socio- Cultural Community (ASCC).
Terkait pembentukan ASEAN Community, semangat keberagaman
(Unity in Diversity) dibentuk dalam upaya untuk mengarahkan negara-negara
ASEAN yang mempunyai keanekaragaman identitas kedalam sebuah
pembentukan identitas regional di ASEAN. Upaya penting dalam menjunjung
semangat keberagaman juga termaktub dalam ASEAN Charter, yang mana
terdapat prinsip bagi ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya untuk
menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh
masyarakat ASEAN, dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat
persatuan dalam keanekaragaman.
Untuk mewujudkan sebuah masyarakat ASEAN yang stabil, diperlukan
suatu kerangka dalam upaya konstruksi kepentingan bersama yang dapat kita
1 Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang edisi ke-19, 2010, Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia, 2010, hal 2. 2 Ibid, hal 6.
3
lihat kedalam sebuah ide pembentukan Identitas ASEAN. Terkait upaya
tersebut, dalam cetak biru pembentukan komunitas social budaya ASEAN,
khususnya pada poin E, terdapat Lima puluh butir elemen-elemen action lines
yang disiapkan untuk membangun Identitas ASEAN dalam sisi masyarakat.
Berhubungan dengan itu pula pentingnya Identitas ASEAN dalam
pembentukan integrasi masyarakat regional kembali dipertegas dalam ASCC
Blueprint di mana pada poin ke-42 disebutkan bahwa:
“The ASEAN identity is the basis of Southeast Asia’s regional interests.
It is our collective personality, norms, values and beliefs as well as
aspirations as one ASEAN community. ASEAN will mainstream and
promote greater awareness and common values in the spirit of unity in
diversity at all levels of society.”3
Merujuk pada hal tersebut Identitas ASEAN merupakan dasar dari
kepentingan regional Asia Tenggara, dimana hal ini merupakan norma, nilai,
kepercayaan bersama dalam Komunitas ASEAN yang satu, maka daripada itu
ASEAN berkomitmen untuk selalu mempromosikan kesadaran dan nilai-nilai
kebersamaan dalam semangat unity in diversity pada semua level masyarakat.
Melalui landasan tersebut masing-masing negara anggota ASEAN
mempunyai kewajiban untuk menunjang terbentuknya identitas masyarakat
masyarkat Asia Tenggara, menuju berjalannya Komunitas ASEAN yang akan
dimulai pada 31 desember 2015. Upaya dalam pembangunan identitas ASEAN
tentunya tidak hanya dikerjakan secara tersentral oleh ASEAN, dimana untuk
menjangkau pengenalan komunitas ASEAN kepada semua lapisan masyarakat
di setiap negara, masing-masing member states diberikan tanggung jawab
untuk menjalankan proses pembangunan identitas dengan menginstruksikan
pemerintah dari setiap negara anggota untuk mengimplementasikan
“strategic objective” yang telah disepakati guna mendukung upaya
pengenalan dan pembentukan Komunitas ASEAN. Dengan adanya fakta ini
3 Ibid, hal 20.
4
maka diketahui bahwa pemerintah Indonesia juga turut berupaya dalam
menjalankan tugas untuk mendukung proses ASEAN Identity Building.
Dalam upaya penguatan integrasi regional ASEAN, khususnya dalam
upaya pembangunan identitas ASEAN, Indonesia melakukan beberapa upaya
diplomasi yang dilakukan guna mendukung upaya dalam pembentukan
community building di ASEAN. Upaya diplomasi ini lanjut, tidak hanya dimaknai
sebagai upaya untuk mempengaruhi target public di negara lain, namun tetapi
juga untuk mempengaruhi target public di dalam negeri, dimana dijelaskan
oleh mantan Menteri Luar Negeri RI Hasan Wirajuda bahwa “berbeda dengan
upaya diplomasi public yang dilakukan berbagai negara lain yang hanya
berurusan dengan public di negara lain, maka Diplomasi Publik Indonesia juga
diarahkan untuk komunikasi dengan aktor-aktor non-pemerintah dan public
dalam negeri”.4
Pembangunan Identitas ASEAN pada prakteknya tidak hanya
dimaknai untuk menjangakau pengenalan terhadap ASEAN itu sendiri, namun
juga menjangkau pemahaman dimana ASEAN merupakan sebuah kesatuan
regional yang menyatu sebagai sebuah kesatuan masyarakat ASEAN yang
harmonis dan saling peduli dengan segala latar belakang karakteristiknya yang
beraneka ragam sebagai mana dengan motto ASEAN yaitu, One Vision, One
Identity, One Community.5
Momentum dalam upaya penguatan Identitas ASEAN tentunya
menjadi sebuah tantangan baru bagi pemerintah, khususnya dalam
4 Hassan wirajuda. Pidato Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada lokakarya Nasional
diplomasi public. Bandung 6 desember 2006 5 Indonesia Pertegas Peran Aktif Wujudkan ASEAN Community, http://www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lang=id&id=2604&type=3#.V5WorVR97IU Diakses pada 17 Juni 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
5
kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pandangan
umum tentunya terdapat sebuah pertanyaan, pertama, apakah Indonesia
sudah siap dalam menghadapi integrasi regional ASEAN, utamanya dalam
langkah untuk membentuk sebuah identitas kolektif dalam tatanan
mayarakatnya? Kedua, apakah identitas yang terbangun antara masyarakat di
negara-negara ASEAN akan memungkinkan hadirnya sebuah kepentingan
kolektif nasional dan kepentingan regional yang dibentuk dalam upaya
penguatan identitas ASEAN?6 Langkah-langkah yang dilakukan Indonesia
tentunya akan berjalan sesuai dengan Kepentingan nasionalnya dimana,
langkah yang ada akan dipilih secara rasional untuk menghindari konsekuensi
akan ancaman-ancaman yang dapat muncul kedepan.
Maka dengan melihat relevansi dari penjelasan tersebut, penelitian ini
akan mencoba untuk menganalisis pandangan serta kepentingan nasional
Indonesia dalam mendorong regionalisme ASEAN, khususnya terkait dengan
pengaruhnya terhadap pengambilan peran yang dilakukan Indonesia untuk
membangun Identitas ASEAN. Penelitan ini juga akan mengaitkan aspek
kepentingan nasional Indonesia dengan identitas kolektif yang menjadi fokus
dalam hadirnya integrasi regional yang dapat mempengaruhi dan
mengkonstruksi hubungan perilaku antar negara.
Fokus permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai Kepentingan
Indonesia dalam mendorong penguatan identitas ASEAN. Peran yang akan
dibahas akan berfokus kepada peran Indonesia secara internal dalam
mendorong integrasi ASEAN dalam lingkup masyarakat. Dengan adanya acuan
diatas maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah,
Mengapa Indonesia Melakukan Peran Secara Aktif dalam Mendorong
Penguatan Identitas ASEAN ?
Identitas ASEAN dan urgensi kedepan
6 Zhikica Zach, Public Diplomacy of Multilateral Organizations: The Cases of NATO,EU, and ASEAN. Los Angeles: Figueroa Press, 2015, hal 17.
