PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

109
PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN METODE SOLID STATE REACTION UNTUK APLIKASI KATODA SOLID OXIDE FUEL CELL (SOFC) SKRIPSI ANNISA FITRI NUR HANIFAH NIM. 11170970000035 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2020 M

Transcript of PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

Page 1: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT

(x = 0,4-0,6) DENGAN METODE SOLID

STATE REACTION UNTUK APLIKASI KATODA SOLID OXIDE

FUEL CELL (SOFC)

SKRIPSI

ANNISA FITRI NUR HANIFAH

NIM. 11170970000035

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2020 M

Page 2: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Pengembangan Material Perovskit (x = 0,4-0,6) dengan

Metode Solid State Reaction untuk Aplikasi Katoda

Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh:

Annisa Fitri Nur Hanifah

NIM. 11170970000035

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Sitti Ahmiatri Saptari, M.Si Dr. Deni Shidqi Khaerudini, M.Eng

NIP. 197704162005012008 NIP. 198006142005021002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tati Zera, M.Si

NIP. 196906082005012002

Page 3: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Material Perovskit

(x = 0,4-0,6) dengan Metode Solid State Reaction untuk Aplikasi Katoda Solid Oxide

Fuel Cell (SOFC)” yang ditulis oleh Annisa Fitri Nur Hanifah dengan NIM

11170970000035 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqasyah Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 26 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.

Jakarta, 26 Juli 2021

Menyetujui,

Penguji I, Penguji II,

Arif Tjahjono, S.T, M.Si Biaunik Niski Kumila, M.S

NIP. 197511072007011015 NIP. 199105132019032011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Sitti Ahmiatri Saptari, M.Si Dr. Deni Shidqi Khaerudini, M.Eng

NIP. 197704162005012008 NIP. 198006142005021002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D Tati Zera, M.Si

NIP.197106082005011005 NIP.196906082005012002

Page 4: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Annisa Fitri Nur Hanifah

NIM : 11170970000035

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Material

Perovskit (x = 0,4-0,6) dengan Metode Solid State

Reaction untuk Aplikasi Katoda Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) adalah benar

merupakan karya Saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah Saya

cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 26 Juli 2021

Annisa Fitri Nur Hanifah

NIM. 11170970000035

Page 5: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

v

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengembangan material perovskit

(LCZF, x = 0,4-0,6) sebagai katoda SOFC. Perovskit LCZF

(x = 0,4-0,6) disintesis dengan metode solid state reaction pada temperatur kalsinasi

900 oC menggunakan prekursor Fe2O3 hasil proses oksidasi mill scale. Sampel yang

memiliki fraksi berat fase perovskit tertinggi yaitu LCZF0,4 dioptimasi dengan

meningkatkan temperatur kalsinasi menjadi 1000 oC untuk meningkatkan kemurnian

fase perovskitnya. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan perovskit LCZF (x = 0,4-

0,6) berstruktur kubik dengan grup ruang Pm3m namun masih terdapat beberapa

impuritas. LCZF0,4K (LCZF0,4 yang telah dioptimasi) terbentuk fase brownmillerite

ortorombik Pnma yang lebih dominan. Pada LCZF (x = 0,4-0,6), ukuran kristal

semakin besar namun terjadi penurunan parameter kisi, volume kisi, dan densitas

atomik dengan semakin meningkatnya doping Ca2+

. LCZF0,5 memiliki densitas

paling tinggi yaitu 4,434 gr/cm3, porositas paling rendah yaitu 31,889 % dan

konduktivitas listrik paling tinggi yaitu 3,87 x 10-4

S/cm pada temperatur 300 oC.

Sedangkan LCZF0,4K memiliki konduktivitas listrik paling rendah daripada sampel

LCZF (x = 0,4-0,6). Dengan demikian, LCZF0,5 dapat menjadi kandidat katoda

SOFC yang baik.

Kata kunci: perovskit oksida, LCZF, katoda, SOFC, solid state reaction.

Page 6: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

vi

ABSTRACT

This research has been carried out on the development of perovskite material

(LCZF, x = 0.4-0.6) as SOFC cathodes. LCZF perovskite

(x = 0.4-0.6) was synthesized by solid state reaction method at a calcination

temperature of 900 oC using Fe2O3 as a precursor from mill scale oxidation process.

The sample with the highest perovskite phase weight fraction, namely LCZF0.4, was

optimized by increasing the calcination temperature to 1000 oC for increase the purity

of the perovskite phase. The results of XRD characterization showed that the LCZF

perovskite (x = 0.4-0.6) had a cubic structure Pm3m space group but there were still

some impurities. LCZF0.4K (optimized LCZF0.4 sample) formed a dominant

orthorhombic Pnma brownmillerite phase. In LCZF (x = 0.4-0.6), the crystal size is

getting bigger but there is a decrease in lattice parameters, lattice volume, and atomic

density with increasing Ca2+

doping. LCZF0.5 has the highest density of 4.434

gr/cm3, the lowest porosity is 31.889 % and the highest electrical conductivity is 3.87

x 10-4

S/cm at a temperature of 300 oC. While LCZF0.4K has the lowest electrical

conductivity than the LCZF sample (x = 0.4-0.6). Thus, LCZF0.5 can be a good

SOFC cathode candidate.

Keywords: perovskite oxide, LCZF, cathode, SOFC, solid state reaction.

Page 7: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

vii

KATA PENGANTAR

Penulis senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu

wa Ta’ala karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini dengan judul Pengembangan Material Perovskit

(x = 0,4-0,6) dengan Metode Solid State Reaction untuk

Aplikasi Katoda Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) dengan sebaik-baiknya.

Dalam kegiatan penelitian maupun penyusunan laporan tugas akhir, penulis

mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada tulisan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril maupun

materil.

2. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Kepala Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Sitti Ahmiatri Saptari, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama yang

selalu memberi arahan, saran dan dukungan kepada penulis dalam pelaksanaan

maupun penulisan laporan tugas akhir.

Page 8: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

viii

5. Bapak Dr. Deni Shidqi Khaerudini, M.Eng selaku Dosen Pembimbing Kedua

yang selalu memberi arahan, dukungan dan saran kepada penulis dalam

pelaksanaan maupun penulisan laporan tugas akhir.

6. Bapak Arif Tjahjono, S.T, M.Si selaku Dosen Penguji Pertama.

7. Ibu Biaunik Niski Kumila, M.S selaku Dosen Penguji Kedua.

8. Para Kakak Alumni, Ikhwan Nur Rahman; M.Si; Adinda Ardani, S.Si; Juli

Hartati, S.Si; dan Ratna Isnanita, S.Si yang selalu memberi arahan, dukungan, dan

saran kepada penulis.

9. M. Ilham Kharismawan selaku Partner yang selalu membantu dan mendukung

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

10. Seluruh teman-teman Program Studi Fisika 2017 dan P2F, LIPI karena telah

berteman baik dan memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu penulis

harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 26 Juli 2021

Penulis

Page 9: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 5

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4. Batasan Masalah 6

1.5. Manfaat Penelitian 7

1.6. Sistematika Penulisan 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Perovskit Oksida 10

2.2. Oxygen Reduction Reaction (ORR) 13

2.2.1. Mekanisme ORR 14

2.2.2. Perovskit Oksida sebagai Material ORR 15

2.3. Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) 16

2.3.1. Prinsip Kerja SOFC 17

2.3.2. Intermediate Temperature Solid Oxide Fuel Cell (IT-SOFC) 19

2.4. Perkembangan Katoda SOFC 20

2.5. Mill Scale 26

2.6. Solid State Reaction 27

Page 10: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

x

2.6.1. Ball Milling 28

2.6.2. Kalsinasi 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 29

3.2. Alat dan Bahan 29

3.2.1. Alat 29

3.2.2. Bahan 32

3.3. Prosedur Penelitian 32

3.3.1. Sintesis Fe2O3 34

3.3.2. Sintesis Perovskit LCZF (x = 0,4-0,6) 36

3.3.3. Karakterisasi dan Pengujian 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 42

4.1. Hasil Sintesis Fe2O3 sebagai Prekursor 42

4.2. Hasil Sintesis Perovskit LCZF 45

4.2.1 Hasil Analisis Karakterisasi XRD Perovskit LCZF (x = 0,4-0,6) 47

4.2.2 Hasil Analisis Karakterisasi XRD LCZF (x = 0,4) Optimasi 54

4.2.3 Hasil Analisis Densitas dan Porositas LCZF (x = 0,4-0,6) 56

4.2.4 Hasil Analisis Densitas dan Porositas LCZF (x = 0,4) Optimasi 58

4.2.5 Hasil Analisis Konduktivitas Listrik LCZF (x = 0,4-0,6) 58

4.2.6 Hasil Analisis Konduktivitas Listrik LCZF (x = 0,4) Optimasi 61

BAB V PENUTUP 63

5.1. Kesimpulan 63

5.2. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65

LAMPIRAN 75

Page 11: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jari-jari ion , , , , dan [24][25][26] 12

Tabel 2.2 Parameter struktur kristal La1-xCaxFeO3 (x = 0,0-0,4) 26

Tabel 3.1 Massa masing-masing prekursor pembuatan perovskit LCZF (x = 0,4; 0,5;

dan 0,6) 37

Tabel 4.1 Data hasil penghalusan XRD Fe2O3 menggunakan metode Rietveld 43

Tabel 4.2 Hasil analisis XRF Fe2O3 44

Tabel 4.3 Hasil perhitungan faktor toleransi Goldschmidt perovskit LCZF 46

Tabel 4.4 Data hasil penghalusan perovskit LCZF (x = 0,4-0,6) menggunakan

metode Rietveld 53

Tabel 4.5 Data hasil penghalusan sampel LCZF0,4K menggunakan metode

Rietveld 56

Tabel 4.6 Hasil perhitungan densitas dan porositas sampel LCZF (x = 0,4-0,6) 57

Tabel 4.7 Hasil perhitungan konduktivitas listrik sampel LCZF (x = 0,4-0,6) 60

Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi aktivasi sampel LCZF (x = 0,4-0,6) 60

Tabel 4.9 Hasil perhitungan konduktivitas listrik sampel LCZF0,4K 62

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan energi aktivasi sampel LCZF0,4K 62

Page 12: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur kristal kubik ideal perovskit LaFeO3 [20] 10

Gambar 2.2 Hubungan antara perovskit, grenier, dan brownmillerite: kotak merah

adalah kekosongan oksigen 13

Gambar 2.3 Mekanisme ORR pada katoda: dan masing-masing mewakili fase

elektronik, gas, dan ionik [35] 15

Gambar 2.4 Elemen unsur dalam perovskit oksida ABO3 [9] 16

Gambar 2.5 Mekanisme SOFC: Ion oksigen bereaksi dengan hidrogen (bahan bakar)

secara elektrokimia, dan elektron mengalir melalui rangkaian luar untuk

menghasilkan energi listrik [19] 19

Gambar 2.6 Fenomena peran fase elektronik (α), gas (β), dan ionik (γ) dalam

mencapai reduksi oksigen [20] 21

Gambar 2.7 Hasil SEM dengan berbagai ukuran perbesaran; (A, B) LSZF x = 0,1;

(C) x = 0,2; dan (D) x = 0,3 [13] 22

Gambar 2.8 Pola XRD LCF (x = 0,0; 0,2; dan 0,4) [10] 24

Gambar 2.9 Mikrostruktur LCF (a) x = 0,0; (b) x = 0,2; dan (c) x = 0,4 hasil SEM

[10] 24

Gambar 2.10 Pola XRD LCF (x = 0,0-1,0) [11] 25

Gambar 2.11 Mikrostruktur LCF (x = 0,3-0,5) [11] 26

Gambar 3.1 (a) Horizontal tubular furnace (P2F, LIPI), (b) alat milling (Hitachi-

Efoup 1 HP Elektro Motor), (c) planetary ball milling (Retsch-PM200), (d) alat

kompaksi (Carver), (e) cetakan pellet, (f) piknometer, (g) furnace (KSL-1700X), (h)

muffle furnace, dan (i) oven (BINDER GmbH lm Mittleren Osch 5) 31

Gambar 3.2 (a) Mill scale, (b) La2O3, (c) CaCO3, (d) ZnO, dan (e) etanol 32

Gambar 3.3 Diagram prosedur penelitian 33

Gambar 3.4 Sketsa sampel: mill scale (atas) dan CaCO3 (bawah) 34

Gambar 3.5 Ilustrasi mekanisme kalsinasi mill scale (horizontal tubular furnace,

P2F, LIPI) 35

Gambar 3.6 Ilustrasi kondisi sampel saat proses milling 35

Gambar 3.7 Diagram tahapan sintesis Fe2O3 dari mill scale melalui proses

oksidasi 36

Gambar 3.8 Ilustrasi kondisi sampel saat proses milling 38

Gambar 3.9 Ilustrasi sampel saat dikeringkan dalam oven 38

Gambar 3.10 Ilustrasi kondisi sampel saat kalsinasi (KSL-1700X) 38

Gambar 4.1 Difraktogram XRD Fe2O3 43

Page 13: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

xiii

Gambar 4.2 Plot hasil penghalusan XRD Fe2O3 antara data observasi, kalkulasi, dan

background menggunakan metode Rietveld 43

Gambar 4.3 Fe2O3 (a) sebelum dan (b) setelah dimiliing 44

Gambar 4.4 Sampel (atas) sebelum dikalsinasi dan (bawah) setelah dikalsinasi pada

(a) LCZF0,4; (b) LCZF0,5; dan (c) LCZF0,6 47

Gambar 4.5 Plot hasil penghalusan XRD sampel (a) LCZF0,4; (b) LCZF0,5; dan (c)

LCZF0,6 antara data observasi, kalkulasi, dan background menggunakan metode

Rietveld 49

Gambar 4.6 (a) Difraktogram XRD sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 serta

(b) pergeseran puncak difraksi 51

Gambar 4.7 Grafik hubungan penambahan ion Ca2+

terhadap (a) parameter kisi, (b)

volume kisi dan densitas atomik pada sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 51

Gambar 4.8 Visualisasi struktur kristal kubik perovskit (a) LCZF0,4; (b) LCZF0,5;

dan (c) LCZF0,6 54

Gambar 4.9 Plot hasil penghalusan XRD sampel LCZF0,4K antara data observasi,

kalkulasi, dan background menggunakan metode Rietveld 55

Gambar 4.10 (a) Difraktogram XRD sampel LCZF0,4K dan (b) pergeseran puncak

difraksi 55

Gambar 4.11 Visualisasi struktur kristal ortorombik fase brownmillerite 56

Gambar 4.12 Grafik hubungan antara densitas dan porositas sampel LCZF0,4;

LCZF0,5; dan LCZF0,6 58

Gambar 4.13 Grafik (a) hubungan antara konduktivitas listrik dengan temperatur dan

(b) plot Arrhenius sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 59

Gambar 4.14 Grafik (a) hubungan antara konduktivitas listrik dengan temperatur dan

(b) plot Arrhenius sampel LCZF0,4K 62

Page 14: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan material yang dapat digunakan sebagai perangkat teknologi

energi alternatif perlu dilakukan karena meningkatnya permintaan untuk mengurangi

ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sel bahan bakar oksida padat (SOFC) adalah

solusi untuk masalah energi dan lingkungan yang kita hadapi sekarang maupun di

masa depan. SOFC diyakini memainkan peran penting dalam teknologi energi di

masa depan, karena mampu memproduksi energi dengan mengkonversi bahan bakar

kimia ke listrik langsung dari oksigen dan hidrogen atau bahan bakar hidrokarbon

dengan efisiensi tinggi dan emisi gas rumah kaca yang relatif sedikit [1].

Biasanya, SOFC harus dioperasikan pada suhu tinggi sekitar 800-1000 °C

agar tidak terjadi overpotensial katodik tinggi jika dioperasikan pada suhu yang lebih

rendah [2][3]. Namun pada suhu yang tinggi kinetika reakasi reduksi oksigen (ORR)

lambat sehingga mengakibatkan penurunan efisiensi perangkat karena ORR

merupakan kontributor utama ketahanan keseluruhan komponen SOFC [2]. Selain

itu, operasi suhu tinggi pada SOFC menyebabkan degradasi material yang lebih cepat

dan biaya operasional yang tinggi. Oleh karena itu, material katoda yang sesuai dan

sejalan dengan peningkatan aktivitas ORR akan memungkinkan pengoperasian suhu

yang lebih rendah pada SOFC, sehingga dapat meningkatkan masa pakai sel bahan

Page 15: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

2

bakar karena memperlambat degradasi material. Selain itu, juga dapat menurunkan

biaya operasional [3].

Komposisi dan struktur mikro material katoda berdampak besar terhadap

kinerja SOFC. Desain material dengan komposisi yang tepat melalui oksigen

terkontrol nonstoikiometri dapat meningkatkan konduktivitas ionik dan elektronik

serta sifat katalitik pada ORR. Performa sel dapat lebih ditingkatkan melalui

optimalisasi mikrostruktur untuk memperluas Three Phase Boundary (TPB) [4].

Perovkskit oksida telah dipelajari sebagai material yang menjanjikan sebagai

katalis ORR yang sangat aktif untuk mengganti katoda logam mulia yang berbiaya

mahal [5]. Suntivich dkk. [6] melaporkan bahwa perovskit oksida logam transisi

memiliki aktivitas elektrokatalitik yang tinggi untuk ORR. Hal tersebut juga

menunjukkan bahwa aktivitas ORR pada permukaan perovskit oksida terkait dengan

proses yang terjadi pada kation sisi-B, menunjukkan kekuatan ikatan antar ion logam

transisi dan oksigen yang teradsorpsi [5]. Sebagai bahan katalitik ORR, perovskit

oksida ABO3 dengan keunikan sifat fisik dan kimiawi juga telah mendapatkan

banyak perhatian dalam penelitian beberapa tahun terakhir, seperti variabel struktur

kristal dan nonstoikiometrik kimia mempengaruhi struktur elektronik dari sisi aktif

dan mempromosikan performa ORR dengan meningkatkan adsorpsi O2 serta

mengaktifkan ikatan O-O [7].

