PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE... · penggunaan media audio visual berformat...
Transcript of PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE... · penggunaan media audio visual berformat...
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF MUSIK
DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA
COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
SHINTADEVI MARTINAWIDYA
NIM. K7108223
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Shintadevi Martinawidya
NIM : K7108223
Jurusan Program Studi : PIP Pendidikan Guru Sekolah Dasar
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN MEDIA AUDIO
VISUAL BERFORMAT FEATURE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA
PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN
2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surkarta, 17 September 2012
Yang Membuat Pernyataan
Shintadevi Martinawidya
iii
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT FEATURE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI RESEPTIF
MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD ANGKASA
COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
SHINTADEVI MARTINAWIDYA
K7108223
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
vi
ABSTRAK
Shintadevi Martinawidya. K7108223. PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL
BERFORMAT FEATURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
APRESIASI RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA
KELAS V SD ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, September 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan apresiasi
reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan alat musik angklung
pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus.
Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Angkasa Colomadu yang
berjumlah 23 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
Milles dan Huberman yang terdiri dari empat tahapan yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara, observasi, tes, angket, dan dokumentasi. Uji
validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data dan
triangulasi metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yang pertama ada
peningkatan kemampuan apresiasi reseptif dengan menggunakan media audio visual
berformat feature. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan
apresiasi reseptif dalam pembelajaran, pada siklus I kemampuan apresiasi reseptif
mencapai 47,62%. Pada siklus II meningkat menjadi 56,52%. Meningkat lagi
mencapai 82,61% pada siklus III. Kedua peningkatan sikap apresiatif musik daerah
nusantara siswa kelas V SD Angkasa Colomadu. Peningkatan sikap apresiatif
dibuktikan dari peningkatan nilai sikap apresiatif siklus I mencapai 47,62%. Pada
siklus II meningkat mencapai 69,57% dan pada siklus III meningkat menjadi
86,96%. Ketiga ada peningkatan keterampilan memainkan alat musik angklung. Pada
siklus I mencapai 9,52% atau 2 siswa dengan kategori baik. Pada siklus II meningkat
mencapai 21,74% atau 5 siswa. Meningkat lagi menjadi 78,26% atau 18 siswa pada
siklus III. Dengan demikian, dengan media audio visual berformat feature dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa
kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
Simpulan penelitian ini adalah penggunaan media audio visual berformat
feature dapat meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa
kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Kemampuan apresiasi reseptif dan media audio visual berformat feature
vii
ABSTRACT
Shintadevi Martinawidya. K7108223. THE USE OF AUDIO VISUAL MEDIA IN
FEATURE FORMAT TO IMPROVE STUDENTS’ RECEPTIVE
APPRECIATION ABILITY OF LOCAL NUSANTARA MUSIC TO THE
FIFTH GRADE STUDENTS OF SD ANGKASA COLOMADU IN THE
ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Undergraduate Thesis. Education and Teacher
Training Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. September 2012.
The objective of this research is to improve the students’ receptive
appreciation, appreciative attitude, and skill in operating the music instrument,
angklung, in learning local nusantara music appreciation to the fifth grade students
of SD Angkasa Colomadu, Karanganyar.
This research is a classroom action research (CAR) with three cycles. Each
cycle consisted of four steps such as planning, actions, observation, and reflection.
The subject of this research was the fifth grade students of SD Angkasa Colomadu
which consisted of 23 students. The technique of analyzing the data used was Miles
and Huberman analysis model which consisted of four components such as collecting
the data, data reduction, data presentation, and making conclusion. The technique of
collecting the data used was interview, observation, test, questionnaire, and
documentation. The data validity test used in this research was triangulation data and
triangulation method.
Based on the result of the research, it can be concluded that, first, there was
an improvement of receptive appreciation skills by using audio visual media in
feature format. It can be shown with the improvement of receptive appreciation
ability in learning; in cycle I, the receptive appreciation ability was 47.62%. In cycle
II, it improved to be 56.52%. It improved again to be 82.61% in cycle III. Second,
the improvement of appreciative attitude of local nusantara music of the fifth grade
students of SD Angkasa Colomadu. The improvement of appreciative attitude was
proven as follows: the improvement of appreciative attitude in cycle I was 47,62%.
In cysle II, the improvement of appreciative attitude increased to be 69,57 and
increased to be 86.96% in cycle III. Third, there was improvement of skill in playing
a music instruments, angklung. In the cycle I, it was 9.52% or 2 students with the
good category. In cycle II, it improved to be 21.74% or 5 students. It improved again
to be 78.26% or 18 students in cycle III. Thus, audio visual media in feature format
could be used to improve skill in playing a music instrument, angklung to the fifth
grade students of SD Angkasa Colomadu, Karanganyar in the academic year of
2011/2012.
The conclusion of this research is the use of audio visual media in feature
format could improve skill in playing a music instrument, angklung, to the fifth grade
students of SD Angkasa Colomadu, Karanganyar in the academic year of 2011/2012.
Key Words: Receptive appreciation ability and audio visual media in feature format
viii
MOTTO
“Cobalah jangan menjadi orang sukses, melainkan berusahalah untuk menjadi
orang yang berharga.”
(Albert Einstein)
“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”
(Al-Insyirah: 5-6)
“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik”
(Evelyn Underhill)
ix
PERSEMBAHAN
Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi banyak karunia dan kenikmatan
sehingga karya ini dapat terselesaikan. Karya ini ku persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu (Sri Sutomo Widiyatmoko dan Siti Sumarni) yang selalu menjadi
semangatku untuk tetap berusaha mendapatkan yang terbaik dan doanya tiada
pernah putus untukku.
Kakak dan Adikku (Shima dan Shidarta) tercinta
Sahabatku tersayang yang selalu memberi dukungan dan motivasi untukku
Teman-teman seperjuangan mahasiswa PGSD FKIP UNS yang selalu memberi
semangat.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah
memberikan banyak ilmu.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “ PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL BERFORMAT
FEATURE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI
RESEPTIF MUSIK DAERAH NUSANTARA PADA SISWA KELAS V SD
ANGKASA COLOMADU TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan
penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan
dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dekan FKIP UNS Surakarta.
2. Ketua Jurusan FKIP UNS Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS
Surakarta.
4. Dra. Jenny IS Poerwanti, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.
5. Drs. Hartono, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Karsono,
S.Sn. M.Sn selaku nara sumber yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan proposal ini. Bapak Suprapto, S.Pd selaku Kepala SD Angkasa
Colomadu Kabupaten Karanganyar. Alexander selaku guru mata pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan di SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karangayar. Semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan proposal ini yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu.
xi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, September 2012
Shintadevi Martinawidya
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Apresiasi Reseptif .................................. 7
2. Hakikat Musik Daerah Nusantara............................................. 15
3. Hakikat Media Audio Visual Berformat Feature ..................... 19
B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 27
D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 31
xiii
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ...................................................... 33
D. Sumber Data .................................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35
F. Validitas Data ................................................................................ 37
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
H. Indikator Kinerja ........................................................................... 41
I. Prosedur Penelitian ........................................................................ 42
BAB IV
A. Deskripsi Pratindakan ..................................................................... 49
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ............................................ 56
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus.................................... 96
D. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 101
BAB V
A. Simpulan ......................................................................................... 105
B. Implikasi ......................................................................................... 106
C. Saran .............................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir.......................................................... 29
Gambar 3.1 Analisis Model Milles dan Huberman ................................... 41
Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas ............................................. 42
Gambar 4.1 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa Pada Semester 1 ............................................ 51
Gambar 4.2 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara
Siswa Sebelum Tindakan ....................................................... 53
Gambar 4.3 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik
Angklung Sebelum Tindakan ................................................. 55
Gambar 4.4 Histogram Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V
SD Angkasa pada Siklus I ...................................................... 65
Gambar 4.5 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik daerah Nusantara
Siswa Siklus I ......................................................................... 67
Gambar 4.6 Histogram Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus I ............................. 68
Gambar 4.7 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa pada Siklus II ................................................ 78
Gambar 4.8 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara
Siswa Siklus II ....................................................................... 80
Gambar 4.9 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik
Angklung Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus II ........... 81
Gambar 4.10 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa pada Siklus III ............................................... 91
Gambar 4.11 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara
Siswa Siklus III ...................................................................... 92
Gambar 4.12 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik
Angklung siswa Siklus III ...................................................... 94
Gambar 4.13 Histogram Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif
Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa .......... 97
Gambar 4.14 Histogram Ketuntasan Belajar Apresiasi Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Prasiklus,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ............................................ 98
Gambar 4.15 Histogram Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu ............... 100
Gambar 4.16 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik
Angklung Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu ................ 101
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 32
Tabel 4.1 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V SD
Angkasa Pada Semester 1 ............................................................. 51
Tabel 4.2 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Sebelum Tindakan (Pra Siklus) ..................................................... 53
Tabel 4.3 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Sebelum Tindakan ......................................................................... 54
Tabel 4.4 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V
SD Angkasa Siklus I ..................................................................... 65
Tabel 4.5 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Siklus I........................................................................................... 66
Tabel 4.6 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa Siklus I ............................................. 68
Tabel 4.7 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V
SD Angkasa Siklus II .................................................................... 78
Tabel 4.8 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Siklus II ......................................................................................... 79
Tabel 4.9 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa Siklus II............................................ 81
Tabel 4.10 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V
SD Angkasa Siklus III ................................................................... 90
Tabel 4.11 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Siklus III ........................................................................................ 92
Tabel 4.12 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siklus III ........................................................................................ 93
Tabel 4.13 Data Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa ......................................... 96
Tabel 4.14 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Apresiasi Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Prasiklus,
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ................................................... 98
Tabel 4.15 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik
Angklung Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu........................ 99
Tabel 4.16 Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Kelas V SD Angkasa Colomadu ................................................... 100
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ..................................................................................... 113
Lampiran 2 RPP Siklus I .............................................................................. 116
Lampiran 3 Lembar Diskusi Siswa Pertemuan I ......................................... 125
Lampiran 4 Lembar Diskusi Siswa Pertemuan II ........................................ 127
Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ................................................ 129
Lampiran 6 Lembar Evaluasi Siklus I.......................................................... 131
Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ..................................... 134
Lampiran 8 Rubrik Penilaian Evaluasi Siklus I ........................................... 136
Lampiran 9 RPP Siklus II ............................................................................ 137
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa Siklus II................................................... 146
Lampiran 11 Kunci Jawaban LKS Siklus II .................................................. 148
Lampiran 12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ............................................... 149
Lampiran 13 Lembar Evaluasi Siklus II ........................................................ 151
Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II .................................... 154
Lampiran 15 Rubrik Penilaian Evaluasi Siklus III ........................................ 156
Lampiran 16 RPP Siklus III ........................................................................... 157
Lampiran 17 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus III ............................................. 166
Lampiran 18 Lembar Evaluasi Siklus III ....................................................... 168
Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus III ................................... 171
Lampiran 20 Rubrik Penilaian Evaluasi Siklus III ........................................ 173
Lampiran 21 Materi SBK Musik Daerah Nusantara ..................................... 174
Lampiran 22 Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Tindakan ............. 185
Lampiran 23 Lembar Wawancara dengan Guru Setelah Tindakan ............... 187
Lampiran 24 Lembar Wawancara dengan Siswa Sebelum Tindakan ............ 189
Lampiran 25 Lembar Wawancara dengan Siswa Sebelum Tindakan tentang
Sikap Apresiatif Siswa ............................................................. 191
Lampiran 26 Lembar Wawancara dengan Siswa Setelah Tindakan .............. 193
xvii
Lampiran 27 Lembar Wawancara dengan Siswa Setelah Dilakukan
Tindakan tentang Sikap Apresiatif Siswa................................. 195
Lampiran 28 Pedoman Observasi Kegiatan Siswa (Prasiklus) ...................... 197
Lampiran 29 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Prasiklus ............................... 199
Lampiran 30 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ................................. 200
Lampiran 31 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ................................ 201
Lampiran 32 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III ............................... 202
Lampiran 33 Pedoman Penilaian Kinerja Guru ............................................. 203
Lampiran 34 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Prasiklus .. 208
Lampiran 35 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Siklus I .... 210
Lampiran 36 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Siklus II ... 212
Lampiran 37 Lembar Observasi Pelaksanan Pembelajaran Guru Siklus III .. 214
Lampiran 38 Kisi-kisi Angket Sikap Apresiatif Siswa Sebelum Tindakan ... 216
Lampiran 39 Angket Sikap Apresiatif Siswa Sebelum Tindakan.................. 218
Lampiran 40 Kisi-kisi Angket Sikap Apresiatif Sesudah Tindakan .............. 221
Lampiran 41 Angket Sikap Apresiatif Siswa SesudahTindakan ................... 223
Lampiran 42 Kriteria Penilaian Memainkan Alat Musik Angklung .............. 226
Lampiran 43 Pedoman Penilaian Keterampilan Memainkan Alam Musik
Angklung .................................................................................. 227
Lampiran 44 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Semester I ................................................................ 228
Lampiran 45 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siklus I .................................................................... 229
Lampiran 46 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siklus II ................................................................... 230
Lampiran 47 Daftar Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siklus III .................................................................. 231
Lampiran 48 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Pra Siklus .................................................................................. 232
xviii
Lampiran 49 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siklus I ...................................................................................... 233
Lampiran 50 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siklus II .................................................................................... 234
Lampiran 51 Daftar Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siklus III ................................................................................... 235
Lampiran 52 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Sebelum Tindakan .......... 236
Lampiran 53 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Siklus I ............................ 237
Lampiran 54 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Siklus II........................... 238
Lampiran 55 Daftar Nilai Sikap Apresiatif Siswa Siklus III ......................... 239
Lampiran 56 Foto-foto Pembelajaran Musik Daerah Nusantara ................... 240
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Perkembangan ini membawa pengaruh yang bersifat saling bertolak
belakang yaitu pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif yang timbul salah
satunya yaitu pembelajaran menjadi lebih inovatif dengan munculnya media
pembelajaran yang baru, lebih modern sehingga dapat menarik perhatian siswa.
Pengaruh negatif yang timbul salah satunya yaitu banyak siswa yang lebih menyukai
budaya popular daripada budaya nusantara, misalnya siswa lebih tertarik mempelajari
alat musik gitar, pianika, drum band daripada mempelajari musik daerah seperti
angklung, sasando, dan gamelan yang dianggap kuno. Hal ini berdampak pada
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD. Situasi pembelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan itu sendiri masih dinggap tidak begitu penting, sebagai
mata pelajaran yang tidak dibutuhkan atau bahkan hanya menuruti kewajiban
kurikulum. Sehingga pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD kualitasnya
kurang baik.
Sebenarnya keberadaan seni dalam bidang pendidikan sudah mengalami
perkembangan terutama perkembangan dari segi teknis. Sebagai contoh, jam
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD mengalami perubahan yang tadinya
dua jam pelajaran menjadi empat jam pelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk lebih memaksimalkan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD.
Namun, kenyataannya dalam penyampaian materi pelajaran, pertambahan jam
pelajaran tersebut belum digunakan secara maksimal oleh guru.
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan sebagai penjembatan dan wadah
dalam menjaga dan mempertahankan budaya. Pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan
2
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan siswa, yang terletak pada
pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan
berapresiasi. Sehingga wilayah pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD
menuju pada pengembangan tiga aspek perkembangan diri anak yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kegiatan apresiasi, kreasi, dan ekspresi tersebut belum
diajarkan secara maksimal, faktanya: 1) Guru SD kebanyakan bukan ahli khusus
bidang seni, 2) Seni adalah kompetensi unik, khas bahkan sering dikaitkan dengan
bakat sehingga tidak semua orang mampu, 3) Materi pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan sangat banyak dengan porsi jam pelajaran yang terbatas, 4) Media yang
digunakan dalam proses pembelajaran sangat terbatas.
Tujuan apresiasi seni dalam kurikulum pendidikan umum adalah untuk
memperkenalkan siswa terhadap seni dan lebih jauhnya dapat memahami nilai-nilai
dan aturan dalam kehidupan budayanya. Sedangkan tujuan ekspresi lebih
menekankan pada asepek kognitif-psikomotorik. Hal ini menujukkan bahwa kegiatan
apresiasi seni merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan usaha secara
individual untuk tidak hanya sekedar mengenalnya, tapi perlu mempelajarinya
dengan seksama. Apresiasi juga merupakan sikap dan perbuatan yang diartikan
sebagai dinamika dari penemuan individu yang melakukan apresiasi. Mengajar dan
belajar tentang seni merupakan proses penemuan dan suatu penemuan yang akan
mempengeruhi individu dalam berinteraksi dengan seni di masa datang. (Zakarias
Sukarya, 2008: 5.1.3-5.1.4)
Apresiasi musik daerah nusantara merupakan salah satu kompetensi yang
diajarkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Pengajaran apresiasi
di sekolah pada umumnya menjadi hal yang dikesampingkan atau tidak terlalu
penting. Padahal sebaliknya, pengajaran apresiasi merupakan penjembatan dalam
menjaga dan mempertahakan budaya Indonesia yang sekarang semakin memudar.
Artinya, pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan itu sangatlah penting.
3
Pengajaran apresiasi di Sekolah Dasar terdiri dari apresiasi reseptif (menerima
atau memahami gagasan secara tepat) dan apresiasi produktif (menghasilkan sesuatu
yang bermakna). Apresiasi reseptif musik daerah nusantara dapat diartikan sebagai
kegiatan siswa dalam menerima informasi tentang musik daerah nusantara sehingga
dapat memahaminya dengan baik. Setelah memahaminya maka siswa sadar akan
kekayaan dan identitas budayanya. Pada pembelajaran apresiasi khususnya apresiasi
reseptif musik daerah nusantara, masih ditemukan berbagai kendala. Kendala yang
sering terjadi yaitu rendahnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.
