PENGARUH VOLUME OFFER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM …
Transcript of PENGARUH VOLUME OFFER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM …
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
1
PENGARUH VOLUME OFFER SAHAM TERHADAP HARGA SAHAM
(STUDI EMPIRIS PADA SAHAM-SAHAM JAKARTA ISLAMIC
INDEX DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE JANUARI – APRIL 2020)
KAJIAN PENELITIAN PADA KONDISI PANDEMI VIRUS COVID-19
Sunaryo
Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam As-Syafi’iyah
Abstract. The purpose of this research was to determine the influence of offering volume stock
on the stock price. This research sample is shared in the sharia category in the JII group (Jakarta
Islamic Index) listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) period January-April 2020 by using a saturated sampling method. There were 20 stocks selected as samples. The research method
used in this research is panel data regression. The results of the study showed that the offer
volume stock has a significant and negative influence on the stock price.
Keywords : Offering Volume Stock and Stock Price
Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh volume offer saham terhadap harga saham. Sampel penelitian ini adalah saham-saham dalam kategori syariah dalam kelompok JII
(Jakarta Islamic Index) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Januari-April 2020
dengan menggunakan metode sampel jenuh. Ada 20 saham yang dipilih sebagai sampel. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Hasil penelitian
menemukan volume offer saham memengaruhi harga saham secara negatif dan signifikan.
Kata kunci: Volume Offer Saham dan Harga Saham
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Memasuki tahun 2020 dunia dikejutkan munculnya virus corona. Rizal
(KOMPAS.com) mengemukakan, sebagian besar orang meyakini bahwa kisah awal
penyebaran virus corona Covid-19 bermula pada akhir 2019 ketika seseorang terjangkit
virus corona dari hewan yang diperdagangkan di pasar seafood Huanan, kota Wuhan,
provinsi Hubei, China.
Berdasarkan sumber dari CNBC Indonesia, yang mengutip dari situs WHO, virus
corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
manusia. Dampak corona pada manusia diketahui melalui gejala infeksi pernafasan
dimulai flu biasa hingga penyakit yang lebih kronis seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS). Akibat penyebaran
virus corona, Worldometers mencatat pada Jumat (3/4/2020), pukul 19.15 ada 1.033.210
kasus dengan 54.442 kematian. Worldometers juga mencatat peta penyebaran virus
corona John Hopkins ada 1.030.628 kasus dengan 54.137 kematian. Amerika Serikat saat
ini adalah yang memiliki kasus terbanyak, yakni 245.573 kasus. Sementara itu New York
mencatat kematian terbanyak dengan 1.562 orang (Worldometers).
Merebaknya virus corona di Indonesia pada awal bulan Maret 2020, dan memulai
dilakukannya perperangan untuk menghadapi pandemi Virus Corona (Virus Covid 19).
Masuknya pertama kali Virus Covid 19 di Indonesia tidak hanya berdampak terhadap
kesehatan tetapi juga berdampak secara tidak langsung terhadap perekonomian. Dikutip
dari CNN Indonesia, dampak dari virus corona Menteri Keuangan Republik Indonesia
Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi dapat
dicapai 2,3%. Bahkan, dalam kondisi yang paling buruk, ekonomi bisa dicapai minus
hingga 0,4%. Penyebab dari hal ini antara lain adalah menurunnya konsumsi dan
investasi, baik dalam lingkup rumah tangga maupun lingkup pemerintah.
Dampak dari Virus Corona (Virus Covid 19) di sektor pasar keuangan dan pasar
modal adalah menyebabkan kurs dollar terhadap rupiah meninggi hingga mencapat Rp
16.000/$US, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
menunjukkan terjadi penurunan dalam beberapa minggu terakhir bulan Maret 2020.
Bagaimana perkembangan Kurs dan IHSG selama pandemi virus corona berikut ini
disajikan tabelnya.
