PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP...

31
PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: [email protected] Abstract: This research aims at obtaining the differences between civil servant and non-civil servant performance in Indramayu Regional Hospital. This research is a comparative research study. The sampling technique used in this research was total population sampling technique. A number of 119 respondents were taken as the sample of this research. The statistics showed that there were 63.03% civil servant nurses while the others (36,97%) were not civil servants. The data on this research were taken by using nurse self-assessment performance in giving their service. The result of independent t-test showed value at 0.05. The result of the statistics test showed p-value = 0.520 (α 0.05). In conclusion, there was no meaningful different performance between civil servant nurses and non-civil servant nurses in Indramayu Regional Hospital in 2012. Keywords: nurses performance, personnel status. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja perawat PNS dengan Non PNS di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Indramayu. Desain penelitian menggunakan studi komparasi. Teknik sampling menggunakan total populasi dengan jumlah responden sebanyak 119 orang. Data diambil menggunakan kuesioner self assesment kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Analisis statistik menggunakan independent t-test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,03% perawat berstatus PNS dan 36,97% berstatus non PNS. Hasil uji statistik menunjukkan p-value=0,520 (α 0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara kinerja perawat PNS dengan non PNS di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Indramayu. Hal ini dapat disebabkan perawat yang berstatus non PNS memiliki tanggung jawab yang sama dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada perbedaan yang bermakna antara kinerja perawat pelaksana yang berstatus PNS dengan non PNS di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Indramayu Tahun 2012. . Kata Kunci: kinerja perawat, status kepegawaian. JKK 9.1.2013 SAY

Transcript of PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP...

Page 1: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAPKINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

Muhammad SaefullohSTIKes Indramayu

E-mail: [email protected]

Abstract: This research aims at obtaining the differences between civilservant and non-civil servant performance in Indramayu RegionalHospital. This research is a comparative research study. The samplingtechnique used in this research was total population sampling technique.A number of 119 respondents were taken as the sample of this research.The statistics showed that there were 63.03% civil servant nurses whilethe others (36,97%) were not civil servants. The data on this researchwere taken by using nurse self-assessment performance in giving theirservice. The result of independent t-test showed value at 0.05. Theresult of the statistics test showed p-value = 0.520 (α 0.05). Inconclusion, there was no meaningful different performance between civilservant nurses and non-civil servant nurses in Indramayu RegionalHospital in 2012.

Keywords: nurses performance, personnel status.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerjaperawat PNS dengan Non PNS di ruang rawat inap RSUD KabupatenIndramayu. Desain penelitian menggunakan studi komparasi. Tekniksampling menggunakan total populasi dengan jumlah respondensebanyak 119 orang. Data diambil menggunakan kuesioner selfassesment kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.Analisis statistik menggunakan independent t-test dengan tingkatkemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak63,03% perawat berstatus PNS dan 36,97% berstatus non PNS. Hasiluji statistik menunjukkan p-value=0,520 (α 0,05) artinya tidak adaperbedaan yang bermakna antara kinerja perawat PNS dengan nonPNS di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Indramayu. Hal ini dapatdisebabkan perawat yang berstatus non PNS memiliki tanggung jawabyang sama dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.Kesimpulan penelitian adalah tidak ada perbedaan yang bermakna antarakinerja perawat pelaksana yang berstatus PNS dengan non PNS diruang rawat inap RSUD Kabupaten Indramayu Tahun 2012..

Kata Kunci: kinerja perawat, status kepegawaian.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 2: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

66 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

PENDAHULUANJumlah sumber daya manusia bidang

keperawatan di berbagai rumah sakit padaumumnya mencapai 40–60% dari jumlahsumber daya manusia secara keseluruhan dirumah sakit tersebut (Gillies, 2000). Kondisitersebut menyebabkan pelayanan yangdiberikan oleh perawat selama 24 jam akanberpengaruh terhadap pelayanan yangdiberikan oleh rumah sakit secara keselu-ruhan pula. Hal tersebut akan nampak padakinerja rumah sakit yang dapat diukurdengan pencapaian tujuan rumah sakit.

Kinerja adalah apa yang dilakukanatau tidak dilakukan oleh karyawan yangmempengaruhi seberapa banyak merekamemberikan kontribusi kepada organisasi,seperti kuantitas output, kualitas output,jangka waktu output, kehadiran di tempatkerja dan sikap kooperatif (Mathis &Jackson, 2002). Kinerja merupakan hasilpekerjaan yang mempunyai hubungan kuatdengan tujuan strategis organisasi, kepuasankonsumen, dan memberikan kontribusi padaekonomi (Wibowo, 2009). Dengan demi-kian kinerja adalah tentang apa yangdikerjakan oleh seseorang dalam suatuorganisasi dan bagaimana cara mengerja-kannya, serta hasil yang dicapai dari peker-jaan tersebut sehingga tercapai tujuanorganisasi.

Kinerja adalah hasil yang dicapai sese-orang menurut ukuran yang berlaku untukpekerjaan yang bersangkutan (As’ad,2003). Kinerja suatu organisasi, misalnyarumah sakit, bukan hasil penampilan satuindividu namun merupakan hasil penampilanseluruh individu yang ada di organisasitersebut. Kinerja perawat adalah tindakanatau kegiatan yang dilakukan oleh seorangperawat dalam suatu institusi pelayanankesehatan sesuai dengan wewenang dantanggung jawabnya masing-masing, standarpraktek serta memeperhatikan aspek etiklegal. Kinerja perawat pada hakekatnya

adalah terlaksananya asuhan keperawatanterhadap pasien melalui proses keperawatanyaitu berupa aktivitas yang dilakukan secarasistematis melalui lima tahap yakni pengka-jian, diagnosis, perencanaan tindakan,implementasi dan evaluasi keperawatan.

Perawat di rumah sakit memiliki peransebagai perawat klinik (PK), perawatmanajer (PM), perawat pendidik (PP) danperawat riset (PR) (PPNI, 2002). Di rumahsakit, perawat dominan berperan sebagaiperawat klinik yaitu pemberi asuhan kepera-watan sehingga apabila kita akan melihatkinerja perawat maka yang dilihat adalahhasil yang dicapai oleh perawat dalam mem-berikan asuhan keperawatan. Hasil kinerjaperawat di rumah sakit dapat dilakukanmelalui pengamatan langsung yaitu prosespemberian asuhan keperawatan (prosesasuhan keperawatan) atau laporan dan ca-tatan pasien (dokumentasi) asuhan kepera-watan yang telah diberikan (hasil asuhankeperawatan).

Oleh karena itu Persatuan PerawatNasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2000telah menetapkan standar praktik kepera-watan yang mengacu pada proses kepera-watan yang meliputi pengkajian, diagnosa,perencanaan, implementasi dan evaluasi.Pelaksanaan asuhan keperawatan kepadapasien di ruang rawat inap merupakan kegi-atan pokok yang sering menjadi barometertentang baik atau buruknya suatu pelayanankesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkandi ruang rawat inap merupakan tempatkontak antara perawat dengan pasien palingsering atau terlama terjadi.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Kabupaten Indramayu adalah salah satusarana pelayanan kesehatan yang ada diKabupaten Indramayu dan merupakanrumah sakit pemerintah yang menjadi pusatrujukan kesehatan di tingkat kabupaten.RSUD Kabupaten Indramayu sudahterakreditasi tipe B dengan lima pelayanan

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 3: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

67Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

(bidang Administrasi, Pelayanan, Kepe-rawatan, Unit Gawat Darurat dan MedicalRecord) dan masuk kategori BLUD (BadanLayanan Umum Daerah) sejak tahun 2011.

Visi RSUD Kabupaten Indramayuadalah terwujudnya pelayanan kesehatanyang bermutu kepada seluruh lapisan ma-syarakat Kabupaten Indramayu menuju kearah kesehatan yang lebih baik. Misinyaadalah memberikan pelayanan kesehatanspesialistik yang optimal, menjadi pusatrujukan pelayanan kesehatan untuk wilayahIndramayu, meningkatkan sumber daya ma-nusia, meningkatkan sarana dan prasaranarumah sakit, dan meningkatkan kese-jahteraan pegawai (Profil RSUD KabupatenIndramayu, 2012).

Tabel 1. Indikator Kinerja Pelayanandi Ruang Rawat Inap RSUDKabupaten Indramayu

Indikator 2010 2011 2012 (s.d. Juli)

BOR (Bed Occupancy Rate)

75,19 86,75 84,6

LOS (Length of Stay)

3 3 3

BTO (Bed Turn Over)

85 98 58

TOI (Turn Over Interval)

1 0 1

Sumber: Bid. PPL RSUD Kab. Indramayu Sep. 2012

Tabel 1 menggambarkan sampai de-ngan bulan Juli tahun 2012 nilai BOR (BedOccupancy Rate) atau tingkat pemanfaatantempat tidur rata-rata sebesar 84,6%, LOS(Length of Stay) atau lamanya hari pera-watan di rumah sakit rata-rata selama 3 hari,BTO (Bed Turn Over) atau rata-rata satutempat tidur terpakai dalam satu tahunsebanyak 58 kali per tahun dan angka TOI(Turn Over Interval) atau interval waktutempat tidur tidak ditempati selama 1 hari.

Instalasi rawat inap RSUD KabupatenIndramayu memiliki jumlah perawat 149orang dan kapasitas tempat tidur 177 buah,terdiri dari 9 ruang perawatan yang masing-masing ruangan dipimpin oleh kepalaruangan. Ruang rawat inap tersebut adalahRuang VIP A (Paviliun Kidang Kencana),Ruang VIP B, Ruang Kelas Satu, RuangPenyakit Dalam, Ruang Penyakit Bedah,Ruang Penyakit Anak, Ruang ICU(Intensive Care Unit), Ruang Bersalin(nifas) dan Ruang Perinatologi.

Hasil studi pendahuluan di RumahSakit Umum Daerah (RSUD) KabupatenIndramayu ditemukan data bahwa seluruhperawat RSUD Kabupaten Indramayubaik yang Pegawai Negeri Sipil (PNS)maupun Non PNS (Bukan Pegawai NegeriSipil) mencatat hasil kegiatan harian padabuku catatan pelaksanaan kegiatan, namunpencatatannya belum rutin dilakukan setiaphari. Secara rutin diadakan penilaian kinerjaperawat, khusus untuk perawat yangberstatus PNS penilaian kinerja ditambahmenggunakan format Daftar PenilaianPelaksanaan Pekerjaan (DP3) meliputikesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsadan kepemimpinan. Nilai rata-rata DP3perawat di RSUD Kabupaten Indramayuadalah 80,00% (kategori baik). Sedangkanuntuk perawat yang Non PNS tiak adapenilaian DP3.

Hasil observasi peneliti terhadap sepu-luh dokumentasi asuhan keperawatan daritanggal 28 September–3 Oktober 2012pada salah satu ruang rawat inap, delapandokumen sudah diisi tetapi ada dua doku-men diisi setelah tiga hari perawatan. Wa-wancara peneliti kepada perawat di ruangtersebut menyatakan bahwa penundaanpencatatan dokumen asuhan keperawatanini disebabkan perawat menerima lebih darisatu pasien baru dalam satu shift.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 4: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

68 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

Perawat mendahulukan pelaksanaantindakan keperawatan untuk memenuhikebutuhan pasien atau menghindari kom-plain pasien dan keluarga pasien. Dari hasilwawancara didapatkan data ada anggapanbahwa perawat dengan status PNS memilikitanggungjawab lebih besar daripada nonPNS sehingga dalam bekerja harus lebihbaik. Hal ini akan terlihat dari cara kerjaperawat tersebut.

Menurut Kopelmen (1981) dalamIlyas (2002) terdapat dua faktor yang mem-pengaruhi kinerja pegawai yaitu motivasi dankemampuan. Semakin tinggi motivasi kerjadan kemampuan staf maka semakin tinggipula kinerja yang dihasilkan, sebaliknyasemakin rendah motivasi dan kemampuanstaf maka semakin rendah pula kinerjanya.Berkaitan dengan perawat yang bekerja dirumah sakit, motivasi kerja seorang perawatdapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanankeperawatan kepada pasien.