Siswa pada umumnya belum dapat membedakan berbagai jenis alat musik daerah
nusantara yang sangat banyak dan beragam.
Permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru, disebutkan bahwa kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan masih rendah. Ketika
guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang macam-macam musik daerah
nusantara, hanya beberapa orang siswa yang dapat menjawab dengan benar. Selain
itu, hasil belajar siswa pada kompetensi apresiasi musik daerah nusantara
menunjukkan hanya 7 atau 30,43% dari 23 siswa yang memperoleh nilai di atas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75 (lihat lampiran 42 halaman 218). Hal
ini terjadi karena masih banyak siswa yang belum dapat membedakan berbagai jenis
alat musik daerah yang sangat beragam dan bentuknya hampir sama. Misalnya, 1)
alat musik angklung dan calung yang sama-sama terbuat dari bambu dan berasal dari
Jawa Barat, 2) alat musik petik kecapi dari Jawa Barat dan alat musik siter dari Jawa
Tengah, dan 3) alat musik gesek rebab dari Jawa Tengah dan tehyan dari Betawi.
Selain itu di Jawa Tengah juga terdapat alat musik gamelan yang hampir sama
bentuknya, seperti: 1) bonang barung dan bonang penerus, 2) saron barung dan saron
penerus, 3) kethuk dan kenong. Guru yang mengajar pembelajaran Seni Budaya dan
4
Keterampilan juga belum menggunakan media dengan baik pada materi apresiasi
musik daerah nusantara dengan alasan banyaknya materi apresiasi musik daerah
nusantara yang mana guru tidak mungkin untuk menghadirkan media alat musik
daerah, sehingga materi pembelajaran menjadi abstrak dan siswa jenuh dalam
pembelajaran tersebut.
Dari permasalahan tersebut, guru dituntut untuk dapat memberikan materi
pelajaran secara menarik dan sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan menggunakan media
audio visual berformat feature. Feature adalah suatu program yang membahas suatu
pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling
melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai format
( Fred Wibowo, 2007:186). Feature merupakan salah satu dasar dari suatu program
televisi berupa audio visual yang memberikan suatu pokok bahasan dengan
penjelasan secara mendalam, menarik dan menyentuh perasaan. Program audio visual
berformat feature ini dapat dibuat dengan menggunakan aplikasi pada laptop atau
komputer. Feature memiliki daya tarik karena program audio visualnya mampu
memberikan informasi, hiburan, dan pendidikan yang sangat mudah dicerna,
dicermati dan ditiru. Dengan menggunakan program audio visual berformat feature
guru dapat mengemas penyajian materi musik daerah nusantara secara menarik
dengan penjelasan mendalam dan menyentuh perasaan sehingga dapat dengan mudah
dicerna oleh siswa. Selain itu guru juga tidak kesulitan untuk menghadirkan media
nyata dari alat musik daerah nusantara
Bertolak dari uraian di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Media Audio Visual Berformat
Feature untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara pada Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Tahun Ajaran 2011/2012”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang timbul adalah:
1. Apakah penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD
Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Apakah penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan
sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa kelas V SD Angkasa Colomadu
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?
3. Apakah penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan
keterampilan memainkan alat musik daerah angklung siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara dengan
menggunakan media audio visual berformat feature pada siswa kelas V SD
Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Meningkatkan sikap apresiatif siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 dengan menggunakan media audio visual
berformat feature.
3. Meningkatkan keterampilan memainkan salah satu alat musik daerah angklung
pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun
Ajaran 2011/2012 dengan menggunakan media audio visual berformat feature.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis. Manfaat toritis lain
yaitu dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan,
terutama pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara pada mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada
mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
b. Bagi Guru
Meningkatnya informasi bagi guru untuk menentukan media pembelajaran
yang tepat demi meningkatnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
c. Bagi Sekolah
Meningkatnya kualitas pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara. Hasil
penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam
rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
audio visual berformat feature.
d. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman menggunakan media audio visual berformat feature
dalam meningkatkan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Apresiasi Reseptif
a. Pengertian Kemampuan
Menurut Desmita (2010: 257) ability (kemampuan, kecakapan) adalah
suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk menguasai suatu
keterampilan. Seseorang yang mampu berpikir kreatif akan memanfaatkan
segala potensi yang dimilikinya untuk dapat mengoptimalkan kemampuan
yang ada.
Sedangkan menurut Abin Syamsudin Makmun (2009: 54) kecakapan
atau yang disebut ability dibedakan menjadi dua kategori yaitu pertama
kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukkan kepada aspek kecakapan
yang dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil belajar
seseorang melalui proses tertentu yang telah dijalaninya. Kedua, kecakapan
potensial (potensial ability) yaitu kecakapan yang masih terkandung dalam
diri seseorang yang diperoleh secara herediter (pembawaan lahir).
Kecakapan ini dapat dipandang sebagai abilitas dasar khusus dalam bidang
tertentu.
Soelaiman (2007) menyatakan bahwa kemampuan adalah sifat yang
dibawa lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat
menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Kemampuan
dan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan kinerja
individu. Keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan dengan tugas
yang di miliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat.
Menurut Robert Kreitner (2005) yang dimaksud dengan kemampuan adalah
7
8
karakteristik stabil yang berkaitan dengan kemampuan maksimum fisik
mental seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan dan pengetahuan awal siswa untuk melakukan sesuatu
yang diperlukan dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya.
b. Pengertian Apresiasi
Istilah “apresiasi” secara etimologi berasal dari bahasa Belanda yaitu
“appreciatie”, bahasa Inggris “appreciation”. Menurut kamus Inggris
(Webster), “to appreciate”, adalah bentuk kata kerja yang berarti: to judge
the value of; understand or enjoy fully in the right way (Oxford), to estimate
the quality of; to estimate rightly; to be sensitively aware of…. Secara umum
apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti, mengerti sepenuhnya
seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap estetikanya.
Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman antara penikmat dan
seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama artinya dengan
menciptakan kembali. (Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.1)
Soedarso (1990) dalam Zakarias Sukarya, dkk (2008: 5.1.2)
mengungkapkan bahwa apresiasi adalah: “Mengerti dan menyadari
sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap
segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut
dengan semestinya.”
Gitrif Yunus dalam Yayah Khisbiyah dan Atiqa Sabardila (2004: 93)
mengemukakan istilah “apresiasi seni”, dalam hal ini “apresiasi” dapat
berarti kesadaran, pemahaman, penilaian, dan penghargaan, atau keempatnya
sekaligus.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi
merupakan kegiatan pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin
9
sehingga menimbulkan kesadaran, pemahaman, penilaian, dan penghargaan
atau keempatnya sekaligus.
c. Pengertian Apresiasi Reseptif
Apresiasi dibagi menjadi dua yaitu apresiasi secara reseptif dan
apresiasi secara produktif. Reseptif memiliki arti bersifat menerima atau
memahami suatu gagasan secara tepat dan komprehensif. (M. Faisal, dkk,
2009: 8-38).
Jadi, apresiasi reseptif adalah penilaian atau penghargaan positif yang
bersifat menerima atau memahami karya seni secara tepat dan komprehensif.
d. Berbagai Pendekatan dalam Apresiasi Reseptif
Lahirnya pendekatan dalam apresiasi reseptif terkait dengan
perkembangan karya sastra, disebabkan karena karya sastra adalah salah satu
bagian dari karya seni yang sarat berbagai nilai-nilai estetis. Nilai estetis
tersebut diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat luas termasuk siswa SD
dalam berbagai media cetak dan elektronik agar mereka dapat memperoleh
hiburan yang mendidik. (M.Faisal, dkk, 2009: 8-3). Sehingga pendekatan
dalam apresiasi reseptif karya seni sama dengan pendekatan dalam apresiasi
karya sastra.
1) Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam
suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi.
(M.Faisal, dkk, 2009: 8-3)
Kaitannya dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004: 42) dalam
M.Faisal, dkk (2009: 8-3) mengemukakan bahwa:
Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan
10
pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian
bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau
gagasan yang lucu atau menarik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa pendekatan
emotif dalam karya seni adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu dan menarik dalam
penyajiannya sehingga mampu untuk menemukan dan menikmati nilai
keindahan (estetis) dalam karya seni tersebut.
2) Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai
amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan
nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. (M.
Faisal, dkk, 2009: 8-6)
Aminuddin (2004: 47) dalam M. Faisal, dkk (2009: 8-6) mengemukakan
bahwa:
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun
sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun
sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan
etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya
kehidupan rohaniah pembaca.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa pendekatan
didaktis dalam karya seni adalah pendekatan yang memberikan berbagai
amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan
nilai-nilai religius.
11
3) Pendekatan Analitis
Salah satu pendekatan yang perlu Anda pahami supaya dalam
mengapresiasi sastra anak semakin baik dan komprehensif adalah
Pendekatan Analitis. Pendekatan ini untuk memahami secara lebih
lengkap dibanding pendekatan emotif dan didaktis. (M. Faisal, dkk,
2009: 8-8)
Aminuddin (2004: 44) dalam M. Faisal, dkk (2009: 8-8) mengungkapkan
bahwa:
Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu
pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan,
sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu
sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka
terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa
pendekatan analitis dalam karya seni adalah pendekatan yang
berupaya memahami gagasan secara lengkap tentang materi karya seni
yang disajikan.
e. Ruang Lingkup Kegiatan Apresiasi
1) Tujuan Apresiasi Seni
Tujuan apresiasi seni diungkapkan Derlan (1987) dalam Zakarias
Sukarya (2008: 5.1.3) bahwa apresiasi seni pada hakekatnya adalah
untuk mendapatkan apa yang disebut dengan “pengalaman estetis”.
Penikmatan seni yang terarah, sadar dan bertujuan akan menghasilkan
pengalaman tersebut. Seperti halnya dengan pergaulan yang akrab
dengan karya seni, pengalaman-pengalaman itu didapatkan. Hal ini
dipertegas Soedarso (1990: 79) dalam Zakarias Sukarya (2008: 5.1.3)
yang menyebutkan bahwa tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni
12
adalah untuk menjadikan masyarakat (siswa) “melek seni” sehingga
dapat menerima seni sebagai mestinya.
Tujuan apresiasi seni dalam kurikulum pendidikan umum adalah untuk
memperkenalkan siswa terhadap seni dan lebih jauhnya dapat
memahami nilai-nilai dan aturan dalam kehidupan budayanya. Hal ini
menujukkan bahwa kegiatan apresiasi seni merupakan sesuatu yang
kompleks dan memerlukan usaha secara individual untuk tidak hanya
sekedar mengenalnya, tapi perlu mempelajarinya dengan seksama.
Apresiasi juga merupakan sikap dan perbuatan yang diartikan sebagai
dinamika dari penemuan individu yang melakukan apresiasi. Mengajar
dan belajar tentang seni merupakan proses penemuan dan suatu
penemuan yang akan mempengeruhi individu dalam berinteraksi dengan
seni di masa datang. Tentunya hal ini akan mendatangkan suatu nilai
dan pemahamanan atau apresiasi seni sebagai suatu perbuatan yang
kompleks. (Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.3-5.1.4). Dengan demikian
apresiasi seni mencakup ranah:
a) Kognitif
Mengenal, mempelajari, dan memahami seni dalam apresiasi seni.
b) Afektif
Apresiasi merupakan sikap dan perbuatan yang diartikan sebagai
dinamika dari penemuan individu yang melakukan apresiasi.
Seorang yang melakukan kegiatan apresiasi akan menunjukkan rasa
senang, simpati, menghargai dalam seni.
c) Psikomotor
Belajar tentang seni tidak hanya mengenal dan memahami tetapi
juga mengekspresikan diri dalam kegiatan seni. Misalnya,
menggambar atau memainkan alat musik.
13
2) Manfaat dan Fungsi Apresiasi Seni
Dalam Zakarias Sukarya (2008: 5.1.4) ada dua fungsi dari kegiatan
apresiasi seni. Fungsi pertama adalah agar kita dapat meningkatkan dan
memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus
kecintaan kepada sesama manusia. Sedangkan fungsi kedua bersifat
khusus, ada hubungannya dengan kegiatan mental kita yaitu
penikmatan, penilaian, empati dan hiburan. Mengapresiasi karya seni itu
penting sekali karena akan membuat hidup lebih nikmat, gembira, sehat.
Bayangkan, bagaimana jika ada orang yang tidak mampu sekali
menikmati karya seni (dalam arti luas, termasuk seni di luar seni rupa).
Dalam kehidupan sehari-hari, secara disadari atau tidak, orang
melakukan apresiasi pada tingkat tertentu: menonton pameran,
mendengarkan musik, menonton film di TV, memilih motif kain dan
sebagainya.
Apresiasi seni juga besar manfaatnya bagi ketahanan budaya Indonesia.
Dalam seni budaya pendukung kebudayaan yang merasa lemah akan
lebih suka mengimpor ide-ide dari luar yang dirasanya lebih tinggi
nilainya. Dampak perkembangan informasi dan komunikasi modern
pada era global dewasa ini telah menerjang budaya kita sehingga kita
seakan-akan tidak mampu lagi menahan serbuan pengaruh budaya asing
yang dengan bebas masuk ke tengah-tengah budaya kita. Salah satu
upaya agar tidak banyak lagi dipengaruhi budaya asing antara lain
dengan meningkatkan apresiasi seni terhadap seni budaya sendiri.
(Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.4-5.1.5)
Dalam pendidikan seni, kegiatan apresiasi digunakan sebagai salah satu
metode pembelajaran seni. Melalui metode apresiasi, siswa belajar tidak
saja untuk memahami dan atau menghargai karya seni, tetapi dapat juga
14
diimplementasikan untuk menghargai berbagai perbedaan yang
dijumpai dalam kehidupannya sehari-hari. Kepedulian siswa terhadap
karya seni dan warisan budaya bangsa lainnya dapat ditumbuhkan
dengan metode pembelajaran apresiasi ini. Untuk itu seorang guru seni
selayaknya memahami prinsip dan teknik dasar apresiasi seni.
Menghargai pendapat dan karya siswa adalah salah satu bentuk apresiasi
yang harus dimiliki oleh guru. (Zakarias Sukarya, 2008: 5.1.5)
3) Tahapan Apresiasi Seni
Tahapan apresiasi dikemukakan Bastomi (1981/1982) dalam Zakarias
Sukarya (2008: 5.2.5-5.2.6). Tahapan apresiasi reseptif, yaitu: kegiatan
mengamati, kegiatan menghayati, dan kegiatan berapresiasi.
a) Kegiatan Mengamati
Pada tahap kegiatan ini pengamat melakukan reaksi terhadap
rangsangan yang datang dari objek. Bentuk kegiatan yang dilakukan
pengamat berupa observasi, meneliti dan menganalisa, menilai
objek, sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu. Kebenaran
tanggapan itu tergantung pada sifat kritis dan kecermatan pengamat
dalam mengindera proyek, walaupun selama itu terjadi kegiatan
psikologis, yang tidak pasti disadari oleh pengamat, bahwa ia
sedang mengindera sebuah objek.
b) Kegiatan Menghayati
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan penghayat adalah
mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses
penyesuaian antara nilai yang terkandung di dalam objek dengan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh penghayat. Pada tahap ini
penghayat dapat menerima nilai-nilai estetis yang terkandung di
dalam objek itu, namun demikian ada kalanya penghayat
15
menerimanya tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga seluruh
objek diterima sepenuhnya. Sikap emosional yang dialami oleh
penghayat seperti itu oleh Theodor Lipps disebut impati (empathy).
c) Kegiatan Berapresiasi
Pada tahap kegiatan berapresiasi perasaan seseorang telah tergetar
oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu. Apresiator merasa
bahwa dirinya berada di dalam karya itu, artinya ia seakan-akan
merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh pencipta dapat
memproyeksikan diri ke dalam bentuk hasil seni, perasaannya
ditentukan oleh apa yang diketemukan di dalamnya. Herbert Read
di dalam The meaning of art menyatakan, bahwa orang seperti itu
telah simpati (sympathy) pada suatu hasil seni. Orang yang telah
jatuh simpati pada sebuah hasil seni, ia berada di antara sadar dan
tidak sadar terhadap objek yang dihayati, kesadarannya diiringi
rasio untuk mengevaluasi dan memberi kritik kepada seni itu,
namun demikian rasio yang sadar itu tidak mengurangi rasa simpati,
melainkan justru menambahnya. Jika demikian halnya, maka orang
itu telah mempunyai apresiasi yang benar pada suatu hasil seni.
Sikap apresiatif menjadikan orang dapat menghargai sebenarnya
nilai yang ada di dalam kandungan seni. Timbal baliknya orang itu
dapat menghargai perasaan sendiri, sehingga dapat mencapai
kenikmatan dan kepuasan karenanya. Nilai seni adalah nilai
seseorang, penghargaan pada hasil seni sama dengan penghargaan
kepada orang yang menciptanya. Dengan demikian, sikap apresiatif
banyak berhubungan dengan sikap sosial, sebab berapresiasi pada
suatu hasil seni akan menuju kearah berkomunikasi kepada
16
penciptanya, baik langsung maupun tidak langsung dan hasil seni
itu sebagai penghubungnya.
2. Hakikat Musik Daerah Nusantara
a. Pengertian Musik
Esthi Endah Ayuning Tyas (2008: 93) menyatakan bahwa musik
adalah bunyi-bunyian yang teralun dengan harmoni tertentu, dan hanya dalam
harmoni inilah musik bisa dinikmati, tanpa harmoni musik akan menjadi
bunyi yang menyakitkan telinga dan menggelisahkan jiwa.