Tabel 1. Perkembangan Kurs Tengah BI Rp/USD Januari - April 2020
Akhir bulan tahun 2020
Januari Februari Maret April
Kurs (Rp) 13.655 14.234 16.367 15.157 Sumber : Bank Indonesia
Dari tabel 1 di atas tergambar kurs rupiah terhadap US dolar dari bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2020 meningkat cukup signifikan, dan bulan April 2020
menurun dibandingkan Maret 2020, namun masih dikategorikan pada posisi yang cukup
tinggi. Peningkatan kurs pada bulan-bulan tersebut sejalan dengan merebaknya selama
pandemi virus corona di Indonesia. Selanjutnya bagaimana kondisi perkembangan IHSG
berikut ini disajikan tabel 2.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
3
Tabel 2. Perkembangan IHSG Januari - April 2020
Akhir bulan tahun 2020
Januari Februari Maret April
IHSG 6.057,59 5.452,70 4.538,93 4.642,47 Sumber : BEI
Dari tabel 2 di atas tergambar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari bulan
Januari sampai dengan bulan Maret 2020 menurun cukup signifikan, dan bulan April
2020 meningkat tidak begitu signifikan dibandingkan Maret 2020. Penurunan IHSG pada
bulan-bulan tersebut sejalan dengan merebaknya selama pandemi virus corona di
Indonesia.
Merebaknya virus corona tanpa terkecuali berdampak juga terhadap saham-saham
yang berbasis syariah, hal ini tergambar dari Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Bagaimana kondisi perkembangan JII berikut ini disajikan tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan JII Januari - April 2020
Akhir bulan tahun 2020
Januari Februari Maret April
JII 642.804 565.007 476.388 542.496 Sumber : BEI
Dari tabel 3 di atas tergambar JII yang mencerminkan harga saham syariah dari
bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2020 menurun cukup signifikan, dan bulan
April 2020 meningkat tidak begitu signifikan dibandingkan Maret. Penurunan JII pada
bulan-bulan tersebut sejalan dengan merebaknya selama pandemi virus corona di
Indonesia.
Berdasarkan sumber CNN Indonesia (07/04/2020), Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengungkapkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam hingga
menyentuh level terendah dalam sejarah akibat penyebaran virus corona.
Wimboh (Ketua Dewan Komisioner OJK) lebih lanjut mengungkapkan, sejak
awal tahun investor non residen alias investor asing melarikan modal mereka dari pasar
saham sebesar Rp11,3 triliun. Sedangkan dana asing yang keluar berasal dari pasar Surat
Berharga Negara (SBN) lebih besar yakni Rp129,2 triliun.
Menurut OJK (12/03/2020) yang dikutip Rully R. Ramli (Kompas.com), “Virus
corona sebagai salah satu sentimen negatif yang terus menekan kinerja ekonomi global
sejak awal tahun ini”. Sentimen negatif ini menyebabkan investor asing melarikan modal
mereka dari pasar saham Indonesia, pada kondisi seperti ini menyebabkan terjadi
penawaran saham yang berlebihan. Sebagaimana diungkap Umam dan Sutanto (2017),
jika terjadi kelebihan penawaran saham dibandingkan permintaan saham, maka harga
saham cenderung turun.
Secara teoritis banyak faktor yang memengaruhi pergerakan harga saham, seperti
Tandelilin (2010) mengemukakan harga saham sangat tergantung dari prospek
keuntungan yang dimiliki perusahaan, dan keuntungan tersebut tergantung kondisi
makro ekonomi seperti produk domestik bruto, tingkat pengangguran, inflasi, tingkat
bunga, kurs Rupiah terhadap US dolar. Menurut Alwi (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu diantaranya, Earning Per Share (EPS),
Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio, Net Profit Margin, Return on Assets
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
4
(ROA), dan lain-lain. Menurut Fahmi (2014), faktor yang memengaruhi harga pasar
salah satunya yaitu efek psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham. Efek psikologi pasar ini yang menimbulkan sentimen negatif.
Faktor permintaan dan penawaran saham yang memengaruhi harga saham pada
dasarnya merupakan faktor yang berpengaruh langsung. Sedangkan faktor tidak
langsungnya adalah faktor seperti yang telah diuraikan oleh Tandelilin, Alwi dan Fahmi.
Secara empiris terdapat peneliti yang telah melakukan penelitian yang
berhubungan dengan volume offer saham terhadap harga saham seperti Tenriola &
Akramunnas (2017) dan Tri Nendhenk & Masdar (2019) menemukan volume
perdagangan saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Widayanti
& Mulyo (2013) menemukan volume perdagangan saham berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Bram dan Setiawan (2007) menemukan hasil bahwa
volume perdagangan saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Namun Sugeng & Raden Rustam (2016) menemukan volume bid secara parsial tidak
berpengaruh terhadap harga saham. Ariyani & Zumrotun (2017) menemukan volume
perdagangan saham menunjukkan hasil positif namun tidak signifikan terhadap return
saham. Muhammad (2019) menemukan trading volume berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham.