Motivasi kerja perawat timbul dari da-lam diri perawat untuk melaksanakan asuhankeperawatan. Apabila motivasi kerja pera-wat baik maka kinerja perawat dalam mem-berikan asuhan keperawatan akan baikpula. Sebaliknya apabila motivasi kerja pe-rawat menurun maka akan menimbulkanpermasalahan dalam pelayanan kepera-watan seperti menurunnya kinerja perawatyang berdampak pada menurunnya kualitaspelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Teori motivasi menurut FrederickHerzberg (1950) dalam Robbins (1998),Hasibuan (2001), Munandar (2004) yangdikenal dengan teori dua faktor menjelaskanbahwa ada dua faktor yang akan mempe-ngaruhi motivasi seseorang dalam melak-sanakan pekerjaannya yaitu faktor motivatordan faktor hygiene. Kedua faktor tersebuttidak berdiri sendiri namun akan selaluberkaitan. Faktor motivator meliputi pres-tasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,

tanggung jawab, kemajuan dan pertum-buhan. Faktor ini merupakan faktor yangsecara konsisten berkaitan dengan kepuasankerja. Apabila faktor-faktor tersebut terpe-nuhi maka seseorang akan merasakan kepu-asan, sehingga akan mendorong untukmeningkatkan motivasi kerjanya.

Faktor motivator merupakan faktorintrinsik, artinya faktor yang timbul daridalam diri individu (Robbins, 1998). Faktorhygiene meliputi kebijakan dan administrasiperusahaan, supervisi, hubungan dengansupervisor, gaji, hubungan dengan rekankerja, kehidupan pribadi, hubungan denganbawahan, status dan keamanan. Faktor inimerupakan yang berkaitan dengan ketidak-puasan. Apabila faktor-faktor tersebutterpenuhi maka seseorang merasa terpenuhikepuasannya (tidak ada ketidakpuasan)sehingga akan mendorong untuk mening-katkan motivasi kerjanya. Faktor hygienemerupakan faktor ekstrinsik, artinya faktoryang timbul dari luar diri individu (Robbins,1998).

Berdasar analisis terhadap fenomena diatas maka diperlukan informasi spesifik yangmenjelaskan perbedaan kinerja perawatpelaksana antara PNS dengan non PNS,sehingga masalah penelitian yang dirumuskanadalah “Apakah ada perbedaan yangbermakna antara kinerja perawat pelaksanaPNS dan Non PNS di Ruang Rawat InapRSUD Kabupaten Indramayu?”

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

komparasi. Sampel dalam penelitian ini ada-lah perawat pelaksana di ruang rawat inapRSUD Kabupaten Indramayu sebanyak119 responden. Status kepegawaian dike-lompokkan menjadi PNS dan non PNS.Data kinerja diambil menggunakan kuesi-oner self assesment kinerja perawat dalampemberian asuhan keperawatan. Kuesioner

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 5: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

69Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

yang dipakai telah dilakukan uji validitas danreliabilitas di Rumah Sakit Umum Daerah(RSUD) M.A. Sentot di Patrol KabupatenIndramayu terhadap 30 responden. Datadianalisis secara univariat dan bivariat (Sabri& Hastono, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASANData hasil penelitian dikelompokkan

berdasarkan status kepegawaian PNS dannon PNS. Selanjutnya, berdasarkan statuskepegawaian tersebut data karakteristikresponden dikelompokkan menjadi datanumerik dan kategorik.

Hasil analisis data pada tabel 2menunjukkan bahwa perawat pelaksanayang bekerja di ruang rawat inap RSUDIndramayu berdasarkan jenis kelaminsebagian besar berjenis kelamin perempuan(70,59%) dan berdasarkan t ingkatpendidikan sebagian besar berpendidikanDIII keperawatan (82,35%).

Tabel 3 menunjukkan bahwa perawatpelaksana yang bekerja di ruang rawat inapRSUD Indramayu berdasarkan umurmemiliki rata-rata umur 31 tahun denganumur termuda 24 tahun dan umur tertua 42tahun (95%CI, 29,93 – 32,06 tahun),sedangkan berdasarkan lama kerja memilikilama kerja rata-rata 5,58 tahun dengan lamakerja terendah 0 tahun dan tertinggi 23 tahun(95%CI, 4,29 – 6,86 tahun)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perawatyang berstatus PNS sebanyak 75 respondenmemiliki kinerja rata-rata 85,54 dengansimpang deviasi 10,27. Ini menunjukkanbahwa secara kuantitas kinerja perawatyang berstatus PNS memiliki kategori baikbila distandarkan dengan DP3 (DaftarPenilaian Prestasi Pegawai) yang selama inidiberlakukan untuk PNS. Untuk perawatyang berstatus non PNS sebanyak 44responden memiliki kinerja rata-rata 84,32dengan simpang deviasi 9,62. Inimenunjukkan pula bahwa secara kuantitaskinerja perawat yang berstatus non PNSmemiliki kategori baik bila distandarkandengan DP3 (Daftar Penilaian PrestasiPegawai) yang selama ini diberlakukan untukPNS.

Hasil uji statistik didapatkan p value0,520 (∂ 0,05) sehingga hipotesis nolditerima yang berarti tidak ada perbedaanyang bermakna antara kinerja perawat PNSdengan non PNS di Ruang Rawat InapRSUD Kabupaten Indramayu. Hasil inimenunjukkan pula baik perawat yangberstatus PNS maupun non PNS memilikikinerja dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian didapat-kan data bahwa perawat di ruang rawat inapRumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Kabupaten Indramayu berusia rata-rata 31tahun. Ini menunjukkan bahwa meskipun

Variabel Kelompok PNS

Kelompok Non PNS

Jumlah

n % n % n % Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan

21 54

28,0 72,0

14 30

31,8 68,2

35 84

29,41 70,59

Tingkat pendidikan D III Keperawatan Ners

59 16

78,7 21,3

39 5

88,6 11,4

98 21

82,35 17,65

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Jenis Kelamindan Tingkat Pendidikan Pada Kelompok PNS dan Non PNS Di RuangRawat Inap RSUD Indramayu Tahun 2012

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 6: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

70 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

perawat di ruang rawat inap RSUDKabupaten Indramayu memiliki umur rata-rata yang masih muda namun sudah memilikisemangat kerja yang tinggi. Kondisi ini tidaksesuai dengan pendapat Gordon (1993)yang menjelaskan semakin tua umurseseorang seharusnya semakin tinggi pulakeinginan untuk membuktikan existence ditempat kerjanya.

Namun, hasil penelitian ini sesuai de-ngan pendapat Gibson (1997) dalam Ilyas(2002) bahwa umur berefek tidak langsungterhadap kinerja. Di usia muda biasanyaindividu ingin berprestasi dan mencari penga-laman yang sebanyak-banyaknya, hal inidimungkinkan menjadi pendorong kinerja.Meskipun usia masih muda namun tidakmenghalangi untuk memiliki kinerja yangbaik.

Berdasarkan lama kerja, hasil pene-litian menunjukkan bahwa lama kerja pera-wat pelaksana di ruang rawat inap RSUDIndramayu rata-rata 5,58 tahun. Robbins(1998) menjelaskan senioritas atau lamakerja seseorang menunjang kinerja pegawai.Hal ini tidak terjadi di RSUD Kabupaten

Indramayu, dimana meskipun lama kerjabelum lama (masih yunior) namun sudahberkinerja baik.

Berdasarkan jenis kelamin, hasil pene-litian menunjukkan bahwa jenis kelaminperawat pelaksana di ruang rawat inapRSUD Kabupaten Indramayu sebanyak70,59% berjenis kelamin perempuan. De-ngan kondisi lebih dari setengah berjeniskelamin perempuan ternyata memiliki nilaikinerja yang baik. Gibson (1997) dalamIlyas (2002) menjelaskan bahwa jeniskelamin tidak berhubungan langsung dengankinerja. Robbins (1998) menjelaskan bahwatidak ada perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan dalam kinerja. Jeniskelamin bukan faktor determinan dalamkinerja. Seorang yang berjenis kelamin laki-laki dapat berkinerja baik atau kurang baiktergantung dari faktor pendorongnya. Begitupula sebaliknya dengan seorang perempuan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, hasilpenelitian menunjukkan bahwa tingkatpendidikan perawat di ruang rawat inapRSUD Indramayu sebanyak 82,35% ber-pendidikan D-III Keperawatan. Dengan

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Umur dan LamaKerja Pada Kelompok PNS dan Non PNS Di Ruang Rawat Inap RSUDIndramayu Tahun 2012

Tabel 4. Analisis Perbedaan Kinerja Perawat PNS dan Non PNS Di Ruang RawatInap RSUD Kabupaten Indramayu 2012

Status Pegawai n Mean Med SD Min – Max p value PNS 75 85,54 89,00 10,27 61 – 96

0,520 Non PNS 44 84,32 87,00 9,62 61 – 96

Variabel Kelompok n Mean Median SD Min-Maks

95% CI

Umur PNS 75 34,75 34 4,92 26 – 48 33,61 – 35,87

Non PNS 44 27,25 26,50 3,80 22 – 36 26,25 – 28,24 Total 119 31 30,25 4,10 24 - 42 29,93 – 32,06

Lama Kerja

PNS 75 8,25 9 5,63 0 – 25 6,95 – 9,55 Non PNS 44 2,91 1,50 4,19 0 – 21 1,63 – 4,18

Total 91 5,58 5,25 4,91 0 – 23 4,29 – 6,86

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 7: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

71Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

pendidikan tinggi diharapkan perawat memi-liki ilmu dan ketrampilan yang cukup dalambekerja. Sehingga dimungkinkan hal ini men-jadi pendorong kinerja yang baik pada diriperawat di RSUD Kabupaten Indramayu.

Berdasarkan status pegawai, hasilpenelitian menunjukkan bahwa status pega-wai perawat pelaksana di ruang rawat inapRSUD Indramayu yang berstatus PNS se-banyak 63,03% dan berstatus non PNS se-banyak 36,97%. Perawat PNS memilikikinerja rata-rata 85,54 dan perawat nonPNS memiliki kinerja rata-rata 84,32. Seli-sih kinerja antara perawat PNS dengan nonPNS adalah 1,22 poin. Berdasarkan analisislanjutan didapatkan p value 0,52 sehinggadapat disimpulkan bahwa tidak ada perbe-daan kinerja antara perawat yang berstatusPNS dengan non PNS (∂ 0,05; 95% CI).

Hasil uji statistik tersebut dapat dipaha-mi karena secara kuantitas perbedaankinerja antara PNS dan non PNS sebesar1,22 poin dalam rentang nilai 0 – 100 tentusaja tidak berarti karena hanya berbeda1,22% dan secara kualitas berdasarkan nilaiDP3 skor 85,54 dan 84,32 berada padakategori yang sama yaitu kategori baik.

PNS merupakan salah satu perangkatnegara yang diangkat oleh pemerintah de-ngan tugas memberikan pelayanan kepadamasyarakat. Kehidupan PNS dijamin olehnegara dalam hal pemenuhan kehidupanyang layak bagi kehidupan manusia meliputisandang, pangan, dan papan untuk seluruhanggota keluarga inti.

Jaminan negara untuk PNS meliputijuga untuk pendidikan lanjutan dalam rangkapeningkatan kompetensi yang dapat menun-jang kinerjanya. Dengan jaminan tersebutdiharapkan PNS dapat melayani masya-rakat sesuai dengan standar yang telah dite-tapkan. PNS merupakan abdi masyarakatsehingga tertuntut untuk memberikanpelayanan yang terbaik kepada masyarakatsebagai konsumen. Halnya dengan pera-

wat, salah satu konsumennya adalah pasiensehingga perawat memiliki kewajiban untukmemberikan pelayanan yang terbaik sesuaistandar praktek yang telah dikeluarkan olehPPNI.