6
Regionalisme yang kuat didasari atas adanya rasa pengenalan dan
rasa kepemilikan yang mengikat. Rasa kesatuan tersebut tercipta dari adanya
sebuah identitas bersama. Identitas bersama akan secara sistemik
menyatukan masyarakat yang mungkin memiliki latar belakang yang berbeda
dari setiap negara-negara anggota. Sebuah identitas bersama dapat
didasarkan atas sebuah hubungan kultural, sejarah, dan geografi yang tentu
merupakan elemen fundamental yang dapat digali dari setiap negara.
Identitas bersama menjadi sebuah perekat yang akan menjaga keutuhan
regionalisme suatu kawasan, dengan diterimanya suatu identitas bersama,
masyarakat kemudian akan tergerak secara konstruktivis untuk mendukung
kegiatan dan membuat suatu kebijakan sesuai dengan prinsip dan nilai
bersama.
Dalam buku ASEAN Selayang pandang disebutkan bahwa identitas
ASEAN terdiri dari beberapa poin simbol yang diantaranya adalah bahasa,
motto, bendera, lambang, lagu, dan ASEAN Day, hari dimana ASEAN
diperingati, yaitu tepatya pada tanggal 8 Agustus. Dalam uraiannya juga
dijelaskan bahwa bahasa kerja dari ASEAN merupakan bahasa inggris,
sementara moto dari ASEAN adalah ASEAN One Vision, One Identity, One
Community. Dalam penjabaran tersebut tentunya notasi dari Identitas ASEAN
masih dirasa jauh dari sebuah kata ideal, dimana dapat dilihat bahwa tidak ada
petunjuk yang secara gamblang menjelaskan nilai-nilai serta elemen apa yang
akan dibangun oleh masyarakat ASEAN Kedepan.
ASEAN Charter yang pada dasarnya merupakan rujukan utama
berjalannya ASEAN pun belum dapat menguraikan makna dari Identitas
ASEAN itu sendiri, pada poin Identitas ASEAN yang terdapat dalam pasal ke 35,
Identitas ASEAN pun hanya dijabarkan dengan kalimat “ASEAN wajib
memajukan identitas bersama ASEAN dan rasa memiliki antar rakyatnya dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan nilai bersama”,
sementara dalam Pasal ke 1 poin ke 14 disebutkan bahwa tujuan dari negara
ASEAN, seperti yang terdapat dalam ASEAN Charter adalah “memajukan
7
identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan
keanekaragaman budaya dan warisan kawasan”.7
Dalam uraian kalimat diatas tentunya kita dapat melihat bahwa
Identitas ASEAN pada dasarnya merupakan suatu hal vital yang wajib
dimajukan oleh semua negara anggota ASEAN. Upaya penjunjungan identitas
ASEAN pun makin diperkuat dengan adanya ASCC Blueprint, khususnya pada
poin pembangunan identitas ASEAN, yang mana disebutkan bahwa:
“The ASEAN identity is the basis of Southeast Asia’s regional
interests. It is our collective personality, norms, values and beliefs
as well as aspirations as one ASEAN community. ASEAN will
mainstream and promote greater awareness and common values in
the spirit of unity in diversity at all levels of society.“ (ASCC
Blueprint)8
Dalam uraian diatas dapat dilihat bahwa Identias ASEAN merupakan
substansi yang sangat penting dalam berjalannya ASEAN, karena Identitas
tersebut adalah basis kepentingan dari ASEAN, namun dari kenyataan yang
ada, dapat dilihat bahwa hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa
ASEAN belum tampak memiliki keseriusan dalam merumuskan pandangannya
akan bentuk dari Identitas ASEAN itu sendiri, dimana hal ini kemudian akan
sangat memungkinkan negara-negara anggota untuk memiliki pandangan
atau definisi masing-masing terhadap Identitas ASEAN.
Menyoal hal tersebut banyak pembahas konstruktivis, seperti Amitav
Acharya, Shaun narine, dan Kristina jonsson, yang meminjam konsep
“imagined community” milik Benedict Andersson untuk menjelaskan
fenomena ini. Imagined community menjelaskan bahwa masyarakat ASEAN
adalah sebuah komunitas yang pada titik ini hanya dapat dibayangkan, hal ini
beralasan karena proses pembangunan sense of belonging oleh anggota atau
masyarakatnya masih dan akan terus berjalan hingga saat dimana masyarakat
ASEAN benar-benar saling berinteraksi dan memiliki keterikatan didalamnya.
7 ASEAN Secretariat , ASEAN Charter, Jakarta, 2008
8 ASEAN Secretariat, ASCC Blueprint, Jakarta, 2009, hal 21.
8
Dalam pandangannya Khanisa krisman, Peneliti Asia Tenggara, di
Pusat Penelitian Politik, LIPI, berpendapat bahwa “Identitas (ASEAN) yang ada
sekarang masih mencari bentuknya” dimana juga dijelaskan bahwa “Identitas
dibentuk ketika ASEAN sudah berada di tititk dimana ASEAN merasa dirinya
sebagai sebuah kesatuan masyarakat”.9 Dari penjabaran tersebut tentunya
dapat ditarik kesimpulan bahwa Identitas ASEAN merupakan suatu hal yang
masih dan akan terus dibangun oleh ASEAN kedepan sampai dengan
komunitas ASEAN dapat masuk kedalam wujudnya yang sempurna, dimana
dalam hal ini dapat diketahui bahwa masih sangat mungkin bagi Indonesia
untuk turut serta membentuk atau mengkonstruksi bagian dari Identitas
tersebut searah dengan petunjuk dari upaya penjunjungan Identitas ASEAN
yang mengacu kedalam suatu upaya untuk membangun sebuah rasa
kepemilikan (we feeling) terhadap ASEAN.
Pada dasarnya, kemudian dapat dipahami bahwa meskipun ASEAN
sendiri masih mencari sebuah bentuk ideal dalam Identitasnya, namun
Identitas ASEAN dapat dipahami sebagai suatu identitas kolektif yang mana
dapat didefinisikan sebagai "suatu kerangka dan proses di mana negara-
negara anggotanya secara perlahan mulai beradaptasi dengan adanya
“eksistensi regional” dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan
penggunaan kekuatan dalam hubungan antar negara" proses penanaman
identitas ASEAN merupakan proses dalam pembangunan kawasan regional
untuk menyiapkan tatanan yang kondusif untuk pelaksanaan program ASEAN
kedepan.10
Urgensi dari pembangunan Identitas ASEAN tentunya dapat dilihat
dengan jelas dari paparan yang sudah ada, khususnya pada poin bahwa “The
ASEAN identity is the basis of Southeast Asia’s regional interests.” Secara jelas
dalam ASCC Blueprint disebutkan bahwa Identitas ASEAN adalah dasar dari
kepentingan regional Asia Tenggara. Dengan kondisi masyarakat Asia
9 Wawancara dengan Peneliti Kajian Asia Tenggara P2P LIPI, Khanisa Krisman
10 Adler, Emanuel dan Barnett, Michael, Collective Identity and Conflict Management in Southeast
Asia, 1988. Dalam “Security Communities”,ed. Amitav Acharya, 198-227. Cambridge: Cambridge University Press.