Dari uraian tersebut di atas tergambar data-data fenomena dilapangan
menunjukkan bahwa harga saham syariah yang tercermin dalam JII menunjukkan
penurunan pada kondisi merebaknya covid 19, disamping itu penelitian terdahulu yang
tidak konsisten temuannya. Oleh karena itu penelitian ini mencari faktor penyebab yang
signifikan memengaruhi harga saham dalam JII.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasikan masalah
penelitian yaitu bahwa disinyalir banyak faktor yang memengaruhi harga saham. Dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada faktor penawaran volume saham atau volume offer
saham. Pemilihan faktor tersebut didasarkan pertimbangan bahwa penyebaran Covid-19
terjadi antar hari yang dirasakan sangat signifikan mulai bulan Februari 2020, oleh karena
itu faktor (variabel independen) yang digunakan dalam kajian penelitian ini juga harus
faktor yang dapat berfluktuasi secara harian. Faktor yang relevan yaitu penawaran
volume saham, disamping itu juga terdapat sumber yaitu Wimboh (Ketua Dewan
Komisioner OJK) yang mengatakan bahwa virus corona sebagai salah satu sentimen
negatif yang terus menekan kinerja ekonomi global sejak awal tahun ini, sehingga
berdampak investor saham yang melepas sahamnya.
Berdasarkan pembatasan masalah dan atas dasar fenomena gap serta research gap,
maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengajukan pertanyaan penelitian :
Apakah volume offer saham berpengaruh terhadap harga saham dalam kelompok JII
pada kondisi pandemi virus Covid-19 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui, menganalisis dan memperoleh bukti
empiris mengenai pengaruh volume offer saham terhadap harga saham dalam kelompok
JII pada kondisi pandemi virus Covid-19.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
5
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
(1) Investor
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor di
Pasar Modal sebagai informasi dalam mempertimbangkan keputusannya untuk
investasi saham yang berbasis syariah pada kondisi yang tidak normal.
(2) Akademik
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
dan referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Jakarta Islamic Index
Di BEI terdapat saham syariah yang dapat menjadi pilihan bagi investor yang
memperhatikan penerapan syariat agama Islam atau saham yang berbasis syariah
dalam kegiatan berinvestasi. Pengertian saham yang berbasis saham syariah
berdasarkan undang-undang maupun peraturan OJK lainnya, yaitu ada dua jenis
saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia. Syarat pertama, saham yang
dapat memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan adalah peraturan OJK
Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, yang
kedua adalah kategori sebagai saham yang dicatat saham syariah oleh emiten atau
perusahan publik syariah atas dasar peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015. Indeks
saham syariah yang digunakan sebagai indikator untuk mengamati pergerakan harga
sahamnya adalah Jakarta Islamic Index (JII). JII sebagai indeks saham syariah
diluncurkan pertama kali di pasar modal Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000. Saham
dalam kelompok JII terdiri dari 30 saham syariah paling likuid yang tercatat di BEI.
BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi syarat JII
sebagai berikut (sumber Fahmi, 2014:311) :
Saham dipilih harus sudah tercatat paling tidak 3 bulan terakhir, kecuali saham
yang termasuk 10 kapitalisasi besar.
Mempunyai Rasio hutang terhadap Aktiva tidak lebih besar dari 90% dilaporan
keuangan tahunan atau tengah tahun.
Dari yang masuk kriteria 1 dan 2, dipilih 60 saham dengan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
Kemudian dipilih 30 saham dengan urutan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan regular selama tahun terakhir.
Pergerakan JII dapat digunakan sebagai acuan bagi investor maupun calon investor
dalam berinvestasi di BEI dalam rangka untuk mendapatkan imbal hasil.
Kebanyakan investor yang melakukan investasi saham di pasar modal
mengharapkan untuk memperoleh return yang utama dalam bentuk capital gain.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
6
2.1.2. Volume Offer Saham
Dikutip dari IndoPremier (www.indopremier.com), Bid merupakan urutan berbagai
macam harga dimana pembeli bersedia membeli sebuah saham, sedangkan Offer
merupakan urutan berbagai macam harga dimana penjual bersedia menjual
sahamnya. Semakin meningkatnya permintaan saham dengan terus melakukan
pembelian saham karena baiknya kualitas perusahaan dan mempunyai potensi untuk
terus berkembang ke depannya, maka harga saham akan cenderung naik.