Perawat PNS merupakan bagian dariPNS yang bertugas memberikan pelayanankeperawatan kepada masyarakat khususnyadi instansi pelayanan kesehatan dalam halini adalah rumah sakit yang diselenggarakanoleh pemerintah. Sama dengan PNS padaumumnya, perawat PNS oleh negara dibe-rikan hak antara lain gaji pokok, tunjanganjabatan (fungsional atau struktural), tun-jangan istri/suami dan anak, tunjangan kese-hatan, tunjangan bantuan uang muka rumah,tunjangan pensiun, dan fasilitas-fasilitas lainyang diterima misalnya cuti sakit, cuti ta-hunan, dan cuti melahirkan.

Hak-hak tersebut diberikan oleh nega-ra sebagai timbal balik atas kesediaanyamenjalankan kewajiban sebagai abdi ma-syarakat, sehingga sudah seharusnya se-orang perawat PNS memiliki kinerja yangbaik yang diwujudkan saat pemberian pela-yanan keperawatan. Bahkan di beberaparumah sakit milik pemerintah, selain haktersebut perawat mendapat tunjangan tam-bahan dari rumah sakit. Halnya denganperawat non PNS, mereka mendapatkanhak dari rumah sakit yang kuantitasnya ham-pir sama seperti PNS namun tidak sebesardan selengkap PNS. Di beberapa rumahsakit, baik perawat PNS maupun non PNSmendapat fasilitas tambahan yaitu bebasbiaya perawatan bagi dirinya dan anggotakeluarga inti bila dirawat di rumah sakitdimana yang bersangkutan bekerja.

Meskipun hak yang diterima antaraperawat PNS dan non PNS tidaklah samanamun tidak menghalangi perawat non PNSuntuk memberikan kinerja yang terbaikuntuk rumah sakit dalam memberikanpelayanan. Meskipun berdasarkan tingkatpendidikan ada perbedaan wewenang dalam

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 8: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

72 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

pemberian pelayanan keperawatan namunberdasarkan umur, lama kerja dan jeniskelamin seluruh perawat harus memberikanpelayanan sesuai standar yang telah ditetap-kan. Seluruh perawat wajib memberikanpelayanan yang berkualitas di unit kerjanyamasing-masing, misal bagian penyakitdalam, penyakit bedah, bagian perawatananak atau unit yang lainnya.

Adanya kesamaan kewajiban perawatdalam pemberian pelayanan kepada pasienharus dapat menjadi dorongan bagi rumahsakit agar dapat mempertahankan kondisilingkungan yang dapat meningkatkan kinerjaperawat terutama yang menjadi ujung tom-bak dalam pemberian pelayanan terhadappasien karena semakin tinggi kinerja stafmaka semakin tinggi pula produktivitas yangdihasilkan, sebaliknya semakin rendah ki-nerja maka semakin rendah pula produk-tivitasnya, yang pada akhirnya akan berim-bas pada produktifitas rumah sakit. Upayatersebut misalnya melalui persamaan perla-kuan antara perawat PNS dan non PNS,mengembangkan modul rekrutmen perawatdengan status non PNS.

Terlepas dari hasil penelitian, dalamstudi pendahuluan ditemukan fenomenapenundaan pencatatan dokumen asuhankeperawatan. Penting untuk mendapatkanperhatian yang serius dan pengelolaan yanglebih baik dari rumah sakit, mengingat bebe-rapa resiko dan dampak yang dapat timbulberkaitan dengan pendokumentasian asuhankeperawatan. Seperti yang diungkapkanoleh Nursalam (2001) bahwa dokumentasikeperawatan adalah informasi tertulis tentangstatus dan perkembangan kondisi klien sertasemua kegiatan asuhan keperawatan yangdilakukan oleh perawat.

Dokumentasi asuhan keperawatanmerupakan bukti kinerja perawat dalammemberikan asuhan keperawatan. Melaluidokumentasi, seluruh kegiatan perawat yangdiberikan kepada pasien akan terlihat dan

dapat menjadi bukti di mata hukum. Dengandemikian menjadi hal yang penting bagi suatuorganisasi termasuk rumah sakit untuk dapatmenciptakan suatu upaya meningkatkanpendokumentasian asuhan keperawatankarena kualitas dokumentasi dapat menjadigambaran hasil kinerja perawat pelaksanadalam memberikan asuhan keperawatan.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanHasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa tidak ada perbedaan yang bermaknaantara kinerja perawat yang berstatus PNSdengan non PNS. Hasil penelitian ini me-nyimpulkan pula kedua kelompok memilikikinerja yang baik dalam pemberian asuhankeperawatan.

SaranPeneliti menyarankan kepada rumah

sakit agar tetap memberikan perlakuan yangsama dan tidak ragu-ragu apabila akan me-lakukan rekrutmen perawat dengan statusnon PNS. Bagi perawat pelaksana agar sela-lu mempertahankan kinerja yang sudahbaik. Bagi peneliti lain disarankan melakukanpenelitian lanjutan faktor-faktor yang mem-pengaruhi kinerja perawat pelaksana baikperawat yang berstatus PNS maupun nonPNS. Bagi keilmuan manajemen kepera-watan yaitu mengembangkan modul rekrut-men perawat sehingga dapat memperolehperawat yang memiliki kinerja baik dalampemberian asuhan keperawatan.

DAFTAR RUJUKAN

As’ad, M. 2003. Psikologi industri.Liberty: Yogyakarta.

Gillies, Dee Ann. 2000. ManajemenKeperawatan sebagai SuatuPendekatan Sistem. YayasanIAPKP: Bandung.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 9: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

73Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

Gordon, Judith R. 1993. Organizationalbehavior: A Diagnostic Approachto Organizational Behavior.Needham Height: Allyn and Bacon.

Hasibuan, M. 2001. Manajemen sumberdaya manusia. Ed revisi. BumiAksara: Jakarta.

Ilyas, Y. 2002. Kinerja teori, penilaiandan penelitian. Cetakan Ketiga.Pusat Kajian Ekonomi KesehatanFKM UI: Depok.

Mathis, R.L., Jackson, J.H. 2002. Ma-najemen Sumber Daya Manusia.Buku 2. Salemba Empat: Jakarta.

Munandar, A.S. 2004. Psikologi industridan organisasi. Edisi Keenam.Universitas Indonesia: Jakarta.

Nursalam. 2001. Proses & DokumentasiKeperawatan: Konsep dan Prak-tik. Salemba Medika: Jakarta.

PPNI. 2000. Standar praktek kepera-watan. PPNI: Jakarta.

_____.2002. Pedoman umum penyeleng-garaan pendidikan berkelanjutanbagi perawat. PPNI: Jakarta.

Robbins, S. 1998. Perilaku organisasi:Konsep Kontroversi, Aplikasi.Versi Bahasa Indonesia. PT Pren-halindo: Jakarta.

RSUD Kabupaten Indramayu. 2012. ProfilRSUD Kabupaten Indramayu.Indramayu.

Sabri, L. & Hastono, S.P. 1999. ModulMata Ajar Biostatistik dan Statis-tik Kesehatan. FKM UI: Depok.

Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja.Rajawali Pres: Jakarta.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 10: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

PENGALAMAN ORANG DENGAN HIV/AIDS MENDAPATKANPERAWATAN KELUARGA: STUDI FENOMENOLOGI

Suratini, Wiwin Wiarsih, Henny PermatasariSTIKES 'Aisyiyah YogyakartaEmail: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to reveal the meaningful experienceof people with HIV/AIDS who had a care treatment in their family. Thisresearch is a qualitative research design with phenomenological des-criptive approach. The data collected by interviewing nine respondentsin Kulon Progo Regency and analyzed by using Collaizi technique. Theresult of the study revealed 13 themes, those who declined and thosewho accepted their HIV/AIDS in front of their family. Based on theseinventions of the themes above, it was expected for the district nursescommunity to provide holistic family interpersonal skills course to thefamilies of people living with HIV/AIDS so that they could treat thepeople with HIV emphatically.

Keywords: people with HIV/AIDS, care, family

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah memahami arti dan makna penga-laman orang dengan HIV/AIDS mendapatkan perawatan keluarga.Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada sembilanpartisipan di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Analisis data meng-gunakan tehnik Collaizi. Hasil penelitian ditemukan 13 tema yaitu orangdengan HIV memiliki respon menolak saat terkena HIV/AIDS danrespon menerima terhadap penyakit HIV/AIDS. Berdasarkan tematersebut disarankan agar perawat komunitas dapat memberikan pelatihanketrampilan asuhan keperawatan secara holistik kepada keluarga yangmemiliki anggota keluarga dengan HIV/AIDS sehingga mampu merawatdengan empati.

Kata kunci: orang dengan HIV/AIDS, perawatan, keluarga

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 11: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

75Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

PENDAHULUAN

Acquired Immnunodeficiency Syn-drom (AIDS) merupakan kumpulan gejalapenyakit yang disebabkan oleh HumanImmunodeficiency Virus (HIV). Penyakitinfeksi HIV/AIDS hingga saat ini merupakanmasalah kesehatan darurat global karenaangka kejadian dan kematian yang masihtinggi (Nasronudin, 2007). Perjalanan pe-nyakit HIV sangat progresif merusak keke-balan tubuh. Kebanyakan orang dengan HIVakan meninggal dalam beberapa tahun setelahtanda pertama AIDS muncul dan tidakmendapatkan pelayanan serta terapi yangtepat (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Menurut Judarwanto (2008) di seluruhdunia lebih dari 20 juta orang meninggal se-mentara 40 juta orang telah terinfeksi. Faktayang lebih memprihatinkan adalah di seluruhdunia setiap hari virus HIV menular kepadasekitar 2.000 anak di bawah 15 tahun,terutama berasal dari penularan ibu-bayi,menewaskan 1.400 anak di bawah 15 tahundan menginfeksi lebih dari 6.000 orang mudadalam usia produktif antara 15 sampaidengan 24 tahun yang juga merupakanmayoritas dari orang-orang yang hidupdengan HIV dan AIDS.

AIDS menduduki peringkat ke-4 pe-nyebab kematian pada orang dewasa diseluruh dunia. AIDS juga menyebabkan usiaharapan hidup turun lebih dari 10 tahun dibeberapa negara (Komisi PenanggulanganAIDS Nasional, 2009). Menurut UNAIDS(2001) dan Departemen Kesehatan RI(2010) upaya pencegahan penularan HIVdari ibu ke anak dilakukan dengan preven-tion of mother to child transmission(PMTCT). Program pencegahan HIV/AIDS di masyarakat saat ini adalahVoluntary Counseling and Testing (VCT)yang terbukti efektif bagi pencegahan HIVdan memudahkan orang mengaksesberbagai pelayanan kesehatan yang dibutuh-

kan. Menurut Judarwanto (2008) tingginyatingkat penyebaran HIV dan AIDS membu-tuhkan jasa pelayanan kesehatan. Perkem-bangan penyakit yang lamban dari infeksiHIV berarti bahwa pasien sedikit demisedikit menjadi lebih sakit dalam jangkawaktu yang panjang dan membutuhkansemakin banyak perawatan kesehatan danbiaya yang dibutuhkan semakin besar.

ODHA mengalami masalah sosialantara lain dianggap sebagai benda asingtetapi menarik bagi kebanyakan masyara-kat. Menurut Dermatoto (2008) ODHAdiperlakukan berbeda dengan orang lain,dalam pergaulan dikucilkan oleh temanbahkan oleh keluarganya sendiri. Ketakutandiperlakukan berbeda membuat ODHAmembatasi diri dengan orang lain. ODHAtakut membagi pengalamannya, takut me-nyatakan bahwa dirinya sakit dan membu-tuhkan pertolongan orang lain.

Abdullah (2008) mengemukakanbahwa keyakinan diri yang rendah padapenderita HIV/AIDS akan menyebabkanpenderita mengalami hipocondria, pende-rita seringkali memikirkan kehilangan,kesepian dan perasaan berdosa atas segalayang dilakukannya sehingga menyebabkanmereka kurang menitik beratkan langkah-langkah penjagaan kesehatan dan kero-hanian mereka.