Fathur Rosyid (2010: 13) menyatakan bahwa musik adalah bunyi yang
diterima oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya
dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam,
yaitu: 1) Bunyi atau kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indra
pendengar, 2) Suatu karya seni dengan segenap unsur pendukungnya, 3)
Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan
dan disajikan sebagai musik.
Ratna Sari Dewi dan Haryana Humardani (2010: 24) kata musik dalam
bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ”music” atau
bahasa Belanda ”muziek”. Kata musik ini, menurut beberapa sumber berasal
dari nama sekumpulan dewi kesenian bangsa Yunani Purba, yakni Musae.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian musik
adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu komposisi yang
mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun
sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan
(terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu) yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan penciptanya.
17
b. Pengertian Musik Daerah Nusantara
Musik daerah atau disebut musik tradisional merupakan musik yang
lahir dan berkembang dari budaya daerah setempat (Ari Subekti, Rantinah,
dan Supriyantiningtyas, 2008: 22)
Musik daerah adalah jenis musik yang inspirasi penciptaannya
berdasarkan atas budaya dan adat istiadat dari suatu daerah tertentu. Selain
sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan dan kebiasaan yang terjadi
didaerah tersebut, musik daerah juga digunakan untuk kegiatan upacara-
upacara daerah oleh masyarakat setempat.
Musik nusantara adalah musik yang berkembang di seluruh wilayah
kepulauan dan merupakan kebiasaan turun menurun yang masih dijalankan
dalam masyarakat. Musik Nusantara tersebar hampir di seluruh pelosok negeri
dan masing-masing daerah mempunyai ciri khas yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa musik daerah
nusantara adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah-daerah seluruh
Indonesia yang merupakan identitas, jati diri, dan media ekspresi dari
masyarakat serta berfungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan
media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.
c. Materi Musik Daerah Nusantara
Dalam buku Seni Budaya dan Keterampilan Ratna Sari Dewi dan
Haryana Humandari (2010: 27-28), materi apresiasi musik daerah salah
satunya adalah mengenal alat-alat musik. Alat musik daerah berdasarkan cara
memainkannya dijelaskan sebagai berikut:
1) Alat Musik Tradisional Pukul
18
Arumba Saron
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul, di antaranya
bonang dari Jawa dan Bali, saron dari Jawa, arumba dari Jawa Barat,
totobuang dari Maluku, gambang dari Jawa, Bali serta masih banyak lagi.
2) Alat Musik Tradisional Tepuk
Marwas Rebana Kendang
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditepuk antara lin,
terbang dari Sumatra, marwas dari Sumatera Timur, tifa dari Maluku,
ganda dari Sulawesi Tengah, dan gondang dari Sumatera Utara.
3) Alat Musik Tradisional Tiup
Serunai terompet reog
19
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup deisebut alat
musik tiup, diantaranya serunai dari Sumatra, terompet reog dari Jawa
Timur, kledi dari Kalimantan, fu/sangka dari Maluku, dan seruling dari
Jawa Barat.
4) Alat Musik Tradisional Petik
Sasando Kecapi
Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik disebut alat
musik petik. Contoh dari alat musik petik adalah kecapi dari Jawa Barat,
siter dari Jawa, sasando dari NTT, dan gambus dari Riau.
5) Alat Musik Tradisional Gesek
Rebab Tehyan
Alat musik tradisional gesek merupakan alat musik yang dimainkan
dengan cara degesek. Alat musik yang dimainkan dengan cara digesek
adalah rebab dari Jawa dan tehyan dari Betawi.
20
3. Hakikat Media Audio Visual Berformat Feature
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua
pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai
penerima pesan atau informasi. (Sri Anitah, 2009: 123)
Gerlach dan Ely (1980) dalam Sri Anitah (2009: 123) mengungkapkan
bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik
untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual.
Livréna AB dan Kungälv (2008) dalam Journal International of
Media Education “media education is a fundamental element in the ef- forts
to realize a media and information literate society in order to promote a
well-oriented, democratic, sustainable society.”
Artinya media pendidikan merupakan elemen mendasar dalam upaya
untuk mewujudkan media dan informasi masyarakat terpelajar dalam rangka
untuk mempromosikan orientasi yang baik, demokratis, masyarakat yang
berkelanjutan.
Menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:
12) media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang
dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses
belajar mengajar penerima pesan itu dalah siswa. Pembawa pesan (media)
itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh
media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi.
Kata ”pembelajaran” berasal dari bentuk dasar belajar. Kata belajar
berasal dari kata dasar ajar. Pembelajaran menurut Niken Ariani dan Dany
Haryanto (2010: 95) diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Niken Ariani dan Dany Haryanto
21
(2010: 145) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang
berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah
sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar.
Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan saran penyampai pesan atau
media.
Rossi & Breidle dalam Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan
Irmawati (2009: 3) mendefinisikan media pembelajaran atau media
pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media
pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan pembelajaran dari pengirim (pengajar) ke penerima
pesan (siswa), sehinggga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
minat siswa agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
b. Pengelompokan Media
Pengelompokan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi
perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow dalam Azhar Arsyad
(2007: 33-35) adalah sebagai berikut:
1) Pilihan Media Tradisional
a) Visual diam yang diproyeksikan
Proyeksi opaque ( tak-tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan
filmstrips.
b) Visual yang tak diproyeksikan
Gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran , papan info, dan
papan bulu.
22
c) Audio
Rekaman piringan, pita kaset, reel, catridge.
d) Penyajian Multimedia
Slides plus suara (tape), multi-image.
e) Visual dinamis yang diproyeksikan
Film, televisi, video.
f) Cetak
Buku teks, modul, majalah ilmiah, dan lembaran lepas ( hand-out )
g) Permainan
Teka-teki, simulasi, dan permainan papan
h) Realia
Model, spesimen ( contoh ), manipulatif ( peta, boneka )
2) Pilihan Media Teknologi Mutakhir, yaitu: a) Media berbasis telekomunikasi
seperti telekonferen dan kuliah jarak jauh, b) Media berbasis mikroprosesor
seperti Computer-assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor
intelijen, Hypermedia, Interaktif, dan Compact (video ) disc.
c. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Dina Indriana (2011: 48) manfaat media adalah sebagai
berikut:
1) Membuat konkret setiap benda yang abstrak.
2) Menghadirkan berbagai objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke
dalam lingkungan belajar melalui media pengajaran yang menjadi sampel
dari objek tersebut.
3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam ruang
pembelajaran pada waktu kelas membahas tentang objek yang besar atau
kecil tersebut.
4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
23
Asra, Deni Darmawan, dan Cepi Riana (2007: 5-6) menyebutkan
kegunaan media yaitu:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan
sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
d. Pengertian Media Audio Visual
Menurut Badru Zaman, Asep Hery Hernawan, dan Cucu Eliyawati
(2007: 4.19), media audio visual adalah media yang mengandung pesan
dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar dan dapat dilihat) yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk
mempelajari isi tema. Penggunaan media audio visual dalam kegiatan
pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan
dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan dan melihat.
Suhartono (2005: 155), menyatakan media audio visual merupakan
suatu media untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima
pesan melalui indera pendengaran dan sekaligus penglihatan. Agar media
audio visual benar-benar dapat membawakan pesan yang mudah diterima
oleh pendengar, harus digunakan bahasa audio visual. Secara sederhana
bahasa audio visual adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen suara,
bunyi, dan musik yang mengendung nilai abstrak.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual
adalah media yang menyampaikan pesan berupa gambar dan suara dari
24
pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
e. Pengertian Feature
AS Haris Sumadiria (2006: 152) menyatakan arti khusus dari feature
adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan pada daya pikat manusiawi
(human interest) yang tidak terlalu terikat pada tata penulisan baku yang
kaku seperti yang berlaku pada berita lempang.
Menurut Daniel R. Williamson dalam AS Haris Sumadiria (2006:
152), feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif yang
dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang
peristiwa, situasi, atau aspek kehidupan. Secara teoretis feature termasuk ke
dalam soft news, pengertian ringan atau lunak dalam feature bukanlah pada
materinya, melainkan pada segi atau teknik penyajiannya.
Pada karya feature seberat apa pun materi yang diangkat, khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsa akan menikmatinya seringan menyentuh balon gas.
Sebagai pedoman dasar, maka apa pun pesan, uraian, atau cerita yang
disajikan dalam feature haruslah merupakan fakta objektif. Atas dasar inilah,
feature sering disebut penuturan rangkaian fakta yang disajikan secara
naratif. (AS Haris Sumadiria, 2006: 149-150).
Feature adalah suatu program yang membahas suatu pokok bahasan,
satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi,
mengurai, menyoroti secara kritis, dan disajikan dengan berbagai format
(Fred Wibowo, 2007: 186). Feature merupakan salah satu dasar dari suatu
program televisi yang memberikan suatu pokok bahasan dengan penjelasan
secara mendalam, menarik dan menyentuh perasaan.
25
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan feature adalah salah
satu dasar dari suatu program televisi yang berbentuk kemasan audio visual
yang memberikan penjelasan secara mendalam, menarik, menyentuh
perasaan dan penuturan rangkaian fakta disajikan secara naratif.
f. Susunan Feature
Sebuah feature disusun dengan merangkai berbagai format yang
berisi tinjauan, uraian, sorotan, dan pandangan atas satu pokok bahasan
dilengkapi dengan musik atau lagu mengenai tema itu. Menyusun berbagai
format program perlu diperhitungkan jangka waktu (duration) dari setiap
format. Jadi program feature enak dilihat dan proporsional. Proporsional
artinya bukan berarti jangka waktu untuk setiap format sama, tetapi dicoba
untuk member waktu yang memadai untuk format-format penting dan
menarik. Format feature disusun berdasarkan urutan logis yaitu dari
sederhana berkembang menjadi semakin rumit, dari yang ringan ke semakin
berat. Meskipun unsure-unsur yang membuat acara itu menjadi terasa segar
harus selalu dipikirkan. (Fred Wibowo, 2007: 187)
g. Pengertian Media Audio Visual Berformat Feature
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa media audio visual berformat feature adalah media yang
menyampaikan pesan atau suatu pokok bahasan yang berupa gambar dan
suara yang disajikan secara mendalam, menarik, dan menyentuh perasaan
penerima.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang sebelumnya dipandang relevan dengan penelitian in
adalah Penelitian Robbi Trisnani, tahun 2011 dengan judul “Penerapan
Media Animasi Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak
26
Cerita Anak” (PTK pada Siswa Kelas V SD N 2 Kalitinggar Padamara
Purbalingga Tahun Ajaran 2010/2011). Dari penelitian yang sudah
dilakukan tersebut , terdapat persamaan yaitu penggunaan media audio
visual dalam proses pembelajaran. Namun, ada perbedaan yaitu kemasan
media audio visual animasi dan objek kajian. Pada penelitian di atas, objek
kajiannya adalah mengenai peningkatan keterampilan menyimak cerita,
sedangkan objek kajian pada penelitian ini adalah mengenai kemampuan
apresiasi reseptif musik daerah nusantara.
Penelitian selanjutnya, dilakukan oleh Slamet Haryati dengan
judul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Menggunakan Media
Audio Visual pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Butuh Kecamatan Mojosongo
Kabupaten Boyolali Tahun 2011”. Penelitian tersebut juga terdapat
persamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan media audio visual.
Perbedaannya adalah jenis media audio visual animasi dan objek kajian.
Pada penelitian di atas, objek kajiannya adalah mengenai peningkatan
keterampilan menyimak cerita, sedangkan objek kajian pada penelitian ini
adalah mengenai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.
Terkait dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, dapat
menjadi panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka peneliti tertarik
akan melakukan penelitian terhadap penggunaan media audio visual
berformat feature. Tentunya dengan media audio visual dan objek kajian
yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media audio
visual berformat feature sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam apresiasi reseptif musik daerah nusantara. Penelitian yang akan
dilakukan adalah Penggunaan Media Audio Visual Berformat Feature untuk
27
Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah Nusantara
pada Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal kemampuan apresiasi musik daerah nusantara, sikap
apresiatif, dan keterampilan memainkan alat musik daerah pada siswa kelas
V SD Angkasa Colomadu rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru, disebutkan bahwa kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan masih rendah.
Ketika guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang macam-macam
musik daerah nusantara, hanya beberapa orang siswa yang dapat menjawab
dengan benar. Selain itu, hasil belajar siswa pada kompetensi apresiasi
musik daerah nusantara menunjukkan hanya 7 dari 23 siswa yang
memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75. Hal
ini terjadi karena masih banyak siswa yang belum dapat membedakan
berbagai jenis alat musik daerah yang sangat beragam dan bentuknya hampir
sama. Guru yang mengajar pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
juga belum menggunakan media dengan baik pada materi apresiasi musik
daerah nusantara dengan alasan banyaknya materi apresiasi musik daerah
nusantara yang mana guru tidak mungkin untuk menghadirkan media alat
musik daerah, sehingga materi pembelajaran menjadi abstrak dan siswa
jenuh dalam pembelajaran tersebut.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif
musik daerah nusantara, guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu dengan
menggunakan media audio visual berformat feature. Dengan penggunaan
28
media audio visual berformat feature, pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan, menarik, dan bermakna sehingga kemampuan apresiasi
reseptif, sikap musik daerah nusantara dapat meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis penggunaan media audio
visual berformat feature merupakan salah satu media yang berpotensi dapat
meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan
keterampilan memainkan alat musik daerah nusantara. Alur kerangka
berpikir yang menunjukkan hubungan antara variabel media audio visual
berformat feature dengan kemampuan apresiasi musik daerah nusantara
dapat dilihat pada gambar 2.1.
29
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Guru belum
menggunakan media
audio visual
berformat feature.
Kemampuan apresiasi reseptif
musik daerah nusantara
rendah, sikap apresiatif musik
daerah nusantara rendah, dan
keterampilan memainkan alat
musik daerah rendah.
Guru
menggunakan
media audio
visual berformat
feature.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Diharapkan melalui penggunaan media audio
visual berformat feature dapat meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara, sikap apresiatif musk daerah
nusantara, dan keterampilan memainkan alat
musik daerah.
Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
30
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dibuat
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penggunaan media audio visual berformat feature diduga dapat
meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada
siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Penggunaan media audio visual berformat feature diduga dapat
meningkatkan sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa kelas V SD
Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
3. Penggunaan media audio visual berformat feature diduga dapat
meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V
SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Dalam penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan
obyek untuk memperoleh data-data yang berguna untuk mendukung tercapainya
tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan di SD Angkasa Colomadu dengan
pertimbangan sebagai berikut:
a. Di SD Angkasa Colomadu merupakan tempat peneliti melaksanakan PPL
(Praktek Pengalaman Lapangan) dan sekaligus menemukan masalah mengenai
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara yang masih rendah.
b. SD Angkasa Colomadu adalah SD yang belum pernah digunakan sebagai
tempat penelitian sehingga mendukung untuk dilaksanakan penelitian.
c. Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan. Penelitian berlangsung sejak
penyusunan proposal hingga terselesainya proposal ini, yaitu mulai bulan
Februari sampai dengan bulan September tahun 2012. Adapun rincian jadwal
pada tabel 3.1 berikut ini:
31
33
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu semester II tahun ajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa sebanyak 23
siswa, yang terdiri 7 siswa putra dan 16 siswa putri dengan Bapak Alexander sebagai
guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2008: 3).
Tindakan itu dilakukan di dalam kelas yang diberikan kepada siswa oleh seorang
guru. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan/
ditargetkan.
2. Strategi Penelitian
Strategi tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
siklus. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi
Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang
yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu: yaitu (a)
perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
Adapun perincian dari keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang terjadi di dalam kelas
saat pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
34
2) Menetapkan alasan dilakukan penelitian tersebut.
3) Merumuskan permasalahan dalam bentuk kalimat tanya.
4) Menetapkan cara pemecahan masalah dengan menggunakan media audio
visual berformat feature.
5) Menentukan indikator kinerja.
6) Merancang tindakan kelas secara rinci dan menyusun instrumen penelitian.
b) Tahap Tindakan
Tahap tindakan merupakan tahap pelaksanaan dari rancangan dan
instrumen penelitian yang telah disusun yang diterapkan pada proses
pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan tindakan selalu diamati dan
direfleksikan.
c) Tahap Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang
terjadi saat penerapan tindakan yang sudah direncanakan pada pembelajaran
yang sesungguhnya.
d) Tahap Refleksi
Tahap refleksi diawali dengan menganalisis dan mengkaji secara
menyeluruh dari hasil pengamatan sehingga diperoleh simpulan tentang
bagian yang telah mencapai tujuan penelitian dan bagian yang masih perlu
perbaikan. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah
tindakan ini dapat mencapai keberhasilan dengan adanya peningkatan
kemampuan apresiasi reseptif atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto
(2008: 133) menjelaskan bahwa reflection adalah kegiatan mengulas secara
kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada siswa, (b) suasana
kelas, dan (c) guru. Berdasarkan hasil refleksi peneliti dapat mengetahui
seberapa jauh keberhasilan dan kekurangan dari pembelajaran yang telah
35
dilakukan. Kekurangan tersebut berusaha diatasi dengan melaksanakan
tindakan atau siklus selanjutnya.
D. Sumber Data
Suharsimi Arikunto (2010: 189), sumber data adalah subjek penelitian di
mana data menempel. Sumber dapat berupa benda, gerak, manusia, dan tempat.