Sebaliknya, jika kualitas perusahaan tersebut tidak sehat dan mempunyai bisnis
denga risiko yang besar, maka harga sahamnya akan menurun dikarenakan
sedikitnya investor berminat membeli saham tersebut.
Bid dan offer di bursa tercermin dari volume perdagangan saham. Volume
perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara supply dan demand yang
merupakan perwujudan dari tingkah laku investor. Dengan naiknya volume
perdagangan maka keadaan pasar dapat dikatakan menguat, demikian pula
sebaliknya (Ang, 1997). Menguat atau istilah populernya Bullish, dan melemah
istilah populernya Bearish.
Pendekatan untuk menganalisis permintaan dan penawaran saham menggunakan
analisis teknikal. Menurut Meyer (1989) yang dikutip oleh Tandelilin (2010),
analisis teknikal adalah studi terhadap suatu sekuritas atau pasar secara keseluruhan
berdasarkan permintaan dan penawaran. Data historis harga dan aktivitas volume
transaksi diolah terutama dalam bentuk chart untuk meramalkan trend harga masa
depan (Tandelilin: 2010). Salah satu asumsi yang digunakan dalam analisis teknikal
menurut Levy (1966) yang dikutip oleh Tandelilin (2010) adalah trend perubahan
dan nilai pasar dapat berubah karena hubungan permintaan dan penawaran.
Menurut Levy (1966) yang dikutip oleh Tandelilin (2010), permintaan dan
penawaran saham ditentukan oleh faktor ekonomi dan variabel fundamental serta
faktor-faktor opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan investor.
2.1.3. Harga Saham
Nilai pasar (market value) merupakan nilai saham di pasar saham Jogiyanto
(2017:199). Lebih lanjut Jogiyanto (2017:2008) mengemukakan: “nilai pasar
(market value) berbeda dengan nilai buku, jika nilai buku merupakan nilai yang
tercatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga
saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku
pasar dan nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan di pasar bursa”.
Menurut Fahmi (2014:329) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi naik
turunnya harga saham yaitu :
(1) Kondisi mikro dan makro ekonomi.
(2) Keputusan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub
brand office) baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri.
(3) Pergantian direksi secara tiba-tiba. (4) Adanya direksi atau komisaris perusahaan yang terlibat dalam tindak pidana dan
kasusnya sudah masuk ke pengadilan. (5) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
7
(6) Risiko sistematis, yaitu risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut
menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
(7) Efek psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli
saham.
2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis
Pengaruh Volume Offer Saham terhadap Harga Saham. Hukum permintaan dan
penawaran sangat berpengaruh terhadap harga suatu saham. Seperti yang
dikemukan oleh Umam dan Sutanto (2017:176-177), harga saham cenderung naik
apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan diatas penawaran dan
cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Terkait dengan permintaan dan
penawaran saham, Syamsir (2006:5) mengemukakan : “asumsi dasar dalam analisis
teknikal adalah bahwa harga sangat ditentukan oleh keseimbangan antara supply dan
demand, jika terjadi ekses supply (kelebihan supply atas demand), maka harga akan
jatuh dan demikian sebaliknya.”
Kelebihan penawaran saham ini mencerminkan banyaknya investor di bursa yang
melepas atau menjual sahamnya seperti yang tercermin dalam kondisi merebaknya
Covid-19. Menurut OJK (12/03/2020) seperti yang dikutip Rully R. Ramli
(Kompas.com), “Virus corona sebagai salah satu sentimen negatif yang terus
menekan kinerja ekonomi global sejak awal tahun ini”. Sentimen negatif ini
menyebabkan investor asing melarikan modal mereka dari pasar saham, pada
kondisi seperti ini menyebabkan terjadi penawaran saham yang berlebihan.
Penelitian terdahulu Tenriola & Akramunnas (2017) dan Tri Nendhenk & Masdar
(2019) menemukan volume perdagangan saham berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham. Widayanti & Mulyo (2013) menemukan volume
perdagangan saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Bram
dan Setiawan (2007) menemukan hasil bahwa volume perdagangan saham
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian terdahulu tersebut menemukan bahwa volume perdagangan
berpengaruh positif terhadap harga, sesuai kajian teori bahwa pengaruh positif
berarti pada posisi permintaan lebih besar dari penawaran saham, dan jika
permintaan lebih kecil dari penawaran saham sesuai kajian berarti berpengaruh
negatif terhadap harga saham.