Fokus utama penelitian ini adalah melakukan pengembangan material

perovskit dengan memodifikasi sisi-A dengan logam tanah jarang golongan lantanida.

Lantanum (La) meupakan elemen yang sesuai pada sisi-A karena jari-jari ioniknya

yang paling tinggi diantara golongan lantanida lainnya sehingga mempromosikan

Page 16: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

3

sifat katalitik yang baik [7]. Dalam sistem (Ln = lantanida, A = logam

alkali tanah), kalsium (Ca) adalah salah satu elemen doping yang efektif di sisi-A

pada sistem ABO3, selain berbiaya rendah [8], Ca bisa menjadi kandidat yang baik

karena kesamaan jari-jari ioniknya dengan La3+

yang dapat memberikan stabilitas

yang lebih tinggi dari pada dengan doping strontinum (Sr) [9]. Penelitian sebelumnya

melaporkan bahwa konduktivitas listrik meningkat seiring dengan meningkatnya

komposisi Ca [10][11]. Oleh karena itu, doping Ca sangat penting untuk

meningkatkan konsentrasi pembawa muatan pada material lanthanum besi oksida

untuk menghasilkan konduktivitas listrik tinggi [10].

Hassan dkk. melaporkan bahwa pada La1-xCaxFeO3 (LCF), dengan x = 0,0;

0,2; dan 0,4; sampel LCF (x = 0,4) memiliki konduktivitas listrik tertinggi yang

menandakan meningkatnya konduktivitas listrik dengan meningkatnya doping Ca

[10]. Selain itu, Kagomiya dkk. melakukan studi tentang La1-xCaxFeO3-δ (LCF)

dengan x = 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1,0. Berdasarkan uji

konduktivitas, LCF x = 0,3 dan 0,4 memiliki konduktivitas listrik tertinggi daripada

sampel lain [12].

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengembangan pada sisi-B dengan

memodifikasi dengan spesies logam transisi berbiaya rendah Zn yang sebelumnya

telah dilaporkan bahwa dapat meningkatkan reduksi dan mempengaruhi nilai Thermal

Expansion Coefficient (TEC) oksigen elektrokatalitik. Hal tersebut menunjukkan

bahwa prospek yang besar untuk aplikasi katoda Intermediate Temperature-Solid

Oxide Fuel Cell (IT-SOFC). Selain itu, diketahui bahwa peningkatan konduktivitas

listrik sangat tinggi dipengaruhi oleh konsentrasi Fe pada sisi-B [13].

Page 17: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

4

(x = 0,2) dilaporkan oleh Javed dkk. sebagai material katoda

IT-SOFC yang menjanjikan [14]

Prekursor yang digunakan dalam pembentukan perovskit pada penelitian ini

merupakan mineral-mineral dan elemen yang melimpah di Indonesia sebagai bentuk

upaya memanfaatkan potensi bahan lokal. Kementeriaan Energi dan Sumber Daya

Mineral (KESDM) tahun 2018 melaporkan bahwa terdapat 17,6 triliun ton kalsium

karbonat (CaCO3); 701,68 juta ton seng oksida (ZnO) di seluruh Indonesia; dan

potensi Logam Tanah Jarang (LTJ) yang juga cukup besar dimiliki Indonesia, salah

satunya lantanum oksida (La2O3) yaitu terdapat sebanyak 7 juta ton di beberapa

provinsi di Indonesia dalam bentuk mineral monasit [15]. Selain itu, di Indonesia

memiliki total sumber daya bijih besi primer (Fe) sebanyak 5,03 miliar ton [15]

namun banyak dijadikan bahan baku produksi baja. Pada tahun 2020, jumlah

produksi baja di Indonesia diprediksi mencapai 13,67 juta ton per tahun [16] yang

mana dari setiap ton produk baja yang dihasilkan diperoleh sebanyak 35-40 kg mill

scale [17]. Hal ini membuat cadangan bijih besi semakin berkurang karena terus

digunakan untuk kebutuhan produksi baja dan semakin melimpahnya limbah mill

scale [18] sehingga pemanfaatan mill scale perlu dikembangkan lebih lanjut. Dalam

penelitian ini, mill scale dimanfaatkan sebagai bahan baku sintesis Fe2O3 melalui

proses oksidasi sebagai prekursor pembuatan perovskit, yang kemudian

dikaraketrisasi menggunakan XRD dan XRF untuk menganalisis struktur kristalin

dan kandungan serta kemurnian sampel.

Page 18: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

5

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan material perovskit baru

(LCZF), dengan x = 0,4; 0,5; dan 0,6 yang diharapkan

mencapai kemurnian yang tinggi dan selanjutnya dapat dioptimasi menjadi material

ORR yang aktif pada katoda SOFC terutama pada IT-SOFC. Doping La dengan Ca

pada sisi-A akan meningkatkan konduktivitas listrik dan doping Fe dengan Zn pada

sisi-B akan meningkatkan reduksi oksigen serta mempengaruhi nilai TEC oksigen

elektrokatalitik yang diharapkan mampu memberikan kestabilan seperti yang telah

dilaporkan oleh penelitian relevan sebelumnya. Material ini disintesis menggunakan

metode solid state reaction karena pada penelitian ini digunakan prekursor berbahan

oksida, serta proses dan peralatan yang dibutuhkan juga sederhana. Selain itu, dapat

dihasilkan produk dengan tingkat kristalinitas tinggi. Sebagai studi awal, kemudian

dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui

struktur kristalin, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) untuk mengetahui

nilai konduktivitas listrik terutama pada daerah temperatur rendah yaitu rentang

temperatur ruang (R.T.) sampai 300 oC, dan dilakukan pengujian densitas untuk

mengetahui nilai densitas dan porositas perovskit LCZF.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hasil sintesis prekursor Fe2O3 melalui proses oksidasi dan

perovskit (x = 0,4-0,6) dengan metode solid state

reaction?

Page 19: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

6

2. Bagaimana struktur kristalin, densitas dan porositas, serta konduktvitas listrik

material perovskit (x = 0,4-0,6)?

3. Bagaimana struktur kristalin, densitas dan porositas, serta konduktvitas listrik

material perovskit pada sampel dengan persentase

fase perovskit lebih tinggi setelah dioptimasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis hasil sintesis prekursor Fe2O3 melalui proses oksidasi dan

perovskit (x = 0,4-0,6) dengan metode solid state

reaction.

2. Menganalisis struktur kristalin, densitas dan porositas, serta konduktvitas

listrik material perovskit (x = 0,4-0,6).

3. Menganalisis struktur kristalin, densitas dan porositas, serta konduktivitas

listrik material perovskit pada sampel dengan

persentase fase perovskit lebih tinggi setelah dioptimasi.

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membahas hasil sintesis Fe2O3 dari mill scale hasil cold rolling PT. Krakatau

Steel melalui proses oksidasi pada temperatur kalsinasi 900 oC selama 3 jam

dan dry milling pada kecepatan 200 rpm selama 3 jam sebagai prekursor.

2. Membahas hasil proses sintesis material perovskit

(x = 0,4-0,6) dengan metode solid state reaction melalui proses wet milling

Page 20: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

7

dengan medium etanol pada kecepatan 400 rpm selama 12 jam dan pada

temperatur kalsinasi 900 oC selama 5 jam.

3. Membahas hasil analisis struktur kristalin dengan metode penghalusan

Rietveld dan ukuran kristal dengan metode Debye-Scherrer, pengujian

densitas dan porositas, serta konduktvitas listrik pada rentang temperatur

R.T.-300 oC material perovskit (x = 0,4-0,6).

4. Melakukan optimasi pada material perovskit pada

sampel dengan persentase fase perovskit lebih tinggi dengan meningkatkan

temperatur kalsinasi menjadi 1000 oC.

5. Membahas hasil analisis struktur kristalin dengan metode penghalusan

Rietveld dan ukuran kristal dengan metode Debye-Scherrer, pengujian

densitas, serta konduktvitas listrik material perovskit

pada sampel dengan persentase fase perovskit lebih tinggi setelah dioptimasi.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah pengetahuan tentang bagaimana sintesis Fe2O3 dari mill scale

melalui proses oksidasi sebagai prekursor.

2. Menambah pengetahuan tentang bagaimana proses sintesis material perovskit

(x = 0,4-0,6) dengan metode solid state reaction.

3. Menambah pengetahuan tentang bagaimana struktur kristalin, densitas dan

porositas, serta konduktivitas listrik material perovskit

(x = 0,4-0,6).

Page 21: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

8

4. Menambah pengetahuan tentang bagaimana struktur kristalin, densitas dan

porositas, serta konduktivitas listrik material perovskit

pada sampel dengan persentase fase perovskit lebih

tinggi setelah dioptimasi.

5. Menjadi referensi tambahan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait

pengembangan Fe2O3 dan material perovskit (x =

0,4-0,6) sebagai katoda SOFC.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan TA ini meliputi BAB I sampai BAB V yang secara singkat diuraikan

sebagai berikut.

BAB I: Pendahuluan

Pada BAB I berisikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dari penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Pada BAB II berisikan teori dan informasi tentang material perovskit oksida, Oxygen

Reduction Reaction (ORR), Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), perkembangan katoda

SOFC, mill scale, dan solid-state reaction.

BAB III: Metode Penelitian

Pada BAB III berisikan informasi tentang waktu dan tempat pelaksaaan penelitian

TA, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, dan prosedur penelitian.

Page 22: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

9

BAB IV: Hasil Dan Pembahasan

Pada BAB IV berisikan informasi tentang hasil dan pembahasan tentang sintesis

Fe2O3 dari mill scale melalui proses oksidasi sebagai prekursor, sintesis material

perovskit (x = 0,4- 0,6) dengan metode solid-state reaction,

analisis struktur kristalin dengan metode penghalusan Rietveld dan ukuran kristal

dengan metode Debye-Scherer material perovskit; analisis densitas dan porositas,

serta konduktivitas listrik pada R.T.-300 oC pada masing-masing variasi komposisi x

= 0,4; 0,5; dan 0,6 serta pada sampel dengan persentase fase perovskit lebih tinggi

setelah dioptimasi.

BAB V: Penutup

Pada BAB V berisikan pemaparan kesimpulan-kesimpulan hasil dan pembahasan

pada BAB IV dan saran untuk menunjang kegiatan TA atau penelitian selanjutnya

agar lebih baik.

Page 23: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perovskit Oksida

Perovskit merupakan oksida logam yang memiliki rumus umum ABO3 yang

mana sisi-A terdiri dari ion-ion logam blok s, d, atau f yang memiliki jari-jari ion

lebih besar biasanya logam tanah jarang dari deret lantanida dan aktinida, sedangkan

sisi-B terdiri dari ion-ion logam transisi [19]. Perovskit dengan rumus kimia

A1-xA’xB1-yB’yO3 memiliki struktur-grup ruang antara lain ortorombik-Pbmn,

rombohedral-R ̅c, atau kubik-Pm ̅m [20]. LaFeO3 merupakan perovskit yang

memiliki struktur kubik-Pm ̅m dengan parameter kisi sebesar 3,957

dan = 90o [21].

Gambar 2.1 Struktur kristal kubik ideal perovskit LaFeO3 [21].

Untuk membentuk perovskit oksida, jari-jari ion sisi A dan sisi B harus

memenuhi Persamaan (2.1) [22].

√ (2.1)

Page 24: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

11

Yang mana t adalah faktor toleransi, , dan mewakili jari-jari ion kation sisi-A,

kation sisi-B dan anion oksigen. Pada tabel Tabel 2.1 disajikan data jari-jari ion dari

, , , , dan yang akan dikembangkan sebagai elemen katoda

dalam penelitian ini. Perovskit oksida kubik ideal memiliki nilai sekitar 0,9-1. Jika

atom-atom pada posisi A dan B digantikan oleh unsur-unsur lain dalam proporsi yang

besar, maka nilai t berada diantara

√ sampai 1, mengakibatkan perubahan panjang

ikatan A-O dan B-O sehingga membentuk struktur lainnya yaitu tetragonal,

ortogonal, dan trigonal. Namun kestabilan struktur dapat dipertahankan meskipun ion

A dan B berukuran sangat berbeda. Karena kelenturan strukturnya, berbagai oksigen

kosong terdapat pada oksida perovskit ABO3 tanpa runtuhnya struktural. Kehadiran

dari kekosongan oksigen ini dapat menyebabkan perovskit oksida menunjukkan sifat

fisika dan kimia yang berbeda, termasuk feroelektrik, magnet, elektrokatalitik dan

sifat fotokatalitik [23].

Selain itu, perovskit oksida dapat digunakan sebagai membran pengantar

campuran ion oksigen dan elektron (Mixed Ionic and Electronic Conducting, MIEC)

karena memiliki kekosongan oksigen pada kisi kristalnya melalui proses reaksi

reduksi-oksidasi sehingga memiliki konduktivitas ion oksigen. Perovskit oksida

memiliki konduktivitas ion oksigen lebih tinggi daripada material lainnya

berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap fluks permeasi oksigennya

[24].

Page 25: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

12

Tabel 2.1 Jari-jari ion , , , , dan [25][26][27]

Ion logam Bilangan koordinasi Jari-jari ion ( )

12 1,36

12 1,34

6 0,74

6 0,64

2 1,35

Pada sistem LaCaFeO3 (LCF) terdapat tiga struktur kristal yang berbeda, yaitu

ABO3 (perovskit), A’A2B3O8 (grenier), dan A’2B2O5 (brownmillerite). Fase grenier

dan brownmillerite dapat dianggap sebagai turunan dari struktur perovskit dengan

urutan kekosongan oksigen dalam arah pseudo-kubik [28]. Bidang oktahedral yang

hampir identik pada ketiga struktur kristal tersebut memungkinkan penumpukan

dengan berbagi bidang oktahedral yang sama yang disebut intergrowths [29]. Ketika

Ca2+

disubstitusi ke La3+

pada sisi-A, terdapat ketidakseimbangan yang dapat

dikompensasi dengan pembentukan kekosongan oksigen yang tidak teratur atau

peningkatan muatan Fe dari Fe3+

menjadi Fe4+

[30] sehingga bertranformasi menjadi

grenier atau brownmillerite sebagai hasil dari kekosongan oksigen [28].

Page 26: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

13

Gambar 2.2 Hubungan antara perovskit, grenier, dan brownmillerite: kotak merah adalah kekosongan

oksigen

2.2. Oxygen Reduction Reaction (ORR)

ORR sangat penting untuk konversi energi, khususnya dalam bidang

pengembangan sel bahan bakar (fuel cell) dan metal-air battery [31]. Dalam larutan

air, ORR dapat diproses melalui transfer 4 elektron atau 2 elektron [32]. Oksigen

direduksi untuk membentuk H2O dalam medium asam atau OH- hidroksida dalam

medium basa [22].

ORR adalah reaksi yang terjadi di katoda. Namun biasanya, kinetika ORR

sangat lambat yang disebabkan oleh ORR yang sangat ireversibel dan persilangan

bahan bakar di katoda yang menyebabkan potensi campuran, yang berpotensi

kerugian dan pengurangan efisiensi sebanyak 25% sehingga mengurangi kinerja ORR

[33].

Untuk mempercepat kinetika ORR agar tercapai performa yang baik dalam

fuel cell, diperlukan katalis ORR pada katoda. Elektrokatalis tersebut meliputi logam

mulia dan paduannya, bahan karbon, kuinon dan turunannya, senyawa makrosiklik

logam transisi, kalkogenida logam transisi, dan karbida logam transisi [34].

Page 27: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

14

2.2.1. Mekanisme ORR

Fungsi katoda adalah mereduksi molekul oksigen menjadi ion oksigen seperti

yang diwakili oleh Persamaan (2.2). Reaksi ini berlangsung melalui (1) difusi O2

melalui katoda berpori, (2) adsorpsi O2 ke permukaan katoda, (3) reduksi sempurna

atau parsial O2 menjadi ion oksigen seperti O2-

dan O−

dan (4) migrasi ion oksigen ke

elektrolit melalui permukaan katoda, antarmuka katoda-elektrolit dan Three Phase

Boundary (TPB). Performa ORR terutama dikendalikan oleh pertukaran oksigen

(termasuk adsorpsi oksigen disosiatif dan penggabungan kisi) atau difusi ion oksigen

[35].

O2 + 4e- → 2O

2- (2.2)

Pada Gambar 2.3 dijelaskan mekanisme ORR meliputi (a) penggabungan

molekul oksigen ke dalam fase elektronik, (b) adsorpsi dan / atau reduksi parsial

molekul oksigen di permukaan fase elektronik, (c) migrasi fase permukaan ion

oksigen (masing-masing O2-

dan On-

) menuju antarmuka , (d) transfer muatan

O2−

atau On−

melintasi antarmuka , dan (e) satu atau beberapa mekanisme

dimana elektrolit aktif untuk menghasilkan dan mengangkut spesies oksigen [36].

Page 28: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

15

Gambar 2.3 Mekanisme ORR pada katoda: dan masing-masing mewakili fase elektronik, gas,

dan ionik [36].

2.2.2. Perovskit Oksida sebagai Material ORR

Pada awal 1970-an, Meadowcroft pertama kali menyintesis perovskit oksida

LaCoO3 dan mendemonstrasikan aplikasinya sebagai elektrokatalis untuk Oxygen

Reduction Reaction (ORR). Sejak itu, banyak perovskit oksida dengan berbagai

kation A dan B dengan aktivitas katalitik yang berbeda telah dilaporkan. Hingga saat

ini, sekitar 90% unsur logam dalam Tabel Periodik dapat menjadi kation pada

perovskit oksida ABO3 (Gambar 2.4) [37].