Sumber data atau informasi tersebut antara lain:
1. Informan: Informasi dari hasil wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari
guru kelas V yaitu Ibu Dwi Wahyuni dan siswa kelas V SD Angkasa Colomadu.
2. Dokumen: Data nilai ulangan apresiasi musik daerah nusantara pada siswa kelas
V, arsip pendukung penelitian seperti silabus, RPP, daftar kelas V tahun
2011/2012, foto, dan video kegiatan pembelajaran.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
kelas V di SD Angkasa Colomadu dengan materi apresiasi musik daerah
nusantara.
E. Teknik Pengumpulan Data
Suharsimi Arikunto (2006: 222) mengatakan bahwa ada beberapa teknik
untuk mengumpulkan data diantaranya melalui tes, wawancara, observasi,
dokumentasi, dan kuesioner atau angket. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara. Esterberg dalam
Sugiyono (2008: 72) mendefinisikan wawancara yaitu “A meeting of two persons
to exchange information and idea through question and responses, resulting in
communication and joint construction of meaning about a particular topic”.
Dapat diartikan, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
36
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru dan siswa. Wawancara
dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap
kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan, khususnya mengenai pembelajaran apresiasi musik
daerah nusantara. Wawancara ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut.
2. Observasi
Menurut Nana Sudjana (2009: 84), observasi digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Ada
tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi tidak langsung, dan
observasi partisipasi.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung.
Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung tanpa
adanya perantara terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan
pada guru dan siswa kelas V SD Angkasa Colomadu. Observasi guru dilakukan
untuk mengetahui kinerja guru saat pembelajaran apresiasi musik daerah
nusantara sedangkan observasi siswa dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa
yang mencakup kemampuan apresiasi musik daerah nusantara pada saat
pembelajaran berlangsung.
3. Tes
Suharsimi Arikunto (2006: 150) menyatakan tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
37
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Tes ini dilakukan pada setiap akhir siklus untuk mengumpulkan data nilai
siswa kelas V SD Angkasa Colomadu tentang materi apresiasi musik daerah
nusantara. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh
apresiasi siswa tentang materi musik daerah nusantara yang diperoleh siswa kelas
V SD Angkasa Colomadu setelah kegiatan pemberian tindakan.
4. Angket
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta siswa kelas
V SD Angkasa Colomadu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak
memungkinkan untuk diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini
diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 23 siswa.
5. Dokumentasi
Metode ini akan digunakan sebagai perekam data-data penelitian yang
terdapat selama proses penelitian baik data yang berupa gambar/ foto maupun
video pengamatan ketika siswa kelas V SD Angkasa Colomadu menunjukkan
sikap apresiatif kelas saat penelitian berlangsung.
Kajian dokumen juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip
yang ada seperti kurikulum, RPP guru, materi pelajaran, dan arsip nilai yang
diberikan oleh guru pada kelas V SD Colomadu tahun ajaran 2011/2012.
F. Validitas Data
Maksud dari validitas data adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya
mencerminkan apa yang sebenarnya diukur dan diteliti sehingga data data yang
diteliti dapat di pertanggung jawabkan. Untuk menjamin dan mengembangkan
38
validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan trianggulasi. Adapun trianggulasi data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Trianggulasi data ( sumber )
Trianggulasi data (sumber) adalah data atau informasi yang diperoleh
selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Trianggulasi data
(sumber) dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
sejenis dari sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini, kegiatan yang
dilakukan peneliti adalah membandingkan data / informasi yang terkait dengan
pembelajaran musik daerah nusantara yang diperoleh dari guru seni musik
maupun siswa kelas V SD Angkasa Colomadu, hasil observasi dalam
pembelajaran seni musik daerah dalam penggunaan media audio visual berformat
feature. Hasil perbandingan data dari sumber data yang berbeda tersebut
kemudian dikomparasikan untuk diambil kesimpulan. Dengan teknik trianggulasi
data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih akurat dalam
menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD
Angkasa Colomadu pada tahun ajaran 2011/2012.
2. Trianggulasi metode
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik mengumpulkan data yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan
peneliti yakni membandingkan data yang telah diperoleh dari beberapa teknik
pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik simpulan data yang lebih
kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari hasil
observasi, hasil nilai ulangan siswa dalam pembelajaran apresiasi musik daerah
39
nusantara, kemudian ditarik kesimpulan sehingga data yang diperoleh mendekati
valid
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang diperoleh dari penelitian. Data sangat diperlukan dalam penelitian untuk
membuktikan kebenaran data dari suatu peristiwa atau pengetahuan. Oleh sebab itu
penelitian harus membutuhkan data yang objektif, untuk mendapatkan data yang
objektif perlu diperhatikan mengenai teknik pengumpulan data yang digunakan
sebagai alat pengumpul data atau pengambil data.
Sugiyono (2008: 89) mendefinisikan tentang analisis data sebagai
berikut:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah analisis data
yang dikemukakan oleh Milles dan Huberman yaitu:
1. Reduksi Data
Menurut Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 280), analisis
data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian,
menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang
muncul dari catatan-cataatn lapangan. Mereduksi data berarti membuat
rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, serta
membuang yang dianggap tidak perlu. Dalam penelitian ini, data yang direduksi
40
meliputi data hasil observasi kinerja guru, data hasil observasi aktifitas siswa dan
data hasil pembelajaran dengan menggunakan media realita yang berupa tes
pemahaman konsep bangun ruang.
2. Display/ Penyajian Data
Menampilkan data merupakan kegiatan menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu
dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel. Peneliti
menampilkan data dengan cara membuat daftar nilai Matematika dan
menampilkan hasil pengamatan pada lembar observasi.
3. Mengambil Kesimpulan/ Verifikasi Data
Verifikasi data merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan display
data sehingga data dapat disimpulkan. Verifikasi data dimulai dengan
memutuskan antara gejala yang mempunyai makna termasuk data-data yang
memiliki konfigurasi dengan data yang tidak bermakna untuk mengarah pada
kesimpulan yang sifatnya terbuka. Untuk itu di dalam membuat kesimpulan,
perlu mencocokkan data yang ada di lapangan dengan cara trianggulasi, sehingga
akan memperoleh data yang akurat.
Bagan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis model
Miles dan Huberman, gambarnya adalah sebagai berikut:
41
Gambar 3.1 Analisis Model Milles dan Huberman
H. Indikator Kinerja
I.
Sarwiji Suwandi (2009: 70) mengungkapkan bahwa indikator kinerja
merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan
keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator penelitian ini bersumber dari
kurikulum dan silabus KTSP Seni Budaya dan Keterampilan kelas V serta Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75.
Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus, dengan ketentuan siklus akan
berhenti apabila pembelajaran dikatakan berhasil apabila:
1. Nilai kemampuan apresiasi reseptif siswa secara klasikal yang memperoleh nilai
≥75 (KKM) mencapai ≥75%.
2. Sikap apresiatif siswa dengan kategori sikap apresiatif baik (3,01-4,00) secara
klasikal mencapai ≥75%.
3. Keterampilan siswa dalam memainkan alat musik angklung dengan kategori (
3,01 – 4,00 ) secara klasikal mencapai ≥75%.
Pengumpulan
Data Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan
42
J. Prosedur Penelitian
Suharsimi Arikunto (2008: 70) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang, yang mencakup empat
langkah sebagai berikut: (1) perancanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Siklus-siklus dalam penelitian
harus menunjukkan dengan menguraikan indicator keberhasilan yang dicapai dalam
setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Hubungan keempat tahapan tersebut
menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Adapun tahapan-
tahapan dalam prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan secara jelas pada
gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas
( Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16 )
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data yang diperlukan.
SIKLUS I
Pengamatan
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Rekomendasi
Perencanaan
43
2) Membuat media audio visual berformat feature tentang musik daerah
nusantara.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi apresiasi
musik daerah nusantara terdiri dari 2 pertemuan.
4) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran, yaitu: multimedia
proyektor, LCD, speaker, laptop, dan alat musik angklung.
5) Menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa: soal, instrumen observasi
proses pembelajaran siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru menggunakan media
audio visual berformat feature untuk menyampaikan materi musik daerah
nusantara. Dalam pembelajaran ini guru bertindak sebagai pengajar. Pada
siklus I guru menggunakan media audio visual berformat feature dengan cara
ditampilkan melalui multimedia proyektor di depan kelas dan siswa duduk
memperhatikan media audio visual yang sedang ditampilkan.
Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berupa lisan maupun
tertulis untuk mengetahui kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara siswa selama proses pembelajaran. Pada akhir siklus, peneliti
melakukan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan apresiasi reseptif
musik daerah nusantara.
c. Observasi
Pada kegiatan pengamatan guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas
V bertindak sebagai pengamat. Pengamat mengamati aktivitas siswa dan
kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan media audio visual berformat
feature. Hasil dari pengamatan kemudian disampaikan kepada peneliti yang
44
kemudian digunakan sebagai perbandingan dengan tujuan dan hasil tes
apresiasi musik daerah nusantara siswa.
d. Refleksi
Peneliti dan guru kelas menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada
lembar observasi dan lembar evaluasi, dari hasil analisis siklus I menunjukkan
belum tercapainya indikator keberhasilan. Nilai kemampuan apresiasi reseptif
musik daerah nusantara pada siklus I mencapai rata-rata 73,38. Nilai sikap
apresiatif musik daerah nusantara dengan kategori tinggi baru dicapai 10
orang siswa. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus I
secara klasikal sebesar 2,3 atau termasuk dalam kategori cukup. Maka perlu
diadakan perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran yang
didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I.
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis kekurangan yang terdapat pada siklus I.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan materi apresiasi musik daerah nusantara yang
terdiri dari 2 pertemuan.
3) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran, yaitu: multimedia
proyektor, LCD, Speaker, dan Laptop.
4) Menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa: soal, instrumen observasi
proses pembelajaran siswa.
45
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus II peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti masih menyampaikan
materi apresiasi musik daerah nusantara. Pada siklus II guru menggunakan
media audio visual berformat feature dengan cara ditampilkan melalui
multimedia proyektor di depan kelas dan siswa duduk memperhatikan media
audio visual yang sedang ditampilkan.
Guru melibatkan siswa dalam pembelajaran berupa lisan maupun
tertulis untuk mengetahui kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara siswa selama proses pembelajaran. Setelah itu, secara berkelompok
siswa dibimbing untuk memainkan salah satu alat musik daerah yaitu
angklung. Siswa memainkan alat musik angklung secara berkelompok di
depan kelas sementara guru menilai keterampilan siswa dalam memainkan
alat musik angklung tersebut. Pada akhir siklus, peneliti melakukan tes
evaluasi untuk mengetahui peningkatan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara.
c. Observasi
Pengamat dan pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, yaitu mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru
dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membandingkan hasil dari siklus I
dengan siklus II, apakah ada peningkatan kemampuan apresiasi musik daerah
nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu, Karanganyar atau tidak.
Nilai kemampuan apresiasi musik daerah nusantara siswa yang mencapai ≥75
(KKM) pada siklus I 47,6% dan setelah siklus II menjadi 56,52% dari
keseluruhan jumlah siswa. Nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa
dengan kategori tinngi baru dicapai 16 orang siswa atau 69,57%. Nilai
46
keterampilan memainkan alat musik angklung siswa pada siklus I 2,02 dan setelah
siklus menjadi 2,2. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung sudah
mengalami peningkatan tetapi belum memenuhi indicator yaitu 75% siswa
mencapai nilai 3,01-4,00 (kategori baik). Guru dalam menyampaikan petunjuk
dalam memainkan alat musik angklung masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu,
peneliti melanjutkan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada siklus
berikutnya, yakni siklus III untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada
siklus II tersebut.
3. Siklus III
Perencanaan pada siklus III meliputi rencana perbaikan pembelajaran yang
didasarkan pada hasil refleksi pada siklus II.
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis kekurangan yang terdapat pada siklus II.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan materi apresiasi musik daerah nusantara yang
terdiri dari 2 pertemuan.
3) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran, yaitu: multimedia
proyektor, LCD, Speaker, dan Laptop.
4) Menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa: soal, instrumen observasi
proses pembelajaran siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus III peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti masih menampilkan
media audio visual berformat feature untuk mengingat kembali materi musik
daerah nusantara. Peneliti bertindak sebagai fasilitator kelompok untuk
memainkan lagu daerah Gundul-gundul Pacul dengan alat musik angklung.
47
Peneliti memantau kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara
dengan melibatkan siswa melalui tanya jawab dan penugasan secara lisan
maupun tertulis. Selain itu peneliti juga memantau dan menilai keterampilan
siswa dalam memainkan alat musik angklung. Pada akhir siklus diadakan tes
evaluasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan apresiasi reseptif siswa.
c. Observasi
Pengamat dan pengamatan yang dilakukan pada siklus III sama dengan yang
dilakukan pada siklus II, yaitu mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru
dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus III digunakan untuk membandingkan hasil dari
siklus II dengan siklus III, apakah ada peningkatan kemampuan apresiasi
musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu,
Karanganyar atau tidak. Hasil analisis pada siklus III dari aspek kognitif yang
merupakan nilai kemampuan apresiasi musik daerah nusantara siswa kelas V
pada siklus III meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) ≥75 sebanyak 19 siswa atau 82,61% dari 23 siswa.
Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dari aspek afektif meningkat
dengan jumlah siswa 20 atau 86,96% yang mendapat kategori sikap apresiatif
tinggi. Sedangkan keterampilan siswa memainkan alat musik angklung dari
aspek psikomotorik mencapai 78,26% atau 18 siswa dari jumlah 23 siswa
yang mendapat nilai dengan kategori baik. Maka pembelajaran apresiasi
musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu dengan
penggunaan media audio visual berformat feature yang dilaksanakan pada
siklus III dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaaan media audio visual berformat feature dapat
48
meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada
siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar tahun ajaran
2011/2012.
49
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar (SD) Angkasa Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1968. Status sekolah SD
Angkasa adalah SD swasta milik Yayasan Ardya Garini dengan Nomor Statistik
Sekolah (NSS) 10431312022. Sekolah ini terletak di jalan Adi Soemarmo
Kalurahan Malangjiwan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Sekolah Dasar (SD) Angkasa Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2011/2012 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang
bernama Bapak Suprapto, S. Pd. Sekolah ini memiliki 11 guru, 2 pegawai koperasi
siswa dan seorang penjaga sekolah. Semua personil telah melaksanakan tugasnya
masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya.
Bangunan gedung SD Angkasa berdiri di atas tanah seluas 6143 meter
persegi, dengan luas bangunan 816 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6
ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang komputer, laboratorium
bahasa, perpustakaan, aula, UKS, 5 kamar mandi atau toilet. Selain mempunyai
beberapa ruangan, SD Angkasa juga mempunyai lapangan sepak bola dan halaman
yang sangat luas yang biasanya digunakan untuk pembelajaran olahraga dan
upacara yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika
jam istirahat.
Jumlah seluruh siswa di SD Angkasa pada tahun 2011/2012 adalah 144
siswa yang terdiri dari 81 siswa laki-laki dan 63 siswa perempuan. Siswa terbagi
dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 16 siswa, kelas II sebanyak 26 siswa, kelas
III sebanyak 26 siswa, kelas IV sebanyak 28 siswa, kelas V sebanyak 23 siswa dan
kelas VI sebanyak 25 siswa. Sebagian besar orang tua siswa adalah TNI AU
Lanud Adi Soemarmo.
49
50
2. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan
kegiatan observasi dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.
Hasil observasi kegiatan siswa dan guru (lihat lampiran 26 dan 32) pada kondisi
awal menjelaskan bahwa kemampuan apresiasi musik reseptif daerah nusantara
pada KD menampilkan sikap apresiatif terhadap berbagai musik/lagu wajib dan
daerah nusantara masih rendah karena guru mengajar dengan metode konvensional
dan belum menggunakan media pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan
pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan meminta siswa untuk
membuka buku Seni Budaya dan Keterampilan. Sehingga siswa mendengarkan
penjelasan dari guru sambil menyimak buku Seni Budaya dan Keterampilan. Hal
ini menyebabkan siswa kurang tertarik dan bosan dengan kegiatan pembelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru sebelum
menggunakan media audio visual berformat feature (lihat lampiran 22), salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara dalam pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah banyak
ragamnya musik daerah nusantara sehingga siswa sulit menghafalkan berbagai alat
musik daerah. Sedangkan dari hasil wawancara peneliti dengan siswa sebelum
menggunakan media audio visual berformat feature (lihat lampiran 24), siswa
kurang berminat dengan pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara karena
guru menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan siswa menjadi bosan
dan kurang aktif dalam pembelajaran. Hal inilah yang akan menyebabkan sikap
apresiatif siswa dalam musik daerah nusantara rendah. Guru belum menggunakan
media pembelajaran dengan baik sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam
mempelajari materi musik daerah nusantara.