Atas dasar teori dan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
H: Volume Offer Saham berpengaruh negatif terhadap harga saham.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
8
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Gambar Kerangka Pemikiran Teoritis
3. METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah saham-saham dalam kategori syariah dalam
kelompok JII (Jakarta Islamic Index) untuk Periode: Desember 2019 - Mei 2020 yang
terdaftar berdasarkan lampiran pengumuman BEI No Peng-00555/BEI.POP/11-2019.
Sampel yang digunakan adalah sampel jenuh (populasi), berikut daftar saham yang
masuk ke dalam indeks JII yang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Daftar Saham Terpilih Sebagai Sampel
No Kode Saham Name Sektor
1 ADRO Adaro Energy Tbk. Mining
2 AKRA AKR Corporindo Tbk. Trade, Service & Investment
3 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. Mining
4 ASII Astra International Tbk. Misc Industry
5 BRPT Barito Pacific Tbk. Chemical Industry
6 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. Property & Construction
7 BTPS Bank Tabungan Pensiunan National Syariah Tbk Finance
8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Chemical Industry
9 CTRA Ciputra Development Tbk. Property & Construction
10 ERAA Erajaya Swasembada Tbk. Trade, Service & Investment
11 EXCL XL Axiata Tbk. Infrastructure & Transportation
12 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Consumer Goods
13 INCO Vale Indonesia Tbk. Mining
14 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. Consumer Goods
15 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Chemical Industry
16 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. Mining
17 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. Chemical Industry
18 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. Infrastructure & Transportation
Volume Offer
Saham (X)
-
+
Panic Selling
Pandemi Covid 19
Sentimen Negatif
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
9
19 KLBF Kalbe Farma Tbk. Consumer Goods
20 LPPF Matahari Department Store Tbk. Trade, Service & Investment
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
data harian harga saham dan volume penawaran saham mulai 2 Januari 2020 hingga 30
April 2020.
Sumber data diperoleh dari PT Bursa Efek Indonesia untuk data penawaran saham
dan Investing.com untuk harga saham.
Tabel 5. Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Operasional Variabel Skala
Volume Offer Saham
Volume Offer Saham adalah penawaran jual, minat jual
atau antri jual
Volume Offer adalah jumlah lot penawaran saham
Volume Offer Saham =Ln (jumlah lot penawaran saham)
Rasio
Harga Saham Nilai pasar (market value)
merupakan nilai saham di
pasar saham Bursa Efek Indonesia
Harga saham penutupan per
hari dari 2 Januari hingga 30
April 2020
Harga Saham =Ln (Rp Harga
saham)
Rasio
Metode analisis yang digunakan adalah model regresi data panel dengan formula
berikut:
Metode Common Effect : Yit = β0 + βXit + εit
Metode Fixed Effect : Yit = β0i + βXit + εit
Metode Random Effect : Yit = β0i + βXit + εit
Keterangan:
β0 = Konstanta Metode Common Effect
β0i = Konstanta Metode Fixed Effect
Y = Harga Saham; X = Volume Offer Saham
i = saham-saham, t = waktu, ε = Error/variabel gangguan
β0 adalah intersep dengan asumsi tidak ada perbedaan antar individu/unit
β0i adalah intersep dengan asumsi ada perbedaan antar individu/unit
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
10
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Analisis Regresi Data Panel
1.1. Uji Fixed Effect (Uji Chow)
Tabel 6. Output Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: POOL01
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 913.762483 (19,1652) 0.0000
Cross-section Chi-square 4087.409865 19 0.0000
Sumber : Output Pengolahan Eviews9
Dari Tabel 6 diatas, menunjukkan probability (p-value) cross section F sebesar
0.000 < 0,05 dengan taraf signifikansi sebesar 5%, maka dapat diputuskan bahwa Ho
ditolak atau dapat dikatakan bahwa model yang yang lebih baik adalah Fixed Effect
daripada Common Effect. Setelah Uji Chow selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan
dengan Uji Hausman.
1.2. Uji Fixed Effect atau Random Effect (Uji Hausman)
Tabel 7. Output Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: POOL01
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 44.589189 1 0.0000
Sumber : Output Pengolahan Eviews9
Hasil Uji Hausman pada Tabel 7 diatas, menunjukkan p-value cross-section
random sebesar 0.000 < 0.050 dengan taraf signifikansi sebesar 5%, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa model regresi data panel yang digunakan adalah Model Fixed Effect
dimana lebih baik daripada Model Random.