9
tenggara yang memiliki latar belakang budaya, etnik, serta kepercayaan yang
heterogen, Identitas ASEAN akan menjadi perekat serta menjadi jembatan
dalam menyatukan perbedaan-perbedaan latar tersebut, dimana untuk
menuju masyarakat ASEAN yang People Oriented dibutuhkan sebuah
pemahaman serta mutual trust yang dibangun untuk mencapai sebuah
komunitas ASEAN yang damai, sejahtera, serta berkelanjutan, hal ini
sebelumnya juga pernah disinggung oleh mantan sekjen ASEAN, Rodolvo
Severino bahwa “without feeling a deeper towards regional identity, the
lasting stability and regional economic integration, as well as the mutual trust
needed for them, would not have been possible".11
Indonesia dalam Pusaran Masyarakat ASEAN
ASEAN dalam kedudukannya menjadi sangat penting bagi politik luar
negeri Indonesia, Dirjen Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negeri RI, I Gusti
Agung Wesaka Puja mengatakan bahwa ASEAN adalah soko guru politik luar
negeri Indonesia sejak era Presiden Soeharto hingga kepemimpinan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, dalam hal ini kebijakan luar negeri Indonesia
tentunya harus sejalan dengan prinsip ASEAN yang lebih difokuskan pada
people oriented organitation.12
Sejak awal dibentuknya ASEAN, Indonesia selalu memposisikan
ASEAN sebagai soko guru politik luar negeri Indonesia, arti penting ASEAN
bagi Indonesia terus sejalan dengan ambisi Indonesia untuk memperkuat
peran dan kepemimpinannya ASEAN. Dalam upaya untuk mempertahankan
eksistensinya di ASEAN, Indonesia perlu untuk terus memantapkan
kepimpinannya di ASEAN dan menentukan arah ASEAN ke depan.
Keberhasilan kepemimpinan Indonesia di ASEAN tersebut juga akan sangat
tergantung pada upaya menindaklanjuti komitmen Indonesia di ASEAN ke
11
Rodolfo Severino, dalam Haiyyu Darman Moenir, One Identity Towards Asean Community 2015, Procedings of International Conference On Asean Studies 2014 (ICONAS), ASEAN Studies Center UGM, Yogyakarta, 2014, hal 228. 12
ASEAN Jadi Soko Guru Politik Luar Negeri Indonesia http://news.okezone.com/read/2013/03/22/411/780253/asean-jadi-soko-guru-politik-luar-negeri-indonesia Diakses pada 20 September 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
10
dalam dukungan domestik melalui regulasi, kelembagaan, program/kegiatan
dan anggaran.
(Sumber: Guido Benny and Kamarulnizam Abdullah, Indonesian Perceptions and
Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast Asian Affairs
1/2011)
Perhatian besar Indonesia terhadap ASEAN bisa dilihat tercermin dari
besarnya angka awareness masyarakat yang secara dasar mengenal ASEAN
sebagai organisasi regional di Asia Tenggara. Seperti yang tertera dalam
survey yang dikemukakan oleh Guido Benny and Kamarulnizam Abdullah
dalam jurnal Indonesian Perceptions and Attitudes toward the ASEAN
Community pada tahun 2011, secara umum masyarakat Indonesia mengetahui
bahwa ASEAN merupakan suatu organisasi regional yang menghimpun
kerjasama antar negara-negara di Asia tenggara, hal ini terlebih karena ASEAN
sudah dikenalkan dalam beberapa mata pelajaran social bahkan sejak jenjang
sekolah dasar. Besarnya angka awareness dalam data tersebut namun tidak
semata-mata membuat Indonesia merasa lega dalam menghadapi tahun 2015
dimana komunitas ASEAN akan diluncurkan, pasalnya dibalik besarnya tingkat
awareness masyarakat terhadap ASEAN, tingkat pemahaman masyarakat
terhadap ASEAN, dan khususnya komunitas ASEAN ternyata masih sangat
rendah.
Tabel 4: Tingkat kesadaran masyarakat terhadap ASEAN
11
Tabel 5: Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Komunitas ASEAN13
(Sumber: Guido Benny and Kamarulnizam Abdullah, Indonesian Perceptions and
Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast Asian Affairs
1/2011)
Selaras dengan fakta tersebut, dalam dokumen rencana strategis
Kemenlu 2010-2014 dikemukakan bahwa kurangnya pemahaman publik
merupakan permasalahan yang masih dihadapi oleh Indonesia dalam peran
dan kepemimpinannya untuk melaksanakan Identitas ASEAN, hal ini tentu
sangat berhubungan dengan semangat Indonesia untuk terus mengukuhkan
posisinya sebagai pemimpin di kancah regional Asia Tenggara.
“Peran dan kepemimpinan Indonesia dalam melaksanakan
Piagam ASEAN sangat ditentukan oleh komitmen Indonesia
untuk melaksanakan Piagam ASEAN, di samping mendorong
anggota ASEAN lainnya …… namun dalam pelaksanaan piagam
tersebut pemerintah Indonesia menghadapi permasalahan masih
13
Guido Benny and Kamarulnizam Abdullah, Indonesian Perceptions and Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast Asian Affairs 1/2011
12
kurangnya pemahaman publik domestik terhadap pembentukan
komunitas ASEAN pada tahun 2015.”(Renstra Kemenlu)14
Terkait permasalahan tersebut Pemerintah merasa bahwa permasalahan
tersebut disebabkan karena ketidaksiapnnya dalam mempersiapkan secara
komperhensif dan sistematis materi pelaksanaan piagam ASEAN yang perlu
disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan di Indonesia.
Pelaksanaan promosi atas awareness terhadap ASEAN dan termasuk
didalamnya Identitas ASEAN, dapat dilihat sebagai program yang cukup
penting dalam pelaksanaan kebijakan luar negri RI. Poin-poin yang
menyangkut peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, serta
upaya dalam mendukung proses Integrasi ASEAN, secara jelas termaktub
dalam Misi dan Tujuan Kementerian Luar Negeri RI dalam Renstra 2010 -2014.
Peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN masuk
kedalam urutan awal Tujuan/Sasaran strategis Kementerian Luar Negeri
dimana disebutkan dalam poin ke pertama bahwa Indonesia memiliki tujuan
yaitu “meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan
komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, Ekonomi, dan Sosial
budaya….”.15 diluar hal tersebut, pada ada poin kedua Misi Kementerian Luar
Negeri RI periode 2010-2014 disebutkan bahwa salah satu Misi Indonesia
kedepan adalah “Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia dalam
kerja sama ASEAN, ikut mendorong proses integrasi komunitas ASEAN 2015
yang memberikan manfaat bagi Indonesia……”.16
Munculnya poin-poin pelaksanaan diplomasi Indonesia yang terkait
dengan peningkatan peran dan kepemimpinan dalam ASEAN pada urutan
awal visi dan misi, serta tujuan kebijakan luar negeri Indonesia menunjukan
bahwa Indonesia memiliki konsern yang tinggi terhadap pelaksanaan
14
Kementerian Luar Negeri RI, dokumen rencana strategis Kemenlu 2010-2014, Jakarta, 2010, hal 20 15
Opcit, Kementerian Luar Negeri RI 16 Ibid
13
diplomasi terkait dengan kedudukan dan perannya di ASEAN. Hal ini tentu
membuktikan bahwa masuknya ASEAN dalam lingkar utama atau konsentris
kebijakan luar negeri Indonesia merupkan suatu hal yang benar-benar
terimplemetasikan dalam berjalannya politik luar negeri Indonesia.