Hasil penelitian Nasution (2000) me-maparkan begitu individu terinfeksi AIDS,penderita mengalami shock. Penderitamengalami depresi berat, sehingga menye-babkan penyakit makin lama makin berat,timbul berbagai infeksi opotunistik, penderitamakin tersiksa. Biaya pengobatan tambahbesar, jenis penyakit bertambah banyak,obat yang dikonsumsi harus tambah ba-nyak, dengan berbagai efek samping, yangmemperparah keadaan penderita.

Ollich (2007) mengidentifikasi infeksiHIV saat ini belum ditemukan pengo-

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 12: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

76 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

batannya, sehingga sangat memungkinkanbagi pasien yang tidak mempunyai kopingindividu efektif akan mengalami kecemasandan depresi. Dari 15 orang penderita HIV/AIDS yang di rawat inap, yang tidak depresiada 2 orang (13,33%), depresi ringan 6 orang(40,00%), depresi sedang 5 orang (33,34%)dan depresi berat 2 orang (13,33%).

Peran keluarga sangat besar dalammemberikan dukungan terhadap upayameningkatkan kualitas hidup klien HIV/AIDS, terutama dalam memenuhi kebutuhanakan perawatan hidup sehari-hari. Fungsiperawatan kesehatan yang dilakukan olehkeluarga memberikan arti penting terhadapkehidupan penderita HIV/AIDS dalammengatasi keluhan-keluhan akibat penyakityang dideritanya. Keluarga sangat berpe-ngaruh besar terhadap kesehatan fisikanggota keluarganya (Campbell, 2000 da-lam Friedman, Bowden & Jones, 2010).

METODE PENELITIAN

Menurut Streubert dan Carpenter(2003), metode fenomenologi deskriptif da-pat menggali, menganalisa dan menjelaskanfenomena dari pengalaman yang nyatasecara rinci, luas dan mendalam. Siegelberg(1975) dalam Streubert & Carpenter(2003) menyatakan ada tiga langkah dalamfenomenologi deskriptif yaitu intuiting,analyzing and describing.

Realitas perawatan orang dengan HIV/AIDS yang dilakukan keluarga di Kabu-paten Kulon Progo merupakan suatu halyang sangat subyektif dan interpretatif se-hingga pendekatan fenomenologi deskriptifdapat digunakan dalam penelitian ini. Pene-litian ini melibatkan sembilan partisipan,menggunakan wawancara tidak terstruktur(wawancara mendalam) dan observasidengan menggunakan field note sebagai alatpengumpulan data. Analisis data dalam studikualitatif didasarkan pada penafsiran data.

Peneliti menafsirkan setiap informasi yangdidapatkan dari partisipan dan mencobamenyimpulkan beberapa informasi yangsesuai dengan tujuan dari penelitian. Penelitimengumpulkan sejumlah data yang sangatbesar yang kemudian dikurangi menjadisuatu pola tertentu, kategori atau tema(Creswell, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik PartisipanPartisipan dalam penelitian ini ber-

jumlah sembilan orang dengan jenis kelaminlaki-laki sebanyak lima orang dan perempuansebanyak empat orang. Usia partisipanbervariasi, yaitu antara usia 32 sampaidengan 47 tahun.

Tingkat pendidikan partisipan sangatbervariasi mulai dari Sekolah Dasar empatorang, Sekolah Menengah Pertama duaorang, Sekolah Menengah Atas atau Keju-ruan dua orang dan satu orang lulusan Pergu-ruan Tinggi. Pekerjaan partisipan adalahburuh satu orang, petani empat orang,wiraswasta tiga orang dan ibu rumah tanggayang tidak bekerja satu orang. Partisipanberasal dari suku Jawa delapan orang dansuku Melayu satu orang.

Lamanya partisipan terdeteksi HIV/AIDS mulai dari tiga bulan sampai denganlima tahun. Seluruh partisipan tinggal dan hi-dup bersama keluarga dan yang berpartisipasimerawat adalah istri, suami, anak, orang tua,mertua. ODHA yang tinggal bersamakeluarga besar (extended family) ada tujuhorang sedangkan yang tinggal dengankeluarga inti (nuclear family) ada dua orang.Adapun hasil penelitian dapat dilihat dari hasilanalisis tematik sebagai berikut.

Analisis Tematis

Pada peneilitian ini ditemukan 13 temayang terkait dengan arti dan maknapengalaman orang dengan HIV/AIDS menda-

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 13: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

77Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

patkan perawatan keluarga sebagai berikut.Respon partisipan terdiagnosis HIV/

AIDS akan memberikan gambaran tentangsituasi yang berhubungan dengan perilakupada saat pertama kali partisipan didiagnosismenderita HIV/AIDS. Respon ini me-nunjukkan bagaimana seorang individu yangawalnya sehat, akhirnya didiagnosis mende-rita HIV/AIDS. Respon saat didiagnosisHIV/AIDS menolak ataupun menerimatergantung dari kondisi partisipan saat itu.

Tema 1. Respon Menolak Pasien (Me-nyangkal, Depresi dan Tawar Menawar)

Respon menolak dapat diungkapkanpartisipan dengan respon terkejut dan tidakpercaya ketika terkena HIV/AIDS sebagaiberikut:

“saya benar tidak menyangka sayakan tidak pernah selingkuh danberbuat seks selain dengan suami-ku kok bisa ya kena HIV?”(P.5)

Partisipan ketika tahu terkena HIV/AIDSmengalami depresi berupa putus asa, ke-khawatiran dan kesedihan yang mendalam.Ungkapan partisipan dapat dilihat sebagaiberikut:

“kayaknya tidak ada harapan dimasa depan”(P.7)“saya merasa berat dunia ini terasaberat kayak mau kiamat” (P.2)

Tema 2. Respon Menerima TerhadapHIV/AIDS

Adapun respon penerimaan tersebutterungkap dari ungkapan partisipan melaluikepasrahan dan ketegaran. Hal tersebut da-pat dilihat dari ungkapan partisipan sebagaiberikut:

“saya benar-benar ingin memper-baiki diri saya ke jalan Tuhan”( P.7)“setelah diketahui saya menjadimembuka diri ya berubah hidupnyamenjadi lebih baik” (P.3)

Tema 3. Masalah FisikMasalah fisik yang sering dialami

oleh orang dengan HIV/AIDS antara lainpenyakit sistem gastrointestinal, sistemintegumen, sistem pernafasan dan penyakitkelamin. Partisipan yang menderita sistemgastro intestinal biasanya terkena sariawanmelalui ungkapan sebagai berikut.

“bibir dalam itu kering ada banyakluka kekuning kuningan sakit ba-nget tuk makan dan banyak bangettidak kunjung sembuh” (P.6)

Selain itu partisipan juga ada yang mengalamidiare yang terungkap sebagai berikut.

“diare terus dan tidak pernah sembuhpadahal lebih dari satu bulan” (P.4)

Pada sistem pernafasan mengalami TBCdan depresi pernafasan. Hal tersebut dapatdilihat dari ungkapan sebagai berikut.

“batuk-batuk berdahak kental se-lama lebih satu bulan minum obatbatuk tidak sembuh-sembuh juga,lama banget” (P.6)

Sedangkan untuk penyakit kelamin yang di-alami ODHA adalah herpes dan gonorhoe,hal tersebut dapat dilihat dari ungkapanpartisipan sebagai berikut.

“kencingnya banyak nanahnya sakitdan badannya demam tinggi” ( P.7)

Tema 4. Masalah PsikososialMasalah psikososial yang dialami

ODHA antara lain menarik diri, harga dirirendah dan menyalahkan diri. Ungkapanpartisipan yang menarik diri adalah sebagaiberikut.

“saya banyak menyendiri gak maubergaul ama teman-teman dantetangga juga saudara”(P.5)

Sedangkan ungkapan partisipan yangmerasa harga dirinya rendah (minder) dapatdiungkapkan sebagai berikut.

“saya tu merasa gak percaya dirisaat bergaul dengan tetangga sejakkena sakit B 20” ( P.8)

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 14: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

78 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

Tema 5. Masalah SosialMasalah sosial yang dialami ODHA

berasal dari sikap lingkungan dan keluargayang kurang mendukung antara lain tidakbersahabat, curiga, dan mengisolasi. Hal inidapat dilihat dari ungkapan partisipansebagai berikut.

“menyindiri kalau aku ketemu dijalan... dia bilang ke orang-orangjangan dekat dekat entar ketu-laran” ( P.8)“waktu sakit itu mereka juga ber-tanya saya diet apa dan minum obatapa kenapa kok jadi hitam dankurus badanmu”(P.4)

Sikap keluarga yang tidak mendukungmeliputi sedih, marah, dan malu. Hal tersebutterlihat dari ungkapan partisipan sebagaiberikut.

“Istri saya marah dia ngomelin sayasetiap hari kenapa saya pakai tato sambil menangis” ( P.3)

Tema 6. Masalah EkonomiMasalah ekonomi yang dialami ODHA

antara lain tidak memiliki jaminan pemeliharaankesehatan, sumber keuangan dan kecu-kupannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ungkapan partisipan yang berkaitandengan keberatan biaya sebagai berikut.

“untuk biaya pengobatan ya akhirnyajual tanah bagian saya” (P.6)

Sedangkan ungkapan partisipan yangberkaitan dengan sumber keuangan yangberasal dari keluarga sebagai berikut.

“saya gak punya duit, saudara-saudara saya yang kasih duit tukberobat ke RS dr Sardjito” ( P.1)

Tema 7. Spiritual Orang dengan HIV/AIDS

Spiritualitas teridentifikasi dari menja-lankan ibadah dan tidak menjalankan ibadah.ODHA menjalankan ibadah dengan baikselama sakit yang meliputi menjalankan

sholat, puasa, zakat, sholat sunah, banyakberdoa. ODHA yang beragama Islam lebihtaat dalam manjalankan sholat wajib hal initerungkap dari ungkapan partisipan sebagaiberikut.

“saya sekarang sholatnya lebih taatdan selalu menjalankan sholat limawaktu”(P.8)“setiap hari hanya berdoa dan ber-doa dan menangis tobat semuanya”( P.5)

Akan tetapi ada ODHA yang selama sakittidak pernah menjalankan ibadah baik sholatmaupun puasa. Hal tersebut terlihat dariungkapan partisipan sebagi berikut.

“saya selama ini tidak pernah men-jalankan sholat lima waktu” ( P.6)

Tema 8. Kepatuhan ARVODHA dalam penelitian ini secara rutin

menjalani pengobatan HIV/AIDS denganmendapatkan obat ARV (Anti Retro Viral).Pemberian ARV diberikan pada setiap bulandan bisa diakses di rumah sakit dengan CareSupport Treatment di masing-masingdaerah.

Dalam menjalani pengobatan ODHApatuh minum obat walaupun terkadang efeksampingnya sangat banyak dalam kehidupansehari harinya. Partisipan patuh dalam minumobat baik waktu maupun pengambilannya.Hal ini terungkap melalui peryataanpartisipan berikut.

“harus tertib obatnya ya kalau jam6 pagi maka yang sore harus dimi-num jam 6 sore tepat” ( P.1, P.2, P.4dan P.9).“sekarang setiap bulan sekali harusmengambil obat ARV ke rumahsakit Sardjito” ( P.1, P.2, P.3, P.4,P.5).

Tema 9. Stigma MasyarakatStigma ODHA sangat mengganggu

aktivitas partisipan dalam kehidupan sehari-

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 15: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

79Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

harinya yang berupa perlakuan tidak baikakibat takut tertular dan membuang pakaian.

“Masyarakat bersikap seperti ini te-tangga ada yang hajatan akan te-tapi saya tidak diundang, pas seribuhari kematian suami saya tetanggatidak ada yang mau datang karenatakut tertular melalui makanan”(P.2)

Masyarakat juga takut tertular melalui pa-kaian ODHA sehingga partisipan disuruhmembuang semua pakaian suaminya. Haltersebut terungkap dari ungkapan partisipansebagai berikut.