Untuk aplikasi katalisis dalam ORR, hanya logam alkali tanah dan logam

tanah jarang yang menjadi kation sisi-A yang populer [37]. Perbedaan komposisi

kation sisi-A akan menghasilkan perbedaan struktur kristal dan struktur elektronik

perovskit, sehingga mempengaruhi aktivitas ORR. Sebagai contoh, studi awal

menunjukkan bahwa aktivitas ORR logam tanah jarang dengan elemen sisi-A dalam

perovskit oksida ABO3 menunjukkan bahwa La > Pr > Nd > Sm > Gd > Y > Dy >

Yb. Oksida perovskit yang mengandung La memiliki aktivitas katalitik tertinggi

Page 29: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

16

karena La memiliki jari-jari ionik terbesar, yang mengarah ke kristal dan struktur

elektronik yang paling mendukung untuk ORR. Kation sisi-B umumnya dari logam

transisi dengan orbital d yang tidak terisi penuh, terutama orbital 3d yang tidak terisi

penuh [7]. Kation sisi-B pada perovskit oksida memainkan peran yang lebih penting

dalam ORR daripada kation sisi-A karena reaksi redoks umumnya terjadi di sisi-B

[5].

Gambar 2.4 Elemen unsur dalam perovskit oksida ABO3 [9]

2.3. Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)

SOFC adalah sel bahan bakar padat yang mana merupakan suatu jenis

perangkat elektrokimia yang mampu mengubah energi kimia menjadi energi listik

secara langsung sehingga lebih efisien dan bahan bakarnya bersifat ramah lingkungan

[38]. SOFC terbuat dari bahan keramik (oksida logam) yang memiliki stabilitas dan

keandalan yang sangat baik [39]. SOFC beroperasi pada temperatur 800-1000 oC

yang mana pada temperatur tersebut konduktivitas ionik pada elektrolit dapat

Page 30: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

17

berlangsung dengan baik [38]. Satu sel perangkat SOFC terdiri dari elektroda (katoda

dan anoda) yang dipisahkan oleh elektrolit. Katoda berperan sebagai tempat

tereduksinya zat oksidan (gas oksigen), anoda berperan sebagai tempat tereduksinya

bahan bakar (gas hidrogen) dan elektrolit berperan sebagai jembatan antara anoda dan

katoda [40].

Perangkat SOFC sebagai energi alternatif memiliki beberapa keunggulan,

diantaranya:

a. Jenis fuel cell yang paling efisien dalam hal menghasilkan listrik [41].

b. Konsep SOFC melibatkan konduksi ion oksigen (O=) di dalam elektrolit pada

temperatur tinggi membuat jenis fuel cell ini secara inheren lebih fleksibel

daripada jenis fuel cell lainnya [39].

c. Sebagian besar fuel cell lainnya rentan terhadap keracunan karbon monoksida

(CO), sementara SOFC dapat menggunakan CO sebagai bahan bakar untuk

menghasilkan listrik. Sampai saat ini, SOFC telah dioperasikan pada

hidrogen, karbon monoksida, gas alam, propana, gas landfill, solar dan JP-8

[39].

d. Memiliki emisi yang sangat rendah, sehingga ramah lingkungan [41].

2.3.1. Prinsip Kerja SOFC

Prinsip kerja dari SOFC adalah kombinasi reaktan elektrokimia untuk

menghasilkan listrik [41]. Anoda merupakan tempat terjadinya proses oksidasi

hidrogen (H2) yang menghasilkan molekul air (H2O), proton, dan elektron (listrik).

Katoda merupakan tempat terjadinya reaksi penggabungan proton dan elektron untuk

mereduksi molekul oksigen menjadi ion oksigen (O2-

atau O-). Elektrolit adalah

Page 31: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

18

media untuk mengalirkan proton dan jembatan bagi ion oksigen dari katoda ke anoda

untuk mengoksidasi H2 kembali dan menghasilkan air [40].

Mekanisme kerja SOFC diilustrasikan pada Gambar 2.5 dimana terdapat dua

elektroda yaitu anoda (sebagai elektroda bahan bakar) dan katoda (sebagai elektroda

udara) diantara elektrolit yang terpisah satu sama lain. Prinsip kerja dari SOFC adalah

menggunakan reaksi redoks (reduksi-oksidasi) pada anoda dan katodanya. Gas

hidrogen yang digunakan sebagai bahan bakar akan dialirkan melalui anoda,

kemudian hidrogen akan mengalami reaksi oksidasi menjadi molekul air. Elektron

yang dilepaskan dari anoda akan dialirkan ke dalam katoda, kemudian terjadi reaksi

reduksi oksigen (ORR) menjadi ion oksigen (O2-

). Ion oksigen yang dihasilkan di

katoda akan melewati elektrolit dengan bantuan oxygen vacancy yang tersedia [42].

Ion oksigen yang melewati elektrolit akan diseleksi untuk diteruskan ke anoda yang

selanjutnya akan mengoksidasi hidrogen kembali menjadi air [43]. Sehingga

keseluruhan reaksi yang terjadi pada sel bahan bakar dapat ditulis sebagai berikut

[43]:

Katoda : 2O2 + 4e- → 2O

2-

Anoda : H2 + O2-

→ H2O + 2e-

Reaksi sel : H2 + ½ O2 → H2O

Page 32: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

19

Gambar 2.5 Mekanisme SOFC: Ion oksigen bereaksi dengan hidrogen (bahan bakar) secara

elektrokimia, dan elektron mengalir melalui rangkaian luar untuk menghasilkan energi listrik [19]

2.3.2. Intermediate Temperature Solid Oxide Fuel Cell (IT-SOFC)

Klasifikasi fuel cell dapat dilakukan berdasarkan suhu operasinya dan bahan

elektrolit yang digunakan [44]. SOFC dengan temperatur operasi tinggi (HT-SOFC)

telah dikembangkan dengan elektrolit YSZ (Yttrium-Stabil Zirkonia) bahan fase

tunggal yang telah membuat keberhasilan besar dalm teknologi. Namun teknologi

temperatur operasi tinggi telah menyebabkan biaya tinggi yang menghambat

komersialisasi SOFC [45]. Selain itu, temperatur operasi tinggi juga dapat

menimbulkan masalah pada bahan, misalnya mengalami degradasi termal dan terjadi

reaksi diantara komponen SOFC [46].

Baru-baru ini, kemajuan signifikan dalam mengembangkan SOFC adalah

menurunkan temperatur kerja pada kisaran 600-800 °C dari 800-1000 °C [47]. Tidak

hanya mengurangi biaya sistem dan laju korosi komponen dan sistem. IT-SOFC

memiliki fitur yang menjanjikan dibandingkan dengan HT-SOFC karena

Page 33: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

20

membutuhkan waktu pengaktifan yang singkat, tidak terlalu rentan terhadap mekanis

dan tekanan termal dapat dengan mudah dipertahankan, berbagai pilihan material

dapat digunakan, manajemen termal superior dan sangat ekonomis [48].

2.4. Perkembangan Katoda SOFC

Katoda dalam perangkat SOFC berperan sebagai tempat tereduksinya gas

oksigen. Untuk memenuhi hal ini, katoda harus memiliki:

a. Konduktivitas listrik yang tinggi (sebaiknya lebih dari 100 S cm−1

pada

temperatur operasi).

b. Koefisien muai panas (TEC) yang sesuai dan kompatibilitas kimia dengan

elektrolit dan bahan interkoneksi.

c. Struktur mikro berpori untuk memungkinkan gas oksigen berdifusi melalui

katoda ke permukaan anoda atau elektrolit.

d. Stabilitas di bawah atmosfer oksidasi selama fabrikasi dan operasi.

e. Aktivitas katalitik yang tinggi untuk reaksi reduksi oksigen (ORR).

f. Berbiaya rendah [4].

Pengembangan bahan katoda canggih dengan kinerja ORR tinggi sangat

penting untuk SOFC, terutama pada IT-SOFC. Para peneliti mencapai konsensus

bahwa oksida MIEC berpotensi sebagai kandidat katoda IT-SOFC yang menjanjikan.

MIEC sebagai katoda memperpanjang zona reaksi elektrokimia dari area Three-

Phase Boundary (TPB) antara katoda dan elektrolit ke keseluruhan area permukaan

katoda MIEC yang mengarah ke kinerja elektrokimia yang lebih tinggi (Gambar 2.6)

[36].

Page 34: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

21

Gambar 2.6 Fenomena peran fase elektronik (α), gas (β), dan ionik (γ) dalam mencapai reduksi

oksigen [20]

Perovskit oksida berbasis kobalt (Co), misalnya La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

(LSCF) [49] telah dieksplorasi secara luas untuk katoda SOFC karena

konduktivitasnya yang tinggi dan aktivitas katalitik yang sangat baik terhadap ORR.

Sayangnya, mereka cepat terdegradasi, koefisien muai panas (TEC) tinggi, sedikit

atau buruknya kompatibilitas, dan stabilitas kimia yang kurang karena aktivitas

redoks kobalt tinggi [50].

Baru-baru ini, perovskit oksida berbasis besi (Fe) dan seng (Zn) bebas Co

diusulkan sebagai material katoda yang menjanjikan untuk IT-SOFC karena sifatnya

yang sangat baik seperti aktivitas elektrokatalitik yang baik dan stabilitas termal di

bawah kondisi operasi sel bahan bakar dengan hasil TEC yang sangat baik. Selain itu,

Zn lebih sedikit redoks, lebih ramah lingkungan, berbiaya rendah daripada kobalt,

dan meningkatkan konduktivtas karena mengurangi nilai Area Spesific Resistance

(ASR) dari Fe yang agak tinggi [51][52].

Ada beberapa laporan tentang kelebihan kinerja perovskit oksida yang

didoping Zn untuk katoda IT-SOFC, seperti yang telah dilakukan oleh Javed dkk.

Page 35: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

22

bahwa material (LSZF) dengan x = 0,1; 0,2; dan 0,3 dengan

struktur kristal ortorombik dan grup ruang Pbn (62). LSZF x = 0,1; 0,2; dan 0,3

masing-masing memiliki ukuran krsitalin rata-rata sebesar 35,2; 32,4; dan 36,5 nm

menggunakan persamaan Debye-Scherrer. Hasil SEM LSZF menunjukkan distribusi

ukuran seragam dari partikel dengan ukuran butir mulai dari 2 hingga 4 m

menunjukkan struktur pori yang baik pada permukaan katoda LSZF. Pada LSZF

x = 0,2 menunjukkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan

komposisi lain dan sesuai dengan hasil XRD (Gambar 2.7) [14]. Mikrostruktur

berpori memfasilitasi jalur difusi yang mudah untuk ion oksigen dan elektron dari

anoda ke katoda dan mengarah ke kinerja elektrokimia yang sangat baik [53]. Maka,

berdasarkan hasil tersebut LSZF x = 0,2 dilaporkan sebagai material katoda IT-SOFC

yang menjanjikan [14].

Gambar 2.7 Hasil SEM dengan berbagai ukuran perbesaran; (A, B) LSZF

x = 0,1; (C) x = 0,2; dan (D) x = 0,3 [14]

Page 36: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

23

Perovskit oksida berbasis kalsium (Ca) pada sisi-A telah menarik perhatian

beberapa penelitian terakhir karena Ca dilaporkan dapat meningkatkan konduktivitas

listrik, sifat elektrokimia dan aktivitas katalitik reaksi reduksi oksigen, serta

menurunkan koefisien ekspansi termal contohnya pada Sm1-xCaxBaCo2 (SCBC)

dengan x = 0,0-0,4 [11]. Selain itu, pada LaFeO3 yang biasanya digunakan untuk

aplikasi elektrokeramik karena konduktivitas campurannya (ionik dan elektronik)

yang menarik yang menampilkan cacat ionik dan elektronik [54]. Namun, LaFeO3

tidak menunjukkan konduktivitas ionik dan elektronik yang tinggi. Ketika LaFeO3

didoping dengan Sr atau Ca, menunjukkan konduktivitas yang sangat tinggi, yang

dapat digunakan sebagai material katoda untuk SOFC [55].

Dilaporkan juga bahwa dalam sistem (La = lantanum,

A = logam alkali tanah), Ca adalah salah satu elemen doping yang efektif di sisi-A

pada sistem ABO3, selain berbiaya rendah [8], Ca bisa menjadi kandidat yang baik

karena kesamaan jari-jari ioniknya dengan La3+

yang dapat memberikan stabilitas

yang lebih tinggi dari pada dengan doping strontinum (Sr) [9]. Hassan dkk.

melakukan studi tentang perilaku elektrokatalitik pada perovskit La1-xCaxFeO3 (LCF),

dengan x = 0,0; 0,2; dan 0,4. Gambar 2.8 menunjukkan grafik XRD perovskit LCF

dengan struktur kristal ortorombik. Gambar 2.9 menunjukkan penampakan struktur

mikro LCF oleh SEM dengan rata-rata ukuran butir 200–300 nm. Mikrostruktur

berpori memberikan lebih banyak jalur difusi gas, yang menguntungkan untuk proses

reduksi oksigen dan meningkatkan kinerja katoda, karena reduksi oksigen terjadi

pada TPB dimana ion oksigen, elektron, dan oksigen molekul tersedia [10].

Page 37: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

24

Berdasarkan hasil uji konduktivitas listrik, LCF (x = 0,4) menunjukkan

konduktivitas listrik maksimum 148 S/cm pada temperatur 550 oC. Menandakan

meningkatnya konduktivitas listrik dengan semakin meningktnya doping Ca [10]

dikarenakan substitusi Ca2+

terhadap La3+

menyembabkan penambahan hole pada

Fe3+

pada sistem LaFeO3 [12]. Selain itu, dilaporkan bahwa energi aktivasi menurun

dengan semakin meningkatnya doping Ca, yaitu masing-masing sebesar 2,18; 1,81,

dan 1,55 eV pada rentang temperatur 100-850 oC [10] dikarenakan doping Ca

2+

meningkatkan konsentrasi pembawa muatan pada Fe3+

sehingga energi aktivasi

menurun [56].

Gambar 2.8 Pola XRD LCF (x = 0,0; 0,2; dan 0,4) [10]

Gambar 2.9 Mikrostruktur LCF (a) x = 0,0; (b) x = 0,2; dan (c) x = 0,4 hasil SEM [10]

Kagomiya dkk. melakukan studi tentang La1-xCaxFeO3-δ (LCF), dengan x =

0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1,0; bahwa struktur kristal berubah

Page 38: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

25

dengan perbedaan komposisi doping Ca, ditunjukkan pada Gambar 2.10 LCF (x =

0,0–0,6) berstruktur ortorombik grup ruang Pnma, dan pada x = 0,7-1,0 berstruktur

grenier dan brownmillerite [12]. Pada Gambar 2.11 menunjukkan struktur mikro

LCF (x = 0,3; 0,4; dan 0,5) bahwa masing-masing memiliki ukuran butir 2, 3, dan 7

m. Berdasarkan uji konduktivitas, LCF x = 0,3 dan 0,4 memiliki konduktivitas

listrik tertinggi daripada sampel lain dengan energi aktivasi 0,16 dan 0,11 eV pada

rentang temperatur 250-500 oC. Maka dapat dikatakan bahwa LCF (x = 0,3 dan 0,4)

adalah kandidat oksida konduktivitas campuran yang baik tanpa ion Sr dan Co dan

dapat menimbulkan peningkatan TPB pada antarmuka antara katoda dan elektrolit

sehingga menghasilkan peningkatan konduktivitas ionik pada simetri sel LCF

[12][10].

Gambar 2.10 Pola XRD LCF (x = 0,0-1,0) [12]

Page 39: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

26

Gambar 2.11 Mikrostruktur LCF (x = 0,3-0,5) [12]

Selain itu, semakin meningkatnya doping Ca pada sistem La1-xCaxFeO3

(x = 0,0-0,4) yang diaporkan oleh Irmak, dkk. akan mempengaruhi parameter kisi,

volume kisi, dan ukuran kristal yang semakin berkurang. Hal ini dikarenakan

pengaruh doping Ca2+

yang memiliki jari-jari ion yang lebih kecil daripada La3+

[57].

Tabel 2.2 Parameter struktur kristal La1-xCaxFeO3 (x = 0,0-0,4)

x 3) (nm)

0,0 5,5598 5,5565 7,8569 242,72 77,18

0,1 5,5399 5,5353 7,8216 239,85 56,43

0,2 5,5075 5,5162 7,8024 238,04 51,43

0,3 5,5063 5,4973 7,7721 235,26 33,12

0,4 5,5045 5,4935 7,7755 235,12 24,06

2.5. Mill Scale

Mill scale adalah produk sampingan pembuatan baja dari proses hot rolling

atau cold rolling [17] yang masih memiliki kandungan besi cukup tinggi, yaitu 72 %

[58] dan pada dasarnya terdiri dari oksida besi dan besi logam dengan kandungan

minyak dan variabel lemak [17]. Sebanyak 35-40 kg mill scale diperoleh dari tiap ton

produk baja yang dihasilkan [17]. Pada tahun 2020, jumlah produksi baja di

Indonesia diprediksi mencapai 13,67 juta ton per tahun [16]. Hal ini membuat

Page 40: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

27

cadangan bijih besi semakin berkurang karena terusa digunakan untuk kebutuhan

produksi baja sehingga limbah mill scale semakin melimpah [18]. Oleh karena itu,

pemanfaatan mill scale perlu dikembangkan lebih lanjut.

Mill scale kaya akan kandungan besi oksida, yaitu hematit (Fe2O3), magnetit

(Fe3O4) dan wustit (FeO). Selain itu, kandungan senyawa pengotor dalam mill scale,

berupa oksida non-logam sangat rendah, sehingga pemanfaatan mill scale menjadi

produk bernilai tambah tinggi sangat mungkin untuk dilakukan, diantaranya adalah

sebagai bahan baku dalam industri semen, cat atau pigmen, powder metallurgy, dan

pembuatan besi-baja [17][59]. Pada penelitian ini mill scale digunakan sebagai bahan

baku pembuatan Fe2O3 untuk prekursor perovskit LCZF.