Tekait dengan dicanangkannya pembentukan komunitas ASEAN pada
tahun 2015, Indonesia dalam hal ini terus berupaya untuk menjadi pemimpin
dan juga role model untuk mendorong anggota lain agar terus bersinergi
mewujudkan gagasan tersebut. Dalam dokumen recana strategis kementerian
luar negeri dijabarkan bahwa peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia
di ASEAN adalah bagian dari strategi untuk memperkuat lingkaran pertama
kebijakan luar negeri Indonesia.
Tabel 6: Indikator IKU "peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN
(Sumber: Dokumen Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri RI 2010-2014)
Keberhasilan Indonesia dalam upaya pembentukan komunitas ASEAN
akan tercermin dari dari keberhasilannya dalam menuangkan gagasan dalam
pembentukan komunitas ASEAN dengan ketiga pilarnya. Peran dan
kepemimpinan Indonesia selanjutya akan ditandai dengan banyaknya prakarsa
dan rekomendasi Indonesia serta dukungan atau partisipasi masyarakat
domestik, serta implementasi cetak biru komunitas ASEAN. Sasaran dari upaya
Indonesia dalam meningkatkan peran dan kepemimpinan itulah yang
kemudian dijabarkan dalam sebuah tabel pembobotan Indeks Kinerja Umum
(IKU) dalam pelaksanaan diplomasi Indonesia terhadap ASEAN.
14
Pembentukan Identitas ASEAN dalam kaitannya menjadi sangat
penting untuk dipahami oleh seluruh masyarakat ASEAN, terutama Indonesia.
Hal ini sangat penting mengingat Indonesia sebagai Negara terbesar baik dari
sisi luas wilayah maupun jumlah penduduk yang tentu saja akan mendapatkan
pengaruh besar dari komunitas ini, maka itu pemerintah harus dapat secara
rasional memilih langkahnya kedepan dalam menyikapi integrasi regional
ASEAN.
Adanya penggunaan kata rasional dalam menyikapi Integrasi
regional ASEAN tentunya kembali kepada kepentingan nasional Indonesia
dalam memandang fungsi dan peran ASEAN. Tidak dapat di pungkiri bahwa
meskipun pembentukan masyarakat ASEAN ditujukan untuk membentuk
suatu kerjasama dan kekompakan negara kawasan dalam menjaga stabilitas
keamanan regional, tetapi pada kenyataannya masyarakat ASEAN sampai saat
ini bukanlah sebuah komunitas negara yang akan saling melengkapi
kekurangan satu sama lain, hal ini dapat diartikan bahwa Indonesia akan
secara mandiri mengembangakan kapasistas pembangunannya, begitupula
dengan negara lain di ASEAN.
Peran Indonesia dalam Masyarakatan ASEAN
Keaktifan peran Indonesia dalam mendukung proses pembangunan
masyarakat ASEAN bisa dijelaskan dari berbagai macam cara pandang, salah
satu cara pandang yang dapat penulis jelaskan adalah bahwa peran aktif
Indonesia didorong dari rasa tanggung jawab moral Indonesia sebagai salah
satu negara anggota dan juga pendiri ASEAN. Selain itu keaktifan peran
Indonesia juga dapat dipandang sebagai langkah Indonesia untuk mengejar
misi sebagai pemimpin kawasan Asia Tenggara. Selepas disahkannya gagasan
pembentukan masyarakat ASEAN dalam deklarasi Bali Concord II, Indonesia
terus mendorong ASEAN untuk memperkuat transformasinya menjadi suatu
aktor kunci dalam proses integrasi Kawasan.
15
Seperti yang tertulis dalam buku diplomasi Indonesia 2011, dalam
bidang sosio kultural, Indonesia telah menunjukan keaktifan diplomasinya
dengan menggagas penyusunan Declaration on ASEAN Unity in Cultural
Diversity: Towards Strengthening ASEAN Community, yang ditandatangani oleh
para Menteri Kebudayaan ASEAN pada KTT ke-19 ASEAN. Deklarasi tersebut
dapat dinilai sebagai perwujudan komitmen negara-negara ASEAN untuk
mendukung Komunitas ASEAN yang berorientasi pada masyarakat (people
oriented) melalui pendekatan kerja sama kebudayaan17
Berdasarkan keterangan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kerja
Sama ASEAN tahun 2014, terdapat beberapa bentuk upaya serta kegiatan
yang telah dijalankan dalam upaya untuk melakukan pemasyarakatan ASEAN.
Beberapa kegiatan tersebut diantarannya yaitu mencakup:
Kegiatan pemasyarakatan ASEAN secara luas memiliki beberapa
sasaran yaitu pelajar SMP/SMA, mahasiswa, akademisi, kalangan pengusaha,
UKM, SKPD, media masa, kementerian/lembaga dan masyarakat umum. Selain
menyelenggarakan kegiatan tersebut diatas, Ditjen Kerja Sama ASEAN juga
17 Kementerian Luar Negeri RI, Buku diplomasi Indonesia 2011, Jakarta, 2011, hal 184.
Sosialisasi
Kuliah umum
Seminar
Workshop
Lokakarya
Focus Group Discusion
ASEAN Goes To School
Roundtable Discussion
Simulasi sidang ASEAN
Lomba fotografi ASEAN
ASEAN Fun Run
ASEAN Village
ASEAN Goes on Air (TV/Radio)
ASEAN Corner
Pembentukan Pusat Studi
ASEAN (PSA)
Penerbitan bahan publikasi
seperti Majalah ASEAN, buku
ASEAN Selayang Pandang, buku
Kenali ASEAN Kita, dan lain-lain.
16
melaksanakan kegiatan pemasyarakatan yang sifatnya responsif atau sesuai
undangan dari instansi terkait sebagai narasumber.18
Dalam laporan kinerja Ditjen ASEAN Kemenlu juga ditemukan fakta
menarik mengenai analisa terkait bentuk yang dianggap paling efektif dalam
upaya peningkatan awareness masyarakat, disebutkan bahwa sosialisasi
adalah upaya yang paling efektif dalam kegiatan pemasyarakatan ASEAN,
disebutkan bahwa,
“Secara umum dapat disimpulkan bahwa media yang paling
efektif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat mengenai integrasi Masyarakat ASEAN 2015 adalah
kegiatan sosialisasi dalam bentuk tatap muka langsung melalui
kegiatan-kegiatan seperti seminar dan kuliah umum.”19
Secara kuantitas, pada kurun waktu tahun 2014 Ditjen Kerjasama
ASEAN telah melakukan 132 kegiatan sosialisasi di 37 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia, dari 120 kegiatan yang direncanakan. Rangkaian kegiatan
tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan pemerintah, Pusat Studi ASEAN
dan pihak-pihak lainnya baik ditingkat pusat maupun di daerah. Lebih lanjut
juga terdapat perbandingan mengenai kegiatan pemasyarakatan ASEAN,
khususnya yang dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi pada kurun waktu
tahun 2010 sampai tahun 2014.