“Sadis-sadis yang orang sekitar ru-mahku ini katanya penyakit menu-lar ada yang menyuruh buang pa-kainnya buang kasurnya disuruhbuang ya saya buang di sungai,semua yang dipakai suamiku sayabuang” ( P.5)

Tema 10. Diskriminasi PelayananKesehatan

Partisipan merasakan adanya diskri-minasi dalam pelayanan kesehatan antaralain perlakuan yang berbeda, tidak maumerawat dan mencemooh partisipan. Perla-kuan berbeda dirasakan partisipan ber-dampak ketidakpuasaan dan sakit hati,seperti diungkapkan oleh parrtisipan sebagaiberikut.

“sewaktu saya sakit, saya tidak da-pat kamar, katanya semua bangsalpenuh dan disuruh pulang. Padahalsaya sudah ambruk di depan poli-klinik tidak bisa berdiri tetapi petu-gas kesehatan tidak ada yangpeduli” ( P.2)

Tema 11. Perawatan yang DilakukanKeluarga Sesuai Dengan TugasKesehatan Keluarga

Pada tema ini ditemukan keluarga me-ngenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan, merawat klien dengan HIV/AIDS, melakukan modifikasi lingkungandan menggunakan fasilitas pelayanankesehatan. Keluarga juga dapat melakukanperawatan kepada ODHA dengan optimal.Kemampuan keluarga dalam melakukanperawatan memberikan dampak psikologisyang besar terhadap ODHA selama sakit.Hal tersebut terungkap dari pernyataanpartisipan sebagai berikut.

“Mandi di mandiin dengan dilapditempat tidur” ( P.6)“mereka ingatkan minum obat jikasaatnya minum obat belum minumobat” ( P.4)

Tema 12. Bersikap EmpatiODHA sangat menginginkan tindakan

perawatan yang dilakukan oleh keluargapenuh ketanggapan, kesabaran, perhatiandan tidak membeda-bedakan. Ini terungkapdari penyataan partisipan sebagai berikut.

“ya otomatis kalau kakak saya sakitkakakku dah ribut ayo tak anterperiksa ya, kalau sakit ya langsungdianter ke rumah sakit” ( P.1)“orang tua saya merawat denganpenuh kesabaran dan kasih sayang”(P.4)

ODHA mengharapkan mendapatkanmotivasi untuk memberikan semangat agardapat menjalani hidup walaupun sudahterkena HIV/AIDS. Hal tersebut terungkapmelalui ungkapan partisipan sebagai berikut.

“keluarga saya sesudah sakit justrumemberikan semangat tuk bekerjalebih keras, menabung untuk haritua, berobat rutin, menghindari seksbebas dan segera untuk menikah”(P.4)

Tema 13. Dukungan KeluargaMakna pengalaman orang dengan

HIV/AIDS mendapatkan perawatan keluar-ga di wilayah Kabupaten Kulon Progo

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 16: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

80 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

teridentifikasi melalui dukungan yang diberi-kan oleh keluarga. Bentuk dukungan keluar-ga berupa dukungan instrumental, penghar-gaan dan emosi. Dukungan keluarga sangatmembantu partisipan dalam menjalankanfungsi dan perannya dalam kehidupanbermasyarakat. Hal tersebut terungkap daripernyataan partisipan sebagai berikut.

“keluargaku dah tahu betul kebu-tuhanku jadi semua dah disiapkanya uang dan kebutuhan lainnya”(P.1)“trus keluarga yang lain bisa kasihsaya bantuan uang sekedarnya un-tuk berobat karena saat ini saya dahtidak punya uang” (P.8)

Dukungan emosi sangat dibutuhkan ODHAberupa perhatian dan semangat. Hal inididukung oleh penyataan partisipan sebagaiberikut

“Perhatian dan kesabaran waktumerawat sehingga saya termotivasiuntuk bertahan dengan keadaansakit HIV” (P.9)Kubler-Ross (1969) dalam Suliswati

(2005) menyatakan bahwa reaksi pertamaindividu terhadap kehilangan adalah terkejut,tidak percaya, merasa terpukul dan me-nyangkal. Secara sadar maupun tidak sadarseseorang yang berada dalam tahap ini me-nolak semua fakta, informasi dan segalasesuatu yang berhubungan dengan hal yangdialaminya. Individu merasa hidupnya tidakberarti lagi.

Dalam penelitian ini ditemukan masalahfisik yang dialami meliputi masalah padasistem gastrointestinal, masalah pada sistempernafasan, masalah pada sistem integumen,masalah pada sistem penglihatan dan penya-kit kelamin. ODHA mengalami infeksioportunistik sesuai dengan stadium/ fasepenyakit.

Hasil penelitian Agustriadi dan Suta(2008) di Rumah Sakit Sanglah Balididapatkan infeksi pada sistem pernafasan

yang tersering adalah 65% penderita AIDSmengalami komplikasi pulmonal dimanaPneumonia Caranii merupakan infeksioportunistik tersering, diikuti infeksi Myco-bacterium Tuberculosis, pneumonia bak-terial dan jamur, sedangkan pneumonia virallebih jarang terjadi.

Hasil penelitian Sasanti, Irmagita danIndriasti (2006) terdapat sekitar 30-50%candida albikan pada rongga mulut orangdewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% padapasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasienleukemia akut yang menjalani kemoterapi dan95% pada pasien HIV/AIDS.

Pada penelitian ini ditemukan masalahpsikososial antara lain adalah harga dirirendah pada ODHA. ODHA mengalamiberbagai bentuk beban yang dialami dian-taranya adalah dikucilkan keluarga, diber-hentikan dari pekerjaan, tidak mendapatlayanan medis yang dibutuhkan, tidakmendapat ganti rugi asuransi sampai menjadibahan pemberitaan di media massa.

Hasil penelitian Kodja (2010) menun-jukkan bahwa sebagian besar klien di BPRSDadi Makassar yang mengalami gangguankonsep diri adalah harga diri rendah 60%dan yang mengalami kerusakan interaksi so-sial dengan menarik diri 70%. Ada hubunganyang bermakna antara gangguan konsep diri(harga diri rendah) dengan kerusakaninteraksi sosial (menarik diri) pada klien diBPRS Dadi Makassar. Stuart dan Sundeen(1998) menyatakan menarik diri adalah sua-tu keadaan pasien yang mengalami ketidak-mampuan untuk mengadakan hubungandengan orang lain atau dengan lingkungandi sekitarnya secara wajar.

Respon sosial dan emosional yangmaladaptif sering sekali terjadi dalamkehidupan sehari-hari, khususnya seringdialami pada ODHA menarik diri. Sikap

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 17: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

81Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

lingkungan dalam penelitian ini setelahterkena HIV/AIDS adalah tidak bersahabat,ada yang berkata-kata menyakitkan, adayang mendiamkan dengan tidak menegurdan menyapa, curiga dan mengisolasiODHA. Adanya stigma-stigma itu memun-culkan sikap-sikap diskriminatif. Akibatnya.hak-hak orang dengan HIV/AIDS menjaditidak terpenuhi. Banyak yang tidak maubergaul dengan mereka. Enggan berde-katan, tidak mau berjabat tangan, tidak maumemeluk mereka, semua dengan alasantakut tertular.

Masalah spiritualitas pada orang de-ngan HIV/AIDS meliputi peningkatanibadah yang dilakukan oleh ODHA denganmenjalankan sholat lima waktu, puasa, zakat,puasa sunah dan banyak berdoa. Spiritu-alitas adalah sebuah konsep pribadi sikapdan keyakinan yang terkait dengan Allah(O’Brien, 2003).

Pada penelitian ini ditemukan maknaperawatan orang dengan HIV/AIDS adalahdukungan yang diberikan oleh keluargaterhadap ODHA. Bentuk dukungan yang di-dapat dalam keluarga berupa dukunganinstrumental, penghargaan dan dukunganemosional. Saronson (1991) menerangkanbahwa dukungan sosial dapat dianggapsebagai sesuatu keadaan yang bermanfaatbagi individu yang diperoleh dari orang lainyang dapat dipercaya. Dari keadaan terse-but individu akan mengetahui bahwa oranglain memperhatikan, menghargai, danmencintainya.

Menurut Heardman (1990) keluargamerupakan sumber dukungan sosial, karenadidalam keluarga tercipta hubungan yangsaling mempercayai diantara anggota kelu-arga. Individu sebagai anggota keluargaakan menjadikan keluarga sebagai kum-pulan harapan, tempat bercerita, tempatbertanya dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalamipermasalahan.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanKehidupan ODHA merupakan suatu

penderitaan baginya. Penderitaan tersebutdisebabkan karena tidak menginginkanpenyakit HIV/AIDS ada dalam dirinya.Respon yang dominan adalah menolak.Penyakit HIV/AIDS menyebabkan banyakmasalah kesehatan baik fisik, sosial, eko-nomi, psikososial dan spiritual pada diriODHA. Masalah kesehatan pada ODHAmenyebabkan berbagai keterbatasan, se-hingga membutuhkan orang lain yang mem-bantu untuk mengatasi masalahnya. ODHAmemaknai pengobatan ARV harus dijalan-kan dengan penuh kepatuhan terutamawaktu minum obat walaupun banyak me-nimbulkan efek samping pada ODHA.

Penyakit HIV/AIDS menyebabkanpenderitanya mengalami masalah stigma dandiskriminasi. Stigma dan diskriminasi yangdirasakan ODHA membuat dirinya menutupdiri terhadap orang lain. ODHA mengalamigangguan dalam berinteraksi sosial yang ber-asal dari dirinya sendiri maupun dari oranglain disekitar dirinya. ODHA yang tinggalbersama keluarga dilakukan perawatan se-cara maksimal oleh keluarga. Kemampuankeluarga merawat ODHA sangat tergantungdari keluarga dapat mengenal masalahkesehatan dalam keluarga, mengambilkeputusan, merawat anggota keluarga yangsakit, dan pemanfaatan pelayanankesehatan.

SaranHarapan orang dengan HIV/AIDS

pada penelitian ini adalah mendapatkanperawatan oleh keluarga yang penuh denganempati. Perawatan yang penuh empatimerupakan bentuk dukungan sosial darikeluarga. Makna perawatan orang denganHIV/AIDS yang dilakukan oleh keluargaadalah dengan memberikan dukungan

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 18: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

82 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

berupa dukungan instrumental, emosi danpenghargaan pada ODHA, yang memegangperanan penting dalam kehidupannya.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, A. F. 2008. Membangun Po-sitive Thinking Secara Islam.Gema Insani: Jakarta.

Agustriadi, O., Sutha B.I. 2008. Aspek Pul-monologis Infeksi Oportunistikpada Infeksi HIV/AIDS. Jur-nal Ilmu Penyakit Dalam, 9 (3).

Creswell, W.J. 1998. Qualitative Inquiryand Research Design. SagePublication.Inc: California.

Depertemen Kesehatan RI. 2010. StrategiPenanggulangan HIV/AIDS 2003-2007. Jakarta: Kementrian Koor-dinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Dermatoto, A. 2008. ODHA MasalahSosial pada Pemecahannya.Publikasi Ilmiah Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik. Surakarta :Universitas Sebelas Maret.

Friedman, M.M., Bowden,R.V & Jones,G.E. 2010. Buku Ajar Kepera-watan Keluarga Riset, Teori danPraktik. Edisi 5. EGC: Jakarta.

Heardman. 1990. Apa Itu DukunganSosial, (Online), (http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html), diakses 22Juni 2011.

Judarwanto,W. 2008. HIV dan AIDS Me-ngancam Gerenasi Muda, (on-line), (http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=11946),diakses 20 Januari 2011.

Kodja. B. 2010. Hubungan Gangguan Kon-sep Diri dengan Kerusakan InteraksiSosial Menarik Diri Klien GangguanJiwa di BPRS Dadi Makasar.Media kesehatan, IV (2).

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.2009. HIV dan AIDS SekilasPandang. Edisi 2. KPAN: Jakarta.

Nasronudin. 2007. HIV/AIDS PendekatanBiologi Molekuler, Klinis danSosial. Airlangga University Press:Surabaya.

Nasution, Rizali, dkk. 2000. AIDS KitaBisa Kena, Kita Bisa Cegah (10Esai Terbaik Kelompok Pergu-ruan Tinggi dan SMU/Kejuruan).Manora: Jakarta.