Untuk mendapatkan fase hematit dapat dilakukan dengan proses oksidasi mill

scale dalam 2 tahap reaksi, yaitu fase wustit dioksidasi menjadi magnetit dan

selanjutnya fase magnetit dioksidasi menjadi hematit. Mori, dkk menghasilkan

hematit dengan mengoksidasi mill scale dengan zat oksidan udara pada temperatur

1100 oC dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih dari 3 jam [60]. Selain itu,

oksidasi menjadi hematit dapat terjadi jika menggunakan 100 % oksigen murni

sebagai zat oksidan dibutuhkan sebanyak 500 mL/menit oksigen pada temperatur

tinggi 1100 oC seperti yang dilakukan oleh Jikar, dkk [61][62].

2.6. Solid State Reaction

Rute solid state melibatkan reaksi dekomposisi kimia, dimana campuran

reaktan padat dipanaskan untuk menghasilkan padatan baru dan gas. Metode ini

biasanya digunakan untuk produksi oksida kompleks dari oksida sederhana, karbonat,

nitrat, hidroksida, oksidaat, alkoksida, dan garam logam lainnya. Biasanya,

Page 41: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

28

prosedurnya mencakup beberapa langkah penggilingan sederhana untuk

meningkatkan homogenitas campuran dan untuk mengecilkan ukuran partikel serbuk

dengan beberapa langkah anil (proses perlakuan panas). Rute solid state relatif murah

dan hanya membutuhkan peralatan sederhana. Apalagi dalam volume besar serbuk

dapat disiapkan dengan cara yang relatif sederhana [63].

2.6.1. Ball Milling

Metode solid state dengan menggunakan ball milling merupakan metode

untuk mengubah ukuran partikel material menjadi lebih kecil (nanopartikel). Proses

pengecilan ukuran partikel menggunakan ball mill ini dinamakan sebagai mechanical

milling [64].

Prinsip dari metode ball milling adalah dengan melakukan penghancuran

material menggunakan sejumlah bola penumbuk dalam sebuah tabung vertikal yang

berputar sehingga bola-bola akan menumbuk dan menyebabkan fragmentasi pada

struktur material menjadi ukuran yang sangat halus [65].

2.6.2. Kalsinasi

Kalsinasi pada metode solid state bertujuan untuk menghilangkan zat-zat

yang tidak dibutuhkan (yang masih dapat menguap), dekomposisi panas, dan untuk

mendapatkan fasa baru. Proses ini dilakukan dengan perlakuan panas pada temperatur

tinggi namun masih di bawah titik lelehnya. Kalsinasi harus dilakukan dengan laju

pemanasan yang rendah untuk menghilangkan sisa-sisa zat anorganik dan gas dari

penguraian. Hal ini juga bertujuan supaya tidak terjadi keretakan atau kerusakan

produk [63].

Page 42: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Tugas Akhir (TA) skripsi ini terlaksana pada 16 Februari-4 Juni

2021 di Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

3.2.1. Alat

a. Tahap Preparasi Sampel

1) Spatula

2) Neraca analitik (KERN ABJ220-4NM)

3) Wadah

b. Tahap Sintesis

1) Horizontal tubular furnace (P2F, LIPI)

2) Furnace 600-900 oC (KSL-1700X)

3) Muffle furnace 1000 oC

4) Milling (Hitachi-Efoup 1 HP Elektro Motor)

5) Planetary ball millimg (Retsch-PM200)

6) Oven (BINDER GmbH lm Mittleren Osch 5)

Page 43: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

30

7) Alat kompaksi 11 ton (Carver)

8) Cetakan pellet baja tahan karat berdiameter 1,5 cm

9) Mortar dan alu

10) Ayakan 500 mesh

c. Tahap Karakterisasi dan Pengujian

1) XRF (S2 Puma, Bruker, Germany)

2) XRD (Rigaku Smartlab)

3) EIS (Autolab)

4) Piknometer 10 mL

d. Perangkat Lunak

1) Match! versi 1.10

2) PowDLL converter versi 2.88.0.0

3) Bella versi 2.23

4) GSAS-EXPGUI

5) Vesta versi 3.5.2

6) OriginPro versi 9.6.5.169

7) Zview versi 3.4e

Page 44: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

31

Gambar 3.1 (a) Horizontal tubular furnace (P2F, LIPI), (b) alat milling (Hitachi-Efoup 1 HP Elektro

Motor), (c) planetary ball milling (Retsch-PM200), (d) alat kompaksi (Carver), (e) cetakan pellet,

(f) piknometer, (g) furnace (KSL-1700X), (h) muffle furnace, dan (i) oven (BINDER GmbH lm

Mittleren Osch 5)

(a) (g)

(b)

(c)

(i)

(h)

(d) (e)

(f)

Page 45: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

32

3.2.2. Bahan

a. Mill scale 400 mesh (hasil cold rolling, PT. Krakatau Steel)

b. Lantanum oksida (La2O3) teknis (95,261 %)

c. Kalsium karbonat (CaCO3) teknis (93,669 %)

d. Seng Oksida (ZnO) teknis (95,314 %)

e. Etanol (C2H5OH) teknis

Gambar 3.2 (a) Mill scale, (b) La2O3, (c) CaCO3, (d) ZnO, dan (e) etanol

3.3. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini, prosedur penelitian dibagi menjadi empat tahap yaitu,

tahap sintesis besi oksida (Fe2O3) dari mill scale sebagai prekursor, sintesis material

perovskit LCZF, karakterisasi dan pengujian, analisa dan pembahasan, serta

kesimpulan. Secara garis besar, tahapan-tahapan penelitian tersebut dijelaskan pada

Gambar 3.3 di bawah ini.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Page 46: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

33

Gambar 3.3 Diagram prosedur penelitian

Semua prekursor La2O3, CaCO3, ZnO, dan Fe2O3

ditimbang sesuai dengan perhitungan stoikiometri

Campurkan dan ball mill semua prekursor dengan

pelarut etanol selama 12 jam dengan kecepatan 400 rpm

Keringkan cairan sampel dalam oven pada temperatur 80 oC selama 24 jam

Kalsinasi serbuk sampel pada temperatur 900 oC selama

5 jam dengan laju pemanasan 5 oC/menit

Karakterisasi XRD

dan pengujian

Analisa dan

pembahasan

Mulai

Sintesis Fe2O3

Ayak serbuk sampel dengan ayakan 500 mesh

Selesai

x= 0,4 x= 0,5 x= 0,6

Uji densitas, porositas,

dan konduktivitas

Impuritas

terendah Peningkatan

temperatur

kalsinasi

1000 oC

Karakterisasi

XRD

Sampel lain

Analisa impuritas

sampel

Kesimpulan

Page 47: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

34

3.3.1. Sintesis Fe2O3

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan prekursor Fe2O3 berbahan lokal

dengan memanfaatkan limbah hasil produksi baja (mill scale). Sintesis Fe2O3

dilakukan melalui proses oksidasi dengan CaCO3 sebagai media penyimpan

panas [66] yang dijelaskan pada persamaan berikut [66][67].

CaCO3 + heat CaO + CO2 (3.1)

FeO + CO2 Fe3O4 + CO2 Fe2O3 (3.2)

Pertama, masing-masing prekursor, mill scale dan CaCO3 ditimbang

dengan perbandingan 80:20. Kemudian masing-masing diletkkan pada bagian

atas dan bawah crucible. Lalu dikalsinasi (Horizontal tubular furnace, P2F

LIPI) selama 3 jam dengan laju pemanasan 4 oC/menit. Setelah itu dimilling

(dry) (Hitachi-Efoup 1 HP Elektro Motor) selama 2 jam menggunakan jar

berbahan keramik dan ball mill berbahan alumina. Ball to powder (BPR) yang

digunakan yaitu 20:1 dan Big:Medium:Small ball mill BMS yaitu 4:2:4.

Terakhir, dikarakterisasi menggunakan XRD dan XRF untuk mengetahui fase

dan kuantitas kemurnian sampel. Tahapan sintesis Fe2O3 dijelaskan pada

Gambar 3.7.

Gambar 3.4 Sketsa sampel: mill scale (atas) dan CaCO3 (bawah)

CO CO

Penutup crucible

Crucible

Mill scale

CaCO3

Page 48: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...
Page 49: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

36

Gambar 3.7 Diagram tahapan sintesis Fe2O3 dari mill scale melalui proses oksidasi

3.3.2. Sintesis Perovskit LCZF (x = 0,4-0,6)

Tahap pertama sintesis, yaitu masing-masing prekursor, La2O3, CaCO3, ZnO,

dan Fe2O3 ditimbang sesuai dengan perhitungan stiokiometri dengan reaksi kimia

sebagai berikut.

A CaCO3 + B La2O3 + C ZnO + F Fe2O3 G La1-xCaxZn0,2Fe0,8O3 +

H CO + I O2 (3.3)

Untuk membuat 10 gram material perovskit LCZF x = 0,4; 0,5; dan 0,6)

digunakan persamaan perbandingan koefisien mol untuk mendapatkan massa masing-

Timbang mill scale dan CaCO3 dengan

perbandingan 80:20

Letakkan CaCO3 di bagian bawah dan mill scale

di bagian atas pada crucibel

Kalsinasi pada temperatur 900 oC dengan laju

pemanasan 4 oC/menit selama 3 jam

Pisahkan Fe2O3 dari CaO

Milling serbuk Fe2O3 selama 2 jam

(BPR = 20:1 dan BMS = 3:3:3)

Karakterisasi XRD dan XRF

Produk Fe2O3

sebagai prekursor

Page 50: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

37

masing senyawa pada zat reaktan dan produk.

(3.4)

(3.5)

Sehingga didapatkan massa masing-masing prekursor sebagai berikut.

Tabel 3.1 Massa masing-masing prekursor pembuatan perovskit LCZF

(x = 0,4; 0,5; dan 0,6)

x La2O3 (gr) CaCO3 (gr) ZnO (gr) Fe2O3 (gr)

0,4 4,76510 1,95175 0,79335 3,11400

0,5 4,17192 2,56318 0,83351 3,27163

0,6 3,51548 3,23981 0,87795 3,44606

Setelah itu, dilakukan sintesis dengan metode solid state reaction dengan cara

mencampur dan menggiling semua prekursor dengan pelarut etanol menggunakan

planetary ball milling (Retsch-PM200) dengan jar dan ball mill berbahan zirkonia.

Pada proses ini digunakan BPR = 20:1 dan BMS = 4:3:3 selama 12 jam dengan

kecepatan 400 rpm. Kemudian cairan sampel dikeringkan menggunakan oven selama

12 jam pada temperatur 80 oC. Setelah itu, sampel serbuk diberi perlakuan panas

(kalsinasi) menggunakan alat furnace (KSL-1700X) selama 5 jam pada temperatur

900 oC dengan laju pemanasan 5

oC/menit.

Page 51: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

38

Gambar 3.8 Ilustrasi kondisi sampel saat proses milling

Gambar 3.9 Ilustrasi sampel saat dikeringkan dalam oven

Gambar 3.10 Ilustrasi kondisi sampel saat kalsinasi (KSL-1700X)

Jar besi

(penyeimbang)

Jar zirkonia

(sampel)

Serbuk sampel

Ball mill zirkonia

(besar, sedang, kecil)

Ball mill besi

(besar, sedang, kecil)

Heating side furnace

Thermo couple Serbuk sampel

Crucible

Sampel

Page 52: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

39

3.3.3. Karakterisasi dan Pengujian

a. Karakterisasi XRD

XRD digunakan untuk identifikasi fase struktur kristal dan parameter kisi.

Fase untuk bidang kristalografi diidentifikasi sebagai bidang dengan nilai

d-spacing (d) [68] berdasarkan persamaan Bragg yang disajikan dalam Persamaan

(3.6) [69].

(3.6)

Dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, adalah jarak antara

dua bidang atom, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan

adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan [69].

Output analisis XRD adalah grafik hubungan antara dengan intensitas

yang dapat diolah secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode penghalusan

Rietveld menggunakan software pendukung dan ukuran kristal sampel dapat

ditentukan dengan Persamaan Debye-Scherrer di bawah ini [70].

(3.7)

Dengan D adalah ukuran kristal, sama dengan 0,9 yang merupakan kontanta kristal

kubik, adalah panjang gelombang yang digunakan, dan adalah FWHM (lebar

penuh pada setengah maksimum) dari garis difraksi yang diperluas pada skala

tertentu [70].

Pada karakterisasi ini digunakan intrumen XRD (Rigaku-Smartlab) dengan

sumber sinar-X Cu K dengan panjang gelombang 1,5405 pada rentang 2 20-80o.

Setelah dikarakterisasi, kemudian raw data diolah menggunakan perangkat lunak

Page 53: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

40

pendukung yaitu Match! dan GSAS-EXPGUI untuk dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif.

b. Pengujian Densitas dan Porositas

Pengujian densitas (bulk) dan porositas dilakukan untuk mengetahui kualitas

bulk perovskit LCZF (x = 0,4-0,6). Pengujian densitas dilakukan dengan metode

piknometri menggunakan piknometer berukuran 10 mL. Fluida yang digunakan

dalam pengujian ini yaitu dengan air yang ada di Laboratorium Fuel Cell, P2F, LIPI

yang memiliki densitas ( sebesar 0,928 gr/cm3. Kemudian dilakukan perhitungan

dengan persamaan densitas secara bertahap, sebagai berikut.

1. Meghitung massa piknometer dan sampel (perovskit) =

2. Menghitung massa piknometer, sampel, dan air =

3. Menghitung volume air =

4. Menghitung volume sampel =

5. Menghitung densitas sampel =

Setelah mendapatkan nilai densitas bulk, porositas dapat diketahui dengan

Persamaan (3.8) [71] di bawah ini.

(3.8)

Yang mana adalah densitas relatif yaitu nilai densitas bulk terhadap densitas teori.

c. Karakterisasi EIS

Spektroskopi impedansi merupakan metode yang tepat untuk menganalisis

sifat kelistirikan suatu material dan hubungannya dengan konduktivitas listrik

elektroda [72]. Pada EIS, frekuensi sinyal sinusoidal divariasikan dari rentang yang

Page 54: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

41

luas (biasanya 10-4

hingga 105 atau 10

6 Hz) [73]. Dari pengukuran EIS akan

dihasilkan Nyquist Plot yang umumnya akan terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona

ohmic resistance (tahanan ohmik, Ro), zona charge transfer resistance (tahanan

transfer muatan, Rct), dan zona mass transfer resistance (tahanan perpindahan masa,

Rm) [74].

Sebelum dilakukan pengujian, sampel serbuk dibuat menjadi membran

berbentuk pellet (dimensi 1,5 cm x 0,4 cm) terlebih dahulu dengan cetakan berbahan

baja tahan karat berdiameter 1,5 cm kemudian dikompaksi (Carver) dengan tekanan

200 MPa selama 2 menit. Untuk meningkatkan kekuatan struktur mikro sampel

pellet, kemudian dilakukan sintering (muffle furnace) pada temperatur 1000 oC

selama 12 jam dengan laju pemanasan 5 oC/menit.

Pengujian dilakukan dengan diberi input frekuensi pada rentang 2 MHz-1 Hz

serta perlakuan panas pada suhu ruang, 50 oC, 100

oC, 150

oC, 200

oC, 250

oC, dan

300 oC untuk mengetahui bagaimana konduktivitas listrik dan sifat bahan pada

material perovskit LCZF.

Setelah dikarakterisasi kemudian raw data diolah menggunakan perangkat

lunak Zview dengan metode circle fit untuk mendapatkan nilai hambatan ohmik lalu

diolah untuk mengetahui nilai konduktivitas listrik masing-masing sampel dengan

Persamaan (3.9) [75] di bawah ini.

(3.9)

Yang mana konduktivitas listrik dalam S/cm, R merupakan hambatan dalam ohm, l

dan A masing-masing adalah ketebalan dan luas area sampel dalam cm [75].

Page 55: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Sintesis Fe2O3 sebagai Prekursor

Berdasarkan hasil analisis XRD (Gambar 4.1) dan XRF (Tabel 4.2), Fe2O3

(hematit) berhasil disintesis melalui proses oksidasi dengan mendapatkan hasil

dengan kemurnian tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa mill scale dengan kandungan

FeO (wustit) 54,07 % dan Fe3O4 (magnetit) 44,83 % dari PT. Krakatau Steel sangat

berpotensi untuk dijakan bahan baku alternatif pembuatan Fe2O3. Selain itu,

komposisi mill scale:CaCO3 (80:20), kalsinasi 900 oC selama 3 jam, dan milling

selama 2 jam merupakan metode yang optimal untuk menghasilkan Fe2O3 dengan

kemurnian yang tinggi.

Hasil XRD menunjukkan bahwa telah terbentuk fase Fe2O3 100 % (single

phase) tanpa adanya pengotor dan hasil XRF menunjukkan kemurnian Fe2O3

mencapai 97,50 % dengan pengotor lain di bawah 1 %.

Page 56: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

43

Gambar 4.1 Difraktogram XRD Fe2O3

Gambar 4.2 Plot hasil penghalusan XRD Fe2O3 antara data observasi, kalkulasi, dan background

menggunakan metode Rietveld.