Nilai kemampuan apresiasi musik daerah nusantara semester I dapat dilihat
pada lampiran 44. Agar lebih jelas maka kondisi awal kemampuan apresiasi
51
reseptif musik daerah nusantara dapat dilihat pada tabel 4.1 dan histogram di
bawah ini:
Tabel 4.1 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V SD Angkasa
Pada Semester 1 (Sebelum Tindakan)
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 53 - 58 3 55,5 165,5 13,04
2 59 - 64 8 61,5 492 34,78
3 65 - 70 5 67,5 337,5 21,74
4 71 - 76 3 73,5 220,5 13,04
5 77 - 82 2 79,5 159 8,7
6 83 - 88 2 85,5 171 8,7
Nilai rata-rata klasikal 67,2
Tabel nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada
siswa kelas V SD Angkasa Lanud Adi Soemarmo pada semester 1 ( sebelum
diadakan tindakan) melalui penggunaan media audio visual berformat feature
dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 4.1 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa Pada Semester 1 (Sebelum Tindakan)
52
Tabel dan Histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai kemampuan
apresiasi reseptif siswa sebelum menggunakan media audio visual berformat
feature diperoleh nilai dengan rata-rata klasikal sebesar 67,2. Siswa yang
memperoleh nilai 53-58 sebanyak 3 siswa atau 13,04%. Siswa yang memperoleh
nilai 59-64 sebanyak 8 siswa atau 34,78%. Siswa yang memperoleh nilai 65-70
sebanyak 5 siswa atau 21,74%. Siswa yang memperoleh nilai 71-76 sebanyak 3
siswa atau 13,04%. Siswa yang memperoleh nilai 77-82 sebanyak 2 siswa atau
8,7%. Siswa yang memperoleh nilai 83-88 sebanyak 2 siswa atau 8,7%.
Tabel di atas menjelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM sebanyak 16 siswa atau 69,56%, sedangkan siswa yang memperoleh nilai
sama atau lebih dari KKM sebanyak 7 siswa atau 30,43%. Hal ini dapat diartikan
bahwa ketuntasan secara klasikal yang diperoleh sebesar 30,43% masih jauh dari
ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 75% dari jumlah siswa mendapat nilai
≥75 (KKM), dengan kata lain hasil nilai kemampuan apresiasi reseptif siswa kelas
V SD Angkasa pada semester 1 (Sebelum Tindakan) tergolong masih rendah.
Selain itu, berdasarkan data nilai angket sikap apresiatif siswa pada musik
daerah nusantara yang dilakukan sebelum tindakan (dapat dilihat pada lampiran
37) dapat disimpulkan bahwa sikap apresiatif siswa pada musik daerah nusantara
masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kemauan/kesadaran siswa dalam
mempelajari musik daerah nusantara masih kurang, siswa tidak senang dengan
pembelajaran musik daerah nusantara, siswa belum memiliki rasa cinta terhadap
musik daerah nusantara karena penilaian siswa terhadap musik daerah nusantara
rendah dan tidak seperti alat musik yang lebih masa kini (drumb band), dan
akhirmya siswa kurang menghargai adanya musik daerah nusantara.
Agar lebih jelas maka kondisi awal sikap apresiatif siswa terhadap musik
daerah nusantara dapat dilihat pada tabel 4.2 dan histogram di bawah ini:
Tabel 4.2 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Sebelum Tindakan (Pra Siklus)
53
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 1,60 - 1,82 11 1,71 18,81 47,83
2 1,83 – 2,05 7 1,93 13,51 30,43
3 2,06 – 2,28 1 2,17 2,17 4,35
4 2,29 – 2,51 2 2,3 4,6 8,69
5 2,52 – 2,75 2 2.63 5,26 8,69
Jumlah 44,35
Nilai rata-rata klasikal 1,93
Tabel nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa kelas V
sebelum menggunakan media audio visual berformat feature dapat disajikan dalam
bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 4.2 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Sebelum Tindakan
54
Tabel 4.2 dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai sikap
apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata klasikal sebesar 1,93.
Siswa yang memperoleh nilai 1,60-1,82 sebanyak 11 orang. Siswa yang
memperoleh nilai 1,83-2,05 sebanyak 7 orang. Siswa yang memperoleh nilai
2,06-2,28 ada 1 orang. Siswa yang memperoleh nilai 2,29-2,51 ada 2 0rang siswa
dan siswa yang memperoleh nilai 2,52-2,75 juga ada 2 orang siswa. Jadi sikap
apresiatif musik daerah nusantara siswa yang mencapai rata-rata sebesar 1,93
termasuk dalam kategori rendah. Padahal indikator yang akan dicapai adalah
sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan kategori baik (3,01-4,00)
mencapai ≥75%.
Berdasarkan data nilai keterampilan memainkan alat musik angklung
dalam pelajaran apresiasi musik daerah nusantara yang dilakukan sebelum
dilakukan tindakan (lihat lampiran 48) dapat disimpulkan bahwa keterampilan
memainkan alat musik angklung siswa masih rendah dan perlu untuk diperbaiki.
Agar lebih jelas maka kondisi awal nilai keterampilan memainkan alat musik
angklung dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Sebelum Tindakan
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 1,00 - 1,25 21 1,125 23,625 91,3
2 1,26 – 1,50 2 1,275 2,55 8,7
Jumlah 26,275
Nilai rata-rata klasikal 1,14
Tabel nilai keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V
sebelum menggunakan media audio visual berformat feature dapat disajikan dalam
bentuk histogram sebagai berikut:
55
Gambar 4.3 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Sebelum Tindakan
Tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai keterampilan
memainkan alat musik daerah angklung siswa yang mencapai rata-rata 1,14
tergolong masih rendah dan perlu diperbaiki. Siswa yang mendapat nilai 1,00-1,25
sebanyak 21 orang siswa atau 91,3% dan siswa yang mendapat nilai 1,26-1,50 ada
2 orang siswa atau 8,7%. Padahal indikator yang ingin dicapai dalam memainkan
alat musik angklung adalah ≥75% siswa mendapat nilai dengan kategori baik
(3,01-4,00).
Rendahnya nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara,sikap apresiatif siswa, dan keterampilan memainkan alat musik siswa
kelas V disebabkan karena guru Seni Budaya dan Keterampilan masih mengajar
secara konvensional, artinya guru mengajar seringnya menggunakan metode
ceramah dan belum menggunakan media pembelajaran dengan baik sehingga
siswa dalam mempelajari musik daerah nusantara masih terkesan abstrak, belum
mengetahui gambar musik daerah yang sebenarnya. Hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan dengan guru diperoleh data bahwa yang menjadi faktor
mendasar rendahnya kemampuan apresiasi musik daerah nusantara pada siswa
kelas V SD Angkasa yaitu siswa masih kurang berminat dalam mengikuti
pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara. Guru belum menggunakan media
56
dengan baik sehingga pembelajaran kurang bermakna. Selain itu, siswa juga belum
pernah melakukan praktek memainkan alat musik daerah nusantara sehingga sikap
apresiatif siswa terhadap musik daerah nusantara dan keterampilan memaikan
salah satu alat musik daerah nusantara kurang. Banyak ragamnya musik daerah
nusantara menyebabkan siswa merasa kesulitan untuk menghafal dan
membedakan alat musik daerah nusantara pada materi tersebut, sehingga banyak
siswa yang nilainya tidak mencapai KKM ≥ 75.
Oleh karena itu, diperlukan adanya solusi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan di atas yaitu dengan menggunakan media audio visual berformat
feature untuk meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif siswa, sikap apresiatif,
dan keterampilan memainkan salah satu musik daerah nusantara pada siswa kelas
V SD Angkasa.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu
minggu yaitu pada tanggal 9 Mei dan 10 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Informasi yang diperoleh dari data awal siswa sebagai subjek
penelitian sebanyak 7 siswa dari 23 siswa mendapatkan nilai apresiasi reseptif
musik nusantara dibawah 75, sehingga belum mencapai ketuntasan minimal
yang telah ditetapkan yaitu 75. Selain itu, hasil wawancara dengan guru Seni
Budaya dan Keterampilan menyatakan bahwa kemampuan apresiasi reseptif
musik nusantara masih rendah. Oleh karena itu, perlu diadakan pembelajaran
dengan menggunakan media audio visual berformat feature untuk
meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.
Tahap perencanaan ini dipersiapkan beberapa hal antara lain:
57
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester II
dengan Kompetensi Dasar 11.3 Menampilkan sikap apresiatif terhadap
berbagai musik/lagu wajib dan daerah nusantara. Perencanaan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi
waktu setiap pertemuan adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus
terdapat alokasi waktu 4x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran
yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajan, media dan
sumber belajar, dan teknik penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) siklus I pertemuan ke-1 dan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 2.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah:
a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah ruang laboratorium
bahasa. Ketika diskusi akan berlangsung pindah ke ruang kelas V dan
tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan
diskusi dengan baik.
b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I adalah mendeskripsikan
pengertian musik daerah nusantara, menyebutkan jenis alat musik
daerah nusantara berdasarkan cara memainkannya, menyebutkan daerah
asal alat musik daerah nusantara, dan fungsi sosialnya. Sebagai hasilnya
adalah kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa
dapat meningkat. Sedangkan materi pada pertemuan II yaitu
mengelompokkan musik daerah nusantara berdasarkan cara
memainkannya dan menyebutkan bahan pembuatan alat musik daerah
58
nusantara. Materi pembelajaran siklus I pertemuan II terdapat pada
lampiran 21.
c) Mempersiapkan media pembelajaran, yaitu media audio visual
berformat feature, computer, speaker, LCD, dan alat musik daerah
angklung.
3) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP siklus I, Lembar Diskusi Siswa,
Pelaksanaan Pembelajaran Guru, Lembar Evaluasi untuk mengukur
Kemampuan apresiasi reseptif siswa, Lembar penilaian keterampilan
memainkan alat musik angklung.
Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal apa
saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar Evaluasi
untuk menilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.
Sedangkan lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan
pada persiapan dan jalannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media audio visual berformat feature. Lembar observasi ini dapat dilihat
pada lampiran 32. Lembar penilaian keterampilan memainkan alat musik
anklung untuk mengukur tingkat keterampilan siswa dalam memainkan alat
musik angklung.
b. Pelaksanaan
Setelah rencana tindakan dibuat, dilanjutkan tindakan penelitian
dengan melakukan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan
menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan
salah satu alat musik daerah nusantara.
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit). Pada pertemuan pertama
pelajaran musik daerah nusantara yang diajarkan yaitu musik daerah
nusantara dengan indikator dapat Mendeskripsikan pengertian musik daerah
59
nusantara, menyebutkan fungsi sosial alat musik daerah nusantara,
mengidentifikasi jenis alat musik daerah nusantara dan asalnya, dan
menyebutkan cara memainkan alat musik daerah nusantara.
a) Pedahuluan
Sebagai kegiatan awal guru memberikan salam, mengkondisikan kelas,
melakukan doa bersama, melakukan apersepsi yaitu guru menampilkan
video pertunjukkan musik daerah nusantara, orientasi yaitu siswa
menerima penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran hari ini,
dan motivasi agar siswa mengetahui manfaat mempelajari materi musik
daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk mempelajarinya.
Kegiatan pendahuluan berlasngsung selama 15 menit. Pada pertemuan
pertama ini ada 2 orang siswa yang tidak masuk sehingga siswa yang
masuk sejumlah 21 orang siswa.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 50
menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran
terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Tindakan eksplorasi bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa
tentang alat musik daerah di Indonesia. Guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa, “anak-anak, apa yang kalian ketahui tentang musik
daerah nusantara? Apakah alat musik gitar dan drum juga termasuk
alat musik daerah nusantara?”. Selanjutnya guru menampilkan media
audio visual berformat feature sementara siswa memperhatikan. Guru
membagi siswa ke dalam 5 kelompok diskusi, setiap kelompok
beranggotakan 4–5 orang siswa. Kemudian masing-masing kelompok
berkumpul dalam meja diskusi masing-masing kelompok. Siswa
60
mendengarkan aturan diskusi dan guru memberikan Lembar Diskusi
Siswa.
(2) Elaborasi
Pada kegiatan ini, siswa diskusi mengerjakan tugas kelompok yaitu
menyebutkan jenis-jenis musik daerah nusantara berdasarkan cara
memainkannya, daerah asal, dan fungsi sosialnya. Kemudian salah
satu dari masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya ke
depan kelas. Lembar Diskusi Kelompok dapat dilihat pada lampiran 3.
(3) Konfirmasi
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi apresiasi
musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan
materi musik daerah nusantara yang belum diketahui siswa.
c) Kegiatan Akhir
Sebagai kegiatan akhir guru dan siswa bersama-sama menyusun
kesimpulan. Siswa memperoleh tidak lanjut berupa arahan atau tugas
untuk pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Mei tahun 2012. Pada
pertemuan kedua ini siswa mengingat kembali materi pertemuan satu tentang
pengertian musik daerah nusantara, menyebutkan fungsi sosial alat musik
daerah nusantara, dan mengidentifikasi jenis alat musik daerah nusantara.
Kemudian melanjutkan materi tentang bahan pembuatan alat musik daerah
nusantara.
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan
kedua:
a) Pendahuluan
Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi dengan
memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yang telah disiapkan
61
yaitu alat musik angklung. Sebelum memainkan alat musik angklung,
guru melakukan tanya jawab dengan siswa, “anak-anak alat musik ini
bernama apa? Berasal dari manakah alat musik angklung? Alat musik
angklung terbuat dari apa? Bagaimana cara memainkan alat musik ini?”.
Siswa kembali menerima orientasi dari guru tentang tujuan pembelajaran
hari ini. Selanjutnya guru memberikan motivasi siswa untuk mengetahui
manfaat mempelajari materi apresiasi musik daerah nusantara sehingga
lebih termotivasi untuk mempelajarinya.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
Guru menampilkan kembali media audio visual berformat feature
kemudian melanjutkan materi pada pertemuan pertama yaitu materi
tentang bahan pembuatan alat musik daerah nusantara. Siswa duduk
sesuai kelompok pada pertemuan pertama. Guru memberikan tugas
kelompok untuk didiskusikan. Lembar Diskusi Kelompok siklus I
pada pertemuan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 4.
(2) Elaborasi
Siswa mengerjakan tugas kelompok yaitu mengelompokkan musik
daerah nusantara berdasarkan cara memainkannya dan bahan
pembuatan. Salah satu dari masing-masing kelompok membacakan
hasil diskusinya di depan kelas sementara kelompok yang lain
memperhatikan. Guru memberi penguatan pada kelompok yang aktif
dan kerjanya bagus. Siswa maju ke depan kelas untuk praktek
memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu angklung.
Dalam memainkan alat musik angklung, guru membimbing agar siswa
dapat memegang alat musik angklung dengan benar dan dapat
membunyikannya dengan baik. Guru mengadakan penilaian awal
terhadap siswa ketika memainkan alat musik angklung.
62
(3) Konfirmasi
Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi
musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan
hal yang belum diketahui siswa.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir diberikan penguatan materi dan siswa diajak membuat
kesimpulan atas materi pembelajaran secara keseluruhan. Kemudian
siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk mengetahui tingkat
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dan guru
memberikan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas.
c. Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan
salah satu alat musik daerah nusantara. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar peran serta siswa kelas V SD Angkasa dalam mengikuti pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan
keterampilan memainkan salah satu musik daerah nusantara. Dari data
observasi kegiatan siswa dalam siklus I selama dua kali pertemuan (lampiran
28) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
1) Siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru ketika
menggunakan media audio visual berformat feature.
2) Siswa aktif dalam memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu
angklung.
63
3) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sangat baik karena merasa
tertarik dengan media pembelajaran yang baru.
4) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika tugas
kelompok sudah baik.
5) Hasrat untuk bertanya siswa dan mengeluarkan pendapat dalam diskusi
kelompok sudah baik tetapi belum semua siswa mengeluarkan pendapat.
6) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran kurang baik, hanya
beberapa orang siswa yang mau bekerjasama dalam kelompok.
7) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok.
8) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran musik daerah nusantara sudah
baik.
9) Siswa aktif untuk membuat kesimpulan pelajaran yaitu dengan menulis
kesimpulan materi pembelajaran.
10) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah terlihat baik.
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada kinerja peneliti sebagai
guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti
dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data observasi kinerja
guru dalam siklus I selama dua kali pertemuan (lampiran 33) diperoleh hasil
sebagai berikut:
1) Guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
2) Guru sudah melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan,
siswa, situasi dan lingkungan.
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis dengan
baik.
4) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual,
kelompok atau klasikal tetapi belum berjalan dengan baik.
64
5) Guru menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan, siswa, situasi dan lingkungan yaitu media audio visual berformat
feature.
6) Guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi
pembelajaran.
7) Guru sudah melakukan penilaian di akhir pembelajaran atau akhir siklus I.
8) Guru memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
9) Guru belum melakukan keefektifan proses pembelajaran dengan baik
Selain observasi aktivitas siswa dan guru, juga ada observasi aspek
kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara dan aspek
psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat musik daerah
angklung. Untuk mengukur kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara diadakan tes evaluasi tentang musik daerah nusantara dan untuk
mengukur keterampilan memainkan alat musik angklung dilakukan praktek
memainkan alat musik angklung.
1) Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara
Observasi pada aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik
daerah nusantara diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Tes evaluasi
meliputi pengertian musik daerah nusantara, jenis musik daerah nusantara
berdasarkan cara memainkannya, fungsi sosial dari alat musik daerah,
menyebutkan daerah asal dan bahan pembuatan alat musik daerah.
Berdasarkan data nilai tes evaluasi siklus I pada lampiran 40, maka dapat
dibuat tabel dan histogram sebagai berikut:
65
Tabel 4.4 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V SD Angkasa
Siklus I
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
Keterangan
1 43 - 50 1 46,5 46,5 4,77 Belum Tuntas
2 51 - 58 2 54,5 109 9,52 Belum Tuntas
3 59 - 66 3 62,5 187,5 14,28 Belum Tuntas
4 67 - 74 5 70,5 352,5 23,80 Belum Tuntas
5 75 - 82 8 78,5 628 38,09 Tuntas
6
7
83 - 90
91 - 98
1
1
86,5
94,5
86,5
94,5
4,77
4,77
Tuntas
Tuntas
Nilai rata-rata klasikal = 71,64
Presentase ketuntasan = (10 : 21) x 100% = 47,62%
Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.4 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa Siklus I
Tabel 4.4 dan gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa nilai
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus 1
mencapai rata-rata klasikal sebesar 71,64 dengan nilai tertinggi 94 dan
66
nilai terendah 46. Siswa yang memperoleh nilai 43-50 ada 1 siswa atau
4,77%. Siswa yang memperoleh nilai 51-58 ada 2 siswa atau 9,52%.