O’Brien M. E. 2003. Spirutuality inNursing: Satnding on HolyGround. Edisi 2. Jones and Bartlet:Boston.

Ollich.J. 2007. Derajat Depresi PenderitaHIV/AIDS yang Dirawat Inap diRS Wahidin Sudirohusodo Perio-de bulan Mei 2007, (online),(www.pdskjijaya.org/abstrak/Fr ee%20Paper %20V.doc) ,diakses 25 Desember 2010.

Saronson. 1991. Apa Itu DukunganSosial, (Online), (http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html), diakses 22Juni 2011.

Sasanti, A., Irmagita & Indriasti W. 2006.Oral Health Profile of Person withHIV at Pokdisus AIDS-RSCM,(online), (Preliminary report.http://staff.ui.ac.id/internal/130611 2 36/material/IHVCB-UI 2 90107.pdf3),diakses 26 Juni 2011.

Stuart, W & Sundeen, J. 1998. Buku SakuKeperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC:Jakarta.

Streubert, H.J & Carpenter, D.R. 2003.Qualitative Research in Nursing.Advancing The HumanisticImperative. Edisi 3. LippincottWilliams & Wilkins: Philadelphia.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 19: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

83Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

Suliswati dkk. 2005. Konsep DasarKeperawatan Kesehatan Jiwa.EGC: Jakarta.

UNAIDS. 2001. The Impact of VoluntaryCaounseling and Testing: AGlobal Review of The Benefit andChallenges, (online), (http://www.uniads.org), diakses 28Januari 2011.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 20: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDUDENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti KurniawatiSTIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

E-mail: [email protected]

Abstract: This study aims at determining the correlation between thequality of Posyandu health care service and mothers visit at PosyanduXI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta. This researchused the analytical correlation survey method with the cross-sectionalapproach. The sampling technique used in this research was totalsampling technique. The respondents, therefore, were the total numberof mothers who regularly visits the Posyandu (44 mothers). The dataanalyzed by Kendall-Tau. The result showed that the τ value was 0.471at the significant level of α = 0.05 resulted the value of ρ = 0.001, itmeant ρ< α. A number of 28 mothers (63.6%) were categorized intohigh visit frequency, while 22 others (50.0%) were categorized as fairlyregular visit. The conclusion is there was a correlation between thequality of Posyandu health care and the frequency of mothers visit atPosyandu XI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta.

Keywords: posyandu, the quality of the health care service, visitfrequency

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antarakualitas pelayanan kesehatan dengan frekuensi kunjungan ibu balita diPosyandu XI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta.Penelitian ini menggunakan metode survei analitik korelatif denganpendekatan cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 44 ibu balitayang diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis datamenggunakan uji korelasi Kendall Tau menunjukkan bahwa nilaiτ=0,471 pada tingkat signifikan α = 0,05 menghasilkan nilai ρ = 0,001,yang berarti ρ <α. Sebanyak 18 ibu (63,6%) dikategorikan mempunyaifrekuensi kunjungan teratur dan sebanyak 22 ibu (50,0%) memilikifrekuensi kunjungan cukup teratur. Hasil analisis menunjukkan bahwaada hubungan antara kualitas pelayanan kesehatan posyandu denganfrekuensi ibu balita yang berkunjung di Posyandu XI, Serangan,Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci: posyandu, kualitas pelayanan kesehatan, frekuensikunjungan

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 21: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

85Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

PENDAHULUANPembangunan kesehatan dilaksanakan

secara bersama-sama oleh pemerintah danmasyarakat. Peran serta masyarakat dalamberbagai upaya pembangunan kesehatanantara lain dapat dilihat dari Upaya Kese-hatan Bersumberdaya Masyarakat(UKBM) yang berkembang dengan pesatbaik dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu(Posyandu), Pos Obat Desa (POD) maupunDana Sehat. Rasio posyandu terhadap desapada tahun 1999 sudah melebihi 90%,artinya hampir setiap desa telah mempunyaisebuah posyandu yang berfungsi untukmendekatkan pelayanan kesehatan padamasyarakat (Wijayanti, 2009).

Posyandu adalah salah satu bentukUKBM yang dikelola dan diselenggarakandari, oleh, untuk dan bersama masyarakatdalam penyelenggaraan pembangunan kese-hatan untuk pemberdayaan masyarakat danmemberikan kemudahan kepada masya-rakat dalam memperoleh pelayanan kese-hatan dasar untuk mempercepat penurunanangka kematian ibu dan bayi (DepartemenKesehatan RI, 2006). Posyandu menjadiujung tombak perbaikan gizi anak.Posyandu diasumsikan sebagai salah satupendekatan yang tepat untuk menurunkanangka kematian dan kesakitan balita sertadapat meningkatkan status gizi balita(Adisasmito, 2008).

Posyandu setiap bulannya melakukankegiatan penimbangan berat badan balitadan hasilnya dicatat dalam buku KIA atauKMS. Catatan KIA bertujuan untuk me-ngetahui hasil penimbangan apakah garispertumbuhannya naik, tidak naik atau dibawah garis merah (BGM). Dengan penim-bangan anak balita yang dilaksanakan setiapbulan dapat diketahui kecenderungan statusgizi seorang anak (Sulistyorini, 2010).Posyandu memiliki lima kegiatan pokokyaitu keluarga berencana (KB), kesehatanibu dan anak (KIA), pemantauan gizi anak,

imunisasi dan penanggulangan diare. Semuaprogram posyandu memiliki peran yangpenting dalam menurunkan angka kematianbayi (AKB).

Kebijakan pemerintah melalui SuratEdaran Menteri dalam Negeri dan otonomiDaerah Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revi-talisasi Posyandu merupakan acuan upayapemenuhan kebutuhan kesehatan dasar danpeningkatan status gizi masyarakat (Sulis-tyorini, 2010). Dasar pelaksanaan posyanduyaitu Surat Keputusan Bersama MenteriDalam Negeri, Menteri Kesehatan danKepala BKKBN no.23 tahun 1985, 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 112/HK-011/A/1985 tentang penyelenggaraan posyandu(Hikmawati, 2008).

Sekarang ini tercatat sekitar 235 ribuposyandu di seluruh Indonesia. Jumlahposyandu ini diharapkan akan semakin ber-tambah banyak, sehingga berbagai programkesehatan yang diselenggarakan pemerintahbisa menjangkau warga masyarakat di desa-desa (Ma’sum, 2007). Jumlah posyandupada tahun 2006 di Propinsi Daerah Isti-mewa Yogyakarta berjumlah 5.572 pos-yandu, dengan persentase posyandu purna-ma dan mandiri sebesar 50,47%. Angka inilebih besar dari target standar minimal yangtelah ditetapkan yaitu sebesar 25% (DinkesDIY, 2007).

Pada data Susenas 2001 ditemukanbahwa 40% balita dilaporkan dibawa keposyandu dalam satu tahun terakhir dansekitar 28% balita tidak pernah dibawa keposyandu sama sekali. Sedangkan 32%balita jarang melakukan kunjungan keposyandu, atau hanya beberapa kali sajadalam setahun. Fakta ini menunjukkanbahwa, walaupun lebih dari 90 persen desatelah memiliki posyandu yang telah tersebar,namun hanya 40 persen balita yang meman-faatkan pelayanan posyandu secara rutinsetiap bulannya (Depkes RI, 2006). Apabila

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 22: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

86 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

perilaku berkunjung ke posyandu semakinberkurang maka dapat mengakibatkantahap tumbuh kembang anak akan tergang-gu, status gizi anak tidak terpantau denganbaik, dan tujuan dari posyandu itu sendirijuga tidak akan tercapai sehingga sampaimenyebabkan angka kecacatan, kematian,serta kesakitan balita akan meningkat.

Faktor-faktor yang dapat mempe-ngaruhi ketidakaktifan ibu balita sehinggatidak berkunjung ke posyandu antara lainfaktor keluarga meliputi tingkat pendidikan,tingkat pengetahuan, umur balita, keperca-yaan, status pekerjaan, tingkat pendapatandan sikap (Notoatmodjo, 2003). Faktorlingkungan meliputi keterjangkauan (letakdan jarak), sarana dan fasilitas posyandu(Hikmawati, 2008). Faktor kualitas pela-yanan kesehatan posyandu meliputi kompe-tensi teknis, akses terhadap pelayanan,efektifitas, efisiensi, kontinuitas, keamanan,hubungan antar manusia, kenyamanan(Pohan, 2007). Sedangkan menurut Wijono(2000) kualitas dipengaruhi oleh struktur,proses dan outcome.

Posyandu XI adalah salah satu Pos-yandu aktif dari 15 Posyandu di Desa Sido-luhur, Godean, Sleman. Posyandu ini beradadi Dusun Serangan, Sidoluhur Godean,Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Darihasil studi pendahuluan, diperoleh datajumlah balita yang ada di Posyandu XI ada40 anak, jumlah yang hadir (berkunjung) 21anak sedangkan yang tidak hadir 19 anak.Data penimbangan berat badan yang meng-alami kenaikan ada 10, yang mengalamipenurunan ada 5 dan yang tetap ada 6,sedangkan berat badan dibawah garis merahtidak ada.

Berdasarkan hasil survei tanya jawabdengan salah satu ibu mengatakan bahwakader kesehatan yang ada di Posyandu XIterbatas, hanya ada 3 kader kesehatan yaitukader yang bertugas di meja pendaftaran,kader di meja penimbangan dan kader di

meja pemberian makanan tambahan.Faktor-faktor lain yang mempengaruhipenurunan kunjungan di Posyandu XI yaitukurangnya ketrampilan yang dimiliki kaderkesehatan, karena ketrampilan merupakanhal penting dalam memantau status kese-hatan. Pemantauan kunjungan dari petugaskesehatan Puskesmas yang kurang teratur,rendahnya minat masyarakat untuk meng-ikuti kegiatan posyandu, kurangnya kemam-puan kader kesehatan dalam mengelola danmeningkatkan kualitas pelayanan kesehatanposyandu.

Melihat jumlah kunjungan posyandubalita masih kurang, maka penulis tertarikmelakukan penelitian mengenai “Hubunganantara kualitas pelayanan kesehatan Pos-yandu dengan frekuensi kunjungan ibu balitadi Posyandu XI Serangan, Sidoluhur,Godean, Sleman, Yogyakarta”.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan menggunakan metodepenelitian survei analitik korelatif denganmenggunakan pendekatan cross sectional.Besar sampel pada penelitian ini adalah 44responden, artinya semua ibu yang mem-punyai anak balita usia 1-5 tahun di wilayahkerja Posyandu XI Serangan, Sidoluhur,Godean, Sleman, Yogyakarta. Instrumenyang digunakan dalam penelitian ini adalahkuesioner dengan bentuk pertanyaantertutup (closed ended).

Kuesioner terbagi menjadi 3 bagianyaitu kuesioner A mengenai data identitasresponden, kuesioner B mengenai datapernyataan tentang kualitas pelayanankesehatan posyandu yang berjumlah 24pernyataan dan kuesioner C mengenai dataperilaku berkunjung ke posyandu denganmelihat buku KMS atau KIA dalam kurunwaktu satu tahun terakhir secara berturut-turut. Analisis data menggunakan uji korelasiKendal Tau (t).

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 23: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

87Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan Usia danJenis Pekerjaan Responden

Usia Responden Frekuensi Persentase

< 20 tahun 1 2,3%

20-35 tahun 32 72,7%

> 35 tahun 11 25%

Total 44 100%

Jenis Pekerjaan

IRT 28 63,6%

PNS 3 6,8%

Karyawan/Swasta 12 27,3%

Wiraswasta 1 2,3%

Total 44 100%

Sumber: data primer 2012

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden adalah ibudengan rentang usia 20-35 tahun yaitusebanyak 32 orang (72,7%). Sebagianbesar responden adalah ibu yang berprofesisebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 28orang (63,6%).