Tabel 4.1 Data hasil penghalusan XRD Fe2O3 menggunakan metode Rietveld

Struktur kristal Rombohedral = 5,037 = 5,037 = 13,742

Grup ruang R-3c 𝜶 = 90

o 𝜷 = 90

o 𝜸 = 120

o

Volume 348,653

𝑹 = 5,49 % 𝑹 = 4,12 % 𝝌 = 1,856

Densitas atomik

5,269 gr/cm3 Fraksi berat

100 %

Page 57: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

44

Tabel 4.2 Hasil analisis XRF Fe2O3

Fe Zn Al Si P Mg K

97.25 % 0 % 0.60 % 0.92 % 0.02 % 0.46 % 0 %

Fe2O3 Fe3O4 ZnO Al2O3 SiO2 P2O5 MgO K2O

97.50 % 0.71 % 0 % 0.40 % 0.69 % 0.01 % 0.27 % 0 %

Ca Ti V Cr Mn Cu Zr

0.14 0.04 0.03 0.06 0.4 0 0

CaO TiO2 V2O5 Cr2O3 MnO2 CuO ZrO2

0.07 % 0.03 % 0.02 % 0.03 % 0.3 % 0 % 0 %

Fe2O3 yang sudah terbentuk juga dapat dianalisis berdasarkan sifat fisiknya,

yang mana Fe2O3 memiliki sifat non-magnetik. Dengan pengujian sparasi

menggunakan magnet, hampir 100 % serbuknya tidak ada yang tersparasi oleh

magnet. Selain itu serbuk sampel mengalami perubahan warna dari hitam menjadi

coklat kemerahan yang merupakan warna khas dari Fe2O3. Maka dapat disimpulkan

bahwa Fe2O3 sudah terbentuk dengan baik sehingga dapat digunakan sebagai

prekursor pembuatan perovskit LCZF.

Gambar 4.3 Fe2O3 (a) sebelum dan (b) setelah dimiliing

Berdasakan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa FeO teroksidasi

sempurna menjadi Fe3O4 dan Fe3O4 hampir teroksidasi sempurna menjadi Fe2O3. Hal

ini membuktikan bahwa proses oksidasi dengan bantuan CaCO3 sebagai media

(a) (b)

Page 58: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

45

penyimpan panas lebih baik dari pada penelitian relevan sebelumnya karena CaCO3

dapat menyimpan panas lebih lama untuk membantu mill scale teroksidasi walaupun

temperatur dalam furnace sudah turun. Selain itu, CaCO3 mendukung zat oksidan

sekitar yang bukan merupakan okisgen murni melainkan hanya udara untuk dapat

mengoksidasi mill scale. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, jika

menggunakan oksigen murni maka dibutuhkan sebanyak 500 mL/menit [61] yang

mana dalam 3 jam dibutuhkan 90 L oksigen yang berbiaya tinggi dan membutuhkan

temperatur kalsinasi yang tinggi yaitu mencapai 1100 oC [60][62] untuk

menghasilkan Fe2O3 dengan kemurnian tinggi. Oleh karena itu, proses oksidasi

dengan bantuan CaCO3 dapat menghemat biaya serta energi.

4.2. Hasil Sintesis Perovskit LCZF

Perovskit LCZF disintesis menggunakan metode solid state reaction karena

dari beberapa penelitian yang relevan melaporkan bahwa penggunaan metode ini

dapat menghasilkan produk dalam jumlah banyak dan meningkatkan kristalinitas

[63].

Sintesis dilakukan dengan melakukan variasi komposisi doping La2+

oleh

Ca 2+

pada sisi-A dan sisi-B digunakan komposisi yang tetap antara doping Zn2+

oleh

Fe3+

. Sehingga dapat direpresentasikan sebagai (LCZF,

x = 0,4; 0,5; dan 0,6). Substituen pada sisi-A dan B tersebut akan mempengaruhi nilai

faktor toleransi Goldschmidt (t) yang merupakan suatu rentang nilai dimana perovskit

dapat terbentuk dengan stabil atau terdistorsi. Faktor tolerasi tersebut dihitung

berdasarkan nilai jari-jari ion masing-masing. Rentang nilai 0,8-1,0 menandakan

Page 59: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

46

perovskit akan terbentuk secara stabil, sementara diluar rentang tersebut perovskit

akan terdistorsi [76]. Selain itu, faktor tersebut dapat merepresentasikan struktur

kristal perovskit yang terbentuk. Semakin mendekati angka 1 maka struktur kristal

perovskit yang akan terbentuk adalah kubik [23].

Hasil perhitungan faktor toleransi Goldschmidt dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perovskit LCZF mampu

terbentuk dengan stabil (tanpa distorsi) dan struktur kristal yang terbentuk adalah

kubik karena ketiga sampel memiliki faktor toleransi yang mendekati angka 1.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan faktor toleransi Goldschmidt perovskit LCZF

Sampel Faktor tolerensi Goldschmidt (t) Struktur kristal

LCZF0,4 0,9507 Kubik

LCZF0,5 0,9493 Kubik

LCZF0,6 0,9500 Kubik

Pada rute solid state, proses milling akan membuat semua bahan mengalami

reaksi penggabungan partikel pada rentang waktu tertentu sampai semua bahan

tercampur sempurna tanpa ada yang berdiri sendiri atau dominan. Pada proses

tersebut semua bahan dicampur menjadi satu untuk mendapatkan fase

dan membuat fase tersebut berukuran nano. Terjadi reaksi

kimia sebagai berikut.

CaCO3 + La2O3 + ZnO + Fe2O3 La1-xCaxZn0,2Fe0,8O3 (4.1)

Proses kalsinasi akan menghilangkan (mendekomposisi) kandungan lain dan

sisa kelembaban untuk menghasilkan fase perovskit LCZF. Digunakan temperatur

Page 60: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

47

kalsinasi 900 oC karena sesuai dengan penelitian-penelitian relevan sebelumnya

bahwa fase perovskit akan terbentuk pada temperatur kalsinasi 900 oC [10][12][14].

Perubahan fase perovskit dapat diidentifikasi secara kasat mata dengan

melihat sifat fisiknya. Berdasarkan hasil diskusi dan penelitian relevan sebelumnya,

fase perovskit yang telah terbentuk ditandai dengan perubahan warna menjadi hitam

dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Sampel (atas) sebelum dikalsinasi dan (bawah) setelah dikalsinasi

pada (a) LCZF0,4; (b) LCZF0,5; dan (c) LCZF0,6

4.2.1 Hasil Analisis Karakterisasi XRD Perovskit LCZF (x = 0,4-0,6)

Difraktogram pada ketiga sampel LCZF dengan x = 0,4; 0,5; dan 0,6

(LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6) menunjukkan fase perovskit sudah terbentuk

dengan ditandai adanya kemunculan puncak-puncak difraksi 2 pada area 22,82o;

32,52o; 40,12

o; 46,59

o; 57,9

o; 67,93

o; dan 77,6

o dengan nilai hkl masing-masing 100,

110, 111, 200, 211, 220, 310. Namun, pada keadaan ini (kalsinasi

900 oC) masih terdapat impuritas (pengotor) yang artinya perovskit yang terbentuk

(a) (b) (c)

Page 61: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

48

kemurniaanya belum sempurna (single phase). Dapat dilihat pada Gambar 4.6(a),

berdasarkan hassil pencocokan database manggunakan perangkat lunak Match!,

selain fase perovskit LCZF terdapat 3 fase lain yaitu Ca2Fe2O5 (brownmillerite), ZnO

(zincite), dan ZnFe2O4 (franklinite) (COD: 96-154-2145, 96-110-1064, 96-900-4182

dan 96-900-6894).

Berdasarkan hasil penghalusan menggunakan metode Rietveld (GSAS-

EXPGUI) pada Gambar 4.5 dengan status yang sudah mencapai konvergen atau

dengan kata lain hasil penghalusan valid dan dapat diterima. Senyawa induk LaFeO3

hasil pencocokan menggunakan perangkat lunak Match! dihaluskan dengan

mensubstitusi ion Ca2+

pada sisi-A dan Zn2+

pada sisi-B dengan menyesuaikan faktor

occupancy (hunian) dan koordinat masing-masing atom pada kedua sisi perovskit

LCZF.

Page 62: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

49

Gambar 4.5 Plot hasil penghalusan XRD sampel (a) LCZF0,4; (b) LCZF0,5; dan (c) LCZF0,6

antara data observasi, kalkulasi, dan background menggunakan metode Rietveld

Dapat dilihat pada Tabel 4.4, sampel LCZF0,4 terbentuk fase perovskit

((La,Ca)(Zn,Fe)O3) yang paling tinggi daripada sampel lain yaitu mencapai 69,327 %

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada komposisi x = 0,4 perovskit LCZF dapat

terbentuk lebih baik dari sampel lainnya. Semakin banyak doping Ca2+

maka semakin

berkurang kermurnian perovskit LCZF yang terbentuk pada temperatur kalsinasi 900

oC. Hal ini didukung oleh hasil analisis TGA/DSC CaCO3 (Lampiran 6), bahwa

CaCO3 belum terdekomposisi secara sempurna pada temperatur 900 oC. Oleh karena

itu, semakin banyak doping Ca2+

maka perovskit LCZF semakin sulit terbentuk

karena CaCO3 yang belum terdekomposisi sempurna sehingga muncul fase

(a) (b)

(c)

Page 63: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

50

brownmillerite akibat dari konsentrasi Ca2+

yang berlebih [30]. Impuritas lain yang

terbentuk diduga karena proses penguraian saat milling belum sempurna sehingga

masih terdapat fase yang berdiri sendiri.

Pada Gambar 4.6(b) terlihat bahwa semakin meningkatnya doping Ca2+

pada

La3+

mengakibatkan puncak-puncak difraksi mengalami pergeseran ke kanan.

Berdasarkan persamaan Bragg , menunjukkan bahwa sudut puncak

difraksi berbanding terbalik dengan jarak antar bidang atom (d-spacing), sehingga

terjadi penurunan ukuran volume kristal akibat jarak bidang kristal yang semakin

kecil karena pengaruh peningkatan doping Ca2+

pada La3+

. Hal ini sesuai dengan hasil

difraktogram pada penelitian relevan sebelumnya, seperti senyawa induk LaFeO3

yang tersubstitusi Ca2+

pada sisi-A (x = 0,0-1,0) [10][12][57]. Hal

tersebut disebabkan karena ion Ca2+

menempati posisi ion La3+

pada sistem kristal,

karena jari-jari ion Ca2+

(1,34 ) lebih kecil daripada jari-jari ion La3+

(1,36 ) maka

terjadi penurunan jarak antar bidang kristal. Namun, tidak terjadi penurunan secara

siginifikan karena perbedaan jari-jari ion yang relatif kecil. Penurunan ukuran volume

kristal juga mengakibatkan penurunan nilai parameter kisi dan densitas atomik pada

masing-masing komposisi.

Page 64: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

51

Gambar 4.6 (a) Difraktogram XRD sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 serta (b) pergeseran

puncak difraksi

Gambar 4.7 Grafik hubungan penambahan ion Ca2+

terhadap (a) parameter kisi, (b) volume kisi dan

densitas atomik pada sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6

LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 berturut-turut memiliki ukuran kristal

sebesar 30,947; 31,190; dan 37,700 nm. Ukuran kristal yang dihasilkan pada

penelitian ini lebih besar dari penelitian relevan sebelumnya, yaitu pada La1-xCaxFeO3

(x = 0,4) sebesar 24,06 nm. Selain itu, pengingkatan ukuran kristal terjadi sebagai

akibat adanya perluasan batas antara senyawa induk dengan dopan dengan semakin

meningkatnya doping Ca2+

[57].

LCZF0,6

LCZF0,5

LCZF0,4

(a) (b)

Page 65: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

52

Berdasarkan hasil XRD, diketahui pula bahwa ketiga sampel memiliki bentuk

struktur kristal yang sama, yaitu kubik dengan grup ruang Pm3m. Hal ini telah

didukung oleh hasil perhitungan faktor toleransi Goldschmidt (mendekati angka 1)

sebelumnya, bahwa ketiga sampel membentuk struktur kubik berdasarkan

perhitungan nilai jari-jari ion masing-masing atom. Dapat disimpulkan bahwa telah

terjadi transformasi struktur kristal, yang mana pada penelitian relevan sebelumnya,

senyawa induk LaFeO3 dan yang telah didoping (x = 0,0-1,0)

[10][12][57] serta (x = 0,1-0,3) [14] memiliki struktur

kristal ortorombik. Hasil-hasil penghalusan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Page 66: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

53

Tabel 4.4 Data hasil penghalusan perovskit LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6

menggunakan metode Rietveld

Parameter Struktur LCZF0,4 LCZF0,5 LCZF0,6

Struktur kristal Kubik Kubik Kubik

Grup ruang Pm3m Pm3m Pm3m

3,899 3,894 3,893

3,899 3,894 3,893

3,899 3,894 3,893

90 90 90

90 90 90

90 90 90

Volume 59,273 59,036 59,000

Densitas atomik (gr/cm3) 5,747 5,490 5,219

Ukuran kristal rata-rata (nm) 30,947 31,190 37,700

3,899 3,896 3,889

2,757 2,755 2,750

1,950 1,948 1,944

2,757 2,755 2,750

(La,Ca)(Zn,Fe)O3 (%) 69,327 62,834 52,672

(%) 17,777 24,469 37,120

(%) 5,383 6,666 6,979

(%) 7,512 6,037 3,229

(%) 8,32 7,73 8,89

(%) 6,25 5,92 6,82

2,381 2,103 2,745

Page 67: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

54

Gambar 4.8 Visualisasi struktur kristal kubik perovskit (a) LCZF0,4; (b) LCZF0,5; dan (c) LCZF0,6

4.2.2 Hasil Analisis Karakterisasi XRD LCZF (x = 0,4) Optimasi

Persentase fase perovskit ((La,Ca)(Zn,Fe)O3) yang terbentuk pada sampel

LCZF0,4 lebih tinggi dari pada sampel lain yaitu sebesar 69,327 %, sementara

impuritas lain yaitu 17,777 %; 5,383 %; dan 7,512 %.

Untuk meningkatkan kemurnnian fase perovskit yang terbentuk dan menghilangkan

impuritas-impuritasnya, maka sampel LCZF0,4 dioptimasi dengan meningkatkan

temperatur kalsinasi menjadi 1000 oC (LCZF0,4K).

Namun pada temperatur tersebut terbentuk fase Ca2Fe2O5 (brownmillerite)

yang lebih dominan daripada fase perovskit. Maka dapat disimpulkan bahwa

kenaikan temperatur mengakibatkan terbentuknya kekosongan oksigen yang tidak

teratur (cacat) sehingga terbentuk fase brownmillerite [30].

(a) (b)

(c)

Page 68: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

55

Gambar 4.9 Plot hasil penghalusan XRD sampel LCZF0,4K antara data observasi, kalkulasi,

dan background menggunakan metode Rietveld

Gambar 4.10 (a) Difraktogram XRD sampel LCZF0,4K dan (b) pergeseran puncak difraksi

LCZF0,4K

LCZF0,6

LCZF0,5

LCZF0,4

(a) (b)

Page 69: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

56

Tabel 4.5 Data hasil penghalusan sampel LCZF0,4K menggunakan metode Rietveld

Struktur kristal Ortorombik = 5,410 = 14,844 = 5,538

Grup ruang Pnma 𝜶 = 90

o 𝜷 = 90

o 𝜸 = 90

o

Volume 444,735

𝑹 = 10,74 % 𝑹 = 8,06 % 𝝌 = 3,451

Densitas atomik

4,060 gr/cm3 Ca2Fe2O5

53,90 % (La,Ca)(Zn,Fe)O3

35,54 % ZnO

6,76 % ZnFe2O4 4,26 %

Gambar 4.11 Visualisasi struktur kristal ortorombik fase brownmillerite

Dapat disimpulkan pula bahwa temperatur kalsinasi 1000 oC bukan

merupakan temperatur yang sesuai untuk membentuk perovskit LCZF berfase

tunggal.

4.2.3 Hasil Analisis Densitas dan Porositas LCZF (x = 0,4-0,6)

Pengujian densitas dan porositas masing-masing dilakukan dengan metode

piknometri. Densitas (bulk) berbanding terbalik dengan ukuran partikel karena

ukuran partikel mencakup volume partikel, rongga, dan pori internal suatu bahan

[77].

LCZF0,5 memiliki densitas yang paling besar diantara ketiga sampel lain

yang artinya memiliki rongga yang lebih sedikit daripada sampel lain dan LCZF0,4

Page 70: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

57

memiliki densitas paling kecil yang artinya rongga pada LCZF0,4 lebih banyak

daripada sampel lain. Densitas relatif LCZF0,5 mencapai 68,111 % yang mana

densitas bulk LaFeO3 kubik secara teori adalah 6,51 gr/cm3

[21]. Namun hasil ini

masih jauh lebih rendah daripada penelitian relevan sebelumnya yang mana

dilaporkan telah mencapai densitas relatif sebesar 95 % dalam sistem La1-xCaxFeO3

(x = 0,0-1,0) [12].

Tabel 4.6 Hasil perhitungan densitas dan porositas sampel LCZF (x = 0,4-0,6)

Sampel Densitas bulk (gr/cm3) Densitas relatif (%) Porositas (%)

LCZF0,4 4,032 61,935 38,064

LCZF0,5 4,434 68,111 31,889

LCZF0,6 4,297 66,006 33,994

Densitas berbanding terbalik dengan porositas, semakin besar nilai densitas

(kerapatan) maka porositasnya semakin kecil yang menunjukkan jarak antar butir

yang semakin rapat. Sampel LCZF0,5 memiliki porositas yang lebih kecil daripada

sampel lain dan LCZF0,4 memiliki porositas yang lebih besar daripada sampel lain.

Hal ini mendukung hasil pengujian densitas sebelumnya.

Page 71: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

58

Gambar 4.12 Grafik hubungan antara densitas dan porositas sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan

LCZF0,6

Diduga bahwa porositas terjadi karena proses pemadatan saat kalsinasi atau

sintering. Pada saat proses tersebut berlangsung, sampel LCZF0,4 tidak terjadi

pemadatan ruang-ruang kosong dengan baik daripada sampel yang lain.