Siswa yang memperoleh nilai 59-66 sebanyak 3 siswa atau 14,28%. Siswa
yang memperoleh nilai 67-74 sebanyak 5 siswa atau 23,80%. Siswa yang
memperoleh niai 75-82 sebanyak 8 siswa atau 38,09%. Siswa yang
memperoleh nilai 83-90 ada 1 siswa atau 4,77%. Nilai yang paling besar
91-98 diperoleh 1 siswa atau 4,77%. Nilai yang diperoleh siswa paling
banyak, yakni sebanyak 8 siswa atau 38,09 %. Jumlah siswa yang
memenuhi KKM sebanyak 10 siswa atau 47,62%.
2) Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara
Observasi aspek afektif yaitu sikap apresiatif musik daerah nusantara.
Cara mengukurnya dengan menggunakan angket sikap apresiatif.
Berdaearkan nilai sikap apresiatif siklus I pada lampiran 41, maka dapat
dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Sebelum Tindakan (Pra Siklus)
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 2,45 – 2,65 5 2,55 12,75 23,81
2 2,66 – 2,85 3 2,75 8,25 14,28
3 2,86 – 3,05 3 2,85 8,55 14,28
4 3,06 – 3,25 10 3,15 31,5 47,62
Jumlah 60,75
Nilai rata-rata klasikal 2,89
Tabel nilai sikap apresiatif siswa siklus I di atas dapat dibuat
histogram sebagai berikut:
67
Gambar 4.5 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Tabel 4.5 dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai sikap
apresiatif musik daerah nusantara siklus I mencapai rata-rata klasikal
sebesar 2,89. Siswa yang memperoleh nilai 2,45-2,65 sebanyak 5 orang
atau 23,81%. Siswa yang memperoleh nilai 2,66-2,85 ada 3 orang siswa
atau 14,28%. Siswa yang memperoleh nilai 2,86-3,05 ada 3 orang siswa
atau 14,28%. Dan siswa yang memperoleh nialai 3,06-3,25 sebanyak 10
siswa atau 47,62%. Jadi sikap apresiatif siswa dengan rata-rata klasikal
2,89 baru mencapai kategori sedang dan belum ada siswa yang
memperoleh nilai sikap apresiatif dengan kategori tinggi. Padahal
indikator yang akan dicapai pada sikap apresiatif musik daewrah
nusantara adalah ≥75% siswa memperoleh nilai dengan kategori tinggi
(3,01-4,00).
3) Keterampilan memainkan alat musik angklung
Observasi aspek psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat
musik. Cara mengukurnya dengan cara praktek memainkan alat musik
angklung. Berdasarkan data nilai keterampilan memainkan alat musik
angklung pada lampiran 46, maka dapat dibuat tabel sebagai berikut:
68
Tabel 4.6 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa Kelas V
SD Angkasa Pada Siklus I
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 2,00 – 2,25 15 2,125 31,875 71,43
2 2,26 – 2,50 2 2,385 4,77 9,52
3 2,51 – 2,75 1 2,635 2,635 4,76
4 2,76 – 3,00 1 2,885 2,885 4,76
5 3,01 – 3,25 2 3,135 6,27 9,52
Nilai rata-rata klasikal = 48,435 : 21 = 2,3
Presentase ketuntasan = (2 : 21) x 100% = 9,52%
Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.6 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus I
Tabel 4.6 dan gambar histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai
keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus 1 mencapai rata-
rata klasikal sebesar 2,3. Siswa yang memperoleh nilai 2,00-2,25 sebanyak 15
69
orang. Siswa yamg memperoleh nilai 2,26-2,50 ada 2 orang. Siswa yang
memperoleh nilai 2,51-2,75 hanya 1 orang atau 4,76%. Siswa yang
memperoleh nilai 2,76-3,00 hanya 1 orang dan siswa yang memperoleh nilai
3,01-3,25 ada 2 orang. Jadi kemampuan siswa dalam memainkan salah satu
alat musik daerah nusantara pada siklus I baru mencapai kategori cukup
dengan rata-rata 2,3 dengan 2 orang siswa yang mendapat kategori baik.
Padahal indikator yang akan dicapai adalah keterampilan memainkan alat
musik angklung siswa dengan kategori baik (3,01-4,00) secara klasikal
mencapai ≥75%.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang
dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi
dengan menganalisis nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara siswa kelas V SD Angkasa dan Nilai keterampilan memainkan alat
musik angklung, kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah
ditetapkan.
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Penilaian dari hasil evaluasi untuk mengukur
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara. Nilai kemampuan
apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus I mencapai rata-rata
73,38. Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata 2,89
dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sikap apresiatif tinggi ada
10 siswa atau 47,62%. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung
pada siklus I secara klasikal sebesar 2,3 atau termasuk dalam kategori cukup.
Jika dianalisis dari observasi guru yang menjadi kendala dalam
pembelajaran yaitu guru sudah melaksanakan pembelajaran secara
berkelompok tetapi belum berjalan dengan baik. Selain itu guru ketika
70
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual
berformat feature di laboratorium bahasa yang kemudian pindah ke ruang
kelas V untuk melaksanakan kegiatan diskusi menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi kurang efektif. Keterlibatan siswa dalam diskusi
kelompok mengerjakan Lembar Diskusi Siswa masih kurang. Hal ini dapat
dilihat dari Lembar Observasi Siswa dalam pembelajaran pada lampiran 28.
Masih banyak siswa yang belum bekerjasama mengeluarkan pendapat dalam
diskusi.
Setelah berdiskusi dengan guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas
V, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menjadi kendala dalam
pembelajaran antara lain:
1) Sebagian besar siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan
meggunakan pembelajaran kelompok
2) Kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok sehingga dalam kegiatan
diskusi banyak siswa yang tidak aktif.
3) Kesadaran siswa dalam diskusi kelompok masih kurang karena siswa
mengandalkan siswa lain yang lebih pandai untuk mengerjakan tugas
diskusi kelompok.
4) Guru kurang efektif dalam kegiatan pembelajaran ketika melakukan
perpindahan kelas yaitu dari laboratorium bahasa pindah ke ruang kelas V.
5) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena
siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga
mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yakni hasil nilai
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus I sudah
meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja (75%). Nilai sikap
apresiatif sudah meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja yaitu
≥75% siswa mencapai nilai dengan kategori tinggi. Nilai kemampuan
71
apresiasi musik daerah nusantara yang ≥75 (KKM) sebelum dilakukan
tindakan hanya mencapai 30,4% dan setelah siklus I menjadi 47,6% dari
keseluruhan jumlah siswa. Nilai keterampilan memainkan alat musik
angklung juga masih perlu ditingkatkan karena pada siklus I belum mencapai
indikator kinerja yaitu ≥75% siswa belum mencapai Kriteria Baik (3,01-4,00).
Model pembelajaran dan keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada siklus berikutnya, yakni
siklus II untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada siklus I tersebut.
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu
minggu yaitu pada tanggal 16 Mei dan 23 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa indikator
ketercapaian belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke
siklius II. Siklus II dilaksanakan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan
di siklus I. Hasil penelitian siklus I memang sudah meningkat, tetapi belum
memenuhi indikator kinerja. Penelitian di siklus II dilaksanakan dengan
indikator yang sama tetapi dengan tahapan yang sudah disempurnakan. Berikut
perencanaan yang dilakukan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II pertemuan ke-1
dan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 9. Alokasi waktu setiap pertemuan
adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat alokasi waktu 4x35
menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup
penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
72
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajan, media dan sumber belajar, dan teknik
penilaian.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah:
a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah ruang laboratorium
bahasa.
b) Materi pembelajaran yaitu mendeskripsikan pengertian musik daerah
nusantara, menyebutkan jenis alat musik daerah nusantara berdasarkan
cara memainkannya, menyebutkan daerah asal alat musik daerah
nusantara, dan fungsi sosialnya.
c) Mempersiapkan media pembelajaran, yaitu media audio visual
berformat feature, computer, speaker, LCD, dan alat musik daerah
angklung.
d) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP siklus II, Lembar Kerja Siswa,
Pelaksanaan Pembelajaran Guru, Lembar Evaluasi untuk mengukur
Kemampuan apresiasi reseptif siswa, Lembar penilaian keterampilan
memainkan alat musik angklung.
b. Pelaksanaan
Setelah rencana tindakan dibuat, dilanjutkan tindakan penelitian
dengan melakukan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan
menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan
salah satu alat musik daerah nusantara sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Mei
2012 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit).
73
a) Pedahuluan
Sebagai kegiatan awal guru memberikan salam, mengkondisikan kelas,
melakukan doa bersama, melakukan apersepsi yaitu guru menampilkan
video pertunjukkan musik daerah nusantara, orientasi yaitu siswa
menerima penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran hari ini,
dan motivasi agar siswa mengetahui manfaat mempelajari materi musik
daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk mempelajarinya.
Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 15 menit. Pada pertemuan
pertama ini semua siswa kelas V masuk dengan jumlah 23 orang siswa.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 50
menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran
terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Tindakan eksplorasi bertujuan untuk menggali pengetahuan siswa
tentang alat musik daerah di Indonesia. Guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa tentang pengertian musik daerah nusantara yang pernah
dipelajari, “anak-anak, masih ingatkah kalian tentang musik daerah
nusantara?”. Selanjutnya guru menjelaskan pengertian musik daerah
nusantara. Guru menampilkan media audio visual berformat feature
sementara siswa memperhatikan.
(2) Elaborasi
Pada kegiatan ini, siswa mengerjakan tugas pada Lembar Kerja
yang telah diberikan oleh guru. Lembar Kerja Siswa dapat dilihat pada
lampiran 10. Setelah mengerjakan Lembar Kerja Siswa, siswa
menuliskan hasil tugas ke depan kelas untuk dibahas secara bersama-
sama.
74
(3) Konfirmasi
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi apresiasi
musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan
materi musik daerah nusantara yang belum diketahui siswa.
c) Kegiatan Akhir
Sebagai kegiatan akhir guru dan siswa bersama-sama menyusun
kesimpulan. Siswa memperoleh tidak lanjut berupa arahan atau tugas
untuk pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 Mei tahun 2012. Pada
pertemuan kedua ini siswa mengingat kembali materi pertemuan satu tentang
pengertian musik daerah nusantara, menyebutkan fungsi sosial alat musik
daerah nusantara, dan mengidentifikasi jenis alat musik daerah nusantara
dengan memutar kembali media audio visual berformat feature.
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan
kedua:
a) Pendahuluan
Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi dengan
menampilkan video alat musik angklung. Siswa kembali menerima
orientasi dari guru tentang tujuan pembelajaran hari ini. Selanjutnya guru
memberikan motivasi siswa untuk mengetahui manfaat mempelajari
materi apresiasi musik daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk
mempelajarinya
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
Siswa mendapat pertanyaan dari guru tentang alat musik angklung.
Kemudian guru memberikan penjelasan tentang alat musik angklung
dan cara memainkannya.
75
(2) Elaborasi
Guru membentuk kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari 7
orang siswa. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk praktek
memegang angklung dan membunyikannya dengan benar. Guru
melakukan penilaian keterampilan memainkan alat musik angklung
siswa secara individual. Siswa memperhatikan Kelompok yang lain
memperhatikan kelompok yang maju dan memberikan komentar.
(3) Konfirmasi
Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi
musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan
hal yang belum diketahui siswa. Guru memberikan motivasi siswa agar
lebih senang dan semangat dalam memainkan alat musik angklung.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir diberikan penguatan materi dan siswa diajak membuat
kesimpulan atas materi pembelajaran secara keseluruhan. Kemudian
siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu untuk mengetahui
tingkat kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dan
guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas.
c. Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan
salah satu alat musik daerah nusantara. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar peran serta siswa kelas V SD Angkasa dalam mengikuti pembelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan. Dari data observasi kegiatan siswa pada
76
siklus II selama dua kali pertemuan (lampiran 29) diperoleh hasil observasi
sebagai berikut:
1) Siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru ketika
menggunakan media audio visual berformat feature.
2) Siswa aktif dalam memainkan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu
angklung.
3) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sangat baik karena merasa
tertarik dengan media pembelajaran yang baru.
4) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika tugas
kelompok untuk memainkan alat musik angklung sudah baik.
5) Hasrat untuk bertanya siswa tentang materi yang belum dipahami sudah
baik.
6) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran kurang baik, siswa
masih belum kompak ketika memainkan alat musik angklung.
7) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu sudah baik.
8) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran musik daerah nusantara sudah
baik.
9) Siswa aktif untuk membuat kesimpulan pelajaran yaitu dengan menulis
kesimpulan materi pembelajaran.
10) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah terlihat baik.
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada kinerja peneliti sebagai
guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti
dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data observasi kinerja
guru dalam siklus II selama dua kali pertemuan (lampiran 34) diperoleh hasil
sebagai berikut:
1) Guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
77
2) Guru sudah melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan,
siswa, situasi dan lingkungan.
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis dengan
baik.
4) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual,
kelompok atau klasikal dengan baik.
5) Guru menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan, siswa, situasi dan lingkungan yaitu media audio visual berformat
feature.
6) Guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi
pembelajaran.
7) Guru sudah melakukan penilaian di akhir pembelajaran atau akhir siklus
II.
8) Guru memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
9) Guru sudah melakukan keefektifan proses pembelajaran dengan baik.
Selain itu, pada observasi aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi
reseptif musik daerah nusantara dan aspek psikomotor yaitu keterampilan
memainkan salah satu alat musik daerah angklung dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara
Observasi pada aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik
daerah nusantara diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Berdasarkan
data nilai tes evaluasi siklus II pada lampiran 44, maka dapat dibuat tabel
dan histogram sebagai berikut:
78
Tabel 4.7 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V
SD Angkasa Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
Keterangan
1 60 - 64 3 62 186 13,04 Belum Tuntas
2 65 - 69 2 67 134 8,7 Belum Tuntas
3 70 - 74 5 72 360 21,73 Belum Tuntas
4 75 - 79 6 77 462 26,09 Tuntas
5 80 - 84 5 82 410 21,73 Tuntas
6
7
85 - 89
90 - 94
0
2
87
92
0
184
0
8,7
Tuntas
Tuntas
Nilai rata-rata klasikal = 75,39
Presentase ketuntasan = (13 : 23) x 100% = 56,52%
Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.7 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa Siklus II
Tabel 4.7 dan gambar 4.7 dapat dijelaskan bahwa nilai kemampuan
apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II mencapai rata-rata
klasikal sebesar 75,39 dengan nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 60.
79
Siswa yang memperoleh nilai 60-64 ada 3 siswa atau 13,04%. Siswa yang
memperoleh nilai 65-69 ada 2 siswa atau 8,7%. Siswa yang memperoleh
nilai 70-74 sebanyak 5 siswa atau 21,73%. Siswa yang memperoleh nilai
75-79 sebanyak 6 siswa atau 26,09%. Siswa yang memperoleh niai 80-84
sebanyak 5 siswa atau 21,73%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai
85-89. Nilai yang paling besar 90-84 ada 2 siswa atau 8,7%. Nilai yang
diperoleh siswa paling banyak, yakni 75-79 sebanyak 6 siswa atau 38,09
%. Jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 13 siswa atau 56,52%.
2) Sikap apresiatif musik daerah nusantara
Observasi aspek afektif pada siklus II sama dengan siklus I yaitu tentang
sikap apresiatif musik daerah nusantara. Berdasarkan data nilai sikap
apresiatif musik daerah nnusantara pada siklus II pada lampiran 52, maka
dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 2,75 – 2,95 3 2,85 8,55 13,04
2 2,96 – 3,15 14 3,05 42,7 60,87
3 3,16 – 3,35 6 3,25 19,5 26,09
Jumlah 70,75
Nilai rata-rata klasikal 3,08
Data di atas dapat disajikan dalam hhistogram sebagai berikut:
80
Gambar 4.8 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara
Siswa Kelas V pada Siklus II
Tabel 4.8 dan gambarr 4.8 dapat dijelaskan bahwa nilai sikap
apresiatif musik daerah nusantara pada siklus II mencapai rata-rata
klasikal sebesar 3,08 dengan nilai tertinggi 3,35 dan terendah 2,75. Siswa
yang memperoleh nilai 2,75-2,95 ada 3 orang siswa atau 13,04%. Siswa
yang memperoleh nilai 2,96-3,15 sebanyak 14 orang siswa atau 60,87%
dan siswa yang memperoleh nilai 3,16-3,35 sebanyak 6 orang atau
26,09%. Siswa yang memperoleh nilai 3,01-4,00 atau nilai dengan sikap
apresiatif tinggi ada 16 siswa atau 69,57%. Jadi nilai rata-rata sikap
apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan nilai rata-rata 3,08 sudah
mencapai kategori tinggi tetapi belum ≥75% siswa mencapai nilai dengan
kategori tinggi sehingga belum mencapai indikator kinerja.