(Sumber: Dokumen laporan kinerja direktorat kerjasama fungsional ASEAN 2014)
18
Kementerian Luar Negeri RI, Laporan Kinerja Ditjen Kerja Sama ASEAN 2014, Jakarta, 2015. 19 Ibid
Tabel 7: Perbandingan kegiatan Pemasyarakatan Masyarakat ASEAN
17
Dalam tabel diatas dapat dilihat bahwa meskipun jumlah sosialisasi
yang diagendakan cenderung tidak mengalami kenaikan, namun jumlah orang
dan institusi yang hadir relative terus mengalami kenaikan, yang kemudian
memberikan kesimpulan bahwa pemerintah Indonesia telah cukup aktif dalam
berupaya menggalakkan Pemasyarakatan ASEAN.
Selain dengan diadakannya agenda pemasyarakatan, dalam berbagai
sumber juga dapat diketahui bahwa pemerintah telah mendukung beberapa
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar masyarakat
ASEAN, diantaranya adalah dengan diadakannya Festival ke-ASEAN-an seperti:
ASEAN Blogger Festival20, ASEAN Literary Festival21, ASEAN Puppetry Festival,
ASEAN Jazz Fesitval, dan beberapa Festival lain. Dari beberapa agenda
tersebut, agenda seperti ASEAN Literary Festival diketahui sebagai agenda
yang diinisiasi oleh kalangan sipil, dengan disponsori oleh kemenlu.22
Terhitung sebanyak enam belas macam kegiatan telah dicoba oleh
Pemerintah Indonesia, dalam rangka meningkatkan awareness, sekaligus
dalam upaya Identity building ASEAN terhadap masyarakat. Namun meskipun
pemerintah menilai sudah cukup aktif dalam mensosialisasikan ataupun
mendiseminasikan pemahaman terkait masyarakat ASEAN, masih banyak pula
yang meragukan bahwa ASEAN sudah diarahkan kedalam organisasi yang
berorientasi pada masyarakat melihat juga bahwa upaya yang dilakukan
pemerintah masihlah jauh dari cukup, ataupun masih kurang efektif dalam
pelaksanaannya.
Salah satu pandangan tersebut berasal dari ketua Asosiasi Ilmu
Hubungan Internasional Indonesia (AIHII), Tirta Mursitama yang memberikan
pandangan bahwa ASEAN belum sepenuhnya berbaur, bahkan lebih dikenal
20 Menengok ASEAN blogger festival-2013 di solo http://edisicetak.joglosemar.co/berita/menengok-asean-blogger-festival-2013-di-solo-kompak-promosikan-wisata-lewat-dunia-maya-135573 Diakses pada 1 Desember 2016, 20.00 WIB, Surakarta. 21
ASEAN Literary Festival http://aseanliteraryfestival.com/ Diakses pada 27 Oktober 2016, 20.00 WIB, Surakarta. 22
About ASEAN Literary Festival http://aseanliteraryfestival.com/?page=archive&jenis=About Diakses pada 27 Oktober 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
18
sebagai organisasi regional yang elitis, disamping itu ia juga menuturkan
bahwa Indonesia harus lebih menekankan upayanya untuk mendorong ASEAN
guna menemukan identitas baru dengan meninggalkan identitas lama, yaitu
dengan mewujudkan identitas bersama ASEAN sebagai identitas regional yang
dibangun dengan nilai-nilai universal.23 Sementara pandangan lain yang serupa
juga datang dari perneliti kajian Asia tenggara P2P LIPI, Khanisa Krisman,
dikatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemasyarakatan ASEAN masih menjadikan
masyarakat sebagai konsumen, dimana kegiata yang ada, masih dinilai sebagai
agenda seremonial belaka, agenda-agenda ASEAN yang dinilai selalu
mencerminkan pembangunan top-down pun disesalkan karena seharusnya
ASEAN dan juga pemerintah perlu untuk melakukan pembangunan ASEAN
secara bottom-up.
Terlepas dari masih jauhnya upaya yang dilakukan pemerintah dalam
mengintensifkan peran pembangunan identitas ASEAN di masyarakat,
komitmen pemerintah dalam menyukseskan pembentukan komunitas ASEAN
diketahui tetap berjalan. Hal ini didukung dengan peran permerintah yang
telah menyelesaikan keseluruhan poin / action lines dalam Cetak Biru
Masyarakat Sosial Budaya, khususnya pada aspek pembangunan identitas,
dimana dalam wawancara yang dilakukan, George lantu meyakinkan bahwa
“semua yang kita sepakati dengan negara ASEAN, untuk kita laksanakan, kita
laksanakan. Jadi 100 persen dari action lines yang kita sepakati itu kita
lakukan.”24, dalam keseluruhan 50 butir action lines yang terdapat pada poin E
atau poin pembangunan identitas dalam ASCC Blueprint, George lantu
mencontohkan bahwa “promotion of ASEAN awareness and sense of
community, disini pada poin E1 ini kita laksanakan.. Misalnya kita
melaksanakan symposium, dialog, dan kita siarkan di televisi dan radio.”25
Kepentingan negara dan Integrasi Regional
23
Tempo, ahli mea: di depan mata Indonesia jangan pasif, diakses https://m.tempo.co/read/news/2016/01/01/090732297/ahli-mea-di-depan-mata-indonesia-jangan-pasif Diakses pada 5 November 2016, 20.00 WIB, Surakarta. 24
Wawancara Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN, George lantu 25 Ibid
19
Keseriusan pemerintah dalam mendukung terwujudnya masyarakat
ASEAN pastinya menjadi pertanyaan banyak pihak. Sebetulnya apakah
pandangan yang dimiliki pemerintah terkait dengan pembentukan komunitas
regional ini, dan mengapa pemerintah terkesan lambat dalam merespon
tuntutan-tuntutan yang datang atas dugaan bahwa ASEAN masih menjadi
wadah kerjasama kaum elit. Diketahui bahwa pembentukan masyarakat
ASEAN secara keseluruhan bersama dengan upaya pembangunan Identitasnya
belumlah menjadi agenda prioritas pemerintah, dimana tentunya terdapat
alasan-alasan tertentu yang mendasari prioritas dalam pelaksanan sebuah
peran. Alexander C. Chandra memandang kurangnya keseriusan pemerintah
dalam upaya pembangunan Identitas ASEAN, dipicu dari dua hal utama yaitu:26
Pertama, komposisi pemerintah yang terdiri dari ‘partai politik yang
campur aduk’ menimbulkan sulitnya pencapaian sebuah keputusan bersama.
Dalam kabinet Indonesia era Presiden SBY contohnya, kabinet yang campur
aduk sangat kentara, sehingga membuat Presiden SBY sering berupaya
mengakomodir kepentingan dari Partai Politik dalam melihat masalah yang
terjadi di dunia internasional sebagai arahan Politik Luar Negeri Indonesia.