4.2.4 Hasil Analisis Densitas dan Porositas LCZF (x = 0,4) Optimasi

Sampel LCZF0,4K memiliki densitas yang lebih besar dan porositas yang

lebih kecil daripada sampel LCZF0,4 (sebelum dioptimasi) yaitu masing-masing

sebesar 4,304 gr/cm3 dan 33,886 %. Peningkatan temperatur kalsinasi mengakibatkan

peningkatan energi yang membuat butir-butir partikel saling mendekat dan terjadi

pemadatan ebih cepat sehingga kerapatan semakin besar dan porositas semakin kecil.

4.2.5 Hasil Analisis Konduktivitas Listrik LCZF (x = 0,4-0,6)

Perhitungan konduktivitas dilakukan dengan melakukan intrepretasi dari

ukuran busur (semi-circle) yang akan didapatkan nilai impedansi Rb (bulk resistance)

Page 72: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

59

(Lampiran 5) yang menunjukkan karakteristik bulk material yang bersifat ohmik.

Yang mana Rb selalu nampak pada data yang berfrekuensi tinggi [78].

Pengukuran konduktivitas listrik dilakukan pada variasi rentang temperatur

ruang sampai 300 oC, yang mana semakin meningkatnya temperatur terjadi kenaikan

konduktvitas listrik dan semakin meningkatnya kandungan Ca2+

konduktivitas listrik

cenderung semakin meningkat pada sampel LCZF0,4 dan LCZF0,5 namun pada

sampel LCZF0,6 kembali mengalami sedikit penurunan seperti ditunjukkan pada

Gambar 4.13(a). Hal ini menunjukkan perilaku semikonduktor yang disebabkan

karena substitusi Ca2+

terhadap La3+

menyembabkan penambahan hole pada Fe3+

[12]. Selain itu, nilai konduktivitas ketiga sampel berada pada rentang nilai

semikonduktor yaitu 10-8

– 103 S/cm [79].

Plot Arrhenius pada Gambar 4.13(b) menunjukkan nilai energi aktivasi

masing-masing sampel pada rentang temperatur ruang sampai 300 oC bahwa terjadi

penurunan energi aktivasi dengan semakin meningkatnya doping Ca2+

. Hal ini

dikarenakan doping Ca2+

meningkatkan konsentrasi pembawa muatan pada Fe3+

[56].

Gambar 4.13 Grafik (a) hubungan antara konduktivitas listrik dengan temperatur dan (b) plot

Arrhenius sampel LCZF (x = 0,4-0,6)

(a) (b)

Page 73: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

60

Tabel 4.7 Hasil perhitungan konduktivitas listrik sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan

LCZF0,6

Sampel (S/cm)

27 oC 50

oC 100

oC 150

oC 200

oC 250

oC 300

oC

LCZF0,4 5,33 x 10-8

1,32 x 10-7

5,30 x10-7

2,30 x 10-6

1,40 x 10-5

3,71 x 10-5

5,72 x 10-5

LCZF0,5 3,97 x 10-7

7,11 x 10-7

1,97 x 10-6

5,85 x 10-6

4,98 x 10-5

1,45 x 10-4

3,87 x 10-4

LCZF0,6 5,65 x 10-7

6,41 x 10-7

1.96 x 10-6

1.25 x 10-5

5,52 x 10-5

1,07 x 10-4

3,20 x 10-4

Tabel 4.8 Hasil perhitungan energi aktivasi sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan

LCZF0,6

Sampel Rentang temperatur (oC) (eV)

LCZF0,4 R.T.-300 0,43

LCZF0,5 R.T.-300 0,41

LCZF0,6 R.T.-300 0,39

Sampel LCZF0,5 memiliki nilai konduktivitas listrik paling tinggi daripada

sampel lainnya terutama pada temperatur 250 dan 300 oC yaitu 1,45 x 10

-4 dan

3,87 x 10-4

S/cm serta sampel LCZF0,4 memiliki konduktivitas listrik paling kecil

daripada sampel lainnya. Sementara pada sampel LCZF0,6 konduktivtas listriknya

lebih kecil daripada LCZF0,5 namun lebih besar daripada LCZF0,4. Sehingga urutan

konduktiviras listrik dari yang terkeceil ke terbesar dapat dituliskan sebagai

LCZF0,4 < LCZF0,6 < LCZF0,5. Hal ini bersesuaian dengan hasil porositas

sebelumnya bahwa sampel LCZF0,5 memiliki porositas yang lebih kecil dan

LCZF0,4 memiliki porositas yang lebih besar daripada sampel lainnya. Sementara

pada LCZF0,6 porositasnya lebih besar daripada LCZF0,5 namun lebih kecil

daripada LCZF0,4. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar porositas maka

semakin kecil konduktivitas listriknya karena porositas yang besar mengakibatkan

hambatan semakin besar sehingga konduktivitas listrik semakin menurun.

Page 74: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

61

Namun konduktivitas listrik yang dihasilkan dari penelitian ini masih jauh

lebih rendah daripada yang telah dilaporkan sebelumnya yaitu mencapai 20-100 S/cm

pada temperatur 300 oC dalam sistem La1-xCaxFeO3 (x = 0,4; 0,5; dan 0,6) [12] dan

La1-xCaxFeO3 (x = 0,2 dan 0,4) [10]. Hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut

telah dicapai densitas relatif sebesar 95 % yang mana porositasnya semakin kecil dan

hambatannya semakin kecil sehingga konduktvitas listriknya semakin baik [12].

4.2.6 Hasil Analisis Konduktivitas Listrik LCZF (x = 0,4) Optimasi

Perubahan fase dari perovskit ke brownmillerite mengakibatkan konduktivitas

listrik LCZF0,4K cenderung lebih kecil daripada sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan

LCZF0,6. Penurunan konduktivitas listrik pada fase brownmillerite dikarenakan

substitusi Ca2+

ke La3+

membentuk kekosongan oksigen yang tidak teratur yang

mengakibatkan penurunan jumlah hole pada Fe3+

sehingga konduktivitas listrik

menurun seperti yang telah dilaporkan oleh Kagomiya, dkk [12].

Namun konduktivitas listrik fase brownmillerite pada penelitian ini masih

jauh lebih rendah daripada yang telah dilaporkan sebelumnya yaitu mencapai 0,2

S/cm pada temperatur 300 oC. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai densitas

relatif yang telah dicapai. Penelitian tersebut telah mencapai densitas relatif sebesar

95 % sehingga konduktivitas listriknya lebih baik [12].

Page 75: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

62

Gambar 4.14 Grafik (a) hubungan antara konduktivitas dengan temperatur dan (b) plot Arrhenius

sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6

Tabel 4.9 Hasil perhitungan konduktivitas listrik sampel LCZF0,4K

Sampel (S/cm)

27 oC 50

oC 100

oC 150

oC 200

oC 250

oC 300

oC

LCZF0,4K 4,34 x 10-7

9,25 x 10-7

1,91 x10-6

1,03 x 10-5

1,24 x 10-5

2,56 x 10-5

3,75 x 10-5

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan energi aktivasi sampel LCZF0,4K

Sampel Rentang temperatur (oC) (eV)

LCZF0,4K R.T.-300 0,28

Material LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 yang dikembangkan sebagai

katoda SOFC telah dikarakterisasi dengan XRD menunjukkan fase perovskit telah

terbentuk namun belum berfase tunggal. Hal ini menandakan bahwa fase perovskit

dapat terbentuk pada temperatur kalsinasi 900 oC. Sebagai katoda SOFC, sampel

harus memenuhi syarat salah satunya yaitu memiliki konduktivitas listrik yang tinggi

(terutama pada temperatur operasi). Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut,

konduktivitas listrik paling tinggi dicapai oleh sampel LCZF0,5 yaitu sebesar 3,87 x

10-4

S/cm pada temperatur 300 oC. Oleh karena itu, LCZF0,5 diharapkan dapat

menjadi kandidat katoda SOFC yang menjanjikan.

(a) (b)

Page 76: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

63

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diulas pada BAB sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Telah berhasil disintesis prekursor Fe2O3 melalui proses oksidasi ditandai

dengan adanya perubahan warna merah bata, berfase tunggal, dan

kemurnian mencapai 97,50 % serta telah terbentuk perovskit LCZF0,4;

LCZF0,5; dan LCZF0,6 dengan metode solid state reaction namun masih

terdapat beberapa impuritas.

2. Perovskit LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6 berstruktur kubik Pm3m.

LCZF0,5 memiliki densitas paling tinggi yaitu 4,434 gr/cm3,

porositas

paling rendah yaitu 31,889 % serta konduktivitas listrik paling tinggi yaitu

sebesar 3,87 x 10-4

S/cm pada temperatur 300 oC daripada sampel lain.

Berdasarkan hasil konduktivitas listrik tersebut, LCZF0,5 dapat menjadi

kandidat yang baik sebagai katoda SOFC.

3. Sampel dengan persentase fase perovskit tertinggi setelah dioptimasi

(LCZF0,4K) membentuk fase brownmillerite ortorombik Pnma yang lebih

dominan, densitasnya lebih tinggi dan porositasnya lebih rendah daripada

sebelum dioptimasi, serta konduktvitas listriknya paling rendah daripada

sampel LCZF0,4; LCZF0,5; dan LCZF0,6.

Page 77: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

64

5.2. Saran

Untuk dapat mengembangkan penelitian ini dapat dilakukan hal-hal berikut

pada penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Perlu dilakukan optimasi dengan meningkatkan temperatur atau lama

waktu kalsinasi untuk meningkatkan kemurnian perovskit LCZF.

2. Perlu ditingkatkan kualiatas bulknya agar dihasilkan porositas yang

semakin kecil (< 10 %).

3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap mikrostruktur, aktivitas

katalitik reaksi reduksi oksigen, ekspansi termal, sifat elektrokimia, dll

sebagai parameter evaluasi katoda SOFC.

4. Perlu dilakukan pengujian konduktivitas listrik pada temperatur tinggi

sampai 600-800 oC (temperatur operasi).

5. Gunakan prekursor dengan kemurnian tinggi (mendekati 100 %) agar

dihasilkan produk yang semakin berkualitas.

Page 78: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

65

DAFTAR PUSTAKA

[1] N. S. Lewis and D. G. Nocera, “Powering the Planet: Chemical Challenges in

Solar Energy Utilization,” Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A., vol. 104, no. 50, p.

20142, 2007, doi: 10.1073/pnas.0710559104.

[2] E. Bucher, W. Sitte, F. Klauser, and E. Bertel, “Impact of Humid Atmospheres

on Oxygen Exchange Properties, Surface-Near Elemental Composition, and

Surface Morphology of La 0.6Sr 0.4CoO 3 - δ,” Solid State Ionics, vol. 208,

pp. 43–51, 2012, doi: 10.1016/j.ssi.2011.12.005.

[3] L. Wang, T. Maxisch, and G. Ceder, “Oxidation Energies of Transition Metal

Oxides Within the GGA+U Framework,” Phys. Rev. B - Condens. Matter

Mater. Phys., vol. 73, no. 19, pp. 1–6, 2006, doi:

10.1103/PhysRevB.73.195107.

[4] C. Sun, R. Hui, and J. Roller, “Cathode Materials for Solid Oxide Fuel Cells:

A Review,” J. Solid State Electrochem., vol. 14, no. 7, pp. 1125–1144, 2010,

doi: 10.1007/s10008-009-0932-0.

[5] Y. Wang and H. P. Cheng, “Oxygen Reduction Activity on Perovskite Oxide

Surfaces: A Comparative First-Principles Study of LaMnO3, LaFeO3, and

LaCrO3,” J. Phys. Chem. C, vol. 117, no. 5, pp. 2106–2112, 2013, doi:

10.1021/jp309203k.

[6] J. Suntivich, H. A. Gasteiger, N. Yabuuchi, and Y. Shao-Horn,

“Electrocatalytic Measurement Methodology of Oxide Catalysts Using a Thin-

Page 79: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

66

Film Rotating Disk Electrode,” J. Electrochem. Soc., vol. 157, no. 8, p. B1263,

2010, doi: 10.1149/1.3456630.

[7] Y. Li and H. Dai, “Recent Advances in Zinc-Air Batteries,” Chem. Soc. Rev.,

vol. 43, no. 15, pp. 5257–5275, 2014, doi: 10.1039/c4cs00015c.

[8] Ł. Łańcucki, R. Lach, P. Nieroda, E. Drozdz, and P. Pasierb, “Impact of

Calcium Doping on Structure, Catalytic and Conductive Properties of

Lanthanum Strontium Iron Oxide,” Process. Appl. Ceram., vol. 13, no. 4, pp.

411–417, 2019, doi: 10.2298/PAC1904411L.

[9] X. Ding, L. Gao, Y. Liu, Y. Zhen, and L. Guo, “Thermal Expansion and

Electrochemical Properties of La0.7AE 0.3CuO3-δ (AE=Ca, Sr, Ba) Cathode

Materials for IT-SOFCs,” J. Electroceramics, vol. 18, no. 3–4, pp. 317–322,

2007, doi: 10.1007/s10832-007-9173-8.

[10] M. S. Hassan, K. B. Shim, and O. B. Yang, “Electrocatalytic Behavior of

Calcium Doped LaFeO3 as Cathode Material for Solid Oxide Fuel Cell,” J.

Nanosci. Nanotechnol., vol. 11, no. 2, pp. 1429–1433, 2011.

[11] X. Liu et al., “Effect of Calcium Doping on Sm1–Ca BaCo2O5+ Cathode

Materials for Intermediate-Temperature Solid Oxide Fuel Cells,” Electrochim.

Acta, p. 138830, 2021, doi: 10.1016/j.electacta.2021.138830.

[12] I. Kagomiya, T. Murayama, K. Tsunekawa, K. ichi Kakimoto, and Y. Ogura,

“Crystalline Phases and Oxygen Permeation Properties of Mixed Conductive

(La, Ca)FeO3-δ,” J. Eur. Ceram. Soc., vol. 39, no. 4, pp. 1082–1092, 2019.

[13] S. Guo, H. Wu, F. Puleo, and L. F. Liotta, “B-Site Metal (Pd, Pt, Ag, Cu, Zn,

Ni) Promoted La1−xSrxCo1−yFeyO3-δ Perovskite Oxides as Cathodes for IT-

Page 80: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

67

SOFCs,” Catalysts, vol. 5, no. 1, pp. 366–391, 2015, doi:

10.3390/catal5010366.

[14] M. S. Javed, N. Shaheen, A. Idrees, C. Hu, and R. Raza, “Electrochemical

Investigations of Cobalt-Free Perovskite Cathode Material for Intermediate

Temperature Solid Oxide Fuel Cell,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 42, no. 15,

pp. 10416–10422, 2017.

[15] A. Vanessa et al., Indonesian Minerals Year Book 2018, vol. 53, no. 9. 2018.

[16] Z. Zulhan, “Aspek Teknologi dan Ekonomi Pembangunan Pabrik Pengolahan

Bijih Besi menjadi Produk Baja di Indonesia,” Maj. Metal. Ilmu Mater. dan

Teknol., pp. 105–120, 2013.

[17] M. A. Legodi and D. de Waal, “The Preparation of Magnetite, Goethite,

Hematite and Maghemite of Pigment Quality from Mill Scale Iron Waste,”

Dye. Pigment., vol. 74, no. 1, pp. 161–168, 2007, doi:

10.1016/j.dyepig.2006.01.038.

[18] F. Nurjaman, N. M. Prilitasari, A. E. Prasetyo, and E. Nugroho, “Pemanfaatan

Limbah Industri Baja sebagai Bahan Baku Pembuatan Logam Pig Iron:

Peleburan Mill Scale Menggunakan Submerged Arc Furnace,” J. Mater.

Metal. LIPI, pp. 37–48, 2019.

[19] I. Elys, “Perbandingan Hasil Sintesis Oksida Perovskit La1-xSrxCoO3-δ Dari

Tiga Variasi Metode,” 2008.

[20] R. Jacobs, T. Mayeshiba, J. Booske, and D. Morgan, “Materials Discovery and

Design Principles for Stable, High Activity Perovskite Cathodes for Solid

Oxide Fuel Cells.”

Page 81: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

68

[21] J. Vieten, “LaFeO3 (Cubic, Pm3m, 221),” Materials Project.

https://www.materialsproject.org.

[22] A. Manuscript, Environmental Science. 2020.

[23] R. E. Cohen, Nature. 1992.

[24] W. Sasmiati, “Oksida Perovskit dan Peningkatan Konduktivitas Ion Perovskit

pada Membran,” no. Januari, 2017.

[25] B. P. Barbero, L. E. Cadús, and S. G. Marchetti, “Determination of Fe(IV)

Species in Partially Substituted Perovskite La0.6Ca0.4FeO3,” Hyperfine

Interact., vol. 194, no. 1–3, pp. 367–379, 2009, doi: 10.1007/s10751-009-

9988-6.

[26] R. D. Shanon, “Revised Efective Ionic Radii and Systematic Studies of

Interatomic Distances in Halides and Chalcogenides,” 1976.

[27] “Radii for All Species.”

http://abulafia.mt.ic.ac.uk/shannon/radius.php?orderby=Coord&dir=1.

[28] P. M. Price, N. D. Browning, and D. P. Butt, “Microdomain Formation,

Oxidation, and Cation Ordering in LaCa2Fe3O8+y,” J. Am. Ceram. Soc., vol.

98, no. 7, pp. 2248–2254, 2015, doi: 10.1111/jace.13474.

[29] M. Vallet-regi and J. Gonzalez-calbet, “Structural Intergrowth in the CaxLa1-

xFe03-x/2 System (0<x<1): An Electron Microscopy Study,” 1984.