3) Keterampilan memainkan alat musik angklung
Observasi aspek psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat
musik daerah nusantara yaitu angklung. Cara mengukurnya yaitu dengan
cara praktek memainkan alat musik angklung. Berdasarkan data nilai
81
keterampilan memainkan alat musik angklung pada lampiran 47, maka
dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa Kelas V
SD Angkasa Pada Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%)
1 2,00 – 2,25 13 2,125 27,625 56,52
2 2,26 – 2,50 1 2,385 2,385 4,35
3 2,51 – 2,75 2 2,635 5,27 8,89
4 2,76 – 3,00 2 2,885 5,77 8,89
5 3,01 – 3,25 5 3,135 15,675 21,74
Nilai rata-rata klasikal = 57,725 : 23 = 2,51
Presentase ketuntasan = (5 : 23) x 100% = 21,74%
Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.9 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa pada Siklus II
Tabel 4.9 dan gambar 4.9 dapat dijelaskan bahwa nilai
keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus I1 mencapai
rata-rata klasikal sebesar 2,51 dengan nilai tertinggi 3,25 dan nilai
terendah 2,00. Siswa yang memperoleh nilai 2,00-2,25 sebanyak 13
orang. Siswa yamg memperoleh nilai 2,26-2,50 ada 1 orang. Siswa
82
yang memperoleh nilai 2,51-2,75 ada 2 orang. Siswa yang memperoleh
nilai 2,76-3,00 ada 2 orang dan siswa yang memperoleh nilai 3,01-3,25
sebanyak 5 orang . Jadi kemampuan siswa dalam memainkan salah
satu alat musik daerah nusantara pada siklus II sudah meningkat.
Namun, baru mencapai kategori cukup dengan rata-rata 2,51. Padahal
indikator yang akan dicapai adalah keterampilan memainkan alat
musik angklung siswa dengan kategori baik (3,01-4,00) secara klasikal
mencapai ≥75% dari jumlah siswa.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama
proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis
nilai kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa kelas V SD
Angkasa dan nilai keterampilan memainkan alat musik angklung, kemudian
dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Penilaian dari hasil evaluasi untuk mengukur
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara. Nilai kemampuan
apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II mencapai rata-rata
73,38 dan siswa yang memenuhi KKM sebanyak 13 siswa atau 56,52%. Nilai
rata-rata sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai 3,08. Nilai
keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus II secara klasikal
sebesar 2,51 atau termasuk dalam kategori Cukup.
Jika dianalisis dari observasi siswa yang menjadi kendala dalam
pembelajaran yaitu siswa masih kurang berkonsentrasi ketika memainkan alat
musik angklung sehingga siswa kurang kompak ketika memainkan alat musik
angklung. Misalnya waktu ada aba-aba untuk nerhenti masih ada siswa yang
membunyikan alat musik angklung. Hal ini dapat dilihat dari Lembar
Observasi Siswa dalam pembelajaran pada lampiran 29. Selain itu, guru
83
dalam memberikan petunjuk ketika siswa akan memainkan alat musik
angklung juga kurang jelas. Observasi pelaksanaan pembelajaran guru dapat
dilihat pada lampiran 34.
Setelah berdiskusi dengan guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas
V, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menjadi kendala dalam
pembelajaran antara lain:
a) Siswa belum terbiasa memainkan alat musik angklung secara bersama-
sama sehingga konsentrasi siswa kurang dan kurang kompak.
b) Guru kurang jelas ketika memberikan petunjuk kepada siswa ketika akan
memainkan alat musik angklung.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yakni hasil nilai
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II sudah
meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja (75%). Nilai kemampuan
apresiasi musik daerah nusantara siswa yang mencapai ≥75 (KKM) pada siklus I
47,6% dan setelah siklus II menjadi 56,52% dari keseluruhan jumlah siswa. Nilai
keterampilan memainkan alat musik angklung siswa pada siklus I 2,02 dan setelah
siklus menjadi 2,2. Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung sudah
mengalami peningkatan tetapi belum memenuhi indicator yaitu 75% siswa
mencapai nilai 3,01-4,00 (kategori baik). Guru dalam menyampaikan petunjuk
dalam memainkan alat musik angklung masih perlu diperbaiki. Oleh karena itu,
peneliti melanjutkan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada siklus
berikutnya, yakni siklus III untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada
siklus II tersebut.
3. Siklus III
Tindakan siklus III dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama satu
84
minggu yaitu pada tanggal 30 Mei dan 31 Mei 2012. Adapun tahapan-tahapan
yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa indikator
ketercapaian belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke
siklius III. Siklus III dilaksanakan dengan memperbaiki kekurangan-
kekurangan di siklus II. Hasil penelitian siklus II memang sudah meningkat,
tetapi belum memenuhi indikator kinerja. Penelitian di siklus III dilaksanakan
dengan indikator yang sama tetapi lebih menekankan pada memainkan alat
musik angklung dengan tahapan yang sudah disempurnakan. Berikut
perencanaan yang dilakukan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III pertemuan ke-1
dan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 15. Alokasi waktu setiap pertemuan
adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat alokasi waktu 4x35
menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup
penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran,
langkah-langkah pembelajan, media dan sumber belajar, dan teknik
penilaian.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah:
a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah ruang laboratorium
bahasa.
b) Materi pembelajaran yaitu mendeskripsikan pengertian musik daerah
nusantara, menyebutkan jenis alat musik daerah nusantara berdasarkan
cara memainkannya, menyebutkan daerah asal alat musik daerah
nusantara, dan fungsi sosialnya.
85
c) Mempersiapkan media pembelajaran, yaitu media audio visual
berformat feature, computer, speaker, LCD, dan alat musik daerah
angklung.
d) Menyiapkan Lembar Observasi, RPP siklus III, Lembar Kerja Siswa,
Pelaksanaan Pembelajaran Guru, Lembar Evaluasi untuk mengukur
Kemampuan apresiasi reseptif siswa, Lembar penilaian keterampilan
memainkan alat musik angklung.
b. Pelaksanaan
Setelah rencana tindakan dibuat, dilanjutkan tindakan penelitian
dengan melakukan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan
menggunakan media audio visual berformat feature untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan
salah satu alat musik daerah nusantara sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Mei
2012 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2x35 menit).
a) Pedahuluan
Sebagai kegiatan awal guru memberikan salam, mengkondisikan kelas,
melakukan doa bersama, melakukan apersepsi yaitu guru menampilkan
media audio visual berformat feature untuk mengingat kembali materi
musik daerah nusantara yang telah dipelajari, orientasi yaitu siswa
menerima penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran hari ini,
dan motivasi agar siswa mengetahui manfaat mempelajari materi musik
daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk mempelajarinya.
Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 20 menit. Pada pertemuan
pertama ini semua siswa kelas V masuk dengan jumlah 23 orang siswa.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 45
menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran
86
terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
(1) Eksplorasi
Guru menampilkan teks lagu gundul-gundul pacul. Siswa mendapat
pertanyaan dari guru tentang lagu daerah gundul-gundul pacul, “anak-
anak, darimanakah lagu gundul-gundul pacul berasal?”. Kemudian
guru memberikan penjelasan tentang lagu daerah gundul-gundul pacul.
Guru menjelaskan aturan memainkan alat musik angklung dengan
lagu gundul-gundul pacul.
(2) Elaborasi
Pada kegiatan ini, siswa Siswa bersama-sama menyanyikan lagu
gundul-gundul pacul. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk
praktek memainkan lagu gundul-gundul pacul dengan menggunakan
alat musik angklung dan dipandu oleh guru sementara kelompok yang
lain memperhatikan.
(3) Konfirmasi
Guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi musik daerah
nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan hal yang
belum diketahui siswa.
c) Kegiatan Akhir
Sebagai kegiatan akhir guru dan siswa bersama-sama menyusun
kesimpulan. Siswa memperoleh tidak lanjut berupa arahan atau tugas
untuk pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Mei tahun 2012.
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus III pertemuan
kedua:
87
a) Pendahuluan
Guru mengkondisikan kelas kemudian melakukan apersepsi dengan
menampilkan video alat musik angklung. Siswa kembali menerima
orientasi dari guru tentang tujuan pembelajaran hari ini. Selanjutnya guru
memberikan motivasi siswa untuk mengetahui manfaat mempelajari
materi apresiasi musik daerah nusantara sehingga lebih termotivasi untuk
mempelajarinya
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
Siswa mengingat kembali lagu daerah gundul-gundul pacul.
Kemudian, siswa mengingat kembali cara memainkan lagu gundul-
gundul pacul dengan alat musik angklung. Guru menjelaskan kembali
cara memainkan lagu gundul-gundul pacul dengan alat musik
angklung.
(2) Elaborasi
Setiap kelompok maju ke depan memainkan lagu gundul-gundul
pacul dengan alat musik angklung. Kelompok yang lain
memperhatikan kelompok yang maju dan memberikan penilaian dan
komentar terhadap kelompok yang maju. Guru melakukan penilaian
keterampilan memainkan alat musik angklung siswa secara
individual.
(3) Konfirmasi
Pada kegiatan ini guru melakukan tanya jawab tentang materi apresiasi
musik daerah nusantara yang belum dipahami siswa. Guru meluruskan
hal yang belum diketahui siswa. Guru memberikan motivasi siswa agar
lebih senang dan semangat dalam memainkan alat musik angklung.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir diberikan penguatan materi dan siswa diajak membuat
kesimpulan atas materi pembelajaran secara keseluruhan. Kemudian
88
siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu untuk mengetahui
tingkat kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dan
guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas.
c. Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan apresiasi reseptif, sikap apresiatif, dan keterampilan memainkan
salah satu alat musik daerah nusantara. Dalam tahap ini peneliti mengadakan
kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar peran serta siswa kelas V SD Angkasa dalam mengikuti pembelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan. Dari data observasi kegiatan siswa pada
siklus III selama dua kali pertemuan (lampiran 30) diperoleh hasil observasi
sebagai berikut:
1) Siswa memperhatikan pembelajaran yang disampaikan guru ketika
menggunakan media audio visual berformat feature.
2) Siswa aktif dalam memaikan salah satu alat musik daerah nusantara yaitu
angklung.
3) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sangat baik karena merasa
tertarik dengan media pembelajaran yang baru.
4) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika tugas
kelompok untuk memainkan alat musik angklung sudah baik.
5) Hasrat untuk bertanya siswa tentang materi yang belum dipahami sudah
baik.
6) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran sudah baik.
7) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu sudah baik.
89
8) Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran musik daerah nusantara sudah
baik.
9) Siswa aktif untuk membuat kesimpulan pelajaran yaitu dengan menulis
kesimpulan materi pembelajaran.
10) Kesungguhan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah terlihat baik.
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada kinerja peneliti sebagai
guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti
dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data observasi kinerja
guru dalam siklus III selama dua kali pertemuan (lampiran 35) diperoleh hasil
sebagai berikut:
1) Guru dalam memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
2) Guru sudah melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan,
siswa, situasi dan lingkungan.
3) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis dengan
baik.
4) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual,
kelompok atau klasikal dengan baik.
5) Guru menggunakan alat bantu (media) pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan, siswa, situasi dan lingkungan yaitu media audio visual berformat
feature.
6) Guru sudah memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi
pembelajaran dengan baik.
7) Guru sudah melakukan penilaian di akhir pembelajaran atau akhir siklus
III.
8) Guru memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
9) Guru sudah melakukan keefektifan proses pembelajaran dengan baik.
90
Selain itu, pada observasi aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi
reseptif musik daerah nusantara dan aspek psikomotor yaitu keterampilan
memainkan salah satu alat musik daerah angklung dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara
Observasi pada aspek kognitif yaitu kemampuan apresiasi reseptif musik
daerah nusantara diukur dengan menggunakan tes evaluasi. Berdasarkan
data nilai tes evaluasi siklus III pada lampiran 45, maka dapat dibuat tabel
dan histogram sebagai berikut:
Tabel 4.10 Data Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas V
SD Angkasa Pada Siklus III
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
Keterangan
1 57 - 62 1 59,5 59,5 4,35 Belum Tuntas
2 63 - 68 1 65,5 65,5 4,35 Belum Tuntas
3 69 - 74 2 71,5 143 8,7 Belum Tuntas
4 75 - 80 13 77,5 1007,5 56,52 Tuntas
5 81 - 86 1 83,5 83,5 4,35 Tuntas
6
7
87 - 92
93 - 98
2
3
89,5
95,5
179
286,5
8,7
13,04
Tuntas
Tuntas
Nilai rata-rata klasikal = 79,32
Presentase ketuntasan = (19 :23) x 100% = 82,61%
Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:
91
Gambar 4.10 Histogram Nilai Kemampuan Apresiasi Reseptif Siswa Kelas
V SD Angkasa Siklus III
Tabel 4.10 dan gambar 4.10 dapat dijelaskan bahwa nilai
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siklus II
mencapai rata-rata klasikal sebesar 79,32 dengan nilai tertinggi 98 dan
nilai terendah 57. Siswa yang memperoleh nilai 57-62 ada 1 siswa atau
4,35%. Siswa yang memperoleh nilai 63-68 ada 1 siswa atau 4,35%.
Siswa yang memperoleh nilai 69-74 ada 2 siswa atau 13,04%. Siswa yang
memperoleh nilai 75-80 sebanyak 13 siswa atau 52,17%. Siswa yang
memperoleh niai 81-86 ada 1 siswa atau 4,35%. Siswa yang memperoleh
nilai 87-92 ada 2 siswa atau 8,7%. Nilai yang paling besar 93-98 ada 3
siswa atau 13,04%. Nilai yang diperoleh siswa paling banyak, yakni 75-80
sebanyak 13 siswa. Jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 19
siswa atau 82,61%.
2) Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Setelah siklus III dilakasanakan, langsung diadakan observasi aspek
afektif dengan menggunakan angket untuk mengukur sikap apresiatif
musik daerah nusantara siswa kelas V SD Angkasa Colomadu.
92
Berdasarkan data nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa
sesudah dilakukan tindakan (lihat lampiran 50), maka dapat dibuat tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Data Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa
Sesudah Tindakan
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 2,95 – 3,05 8 3,00 24 34,78
2 3,06 – 3,15 5 3,10 15,5 21,74
3 3,16 – 3,25 4 3,20 12,8 17,39
4 3,26 – 3,35 5 3,30 16,5 21,74
5 3,36 – 3,45 1 3,40 3,4 4,35
Nilai rata-rata klasikal = 72,2 : 23 = 3,14
Presentase ketuntasan = (20 : 23) x 100% = 86,96%
Tabel nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa
kelas V sesudah menggunakan media audio visual berformat feature
dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Gambar 4.11 Histogram Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siklus III
93
Tabel 4.11 dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa nilai
sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata klasikal
sebesar 3,14. Siswa yang memperoleh nilai 2,95-3,05 sebanyak 8 orang.
Siswa yang mendapat nilai 3,06-3,15 sebanyak 5 orang. Siswa yang
mendapat nilai 3,16-3,25 ada 4 orang. Siswa yang mendapat nilai 3,26-
3,35 sebanyak 5 orang dan siswa yang mendapat 3,36-3,45 hanya 1
orang. Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa mencapai rata-rata
sebesar 3,14 sehingga masuk dalam kategori tinggi. Jadi dengan 20 orang
siswa memperoleh nilai sikap apresiatif tinggi menandakan bahwa ≥75%
siswa sudah mencapai indikator kinerja.
3) Keterampilan memainkan alat musik angklung
Observasi aspek psikomotor yaitu keterampilan memainkan salah satu alat
musik daerah nusantara yaitu angklung. Cara mengukurnya yaitu dengan
cara praktek memainkan alat musik angklung. Berdasarkan data nilai
keterampilan memainkan alat musik angklung pada lampiran 48, maka
dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.12 Data Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa Kelas
V SD Angkasa Pada Siklus III
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 2,25 – 2,59 2 2,35 4,7 8,69
2 2,60 – 2,94 2 2,72 5,44 8,69
3 2,95 – 3,29 6 3,07 18,42 26,09
4 3,30 – 3,64 5 3,42 17,1 21,74
5 3,65 – 4,00 8 3,77 30,16 34,78
Nilai rata-rata klasikal = 75,82 : 23 = 3,29
Presentase ketuntasan = (18 : 23) x 100% = 78,26%
94
Data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:
Gambar 4.12 Histogram Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa pda Siklus III
Tabel 4.12 dan gambar 4.12 dapat dijelaskan bahwa nilai
keterampilan memainkan alat musik angklung pada siklus III mencapai
rata-rata klasikal sebesar 3,23 dengan nilai tertinggi 4,00 dan nilai
terendah 2,25. Siswa yang memperoleh nilai 2,25-2,59 ada 2 orang. Siswa
yang memperoleh nilai 2,60-2,94 ada 2 orang siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 2,95-3,29 sebanyak 6 orang. Siswa yang memperoleh
nilai 3,30-3,64 sebanyak 5 orang dan siswa yang mendapat nilai 3,65-4,00
sebanyak 8 orang. Jadi keterampilan siswa dalam memainkan salah satu
alat musik daerah nusantara pada siklus III dengan kategori baik (3,01-
4,00) sudah mencapai 78,26% sehingga sudah mencapai indikator kinerja
yaitu mencapai ≥75%.
d. Refleksi
Setelah siklus III dilaksanakan dan diobservasi selanjutnya
dianalisis dan direfleksikan. Kegiatan pada siklus III dari aspek
95
kemampuan apresiasi musik daerah nusantara, sikap apresiatif siswa, dan
keterampilan memainkan alat musik angklung sudah meningkat. Guru
dalam melaksanakan pembelajaran juga semakin membaik dan maksimal
baik dari persiapan dan pelaksanaannya. Kegiatan siswa dalam
pembelajaran juga semakin meningkat hal ini terlihat dari lembar
observasi siswa .