Adanya ke campur adukan tersebut kemudian dinilai menyebabkan
pemerintah melupakan kepentingan utamanya dalam mengusung kebijakan
atau program yang harusnya lebih berorientasi pada kesejahteraan
masyarakat, padahal dalam kaitannya dengan pembangunan identitas ASEAN,
pemerintah perlu untuk terus mendorong kesejahteraan masyarakat
Indonesia agar dapat bersaing dalam level regional ke depan,
Kedua, Indonesia dalam lingkup nasionalnya saja seringkali masih
dipermasalahkan dengan adanya konflik-konflik, yang masih menandakan
kurang eratnya persatuan masyarakat dalam lingkup nasional. Dengan adanya
fakta tersebut dinilai Indonesia saja sulit dalam menyatukan masyarakatnya
yang multikultur, apalagi kemudian jika dihadapkan pada upaya pembangunan
26
Alexander Chandra dalam Pandu Utama Manggala, Politik Luar Negeri Indonesia dalam mendorong terciptanya regionalisme ASEAN, 2009.
20
identitas ASEAN, yang mana menurut penulis terkadang masyarakat pun
masih mempunyai pandangan miring terkait masuknya masyarakat luar. Oleh
karena itu pemerintah haruslah lebih aktif dalam mendorong partisipasi
masyarakat kedepan dan juga harus terus mendengarkan saran-saran yang
akan diambil, khususnya terkait dengan kebijakan yang akan langsung
berdampak pada kehidupan masyarakat.
Pada pelaksanaannya kita dapat memikirkan bahwa upaya Indonesia
dalam mendukung pembentukan komunitas ASEAN berada sebagai strategi
dalam politik luar negeri Indonesia. Upaya dalam mendorong pembangunan
regionalisme ASEAN walaupun termasuk dalam cita-cita negara, sebagaimana
yang disampaikan Presiden Soeharto, pada akhirnya tentu memiliki maksud
untuk memperoleh kepentingan nasional. Utamannya Indonesia memiliki
kepentingan untuk mencapai stabilitas ketahanan dan kerjasama regional,
sebagaimana dikatakan oleh CPF Luhulima, dalam laporan penelitian ASEAN di
dalam politik luar negeri RI bahwa Indonesia amat sadar bahwa setiap
perkembangan di Asia Tenggara akan berdampak langsung pada
pembangunan nasional, karena itu stabilitas politik dan pembangunan
ekonomi negara tidak dapat dipisahkan dari perdamaian dan stabilitas wilayah
regional.27 Asumsinya adalah dimana pengkondisian wilayah regional dapat
mengamankan tujuan-tujuan utama bangsa dalam menjaga stabilitas nasional,
sebagaimana selanjutnya Indonesia juga diuntungkan dengan adanya peluang-
peluang kerjasama yang terjalin antar satu dengan lain.28
pada pembahasan mengenai kepentingan kolektif, pada akhirnya,
sebagaimana dilihat dalam pandangan konstruktivis, kepentingan nasional
indonesia dalam mendukung kegiatan dalam pembentukan masyarakat
ASEAN dapat dilihat sebagai sebuah bagian dari kepentingan kolektif ASEAN
untuk mengkonstruksikan sebuah wadah kerjasama, serta dalam membentuk
pemahaman kolektif masyarakat mengenai ASEAN. Disamping itu juga
27
CPF Luhulima, et.al Laporan penelitian ASEAN dalam politik luar negeri RI, 28 Ibid
21
terdapat fakta yang tidak dapat disembunyikan, bahwa sebagai sebuah
negara, Indonesia memiliki kepentingan objektif, dimana Indonesia akan tetap
bergerak untuk melindungi kepentingan fundamentalnya sesuai dengan apa
yang telah diamanatkan dalam UUD 1945.
Berkaitan dengan hal tersebut Wendt pun tidak menampik bahwasanya
negara harus tetap memiliki kepentingan objektifnya untuk mempertahankan
identitasnya sebagai sebuah negara. Akan tetapi seiring dengan proses yang
berjalan, dan dengan semakin intensnya interaksi yang terjalin, pembangunan
identitas regional pun akan membentuk suatu pemahaman bersama yang
lebih dalam, dan secara otomatis kepentingan-kepentingan yang muncul tentu
akan lebih selaras dengan kepentingan kawasan.29 Sebagai contoh, pada
perjalanannya saat ini Indonesia terus menyesuaikan kepentingan nasionalnya
searah pada kepentingan kolektif regional ASEAN, yaitu dengan melaksanakan
peran-peran aktifnya dalam tujuan ideal di dunia internasional khususnya
ASEAN.
Masyarakat ASEAN dalam bingkai konstruktivisme dan Identitas
Sebuah komunitas regional dalam pengertiannya dapat dipahami
sebagai sebuah entitas masyarakat yang mempunyai rasa saling memiliki, rasa
saling peduli dan dan berbagi, serta kepercayaan bahwa kebutuhan para
anggotanya dapat dipenuhi melalui komitmen dalam menempuh
kebersamaan.30 Dalam perjalanannnya suatu komunitas dapat dikonstruksikan
baik oleh elit-elit negara maupun masyarakat dalam kawasan itu sendiri. Adler
dan Barnett dalam tulisannya mengkarakteristikan tiga ciri dari sebuah
komunitas regional, diantarannya adalah, Pertama, masyarakat komunitas
29
Alexander Wendt, Social Theory of International Politics. Cambridge: Cambridge University Press, 1999, hal 20. 30
Mcmillan dan Chavis,Sense of Community : A Definition and Theory, Journal of Community Psycology, 14(1), 1986 hal 6-23
22
saling berbagi identitas, nilai-nilai dan pengertian-pengertian. Kedua,
masyarakat yang berada di dalam komunitas menjalin hubungan atau interaksi
secara langsung, melalui hubungan-hubungan tatap muka dan dalam berbagai
keadaan atau tata cara. Ketiga, komunitas menunjukkan suatu resiprositas
yang mengekspresikan derajad tertentu kepentingan jangka panjang dan
mungkin bahkan altruisme.31
Sebagai implikasi dari pembentukan sebuah masyarakat ASEAN,
pembentukan kerjasama menjadi semakin kompleks dimana kedepan, upaya
untuk memperkuat integrasi regional tidak lagi hanya dibangun atas interkasi
elit namun juga yang lebih penting adalah interkasi antar civil society antar
negara. Oleh karena itu, dalam rangka membentuk entitas regional ASEAN
yang kuat, perlu ada perubahan pemahaman dalam upaya untuk memandang
ASEAN dari yang sebelumnya dipandang sebagai sebuah organisasi state
centric atau state oriented, menjadi organisasi people oriented, dimana
interksi antar warga akan membentuk masyarakat ASEAN kedepan.
Hadirnya masyarakat ASEAN menjadi sebuah tantangan baru bagi
seluruh negara-negara ASEAN, begitupula Indonesia. Jika sebelumnya ASEAN
hanya perlu mempersatukan visi antar elit-elit negara, saat ini ASEAN dan
masing-masing negara anggota memiliki tugas untuk mendiseminasikan
visinya kepada kurang lebih 617 juta penduduk di ASEAN.32 Mengapa
masyarakat sangat penting dalam pemersatuan regional ASEAN kedepan,
salah satu alasannya adalah, pertama karena masyarakat dapat lebih luwes
dalam melakukan kerjasama dan upaya-upaya yang dapat mendorong sebuah
kawasan menjadi sebuah regional yang dapat dicirikan dari Identitas yang
dipegang oleh masyarakatnya. Ketika sebuah komunitas hanya dibentuk oleh
elit maka akan selalu timbul kecurigaan dan ketidak-dekatan dari masyarakat
kawasan, namun ketika masyarakat tersebut sudah dapat berkontribusi atau
31
Adler dan Barnett dalam Luhulima (ed.), Masyarakat Asia Tenggara menuju Komunitas ASEAN 2015, laporan penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar - P2P-LIPI, 2008 , hal 14 32
Kabir, S. and Salim, R, Regional Economic Integration in ASEAN: How Far Will It Go? Journal of Southeast Asian Economies, 31(2), 2014 hal 314.