2. Pengujian Hipotesis dengan Regresi Data Panel Fixed Effect
Tabel 8. Output Regresi Data Panel Model Fixed Effect
Dependent Variable: PRICE?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Sample: 1 84
Included observations: 84
Cross-sections included: 20
Total pool (unbalanced) observations: 1673
Linear estimation after one-step weighting matrix
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
11
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.968407 0.025790 308.9693 0.0000
OFFER? -0.008752 0.002197 -3.982614 0.0001
Fixed Effects (Cross)
_ADRO--C -0.817955
_AKRA--C 0.091249
_ANTM--C -1.432799
_ASII--C 0.699892
_BRPT--C -0.916416
_BSDE--C -1.006409
_BTPS--C 0.258060
_CPIN--C 0.762781
_CTRA--C -1.229493
_ERAA--C -0.604798
_EXCL--C -0.049251
_ICBP--C 1.398579
_INCO--C 0.016228
_INDF--C 0.981262
_INTP--C 1.667445
_ITMG--C 1.263838
_JPFA--C -0.724423
_JSMR--C 0.400903
_KLBF--C -0.654393
_LPPF--C -0.085476 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.953556 Mean dependent var 9.055069
Adjusted R-squared 0.952994 S.D. dependent var 3.976271
S.E. of regression 0.252494 Sum squared resid 105.3202
F-statistic 1695.902 Durbin-Watson stat 0.069576
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Output Pengolahan Eviews9
Berdasarkan Tabel 8 dirumuskan persamaan model regresi data panel model Fixed
Effect sebagai berikut:
Y = 7.9684 - 0.00875X
Koefisien sebesar -0.00875, memberikan makna Y (harga saham) akan turun
sebesar 0.00875 jika X (volume offer saham) naik sebesar 1 dengan asumsi faktor diluar
X dianggap konstan.
Model Fixed Effect merupakan metode regresi data panel yang mengasumsikan
terdapat perbedaan antar unit (perusahaan) atau intersep bervariasi antar unit. Dari tabel
8 di atas terlihat dari 20 perusahaan yang masuk dalam JII, INTP (Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.) intersep yang tertinggi yaitu sebesar 1.6674, diikuti ANTM (Aneka
Tambang Tbk.) sebesar 1.4327, ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) sebesar
1.3985, dan ITMG (Indo Tambangraya Megah Tbk.) sebesar 1.2638 CTRA (Ciputra
Development Tbk.) sebesar 1.2294.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
12
Intersep yang tinggi memberikan makna bahwa jika diasumsikan variabel bebas
penelitian yaitu volume offer saham tidak berpengaruh, maka kelima perusahaan tersebut
memiliki rata-rata perubahan harga saham yang tinggi dibandingkan perusahaan lainnya.
Rata-rata perubahan harga saham yang tinggi mencerminkan tingkat volatilitas tinggi dan
menggambarkan risiko yang tinggi.
Intersep yang paling rendah adalah perusahaan INCO (Vale Indonesia Tbk)
sebesar 0.016228, hal ini memberikan makna bahwa jika diasumsikan variabel bebas
penelitian yaitu volume offer tidak berpengaruh, maka perusahaan tersebut memiliki
rata-rata perubahan harga saham yang rendah dibandingkan perusahaan lainnya. Rata-
rata perubahan harga saham yang rendah mencerminkan tingkat volatilitas rendah dan
menggambarkan risiko yang rendah.
Koefisien Determinasi (R2)
Dari Tabel 8 terlihat nilai koefisien determinasi (R2) adjusted sebesar 0.9529 atau
95.29% yang menunjukkan bahwa 95.29% variasi Price (Harga saham/Y) dapat
dijelaskan dengan variasi variabel bebas X (Volume Offer Saham), sedangkan
selebihnya yakni sebesar 4.71% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Berdasarkan pengujian terhadap koefisien regresi metode regresi data panel
dengan model Fixed Effect secara parsial menggunakan uji-t dapat dibuktikan bahwa
Volume Offer Saham berpengaruh negatif signifikan terhadap Harga Saham (Y) dengan
nilai probabilitasnya sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 0.05 atau t-hitung = 3.9826 lebih
besar t-tabel (α, n-k: 5%; 1.673-2) = 1.664.