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan SumberInformasi Posyandu

Sumber Informasi Frekuensi Persentase

Penyuluhan 38 86,4%

Tetangga 6 13,6%

Total 44 100%

Sumber: data primer 2012

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atau seba-nyak 38 responden (86,4%) memperolehinformasi mengenai Posyandu XI melaluipenyuluhan.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Responden Frekuensi Persentase

SD 1 2,3%

SLTP 3 6,8%

SLTA/SMK 30 68,2%

PT 10 22,7%

Total 44 100%

Sumber: data primer 2012

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden adalah ibuyang memiliki pendidikan terakhir SLTA/SMK yaitu sebanyak 30 orang (68,2%).

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan Jarakdari Rumah dan FrekuensiKunjungan ke Posyandu

Jarak dari rumah ke Posyandu

Frekuensi Persentase

< 0,5 km 14 31,8%

0,5-1 km 11 25,0%

> 1 km 19 43,2%

Total 44 100%

Frekuensi Kunjungan ke Posyandu

Teratur 18 40,9%

Cukup teratur 22 50,0%

Tidak teratur 4 9,1%

Total 44 100%

Sumber: data primer 2012

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atausebanyak 19 responden (43,2%) memilikijarak dari rumah ke Posyandu adalah lebihdari 1 km. Sebagian besar responden atausebanyak 22 orang (50,0%) cukup teraturmelakukan kunjungan ke Posyandu (8-11kali dalam setahun).

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 24: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

88 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu

Tabel 5. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan KualitasPelayanan Kesehatan Posyandu

Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu

Frekuensi Persentase

Baik 9 20,5%

Cukup baik 28 63,6%

Kurang baik 7 15,9%

Total 44 100%

Sumber: data primer 2012

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atau se-banyak 28 orang (63,6%) menganggap ataumenilai kualitas pelayanan kesehatanposyandu cukup baik.

Hubungan antara Kualitas PelayananKesehatan Posyandu dengan FrekuensiKunjungan Ibu Balita di Posyandu XISerangan Sidoluhur Godean Sleman

Berdasarkan uji statisktik kendall taudidapatkan nilai τ sebesar 0,471 dengantaraf signifikan atau ρ = 0,001 lebih kecil

dari nilai α = 0,05 atau ρ < α maka Hoditolak dan Ha diterima. Akhirnya dapatdisimpulkan bahwa terdapat hubungan an-tara kualitas pelayanan kesehatan posyandudengan frekuensi kunjungan ibu balita diPosyandu XI Serangan Sidoluhur GodeanSleman Yogyakarta.

Frekuensi Kunjungan Ibu Balita diPosyandu

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atau seba-nyak 22 orang (50,0%) cukup teraturmelakukan kunjungan ke Posyandu (8-11kali dalam setahun). Hal ini dapat dipe-ngaruhi beberapa faktor antara lain tingkatpendidikan, tingkat pengetahuan, umurbalita, status pekerjaan, jarak tempat tinggal

dan jumlah anak (Notoatmodjo, 2003).Sedangkan menurut Pohan (2007) menye-butkan faktor yang dapat mempengaruhikunjungan ibu balita ke posyandu yaitukualitas pelayanan kesehatan.

Faktor tingkat pendidikan ibu seba-gaimana terlihat dalam tabel 3 menunjukkanbahwa sebagian besar responden adalah ibuyang memiliki pendidikan terakhir SLTA/SMK yaitu sebanyak 30 orang (68,2%). Halini sesuai dengan penelitian Ngastiyah (2005)yang menjelaskan bahwa faktor tingkatpendidikan menentukan tinggi rendahnyaseseorang dalam memahami pengetahuantentang kegiatan posyandu. Semakin baiktingkat pendidikan orang tua, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luarterutama tentang cara pengasuhan anak danmanfaat kegiatan posyandu. Dalam pene-litian ini, tingkat pendidikan dikendalikandengan memilih ibu yang memiliki tingkatpendidikan terakhir minimal SD.

Faktor tingkat pengetahuan ibu seba-gaimana terlihat dalam tabel 2 menunjukkanbahwa sebagian besar responden atausebanyak 38 responden (86,4%) mempe-roleh informasi mengenai Posyandu XImelalui penyuluhan. Hal ini menunjukkanbahwa tingkat pengetahuan seseorangbanyak mempengaruhi perilaku individu,dimana semakin tinggi tingkat pengetahuanseorang ibu tentang manfaat posyandu,maka semakin tinggi pula tingkat kesadaranuntuk berperan serta dalam programkegiatan posyandu. Pengetahuan tentangposyandu yang rendah akan menyebabkanrendahnya tingkat kesadaran ibu untukberkunjung ke posyandu.

Faktor usia balita mempengaruhikunjungan balita ke posyandu karena masabalita adalah masa pertumbuhan dasar yangakan mempengaruhi dan menentukanperkembangan selanjutnya. Menurut teoriNotoatmodjo (2003) menjelaskan bahwafaktor usia balita merupakan faktor yang

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 25: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

89Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

paling berpengaruh terhadap kunjungan keposyandu, dengan rentang umur 12–35bulan dan umur 36–59 bulan.

Pada penelitian ini rata-rata balita yangteratur melakukan kunjungan ke posyanduyaitu umur 1–4 tahun. Hal ini menunjukkanbahwa ibu yang mempunyai balita mendekatiumur 5 tahun sudah merasa tidak perlu lagiberkunjung ke posyandu. Hasil penelitian inisesuai dengan penelitian Trisnawati (2011)yang menjelaskan bahwa ibu yang mempu-nyai balita berusia lebih dari 35 bulan tidakperlu lagi hadir ke posyandu, karena ibu me-rasa balitanya sudah mendapatkan imunisasilengkap.

Soetjiningsih (2000), menyatakanbahwa jumlah anak yang banyak padakeluarga akan mengakibatkan berkurangnyaperhatian dan kasih sayang terhadap balita-nya. Penelitian ini juga didukung oleh teoriHurlock (2005) yang menyatakan bahwasemakin besar keluarga maka semakinbesar juga permasalahan yang akan munculterutama untuk mengurus anak mereka,sehingga hal ini dapat mempengaruhikehadiran seorang ibu dan balitanya untukberkunjung ke posyandu.

Pada penelitian ini sebagian besar ibuyang berkunjung ke posyandu memilikijumlah anak satu, sehingga ibu yang memilikijumlah anak satu lebih teratur berkunjungdaripada ibu yang memiliki jumlah anak lebihdari satu. Hal ini dikarenakan ibu yangmemiliki jumlah anak satu lebih fokus dalammengurus balitanya. Dalam penelitian inifaktor jumlah anak telah dikendalikandengan memilih ibu yang memiliki anak balitamaksimal 4 anak, karena pembatasan jumlahanak inilah faktor jumlah anak dapat diabai-kan pengaruhnya dalam pengaruh kunjunganbalita ke posyandu.

Faktor terakhir yang mempengaruhifrekuensi kunjungan adalah faktor kualitaspelayanan kesehatan. Depkes RI (2003)mengatakan bahwa kualitas merupakankinerja yang menunjuk pada tingkat kesem-purnaan pelayanan kesehatan, dapat me-nimbulkan kepuasan, serta tata cara penye-lenggaraannya sesuai dengan standar dankode etik profesi yang telah ditetapkan.Sehingga jika kualitas pelayanan kesehatanposyandu baik, maka kunjungan ibu balitajuga akan baik dan rutin. Tetapi sebaliknyajika kualitas pelayanan kesehatan posyandu

Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandudengan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita di Posyandu XI SeranganSidoluhur Godean Sleman Yogyakarta

Frekuensi Kunjungan Ibu Balita di Posyandu

Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu Jumlah

Baik Cukup baik Kurang baik

F % F % F % F %

Teratur 7 15,9% 11 25,0% 0 0,0 18 40,9%

Cukup teratur 2 4,5% 15 34,1% 5 11,4% 22 50,0%

Tidak teratur 0 0,1% 2 4,5% 2 4,5% 4 9,1%

Total 9 20,5% 28 63,6% 7 15,9% 44 100,00%

Sumber: data primer 2012

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 26: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

90 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

kurang baik maka kunjungan ibu balita untukikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandujuga kurang baik. Faktor inilah yang digalihubungannya dengan tingkat frekuensikunjungan ibu balita di posyandu.

Hubungan Antara Kualitas PelayananKesehatan Posyandu dengan FrekuensiKunjungan Ibu Balita di Posyandu XISerangan, Sidoluhur, Godean, Sleman

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atausebanyak 28 orang (63,6%) menganggapatau menilai kualitas pelayanan kesehatanposyandu dalam kategori cukup baik,mayoritas 15 responden (34,1%) memilikifrekuensi kunjungan ke posyandu cukupteratur pula yaitu melakukan kunjungan 8-11 kali dalam satu tahun. Hasil uji statisktikkendall tau didapatkan nilai τ sebesar0,471 dengan taraf signifikan atau ρ = 0,001

lebih kecil dari nilai α = 0,05 atau ρ < α ,sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan antara kualitas pelayanan kese-hatan posyandu dengan frekuensi kunjunganibu balita di Posyandu XI Serangan, Sido-luhur, Godean, Sleman.

Responden yang menilai kualitaspelayanan kesehatan posyandu cukup baikdan melakukan kunjungan cukup teratur(34,1%) menunjukkan bahwa adaketerkaitan antara kualitas pelayanandengan frekuensi kunjungan. Hal ini dapatdisebabkan karena responden merasa puasterhadap pelayanan kesehatan yang telahdiberikan oleh petugas kesehatan (kaderkesehatan posyandu).

Pelayanan yang diberikan sudah sesuaidengan kebutuhan mereka dan diberikandengan cara yang ramah pada waktumereka berkunjung sesuai sumber dayayang dimiliki, sehingga ibu-ibu balitatermotivasi untuk melakukan kegiatankunjungan kembali ke posyandu secara rutinsetiap sebulan sekali.

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriPohan (2007) yang menyatakan bahwakualitas pelayanan kesehatan memilikipengaruh terhadap frekuensi kunjungan ibubalita di posyandu. Semakin baik kualitaspelayanan kesehatan posyandu maka sema-kin baik pula frekuensi kunjungan ibu balitake Posyandu.

Kualitas pelayanan kesehatan yang baikdapat diukur dengan delapan dimensi.Menurut teori Tjiptono (2007) menyatakanbahwa kualitas pelayanan kesehatan terdiridari delapan dimensi kualitas pelayanankesehatan yang meliputi kompetensi teknis,akses terhadap pelayanan, efektifitas, efisien,kontinuitas, keamanan, hubungan antarmanusia, kenyamanan. Pada penelitian inidimensi-dimensi pelayanan kesehatan yangdigunakan untuk mengukur standar pela-yanan di Posyandu XI yaitu dimensi aksespelayanan kesehatan, kompetensi teknis danhubungan antar manusia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa standar pelayanan kesehatan di Pos-yandu XI sudah memenuhi ketiga dimensitersebut, yaitu dimensi akses pelayanankesehatan, kompetensi teknis, dan hubunganantar manusia. Artinya kualitas pelayanankesehatan di Posyandu XI sudah cukupbaik, sehingga secara langsung dapat me-ningkatkan frekuensi kunjungan ke posyandusecara rutin.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pene-litian Lestari (2009) yang menyatakan bahwajika mutu pelayanan baik (sudah sesuai denganstandar pelayanan kesehatan) maka tingkatkepuasan juga tinggi. Hal itu mendukungtingginya frekuensi kunjungan, karena semakintinggi tingkat kepuasan maka semakin tinggipula frekuensi kunjungan ke posyandu. Lestari(2009) berpendapat bahwa ada hubunganyang signifikan antara mutu pelayanankesehatan dengan tingkat kepuasan ibu balitapengguna Posyandu di Desa Trimulyo Sleman,dengan nilai signifikan 0,04.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 27: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

91Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

Berdasarkan tabel 6 menunjukkanbahwa sebagian besar responden atau se-banyak 28 orang (63,6%) menilai kualitaspelayanan kesehatan posyandu dalam kate-gori cukup baik, mayoritas 15 responden(34,1%) juga memiliki frekuensi kunjunganke posyandu cukup teratur pula. Hal inimenunjukkan bahwa kualitas pelayanankesehatan mempengaruhi frekuensi kun-jungan.