23
berperan langsung dalam pergerakan sebuah masyarakat ASEAN, maka
tingkat kepemilikan dan kepercayaan masyarakat pun akan terus meningkat
seiring dengan tumbuhnya integrasi itu sendiri.
Kedua, terkait dengan peran masyarakat, dalam sebuah konsep
kedaulatan negara dikenal sebuah ajaran mengenai kedaulatan rakyat, yang
mana pokok dari ajaran tersebut dapat secara mudah kita lihat dalam sebuah
negara yang menganut sistem demokrasi. Sistem demokrasi mengusung
sebuah prinsip dimana kedaulatan dijalankan dari, oleh, dan untuk rakyat,
sebagaimana selanjutnya dijelaskan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang
Undang Dasar. Pengertian tersebut mempunyai makna bahwa rakyatlah yang
berdaulat terhadap negara, dimana secara yuridis pengelolaan kedaulatan
akan dilaksanakan oleh para wakil rakyat untuk memenuhi kepentingan dan
melaksanakan amanah yang diberikan rakyat.33
Dengan adanya penjelasan di atas, upaya pembentukan masyarakat
ASEAN sebagai sebuah masyarakat yang people centered pun dapat dilihat
sebagai suatu upaya yang penting, dimana ketika masyarakat sudah memiliki
rasa pememilikan yang kuat terhadap ASEAN, maka keberadaan ASEAN pun
akan makin kuat, rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara akan memiliki
kepentingan bersama untuk mempertahankan kerjasama dan integrasi ASEAN
kedepan. Walaupun demikian, hal ini pun dapat berjalan terbalik seperti
contoh yang dapat dilihat pada kasus BREXIT dimana rakyat juga dapat
memvoting keluar keanggotaan negaranya. Hal menarik lain yang dapat kita
simpulkan dari penjelasan diatas adalah bahwasanya kita dapat mengerti
mengapa ASEAN terus mempromosikan berjalannya demokrasi terhadap
semua negara anggota, khususnya padan negara CMLV, karena sesungguhnya
kedepan berjalannya masyarakat ASEAN adalah upaya dari penerapan unsur
demokrasi itu sendiri.
33
Ulfia Hasanah, memaknai hakikat kedaulatan rakyat dalam ketatanegaraan indonesiA, jurnal yuridis, universitas riau, hal 2.
24
“An ASEAN community conscious of its ties of history, aware
of its cultural heritage and bound by a common regional
identity… We see vibrant and open ASEAN societies
consistent with their respective national identities, where all
people enjoy equitable access and opportunities for total
human development regardless of gender, race, religion,
language, or social and cultural background.”(ASEAN Vision
2020)34
Upaya dalam membangun sebuah masyarakat ASEAN memerlukan
sebuah tindakan konstruktif, dapat dilihat bahwasanya gagasan ‘common
regional identity’ selalu muncul dan menjadi basis dalam pembentukan
masyarakat ASEAN, pengkonsruksian identitas perlu untuk ditujukan kepada
masyarakat, agar kedepannya selain memiliki identitas dari negara masing-
masing, masyarakat pun di Asia tenggara pun memiliki indentitas ke ASEAN-
an. Upaya pembentukan identitas kolektif menurut pendapat Alexander
Wendt merupakan faktor yang sangat penting, dimana pembentukan
identitas akan mengarahkan kepentingan setiap masing-masing individu
kedalam sebuah arah kepentingan bersama.35
Terkait dengan adanya perbedaaan-perbedaan yang terdapat antar
masing masing masyarakat negara, Wendt memiliki kepercayaan bahwa
identitas manusia bukanlah sesuatu yang bersifat given atau alamiah,
melainkan hasil dari perkembangan tranformasi sosial yang dialami oleh tiap-
tiap individu dalam perjalanan hidupnya melalui interaksi sosial yang terjalin
diantara satu dengan yang lain, maka itu setiap negara anggota ASEAN
memiliki peran untuk membuat masing-masing masyarakatnya dapat
mengenal ASEAN secara lebih dalam, khususnya dengan upaya yang berfokus
pada pengembangan people centered ASEAN, dimana selanjutnya masyarakat
34
ASEAN Secretariat, ASEAN Vision 2020, Kuala Lumpur, 1997. 35 Leni Winarni, Konstruktivisme, Yogyakarta, 2014, hlm. 6
25
didorong untuk dapat berpartisipasi langung sehingga proses transformasi
social pun akan berjalan.36
Kesimpulan
Sejak pembentukannya pada tahun 1976, ASEAN telah mengalami
banyak perkembangan. Untuk menciptakan sebuah kawasan regional yang
damai, stabil, dan makmur, upaya pembentukan integrasi kawasan pun
digagas, hingga kemudian muncul sebuah konteks baru dalam hubungan
masyarakat regional yaitu Masyarakat ASEAN. Dalam Visi-nya untuk
mewujudkan Masyarakat ASEAN 2015, masyarakat pun didorong untuk
memiliki sebuah identitas regional yaitu Identitas ASEAN, dengan adanya
identitas kolektif ini rasa ke-kekita-an (we feeling) diharapkan akan muncul,
dimana masyarakat ASEAN akan berkembang menjadi sebuah masyarakat
yang saling peduli dan saling berbagi (a caring and sharing community).
Sehubungan dengan upaya tersebut kebijakan pengembangan People’s
Centered ASEAN juga dibentuk untuk mengarahkan pembangunan
masyarakat ASEAN yang berlandaskan pada upaya keterlibatan masyarakat
sipil dalam pembangunan ASEAN kedepan.
Pada perkembangannya diketahui pengembangan People’s Centered
ASEAN masih banyak diragukan oleh banyak pihak, ASEAN masih dinilai
sebagai suatu organisasi regional yang elite driven. Upaya pembangunan
identitas ASEAN yang saat ini digagas dengan upaya pengenalan ASEAN dan
Masyarakat ASEAN kepada masyarakat pun banyak dinilai hanya sebagai
upaya seremonial belaka. Kekurangan tersebut disebabkan karena adanya
kepentingan yang tumpang tindih sehingga pemerintah tidak memiliki
pandangan yang lurus terkait dengan peran pembangunan Identitas ASEAN,
36
Ibid
26
kemudian diketahui bahwa upaya pembangunan masyarakat ASEAN,
khususnya pengembangan integrasi masyarakat regional memiliki beberapa
hambatan, diantaranya adalah kurang siapnya Indonesia untuk bersaing dan
berinteraksi dalam era masyarakat ASEAN. Hal ini kemudian berimbas pada
kebijakan pemerintah yang terkesan ragu-ragu dan tidak all-out dalam
mewujudkan sebuah pembentukan masyarakat regional ASEAN. Adanya fakta
tersebut tak pelak membuat berjalanya proses dalam mewujudkan visi
People’s Centered ASEAN terganjal.