Hasil analisis dari aspek kognitif yang merupakan nilai
kemampuan apresiasi musik daerah nusantara siswa kelas V pada siklus
III meningkat dengan jumlah siswa yang mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) ≥75 sebanyak 19 siswa atau 82,61% dari 23 siswa.
Sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dari aspek afektif
meningkat dengan jumlah siswa 20 atau 86,96% yang mendapat kategori
sikap apresiatif tinggi. Sedangkan keterampilan siswa memainkan alat
musik angklung dari aspek psikomotorik mencapai 78,26% atau 18 siswa
dari jumlah 23 siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik.
Atas dasar hasil dan analisis di atas, maka pembelajaran apresiasi
musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu
dengan penggunaan media audio visual berformat feature yang
dilaksanakan pada siklus III dikatakan berhasil karena sudah mencapai
indikator yang ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan
ke siklus berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaaan media
audio visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi
reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
96
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Hasil tindakan tiap siklus telah dideskripsikan dan dipaparkan pada
pembahasan sebelumnya. Berdasarkan hasil deskripsi tiap siklus ditemukan adanya
perubahan hasil tindakan tiap siklus. Perubahan yang terjadi dapat diketahui dari hasil
tindakan berikut ini:
1. Hasil Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa
Berdasarkan hasil deskripsi pada prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus
III, kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa mulai dari
prasiklus hingga siklus III selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dibuktikan dari perbandingan hasil nilai evaluasi yang digunakan untuk
mengukur kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa
antarsiklus pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13 Data Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa
No Kemampuan
Apresiasi Reseptif Prasiklus
Setelah Tindakan
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Rata-rata 67,2 71,64 75,39 79,32
2 Nilai Tertinggi 83 94 94 98
3 Nilai Terendah 53 43 60 62
Peningkatan nilai rata-rata hasil nilai kemampuan apresiasi reseptif musik
daerah nuantara, nilai tertinggi dan nilai terendah siswa kelas V SD pada tabel
4.13 tersebut dapat disajikan ke dalam histogram pada gambar 4.13 berikut ini:
97
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III
N
i
l
a
i
Tindakan
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Gambar 4.13 Histogram Peningkatan Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik
Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa
Tabel 4.13 dan gambar 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
keterampilan membaca cerita anak mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa pada kondisi awal
sebelum tindakan adalah 67,2. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai
rata-rata kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa menjadi
71,64. Pada siklus II nilai rata-rata rata kemampuan apresiasi reseptif musik
daerah nusantara siswa menjadi 75,39. Pada pelaksanaan terakhir siklus III nilai
rata-rata kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa adalah 79,32.
Nilai tertinggi pada tiap siklus terjadi peningkatan, sedangkan untuk nilai terendah
pada setiap siklus naik turun.
Selain kenaikan pada rata-rata nilai, jumlah siswa yang mencapai ≥ KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) juga mengalami peningkatan. Secara garis besar
perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar apresiasi
musik daerah nusantara pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, siklus II,
dan siklus III ditunjukkan pada tabel 4.14:
98
Tabel 4.14 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Apresiasi Musik Daerah Nusantara
Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu Prasiklus, Siklus I, Siklus II,
dan Siklus III
No Ketuntasan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 7 30,43 10 47,62 13 56,52 19 82,61
2 Tidak Tuntas 16 69,47 11 53,38 10 43,48 4 17,39
Hasil rekapitulasi di atas dapat diketahui bahwa nilai ketuntasan belajar
apresiasi reseptif musik daerah nusantara terdapat peningkatan yang signifikan.
Pada kondisi awal jumlah ketuntasan siswa sebanyak 7 anak atau 30,43%. Pada
siklus I meningkat menjadi 10 siswa atau 47,62%. Siswa meningkat lagi menjadi
13 siswa atau 56,52% pada siklus II. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas
meningkat lagi mencapai 19 siswa atau 82,61%. Data rekapitulasi ketuntasan
belajar siswa dari prasiklus sampai dengan siklus III dapat disajikan pada gambar
4.14:
99
Gambar 4.14 Histogram Ketuntasan Belajar Apresiasi Reseptif Musik Daerah
Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu
2. Hasil Peningkatan Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V
SD Angkasa
Pengukuran sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa seperti yang
telah dibahas sebelumnya, dilakukan sebelum dilakukan tindakan (sebelum
penggunaan media audio visual berformat feature) atau prasiklus dan dilakukan
setelah dilakukan tindakan. Hasil pengukuran sikap apresiatif musik daerah
nusantara yang dilakukan mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan,
tidak ada siswa yang mencapai nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara
siswa dengan kategori sikap apresiatif tinggi. Kemudian setelah dilakukan
tindakan pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 10 orang siswa atau
47,62%. Pada siklus II meningkat menjadi 16 orang siswa yang mencapai nilai
dengan kategori sikap apresiatif tinggi. Dan pada siklus terakhir yaitu siklus III
sebanyak 20 orang siswa atau 86,96% yang mencapai nilai sikap apresiatif tinggi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.15 Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V
SD Angkasa Colomadu
No Nilai Sikap
Apresiatif Siswa
Jumlah Siswa Kategori Sikap
Apresiatif Tinggi
Presentase
1 Sebelum tindakan 0 0%
2 Siklus I 10 47,62%
3 Siklus II 16 69,57%
4 Siklus III 20 86,96%
Tabel 4.15 dapat disajikan palam bentuk histogram sebagai berikut:
100
Gambar 4.15 Histogram Hasil Nilai Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara
Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan
3. Hasil Peningkatan Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa
Kelas V SD Angkasa
Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung dihasilkan siswa juga
terjadi adanya perubahan baik dari rata-rata maupun jumlah siswa yang mencapai
kriteria baik (3,01-4,00) tiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata nilai keterampilan
memainkan alat musik angklung mencapai 2,02. Pada siklus II terjadi peningkatan
menjadi 2,41. Dan pada siklus terakhir yaitu siklus II rata-rata nilai keterampilan
memainkan alat musik angklung menjadi 3,71. Untuk perubahan jumlah siswa
yang mencapai indikator yaitu siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik (
3,01-4,00) dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:
Tabel 4.16 Rekapitulasi Nilai Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Siswa Kelas V SD Angkasa Colomadu
No Keterampilan Memainkan
Angklung
Jumlah Siswa yang
Mencapai Indikator
Presentase
%
1 Pra Siklus 0 0
2 Siklus I 2 9,52
3 Siklus II 5 21,74
4 Siklus III 18 78,26
101
`Peningkatan nilai keterampilan memainkan alat musik angklung siswa
yang memperoleh nilai dengan kategori baik (3,01-4,00) dapat disajikan pada
gambar 4.16:
Gambar 4.16 Histogram Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung Siswa
Kelas V SD Angkasa Colomadu
Hasil pada tabel 4.16 dan gambar 4.16 dapat dijelaskan bahwa presentase siswa
yang memperoleh nilai keterampilan memainkan alat musik angklung yang
mencapai indikator mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I siswa
yang mencapai indikator ada 9,52% atau 2 siswa. Kemudian pada siklus II siswa
yang mencapai indikator mencapai 21,74% atau 5 siswa. Dan pada siklus terakhir
mencapai 78,26% atau 18 siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dan diperoleh hasil
penelitian yang telah dipaparkan pada perbandingan antarsiklus, hasil penelitian
tersebut dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dan diperoleh
adanya temuan baru yakni sebagai berikut:
102
1. Kemampuan Apresiasi Reseptif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD
Angkasa Colomadu
Penggunaan media audio visual berformat feature dalam pembelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan tentang apresiasi musik daerah nusantara dapat
meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara.
Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel 4.13 dan tabel 4.14.
Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara siswa dikatakan
tuntas apabila mencapai nilai ≥75. Pada kondisi awal jumlah ketuntasan siswa
sebanyak 7 anak atau 30,43%. Pada siklus I meningkat menjadi 10 siswa atau
47,62%. Siswa meningkat lagi menjadi 13 siswa atau 56,52% pada siklus II.
Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas meningkat lagi mencapai 19 siswa atau
82,61%. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru setelah menggunakan media
audio visual berformat feature (lampiran 23), guru mengungkapkan bahwa
penggunaan media audio visual berformat feature membuat siswa lebih tertarik
dan memperhatikan dalam pembelajaran sehingga kemampuan apresiasi reseptif
siswa meningkat. AS Haris Sumadiria (2006) mengemukakan bahwa feature
adalah salah satu dasar dari suatu program televisi yang berbentuk kemasan
audio visual yang memberikan penjelasan secara mendalam, menarik,
menyentuh perasaan dan penuturan rangkaian fakta disajikan secara naratif. Pada
karya feature seberat apa pun materi yang diangkat, khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsa akan menikmatinya seringan menyentuh balon gas.
Sebagai pedoman dasar, maka apa pun pesan, uraian, atau cerita yang disajikan
dalam feature haruslah merupakan fakta objektif. Sehingga benar bahwa media
audio visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif
musik daerah nusantara.
Dengan adanya peningkatan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara berarti penggunaan media audio visual berformat feature sangat tepat
digunakan pada pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan.
103
2. Sikap Apresiatif Musik Daerah Nusantara Siswa Kelas V SD Angkasa
Colomadu
Sebelum diadakan tindakan, hasil wawancara dengan siswa (lampiran 23)
diketahui bahwa siswa kurang suka dengan pembelajaran apresiasi musik daerah
nusantara. Hal ini dikarenakan guru sering menggunakan metode ceramah dan
belum menggunakan media pembelajaran dengan baik sehingga siswa menjadi
bosan dalam pembelajaran. Berdasarkan nilai angket sikap apresiatif yang
dilakukan sebelum tindakan (lampiran 52), sebanyak 18 orang siswa memperoleh
nilai dengan kategori sikap apresiatif rendah. Seperti yang telah dijelaskan pada
tabel 4.15, sebelum dilakukan tindakan tidak ada siswa yang memperoleh nilai
sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan kategori sikap apresiatif
tinggi. Kemudian setelah dilakukan tindakan pad asiklus I mengalami
peningkatan menjadi 10 orang siswa atau 47,62%. Pada siklus II menjadi 16
siswa yang memperoleh nilai sikap apresiatif tinggi atau 69,57%. Dan pada
siklus III mengalami peningkatan menjadi 20 orang siswa atau 86,96%. Sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu ≥75% siswa memperoleh nilai sikap
apresiatif dengan kategori baik (3,01-4,00). AS Haris Sumadiria (2006)
mengemukakan bahwa feature adalah salah satu dasar dari suatu program televisi
yang berbentuk kemasan audio visual yang memberikan penjelasan secara
mendalam, menarik, menyentuh perasaan dan penuturan rangkaian fakta
disajikan secara naratif. Sehingga hal ini berarti penggunaan media audio visual
berformat feature dapat meningkatkan sikap apresiatif musik daerah nusantara
pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu.
3. Keterampilan Memainkan Alat Musik Angklung
Nilai keterampilan memainkan alat musik angklung yang dihasilkan
siswa terjadi peningkatan baik dari rata-rata maupun jumlah siswa yang
mencapai kriteria baik (3,01-4,00) tiap siklusnya. Sebleum dilakukan tindakan
tidak ada siswa yang dapat memainkan alat musik angklung dengan kategori
baik. Pada siklus I rata-rata nilai keterampilan memainkan alat musik angklung
104
mencapai 2,02. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 2,41. Dan pada siklus
terakhir yaitu siklus III rata-rata nilai keterampilan memainkan alat musik
angklung menjadi 3,71. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.16 yang dapat dijelaskan
bahwa presentase siswa yang memperoleh nilai keterampilan memainkan alat
musik angklung yang mencapai indikator mengalami peningkatan yang
signifikan. Pada siklus I siswa yang mencapai indikator ada 9,52% atau 2 siswa.
Kemudian pada siklus II siswa yang mencapai indikator mencapai 21,74% atau 5
siswa. Dan pada siklus terakhir mencapai 78,26% atau 18 siswa.
Sehingga penggunaan media audio visual berformat feature dapat
meningkatkan keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V SD
Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar.
105
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga
siklus selama enam kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran apresiasi musik daerah nusantara mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu dengan menggunakan
media audio visual berformat feature dapat meningkatkan:
1. Kemampuan apresiasi reseptif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD
Angkasa Colomadu. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai ≥75 (KKM). Pada kondisi awal
jumlah ketuntasan siswa sebanyak 7 anak atau 30,43%. Pada siklus I meningkat
menjadi 10 siswa atau 47,62%. Siswa meningkat lagi menjadi 13 siswa atau
56,52% pada siklus II. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas meningkat lagi
mencapai 19 siswa atau 82,61%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media
audio visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif
musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa Colomadu Kabupaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu. Peningkatan sikap apresiatif musik daerah nusantara dapat dibuktikan
dari nilai angket sikap apresiatif musik daerah nusantara yang dilakukan sebelum
dan sesudah tindakan. Sebelum dilakukan tindakan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai sikap apresiatif musik daerah nusantara siswa dengan kategori
sikap apresiatif tinggi. Kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I
mengalami peningkatan menjadi 10 orang siswa atau 47,62%. Pada siklus II
meningkat lagi menjadi 16 orang siswa atau 69,57% dan pada siklus III mencapai
20 orang siswa atau 86,96% memperoleh nilai sikap apresiatif dengan kategori
tinggi. Dengan demikian, penggunaan media audio visual berformat feature
105
106
dapat meningkatkan sikap apresiatif musik daerah nusantara pada siswa kelas V
SD Angkasa Colomadu Kabupaten Karanganyar.
3. Keterampilan memainkan alat musik angklung siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan
nilai keterampilan memainkan alat musik angklung setiap siklusnya. Sebelum
diadakan tindakan keterampilan memainkan alat musik siswa tergolong rendah
dan masih perlu diperbaiki. Pada siklus I rata-rata nilai keterampilan memainkan
alat musik angklung mencapai 2,02. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi
2,41. Pada siklus terakhir yaitu siklus III rata-rata nilai keterampilan memainkan
alat musik angklung menjadi 3,71. Selain itu, Pada siklus I siswa yang mencapai
indikator ada 9,52% atau 2 orang siswa. Kemudian pada siklus II siswa yang
mencapai indikator menjadi 21,74% atau 5 orang siswa. Pada siklus terakhir
mencapai 78,26% atau 18 siswa. Berdasarkan peningkatan tersebut maka
penggunaan media audio visual berformat feature dapat meningkatkan
keterampilan memainkan alat musik angklung pada siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu Tahun 2011/2012.
B. Implikasi
Penggunaan media audio visual berformat feature dalam pembelajaran
apresiasi musik daerah nusantara terbukti dapat meningkatkan kemampuan apresiasi
reseptif musik daerah nusantara, sikap apresiatif musik daerah nusantara, dan
keterampilan memainkan alat musik angklung pada siswa kelas V SD Angkasa
Colomadu Kabupatenn Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dibuktikan
dengan adanya simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoretis dan
implikasi praktis hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
107
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan penggunaan media audio
visual berformat feature dapat meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik
daerah nusantara, sikap spresiasi reseptif musik daerah nusantara, dan
keterampilan memainkan alat musik angklung sebagai salah satu alat musik daerah
nusantara pada siswa kelas V Angkasa Colomadu Kabupaten Karangayar tahun
ajaran 2011/2012. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menggunakan media audio visual
berformat feature dalam pembelajaran seni budaya dan keterampilan pada materi
yang sesuai.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon
guru dalam upaya meningkatkan kemampuan apresiasi reseptif musik daerah
nusantara, sikap apresiatif musik daerah nusantara, dan keterampilan memainkan
alat musik angklung sebagai salah satu alat musik daerah nusantara dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan
model, metode dan media pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan masukan dan uraian penutup skripsi yaitu:
1. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan
mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat membuat media sendiri dalam
mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran, khususnya pada pembuatan media
audio visual berformat feature. Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan
108
berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi
dan variasi dalam penerapan strategi/pendekatan pembelajaran dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang tepat dalam proses
pembelajaran karena media merupakan penjembatan untuk lebih
memperjelas materi sehingga siswa akan lebih mudah untuk mempelajarinya
dan tidak bosan dengan pembelajaran yang hanya ceramah saja.
b. Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam
merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang proses pembelajarannya sudah baik maka hasilnyapun
juga akan baik dan sebaliknya jika proses pembelajarannya kurang baik
maka hasil dari pembelajaran itu bisa dipastikan juga kurang baik.
c. Guru sebaiknya mengupayakan tindak lanjut pada penggunaan media audio
visual berformat feature. Karena seiring dengan perkembangan jaman,
media audio visual memang berperan sangat penting dimana informasinya
mudah diserap, ditiru, dan dipelajari oleh siswa.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
rajin belajar sehingga dapat memahami materi ajar dan memperoleh hasil
yang maksimal.
b. Siswa hendaknya lebih mencintai musik daerah nusantara sebagai wujud
apresiasi musik daerah nusantara karena Indonesia sangat kaya akan musik
daerah nusantara yang ternyata juga tidak kalah dengan alat musik luar
negeri. Buktinya banyak orang luar negeri yang ingin mempelajari musik
daerah nusantara dan pertunjukkan musik nusantara telah sering dilakukan di
luar negeri.
109
4. Bagi Penulis
Penulis yang telah meciptakan media audio visual berformat feature
sebagai media pembelajaran materi musik daerah nusantara pada mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan selanjutnya diharapkan untuk lebih
mengembangkan media audio visual berformat feature dengan materi-materi
yang lain dan tidak hanya pada Seni Budaya dan Keterampilan saja melainkan
pada mata pelajaran yang lain agar bermanfaat bagi dunia pendidikan.