[30] P. M. Price, E. Rabenberg, D. Thomsen, S. T. Misture, and D. P. Butt, “Phase

Transformations in Calcium-substituted Lanthanum Ferrite,” J. Am. Ceram.

Soc., vol. 97, no. 7, pp. 2241–2248, 2014, doi: 10.1111/jace.12891.

[31] B. A. Liu B, “Scanning Electrochemical Microscopy. Study of the Kinetics of

Page 82: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

69

Oxygen Reduction on Platinum with Potential Programming on Tip,” J. Phys.

Chem. B, 2002.

[32] H. S. Wroblowa, Yen-Chi-Pan, and G. Razumney, “Electroreduction of

Oxygen,” J. Electroanal. Chem. Interfacial Electrochem., vol. 69, no. 2, pp.

195–201, 1976, doi: 10.1016/s0022-0728(76)80250-1.

[33] E. H. Yu, U. Krewer, and K. Scott, “Principles and Materials Aspects of Direct

Alkaline Alcohol Fuel Cells,” Energies, vol. 3, no. 8, pp. 1499–1528, 2010,

doi: 10.3390/en3081499.

[34] C. Song and J. Zhang, PEM Fuel Cell Electrocatalysts and Catalyst Layers:

Fundamentals and Applications. Electrocatalytic Oxygen Reduction Reaction.

2008.

[35] Z. Li, M. Li, and Z. Zhu, Perovskite Cathode Materials for Low-Temperature

Solid Oxide Fuel Cells: Fundamentals to Optimization, no. 0123456789.

Springer Singapore, 2021.

[36] S. B. Adler, “Factors Governing Oxygen Reduction in Solid Oxide Fuel Cell

Cathodes,” Chem. Rev., vol. 104, no. 10, pp. 4791–4843, 2004, doi:

10.1021/cr020724o.

[37] B. Dunn, H. Kamath, and J. M. Tarascon, “Electrical Energy Storage for the

Grid: A Battery of Choices,” Science (80-. )., vol. 334, no. 6058, pp. 928–935,

2011, doi: 10.1126/science.1212741.

[38] I. EG&G Technical Service, Fuel Cell Handbook, 7th Editiom. 2004.

[39] J. Brouwer, “Hybrid Gas Turbine Fuel Cell Systems,” in Fuel Cell, .

[40] J. Raharjo and W. Ramli Wan Daud, “Perkembangan Teknologi Material pada

Page 83: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

70

Sel Bahan Bakar Padat Temperatur Operasi Menengah,” Indones. J. Mater.

Sci., vol. 10, no. 1, pp. 1411–1098, 2008.

[41] Y. Fu and M. Z. Bazant, “Theoretical and Experimental Study of Solid Oxide

Fuel Cell (SOFC) Using Impedance Spectra,” 2014.

[42] N. Sammes, “Reaching Towards Commercialization,” in Fuel Cell

Technology, vol. 2, Nigel Sammes, Ed. 2006, pp. 88–139.

[43] J. B. Goodenough, “Oxide-Ion Electrolytes,” Annu. Rev. Mater. Res., vol. 33,

pp. 91–128, 2003, doi: 10.1146/annurev.matsci.33.022802.091651.

[44] J. H. Hirschenhofer, D. B. Stauffer, R. R. Engleman, and M. G. Klett, Fuel

Cell Handbook, Fifth. Morgantown, West Virginia, 1998.

[45] B. Zhu, “Next Generation Fuel Cell R&D,” Int. J. Energy Res., vol. 30, no. 11,

pp. 895–903, 2006, doi: 10.1002/er.1195.

[46] R. O. Fuentes and R. T. Baker, “Synthesis and Properties of Gadolinium-

Doped Ceria Solid Solutions for IT-SOFC Electrolytes,” Int. J. Hydrogen

Energy, vol. 33, no. 13, pp. 3480–3484, 2008, doi:

10.1016/j.ijhydene.2007.10.026.

[47] S. Geng and J. Zhu, “Promising Alloys for Intermediate Temperature Solid

Oxide Fuel Cells Interconnect Application,” J. Power Sources, 2016.

[48] Z. Shao and M. O. Tadé, Intermediate-Temperature Solid Oxide Fuel Cells:

Materials and Applications. 2016.

[49] M. Y. Oh, A. Unemoto, K. Amezawa, and T. Kawada, “Stability of

La0.6Sr0.4Co0.2Fe0.8O3-δ as SOFC Cathode,” J. Electrochem. Soc., 2012.

[50] D. Beckel, U. P. Muecke, T. Gyger, G. Florey, A. Infortuna, and L. J.

Page 84: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

71

Gauckler, “Electrochemical Performance of LSCF Based Thin Film Cathodes

Prepared by Spray Pyrolysis,” Solid State Ionics, vol. 178, no. 5–6, pp. 407–

415, 2007, doi: 10.1016/j.ssi.2007.01.019.

[51] S. Jiang, F. Liang, W. Zhou, and Z. Shao, “Hierarchical Porous Cobalt-Free

Perovskite Electrode for Highly Efficient Oxygen Reduction,” Mater. Chem.,

2012.

[52] J. Martynczuk, M. Arnold, H. Wang, J. Caro, and A. Feldhoff, “How

(Ba0.5Sr0.5)(Fe0.8Zn 0.2)O3-δ and (Ba0.5Sr0.5) (Co0.8Fe0.2)O3-δ

Perovskites Form Via an EDTA/Citric Acid Complexing Method,” Adv.

Mater., vol. 19, no. 16, pp. 2134–2140, 2007, doi: 10.1002/adma.200700322.

[53] S. P. Simner, J. P. Shelton, M. D. Anderson, and J. W. Stevenson, “Interaction

Between La(Sr)FeO3 SOFC Cathode and YSZ Electrolyte,” Solid State Ionics,

vol. 161, no. 1–2, pp. 11–18, 2003, doi: 10.1016/S0167-2738(03)00158-9.

[54] M. Cherry, M. S. Islam, and C. R. A. Catlow, “Oxygen Ion Migration in

Perovskite-Type Oxides,” J. Solid State Chem., vol. 118, pp. 125–132, 1995,

doi: https://doi.org/10.1006/jssc.1995.1320.

[55] D. Kuščer, M. Hrovat, J. Holc, S. Bernik, and D. Kolar, “Some Characteristics

of Al2O3- and CaO-Modified LaFeO3-Based Cathode Materials for Solid

Oxide Fuel Cells,” J. Power Sources, vol. 61, no. 1–2, pp. 161–165, 1996, doi:

10.1016/S0378-7753(96)02364-6.

[56] M. H. Hung, M. V. M. Rao, and D. S. Tsai, “Microstructures and Electrical

Properties of Calcium Substituted LaFeO3 as SOFC Cathode,” Mater. Chem.

Phys., vol. 101, no. 2–3, pp. 297–302, 2007, doi:

Page 85: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

72

10.1016/j.matchemphys.2006.05.008.

[57] A. E. Irmak, “Structural and Electrical Properties of Ca2+ Doped LaFeO3: The

Effect of A-site Cation Size Mismatch,” Eng. Technol. Appl. Sci. Res., vol. 10,

no. 2, pp. 5538–5546, 2020, doi: 10.48084/etasr.3443.

[58] N. M. Gaballah, A. F. Zikry, M. G. Khalifa, A. B. Farag, N. A. El-Hussiny,

and M. E. H. Shalabi, “Production of Iron from Mill Scale Industrial Waste via

Hydrogen,” Open J. Inorg. Non-metallic Mater., vol. 03, no. 03, pp. 23–28,

2013, doi: 10.4236/ojinm.2013.33005.

[59] T. P. Rahman, A. Sukarto, N. T. Rochman, and A. Manaf, “Sintesis Pigmen

Besi Oksida Berbahan Baku Limbah Industri Baja (Mill Scale),” J. Fis. Unnes,

vol. 3, no. 1, p. 79535, 2013, doi: 10.15294/jf.v3i1.3972.

[60] H. Search, C. Journals, A. Contact, M. Iopscience, and I. P. Address,

“Oxidation and Disproportionation of Wustite Studied by Mössbauer

Spectroscopy,” vol. 189, pp. 7–10.

[61] R. Sabban, C. Tadwalkar, and P. C. J. N. B. Dhokey, “Modelling of Oxidation

Phenomenon of Mill Scale and Analysis of Influencing Parameters.”

[62] P. C. J. N. B. Dhokey, “Influence of Process Parameters on Countercurrent

Reactor Reduction of Oxidized Mill Scale Waste and Its Co‑relationship with

Mathematical Model The 2D,” J. Sustain. Metall., 2020, doi: 10.1007/s40831-

020-00297-0.

[63] A. Buekenhoudt, A. Kovalevsky, J. Luyten, and F. Snijkers, “Basic Aspects in

Inorganic Membrane Preparation,” in Comprehensive Membrane Science and

Engineering, vol. 1, 2010, pp. 217–252.

Page 86: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

73

[64] K. H. Chung, J. Lee, R. Rodriguez, and E. J. Lavernia, “Metal Matter

Transition,” E. J., 2002.

[65] S. B. Widjanarko and T. S. Suwasito, “Pengaruh Lama Penggilingan dengan

Metode Ball Mill terhadap RENDEMEN dan Kemampuan Hidrasi Tepung

Porang (Amorphophallus muelleri Blume),” Pangan dan Agroindustri, vol. 2,

no. 1, pp. 79–85, 2014.

[66] A. A. Khosa, T. Xu, B. Q. Xia, J. Yan, and C. Y. Zhao, “Technological

Challenges and Industrial Applications of CaCO3/CaO Based Thermal Energy

Storage System : A Review,” Sol. Energy, vol. 193, no. September, pp. 618–

636, 2019, doi: 10.1016/j.solener.2019.10.003.

[67] R. H. Tupkary and V. R. Tupkary, An Introduction to Modern Iron Making,

Third. Khanna Publishers, 2007.

[68] S. Nasrazadani and S. Hassani, “Modern Analytical Techniques in Failure

Analysis of Aerospace, Chemical, and Oil and Gas Industries,” in Handbook of

Materials Failure Analysis with Case Studies from the Oil and Gas Industry,

2016, pp. 39–54.

[69] I. Lidia and P. Mursal, “Karakterisasi XRD dan SEM pada Material

Nanopartikel seran Peran Material Nanopartikel dalam Drug Delivery

System,” vol. 1, pp. 214–221, 2016.

[70] W. Yosio, M. Eiichiro, and S. Kozo, X-Ray Diffraction Crystallography:

Introduction, Examples and Solved Problems. 2011.

[71] Z. Chen, “Mechanical Properties of La0.6Sr0.4Co0.2Fe0.8O3 Fuel Cell

Electrodes,” 2014.

Page 87: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

74

[72] J. R. Macdonald and W. B. Johnson, “Fundamentals of Impedance

Spectroscopy,” in Impedance Spectroscopy: Theory, Experiment, and

Applications, Second Edition, 2005, pp. 1–26.

[73] B. E. Logan et al., “Microbial Fuel Cells: Methodology and Technology,”

Environ. Sci. Technol., vol. 40, no. 17, pp. 5181–5192, 2006, doi:

10.1021/es0605016.

[74] B. E. Logan, Microbial Fuel Cell. 2008.

[75] M. B. Heaney, “Electrical Conductivity and Resistivity,” CRC Press LLC,

2000.

[76] T. Trengginas, “Pengaruh Substitusi Ca terhadap Sifat Mekanik Membran

Pengantar Ion Oksigen La1-xCaxCo0,8Fe0,2O3,” Institut Teknologi Sepuluh

November, 2016.

[77] T. L. Lyon, H. O. Buckman, and N. C. Brady, Book Review: The Nature and

Properties of Soils, vol. 40, no. 4. 1952.

[78] A. Subhan, “Fabrikasi dan Karakteristik Li4Ti5O12 untuk Bahan Anoda

Baterai Litium Keramik,” 2011.

[79] S. M. Sze, Physics of Semiconductor Device, Second. 1981.

Page 88: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Stoikiometri Masing-Masing Massa Prekursor

Untuk masing-masing sampel komposisi dibutuhkan sebanyak 10 gram, dengan

menghitung masing-masing mol komposisi perovskit, kemudian menghitung mol tiap

prekursor dengan perbandingan koefisien masing-masing prekursor (reaktan) dengan

koefisien perovskit (produk), sehingga didapatkan massa masing-masing prekursor.

Tabel L1.1 Senyawa dan masing-masing nilai massa molekul relatif

Senyawa Mr

La2O3 325,81

CaCO3 100,0869

ZnO 81,3794

Fe2O3 159,6882

CO 28,01

O2 31,998

La0,6Ca0,4Zn0,2Fe0,8O3 205,1282

La0,5Ca0,5Zn0,2Fe0,8O3 195,245

La0,4Ca0,6Zn0,2Fe0,8O3 185,3618

A. LCZF0,4

Tabel L1.2 Hasil perhitungan massa dengan perbandingan koefisien dan mol

sampel LCZF0,4

Senyawa Koefisien Mol Massa (gr)

La0,6Ca0,4Zn0,2Fe0,8O3 3,3333 0,0487 10

La2O3 1 0,0146 4,7650

CaCO3 1,3333 0,0195 1,9517

ZnO 0,6667 0,0097 0,7934

Fe2O3 1,3333 0,0195 3,1139

CO 1,3333 0,0195 0,5462

O2 0 0,0024 0,0780

Page 89: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

76

B. LCZF0,5

Tabel L1.3 Hasil perhitungan massa dengan perbandingan koefisien dan mol

sampel LCZF0,5

Senyawa Koefisien Mol Massa (gr)

La0,5Ca0,5Zn0,2Fe0,8O3 4 0,0512 10

La2O3 1 0,0128 4,1718

CaCO3 2 0,0256 2,5631

ZnO 0,8 0,0102 0,8336

Fe2O3 1,6 0,0205 3,2715

CO 2 0,0256 0,7173

O2 0,3 0,0038 0,1229

C. LCZF0,6

Tabel L1.4 Hasil perhitungan massa dengan perbandingan koefisien dan mol

sampel LCZF0,6

Senyawa Koefisien Mol Massa

La0,6Ca0,4Zn0,2Fe0,8O3 5 0,0539 10

La2O3 1 0,0108 3,5154

CaCO3 3 0,0324 3,2398

ZnO 1 0,0108 0,8781

Fe2O3 2 0,0216 3,4458

CO 3 0,0324 0,9067

O2 0,5 0,0054 0,1726

Page 90: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

77

Lampiran 2. Perhitungan Faktor Toleransi Goldschmidt (

Untuk menentukan struktur perovskit dapat diperoleh melalui persamaan faktor

toleransi Goldschmidt, yaitu sebagai berikut.

Dengan mensubstitusi nilai jari-jari ion masing-masing sisi-A dan B pada masing-

masing komposisi sampel.

A. LCZF0,4

√ =

√ = 0,9507

B. LCZF0,5

√ =

√ = 0,9493

C. LCZF0,6

√ =

√ = 0,9500

Page 91: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

78

Lampiran 3. Perhitungan Ukuran Kristal Perovskit LCZF dengan Metode

Debye-Scherrer

Untuk menentukan ukuran kristal perovskit LCZF dapat digunakan metode Debye-

Scherrer dengan persamaan sebagai berikut.

A. LCZF0,4

Tabel L3.1 Hasil perhitungan ukuran kristal perovskit LCZF0,4

( ) hkl FWHM 2 (o) (

o) cos Ukuran kristal ( )

0,94 1,540 100

0,299 22,819 11,409 0,980 4,940

0,94 1,540 110 0,478 32,522 16,261 0,960 3,155

0,94 1,540 111 0,435 40,124 20,062 0,939 3,544

0,94 1,540 200 0,448 46,589 23,2945 0,918 3,520

0,94 1,540 211 0,694 57,897 28,9485 0,875 2,384

0,94 1,540 220 0,664 67,935 33,9675 0,829 2,630

0,94 1,540 310 1,247 77,599 38,7995 0,779 1,490

Ukuran kristal rata-rata 3,0947

30,947 nm

B. LCZF0,5

Tabel L3.2 Hasil perhitungan ukuran kristal perovskit LCZF0,5

( ) hkl FWHM 2 (o) (

o) cos Ukuran kristal ( )

0,94 1,540 100 0,307 22,824 11,412 0,980 4,811

0,94 1,540 110 0,576 32,607 16,303 0,960 2,618

0,94 1,540 111 0,430 40,158 20,079 0,939 3,585

0,94 1,540 200 0,424 46,781 23,391 0,918 3,719

0,94 1,540 211 0,656 58,135 29,068 0,874 2,525

0,94 1,540 220 0,605 68,151 34,076 0,828 2,890

0,94 1,540 310 1,103 77,719 38,860 0,779 1,685

Ukuran kristal rata-rata 3,1190

31,190 nm

Page 92: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

79

C. LCZF0,6

Tabel L3.3 Hasil perhitungan ukuran kristal perovskit LCZF0,6

( ) hkl FWHM 2 (o) (

o) cos Ukuran kristal ( )

0,94 1,540 100 0,233 22,816 11,408 0,980 11,641

0,94 1,540 110 0,427 32,559 16,279 0,960 16,958

0,94 1,540 111 0,412 40,183 20,092 0,939 21,397

0,94 1,540 200 0,383 46,638 23,319 0,918 25,402

0,94 1,540 211 0,477 58,027 29,013 0,874 33,196

0,94 1,540 220 0,477 67,939 33,970 0,829 40,977

0,94 1,540 310 1,142 77,730 38,865 0,830 46,825

Ukuran kristal rata-rata 3,7701

37,01 nm

Page 93: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

80

Lampiran 4. Perhitungan Densitas dan Porositas

A. Densitas

Massa piknometer dan sampel (perovskit) =

Massa piknometer, sampel, dan air =

Volume air =

Volume sampel =

Densitas sampel =

B. Porositas

Tabel L4.1 Hasil perhitungan densitas dan porositas sampel

LCZF (0,4-0,6 dan 0,4K)