Lebih lanjut, kepentingan fundamental Indonesia menjadi alasan dari
tindakan yang diambil pemerintah terkait pandanganya dalam pembentukan
Masyarakat ASEAN. Sejatinya sebuah negara tidak bisa mengabaikan
kepentingan fundamentalnya hanya untuk mengejar cita-cita dalam
membentuk sebuah integrasi kawasan. Ketidaksiapan Indonesia dalam
menyongsong era masyarakat ASEAN disebabkan oleh masih kurangnya
kesiapan pemerintah di berbagai sektor, serta terkait dengan kondisi
pendidikan, dan ekonomi masyarakat, yang secara keseluruhan belum cukup
memadai bagi Indonesia untuk masuk kedalam sebuah entitas masyarakat
regional ASEAN, maka itu bisa dilihat bahwa pemerintah saat ini cenderung
berfokus untuk meningkatkan kapasitas dalam negerinya terkait dengan
pembentukan masyarakat ASEAN.
Terlepas dari fakta tersebut, proses untuk menuju pembentukan
masyarakat ASEAN masih terus berjalan, dari analisa yang dilakukan dapat
dilihat bahwasanya Indonesia masih berada dalam jalur konstruksi dari
pembentukan masyarakat ASEAN itu sendiri, dimana Indonesia tetap
melakukan perannya untuk membangun identitas masyarakat ASEAN melalui
upaya peningkatan awareness serta keterlibatan masyarakat. Selanjutnya
dapat dilihat bahwa interaksi yang dilakukan oleh Indonesia dengan negara-
negara ASEAN, telah membuat suatu kerangka identitas dasar sebagaimana
ASEAN Way muncul sebagai kerangka dasar bagi negara-negara ASEAN untuk
saling berhubungan. Identitas tersebut sebagai contoh telah mendorong
27
Indonesia dalam menempatkan perhatiannya yang cukup terhadap ASEAN,
sebagaimana dikatakan bahwa ASEAN adalah soko guru politik luar negeri
Indonesia. Dalam masa kepemerintahan Presiden SBY, peran diplomasi yang
dilakukan oleh Indonesia dalam mendukung pembentukan masyarakat ASEAN
secara umum dapat dikatakan cukup aktif, sejalan dengan kepentingan
Indonesia untuk mengambil posisi kepemimpinan di ASEAN.
Terakhir, sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Identitas, untuk
membangun sebuah kawasan regional yang kuat dibutuhkan sebuah
pembangunan Identias yang secara terstuktur masuk sebagai dasar dari
adanya sebuah konstruksi kepentingan bersama. Dengan begitu, selagi
mengejar ketertinggalanya, peran diplomasi Indonesia pun harus tetap
dijalankan, dan juga ditingkatkan dalam upaya untuk mendorong Integrasi
ASEAN, sebagaimana agar pembentukan Masyarakat ASEAN dapat terwujud
seperti yang dicita-citakan.
Daftar Pustaka Buku & Jurnal
Adler dan Barnett dalam Luhulima (ed.), Masyarakat Asia Tenggara menuju
Komunitas ASEAN 2015, laporan penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar -
P2P-LIPI, 2008
Adler, Emanuel dan Barnett, Michael, Collective Identity and Conflict
Management in Southeast Asia, 1988. Dalam “Security Communities”,ed.
Amitav Acharya, 198-227. Cambridge: Cambridge University Press.
Alexander Wendt, Social Theory of International Politics. Cambridge:
Cambridge University Press, 1999
ASEAN Secretariat, ASEAN Vision 2020, Kuala Lumpur, 1997.
ASEAN Secretariat, ASEAN Charter, Jakarta, 2008.
ASEAN Secretariat, ASCC Blueprint, Jakarta, 2009.
28
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang edisi ke-19,
2010, Jakarta, 2010.
Guido Benny and Kamarulnizam Abdullah, Indonesian Perceptions and
Attitudes toward the ASEAN Community, Journal of Current Southeast
Asian Affairs 1/2011
Hassan wirajuda. Pidato Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada
lokakarya Nasional diplomasi public. Bandung 6 desember 2006.
Kabir, S. and Salim, R. Regional Economic Integration in ASEAN: How Far Will
It Go? Journal of Southeast Asian Economies, 31(2), 2014.
Kementerian Luar Negeri RI, Buku diplomasi Indonesia 2011, Jakarta, 2011.
Kementerian Luar Negeri RI, dokumen rencana strategis Kemenlu 2010-2014,
Jakarta, 2010.
Kementerian Luar Negeri RI, Laporan Kinerja Ditjen Kerja Sama ASEAN 2014,
Jakarta, 2015.
Leni Winarni, Konstruktivisme, Yogyakarta, 2014
Mcmillan dan Chavis, Sense of Community : A Definition and Theory, Journal
of Community Psycology, 14(1), 1986.
Pandu Utama Manggala, Politik Luar Negeri Indonesia dalam mendorong
terciptanya regionalisme ASEAN, Universitas Indonesia, 2009.
Rodolfo Severino, Dalam Haiyyu Darman Moenir, One Identity Towards
Asean Community 2015, Procedings Of International Conference On
Asean Studies 2014 (Iconas), Asean Studies Center Ugm, Yogyakarta,
2014
Ulfia Hasanah, Memaknai Hakikat Kedaulatan Rakyat Dalam Ketatanegaraan
Indonesi, Jurnal Yuridis, Universitas Riau Zhikica Zach, Public Diplomacy of Multilateral Organizations: The Cases of
NATO,EU, and ASEAN. Los Angeles: Figueroa Press, 2015
Wawancara
29
Wawancara Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN, George lantu
Wawancara dengan Peneliti Kajian Asia Tenggara P2P LIPI, Khanisa Krisman
Internet
Indonesia Pertegas Peran Aktif Wujudkan ASEAN Community,
http://www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lang=id&id=2604&type=3#.V5WorVR97I
U Diakses pada 17 Juni 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
ASEAN Jadi Soko Guru Politik Luar Negeri Indonesia http://news.okezone.com/read/2013/03/22/411/780253/asean-jadi-soko-guru-politik-luar-negeri-indonesia Diakses pada 20 September 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
ASEAN Literary Festival http://aseanliteraryfestival.com/ Diakses pada 27 Oktober 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
Menengok ASEAN blogger festival-2013 di solo
http://edisicetak.joglosemar.co/berita/menengok-asean-blogger-festival-
2013-di-solo-kompak-promosikan-wisata-lewat-dunia-maya-135573
Diakses pada 1 Desember 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
About ASEAN Literary Festival
http://aseanliteraryfestival.com/?page=archive&jenis=About Diakses
pada 27 Oktober 2016, 20.00 WIB, Surakarta.
Tempo, ahli mea: di depan mata Indonesia jangan pasif, diakses https://m.tempo.co/read/news/2016/01/01/090732297/ahli-mea-di-depan-mata-
indonesia-jangan-pasif Diakses pada 5 November 2016, 20.00 WIB,
Surakarta.
30