Pembahasan. Pengujian Hipotesis. Hipotesis pada penelitian ini adalah Volume Offer
Saham berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh bahwa Volume Offer Saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Harga Saham, sehingga hipotesis dapat diterima. Seperti teori yang ungkap oleh Umam
dan Sutanto (2017), harga saham akan mengalami penurunan jika terjadi kelebihan
penawaran diatas permintaan saham. Demikian juga yang diungkap Syamsir (2016), jika
jumlah permintaan suatu saham lebih banyak daripada penawarannya maka harga saham
akan cenderung mengalami kenaikan harga. Dari hasil penelitian ini terdapat kesesuaian
dengan teori, jatuhnya harga saham dalam kelompok JII disebabkan karena terjadi
kelebihan penawaran saham. Kelebihan penawaran saham ini mencerminkan banyaknya
investor di bursa yang melepas atau menjual sahamnya dalam kondisi merebaknya
Covid-19, karena sentimen negatif dari investor.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa volume offer saham berpengaruh negatif
terhadap harga saham, artinya jika volume offer saham meningkat akan menyebabkan
harga saham menurun.
Faktor penyebab banyak investor di bursa yang melepas sahamnya secara teoritis salah
satu faktor eksternalnya adalah faktor panik (Beranda Sikapi Uangmu/OJK), dan secara
praktis Gubernur BI, Perry Warjiyo kepada pers di Jakarta, pada Jumat (28/2/2020) yang
mengungkapkan :
“pergerakan nilai tukar rupiah dan bursa yang cenderung melemah terpengaruh
oleh perilaku investor global yang resah dengan penyebaran virus corona.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
13
Kekhawatiran pelaku pasar keuangan itu muncul setelah dampak virus asal
Wuhan, Hubei, China itu, meluas tidak hanya di Asia, namun hingga Amerika
Serikat, Afrika, dan Eropa.” Lebih lanjut Perry mengungkapkan, “Kondisi ini
menyebabkan investor global cenderung melepas investasi portofolio di Korea,
Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia.”
Investor global cenderung melepas investasi portofolio karena resah dengan penyebaran
virus corona sebagaimana yang diungkap oleh Gubernur BI, tetapi juga terdapat faktor
lain seperti yang diungkap oleh Christopher (VP Equity Research PT RHB Sekuritas
Indonesia) melalui wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (28/4/2020) :
“arus modal keluar dari pasar saham cukup deras lantaran pasar saham di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa lebih banyak mendapatkan
stimulus dari pemerintah”. Lebih lanjut Christopher mengungkapkan :
“Di Negeri Abang Sam, pemerintah AS berani membeli obligasi dengan rating
sampah alias junk, ini dilakukan untuk mencegah terjadinya krisis kredit.”
"Pasar di negara AS, Eropa lebih banyak stimulus dari pemerintah, wajar investor
keluar dari emerging (pasar negara berkembang) karena risiko debt lokal lebih
berisiko dibanding pasar negara maju."
Berdasarkan sumber IDX Chanel.Com (diunggah April 2020), aliran keluar modal
asing atau nett outflow dari pasar keuangan Inonesia di catat Bank Indonesia (BI)
mencapai Rp 30,3 triliun sepanjang Februari 2020. Rinciannya terdiri dari outflow
dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 26,2 triliun dan Rp 4,1 triliun dari
pasar saham.
Dari pendapat Gubernur BI dan Christopher tersebut dapat disimpulkan bahwa jatuhnya
harga saham di Bursa Efek Indonesia disebabkan karena :
- Banyak investor global (asing) yang melepas saham karena resah dengan penyebaran
virus corona.
- Akibat pelepasan saham oleh investor asing, maka menyebabkan adanya arus modal
keluar dari pasar saham cukup deras lantaran pasar saham di negara-negara maju
seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa lebih banyak mendapatkan stimulus dari
pemerintah.
- Investor asing melepas sahamnya karena Pasar di negara AS, Eropa lebih banyak
stimulus dari pemerintah.
- Investor keluar dari emerging khawatir meningkatmya debt (hutang) emiten-emiten di
negara emerging tersebut lebih tinggi risikonya dibanding pasar negara maju.