Sampel (gr) (gr) (cm3) (cm

3) (gr/cm

3) (%) P (%)

LCZF0,4 16,365 25,468 9,809 0,126 4,032 61,935 38,064

LCZF0,5 16,358 25,473 9,822 0,113 4,434 68,111 31,889

LCZF0,6 16,364 25,474 9,817 0,118 4,297 66,006 33,994

LCZF0,4K 16,348 25,459 9,818 0,117 4,304 66,114 33,886

Page 94: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

81

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data EIS

A. LCZF0,4

Page 95: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

82

Gambar L5.1 Hasil pengolahan data EIS menggunakan metode circle fit

sampel LCZF0,4: 27-300 oC

Tabel L5.1 Hasil perhitungan konduktivitas sampel LCZF0,4

Temperatur

(oC)

Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

Hambatan (Rb,

ohm)

Resistivitas

( , .cm)

Konduktivitas

( , S/cm)

27 1,42 0,38 4,50 x 106 1,88 x 10

7 4,34 x 10

-7

50 1,42 0,38 1,82 x 106 7,59 x 10

6 9,25 x 10

-7

100 1,42 0,38 4,52 x 105 1,89 x 10

6 1,91 x 10

-6

150 1,42 0,38 1,04 x 105 4,34 x 10

5 1,03 x 10

-5

200 1,42 0,38 17,20 x 103 7,17 x 10

4 1,24 x 10

-5

250 1,42 0,38 6,48 x 103 2,70 x 10

4 2,56 x 10

-5

300 1,42 0,38 4,20 x 103 1,75 x 10

4 2,75 x 10

-5

B. LCZF0,5

Page 96: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

83

Gambar L5.2 Hasil pengolahan data EIS menggunakan metode circle fit

sampel LCZFx = 0,5: 27-300 oC

Page 97: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

84

Tabel L5.2 Hasil perhitungan konduktivitas sampel LCZF0,5

Temperatur

(oC)

Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

Hambatan (Rb,

ohm)

Resistivitas

( , .cm)

Konduktivitas

( , S/cm)

27 1,39 0,37 6,15 x 105 2,52 x 10

6 3,97 x 10

-7

50 1,39 0,37 3,43 x 105 1,41 x 10

6 7,11 x 10

-7

100 1,39 0,37 1,23 x 105 5,06 x 10

5 1,97 x 10

-6

150 1,39 0,37 41,73 x 103 1,71 x 10

5 5,85 x 10

-6

200 1,39 0,37 4,90 x 103 2,01 x 10

4 4,98 x 10

-5

250 1,39 0,37 1,68 x 103 6,89 x 10

3 1,45 x 10

-4

300 1,39 0,37 0,63 x 103 2,58 x 10

3 3,87 x 10

-4

C. LCZF0,6

Page 98: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

85

Gambar L5.3 Hasil pengolahan data EIS menggunakan metode circle fit

sampel LCZF 0,6: 27-300 oC

Tabel L5.3 Hasil perhitungan konduktivitas sampel LCZF0,6

Temperatur

(oC)

Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

Hambatan (Rb,

ohm)

Resistivitas

( , .cm)

Konduktivitas

( , S/cm)

27 1,43 0,38 4,19 x 105 1,77 x 10

6 5,65 x 10

-7

50 1,43 0,38 3,63 x 105 1,56 x 10

6 6,41 x 10

-7

100 1,43 0,38 1,21 x 105 5,10 x 10

5 1,96 x 10

-6

150 1,43 0,38 18,97 x 103 8,01 x 10

4 1,25 x 10

-5

200 1,43 0,38 4,29 x 103 1,81 x 10

4 5,52 x 10

-5

250 1,43 0,38 2,21 x 103 9,34 x 10

3 1,07 x 10

-4

300 1,43 0,38 0,74 x 103 3,12 x 10

3 3,20 x 10

-4

Page 99: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

86

D. LCZF0,4K

Page 100: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

87

Gambar L5.4 Hasil pengolahan data EIS menggunakan metode circle fit

sampel LCZF0,4K: 27-300 oC

Tabel L5.4 Hasil perhitungan konduktivitas sampel LCZF0,4K

Temperatur

(oC)

Diameter

(cm)

Tebal

(cm)

Hambatan (Rb,

ohm)

Resistivitas

( , .cm)

Konduktivitas

( , S/cm)

27 1,45 0,23 3,21 x 105 2,31 x 10

6 4,34 x 10

-7

50 1,45 0,23 1,51 x 105 1,08 x 10

6 9,25 x 10

-7

100 1,45 0,23 73,02 x 103 5,24 x 10

5 1,91 x 10

-6

150 1,45 0,23 13,56 x 103 9,73 x 10

4 1,03 x 10

-5

200 1,45 0,23 11,23 x 103 8,06 x 10

4 1,24 x 10

-5

250 1,45 0,23 5,45 x 103 3,91 x 10

4 2,56 x 10

-5

300 1,45 0,23 3,72 x 103 2,67 x 10

4 3,75 x 10

-5

Page 101: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

88

Lampiran 6. Data Pendukung

A. Grafik TGA-DSC CaCO3

Dapat dilihat pada Gambar L6.1 bahwa CaCO3 hanya terdekomposisi sebanyak

35,112 % pada temperatur 1200 oC. Begitu pun pada temperatur 900

oC, CaCO3

belum terdekomposisi sempurna.

Gambar L6. 1 Grafik TGA/DSC CaCO3

B. Hasil XRF La2O3

Tabel L6.1 Hasil XRF La2O3

La Ca Sn Te Pr Nd Cl Lain-lain

95,296

%

0,698

%

0,248

%

0,116

%

0,896

%

2,21

%

0,152

% 0,384 %

La2O3 CaO SnO2 TeO2 Pr2O3 Nd2O3 Cl Lain-lain

95,261

%

0,842

%

0,256

%

0,125

%

0,834

%

2,165

%

0,132

% 0,385 %

CaCO3 CaO + CO2

Page 102: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

89

C. Hasil XRF CaCO3

Tabel L6.2 Hasil XRF CaCO3

Ca Fe Si S Cr Mn Sr Lain-lain

94,968

%

0,637

%

2,703

%

0,199

%

0,124

%

0,234

%

0,106

% 1,029 %

CaCO3 Fe2O3 SiO2 SO3 Cr2O3 Mn2O3 SrO Lain-lain

93,669

%

0,663

%

3,855

%

0,338

%

0,127

%

0,24

%

0,081

% 1,027 %

D. Hasil XRF ZnO

Tabel L6.3 Hasil XRF ZnO

Zn Fe Si S Ca Co Ta Lain-lain

94,847

%

0,265

%

2,126

%

0,165

%

0,194

%

0,155

%

0,61

% 1,638 %

ZnO Fe2O3 SiO2 SO3 CaO CoO Ta2O5 Lain-lain

95,314

%

0,293

%

1,579

%

0,185

%

0,209

%

0,151

%

0,599

% 1,67 %

E. Hasil XRF Mill Scale

Tabel L6.4 Hasil XRF mill scale

Fe Mn Si Cr Ti V Ca Lain-lain

86 % 0,78 % 13 % 0,092

%

0,024

%

0,021

%

0,024

% 0,059 %

FeO Fe3O4 MnO2 SiO2 Cr2O3 TiO2 V2O5 CaO Lain-lain

54,070

%

44,829

%

0,756

%

0,171

%

0,083

%

0,025

%

0,023

%

0,021

% 0,022 %

Page 103: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

90

Lampiran 7. Hasil Penghalusan XRD dengan Metode Rietveld

Fase 1 : LaCaFeO3 (perovskit)

Space group P m -3 m

The lattice is centric primitive cubic

Fase 2 : ZnO (zincite)

Space group P 63 m c

The lattice is acentric primitive hexagonal

Fase 3 : ZnFe2O4 (franklinite)

Space group F d -3 m 2

The lattice is centric F-centered cubic

Fase 4 : Ca2Fe2O5 (brownmillerite)

Space group P n m a

The lattice is centric primitive orthorhombic

A. LCZF0,4

Powder data statistics Fitted -Bknd pFree Average Bank Ndata Sum(w*d**2) wRp Rp wRp Rp wRp Rp Npfree DWd Integral Hstgm 1 PXC 1 7998 18936. 0.0832 0.0625 0.0853 0.0653 0.0000 0.0000 0 0.622 0.962 Powder totals 7998 18936. 0.0832 0.0625 0.0853 0.0653 0.0000 0.0000 0 0.622 No serial correlation in fit at 90% confidence for 1.942 < DWd < 2.058 Cycle 105 There were 7998 observations. Total before-cycle CHI**2 (offset/sig) = 1.8936E+04 ( 8.7087E+01) Reduced CHI**2 = 2.381 for 45 variables Atom parameters for phase no. 1 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 205.126, density: 5.745gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 2 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 162.758, density: 5.683gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 3 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1928.560, density: 5.335gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 4 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1087.396, density: 4.017gm/cm**3 Phase/element fractions for phase no. 1 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 89.3813

Page 104: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

91

Sigmas : 0.265246 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.69327 Sigmas : 0.631044E-03 Phase/element fractions for phase no. 2 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 8.74760 Sigmas : 0.110092 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.53835E-01 Sigmas : 0.641065E-03 Phase/element fractions for phase no. 3 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 1.03013 Sigmas : 0.102735E-01 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.75121E-01 Sigmas : 0.692903E-03 Phase/element fractions for phase no. 4 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 4.32354 Sigmas : 0.495148E-01 Shift/esd: -0.01 Wt. Frac.: 0.17777 Sigmas : 0.167398E-02 Phase/element fraction sum(shift/error)**2 : 0.00 Lattice parameters for powder data: Phase 1 a b c alpha beta gamma volume Value : 3.899392 3.899392 3.899392 90.000 90.000 90.000 59.291 Sigmas : 0.000290 0.000290 0.000290 0.000 0.000 0.000 0.013 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 2 a b c alpha beta gamma volume Value : 3.248942 3.248942 5.202724 90.000 90.000 120.000 47.560 Sigmas : 0.000424 0.000424 0.000672 0.000 0.000 0.000 0.015 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 3 a b c alpha beta gamma volume Value : 8.435660 8.435660 8.435660 90.000 90.000 90.000 600.285 Sigmas : 0.000698 0.000698 0.000698 0.000 0.000 0.000 0.149 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 4 a b c alpha beta gamma volume Value : 5.424232 14.855243 5.578380 90.000 90.000 90.000 449.496 Sigmas : 0.001342 0.003580 0.001623 0.000 0.000 0.000 0.301

Page 105: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

92

Recprocal metric tensor shift factor = 100% Recprocal metric tensor sum(shift/error)**2 : 0.00 Convergence was achieved

B. LCZF0,5

Powder data statistics Fitted -Bknd pFree Average Bank Ndata Sum(w*d**2) wRp Rp wRp Rp wRp Rp Npfree DWd Integral Hstgm 1 PXC 1 7998 16716. 0.0773 0.0592 0.0823 0.0648 0.0000 0.0000 0 0.724 0.962 Powder totals 7998 16716. 0.0773 0.0592 0.0823 0.0648 0.0000 0.0000 0 0.724 No serial correlation in fit at 90% confidence for 1.943 < DWd < 2.057 Cycle 66 There were 7998 observations. Total before-cycle CHI**2 (offset/sig) = 1.6716E+04 ( 6.9529E+01) Reduced CHI**2 = 2.103 for 49 variables Atom parameters for phase no. 1 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 195.244, density: 5.481gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 2 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 162.758, density: 5.679gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 3 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1928.560, density: 5.339gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 4 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1087.396, density: 4.018gm/cm**3 Phase/element fractions for phase no. 1 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 88.1064 Sigmas : 0.324511 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.62834 Sigmas : 0.860126E-03 Phase/element fractions for phase no. 2 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 11.2036 Sigmas : 0.119817 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.66606E-01 Sigmas : 0.664871E-03 Phase/element fractions for phase no. 3

Page 106: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

93

Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 0.856959 Sigmas : 0.119476E-01 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.60368E-01 Sigmas : 0.790832E-03 Phase/element fractions for phase no. 4 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 6.16042 Sigmas : 0.617808E-01 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.24469 Sigmas : 0.185344E-02 Phase/element fraction sum(shift/error)**2 : 0.00 Lattice parameters for powder data: Phase 1 a b c alpha beta gamma volume Value : 3.896296 3.896296 3.896296 90.000 90.000 90.000 59.150 Sigmas : 0.000299 0.000299 0.000299 0.000 0.000 0.000 0.014 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 2 a b c alpha beta gamma volume Value : 3.249832 3.249832 5.202779 90.000 90.000 120.000 47.587 Sigmas : 0.000307 0.000307 0.000499 0.000 0.000 0.000 0.011 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 3 a b c alpha beta gamma volume Value : 8.433457 8.433457 8.433457 90.000 90.000 90.000 599.815 Sigmas : 0.000984 0.000984 0.000984 0.000 0.000 0.000 0.210 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 4 a b c alpha beta gamma volume Value : 5.424574 14.847794 5.579119 90.000 90.000 90.000 449.359 Sigmas : 0.000801 0.002490 0.000973 0.000 0.000 0.000 0.189 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Recprocal metric tensor sum(shift/error)**2 : 0.00 Convergence was achieved

C. LCZF0,6

Powder data statistics Fitted -Bknd pFree Average Bank Ndata Sum(w*d**2) wRp Rp wRp Rp wRp Rp Npfree DWd Integral Hstgm 1 PXC 1 7998 22157. 0.0889 0.0682 0.1109 0.0862 0.0000 0.0000 0 0.566 0.907 Powder totals 7998 22157. 0.0889 0.0682 0.1109 0.0862 0.0000 0.0000 0 0.566 No serial correlation in fit at 90% confidence for 1.941 < DWd < 2.059

Page 107: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

94

Cycle 69 There were 7998 observations. Total before-cycle CHI**2 (offset/sig) = 2.2157E+04 ( 1.1258E+02) Reduced CHI**2 = 2.785 for 42 variables Atom parameters for phase no. 1 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 185.361, density: 5.234gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 2 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 162.758, density: 5.682gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 3 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1928.560, density: 5.355gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 4 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1087.396, density: 3.977gm/cm**3 Phase/element fractions for phase no. 1 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 81.2907 Sigmas : 0.326809 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.52672 Sigmas : 0.100219E-02 Phase/element fractions for phase no. 2 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 12.2661 Sigmas : 0.133299 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.69786E-01 Sigmas : 0.705461E-03 Phase/element fractions for phase no. 3 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 0.479052 Sigmas : 0.118456E-01 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.32295E-01 Sigmas : 0.772777E-03 Phase/element fractions for phase no. 4 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 9.76546 Sigmas : 0.782856E-01 Shift/esd: 0.00 Wt. Frac.: 0.37120

Page 108: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

95

Sigmas : 0.187115E-02 Phase/element fraction sum(shift/error)**2 : 0.00 Lattice parameters for powder data: Phase 1 a b c alpha beta gamma volume Value : 3.888766 3.888766 3.888766 90.000 90.000 90.000 58.808 Sigmas : 0.000337 0.000337 0.000337 0.000 0.000 0.000 0.015 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 2 a b c alpha beta gamma volume Value : 3.250288 3.250288 5.198951 90.000 90.000 120.000 47.565 Sigmas : 0.000322 0.000322 0.000534 0.000 0.000 0.000 0.011 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Phase 3 a b c alpha beta gamma volume Value : 8.424834 8.424834 8.424834 90.000 90.000 90.000 597.976 Sigmas : 0.001942 0.001942 0.001942 0.000 0.000 0.000 0.414 Recprocal metric tensor shift factor = 100% Recprocal metric tensor sum(shift/error)**2 : 0.00 Convergence was achieved

D. LCZF0,4K

Powder data statistics Fitted -Bknd pFree Average Bank Ndata Sum(w*d**2) wRp Rp wRp Rp wRp Rp Npfree DWd Integral Hstgm 1 PXC 1 5999 24337. 0.1074 0.0806 0.1208 0.0934 0.0000 0.0000 0 0.376 0.809 Powder totals 5999 24337. 0.1135 0.0866 0.1208 0.0934 0.0000 0.0000 0 0.376 No serial correlation in fit at 90% confidence for 1.930 < DWd < 2.070 Cycle 47 There were 5999 observations. Total before-cycle CHI**2 (offset/sig) = 2.4337E+04 ( 1.6813E+02) Reduced CHI**2 = 3.451 for 31 variables Atom parameters for phase no. 1 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 205.126, density: 5.776gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 2 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1087.396, density: 4.060gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 3 frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 1928.560, density: 5.336gm/cm**3 Atom parameters for phase no. 4

Page 109: PENGEMBANGAN MATERIAL PEROVSKIT (x = 0,4-0,6) DENGAN ...

96

frac x y z 100*Uiso 100*U11 100*U22 100*U33 100*U12 100*U13 100*U23 Calculated unit cell formula weight: 162.758, density: 5.690gm/cm**3 Phase/element fractions for phase no. 1 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 39.5373 Sigmas : 0.204088 Shift/esd: 0.01 Wt. Frac.: 0.34904 Sigmas : 0.117284E-02 Phase/element fractions for phase no. 2 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 11.5862 Sigmas : 0.186438 Shift/esd: 0.12 Wt. Frac.: 0.54221 Sigmas : 0.399418E-02 Phase/element fractions for phase no. 3 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 0.814133 Sigmas : 0.117381E-01 Shift/esd: 0.04 Wt. Frac.: 0.67573E-01 Sigmas : 0.908428E-03 Phase/element fractions for phase no. 4 Hist Elem: 1 1 PXC Fraction : 5.87859 Sigmas : 0.136703 Shift/esd: -0.11 Wt. Frac.: 0.41177E-01 Sigmas : 0.918126E-03 Convergence was achieved