Trisnawati (2011) dalam penelitiannyamenunjukkan bahwa ada hubungan antarapersepsi ibu tentang posyandu denganperilaku kunjungan ibu ke posyandu balitadi Posyandu Mawar Dusun SoraganNgestiharjo Kasihan Bantul 2011, dengantaraf signifikan 0,004.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan dapat disimpulkan sebagai berikutbahwa sebagian besar responden memilikifrekuensi kunjungan di posyandu cukupteratur yaitu sebanyak 22 ibu (50,0%),sebagian besar responden menilai kualitaspelayanan kesehatan posyandu cukup baikyaitu sebanyak 28 ibu (63,6%), ada hu-bungan antara kualitas pelayanan kesehatanposyandu dengan frekuensi kunjungan ibubalita di Posyandu XI Serangan SidoluhurGodean Sleman yang ditunjukkan dengannilai τ sebesar 0,471 dengan taraf signifikan

atau ρ = 0,001 lebih kecil dari nilai α = 0,05atau ρ < α .

SaranBagi responden yang memiliki freku-

ensi kunjungan di posyandu dengan kriteriabaik agar tetap dipertahankan, sedangkanuntuk responden yang memiliki frekuensikunjungan di posyandu dengan kriteria

cukup baik dan kurang baik disarankanuntuk meningkatkan kunjungan ke posyandusetiap sebulan sekali agar status kesehatanbalitanya dapat terpantau dengan baik.

Bagi profesi keperawatan khususnyaperawat anak dan komunitas agar lebihmemperhatikan status kesehatan dan tingkattumbuh kembang balita serta memberikandukungan kepada ibu balita agar rutinmelakukan kunjungan ke posyandu. Misal-nya perawat dan kader kesehatan menda-tangi atau melakukan kunjungan ke rumah-rumah ibu balita, terutama balita yang tidakteratur dalam melakukan kunjungan keposyandu.

Bagi kader posyandu diharapkandapat meningkatkan kualitas pelayanankesehatan posyandu melalui penyuluhankesehatan yang bekerjasama dengan petu-gas kesehatan puskesmas, pemeriksaankesehatan oleh petugas puskesmas setiapsebulan sekali, konseling, dan mengaktifkankegiatan posyandu di meja 4 dan 5 agar ibu-ibu balita termotivasi untuk melakukankunjungan ke posyandu sehingga statuskesehatan balita dapat terpantau denganbaik. Selain itu, kualitas pelayanan kese-hatan posyandu dapat ditingkatkan melaluimenjalin hubungan yang baik dengan ibu-ibu balita misalnya melalui komunikasi yangefektif, mengajak ibu-ibu untuk mengikutikegiatan posyandu, dan meningkatkan kom-petensi teknis dari kader-kader posyandu.

Bagi peneliti lain yang berminat mela-kukan penelitian tentang posyandu diharap-kan dapat mengembangkan penelitian inidiantaranya dengan mengembangkanvariabel bebasnya, misalnya persepsi ibutentang manfaat posyandu dengan frekuensikunjungan ibu balita ke posyandu ataupersepsi ibu tentang status kesehatan balitadengan frekuensi kunjungan ibu balita keposyandu.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 28: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

92 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

DAFTAR RUJUKAN

Adisasmito, W. 2008. Sistem Kesehatan.PT. Raja Grafindo Pesada: Jakarta.

DepKes RI. 2003. Pedoman PelaksanaanJaminan Mutu di Puskesmas.Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

DepKes RI. 2006. Buku Pedoman UmumPengelolaan Posyandu. Depar-temen Kesehatan RI: Jakarta.

Dinas Kesehaan DIY. 2007. Profil Ke-sehatan Propinsi D.I. YogyakartaTahun 2007. Dinas KesehatanDIY: Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkem-bangan Anak. Erlangga: Jakarta.

Hikmawati, K. 2008. Hubungan TingkatPengetahuan Ibu tentang Pe-mantau Pertumbuhan Berat Ba-dan dengan Frekuensi Penim-bangan Batita 1-3 Tahun di Pos-yandu Pakuncen WirobrajanYogyakarta 2008. KTI Tidakditerbitkan. Yogyakarta: Prodi DIIIKebidanan STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Lestari, I.D. 2009. Hubungan Mutu Pela-yanan Kesehatan dengan TingkatKepuasan Ibu Balita PenggunaPosyandu di Desa TrimulyoSleman Yogyakarta. Skripsi Tidakditerbitkan. Yogyakarta: Prodi S1Keperawatan STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Ma’sum, Ma’ruf. 2007. Bayi (PanduanLengkap Sejak dalam Kandung-an hingga Merawat Bayi). SmartMedia: Solo.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.EGC: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pen-didikan dan Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta: Jakarta.

Pohan, I. 2007. Jaminan Mutu LayananKesehatan (Dasar-Dasar, Pe-ngertian, dan Penerapan). EGC:Jakarta.

Sulistyorini, C.I. 2010. POSYANDU (PosPelayanan Terpadu) dan DesaSiaga. Nuha Medika: Yogyakarta.

Soetjiningsih. 2000. Tumbuh KembangAnak. EGC: Jakarta.

Tjiptono, F. 2007. Service, Quality, Satis-faction edisi 2. C.V Andi Offset:Yogyakarta.

Trisnawati. 2011. Hubungan Persepsi IbuTentang Posyandu dengan Peri-laku Kunjungan Balita ke Pos-yandu Mawar di Dusun SoraganNgestiharjo Kasihan Bantul Yog-yakarta Tahun 2011. Skripsi Tidakditerbitkan. Yogyakarta: Prodi S1Keperawatan STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Wijayanti, R. 2009. Hubungan TingkatPengetahuan Ibu tentang Pos-yandu dengan Frekuensi Kun-jungan Posyandu Balita di DesaBandung Kecamatan Playen Ka-bupaten Gunung Kidul Yogya-karta Tahun 2009. KTI Tidakditerbitkan. Yogyakarta: Prodi DIIIKebidanan STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pela-yanan Kesehatan, Vol. 1. Air-langga University Press: Surabaya.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 29: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

Petunjuk bagi PenulisJURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

1. Artikel yang ditulis dalam Jurnal Kebidanan dan Keperawatan meliputi hasil penelitian di bidangkebidanan dan keperawatan. Naskah diketik dengan program Microsoft Word, huruf Times NewRoman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang lebihkurang 20 halaman dan diserahkan dalam bentuk Print-Out sebanyak 2 eksemplar besertasoftcopynya. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai Attachment e-mail ke alamat:[email protected]

2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Sistematika artikel hasil penelitian adalahjudul, nama penulis, abstrak disertai kata kunci, pendahuluan, metode penelitian, hasil danpembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka.

3. Judul artikel dalam bahasa Indonesia tidak boleh lebih dari 14 kata, sedangkan judul dalambahasa Inggris tidak boleh lebih dari 12 kata. Judul dicetak dengan huruf kapital di tengah-tengah, dengan ukuran huruf 14 poin.

4. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal, dan ditempatkandi bawah judul artikel. Dalam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan denganpenulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis utama harusmencantumkan alamat korespondensi atau e-mail.

5. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang masing-masing abstrak 75-100 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Abstrak minimal berisi judul,tujuan, metode, dan hasil penelitian.

6. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka, dan tujuanpenelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam bentuk paragraf-paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel.

7. Bagian metode penelitian berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan penelitian,sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis yang secara nyata dilakukan peneliti, denganpanjang 10-15% dari total panjang artikel.

8. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian.Setiap hasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi pemaknaan hasil dan pembandingandengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis. Panjang paparan hasil dan pembahasan 40-60%dari panjang artikel.

9. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian atauberupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf. Saran ditulis secarajelas untuk siapa dan bersifat operasional. Saran disajikan dalam bentuk paragraf.

10. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yang dirujukharus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% berupa rujukan terbitan 10tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-sumber primer berupa artikel-artikelpenelitian dalam jurnal atau laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi). Artikel yangdimuat di Jurnal Kebidanan dan Keperawatan disarankan untuk digunakan sebagai rujukan.

11. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir, tahun).Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomorhalaman tempat asal kutipan. Contoh: (Davis, 2003: 47).

12. Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis

dan kronologis.

Buku:Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth.Edisi 8. EGC: Jakarta.

Buku kumpulan artikel:Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (edisi ke - 4,cetakan ke-1). Malang: UM Press.

Artikel dalam buku kumpulan artikel:Russel, T. 1998. An Alternative Conception: Representing Representation. Dalam P.J. Black &A. Lucas (Eds). Children’s Informal Ideas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 30: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

Artikel dalam jurnal atau majalah:Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalammemenuhi Kebutuhan Industri. Transport, XX (4): 57-61

Artikel dalam koran:Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? JawaPost, hlm. 4 & 11.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang)Jawa Pos. 22 April, 2006. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

Dokumen resmi:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1997. Pedoman Penulisan PelaporanPenelitian. Jakarta : Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang SistemPendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Ammas Duta Jaya

Skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitianSudyasih, T. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tubercolosis Paru DenganSikap Orang Tua Anak (0-10 Tahun) Penderita Tuberkulosis Paru Selama MenjalaniPengobatan di Puskesmas Piyungan Bantul Tahun 2006. Skripsi Diterbitkan. Yogyakarta:PSIK-STIKES ‘ASYIYAH YOGYAKARTA

Makalah seminar, lokakarya, penataranWaseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam SeminarLokakarya Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat,Banjarmasin, 9-11 Agustus 2001

Internet (karya individual)Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995: The Calmbefore the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12Agustus 2006

Internet (artikel dalam jurnal online)Kumaidi, 2004. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal IlmuPendidikan. (online), Jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.

13. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, gambar pada artikel berbahasa Indonesia meng-gunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987).

14. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyun-ting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan(revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bebestari atau penyunting. Kepastianpemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.

15. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan software komputeruntuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HaKI yang dilakukan oleh penulisartikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawabpenuh penulis artikel.

16. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadi pelangganminimal selama satu tahun (dua nomor). Penulis menerima nomor bukti pemuatan sebanyak 2(dua) eksemplar dan cetak lepas sebanyak 2 (dua eksemplar). Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

JKK 9

.1.2

013

SAY

Page 31: PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA …€¦ · PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP Muhammad Saefulloh STIKes Indramayu E-mail: mumet_plumbon@yahoo.co.id

JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATANJl. Ring Road Barat 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292

Telp. (0274) 4496199; Fax. (0274) 4469204

Bersama ini kami kirimkan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 9, No. 1, Juni 2013

sebanyak ….... eks.

Untuk selanjutnya apabila Bpk/Ibu/Sdr/Institusi Anda berkenan melanggannya, mohon

untuk mengisi blangko formulir berlangganan di bawah ini dan kirimkan ke alamat :

REDAKSI JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

Jl. Ring Road Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292.Telp (0274) 4469199 pesawat 166, Fax. (0274) 4469204

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

Nama : ...................................................................................................

□Mahasiswa □Individu □Instansi Alamat : ................................................................................................... ....................................................... Telp. : ................................ Akan Berlangganan JKK:

Vol. ....... : No. ........................... s/d ...................................... Sejumlah : ....................... eks./penerbitan

Untuk itu saya akan mengirimkan biaya pengganti ongkos cetak dan ongkos kirim sejumlah : Rp. ..........................

□ .

TANDA TERIMA

Telah terima Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 9, No. 1, Juni 2013

sebanyak: ......................... eksemplar dengan baik.

Diterima di/tgl. : .................................... (Harap dikembalikan ke alamat di atas, bila ada

perubahan nama & alamat mohon ditulis)

Nama : ....................................

Biaya berlangganan untuk satu tahun penerbitan: Rp 60.000 (Jawa) dan Rp 75.000 (Luar Jawa)

Melalui : Transfer BRI Unit KH Ahmad Dahlan Yogyakartaa.n Jurnal Kebidanan dan Keperawatan No. Rek : 3005-01-013030-53-8

(fotokopi bukti pembayaran terlampir/dikirimkan ke alamat di atas)

JKK 9

.1.2

013

SAY