Dalam kondisi normal (diluar pandemi Covid-19), hasil penelitian ini juga mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Tenriola & Akramunnas (2017) dan Tri Nendhenk &
Masdar (2019) menemukan volume perdagangan saham dalam kondisi permintaan yang
lebih besar dari penawaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Widayanti & Mulyo (2013) menemukan volume perdagangan saham berpengaruh positif
dan signifikan terhadap return saham. Bram dan Setiawan (2007) menemukan hasil
bahwa volume perdagangan saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
14
5. SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Volume Offer Saham terhadap
Harga Saham pada kondisi pandemi virus Covid-19 dengan studi empiris pada saham-
saham Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia dengan menerapkan model regresi
data panel. Metode regresi data panel merupakan kombinasi dari data time series dengan
sepuluh periode pengamatan (2 Januari 2020 - 30 April 2020) dan data cross section
dengan 20 saham syariah yang terpilih sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian ini
menemukan Volume Offer Saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga
Saham kelompok Jakarta Islamic Index di BEI pada kondisi pandemi virus Covid-19.
Keterbatasan dan Saran. Dalam rangka untuk pengembangan lebih lanjut dari hasil
penelitian ini, maka dapat mempertimbangkan variabel lain yang diduga dapat
memengaruhi Harga Saham dalam kondisi Pandemi Covid-19. Jumlah sampel untuk
penelitian selanjutnya dapat menambah sampel diluar saham-saham dalam kelompok JII.
Model analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi data panel, bagi penelitian yang
akan datang dapat mempertimbangkan metode regresi berganda, sebagai upaya untuk
mendapatkan hasil analisis data yang lebih akurat.
REFERENSI
Ang Robert.1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Media Staff. Jakarta
Alwi, Iskandar Z. 2008. Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Yayasan Pancur Siwah. Jakarta
Ariyani Indriastuti dan Zumrotun Nafiah.2017. Pengaruh Volume perdagangan, Kurs
dan Risiko Pasar terhadap Return Saham. Jurnal STIE SEMARANG ,VOL 9 No. 1
Edisi Februari 2017
Beranda Sikapi Uangmu (OJK)
Bram Hardianto, Roni Setiawan. 2007. Pengaruh Volume Perdagangan, EPS dan PER
Terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan pada Periode 2000-2005 di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Manajemen, Vol. 7, No. 1
CNBC Indonesia
CNN Indonesia
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan Dan Pasar Modal. Mitra
Wacana Media. Jakarta
Ghozali, Imam. 2014. Ekonometrika Teori, Konsep dan Aplikasi dengan IBM SPSS 22,
Universitas Diponegoro. Semarang
IDX Chanel.Com
IndoPremier (www.indopremier.com)
Investing.com
Jogiyanto, Hartono. 2017. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi kesepuluh,
BPFE. Yogyakarta
KINERJA Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Vol. 2 No. 2 – Juni 2020
15
Kontan.co.id
Muhammad Yusra. 2019. Pengaruh Frekuensi Perdagangan, Trading Volume, Nilai
Kapitalisasi Pasar, Harga Saham, dan Trading Day terhadap Return Saham pada
Perusahaan Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 7, Nomor 1, Februari 2019
Pengumuman BEI No Peng-00555/BEI.POP/11-2019
Peraturan OJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek
Syariah Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah
Peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah
Sugeng Abidin Suhadak dan Raden Rustam Hidayat. 2016. Pengaruh Faktor-Faktor
Teknikal terhadap Harga Saham (Studi Pada Harga Saham IDX30 di Bursa Efek
Indonesia PeriodeTahun 2012-2015). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 37
No. 1 Agustus2016
Syaiful Millah (29 Maret 2020). Bisnis.com
Syamsir, Hendra. 2006. Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia Pendekatan Analisis
Teknikal melalui Studi Kasus Riil dengan Dilengkapi Formulasi MetaStock. Elex
Media Komputindo. Jakarta
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Analisis Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama. Kanisius. Yogyakarta
Tenriola Samsuar dan Akramunnas. 2017. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal
terhadap Harga Saham Industri Perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
MASHRAFIYAH, Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah, Volume 1,
Nomor 1 Oktober 2017: 116-131
Tri Nendhenk Rahayu dan Masdar Masud. 2019. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai
Tukar Rupiah dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Harga Saham
Perusahaan Manufaktur. PARADOKS Jurnal Ilmu Ekonomi e-ISSN .Volume 2
Nomor 2 (2019) April
Umam, Khaerul dan Sutanto, Herry. 2017. Manajemen Investasi. Pustaka Setia. Bandung
Widayanti, Puri, dan A.Mulyo Haryanto Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan
Volume Perdagangan Harga saham Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada
Perusahaan Real Estate and Property yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2010).
Diponegoro Journal of Management, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013